Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PRAGMATIK DALAM NOVEL “MATA, ONAJI YUME WO
MITEITA” KARYA SUMINO YORU
SUMINO YORU NO SAKUHIN NO “MATA, ONAJI YUME WO MITEITA”
TO IU SHOUSETSU NI OKERU PURAGUMATIKU NO BUNSEKI
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat mengikuti ujian
sarjana dalam bidang ilmu Sastra Jepang
Oleh:
LYWENCY JANWANTY
160708009
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus oleh karena
berkat-Nya yang senantiasa memberikan karunia yang begitu besar sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS
PRAGMATIK DALAM NOVEL “MATA, ONAJI YUME WO MITEITA”
KARYA SUMINO YORU” yang merupakan persyaratan untuk mencapai gelar
sarjana sastra di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Penulis mempersembahkan skripsi ini kepada orang tua penulis, Bapak A.
Naibaho dan Ibu R. Simorangkir yang memberikan dukungan dalam hal moral,
materil serta doa yang selalu menyertai penulis. Terima kasih juga karena telah
memberikan didikan, bimbingan serta menjaga dengan penuh perhatiaan dan
kepercayaan yang selalu menyertai dalam keadaan apapun.
Penulis juga menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-
pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yakni kepada:
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, MS., Ph.D., selaku ketua Program
Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs.Yuddi Adrian Muliadi, M.A., selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak memberikan masukan, tenaga, kesabaran serta
Universitas Sumatera Utara
ii
4. waktunya dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
sampai dengan selesai.
5. Dosen Penguji Skripsi yang telah menyediakan waktunya dalam
memahami dan memberikan masukan pada skripsi ini serta menguji
skripsi ini.
6. Para Dosen Program studi Sastra Jepang yang telah memberikan ilmu
serta pendidikan kepada penulis yang banyak membantu dan
memberikan masukan dalam proses perkuliahan hingga akhir dalam
penyelesaian skripsi ini.
7. Kepada saudara laki-laki saya Johannes, Dodi, Ricky dan juga kepada
adik laki-laki saya Kristian yang selalu memberikan motivasi, serta
senantiasa menghibur dalam proses pengerjaan skripsi ini
8. Kepada Treasure dkk yang selalu menjadi penyemangat dan
mengingatkan penulis untuk mengerjakan skripsi ini.
9. Kepada Tatami squard Stesi, Jeli, Erni, Meta yang selalu menjadi
teman penyemangat satu sama lain semasa perkuliahan hingga
penyelesaian skripsi ini.
10. Kepada Nazla dan Kia yang selalu menjadi patner bertukar pikiran
semasa perkuliahan hingga akhir pengerjaan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
iii
11. Kepada teman-teman Aotake stambuk 2016 yang tidak bisa penulis
sebutkan namanya satu persatu selalu menjadi teman yang saling
membantu serta tempat untuk berkeluh kesah semasa masa perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyaknya kekurangan.
Oleh sebab itu penulis mengharapkan membantu dalam melengkapi kekurangan
skripsi ini berupa kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan juga bagi pembacanya.
Medan, 26 November 2020
Penulis,
Lywency Janwanty
NIM: 160708009
Universitas Sumatera Utara
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 7
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan .............................................................. 7
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori .............................................. 8
1.4.1 Tinjauan Pustaka .................................................................... 8
1.4.2 Kerangka Teori ....................................................................... 10
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 12
1.5.1 Tujuan Penelitian .................................................................... 12
1.5.2 Manfaat Penelitian .................................................................. 12
1.6 Metode Penelitian............................................................................. 13
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL“MATA, ONAJI YUME
WO MITEITA” KARYA SUMINO YORU, STUDI PRAGMATIK
DAN SEMIOTIK SASTRA ............................................................ 15
2.1 Resensi Novel “ Mata, Onaji Yume Wo Miteita”
Karya Sumino Yoru ......................................................................... 15
2.1.1 Tema ......................................................................................... 15
2.1.2 Alur (Plot) ............................................................................... 17
2.1.3 Latar (Setting) ......................................................................... 18
2.1.4 Penokohan ................................................................................ 20
2.1.5 Sudut Pandang ......................................................................... 21
Universitas Sumatera Utara
v
2.2 Studi Pragmatik dan Semiotik Sastra ................................................ 23
2.3 Biografi Pengarang............................................................................ 24
BAB III ANALISIS PRAGMATIK DALAM NOVEL “MATA, ONAJI
YUME WO MITEITA” KARYA SUMINO YORU .................... 26
3.1 Sinopsis Cerita ................................................................................. 26
3.2 Nilai Pragmatik yang Terkandung dalam Novel “Mata, Onaji
Yume wo Miteita” Karya Sumino Yoru ......................................... 29
3.2.1 Keterbukaan Tokoh Utama Koyanagi Nanoka
di Lingkungan Sekolah ........................................................... 29
3.2.2 Keterbukaan Tokoh Utama Koyanagi Nanoka
di Lingkungan Umum ............................................................. 33
3.3 Analisis Nilai Pragmatik Tokoh Utama Koyanagi Nanoka dalam
Novel“ Mata,Onaji Yume Wo Miteita” Karya Sumino Yoru ......... 39
3.3.1 Percaya Diri .............................................................................. 39
3.3.2 Kepedulian ............................................................................... 44
3.3.3 Kecerdasan ............................................................................... 49
3.3.4 Pantang Menyerah ................................................................... 55
3.3.5 Keberanian ............................................................................. 59
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 70
4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 70
4.2 Saran ................................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan sebuah pengungkapan perasaan yang memiliki
sifat imajinasi di dasarkan pada pemikiran dan pengalaman yang mengambil latar
belakang kehidupan manusia sebagai sumber inspirasinya di tuang melalui media
bahasa sebagai perantara. Rokhmansyah (2014: 11) karya sastra adalah media
bahasa yang menjadi bahan utama dalam karya sastra. Sehingga adanya karya
sastra memberikan kesadaran mengenai suatu hal seperti pola pikir kehidupan
manusia yang memiliki nilai-nilai di dalam karya sastra yang memberikan acuan
untuk mempengaruhi perasaan menjadi lebih peka.
Karya sastra memiliki nilai yang bermakna bagi kehidupan manusia itu
sendiri, karena sebagai sarana dalam penghiburan serta pesan yang di sampaikan
oleh pengarang secara tidak langsung memberikan pengaruh dalam pikiran
manusia. Seperti halnya karya sastra adalah bagian dari pengalaman hidup
manusia baik dalam segi manusia dalam hal penciptaanya maupun manusia
sebagai penikmat dalam karya sastra tersebut sehingga karya sastra memiliki
dampak yang dapat menjadikan manusia berkomunikasi satu dengan yang lain
dengan perantara karya sastra. (Nursisto 2000: 2).
Memahami sebuah karya sastra sama halnya dalam mencari arti makna yang
disampaikan oleh pengarang sehingga dengan adanya pengetahuan dalam karya
sastra mengajarkan dalam berpikir kritis untuk menanggapi sebuah karya sastra.
Menurut Endraswara (2013: 5) karya sastra adalah dunia yang di dalamnya
terdapat kata yang memiliki makna-makna. Karya sastra memberikan dampak
Universitas Sumatera Utara
2
positif dalam menanggapi realita sosial sebagai contohnya dapat memberikan
pertumbuhan dalam daya kreativitas seseorang dalam menanggapinya sehingga
siapa saja bebas untuk menungkan isi pikirannya dalam karya sastra. Karya sastra
menjadikan sarana dalam membentuk karakter manusia, dengan sastra yang
memberikan ceriminan dalam kehidupan manusia yang dapat memberikan
pengaruh besar pada manusia itu sendiri. Karena itu karya sastra dapat
memberikan kebenaran mengenai kehidupan meskipun di gambarkan dalam
bentuk fiksi tetapi karya sastra banyak menggambarkan kenyataan mengenai
kehidupan itu sendiri yang menjadikan karya sastra sebagai saksi dalam
menanggapi beragam kehidupan yang di alami oleh manusia itu sendiri.
Karya sastra di bagi dalam beberapa jenis yaitu puisi, pantun, novel, drama
dan sebagainya. Dalam beberapa jenis karya sastra tersebut penulis mengambil
bahan dari novel. Dalam mengkaji novel memberikan perkembangan dalam
berpikiran positif menanggapi masalah yang ada pada kehidupan. Seiring dengan
perkembangan zaman novel terus berkembang sampai sekarang sehingga
memiliki berbagai genre yang dapat dinikmati oleh semua orang.
Novel merupakan karangan prosa di tulis dengan mengunakan bentuk
naratif serta di sajikan dalam bentuk cerita. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro
(2015:11-12) mengungkapkan bahwa secara harfiah novella adalah sebuah barang
baru yang kecil dan dapat di artikan lagi sebagai cerita pendek yang membentuk
prosa. Sedangkan menurut Aziez dan Hasim (2010 : 2) novel adalah suatu
karangan yang dengan menceritakan peristiwa dari kehidupan tokoh cerita,
sehingga kejadian ini adanya konflik, pertikaian, yang mengalihkan bagaimana
jalannya nasib dari para tokoh. Novel merupkan sebuah media yang sangat efektif
Universitas Sumatera Utara
3
apabila sebuah novel dapat memberikan nilai pendidikan ataupun manfaat lebih
kepada pembaca. Novel merupakan dasar atau gambaran masyarakat mengenai
kehidupan yang di dalamnya terdapat nilai-nilai kebenaran, dengan adanya novel
mengajarkan adanya beragam sifat ataupun karakter yang berbeda sehingga
memberikan manfaat tersendiri bagi penikmat karya sastra.
Novel memiliki kelebihan lainnnya sebagai sarana hiburan bagi pembaca
sehingga membuat pembaca merasakan keterkatikan ataupun penasaran dalam
alur ceritanya. Menurut Sumardjo (1997: 11-12) berpendapat bahwa novel yaitu
berupa cerita, yang mudah untuk di pahami dan di dalamnya terdapat kerahasiaan
dalam alur ceritanya yang menimbulkan sikap penasaran terhadap setiap pembaca.
Selain sebagai media hiburan novel juga memiliki kelebihan sebagai sarana yang
dapat menyenangkan bagi pembaca dalam menghayati ataupun menanggapi
ceritanya yang dapat memberikan pesan moral bernilai positif dan makna yang
mendalam di dalamnya, sehingga novel mampu menjadikan manusia yang
berbudaya dan mengerti sopan santun serta berbudi sosial dalam bermasyarakat
maupun dalam pendidikan.
Novel yang berjudul “Mata, Onaji Yume wo Miteita” adalah novel karya
Sumino Yoru yang terbit di akhir tahun 2016. Menceritakan tentang Koyanagi
Nanoka yang selalu memimpikan hal yang sama lagi sewaktu dia masih menjadi
anak SD yang mengganggap dirinya sendiri pintar dan berpikir kritis serta suka
mengatakan “hidup itu adalah…”. Koyanagi Nanoka adalah anak yang tampaknya
agak sulit bergabung dengan teman seusianya di kelas karena menganggap
mereka semua “bodoh”, yang di maksud dia sebagai seorang yang suka menindas.
Koyanagi Nanoka di gambarkan sebagai anak yang sangat berani dalam
Universitas Sumatera Utara
4
menghadapi penindasan itulah yang membuat Koyanagi Nanoka berbeda pada
anak SD yang lain. Koyanagi Nanoka mendapatkan tugas sekolah dari Hitomi-
sensei yaitu memikirkan apa itu kebahagiaan, selama memikirkan tugas tersebut
setiap pulang sekolah karena kedua orang tuanya sibuk bekerja dia bebas bermain
keluar rumah dan di temani dengan seekor kucing hitam. Karena tidak
mempunyai teman seusianya Koyanagi Nanoka selalu mengunjungi rumah
Abazure-san dan dia juga selalu mengunjungi rumah seorang Nenek. Koyanagi
Nanoka selalu berkonsultasi soal banyak hal termasuk tugas di sekolahnya
mencari yang mencari arti kebahagiaan sehingga dia menganggap mereka sebagai
temannya. Suatu hari Koyanagi Nanoka melewati rute yang berbeda dari yang dia
lewati selama ini, kemudian dia bertemu dengan gadis SMA yang bernama
Minami-san yang suka menyayat nadinya sendiri dan dari pertemuan ini Koyanagi
Nanoka berteman dengan Minami-san.
Setiap hari setelah pulang sekolah Koyanagi Nanoka selalu mengunjungi
satu persatu temannya, walaupun di sekolah Koyanagi Nanoka berbeda dengan
anak SD pada umumnya dia bukanlah anak nakal yang menganggap orang lain
berbeda level darinya. Koyanagi Nanoka sebenarnya sangat peduli, hanya saja
karena kepintarannya dia di jahui oleh teman sekelasnya hanya Ogiwara-kun dan
Kiryu-kun yang sering dia ajak bicara di sekolah dan juga Hitomi-sensei yang
selalu membimbingnya. Walaupun tidak ada yang mau berteman denganya dia
merasa tidak masalah akan hal itu, Koyanagi Nanoka tetap menjalani aktivitasnya
pergi ke sekolah setiap hari. Perlahan-lahan kehidupan sehari-hari Koyanagi
Nanoka berubah satu persatu masalah muncul di kehidupannya dalam mencari arti
kebahagiaan. Dimulai pada saat masalah Koyanagi Nanoka dengan orang tuanya,
Universitas Sumatera Utara
5
disini orang-orang dewasa yang dia temui membantunya dalam menghadapi
masalahnya dan secara misterius mereka menghilang satu persatu setiap satu
masalah yang sedang di hadapinya dapat terselesaikan saat mereka menceritakan
mimpi yang sama lagi yang mereka lihat dan saat itu juga mereka sudah mengerti
arti dari kebahagiaan. Sehingga hilangnya mereka menjadi hal yang sangat
misterius dalam kehidupan Koyanagi Nanoka.
Koyanagi Nanoka yang sudah dewasa selalu memimpikan hal yang sama
lagi yang kini mengerti dari hilangnya Abazure-san, Minami-san, dan Nenek
secara misterius karena merekalah yang menuntun jalan kehidupan Koyanagi
Nanoka yang kini mengerti arti dari kebahagiaan itu sendiri. Sehingga sewaktu
beranjak dewasa Koyanagi Nanoka semakin mirip dengan orang-orang dewasa
yang dulu menuntun hidupnya sewaktu anak-anak.
Jika membaca judul novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” ini dapat di
artikan adalah melihat mimpi yang sama lagi yang dimana bisa di lihat di latar
belakang dari sinopsis yang sudah di paparkan bahwa Sumino Yoru sebagai
pengarang yang menceritakan tentang perjalanan Koyanagi Nanoka dalam
mencari arti dari kebahagiaan. Sehingga ketika Koyanagi Nanoka yang sudah
dewasa masih memimpikan mimpi yang sama lagi saat dia masih menjadi anak
SD yang mengingatkan dia akan kebahagiaan itu sendiri.
Sehingga novel ini dapat membangun kesadaran kita dalam menanggapi
bagaimana melihat kehidupan dengan lebih bermakna, dari kisah Koyanagi
Nanoka yang di gambarkan oleh Sumino Yoru kita bisa merenungkan apa arti
kebahagiaan bagi diri sendiri sehingga mengajarkan tentang persahabatan dan
Universitas Sumatera Utara
6
keluarga. Novel ini tergolong dapat memotivasi ataupun menginspirasi
pembacanya sehingga penulis tertarik untuk membahas novel tersebut
berdasarkan pendekatan pragmatik.
Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang dimana memandang karya
sastra sebagai sarana dalam menyampaikan tujuan tertentu seperti nilai
pendidikan, nilai moral, agama. http://www.rumpunsastra.com/2014010/contoh-
analisis-dengan-pendekatansastra…. _ Yang menjadikan pendekatan ini memiliki
nilai-nilai yang terdapat di dalamnya seperti contohnya moral dan nili penididikan.
Nilai yang mencakup tujuan pendidikan, moral, politik, dan agama penulis
merasa nilai pragmatik yang banyak terkandung dalam novel “Mata, Onaji Yume
wo Miteita” yaitu adanya penyampaian dalam hal pesan moral yang memberikan
dampak positif salah satu diantaranya adalah adanya sikap keterbukaan Koyanagi
Nanoka di lingkungan sekolah dan lingkungan umum serta nilai percaya diri,
kepedulian, keberanian, pantang menyerah dan kecerdasan yang di tujukan dalam
novel tersebut. Yang menjadikan adanya nilai-nilai yang berguna dan bermanfaat
yang terdapat dalam novel tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisis cerita novel
“Mata, Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru ini melalui skripsi yang
berjudul: “ANALISIS PRAGMATIK DALAM NOVEL “MATA, ONAJI
YUME WO MITEITA” KARYA SUMINO YORU”.
Universitas Sumatera Utara
7
1.2 Rumusan Masalah
Novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru ini merupakan
novel jepang yang mengajarkan arti dari pentingnya persahabatan, keluarga,
kepedulian, keberanian dan kebahagiaan yang pastinya berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” ini telah di
terjemahkan ke dalam bahasa indonesia oleh Clara Canceriana. Setelah penulis
membaca novel tersebut, penulis menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi diri
penulis sendiri dalam mempelajari arti dari kebahagiaan maupun kehidupan itu
sendiri. Dalam novel ini Sumino Yoru sebagai pengarang yang ingin mencoba
mengungkapkan sebuah arti dari kebahagiaan itu sendiri dengan mengambil sudut
pandang anak SD yang bernama Koyanagi Nanoka.
Berdasarkan uraian diatas menurut penulis novel “Mata, Onaji Yume wo
Miteita” secara pragmatik baik. Maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk
pertanyaan, sebagai berikut:
1. Apa sajakah nilai-nilai pragmatik yang terkandung dalam novel “Mata,
Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru ?
2. Bagaimana nilai-nilai pragmatik yang diungkapkan oleh Sumino Yoru
pada tokoh utama Koyanagi Nanoka dalam novel “Mata, Onaji Yume
wo Miteita” ?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penelitian yang telah di jabarkan, pentingnya pembuatan ruang
lingkup pembahasan agar apa yang telah di bahas dalam suatu permasalahan
dalam sebuah penelitian menjadi lebih terarah dan tidak meluas, serta dapat
berfokus pada tujuan apa yang ingin di teliti. Penulis menganalisis novel “Mata,
Universitas Sumatera Utara
8
Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru yang sudah di terjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia yang memiliki 312 halaman merupakan terbitan oleh Penerbit
Haru.
Dalam pembuatan skripsi ini, penulis lebih memfokuskan pada pembahasan
mengenai nilai pragmatik yang terkandung dalam novel “Mata, Onaji Yume wo
Miteita” karya Sumino Yoru dengan menggunakan metode pengambilan beberapa
cuplikan teks yang mengandung unsur-unsur yang memiliki nilai pragmatik dalam
novel tersebut. Sehingga dapat menunjukkan adanya sikap dan perilaku pada
tokoh utama dalam cerita yang mencari arti kebahagiaan itu sendiri ataupun nilai-
nilai pragmatik lainnya yang terdapat di dalamnya. Agar pembahasan ataupun
penulisan dalam skripsi ini dapat memiliki data yang lebih jelas dan akurat, pada
bab II penulis akan menjabarkan mengenai resensi novel “Mata, Onaji Yume wo
Miteita” dalam studi pragmatik dan semiotik sastra, serta melampirkan mengenai
biografi pengarang yaitu Sumino Yoru.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1 Tinjauan Pustaka
Menurut Fananie (2000: 6) sastra adalah sebuah karya fiksi di dasarkan
pada hasil kreasi serta diungkapkan secara spontan, yang mengungkapkan aspek
keindahan baik di dasari oleh aspek bahasa maupun aspek makna. Karya sastra
bukanlah sesuatu yang hanya dilihat ataupun di artikan dengan satu pemahaman
saja tetapi karya sastra memiliki pemahaman yang berbeda-beda setiap orang
dalam menanggapinya sehingga memiliki makna-makna yang berbeda setiap
orang dengan cara berpikir maupun tindakannya yang merupakan sebuah
pengalaman dalam daya berpikir sehingga terdapat ide atau gambaran dalam
Universitas Sumatera Utara
9
kejadian dengan menggunakan bahasa sebagai perantaranya. Sehingga bahasa
dalam sebuah karya sastra memiliki penggunaan yang penting karena memberikan
makna dalam karya sastra tersebut. Salah satu karya sastra yang bersifat imajinatif
adalah karangan prosa. Contoh prosa fiksi salah satunya adalah novel.
Seperti yang kita ketahui banyak peneliti menjadikan kajian pragmatik dari
sebuah novel sebagai objek dalam penelitiannya tersebut. Contonya Analisis
Pragmatik Terhadap Cerita Novel “Scheduled Suicide Day” Karya Akiyoshi
Rikako, (Rangkuti, 2018). Menceritakan mengenai pembelajaran dalam hal
menghadapi seseorang yang ingin bunuh diri yang di alami oleh tokoh Ruri
sehingga dalam penelitiannya terdapat nilai pragmatik di dalamnya yaitu sikap
kepedulian, sikap pengorbanan dan sikap keterbukaan yang memberikan manfaat
dan bermakna bagi kehidupan.
Contoh lainnya skripsi yang berjudul Analisis Pragmatik Terhadap Cerita
Novel “ Kimi No Suizo Wo Tabetai” Karya Sumino Yoru (Siregar, 2018).
Menceritakan mengenai pertemanan antara Haruki dan Sakura yang berupa
pandangan secara umum terhadap makna kehidupan itu sendiri sehingga nilai-
nilai yang ada di dalamnya berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan.
Penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu
menggunakan pendekatan pragmatik sastra. Pembedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya yaitu dalam dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
pragmatik dan pendekatan semiotik, yang menjadikan landasan dalam teori
menganalisis novel, sehingga novel tersebut memberikan nilai pragmatik di
dalamnya seperti kepedulian, keberanian, percaya diri dan sebagainya yang
bermanfaat bagi ceriminan kehidupan.
Universitas Sumatera Utara
10
1.4.2 Kerangka Teori
Dalam teori menganalisis penelitian ini penulis menggunakan adanya
pendekatan pragmatik dan pendekatan semiotik sastra sehingga menjadikan
landasan untuk menganalisis novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino
Yoru.
Menurut Abrams dalam Rokhmansyah (2014: 10) mengatakan bahwa
pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang melibatkan pembaca itu
sendiri sebagai peranan utama di dalamnya. Pendekatan ini adalah dimana
mencari adanya kebenaran dalam teks yang mengandung karya sastra dan
memberikan pembaca sebagai pemeran utama dalam memahami karya sastra
sehingga dalam hal ini menunjukkan bahwa karya sastra dapat menyampaikan
nilai moral, politik, dan agama. Pendekatan pragmatik ini bersifat nyata dan
berfokus dengan kenyataan sehingga bermanfaat bagi pembaca dalam
menikmatinya yang memberikan kelebihan di dalamnya dalam daya komunikasi
dalam bersastra, dilihat dari tindakan para tokoh dalam cerita novel. Sehingga
pendekatan ini merupakan bagian dari karya sastra yang memberikan kajian
bahwa pembaca dapat memberikan makna pada sebuah karya sastra dan dapat
mengetahui arti dalam karya sastra.
Menurut Teeuw dalam Endraswara (2008: 71) kajian pragmatik
memunculkan masalah yang berkaitan dengan pembaca itu sendiri. Pembaca
adalah konsumen sastra yang memiliki peranan penting dalam menanggapi sebuah
karya sastra yang memiliki aspek sebagai penghibur agar batin tidak tertekan serta
memberikan nilai-nilai terkandung di dalamnya yang dapat di ambil dan di
jadikan pedoman bagi pembaca untuk pengalaman dan identitas diri. Menurut
Universitas Sumatera Utara
11
Abrams dalam Jabrohim (2012: 67) mengatakan bahwa pendekatan pragmatik
melihat karya sastra berdasarkan sudut pandang pembaca. Sehingga menjadikan
karya sastra sebagai sarana dalam hal mempengaruhi pembaca yang menjadikan
suatu karya sastra menjadi hal penting yang digunakan untuk kebutuhan. Adanya
beberapa nilai yang terkandung dalam novel tersebut yaitu sikap keterbukaan
Koyanagi Nanoka di sekolah dan lingkungan umum serta adanya sifat percaya diri,
kepedulian, keberanian, dan sikap pantang menyerah dan adanya kecerdasan
dalam berpikir yang menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai gambaran mengenai
tujuan yang di sampaikan pengarang untuk pembaca.
Berdasarkan teori yang telah di paparkan tersebut, penulis akan
menganalisis nilai-nilai pragmatik yang terdapat dalam novel “Mata, Onaji Yume
wo Miteita” yang berguna dalam hal mendidik ataupun mengajarkan penulis
sebagai pembaca dan sebagai sarana untuk pengalaman dalam menjalani
bagaimana menanggapi masalah-masalah kehidupan.
Selain menggunakan pendekatan pragmatik sastra penulis juga
menggunakan pendekatan semiotik untuk menganalisis nilai-nilai yang
terkandung dalam novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru.
Menurut Pradopo (2005:119) semiotika adalah ilmu tentang tanda. Ilmu
yang mempelajari sebuah tanda yang merupakan bagian dalam tindak komunikasi
manusia melalui bahasa baik secara lisan maupun melalui isyarat. Hal
mengisaratkan antara pengarang yang memberikan tanda-tanda kepada pembaca
sehingga dapat bernilai dan memperindah sebuah karya sastra tersebut.
Menurut Preminger dalam Jabrohim (2012: 93) penelitian semiotik adalah
penggunaan makna yang terdapat dalam karya sastra di dalamnya. Sehingga
Universitas Sumatera Utara
12
dengan memaknai tanda-tanda yang berkaitan dengan nilai-nilai pragmatik dapat
mengungkapkan perasaan yang disampaikan pengarang melalui tokoh yang saling
behubungan satu sama lain
Adanya fungsi pendekatan semiotik penulis akan menjelaskan tanda-tanda
yang terkandung dalam novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” dengan
mengakaitkanya dengan pendekatan pragmatik yang memberikan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya sehingga penulis dapat mengetahui apa saja tanda-tanda
dan nilai yang di ungkapkan oleh pengarang melalui karya sastra tersebut.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian ditunjukkan untuk mengetahui adanya suatu
hasil ataupun makna yang berguna dalam kehidupan, maka tujuan penelitan ini
adalah:
1. Untuk mengetahui nilai-nilai pragmatik yang terkandung dalam novel
“Mata, Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru.
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana nilai-nilai pragmatik tokoh utama
Koyanagi Nanoka yang diungkapan Sumino Yoru dalam novel “Mata,
Onaji Yume wo Miteita” .
1.5.2 Manfaat Penelitian
Adanya dalam sebuah penelitian selain memiliki tujuan dalam meneliti.
Penelitian ini juga mempunyai manfaat penelitian bagi penulis sendiri maupun
terhadap orang yang menikmati karya sastra. Manfaat penelitian ini adalah :
1. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai nilai-nilai pragmatik
apa saja yang terkandung dalam novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita”.
Universitas Sumatera Utara
13
2. Menambah pemahaman dan wawasan dalam hal memahami
kebahagiaan yang terkandung dalam novel “Mata, Onaji Yume wo
Miteita” dengan pendekatan pragmatik sastra melalui pendekatan
semiotik.
1.6 Metode Penelitian
Meneliti sebuah karya ilmiah membutuhkan metode agar dapat mencapai
tujuan yang di maksud sehingga penelitian ini menggunakan metode deskriptif.
Penelitian secara deskriptif adalah metode yang menggambarkan pengamatan
yang terstruktur.
Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah
menganalisis sebuah hasil penelitian tetapi tidak menggunakan kesimpulan secara
meluas. Sehingga metode ini hanya bersifat nyata dan memberikan data yang
lebih jelas. Sedangkan menurut Whitney dalam Nazir (2009: 54) metode
deskriptif sebuah metode untuk mencari fakta dengan penafsiran yang lebih tepat.
Dalam metode deskriptif diharapkan dapat mengungkapkan peristiwa nyata
ataupun mengungkapkan adanya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dengan
di dukung oleh data-data yang jelas dan saling berhubungan satu sama lain.
Dalam pengumpulan data suatu karya ilmiah agar berkaitan satu sama lain
maka digunakan studi kepustakaan. Adanya studi kepustakaan bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang di teliti dan dapat memanfaatkan informasi yang
ada kaitanya dengan penelitian.
Penulis juga mengambil data yang bersumber dari dari internet seperti blog-
blog, jurnal ataupun sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian
Universitas Sumatera Utara
14
novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” yang di dasarkan pada pendekatan
pragmatik sastra.
Langkah-langkah yang akan di lakukan penulis untuk melakukan penelitian
ini antara lain :
1. Membaca novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” yang di terjemahkan ke
bahasa Indonesia
2. Mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan objek penelitian yaitu
kajian pragmatik sastra dan semiotik sastra
3. Menganalisis serta mendeskripsikan apa saja nilai-nilai pragmatik yang
terkandung dalam novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” yang dapat
menjadikan cerminan bagi pembaca dalam mencari arti kebahagiaan
4. Merangkum data yang telah di analisis berbentuk skripsi
Universitas Sumatera Utara
15
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “MATA, ONAJI YUME WO
MITEITA” KARYA SUMINO YORU, STUDI PRAGMATIK DAN
SEMIOTIK SASTRA
Novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” ini termasuk ke dalam novel serius
dengan genre mengenai kehidupan. Dalam novel ini pengarang banyak
mengangkat sebuah nilai-nilai yang mungkin di alami oleh masyarakat ataupun
pembaca sendiri sehingga pembaca dapat mengetahui isi-isi pesan yang di
sampaikan pengarang dalam novel ini yang memiliki banyak manfaat yang ada di
dalamnya.
2.1 Resensi Novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” Karya Sumino Yoru
2.1.1. Tema
Menurut Aminuddin (2000: 91) tema berasal dari bahasa latin yang dapat di
artikan sebagai “tempat untuk meletakkan perangkat”. Dalam hal ini tema
merupakan dasar dalam menopang suatu ide yang menjadikan acuan pengarang
dalam menggambarkan karya fiksi yang di bentuk dari makna yang membangun
gagasan dalam cerita.
Menurut Fananie (2000: 84) tema adalah sebuah ide, gagasan serta
pandangan hidup pengarang yang di latar belakangi untuk terciptanya karya sastra.
Tema adalah bagian dari karya sastra yang membentuk nilai di dalamnya yang
menjadikan gagasan utama yang terdiri dari ide pokok atau konsep yang di muat
dalam bentuk tulisan sehingga menjadikan perkembangan dari sebuah paragraf
Universitas Sumatera Utara
16
yang terbentuk. Tema berupa agama, etika, moral, sosial budaya, teknologi
ataupun bisa mengenai pandangan hidup dari pengarang itu sendiri.
Menurut Aziez dan Hasim (2010: 75) mengatakan bahwa tema merupakan
ide pokok yang di kembangkan dalam sebuah alur cerita. Tema memiliki peranan
sangat penting dalam membantu pembaca untuk lebih memahami isi yang ada di
novel sehingga pembaca dapat mencari pemahaman yang lebih baik mengenai
kehidupan ataupun pesan yang di sampaikan oleh pengarang.
Hal ini di artikan agar pembaca mengetahui alur cerita serta penokohan dan
dialog-dialog antar tokoh cerita yang terlibat, seperti halnya tema yang banyak di
angkat ke sebuah novel kebanyakan mengenai kehidupan, misalnya tentang
kesetiaan, pengorbanan, keberanian, persahabatan maupun keluarga.
Berdasarkan pengertian dari tema di atas, maka tema yang di angkat dalam
novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” ini adalah kisah cerita dewasa yang di
ambil dari sudut pandang anak SD yang berpusat pada kehidupan sehari-hari
seorang anak yang bernama Koyanagi Nanoka yang bertemu dengan Abazure-san,
Minami-san, Nenek, Hitomi-sensei dan seekor kucing yang selalu menemaninya.
Dari orang-orang dewasa inilah yang membantu Koyanagi Nanoka dalam
menghadapi permasalahan yang berbeda-beda yang saling berhubungan dengan
kehidupan mereka sendiri sehingga dari pertemuan ini merupakan kehidupan
Koyanagi Nanoka dalam mencari arti kebahagiaan yang banyak mengajarkan
tentang persahabatan, keluarga, dan juga keberanian dari tokoh utama Koyanagi
Nanoka.
Universitas Sumatera Utara
17
2.1.2 Alur (Plot)
Alur adalah rangkaian tindakan cerita yang adanya ketertarikan satu dengan
yang lain sehingga di awali dengan titik awal hingga titik akhir dalam cerita.
Menurut Aminuddin (2000:83) mengatakan bahwa peristiwa yang satu saling
berhubungan satu sama lain sehingga menjadikan timbulnya peristiwa yang satu
dengan yang lain sampai dengan seterusnya sampai akhir pada peristiwa itu
mencapai akhir cerita.
Menurut Wicaksono (2014:162-163) alur berdasarkan kriteria urutan waktu
dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Alur progresif atau alur maju yang dikisahkan bersifat kronologis,
peristiwa yang pertama di ikuti oleh peristiwa yang kemudian.
2. Alur regresif adalah alur mundur. Dalam alur ini kejadian yang di kisahkan
menceritakan secara tidak kronologis, yang dimana di mulai pada tahap tengah
cerita ataupun pada akhir cerita.
3. Alur campuran adalah alur yang di awali pada masa sekarang yang dimana
pada awal ceritanya dan kemudian ke masa lampau dan kemudian kembali lagi ke
masa sekarang diteruskan sampai pada akhir cerita.
Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, maka alur yang terdapat dalam
novel “ Mata, Onaji Yume wo Miteita” adalah alur campuran. Hal ini bisa dilihat
dari novel tersebut yang cerita awalnya yang tidak berurutan dari awal namun di
mulai pada masa kini, dan kemudian kembali kemasa lalu dan kembali ke masa
depan. Cerita ini diawali dengan Koyanagi Nanoka yang melihat mimpi yang
sama lagi sewaktu jadi anak SD yang mencari apa itu kebahagiaan. Dan bertemu
dengan teman-teman yang berbeda usia dengannya dan dia mengingat awal
Universitas Sumatera Utara
18
perjumpaannya dengan teman-temannya dari pertemuan ini orang-orang dewasa
yang di temuinya membantu Koyanagi Nanoka menghadapi masalah dan setelah
masalah itu selesai mereka hilang secara misterius. Dan ketika Koyanagi Nanoka
yang sudah dewasa dia melihat mimpi yang sama lagi sewaktu dia menjadi anak
SD.
2.1.3 Latar (Setting)
Menurut Aminuddin (2000: 67), setting ataupun latar adalah gambaran yang
mengenai adanya keterangan pada cerita dalam sebuah karya sastra seperti tempat,
maupun waktu kejadian. Latar adalah gambaran yang mempengaruhi peristiwa
dalam cerita sehingga memberikan pengaruh dalam situasi yang di alami oleh para
tokoh cerita. Menurut Aziez (2010 : 74) latar biasanya disampaikan dengan
penciptaan yang melengkapi cerita baik dari segi waktu maupun yang berkaitan
dengan sosial.
Menurut Abrams dalam Fananie (2000: 99) latar belakang di bedakan
menjadi tiga bagian antara lain :
1. Latar Tempat
Latar yaitu menggambarkan tempat kejadian ataupun lokasi, nama kota
yang terdapat dalam peristiwa cerita.
Latar tempat dalam Novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” adalah:
SD tempat Koyanagi Nanoka yang tidak disebutkan nama sekolahnya,
perpustakaan sekolah, rumah Koyanagi Nanoka, apartement Abazure-san, rumah
kayu besar terletak di sebuah bukit, rooftop bangunan yang terletak di ujung jalan
seberang rumah nenek, supermarket, rumah Kiryu-kun.
Universitas Sumatera Utara
19
2. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan pada kapan terjadinya suatu peristiwa baik hari,
bulan, tahun ataupun zaman yang melatarbelakangi kejadian tersebut.
Dalam novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita”, terjadi pada zaman Jepang
modren dimana adanya bangunan-bangunan modren dan juga adanya elektronik
seperti telepon. Peristiwa yang terjadi dalam novel ini terjadi pada musim panas.
3. Latar Sosial
Latar sosial berkaitan dengan kehidupan bersosial yang terjadi pada
masyarakat setempat yang di ceritakan dalam bentuk fiksi. Latar sosial yang
mengaitkan antara tokoh atau kondisi yang terjadi pada masyarakat dalam cerita
baik itu budaya atupun pandangan kehidupan.
Latar sosial yang melatarbelakangi pada novel “Mata, Onaji Yume wo
Miteita” adalah kehidupan seorang anak SD yang berbeda dengan anak lainnya
karena memiliki pemikiran dewasa sehingga bertemu dengan Abazure-san,
Minami-san, dan Nenek dari pertemuan ini mengajarkan adanya sikap pertemanan
yang saling peduli satu sama lain serta adanya sikap keberanian, percaya diri,
kecerdasan, pantang menyerah yang terdapat di dalam cerita. Novel ini juga
berlatar kehidupan di Jepang yang adanya penindasan yang di alami oleh tokoh
utama Koyanagi Nanoka dan juga teman sekelasnya Kiryu-kun. Dan juga adanya
interaksi yang di lakukan Koyanagi Nanoka bersama orang-orang dewasa yang di
temuinya di luar sekolah dan rumah yang menjadikan dia sebagai anak yang
mandiri.
Universitas Sumatera Utara
20
2.1.4 Penokohan (Perwatakan)
Wahyu dalam Wicaksono (2014: 174) berpendapat bahwa penokohan
merupakan cara pandang dalam menentukan tokoh-tokoh dan juga memberi nama
pada tokoh tersebut. Penokohan adalah gambaran yang menampilkan karakter
tokoh cerita. Menurut Boulton dalam Aminuddin (2000: 79) berpendapat bahwa
cara pengarang dalam menggambarkan tokoh-tokohnya dapat berbagai macam.
Dalam hal ini tokoh mempunyai keunikan masing-masing yang di
tampilkan oleh pengarang seperti sifat perjuangan, ataupun karakter menjunjung
tinggi kebenaran ataupun karakter tidak mau kalah dan mementingkan
kepentingan sendiri. Menurut Wicaksono (2014: 185) tokoh utama merupakan
tokoh yang di utamakan dalam cerita. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling
banyak di ceritakan ataupun tokoh yang membentuk jalan sebuah cerita. Dalam
menentukan tokoh utama dalam cerita dapat menghubungkan antara tema ataupun
interaksi yang ada pada tokoh-tokoh lain. Tokoh tambahan merupakan tokoh yang
muncul beberapa kali ataupun tokoh yang sering muncul hanya menjadi sarana
sebagai sarana tokoh utama untuk mencapai tujuannya, dalam hal ini tokoh
tambahan mempunyai peran dalam membangun karakter tokoh utama ataupun
membangun perkembangan tokoh utama.
Penokohan dalam novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” adalah sebagai
berikut :
1.Koyanagi Nanoka merupakan tokoh utama dalam novel ini dia anak yang
sulit berinteraksi dengan teman seusianya tetapi dia memiliki orang dewasa yang
selalu menemaninya. Dia gadis yang baik hati dan jujur.
Universitas Sumatera Utara
21
2. Abazure-san adalah seorang wanita yang tampaknya terjebak dalam
kehidupannya, dia selalu membantu masalah koyanagi Nanoka. Pekerjaannya
adalah penjual musim.
3. Minami-san merupakan seorang gadis SMA yang gemar menyayat nadi,
dia gadis yang suka menulis cerita. Minami-san selalu membantu masalah
Koyanagi Nanoka.
4. Nenek merupakan seorang wanita tua yang tinggal di daerah bukit yang
tampaknya hidup tenang. Seorang yang bijak dan juga ahli dalam membuat kue
yang sangat di sukai oleh Koyanagi Nanoka.
5. Kucing hitam yang selalu menemani Koyanagi Nanoka setiap pulang ke
sekolah yang di panggil sebagai “gadis itu”.
5. Kiryu-kun adalah anak pendiam dan selalu di tindas oleh teman sekelasnya
karena suka melukis.
6. Hitomi-sensei adalah guru di sekolah Koyanagi Nanoka yang selalu
membimbing dan memberikan saran padanya.
7. Ogiwara-kun merupakan teman sekelas Koyanagi Nanoka yang memiliki
sifat ramah dan selalu membicarakan tentang buku dengannya.
2.1.5 Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan cara pengarang itu sendiri dalam menyajikan
tokoh, tindakan, latar ataupun peristiwa yang membentuk cerita dalam karya fiksi
untuk pembaca itu sendiri (Abrams dalam Wicaksono, 2014: 241).
Universitas Sumatera Utara
22
Menurut Aminuddin (2000: 90) mengatakan bahwa sudut pandang sebuah
dalam hal kedudukan pengarang yang ada dalam cerita, yang berarti pengarang
itu sendiri ikut terlibat dalam cerita yang di buat ataupun sebagai pengamat dalam
cerita bisa dikatakan bahwa cara pengarang dalam menyampaikan cerita tersebut
sehingga pembaca dapat melihat cerita yang lebih hidup atupun cerita yang lebih
berbeda. Sudut pandang menurut Nurgiyantoro (2009: 256) dapat di bagi menjadi
dua, yaitu sudut pandang persona ketiga: dia dan sudut pandang persona pertama:
aku. Dapat di lihat antara lain :
1.Sudut Pandang Persona Ketiga: Dia
Pada sudut pandang ini penceritaan yang meletakkan pada posisi pengarang
sebagai seorang narator dalam cerita dengan memberikan nama-nama tokoh yang
menggunakan kata ganti ia, dia, mapun mereka. Sudut pandang persona ketiga
dapat di bedakan lagi menjadi dua, yaitu “dia” yang maha tahu dan “dia” yang
sebagai pengamat. Pada sudut pandang “dia” pengarang berada di luar cerita
sehingga hanya mengisahkan tokoh “dia” yang ada dalam cerita sedangkan pada
sudut pandang “dia” yang maha tahu adalah dimana “dia” seperti mengetahui
tentang pikiran, watak, kejadian, perasaan ataupun latar belakang yang terjadi
dalam cerita, “dia” yang maha tahu disini menjadi seorang yang maha tahu pada
sebuah cerita dan “dia” juga bisa di namai dengan tokoh itu sendiri.
2. Sudut Pandang Persona Pertama: “Aku”
Sudut pandang persona pertama “aku” merupakan sudut pandang yang
dimana menempatkan pengarang sebagai “aku” yang ikut terlibat dalam cerira
yang di buatnya. Kata ganti “dia” pada sudut pandang ini adalah “aku”. Pada
Universitas Sumatera Utara
23
sudut pandang persona “aku” disini menjadi sebuah pusat pada cerita, yang
menjadikan pengarang tahu akan cerita walaupun hanya berupa sebuah imajinasi
semata saja.
Pada novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita”karya Sumino Yoru sebagai
pengarang menggunakan sudut pandang persona pertama karena tokoh utama di
ceritakan dengan sudut pandang “aku”. yang menjadikan pengarang ikut terlibat
di dalam sebuah ceritanya sendiri.
2.2 Studi Pragmatik dan Semiotik Sastra
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan pragmatik
sastra dalam menganalisis nilai-nilai yang terdapat ataupun terkandung dalam
novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru. Penulis akan
mengambil beberapa cuplikan teks yang memiliki nilai pragmatik yang
terkandung dalam novel tersebut. Menurut Siswanto (2008:190) pendekatan
pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang ada kaitannya dalam peranan
pembaca dalam memahami, menerima karya sastra yang terdapat di dalamnya.
Sehingga hal ini mengartikan bahwa pembaca memiliki pernan dalam melihat
keindahan dalam karya sastra dan pembaca juga dapat melihat bagus atau
tidaknya karya sastra tersebut. Dengan adanya pendekatan pragmatik menjadikan
sebuah perhatian dalam mencari fungsi-fungsi yang baru yang bermanfaat bagi
pembaca atau masyarakat yang menjadikan gambaran dalam kehidupan dan
memberikan perkembangan bagi karya sastra itu sendiri. Jika mengaitkan
pragmatik sastra menurut pandangan Horatius dalam Endraswara ( 2008: 116)
yang berpendapat bahwa fungsi dalam sebuah karya sastra memliki makna ulce
(indah) dan utile (berguna). Dalam hal ini pragmatik memberikan ajaran serta
Universitas Sumatera Utara
24
kenikmatan bagi pembaca sehingga disusun sedemikian rupa dan membentuk
kata-kata yang indah.
Selain menggunakan pendekatan pragmatik, penulis juga menggunakan
pendekatan semiotik sastra yang berarti melihat suatu tanda-tanda yang ada di
dalam novel.. Menurut Sartika (2011: 1) menjelaskan bahwa tanda tidak hanya
dimiliki satu macam tetapi ada berbagai dasar yang menghubungkan antara lain
yaitu dalam hal penanda ataupun petandanya. Sehingga sebuah tanda mewakili
pengalaman baik berupa perasaan ataupun gagasan lainnya dalam hal ini
menjadikan suatu tanda bukan hanya bahasa semata saja melainkan kehidupan
juga memiliki tanda di dalamnya seperti simbol-simbol ataupun kejadian dalam
masyarakat. Hubungan tanda dan karya sastra menjadikan sarana pembaca untuk
berkomunikasi dan dapat memahami karya sastra sehingga menjadikan adanya
kode-kode yang terkandung di dalamnya yang memberikan nilai estestis.
Sehingga dengan hal ini uraian dalam kajian semiotik sastra yang berupa adanya
tanda ataupun simbol kemudian akan menjelaskan makna yang terkandung dalam
kutipan teks novel “ Mata, Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru yang
memiliki nilai-nilai pragmatik yang terkandung di dalamnya.
2.3 Biografi Pengarang
Sumino Yoru mulai menulis sejak SMA, novelnya yang berjudul “Kimi no
Suizou wo Tabetai” merupakan novel pertamanya pada tahun 2015. Pada karya
pertamanya novel “Kimi no Suizou wo Tabetai” sudah di angkat menjadi sebuah
film life action di Jepang pada tahun 2017 dan juga di buat dalam bentuk manga.
Setelah merilis novel “Kimi No Suizou wo Tabetai”, Sumino Yoru kembali
Universitas Sumatera Utara
25
merilis novel baru dengan judul “Mata, Onaji Yume wo Miteita” atau yang dapat
disingkat dengan Matayume dengan loundraw sebagai ilustrasinya.
Novel ini di rilis oleh Futabasha pada Februari tahun 2016 dan pada 29
februari 2016 pada tanggal Oricon menduduki peringkat ke-9 di departemen
komprehensif buku mingguan. Novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita juga telah
mendapatkan adaptasi manga oleh Idumi Kirihara yang pada tahun 2017 oleh
Monthly Action. Karya Sumino Yoru yang lainnya berjudul “Yoru no Bakemono
pada tahun 2016, Kakushigoto pada tahun 2017, dan Aokute Itakute Moroi pada
tahun 2018.
Universitas Sumatera Utara
26
BAB III
ANALISIS PRAGMATIK DALAM NOVEL “MATA, ONAJI YUME
MITEITA” KARYA SUMINO YORU
3.1 Sinopsis Cerita
Novel “ Mata, Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru bercerita
tentang Koyanagi Nanoka selalu memimpikan hal yang sama lagi sewaktu masih
menjadi anak SD yang menganggap dirinya sendiri pintar, serta suka mengatakan
“hidup itu adalah..”. Suatu hari Koyanagi Nanoka tidak mengikuti pelajaran
olahraga sehingga mendapat tugas dari Hitomi-sensei mencari arti sebuah
kebahagiaan. Karena orang tuanya sibuk dia bebas untuk keluar rumah dan karena
tidak mempunyai teman seusianya dia selalu mengunjungi rumah Abazure-san
yang awal pertemuannya saat Koyanagi Nanoka menyelamatkan seekor kucing.
Kemudian pada pertemuannya kedua dengan Nenek yang tinggal di sebuah bukit
yang disana terdapat rumah kayu besar saat itu dia jadi sering ke rumah Nenek.
Koyanagi Nanoka selalu berkonsultasi soal banyak hal terutama tentang
kebahagiaan kepada orang dewasa yang dia temui yang sudah dia anggap sebagai
temannya.
Di sekolah Koyanagi Nanoka adalah anak yang tampaknya agak sulit
bergabung dengan teman seusianya di kelas karena menganggap mereka semua
“bodoh” karena suka menindas. Koyanagi Nanoka di gambarkan sebagai anak
yang sangat berani dalam menghadapi penindasan itulah yang membuat dia
berbeda pada anak SD yang lain, meskipun begitu di sekolah dia bukanlah anak
nakal yang menganggap orang lain berbeda level darinya. Koyanagi Nanoka
Universitas Sumatera Utara
27
sebenarnya sangat peduli, hanya saja karena kepintarannya dia di jahui oleh
teman sekelasnya hanya Ogiwara-kun dan Kiryu-kun yang sering dia ajak bicara
di sekolah. Perlahan-lahan kehidupan sehari-hari Koyanagi Nanoka berubah satu
persatu masalah muncul di kehidupannya dalam mencari arti kebahagiaan. Setelah
pulang sekolah dia melewati rute lain dan bertemu dengan sosok gadis di rooftop
yang sedang menyayat nadinya sendiri. Dari sinilah awal perjumpaannya dengan
Minami-san yang awalnya menunjukkan sikap tidak peduli padanya tetapi
perlahan-lahan dia mulai menerima keberadaannya. Setiap hari setelah pulang
sekolah Koyanagi Nanoka selalu mengunjungi satu persatu temannya. Saat
kunjungan orang tua sudah semakin dekat tetapi orang tua Koyanagi Nanoka tidak
dapat hadir sehingga membuatnya kecewa dan pergi menemui Minami-san.
Minami-san yang membahas mengenai mimpi yang sama lagi yang dilihatnya dan
juga menjadi seorang penulis serta arti dari sebuah kebahagiaan yang menurutnya
tidak penting lagi. Menanggapi perkataannya, Minami-san memberikan
pendapatnya pada Koyanagi Nanoka agar berbaikan dengan orang tuanya karena
waktu tidak bisa terulang kembali seperti halnya kehidupan Minami-san yang
menyesal akan perjumpaannya terakhir dengan orang tuanya. Awalnya Koyanagi
Nanoka merasa heran dengan Minami-san yang tidak seperti biasanya dia pun
berjanji dia akan berbaikan dengan orang tuanya asalkan Minami-san juga
menerbitkan bukunya. Koyanagi Nanoka yang hendak menemui Minami-san
karena telah membantu masalahnya ternyata menghilang secara misterius.
Ketika musim panas tiba Koyanagi Nanoka yang melihat seorang paman
yang melakukan pencurian di supermarket dan keesokan harinya di sekolah ada
berita mengenai ayah Kiryu-kun yang melakukan pencurian. Koyanagi Nanoka
Universitas Sumatera Utara
28
yang tidak percaya akan hal itu tidak langsung menerimanya, sampai tiba-tiba
teman sekelasnya menindas Kiryu-kun. Koyanagi Nanoka yang tidak terima akan
hal itu membalas perkataan temannya, tetapi bukannya senang Kiryu-kun
menyuruhnya agar berhenti.
Hari berikutnya, Kiryu-kun tidak datang ke sekolah dan Koyanagi Nanoka
berniat untuk mengantarkan kopian tugas untuk Kiryu-kun ke rumahnya, tetapi
anak lelaki sekelasnya mengolok-oloknya dan tidak ada yang menolongnya.
Meskipun begitu Koyanagi Nanoka tetap pergi ke rumah Kiryu-kun. Keesokan
harinya Koyanagi Nanoka bertemu dengan Ogiwara-kun tetapi di abaikan olehnya
dan juga telah menyebarkan berita buruk mengenai ayah Kiryu-kun bahkan
teman-temannya menindasnya. Akhirnya setelah pulang sekolah Koyanagi
Nanoka memutuskan untuk pergi ke rumah Abazure-san. Melihat Koyanagi
Nanoka yang tampak sedih Abazure-san menghiburnya dan bercerita mengenai
kejadian yang di alaminya dan dia juga tidak ingin terlibat oleh siapapun.
Abazure-san memberikan saran padanya dalam hal masalahnya yang
menceritakan mimpi yang sama lagi yang dilihatnya dalam mimpinya ada seorang
anak yang tidak menghargai dirinya sendiri akhirnya terjerumus ke dalam hal
yang berbahaya sehingga Abazure-san tidak ingin Koyanagi Nanoka seperti
kehidupan anak tersebut.
Sehingga Koyanagi Nanoka yang sudah mempersiapkan hatinya untuk
sekali lagi menemui Kiryu-kun di rumahnya. Dan pada akhirnya dia dan Kiryu-
kun dapat ke sekolah bersama. Sama halnya dengan Minami-san, Koyanagi
Nanoka yang hendak menemui Abazure-san juga menghilang secara misterius.
Kini Koyanagi Nanoka hanya mengunjungi rumah Nenek disana dia bercerita
Universitas Sumatera Utara
29
tentang menghilangnya Minami-san dan juga Abazure-san secara misterius saat
masalahnya selesai, Nenek yang tampak damai selalu mendengarkan ceritanya
serta menceritakan tentang mimpi yang sama dilihatnya saat masa dimana dia
tidak bisa meminta maaf yang telah kehilangan orang-orang terkasih sehingga
menyakiti diri sendiri. Koyanagi Nanoka yang teringat akan sorot mata Minami-
san dan juga Abazure-san yang membenci dirinya sendiri dan berpikir untuk
menyudahi hidup. Tapi Koyanagi Nanoka tidak akan seperti itu dia bisa
melangkah dalam kehidupan yang menurutnya bahagia. Dia merasa lega akan
perkataan Nenek. Setelah bercerita dengan Nenek, dia pulang kerumah dan ketika
berbalik kini Koyanagi Nanoka sadar bahwa sosok teman untuk bicara semuanya
sudah tidak ada lagi.
Koyanagi Nanoka yang sudah dewasa selalu memimpikan hal yang sama
lagi yang kini mengerti dari hilangnya Abazure-san,Minami-san, dan Nenek
secara misterius dan merekalah yang menuntun jalan kehidupannya yang kini
mengerti arti dari kebahagiaan itu sendiri. Sehingga sewaktu beranjak dewasa
Koyanagi Nanoka semakin mirip dengan orang-orang dewasa yang dulu
menuntun hidupnya sewaktu kecil.
3.2 Nilai Pragmatik yang Terkandung dalam Novel “Mata, Onaji Yume wo
Miteita”
Karya Sumino Yoru
3.2.1 Keterbukan Koyanagi Nanoka di Lingkungan Sekolah
Cuplikan 1 hal 7-8
Memiliki rasa percaya diri itu memang baik. Tapi untuk lebih
mengembangkan bakat yang kau miliki, Sensei punya beberapa saran. Pertama,
Universitas Sumatera Utara
30
bertindak spontan adalah hal yang memang penting tetapi berpikir kembali
sebelum bertindak sama pentingnya. Kedua tidak selamanya melarikan diri dari
masalah itu baik, boleh saja untuk melarikan diri dari hal tertentu tapi di saat
pelajaran olahraga menurut Sensei sangat baik bagi kesehatan. Lagi pula,
kecepatan berlarimu dalam lomba lari lebih cepat kan ?
Benar juga, seperti yang Sensei katakan aku bisa berlari lebih cepat dalam
lomba lari hari ini, namun meskipun begitu kakiku juga kelelahan. Apa ini benar-
benar baik untuk kesehatan?.
Lalu yang ketiga, menurut Sensei apa yang di katakan dosen ataupun orang-
orang hebat yang muncul di televisi belum tentu semuanya benar. Tapi, benar atau
tidaknya itu tergantung kau sendiri yang harus memikirkannya.
Dengan kata lain apa yang Hitomi-sensei katakan belum tentu benar, ya?.
Sensei memandangku lembut dan menjawab.
Begitulah. Karena itu, tugasmu adalah untuk memikirkannya. Meski
demikian percayalah satu hal Sensei ingin kau bisa bahagia dan juga bisa akrab
dengan teman-teman yang lain.
Sensei yang memasang wajah serius selalu ditunjukkannya selama ini. Aku
menyukai ekspresi Hitomi-sensei yang seperti itu karena di banding Sensei lain
hanya ada sedikit kebohongan dalam ekspresinya.
Aku paham, lagi pula aku lebih percaya Hitomi-sensei di banding dosen
tersebut. Baiklah mulai sekarang waktu kau ingin mencoba melakukan sesuatu
dalam kelas, bicarakan dulu dengan Sensei.
Hanya kalau menurutku itu benar saja ya Sensei?.
Universitas Sumatera Utara
31
“Begitu juga boleh”. Ah benar juga aku akan memberi tahu Koyanagi-san
lebih dahulu, dalam pelajaran bahasa Jepang besok, kelas akan memikirkan
tentang kebahagiaan.
Eh, tampaknya sulit ya Sensei.
Meskipun sulit teman sekelas yang lain juga akan memikirkannya.
Koyanagi-san cobalah untuk memikirkan arti kebahagiaan menurutmu.
Analisis:
Dari cuplikan teks diatas dapat dilihat bahwa Hitomi-sensei yang menasihati
Koyanagi Nanoka bahwa percaya diri memang baik tetapi harus di perhatikan
dalam mengembangkan bakat yang dimiliki sehingga berlari merupakan hal bagus
untuk kesehatan. Koyanagi Nanoka yang menanggapi apa yang di bicarakan oleh
Hitomi-sensei berpikir akan tindakan yang di lakukannya dan dari pembicaran
tersebut Hitomi-sensei memberikan tugas mencari arti kebahagiaan untuk
Koyanagi Nanoka.
Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat
keterbukaan Koyanagi Nanoka yang menyampaikan isi hatinya mengenai dia
yang tidak ikut pelajaran olahraga. Sehingga Koyanagi Nanoka di beri nasihat
pada Hitomi-sensei yang beranggapan tidak semua dosen universitas benar.
Koyanagi Nanoka yang lebih percaya bahwa Hitomi-sensei tidak berbohong
dengan apa yang di ucapkannya dan dari sini dapat di lihat bahwa Sensei
memberitahukan terlebih dahulu tugas untuk besok mengenai arti kebahagiaan.
Nilai yang dapat di ambil dalam cuplikan teks di atas adalah keterbukaan
Koyanagi Nanoka dalam mengungkapkan isi hatinya yang membuat dia bisa
Universitas Sumatera Utara
32
dengan baik berinteraksi dengan Hitomi-sensei dan dapat memikirkan mana hal
yang membuatnya percaya akan perkataan Hitomi-sensei.
Cuplikan 2 hal 143-144
Sensei aku ingin Sensei memberitahuku sesuatu tentang Kiryu-kun. Hitomi-
sensei yang sampai detik ini tidak memberitahuku apa pun, akhirnya
memberitahuku sesuatu aku pun mendengarkannya dengan baik-baik.
Koyanagi-san, apakah kau pernah berpikir tidak ingin pergi ke sekolah?.
Setiap hari aku selalu berpikir hal itu. Tapi, supaya menjadi pintar aku tetap
datang ke sekolah dan juga supaya aku bisa melihat Hitomi-sensei. Aku hanya
mengatakan hal sejujurnya, tapi Hitomi-sensei tertawa payah.
“Kalau begitu, hari yang membuatmu paling tidak ingin untuk datang ke
sekolah, misalnya setelah libur musim panas atau hari senin”.
Benar juga, setelah akhir pekan atau sehabis libur musim panas, aku
berharap bisa menggunakan sihir karenanya.
Benarkan?, datang ke sekolah pada waktu seperti itu berarti membutuhkan
keberanian juga keteguhan hati. Disamping itu juga butuh kue-kue manis, ya.
“Ya memang betul”.
Kemarin Kiryu-kun memiliki urusan penting sehingga meliburkan diri dari
sekolah dan ketika dia harus masuk sekolah setelah beberapa hari, berarti dia
membutuhkan keteguhan hati juga keberanian. Kau paham?.
Aku paham, apalagi si pengecut Kiryu-kun dia pasti membutuhkan lebih
banyak keberanian dan keteguhan hati bukan?. Aku bisa menyediakan kue-kue
manis untuknya.
Universitas Sumatera Utara
33
Tetapi mulai sekarang supaya Kiryu-kun memiliki keberanian dan
keteguhan hati seperti hari ini, dia membutuhkan teman. “Aku, ingin Koyanagi-
san menjadi teman Kiryu-kun.”
Kalau itu sih aku bisa Sensei aku akan jadi teman Kiryu-kun.
Analisis:
Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka yang
menemui Hitomi-sensei meminta pendapat tentang Kiryu-kun.
Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams adanya
keterbukaan Koyanagi Nanoka di sekolah yang menghampiri Hitomi-sensei serta
menanyakan masalah Kiryu-kun. Sehingga Hitomi-sensei tidak langsung
menjelaskan apa yang terjadi pada Kiryu-kun melainkan memberikan penjelasan
yang membuat dia berpikir untuk memahami orang lain.
Nilai yang dapat di ambil dari teks cuplikan di atas adalah adanya
keterbukaan menjadikan hubungan yang baik antar guru. Memberikan kedekatan
agar Koyanagi Nanoka merasa nyaman dengan guru dan terbuka serta tidak takut
untuk mengutarakan pendapatnya sehingga siswa dapat memahami apa yang
disampaikan oleh Hitomi-sensei.
1.2.2 Keterbukaan Koyanagi Nanoka di Lingkungan Umum
Cuplikan 1 hal 29
Buku yang berjudul pangeran cilik yang Nenek beri tahu aku sudah
membacanya perpustakaan. Kata-katanya memang bagus cuma sulit untuk di
mengerti.
Universitas Sumatera Utara
34
“Sudah kuduga Nacchan memang anak yang pandai”. Belajar untuk
memahami hal yang belum dimengerti adalah hal yang penting sedangkan berkata
hal yang sudah mengerti tapi belum memahaminya adalah hal yang tidak baik.
Begitu Nenek mengatakannya aku langsung menceritakan tentang kejadian
di sekolah saat aku disuruh lari keliling dan harus pulang terakhir. Nenek yang
mendengarkan ceritaku terbahak-bahak akan hal itu dan berkata benar hal serius,
ya. Bukan berarti aku membenci atletik, tapi disuruh tinggal lebih lama di sekolah
bukan hal yang serius karena aku suka Hitomi-sensei.
“Guru yang baik ya”.
Iya Guru yang baik, meski terkadang tidak masuk akal. Hari ini nenek pun
bertanya apakah aku menang main Othello. Aku hanya menang sekali itu pun
hanya berbeda satu keping lebih banyak. Apakah suatu saat aku bisa jago main
Othello ya Nek?.
Pasti Nachhan punya kemampuan untuk melihat apa yang akan terjadi.
Kemampuan itu pun penting untuk sebuah permainan.
Analisis:
Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka yang
menceritakan kegiatan di sekolahnya.
Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat
bahwa Koyanagi Nanoka memiliki sifat keterbukaan pada Nenek yang
menceritakan mengenai buku tersebut. Meskipun Nenek yang memujinya dia
merasa buku itu memang sulit dan pembicaraan keduanya berlanjut ketika di
sekolah Koyanagi Nanoka dan berlanjut ke permainan Othello.
Universitas Sumatera Utara
35
Nilai yang dapat di ambil dari teks cuplikan di atas adalah keterbukaan yang
menghasilkan kedekatan antara Nenek dan Koyanagi Nanoka yang memiliki
hubungan yang erat. Sehingga Koyanagi Nanoka dengan terbukannya
menceritakan hal yang terjadi di sekolah maupun apa yang sedang dilakukannya.
Cuplikan 2 hal 77-78
“Hari ini ada hal yang inginku tanyakan”. Aku langsung mengutarakan
tujuanku aku adalah tipe yang akan langsung melahap makanan yang sudah
kusukai. Saat ini aku sedang terlibat dengan masalah yang sulit kupecahkan di
dalam kelas.
Aritmatika?, kalau soal itu lakukan sendiri, bocah!.
Bukan, kalau aritmatika aku bisa mengerjakan sendiri. Masalah yang ini
sangat sulit yang berkaitan dengan pelajaran bahasa Jepang, persoalannya adalah
mencari arti kebahagiaan.
“Benar, aku ingin bertanya bagi Minami-san kebahagiaan itu apa?, akan
kujadikan sebagai sebuah petunjuk”.
“Aku tidak paham soal kebahagiaan”.
Bagaimana ketika menulis apa tidak bahagia?
Menulis cerita itu memang menyenangkan, tapi aku tidak tahu apa itu
kebahagiaan atau tidak. Kebahagiaan itu bisa dikatakan adalah situasi ketika saat
kau merasa benar-benar terpenuhi, kan?, seperti hati ini di penuhi oleh perasaan
yang lebih menyenangkan.
Minami-san yang memberitahuku pemahamannya tentang kebahagiaan
dengan bahasa yang mudah yang menurutku anak SMA yang sungguh luar biasa
Universitas Sumatera Utara
36
karena dapat mengeluarkan kata-kata seperti itu. Aku pun ingin cepat lebih
dewasa.
Analisis:
Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka adalah
anak yang langsung mengutarakan maksudnya.
Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat
bahwa adanya sikap keterbukaan Koyanagi Nanoka dalam hal mengutarakan apa
yang ingin di sampaikannya dengan bertanya tentang tugas sekolah yang menurut
dia susah untuk di pecahkannya sendiri yaitu arti kebahagiaan. Sehingga Minami-
san yang menanggapi pertanyaan Koyanagi Nanoka menjawab bahwa dia tidak
mengerti arti dari kebahagiaan sebab menurut dia kebahagian itu ada jika merasa
itu benar-benar terpenuhi, meskipun Minami-san yang tidak paham arti
kebahagiaan Koyanagi Nanoka yang terkagum akan pemahamannya ingin
menjadi cepat dewasa.
Nilai yang dapat di ambil pada cuplikan teks di atas adalah keterbukaan diri
Koyanagi Nanoka yang menghadapi masalah yang memiliki pemikiran terbuka,
serta bersedia pandangan orang lain tentang masalahnya yang menjadiakan
adanya perubahan terhadap pandangannya mengenai suatu masalah yang sedang
di alami.
Cuplikan 3 hal 271-272
“Apa semua berjalan dengan baik”?.
Namun aku yang biasanya bercerita langsung, kali ini justru tidak
melakukannya.
“Apa yang terjadi”?
Universitas Sumatera Utara
37
Ternyata Nenek mengatakannya. soal anak di kelasku semuanya sudah
berjalan dengan baik tapi, “Abazure-san tiba-tiba menghilang”.
Aku menceritakan semua yang terjadi hari ini, tidak sesungguhnya apa yang
sudah terjadi dari kemarin. Abazure-san yang memberikan saran kepadaku yang
juga bersedih karena masalah Kiryu-kun, Abazure-san yang secara mendadak
menangis. Hal yang paling mengesankan adalah aku dan Abazure-san yang
ternyata memiliki kata favorit sama. Lalu hal yang terjadi hari ini, setelah
Abazure-san menghilang, ada kakak laki-laki yang tinggal disana memberikan es
krim yang tidak kusukai. Hal ini menurut ku jauh lebih aneh saat Minami-san
menghilang. Nenek mendengarkan ceritaku dan berkata bahwa dia tidak tahu ke
mana Abazure-san pergi, tapi ada satu misteri yang kemudian muncul. Aku pun
bertanya mengenai kemisteriusan ini. “Abazure-san menghilang seperti Minami-
san aku memang merasa kesepian, tetapi gak tahu kenapa perasaan itu tidak
seperti ketika Kiryu-kun berkata benci kepadaku”.
“Begitu, ya”?.
Nenek benar-benar hebat karena tahu semuanya.
Mungkin karena Nacchan memiliki keyakinan bahwa suatu hari nanti akan
dipertemukan oleh mereka. Aku merasa Nenek mengatakan hal yang melegakan
untukku. Nenek yang bercerita tentang mimpi yang sama lagi dilihatnya saat itu
nenek berkata dimana dia tidak bisa meminta maaf yang telah kehilangan orang-
orang terkasih sehingga menyakiti diri sendiri.
Aku teringat akan sorot mata Minami-san dan juga Abazure-san yang
mmbenci diri sendiri dan berpikir untuk menyudahi hidup. Tapi aku tidak akan
Universitas Sumatera Utara
38
seperti itu aku bisa melangkah dalam kehidupan yang menurutku bahagia. Dan
selalu buat Koyanagi Nanoka merasa lega akan perkataan Nenek.
Perasaanmu pasti benar. Tenang saja kau pasti akan bertemu dengan mereka
suatu hari nanti. Dan aku bertanya bagaimana Nenek menjalani hidupnya.
Seketika Nenek mengucapkan bahwa dari kecil hingga menjadi dewasa lalu
menjadi tua aku melewati kehidupan dengan melakukan hal-hal yang ku suka dan
juga bersama orang yang kusuka, yang berarti aku tidak butuh apapun lagi.
Analisis:
Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Nenek yang bertanya tentang
apa yang terjadi sehingga Koyanagi Nanoka menceritakan tentang teman-
temannya yang menghilang
Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat
bahwa sikap keterbukaan Koyanagi Nanoka kepada Nenek yang awalnya dia tidak
mengatakan apa-apa tetapi karena Nenek yang bertanya sekali lagi dan Koyanagi
Nanoka pun menceritakan apa yang terjadi padanya.
Sehingga Nenek yang mendengarkan cerita Koyanagi Nanoka mengatakan
bahwa suatu hari nanti dia bisa bertemu dengan Abazure-san dan Minami-san
berkat keyakinan yang dimiliki Koyanagi Nanoka.
Nilai yang dapat di ambil dari cuplikan teks di atas adalah keterbukaan
Koyanagi Nanoka kepada Nenek yang membuat dia merasa bahwa Nenek adalah
orang yang tepat di ajak bicara.
Universitas Sumatera Utara
39
3.3 Analisis Nilai-Nilai Pragmatik Tokoh Utama Koyanagi Nanoka dalam
Novel “ Mata, Onaji Yume wo Miteita” Karya Sumino Yoru
3.3.1 Percaya Diri
Cuplikan 1 hal 1-2
Sensei, rasanya aku jadi sinting, boleh tidak ikut pelajaran olahraga hari
ini ?.
Namun sensei berkata, “setelah pelajaran selesai datanglah ke ruang guru.”
Ditambah lagi, aku disuruh berlari di halaman sekolah untuk pelajaran olahraga.
Aku, Koyanagi Nanoka sama sekali tidak terima semua itu.
Setelah semua itu temanku pulang, hanya aku sendiri yang di panggil ke
ruang guru, karena itu, aku pun sadar alasan Sensei memanggilku adalah untuk
memberi sebuah peringatan.
Namun, saat berhadapan dengan Sensei aku juga tidak merasa bersalah.
Mungkin Sensei pikir aku mengatakan hal yang tidak masuk akal, tetapi aku pun
sudah memperhitungkan bahkan aku memperhitungkan aku akan berhasil.
Kesempatan untuk berhasil dalam hal apa ?, tanyanya dengan wajah yang
ramah.
Tidak mau kalah, aku pun melipat tangan dan memberi tahu Sensei.
Kemarin aku menonton TV, mengenai orang yang mengungkapkan
pendapat mereka tentang sebuah kasus yang terjadi di suatu tempat disana ada
dosen universitas yang tampaknya hebat bilang, ‘di Jepang, orang yang sinting
adalah orang yang bisa lolos dari hal yang tidak menyenangkan’.
Universitas Sumatera Utara
40
Jadi kalau dosen di universitas berkata seperti itu, anak SD pun bisa
memahami logikanya, kan?. Soalnya di bawah universitas ada SMA, di bawah
SMA, ada SMP. Di bahwanya lagi ada SD.
Aku rasa Sensei yang akan kagum pada perkataanku, jadi aku
membusungkan dada dan mengungkapkan isi pikiranku.
Analisis :
Dari cuplikan di atas dapat dilihat adanya sikap percaya diri yang di
tunjukkan tokoh utama yaitu Koyanagi Nanoka yang merasa bahwa apa yang dia
lakukan itu benar dan tetap yakin akan perbuatannya.
Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams merupakan
pribadi yang percaya diri, cuplikan teks yang menunjukkan bahwa dia yang
merasa percaya diri akan dirinya meskipun dia anak SD. Tetapi Koyanagi Nanoka
dengan tegas menjelaskan apa yang di maksud secara jelas tanpa adanya keraguan
sama sekali meskipun dia tahu sensei berpikir itu tidak masuk akal.
Nilai yang dapat diambil dalam novel ini adalah setiap manusia harus
memiliki sikap percaya diri, terutama untuk anak-anak. Sehingga adanya sikap ini
dapat mengajarkan kita bahwa adanya keraguan tidak akan ditemukan pada anak
yang mempunyai kepercayaan diri sehingga dengan adanya kepercayaan diri pada
anak dapat mengembangkan pola pikir anak dengan adanya sikap ini
menumbuhkan rasa keingintahuan yang besar maupun berani untuk mengeluarkan
pendapat secara tegas.
Cuplikan 2 hal 41
“Kau sedang melukis apa?”
“bukan apa-apa.”
Universitas Sumatera Utara
41
Aku tahu Kiryu-kun yang duduk di sebelah itu berbohong. Tadi dia sedang
menggambar, dia juga sering membuat skesta ketika sedang pelajaran. Mungkin
dia memang bermaksud menyembunyikannya, tapi aku bisa melihatnya dari
tempat dudukku.
Dia memiliki bakat membuat lukisan yang indah, menurutku lebih baik dia
menunjukkanya kepada teman-teman, dia juga tidak melakukannya. Dia lebih
memilih melukis dalam diam karena lukisannya pernah menjadi bahan olok-
olokan para anak bodoh itu- beberapa kali.
“Hidup Kiryu-kun itu sama seperti bakteri dalam gigi.”
“M, maksud mu apa?”
Kalau tidak suka, kau harus melakukan sesuatu padanya. Lain kali, kalau
mereka mengganggumu kau bisa menyemburkan ludah ke wajah mereka, kataku
saat kembali ke tempat duduk .
Kiryu-kun sama sekali tidak memandang ke arahku ketika membalas
kalimatku.
M, Mustahil, dengan suara kecil.
Tepat ketika aku berkata, “Kau tidak boleh punya sifat lemah seperti itu.”
Analisis :
Dari cuplikan teks di atas bahwa Koyanagi Nanoka yang duduk
bersampingan dengan Kiryu-kun selalu memperhatikannya yang suka melukis dan
sering di tindas oleh temannya yang di anggapnya sebagai anak bodoh. Sehingga
dia memberitahukan Kiryu-kun agar lebih terbuka ataupun percaya diri pada
bakatnya karena menurut Koyanagi Nanoka sendiri lukisannya itu indah.
Universitas Sumatera Utara
42
Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams penulis melihat
bahwa Koyanagi Nanoka yang percaya diri dengan mengatakan kalimat filosofi
nya kepada Kiryu-kun. Bahwa dia harus melakukan sesuatu pada sikap orang
yang sering melakukan penindasan padanya agar tidak terjadi hal yang sama lagi,
dan dapat dilihat juga dari teks cuplikan di atas Kiryu-kun yang mempunyai sifat
pemalu yang menjadikan dia bahan incaran dalam penindasan. Sehingga
Koyanagi Nanoka yang dengan sikap percaya dirinya berkata dia tidak boleh
memiliki sifat lemah karena orang lemah cendrung tidak punya kepercayaan diri
pada dirinya sendiri.
Nilai yang dapat di ambil dari teks tersebut adalah sikap percaya diri yang
ditujukan oleh tokoh utama yaitu Koyanagi Nanoka kepada tokoh lain yaitu
Kiryu-kun dalam menghadapi penindasan yang di alaminya sehingga sikap
percaya diri memberikan seseorang tidak lemah dan berani dalam menghadapi
penindasan.
Cuplikan 3 hal 56
“Kau sendirian?”
Tidak masalah kan, lagi pula aku tidak merasa butuh teman.
Benar sekali. Aku juga berpendapat sama denganmu soal itu. Padahal kau
cuma anak kecil, tapi gaya bicaramu sombong sekali.
Aku sama sekali tidak menyombongkan diri. Yah, tapi jika di banding
dengan anak-anak di luar sana, aku mungkin lebih hebat. Soalnya aku tahu
tentang keindahan sebuah novel.
Kau pasti di benci teman-temanmu, kan?
“Mungkin,ya.” Minami-san?. “Kenapa kau menyayat nadimu?”
Universitas Sumatera Utara
43
“Kenapa aku harus menjelaskan hal itu kepada orang yang baru pertama
kutemui?”
Tidak apa, kan? Aku bukan tipe yang akan membocorkan rahasia
“Bagaimana kalau aku ternyata orang yang berbahaya?”, anak kecil
sepertimu bisa terbunuh loh.
Aku akan baik-baik saja, aku tidak mencium aroma bahaya padamu artinya
aku tidak mencium aroma tidak menyenangkan orang dewasa darimu.
Analisis:
Dari cuplikan teks di atas Koyanagi Nanoka dengan sikapnya yang percaya
bahwa dia tidak membutuhkan seorang teman dapat di lihat dia anak yang mandiri
yang tidak menjadikan dia menjadi penyendiri. Sehingga dia berbeda dengan anak
SD yang lainnya.
Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams, penulis dapat
melihat bahwa Koyanagi Nanoka memiliki sifat percaya diri yang tinggi. Yang
dapat dilihat dia memiliki pemikiran yang melebihi anak-anak pada umumnya
yang meskipun tidak membutuhkan teman. Dia juga tidak menyangkal akan hal
teman-teman yang membencinya dan sikap Koyanagi Nanoka dalam menanyakan
hal mengenai Minami-san sangatlah percaya diri, karena bisa dilihat dia baru
pertama bertemu dengannya tetapi tidak takut dan tetap meyakinkan Minami-san
bahwa dia anak yang bisa di percaya. Serta sikap Koyanagi Nanoka yang percaya
bahwa tidak adanya aroma yang berbahaya dari Minami-san.
Nilai yang dapat di ambil dari teks tersebut adalah sikap yang jujur dan
dapat di percaya menghasilkan sikap percaya diri terhadap diri sendiri. dimana
ketika seseorang yang baru saja bertemu tetapi bisa melakukan interaksi tanpa
Universitas Sumatera Utara
44
adanya rasa tidak nyaman pada orang tersebut karena adanya keyakinan dari diri
sendiri.
3.3.2 Kepedulian
Cuplikan 1 hal 53
Namun, berikunya waktu kian bergerak supercepat. Dan disinilah awal
pertemuanku dengan Minami-san.
Minami-san yang duduk di sekitar ujung anak tangga dan aku, menjerit
ketakutan bersama-sama. Hanya si ekor putus yang berlarian menuju rooftop yang
terlihat gembira. Minami-san menjatuhkan silet hingga berdenting ke lantai batu.
Aku terkejut, namun setelah mengamati Minami-san dan silet dan
pergelangan tangannya, aku kembali terkejut. Darah yang menetes dari
pergelangan tangannya.
Apa yang telah kau lakukan?. Lukamu harus segera diobati!. “Aku punya
plester luka, pakai ini lalu kita segera ke rumah sakit!”
“Dengar, ya aku ini baik-baik saja. Jadi jangan berisik!”
Minami-san malah jauh lebih tenang menghadapiku yang panik. Benar-
benar, anak SMA itu hebat sekali aku baru tahu Minami-san adalah anak SMA
beberapa saat kemudian.
Demi mewujudkan keinginan Minami-san, bagaimanapun caranya aku
harus bisa tenang menggunakan cara yang diajarkan oleh Hitomi-sensei.
Universitas Sumatera Utara
45
Tarik napas, buang napas. Setelahnya udara di dalam jantungku membuat
celah seperti ketika mengenakan piama kebesaran. Perasaanku jauh lebih lega.
Analisis:
Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa awal pertemuannya dengan
Minami-san yang membuatnya terkejut karena Minami-san yang menyayat
pergelangan tangannya yang membuat Koyanagi Nanoka yang panik dan
langsung menyerahkan plester serta mengajaknya berobat.
Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams yang dapat
dilihat dalam teks di atas adanya nilai pragmatik dari Koyanagi Nanoka yang
menanggapi orang yang pertama kali dia temui meskipun dia sendiri masih anak-
anak tapi kepeduliannya yang besar. Sehingga langsung menawarkan bantuan
pada orang dewasa yang jauh umur dengannya padahal bisa dilihat bahwa
Minami-san sendiri yang lebih tenang darinya. Tetapi karena kepedulian
Koyanagi Nanoka diapun menenangkan dirinya terlebih dahulu.
Nilai yang dapat di ambil dari teks di atas adalah sikap yang memberikan
peduli akan sesama manusia, karena hidup ini sama halnya dengan berdampingan
dengan manusia lain. Adanya rasa kepedulian kepada seseorang yang terluka
tanpa membeda-bedakan siapa yang di tolong.
Cuplikan 3 hal 112-113
“Kebahagiaan itu apa mendadak minami-san bertanya hal tersebut padaku.”
Apakah kau sudah menemukan jawabannya?. Aku sudah menemukannya.
Universitas Sumatera Utara
46
Apa jawabanmu..?. Minami-san bersikap seolah-lah memandangku, dia
memandang langit dan berkata dengan suara gemangnya di lantai.
“Mendapatkan pengakuan, bahwa aku boleh berada disini adalah
kebahagianku.” Hei bocah bukannya waktunya untuk pulang!
“Aku tidak ingin pulang”
Apa yang kau katakan!. Orang tuamu akan kahwatir. Aku teringat semuanya.
Aku tidak ingin kau menjadi seperti aku yang membiarkan pertengkaran hingga
akhirnya tidak lagi bisa bertemu. Karena itu, berjanjilah tidak bisa hari ini pun
tidak apa besok pun tidak apa-apa. Yang penting berjanjilah untuk berdamai
dengan orang tuamu. Waktu itu… tidak akan pernah kembali.
“Hidup itu seperti cerita yang kau tulis sendiri.” Yang artinya bagaimana
kau mengubah menjadi happy ending semua tergantung bagaimana usahamu
memperbaiki dan menyempurnakannya.
Minami-san menyikap poninya, memandang ke dalam mataku. Ekspresi
Minami-san yang baru pertama kulihat, tampak jernih seperti Abazure-san dan
juga ramah seperti Nenek. Dia sangat menawan. Aku bukan anak yang masa
bodoh dengan permohonan temanku. Akan tetapi, aku juga bukan anak bodoh
yang bisa segera lupa dengan hal yang kemarin terjadi.
Apa yang hal benar, apa yang pandai dan apa yang baik. Setelah berpikir
lama, aku memandang wajah Minami-san. Terimakasih, tapi minami-san juga
harus berjanji padaku. Kali ini giliran Minami-san yang memandangku dengan
heran.
Universitas Sumatera Utara
47
“Untuk menerbitkan buku?”
Itu adalah salah satunya juga. Tapi aku ingin kau berjanji lebih dari itu.
Minami-san kau sudah memahami apa itu kebahagiaan, bukan?. Tapi sebelum ini
kau pernah berkata bahwa kau tidak bahagia.
Aku juga tidak suka temanku tidak bahagia. Jadi kumohon Minami-san
juga harus menulis ulang ceritamu sendiri. Hal itu membuatku tidak bisa tidak
mendoakan kebahagiaan Minami-san. Aku berharap temanku selalu tertawa.
Tak lama kemudian ketika aku mengunjunginya dan ingin mengucapkan
terima kasih pada Minami-san hilang secara misterius.
Analisis:
Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Minami-san yang peduli pada
Koyanagi Nanoka sehingga dia memberikan nasihat padanya agar mau berjanji
berbaikan dengan orang tuanya, karena waktu tidak akan kembali. Sehingga
Koyanagi Nanoka yang menanggapi Minami-san menganggap itu serius dan tidak
juga melupakan kejadian yang terjadi dengannya. Meskipun begitu dia tetap
peduli dan berjanji pada Minami-san sehingga dia juga berharap agar Minami-san
juga bisa bahagia karena Koyanagi Nanoka ingin melihat temannya bahagia dan
selalu tertawa.
Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat
bahwa Minami-san yang peduli terhadap Koyanagi Nanoka dan berharap dia bisa
berbaikan dengan orang tuanya. Serta Koyanagi Nanoka yang juga peduli kepada
Minami-san yang sudah dia anggap sebagai teman yang memikirkan
Universitas Sumatera Utara
48
permintaanya dan juga peduli akan kebahagiaan Minami-san sendiri. Dan setelah
masalah Koyanagi Nanoka selesai Minami-san menghilang secara misterius.
Nilai yang dapat di ambil dari teks di atas adalah memberikan nasihat pada
seseorang yang berharga berharga bagi kita menunjukkan rasa kepedulian yang
besar kepada orang tersebut. Sehingga memberikan kekuatan antara satu dengan
yang lainnya yang timbulnya rasa kepedulian menjadikan seseorang ingin
memahami orang tersebut dan dapat meningkatkan rasa solidaritas antar sesama
dan adanya rasa saling menghargai yang timbul dari sikap menyayangi yang
tumbuh dari sikap peduli.
Cuplikan 4 hal 186
“Aku membawakan kopian. Dan, juga salinan pelajaran hari ini.”
Bukan Hitomi-sensei yang… mengantar?
Aku yang menggantikan Hitomi-sensei. Aku juga telah menyalin catatan di
kertas. Selain itu, ada hal yang ingin ku sampaikan kepada Kiryu-kun” . Aku pun
melanjutkan kata-kata. Dengar, Kiryu-kun aku ini temanmu. Tidak pernah sekali
pun aku berfikir menjadi musuhmu. Oleh karena itu, kau tenang saja dan
masuklah sekolah. Mungkin Kiryu-kun hanya salah paham, tapi aku benar-benar
temanmu. Kalau ada hal yang mengganggumu, aku dan Hitomi-sensei akan
bersama-sama membantu melawan. Itulah kenapa Kiryu-kun pun harus berusaha
untuk melawannya juga. Bagaimanapun juga, hidup itu seperti pelari pertama
dalam estafet. Selama diri sendiri tidak mulai bergerak. Tidak akan memulai
apapun.
Universitas Sumatera Utara
49
Analisis:
Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka yang
mengantarkan kopian tugas untuk Kiryu-kun dan bisa di lihat dari teks tersebut
bahwa Koyanagi Nanoka yang perhatian pada Kiryu-kun dan menganggap dia
sebagai temannya.
Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat
bahwa Koyanagi Nanoka peduli pada Kiryu-kun yang membawakan kopian tugas
serta menyalin catatan untuknya dan bisa dilihat. Dari cuplikan teks di atas bahwa
Koyanagi Nanoka yang menganggap Kiryu-kun sebagai teman meyakinkan
bahwa dia bukanlah musuh dan ingin membantu Kiryu-kun agar mau pergi ke
sekolah.
Nilai yang dapat di ambil dari cuplikan teks di atas adalah adalah adalah
rasa kepedulian yang timbul dari hati yang terbuka mau berbagi untuk sesamanya
tanpa di dorong atau disertai alasan-alasan tanpa meminta imbalan apapun yang
memberikan sifat bahwa mengeluarkan pendapat mengenai suatu hal sangatlah
penting untuk lawan bicara.
3.3.3 Kecerdasan
Cuplikan 1 hal 16-17
“Minuman itu manis?” tanyaku.
“Manis, tapi pahit.”
Universitas Sumatera Utara
50
“Kenapa malah meminum yang pahit? Abazure-san juga minum kopi, kan? .
Itu juga pahit sekali. Kau memaksakan diri?”
“Tidak, aku minum karena aku suka sake dan kopi. Waktu masih kecil, aku
juga tidak bisa meminum kopi, hanya orang dewasa yang bisa bersyukur atas rasa
pahit.”
“Kalau begitu mungkinkah ada hari aku bisa menganggap nikmat rasa pahit
itu juga?”. Mungkin hari itu akan tiba. Tapi, kau tidak perlu memaksakan diri
meminumnya. Menurutku, menarik kok menganggap hanya makanan manis yang
lezat.”
“Hidup itu seperti puding, ya.”
“Apa artinya?”
“Padahal bagian yang manisnya saja sudah nikmat, tapi ada orang-orang
yang bersyukur atas rasa pahitnya.”
“Haha. Benar, seperti itu.” Abazure-san tertawa. Sambil meneguk birnya,
dia melanjutkan, “ Nona kecil benar-benar pandai.”
Analisis:
Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka sedang
bersama Abazure-san dan dia melihatnya sedang meminum kopi yang merasa
bahwa kopi itu sangat pahit, dan kenapa ada orang yang mau meminumnya.
Sedangkan dia sendiri tidak suka dengan rasa pahit karena dia masih anak-anak
dan mungkin suatu saat nanti dia akan dapat meminumnya.
Universitas Sumatera Utara
51
Dari segi pragmatik sesaui dengan penjelasan teori Abrams, dapat dilihat
bahwa Koyanagi Nanoka yang mempunyai rasa keingintahuan kepada orang
dewasa yang suka menikmati rasa pahit, dari sini dapat dilihat kecerdasan
Koyanagi Nanoka yang masih anak-anak mengerti akan sebuah rasa pahit yang
dia gambarkan ke dalam bentuk filosofi. Yang mengibaratkan sebuah kehidupan
yang bisa di perumpamakan bahwa rata-rata puding di Jepang terdiri atas dua
lapis. Campuran telur dan susu di bagian atas dan sasus karamel (gula yang di
panaskan) di bagian bawah. Yang menggambarkan sebuah kehidupan itu sendiri
menurut pendapat yang di utarakan Koyanagi Nanoka .
Nilai yang dapat di ambil dari cuplikan teks di atas adalah adanya
kecerdasan yang bermanfaat dalam cara berpikir yang di terapkan pada seorang
anak dalam mengambil pemilihan kata yang di ucapkan dalam hal menanggapi
sebuah kehidupan. Sehingga memberikan penjelasan bahwa kehidupan ini ada
manisnya dan ada pahitnya yang membuat kita bersyukur akan hal itu.
Cuplikan 2 hal 103-104
Cerita yang aku tulis bukanlah apa-apa, tidak juga luar biasa. Aku hanya
suka menyusun sebuah kata-kata, di dunia ini sangat banyak orang yang jauh
lebih berbakat dariku. Cerita yang ku tulis itu sama sekali tidaklah menarik. Aku
itu tidak mungkin menjadi seorang penulis.
Aku menerima kata-kata Minami-san dengan kemampuan sebatas anak
kecil. Apa yang Minami-san katakan itu benar-benar aneh. “Bukankah Minami-
san sudah jadi seorang penulis?”. Bukankah seorang disebut penulis ketika bisa
membuat sebuah dunia baru di hati seseorang yang membaca ceritanya?. Kalau
Universitas Sumatera Utara
52
begitu, aku juga memang belum bisa di sebut penulis tetapi Minami-san adalah
seorang penulis, soalnya di dalam hatiku sudah terbentuk sebuah dunia baru yang
sangat indah.
Tentu saja apa yang di sebut dengan pekerjaan adalah sesuatu yang
menghasilkan uang tentunya, tetapi menurut ku mereka yang disebut sebagai
penulis akan mendapat uang dari menjual bukunya. Bahkan anak kecil seperti aku
sudah dapat memahaminya, namun aku tidak pernah berpikir bahwa seorang
penulis adalah sebuah pekerjaan. Menurutku, menulis sebuah cerita dan menjual
buku demi uang adalah dua pekerjaan yang sangat berbeda.
Bagiku seorang penulis bukanlah orang yang menjual buku. Mereka adalah
orang-orang mengagumkan yang dapat membuat dunia baru di hati orang lain
dengan membuat cerita-cerita di dalamnya, begitulah pemikiranku. Nama
Minami-san pun juga ada di deretan nama orang-orang itu menurutku.
Analisis:
Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat Koyanagi Nanoka yang mengagumi
cerita yang dibuat oleh Minami-san sehingga dia menganggapnya sebagai seorang
penulis tetapi, dari Minami-san sendiri beranggapan bahwa dia bukanlah
seseorang penulis yang seperti di bayangkan oleh Koyanagi Nanoka. Dia yang
menganggap hal itu aneh dan menyatakan bahwa penulis adalah seorang yang
menciptakan dunia yang baru di hati seseorang.
Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams, dapat dilihat
bahwa adanya kecerdasan Koyanagi Nanoka dalam menanggapi tentang seorang
penulis yang menurut dia penulis bukan hanya sebagai penjual buku melainkan
Universitas Sumatera Utara
53
dapat mengerti ataupun menciptakan dunia yang baru kepada seseorang. Sehingga
cara berpikir Koyanagi Nanoka yang berkata anak kecil seperti dia bisa
memahaminya yang mengerti seorang penulis yang bisa di lihat bahwa
pemikirannya yang memikirkan jauh lebih dewasa di bandingkan anak-anak yang
seusianya.
Nilai yang dapat di ambil dari cupilkan teks di atas adalah kecerdasaan yang
ada pada seseorang memberikan sesuatu untuk cara berpikir yang berbeda
sehingga menjadikan seorang anak yang berpikir kritis dan dapat memberikan
pendapatnya sendiri dalam menjelaskan sesuatu yang berkaitan dengan keindahan
novel dengan cara pandang yang berbeda.
Cuplikan 3 hal 155-156
“Nona kecil pasti ingin berbaikan dengan anak itu kan?”
Bagaimana ya, mungkin sejak awal hubungan di antara kami bisa juga di
katakan baik sampai harus saling berdamai.
“Kalau kau tidak ingin berbaikan, kau pasti tidak memikirkan perasaanya
juga kan?”
Mungkin memang benar seperti itu. Mengapa aku terlalu memikirkanya,
ya?. Jadi, karena aku tidak paham, hal itu tampaknya cukup untuk di anggap
sebagai jawaban.
Berhubung sudah memikirkanya sejauh ini, jadi sebaiknya nona kecil
menemukan jawaban semampumu baru kau akan memutuskan selanjutnya apa
yang di lakukan.
Universitas Sumatera Utara
54
Baiklah aku akan memikirkannya sendiri. Tapi, hidup itu seperti cara
pendekatan seekor burung merak, ya?
“Apa artinya?”
“Membutuhkan kata kunci”. Aku melukiskan beberapa huruf kanji di udara
dengan jari. Abazure-san pun langsung memahami apa yang ingin aku katakan.
“Oh, ‘elegan’ dan ‘bulu’?. Seperti biasa, kau memang pandai,” katanya memujiku.
Analisis:
Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka yang
memikirkan seorang anak yang di maksud adalah Kiryu-kun dan meminta saran
pada Abazure-san.
Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat
bahwa Koyanagi Nanoka yang cara berbaikan dengan Kiryu-kun. Sehingga dapat
dilihat sikap kecerdasannya yang menggunakan kalimat filosofi yang mengatakan
bahwa hidup itu seperti cara pendekatan seekor burung merak yang membutuhkan
kata kunci, yang di maksud Koyanagi Nanoka disini berkata hin to hane yang
berarti ‘elegan’ dan ‘bulu’. Burung merak melakukan pendekatan dengan cara
pejantan yang menegakkan bulu ekornya untuk menggaet sang betina. Yang
berarti Koyanagi Nanoka yang menganggap bahwa berbaikan dengan Kiryu-kun
seperti dia harus menarik perhatian Kiryu-kun dengan cara elegan sehingga bisa di
lihat bahwa menarik perhatiannya burung merak pejantan dalam menggaet betina
sangat sulit Koyanagi Nanoka menggambarkannya seperti situasinya sekarang
bahwa betapa sulitnya cara memikirkan agar dia berbaikan dengan Kiryu-kun.
Universitas Sumatera Utara
55
Nilai yang dapat di ambil dari cuplikan teks di atas adalah adanya sikap
kecerdasan seorang anak yang memikirkan apa jalan yang terbaik yang harus di
lakukan sehingga tidak adanya salah pilihan dalam tindakan yang di lakukan,
dengan memikirkan solusi yang terbaik untuk kedepannya.
3.3.4 Pantang Menyerah
Cuplikan 1 hal 54- 55
Apa ada yang aneh dengan otakmu?
“Mungkin saja”
Ternyata ketika otak menjadi aneh, kau bisa memotong lengan sendiri, ya.
Kalau aku pasti tidak akan bisa soalnya aku benci rasa sakit.
“Aku juga benci rasa sakit”
“Tapi, kau tetap memotong lengan sendiri. Otakmu sungguh sangatlah
aneh.”
“Kau ini berisik sekali! Cepat pergi dari sini!”
Aku sama sekali tidak mendengarkan kata-kata Minami-san, sebaliknya aku
justru melangkah untuk memasuki rooftop tersebut. Kemudian aku ikut duduk
berdampingan dengan si ekor putus dan Minami-san, aku mengamati pergelangan
tangannya yang berdarah. Sepertinya Minami-san tidak menyukai sikapku ini, tapi
aku juga tidak bisa meninggalkan orang yang sedang terluka. Namun teryata
melihat luka iris yang tampak menyakitkan itu, membuatku ngeri. Karenanya, aku
memandang wajah Minami-san.
Universitas Sumatera Utara
56
“Pergelangan tanganmu. Terlihat sangat sakit”
“Anak kecil lebih baik cepat pulang.”
“Minami-san, kenapa ada di tempat ini?”
Tidak ada hubungannya denganmu!.
Analisis:
Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka yang
mengatakan dengan jujur apa yang di pikirannya yang membuat dia penasaran
pada Minami-san yang melukai tangganya meskipun dari Minami-san sendiri
tidak serius dalam menanggapinya.
Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat
bahwa sifat Koyanagi Nanoka yang pantang menyerah dalam keingintahuannya
untuk mengetahui penyebab irisan tangan Minami-san. Meskipun Minami sendiri
tidak mau memberitahukan Koyanagi Nanoka malahan menyuruh dia untuk cepat
pulang tetapi, dapat dilihat Koyanagi Nanoka yang pantang menyerah tetap
memberikan pertanyaan kepada Minami-san. Dan memanggil namanya yang
dilihat di baju sekolah yang di kenakan oleh Minami-san. Bisa di lihat pada teks
cuplikan di atas bahwa sikap Koyanagi Nanoka pasti membuat Minami-san
merasa tidak menyukainya tetapi dia tidak bisa mengabaikan seseorang yang
terluka dan tetap berada di sisinya meskipun dia juga merasa ngeri dengan
lukanya.
Nilai yang dapat di ambil dari cuplikan teks di atas adalah rasa
keingintahuan Koyanagi Nanoka yang besar dapat membuat dia untuk tidak
Universitas Sumatera Utara
57
menyerah. Meskipun adanya penolakan dari orang tersebut tetapi, karena adanya
sikap jujur dan ingin membantu sesama yang terjadi baik di mana pun tanpa
memandang latar belakang orang tersebut sehingga sikap pantang menyerah
menjadikan seseorang memiliki semangat tinggi untuk mencapainya.
Cuplikan 2 hal 172-173
Aku kembali menghampiri Hitomi-sensei untuk melaporkan yang sudah
kuputuskan kemarin. Kopian pelajaran yang Hitomi-sensei antarkan ke rumah
Kiryu-kun, hari ini aku yang akan mengantarnya. Aku juga harus menyampaikan
sesuatu yang penting kepada Kiryu-kun.
Namun, meski Sensei berpikir aku salah satu penyebab, aku tidak berniat
untuk menyerah. Hitomi sensei pernah memintaku untuk menjadi teman Kiryu-
kun, kan?. Pembela kebenaran tidak akan berhenti menjadi teman hanya karena
dia tidak dianggap, pembela kebenaran itu akan datang ke tempat orang lemah.
Lalu aku pun menambahkan, tentu saja penjahatnya adalah anak-anak laki
bodoh itu Hitomi-sensei masih terlihat bimbang. Aku pun berusaha memikirkan
cara lain seandainya Hitomi-sensei tidak menyetujui ideku ini. Aku selalu
berpendapat agar sebisa mungkin tunduk apa yang di katakan oleh guru
kesukaanku, Hitomi-sensei.
Oleh karenanya jika Hitomi-sensei tidak mengijinkanku aku memutuskan
untuk datang sendiri ke rumah Kiryu-kun lagi pula tidak semua perkataan orang
dewasa adalah benar, kan?. Begitu yang pernah Hitomi-sensei katakan.
Universitas Sumatera Utara
58
Tentu saja, lebih-lebih perkataan anak kecil seperti aku ini, tidak semuanya
benar. Apa yang di putuskan Hitomi-sensei setelah kebimbangannya itu berarti
sensei percaya padaku dan memutuskannya.
“Baiklah, kopian hari ini aku serahkan kepada Koyanagi-san?”
“Aku akan menjalankan tugasku dengan baik.”
Analisis :
Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Nanoka yang menemui
Hitomi-sensei berniat untuk mengantarkan kopian tugas ke rumah Kiryu-kun,
tetapi karena kebimbangan dari Hitomi-sensei. Koyanagi Nanoka berpikir tidak
akan dapat izin namun tidak di situ saja dia tetap memikirkan cara agar ke rumah
Kiryu-kun karena dia tidak menyerah untuk menjadi teman Kiryu-kun. Sehingga
apa yang di utarakan oleh Koyanagi Nanoka pun dapat tersampaikan ke Hitomi-
sensei dan mengijinkan dia untuk pergi kerumah Kiryu-kun.
Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat
bahwa sikap pantang menyerah Koyanagi Nanoka yang sudah memutuskan untuk
menemui Kiryu-kun menjadikan dia tidak menyerah meskipun itu tidak dapat izin
dari sensei dia tetap berpendirian bahwa dia harus ke rumah Kiryu-kun meskipun
dia tidak di anggap teman oleh Kiryu-kun tidak menyurutkan semangat Koyanagi
Nanoka untuk membela apa yang benar.
Nilai yang dapat di ambil dari cuplikan teks di atas adalah keyakinan akan
hal yang bisa kita lakukan ataupun kita targetkan dapat terwujud. Jika dapat
mengejar apa yang kamu yakini hingga mampu memikul tanggung jawab yang di
Universitas Sumatera Utara
59
berikan kepada diri sendiri sehingga memberikan rasa pantang menyerah dan
yakin dalam memikulnya.
3.3.5 Keberanian
Cuplikan 1 hal 148-149
“Ibuku bilang, ayah Kiryu-kun mencuri di supermarket dan di tangkap
polisi.”
Sambil menatap Kiryu-kun dari samping aku berpikir. Sudah kuduga yang
aku lihat waktu itu adalah ayah Kiryu-kun, namun aku masih belum paham
apakah kebenaran atau bukan.
Kiryu-kun tidak mengatakan apa-apa, hanya menunduk tanpa melihat ke
arah siapa pun. Mungkin si bodoh itu tidak menyukai gerak-geriknya.
Sudah kuduga, ayah dari orang yang selalu melukis gamar aneh, ternyata
adalah orang jahat. “Oh iya, waktu itu Takahashi kehilangan pengarisnya pasti itu
ulahmu, kan?. “Ternyata benar, anak pencuri juga akan jadi pencuri. Syukurlah
aku tidak lahir di keluarga Kiryu-kun.”
Maaf, Kiryu-kun, aku tidak bisa menunggu lagi bahkan aku sama sekali
tidak bisa merasa seperti itu. Sudah kuduga ini yang namanya bodoh, ya?.
Kumpulan mata anak lelaki bodoh itu langsung berkumpul ke arahku. “Eh?. Siapa
yang aku panggil bodoh tadi, ya?”. Rupanya kalian sudah sadar ya.
“ Hah?”, anak-anak lelaki itu khususnya si bodoh yang paling depan yang
melotot ke arahku, namun aku tidak takut sedikit pun di banding hal itu ada satu
Universitas Sumatera Utara
60
perasaan untuk Kiryu-kun yang semakin membesar membuatku sangat penasaran.
Itulah mengapa cemoohanku kepada anak-anak bodoh itu semakin meledak. Jujur
saja aku ingin mengutarakannya dengan suara lantang kepada Kiryu-kun si
pengecut itu. Anak pencuri adalah pencuri?. Teori dari mana itu jangan-jangan
kau berpikir “pencuri” itu adalah nama makhluk hidup atau sejenisnya? Kalau
mau mengguakan teori itu, berarti ayah dan ibumu sama sepertimu yang berarti
bodoh, tapi mereka bukan bodoh karena mereka bisa merawat si bodoh sepertimu.
Kalau begitu kau sendiri yang memutuskan untuk menjadi bodoh. Aku kasihan
pada ayah dan ibumu karena memiliki anak yang super bodoh seperti ini. Wajah
anak lelaki itu menjadi kemerahan. Dia marah bahkan reaksinya pun bodoh. Tiba-
tiba Kiryu-kun berteriak mengatakan hentikan kepadaku dan pergi keluar. Aku
merasa aneh dengan sikap Kiryu-kun padahal aku sudah membelanya.
Analisis :
Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat Koyanagi Nanoka yang tidak bisa
lagi menahan akan penindasan yang di lakukan oleh anak lelaki teman sekelasnya
kepada Kiryu-kun yang hanya diam saja tanpa adanya perlawanan. Sehingga
Koyanagi Nanoka yang menganggap Kiryu-kun lemah membalas perkataan anak
lelaki yang di sebut dia bodoh karena tidak bisa membedakan mana hal yang
benar.
Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat
Koyanagi Nanoka yang dengan berani dan merasa tidak benar membiarkan
penindasan yang terus berlanjut sehingga dia pun membela Kiryu-kun dan
memperingati anak-anak tersebut bahwa perkataanya sama sekali tidak berarti ,
Universitas Sumatera Utara
61
meskipun bukan dia yang di tindas Koyanagi Nanoka merasa tidak sepantasnya
penindasan terjadi.
Nilai yang dapat di ambil dari cuplikan teks di atas adalah membela
seseorang yang dianggap benar dan keberanian yang membuat Koyanagi Nanoka
bisa berpikir bahwa diam bukanlah cara yang baik untuk menyelesaikan
penindasan tetapi keberanian yang bisa melawan penindasan.
Cuplikan 2 hal 175
Semua orang mengabaikanku hari ini bahkan Ogiwara-kun satu-satunya
orang yang berbicara padaku di sekolah telah mengabaikanku dan menyebarkan
gosip ayah Kiryu-kun.
Kau ini apa-apaan?. Demi anak seorang pencuri sampai melakukan hal
seperti itu?, apa kau menyukai Kiryu-kun?. Dengan membawa ekspresi bodoh dan
sambil menyeringai anak laki-laki bodoh itu berkata kala aku sedang menyalin
catatan ke atas kertas.
Seperti yang di katakan si anak bodoh itu, catatan itu memang untuk Kiryu-
kun. Aku berpikir akan mengajarkan pelajaran dengan tulisanku yang rapi karena
bagaimana pun juga aku akan mengunjungi rumahnya.
Entah bagaimana aku berhasil mengembalikan kata-kata yang hampir hilang
karena kebodohan lawan bicaraku. Ya, paling tidak aku lebih menyukai Kiryu-
kun di bandingkan dengan kalian. Meski dia lemah di sangat hebat dalam
melukis.” Mungkin saja, aku berfikir demikian karena teringat oleh kata-kata
Nenek tentang seorang pelukis. Namun, meski si anak bodoh itu mengatakan hal
Universitas Sumatera Utara
62
yang nyaris benar sekali pun, bukan berarti ratusan kesalahannya itu bisa
dimaafkan.
“Berisik!”. Dalam sekejap setelah suara melengking si anak lelaki bodoh itu
terdengar di telingaku. Akhirnya aku sadar diriku baru saja di dorong sampai jatuh,
melihatnya saja aku langsung paham bahwa ini adalah kekerasan di sekolah.
“Teman-teman semua membencimu!”
Namun, sampai kapanpun aku terus duduk tidak ada yang satu pun orang
dari kelas ini yang bersedia mengulurkan tangannya. Aku pun menyampaikan isi
hati ku secara langsung “Semuanya pencuri”.
Analisis:
Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka yang
sedang menghadapi penindasan yang di lakuan oleh anak lelaki teman sekelasnya
karena dia membantu Kiryu-kun untuk membuat catatan sekolah sehingga
Koyanagi Nanoka menganggap sikap yang ditunjukkan anak lelaki itu adalah
sikap bodoh.
Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat
adanya keberanian Koyanagi Nanoka yang melawan penindasan yang di lakukan
oleh teman sekelasnya dan dapat dilihat lagi bahwa tidak ada satupun yang
membelanya saat menghadapi penindasan meskipun tidak ada yang membantunya
dia tetap teguh akan perkataannya meskipun ada perkatan dari anak tersebut yang
benar tetapi tidak membuat Koyanagi Nanoka membenarkan perbuataan yang
Universitas Sumatera Utara
63
dilakukannya. Sikap Koyanagi Nanoka disini yang membela Kiryu-kun dan tetap
membantu dia dalam hal memberikan catatan untuknya.
Nilai yang dapat di ambil dari cuplikan teks di atas adalah sikap yang berani
melawan seseorang yang di anggap salah dan membela seseorang yang
dianggapnya benar sehingga adanya keberanian memberikan sumber kekuatan
untuk tidak takut menghadapi orang yang sering menindas dan berani dalam
menegakkan keadilan adalah sebuah puncak dari keberanian itu sendiri.
Cuplikan 3 Hal 214-215
“Aku akan hidup tanpa terlibat oleh siapa pun”
Abazure-san yang mendengar kata-kata ku langsung berkata tidak boleh
seperti itu dan menceritakan mimpi yang sama di lihatnya lagi. Tentang seorang
anak yang tidak menghargai dirinya sendiri dan akhirnya terjerumus ke dalam hal
yang berbahaya. Makanya dari itu aku ingin Nona kecil tidak seperti anak yang
dalam mimpiku ini, nona kecil harus bahagia. Dan jangan bilang kalau kau ingin
tidak terlibat oleh siapa-siapa.
Dan seketika Abazure-san berkata bahwa dia sudah menemukan jawaban
dari kebahagiaannya yaitu adalah kebahagiaan ketika kemampuan untuk
memikirkan seseorang dengan serius sama halnya berkat Nona kecil aku akhirnya
bisa mengingat kembali bentuk kebahagiaanku.
Aku harusnya bagaimana?
“Kau bisa menempatkan dirimu saat sedang sedih apa yang kau inginkan
saat itu, misalnya nona kecil saat sedang sedih oleh siapa kau ingin dimarahi?”
Universitas Sumatera Utara
64
Tidak ada, sebaliknya aku hanya ingin ada yang duduk di sebelahku dan
mendengarkan ceritaku saat aku ingin makan manis ataupun saat bermain.
Kalau kau berpikir demikian lakukanlah seperti itu juga.
Namun satu-satunya kekhawatiran yang tertinggal justru menghentikan
gerak leherku. Seandainya aku sungguh-sungguh di benci?.
Abazure-san yang mengelus kepala ku dan berkata dia dia tidak akan di
benci dan berkata akan memikirkan gimana baiknya.
“Tenang saja kau memiliki keberanian kan?”
Benar juga, akan ku coba kulakukan, lagi pula aku sudah bilang sebelumnya.
Kalau diri sendiri tidak memulai bergerak tidak akan memulai apapun, aku
mengutarakannya pada Kiryu-kun kemarin.
Analisis:
Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka yang tidak
ingin terlibat dengan orang lain dan juga Abazure-san yang sudah menemukan
kebahagiaan dan menasihatinya.
Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat
bahwa Koyanagi Nanoka yang memiliki sifat berani meskipun di awal di merasa
khwatir tapi berkat Abazure-san yang memberikan dia nasihat dan menceritakan
kebahagiaannya membuat Koyanagi Nanoka kembali merasa berani kembali.
Nilai yang dapat di ambil dari teks cuplikan di atas adalah keberanian
Koyanagi Nanoka dalam mengambil keputusan meskipun awalnya merasa ragu
Universitas Sumatera Utara
65
tetapi darena adanya dorongan dari Abazure-san membuat dia tersadar dan
bangkit kembali.
Cuplikan 4 Hal 224-225
Hari itu langit sangat cerah. Tentu saja alasanku tidak pergi ke sekolah
adalah karena urusan yang lebih penting. Namun, jika boleh jujur menurutku
mungkin aku tidak perlu lagi pergi ke sekolah selamanya. Aku tahu dari televisi
ada yang namanya ‘lompat kelas’, aku ini anak yang pandai jadi mungkin saja
bisa menggunakan ‘lompat kelas’ itu. Namun, tidak seperti kata Abazure-san
menjadi pandai bukanlah segalanya. Bagiku yang bersekolah karena ingin
menjadi pandai, rasanya aku tidak lagi membutuhkan sekolah.
Tidak satu pun keraguan yang muncul ketika aku datang ke tempat ini. Hari
ini berbeda dengan ketika aku datang sebelumnya pertama, aku tidak mengajak
teman kecilku itu. Selain itu, sekarang masih pagi. Kemudian yang paling berbeda
adalah sudah tidak ada lagi niat untuk mendesaknya di dalam diriku. Namun, hari
ini sebelum melakukannya ada hal yang harus aku lakukan lebih dahulu. Supaya
seluruh perasaanku tersampaikan kepada lawan bicara, dengan sepenuh hati aku
pun berkata “Aku Koyanagi Nanoka, teman sekelas Kiryu-kun. Aku minta maaf
tentang tempo hari.”
Meski tidak berhadapan dengan lawan bicara, akau tetap menunduk. Saat
meminta maaf atau mengucapkan terima kasih, harus menunduk sepenuh hati.
Tidak ada perbedaan untuk anak pandai atau yang tidak pandai. Perasaanku ini
pun tersampaikan dengan baik kepada ibu Kiryu-kun, kan?. Lalu sama seperti
sebelumnya, ibu Kiryu-kun menyambutku dengan suara yang sangat ramah.
Universitas Sumatera Utara
66
Ketika akhirnya beliau muncul sekali lagi, aku menunduk. “Selamat pagi, aku
minta maaf untuk tempo hari.” Permintaan maaf itu sama dengan ketika aku
mengatakan Kiryu-kun sebagai pengecut adalah perasaanku yang sesungguhnya.
Meskipun sudah berbicara dengan Kiryu-kun dan jawabannya yang singkat
aku tetap menunggunya untuk keluar meskipun pembicaraan yang agak lama
Kiryu-kun pun keluar kamar dan bertanya kenapa aku masih mau datang, aku pun
berkata “Hidup itu seperti seorang teman”, selama ada cahaya saja ya sudah cukup.
Dan akhirnya karena pembicaraan kami yang panjang Kiryu-kun pun memutuskan
pergi ke sekolah bersama.
Analisis:
Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka yang
memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah karena ada masalah yang lebih penting
dan dia juga merasa bahwa sekolah tidak perlu lagi sebab dia bisa melompat kelas
karena dia anak yang pandai. Sehingga saat sampai tempat tujuan Koyanagi
Nanoka yang memikirkan dengan matang tujuannya untuk minta maaf kepada
Kiryu-kun dan mengutarakan pendapatnya secara sopan dan menyatakan tidak
adanya perbedaan antara anak pandai dan tidak.
Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams, dapat dilihat
bahwa Koyanagi Nanoka selaku tokoh utama menunjukkan rasa keberanian yang
dimana dia dalam mengambil keputusan, sehingga dia memutuskan untuk tidak
bersekolah dan memfokuskan untuk kerumah Kiryu-kun. Dapat di lihat sikap
Koyanagi Nanoka yang mau mengakui kesalahannya dan tetap bersikap sopan
santun kepada orang tua Kiryu-kun serta tidak menarik kata-katanya sendiri
Universitas Sumatera Utara
67
terhadap apa yang di ucapkannya kepada Kiryu-kun dan Koyanagi Nanoka juga
berkata hidup itu seperti cahaya yang dalam bahasa jepang itu Hikari yang
merupakan nama depan Kiryu-kun. Sehingga Koyanagi Nanoka merasa bahwa
jika ada Kiryu-kun saja sudah cukup untuknya dapat dilihat dari hasil dia
menunggu dengan sabar membuat Kiryu-kun keluar kamar dan mau pergi
kesekolah.
Nilai yang dapat di ambil dari cuplikan teks di atas adalah keteguhan hati
Koyanagi Nanoka yang bertindak tanpa membedakan mana yang pintar dan tidak
atau pun mana yang benar atau tidak dan sikap mau mengakui kesalahan apa yang
di perbuat dan tidak menyangkal apa yang telah di lakukan sehingga menjadikan
keberanian bagi setiap orang dalam mempertahankan pendirian dan kesadaran atas
perbuatannya.
Cuplikan 5 hal 305-306
Kebahagiaan itu adalah merasa senang, merasa bahagia, serta
memperlakukan orang terkasih dengan baik, memperlakukan diri kita sendiri
dengan baik juga, dan juga bisa memilih untuk bertindak dengan kesadaran
sendiri. Aku kembali melihat mimpi yang sama. Ketika melihat mimpi itu, aku
selalu memikirkan hal yang sama juga. Seolah diriku bertanya, apakah kau
bahagia?. Saat menjawab pertanyaan itulah aku bisa membusungkan dada dan
mengangguk setelah memastikan definisi kebahagiaan itu tidak berubah di dalam
diriku. Waktu aku masih kecil aku adalah seorang anak perempuan pintar yang
sok dewasa, mengatakan “Hidup itu seperti..”. Anak yang tidak memikirkan
sekitarnya, tidak memiliki teman atau sahabat.
Universitas Sumatera Utara
68
Namun, dari sinilah aku di pertemukan dengan orang-orang yang memimpin
jalan takdir anak ini ke arah yang lebih baik. Berkat mereka semua, aku bisa tetap
merasakan kebahagiaan ketika tumbuh menjadi orang dewasa. Abazure-san,
Minami-san dan Nenek, semakin lama aku pun semakin mengerti. Apa arti
Abazure-san, juga apa yang mungkin dia kerjakan.
Minami-san sesungguhnya bukanlah Minami-san. Pada hari kunjungan
orang tua waktu itu, terjadi sebuah kecelakaan pesawat. Arti dari kata Nenek
bahwa aku memiliki kemampuan untuk melihat hal yang akan terjadi aku
memahami semuanya. Mereka semua datang untuk menolongku, kan?. Lalu aku
yang masih anak-anak juga telah menolong mereka, kan?. Kami bertemu untuk
saling menolong, kan?. Setelah menjadi dewasa aku pun mengerti alasan yang ada
di balik hal-hal misterius itu. Namun aku tidak merasa itu hal yang menyedihkan.
Bagaimanapun juga, aku masih menyukai ketiga orang itu. Itulah mengapa
aku sendiri yang memilih, ingin menjadi seperti Minami-san- alat yang
kugunakan untuk bekerja adalah sebuah buku catatan biasa, ingin seperti Abazure-
san-aku yang tinggal di bangunan berwarna sama juga, ingin juga menjadi seperti
Nenek-aku mempelajari cara membuat kue sedikit demi sedikit dan hidup damai
yang tinggal dekat bukit.
Aku pun tidak tahu apakah aku menjadi orang dewasa yang mengagumkan
seperti mereka tetapi belakangan ini aku merasa wajah ku mirip dengan Minami-
san dan perlahan mirip dengan Abazure-san setelah beberapa tahun kemudian
pasti mirip dengan Nenek. Namun, hidupku berbeda dengan mereka. Berbeda
dengan mereka, aku bisa memilih kebahagiaanku.
Universitas Sumatera Utara
69
Analisis:
Dari cuplikan teks di atas dapat dilihat bahwa Koyanagi Nanoka yang
mendefinisikan arti dari sebuah kebahagiaan.
Dari segi pragmatik sesuai dengan penjelasan teori Abrams dapat dilihat
bahwa Koyanagi Nanoka memiliki sifat keberanian yang ada pada dirinya yang
sudah mengerti dari arti kebahagiaan dan menyadari bahwa ketika masih SD dia
menjadi anak yang merasa dirinya dewasa dan suka mengartikan sebuah
kehidupan. Sehingga Koyanagi Nanoka yang sudah dewasa menyadari bahwa
Abazure-san, Minami-san dan Nenek adalah orang dewasa yang menuntun jalan
kehidupannya meskipun kini dia semakin mirip dengan orang dewasa yang
ditemuinya, Koyanagi Nanoka memilih kebahagiaannya sendiri.
Nilai yang dapat di ambil dari cuplikan teks dia atas adalah keberanian
dalam memilih jalan kehidupannya sendiri yang bersikap bersyukur atas
kedatangan orang-orang yang menuntun langkahnya jujur menerima segala
dirinya sewaktu masih kecil dan belajar untuk menjadi lebih baik kedepannya
yang memberikan jawaban bahwa kebahagiaan bukanlah sesuatu yang datang dari
ujung sana tetapi kitalah yang memilih dan berusaha dalam meraihnya.
Universitas Sumatera Utara
70
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang sebelumnya, maka kesimpulan dari hasil analisis
dalam novel “Mata, Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru adalah sebagai
berikut:
1. Nilai pragmatik yang terkandung dalam novel ini adalah pertama
keterbukaan tokoh utama Koyanagi Nanoka di sekolah. Dimana dia dapat
menyampaikan pendapatnya sehingga terjalin hubungan yang baik antara
guru dan murid yang memberikan kedekatan agar terbuka dan saling
percaya. Kedua keterbukaan Koyanagi Nanoka di lingkungan umum.
Dimana dia memiliki pemikiran terbuka serta bersedia menerima pandangan
orang lain tentang masalahnya yang menjadiakan adanya perubahan
terhadap mengenai suatu masalah yang sedang di alami.
2. Nilai-nilai pragmatik tokoh utama Koyanagi Nanoka yang di ungkapkan
lainnya diantaranya adalah percaya diri, kepedulian, kecerdasan, pantang
menyerah, dan juga keberanian. Nilai yang paling dominan dalam novel ini
adalah kepedulian dan keberanian tokoh utama Koyanagi Nanoka. Memiliki
pemikiran cerdas sehingga menjadikan dia peduli terhadap orang lain dan
terjalin hubungan yang saling menghargai satu sama lain. Terbentuknya dari
sikap keberanian tokoh utama Koyanagi Nanoka yang membela apa yang
benar yang menjadikan dia tidak menyerah dengan masalah yang di hadapi.
Universitas Sumatera Utara
71
Sehingga Koyanagi Nanoka dapat memilih kebahagiaan dan jalan
kehidupannya sendiri.
4.2 Saran
Dengan adanya penelitian melalui skripsi ini penulis memiliki saran kepada
kepada pembaca yaitu sebagai berikut:
1. Diharapkan melalui skripsi ini agar dapat meningkatkan minat pembaca
dalam memahami karya sastra khususnya analisis pragmatik sastra. Karena
analisis pragmatik sastra berguna bagi pembaca dalam mendalami nilai-
nilai yang terkandung dalam karya sastra.
2. Diharapkan juga melalui skripsi ini agar minat pembaca dalam karya
sastra seperti novel lebih meningkat. Karena novel bukan hanya sebagai
hiburan saja melainkan terdapat pengajaran mengenai masalah kehidupan.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Algesindo
Aziez, Fuqonul dan Abdul Hasim.2010. Menganalisis Fiksi pengantar: Bogor
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Jakarta: MedPress
_________________. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : CAPS
Fananie, Zainuddin. 2000 . Telaah Sastra Surakarta: Muhammadiyah Univ Press
Jabrohim. 2012. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
________________.2005.Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
________________. 2009. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gajah Mada
Nursisto. 2000. Ikhtiar Kesusastraan Indonesia. Yogyakarta: Adi Cita Karya
Pradopo, Rachmad Djoko. 2005. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rangkuti, Fadilah Annisa.2018. Skripsi. Analisis Pragmatik Terhadap Cerita Novel
“ Secheduled“Suicide Day” Karya Akiyoshi Rikako. Medan: FIB USU
Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra.Yogyakarta: Graha
Sartika, Itha. 2011. Pendekatan Semiotik dalam Mengkaji Prosa
Fiksi.Online(http:ithasartikblogspot.com/2011/02/pendekatan-semiotik-
Universitas Sumatera Utara
Siregar, Dima Azura. 2018. Skripsi. Analisis Pragmatik Terhadap Cerita Novel
“Kimi No Suizou Wo Tabetai” Karya Sumino Yoru. Medan. FIB USU
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kaulitatif. Bandung: CV. Alfabeta
Sumardjo, Jakob .1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Wicaksono, Andri. 2014. Pengkajian Prosa Fiksi. Yogyakarta: garudhawaca
Yoru, Sumino. 2018. I Saw the Same Dream Again ( Terjemahan).
Depok: Penerbit Haru
http://www.rumpunsastra.com/2014010/contoh-analisis-dengan-
pendekatan_.diakses 6 maret
http://ja.m.wikipedia.org/wiki/suminoyorudiakses 6 maret
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
ANALISIS PRAGMATIK DALAM NOVEL “MATA, ONAJI YUME WO
MITEITA” KARYA SUMINO YORU
Novel ini bertemakan, tentang mencari arti kebahagiaan yang dilihat dari
sudut pandang anak SD. Novel ini meningkatkan kesadaran untuk melihat
kehidupan dengan lebih bermakna. Novel yang berlatar belakang kehidupan
masyarakat Jepang di zaman modren. Novel ini, menceritakan tentang ketika
Koyanagi Nanoka yang mengalami mimpi yang sama sejak saat menjadi anak SD.
Dia adalah gadis yang sangat pintar. Dan mendapat tugas dari Hitomi-sensei
mencari arti kebahagiaan.
Koyanagi Nanoka adalah anak yang sulit berinteraksi dengan teman
seusianya. Namun Koyanagi Nanoka adalah anak yang berani menghadapi
penindasan, sehingga hanya Kiryu-kun dan Ogiwara-kun yang sering berbicara
padanya. Koyanagi Nanoka sebenarnya anak yang sangat peduli namun teman-
teman sekelasnya menjauh darinya hanya karena dia pintar. Karena tidak
mempunyai teman seusianya dia bertemu dengan Abazure-san yang tinggal di
apartement. Minami-san yang suka menyayat pergelangan tangan, Nenek yang
tinggal di bukit dan kucing yang selalu menemaninya. Koyanagi Nanoka selalu
membicarakan banyak hal kepada orang dewasa yang ditemuinya, termasuk
masalah tugas di sekolahnya yang mencari arti kebahagiaan.
Kehidupan sehari-hari Koyanagi Nanoka perlahan berubah dalam mencari
arti kebahagiaan. Masalah pertama saat Koyanagi Nanoka bertengkar dengan
orangtuanya adanya kehadiran Minami-san, Abazure-san, dan juga Nenek yang
membantu masalah Koyanagi Nanoka. Dan secara misterius mereka menghilang
setiap masalah Koyanagi Nanoka dapat terselesaikan. Di saat itu, mereka yang
menceritakaan mimpi yang sama dilihat lagi dan juga sudah mengerti arti dari
kebahagiaan. Hilangnya mereka menjadikan hal yang sangat misterius dalam
kehidupan Koyanagi Nanoka.
Setelah dewasa Koyanagi Nanoka sudah mengerti dari menghilangnya
Abazure-san, Minami-san, dan Nenek secara misterius. Sehingga dengan adanya
Universitas Sumatera Utara
mereka yang telah merubah jalan kehidupan Koyanagi Nanoka jauh lebih baik dan
dapat bahagia setelah dewasa yang kini mengerti arti dari kebahagiaan.
Sehingga hasil dari penelitian ini adalah nilai pragmatik yang terkandung
dalam novel “ Mata, Onaji Yume wo Miteita” karya Sumino Yoru, pertama
keterbukaan tokoh utama Koyanagi Nanoka di sekolah. Dimana dia dapat
menyampaikan pendapatnya sehingga terjalin hubungan yang baik antara guru
dan murid yang, memberikan kedekatan agar terbuka dan saling percaya.
Sehingga menjadikan adanya keterbukaan interaksi guru dan murid yang saling
menjaga kejujuran. Kedua keterbukaan Koyanagi Nanoka di lingkungan umum.
Dimana dia memiliki pemikiran terbuka, serta bersedia menerima pandangan
orang lain tentang masalahnya. Menjadiakan adanya perubahan terhadap
pandangannya mengenai suatu masalah yang sedang di alami.
Nilai dari tokoh utama Koyanagi Nanoka yang memiliki sikap percaya diri,
kepedulian, kecerdasan, pantang menyerah, dan juga keberanian. Sehingga nilai
yang paling dominan dalam novel ini adalah kepedulian dan keberanian tokoh
utama Koyanagi Nanoka. Memiliki pemikiran cerdas sehingga menjadikan dia
peduli terhadap orang lain. Dan terjalin hubungan yang saling menghargai satu
sama lain. Terbentuknya dari sikap keberanian tokoh utama Koyanagi Nanoka ,
yang membela apa yang benar dan dapat memilih jalan kehidupannya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
要旨ようし
住野夜すみのよる
の作品さくひん
の「また、同おな
じ夢ゆめ
を見み
ていた」という小 説しょうせつ
における
プラグマティックの分析ぶんせき
この小 説しょうせつ
は小 学 生しょうがくせい
の視点してん
から見み
た幸福こうふく
の意味い み
を見み
つけることについ
てのテーマを持も
っていた。この 小 説しょうせつ
は 人生じんせい
をより有意義ゆういぎ
に見み
る意識いしき
を高たか
め
る。この 小 説しょうせつ
は現 代げんだい
の日本にほん
の生 活せいかつ
の 背 景はいけい
についての話はなし
であった。こ
の 小 説しょうせつ
は、小柳捺こやなぎな
ノの
花か
が 小 学 生しょうがくせい
の頃ころ
から同おな
じ夢ゆめ
を体 験たいけん
した時期じ き
を
物 語ものがた
っていた。彼 女かのじょ
はとても 頭あたま
がいい 女おんな
の子こ
で あった。 瞳 先 生ひとみせんせい
から 幸しあわ
せの意味い み
を見み
つけるように任務にんむ
を受う
けた。
小柳捺こやなぎな
ノの
花か
は同 年 代どうねんだい
の友 達ともだち
と 交 流こうりゅう
したのが 難むずか
しい子供こども
であ
った。しかし小柳捺こやなぎな
ノの
花か
はあえて抑 圧よくあつ
に 直 面ちょくめん
する子供こども
だったので、
桐 生きりゅう
と荻 原おぎわら
だけがよく話はな
しかけた。小柳捺こやなぎな
ノの
花か
は実じつ
はとても思おも
いや
りのあった子供こども
で彼が頭がよかった。彼女の同年代どうねんだい
友人ゆうじん
がいない彼女は
アパートに住す
むアバズレさんであった。手首てくび
を切き
るのが好す
きな 南みなみ
さんは
丘おか
に住す
むおばあちゃんはいつも付つ
き添そ
った猫ねこ
と出会で あ
った。小柳捺こやなぎな
ノの
花か
は
学校がっこう
で 幸しあわ
せの意味い み
を探さぐ
った問題もんだい
などと出会で あ
った大人おとな
たちにいつもたく
さんのことを話はな
していた。
小柳捺こやなぎな
ノの
花か
の日常生活にちじょうせいかつ
は 幸しあわ
せの意味い み
を求もと
めてゆっくりと変化へんか
していた。小柳捺こやなぎな
ノの
花か
が 両 親りょうしん
と喧嘩けんか
をした最 初さいしょ
の問 題もんだい
は 南みなみ
さん、
Universitas Sumatera Utara
アバズレさん、そして小柳捺こやなぎな
ノの
花か
の問 題もんだい
を手伝てつだ
ってくれたおばあちゃん
の存 在そんざい
であった。そして不思議なことに小柳捺こやなぎな
ノの
花か
の問題が解決するた
びに消えた。その時とき
、同おな
じ夢ゆめ
を語かた
った人々が 再ふたた
び見み
られた幸福こうふく
の意味い み
も理解りかい
した。彼かれ
らの失 踪しっそう
は小柳捺こやなぎな
ノの
花か
の人 生じんせい
に非 常ひじょう
に不思議ふ し ぎ
なこと
であった。
小柳捺こやなぎな
ノの
花か
は育そだ
った後あと
ほどアバズレさ、 南みなみ
さんそしておばあちゃ
んの不思議ふ し ぎ
な失踪しっそう
を理解りかい
していた。そうすれば生い
き方かた
が変か
えた人ひと
たちと
一 緒いっしょ
に小柳捺こやなぎな
ノの
花か
はずっと良よ
くなり 、 幸しあわ
せの意味い み
を理解りかい
した大人おとな
と
して 幸しあわ
せになれることができた。
この研 究けんきゅう
の結果けっか
が 住野夜すみのよる
小 説しょうせつ
の「ま
た、同おな
じ夢ゆめ
を見み
ていた」に
含ふく
まれているプラグマティックな価値か ち
でになるように、最初さいしょ
に主人公しゅじんこう
の
小柳捺こやなぎな
ノの
花か
が学校がっこう
で開ひら
かれた。お互たが
いに開ひら
いて信頼しんらい
した親密しんみつ
さを
提 供ていきょう
した教師きょうし
と学生がくせい
の 間あいだ
に良よ
い関係かんけい
ができるために、彼かれ
が彼かれ
の意見いけん
を表 明ひょうめい
した。お互たが
いの 正 直しょうじき
さを維持い じ
した教 師きょうし
と学 生がくせい
の 間あいだ
に開ひら
かれた相互作用そうごさよう
したを生う
み出だ
した。 第二だいに
は 小柳捺こやなぎな
ノの
花か
の公 共 環 境こうきょうかんきょう
へ
の開放性かいほうせい
でだった。彼かれ
がオープンマインドを持も
っていた彼かれ
の問題もんだい
につ
いて他た
の人々ひとびと
の見解けんかい
を受う
け入い
れた。それは経 験けいけん
していた問 題もんだい
に対たい
し
た見方みかた
に変化へんか
した。
Universitas Sumatera Utara
自信じしん
、気遣きずか
い、知性ちせい
、 諦あきら
めない,そして勇気ゆうき
を持も
っていた主人公しゅじんこう
の小柳捺こやなぎな
ノの
花か
の価値か ち
でだった。そのために この 小 説しょうせつ
において 最もっと
も
支配的しはいてき
な価値か ち
は 主人公しゅじんこう
の 小柳捺こやなぎな
ノの
花か
の気遣きずか
いと勇気ゆうき
であった。彼かれ
に
他人たにん
のことを気き
にさせた 賢かしこ
い 心こころ
を持も
っている人ひと
だった。そしてお互たが
いに関 係かんけい
と相 互 尊 重そうごそんちょう
であった。それは 正ただ
しいことを守まも
って、自分じぶん
の
人生じんせい
の道みち
を選えら
ぶことができた主人公しゅじんこう
の小柳捺こやなぎな
ノの
花か
の勇敢ゆうかん
な態度たいど
から
形成けいせい
された。
Universitas Sumatera Utara