39
Explore MITIGASI BENCANA GEOLOGI 2012 1 Copyright by @ Djauhari Noor 2012 11 PP eennddaahhuulluuaann Proses-proses geologi baik yang bersifat endogenik maupun eksogenik dapat menimbulkan bahayabahkan bencana bagi kehidupan manusia. Bencana yang disebabkan oleh proses- proses geologidisebut dengan bencana geologi. Longsoran Tanah, Erupsi Gunungapi, dan Gempabumi adalahcontoh-contoh dari bahaya geologi yang dapat berdampak pada aktivitas manusia di berbagaiwilayah di muka bumi.Berdasarkan catatan, bencana yang diakibatkan oleh bahaya geologi yang terjadi di berbagaibelahan dunia meningkat secara tajam, baik dalam tingkat dan frekuensi kejadiannya dan secarastatistik jumlah korban jiwa dan harta benda juga meningkat. Berdasarkan catatan BAKORNAS,bencana yang melanda Indonesia dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan yang cukupsignifikan. Selama periode 2003 2005 telah terjadi 1.429 bencana, baik yang disebabkan olehbencana geologi maupun bencana hidro-meteorologi.Untuk membangun sistem mitigasi bencana alam (geologi), pertama tama yang harus dilakukanadalah mengkaji dan menganalisa bagaimana suatu bahaya geologi dapat berubah menjadibencana dan seberapa besar tingkat probabilitas

mITIGASI gEOLOGI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: mITIGASI gEOLOGI

Explore

 

MITIGASI BENCANA GEOLOGI 20121Copyright by @ Djauhari Noor 201211 PPeennddaahhuulluuaann Proses-proses geologi baik yang bersifat endogenik maupun eksogenik dapat menimbulkan bahayabahkan bencana bagi kehidupan manusia. Bencana yang disebabkan oleh proses-proses geologidisebut dengan bencana geologi. Longsoran Tanah, Erupsi Gunungapi, dan Gempabumi adalahcontoh-contoh dari bahaya geologi yang dapat berdampak pada aktivitas manusia di berbagaiwilayah di muka bumi.Berdasarkan catatan, bencana yang diakibatkan oleh bahaya geologi yang terjadi di berbagaibelahan dunia meningkat secara tajam, baik dalam tingkat dan frekuensi kejadiannya dan secarastatistik jumlah korban jiwa dan harta benda juga meningkat. Berdasarkan catatan BAKORNAS,bencana yang melanda Indonesia dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan yang cukupsignifikan. Selama periode 2003 –2005 telah terjadi 1.429 bencana, baik yang disebabkan olehbencana geologi maupun bencana hidro-meteorologi.Untuk membangun sistem mitigasi bencana alam (geologi), pertama tama yang harus dilakukanadalah mengkaji dan menganalisa bagaimana suatu bahaya geologi dapat berubah menjadibencana dan seberapa besar tingkat probabilitas daerah yang rentan bahaya geologi terkenabencana geologi serta resiko apa saja yang mungkin terjadi apabila bencana geologi menimpadaerah tersebut. Bahaya geologi akan berubah menjadi bencana geologi hanya jika bahaya tersebutmengakibatkan korban jiwa atau kerugian harta benda.Sebagai contoh jika suatu gempa yang sangat kuat terjadi di daerah yang tidak berpenghuni, makagempa tersebut boleh jadi hanya akan menjadi catatan statistik saja bagi para seismolog, akantetapi sebaliknya apabila gempa tersebut terjadi di kawasan yang penghuninya sangat padat,seperti gempa yang terjadi di Bantul, Yogyakarta pada tahun 2006, walaupun kekuatan gempanyatidak begitu besar namun menyebabkan kerusakan yang sangat luas serta menelan korban jiwayang tidak sedikit. Pertanyaannya selanjutnya adalah mengapa hal ini dapat terjadi ? Jawabannyaadalah karena hampir semua bangunan yang ada di wilayah tersebut tidak dirancang sebagaibangunan tahan gempa, sehingga ketika terjadi gempa, bangunan-bangunan

Page 2: mITIGASI gEOLOGI

tersebut runtuh yangmengakibatkan banyak penghuninya menemui ajalnya terkena oleh reruntuhan rumahnya. Olehkarena itu diperlukan suatu standarisasi bangunan tahan gempa, terutama untuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah wilayah yang rentan terkena bahaya gempabumi, sehingga dapatmenyelamatkan penghuninya ketika terjadi gempabumi. Penerapan strategi pengelolaan resikobencana berbasis masyarakat saat ini sudah mulai diterapkan dan program ini didukung olehpemerintah, baik dukungan yang berupa bantuan keuangan dan pembangunan kembali rumahrumah yang rusak melalui standarisasi bangunan tahan gempa.Bahaya geologi yang berada di muka bumi pada hakekatnya merupakan hasil dari proses-prosesgeologi, baik yang bersifat endogenik maupun eksogenik dimana proses proses tersebut tidak bisadikendalikan oleh manusia. Dalam beberapa kasus, tingkat kerusakan relatif terhadap jumlahkorban dan kerugian harta benda dapat dipakai sebagai pembanding antara skala bencana danresiko bencana yang terjadi di suatu wilayah. Manusia dapat juga menjadi faktor penyebab yangmerubah bahaya geologi menjadi bencana geologi serta menjadi faktor penentu dari tingkatkerusakan suatu bencana, seperti misalnya pertumbuhan penduduk yang tinggi, kemiskinan,degradasi lingkungan, dan kurangnya informasi. Meskipun ke-empat faktor tersebut dianggap  sebagai faktor yang saling berpengaruh satu dan lainnya serta ke-empat faktor tersebut sulitdipisahkan mana yang paling dominan berpengaruh terhadap tingkat kerusakan suatu bencana.Kerentanan terhadap bencana geologi di suatu wilayah akan semakin besar seiring denganmeningkatnya pertumbuhan penduduk dan menjadi salah satu faktor utama dari penyebab bencanageologi. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi secara langsung akan berdampak padatingginya tingkat pembangunan infrastruktur. Apabila tidak ada upaya upaya untuk mencegahbahaya geologi yang mungkin terjadi, maka apabila bencana geologi benar-benar terjadi di kawasantersebut maka sudah barang tentu akan memakan korban serta kerugian harta benda yang tinggipula. Dibeberapa kawasan yang konsentrasi penduduknya tinggi, meskipun sudah menpunyaisistem peringatan dini untuk suatu bahaya geologi tertentu, namun untuk menyebarkan informasidan peringatan ke setiap orang di seluruh kawasan tersebut tidak dimungkinkan, sehingga sangatmemungkinkan setiap orang bertindak dan merespon suatu peringatan bahaya sesuai denganpersepsinya masing-masing. Dan hal ini akan menimbulkan kepanikan dan kekacauan di masyarakatyang pada akhirnya dapat menimbulkan korban jiwa yang lebih besar.1.1. Pengertiana. Mitigasi:Berdasarkan Undang-undang No 24 Tahun 2007, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 9(PP No 21 Tahun 2008, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 6, pengertian mitigasi adalahserangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan

Page 3: mITIGASI gEOLOGI

fisik maupunpenyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Adapun mitigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c dilakukan untuk mengurangi risikobencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana. (UU No 24 Tahun 2007 Pasal47 ayat (1). Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat yang beradapada kawasan rawan bencana. (PP No 21 Tahun 2008 Pasal 20 ayat (1)Secara umum pengertian mitigasi adalah pengurangan, pencegahan atau bisa dikatakan sebagaiproses mengupayakan berbagai tindakan preventif untuk meminimalisasi dampak negatif bencanayang akan terjadi. Pengertian dari Mitigasi Bencana Geologi (Geological Hazard Mitigation ) adalahpengurangan, pencegahan atau proses mengupayakan berbagai tindakan preventif untuk meminimalisasi dampak negatif terhadap bencana alam geologi.Definisi Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggukehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktornon alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (Definisi bencana menurut UUNo. 24 tahun 2007).b. Mitigasi BencanaMitigasi bencana adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pada tindakan untuk mengurangidampak dari suatu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapandan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang. Dalam UU No. 24 Tahun 2007, usahamitigasi dapat berupa prabencana, saat bencana dan pasca bencana. Prabencana berupakesiapsiagaan atau upaya memberikan pemahaman pada penduduk untuk mengantisipasi bencana,melalui pemberian informasi, peningkatan kesiagaan kalau terjadi bencana ada langkah-langkahuntuk memperkecil resiko bencana.Penanganan bencana harus dengan strategi proaktif, tidak semata-mata bertindak pascabencana,tetapi melakukan berbagai kegiatan persiapan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinyabencana. Berbagai tindakan yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi datangnya bencana dengan  membentuk sistem peringatan dini, identifikasi kebutuhan dan sumber-sumber yang tersedia,penyiapan anggaran dan alternatif tindakan, sampai koordinasi dengan pihak-pihak yang memantauperubahan alam. Dalam mitigasi dilakukan upaya-upaya untuk meminimalkan dampak dari bencanayang akan terjadi yaitu program untuk mengurangi pengaruh suatu bencana terhadap masyarakatatau komunitas dilakukan melalui perencanaan tata ruang, pengaturan tata guna lahan,penyusunan peta kerentanan bencana, penyusunan data base, pemantauan dan pengembangan.Mitigasi bencana merupakan kegiatan yang amat penting dalam penanggulangan bencana karenakegiatan ini merupakan kegiatan sebelum terjadinya bencana yang dimaksudkan untuk mengantisipasi agar korban jiwa dan kerugian materi yang ditimbulkan dapat

Page 4: mITIGASI gEOLOGI

dikurangi. Masyarakatyang berada di daerah rawan bencana maupun yang berada di luar sangat besar perannya,sehingga perlu ditingkatkan kesadarannya, kepeduliannya dan kecintaannya terhadap alam danlingkungan hidup serta kedisiplinan terhadap peraturan dan norma-norma yang ada. Istilah programmitigasi bencana mengacu kepada dua tahap perencanaan yaitu:Pertama, perencanaan sebelum kejadian untuk manajemen bencana, mencakup aktivitas-aktivitasmitigasi dan perencanaan bencana; Kedua, perencanaan serta tindakan sesudah kejadian, meliputipeningkatan standar teknis dan bantuan medis serta bantuan keuangan bagi korban (Inoghuci et.al,2003). Dalam mitigasi bencana dilakukan tindakan-tindakan antisipatif untuk meminimalkan dampak dari bencana yang terjadi dilakukan melalui perencanaan tata ruang, pengaturan tata guna lahan,penyusunan peta kerentanan bencana, penyusunan data, pemantauan dan pengembangan. Dinegara-negara maju, kesalahan dalam pembangunan diimbangi melalui perencanaan yang matang(Inoghuci et.al, 2003).Informasi tempat pengungsian saat terjadi bencana alam sangat penting sebab penduduk yangmenyelamatkan diri saat terjadinya bencana seharusnya tahu kemana mereka harusmenyelamatkan diri. Keberadaan rambu-rambu petunjuk arah penyelamatan seperti yang dilakukandi Jepang mutlak diperlukan agar masyarakat tahu jalur yang akan dilaluinya untuk menyelamatkandiri sebelum terjadi bencana. Dengan demikian akan berkurang kepanikan masyarakat pada saatbencana akan terjadi sehingga masyarakat bisa dengan lebih tenang dalam melakukan upayamitigasi bencana. Penerapan informasi yang efektif dan program-program pendidikan, masyarakatdapat menggunakan brosur, instruksi satu lembar, uji coba sistem peringatan secara berkala,informasi media cetak dan elektronik dan lain-lain.Beberapa informasi ini ditujukan bagi institusi-institusi seperti sekolah-sekolah, rumah sakit, fasilitasperawatan-pemulihan, dan komunitas yang tidak bisa berbahasa setempat (para wisatawan).Upaya-upaya informasi dan pendidikan ini penting diadakan secara rutin dan komprehensif.Kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah kota ditujukan untuk mengurangi kerugian dankerusakan akibat bencana yang sewaktu-waktu dapat melanda kota.Pemerintah pada daerah yang rawan bencana gempa intensif melakukan simulasi upaya evakuasidan penyelamatan terhadap bencana. Demikian juga media membantu dengan menayangkanprogram yang memberi informasi upaya penyelamatan terhadap bencana gempa. Dalam halbencana yang disebabkan oleh gempa bumi di daerah perkotaan, berdasarkan fakta dan hasilpenelitian beberapa pakar, menunjukkan bahwa sebagian besar korban terjadi akibat keruntuhandan kerusakan bangunan, seperti jatuhnya atap, runtuhnya kolom, hancurnya dinding, dll. Hal inimenunjukkan bahwa upaya mitigasi bencana gempa bumi melalui pengembangan disain rumahtahan gempa sampai saat ini belum sepenuhnya berhasil.Hal lain juga yang menyebabkan korban akibat bencana gempa sangat besar adalah tidak adanyalokasi evakuasi yang mampu memberikan perlindungan bagi warga ketika bencana terjadi yaituberupa bangunan penyelamatan yang telah dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan dalamkeadaan darurat.Mitigasi harus memperhatikan semua tindakan yang diambil untuk mengurangi pengaruh daribencana dan kondisi yang peka dalam rangka untuk mengurangi bencana yang lebih besar

Page 5: mITIGASI gEOLOGI

dikemudian hari. Karena itu seluruh aktivitas mitigasi difokuskan pada bencana itu sendiri ataubagian/elemen dari ancaman.c. KesiapsiagaanUpaya yang dilakukan untuk mengantisipasi melalui pengorganisasian yang tepat dan berdayaguna. Menurut Randolph Kent (1994) kesiapan bencana mencakup peramalan dan pengambilankeputusan tindakan-tindakan pencegahan sebelum munculnya ancaman, didalamnya meliputipengetahuan tentang gejala munculnya bencana, gejala awal bencana, pengembangan danpengujian secara teratur terhadap sistem peringatan dini, rencana evakuasi atau tindakan lain yangharus diambil selama periode waspada untuk meminimalisir kematian dan kerusakan fisik yangmungkin terjadi.Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana dan di dalam konseppengelolaan bencana yang berkembang saat ini, peningkatan kesiapsiagaan merupakan salah satuelemen penting dari kegiatan pengurangan risiko bencana yang bersifat pro-aktif, sebelumterjadinya suatu bencana. Di dalam proses pengelolaan bencana yang direpresentasikan sebagaimodel siklus, peningkatan kesiapsiagaan merupakan bagian dari proses pengelolaan risikobencana, seperti diperlihatkan pada gambar 1.Gambar 1. Kesiapsiagaan dalam Model Siklus Pengelolaan BencanaModel ini memiliki kelemahan karena seolah-olah komponen-komponen kegiatan pengelolaanbencana tersebut berjalan secara sekuensial (berurutan), padahal sesungguhnya tidak demikian.Gambar 1. memperlihatkan peranan peningkatan fase pengurangan resiko bencana terjadi Fasepemulihan setelah bencana terjadi.Kegiatan tanggap darurat meliputi langkah-langkah tindakan sesaat sebelum bencana, seperti:peringatan dini (bila memungkinkan) meliputi penyampaian peringatan dan tanggapan terhadapperingatan; tindakan saat kejadian bencana, seperti: melindungi/menyelamatkan diri, melindunginyawa dan beberapa jenis benda berharga, tindakan evakuasi; dan tindakan yang harus dilakukansegera setelah terjadi bencana, seperti SAR, evakuasi, penyediaan tempat berlindung sementara,perawatan darurat, dapur umum, bantuan darurat, survei untuk mengkaji kerusakan dan

kebutuhan-kebutuhan darurat serta perencanaan untuk pemulihan segera terhadap infrastukturkritis, sarana sosial seperti pendidikan dan ibadah.1.2. Respon Manusia Terhadap BencanaUntuk dapat hidup secara aman dan nyaman selaras dengan perubahan yang terjadi dimuka bumi,maka kita harus dapat memahami lingkungan alam dan kecepatan perubahan yang terjadi di bumiserta mampu menyesuaikan diri dari karakteristik perubahan alam tersebut. Berkaitan dengan reaksimanusia terhadap bencana alam yang mungkin terjadi di lingkungan dimana manusia itu tinggaladalah antara lain :1. 

Page 6: mITIGASI gEOLOGI

Menghindar (Avoidance). Reaksi manusia terhadap potensi bencana alam yang palingbanyak adalah dengan cara menghindar, yaitu dengan cara tidak membangun danmenempatkan bangunan di tempat-tempat yang berpotensi terkena bencana alam sepertidaerah banjir, daerah rawan longsor atau daerah rawan gempa.2. Stabilisasi (Stabilization). Beberapa bencana alam dapat diseimbangkan denganmenerapkan rekayasa keteknikan, seperti misalnya di daerah-daerah yang berlereng danberpotensi longsor, yaitu dengan cara membuat kemiringan lereng menjadi landai dan stabilsehingga kemungkinan longsor menjadi kecil, atau bangunan yang akan didirikanmenggunakan pondasi tiang pancang sampai ke bagian lapisan tanah yang stabil.3. Penetapan Persyaratan Keselamatan Struktur Bangunan (Provision for safety in structures).Dalam banyak kasus bangunan yang akan didirikan di tempat-tempat yang berpotensiterjadi bencana alam seperti gempa bumi, maka struktur bangunan harus dirancang denganmemperhitungkan keselamatan jiwa manusia, yaitu dengan bangunan yang tahan gempa.Untuk daerah-daerah yang berpotensi terkena banjir, maka bangunan harus dibuat denganstruktur panggung guna menghindari terpaan air.4. Pembatasan penggunaan lahan dan penempatan jumlah jiwa (Limitation of land-use andoccupancy). Jenis peruntukan lahan, seperti lahan pertanian atau lahan pemukiman dapatdilakukan dengan cara membuat peraturan peraturan yang berkaitan dengan potensibencana yang mungkin timbul. Penempatan jumlah jiwa per hektar dapat disesuaikan untuk mengurangi tingkat bencana.5. Membangun Sistem Peringatan Dini (Establishment of early warning system). Beberapabencana alam dapat diprediksi, sehingga memungkinkan tindakan darurat dilakukan. Banjir, Angin Puyuh, Gelombang Laut, serta Erupsi Gunungapi adalah beberapa jenis bencana alamyang dapat diprediksikan. Sistem Peringatan Dini telah terbukti efektif dalam mencegah danmeminimalkan bencana yang akan terjadi di suatu daerah, seperti banjir dan gelombanglaut di daerah-daerah pantai.Dimanakah tempat yang baik dan aman bagi aktifitas manusia? Barangkali yang paling mudah dankecil resikonya adalah dengan cara menghindar dari lokasi-lokasi yang rawan bencana. Dalamkenyataannya kebanyakan komunitas manusia bertempat tinggal pada lingkungan yang rawanbencana. Dengan demikian untuk meminimalkan dampak bencana geologi yang mungkin melandadi tempat dimana manusia berdomisili adalah cara nomor 2 sampai nomor 5 diatas. Tingkatkeselamatan yang ingin dicapai dalam menghadapi bencana geologi seringkali merupakan fungsidari nilai investasi yang dibelanjakan untuk mencegah bencana tersebut.Pertanyaan yang sering muncul adalah seberapa besar biaya yang harus disediakan untuk mencegah suatu bencana geologi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka harus ada suatukeputusan tentang tingkat resiko yang akan terjadi dan ikut terlibat di dalamnya. Sebagai contohadalah resiko penggunaan dan pemanfaatan lahan pemukiman yang berada di kawasan dataranbanjir dapat dikurangi

Page 7: mITIGASI gEOLOGI

menjadi nol, apabila semua kontruksi bangunan dan aktivitas manusia yangberada di wilayah tersebut terlindungi. Akan tetapi pada kenyataannya, biaya produktivitas sertaruang dimana manusia beraktivitas apabila dihitung akan sangat mahal dan bahkan tidak mungkin

dikonversi kedalam nilai rupiah. Oleh karena itu resiko banjir yang hanya terjadi seratus tahun satukali barangkali merupakan tingkat resiko yang dapat diterima untuk kasus diatas.Tingkat resiko yang dapat diterima adalah tingkat resiko yang harus memperhitungkan semuaaspek secara rinci dan biasanya hanya untuk beberapa jenis bencana saja. Walaupun perhitungansecara tepat sangat sulit dilakukan, akan tetapi perhitungan suatu resiko sangat erat kaitannyadengan pengambilan keputusan. Pertanyaan yang sama dapat kita ajukan untuk tempat-tempatdimana gempabumi sering melanda di suatu daerah yaitu: Berapa banyak dana tambahan yangharus disediakan dan dikeluarkan untuk membangun suatu konstruksi bangunan yang akandidirikan di lokasi yang tingkat kegempaannya sangat tinggi, walaupun frekuensi kejadiangempabuminya sangat jarang terjadi? Tingkat resiko yang dapat diterima adalah tingkat resiko yangharus sudah mempertimbangkan secara sistematis untuk beberapa tipe bencana saja.Meskipun perhitungan secara akurat tidak mungkin dilakukan, akan tetapi suatu penilaian umumdari resiko harus dituangkan dalam suatu keputusan dan harus mendapat pertimbangan dari suatubadan/ lembaga yang berwenang. Oleh karena itu biasanya perhitungan suatu resiko bencanadilakukan oleh suatu lembaga pembuat keputusan dan dalam hal ini dapat juga dilakukan olehsuatu perusahaan asuransi yang memang bergerak dalam bidang pertanggungan asuransi bencanaalam. 1.3. Sistem Penanggulangan BencanaUndang-undang no. 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana merupakan landasan bagisistem nasional penanggulangan bencana yang terdiri atas:1. Legislasi2. Kelembagaan3. Perencanaan4. Pendanaan5. Ilmu Penegtahuan dan Teknologi6. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana1.4. 

Page 8: mITIGASI gEOLOGI

Pengelolaan Resiko Bencana (Disaster Risk Management)Pengelolaan resiko bencana pada dasarnya adalah suatu upaya yang ditujukan untuk meminimalkanresiko yang mungkin terjadi serta melakukan upaya-upaya pencegahan (mitigasi) di wilayah yangrentan terkena bencana. Pengelolaan resiko bencana merupakan istilah yang umum dipakai dalampenilaian resiko, pencegahan bencana, mitigasi bencana, dan persiapan menghadapi bencana.Beberapa istilah yang sering dipakai dalam pembahasan pengelolaan resiko bencana antara lainadalah Bahaya (Hazard), Bencana (Disaster), Kerentanan (Vulnerability), Resiko Bencana (DisasterRisk), Penilaian Resiko / Analisa Resiko (Risk Assessment/Risk Analysis), Pencegahan Bencana danMitigasi (Disaster Prevention and Mitigation), Kewaspadaan Terhadap Bencana (DisasterPreparedness). Adapun pengertian dari istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut :Bahaya (Hazard)adalah suatu ancaman yang berasal dari peristiwa alam yang bersifat ekstrimyang dapat berakibat buruk atau keadaan yang tidak menyenangkan. Tingkat ancaman ditentukanoleh probabilitas dari lamanya waktu kejadian (periode waktu), tempat (lokasi), dan sifatnya saatperistiwa itu terjadi. Bahaya alam (Natural hazard) adalah probabilitas potensi kerusakan yangmungkin terjadi dari fenomena alam di suatu area / wilayah.Bencana (Disaster)merupakan fungsi dari kondisi yang tidak normal yang terjadi padamasyarakat dan mempunyai kecenderungan kehilangan kehidupannya, harta benda dan lingkungansumberdayanya, serta kondisi dimana masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk keluar daridampak / akibat yang ditimbulkannya.

Kerentanan/kerawanan (Vulnerability)dapat diartikan sebagai ketidakmampuan menangkal /menahan dampak dari kejadian/peristiwa alam yang berasal dari luar atau kecenderungan darisekumpulan masyarakat terkena atau mengalami kerusakan, masalah dan sebab akibat sebagaihasil dari suatu bahaya.Resiko Bencana (Disaster Risk)adalah tingkat kerusakan dan kerugian yang sudahdiperhitungkan dari suatu kejadian atau peristiwa alam. Resiko Bencana ditentukan atas dasarperkalian antara faktor bahaya dan faktor kerentanannya. Yang termasuk bahaya disini adalahprobabilitas dan besaran yang dapat diantisipasi pada peristiwa alam; sedangkankerentanan/kerawanan dipengaruhi oleh faktor politik, ekonomi, sosial budaya dan geografis.Berikut ini adalah rumusan yang dipakai secara luas untuk menghitung resiko bencana yangmerupakan perkalian 2 faktor, yaitu:Resiko (Risk) = Bahaya (Hazard) x Kerentanan (Vulnerability) Pengelolaan resiko bencana (Disaster risk management)secara teknis terdiri dari tindakan(program, proyek dan atau prosedur) serta pengadaan peralatan yang dipersiapkan untuk menghadapi dampak atau akibat dari suatu bencana sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan,yaitu untuk mengurangi resiko bencana yang

Page 9: mITIGASI gEOLOGI

ditimbulkannya. Secara operasional, pengelolaanresiko bencana adalah kegiatan yang terdiri dari penilaian resiko, pencegahan bencana, mitigasi danwaspada bencana.Penilaian Resiko atau Analisa Resikoadalah survei yang dilakukan terhadap bahaya yang baruterjadi yang disebabkan oleh suatu peristiwa alam yang ekstrim seperti yang terjadi juga padakerentanan lokal dari populasi yang didasari atas kehidupan untuk memastikan resiko tertentu diwilayah. Berdasarkan informasi ini resiko bencana dapat dikurangi.Kapasitasadalah kebijakan dan sistem kelembagaan yang dimiliki oleh pemerintah pusat maupundaerah dalam upaya mengurangi potensi kerusakan akibat bencana serta mengurangi kerentananterhadap bencana. Bencana alam yang disebabkan oleh gempabumi, angin topan, banjir, tanahlongsor dan kekeringan seringkali mengingatkan pada kita tentang bencana akan benar-benarterjadi. Resiko bencana sebagai hasil dari frekuensi dan kondisi yang rentan dapat berubah menjadisuatu bencana. Resiko bencana adalah hasil dari tingkat kejadian, intensitas bahaya dan sistemkehidupan yang sangat rentan. Peran dari sistem sosial dalam arti kepedulian masyarakat dansistem pengelolaan memungkinkan merubah sifat kerentanan terhadap bahaya dan mengurangitingkat kerawanan melalui intervensi yang sistematik.Pencegahan Bencana dan Mitigasi Adalah aktivitas / kegiatan dalam rangka mencegah dan memitigasi dampak yang sangat buruk dariperistiwa alam yang sangat ekstrim yang dilakukan untuk periode jangka menengah dan jangkapanjang. Dari sudut pandang politik, hukum, administrasi, dan infrastruktur, pencegahan bencanamerupakan salah satu ukuran untuk menyatakan kondisi /situasi bahaya dan disisi lain melibatkangaya hidup dan karakter dari penduduk/masyarakat yang tinggal di daerah yang rentan untuk dapatmengurangi resiko bencana yang mungkin dapat menimpanya.Kewaspadaan Terhadap BencanaKewaspadaan terhadap bencana adalah suatu ukuran yang mencakup kegiatan evakuasi yang dapatdilakukan secara cepat dan efektif dalam usaha penyelamatan nyawa manusia, mitigasi terhadaphilang dan rusaknya harta benda serta penyediaan bantuan darurat. Kewaspadaan terhadapbencana dalam arti yang lebih luas adalah suatu usaha dalam menyediakan sistem peringatan dini,kemampuan dalam meng-koordinasi dan meng-operasikan, perencanaan kondisi darurat,menyalurkan bantuan dalam keadaan darurat dan pelatihan.

  Kegiatan Pengelolaan Resiko Bencana1. Penilaian Resikoa. Melakukan pendataan bencana yang pernah terjadi dimasa lalu termasuk pendataanterhadap kejadian/peristiwa bencana yang besar yang pernah terjadib. 

Page 10: mITIGASI gEOLOGI

Mengkaji secara terukur bencana yang disebabkan oleh hidro-meteorologi dan geologi,termasuk penyebab bencanac. Mendata jumlah penduduk (populasi penduduk) yang berada di areal yang beresiko tinggiterkena bencana atau areal yang paling bahaya.d. Melakukan persiapan dan memperbaharui (updating) peta-peta bencana dan area yangsangat berbahaya.2. Pencegahan dan Mitigasi Bencanaa. Menetapkan dan memperkuat pembangunan regional dan perencanaan tataguna lahan,perencanaan pengawasan bangunan yang sesuai dengan zonasi bahaya dan peraturanbangunan.b. Melaksanakan pelatihan bagi masyarakat dan perwaklian kelembagaanc. Membangun dan meningkatkan kemampuan pengelolaan resiko bencana di tingkat lokaldan nasionald. Pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan (seperti misalnya pengelolaan Daerah AliranSungai), meningkatkan infrastruktur (bendungan, saluran air, bangunan yang mampumenahan suatu bencana).3. Kesiapan Menghadapi Bencanaa. Partisipasi dan kesadaran terhadap pentingnya rencana tanggap daruratb. Mempersiapkan infrastruktur (akomodasi saat kondisi darurat,c. Melakukan latihan secara teratur dalam menghadapi situasi daruratd. Membangun dan atau meningkatkan kemampuan dalam kesiapan menghadapi bencana,baik di tingkat lokal maupun nasional dan pelayanan penyelamatane. Koordinasi dan perencanaan operasionalf. Sistem Peringatan Dini :1) Menyiapkan dan meng-operasikan sistem komunikasi2) Menempatkan peralatan teknis di tempat yang aman3) Melakukan pelatihan tenaga penyelamat4. Pengelolaan resiko bencana sebagai bagian dari rehabilitasi dan rekontruksia. 

Page 11: mITIGASI gEOLOGI

Melakukan penilaian resiko bencanab. Melakukan penilaian infrastruktur, seperti kontruksi banguan tahan gempa, kontruksibangunan tahan banjir, skema pembangunan, selter tempat pengungsian, dsbc. Membentuk kelembagaan, seperti peran serta masyarakat dan meningkatkan kerjasamadiantara individu-individud. Membentuk organisasi, untuk memperkuat kapabilitas lokale. Mengembangkan dan memperkenalkan ukuran-ukuran pencegahan dimasa mendatang(seperti pengelolaan DAS, konservasi sumberdaya alam, skema pencegahan banjir)5. Peran pengelolaan resiko bencana dalam sektor kerjasama pembangunanKebutuhan pencegahan harus di-integrasikan kedalam sektor pembangunan, hal ini akanmembantu pada peningkatan pengelolaan resiko bencana, terutama pada sektor-sektor yangterkait, termasuk desentralisasi dan atau pembangunan masyarakat, pembangunan desa,pencegahan lingkungan dan konservasi sumberdaya alam, perumahan, kesehatan danpendidikan.

1.6. Pendekatan Multi Sektoral1. Meningkatkan kewaspadaaana. Dukungan keuangan untuk meningkatkan kewaspadaan, dinilai berdasarkan hubunganantara biaya yang diinvestasikan dengan keuntungan yang akan diperoleh dalampengeloalaan resiko bencana.b. Meningkatkan kewaspadaan diantara penduduk/masyarakat yang bermukim di areal yangberesiko tinggi terkena bencana dan dikawasan yang rentan serta mendapat prioritas utamadalam memperoleh pelatihan untuk mengelola resiko bencana.c. Meng-implementasikan sistem peringatan dinid. Partisipasi antara masyarakat, pemerintah kota dan lembaga-lembaga lainnya dalampengelolaan resiko bencana.2. Penguatan kemampuan pengelolaan resiko bencana di tingkat daerah (lokal)Efektifitas pengelolaan resiko bencana adalah memantapkan dan atau penguatan sistem ditingkat daerah/lokal yang berupa kegiatan seperti yang ada dalam daftar diatas darikeseluruhan sistem nasional, memobilisasi semua yang mungkin dilakukan oleh para

Page 12: mITIGASI gEOLOGI

relavandibidang sosial dan politik, baik ditingkat lokal dan perkotaan serta bertanggungjawab atas apayang dilakukan.1.7. Pengurangan Resiko Bencana (Disaster Risk Reduction)Indonesia merupakan salah satu negara yang sering dilanda bencana. Lebih dari 4 tahun terakhirIndonesia mengalami serangkaian bencana alam yang menewaskan manusia dan mempengaruhiperekonomian negeri ini. Bencana ini termasuk tsunami Aceh pada Desember 2004, Gempa Nias diMaret 2005, Gempa di Yogyakarta dan Jawa Tengah di Mei 2005 dan gempa serta tsunami di JawaBarat pada bulan Juli 2006. Indonesia juga berpotensi tinggi terhadap gunung meletus dengan 128gunung api aktif (31 di antaranya dalam pemantauan) dari 600 gunung berapi di seluruhkhatulistiwa. Bencana-bencana ini memberikan dampak besar terhadap perekonomian negara,kerusakan yang ditimbulkan oleh tsunami diperkirakan sebesar 4 juta Dolar AS dan gempa Yogyakarta dan Jawa Tengah sebesar 3 juta Dolar AS. Bencana alam mengancam pembangunanmanusia di Indonesia dan mengakibatkan rusaknya pencapaian kesejahteraan nasional.Upaya untuk melindungi dan mempersiapkan masyarakat yang tinggal di daerah-daerah yang seringdilanda bencana, serta upaya untuk meningkatkan kapasitas Pemerintah dalam menaggapi keadaandarurat, dapat membantu mengurangi resiko secara signifikan bila terjadi bencana serta mendorongmasyarakat untuk menerapkan budaya aman. Untuk meningkatkan ketahanan nasional dan daerahdalam mengurangi resiko bencana dan membantu peralihan dari budaya tanggap dan memintabantuan menjadi budaya mengurangi resiko bencana yang komprehensif dan terintegrasi dalamfungsi utama pemerintah di seluruh tingkat serta di sektor swasta dan Organisasi-organisasiMasyarakat Madani:a. menyediakan saran kebijakan dan peningkatan kapasitas untuk mengurangi dan mengelolaresiko bencana ke dalam kerangka kebijakan, hukum, regulasi dan perencanaan;b. meningkatkan kapasitas dalam mempersiapkan diri menghadapi situasi darurat dan sistemtanggap di tingkat nasional, provinsi dan daerah; danc. membantu penanganan resiko bencana berdasarkan kemasyarakatan.Untuk membantu meningkatkan peraturan yang terkait dengan upaya untuk mengurangi resikobencana di Indonesia, perlu penyediaan petunjuk strategis dan saran kebijakan untuk perumusanRUU dan regulasi penanggulangan bencana. RUU ini telah disahkan pada tahun 2007. Meningkatkankapasitas pemerintah pusat maupun daerah untuk menyiapkan dan mengelola bencana danpemulihan selanjutnya adalah penting pada negara yang mudah terkena bencana dan pemerintahanterpusat seperti Indonesia. Kapasitas pengurangan resiko bencana dan penanganan memerlukan

Page 13: mITIGASI gEOLOGI

pengetahuan, sistem, informasi, perangkat dan sumberdaya yang diperlukan dalam meresponbencana.Kapasitas yang efektif dalam menurunkan resiko bencana memerlukan pengurangan resiko bencanayang terintegrasi ke dalam perencnaan dan anggaran nasional di tingkat nasional, propinsi dankabupaten. Perumusan dan penyebaran Rencana Aksi Nasional untuk Pengurangan Resiko Bencana(DRR) dan rencana aksi DRR di tingkat regional. Perencanaan menjadi penting untuk meningkatkankapasitas Pemerintah dalam mengurangi dampak bencana, mengelola bahaya bencana danmenurunkan resiko bencana ke dalam pengembangan perencanaan dan anggaran. Untuk meningkatkan kapasitas Pemerintah perlu adanya perencanaan Sistem Informasi Resiko Bencanayang membantu mengadakan informasi yang relevan sehubungan dengan pengurangan,pencegahan, dan penanggulangan bencana.1.8. Rencana Tindak Mengurangi Resiko Bencana (Action Plan forDisaster Risk Reduction)Usaha usaha untuk mengurangi resiko bencana di Indonesia telah diatur dan disusun dalam suatukerangka kerja yang implementasinya menfokuskan pada beberapa kegiatan yang menjadi kuncidalam menanggulangi resiko bencana. Beberapa prioritas diantaranya harus diimplementasikandalam rencana kegiatan operasionalnya.1. PrioritasInisiatif untuk mengurangi resiko bencana di Indonesia terutama diprioritaskan pada keberlanjutandan partisipasi seluruh stakeholder. Perlu adanya komitmen yang kuat dalam memilih prioritas sertatindakan tindakan yang akan diambil menjadi ciri dalam usaha ini. Prioritas prioritas tersebutdiperlukan sebagai dasar yang terintegrasi dalam implementasi program pengurangan resikobencana yang berkelanjutan yang sejalan dengan usaha usaha yang sudah dilaksanakan padatingkat internasional. Ada 5 prioritas kunci yang yang harus diperhatikan dalam mengurangi resiko bencana, yaitu:1. Memastikan bahwa pengurangan resiko bencana merupakan prioritas nasional dan daerah,oleh karenanya diperlukan suatu kelembagaan yang kuat yang menjadi dasar dalamimplementasinya.2. Melakukan kegiatan yang berkaitan dengan identifikasi, penilaian dan pengawasan resikobencana dan peningkatan terhadap peringatan dini.3. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun suatu budaya yangaman dan fleksibel untuk semua tingkatan.4. Mengurangi faktor faktor penyebab resiko bencana.5. Meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana disetiap tingkat dan mampu bertindak secara efektif.2. Rencana Tindak (Action Plan)

Page 14: mITIGASI gEOLOGI

Cermin dari perubahan paradigma pencegahan dimasa depan adalah sebagai bagian dalammemenuhi persyaratan dasar hak asasi manusia, pengurangan resiko bencana diperlukan ciri-cirisebagai berikut:1. Mengakui bahwa hak azasi merupakan suatu kehormatan hidup dan kehidupan setiap manusia,oleh karenanya pemerintah bertanggungjawab dalam memberi perlindungan terhadap bencana,terutama menghindari dengan tanpa membuat resiko pada proses perbaikan.2. Mengurangi faktor-faktor resiko bencana dari praktek pembangunan yang tidak berkelanjutanadalah suatu hal yang lebih buruk dari dampak perubahan iklim.

3.  Agar supaya kepercayaan dapat diraih, maka resiko dan atau bencana yang berdampak padamasyarakat serta kepekaan pada gender, partisipasi, kesetaraan dan perspektif hukum harusditingkatkan.Berikut adalah aktivitas / kegiatan yang menjadi kunci dan harus ditingkatkan sebagai bagian dariimplementasi Rencana Tindak Nasional dalam mengurangi resiko bencana:1. Memastikan bahwa pengurangan resiko bencana harus menjadi prioritas utama bagipemerintah pusat maupun daerah yang diimplementasikan dalam suatukelembagaan yang kuat untuk melakukan kegiatan sebagai berikut:1). Kelembagaan Nasional dan Kerangka Hukuma. Mendukung pembentukan dan penguatan mekanisme pengurangan resiko bencanatingkat nasional secara terpadu.b. Mengurangi resiko secara terpadu melalui kebijakan pembangunan dan perencanaan,termasuk strategi mengurangi kemiskinan.c. Bila perlu mengadopsi atau memodifikasi undang-undang guna mendukungpengurangan resiko bencana, termasuk didalamnya mekanisme serta peraturanperaturan yang memperkuat dan memberi insentif kepada pihak pihak yangmensosialisasikan kegiatan mitigasi dan pengurangan resiko.d. Menyadarkan betapa pentingnya penanganan resiko bencana serta tanggungjawabmasyarakat yang terdesentralisasi untuk mengurangi resiko bencana, terutama dalamhal kewenangan daerah atau propinsi.

Page 15: mITIGASI gEOLOGI

2). Sumberdayaa.  Akses kepada sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan dalam mengurangiresiko bencana dan kemampuan dalam pengembangan dan perencanaan sertamembuat program program dalam menyatukan kondisi saat ini dan kebutuhan dimasayang akan datang.b. Mempersiapkan dan menyediakan sumberdaya untuk pengembangan dan implementasidari kebijakan pengelolaan resiko bencana, program-program, hukum dan peraturanyang berhubungan dengan pengurangan resiko bencana.c. Pemerintah berkewajiban memperlihatkan kemauan politik yang kuat yang dibutuhkanuntuk mensosialisasikan dan memadukan pengurangan resiko bencana kedalamprogram program pembangunan.3). Partisipasi MasyarakatSecara sistimatik melibatkan peran masyarakat dalam pengurangan resiko bencana,termasuk dalam proses pengambilan keputusan untuk hal hal yang berkaitan denganpemetaan, perencanaan, implementasi, pengawasan, dan evaluasi melalui pembuatan jejaring, termasuk jejaring tenaga sukarela, manajemen sumberdaya strategis, dan denganmembuat aturan-aturan hukum serta menetapkan tanggungjawab dan otoritas/kewenanganperwakilan.2. Mengidentifikasi, akses, dan pengawasan resiko bencana dan meningkatkanperingatan dini, melalui kegiatan-kegiatan:1). Penilaian Resiko pada skala Nasional dan Daeraha. Membangun, memperbaharui, dan menyebarkan peta peta resiko bencana sertainformasi informasi yang berhubungan dengan bencana kepada para pengambilkeputusan dan masyarakat umum.

b. Membangun sistem penciri/penunjuk resiko bencana dan kerentanan pada tingkatnasional dan propinsi yang memungkinkan pembuat keputusan dapat meng-aksesdampak dari bencana.c. Mencatat, meng-analisa, menyimpulkan, dan menyebarkan informasi secara statistik terhadap kejadian kejadian bencana, dampaknya dan kerugiannya.2). Peringatan Dinia. 

Page 16: mITIGASI gEOLOGI

Membangun sistem peringatan dini di tengah tengah masyarakat, terutama sistem yangdapat memberi peringatan tepat waktu dan dapat dimengerti makna masalahresikonya.b. Secara periodik mengulang kembali dan merawat sistem informasi sebagai bagian darisistem peringatan dini.c. Memantapkan kapasitas kelembagaan untuk memastikan bahwa sistem peringatan dinibenar-benar terintegrasi dalam kebijakan pemerintah dan proses pengambilankeputusan.d. Memperkuat koordinasi dan kerjasama diantara semua sektor yang terkait dan aktordalam rantai peringatan dini dalam rangka memperoleh efektifitas penuh dari sistemperingatan dini.e. Membangun dan memperkuat efektiifitas sistem peringatan dini di pulau pulau yanglebih kecil.3). Kapasitasa. Mendukung pengembangan dan keberlanjutan infrastruktur, ilmu pengetahuan danteknologi, kapasitas kelembagaan serta teknis lainnya yang diperlukan untuk penelitian,pengamatan, analisa, pemetaan, prediksi alam dan bahaya yang terkait, kerentananserta dampak bencana.b. Mendukung dalam pengembangan dan peningkatan basisdata yang relevan danmemperkenalkan pertukaran data secara terbuka dan penyebaran data untuk keperluanpenilaian, pengawasan dan keperluan peringatan dini.c. Mendukung dalam peningkatan metoda metoda melalui ilmu pengetahuan danteknologi serta kemampuan dalam penilaian resiko, pengawasan, dan peringatan dinimelalui penelitian, kerjasama, pelatihan dan membangun kemampuan teknis.d. Memantapkan dan memperkuat kemampuan dalam menrekam, menganalisa,meringkas, menyebarkan, serta pertukaran data dan informasi.4). Resiko Darurat Regionala. Mengkompilasi dan membuat standarisasi data dan informasi pada resiko bencanregional, dampak dan kerugiannya.b. Kerjasama secara regional dan internasional untuk penilaian dan pengawasan regionaldan bahaya lintas batas.c.

Page 17: mITIGASI gEOLOGI

 Penelitian, analisa, dan pelaporan perubahan jangka panjang dan isu isu bersama yangmungkin meningkat kerentanannya dan resiko atau kapasitas otoritas dan masyarakatdalam menghadapi bencana.3. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan sebagai sarana untuk membangun suatu budaya aman dan nyaman pada setiap tingkatan, melaluikegiatan sebagai berikut:1) Menyediakan informasi yang mudah dimengerti mengenai resiko bencana dan pilihanpencegahan, khususnya kepada penduduk perkotaan yang berada di wilayah yang beresikotinggi.2) Peningkatan jejaring diantara sesama akhi kebencanaan, para manajer, dan perencanalintas sektoral dan antar wilayah, dan membangun atau meningkatkan prosedur

pemanfatan tenaga akhli yang tersedia pada pembangunan perencanaan penguranganresiko di daerah.3) Mempromosikan dan meningkatkan dialog dan kerjasama diantara masyarakat ilmiah danpraktisi yang bekerja dibidang pengurangan resiko bencana.4) Memperkuat dan mengimplementasikan penggunaan informasi terbaru, serta informasi danteknologi untuk penanganan pengurangan resiko bencana.5) Dalam jangka menengah, mengembangkan direktori, inventarisasi, dan sistem pertukaraninformasi pada tingkat daerah, propinsi, nasional dan tingkat internasional.6) Kelembagaan yang berorientasi kepada pembangunan perkotaan harus menyediakaninformasi pada masyarakat mengenai pilihan pengurangan bencana terutama kepada parakontraktor bangunan, pembeli lahan atau penjual tanah.7) Memperbaharui dan menyebarkan secara luas dengan menggunakan standar internasionalyang berkaitan dengan pengurangan resiko bencana.4. Pendidikan dan pelatihan1) Memperkenalkan pengetahuan tentang pengurangan resiko bencana dalam kurikulumsekolah2) 

Page 18: mITIGASI gEOLOGI

Memperkenalkan implementasi dari penilaian resiko di tingkat daerah dan programkewaspadaan terhadap bencana di sekolah sekolah dan lembaga pendidikan tinggi.3) Memperkenalkan implementasi program dan kegiatan di sekolah untuk pembelajaranbagaimana meminimalkan suatu dampak bencana.4) Mengembangkan pelatihan dan program pembelajaran dengan sasaran untuk mengurangiresiko bencana pada sektor tertentu (Perencana Pembangunan, Pegawai/staff PemerintahDaerah, Manajer Pabrik, dsb)5) Memperkenalkan inisiatif pelatihan berbasis masyarakat guna meningkatkan kapasitasdaerah dalam mitigasi dan keluar dari bencana.6) Memastikan kesetaraan akses untuk mendapat kesempatan mengikuti pelatihan danpendidikan, baik untuk perempuan maupun dari kalangan yang rentan.5. Penelitian1) Pengembangan metoda metoda untuk memprediksi penilaian multi resiko dan analisauntung rugi berdasarkan sosial-ekonomi dari tindakan dalam pengurangan resiko.2) Meningkatkan kemampuan, secara ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk mengembangakan dan menerapkan metodologi dan model untuk menilai kerentananterhadap dan dampak geologi, cuaca, air, dan iklim yang berhubungan dengan bahaya.6. Kepedulian masyarakatMemperkenalkan melalui media guna membangun budaya peduli terhadap bencana dan mengajak seluruh masyarakat untuk terlibat langsung dalam pencegahan terhadap bencana.7. Mengurangi faktor faktor penyebab resiko, melalui kegiatan :1). Pengelolaan Sumberdaya alam dan Lingkungan, meliputi:a. Pengelolaan ekosistem dan pemanfaatan yang berkelanjutan, termasuk melaluiperencanaan tata guna lahan yang lebih baik dan aktivitas kegiatan untuk mengurangiresiko dan kerentanan.b. Mengimplementasikan pendekatan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkunganterpadu yang selaras dengan pengurangan resiko bencanac.

Page 19: mITIGASI gEOLOGI

 Memperkenalkan pengurangan resiko secara terpadu yang berkaitan dengan variabilitasiklim yang ada dan perubahan iklim dimasa mendatang.2). Pembangunan Ekonomi dan Sosiala. Memperkenalkan pentingnya keamanan pangan

b. Memadukan perencanaan pengurangan resiko bencana kedalam bidang kesehatansebagai panduan keamanan rumah sakit dari dampak bencana.c. Pencegahan dan peningkatan fasilitas darurat milik masyarakat/publik (sekolahan,rumahsakit, pembangkit listrik, dll) sehingga aman terhadap dampak bencana.d. Meningkatkan implementasi mekanisme keselamatan masyarakate. Mengintegrasikan pengurangan resiko bencana kedalam perbaikan pasca bencana danproses rehabilitasi.f. Meminimilisasi resiko bencana dan kerentanan yang disebabkan oleh gerakan masa.g. Mempromosikan diserfikasi pilihan pendapatan untuk penduduk yang berada di arealyang beresiko tinggi guna mengurangi kerentanan terhadap bahaya.h. Mempromosikan pengembangan resiko keuangan dengan cara mengasuransikanmelalui asuransi bencana.i. Mempromosikan pembentukan kerjasama swasta dan masyarakat untuk mendorongsektor swasta peduli terhadap kegiatan pengurangan resiko bencana. j. Mengembangkan dan mempromosikan alternatif dan inovasi intrumen keuangan dalammendorong pengurangan resiko bencana.3). Perencanaan tata guna lahan dan peraturan teknis lainnya.a. Mengintegrasikan penilaian resiko bencana kedalam perencanaan kota dan pengelolaanpemukiman manusia yang rentan bencana.b. Menjadikan resiko bencana kedalam prosedur perencanaan untuk proyek proyek kunciinfrastruktur, termasuk pada kriteria desain, persetujuan dan implementasi dari proyek.c. 

Page 20: mITIGASI gEOLOGI

Mengembangkan panduan dan alat pengawasan untuk mengurangi resiko bencanadalam kontek kebijakan tataguna lahan dan perencanaan.d. Mengintegrasikan penilaian resiko bencana kedalam perencanaan pembangunan kota.e. Menyarankan perlu adanya revisi kode bangunan baru atau yang ada, perlu adanyastandarisasi, rehabilitasi, dan rekontruksi.4). Meningkatkan kesiapan/kewaspadaan terhadap bencana disemua tingkatan, melaluikegiatan:a. Penguatan kebijakan, kapasitas dan kelembagaan dan teknis dalam pengelolaanbencana, baik secara lokal, regional, dan nasional, termasuk didalamnya yang berkaitandengan teknologi, pelatihan, dan sumberdaya manusia dan sumberdaya material.b. Memberi dukungan diadakannya dialog, pertukaran informasi dan melakukan koordinasidiantara lembaga-lembaga yang berhubungan dengan peringatan dini, penguranganresiko bencana, tanggap darurat, pembangunan dan hal-hal lainnya yang relevan.c. Memperkuat dan apbila diperlukan membangun koordinasi dengan penndekatanregional dan membuat atau meningkatkan kebijakan regional, mekanisme operasional,perencanaan dan sistem komunikasi pada kejadian bencana yang melewati bataswilayah/propinsi.d. Mempersiapkan atau menilai ulang secara periodik tentang persiapan menghadapibencana dan rencana darurat dan kebijakan pada semua tingkat.e. Mempromosikan pembangunan dana darurat untuk mendukung kesiapan, perbaikandan reaksi terhadap bencana.f. Mengembangkan mekanisme khusus untuk menggugah partisipasi aktif danpemilik/stakeholder.1.9. Bencana Alam Di IndonesiaIndonesia adalah negara yang rentan terhadap bencana alam, apakah itu bencana yang berasal dariperistiwa alamiah maupun bencana yang disebabkan oleh ulah manusia. Beberapa penyebabbencana erat kaitannya dengan kondisi geografi, geologi, iklim atau faktor-faktor lainnya.1.9.1. Faktor Faktor Penyebab Bencana Alam.Bencana alam dapat disebabkan oleh peristiwa alamiah ataupun akibat dari aktifitas manusia.Berikut ini adalah interaksi antara faktor-faktor yang berperan pada terjadinya bencana:

1. 

Page 21: mITIGASI gEOLOGI

Faktor alamiah, meliputi kondisi geografi, geologi, hidro-meteorologi, biologi, dan degradasilingkungan.2. Komunitas yang padat, infrastruktur dan elemen-elemen dalam wilayah / kota yang beradadi kawasan yang rawan bencana.3. Rendahnya kapasitas dari elemen-elemen masyarakatSecara geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada pada pertemuan 4 lempengtektonik, yaitu lempeng Asia, lempeng Australia, lempeng Samudra India, dan lempeng SamudraPasifik. Di Indonesia bagian selatan dan timur terbentang rangkaian busur gunungapi, yangtersebar mulai dari Sumatra-Jawa-NusaTenggara-Sulawesi. Sebagian besar kepulauan Indonesiaditempati oleh jalur gunungapi dan dataran rendah sedangkan sisanya ditempati oleh daratan rawa.Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai wilayah yang rawan dan berpotensi terkena bencana,seperti rawan terkena letusan gunungapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan longsor. Berdasarkandata bahwa Indonesia memiliki tingkat seismisitas yang sangat tinggi diantara negara-negara didunia, dengan frekuensi rata-rata lebih dari 10 kali lipat dibandingkan dengan Amerika Serikat(Arnold, 1986).Pergerakan lempeng bumi memicu terjadinya gempabumi yang apabila terjadi dibawah lautseringkali menghasilkan gelombang pasang. Kecenderungan yang tinggi terhadap pergerakanlempeng tektonik, Indonesia sudah sering terkena bencana tsunami. Hampir semua tsunami diIndonesia disebabkan oleh gempabumi tektonik yang terjadi disepanjang zona tumbukan (subduksi)dan di daerah daerah yang seismisitasnya aktif. Sejak tahun 1600 hingga tahun 2000 telah terjadi105 kali tsunami di Indonesia, 90% tsunami tersebut disebabkan oleh gempabumi tektonik, 9 %disebabkan oleh letusan gunungapi, dan 1 % oleh longsoran. Kawasan pantai /pesisir di Indonesiaumumnya rawan terhadap tsunami. Daerah daerah seperti pantai barat Sumatra, pantai selatanJawa, pantai utara dan selatan Nusa Tenggara, kepulauan Maluku, pantai utara Papua dan sebagianbesar pesisir Sulawesi, serta laut Maluku merupakan daerah yang sangat rawan terkena tsunami. Antara tahun 1600 hingga tahun 2000, sudah terjadi 32 kali tsunami, dimana 28 kali disebabkanoleh gempabumi dan 4 kali disebabkan oleh letusan gunungapi bawah laut.Keberadaan Indonesia yang terletak di daerah yang beriklim tropis dan hanya mengenal 2 musim,yaitu musim kemarau dan penghujan serta perubahan cuaca, temperatur, arah angin yang cukupekstrim menyebabkan Indonesia sangat rentan terkena bencana geologi. Perpaduan antara keadaanbentangalam dan jenis bebatuan yang ada dimana secara fisik dan kimiawi berbeda menjadikankondisi tanah di Indonesia cukup subur disamping berpotensi dan rawan terkena bencana hidro-meteorologi, seperti banjir, longsor, kebakaran hutan dan kekeringan. Seiring dengan meningkatnyaaktifitas manusia, kerusakan lingkungan juga semakin bertambah luas dan pada akhirnya dapatmenjadi pemicu terjadinya bencana hidro-meteorologi dengan frekuensi dan intensitas yangsemakin tinggi di beberapa wilayah di Indonesia. Sebagai contoh bencana banjir dan tanah longsoryang terjadi di Jember, Banjarnegara, Manado,

Page 22: mITIGASI gEOLOGI

Trenggalek dan beberapa tempat lainnya padatahun 2006.Meskipun ada usaha usaha dalam meminimalkan terjadinya degradasi lingkungan, prosespembangunan di indonesia juga telah mengakibatkan rusaknya ekologi dan lingkungan hidup.Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia sejauh ini hanya terfokus pada eksploitasisumberdaya alam (terutama dalam skala besar) untuk kelangsungan hidup manusia Indonesia.Sumberdaya hutan Indonesia menurun dari tahun ke tahun, sedangkan penambangan sumberdayamineral telah menyebabkan rusaknya ekosistem dan struktur tanah serta meningkatkan resikoterkena bencana.1.9.2. Jenis Bencana Alam Yang Sering Terjadi Di IndonesiaBerdasarkan catatan BAKORNAS, bencana yang melanda Indonesia dari tahun ke tahunmenunjukan peningkatan yang cukup signifikan. Selama periode 2003 –2005 telah terjadi 1.429bencana, baik yang disebabkan oleh bencana geologi maupun bencana yang berasal dari bencanahidro-meteorologi.

Berdasarkan jenis bencananya, bencana banjir menempati urutan pertama, yaitu sebesar 34,1 %diikuti oleh bencana tanah longsor sebesar 16 %, sedangkan bencana geologi (gempabumi, tsunamidan letusan gunungapi) menempati 6,4 %. Meskipun bencana geologi hanya menempati urutanketiga dari seluruh bencana yang terjadi pada periode tersebut, namun tingkat kerusakan danbesarnya kerugian yang disebabkan oleh bencana geologi tersebut sangat tinggi. Berdasarkancatatan, tingkat kerusakan dan kerugian yang terjadi oleh kombinasi antara bencana gempabumidan tsunami di Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatra Utara pada 26 Desember 2004 sertagempabumi di Nias, Sumatra Utara pada tanggal 28 Maret 2005 merupakan bencana yang palingdahsyat sepanjang sejarah Indonesia.1. Gempabumi dan TsunamiGempabumi relatif sering terjadi di Indonesia dan umumnya disebabkan oleh pergerakan lempenglempeng tektonik dan letusan gunungapi. Pergerakan lempeng tektonik yang terjadi disepanjangpantai barat pulau Sumatra merupakan tempat pertemuan lempeng Asia dan lempeng SamudraIndia sedangkan di pantai selatan pulau Jawa dan kepulauan Nusa Tenggara merupakan tempatpertemuan lempeng Australia dan lempeng Asia. Sulawesi dan Maluku sebagai tempat pertemuanlempeng Asia dan lempeng Samudra Pasifik. Pusat pertemuan antar lempeng tersebut menjadikanIndonesia sebagai daerah yang sering dilanda gempabumi dengan ribuan episenter yang tersebardisepanjang pertemuan lempeng. Gempabumi bawah laut merupakan pemicu terjadinya tsunami,terutama gempabumi yang terjadi di bawah laut yang diikuti oleh deformasi lantai samudra, sepertiyang terjadi di pantai barat Sumatra dan pantai utara Papua. Letusan Gunungapi juga dapatmenimbulkan tsunami seperti yang terjadi pada Gunung Krakatau di Selat Sunda pada tahun 1883.Bencana gempabumi dan tsunami umumnya berdampak pada hilanganya harta benda dan korban jiwa dan untuk merehabilitasi dan rekontruksinya dibutuhkan waktu yang cukup lama. Waktu yangdiperlukan untuk membangun kembali infrastruktur dan bangunan yang rusak akibat bencana tidak dapat secara langsung dilakukan namun memerlukan waktu hingga bertahun tahun. Dalam

Page 23: mITIGASI gEOLOGI

sejarahmodern kehidupan manusia, bencana tsunami sangat merusak dan berdampak sangat luas sertamemakan korban jiwa dan harta benda adalah tsunami yang terjadi pada tanggal 26 desember2004 di samudra India sebagai akibat dari gempabumi berskala 8.9 Richter yang berpusat di dekatpulau Simeulue, provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Tsunami ini telah merusak kota Banda Aceh,Pantai Barat Aceh dan Nias. Bencana juga menghantam negara-negara disepanjang Samudra Indiatermasuk Thailand, Malaysia, Andaman dan Nicobar, Sri Langka hingga ke pantai timur Afrika.Berdasarkan catatan lebih dari 165.862 jiwa manusia menjadi korban dalam peristiwa ini dan37.066 orang dinyatakan hilang. Total kerugian ekonomi diperkirakan mencapai 41 triliun rupiahdiluar dari kerugian yang diakibatkan oleh terganggunya kegiatan ekonomi dan produksi.Hanya 3 bulan setelah gempabumi Aceh terjadi lagi gempabumi yang sangat kuat yangmenghantam pulau Nias pada tanggal 28 Maret 2005. Pusat gempabumi ini berada didasar lautdisekitar kepulauan Nias dengan magnitud 8,2 skala Richter. Meskipun tidak memicu terjadinyatsunami, gempa Nias menyebabkan kerusakan yang cukup luas, terutama di kepulauan Nias danNias Selatan yang berada di propinsi Sumatra Utara serta wilayah Simeulue di Aceh. Jumlah korban jiwa yang tercatat sebanyak 915 jiwa dengan tingkat kerusakan yang cukup berat di seluruhkepulauan Nias. Pada tanggal 27 Mei 2006 terjadi lagi gempabumi dengan magnitude 5,9 skalaRichter yang berpusat di selatan Yogyakarta, tepatnya kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Gempabumi ini telah menelan korban sebanyak 5.749 jiwa, 38.568 luka-luka danratusan ribu orang kehilangan tempat tinggalnya. Total kerugian ekonomi diperkirakan mencapai29,2 triliun rupiah.2. Letusan GunungapiDi Indonesia terdapat 129 gunungapi aktif dan 500 gunungapi tidak aktif. Dari 129 gunungapi aktif atau 13 persen dari jumlah gunungapi aktif di dunia ada di Indonesia dan 70 persen eruptif dan 15dalam kondisi kritis. Persebaran gunungapi di Indonesia membentuk satu jalur yang berupa garismulai dari Sumatra, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara sebelum membelok ke arah utara, kearah lautBanda dan Sulawesi bagian utara. Panjang jalur gunungapi kurang lebih 7000 kilometer yang terdiri

dari gunungapi dengan karakteristik campuran. Saat ini lebih dari 10 persen penduduk Indonesiamendiami wilayah wilayah yang rentan terhadap letusan gunungapi. Selama lebih dari 100 tahun,sudah 175.000 jiwa telah menjadi korban dari letusan gunungapi.Indonesia yang berada pada zona beriklim tropis dengan musim kemarau dan penghujan telahberpengalaman menghadapi ancaman bencana longsoran dari material piroklastik yang berasal darihasil erupsi gunungapi, seperti aliran lahar atau perpindahan material gunungapi (piroklastik) yangberbahaya. Gunung Merapi adalah salah satu gunungapi sangat aktif di dunia. Gunungapi inimenunjukkan erupsi menghasilkan awan panas piroklastik dan longsoran kubah lava. Luncurankubah lava yang terjadi secara berulang-ulang sepanjang periode erupsi dan dapat memakan waktuhingga berbulan bulan. Sebagai gambaran, dari 13 Mei hingga 21 Juni 2006, gunung Merapiditetapkan dalam kondisi Siaga namun demikian tidak menunjukkan tanda tanda penurunanaktivitasnya. Semburan material piroklastik mencapai ratusan kali dengan

Page 24: mITIGASI gEOLOGI

radius hingga mencapai 6kilometer yang membahayakan pemukiman penduduk, terutama di wilayah kabupaten Sleman,Daerah Istimewa Yogyakarta, Klaten, dan Magelang di wilayah Jawa Tengah. Lebih dari 17.212 jiwatelah diungsikan sementara dan 2 orang meninggal dikarenakan terperangkap di lubangperlindungan yang berada di Kaliadem, Cangkringan, Sleman. (Data Bakornas pada 15 Juni 2006).3. BanjirBanjir merupakan kejadian yang selalu berulang setiap tahunnya di Indonesia, tercatat bahwakebanyakan terjadi pada musim penghujan. Berdasarkan sudut pandang morfologi, banjir terjadi dinegara negara yang mempunyai bentuk bentangalam yang sangat bervariasi dengan sungai nyayang banyak. Banjir di Indonesia umumnya terjadi di Indonesia bagian barat, karena tingkat curahhujan yang sangat tinggi dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian timur. Pertumbuhanpenduduk di Indonesia dan kebutuhan ruang sebagai tempat untuk mengakomodasi kehidupanmanusia dan mendukung aktivitasnya secara tidak langsung telah berperan terjadinya banjir.Penebangan hutan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ruang telah meningkatkansedimentasi di sungai-sungai, tidak terkendalinya air permukaan dan tanah menjadi jenuh air. Halini yang memungkinkan air permukaan menjangkau kawasan yang lebih luas yang pada akhirnyamenjadi penyebab banjir bandang seperti yang terjadi pada tahun 2003 di wilayah Bahorok danLangkat, Sumatra Utara dan di wilayah Ayah, Jawa Tengah.Dalam tahun 2006 bencana banjir yang melanda beberapa wilayah, termasuk bencana banjirbandang dan tanah longsor. Di Jember, Jawa Timur akibat banjir bandang dan tanah longsor telahmenelan korban sebanyak 92 orang meninggal dan 8.861 hanyut, sedangkan di Trenggalek 18orang meninggal. Banjir bandang yang disertai dengan tanah longsor terjadi juga di Manado,Sulawesi Utara yang memakan korban sebanyak 27 jiwa dan 30.000 hanyut. Bencana yang samaterjadi juga di Sulawesi Selatan pada bulan Juni 2006. Lebih dari 200 orang meninggal dunia danpuluhan lainnya hilang (Data Provinsi dari BAKORNAS, 23 Juni 2006).4. Tanah LongsorDi Indonesia peristiwa tanah longsor sering kali terjadi, terutama di tempat tempat yang berlerengterjal. Peristiwa tanah longsor umumnya dipicu oleh curah hujan yang sangat tinggi. Berdasarkandata, daerah daerah yang diduga rentan terhadap tanah longsor adalah kawasan pegunungan BukitBarisan di Sumatra, kawasan pegunungan di Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Tanah longsoryang yang sangat fatal juga terjadi di lokasi pemboran dan penggalian yang terjadi di daerahpertambangan. Tanah longsor juga terjadi setiap tahun, terutama di tempat tempat yang lahannyatidak stabil seperti di Jawa Tengah dan Jawa Barat.Hampir semua lahan di daerah tropis merupakan daerah yang rentan terhadap tanah longsorkarena tingkat pelapukan yang tinggi yang menyebabkan komposisi tanah didominasi oleh lapisanmaterial lepas. Di Indonesia, kestabilan lahan sangat besar peranannya sebagai zonasi penyanggakerusakan. Penebangan hutan yang sangat ektensif di zona penyangga telah meningkatkan potensiterjadinya tanah longsor. Sebagai contoh di Jawa Barat tercatat pada tahun 1990, sebanyak 791.519 Ha areal hutan telah mengalami penurunan menjadi 323.802 Ha pada tahun 2002. Hal ini

Page 25: mITIGASI gEOLOGI