Mkalah Flu Brung Dn Flu Babi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakangPenyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit ini yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapatberubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi.Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N). Padamanusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7.Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat virulen/ganas danmenyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahanhidup di air sampai 4 hari pada suhu 22C dan lebih dari 30 hari pada 30C. Virusakan mati pada pemanasan 60C selama 30 menit atau 56C selama 3 jam dan dengandetergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin.(Aditama TY., 2004)Konfirmasi Laboratorium WHO Reference (Juli 2005-23 Februari 2006) menyatakanbahwa, Indonesia menempati urutan ke 2 dunia dengan angka fatalitas kasus (CaseFatality Rate), yaitu sebesar 70,3% (dari 27 kasus, 19 meninggal). Kambojamenempati urutan pertama dengan CFR 100%, RRC di urutan 3 dengan CFR 66,6%.(dari 12 kasus, 8 meninggal), Thailand di urutan 4 dengan CFR 63,6% (dari 22 kasus,14 meninggal), Vietnam di urutan 5 dengan CFR 45,16% (dari 93 kasus, 42meninggal), Turki di urutan 6 dengan CFR 33,3% (dari 12 kasus, 4 meninggal).Untuk jumlah cluster AI dalam keluarga (family cluster), Indonesia memiliki jumlahterbesar, sebanyak 5 cluster. (WHO., 2004)Penyakit flu burung memiliki angka kematian tinggi, disebabkan karakteristikvirus H5N1 yang sangat ganas, hingga disebut sangat patogenik, cepat merusak organdalam (terutama paru-paru), cepat berkembang dan menular pada unggas, dapatterjadi mutasi adaptif dan reasortment, serta mudah resisten terhadap obat anti viral. (WHO., 2004). Jumlah kasus konfirmasi flu burung dari referensi Laboratorium Nasional adalah 27kasus, dan 19 diantaranya meninggal. Menurut jenis kelamin, 59,2% (16 kasus)adalah laki-laki, dan 40,8% (11 kasus) perempuan. 5 Propinsi memiliki kasus AI(dikonfirmasi) pada manusia, yaitu Banten, DKI Jakarta, Lampung, Jawa Barat, JawaTengah, pada 14 kabupaten. Propinsi Jawa Barat memiliki jumlah kasus terbanyak,10 orang dengan 8 diantaranya meninggal. DKI Jakarta pada urutan berikutnyadengan 9 kasus, 8 diantaranya meninggal. Berikutnya, Banten, memiliki 4 kasus, 3diantaranya meninggal. Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burungdi 10 propinsi di Indonesia juga sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor).(Depkes., 2005).Virus H1N1 pertama kali menimbulkan kasus yang besar dan di temukan di Daerah meksiko pada tahun 2009 kemudian menyebar dengan cepat di seluruh dunia termksud Inggris dan bahkan di laporkan pada tahun 2007 virus ini menyerang salah seorang masyarakat di pulau Luzon filiphina, Asia sebagai Benua terbesar di dunia dan di isi oleh berbagai Negara berkembang tidak terlepas dari keganasan virus ini,Benua Asia merupakan salah satu wilayah yang terserang wabah flu babi pada tahun 2009. Data yang dikumpulkan Badan Kesehatan Dunia, WHO, juga memperkirakan wabah empat tahun lalu itu menewaskan 200.000 orang di seluruh dunia. Tidak terkecuali Indonesia.Paling umum, kasus-kasus ini terjadi pada orang dengan paparan langsung dengan babi (misalnya anak-anak di dekat babi di dalam pameran atau pekerja di industri babi). Gejala flu babi pada orang diperkirakan mirip dengan gejala influenza musiman manusia biasa dan termasuk demam, lesu, kurang nafsu makan dan batuk. Beberapa orang dengan flu babi juga telah melaporkan pilek, sakit tenggorokan, mual, muntah dan diare. (CDC)

B. Rumusan masalah1. Apa pengertian avian Influenza?2. Apa etiologi dari avian Influenza?3. Bagaimana perjalanan penyakit dari avian Influenza?4. Apa tanda dan gejala yang terjadi pada klien dengan avian Influenza?5. Bagaimana penatalaksanaan pada klien dengan avian Influenza?6. Apa pengertian swine influenza?7. Apa etiologi dari swine influenza?8. Bagaimana perjalanan penyakit dari swine influenza?9. Apa tanda dan gejala yang terjadi pada klien dengan swine influenza?10. Bagaimana pathway mengenai avian influenza dan swine influenza?11. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan avian Influenza?12. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan swine influenza?

C. Tujuan1. Mengetahui pengertian avian Influenza?2. Mengetahuietiologi dari avian Influenza?3. Mengetahuiperjalanan penyakit dari avian Influenza?4. Mengetahuitanda dan gejala yang terjadi pada klien dengan avian Influenza?5. Mengetahui penatalaksanaan pada klien dengan avian Influenza?6. Mengetahui pengertian swine influenza?7. Mengetahui etiologi dari swine influenza?8. Mengetahui perjalanan penyakit dari swine influenza?9. Mengetahui tanda dan gejala yang terjadi pada klien dengan swine influenza?10. Mengetahui pathway mengenai avian influenza dan swine influenza?11. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan avian Influenza?12. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan swine influenza?

BAB IIPEMBAHASANA. Avian Influenza1. Pengertian Avian InfulenzaAvian influenza merupakan infeksi flu pada burung, namun bisa menyerang manusia yang tidak memiliki imunitas terhadapnya.Virus yang menyebabkan infeksi pada burung bisa bermutasi dan dengan mudah menginfeksi manusia dan berpotensi memulai epidemic mematikan yang menyebar ke seluruh dunia.Avian influenza atau flu burung merupakan penyakit infeksi akibat virus influenza tipe A yang biasa mengenai unggas. Virus influenza sendiri termasuk dalam family orthomyxoviruses yang terdiri dari tiga tipe yaitu A, B, dan C. Virus influenza tipe B dan C dapat menyebabkan penyakit pada manusia dengan gejala yang ringan dan tidak fatal sehingga tidak terlalu menjadi masalah. Virus influenza A dibedakan menjadi banyak subtipe berdasarkan petanda berupa tonjolan protein pada permukaan sel virus. Ada dua protein petanda virus influenza A yaitu protein hemaglutinin dilambangkan dengan H dan protein neuraminidase dilambangkan dengan N. Ada 15 macam protein H, H1 hingga H15, sedangkan N terdiri dari Sembilan macam, N1 hingga N9. Kombinasi dari kedua protein ini bisa menghasilkan banyak sekali varian subtipe dari virus influenza tipe A.Semua subtipe dari virus influenza A ini dapat menginfeksi burung unggas yang merupakan penjamu alaminya, sehingga virus influenza tipe A disebut juga sebagai influenza burung atau avian influenza. Di lain pihak, tidak semua subtipe virus influenza tipe A menyerang manusia. Subtipe yang lazim dijumpai pada manusia adalah dari kelompok H1, H2, H3, serta N1 dan N2 dan disebut sebagai human influenza. Avian influenza adalah virus influenza A subtipe H5N1 yang secara ringkas disebut virus H5N1. Virus ini digolongkan dalam Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI).Penyakit ini merupakan penyakit baru (new emerging disease) yang banyak menarik perhatian berbagai pihak karena penularannya yang sangat cepat dengan angka kematian yang tinggi.Avian flu juga melibatkan sector peternakan, khususnya unggas, yang mempunyai dampak besar terhadap ketersediaan daging (gizi) di masyarakat, dan sektor ekonomi para peternaknya.

2. EtiologiPenyebab flu burung adalah virus Avian Influenza dari famili Orthomyxoviridae. Virus strain A ini dibedakan menurut tipe hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N)-nya, sehingga virus ini dapat diklasifikasikan menurut subtipenya seperti H1N1, H2N1, .dst. Subtipe H5 dan N7 diperkirakan merupakan penyebab wabah dengan tingkat kematian yang tinggi (patogenik).Sampai saat ini sudah teridentifikasi 15 subtipe virus.Subtipe H5N1dapat bermutasi secara genetic dengan subtype lain sehingga dapat menular ke manusia atau hewan selain burung. Galur H5N1 bertanggung jawab atas terjadinya wabah flu di Hongkong pada tahun 1997 dan merupakan penyebab kematian manusia (zoonosis) di Vietnam pada bulan Januari 2004. Virus ini juga diidentifikasi berdasarkan strainnya, yaitu strain A, B, dan C. WHO melaporkan bahwa virus AI strain A bertanggung jawab atas terjadinya wabah flu burung saat ini.

3. EpidemiologiSampai bulan Juni 2007 sebanyak 313 orang di seluruh dunia telah terjangkit virus AI dengan 191 diantaranya meninggal (CFR=61%). Kasus penyakit ini meningkat cepat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 tercatat terdapat 4 kasus, kemudian berkembang menjadi 46 kasus (2004), 97 kasus (2005), 116 kasus (2006), dan pada tahun 2007 per tanggal 15 Juni sudah dilaporkan terjadi 50 kasus dengan angka kematian 66%. Hingga 5 Agustus 2005, WHO melaporkan 112 kasus A (H5N1) pada manusia yang terbukti secara pemeriksaan mikrobiologi berupa biakan atau PCR. Kasus terbanyak dari Vietnam, disusul Thailand, Kamboja, dan terakhir dari Indonesia.Sebagian besar kasus konfirmasi WHO di atas, sebelumnya mempunyai riwayat kontak yang jelas dengan unggas atau produk unggas.Disimpulkan sementara bahwa jalur paling mungkin terjadinya infeksi avian influenza pada manusia adalah dari unggas ke manusia.Mengenai penularan dari manusia ke manusia masih mungkin didasarkan adanya laporan 3 kasus konfirmasi abian influenza pada saru keluarga Thailand.Hanya 1 kasus yang mempunyai riwayat kontak dengan unggas yaitu mengubur ayam mati. Dua kasus lainnya sama sekali tidak mempunyai riwayat kontak dengan unggas, namun hanya berhubungan dengan kasus pertama. Hingga 6 Agustus 2005, sudah jutaan ternak mati akibat avian influenza. Sudah terjadi ribuan kontak antar petugas peternak dengan unggas yang terkena wabah.Ternyata kasus avian influenza pada manusia yang terkonfirmasi hanya sedikit di atas seratus.Dengan demikian walau terbukti adanya penularan dari unggas ke manusia, proses ini tidak terjadi dengan mudah.Terlebih lagi penularan antar manusia, kemungkinan terjadinya lebih kecil lagi.

4. PatogenesisPenyebaran virus Avian Influenza (AI) terjadi melalui udara (droplet infection)dimana virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran napas atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran droplet).Virus yang tertanam pada membran mukosa ajan terpajan mukoprotein yang mengandung asam sialat yang dapat mengikat virus.Reseptor spesifik yang dapat berikatan dengan virus influenza berkaitan dengan spesies darimana virus berasal. Virus avian influenza manusia (Human influenza viruses) dapat berikatan dengan alpha 2,6 sialiloligosakarida yang berasal dari membrane sel dimana didapatkan residu asam sialat yang dapat berikatan dengan residu galaktosa melalui ikatan 2,6 linkage. Adanya perbedaan pada reseptor yang terdapat pada membrane mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus AI tidak dapat mengadakan replikasi secara efisien pada manusia.Mukoprotein yang mengandung protein neuraminidase pada permukaannya dapat memecah ikatan tersebut. Virus selanjutnya akan melekat pada epitel permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut. Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu singkat virus dapat menyebar ke sel-sel didekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari. Lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengkerut kemudian mengalami piknosis.Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia kemudian terbentuk badan inklusi.Virus AI dapat hidup selama 15 hari di luar jaringan hidup. Virus pada unggas akan mati pada pemanasan 80oC selama 1 menit, dan virus pada telur akan mati pada suhu 64oC selama 5 menit. Virus akan mati dengan pemanasan sinar matahari dan pemberian desinfektan.Secara genetik, virus influenza tipe A sangat labil dan tidak sulit beradaptasi untuk menginfeksi spesies sasarannya. Virus ini tidak memiliki sifat proof reading, yaitu kemampuan untuk mendeteksi kesalahan yang terjadi dan memperbaiki kesalahan pada saat replikasi. Ketidakstabilan sifat genetik virus inilah yang mengakibatkan terjadinya strain/jenis/mutan virus yang baru. Akibat dari proses tersebut virulensi virus AI dapat berubah menjadi lebih ganas dari sebelumnya (HPAI, high pathogenic avian influenza).Karakteristik lain dari virus ini adalah kemampuannya untuk bertukar, bercampur, dan bergabung dengan virus influenza strain lain sehingga menyebabkan munculnya strain baru yang bisa berbahaya bagi manusia. Mekanisme ini juga menyebabkan kesulitan dalam membuat vaksin untuk program penanggulangan.Mekanisme penularan flu burung pada manusia melalui beberapa cara:a. Virus unggas liar unggas domestik manusia.b. Virus unggas liar unggas domestik babi manusia.c. Virus unggas liar unggas domestik (dan babi) manusia manusia.Sampai bulan Maret 2006, penularan dari manusia ke manusia lain (human-to-human transmission) masih sangat jarang. Meskipun demikian, para ahli mengkhawatirkan adanya kasus-kasus klaster keluarga karena merupakan indicator penularan antarmanusia.Munculnya kasus-kasus klaster dalam skala kecil dan simultan yang diikuti klaster-klaster skala besar merupakan tanda munculnya pandemik.

5. Manifestasi KlinisMasa inkubasi avian influenza sangat pendek yaitu 3 hari, dengan rentang 2-4 hari.Manifestasi klinis avian influenza pada manusia terutama terjadi di system respiratorik mulai dari yang ringan sampai berat. Manifestasi klinis avian influenza secara umum sama dengan gejala ILI (Influenza Like Illness), yaitu batuk, pilek, dan demam. Demam biasanya cukup tinggi yaitu >38oC. Gejala lain berupa sefalgia, nyeri tenggorokan, mialgia, malaise.Adapun keluhan gastro-intestinal berupa diare dan keluhan lain berupa konjungtivitis. Spektrum klinis bisa sangat bervariasi, mulai dari asimtomatik, flu ringan hingga berat, pneumonia, dan banyak yang berakhir dengan ARDS (acute respiratory distress syndrome).Perjalanan klinis avian influenza umumnya berlangsung sangat progresif dan fatal, sehingga sebelum sempat terfikir tentang avian influenza, pasien sudah meninggal.Mortalitas penyakit ini hingga laporan terakhir sekitar 50%.Kelainan laboratorium hematologi yang hampir selalu dijumpai adalah lekopenia, limfopenia, dan trombositopenia.Cukup banyak kasus yang mengalami gangguan ginjal berupa peningkatan ureum dan kreatinin.Kelainan gambaran radiologis toraks berlangsung sangat progresif dan sesuai dengan manifestasi klinisnya namun tidak ada gambaran yang khas.Kelainan foto toraks bisa berupa infiltrat bilateral luas infiltrat difus, multilokal, atau tersebar (patchy); atau dapat berupa kolaps lobar.

6. PencegahanA. Peternak Orang yang kontak dengan unggas (misalnya peternak ayam) harus menggunakan masker, baju khusus, kaca mata renang. Membatasi lalu lintas orang yang masuk ke peternakan. Mendisinfeksi orang dan kendaraan yang masuk ke peternakan. Mendisinfeksi peralatan peternakan. Mengisolasi kandang dan kotoran dari lokasi peternakan.B. Masyarakat Umum Memilih daging yang baik dan segar. Memasak daging ayam minimal 80oC selama satu menit dan telur minimal 64oC selama lima menit (atau sampai air atau kuahnya mendidih cukup lama). Menjaga kesehatan dan ketahanan umum tubuh dengan makan, olahraga, dan istirahat yang cukup. Segera ke dokter/puskesmas/rumah sakit bagi masyarakat yang mengalami gejala-gejala di atas.

7. Pengobatan Suportif: vitamin, misalnya vitamin C dan B kompleks. Simtomatik: analgesic, antitusif, mukolitik Profilaksis: antibiotik Pengobatan antivirus denfan olsetamivir (Tamiflu) dan bisa juga zanamivir (Relenza), bisa mengurangi keparahan penyakit jika mulai diberikan 48 jam setelah gejala mulai terlihat. Oseltamivir juga bisa diberikan untuk anggota keluarga yang bersentuhan dengan orang yang terdiagnosis avian flu.

8. KomplikasiKomplikasi akan terjadi bila pasien terlambat dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Adapaun komplikasinya adalah gagal nafas dan gagal multi organ yang ditandai dengan gejala tidak berfungsinya ginjal dan jantung, sampai dengan sepsis dan bahkan kematian.Komplikasinya adalah sebagai berikut; Meningitis Encepalitis Miocarditis Diare Paralisis akut flaksid

9. Uji Diagnostik Influenza A/H5 (keturunan Asia) Virus real time RT-PCR PrimerdanProbe Set bisa memberikan hasil permulaan dalam waktu 4 jam, sedangkan uji yang lama membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari. Hasil pada sinar-X dada, kultur nasofaringeal, dan diferensiasi darah juga membantu memastikan diagnosis.

10. Tindakan Keperawatan Minta pasien memanggil praktisinya jika ia mengalami gejala mirip flu dalam waktu 10 hari setelah memegang burung yang terinfeksi atau bepergian ke area yang diketahui terserang avian flu. Para pelancong sebaiknya tidak mengunjungi pasar burung hidup di area yang terserang avian flu. Orang yang bekerja dengan burung dan mungkin terinfeksi sebaiknya memakai pakaian pelindung dan masker bernapas khusus. Katakan pada pasien bahwa menghindari daging yang mentah atau tidak masak akan mengurangi resiko paparan avian flu dan penyakit terbawa makanan lainnya. Ajari pasien cara membuang tisu dan teknik mencuci tangan yang besar. Lihat adakah tanda dan gejala komplikasi.

B. Swine Influenza1. Pengertian Swine InfluenzaInfluenza babi merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang sangat menular, disebabkan oleh virus influenza tipe A yang termasuk dalam orthomyxo virus. Babi merupakan induk utama virus influenza babi, namun demikian virus tersebut dapat juga menular pada manusia dan bangsa burung atau sebaliknya.Flu babi adalah influenza yang disebabkan oleh H1N1 virus (Dr. Ananya Mandal, MD).Flu babi (swine influenza) adalah penyakit virus yang disebabkan oleh strain virus influenza yang biasanya menginfeksi babi yang disebut swine influenza virus (SIV). Virus ini banyak ditemukan di Amerika Utara dan Amerika Selatan, Eropa, Kenya, Cina daratan dan Asia Timur yang dapat menimbulkan wabah (epidemi) penyakit pernafasan pada babi. Virus penyebab flu babi dapat diisolasi pertama kali dari babi ke penderita flu babi pada tahun 1930, yaitu virus influenza tipe Adari famili Orthomyxoviridae. Terdapat empat jenis subtipe Virus Influenza tipe A pada babi, namun yang paling sering menjadi penyebabnya adalah Virus Influenza tipe A subtipe H1N1.

2. EtiologiVirus penyebab flu babi dapat diisolasi pertama kali dari babi ke penderita flu babi pada tahun 1930, yaitu virus influenza tipe Adari famili Orthomyxoviridae. Terdapat empat jenis subtipe Virus Influenza tipe A pada babi, namun yang paling sering menjadi penyebabnya adalah Virus Influenza tipe A subtipe H1N1.

3. EpidemiologiVirus flu babi yang mudah ditularkan dari babi ke babi lainnya, dapat ditularkan ke mamalia lainnya, ke unggas, terutama unggas air dan kalkun, baik secara langsung melalui udara pernafasan maupun sesudah terjadinya proses mutasi atau reassortment genetic.Dalam hal ini babi dapat menjadi horpes tempat terjadinya perubahan genetik, yang menghasilkan virus strain baru yang lebih ganas. Wabah virus influenza A subtipe Asia di duga terjadi juga akibat penularan dari bebek ke babi karena kedua jenis hewan tersebut di pelihara secara bersamaan di banyak keluarga. Hal ini terbukti pada Virus flu burung (Avian influenza virus).H3N2 dan H5N1 ternyata ditemukan pada populasi babi di Cina.Varian baru strain H3N2 ternyata juga telah menyebar ke Vietnam, sedangkan infeksi dengan virus avian influenza H5N1 ditemukan pada babi-babi yang dikandangkan di dekat pertenakan ayam di Jawa Barat, Indonesia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya epidemi atau pandemi influenza di masa depan. Penyebaran penyakit ke daerah yang baru umumnya terjadi akibat perpindahan babi yang sakit atau manusia yang menjadi carrier.Virus flu babi adalah penyebab wabah global (pandemi) flu pada manusia di tahun 1918-1920, terkenal sebagai flu Spanyol (Spanish flu) yang menimbulkan kematian lebih dari 20 juta jiwa.Pada masa pandemi tersebut virus influenza menyerang baik manusia maupun babi secara bersamaan waktunya. Diduga strain flu babi yang sedang mewabah pada tahun 2009 juga menjadi penyebab wabah flu di tahun 1976. Sebenarnya wabah flu babi boleh dikatakan selalu terjadi setiap musim dingin di Amerika Utara dan Eropa. Juga epidemi flu babi dilaporkan pernah terjadi di Afrika Selatan, Kenya, India, Cina, Hongkong, Jepang, Singapura dan Amerika Selatan.

4. PatogenesisPada penyakit influenza babi, virus masuk melalui saluran pernafasan atas, kemungkinan lewat udara. Virus menempel pada trakea dan bronki dan berkembang secara cepat yaitu dari 2 jam saat ia berada di dalam sel epitel bronkus hingga 24 jam pos infeksi. Hampir seluruh sel terinfeksi virus dan menimbulkane ksudat pada bronkus.Infeksi dengan cepat menghilang pada hari ke 9 (ANON., 1991). Lesi akibat infeksi sekunder dapat terjadi pada paru-paru karena aliran eksudat yang berlebihan dari bronkhi. Lesi ini akan hilang secara cepat tanpa meninggalkan adanya kerusakan. Pneumonia sekunder biasanya karena serbuan Pasteurella multocida, terjadi pada beberapa kasus dan merupakan penyebab kematian.(BLOOD and RADOSTITS, 1989)

5. Manifestasi KlinisPada waktu terjadi wabah flu babi di suatu pertenakan babi, boleh dikatakan hampir seluruh populasi babi dipeternakan tersebut menjadi sakit secara bersamaan.Epidemi umumnya terjadi di musim dingin dengan babi muda umumnya menderita sakit yang lebih berat. Babi penderita influenza akan mengalami demam, depresi, batuk-batuk, bersin-bersin, sulit bernafas, mata mengalami peradangan sehingga bewarna merahdan terganggu nafsu makannya. Sesudah itu babi akan mengalami gangguan pernafasan akut berupa batuk-batuk hebat, bersin-bersin, pernafasan perut yang tidak teratur. Mata dan hidung babi yang sakit akan selalu mengeluarkan cairan. Pada beberapa ekor babi bunting yang sakit dapat mengalami abortus. Sebagian besar babi akan sembuh kembali dalam waktu 6 hari, dengan kematian hanya terjadi pada 1% dari babi yang sakit. Kematian biasanya terjadi pada anak babi atau jika terjadi gangguan pernafasan yang berat.Pada manusia terinfeksi flu babi H1N1 hanya sebagian kecil yang menimbulkan gejala klinis berupa gejala klinis influenza yang umum terjadi, yaitu demam, batuk, pilek, sakit tenggorokkan, sakit seluruh badan, sakit kepala, menggil dan rasa lelah. Selain itu penderita dapat juga mengalami diare dan muntah-muntah.Pada pandemi tahun 2009, penyebabnya bukanlah virus H1N1 yang zoonotik karena penularan pada manusia tidak berasal dari babi, malainkan penularan dari manusia ke manusia.Pada flu babi dengan gejala klinis yang berat, hal ini disebabkan oleh terjadinya pneumonia yang umumnya merupakan penyebab kematian penderita.Gejala dari flu babi, yaitu: Demam Sakit kepala Nyeri otot Kelelahan Kehilangan nafsu makan Bersin dan batuk Mual Muntah-muntah dan diare Sesak Sakit tenggorokan

6. PencegahanPencegahan penyebaran flu babi dilakukan dengan melakukan pencegahan pada babi, mencegah penularan dari babi ke manusia, dan mencegah penyebaran flu babi antar manusia.a. Pencegahan pada babiPencegahan menjalarnya flu babi pada populasi babi dilakukan dengan mengatur manajemen pemeliharaan dengan mengatur suhu kandang, melakukan disinfektans, memisahkan babi sakit dari yang sehat dan melakukan vaksinasi babi.Karena kematian babi juga akibat infeksi sekunder dengan mikroorganisme lainnya, vaksinasi terhadap infeksi bakteri dan lainnya penting untuk mencegah tingginya angka kesakitan dan kematian babi.Jika flu babi telah terjadi pada populasi babi, babi yang sakit harus segera diberikan terapi suportif. Babi yang sakit harus diisolasi di tempat yang kering, bersih, dan lingkungan yang bebas debu. Antibiotika juga diberikan untuk mengatasi infeksi sekunder bakterial yang umumnya terjadi. Vaksinasi yang dilakukan pada babi dapat menurunkan beratnya gejala klinis pada hewan yang terserang flu babi.

b. Pencegahan pada manusia Penularan flu babi antar manusia seperti halnya penularan influenza lainnya sulit dilakukan, karena virus sudah dapat menular ke orang lain sebelum penderita menunjukkan gejala klinis yang jelas. Tindakan untuk menjaga diri sendiri dan orang lain dari penularan flu babi dianjurkan oleh WHO misalnya memakai masker jika sedang menderita flu, menunda perjalanan atau bepergian jika sedang sakit flu, dan jika sakit apapun sesudah perjalanan ke luar negeri agar segera berobat.Mencegah penularan flu babi terhadap diri sendiri dilakukan dengan selalu menghindari kontak dengan penderita yang demam dan batuk, selalu mencuci tangan dengan sabun dan air sesering mungkin, dan menjaga kondisi tubuh sebaik-baiknya dengan tidur cukup, mengkonsumsi makanan bergizi dan selalu aktif bergerak dan berolahraga.Vaksinasi virus influenza A (H1N1) pada waktu ini sedang diteliti secara intensif, namun sebelum dapat disediakan secara komersial. Menurut WHO (EPR) pada 2 Mei 2009, karena virus penyebab pandemi yang sekarang sedang berlangsung termasuk strain baru new influenza A (H1N1), maka vaksin influenza yang tersedia adalah seasonal influenza vaccine tidak dapat digunakan. Namun pada saat ini setiap tahunnya influenza musiman (seasonal influenza) masih menyebabkan sakitnya 3-5 juta penderita flu di seluruh dunia dengan kematian antara 250.000-500.000 orang sehingga vaksin flu musiman masih diperlukan.

7. PengobatanKarena flu babi jarang menimbulkan kematian pada babi, istirahat dan perawatan yang baik cukup untuk mengatasi infeksi flu babi pada hewan yang sakit.Pemberian antibiotik dilakukan untuk mencegah terjadinya pneumonia bakterian dan infeksi sekunder lainnya.Pengobatan flu babi pada manusia yang sakit dengan obat anti virus Tamiflu (oseltamifir) atau Relenza (zanamivir) dapat memperingan gejala klinis penyakit dan keluhan penderita.Selain itu komplikasi yang berat dapat di cegah.Obat antivirus harus diberikan segera, tidak lebih dari dua hari sesudah timbulnya gejala.Selain pemberian obat antivirus, pengobatan palliatif dengan perawatan yang baik di rumah sakit, terutama untuk mengatasi demam dan mengatur keseimbangan cairan.

8. KomplikasiKomplikasi yang dapat terjadi, yaitu: Meningitis Miokarditis Pneumonia

9. Uji DiagnostikDiagnosis flu babi sebenarnya sudah dapat diarahkan dengan memperhatikan gejala-gejala klinis dan epidemiologi penyakit ini.untuk menetapkan diagnosis pasti, berbagai teknik diagnosis dapat dilakukan, yaitu: Pemeriksaan imunohistokimia Hemagglutination-inhibition yang dilakukan bersama neuramidase inhibition ELISA PCRSebagai bahan pemeriksaan yang dapat digunakan adalah hapusan hidung (nasal swab) atau hapusan faring (pharyngeal swab) dari penderita yang hidup, atau bahan jaringan paru penderita yang sudah mati.Untuk pemeriksaan serologi, sampel darah penderita sebanyak 20 ml pada saat penyakit edang akut dan pada stadium konvalesen (2-3 minggu sesudahnya).Pada umumnya dilakukan uji hemaglutinasi inhibisi untuk menunjukkan adanya kenaikan titer antibodi.Pemeriksaan serologi terhadap penderita muda lebih sulit dipastikan hasilnya karena masih ada antibodi maternal.Identifikasi virus dapat ditentukan melalui imunohistokimia, uji inhibisi-hemaglutinasi bersama uji neuramidase, ELISA,dan PCR.

C. PATH WAY

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas batuk

konjungtivitisnyeri Virusflu burung

malaiseNyeri tenggorokkanmialgiaudara

Ketidak efektifan mobilitas fisikKerja otot Saluran pernafasan

Saluran nafas tersumbatpneumonia

Metabolisme Replikasi

Penumpukan cairan di alveoliRespon tubuh thd infeksi

Produksi sekret demamSuhu tubuh inflamasi

Resiko penularan infeksi

Penyebaran virus berlanjut

Obstruksi jalan nafasMual / muntah

Hipertermi

Kerusakan pertukaran gasPeredaran darahPenurunan nafsu makan

diare

Resiko syok hipovolemikResiko pemenuhan nutrisi (-) kebutuhan

pilekGg. Keseimbangan cairan

O2 yang di hirup berkurang

meningitisencepalitismiokarditisSistem saraf

Suplay O2 ke otak berkurang

Paralisis akut flaksid

nyerisefalgia

nyeriVirus flu babi

nyeriSakit kepalaSakit seluruh badanSaluran pernafasan

Suplay o2 berkurangNyeri ototTrakea dan bronkus

Metabolisme

Replikasi di bronkus

pilekRespon tubuh terhadap infeksi

Suhu tubuh Inflamasi

Saluran nafas menyempit di bronkiolusNyeri tenggorokkanPenyebaran virus berlanjut

hipertermidemam

batukPeredaran darah

Suplay o2 berkurang ke parumenggigilMual dan muntah

Ketidakefektifan bersihan jalan nafasmalaisediare

Penurunan nafsu makanGg. Keseimbangan cairan

Hambatan mobilitas fisiksesak

Resiko pemenuhan nutrisi (-) kebutuhan

miokarditismeningitis

pneumonia

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian1. Biodata Mencakup nama lengkap, nama panggil, tanggal lahir, alamat, suku, bangsa.2. Riwayat kesehatan Keluhan utamaKeluhan yang sering muncul pada klien dengan flu burung/flu babi antara lain sakit kepala hebat, nyeri otot, demam, menggigil, fatigue, weakness, anoreksia (tidak nafsu makan, sakit tenggorokan, batuk, bersin, rinorhea, hidung tersumbat, dan pada beberapa klien dapat mengeluh kelemahan umum selama 1-2 minggu setelah periode akut. Pada klien dengan flu babi, gejala tambahan berupa diare. Riwayat kesehatan masa lalu Riwayat kesehatan keluarga 3. Pola kehidupan sehari-hari4. Pemeriksaan fisik Kepala dan leherObservasi: Memungkinkan adanya konjungtivitis, wajah memerah, sianosis, ekspresi meringis, sakit kepala PernafasanObservasi: Sakit tenggorokan, batuk, sesak, penumpukan sekret di mukosa hidung, peningkatan RR, ronkhi/crackles. AbdominalObservasi: Anoreksia, malaise, diare, mual, muntah NeurologiObservasi: Myalgia, nyeri sendi, nyeri otot Suhu tubuhObservasi: Hipertermi PerilakuObservasi: Distraksi

B. Diagnosa KeperawatanBerikut ini adalah diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita flu babi/flu burung:1. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen (hipoventeilasi)2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan jumlah secret3. Ketidakefektifan pola nafas b/d proses inflamasi4. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan (demam,berkeringat banyak, nafas mulut atauhiperventilasi, muntah, diare)5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kehilangan cairan melalui diare, intake yang tidak adekuat6. Hipertermi b/d proses inflamasi7. Nyeri b/d batuk menetap8. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan umum

C. Intervensi Keperawatan1. Dx : Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen (hipoventilasi)Kriteria Hasil : Menunjukkan perbedaan ventilasi dan oksigenisasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.IntervensiRasional

Mandiri:Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernafasan. Observasi penggunaan otot bantu, nafas bibir, perubahan kulit/membrane mukosa, pucat, sianosisPernafasan meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya jaringan paru.

Pertahankan kepatenan jalan nafas klien dengan memberikan posisi, penghisapan, dan penggunaan alat jika perluObstruksi jalan nafas mempengaruhi ventilasi, mengganggu pertukaran gas (rujuk DK: bersihan jalan nafas tak efektif)

Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien pada posisi duduk, telentang, atau miringMemaksimalkan ekspansi paru dan drainase sekret

Dorong/bantu dengan latihan nafas dalam dan nafas bibir dengan tepatMeningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi dan menurunkan/mencegah atelektasis

2. Dx : Bersihan jalan nafas tak efektif b/d peningkat jumlah/viskositas sekret.Kriteria Hasil : Menunjukkan patensi jalan nafas, dengan cairan sekret mudah dikeluarkan, bunyi nafas jelas, dan pernafasan tak bising.IntervensiRasional

Mandiri:Observasi jumlah dan karakter sputum/aspirasi sekret. Selidiki perubahan sesuai indikasiPeningkatan jumlah sekret yang tebal/kental kemungkinan disebabkan oleh infeksi

Observasi penurunan ekspansi dinding dada dan adanya/peningkatan fremitusEkspansi dada terbatas atau tak sama berhubungan dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus.

Catat karakteristik batuk (menetap, efektif/tidak efektif) juga produksi dan karakteristik sputum.Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/etiologi gagal pernafasan. Sputum, bila ada mungkin banyak

Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500 ml/hari) dalam toleransi jantung.Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekret hilang/peningkatan pengeluaran.

Kolaborasi:Berikan bronkodilator, ekspektoran, dan/atau analgesik bila perluMenghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara

3. Dx : Ketidakefektifan pola nafas b/d proses inflamasiKriteria Hasil : Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman rentang normal dan paru jelas/bersih.IntervensiRasional

Mandiri:Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan, termasuk penggunaan otot bantu/pelebaran nasal.Kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas. Kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas.

Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur dan ambulasi sesegera mungkin.Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan. Pengubahan posisi dan ambulasi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.

Dorong/bantu pasien napas dalam dan latihan batuk. Penghisapan per oral nasotrakeal bila diindikasikan.

Untuk mengeluarkan sputum yang terdapat di saluran nafas.

Kolaborasi:Berikan oksigen tambahanMemaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

Bantu fisioterapi dadaMemudahkan upaya pernafasan dalam dan meningkatkan drainase sekret dari segmen paru ke dalam bronkus. Dimana dapat lebih mempercepat pembuangan dengan batuk/hisapan

4. Dx : Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, nafas mulut/hiperventilasi, muntah, diare)Kriteria hasil : Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat. (missal: membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.IntervensiRasional

Mandiri:Kaji perubahan TTV (suhu tubuh, takikardi, hipotensi ortostatik)Peningkatan suhu meningkatkan laju metabolic dan kehilangan cairan melalui evaporasi. TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan cairan sistenik.

Pantau masukan dan keluaran, catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan. Ukur berat badan sesuai indikasi.Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian.

Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari atau sesuai kondisi individual.Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan resiko dehidrasi.

Kolaborasi:Beri obat sesuai indikasi (mis:antipiretik, antiemetik)Berguna menurunkan kehilangan cairan.

Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluanPenggunaan parenteral dapat memperbaiki kekurangan cairan.

5. Dx : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kehilangan cairan melalui diare, intake yang tidak adekuatKriteria Hasil : - Menunjukkan peningkatan nafsu makan- Mempertahankan/meningkatkan berat badanIntervensiRasional

Identifikasi faktor yang menyebabkan mual/muntah (mis.:sputum banyak, dispnea, nyeri)Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah

Berikan makanan porsi kecil tapi sering dan/atau makanan yang menarik perhatian klienTindakan ini dapat meningkatkan asupan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.

Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.Untuk mengkaji respon terhadap terapi yang diberikan

Pantau kebersihan mulut klienKebersihan mulut mempengaruhi nafsu makan seseorang

6. Dx : Hipertermi b/d proses inflamasiKriteria Hasil : - Suhu tubuh, nadi dan RR dalam rentang normal- Tidak ada perubahan warna kulitIntervensiRasional

Mandiri:Monitor suhu sesering mungkin Suhu tubuh berubah-ubah sesuai proses inflamasi

Monitor tekanan darah, nadi dan RRPeningkatan TD, nadi, dan RR dapat meningkatkan suhu tubuh

Monitor penurunan kesadaranPeningkatan suhu tubuh dapat menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran

Berikan selimut tidak terlalu tebalMencegah evaporasi

Kolaborasi:Pemberian cairan IVPemenuhan cairan dapat menurunkan kenaikan suhu tubuh

7. Dx : Nyeri b/d batuk menetapKriteria Hasil : - Klien menyatakan nyeri hilang/terkontrol. Menunjukkan rileks, istirahat/tidur/ dan peningkatan aktivitas dengan tepat.IntervensiRasional

Mandiri:Kaji karakteristik/lokasi/intensitas nyeriUntuk pemilihan intervensi selanjutnya

Pantau TTVPerubahan TTV menunjukkan bahwa klien mengalami nyeri, khususnya bila ada alas an lain untuk perubahan TTV telah terlihat

Berikan tindakan nyaman (mis.: pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang/perbincangan, relaksasi/latihan nafas)Tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.

Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk (rujuk ke DK: Bersihan jalan nafas tidak efektif)Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan supaya batuk.

Kolaborasi:Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasiObat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non-produktif atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.

8. Dx : Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umumKriteria Hasil : Melaporkan/meunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentang normal

IntervensiRasional

Mandiri:Evaluasi respon klien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan TTV selama dan setelah aktivitasMenetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan pilihan intervensi

Bantu klien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan/atau tidurTirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energy untuk penyembuhan.

Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhanMeminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

D. Implementasi KeperawatanImplementasi adalah melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditegakkan.E. Evaluasi KeperawatanMengevaluasi kembali implementasi yang telah dilakukan, apakah kriteria hasil tercapai seluruhnya, tercapai sebagian, atau tidak tercapai. Hal ini dilakukan untuk mengambil tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

BAB IVPENUTUPA. KesimpulanAvian influenza merupakan infeksi flu pada burung, namun bisa menyerang manusia yang tidak memiliki imunitas terhadapnya.Virus yang menyebabkan infeksi pada burung bisa bermutasi dan dengan mudah menginfeksi manusia dan berpotensi memulai epidemic mematikan yang menyebar ke seluruh dunia.Flu babi (swine influenza) adalah penyakit virus yang disebabkan oleh strain virus influenza yang biasanya menginfeksi babi yang disebut swine influenza virus (SIV).

B. SaranBanyak kekurangan yang penulis sajikan dalam pembuatan makalah ini, untuk itu diperlukan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Widoyono, MPH. Penyakit Tropis. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. 2008.Wilkins & Williams. Nursing (Understanding Diseases). Jakarta: PT Indeks. 2011.Nurafif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA. Jilid II. Yogyakarta: Medication Publishing. 2013.

26