87
ANALISIS PRAGMATIK DALAM NOVEL “MATA, ONAJI YUME WO MITEITAKARYA SUMINO YORU SUMINO YORU NO SAKUHIN NO “MATA, ONAJI YUME WO MITEITA” TO IU SHOUSETSU NI OKERU PURAGUMATIKU NO BUNSEKI SKRIPSI Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat mengikuti ujian sarjana dalam bidang ilmu Sastra Jepang Oleh: LYWENCY JANWANTY 160708009 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020 Universitas Sumatera Utara

MITEITA KARYA SUMINO YORU

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MITEITA KARYA SUMINO YORU

ANALISIS PRAGMATIK DALAM NOVEL “MATA, ONAJI YUME WO

MITEITA” KARYA SUMINO YORU

SUMINO YORU NO SAKUHIN NO “MATA, ONAJI YUME WO MITEITA”

TO IU SHOUSETSU NI OKERU PURAGUMATIKU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat mengikuti ujian

sarjana dalam bidang ilmu Sastra Jepang

Oleh:

LYWENCY JANWANTY

160708009

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

Universitas Sumatera Utara

Page 2: MITEITA KARYA SUMINO YORU

Universitas Sumatera Utara

Page 3: MITEITA KARYA SUMINO YORU

Universitas Sumatera Utara

Page 4: MITEITA KARYA SUMINO YORU

Universitas Sumatera Utara

Page 5: MITEITA KARYA SUMINO YORU

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus oleh karena

berkat-Nya yang senantiasa memberikan karunia yang begitu besar sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS

PRAGMATIK DALAM NOVEL “MATA, ONAJI YUME WO MITEITA”

KARYA SUMINO YORU” yang merupakan persyaratan untuk mencapai gelar

sarjana sastra di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis mempersembahkan skripsi ini kepada orang tua penulis, Bapak A.

Naibaho dan Ibu R. Simorangkir yang memberikan dukungan dalam hal moral,

materil serta doa yang selalu menyertai penulis. Terima kasih juga karena telah

memberikan didikan, bimbingan serta menjaga dengan penuh perhatiaan dan

kepercayaan yang selalu menyertai dalam keadaan apapun.

Penulis juga menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-

pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yakni kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, MS., Ph.D., selaku ketua Program

Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs.Yuddi Adrian Muliadi, M.A., selaku Dosen Pembimbing

yang telah banyak memberikan masukan, tenaga, kesabaran serta

Universitas Sumatera Utara

Page 6: MITEITA KARYA SUMINO YORU

ii

4. waktunya dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

sampai dengan selesai.

5. Dosen Penguji Skripsi yang telah menyediakan waktunya dalam

memahami dan memberikan masukan pada skripsi ini serta menguji

skripsi ini.

6. Para Dosen Program studi Sastra Jepang yang telah memberikan ilmu

serta pendidikan kepada penulis yang banyak membantu dan

memberikan masukan dalam proses perkuliahan hingga akhir dalam

penyelesaian skripsi ini.

7. Kepada saudara laki-laki saya Johannes, Dodi, Ricky dan juga kepada

adik laki-laki saya Kristian yang selalu memberikan motivasi, serta

senantiasa menghibur dalam proses pengerjaan skripsi ini

8. Kepada Treasure dkk yang selalu menjadi penyemangat dan

mengingatkan penulis untuk mengerjakan skripsi ini.

9. Kepada Tatami squard Stesi, Jeli, Erni, Meta yang selalu menjadi

teman penyemangat satu sama lain semasa perkuliahan hingga

penyelesaian skripsi ini.

10. Kepada Nazla dan Kia yang selalu menjadi patner bertukar pikiran

semasa perkuliahan hingga akhir pengerjaan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: MITEITA KARYA SUMINO YORU

iii

11. Kepada teman-teman Aotake stambuk 2016 yang tidak bisa penulis

sebutkan namanya satu persatu selalu menjadi teman yang saling

membantu serta tempat untuk berkeluh kesah semasa masa perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyaknya kekurangan.

Oleh sebab itu penulis mengharapkan membantu dalam melengkapi kekurangan

skripsi ini berupa kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini

dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan juga bagi pembacanya.

Medan, 26 November 2020

Penulis,

Lywency Janwanty

NIM: 160708009

Universitas Sumatera Utara

Page 8: MITEITA KARYA SUMINO YORU

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 7

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan .............................................................. 7

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori .............................................. 8

1.4.1 Tinjauan Pustaka .................................................................... 8

1.4.2 Kerangka Teori ....................................................................... 10

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 12

1.5.1 Tujuan Penelitian .................................................................... 12

1.5.2 Manfaat Penelitian .................................................................. 12

1.6 Metode Penelitian............................................................................. 13

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL“MATA, ONAJI YUME

WO MITEITA” KARYA SUMINO YORU, STUDI PRAGMATIK

DAN SEMIOTIK SASTRA ............................................................ 15

2.1 Resensi Novel “ Mata, Onaji Yume Wo Miteita”

Karya Sumino Yoru ......................................................................... 15

2.1.1 Tema ......................................................................................... 15

2.1.2 Alur (Plot) ............................................................................... 17

2.1.3 Latar (Setting) ......................................................................... 18

2.1.4 Penokohan ................................................................................ 20

2.1.5 Sudut Pandang ......................................................................... 21

Universitas Sumatera Utara

Page 9: MITEITA KARYA SUMINO YORU

v

2.2 Studi Pragmatik dan Semiotik Sastra ................................................ 23

2.3 Biografi Pengarang............................................................................ 24

BAB III ANALISIS PRAGMATIK DALAM NOVEL “MATA, ONAJI

YUME WO MITEITA” KARYA SUMINO YORU .................... 26

3.1 Sinopsis Cerita ................................................................................. 26

3.2 Nilai Pragmatik yang Terkandung dalam Novel “Mata, Onaji

Yume wo Miteita” Karya Sumino Yoru ......................................... 29

3.2.1 Keterbukaan Tokoh Utama Koyanagi Nanoka

di Lingkungan Sekolah ........................................................... 29

3.2.2 Keterbukaan Tokoh Utama Koyanagi Nanoka

di Lingkungan Umum ............................................................. 33

3.3 Analisis Nilai Pragmatik Tokoh Utama Koyanagi Nanoka dalam

Novel“ Mata,Onaji Yume Wo Miteita” Karya Sumino Yoru ......... 39

3.3.1 Percaya Diri .............................................................................. 39

3.3.2 Kepedulian ............................................................................... 44

3.3.3 Kecerdasan ............................................................................... 49

3.3.4 Pantang Menyerah ................................................................... 55

3.3.5 Keberanian ............................................................................. 59

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 70

4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 70

4.2 Saran ................................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

Universitas Sumatera Utara

Page 10: MITEITA KARYA SUMINO YORU

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan sebuah pengungkapan perasaan yang memiliki

sifat imajinasi di dasarkan pada pemikiran dan pengalaman yang mengambil latar

belakang kehidupan manusia sebagai sumber inspirasinya di tuang melalui media

bahasa sebagai perantara. Rokhmansyah (2014: 11) karya sastra adalah media

bahasa yang menjadi bahan utama dalam karya sastra. Sehingga adanya karya

sastra memberikan kesadaran mengenai suatu hal seperti pola pikir kehidupan

manusia yang memiliki nilai-nilai di dalam karya sastra yang memberikan acuan

untuk mempengaruhi perasaan menjadi lebih peka.

Karya sastra memiliki nilai yang bermakna bagi kehidupan manusia itu

sendiri, karena sebagai sarana dalam penghiburan serta pesan yang di sampaikan

oleh pengarang secara tidak langsung memberikan pengaruh dalam pikiran

manusia. Seperti halnya karya sastra adalah bagian dari pengalaman hidup

manusia baik dalam segi manusia dalam hal penciptaanya maupun manusia

sebagai penikmat dalam karya sastra tersebut sehingga karya sastra memiliki

dampak yang dapat menjadikan manusia berkomunikasi satu dengan yang lain

dengan perantara karya sastra. (Nursisto 2000: 2).

Memahami sebuah karya sastra sama halnya dalam mencari arti makna yang

disampaikan oleh pengarang sehingga dengan adanya pengetahuan dalam karya

sastra mengajarkan dalam berpikir kritis untuk menanggapi sebuah karya sastra.

Menurut Endraswara (2013: 5) karya sastra adalah dunia yang di dalamnya

terdapat kata yang memiliki makna-makna. Karya sastra memberikan dampak

Universitas Sumatera Utara

Page 11: MITEITA KARYA SUMINO YORU

2

positif dalam menanggapi realita sosial sebagai contohnya dapat memberikan

pertumbuhan dalam daya kreativitas seseorang dalam menanggapinya sehingga

siapa saja bebas untuk menungkan isi pikirannya dalam karya sastra. Karya sastra

menjadikan sarana dalam membentuk karakter manusia, dengan sastra yang

memberikan ceriminan dalam kehidupan manusia yang dapat memberikan

pengaruh besar pada manusia itu sendiri. Karena itu karya sastra dapat

memberikan kebenaran mengenai kehidupan meskipun di gambarkan dalam

bentuk fiksi tetapi karya sastra banyak menggambarkan kenyataan mengenai

kehidupan itu sendiri yang menjadikan karya sastra sebagai saksi dalam

menanggapi beragam kehidupan yang di alami oleh manusia itu sendiri.

Karya sastra di bagi dalam beberapa jenis yaitu puisi, pantun, novel, drama

dan sebagainya. Dalam beberapa jenis karya sastra tersebut penulis mengambil

bahan dari novel. Dalam mengkaji novel memberikan perkembangan dalam

berpikiran positif menanggapi masalah yang ada pada kehidupan. Seiring dengan

perkembangan zaman novel terus berkembang sampai sekarang sehingga

memiliki berbagai genre yang dapat dinikmati oleh semua orang.

Novel merupakan karangan prosa di tulis dengan mengunakan bentuk

naratif serta di sajikan dalam bentuk cerita. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro

(2015:11-12) mengungkapkan bahwa secara harfiah novella adalah sebuah barang

baru yang kecil dan dapat di artikan lagi sebagai cerita pendek yang membentuk

prosa. Sedangkan menurut Aziez dan Hasim (2010 : 2) novel adalah suatu

karangan yang dengan menceritakan peristiwa dari kehidupan tokoh cerita,

sehingga kejadian ini adanya konflik, pertikaian, yang mengalihkan bagaimana

jalannya nasib dari para tokoh. Novel merupkan sebuah media yang sangat efektif

Universitas Sumatera Utara

Page 12: MITEITA KARYA SUMINO YORU

3

apabila sebuah novel dapat memberikan nilai pendidikan ataupun manfaat lebih

kepada pembaca. Novel merupakan dasar atau gambaran masyarakat mengenai

kehidupan yang di dalamnya terdapat nilai-nilai kebenaran, dengan adanya novel

mengajarkan adanya beragam sifat ataupun karakter yang berbeda sehingga

memberikan manfaat tersendiri bagi penikmat karya sastra.

Novel memiliki kelebihan lainnnya sebagai sarana hiburan bagi pembaca

sehingga membuat pembaca merasakan keterkatikan ataupun penasaran dalam

alur ceritanya. Menurut Sumardjo (1997: 11-12) berpendapat bahwa novel yaitu

berupa cerita, yang mudah untuk di pahami dan di dalamnya terdapat kerahasiaan

dalam alur ceritanya yang menimbulkan sikap penasaran terhadap setiap pembaca.

Selain sebagai media hiburan novel juga memiliki kelebihan sebagai sarana yang

dapat menyenangkan bagi pembaca dalam menghayati ataupun menanggapi

ceritanya yang dapat memberikan pesan moral bernilai positif dan makna yang

mendalam di dalamnya, sehingga novel mampu menjadikan manusia yang

berbudaya dan mengerti sopan santun serta berbudi sosial dalam bermasyarakat

maupun dalam pendidikan.

Novel yang berjudul “Mata, Onaji Yume wo Miteita” adalah novel karya

Sumino Yoru yang terbit di akhir tahun 2016. Menceritakan tentang Koyanagi

Nanoka yang selalu memimpikan hal yang sama lagi sewaktu dia masih menjadi

anak SD yang mengganggap dirinya sendiri pintar dan berpikir kritis serta suka

mengatakan “hidup itu adalah…”. Koyanagi Nanoka adalah anak yang tampaknya

agak sulit bergabung dengan teman seusianya di kelas karena menganggap

mereka semua “bodoh”, yang di maksud dia sebagai seorang yang suka menindas.

Koyanagi Nanoka di gambarkan sebagai anak yang sangat berani dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 13: MITEITA KARYA SUMINO YORU

4

menghadapi penindasan itulah yang membuat Koyanagi Nanoka berbeda pada

anak SD yang lain. Koyanagi Nanoka mendapatkan tugas sekolah dari Hitomi-

sensei yaitu memikirkan apa itu kebahagiaan, selama memikirkan tugas tersebut

setiap pulang sekolah karena kedua orang tuanya sibuk bekerja dia bebas bermain

keluar rumah dan di temani dengan seekor kucing hitam. Karena tidak

mempunyai teman seusianya Koyanagi Nanoka selalu mengunjungi rumah

Abazure-san dan dia juga selalu mengunjungi rumah seorang Nenek. Koyanagi

Nanoka selalu berkonsultasi soal banyak hal termasuk tugas di sekolahnya

mencari yang mencari arti kebahagiaan sehingga dia menganggap mereka sebagai

temannya. Suatu hari Koyanagi Nanoka melewati rute yang berbeda dari yang dia

lewati selama ini, kemudian dia bertemu dengan gadis SMA yang bernama

Minami-san yang suka menyayat nadinya sendiri dan dari pertemuan ini Koyanagi

Nanoka berteman dengan Minami-san.

Setiap hari setelah pulang sekolah Koyanagi Nanoka selalu mengunjungi

satu persatu temannya, walaupun di sekolah Koyanagi Nanoka berbeda dengan

anak SD pada umumnya dia bukanlah anak nakal yang menganggap orang lain

berbeda level darinya. Koyanagi Nanoka sebenarnya sangat peduli, hanya saja

karena kepintarannya dia di jahui oleh teman sekelasnya hanya Ogiwara-kun dan

Kiryu-kun yang sering dia ajak bicara di sekolah dan juga Hitomi-sensei yang

selalu membimbingnya. Walaupun tidak ada yang mau berteman denganya dia

merasa tidak masalah akan hal itu, Koyanagi Nanoka tetap menjalani aktivitasnya

pergi ke sekolah setiap hari. Perlahan-lahan kehidupan sehari-hari Koyanagi

Nanoka berubah satu persatu masalah muncul di kehidupannya dalam mencari arti

kebahagiaan. Dimulai pada saat masalah Koyanagi Nanoka dengan orang tuanya,

Universitas Sumatera Utara

Page 14: MITEITA KARYA SUMINO YORU

5

disini orang-orang dewasa yang dia temui membantunya dalam menghadapi

masalahnya dan secara misterius mereka menghilang satu persatu setiap satu

masalah yang sedang di hadapinya dapat terselesaikan saat mereka menceritakan

mimpi yang sama lagi yang mereka lihat dan saat itu juga mereka sudah mengerti

arti dari kebahagiaan. Sehingga hilangnya mereka menjadi hal yang sangat

misterius dalam kehidupan Koyanagi Nanoka.

Koyanagi Nanoka yang sudah dewasa selalu memimpikan hal yang sama

lagi yang kini mengerti dari hilangnya Abazure-san, Minami-san, dan Nenek

secara misterius karena merekalah yang menuntun jalan kehidupan Koyanagi

Nanoka yang kini mengerti arti dari kebahagiaan itu sendiri. Sehingga sewaktu

beranjak dewasa Koyanagi Nanoka semakin mirip dengan orang-orang dewasa

yang dulu menuntun hidupnya sewaktu anak-anak.

Jika membaca judul novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” ini dapat di

artikan adalah melihat mimpi yang sama lagi yang dimana bisa di lihat di latar

belakang dari sinopsis yang sudah di paparkan bahwa Sumino Yoru sebagai

pengarang yang menceritakan tentang perjalanan Koyanagi Nanoka dalam

mencari arti dari kebahagiaan. Sehingga ketika Koyanagi Nanoka yang sudah

dewasa masih memimpikan mimpi yang sama lagi saat dia masih menjadi anak

SD yang mengingatkan dia akan kebahagiaan itu sendiri.

Sehingga novel ini dapat membangun kesadaran kita dalam menanggapi

bagaimana melihat kehidupan dengan lebih bermakna, dari kisah Koyanagi

Nanoka yang di gambarkan oleh Sumino Yoru kita bisa merenungkan apa arti

kebahagiaan bagi diri sendiri sehingga mengajarkan tentang persahabatan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 15: MITEITA KARYA SUMINO YORU

6

keluarga. Novel ini tergolong dapat memotivasi ataupun menginspirasi

pembacanya sehingga penulis tertarik untuk membahas novel tersebut

berdasarkan pendekatan pragmatik.

Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang dimana memandang karya

sastra sebagai sarana dalam menyampaikan tujuan tertentu seperti nilai

pendidikan, nilai moral, agama. http://www.rumpunsastra.com/2014010/contoh-

analisis-dengan-pendekatansastra…. _ Yang menjadikan pendekatan ini memiliki

nilai-nilai yang terdapat di dalamnya seperti contohnya moral dan nili penididikan.

Nilai yang mencakup tujuan pendidikan, moral, politik, dan agama penulis

merasa nilai pragmatik yang banyak terkandung dalam novel “Mata, Onaji Yume

wo Miteita” yaitu adanya penyampaian dalam hal pesan moral yang memberikan

dampak positif salah satu diantaranya adalah adanya sikap keterbukaan Koyanagi

Nanoka di lingkungan sekolah dan lingkungan umum serta nilai percaya diri,

kepedulian, keberanian, pantang menyerah dan kecerdasan yang di tujukan dalam

novel tersebut. Yang menjadikan adanya nilai-nilai yang berguna dan bermanfaat

yang terdapat dalam novel tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisis cerita novel

“Mata, Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru ini melalui skripsi yang

berjudul: “ANALISIS PRAGMATIK DALAM NOVEL “MATA, ONAJI

YUME WO MITEITA” KARYA SUMINO YORU”.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: MITEITA KARYA SUMINO YORU

7

1.2 Rumusan Masalah

Novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru ini merupakan

novel jepang yang mengajarkan arti dari pentingnya persahabatan, keluarga,

kepedulian, keberanian dan kebahagiaan yang pastinya berbeda antara satu

dengan yang lainnya. Novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” ini telah di

terjemahkan ke dalam bahasa indonesia oleh Clara Canceriana. Setelah penulis

membaca novel tersebut, penulis menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi diri

penulis sendiri dalam mempelajari arti dari kebahagiaan maupun kehidupan itu

sendiri. Dalam novel ini Sumino Yoru sebagai pengarang yang ingin mencoba

mengungkapkan sebuah arti dari kebahagiaan itu sendiri dengan mengambil sudut

pandang anak SD yang bernama Koyanagi Nanoka.

Berdasarkan uraian diatas menurut penulis novel “Mata, Onaji Yume wo

Miteita” secara pragmatik baik. Maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk

pertanyaan, sebagai berikut:

1. Apa sajakah nilai-nilai pragmatik yang terkandung dalam novel “Mata,

Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru ?

2. Bagaimana nilai-nilai pragmatik yang diungkapkan oleh Sumino Yoru

pada tokoh utama Koyanagi Nanoka dalam novel “Mata, Onaji Yume

wo Miteita” ?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penelitian yang telah di jabarkan, pentingnya pembuatan ruang

lingkup pembahasan agar apa yang telah di bahas dalam suatu permasalahan

dalam sebuah penelitian menjadi lebih terarah dan tidak meluas, serta dapat

berfokus pada tujuan apa yang ingin di teliti. Penulis menganalisis novel “Mata,

Universitas Sumatera Utara

Page 17: MITEITA KARYA SUMINO YORU

8

Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru yang sudah di terjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia yang memiliki 312 halaman merupakan terbitan oleh Penerbit

Haru.

Dalam pembuatan skripsi ini, penulis lebih memfokuskan pada pembahasan

mengenai nilai pragmatik yang terkandung dalam novel “Mata, Onaji Yume wo

Miteita” karya Sumino Yoru dengan menggunakan metode pengambilan beberapa

cuplikan teks yang mengandung unsur-unsur yang memiliki nilai pragmatik dalam

novel tersebut. Sehingga dapat menunjukkan adanya sikap dan perilaku pada

tokoh utama dalam cerita yang mencari arti kebahagiaan itu sendiri ataupun nilai-

nilai pragmatik lainnya yang terdapat di dalamnya. Agar pembahasan ataupun

penulisan dalam skripsi ini dapat memiliki data yang lebih jelas dan akurat, pada

bab II penulis akan menjabarkan mengenai resensi novel “Mata, Onaji Yume wo

Miteita” dalam studi pragmatik dan semiotik sastra, serta melampirkan mengenai

biografi pengarang yaitu Sumino Yoru.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka

Menurut Fananie (2000: 6) sastra adalah sebuah karya fiksi di dasarkan

pada hasil kreasi serta diungkapkan secara spontan, yang mengungkapkan aspek

keindahan baik di dasari oleh aspek bahasa maupun aspek makna. Karya sastra

bukanlah sesuatu yang hanya dilihat ataupun di artikan dengan satu pemahaman

saja tetapi karya sastra memiliki pemahaman yang berbeda-beda setiap orang

dalam menanggapinya sehingga memiliki makna-makna yang berbeda setiap

orang dengan cara berpikir maupun tindakannya yang merupakan sebuah

pengalaman dalam daya berpikir sehingga terdapat ide atau gambaran dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 18: MITEITA KARYA SUMINO YORU

9

kejadian dengan menggunakan bahasa sebagai perantaranya. Sehingga bahasa

dalam sebuah karya sastra memiliki penggunaan yang penting karena memberikan

makna dalam karya sastra tersebut. Salah satu karya sastra yang bersifat imajinatif

adalah karangan prosa. Contoh prosa fiksi salah satunya adalah novel.

Seperti yang kita ketahui banyak peneliti menjadikan kajian pragmatik dari

sebuah novel sebagai objek dalam penelitiannya tersebut. Contonya Analisis

Pragmatik Terhadap Cerita Novel “Scheduled Suicide Day” Karya Akiyoshi

Rikako, (Rangkuti, 2018). Menceritakan mengenai pembelajaran dalam hal

menghadapi seseorang yang ingin bunuh diri yang di alami oleh tokoh Ruri

sehingga dalam penelitiannya terdapat nilai pragmatik di dalamnya yaitu sikap

kepedulian, sikap pengorbanan dan sikap keterbukaan yang memberikan manfaat

dan bermakna bagi kehidupan.

Contoh lainnya skripsi yang berjudul Analisis Pragmatik Terhadap Cerita

Novel “ Kimi No Suizo Wo Tabetai” Karya Sumino Yoru (Siregar, 2018).

Menceritakan mengenai pertemanan antara Haruki dan Sakura yang berupa

pandangan secara umum terhadap makna kehidupan itu sendiri sehingga nilai-

nilai yang ada di dalamnya berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan.

Penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu

menggunakan pendekatan pragmatik sastra. Pembedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya yaitu dalam dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

pragmatik dan pendekatan semiotik, yang menjadikan landasan dalam teori

menganalisis novel, sehingga novel tersebut memberikan nilai pragmatik di

dalamnya seperti kepedulian, keberanian, percaya diri dan sebagainya yang

bermanfaat bagi ceriminan kehidupan.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: MITEITA KARYA SUMINO YORU

10

1.4.2 Kerangka Teori

Dalam teori menganalisis penelitian ini penulis menggunakan adanya

pendekatan pragmatik dan pendekatan semiotik sastra sehingga menjadikan

landasan untuk menganalisis novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino

Yoru.

Menurut Abrams dalam Rokhmansyah (2014: 10) mengatakan bahwa

pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang melibatkan pembaca itu

sendiri sebagai peranan utama di dalamnya. Pendekatan ini adalah dimana

mencari adanya kebenaran dalam teks yang mengandung karya sastra dan

memberikan pembaca sebagai pemeran utama dalam memahami karya sastra

sehingga dalam hal ini menunjukkan bahwa karya sastra dapat menyampaikan

nilai moral, politik, dan agama. Pendekatan pragmatik ini bersifat nyata dan

berfokus dengan kenyataan sehingga bermanfaat bagi pembaca dalam

menikmatinya yang memberikan kelebihan di dalamnya dalam daya komunikasi

dalam bersastra, dilihat dari tindakan para tokoh dalam cerita novel. Sehingga

pendekatan ini merupakan bagian dari karya sastra yang memberikan kajian

bahwa pembaca dapat memberikan makna pada sebuah karya sastra dan dapat

mengetahui arti dalam karya sastra.

Menurut Teeuw dalam Endraswara (2008: 71) kajian pragmatik

memunculkan masalah yang berkaitan dengan pembaca itu sendiri. Pembaca

adalah konsumen sastra yang memiliki peranan penting dalam menanggapi sebuah

karya sastra yang memiliki aspek sebagai penghibur agar batin tidak tertekan serta

memberikan nilai-nilai terkandung di dalamnya yang dapat di ambil dan di

jadikan pedoman bagi pembaca untuk pengalaman dan identitas diri. Menurut

Universitas Sumatera Utara

Page 20: MITEITA KARYA SUMINO YORU

11

Abrams dalam Jabrohim (2012: 67) mengatakan bahwa pendekatan pragmatik

melihat karya sastra berdasarkan sudut pandang pembaca. Sehingga menjadikan

karya sastra sebagai sarana dalam hal mempengaruhi pembaca yang menjadikan

suatu karya sastra menjadi hal penting yang digunakan untuk kebutuhan. Adanya

beberapa nilai yang terkandung dalam novel tersebut yaitu sikap keterbukaan

Koyanagi Nanoka di sekolah dan lingkungan umum serta adanya sifat percaya diri,

kepedulian, keberanian, dan sikap pantang menyerah dan adanya kecerdasan

dalam berpikir yang menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai gambaran mengenai

tujuan yang di sampaikan pengarang untuk pembaca.

Berdasarkan teori yang telah di paparkan tersebut, penulis akan

menganalisis nilai-nilai pragmatik yang terdapat dalam novel “Mata, Onaji Yume

wo Miteita” yang berguna dalam hal mendidik ataupun mengajarkan penulis

sebagai pembaca dan sebagai sarana untuk pengalaman dalam menjalani

bagaimana menanggapi masalah-masalah kehidupan.

Selain menggunakan pendekatan pragmatik sastra penulis juga

menggunakan pendekatan semiotik untuk menganalisis nilai-nilai yang

terkandung dalam novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru.

Menurut Pradopo (2005:119) semiotika adalah ilmu tentang tanda. Ilmu

yang mempelajari sebuah tanda yang merupakan bagian dalam tindak komunikasi

manusia melalui bahasa baik secara lisan maupun melalui isyarat. Hal

mengisaratkan antara pengarang yang memberikan tanda-tanda kepada pembaca

sehingga dapat bernilai dan memperindah sebuah karya sastra tersebut.

Menurut Preminger dalam Jabrohim (2012: 93) penelitian semiotik adalah

penggunaan makna yang terdapat dalam karya sastra di dalamnya. Sehingga

Universitas Sumatera Utara

Page 21: MITEITA KARYA SUMINO YORU

12

dengan memaknai tanda-tanda yang berkaitan dengan nilai-nilai pragmatik dapat

mengungkapkan perasaan yang disampaikan pengarang melalui tokoh yang saling

behubungan satu sama lain

Adanya fungsi pendekatan semiotik penulis akan menjelaskan tanda-tanda

yang terkandung dalam novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” dengan

mengakaitkanya dengan pendekatan pragmatik yang memberikan nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya sehingga penulis dapat mengetahui apa saja tanda-tanda

dan nilai yang di ungkapkan oleh pengarang melalui karya sastra tersebut.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian ditunjukkan untuk mengetahui adanya suatu

hasil ataupun makna yang berguna dalam kehidupan, maka tujuan penelitan ini

adalah:

1. Untuk mengetahui nilai-nilai pragmatik yang terkandung dalam novel

“Mata, Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru.

2. Untuk mendeskripsikan bagaimana nilai-nilai pragmatik tokoh utama

Koyanagi Nanoka yang diungkapan Sumino Yoru dalam novel “Mata,

Onaji Yume wo Miteita” .

1.5.2 Manfaat Penelitian

Adanya dalam sebuah penelitian selain memiliki tujuan dalam meneliti.

Penelitian ini juga mempunyai manfaat penelitian bagi penulis sendiri maupun

terhadap orang yang menikmati karya sastra. Manfaat penelitian ini adalah :

1. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai nilai-nilai pragmatik

apa saja yang terkandung dalam novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita”.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: MITEITA KARYA SUMINO YORU

13

2. Menambah pemahaman dan wawasan dalam hal memahami

kebahagiaan yang terkandung dalam novel “Mata, Onaji Yume wo

Miteita” dengan pendekatan pragmatik sastra melalui pendekatan

semiotik.

1.6 Metode Penelitian

Meneliti sebuah karya ilmiah membutuhkan metode agar dapat mencapai

tujuan yang di maksud sehingga penelitian ini menggunakan metode deskriptif.

Penelitian secara deskriptif adalah metode yang menggambarkan pengamatan

yang terstruktur.

Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah

menganalisis sebuah hasil penelitian tetapi tidak menggunakan kesimpulan secara

meluas. Sehingga metode ini hanya bersifat nyata dan memberikan data yang

lebih jelas. Sedangkan menurut Whitney dalam Nazir (2009: 54) metode

deskriptif sebuah metode untuk mencari fakta dengan penafsiran yang lebih tepat.

Dalam metode deskriptif diharapkan dapat mengungkapkan peristiwa nyata

ataupun mengungkapkan adanya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dengan

di dukung oleh data-data yang jelas dan saling berhubungan satu sama lain.

Dalam pengumpulan data suatu karya ilmiah agar berkaitan satu sama lain

maka digunakan studi kepustakaan. Adanya studi kepustakaan bertujuan untuk

mengumpulkan informasi yang di teliti dan dapat memanfaatkan informasi yang

ada kaitanya dengan penelitian.

Penulis juga mengambil data yang bersumber dari dari internet seperti blog-

blog, jurnal ataupun sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 23: MITEITA KARYA SUMINO YORU

14

novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” yang di dasarkan pada pendekatan

pragmatik sastra.

Langkah-langkah yang akan di lakukan penulis untuk melakukan penelitian

ini antara lain :

1. Membaca novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” yang di terjemahkan ke

bahasa Indonesia

2. Mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan objek penelitian yaitu

kajian pragmatik sastra dan semiotik sastra

3. Menganalisis serta mendeskripsikan apa saja nilai-nilai pragmatik yang

terkandung dalam novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” yang dapat

menjadikan cerminan bagi pembaca dalam mencari arti kebahagiaan

4. Merangkum data yang telah di analisis berbentuk skripsi

Universitas Sumatera Utara

Page 24: MITEITA KARYA SUMINO YORU

15

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “MATA, ONAJI YUME WO

MITEITA” KARYA SUMINO YORU, STUDI PRAGMATIK DAN

SEMIOTIK SASTRA

Novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” ini termasuk ke dalam novel serius

dengan genre mengenai kehidupan. Dalam novel ini pengarang banyak

mengangkat sebuah nilai-nilai yang mungkin di alami oleh masyarakat ataupun

pembaca sendiri sehingga pembaca dapat mengetahui isi-isi pesan yang di

sampaikan pengarang dalam novel ini yang memiliki banyak manfaat yang ada di

dalamnya.

2.1 Resensi Novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” Karya Sumino Yoru

2.1.1. Tema

Menurut Aminuddin (2000: 91) tema berasal dari bahasa latin yang dapat di

artikan sebagai “tempat untuk meletakkan perangkat”. Dalam hal ini tema

merupakan dasar dalam menopang suatu ide yang menjadikan acuan pengarang

dalam menggambarkan karya fiksi yang di bentuk dari makna yang membangun

gagasan dalam cerita.

Menurut Fananie (2000: 84) tema adalah sebuah ide, gagasan serta

pandangan hidup pengarang yang di latar belakangi untuk terciptanya karya sastra.

Tema adalah bagian dari karya sastra yang membentuk nilai di dalamnya yang

menjadikan gagasan utama yang terdiri dari ide pokok atau konsep yang di muat

dalam bentuk tulisan sehingga menjadikan perkembangan dari sebuah paragraf

Universitas Sumatera Utara

Page 25: MITEITA KARYA SUMINO YORU

16

yang terbentuk. Tema berupa agama, etika, moral, sosial budaya, teknologi

ataupun bisa mengenai pandangan hidup dari pengarang itu sendiri.

Menurut Aziez dan Hasim (2010: 75) mengatakan bahwa tema merupakan

ide pokok yang di kembangkan dalam sebuah alur cerita. Tema memiliki peranan

sangat penting dalam membantu pembaca untuk lebih memahami isi yang ada di

novel sehingga pembaca dapat mencari pemahaman yang lebih baik mengenai

kehidupan ataupun pesan yang di sampaikan oleh pengarang.

Hal ini di artikan agar pembaca mengetahui alur cerita serta penokohan dan

dialog-dialog antar tokoh cerita yang terlibat, seperti halnya tema yang banyak di

angkat ke sebuah novel kebanyakan mengenai kehidupan, misalnya tentang

kesetiaan, pengorbanan, keberanian, persahabatan maupun keluarga.

Berdasarkan pengertian dari tema di atas, maka tema yang di angkat dalam

novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” ini adalah kisah cerita dewasa yang di

ambil dari sudut pandang anak SD yang berpusat pada kehidupan sehari-hari

seorang anak yang bernama Koyanagi Nanoka yang bertemu dengan Abazure-san,

Minami-san, Nenek, Hitomi-sensei dan seekor kucing yang selalu menemaninya.

Dari orang-orang dewasa inilah yang membantu Koyanagi Nanoka dalam

menghadapi permasalahan yang berbeda-beda yang saling berhubungan dengan

kehidupan mereka sendiri sehingga dari pertemuan ini merupakan kehidupan

Koyanagi Nanoka dalam mencari arti kebahagiaan yang banyak mengajarkan

tentang persahabatan, keluarga, dan juga keberanian dari tokoh utama Koyanagi

Nanoka.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: MITEITA KARYA SUMINO YORU

17

2.1.2 Alur (Plot)

Alur adalah rangkaian tindakan cerita yang adanya ketertarikan satu dengan

yang lain sehingga di awali dengan titik awal hingga titik akhir dalam cerita.

Menurut Aminuddin (2000:83) mengatakan bahwa peristiwa yang satu saling

berhubungan satu sama lain sehingga menjadikan timbulnya peristiwa yang satu

dengan yang lain sampai dengan seterusnya sampai akhir pada peristiwa itu

mencapai akhir cerita.

Menurut Wicaksono (2014:162-163) alur berdasarkan kriteria urutan waktu

dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Alur progresif atau alur maju yang dikisahkan bersifat kronologis,

peristiwa yang pertama di ikuti oleh peristiwa yang kemudian.

2. Alur regresif adalah alur mundur. Dalam alur ini kejadian yang di kisahkan

menceritakan secara tidak kronologis, yang dimana di mulai pada tahap tengah

cerita ataupun pada akhir cerita.

3. Alur campuran adalah alur yang di awali pada masa sekarang yang dimana

pada awal ceritanya dan kemudian ke masa lampau dan kemudian kembali lagi ke

masa sekarang diteruskan sampai pada akhir cerita.

Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, maka alur yang terdapat dalam

novel “ Mata, Onaji Yume wo Miteita” adalah alur campuran. Hal ini bisa dilihat

dari novel tersebut yang cerita awalnya yang tidak berurutan dari awal namun di

mulai pada masa kini, dan kemudian kembali kemasa lalu dan kembali ke masa

depan. Cerita ini diawali dengan Koyanagi Nanoka yang melihat mimpi yang

sama lagi sewaktu jadi anak SD yang mencari apa itu kebahagiaan. Dan bertemu

dengan teman-teman yang berbeda usia dengannya dan dia mengingat awal

Universitas Sumatera Utara

Page 27: MITEITA KARYA SUMINO YORU

18

perjumpaannya dengan teman-temannya dari pertemuan ini orang-orang dewasa

yang di temuinya membantu Koyanagi Nanoka menghadapi masalah dan setelah

masalah itu selesai mereka hilang secara misterius. Dan ketika Koyanagi Nanoka

yang sudah dewasa dia melihat mimpi yang sama lagi sewaktu dia menjadi anak

SD.

2.1.3 Latar (Setting)

Menurut Aminuddin (2000: 67), setting ataupun latar adalah gambaran yang

mengenai adanya keterangan pada cerita dalam sebuah karya sastra seperti tempat,

maupun waktu kejadian. Latar adalah gambaran yang mempengaruhi peristiwa

dalam cerita sehingga memberikan pengaruh dalam situasi yang di alami oleh para

tokoh cerita. Menurut Aziez (2010 : 74) latar biasanya disampaikan dengan

penciptaan yang melengkapi cerita baik dari segi waktu maupun yang berkaitan

dengan sosial.

Menurut Abrams dalam Fananie (2000: 99) latar belakang di bedakan

menjadi tiga bagian antara lain :

1. Latar Tempat

Latar yaitu menggambarkan tempat kejadian ataupun lokasi, nama kota

yang terdapat dalam peristiwa cerita.

Latar tempat dalam Novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” adalah:

SD tempat Koyanagi Nanoka yang tidak disebutkan nama sekolahnya,

perpustakaan sekolah, rumah Koyanagi Nanoka, apartement Abazure-san, rumah

kayu besar terletak di sebuah bukit, rooftop bangunan yang terletak di ujung jalan

seberang rumah nenek, supermarket, rumah Kiryu-kun.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: MITEITA KARYA SUMINO YORU

19

2. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan pada kapan terjadinya suatu peristiwa baik hari,

bulan, tahun ataupun zaman yang melatarbelakangi kejadian tersebut.

Dalam novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita”, terjadi pada zaman Jepang

modren dimana adanya bangunan-bangunan modren dan juga adanya elektronik

seperti telepon. Peristiwa yang terjadi dalam novel ini terjadi pada musim panas.

3. Latar Sosial

Latar sosial berkaitan dengan kehidupan bersosial yang terjadi pada

masyarakat setempat yang di ceritakan dalam bentuk fiksi. Latar sosial yang

mengaitkan antara tokoh atau kondisi yang terjadi pada masyarakat dalam cerita

baik itu budaya atupun pandangan kehidupan.

Latar sosial yang melatarbelakangi pada novel “Mata, Onaji Yume wo

Miteita” adalah kehidupan seorang anak SD yang berbeda dengan anak lainnya

karena memiliki pemikiran dewasa sehingga bertemu dengan Abazure-san,

Minami-san, dan Nenek dari pertemuan ini mengajarkan adanya sikap pertemanan

yang saling peduli satu sama lain serta adanya sikap keberanian, percaya diri,

kecerdasan, pantang menyerah yang terdapat di dalam cerita. Novel ini juga

berlatar kehidupan di Jepang yang adanya penindasan yang di alami oleh tokoh

utama Koyanagi Nanoka dan juga teman sekelasnya Kiryu-kun. Dan juga adanya

interaksi yang di lakukan Koyanagi Nanoka bersama orang-orang dewasa yang di

temuinya di luar sekolah dan rumah yang menjadikan dia sebagai anak yang

mandiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: MITEITA KARYA SUMINO YORU

20

2.1.4 Penokohan (Perwatakan)

Wahyu dalam Wicaksono (2014: 174) berpendapat bahwa penokohan

merupakan cara pandang dalam menentukan tokoh-tokoh dan juga memberi nama

pada tokoh tersebut. Penokohan adalah gambaran yang menampilkan karakter

tokoh cerita. Menurut Boulton dalam Aminuddin (2000: 79) berpendapat bahwa

cara pengarang dalam menggambarkan tokoh-tokohnya dapat berbagai macam.

Dalam hal ini tokoh mempunyai keunikan masing-masing yang di

tampilkan oleh pengarang seperti sifat perjuangan, ataupun karakter menjunjung

tinggi kebenaran ataupun karakter tidak mau kalah dan mementingkan

kepentingan sendiri. Menurut Wicaksono (2014: 185) tokoh utama merupakan

tokoh yang di utamakan dalam cerita. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling

banyak di ceritakan ataupun tokoh yang membentuk jalan sebuah cerita. Dalam

menentukan tokoh utama dalam cerita dapat menghubungkan antara tema ataupun

interaksi yang ada pada tokoh-tokoh lain. Tokoh tambahan merupakan tokoh yang

muncul beberapa kali ataupun tokoh yang sering muncul hanya menjadi sarana

sebagai sarana tokoh utama untuk mencapai tujuannya, dalam hal ini tokoh

tambahan mempunyai peran dalam membangun karakter tokoh utama ataupun

membangun perkembangan tokoh utama.

Penokohan dalam novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” adalah sebagai

berikut :

1.Koyanagi Nanoka merupakan tokoh utama dalam novel ini dia anak yang

sulit berinteraksi dengan teman seusianya tetapi dia memiliki orang dewasa yang

selalu menemaninya. Dia gadis yang baik hati dan jujur.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: MITEITA KARYA SUMINO YORU

21

2. Abazure-san adalah seorang wanita yang tampaknya terjebak dalam

kehidupannya, dia selalu membantu masalah koyanagi Nanoka. Pekerjaannya

adalah penjual musim.

3. Minami-san merupakan seorang gadis SMA yang gemar menyayat nadi,

dia gadis yang suka menulis cerita. Minami-san selalu membantu masalah

Koyanagi Nanoka.

4. Nenek merupakan seorang wanita tua yang tinggal di daerah bukit yang

tampaknya hidup tenang. Seorang yang bijak dan juga ahli dalam membuat kue

yang sangat di sukai oleh Koyanagi Nanoka.

5. Kucing hitam yang selalu menemani Koyanagi Nanoka setiap pulang ke

sekolah yang di panggil sebagai “gadis itu”.

5. Kiryu-kun adalah anak pendiam dan selalu di tindas oleh teman sekelasnya

karena suka melukis.

6. Hitomi-sensei adalah guru di sekolah Koyanagi Nanoka yang selalu

membimbing dan memberikan saran padanya.

7. Ogiwara-kun merupakan teman sekelas Koyanagi Nanoka yang memiliki

sifat ramah dan selalu membicarakan tentang buku dengannya.

2.1.5 Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan cara pengarang itu sendiri dalam menyajikan

tokoh, tindakan, latar ataupun peristiwa yang membentuk cerita dalam karya fiksi

untuk pembaca itu sendiri (Abrams dalam Wicaksono, 2014: 241).

Universitas Sumatera Utara

Page 31: MITEITA KARYA SUMINO YORU

22

Menurut Aminuddin (2000: 90) mengatakan bahwa sudut pandang sebuah

dalam hal kedudukan pengarang yang ada dalam cerita, yang berarti pengarang

itu sendiri ikut terlibat dalam cerita yang di buat ataupun sebagai pengamat dalam

cerita bisa dikatakan bahwa cara pengarang dalam menyampaikan cerita tersebut

sehingga pembaca dapat melihat cerita yang lebih hidup atupun cerita yang lebih

berbeda. Sudut pandang menurut Nurgiyantoro (2009: 256) dapat di bagi menjadi

dua, yaitu sudut pandang persona ketiga: dia dan sudut pandang persona pertama:

aku. Dapat di lihat antara lain :

1.Sudut Pandang Persona Ketiga: Dia

Pada sudut pandang ini penceritaan yang meletakkan pada posisi pengarang

sebagai seorang narator dalam cerita dengan memberikan nama-nama tokoh yang

menggunakan kata ganti ia, dia, mapun mereka. Sudut pandang persona ketiga

dapat di bedakan lagi menjadi dua, yaitu “dia” yang maha tahu dan “dia” yang

sebagai pengamat. Pada sudut pandang “dia” pengarang berada di luar cerita

sehingga hanya mengisahkan tokoh “dia” yang ada dalam cerita sedangkan pada

sudut pandang “dia” yang maha tahu adalah dimana “dia” seperti mengetahui

tentang pikiran, watak, kejadian, perasaan ataupun latar belakang yang terjadi

dalam cerita, “dia” yang maha tahu disini menjadi seorang yang maha tahu pada

sebuah cerita dan “dia” juga bisa di namai dengan tokoh itu sendiri.

2. Sudut Pandang Persona Pertama: “Aku”

Sudut pandang persona pertama “aku” merupakan sudut pandang yang

dimana menempatkan pengarang sebagai “aku” yang ikut terlibat dalam cerira

yang di buatnya. Kata ganti “dia” pada sudut pandang ini adalah “aku”. Pada

Universitas Sumatera Utara

Page 32: MITEITA KARYA SUMINO YORU

23

sudut pandang persona “aku” disini menjadi sebuah pusat pada cerita, yang

menjadikan pengarang tahu akan cerita walaupun hanya berupa sebuah imajinasi

semata saja.

Pada novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita”karya Sumino Yoru sebagai

pengarang menggunakan sudut pandang persona pertama karena tokoh utama di

ceritakan dengan sudut pandang “aku”. yang menjadikan pengarang ikut terlibat

di dalam sebuah ceritanya sendiri.

2.2 Studi Pragmatik dan Semiotik Sastra

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan pragmatik

sastra dalam menganalisis nilai-nilai yang terdapat ataupun terkandung dalam

novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru. Penulis akan

mengambil beberapa cuplikan teks yang memiliki nilai pragmatik yang

terkandung dalam novel tersebut. Menurut Siswanto (2008:190) pendekatan

pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang ada kaitannya dalam peranan

pembaca dalam memahami, menerima karya sastra yang terdapat di dalamnya.

Sehingga hal ini mengartikan bahwa pembaca memiliki pernan dalam melihat

keindahan dalam karya sastra dan pembaca juga dapat melihat bagus atau

tidaknya karya sastra tersebut. Dengan adanya pendekatan pragmatik menjadikan

sebuah perhatian dalam mencari fungsi-fungsi yang baru yang bermanfaat bagi

pembaca atau masyarakat yang menjadikan gambaran dalam kehidupan dan

memberikan perkembangan bagi karya sastra itu sendiri. Jika mengaitkan

pragmatik sastra menurut pandangan Horatius dalam Endraswara ( 2008: 116)

yang berpendapat bahwa fungsi dalam sebuah karya sastra memliki makna ulce

(indah) dan utile (berguna). Dalam hal ini pragmatik memberikan ajaran serta

Universitas Sumatera Utara

Page 33: MITEITA KARYA SUMINO YORU

24

kenikmatan bagi pembaca sehingga disusun sedemikian rupa dan membentuk

kata-kata yang indah.

Selain menggunakan pendekatan pragmatik, penulis juga menggunakan

pendekatan semiotik sastra yang berarti melihat suatu tanda-tanda yang ada di

dalam novel.. Menurut Sartika (2011: 1) menjelaskan bahwa tanda tidak hanya

dimiliki satu macam tetapi ada berbagai dasar yang menghubungkan antara lain

yaitu dalam hal penanda ataupun petandanya. Sehingga sebuah tanda mewakili

pengalaman baik berupa perasaan ataupun gagasan lainnya dalam hal ini

menjadikan suatu tanda bukan hanya bahasa semata saja melainkan kehidupan

juga memiliki tanda di dalamnya seperti simbol-simbol ataupun kejadian dalam

masyarakat. Hubungan tanda dan karya sastra menjadikan sarana pembaca untuk

berkomunikasi dan dapat memahami karya sastra sehingga menjadikan adanya

kode-kode yang terkandung di dalamnya yang memberikan nilai estestis.

Sehingga dengan hal ini uraian dalam kajian semiotik sastra yang berupa adanya

tanda ataupun simbol kemudian akan menjelaskan makna yang terkandung dalam

kutipan teks novel “ Mata, Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru yang

memiliki nilai-nilai pragmatik yang terkandung di dalamnya.

2.3 Biografi Pengarang

Sumino Yoru mulai menulis sejak SMA, novelnya yang berjudul “Kimi no

Suizou wo Tabetai” merupakan novel pertamanya pada tahun 2015. Pada karya

pertamanya novel “Kimi no Suizou wo Tabetai” sudah di angkat menjadi sebuah

film life action di Jepang pada tahun 2017 dan juga di buat dalam bentuk manga.

Setelah merilis novel “Kimi No Suizou wo Tabetai”, Sumino Yoru kembali

Universitas Sumatera Utara

Page 34: MITEITA KARYA SUMINO YORU

25

merilis novel baru dengan judul “Mata, Onaji Yume wo Miteita” atau yang dapat

disingkat dengan Matayume dengan loundraw sebagai ilustrasinya.

Novel ini di rilis oleh Futabasha pada Februari tahun 2016 dan pada 29

februari 2016 pada tanggal Oricon menduduki peringkat ke-9 di departemen

komprehensif buku mingguan. Novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita juga telah

mendapatkan adaptasi manga oleh Idumi Kirihara yang pada tahun 2017 oleh

Monthly Action. Karya Sumino Yoru yang lainnya berjudul “Yoru no Bakemono

pada tahun 2016, Kakushigoto pada tahun 2017, dan Aokute Itakute Moroi pada

tahun 2018.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: MITEITA KARYA SUMINO YORU

26

BAB III

ANALISIS PRAGMATIK DALAM NOVEL “MATA, ONAJI YUME

MITEITA” KARYA SUMINO YORU

3.1 Sinopsis Cerita

Novel “ Mata, Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru bercerita

tentang Koyanagi Nanoka selalu memimpikan hal yang sama lagi sewaktu masih

menjadi anak SD yang menganggap dirinya sendiri pintar, serta suka mengatakan

“hidup itu adalah..”. Suatu hari Koyanagi Nanoka tidak mengikuti pelajaran

olahraga sehingga mendapat tugas dari Hitomi-sensei mencari arti sebuah

kebahagiaan. Karena orang tuanya sibuk dia bebas untuk keluar rumah dan karena

tidak mempunyai teman seusianya dia selalu mengunjungi rumah Abazure-san

yang awal pertemuannya saat Koyanagi Nanoka menyelamatkan seekor kucing.

Kemudian pada pertemuannya kedua dengan Nenek yang tinggal di sebuah bukit

yang disana terdapat rumah kayu besar saat itu dia jadi sering ke rumah Nenek.

Koyanagi Nanoka selalu berkonsultasi soal banyak hal terutama tentang

kebahagiaan kepada orang dewasa yang dia temui yang sudah dia anggap sebagai

temannya.

Di sekolah Koyanagi Nanoka adalah anak yang tampaknya agak sulit

bergabung dengan teman seusianya di kelas karena menganggap mereka semua

“bodoh” karena suka menindas. Koyanagi Nanoka di gambarkan sebagai anak

yang sangat berani dalam menghadapi penindasan itulah yang membuat dia

berbeda pada anak SD yang lain, meskipun begitu di sekolah dia bukanlah anak

nakal yang menganggap orang lain berbeda level darinya. Koyanagi Nanoka

Universitas Sumatera Utara

Page 36: MITEITA KARYA SUMINO YORU

27

sebenarnya sangat peduli, hanya saja karena kepintarannya dia di jahui oleh

teman sekelasnya hanya Ogiwara-kun dan Kiryu-kun yang sering dia ajak bicara

di sekolah. Perlahan-lahan kehidupan sehari-hari Koyanagi Nanoka berubah satu

persatu masalah muncul di kehidupannya dalam mencari arti kebahagiaan. Setelah

pulang sekolah dia melewati rute lain dan bertemu dengan sosok gadis di rooftop

yang sedang menyayat nadinya sendiri. Dari sinilah awal perjumpaannya dengan

Minami-san yang awalnya menunjukkan sikap tidak peduli padanya tetapi

perlahan-lahan dia mulai menerima keberadaannya. Setiap hari setelah pulang

sekolah Koyanagi Nanoka selalu mengunjungi satu persatu temannya. Saat

kunjungan orang tua sudah semakin dekat tetapi orang tua Koyanagi Nanoka tidak

dapat hadir sehingga membuatnya kecewa dan pergi menemui Minami-san.

Minami-san yang membahas mengenai mimpi yang sama lagi yang dilihatnya dan

juga menjadi seorang penulis serta arti dari sebuah kebahagiaan yang menurutnya

tidak penting lagi. Menanggapi perkataannya, Minami-san memberikan

pendapatnya pada Koyanagi Nanoka agar berbaikan dengan orang tuanya karena

waktu tidak bisa terulang kembali seperti halnya kehidupan Minami-san yang

menyesal akan perjumpaannya terakhir dengan orang tuanya. Awalnya Koyanagi

Nanoka merasa heran dengan Minami-san yang tidak seperti biasanya dia pun

berjanji dia akan berbaikan dengan orang tuanya asalkan Minami-san juga

menerbitkan bukunya. Koyanagi Nanoka yang hendak menemui Minami-san

karena telah membantu masalahnya ternyata menghilang secara misterius.

Ketika musim panas tiba Koyanagi Nanoka yang melihat seorang paman

yang melakukan pencurian di supermarket dan keesokan harinya di sekolah ada

berita mengenai ayah Kiryu-kun yang melakukan pencurian. Koyanagi Nanoka

Universitas Sumatera Utara

Page 37: MITEITA KARYA SUMINO YORU

28

yang tidak percaya akan hal itu tidak langsung menerimanya, sampai tiba-tiba

teman sekelasnya menindas Kiryu-kun. Koyanagi Nanoka yang tidak terima akan

hal itu membalas perkataan temannya, tetapi bukannya senang Kiryu-kun

menyuruhnya agar berhenti.

Hari berikutnya, Kiryu-kun tidak datang ke sekolah dan Koyanagi Nanoka

berniat untuk mengantarkan kopian tugas untuk Kiryu-kun ke rumahnya, tetapi

anak lelaki sekelasnya mengolok-oloknya dan tidak ada yang menolongnya.

Meskipun begitu Koyanagi Nanoka tetap pergi ke rumah Kiryu-kun. Keesokan

harinya Koyanagi Nanoka bertemu dengan Ogiwara-kun tetapi di abaikan olehnya

dan juga telah menyebarkan berita buruk mengenai ayah Kiryu-kun bahkan

teman-temannya menindasnya. Akhirnya setelah pulang sekolah Koyanagi

Nanoka memutuskan untuk pergi ke rumah Abazure-san. Melihat Koyanagi

Nanoka yang tampak sedih Abazure-san menghiburnya dan bercerita mengenai

kejadian yang di alaminya dan dia juga tidak ingin terlibat oleh siapapun.

Abazure-san memberikan saran padanya dalam hal masalahnya yang

menceritakan mimpi yang sama lagi yang dilihatnya dalam mimpinya ada seorang

anak yang tidak menghargai dirinya sendiri akhirnya terjerumus ke dalam hal

yang berbahaya sehingga Abazure-san tidak ingin Koyanagi Nanoka seperti

kehidupan anak tersebut.

Sehingga Koyanagi Nanoka yang sudah mempersiapkan hatinya untuk

sekali lagi menemui Kiryu-kun di rumahnya. Dan pada akhirnya dia dan Kiryu-

kun dapat ke sekolah bersama. Sama halnya dengan Minami-san, Koyanagi

Nanoka yang hendak menemui Abazure-san juga menghilang secara misterius.

Kini Koyanagi Nanoka hanya mengunjungi rumah Nenek disana dia bercerita

Universitas Sumatera Utara

Page 38: MITEITA KARYA SUMINO YORU

29

tentang menghilangnya Minami-san dan juga Abazure-san secara misterius saat

masalahnya selesai, Nenek yang tampak damai selalu mendengarkan ceritanya

serta menceritakan tentang mimpi yang sama dilihatnya saat masa dimana dia

tidak bisa meminta maaf yang telah kehilangan orang-orang terkasih sehingga

menyakiti diri sendiri. Koyanagi Nanoka yang teringat akan sorot mata Minami-

san dan juga Abazure-san yang membenci dirinya sendiri dan berpikir untuk

menyudahi hidup. Tapi Koyanagi Nanoka tidak akan seperti itu dia bisa

melangkah dalam kehidupan yang menurutnya bahagia. Dia merasa lega akan

perkataan Nenek. Setelah bercerita dengan Nenek, dia pulang kerumah dan ketika

berbalik kini Koyanagi Nanoka sadar bahwa sosok teman untuk bicara semuanya

sudah tidak ada lagi.

Koyanagi Nanoka yang sudah dewasa selalu memimpikan hal yang sama

lagi yang kini mengerti dari hilangnya Abazure-san,Minami-san, dan Nenek

secara misterius dan merekalah yang menuntun jalan kehidupannya yang kini

mengerti arti dari kebahagiaan itu sendiri. Sehingga sewaktu beranjak dewasa

Koyanagi Nanoka semakin mirip dengan orang-orang dewasa yang dulu

menuntun hidupnya sewaktu kecil.

3.2 Nilai Pragmatik yang Terkandung dalam Novel “Mata, Onaji Yume wo

Miteita”

Karya Sumino Yoru

3.2.1 Keterbukan Koyanagi Nanoka di Lingkungan Sekolah

Cuplikan 1 hal 7-8

Memiliki rasa percaya diri itu memang baik. Tapi untuk lebih

mengembangkan bakat yang kau miliki, Sensei punya beberapa saran. Pertama,

Universitas Sumatera Utara

Page 39: MITEITA KARYA SUMINO YORU

30

bertindak spontan adalah hal yang memang penting tetapi berpikir kembali

sebelum bertindak sama pentingnya. Kedua tidak selamanya melarikan diri dari

masalah itu baik, boleh saja untuk melarikan diri dari hal tertentu tapi di saat

pelajaran olahraga menurut Sensei sangat baik bagi kesehatan. Lagi pula,

kecepatan berlarimu dalam lomba lari lebih cepat kan ?

Benar juga, seperti yang Sensei katakan aku bisa berlari lebih cepat dalam

lomba lari hari ini, namun meskipun begitu kakiku juga kelelahan. Apa ini benar-

benar baik untuk kesehatan?.

Lalu yang ketiga, menurut Sensei apa yang di katakan dosen ataupun orang-

orang hebat yang muncul di televisi belum tentu semuanya benar. Tapi, benar atau

tidaknya itu tergantung kau sendiri yang harus memikirkannya.

Dengan kata lain apa yang Hitomi-sensei katakan belum tentu benar, ya?.

Sensei memandangku lembut dan menjawab.

Begitulah. Karena itu, tugasmu adalah untuk memikirkannya. Meski

demikian percayalah satu hal Sensei ingin kau bisa bahagia dan juga bisa akrab

dengan teman-teman yang lain.

Sensei yang memasang wajah serius selalu ditunjukkannya selama ini. Aku

menyukai ekspresi Hitomi-sensei yang seperti itu karena di banding Sensei lain

hanya ada sedikit kebohongan dalam ekspresinya.

Aku paham, lagi pula aku lebih percaya Hitomi-sensei di banding dosen

tersebut. Baiklah mulai sekarang waktu kau ingin mencoba melakukan sesuatu

dalam kelas, bicarakan dulu dengan Sensei.

Hanya kalau menurutku itu benar saja ya Sensei?.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: MITEITA KARYA SUMINO YORU

31

“Begitu juga boleh”. Ah benar juga aku akan memberi tahu Koyanagi-san

lebih dahulu, dalam pelajaran bahasa Jepang besok, kelas akan memikirkan

tentang kebahagiaan.

Eh, tampaknya sulit ya Sensei.

Meskipun sulit teman sekelas yang lain juga akan memikirkannya.

Koyanagi-san cobalah untuk memikirkan arti kebahagiaan menurutmu.

Analisis:

Dari cuplikan teks diatas dapat dilihat bahwa Hitomi-sensei yang menasihati

Koyanagi Nanoka bahwa percaya diri memang baik tetapi harus di perhatikan

dalam mengembangkan bakat yang dimiliki sehingga berlari merupakan hal bagus

untuk kesehatan. Koyanagi Nanoka yang menanggapi apa yang di bicarakan oleh

Hitomi-sensei berpikir akan tindakan yang di lakukannya dan dari pembicaran

tersebut Hitomi-sensei memberikan tugas mencari arti kebahagiaan untuk

Koyanagi Nanoka.

Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat

keterbukaan Koyanagi Nanoka yang menyampaikan isi hatinya mengenai dia

yang tidak ikut pelajaran olahraga. Sehingga Koyanagi Nanoka di beri nasihat

pada Hitomi-sensei yang beranggapan tidak semua dosen universitas benar.

Koyanagi Nanoka yang lebih percaya bahwa Hitomi-sensei tidak berbohong

dengan apa yang di ucapkannya dan dari sini dapat di lihat bahwa Sensei

memberitahukan terlebih dahulu tugas untuk besok mengenai arti kebahagiaan.

Nilai yang dapat di ambil dalam cuplikan teks di atas adalah keterbukaan

Koyanagi Nanoka dalam mengungkapkan isi hatinya yang membuat dia bisa

Universitas Sumatera Utara

Page 41: MITEITA KARYA SUMINO YORU

32

dengan baik berinteraksi dengan Hitomi-sensei dan dapat memikirkan mana hal

yang membuatnya percaya akan perkataan Hitomi-sensei.

Cuplikan 2 hal 143-144

Sensei aku ingin Sensei memberitahuku sesuatu tentang Kiryu-kun. Hitomi-

sensei yang sampai detik ini tidak memberitahuku apa pun, akhirnya

memberitahuku sesuatu aku pun mendengarkannya dengan baik-baik.

Koyanagi-san, apakah kau pernah berpikir tidak ingin pergi ke sekolah?.

Setiap hari aku selalu berpikir hal itu. Tapi, supaya menjadi pintar aku tetap

datang ke sekolah dan juga supaya aku bisa melihat Hitomi-sensei. Aku hanya

mengatakan hal sejujurnya, tapi Hitomi-sensei tertawa payah.

“Kalau begitu, hari yang membuatmu paling tidak ingin untuk datang ke

sekolah, misalnya setelah libur musim panas atau hari senin”.

Benar juga, setelah akhir pekan atau sehabis libur musim panas, aku

berharap bisa menggunakan sihir karenanya.

Benarkan?, datang ke sekolah pada waktu seperti itu berarti membutuhkan

keberanian juga keteguhan hati. Disamping itu juga butuh kue-kue manis, ya.

“Ya memang betul”.

Kemarin Kiryu-kun memiliki urusan penting sehingga meliburkan diri dari

sekolah dan ketika dia harus masuk sekolah setelah beberapa hari, berarti dia

membutuhkan keteguhan hati juga keberanian. Kau paham?.

Aku paham, apalagi si pengecut Kiryu-kun dia pasti membutuhkan lebih

banyak keberanian dan keteguhan hati bukan?. Aku bisa menyediakan kue-kue

manis untuknya.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: MITEITA KARYA SUMINO YORU

33

Tetapi mulai sekarang supaya Kiryu-kun memiliki keberanian dan

keteguhan hati seperti hari ini, dia membutuhkan teman. “Aku, ingin Koyanagi-

san menjadi teman Kiryu-kun.”

Kalau itu sih aku bisa Sensei aku akan jadi teman Kiryu-kun.

Analisis:

Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka yang

menemui Hitomi-sensei meminta pendapat tentang Kiryu-kun.

Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams adanya

keterbukaan Koyanagi Nanoka di sekolah yang menghampiri Hitomi-sensei serta

menanyakan masalah Kiryu-kun. Sehingga Hitomi-sensei tidak langsung

menjelaskan apa yang terjadi pada Kiryu-kun melainkan memberikan penjelasan

yang membuat dia berpikir untuk memahami orang lain.

Nilai yang dapat di ambil dari teks cuplikan di atas adalah adanya

keterbukaan menjadikan hubungan yang baik antar guru. Memberikan kedekatan

agar Koyanagi Nanoka merasa nyaman dengan guru dan terbuka serta tidak takut

untuk mengutarakan pendapatnya sehingga siswa dapat memahami apa yang

disampaikan oleh Hitomi-sensei.

1.2.2 Keterbukaan Koyanagi Nanoka di Lingkungan Umum

Cuplikan 1 hal 29

Buku yang berjudul pangeran cilik yang Nenek beri tahu aku sudah

membacanya perpustakaan. Kata-katanya memang bagus cuma sulit untuk di

mengerti.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: MITEITA KARYA SUMINO YORU

34

“Sudah kuduga Nacchan memang anak yang pandai”. Belajar untuk

memahami hal yang belum dimengerti adalah hal yang penting sedangkan berkata

hal yang sudah mengerti tapi belum memahaminya adalah hal yang tidak baik.

Begitu Nenek mengatakannya aku langsung menceritakan tentang kejadian

di sekolah saat aku disuruh lari keliling dan harus pulang terakhir. Nenek yang

mendengarkan ceritaku terbahak-bahak akan hal itu dan berkata benar hal serius,

ya. Bukan berarti aku membenci atletik, tapi disuruh tinggal lebih lama di sekolah

bukan hal yang serius karena aku suka Hitomi-sensei.

“Guru yang baik ya”.

Iya Guru yang baik, meski terkadang tidak masuk akal. Hari ini nenek pun

bertanya apakah aku menang main Othello. Aku hanya menang sekali itu pun

hanya berbeda satu keping lebih banyak. Apakah suatu saat aku bisa jago main

Othello ya Nek?.

Pasti Nachhan punya kemampuan untuk melihat apa yang akan terjadi.

Kemampuan itu pun penting untuk sebuah permainan.

Analisis:

Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka yang

menceritakan kegiatan di sekolahnya.

Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat

bahwa Koyanagi Nanoka memiliki sifat keterbukaan pada Nenek yang

menceritakan mengenai buku tersebut. Meskipun Nenek yang memujinya dia

merasa buku itu memang sulit dan pembicaraan keduanya berlanjut ketika di

sekolah Koyanagi Nanoka dan berlanjut ke permainan Othello.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: MITEITA KARYA SUMINO YORU

35

Nilai yang dapat di ambil dari teks cuplikan di atas adalah keterbukaan yang

menghasilkan kedekatan antara Nenek dan Koyanagi Nanoka yang memiliki

hubungan yang erat. Sehingga Koyanagi Nanoka dengan terbukannya

menceritakan hal yang terjadi di sekolah maupun apa yang sedang dilakukannya.

Cuplikan 2 hal 77-78

“Hari ini ada hal yang inginku tanyakan”. Aku langsung mengutarakan

tujuanku aku adalah tipe yang akan langsung melahap makanan yang sudah

kusukai. Saat ini aku sedang terlibat dengan masalah yang sulit kupecahkan di

dalam kelas.

Aritmatika?, kalau soal itu lakukan sendiri, bocah!.

Bukan, kalau aritmatika aku bisa mengerjakan sendiri. Masalah yang ini

sangat sulit yang berkaitan dengan pelajaran bahasa Jepang, persoalannya adalah

mencari arti kebahagiaan.

“Benar, aku ingin bertanya bagi Minami-san kebahagiaan itu apa?, akan

kujadikan sebagai sebuah petunjuk”.

“Aku tidak paham soal kebahagiaan”.

Bagaimana ketika menulis apa tidak bahagia?

Menulis cerita itu memang menyenangkan, tapi aku tidak tahu apa itu

kebahagiaan atau tidak. Kebahagiaan itu bisa dikatakan adalah situasi ketika saat

kau merasa benar-benar terpenuhi, kan?, seperti hati ini di penuhi oleh perasaan

yang lebih menyenangkan.

Minami-san yang memberitahuku pemahamannya tentang kebahagiaan

dengan bahasa yang mudah yang menurutku anak SMA yang sungguh luar biasa

Universitas Sumatera Utara

Page 45: MITEITA KARYA SUMINO YORU

36

karena dapat mengeluarkan kata-kata seperti itu. Aku pun ingin cepat lebih

dewasa.

Analisis:

Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka adalah

anak yang langsung mengutarakan maksudnya.

Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat

bahwa adanya sikap keterbukaan Koyanagi Nanoka dalam hal mengutarakan apa

yang ingin di sampaikannya dengan bertanya tentang tugas sekolah yang menurut

dia susah untuk di pecahkannya sendiri yaitu arti kebahagiaan. Sehingga Minami-

san yang menanggapi pertanyaan Koyanagi Nanoka menjawab bahwa dia tidak

mengerti arti dari kebahagiaan sebab menurut dia kebahagian itu ada jika merasa

itu benar-benar terpenuhi, meskipun Minami-san yang tidak paham arti

kebahagiaan Koyanagi Nanoka yang terkagum akan pemahamannya ingin

menjadi cepat dewasa.

Nilai yang dapat di ambil pada cuplikan teks di atas adalah keterbukaan diri

Koyanagi Nanoka yang menghadapi masalah yang memiliki pemikiran terbuka,

serta bersedia pandangan orang lain tentang masalahnya yang menjadiakan

adanya perubahan terhadap pandangannya mengenai suatu masalah yang sedang

di alami.

Cuplikan 3 hal 271-272

“Apa semua berjalan dengan baik”?.

Namun aku yang biasanya bercerita langsung, kali ini justru tidak

melakukannya.

“Apa yang terjadi”?

Universitas Sumatera Utara

Page 46: MITEITA KARYA SUMINO YORU

37

Ternyata Nenek mengatakannya. soal anak di kelasku semuanya sudah

berjalan dengan baik tapi, “Abazure-san tiba-tiba menghilang”.

Aku menceritakan semua yang terjadi hari ini, tidak sesungguhnya apa yang

sudah terjadi dari kemarin. Abazure-san yang memberikan saran kepadaku yang

juga bersedih karena masalah Kiryu-kun, Abazure-san yang secara mendadak

menangis. Hal yang paling mengesankan adalah aku dan Abazure-san yang

ternyata memiliki kata favorit sama. Lalu hal yang terjadi hari ini, setelah

Abazure-san menghilang, ada kakak laki-laki yang tinggal disana memberikan es

krim yang tidak kusukai. Hal ini menurut ku jauh lebih aneh saat Minami-san

menghilang. Nenek mendengarkan ceritaku dan berkata bahwa dia tidak tahu ke

mana Abazure-san pergi, tapi ada satu misteri yang kemudian muncul. Aku pun

bertanya mengenai kemisteriusan ini. “Abazure-san menghilang seperti Minami-

san aku memang merasa kesepian, tetapi gak tahu kenapa perasaan itu tidak

seperti ketika Kiryu-kun berkata benci kepadaku”.

“Begitu, ya”?.

Nenek benar-benar hebat karena tahu semuanya.

Mungkin karena Nacchan memiliki keyakinan bahwa suatu hari nanti akan

dipertemukan oleh mereka. Aku merasa Nenek mengatakan hal yang melegakan

untukku. Nenek yang bercerita tentang mimpi yang sama lagi dilihatnya saat itu

nenek berkata dimana dia tidak bisa meminta maaf yang telah kehilangan orang-

orang terkasih sehingga menyakiti diri sendiri.

Aku teringat akan sorot mata Minami-san dan juga Abazure-san yang

mmbenci diri sendiri dan berpikir untuk menyudahi hidup. Tapi aku tidak akan

Universitas Sumatera Utara

Page 47: MITEITA KARYA SUMINO YORU

38

seperti itu aku bisa melangkah dalam kehidupan yang menurutku bahagia. Dan

selalu buat Koyanagi Nanoka merasa lega akan perkataan Nenek.

Perasaanmu pasti benar. Tenang saja kau pasti akan bertemu dengan mereka

suatu hari nanti. Dan aku bertanya bagaimana Nenek menjalani hidupnya.

Seketika Nenek mengucapkan bahwa dari kecil hingga menjadi dewasa lalu

menjadi tua aku melewati kehidupan dengan melakukan hal-hal yang ku suka dan

juga bersama orang yang kusuka, yang berarti aku tidak butuh apapun lagi.

Analisis:

Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Nenek yang bertanya tentang

apa yang terjadi sehingga Koyanagi Nanoka menceritakan tentang teman-

temannya yang menghilang

Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat

bahwa sikap keterbukaan Koyanagi Nanoka kepada Nenek yang awalnya dia tidak

mengatakan apa-apa tetapi karena Nenek yang bertanya sekali lagi dan Koyanagi

Nanoka pun menceritakan apa yang terjadi padanya.

Sehingga Nenek yang mendengarkan cerita Koyanagi Nanoka mengatakan

bahwa suatu hari nanti dia bisa bertemu dengan Abazure-san dan Minami-san

berkat keyakinan yang dimiliki Koyanagi Nanoka.

Nilai yang dapat di ambil dari cuplikan teks di atas adalah keterbukaan

Koyanagi Nanoka kepada Nenek yang membuat dia merasa bahwa Nenek adalah

orang yang tepat di ajak bicara.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: MITEITA KARYA SUMINO YORU

39

3.3 Analisis Nilai-Nilai Pragmatik Tokoh Utama Koyanagi Nanoka dalam

Novel “ Mata, Onaji Yume wo Miteita” Karya Sumino Yoru

3.3.1 Percaya Diri

Cuplikan 1 hal 1-2

Sensei, rasanya aku jadi sinting, boleh tidak ikut pelajaran olahraga hari

ini ?.

Namun sensei berkata, “setelah pelajaran selesai datanglah ke ruang guru.”

Ditambah lagi, aku disuruh berlari di halaman sekolah untuk pelajaran olahraga.

Aku, Koyanagi Nanoka sama sekali tidak terima semua itu.

Setelah semua itu temanku pulang, hanya aku sendiri yang di panggil ke

ruang guru, karena itu, aku pun sadar alasan Sensei memanggilku adalah untuk

memberi sebuah peringatan.

Namun, saat berhadapan dengan Sensei aku juga tidak merasa bersalah.

Mungkin Sensei pikir aku mengatakan hal yang tidak masuk akal, tetapi aku pun

sudah memperhitungkan bahkan aku memperhitungkan aku akan berhasil.

Kesempatan untuk berhasil dalam hal apa ?, tanyanya dengan wajah yang

ramah.

Tidak mau kalah, aku pun melipat tangan dan memberi tahu Sensei.

Kemarin aku menonton TV, mengenai orang yang mengungkapkan

pendapat mereka tentang sebuah kasus yang terjadi di suatu tempat disana ada

dosen universitas yang tampaknya hebat bilang, ‘di Jepang, orang yang sinting

adalah orang yang bisa lolos dari hal yang tidak menyenangkan’.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: MITEITA KARYA SUMINO YORU

40

Jadi kalau dosen di universitas berkata seperti itu, anak SD pun bisa

memahami logikanya, kan?. Soalnya di bawah universitas ada SMA, di bawah

SMA, ada SMP. Di bahwanya lagi ada SD.

Aku rasa Sensei yang akan kagum pada perkataanku, jadi aku

membusungkan dada dan mengungkapkan isi pikiranku.

Analisis :

Dari cuplikan di atas dapat dilihat adanya sikap percaya diri yang di

tunjukkan tokoh utama yaitu Koyanagi Nanoka yang merasa bahwa apa yang dia

lakukan itu benar dan tetap yakin akan perbuatannya.

Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams merupakan

pribadi yang percaya diri, cuplikan teks yang menunjukkan bahwa dia yang

merasa percaya diri akan dirinya meskipun dia anak SD. Tetapi Koyanagi Nanoka

dengan tegas menjelaskan apa yang di maksud secara jelas tanpa adanya keraguan

sama sekali meskipun dia tahu sensei berpikir itu tidak masuk akal.

Nilai yang dapat diambil dalam novel ini adalah setiap manusia harus

memiliki sikap percaya diri, terutama untuk anak-anak. Sehingga adanya sikap ini

dapat mengajarkan kita bahwa adanya keraguan tidak akan ditemukan pada anak

yang mempunyai kepercayaan diri sehingga dengan adanya kepercayaan diri pada

anak dapat mengembangkan pola pikir anak dengan adanya sikap ini

menumbuhkan rasa keingintahuan yang besar maupun berani untuk mengeluarkan

pendapat secara tegas.

Cuplikan 2 hal 41

“Kau sedang melukis apa?”

“bukan apa-apa.”

Universitas Sumatera Utara

Page 50: MITEITA KARYA SUMINO YORU

41

Aku tahu Kiryu-kun yang duduk di sebelah itu berbohong. Tadi dia sedang

menggambar, dia juga sering membuat skesta ketika sedang pelajaran. Mungkin

dia memang bermaksud menyembunyikannya, tapi aku bisa melihatnya dari

tempat dudukku.

Dia memiliki bakat membuat lukisan yang indah, menurutku lebih baik dia

menunjukkanya kepada teman-teman, dia juga tidak melakukannya. Dia lebih

memilih melukis dalam diam karena lukisannya pernah menjadi bahan olok-

olokan para anak bodoh itu- beberapa kali.

“Hidup Kiryu-kun itu sama seperti bakteri dalam gigi.”

“M, maksud mu apa?”

Kalau tidak suka, kau harus melakukan sesuatu padanya. Lain kali, kalau

mereka mengganggumu kau bisa menyemburkan ludah ke wajah mereka, kataku

saat kembali ke tempat duduk .

Kiryu-kun sama sekali tidak memandang ke arahku ketika membalas

kalimatku.

M, Mustahil, dengan suara kecil.

Tepat ketika aku berkata, “Kau tidak boleh punya sifat lemah seperti itu.”

Analisis :

Dari cuplikan teks di atas bahwa Koyanagi Nanoka yang duduk

bersampingan dengan Kiryu-kun selalu memperhatikannya yang suka melukis dan

sering di tindas oleh temannya yang di anggapnya sebagai anak bodoh. Sehingga

dia memberitahukan Kiryu-kun agar lebih terbuka ataupun percaya diri pada

bakatnya karena menurut Koyanagi Nanoka sendiri lukisannya itu indah.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: MITEITA KARYA SUMINO YORU

42

Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams penulis melihat

bahwa Koyanagi Nanoka yang percaya diri dengan mengatakan kalimat filosofi

nya kepada Kiryu-kun. Bahwa dia harus melakukan sesuatu pada sikap orang

yang sering melakukan penindasan padanya agar tidak terjadi hal yang sama lagi,

dan dapat dilihat juga dari teks cuplikan di atas Kiryu-kun yang mempunyai sifat

pemalu yang menjadikan dia bahan incaran dalam penindasan. Sehingga

Koyanagi Nanoka yang dengan sikap percaya dirinya berkata dia tidak boleh

memiliki sifat lemah karena orang lemah cendrung tidak punya kepercayaan diri

pada dirinya sendiri.

Nilai yang dapat di ambil dari teks tersebut adalah sikap percaya diri yang

ditujukan oleh tokoh utama yaitu Koyanagi Nanoka kepada tokoh lain yaitu

Kiryu-kun dalam menghadapi penindasan yang di alaminya sehingga sikap

percaya diri memberikan seseorang tidak lemah dan berani dalam menghadapi

penindasan.

Cuplikan 3 hal 56

“Kau sendirian?”

Tidak masalah kan, lagi pula aku tidak merasa butuh teman.

Benar sekali. Aku juga berpendapat sama denganmu soal itu. Padahal kau

cuma anak kecil, tapi gaya bicaramu sombong sekali.

Aku sama sekali tidak menyombongkan diri. Yah, tapi jika di banding

dengan anak-anak di luar sana, aku mungkin lebih hebat. Soalnya aku tahu

tentang keindahan sebuah novel.

Kau pasti di benci teman-temanmu, kan?

“Mungkin,ya.” Minami-san?. “Kenapa kau menyayat nadimu?”

Universitas Sumatera Utara

Page 52: MITEITA KARYA SUMINO YORU

43

“Kenapa aku harus menjelaskan hal itu kepada orang yang baru pertama

kutemui?”

Tidak apa, kan? Aku bukan tipe yang akan membocorkan rahasia

“Bagaimana kalau aku ternyata orang yang berbahaya?”, anak kecil

sepertimu bisa terbunuh loh.

Aku akan baik-baik saja, aku tidak mencium aroma bahaya padamu artinya

aku tidak mencium aroma tidak menyenangkan orang dewasa darimu.

Analisis:

Dari cuplikan teks di atas Koyanagi Nanoka dengan sikapnya yang percaya

bahwa dia tidak membutuhkan seorang teman dapat di lihat dia anak yang mandiri

yang tidak menjadikan dia menjadi penyendiri. Sehingga dia berbeda dengan anak

SD yang lainnya.

Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams, penulis dapat

melihat bahwa Koyanagi Nanoka memiliki sifat percaya diri yang tinggi. Yang

dapat dilihat dia memiliki pemikiran yang melebihi anak-anak pada umumnya

yang meskipun tidak membutuhkan teman. Dia juga tidak menyangkal akan hal

teman-teman yang membencinya dan sikap Koyanagi Nanoka dalam menanyakan

hal mengenai Minami-san sangatlah percaya diri, karena bisa dilihat dia baru

pertama bertemu dengannya tetapi tidak takut dan tetap meyakinkan Minami-san

bahwa dia anak yang bisa di percaya. Serta sikap Koyanagi Nanoka yang percaya

bahwa tidak adanya aroma yang berbahaya dari Minami-san.

Nilai yang dapat di ambil dari teks tersebut adalah sikap yang jujur dan

dapat di percaya menghasilkan sikap percaya diri terhadap diri sendiri. dimana

ketika seseorang yang baru saja bertemu tetapi bisa melakukan interaksi tanpa

Universitas Sumatera Utara

Page 53: MITEITA KARYA SUMINO YORU

44

adanya rasa tidak nyaman pada orang tersebut karena adanya keyakinan dari diri

sendiri.

3.3.2 Kepedulian

Cuplikan 1 hal 53

Namun, berikunya waktu kian bergerak supercepat. Dan disinilah awal

pertemuanku dengan Minami-san.

Minami-san yang duduk di sekitar ujung anak tangga dan aku, menjerit

ketakutan bersama-sama. Hanya si ekor putus yang berlarian menuju rooftop yang

terlihat gembira. Minami-san menjatuhkan silet hingga berdenting ke lantai batu.

Aku terkejut, namun setelah mengamati Minami-san dan silet dan

pergelangan tangannya, aku kembali terkejut. Darah yang menetes dari

pergelangan tangannya.

Apa yang telah kau lakukan?. Lukamu harus segera diobati!. “Aku punya

plester luka, pakai ini lalu kita segera ke rumah sakit!”

“Dengar, ya aku ini baik-baik saja. Jadi jangan berisik!”

Minami-san malah jauh lebih tenang menghadapiku yang panik. Benar-

benar, anak SMA itu hebat sekali aku baru tahu Minami-san adalah anak SMA

beberapa saat kemudian.

Demi mewujudkan keinginan Minami-san, bagaimanapun caranya aku

harus bisa tenang menggunakan cara yang diajarkan oleh Hitomi-sensei.

Universitas Sumatera Utara

Page 54: MITEITA KARYA SUMINO YORU

45

Tarik napas, buang napas. Setelahnya udara di dalam jantungku membuat

celah seperti ketika mengenakan piama kebesaran. Perasaanku jauh lebih lega.

Analisis:

Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa awal pertemuannya dengan

Minami-san yang membuatnya terkejut karena Minami-san yang menyayat

pergelangan tangannya yang membuat Koyanagi Nanoka yang panik dan

langsung menyerahkan plester serta mengajaknya berobat.

Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams yang dapat

dilihat dalam teks di atas adanya nilai pragmatik dari Koyanagi Nanoka yang

menanggapi orang yang pertama kali dia temui meskipun dia sendiri masih anak-

anak tapi kepeduliannya yang besar. Sehingga langsung menawarkan bantuan

pada orang dewasa yang jauh umur dengannya padahal bisa dilihat bahwa

Minami-san sendiri yang lebih tenang darinya. Tetapi karena kepedulian

Koyanagi Nanoka diapun menenangkan dirinya terlebih dahulu.

Nilai yang dapat di ambil dari teks di atas adalah sikap yang memberikan

peduli akan sesama manusia, karena hidup ini sama halnya dengan berdampingan

dengan manusia lain. Adanya rasa kepedulian kepada seseorang yang terluka

tanpa membeda-bedakan siapa yang di tolong.

Cuplikan 3 hal 112-113

“Kebahagiaan itu apa mendadak minami-san bertanya hal tersebut padaku.”

Apakah kau sudah menemukan jawabannya?. Aku sudah menemukannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 55: MITEITA KARYA SUMINO YORU

46

Apa jawabanmu..?. Minami-san bersikap seolah-lah memandangku, dia

memandang langit dan berkata dengan suara gemangnya di lantai.

“Mendapatkan pengakuan, bahwa aku boleh berada disini adalah

kebahagianku.” Hei bocah bukannya waktunya untuk pulang!

“Aku tidak ingin pulang”

Apa yang kau katakan!. Orang tuamu akan kahwatir. Aku teringat semuanya.

Aku tidak ingin kau menjadi seperti aku yang membiarkan pertengkaran hingga

akhirnya tidak lagi bisa bertemu. Karena itu, berjanjilah tidak bisa hari ini pun

tidak apa besok pun tidak apa-apa. Yang penting berjanjilah untuk berdamai

dengan orang tuamu. Waktu itu… tidak akan pernah kembali.

“Hidup itu seperti cerita yang kau tulis sendiri.” Yang artinya bagaimana

kau mengubah menjadi happy ending semua tergantung bagaimana usahamu

memperbaiki dan menyempurnakannya.

Minami-san menyikap poninya, memandang ke dalam mataku. Ekspresi

Minami-san yang baru pertama kulihat, tampak jernih seperti Abazure-san dan

juga ramah seperti Nenek. Dia sangat menawan. Aku bukan anak yang masa

bodoh dengan permohonan temanku. Akan tetapi, aku juga bukan anak bodoh

yang bisa segera lupa dengan hal yang kemarin terjadi.

Apa yang hal benar, apa yang pandai dan apa yang baik. Setelah berpikir

lama, aku memandang wajah Minami-san. Terimakasih, tapi minami-san juga

harus berjanji padaku. Kali ini giliran Minami-san yang memandangku dengan

heran.

Universitas Sumatera Utara

Page 56: MITEITA KARYA SUMINO YORU

47

“Untuk menerbitkan buku?”

Itu adalah salah satunya juga. Tapi aku ingin kau berjanji lebih dari itu.

Minami-san kau sudah memahami apa itu kebahagiaan, bukan?. Tapi sebelum ini

kau pernah berkata bahwa kau tidak bahagia.

Aku juga tidak suka temanku tidak bahagia. Jadi kumohon Minami-san

juga harus menulis ulang ceritamu sendiri. Hal itu membuatku tidak bisa tidak

mendoakan kebahagiaan Minami-san. Aku berharap temanku selalu tertawa.

Tak lama kemudian ketika aku mengunjunginya dan ingin mengucapkan

terima kasih pada Minami-san hilang secara misterius.

Analisis:

Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Minami-san yang peduli pada

Koyanagi Nanoka sehingga dia memberikan nasihat padanya agar mau berjanji

berbaikan dengan orang tuanya, karena waktu tidak akan kembali. Sehingga

Koyanagi Nanoka yang menanggapi Minami-san menganggap itu serius dan tidak

juga melupakan kejadian yang terjadi dengannya. Meskipun begitu dia tetap

peduli dan berjanji pada Minami-san sehingga dia juga berharap agar Minami-san

juga bisa bahagia karena Koyanagi Nanoka ingin melihat temannya bahagia dan

selalu tertawa.

Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat

bahwa Minami-san yang peduli terhadap Koyanagi Nanoka dan berharap dia bisa

berbaikan dengan orang tuanya. Serta Koyanagi Nanoka yang juga peduli kepada

Minami-san yang sudah dia anggap sebagai teman yang memikirkan

Universitas Sumatera Utara

Page 57: MITEITA KARYA SUMINO YORU

48

permintaanya dan juga peduli akan kebahagiaan Minami-san sendiri. Dan setelah

masalah Koyanagi Nanoka selesai Minami-san menghilang secara misterius.

Nilai yang dapat di ambil dari teks di atas adalah memberikan nasihat pada

seseorang yang berharga berharga bagi kita menunjukkan rasa kepedulian yang

besar kepada orang tersebut. Sehingga memberikan kekuatan antara satu dengan

yang lainnya yang timbulnya rasa kepedulian menjadikan seseorang ingin

memahami orang tersebut dan dapat meningkatkan rasa solidaritas antar sesama

dan adanya rasa saling menghargai yang timbul dari sikap menyayangi yang

tumbuh dari sikap peduli.

Cuplikan 4 hal 186

“Aku membawakan kopian. Dan, juga salinan pelajaran hari ini.”

Bukan Hitomi-sensei yang… mengantar?

Aku yang menggantikan Hitomi-sensei. Aku juga telah menyalin catatan di

kertas. Selain itu, ada hal yang ingin ku sampaikan kepada Kiryu-kun” . Aku pun

melanjutkan kata-kata. Dengar, Kiryu-kun aku ini temanmu. Tidak pernah sekali

pun aku berfikir menjadi musuhmu. Oleh karena itu, kau tenang saja dan

masuklah sekolah. Mungkin Kiryu-kun hanya salah paham, tapi aku benar-benar

temanmu. Kalau ada hal yang mengganggumu, aku dan Hitomi-sensei akan

bersama-sama membantu melawan. Itulah kenapa Kiryu-kun pun harus berusaha

untuk melawannya juga. Bagaimanapun juga, hidup itu seperti pelari pertama

dalam estafet. Selama diri sendiri tidak mulai bergerak. Tidak akan memulai

apapun.

Universitas Sumatera Utara

Page 58: MITEITA KARYA SUMINO YORU

49

Analisis:

Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka yang

mengantarkan kopian tugas untuk Kiryu-kun dan bisa di lihat dari teks tersebut

bahwa Koyanagi Nanoka yang perhatian pada Kiryu-kun dan menganggap dia

sebagai temannya.

Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat

bahwa Koyanagi Nanoka peduli pada Kiryu-kun yang membawakan kopian tugas

serta menyalin catatan untuknya dan bisa dilihat. Dari cuplikan teks di atas bahwa

Koyanagi Nanoka yang menganggap Kiryu-kun sebagai teman meyakinkan

bahwa dia bukanlah musuh dan ingin membantu Kiryu-kun agar mau pergi ke

sekolah.

Nilai yang dapat di ambil dari cuplikan teks di atas adalah adalah adalah

rasa kepedulian yang timbul dari hati yang terbuka mau berbagi untuk sesamanya

tanpa di dorong atau disertai alasan-alasan tanpa meminta imbalan apapun yang

memberikan sifat bahwa mengeluarkan pendapat mengenai suatu hal sangatlah

penting untuk lawan bicara.

3.3.3 Kecerdasan

Cuplikan 1 hal 16-17

“Minuman itu manis?” tanyaku.

“Manis, tapi pahit.”

Universitas Sumatera Utara

Page 59: MITEITA KARYA SUMINO YORU

50

“Kenapa malah meminum yang pahit? Abazure-san juga minum kopi, kan? .

Itu juga pahit sekali. Kau memaksakan diri?”

“Tidak, aku minum karena aku suka sake dan kopi. Waktu masih kecil, aku

juga tidak bisa meminum kopi, hanya orang dewasa yang bisa bersyukur atas rasa

pahit.”

“Kalau begitu mungkinkah ada hari aku bisa menganggap nikmat rasa pahit

itu juga?”. Mungkin hari itu akan tiba. Tapi, kau tidak perlu memaksakan diri

meminumnya. Menurutku, menarik kok menganggap hanya makanan manis yang

lezat.”

“Hidup itu seperti puding, ya.”

“Apa artinya?”

“Padahal bagian yang manisnya saja sudah nikmat, tapi ada orang-orang

yang bersyukur atas rasa pahitnya.”

“Haha. Benar, seperti itu.” Abazure-san tertawa. Sambil meneguk birnya,

dia melanjutkan, “ Nona kecil benar-benar pandai.”

Analisis:

Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka sedang

bersama Abazure-san dan dia melihatnya sedang meminum kopi yang merasa

bahwa kopi itu sangat pahit, dan kenapa ada orang yang mau meminumnya.

Sedangkan dia sendiri tidak suka dengan rasa pahit karena dia masih anak-anak

dan mungkin suatu saat nanti dia akan dapat meminumnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 60: MITEITA KARYA SUMINO YORU

51

Dari segi pragmatik sesaui dengan penjelasan teori Abrams, dapat dilihat

bahwa Koyanagi Nanoka yang mempunyai rasa keingintahuan kepada orang

dewasa yang suka menikmati rasa pahit, dari sini dapat dilihat kecerdasan

Koyanagi Nanoka yang masih anak-anak mengerti akan sebuah rasa pahit yang

dia gambarkan ke dalam bentuk filosofi. Yang mengibaratkan sebuah kehidupan

yang bisa di perumpamakan bahwa rata-rata puding di Jepang terdiri atas dua

lapis. Campuran telur dan susu di bagian atas dan sasus karamel (gula yang di

panaskan) di bagian bawah. Yang menggambarkan sebuah kehidupan itu sendiri

menurut pendapat yang di utarakan Koyanagi Nanoka .

Nilai yang dapat di ambil dari cuplikan teks di atas adalah adanya

kecerdasan yang bermanfaat dalam cara berpikir yang di terapkan pada seorang

anak dalam mengambil pemilihan kata yang di ucapkan dalam hal menanggapi

sebuah kehidupan. Sehingga memberikan penjelasan bahwa kehidupan ini ada

manisnya dan ada pahitnya yang membuat kita bersyukur akan hal itu.

Cuplikan 2 hal 103-104

Cerita yang aku tulis bukanlah apa-apa, tidak juga luar biasa. Aku hanya

suka menyusun sebuah kata-kata, di dunia ini sangat banyak orang yang jauh

lebih berbakat dariku. Cerita yang ku tulis itu sama sekali tidaklah menarik. Aku

itu tidak mungkin menjadi seorang penulis.

Aku menerima kata-kata Minami-san dengan kemampuan sebatas anak

kecil. Apa yang Minami-san katakan itu benar-benar aneh. “Bukankah Minami-

san sudah jadi seorang penulis?”. Bukankah seorang disebut penulis ketika bisa

membuat sebuah dunia baru di hati seseorang yang membaca ceritanya?. Kalau

Universitas Sumatera Utara

Page 61: MITEITA KARYA SUMINO YORU

52

begitu, aku juga memang belum bisa di sebut penulis tetapi Minami-san adalah

seorang penulis, soalnya di dalam hatiku sudah terbentuk sebuah dunia baru yang

sangat indah.

Tentu saja apa yang di sebut dengan pekerjaan adalah sesuatu yang

menghasilkan uang tentunya, tetapi menurut ku mereka yang disebut sebagai

penulis akan mendapat uang dari menjual bukunya. Bahkan anak kecil seperti aku

sudah dapat memahaminya, namun aku tidak pernah berpikir bahwa seorang

penulis adalah sebuah pekerjaan. Menurutku, menulis sebuah cerita dan menjual

buku demi uang adalah dua pekerjaan yang sangat berbeda.

Bagiku seorang penulis bukanlah orang yang menjual buku. Mereka adalah

orang-orang mengagumkan yang dapat membuat dunia baru di hati orang lain

dengan membuat cerita-cerita di dalamnya, begitulah pemikiranku. Nama

Minami-san pun juga ada di deretan nama orang-orang itu menurutku.

Analisis:

Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat Koyanagi Nanoka yang mengagumi

cerita yang dibuat oleh Minami-san sehingga dia menganggapnya sebagai seorang

penulis tetapi, dari Minami-san sendiri beranggapan bahwa dia bukanlah

seseorang penulis yang seperti di bayangkan oleh Koyanagi Nanoka. Dia yang

menganggap hal itu aneh dan menyatakan bahwa penulis adalah seorang yang

menciptakan dunia yang baru di hati seseorang.

Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams, dapat dilihat

bahwa adanya kecerdasan Koyanagi Nanoka dalam menanggapi tentang seorang

penulis yang menurut dia penulis bukan hanya sebagai penjual buku melainkan

Universitas Sumatera Utara

Page 62: MITEITA KARYA SUMINO YORU

53

dapat mengerti ataupun menciptakan dunia yang baru kepada seseorang. Sehingga

cara berpikir Koyanagi Nanoka yang berkata anak kecil seperti dia bisa

memahaminya yang mengerti seorang penulis yang bisa di lihat bahwa

pemikirannya yang memikirkan jauh lebih dewasa di bandingkan anak-anak yang

seusianya.

Nilai yang dapat di ambil dari cupilkan teks di atas adalah kecerdasaan yang

ada pada seseorang memberikan sesuatu untuk cara berpikir yang berbeda

sehingga menjadikan seorang anak yang berpikir kritis dan dapat memberikan

pendapatnya sendiri dalam menjelaskan sesuatu yang berkaitan dengan keindahan

novel dengan cara pandang yang berbeda.

Cuplikan 3 hal 155-156

“Nona kecil pasti ingin berbaikan dengan anak itu kan?”

Bagaimana ya, mungkin sejak awal hubungan di antara kami bisa juga di

katakan baik sampai harus saling berdamai.

“Kalau kau tidak ingin berbaikan, kau pasti tidak memikirkan perasaanya

juga kan?”

Mungkin memang benar seperti itu. Mengapa aku terlalu memikirkanya,

ya?. Jadi, karena aku tidak paham, hal itu tampaknya cukup untuk di anggap

sebagai jawaban.

Berhubung sudah memikirkanya sejauh ini, jadi sebaiknya nona kecil

menemukan jawaban semampumu baru kau akan memutuskan selanjutnya apa

yang di lakukan.

Universitas Sumatera Utara

Page 63: MITEITA KARYA SUMINO YORU

54

Baiklah aku akan memikirkannya sendiri. Tapi, hidup itu seperti cara

pendekatan seekor burung merak, ya?

“Apa artinya?”

“Membutuhkan kata kunci”. Aku melukiskan beberapa huruf kanji di udara

dengan jari. Abazure-san pun langsung memahami apa yang ingin aku katakan.

“Oh, ‘elegan’ dan ‘bulu’?. Seperti biasa, kau memang pandai,” katanya memujiku.

Analisis:

Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka yang

memikirkan seorang anak yang di maksud adalah Kiryu-kun dan meminta saran

pada Abazure-san.

Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat

bahwa Koyanagi Nanoka yang cara berbaikan dengan Kiryu-kun. Sehingga dapat

dilihat sikap kecerdasannya yang menggunakan kalimat filosofi yang mengatakan

bahwa hidup itu seperti cara pendekatan seekor burung merak yang membutuhkan

kata kunci, yang di maksud Koyanagi Nanoka disini berkata hin to hane yang

berarti ‘elegan’ dan ‘bulu’. Burung merak melakukan pendekatan dengan cara

pejantan yang menegakkan bulu ekornya untuk menggaet sang betina. Yang

berarti Koyanagi Nanoka yang menganggap bahwa berbaikan dengan Kiryu-kun

seperti dia harus menarik perhatian Kiryu-kun dengan cara elegan sehingga bisa di

lihat bahwa menarik perhatiannya burung merak pejantan dalam menggaet betina

sangat sulit Koyanagi Nanoka menggambarkannya seperti situasinya sekarang

bahwa betapa sulitnya cara memikirkan agar dia berbaikan dengan Kiryu-kun.

Universitas Sumatera Utara

Page 64: MITEITA KARYA SUMINO YORU

55

Nilai yang dapat di ambil dari cuplikan teks di atas adalah adanya sikap

kecerdasan seorang anak yang memikirkan apa jalan yang terbaik yang harus di

lakukan sehingga tidak adanya salah pilihan dalam tindakan yang di lakukan,

dengan memikirkan solusi yang terbaik untuk kedepannya.

3.3.4 Pantang Menyerah

Cuplikan 1 hal 54- 55

Apa ada yang aneh dengan otakmu?

“Mungkin saja”

Ternyata ketika otak menjadi aneh, kau bisa memotong lengan sendiri, ya.

Kalau aku pasti tidak akan bisa soalnya aku benci rasa sakit.

“Aku juga benci rasa sakit”

“Tapi, kau tetap memotong lengan sendiri. Otakmu sungguh sangatlah

aneh.”

“Kau ini berisik sekali! Cepat pergi dari sini!”

Aku sama sekali tidak mendengarkan kata-kata Minami-san, sebaliknya aku

justru melangkah untuk memasuki rooftop tersebut. Kemudian aku ikut duduk

berdampingan dengan si ekor putus dan Minami-san, aku mengamati pergelangan

tangannya yang berdarah. Sepertinya Minami-san tidak menyukai sikapku ini, tapi

aku juga tidak bisa meninggalkan orang yang sedang terluka. Namun teryata

melihat luka iris yang tampak menyakitkan itu, membuatku ngeri. Karenanya, aku

memandang wajah Minami-san.

Universitas Sumatera Utara

Page 65: MITEITA KARYA SUMINO YORU

56

“Pergelangan tanganmu. Terlihat sangat sakit”

“Anak kecil lebih baik cepat pulang.”

“Minami-san, kenapa ada di tempat ini?”

Tidak ada hubungannya denganmu!.

Analisis:

Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka yang

mengatakan dengan jujur apa yang di pikirannya yang membuat dia penasaran

pada Minami-san yang melukai tangganya meskipun dari Minami-san sendiri

tidak serius dalam menanggapinya.

Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat

bahwa sifat Koyanagi Nanoka yang pantang menyerah dalam keingintahuannya

untuk mengetahui penyebab irisan tangan Minami-san. Meskipun Minami sendiri

tidak mau memberitahukan Koyanagi Nanoka malahan menyuruh dia untuk cepat

pulang tetapi, dapat dilihat Koyanagi Nanoka yang pantang menyerah tetap

memberikan pertanyaan kepada Minami-san. Dan memanggil namanya yang

dilihat di baju sekolah yang di kenakan oleh Minami-san. Bisa di lihat pada teks

cuplikan di atas bahwa sikap Koyanagi Nanoka pasti membuat Minami-san

merasa tidak menyukainya tetapi dia tidak bisa mengabaikan seseorang yang

terluka dan tetap berada di sisinya meskipun dia juga merasa ngeri dengan

lukanya.

Nilai yang dapat di ambil dari cuplikan teks di atas adalah rasa

keingintahuan Koyanagi Nanoka yang besar dapat membuat dia untuk tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 66: MITEITA KARYA SUMINO YORU

57

menyerah. Meskipun adanya penolakan dari orang tersebut tetapi, karena adanya

sikap jujur dan ingin membantu sesama yang terjadi baik di mana pun tanpa

memandang latar belakang orang tersebut sehingga sikap pantang menyerah

menjadikan seseorang memiliki semangat tinggi untuk mencapainya.

Cuplikan 2 hal 172-173

Aku kembali menghampiri Hitomi-sensei untuk melaporkan yang sudah

kuputuskan kemarin. Kopian pelajaran yang Hitomi-sensei antarkan ke rumah

Kiryu-kun, hari ini aku yang akan mengantarnya. Aku juga harus menyampaikan

sesuatu yang penting kepada Kiryu-kun.

Namun, meski Sensei berpikir aku salah satu penyebab, aku tidak berniat

untuk menyerah. Hitomi sensei pernah memintaku untuk menjadi teman Kiryu-

kun, kan?. Pembela kebenaran tidak akan berhenti menjadi teman hanya karena

dia tidak dianggap, pembela kebenaran itu akan datang ke tempat orang lemah.

Lalu aku pun menambahkan, tentu saja penjahatnya adalah anak-anak laki

bodoh itu Hitomi-sensei masih terlihat bimbang. Aku pun berusaha memikirkan

cara lain seandainya Hitomi-sensei tidak menyetujui ideku ini. Aku selalu

berpendapat agar sebisa mungkin tunduk apa yang di katakan oleh guru

kesukaanku, Hitomi-sensei.

Oleh karenanya jika Hitomi-sensei tidak mengijinkanku aku memutuskan

untuk datang sendiri ke rumah Kiryu-kun lagi pula tidak semua perkataan orang

dewasa adalah benar, kan?. Begitu yang pernah Hitomi-sensei katakan.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: MITEITA KARYA SUMINO YORU

58

Tentu saja, lebih-lebih perkataan anak kecil seperti aku ini, tidak semuanya

benar. Apa yang di putuskan Hitomi-sensei setelah kebimbangannya itu berarti

sensei percaya padaku dan memutuskannya.

“Baiklah, kopian hari ini aku serahkan kepada Koyanagi-san?”

“Aku akan menjalankan tugasku dengan baik.”

Analisis :

Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Nanoka yang menemui

Hitomi-sensei berniat untuk mengantarkan kopian tugas ke rumah Kiryu-kun,

tetapi karena kebimbangan dari Hitomi-sensei. Koyanagi Nanoka berpikir tidak

akan dapat izin namun tidak di situ saja dia tetap memikirkan cara agar ke rumah

Kiryu-kun karena dia tidak menyerah untuk menjadi teman Kiryu-kun. Sehingga

apa yang di utarakan oleh Koyanagi Nanoka pun dapat tersampaikan ke Hitomi-

sensei dan mengijinkan dia untuk pergi kerumah Kiryu-kun.

Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat

bahwa sikap pantang menyerah Koyanagi Nanoka yang sudah memutuskan untuk

menemui Kiryu-kun menjadikan dia tidak menyerah meskipun itu tidak dapat izin

dari sensei dia tetap berpendirian bahwa dia harus ke rumah Kiryu-kun meskipun

dia tidak di anggap teman oleh Kiryu-kun tidak menyurutkan semangat Koyanagi

Nanoka untuk membela apa yang benar.

Nilai yang dapat di ambil dari cuplikan teks di atas adalah keyakinan akan

hal yang bisa kita lakukan ataupun kita targetkan dapat terwujud. Jika dapat

mengejar apa yang kamu yakini hingga mampu memikul tanggung jawab yang di

Universitas Sumatera Utara

Page 68: MITEITA KARYA SUMINO YORU

59

berikan kepada diri sendiri sehingga memberikan rasa pantang menyerah dan

yakin dalam memikulnya.

3.3.5 Keberanian

Cuplikan 1 hal 148-149

“Ibuku bilang, ayah Kiryu-kun mencuri di supermarket dan di tangkap

polisi.”

Sambil menatap Kiryu-kun dari samping aku berpikir. Sudah kuduga yang

aku lihat waktu itu adalah ayah Kiryu-kun, namun aku masih belum paham

apakah kebenaran atau bukan.

Kiryu-kun tidak mengatakan apa-apa, hanya menunduk tanpa melihat ke

arah siapa pun. Mungkin si bodoh itu tidak menyukai gerak-geriknya.

Sudah kuduga, ayah dari orang yang selalu melukis gamar aneh, ternyata

adalah orang jahat. “Oh iya, waktu itu Takahashi kehilangan pengarisnya pasti itu

ulahmu, kan?. “Ternyata benar, anak pencuri juga akan jadi pencuri. Syukurlah

aku tidak lahir di keluarga Kiryu-kun.”

Maaf, Kiryu-kun, aku tidak bisa menunggu lagi bahkan aku sama sekali

tidak bisa merasa seperti itu. Sudah kuduga ini yang namanya bodoh, ya?.

Kumpulan mata anak lelaki bodoh itu langsung berkumpul ke arahku. “Eh?. Siapa

yang aku panggil bodoh tadi, ya?”. Rupanya kalian sudah sadar ya.

“ Hah?”, anak-anak lelaki itu khususnya si bodoh yang paling depan yang

melotot ke arahku, namun aku tidak takut sedikit pun di banding hal itu ada satu

Universitas Sumatera Utara

Page 69: MITEITA KARYA SUMINO YORU

60

perasaan untuk Kiryu-kun yang semakin membesar membuatku sangat penasaran.

Itulah mengapa cemoohanku kepada anak-anak bodoh itu semakin meledak. Jujur

saja aku ingin mengutarakannya dengan suara lantang kepada Kiryu-kun si

pengecut itu. Anak pencuri adalah pencuri?. Teori dari mana itu jangan-jangan

kau berpikir “pencuri” itu adalah nama makhluk hidup atau sejenisnya? Kalau

mau mengguakan teori itu, berarti ayah dan ibumu sama sepertimu yang berarti

bodoh, tapi mereka bukan bodoh karena mereka bisa merawat si bodoh sepertimu.

Kalau begitu kau sendiri yang memutuskan untuk menjadi bodoh. Aku kasihan

pada ayah dan ibumu karena memiliki anak yang super bodoh seperti ini. Wajah

anak lelaki itu menjadi kemerahan. Dia marah bahkan reaksinya pun bodoh. Tiba-

tiba Kiryu-kun berteriak mengatakan hentikan kepadaku dan pergi keluar. Aku

merasa aneh dengan sikap Kiryu-kun padahal aku sudah membelanya.

Analisis :

Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat Koyanagi Nanoka yang tidak bisa

lagi menahan akan penindasan yang di lakukan oleh anak lelaki teman sekelasnya

kepada Kiryu-kun yang hanya diam saja tanpa adanya perlawanan. Sehingga

Koyanagi Nanoka yang menganggap Kiryu-kun lemah membalas perkataan anak

lelaki yang di sebut dia bodoh karena tidak bisa membedakan mana hal yang

benar.

Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat

Koyanagi Nanoka yang dengan berani dan merasa tidak benar membiarkan

penindasan yang terus berlanjut sehingga dia pun membela Kiryu-kun dan

memperingati anak-anak tersebut bahwa perkataanya sama sekali tidak berarti ,

Universitas Sumatera Utara

Page 70: MITEITA KARYA SUMINO YORU

61

meskipun bukan dia yang di tindas Koyanagi Nanoka merasa tidak sepantasnya

penindasan terjadi.

Nilai yang dapat di ambil dari cuplikan teks di atas adalah membela

seseorang yang dianggap benar dan keberanian yang membuat Koyanagi Nanoka

bisa berpikir bahwa diam bukanlah cara yang baik untuk menyelesaikan

penindasan tetapi keberanian yang bisa melawan penindasan.

Cuplikan 2 hal 175

Semua orang mengabaikanku hari ini bahkan Ogiwara-kun satu-satunya

orang yang berbicara padaku di sekolah telah mengabaikanku dan menyebarkan

gosip ayah Kiryu-kun.

Kau ini apa-apaan?. Demi anak seorang pencuri sampai melakukan hal

seperti itu?, apa kau menyukai Kiryu-kun?. Dengan membawa ekspresi bodoh dan

sambil menyeringai anak laki-laki bodoh itu berkata kala aku sedang menyalin

catatan ke atas kertas.

Seperti yang di katakan si anak bodoh itu, catatan itu memang untuk Kiryu-

kun. Aku berpikir akan mengajarkan pelajaran dengan tulisanku yang rapi karena

bagaimana pun juga aku akan mengunjungi rumahnya.

Entah bagaimana aku berhasil mengembalikan kata-kata yang hampir hilang

karena kebodohan lawan bicaraku. Ya, paling tidak aku lebih menyukai Kiryu-

kun di bandingkan dengan kalian. Meski dia lemah di sangat hebat dalam

melukis.” Mungkin saja, aku berfikir demikian karena teringat oleh kata-kata

Nenek tentang seorang pelukis. Namun, meski si anak bodoh itu mengatakan hal

Universitas Sumatera Utara

Page 71: MITEITA KARYA SUMINO YORU

62

yang nyaris benar sekali pun, bukan berarti ratusan kesalahannya itu bisa

dimaafkan.

“Berisik!”. Dalam sekejap setelah suara melengking si anak lelaki bodoh itu

terdengar di telingaku. Akhirnya aku sadar diriku baru saja di dorong sampai jatuh,

melihatnya saja aku langsung paham bahwa ini adalah kekerasan di sekolah.

“Teman-teman semua membencimu!”

Namun, sampai kapanpun aku terus duduk tidak ada yang satu pun orang

dari kelas ini yang bersedia mengulurkan tangannya. Aku pun menyampaikan isi

hati ku secara langsung “Semuanya pencuri”.

Analisis:

Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka yang

sedang menghadapi penindasan yang di lakuan oleh anak lelaki teman sekelasnya

karena dia membantu Kiryu-kun untuk membuat catatan sekolah sehingga

Koyanagi Nanoka menganggap sikap yang ditunjukkan anak lelaki itu adalah

sikap bodoh.

Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat

adanya keberanian Koyanagi Nanoka yang melawan penindasan yang di lakukan

oleh teman sekelasnya dan dapat dilihat lagi bahwa tidak ada satupun yang

membelanya saat menghadapi penindasan meskipun tidak ada yang membantunya

dia tetap teguh akan perkataannya meskipun ada perkatan dari anak tersebut yang

benar tetapi tidak membuat Koyanagi Nanoka membenarkan perbuataan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 72: MITEITA KARYA SUMINO YORU

63

dilakukannya. Sikap Koyanagi Nanoka disini yang membela Kiryu-kun dan tetap

membantu dia dalam hal memberikan catatan untuknya.

Nilai yang dapat di ambil dari cuplikan teks di atas adalah sikap yang berani

melawan seseorang yang di anggap salah dan membela seseorang yang

dianggapnya benar sehingga adanya keberanian memberikan sumber kekuatan

untuk tidak takut menghadapi orang yang sering menindas dan berani dalam

menegakkan keadilan adalah sebuah puncak dari keberanian itu sendiri.

Cuplikan 3 Hal 214-215

“Aku akan hidup tanpa terlibat oleh siapa pun”

Abazure-san yang mendengar kata-kata ku langsung berkata tidak boleh

seperti itu dan menceritakan mimpi yang sama di lihatnya lagi. Tentang seorang

anak yang tidak menghargai dirinya sendiri dan akhirnya terjerumus ke dalam hal

yang berbahaya. Makanya dari itu aku ingin Nona kecil tidak seperti anak yang

dalam mimpiku ini, nona kecil harus bahagia. Dan jangan bilang kalau kau ingin

tidak terlibat oleh siapa-siapa.

Dan seketika Abazure-san berkata bahwa dia sudah menemukan jawaban

dari kebahagiaannya yaitu adalah kebahagiaan ketika kemampuan untuk

memikirkan seseorang dengan serius sama halnya berkat Nona kecil aku akhirnya

bisa mengingat kembali bentuk kebahagiaanku.

Aku harusnya bagaimana?

“Kau bisa menempatkan dirimu saat sedang sedih apa yang kau inginkan

saat itu, misalnya nona kecil saat sedang sedih oleh siapa kau ingin dimarahi?”

Universitas Sumatera Utara

Page 73: MITEITA KARYA SUMINO YORU

64

Tidak ada, sebaliknya aku hanya ingin ada yang duduk di sebelahku dan

mendengarkan ceritaku saat aku ingin makan manis ataupun saat bermain.

Kalau kau berpikir demikian lakukanlah seperti itu juga.

Namun satu-satunya kekhawatiran yang tertinggal justru menghentikan

gerak leherku. Seandainya aku sungguh-sungguh di benci?.

Abazure-san yang mengelus kepala ku dan berkata dia dia tidak akan di

benci dan berkata akan memikirkan gimana baiknya.

“Tenang saja kau memiliki keberanian kan?”

Benar juga, akan ku coba kulakukan, lagi pula aku sudah bilang sebelumnya.

Kalau diri sendiri tidak memulai bergerak tidak akan memulai apapun, aku

mengutarakannya pada Kiryu-kun kemarin.

Analisis:

Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka yang tidak

ingin terlibat dengan orang lain dan juga Abazure-san yang sudah menemukan

kebahagiaan dan menasihatinya.

Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat

bahwa Koyanagi Nanoka yang memiliki sifat berani meskipun di awal di merasa

khwatir tapi berkat Abazure-san yang memberikan dia nasihat dan menceritakan

kebahagiaannya membuat Koyanagi Nanoka kembali merasa berani kembali.

Nilai yang dapat di ambil dari teks cuplikan di atas adalah keberanian

Koyanagi Nanoka dalam mengambil keputusan meskipun awalnya merasa ragu

Universitas Sumatera Utara

Page 74: MITEITA KARYA SUMINO YORU

65

tetapi darena adanya dorongan dari Abazure-san membuat dia tersadar dan

bangkit kembali.

Cuplikan 4 Hal 224-225

Hari itu langit sangat cerah. Tentu saja alasanku tidak pergi ke sekolah

adalah karena urusan yang lebih penting. Namun, jika boleh jujur menurutku

mungkin aku tidak perlu lagi pergi ke sekolah selamanya. Aku tahu dari televisi

ada yang namanya ‘lompat kelas’, aku ini anak yang pandai jadi mungkin saja

bisa menggunakan ‘lompat kelas’ itu. Namun, tidak seperti kata Abazure-san

menjadi pandai bukanlah segalanya. Bagiku yang bersekolah karena ingin

menjadi pandai, rasanya aku tidak lagi membutuhkan sekolah.

Tidak satu pun keraguan yang muncul ketika aku datang ke tempat ini. Hari

ini berbeda dengan ketika aku datang sebelumnya pertama, aku tidak mengajak

teman kecilku itu. Selain itu, sekarang masih pagi. Kemudian yang paling berbeda

adalah sudah tidak ada lagi niat untuk mendesaknya di dalam diriku. Namun, hari

ini sebelum melakukannya ada hal yang harus aku lakukan lebih dahulu. Supaya

seluruh perasaanku tersampaikan kepada lawan bicara, dengan sepenuh hati aku

pun berkata “Aku Koyanagi Nanoka, teman sekelas Kiryu-kun. Aku minta maaf

tentang tempo hari.”

Meski tidak berhadapan dengan lawan bicara, akau tetap menunduk. Saat

meminta maaf atau mengucapkan terima kasih, harus menunduk sepenuh hati.

Tidak ada perbedaan untuk anak pandai atau yang tidak pandai. Perasaanku ini

pun tersampaikan dengan baik kepada ibu Kiryu-kun, kan?. Lalu sama seperti

sebelumnya, ibu Kiryu-kun menyambutku dengan suara yang sangat ramah.

Universitas Sumatera Utara

Page 75: MITEITA KARYA SUMINO YORU

66

Ketika akhirnya beliau muncul sekali lagi, aku menunduk. “Selamat pagi, aku

minta maaf untuk tempo hari.” Permintaan maaf itu sama dengan ketika aku

mengatakan Kiryu-kun sebagai pengecut adalah perasaanku yang sesungguhnya.

Meskipun sudah berbicara dengan Kiryu-kun dan jawabannya yang singkat

aku tetap menunggunya untuk keluar meskipun pembicaraan yang agak lama

Kiryu-kun pun keluar kamar dan bertanya kenapa aku masih mau datang, aku pun

berkata “Hidup itu seperti seorang teman”, selama ada cahaya saja ya sudah cukup.

Dan akhirnya karena pembicaraan kami yang panjang Kiryu-kun pun memutuskan

pergi ke sekolah bersama.

Analisis:

Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka yang

memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah karena ada masalah yang lebih penting

dan dia juga merasa bahwa sekolah tidak perlu lagi sebab dia bisa melompat kelas

karena dia anak yang pandai. Sehingga saat sampai tempat tujuan Koyanagi

Nanoka yang memikirkan dengan matang tujuannya untuk minta maaf kepada

Kiryu-kun dan mengutarakan pendapatnya secara sopan dan menyatakan tidak

adanya perbedaan antara anak pandai dan tidak.

Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams, dapat dilihat

bahwa Koyanagi Nanoka selaku tokoh utama menunjukkan rasa keberanian yang

dimana dia dalam mengambil keputusan, sehingga dia memutuskan untuk tidak

bersekolah dan memfokuskan untuk kerumah Kiryu-kun. Dapat di lihat sikap

Koyanagi Nanoka yang mau mengakui kesalahannya dan tetap bersikap sopan

santun kepada orang tua Kiryu-kun serta tidak menarik kata-katanya sendiri

Universitas Sumatera Utara

Page 76: MITEITA KARYA SUMINO YORU

67

terhadap apa yang di ucapkannya kepada Kiryu-kun dan Koyanagi Nanoka juga

berkata hidup itu seperti cahaya yang dalam bahasa jepang itu Hikari yang

merupakan nama depan Kiryu-kun. Sehingga Koyanagi Nanoka merasa bahwa

jika ada Kiryu-kun saja sudah cukup untuknya dapat dilihat dari hasil dia

menunggu dengan sabar membuat Kiryu-kun keluar kamar dan mau pergi

kesekolah.

Nilai yang dapat di ambil dari cuplikan teks di atas adalah keteguhan hati

Koyanagi Nanoka yang bertindak tanpa membedakan mana yang pintar dan tidak

atau pun mana yang benar atau tidak dan sikap mau mengakui kesalahan apa yang

di perbuat dan tidak menyangkal apa yang telah di lakukan sehingga menjadikan

keberanian bagi setiap orang dalam mempertahankan pendirian dan kesadaran atas

perbuatannya.

Cuplikan 5 hal 305-306

Kebahagiaan itu adalah merasa senang, merasa bahagia, serta

memperlakukan orang terkasih dengan baik, memperlakukan diri kita sendiri

dengan baik juga, dan juga bisa memilih untuk bertindak dengan kesadaran

sendiri. Aku kembali melihat mimpi yang sama. Ketika melihat mimpi itu, aku

selalu memikirkan hal yang sama juga. Seolah diriku bertanya, apakah kau

bahagia?. Saat menjawab pertanyaan itulah aku bisa membusungkan dada dan

mengangguk setelah memastikan definisi kebahagiaan itu tidak berubah di dalam

diriku. Waktu aku masih kecil aku adalah seorang anak perempuan pintar yang

sok dewasa, mengatakan “Hidup itu seperti..”. Anak yang tidak memikirkan

sekitarnya, tidak memiliki teman atau sahabat.

Universitas Sumatera Utara

Page 77: MITEITA KARYA SUMINO YORU

68

Namun, dari sinilah aku di pertemukan dengan orang-orang yang memimpin

jalan takdir anak ini ke arah yang lebih baik. Berkat mereka semua, aku bisa tetap

merasakan kebahagiaan ketika tumbuh menjadi orang dewasa. Abazure-san,

Minami-san dan Nenek, semakin lama aku pun semakin mengerti. Apa arti

Abazure-san, juga apa yang mungkin dia kerjakan.

Minami-san sesungguhnya bukanlah Minami-san. Pada hari kunjungan

orang tua waktu itu, terjadi sebuah kecelakaan pesawat. Arti dari kata Nenek

bahwa aku memiliki kemampuan untuk melihat hal yang akan terjadi aku

memahami semuanya. Mereka semua datang untuk menolongku, kan?. Lalu aku

yang masih anak-anak juga telah menolong mereka, kan?. Kami bertemu untuk

saling menolong, kan?. Setelah menjadi dewasa aku pun mengerti alasan yang ada

di balik hal-hal misterius itu. Namun aku tidak merasa itu hal yang menyedihkan.

Bagaimanapun juga, aku masih menyukai ketiga orang itu. Itulah mengapa

aku sendiri yang memilih, ingin menjadi seperti Minami-san- alat yang

kugunakan untuk bekerja adalah sebuah buku catatan biasa, ingin seperti Abazure-

san-aku yang tinggal di bangunan berwarna sama juga, ingin juga menjadi seperti

Nenek-aku mempelajari cara membuat kue sedikit demi sedikit dan hidup damai

yang tinggal dekat bukit.

Aku pun tidak tahu apakah aku menjadi orang dewasa yang mengagumkan

seperti mereka tetapi belakangan ini aku merasa wajah ku mirip dengan Minami-

san dan perlahan mirip dengan Abazure-san setelah beberapa tahun kemudian

pasti mirip dengan Nenek. Namun, hidupku berbeda dengan mereka. Berbeda

dengan mereka, aku bisa memilih kebahagiaanku.

Universitas Sumatera Utara

Page 78: MITEITA KARYA SUMINO YORU

69

Analisis:

Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka yang

mendefinisikan arti dari sebuah kebahagiaan.

Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat

bahwa Koyanagi Nanoka memiliki sifat keberanian yang ada pada dirinya yang

sudah mengerti dari arti kebahagiaan dan menyadari bahwa ketika masih SD dia

menjadi anak yang merasa dirinya dewasa dan suka mengartikan sebuah

kehidupan. Sehingga Koyanagi Nanoka yang sudah dewasa menyadari bahwa

Abazure-san, Minami-san dan Nenek adalah orang dewasa yang menuntun jalan

kehidupannya meskipun kini dia semakin mirip dengan orang dewasa yang

ditemuinya, Koyanagi Nanoka memilih kebahagiaannya sendiri.

Nilai yang dapat di ambil dari cuplikan teks dia atas adalah keberanian

dalam memilih jalan kehidupannya sendiri yang bersikap bersyukur atas

kedatangan orang-orang yang menuntun langkahnya jujur menerima segala

dirinya sewaktu masih kecil dan belajar untuk menjadi lebih baik kedepannya

yang memberikan jawaban bahwa kebahagiaan bukanlah sesuatu yang datang dari

ujung sana tetapi kitalah yang memilih dan berusaha dalam meraihnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 79: MITEITA KARYA SUMINO YORU

70

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang sebelumnya, maka kesimpulan dari hasil analisis

dalam novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru adalah sebagai

berikut:

1. Nilai pragmatik yang terkandung dalam novel ini adalah pertama

keterbukaan tokoh utama Koyanagi Nanoka di sekolah. Dimana dia dapat

menyampaikan pendapatnya sehingga terjalin hubungan yang baik antara

guru dan murid yang memberikan kedekatan agar terbuka dan saling

percaya. Kedua keterbukaan Koyanagi Nanoka di lingkungan umum.

Dimana dia memiliki pemikiran terbuka serta bersedia menerima pandangan

orang lain tentang masalahnya yang menjadiakan adanya perubahan

terhadap mengenai suatu masalah yang sedang di alami.

2. Nilai-nilai pragmatik tokoh utama Koyanagi Nanoka yang di ungkapkan

lainnya diantaranya adalah percaya diri, kepedulian, kecerdasan, pantang

menyerah, dan juga keberanian. Nilai yang paling dominan dalam novel ini

adalah kepedulian dan keberanian tokoh utama Koyanagi Nanoka. Memiliki

pemikiran cerdas sehingga menjadikan dia peduli terhadap orang lain dan

terjalin hubungan yang saling menghargai satu sama lain. Terbentuknya dari

sikap keberanian tokoh utama Koyanagi Nanoka yang membela apa yang

benar yang menjadikan dia tidak menyerah dengan masalah yang di hadapi.

Universitas Sumatera Utara

Page 80: MITEITA KARYA SUMINO YORU

71

Sehingga Koyanagi Nanoka dapat memilih kebahagiaan dan jalan

kehidupannya sendiri.

4.2 Saran

Dengan adanya penelitian melalui skripsi ini penulis memiliki saran kepada

kepada pembaca yaitu sebagai berikut:

1. Diharapkan melalui skripsi ini agar dapat meningkatkan minat pembaca

dalam memahami karya sastra khususnya analisis pragmatik sastra. Karena

analisis pragmatik sastra berguna bagi pembaca dalam mendalami nilai-

nilai yang terkandung dalam karya sastra.

2. Diharapkan juga melalui skripsi ini agar minat pembaca dalam karya

sastra seperti novel lebih meningkat. Karena novel bukan hanya sebagai

hiburan saja melainkan terdapat pengajaran mengenai masalah kehidupan.

Universitas Sumatera Utara

Page 81: MITEITA KARYA SUMINO YORU

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Algesindo

Aziez, Fuqonul dan Abdul Hasim.2010. Menganalisis Fiksi pengantar: Bogor

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Jakarta: MedPress

_________________. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : CAPS

Fananie, Zainuddin. 2000 . Telaah Sastra Surakarta: Muhammadiyah Univ Press

Jabrohim. 2012. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

________________.2005.Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

________________. 2009. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gajah Mada

Nursisto. 2000. Ikhtiar Kesusastraan Indonesia. Yogyakarta: Adi Cita Karya

Pradopo, Rachmad Djoko. 2005. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan

Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rangkuti, Fadilah Annisa.2018. Skripsi. Analisis Pragmatik Terhadap Cerita Novel

“ Secheduled“Suicide Day” Karya Akiyoshi Rikako. Medan: FIB USU

Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra.Yogyakarta: Graha

Sartika, Itha. 2011. Pendekatan Semiotik dalam Mengkaji Prosa

Fiksi.Online(http:ithasartikblogspot.com/2011/02/pendekatan-semiotik-

Universitas Sumatera Utara

Page 82: MITEITA KARYA SUMINO YORU

Siregar, Dima Azura. 2018. Skripsi. Analisis Pragmatik Terhadap Cerita Novel

“Kimi No Suizou Wo Tabetai” Karya Sumino Yoru. Medan. FIB USU

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kaulitatif. Bandung: CV. Alfabeta

Sumardjo, Jakob .1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka

Wicaksono, Andri. 2014. Pengkajian Prosa Fiksi. Yogyakarta: garudhawaca

Yoru, Sumino. 2018. I Saw the Same Dream Again ( Terjemahan).

Depok: Penerbit Haru

http://www.rumpunsastra.com/2014010/contoh-analisis-dengan-

pendekatan_.diakses 6 maret

http://ja.m.wikipedia.org/wiki/suminoyorudiakses 6 maret

Universitas Sumatera Utara

Page 83: MITEITA KARYA SUMINO YORU

ABSTRAK

ANALISIS PRAGMATIK DALAM NOVEL “MATA, ONAJI YUME WO

MITEITA” KARYA SUMINO YORU

Novel ini bertemakan, tentang mencari arti kebahagiaan yang dilihat dari

sudut pandang anak SD. Novel ini meningkatkan kesadaran untuk melihat

kehidupan dengan lebih bermakna. Novel yang berlatar belakang kehidupan

masyarakat Jepang di zaman modren. Novel ini, menceritakan tentang ketika

Koyanagi Nanoka yang mengalami mimpi yang sama sejak saat menjadi anak SD.

Dia adalah gadis yang sangat pintar. Dan mendapat tugas dari Hitomi-sensei

mencari arti kebahagiaan.

Koyanagi Nanoka adalah anak yang sulit berinteraksi dengan teman

seusianya. Namun Koyanagi Nanoka adalah anak yang berani menghadapi

penindasan, sehingga hanya Kiryu-kun dan Ogiwara-kun yang sering berbicara

padanya. Koyanagi Nanoka sebenarnya anak yang sangat peduli namun teman-

teman sekelasnya menjauh darinya hanya karena dia pintar. Karena tidak

mempunyai teman seusianya dia bertemu dengan Abazure-san yang tinggal di

apartement. Minami-san yang suka menyayat pergelangan tangan, Nenek yang

tinggal di bukit dan kucing yang selalu menemaninya. Koyanagi Nanoka selalu

membicarakan banyak hal kepada orang dewasa yang ditemuinya, termasuk

masalah tugas di sekolahnya yang mencari arti kebahagiaan.

Kehidupan sehari-hari Koyanagi Nanoka perlahan berubah dalam mencari

arti kebahagiaan. Masalah pertama saat Koyanagi Nanoka bertengkar dengan

orangtuanya adanya kehadiran Minami-san, Abazure-san, dan juga Nenek yang

membantu masalah Koyanagi Nanoka. Dan secara misterius mereka menghilang

setiap masalah Koyanagi Nanoka dapat terselesaikan. Di saat itu, mereka yang

menceritakaan mimpi yang sama dilihat lagi dan juga sudah mengerti arti dari

kebahagiaan. Hilangnya mereka menjadikan hal yang sangat misterius dalam

kehidupan Koyanagi Nanoka.

Setelah dewasa Koyanagi Nanoka sudah mengerti dari menghilangnya

Abazure-san, Minami-san, dan Nenek secara misterius. Sehingga dengan adanya

Universitas Sumatera Utara

Page 84: MITEITA KARYA SUMINO YORU

mereka yang telah merubah jalan kehidupan Koyanagi Nanoka jauh lebih baik dan

dapat bahagia setelah dewasa yang kini mengerti arti dari kebahagiaan.

Sehingga hasil dari penelitian ini adalah nilai pragmatik yang terkandung

dalam novel “ Mata, Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru, pertama

keterbukaan tokoh utama Koyanagi Nanoka di sekolah. Dimana dia dapat

menyampaikan pendapatnya sehingga terjalin hubungan yang baik antara guru

dan murid yang, memberikan kedekatan agar terbuka dan saling percaya.

Sehingga menjadikan adanya keterbukaan interaksi guru dan murid yang saling

menjaga kejujuran. Kedua keterbukaan Koyanagi Nanoka di lingkungan umum.

Dimana dia memiliki pemikiran terbuka, serta bersedia menerima pandangan

orang lain tentang masalahnya. Menjadiakan adanya perubahan terhadap

pandangannya mengenai suatu masalah yang sedang di alami.

Nilai dari tokoh utama Koyanagi Nanoka yang memiliki sikap percaya diri,

kepedulian, kecerdasan, pantang menyerah, dan juga keberanian. Sehingga nilai

yang paling dominan dalam novel ini adalah kepedulian dan keberanian tokoh

utama Koyanagi Nanoka. Memiliki pemikiran cerdas sehingga menjadikan dia

peduli terhadap orang lain. Dan terjalin hubungan yang saling menghargai satu

sama lain. Terbentuknya dari sikap keberanian tokoh utama Koyanagi Nanoka ,

yang membela apa yang benar dan dapat memilih jalan kehidupannya sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 85: MITEITA KARYA SUMINO YORU

要旨ようし

住野夜すみのよる

の作品さくひん

の「また、同おな

じ夢ゆめ

を見み

ていた」という小 説しょうせつ

における

プラグマティックの分析ぶんせき

この小 説しょうせつ

は小 学 生しょうがくせい

の視点してん

から見み

た幸福こうふく

の意味い み

を見み

つけることについ

てのテーマを持も

っていた。この 小 説しょうせつ

は 人生じんせい

をより有意義ゆういぎ

に見み

る意識いしき

を高たか

る。この 小 説しょうせつ

は現 代げんだい

の日本にほん

の生 活せいかつ

の 背 景はいけい

についての話はなし

であった。こ

の 小 説しょうせつ

は、小柳捺こやなぎな

ノの

花か

が 小 学 生しょうがくせい

の頃ころ

から同おな

じ夢ゆめ

を体 験たいけん

した時期じ き

物 語ものがた

っていた。彼 女かのじょ

はとても 頭あたま

がいい 女おんな

の子こ

で あった。 瞳 先 生ひとみせんせい

から 幸しあわ

せの意味い み

を見み

つけるように任務にんむ

を受う

けた。

小柳捺こやなぎな

ノの

花か

は同 年 代どうねんだい

の友 達ともだち

と 交 流こうりゅう

したのが 難むずか

しい子供こども

であ

った。しかし小柳捺こやなぎな

ノの

花か

はあえて抑 圧よくあつ

に 直 面ちょくめん

する子供こども

だったので、

桐 生きりゅう

と荻 原おぎわら

だけがよく話はな

しかけた。小柳捺こやなぎな

ノの

花か

は実じつ

はとても思おも

いや

りのあった子供こども

で彼が頭がよかった。彼女の同年代どうねんだい

友人ゆうじん

がいない彼女は

アパートに住す

むアバズレさんであった。手首てくび

を切き

るのが好す

きな 南みなみ

さんは

丘おか

に住す

むおばあちゃんはいつも付つ

き添そ

った猫ねこ

と出会で あ

った。小柳捺こやなぎな

ノの

花か

学校がっこう

で 幸しあわ

せの意味い み

を探さぐ

った問題もんだい

などと出会で あ

った大人おとな

たちにいつもたく

さんのことを話はな

していた。

小柳捺こやなぎな

ノの

花か

の日常生活にちじょうせいかつ

は 幸しあわ

せの意味い み

を求もと

めてゆっくりと変化へんか

していた。小柳捺こやなぎな

ノの

花か

が 両 親りょうしん

と喧嘩けんか

をした最 初さいしょ

の問 題もんだい

は 南みなみ

さん、

Universitas Sumatera Utara

Page 86: MITEITA KARYA SUMINO YORU

アバズレさん、そして小柳捺こやなぎな

ノの

花か

の問 題もんだい

を手伝てつだ

ってくれたおばあちゃん

の存 在そんざい

であった。そして不思議なことに小柳捺こやなぎな

ノの

花か

の問題が解決するた

びに消えた。その時とき

、同おな

じ夢ゆめ

を語かた

った人々が 再ふたた

び見み

られた幸福こうふく

の意味い み

も理解りかい

した。彼かれ

らの失 踪しっそう

は小柳捺こやなぎな

ノの

花か

の人 生じんせい

に非 常ひじょう

に不思議ふ し ぎ

なこと

であった。

小柳捺こやなぎな

ノの

花か

は育そだ

った後あと

ほどアバズレさ、 南みなみ

さんそしておばあちゃ

んの不思議ふ し ぎ

な失踪しっそう

を理解りかい

していた。そうすれば生い

き方かた

が変か

えた人ひと

たちと

一 緒いっしょ

に小柳捺こやなぎな

ノの

花か

はずっと良よ

くなり 、 幸しあわ

せの意味い み

を理解りかい

した大人おとな

して 幸しあわ

せになれることができた。

この研 究けんきゅう

の結果けっか

が 住野夜すみのよる

小 説しょうせつ

の「ま

た、同おな

じ夢ゆめ

を見み

ていた」に

含ふく

まれているプラグマティックな価値か ち

でになるように、最初さいしょ

に主人公しゅじんこう

小柳捺こやなぎな

ノの

花か

が学校がっこう

で開ひら

かれた。お互たが

いに開ひら

いて信頼しんらい

した親密しんみつ

さを

提 供ていきょう

した教師きょうし

と学生がくせい

の 間あいだ

に良よ

い関係かんけい

ができるために、彼かれ

が彼かれ

の意見いけん

を表 明ひょうめい

した。お互たが

いの 正 直しょうじき

さを維持い じ

した教 師きょうし

と学 生がくせい

の 間あいだ

に開ひら

かれた相互作用そうごさよう

したを生う

み出だ

した。 第二だいに

は 小柳捺こやなぎな

ノの

花か

の公 共 環 境こうきょうかんきょう

の開放性かいほうせい

でだった。彼かれ

がオープンマインドを持も

っていた彼かれ

の問題もんだい

につ

いて他た

の人々ひとびと

の見解けんかい

を受う

け入い

れた。それは経 験けいけん

していた問 題もんだい

に対たい

た見方みかた

に変化へんか

した。

Universitas Sumatera Utara

Page 87: MITEITA KARYA SUMINO YORU

自信じしん

、気遣きずか

い、知性ちせい

、 諦あきら

めない,そして勇気ゆうき

を持も

っていた主人公しゅじんこう

の小柳捺こやなぎな

ノの

花か

の価値か ち

でだった。そのために この 小 説しょうせつ

において 最もっと

支配的しはいてき

な価値か ち

は 主人公しゅじんこう

の 小柳捺こやなぎな

ノの

花か

の気遣きずか

いと勇気ゆうき

であった。彼かれ

他人たにん

のことを気き

にさせた 賢かしこ

い 心こころ

を持も

っている人ひと

だった。そしてお互たが

いに関 係かんけい

と相 互 尊 重そうごそんちょう

であった。それは 正ただ

しいことを守まも

って、自分じぶん

人生じんせい

の道みち

を選えら

ぶことができた主人公しゅじんこう

の小柳捺こやなぎな

ノの

花か

の勇敢ゆうかん

な態度たいど

から

形成けいせい

された。

Universitas Sumatera Utara