2
Emh, entah aku merindu obrolan-obrolan kecil dengannya. Obrolan yang membawa perasaanku pada keadaan yang entah. Coba menengok sebentar. Remaja sekarang seperti tak kehabisan akal untuk menggegerkan dunia. Berbagai macam aksi mereka lakukan. Balap liar, clubbing, pergaulan bebas, narkoba, balap sekolah. Hidup yang hanya sebentar mereka gunakan untuk pemuas kebutuhan tanpa tujuan yang jelas. Mereka menikmati euforia kehidupan tanpa berpikir bagaimana kehidupannya di masa mendatang. Norma mereka tinggalkan, aturan tak mereka hiraukan. Budaya ? tak usah ditanyakan lagi. Remaja Indonesia sedikit demi sedikit melepaskan budaya luhur nenek moyang yang dulu dijunjung tinggi. Tak ada jaminan yang pasti jika para remaja hanya berpesta pada kebahagiaan semu dunia. Seharusnya, di tangan merekalah dunia bisa menjadi panorama yang memiliki estetika. Pilar-pilar bangsa menuju Negara yang unggul. coba dikoreksi, Sekarang begini, knpa hanya mengintimidasi para remaja Bukankah mereka juga seharusnya mendaptkan panutan untuk hidup kedepan Alangkah baiknya jika kita membahas tentang remaja sebaiknya kita membahas apa yang selama ini di terima remaja indonesia, Sistim kurikulum yang tak ubhnya seberti bonek membuat para remaja seolah hanya seperti alat percobaan saja Nah, jika kita fikir apa yang di terima remaja sudah tepat, baru kita berfikir apa yang memang sehrusnya remaja lakukan Seperti halnya menjaga norma, sehingga mampu membngun sebuah peradaban bangsa yanh patut untuk di banggkan Kemarin pukul 16:31 · Dikirim dari Seluler Tak ada yang perlu disalahkan dalam hal ini. Semua kembali pada diri masing-masing. Tolak ukur perkembangan moral remaja tak bisa dilihat dari pendidikan saja. Kebijakan pemerintah yang dengan adanya kurukulum baru, bukan bermaksud menjadikan remaja sebagai ‘boneka’. Mereka hanya melakukan usaha baru yang menurut mereka baik, dimana mereka melihat kurikulum KTSP mungkin kurang bisa berkembang. Jika mereka gagal dalam melaksanakan usahanya, berarti bukan usaha yang baik. Walaupun sejujurnya aku kurang setuju dengan kurikulum baru, setidaknya kita bisa menghargai usaha mereka yang bertujuan memajukan para anak bangsanya agar bisa berfikir kritis dan aktif dalam bertindak.

Miss !!

Embed Size (px)

DESCRIPTION

DEBAT !! BERMANFAAT :)

Citation preview

Page 1: Miss !!

Emh, entah aku merindu obrolan-obrolan kecil dengannya. Obrolan yang membawa perasaanku pada keadaan yang entah.

Coba menengok sebentar.Remaja sekarang seperti tak kehabisan akal untuk menggegerkan dunia. Berbagai macam aksi mereka lakukan. Balap liar, clubbing, pergaulan bebas, narkoba, balap sekolah. Hidup yang hanya sebentar mereka gunakan untuk pemuas kebutuhan tanpa tujuan yang jelas. Mereka menikmati euforia kehidupan tanpa berpikir bagaimana kehidupannya di masa mendatang. Norma mereka tinggalkan, aturan tak mereka hiraukan. Budaya ? tak usah ditanyakan lagi. Remaja Indonesia sedikit demi sedikit melepaskan budaya luhur nenek moyang yang dulu dijunjung tinggi. Tak ada jaminan yang pasti jika para remaja hanya berpesta pada kebahagiaan semu dunia. Seharusnya, di tangan merekalah dunia bisa menjadi panorama yang memiliki estetika. Pilar-pilar bangsa menuju Negara yang unggul. coba dikoreksi,

Sekarang begini, knpa hanya mengintimidasi para remajaBukankah mereka juga seharusnya mendaptkan panutan untuk hidup kedepan Alangkah baiknya jika kita membahas tentang remaja sebaiknya kita membahas apa yang selama ini di terima remaja indonesia, Sistim kurikulum yang tak ubhnya seberti bonek membuat para remaja seolah hanya seperti alat percobaan saja Nah, jika kita fikir apa yang di terima remaja sudah tepat, baru kita berfikir apa yang memang sehrusnya remaja lakukan Seperti halnya menjaga norma, sehingga mampu membngun sebuah peradaban bangsa yanh patut untuk di banggkanKemarin pukul 16:31 · Dikirim dari Seluler

Tak ada yang perlu disalahkan dalam hal ini. Semua kembali pada diri masing-masing. Tolak ukur perkembangan moral remaja tak bisa dilihat dari pendidikan saja. Kebijakan pemerintah yang dengan adanya kurukulum baru, bukan bermaksud menjadikan remaja sebagai ‘boneka’. Mereka hanya melakukan usaha baru yang menurut mereka baik, dimana mereka melihat kurikulum KTSP mungkin kurang bisa berkembang. Jika mereka gagal dalam melaksanakan usahanya, berarti bukan usaha yang baik. Walaupun sejujurnya aku kurang setuju dengan kurikulum baru, setidaknya kita bisa menghargai usaha mereka yang bertujuan memajukan para anak bangsanya agar bisa berfikir kritis dan aktif dalam bertindak.

Dan lagi, sebenarnya aku juga menulis sisi baik dari seorang remaja. Sayangnya, kamu keburu off dan aku mengurungkan niatku untuk menulisnya. Coba lihat,Tapi, jangan salahkan semua remaja, masih ada remaja yang menjunjung nilai-nilai Ilahi. Berjuang diantara kontradiksi yang melawan arus mereka untuk tetap gigih pada jalan yang benar. Bertahan di tengah badai yang merusak norma susila. Yang terus menerus bernegoisasi dengan berbagai tantangan zaman. Generasi yang masih berpegang pada al-qur’an dan sunnahnya. yang menyelesaikan masalah dengan ijmak dan qiyas tanpa ada baku hantam. Merekalah yang nantinya bisa membimbing teman-temannya menuju jalan yang hakiki. menuntun teman-temannya menuju tangga yang berakhir pada surga. Dambaan manusia religi.

Bukankah pencontohan dengan tindak laku justru lebih efektif dari pada hanya hanya berkutat pada teori. Masih banyak sekali pe er yang seharusnya di kerjakan para praktisi pendidikan. Tak hanya sampai disitu, formula yang diciptakan tentunya harus dengan kadar yang pas agar para remaja menjadi output yang seharusnya di hasilkan.

Page 2: Miss !!

Mungkin inilah jwaban atas pertanyaan yang anda ajukan. Seharusnya kita juga harus berperan dalam membentuk moral para remaja. Menjadikan kitabnya sebagai panutan yang tak tergantikan ,mejadikan sunnahnya sebagai bahan untuk menuju kemajuan, ijma' dan qiyas kita jadikan batu loncatan untuk menjadikan indan berpendidikan. Dan semoga tuhan selalu memantapkan setiap langkah yang akan kita pijakkan. LANJUTKAN!!!