17
MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA Gunawan Wiradharma Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie [email protected] Abstrak Sebagai negara kepulauan, Indonesia terdiri atas variasi kebudayaan khas yang mencitrakan identitas Indonesia sebagai bangsayang besar. Ragam suku dan etnis merupakan sumber dari bagaimana budaya itu dihasilkan.Sebagai contoh, berbagai macam tari tradisional mengandung sastra lisan di dalamnya, yaitu puisi atau pantun yang mencerminkan aspek sosialmasyarakat Indonesia. Sebagai warisan budaya bangsa, tarian dan musik tradisionalIndonesia menjadi identitas bagi pengenalan Indonesia dalam kancah internasional.Dalam beberapa kesempatan, generasi muda yang mewakili Indonesia dalam kancahinternasional selalu menarik perhatian publik internasional melalui pementasan tari dan musik tradisional. Hal itu dilakukan dengan mengikuti atau mengadakan program misi kebudayaan dalam rangka mempromosikan kepentingan nasional dan memperluas dialog dengan relasi di luar negeri. Program misi kebudayaan memegang peranan yang semakin vital dalam menjalankan misidiplomasi sebuah negara terlebih pada situasi yang semakin terintegrasi dengan beragambidangnya yang sangat variatif. Keuntungan yang diperoleh sastra dari program misi kebudayaan adalah (1) sebagai salah satu bentuk kebudayaan, sastra Indonesia akan dikenal di negara lain, (2) mempererat hubungan antarmasyarakat dengan negara lain sebagai jembatan hubungan pemerintah, (3) sebagai bentuk pengakuan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki kesenian dan kebudayaan tinggi, terutama sastra. Tulisan ini akan membahas bentuk sastra sebagai unsur pendukung tari yang terdapat musik pengiring tarian tradisional Indonesia yang dipentaskan oleh tim misi budaya di luar negeri dalam program Krida Loka 2015 (sebuah program misi kebudayaan) dan bagaimana sastra dan tarian tradisional digunakan sebagai alat diplomasi kebudayaan. Melalui program ini, kesenian tradisional Indonesia dibawa ke luar negeri untuk dipertunjukkan kemudian diapresiasi oleh masyarakat luar negeri. Hal tersebut dilakukan oleh generasi muda sebagai bentuk tanggung jawab sebagai anak bangsa dalam melestarikan budaya Indonesia, khususnya sastra, musik, dan tari. Kata Kunci: Sastra, tarian tradisional, kesenian, diplomasi budaya, misi kebudayaan

MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA …susastra.fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/81/2017/01/Gunawan.pdf · menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA …susastra.fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/81/2017/01/Gunawan.pdf · menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi

MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA

Gunawan Wiradharma Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie

[email protected]

Abstrak

Sebagai negara kepulauan, Indonesia terdiri atas variasi kebudayaan khas yang

mencitrakan identitas Indonesia sebagai bangsayang besar. Ragam suku dan etnis merupakan

sumber dari bagaimana budaya itu dihasilkan.Sebagai contoh, berbagai macam tari tradisional

mengandung sastra lisan di dalamnya, yaitu puisi atau pantun yang mencerminkan aspek

sosialmasyarakat Indonesia. Sebagai warisan budaya bangsa, tarian dan musik

tradisionalIndonesia menjadi identitas bagi pengenalan Indonesia dalam kancah

internasional.Dalam beberapa kesempatan, generasi muda yang mewakili Indonesia dalam

kancahinternasional selalu menarik perhatian publik internasional melalui pementasan tari dan

musik tradisional. Hal itu dilakukan dengan mengikuti atau mengadakan program misi

kebudayaan dalam rangka mempromosikan kepentingan nasional dan memperluas dialog

dengan relasi di luar negeri.

Program misi kebudayaan memegang peranan yang semakin vital dalam menjalankan

misidiplomasi sebuah negara terlebih pada situasi yang semakin terintegrasi dengan

beragambidangnya yang sangat variatif. Keuntungan yang diperoleh sastra dari program misi

kebudayaan adalah (1) sebagai salah satu bentuk kebudayaan, sastra Indonesia akan dikenal di

negara lain, (2) mempererat hubungan antarmasyarakat dengan negara lain sebagai jembatan

hubungan pemerintah, (3) sebagai bentuk pengakuan bahwa Indonesia merupakan negara yang

memiliki kesenian dan kebudayaan tinggi, terutama sastra.

Tulisan ini akan membahas bentuk sastra sebagai unsur pendukung tari yang terdapat

musik pengiring tarian tradisional Indonesia yang dipentaskan oleh tim misi budaya di luar negeri

dalam program Krida Loka 2015 (sebuah program misi kebudayaan) dan bagaimana sastra dan

tarian tradisional digunakan sebagai alat diplomasi kebudayaan. Melalui program ini, kesenian

tradisional Indonesia dibawa ke luar negeri untuk dipertunjukkan kemudian diapresiasi oleh

masyarakat luar negeri. Hal tersebut dilakukan oleh generasi muda sebagai bentuk tanggung

jawab sebagai anak bangsa dalam melestarikan budaya Indonesia, khususnya sastra, musik, dan

tari.

Kata Kunci:

Sastra, tarian tradisional, kesenian, diplomasi budaya, misi kebudayaan

Page 2: MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA …susastra.fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/81/2017/01/Gunawan.pdf · menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi

“Seni berada pada ujung spektrum kepuasan yang lain dari ego, kepemilikan, dan kemelekatan. Salah satu nikmat terbesar dalam seni adalah berbagi: berbagi keindahan,

berbagi nilai kesejatian masing-masing, berbagi pesan dan kebahagiaan” (Krida Loka 2015).

Gambar 1. Pentas Tari dan Musik dalam Program Misi Budaya

Sumber: Dokumentasi Liga Tari Mahasiswa Universitas Indonesia Krida Budaya

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki budaya yang beraneka ragam baik etnis,

bahasa, adat istiadat, maupun agama atau kepercayaan karena terdiri dari berbagai macam suku

bangsa. Setiap suku bangsa mewujudkan kebudayaan sendiri, yang terdiri atas nilai-nilai atau

aturan-aturan tertentu juga terdiri atas kepercayaan-kepercayaan tertentu, pengetahuan

tertentu, serta sastra dan seni yang diwarisi dari generasi-generasi terdahulu. Menurut Edward

Burnett Taylor (dalam Liliweri, 2004: 107), kebudayaan adalah kompleks dari keseluruhan

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, adat istiadat, dan setiap kemampuan lain dan

kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat.

Manusia merupakan mahluk yang berada dalam kebudayaan tertentu, dibesarkan dalam

suasana budaya, dan akan mempelajari serta melakukan norma-norma dalam budaya tersebut.

1

Page 3: MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA …susastra.fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/81/2017/01/Gunawan.pdf · menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi

Talcot Parson dalam multikulturalisme (Ujan, 2009: xxi) bahwa ada empat sistem yang

membingkai kehidupan masyarakat, yaitu sistem organis, psikologis, sistem sosial, dan sistem

budaya. Dari keempat sistem itu, sistem budayalah yang mendasari dan berpengaruh kuat pada

manusia. Perbedaan dan kemajemukan budaya merupakan sesuatu yang mau tidak mau harus

diterima. Perbedaan dan kemajemukan ini bisa diolah menjadi suatu aset yang tak bernilai.

Kenyataan ini akan menimbulkan kesadaran bahwa ada perbedaan antara satu etnis dengan etnis

yang lain.

Seni dipandang sebagai sebuah proses yang melatih keterampilan dan aktivitas manusia

untuk menyatakan atau mengonsumsikan perasaan atau nilai yang dia miliki. Paling tidak ada

beberapa kegiatan yang dikategorikan sebagai seni, misalnya, folklore (seni bercerita, upacara

ritual, seni berpantun, berpidato, dll.), musik tarian, drama, lukis, seni pahat, permainan,

olahraga. Di sinilah dimulainya sebuah kehidupan manusia karena kehidupan di dalamnya

terdapat sebuah kebudayaan yang pada akhirnya mensyaratkan adanya hubungan interpersonal

dan khususnya komunikasi antarbudaya (Bergin & Ganvey dalam Petty, 2007: 31).

Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya

Indonesia. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai tarian khasnya sendiri. Pertunjukan

tari tidak akan terlihat menarik dan berkesan jika tidak memperhatikan unsur-unsur yang

terdapat dalam komposisi tari. Pengetahuan komposisi tari adalah pengetahuan yang

berhubungan dengan bagaimana memilih dan menata gerakan menjadi sebuah pertunjukan seni

yang estetis. Pengetahuan komposisi tari mempelajari desain lantai (garis-garis lantai yang dilalui

oleh seorang penari atau garis yang dibuat oleh formasi penari), desain atas (desain yang dibuat

oleh anggota badan yang berada di atas lantai), desain musik, desain dramatik (tahap-tahapan

emosional untuk mencapai klimaks dalam sebuah tari), dinamika (segala perubahan di dalam tari

karena adanya variasi-variasi di dalam tari), tema, tata rias dan busana, tata pentas, tata lampu

dan tata suara.1

Perwujudan ekspresi budaya melalui gerak yang dijiwai serta diikat nilai-nilai budaya

menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi bentuk tari-tarian daerah di

1 Zainal, Tari Tradisional (Sumber: http://zainalabdullah32.student.umm.ac.id/materi-2/ diakses pada 28 Oktober 2012 pukul

20.47)

Page 4: MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA …susastra.fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/81/2017/01/Gunawan.pdf · menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi

Indonesia. Sebagai salah satu unsur terpentingkesenian di Indonesia dalam wujud performa

gerak, dibutuhkan adanya kehidupan sosial dan spiritual masyarakatpendukungnya. Peran dan

fungsi tarian yang begitu penting hingga kini pada puncak kesenian daerah menjadi simboldan

puncak tari sebagai budaya di daerah yang bersangkutan. Jenis tari yang telah menjadi puncak

budaya daerahsangat erat untuk dijadikan sebagai tarian yang diunggulkan daerah di mana tarian

tersebut berasal.2 Berikut salah satu contoh tarian tradisional yang selalu dibawakan oleh tim

misi budaya Indonesia di luar negeri yang selalu membuat penonton merasa takjub dengan

kesenian Indonesia, yaitu Tari Ratoeh dari Aceh. Tarian ini merupakan sebuah tari tradisional

yang unik, enerjik, tidak membosankan, dan sarat atas nilai-nilai keindonesiaan, khususnya nilai-

nilai islam.

Komunikasi juga bisa dikatakan sebagai sebuah aktivitas simbolis. Simbol-simbol

merupakan alat yang digunakan untuk mewakili sesuatu. Simbol tidak hanya terbatas pada kata-

kata; simbol juga bisa digunakan untuk menampilkan sesuatu yang nonverbal dan objek-objek

lainnya. Pada hakekatnya segala sesuatu bisa menjadi sebuah simbol—tulisan, percakapan,

bahasa tubuh, ekspresi muka, bendera, dan lain sebagainya. Yang harus diingat bahwa simbol-

simbol tetap merupakan simbol-simbol hanya apabila sekelompok orang setuju untuk

menganggapnya demikian (Gudykunst & Kim, 2003). Jika dikaitkan dengan seni tradisi, kesenian

tari tradisional menggambarkan kehidupan di daerah tersebut sehingga seni tari tradisional

dapat dikatakan sebagai lambang dari peradaban dari masing-masing daerah. Selain itu, tarian

juga mengandung sebuah pesan atau makna di dalamnya.

Hubungan antara budaya dan komunikasi bersifat timbal balik dan saling memengaruhi

(Natalia, 2007). Budaya tidak akan hidup tanpa komunikasi, begitu pun sebaliknya. Masing-

masing tak dapat berubah tanpa menyebabkan perubahan pada lainnya (Deddy & Rahmat,

2002:26—37). Tarian tradisional yang dikemas dalam kegiatan misi kebudayaan merupakan

sarana komunikasi hasil kebudayaan Indonesia yang dipertunjukkan di hadapan dunia. Menurut

Nanditta Fitriwardhani (Ketua Misi Kebudayaan Bengkel Kreasi Seni Teknik (BKST) Fakultas

2Ibid.

Page 5: MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA …susastra.fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/81/2017/01/Gunawan.pdf · menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi

Teknik UI)3, kegiatan tersebut bertujuan agar mahasiswa memiliki rasa cinta kepada kebudayaan

bangsanya sendiri dan memperkenalkan budaya Indonesia ke luar negeri. Dengan demikian,

melalui tarian sebagai hasil dari budaya, budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat

dan bakat seseorang untuk melestarikan kebudayaannya.

Misi kebudayaan yang dikirim ke luar negeri merupakan salah satu upaya diplomasi

Indonesia khususnya pada bidang kebudayaan yang diabdikan untuk kepentingan bangsa dalam

memperkenalkan seni budayanya yang dipergunakan sebagai alat untuk melakukan hubungan

diplomasi melalui budaya. Kelompok misi kebudayaan yang terdiri dari kelompok

seniman/seniwati yang secara perorangan atau kelompok akan mempertunjukkan kesenian asli

budaya Indonesia di luar negeri untuk mengikuti lomba atau festival folklore internasional

bersama dengan kontingen lain dari penjuru dunia.

Diplomasi kebudayaan merupakan alat untuk saling bertukar ide-ide, informasi, dan seni

itu sendiri di antara negara atau masyarakatnya untuk mencapai tujuan saling pengertian (mutual

understanding) (Cumming, 2003: 4). Dalam konteks diplomasi kebudayaan, misi kebudayaan

dianggap sebagai usaha untuk melakukan diplomasi yang menggunakan media kebudayaan

dalam arti mikro (Warsito & Kartikasari, 2007: 16). Lebih mikro lagi, misi budaya justru lebih

sering dianggap sebagai “konvensi” adalah kebudayaan yang menitikberatkan pada pemanfaatan

kesenian.

Tulisan ini akan membahas bentuk sastra sebagai unsur pendukung tari yang terdapat

musik pengiring tarian tradisional Indonesia yang dipentaskan oleh tim misi budaya di luar negeri

dalam program Krida Loka 2015 (sebuah program misi kebudayaan) dan bagaimana sastra dan

tarian tradisional digunakan sebagai alat diplomasi kebudayaan. Data lirik lagu yang diambil

berasal dari lirik lagu tarian tradisional Indonesia yang pernah dibawakan dalam program Krida

Loka 2015, sebuah program misi budaya yang dilakukan oleh Liga Tari Mahasiswa Universitas

Indonesia Krida Budaya ke tiga negara Eropa, yaitu Portugal, Spanyol, dan Belgia untuk mengikuti

sejumlah festival foklor internasional. Dalam kegiatan misi budaya tersebut terdapat beberapa

3Andrew Imanuel Ramschie, Gelar Pamit Misi Budaya Angsana Prabala, diakses di http://rtc.ui.ac.id/rtc/?p=2128 pada 27 Oktober 2012 pukul

20.37.

Page 6: MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA …susastra.fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/81/2017/01/Gunawan.pdf · menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi

program, yaitu pentas tari dan musik, parade budaya, pameran, dan workshop tari dan musik

tradisional Indonesia.

SASATRA DALAM TARIAN TRADISIONAL INDONESIA YANG TERDAPAT PADA PROGRAM MISI

BUDAYA

Secara garis besar, sastra terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu puisi, prosa, dan drama.

Sastra daerah yang berbentuk puisi pada umumnya masih disajikan dalam bahasa asli daerah

tersebut, baik berupa puisi, pantun, atau syair.

Jika dikaitkan dengan tarian tradisional Indonesia, tarian tradisional terdiri atas gerakan,

musik, lirik lagu, kostum, make up, properti tari, dan komposisi tari (variasi dan formasi). Dalam

tarian tradisional, biasanya terdapat vokal dan musik yang berasal dari alat musik khas daerah

tersebut. Lirik lagu yang terdapat di dalamnya berisi semangat, nasihat, kehidupan, atau amanat

dalam menjalani kehidupan.Selain itu, terdapat juga bunyi-bunyi yang dihasilkan dari hentakan

kaki, tepukan-tepukan pada berbagai bagian tubuh, tepuk tangan, jentikan jari, dan teriakan.

Dalam tulisan ini akan diuraikan bentuk sastra seperti apa saja yang terdapat dalam

pertunjukan tarian tradisional yang pernah dibawakan dalam program Krida Loka 2015, program

misi budaya Liga Tari Universitas Indonesia Krida Budaya Tahun 2015 yang dipentaskan di tiga

negara Eropa Barat, yaitu Portugal, Spanyol, dan Belgia.Dalam program misi budaya tersebut,

terdapat sepuluh tari tradisional yang dipentaskan dan berasal dari tujuh daerah di Indonesia

(Minang, Betawi, Aceh, Melayu, Dayak, Papua, dan Makassar). Dalam sepuluh tarian tersebut,

hanya ada sembilan tarian yang menggunakan syair (Tari Naiak Padi, Tari Indang, Tari Piring dari

Minang; Tari Topeng Sukiwana dari Betawi; Tari Ratoeh dari Aceh; Tari Zapin al Zafn dari Melayu,

Tari Gantar dari Dayak, Tari Sprado dari Papua, dan Tari Pakarena Anida dari Makassar) dan satu

tarian yang tidak menggunakan syair (Tari Burung Hong Betawi). Dari sembilan tarian tradisional

Indonesia yang terdapat lirik lagu akan dilihat bentuk puisi atau sastra yang terdapat di dalamnya.

1. Lirik Lagu Tari Naiak Padi, Minang

A. Pantun

Batang langkisau.. Nanjo Palupuah.. Padam palitoo.. Mangko binaso.. Bukanyo Pisau.. Nan kak mambunuah..

Page 7: MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA …susastra.fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/81/2017/01/Gunawan.pdf · menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi

Salahnyo katoo.. Labiah binaso..

B. Puisi

Payokumbuah koto nanompek... lai tuan ooii Sasimpang jalan di kalimbonang Jalo lusuah lai ikan tak dapek tampundam ooii Badan lah dingin de’ baronang Rami balai di payokumbuah... lai tuan ooiii Urang malangkah si ganju lalai Sambuik sombah sarato simpuah... lai tuan ooiii Tandonyo olek ka dimulai

2. Lirik Lagu Tari Indang, Minang

Puisi satu bait dua larik

Pado mananam dek tuan hai lobak lambau lalai

Elok si sawi dek sanak kito tugakan

Pado manahan dek tuan hati nan risau lalai

Elok lah indang dek sanak kito tarikan

Kami manari dek mamak silai tari indang tuan oi

Mainan anak mulonyo urang pariaman

3. Lirik Lagu Tari Piring, Minang

A. Pantun

Elok elok mamanje kamuniang lai kanjuang oi

Jan sampai rantiangnyo patah

Elok elok lai manari piriang lai olalai

Jan sampai piriangnyo pacah

B. Puisi

Ampuuuun… baribu kali ampuun

Ampunkan kami niniak mamak sarato sanak ka sadonyo

Jari sapuluah kami susun maaf jo rela nan di pinta

Sagalo kami ana mudo ndeh tuan oiii

Page 8: MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA …susastra.fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/81/2017/01/Gunawan.pdf · menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi

4. Lirik Lagu Tari Topeng Sukiwana, Betawi

Puisi

Aii... aiiloo... sayang disayang... burung djiwana

Aii jipati burung jiwana... sayang disayang..

apa juga dilolo-lolo

5. Lirik Lagu Tari Ratoeh, Aceh

Puisi

Aroek Pulo Pinang dibeudoh geulumbang tujoh

lam oek patah mayang di dalam minyek meulaboh

6. Lirik Lagu Tari Zapin al-Zafn, Melayu

Karmina

Masjid Mekkah menara tujuh

Tempat terahim sembahyang subuh

Imam berempat bersungguh-sungguh

hentikan tegah tegakkan suruh

Jika dinyanyikan

Hai masjid lah mekkah tuan... Masjid lah mekkah menara tujuh

Hai tempat terahim... lailahailallah allahurabbi... Tempat terahim sembahyang subuh...

Hai imam berempat tuan... Imam berempat bersungguh-sunguh

Hentikan tegah... lailahailallah allahurabbi... Hentikan tegah tegakkan suruh

7. Lirik Lagu Tari Gantar, Dayak

Puisi

Leleng leleng hutana lo...

Page 9: MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA …susastra.fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/81/2017/01/Gunawan.pdf · menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi

kea kea mokelo

kea kea musalo

sungai sungai limo... kanan

8. Lirik Lagu Tari Sprado, Papua

A. Puisi satu larik

Etokayaro umayi rayire

e mambo e mambo ye

B. Puisi dua larik satu bait

Hey mambo simbo eee mambo simbo

Mambo yaya yaya eee mambo yaya

Diru dirudina boa

sawape dirudina dina-dina o

hamari yebusi homape jirudea

sawape dirudina dina-dina o

C. Puisi tiga larik satu bait

Daire dimmi jambarawe

Taire dimmi jambarawe

Kenem mikii dormomo

9. Lirik Lagu Tari Pakarena Anida, Makassar

Talibun

Tak kunjungan bangunturu gale Nakuginciri nau gulingku

Page 10: MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA …susastra.fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/81/2017/01/Gunawan.pdf · menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi

Kualeana talanga natoa Lia dongang dongang labela karaeng Dongang la dongang dongang la Niate'ne nate'ne nala lo apamigau Tutuki malepa' lepa' gale Makbise a nau ra te bontoo Talangke salangke nasa koari Bukbuk dongang dongang labela karaeng Dongang la dongang dongang la Niate'ne nate'ne nala lo apamigau

Berdasarkan data-data di atas, dalam lirik lagu tari tradisional Indonesia terdapat sastra

di dalamnya, berupa karmina, pantun, puisi, dan talibun.

SASTRA DAN DIPLOMASI BUDAYA

Setiap daerah dan suku di Indonesia memiliki budaya yang berbeda-beda. Setiap daerah

dan suku tersebut mempunyai kesenian yang berupa sastra dan tari, baik dalam bentuk tradisi

maupun kreasi. Apabila disatukan, akan menjadi modal kekuatan bagi Indonesia, khususnya di

bidang seni dan budaya.

Sebagai sebuah bangsa yang baik, kita juga harus bergaul dengan bangsa lain yang

kebudayaannya berbeda. Lalu, bagaimanakah cara memperkenalkan kebudayaan kita dengan

orang lain yang berbeda budaya? Salah satunya adalah dengan memperkenalkan identitas

bangsa melalui karya seni dalam kegiatan misi budaya, yaitu tarian tradisional yang di dalamnya

terdapat sastra.

Tujuan melakukan misi kebudayaan ke mancanegara adalah untuk memperkenalkan

budaya Indonesia di mata dunia sehingga diharapkan dapat menarik wisatawan mancanegara ke

Indonesia yang pada akhirnya akan menambah devisa negara. Hal ini merupakan keuntungan

bagi bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai macam suku dan mempunyai beraneka ragam

kebudayaan.

Menurut Jero Wacik, kalau bertemu dengan orang asing atau berada di luar negeri,

janganlah berbicara tentang teknologi. Orang asing umumnya akan komentar bahwa bangsa

Indonesia merupakan bangsa yang baru belajar teknologi. Jika berbicara tentang ekonomi atau

Page 11: MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA …susastra.fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/81/2017/01/Gunawan.pdf · menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi

moneter, kemungkinan besar mereka juga akan komentar yang sama karena perekonomian

Indonesia jelek dan mata uangnya terus melemah. Akan tetapi, kalau berbicara mengenai seni

budaya, mereka mudah mengatakan bahwa “Indonesia negara besar” (Murdargo, 2007: 1).

Diplomasi kebudayaan (cultural diplomacy) dilakukan oleh pemerintah maupun

nonpemerintah dan sasaran utamanya adalah masyarakat suatu negara/bangsa. Bagi Indonesia,

diplomasi kebudayaan ini digunakan sebagai salah satu siasat untuk mengubah citra buruk

menjadi baik di mana opini dunia telah menjuluki negara Indonesia sebagai fail state4.5

Misi kebudayaan Indonesia yang tampil di berbagai tempat di dunia membawa tujuan-

tujuan atau efek positif. Berikut ulasannya

A. Kelompok kesenian Bougenville yang berasal dari Kalimantan Baratdiundang ke Madrid, Spanyol.

Pada 21 sampai 28 Oktober 2003, kelompok kesenian Bougenville ini tampil untuk mengikuti

Festival Asia. Pertunjukkan kesenian Melayu mereka yang dipadu dengan kesenian Dayak

mendapat sambutan yang meriah. Menurut mereka, kegiatan ini dapat meningkatkan kerja

sama kebudayaan antara kedua negara.6

B. Tim kesenian Jaipong dan Rampak Gendang ke Irak. Tim kesenian Indonesia tersebut untuk

kesekian kalinya tampil dalam Festival Internasional Babylon. Para duta budaya ini mampu

membuat para penonton yang memenuhi teater Babylon yang dapat membuat 15.000 orang

terpesona dengan goyangan para penari Jaipong dan bunyi gendang rampak yang dinamis.

Mereka juga terkesan dengan tarian lain yang tampil memukau ribuan penonton dalam

memeriahkan festival kebudayaan internasional di India atas undangan Indian Council For

Cultural Relations Ministry External Affairs (ICCR). Dalam pementasan tersebut, duta seni

dari Bali mendapat perhatian dari masyarakat di sana.7

4Peringkat Indonesia di Indeks Negara Gagal naik dari peringkat 64 ke 63 dari 178 negara. Berdasarkan Failed State Index (FSI) 2012 yang

dipublikasikan di Washington DC, Amerika Serikat, dalam kategori tersebut, Indonesia masuk kategori negara-negara yang dalam bahaya

(in danger) menuju negara gagal.

5Agung Supri Duh, Indonesia Peringkat 63 Negara Gagal(Sumber:

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/06/20/ diakses pada 23 Oktober 2012 pukul 22.03).

6Misi Kebudayaan Internasional (sumber: http://www.scribd.com/doc/20836555/12/ diakses pada 20 Desember

2012 pukul 20:34)

7Ibid.

Page 12: MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA …susastra.fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/81/2017/01/Gunawan.pdf · menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi

C. Group Kesenian Indonesia, yaitu Sanggar Indra Kusuma, pada acara Resepsi Diplomatik

dalam rangka memperingati HUT RI ke-67 yang diadakan di Wisma Duta di kota Rabat,

Maroko. Tim ini membawa misi dalam rangka mempererat hubungan bilateral melalui kerja

sama kebudayaan Indonesia-Maroko.8

D. Kelompok musik religi Ki Ageng Ganjur dari Yogyakarta, pimpinan Dr. Al–Zastrouw Ngatawi

mendapat kesempatan untuk melakukan show di Timur Tengah, Qatar, dan Uni Emirat Arab.

Dr. Al-Zastrouw Ngatawi mengungkapkan kalau misi kebudayaan ini bertujuan untuk

memperkenalkan seni budaya Indonesia terutama seni religi di kalangan masyarakat

internasional dan menghibur pekerja Indonesia yang berada di Timur Tengah sebagai satu

rangkaian dakwah lewat musik, walau kadang ada orang Islam yang beraliran keras

menganggap musik itu haram. Islam adalah agama yang bisa disebarkan secara lembut,"

terangnya.9

E. Kelompok Liga Tari Krida Budaya dari Universitas Indonesia kembali mengharumkan nama

Indonesia di luar negeri dengan meraih medali perak pada "The 41st International Festival of

Highland Folklore” yang berlangsung di Zakopane, selatan Polandia, 21 hingga 28 Agustus

2009.10

Pada perkembangannya, Indonesia berusaha untuk mengubah citranya agar menjadi

lebih baik di mata internasional, khususnya ketika Indonesia bisa membuktikan melalui adanya

demokratisasi politik, kebebasan pers, dan militer yang sudah tidak mendominasi. Fenomena ini

kemudian oleh KBRI dijadikan titik balik untuk meningkatkan diplomasi dengan negara tersebut

pada tatanan hubungan internasional yang lebih baik. Melalui misi kebudayaan: menjaga dan

mengembalikan citra baik Indonesia yang citranya menjadi buruk karena adanya masalah

kerusuhan dan teorisme.

8Ruslan Burhani,Misi Budaya Indonesia Tampil di Maroko (Sumber: http://www.antaranews.com/berita/334802/ diakses

pada 23 Oktober 2012 pukul 22.00).

9Ki Ageng Ganjur, Bawa Misi Kebudayaan ke Timur Tengah (Sumber: http://musik.kapanlagi.com/berita/ diakses

pada 23 Oktober 2012 pukul 22.11).

10A. Supardi Adiwidjaya, UI Raih Medali Perak pada Highland Folklore Festival di Polandia (Sumber

http://www.rakyatmerdeka.co.id/internasional/2009/08/31/6840/ diakses pada 27 Oktober 2012 pukul 21.43).

Page 13: MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA …susastra.fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/81/2017/01/Gunawan.pdf · menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi

Efek globalisasi pada identitas budaya (cultural identity) meminoritaskan pendekatan

ekonomi dan politik yang diyakini akan mengundang kontroversi bahkan mereduksi kualitas

intensitas interaksi. Melalui seni pertunjukan lewat seni tari, musik, dan teater dapat

menunjukkan ciri atau identitas sosial suatu etnik atau suku bangsa tertentu. Secara internal dan

eksternal tidak saja mengandung hiburan, tetapi juga dapat bercerita, mendidik, bahkan

mengajarkan nilai-nilai kebudayaan tertentu.

Rangkaian tampilan seni budaya tradisional Indonesia yang dilakukan di luar negeri (misi

kebudayaan) dapat silih berganti dan menggelorakan emosi penonton. Hal tersebut merupakan

sarana suprastruktur dalam bentuk eksebisi dengan tujuan pengakuan (recognation). Seketika itu

juga mencabut akar stereotype dan prejudice yang selama ini melekat di bangsa Indonesia.

Strategi komunikasi antarbudaya ini terbukti sanggup membangun diplomasi kebudayaan dan

mengubah pandangan miring masyarakat dunia tentang kelemahan Indonesia.

Secara praktis, adanya tarian tradisional dan sastra di dalamnya pada misi kebudayaan

akan berfungsi untuk menyosialisasikan investasi pada bidang diplomasi budaya dan membantu

pemerintah dalam merancang peraturan dan ketentuan yang melingkupi kehidupan masyarakat

dari keberagaman budaya. Selain itu, misi kebudayaan dapat membangun dan menjaga

semangat freedom of imagination, expression dan opportunity kepada semua elemen

masyarakat pada keberagaman seni budaya sebagai aset terbesar bangsa ini. Di sisi lain, dengan

adanya misi kebudayaan dapat mengubah kesadaran dan perilaku masyarakat tentang

intellectual property dan perlindungan warisan budaya.

Kementerian Luar Negeri Indonesia sangat mendorong pengiriman kelompok misi

kebudayaan sebagai track strategy Deplu yang disebut dengan Total Diplomacy. Konsep tersebut

berasumsi bahwa tidak mungkin aktivitas diplomasi hanya dilakukan oleh pejabat-pejabat

Kemenlu saja, tetapi seluruh komponen masyarakat memiliki tanggung jawab untuk melakukan

diplomasi. Elemen-elemen masyarakat itu bisa melalui olahraga, bisnis, dan porsi yang paling

‘major’ itu adalah diplomasi budaya (Murdargo, 2007: 79—80).

Indonesia memiliki keberagaman seni budaya. Bentuk komunikasi antarbudaya yang

dirasa sangat tepat dan dapat menghindari adanya pro dan kontra, yaitu pertunjukan budaya.

Page 14: MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA …susastra.fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/81/2017/01/Gunawan.pdf · menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi

Budaya bisa dijadikan untuk mengencerkan situasi yang nantinya dapat membuat basic kerja

sama politik menjadi lebih mudah (Murdargo, 2007: 81).

Misi kebudayaan dilakukan oleh kelompok yang memiliki kapasitas sebagai seniman

tradisional dan pop Indonesia untuk melakukan aktivitasnya dengan memainkan alat musik,

bernyanyi, menari, dan akting tentang seni budaya tradisional Indonesia di hadapan audience

yang berbeda budaya dengannya di luar negeri. Gerak tari, sastra, musik, make up, properti, dan

kostum dapat menunjukkan ciri atau identitas sosial suatu etnik atau suku bangsa tertentu di

Indonesia. Secara internal dan ekternal tidak saja sekadar menghibur tetapi menampilan nilai-

nilai kebudayaan tertentu. Setiap tarian memiliki pesona masing-masing, tak hanya pesona

kostum, tetapi juga tata gerak dan lirik lagunyanya, misalnya, dalam Tari Saman dari Aceh.

Tarian yang terdapat sastra di dalamnya adalah salah satu elemen seni budaya bangsa

yang dapat ditampilkan dan dibanggakan. Hal ini terbukti dengan efek komunikasi yang

ditimbulkan dari pertunjukan kelompok misi kebudayaan Indonesia yang tampil di mancanegara.

Mereka selalu mendapatkan peringkat tertinggi dan dihargai di negeri orang. Buktinya pada

tampilan kesenian tradisional Indonesia di luar negeri, penonton dari latar budaya yang berbeda

dapat menyerap esensi seni yang dipertunjukkan yang dapat memukau dan mengesankan orang

asing tersebut.

Diplomasi kebudayaan dikenal sebagai sebuah aktivitas pemanfaatan kebudayaan dalam

politik luar negeri Indonesia. Diplomasi kebudayaan merupakan alat untuk saling bertukar ide-

ide, informasi, dan seni itu sendiri di antara negara atau masyarakatnya. Pada kegiatan misi

kebudayaan, rangkaian tampilan seni budaya tradisional merupakan salah satu alat komunikasi

antarbudaya yang dapat memberikan efek positif yang dapat mencabut stereotype dan prejudice

negatif yang melekat di bangsa Indonesia. Strategi kebudayaan ini terbukti sanggup membangun

diplomasi kebudayaan pemerintah Indonesia dengan negara yang dikunjungi untuk mengadakan

misi budaya.

Diharapkan generasi bangsa ini mampu menanamkan akar seni budaya indonesia yang

adiluhung ke generasi berikutnya agar menjadi bagian dari jiwa dan martabatnya sebagai bangsa

Indonesia. Hal tersebut akan berakibat pada tidak tercabutnya akar budaya bangsa dari generasi

penerus bangsa sehingga tidak melulu mengikuti gelombang yang dihempaskan oleh terpaan

Page 15: MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA …susastra.fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/81/2017/01/Gunawan.pdf · menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi

budaya bangsa asing. Melalui langkah-langkah kreatif, anak-anak muda yang melakukan misi

kebudayaan dapat mengukuhkan jati diri sebagai penurus bangsa yang madani dan berbudaya

yang tidak tercerabut dari akar budaya. Karena budaya adalah penentu identitas anak muda

Indonesia di tengah arus globalisasi dan semua anak muda Indonesia harus menjadi duta-duta

budaya, di mana pun berada.

PENUTUP

Misi kebudayaan adalah kelompok seni dan budaya yang melakukan pertunjukkan seni

tradisi Indonesia di mancanegara. Misi budaya merupakan wujud nyata bagaimana mereka

sebagai bagian dari anak bangsa “bicara” kepada dunia tentang peradaban budaya Indonesia.

Mereka akan menyampaikan apa yang mereka pahami tentang kekayaan budaya bangsa.

Masyarakat Indonesia tinggal di beberapa tempat dan daerah, seperti pegunungan,

pesisir pantai, atau bahkan perkotaan. Tempat dan daerah tersebut menghasilkan potensi

kekayaan dan keindahan budaya yang beragam. Hasil kebudayaan tersebut sangat beragam,

seperti bangunan, senjata tradisional, pakaian, makanan, kesenian, termasuk sastra dan tari.

Tarian yang berisi sastra di dalamnya bukan merupakan pertunjukan semata, melainkan salah

satu bentuk komunikasi budaya untuk memahami budaya itu sendiri. Selain itu, tarian tradisional

Indonesia dan lirik di dalamnya, dalam hal ini adalah sastra, adalah salah satu cara untuk

memahami keberagaman Indonesia.

Tim misi kebudayaan Indonesia memperkenalkan tarian dan sastra sebagai hasil

kebudayaan yang didalamnya terkandung nilai-nilai keindonesiaan yang tecermin dalam gerakan,

lirik, musik, make up, properti, dan kostum tradisional Indonesia ke kancah internasional. Tarian

tradisional dan sastra dalam misi kebudayaan merupakan salah satu alat diplomasi kebudayaan,

itulah misinya untuk mengubah stereotip dan prasangka buruk orang asing tentang Indonesia.

Selain itu, misi kebudayaan merupakan ajang mengekspresikan keterampilan dan hasil karya seni

kepada masyarakat internasional dan dapat meningkatkan kepedulian generasi muda terhadap

kesenian bangsa. Dengan demikian, keberadaan program misi budaya sangat dibutuhkan oleh

perwakilan Indonesia di negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia

untuk membuka jaringan kerja seni budaya yang bersifat global, ajang pertukaran kreativitas seni

Page 16: MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA …susastra.fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/81/2017/01/Gunawan.pdf · menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi

antardunia, dan memberikan sudut pandang yang baik tentang Indonesia melalui karya seni tari,

sastra, dan musik. Keberadaan misi kebudayaan ini dirasa semakin sentral ketika faktor-faktor

lain seperti ekonomi, sosial, dan politik sudah tidak bisa lagi dijadikan alat sebagai diplomasi.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Gudykunst, William B. dan Young Yun Kim. 2003. Communicating With Strangers.4th ed. McGraw-

Hill, New York.

Liliweri, Alo. 2004. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulyana, Deddy dan Rahmat Jalaludin. 2002. Komunikasi Antarbudaya. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Peursen, Cornelis Anthonie van. 1976. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Warsito, Tulus & Wahyuni Kartikasari. 2007. Diplomasi Kebudayaan, Konsep dan Relevansi bagi

Negara Berkembang: Studi Kasus Indonesia. Ombak: Yogyakarta.

Jurnal:

Natalia, Imanuel Virgini Olaga. 2007. Model Komunikasi Antarbudaya Ekspatriat Guangdong

Machinery Exp.Imp.Ltd China (Gmc) Dengan Orang Indonesia Dalam Rangka Menjalin

Kerjasama Dengan Orang Indonesia Di Surabaya. Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-

385X Vol. I No.1 Januari 2007.

Tesis:

Murdargo, Petty Tanjung Sari. 2007. Tesis: Misi Kebudayaan sebagai Strategi Komunikasi

Antarbudaya (Studi Kasus Misi Kebudayaan Kelompok Sanggrina Bunda dalam

Membangun Diplomasi Kebudayaan Pemerintah Indonesia dengan Kanada). Jakarta:

Pascasarjana Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP UI.

Internet:

A. Supardi Adiwidjaya, UI Raih Medali Perak pada Highland Folklore Festival di Polandia (Sumber

http://www.rakyatmerdeka.co.id/internasional/2009/08/31/6840/ diakses pada 27

Oktober 2012 pukul 21.43).

Andrew Imanuel Ramschie, Gelar Pamit Misi Budaya Angsana Prabala, diakses di

http://rtc.ui.ac.id/rtc/?p=2128 pada 27 Oktober 2012 pukul 20.37.

Cumming, Milton C. Jr. 2003. Cultural Diplomacy and the United States Goverment: A Survey,

Center for Art and Culture. Washington DC. http://www.culturalpolicy.org.

Page 17: MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA …susastra.fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/81/2017/01/Gunawan.pdf · menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi

Ki Ageng Ganjur, Bawa Misi Kebudayaan ke Timur Tengah (sumber:

http://musik.kapanlagi.com/berita/ diakses pada 23 Oktober 2012 pukul 22.11).

Ruslan Burhani,Misi Budaya Indonesia Tampil di Maroko (sumber:

http://www.antaranews.com/berita/334802/ diakses pada 23 Oktober 2012 pukul

22.00).

Zainal, Tari Tradisional (sumber: http://zainalabdullah32.student.umm.ac.id/materi-2/ diakses

pada 28 Oktober 2012 pukul 20.47).

Misi Kebudayaan Internasional (sumber: http://www.scribd.com/doc/20836555/12/ diakses

pada 20 Desember 2012