1
JUMAT, 3 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA | 23 Megapolitan FOKUS OLAHRAGA BACA BESOK! Tema: Pertarungan Pamungkas The Dragon di Penghujung Tahun yang dibawa warga Malaysia di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (3/11). Pengantar : BANDARA Soekarno-Hatta menjadi pintu utama masuknya obat-obat terlarang dan berbahaya ke Indonesia. Banyak yang lolos meski banyak pula dapat digagalkan. Kepala Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta Bahaduri Wijayanta mengaku telah berupaya untuk membendung perusak generasi bangsa itu. Inilah petikan pendapatnya. A PA saja yang di- lakukan Bea Cukai untuk mencegah masuknya narko- ba ke Tanah Air? Selain mendeteksi barang- barang bawaan dengan X-ray, kami juga melihat gerak-gerik penumpang. Bila kami menemu- kan penumpang mencurigakan, kami akan memeriksa diri dan barang bawaannya. Bagaimana jika penumpang tersebut menolak? Kami selalu menunjukkan identitas diri sebagai petugas Bea dan Cukai. Lalu, kami menjelas- kan kepada mereka kewenangan kami untuk memeriksa barang dan setiap orang yang masuk ke Indonesia, baik warga Indonesia sendiri maupun orang asing. Apakah setiap barang yang dicurigai X-ray selalu terbukti sebagai barang terlarang? Tidak selalu. Kami wajib me- meriksa setiap hal yang men- curigakan. Setiap hari setidaknya ada 20 orang plus sekian barang bawaan yang diperiksa dengan saksama. Tapi, belum tentu ke- curigaan kami terbukti. Contoh kasusnya seperti apa, Pak? Beberapa waktu lalu, seorang warga negara Iran membawa kursi kayu bongkar pasang. Pe- ngalaman kami ada kaki palsu dijadikan media memasok narko- ba. Tapi setelah diperiksa lebih lanjut, ternyata tidak ditemukan hal-hal mencurigakan. Barang itu kami kembalikan seperti semula untuk dibawa pemiliknya. Bagaimana jika diselipkan dalam tubuhnya? Pernah ada 11 wanita asal Iran yang kami curigai membawa obat terlarang dengan cara memasukkan ke dalam tubuh. Karena (dari) hasil rontgen (barang yang dicurigai) tidak terlihat dan tim medis tidak dapat membukti- kan, kami lepaskan. Bagaimana dengan me- reka yang terbukti membawa obat terlarang? Kami bawa ke kantor untuk diproses. Selanjutnya kami libat- kan Badan Narkotika Nasional untuk mengembangkan kasus- nya. Atau terkadang kerja sama dengan Mabes Polri dan Polres Metropolitan Bandara Soekarno- Hatta. Kenapa di sini terdeteksi, se- dangkan di negara tempat ke- berangkatan lolos. Apakah ada unsur kesengajaan? Tidak begitu. Itu terjadi karena pemeriksaan di terminal ke- berangkatan tidak seketat di terminal kedatangan. Kalaupun itu terjadi, pasti sudah ada kerja sama antara bandara asal dan bandara negara tujuan untuk membongkar jaringan. Bagaimana koordinasinya? Apabila ada warga salah satu negara tertangkap membawa barang terlarang, pihak bandara setempat akan mengoordinasi- kan dengan negara asal ter- sangka. Seperti kejadian baru- baru ini, warga negara Indonesia kedapatan membawa sabu di China. Setelah dianalisis, akhir- nya Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta dapat menang- kap Martha, jaringan yang ter- tangkap di China. Martha masuk lewat Malaysia. Warga negara mana yang mendapat pengawasan lebih ketat? Saat ini merata. Meskipun pada 2010 ada 58 kasus penye- lundupan dan 24 di antaranya dilakukan warga negara Iran, jaringan narkotika selalu beru- paya mengecoh petugas dengan berbagai cara. Selain mengubah modus, mereka juga mengubah warga negara yang akan menye- lundupkan obat terlarang. Ter- bukti ada jaringan dari China, Amerika, dan Mozambik. Jadi, siapa pun yang dicurigai harus diperiksa dengan saksama. Apa ada peningkatan kasus jika dibandingkan dengan 2009? Tahun ini meningkat tajam. Tercatat 58 kasus terungkap de- ngan barang bukti sabu 150 kg lebih, sabu cair 1.030 ml, ketamine 4,37 kg, heroin 5 kg, kokain 163 gram, ganja 3,3 kg, serta hasyis 65 gram. Nilainya Rp362 miliar. Pada 2009 hanya 39 kasus. (Sumantri Han-doyo/ J-1) Pasokan Meningkat Tajam IKAN NARKOBA RI PENJARA MI/RAMDANI Bahaduri Wijayanta Kepala Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta MI/SUMANTRI kan kasus, terungkap nama Atong, tahanan LP Cipinang yang mengendalikan jaringan dari balik terali besi. Atong me- rupakan narapidana dengan kepemilikan ekstasi sebanyak 97.000 butir. Ia dipidana 11 tahun pada 2007. Ekstasi yang dijual Atong tergolong nendang dengan harga Rp150 ribu per butir. Saat polisi menggelar razia di Rutan Salemba Jakarta Pusat awal 2010, banyak narapidana yang berhasil menyembunyi- kan barang bukti. Namun dari sel Antonius Prawilo, 46, ditemukan 9,8 gram sabu. Se- lama 2009 terbongkar 70 kasus narkoba di Rutan Salemba. Pakai ponsel “Bandar mengendalikan anak buahnya dari dalam pen- jara dengan menggunakan ponsel. Mereka merasa aman dalam penjara,” ujar Kepala Unit II Direktorat IV Tindak Pidana Narkotika/Narkoba serta Kejahatan Terselubung Badan Reserse Kriminal Polri Kombes Siswandi, kemarin. Menurut Siswandi, lem- baga pemasyarakatan mau- pun rumah tahanan harus lebih memperketat pemerik- saan bagi narapidana mau- pun penjenguk. Tidak mungkin ponsel bisa masuk ke sel tanpa ban- tuan petugas. Kepala Rumah Tahanan Sa- lemba S Prihantoro mengaku sangat keras terhadap pelaku narkoba. Bila ada anak buah bermain api dengan memberi akses kepada bandar seperti mengizinkan penggunaan pon- sel, akan ditindak tegas. “Pon- sel tidak diperbolehkan di ru- tan, kalau Anda tahu silakan melapor ke saya,” tukasnya. Sikap yang sama dikatakan Kepala Kesatuan Personel Pengamanan LP Cipinang Ton- ny Nainggolan. Ia mengaku sudah melaksanakan prosedur operasional standar (SOP) bagi yang membesuk narapidana. Pembesuk diwajibkan mengisi formulir, seluruh barang-ba- rang yang dibawa pembesuk diperiksa petugas. Lantas bagaimana narapi- dana bisa memegang ponsel dengan merek terbaru? Di LP Cipinang alat deteksi x-ray su- dah lama rusak sehingga peme- riksaan dilakukan secara ma- nual. Tonny mengakui anak buahnya sering kalah pintar. “Kami pernah mendapati ponsel diselundupkan pembe- suk wanita. Maaf.. ponsel di- masukkan ke alat vital. Kami sangat hati-hati,” ungkap- nya. Menurut Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Anjan Pramuka Putra, setahun ini marak pengedaran narkoba yang dikendalikan dari dalam penjara. Si pengen- dali memiliki banyak kartu SIM. Jika ada razia ponsel, ia sembunyikan kartu SIM dan membiarkan ponsel disita. Keterlibatan tahanan dalam jaringan narkoba karena ada- nya pembentukan selama be- rada dalam tahanan. “Bahkan ada terpidana mati narkoba tahun 2002 yang terus memimpin organisasinya dari dalam penjara. Kami sarankan LP disterilkan dari ponsel. Se- panjang alat komunikasi itu masih tersedia, jaringan akan terus berjalan,” katanya sam- bil menyebutkan narapidana Nusakambangan berinisial SB. Dirjen Pemasyarakatan dan HAM Untung Sugiono men- jelaskan kejahatan narkotika penuh tipu muslihat. Jika pelaku mengendalikan jaringan dari dalam LP, pihaknya siap membantu kepolisian mem- bongkar setuntas-tuntasnya. Untung sudah merumuskan kebijakan rutin bagi LP untuk menggeledah secara internal maupun bersama dengan poli- si secara mendadak. Hasilnya, selama Januari-Oktober 2010, ditemukan 48 kasus narkotika. Itu menjadi bukti, LP maupun rutan masih rawan narkoba. (*/FD/J-1) [email protected]

MI/RAMDANI IKAN NARKOBA RI PENJARA - ftp.unpad.ac.id filepintu utama masuknya obat-obat terlarang dan berbahaya ke Indonesia. Banyak yang lolos meski banyak pula dapat digagalkan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MI/RAMDANI IKAN NARKOBA RI PENJARA - ftp.unpad.ac.id filepintu utama masuknya obat-obat terlarang dan berbahaya ke Indonesia. Banyak yang lolos meski banyak pula dapat digagalkan

JUMAT, 3 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA | 23 Megapolitan

FOKUSOLAHRAGA

BACA BESOK!Tema:

Pertarungan PamungkasThe Dragon

di Penghujung Tahun

yang dibawa warga Malaysia di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (3/11).

Pengantar :

BANDARA Soekarno-Hatta menjadi pintu utama masuknya obat-obat terlarang dan berbahaya ke Indonesia. Banyak yang lolos meski banyak pula dapat digagalkan. Kepala Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta Bahaduri Wijayanta mengaku telah berupaya untuk membendung perusak generasi bangsa itu. Inilah petikan pendapatnya.

APA saja yang di-lakukan Bea Cukai untuk mencegah masuknya narko-

ba ke Tanah Air? Selain mendeteksi barang-

barang bawaan dengan X-ray, kami juga melihat gerak-gerik penumpang. Bila kami menemu-kan penumpang mencurigakan, kami akan memeriksa diri dan barang bawaannya.

Bagaimana jika penumpang tersebut menolak?

Kami selalu menunjukkan identitas diri sebagai petugas Bea dan Cukai. Lalu, kami menjelas-kan kepada mereka kewenangan kami untuk memeriksa barang dan setiap orang yang masuk ke Indonesia, baik warga Indonesia sendiri maupun orang asing.

Apakah setiap barang yang dicurigai X-ray selalu terbukti sebagai barang terlarang?

Tidak selalu. Kami wajib me-meriksa setiap hal yang men-curigakan. Setiap hari setidaknya ada 20 orang plus sekian barang bawaan yang diperiksa dengan saksama. Tapi, belum tentu ke-curigaan kami terbukti.

Contoh kasusnya seperti apa, Pak?

Beberapa waktu lalu, seorang warga negara Iran membawa kursi kayu bongkar pasang. Pe-ngalaman kami ada kaki palsu dijadikan media memasok narko-ba. Tapi setelah diperiksa lebih lanjut, ternyata tidak ditemukan hal-hal mencurigakan. Barang itu kami kembalikan seperti semula untuk dibawa pemiliknya.

Bagaimana jika diselipkan dalam tubuhnya?

Pernah ada 11 wanita asal Iran yang kami curigai membawa obat terlarang dengan cara memasukkan ke dalam tubuh. Karena (dari) hasil rontgen (barang yang dicurigai) tidak terlihat dan tim medis tidak dapat membukti-kan, kami lepaskan.

Bagaimana dengan me-

reka yang terbukti membawa obat terlarang?

Kami bawa ke kantor untuk diproses. Selanjutnya kami libat-kan Badan Narkotika Nasional untuk mengembangkan kasus-nya. Atau terkadang kerja sama dengan Mabes Polri dan Polres Metropolitan Bandara Soekarno-Hatta.

Kenapa di sini terdeteksi, se-dangkan di negara tempat ke-berangkatan lolos. Apakah ada unsur kesengajaan?

Tidak begitu. Itu terjadi karena pemeriksaan di terminal ke-berangkatan tidak seketat di terminal kedatangan. Kalaupun itu terjadi, pasti sudah ada kerja sama antara bandara asal dan bandara negara tujuan untuk membongkar jaringan.

Bagaimana koordinasinya?Apabila ada warga salah satu

negara tertangkap membawa barang terlarang, pihak bandara setempat akan mengoordinasi-kan dengan negara asal ter-sangka. Seperti kejadian baru-baru ini, warga negara Indonesia kedapatan membawa sabu di China. Setelah dianalisis, akhir-nya Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta dapat menang-kap Martha, jaringan yang ter-tangkap di China. Martha masuk lewat Malaysia.

Warga negara mana yang mendapat pengawasan lebih ketat?

Saat ini merata. Meskipun pada 2010 ada 58 kasus penye-lundupan dan 24 di antaranya dilakukan warga negara Iran, jaringan narkotika selalu beru-paya mengecoh petugas dengan berbagai cara. Selain mengubah modus, mereka juga mengubah warga negara yang akan menye-lundupkan obat terlarang. Ter-bukti ada jaringan dari China, Amerika, dan Mozambik. Jadi, siapa pun yang dicurigai harus diperiksa dengan saksama.

Apa ada peningkatan kasus jika dibandingkan dengan 2009?

Tahun ini meningkat tajam. Tercatat 58 kasus terungkap de-ngan barang bukti sabu 150 kg

lebih, sabu cair 1.030 ml, ketamine 4,37 kg,

h e r o i n 5 k g , kokain 163 gram, ganja 3,3 kg, serta hasyis 65 gram. Nilainya Rp362 mil iar. Pada 2009 hanya

39 kasus. (Sumantri Han-doyo/

J-1)

Pasokan Meningkat Tajam

IKAN NARKOBA RI PENJARA

MI/RAMDANI

Bahaduri WijayantaKepala Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta

MI/SUMANTRI

kan kasus, terungkap nama Atong, tahanan LP Cipinang yang mengendalikan jaringan dari balik terali besi. Atong me-rupakan narapidana dengan kepemilikan ekstasi sebanyak 97.000 butir. Ia dipidana 11 tahun pada 2007. Ekstasi yang dijual Atong tergolong nendang dengan harga Rp150 ribu per butir.

Saat polisi menggelar razia di Rutan Salemba Jakarta Pusat awal 2010, banyak narapidana yang berhasil menyembunyi-kan barang bukti. Namun dari sel Antonius Prawilo, 46, ditemukan 9,8 gram sabu. Se-lama 2009 terbongkar 70 kasus

narkoba di Rutan Salemba.

Pakai ponsel “Bandar mengendalikan

anak buahnya dari dalam pen-jara dengan menggunakan ponsel. Mereka merasa aman dalam penjara,” ujar Kepala Unit II Direktorat IV Tindak Pidana Narkotika/Narkoba serta Kejahatan Terselubung Badan Reserse Kriminal Polri Kombes Siswandi, kemarin.

Menurut Siswandi, lem-baga pemasyarakatan mau-pun rumah tahanan harus lebih memperketat pemerik-saan bagi narapidana mau-

pun penjenguk. Tidak mungkin ponsel bisa masuk ke sel tanpa ban-

tuan petugas.Kepala Rumah Tahanan Sa-

lemba S Prihantoro mengaku sangat keras terhadap pelaku narkoba. Bila ada anak buah bermain api dengan memberi akses kepada bandar seperti mengizinkan penggunaan pon-sel, akan ditindak tegas. “Pon-sel tidak diperbolehkan di ru-tan, kalau Anda tahu silakan melapor ke saya,” tukasnya.

Sikap yang sama dikatakan Kepala Kesatuan Personel Pengamanan LP Cipinang Ton-ny Nainggolan. Ia mengaku sudah melaksanakan prosedur operasional standar (SOP) bagi yang membesuk narapidana. Pembesuk diwajibkan mengisi formulir, seluruh barang-ba-rang yang dibawa pembesuk diperiksa petugas.

Lantas bagaimana narapi-dana bisa memegang ponsel dengan merek terbaru? Di LP Cipinang alat deteksi x-ray su-dah lama rusak sehingga peme-riksaan dilakukan secara ma-nual. Tonny mengakui anak buahnya sering kalah pintar.

“Kami pernah mendapati ponsel diselundupkan pembe-suk wanita. Maaf.. ponsel di-masukkan ke alat vital. Kami sangat hati-hati,” ungkap-nya.

Menurut Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Anjan Pramuka Putra, setahun ini marak pengedaran narkoba yang dikendalikan dari dalam penjara. Si pengen-dali memiliki banyak kartu SIM. Jika ada razia ponsel, ia sembunyikan kartu SIM dan membiarkan ponsel disita.

Keterlibatan tahanan dalam jaringan narkoba karena ada-nya pembentukan selama be-rada dalam tahanan. “Bahkan ada terpidana mati narkoba t a h u n 2 0 0 2 y a n g t e r u s memimpin organisasinya dari dalam penjara. Kami sarankan LP disterilkan dari ponsel. Se-panjang alat komunikasi itu masih tersedia, jaringan akan terus berjalan,” katanya sam-bil menyebutkan narapidana Nusakambangan berinisial SB.

Dirjen Pemasyarakatan dan HAM Untung Sugiono men-jelaskan kejahatan narkotika penuh tipu muslihat. Jika pelaku mengendalikan jaringan dari dalam LP, pihaknya siap membantu kepolisian mem-bongkar setuntas-tuntasnya.

Untung sudah merumuskan kebijakan rutin bagi LP untuk menggeledah secara internal maupun bersama dengan poli-si secara mendadak. Hasilnya, selama Januari-Oktober 2010, ditemukan 48 kasus narkotika. Itu menjadi bukti, LP maupun rutan masih rawan narkoba. (*/FD/J-1)

[email protected]