53
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Mata merah merupakan keluhan penderita yang sering kita dengar. Keluhan ini timbul akibat terjadinya perubahan warna bola mata yang sebelumnya berwarna putih menjadi merah. Pada mata normal sklera terlihat berwarna putih karena sklera dapat terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsul Tenon yang tipis dan tembus sinar. Hiperemia konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh darah. Bila terjadi pelebaran pembuluh darah konjungtiva atau episklera atau perdarahan antara konjungtiva dan sklera maka akan terlihat warna merah pada mata yang sebelumnya berwarna putih. Mata terlihat merah akibat melebarnya pembuluh dara konjungtiva yang terjadi pada peradangan mata akut, misalnya : konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis. Pada keratitis, pleksus arteri konjungtiva permukaan melebar, sedang pembuluh darah arteri perikornea yang letak lebih dalam akan melebar pada iritis dan glaukoma akut kongestif. Pada konjungtivitis dimana pembuluh darah superfisial yang melebar. Pada konjungtiva terdapat pembuluh darah : Arteri konjungtiva posterior yang memperdarahi konjungtiva bulbi, arteri siliar anterior atau episklera yang memberikan 1

MMVM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mata merah visus menurun

Citation preview

Page 1: MMVM

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Mata merah merupakan keluhan penderita yang sering kita dengar. Keluhan ini timbul

akibat terjadinya perubahan warna bola mata yang sebelumnya berwarna putih menjadi

merah. Pada mata normal sklera terlihat berwarna putih karena sklera dapat terlihat

melalui bagian konjungtiva dan kapsul Tenon yang tipis dan tembus sinar.

Hiperemia konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun

berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh darah. Bila

terjadi pelebaran pembuluh darah konjungtiva atau episklera atau perdarahan antara

konjungtiva dan sklera maka akan terlihat warna merah pada mata yang sebelumnya

berwarna putih.

Mata terlihat merah akibat melebarnya pembuluh dara konjungtiva yang terjadi pada

peradangan mata akut, misalnya : konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis. Pada

keratitis, pleksus arteri konjungtiva permukaan melebar, sedang pembuluh darah arteri

perikornea yang letak lebih dalam akan melebar pada iritis dan glaukoma akut kongestif.

Pada konjungtivitis dimana pembuluh darah superfisial yang melebar.

Pada konjungtiva terdapat pembuluh darah : Arteri konjungtiva posterior yang

memperdarahi konjungtiva bulbi, arteri siliar anterior atau episklera yang memberikan

cabang : arteri episklera masuk ke dalam bola mata dan dengan arteri siliar posterior

longus bergabung membentuk arteri sirkular mayor atau pleksus siliar, yang akan

memperdarahi iris dan badan siliar, arteri perikornea yang memperdarahi kornea, arteri

episklera yang terletak di atas sklera, merupakan bagian arteri siliar anterior yang

memberikan perdarahan ke dalam bola mata.

Bila terjadi pelebaran pembuluh-pembuluh darah di atas maka akan terjadi mata

merah. Selain pembuluh darah, mata merah juga dapat terjadi akibat pecahnya salah satu

dari kedua pembuluh darah di atas dan darah tertimbun di bawah jaringan konjungtiva.

Keadaan ini disebut sebagai perdarahan subkonjungtiva.

1

Page 2: MMVM

Visus adalah ketajaman atau kejernihan penglihatan, sebuah bentuk yang khusus di

mana tergantung dari ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitifitas dari

interpretasi di otak. Visus menurun terbagi menjadi dua yaitu visus sentralis dan visus

perifer. Visus sentralis dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus sentralis

dekat.Visus sentralis jauh merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda

yang letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi. Visus sentralis

dekat yang merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda dekat. Pada

keadaan ini mata harus akomodasi agar bayangan benda tepat jatuh di retina.Visus

perifer menggambarkan luasnya medan penglihatan. Fungsi dari visus perifer adalah

untuk mengenal tempat suatu benda terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh dengan

reaksi menghindar jika ada bahaya dari samping.

2

Page 3: MMVM

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kornea

Dalam keadaan normal kornea adalah transparan yang disebabkan oleh tidak adanya

pembuluh darah dan jaringan kornea yang strukturnya seragam serta berfungsinya

mekanisme pompa oleh endotel. Penyakit kornea adalah penyakit yang serius karena

penanganan yang tidak sempurna akan terlambat mengakibatkan gangguan penglihatan

permanen berupa penglihatan yang kabur hingga kebutaan.

2.1.1 Infeksi Kornea (Keratitis)

Keratitis adalah infeksi pada kornea yang biasanya diklasifikasikan menurut

lapisan kornea yang terkena; yaitu keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan

epitel atau Bowman dan keratitis profunda atau keratitis interstisialis (atau disebut

juga keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma.

Keratitis Superfisialis

Bentuk klinis :

- Keratitis Pungtata Superfisialis

Berupa bintik-bintik putih pada permukaan kornea yang dapat disebabkan oleh

berbagai penyakit infeksi virus antara lain virus herpes, herpes zoster, dan vaksinia.

- Keratitis Flikten

Benjolan putih yang bermula di limbus tetapi mempunyai kecenderungan untuk

menyerang kornea.

- Keratitis Sika

Suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar lakrimal

atau sel goblet yang berada di konjungtiva.

3

Page 4: MMVM

- Keratitis Lepra

Suatu bentuk keratitis yang diakibatkan oleh gangguan trofik saraf, disebut juga

keratitis neuroparalitik.

- Keratitis Numularis

Bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea biasanya multipel dan

banyak didapatkan pada petani.

Keratitis Profunda

Keratitis interstisial luetik atau keratitis sifilis kongenital

Keratitis sklerotikans

1. Keratitis Superfisialis

a. Keratitis Herpes Simpleks

Virus herpes simpleks menempati manusia sebagai Host, merupakan parasit

intraselular obligat, dapat ditemukan pada mukosa, rongga hidung, rongga mulut,

vagina, dan mata. Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan cairan dan

jaringan mata, rongga hidung, mulut, alat kelamin yang mengandung virus.

Keratitis herpes simpleks dapat terjadi sepanjang tahun, pada laki-laki kurang

lebih dua kali perempuan, masa inkubasi 2 hari hingga 2 minggu.

Bentuk Infeksi

Dibagi dalam 2 bentuk yaitu epitelial dan stromal; pada yang epitelial,

kerusakan terjadi akibat pembiakan virus intra epitelial, mengakibatkan

kerusakan sel epitel dan membentuk ulkus kornea superfisialis. Pada yang

stromal terjadi reaksi imunologik tubuh terhadap virus yang menyerang yaitu

reaksi antigen-antibodi yang menarik sel radang ke dalam stroma. Sel radang ini

mengeluarkan bahan proteolitik untuk merusak virus tetapi juga akan merusak

jaringan stromal di sekitarnya. Pengobatan pada yang epitelial ditujukan

terhadap virusnya sedang pada yang stromal ditujukan untuk menyerang virus

dan reaksi radangnya.

4

Page 5: MMVM

Gambaran Klinis

Infeksi primer herpes simpleks pada mata biasanya berupa konjungtivitis

folikularis akut disertai blefaritis vesikuler yang ulseratif, serta pembengkakan

kelenjar limfa regional. Kebanyakan penderita juga disertai keratitis epitelial

dan dapat mengenai stroma. Pada dasarnya infeksi primer ini dapat sembuh

sendiri, akan tetapi pada keadaan tertentu di mana daya tahan tubuh sangat

lemah akan menjadi parah dan menyerang stroma.

Gambaran khas pada kornea adalah bentuk dendrite. Secara subjektif,

keratitis herpes simpleks epitelial kadang tidak dikeluhkan oleh penderita,

keluhan mungkin karena kelopak yang sedikit membengkak atau mata berair

yang bila sering diusap menyebabkan lecet kulit palpebra. Secara objektif

didapatkan iritasi yang ringan, sedikit merah, berair, dan unilateral.

Pada serangan berulang, kornea menjadi target utama dan menimbulkan

keratitis stroma yang dapat disertai dengan uveitis. Gambaran pada kornea

adalah lesi disiformis tetapi dapat juga bentuk-bentuk lain yang tidak spesifik

dan lazim disebut keratitis meta-herpetika. Pada keadaan ini penderita datang

dengan keluhan silau, mata berair, penglihatan kabur dan pada pemeriksaan

didapatkan injeksi konjungtiva dan siliar, penderita menutup matanya karena

silau, dan pada kornea didapatkan infiltrat stroma yang dapat disertai uveitis dan

hipopion.

Diagnosis Banding

Gambaran spesifik dendrit tidak memerlukan konfirmasi pemeriksaan yang

lain. Apabila gambaran lesi tidak spesifik maka diagnosis ditegakkan atas dasar

gambaran klinik infeksi kornea yang relatif tenang, dengan tanda-tanda

peradangan yang tidak berat serta riwayat penggunaan obat-obatan yang

menurunkan resistensi kornea seperti anestesi lokal, kortikosteroid dan obat-

obatan imunosupresif. Apabila fasilitas memungkinkan dilakukan kultur virus

dari jaringan epitel, dan lesi troma. Diagnosis banding keratitis Herpes simpleks

antara lain keratitis zoster, vaksinia, dan keratitis stafilokokus.

5

Page 6: MMVM

Pengobatan

Topikal diberikan obat anti virus seperti IDU. Dapat pula dilakukan

kauterisasi dengan asam karbonat atau larutan yodium (7% dan 5% KJ dalam

larutan alkohol). Tujuan kauterisasi adalah untuk mengancurkan sel-sel yang

sakit dan mencegah perluasan penyakit ini ke lapisan stroma atau lebih dalam

lagi. Adapula yang melakukan debridement dengan tujuan menghilangkan sel-

sel yang sakit. Kortikosteroid merupakan kontraindikasi untuk segala tingkatan

keratitis herpes simpleks. Untuk menekan proses radang pada keratitis stroma

sebaiknya diberikan anti inflamasi non steroid. Bila terdapat uveitis diberikan

pengobatan untuk uveitisnya.

b. Keratitis Herpes Zoster

Disebabkan oleh virus varicella-zoster. Virus ini dapat menyerang saraf

kranial V, VII, dan VIII. Pada nervus trigeminus, bila yang terserang antara pons

dan ganglion Gasseri, maka akan terjadi gangguan pada ketiga cabang N V

(cabang oftalmik, maksilar, mandibular). Biasanya yang terkena adalah ganglion

Gasseri dan yang terganggu adalah cabang oftalmik. Zoster oftalmik merupakan

suatu reaktifasi virus setelah infeksi pertama biasanya dalam bentuk varisela,

virus ini dapat juga menular melalui udara (airogen) dari penderita herpes zoster.

Masa inkubasi adalah 7 hingga 12 hari, masa aktif kurang lebih 1 minggu, masa

resolusi 2 minggu.

6

Page 7: MMVM

Bentuk Infeksi

Bila cabang oftalmik yang terkena, maka terjadi pembengkakan kulit di

daerah dahi, alis, dan kelopak mata disertai kemerahan yang dapat disertai

vesikel, dapat mengalami supurasi, yang bila pecah akan menimbulkan

sikatriks.

Bila cabang nasosiliar yang terkena, maka akan timbul vesikel di daerah hidung

dan kornea terancam. Kedua erupsi kulit tidak melewati garis median.

Gambaran Klinik

Biasanya penderita herpes zoster oftalmik pernah mengalami penyakit

varisela beberapa waktu sebelumnya. Dapat terjadi demam atau malaise dan

rasa nyeri yang biasanya berkurang setelah timbulnya erupsi kulit, tetapi

kadang-kadang rasa nyeri ini dapat berlangsung berbulan-bulan bahkan

bertahun-tahun.

Secara subjektif, biasanya penderita datang dengan rasa nyeri disertai

edema kulit yang tampak kemerahan pada daerah dahi, alis, dan kelopak atas

serta sudah disertai dengan vesikel. Secara objektif, tampak erupsi kulit pada

daerah yang dipersarafi cabang oftalmik nervus trigeminus. Erupsi ini unilateral

dan tidak melewati garis median. Rima palpebra tampak menyempit apabila

kelopak atas mengaami pembengkakan. Bila cabang nasosiliaris nervus

trigeminus yang terkena, maka erupsi kulit terjadi pada daerah hidung dan rima

palpebra biasanya tertutup rapat.

Bila kornea atau jaringan yang lebih dalam terkena, maka timbul lakrimasi,

mata yang silau dan sakit dan penderita tampak kesakitan yang parah. Kelainan

mata berupa bercak-bercak atau bintik-bintik putih kecil yang tersebar di epitel

kornea yang dengan cepat sekali melibatkan stroma. Bila infeksi mengenai

jaringan mata yang lebih dalam dapat menimbulkan iridosiklitis disertai sinekia

iris serta menimbulkan glaukoma sekunder. Komplikasi lain adalah paresis otot

penggerak mata serta neuritis optik.

Diagnosis

Nyeri disertai erupsi kulit yang tidak melewati garis median adalah khas

untuk infeksi oleh herpes zoster. Biasanya juga pembengkakan kelenjar pre-

aurikler regional yang sesuai dengan sisi cabang oftalmik N. V yang terkena.

7

Page 8: MMVM

Pengobatan

Pemberian asiklovir oral maupun topikal tampak menjanjikan; bila disertai

infeksi sekunder bakterial dapat diberikan antibiotik. Dapat diberikan pula obat-

obatan yang meningkatkan sistem imunitas tubuh, obat-obatan neurotropik, serta

dapat dibantu dengan vitamin C dosis tinggi.

Pada mata, pengobatan yang bersifat simtomatik adalah tetes metil selulose,

siklopegia. Pemberian kortikosteroid oral maupun topikal merupakan

kontraindikasi karena dapat meningkatkan aktivitas virus, memperpanjang

perjalanan klinik penyakit, serta memicu infeksi bakteri atau jamur.

c. Keratitis Vaksinia

Keratitis Vaksinia kadang-kadang dijumpai sebagai suatu kecelakaan atau

komplikasi dari imunisasi terhadap variola. Vaksinia dapat pula mengenai

kelopak mata dan apabila hal ini terjadi maka perlu dicegah penyebaran infeksi

terhadap kornea antara lain dengan pemberian suntikan gamma globulin intra

muskuler.

Upaya-upaya preventif terhadap infeksi bakterial sekunder adalah yang

paling penting untuk ditempuh. Bila kornea sudah terkena maka pemberian

injeksi gamma globulin tidak boleh dilakukan karena akan meningkatkan

bertambahnya infiltrat sehingga tampak lesi kornea melebar.

d. Keratitis Flikten

Flikten adalah benjolan berwarna putih kekuningan berdiameter 2-3 mm

pada limbus, dapat berjumlah 1 atau lebih. Pada flikten terjadi penimbunan sel

limfoid, dan ditemukan sel eosinofil serta mempunyai kecenderungan untuk

menyerang kornea. Pada kasus yang rekuran, penyakit ini timbul pada anak-anak

yang mengalami kurang gizi dan menderita TBC sistemik, karenanya penyakit ini

diduga sebagai alergi terhadap tuberkulo-protein (kuman TBC tidak pernah

dijumpai dalam benjolan flikten). Sekarang diduga juga merupakan reaksi

imunologi terhadap stafilokokus aureus, koksidiodes imiitis serta bakteri patogen

lainnya.

8

Page 9: MMVM

Gambaran Klinik

Terdapat hiperemia konjungtiva dan memberikan kesan kurangnya air mata.

Secara subjektif, penderita biasanya datang karena ada benjolan putih kemerahan

di pinggiran mata yang hitam. Apabila jaringan kornea terkena, maka mata berair,

silau disertai rasa sakit dan penglihatan kabur.

Secara objektif, terdapat benjolan putih kekuningan pada daerah limbus

yang dikelilingi daerah konjungtiva yang hiperemis. Bila kornea terkena, dapat

ditemukan keratitis dengan gambaran yang bermacam-macam; yaitu infiltrat dan

neovaskularisasi. Gambaran yang khas adalah terbentuknya papula atau pustula

pada kornea atau konjungtiva karena itu penyakit ini biasanya disebut kerato –

konjungtivits flikten.

Pada anak-anak disertai gizi buruk, keratitis flikten dapat berkembang

menjadi tukak kornea karena infeksi sekunder. Penyembuhan yang terjadi pada

keratitis flikten biasanya akan meninggalkan jaringan parut yang disertai

neovaskularisasi kornea.

Diagnosis

Gambaran kerato-konjungtivitis adalah khas dan mudah dikenali.

Pengobatan

Dengan tetes mata steroid akan memberikan hasil yang memuaskan. Steroid

oral tidak dianjurkan apabila bila terdapat penyakit TBC yang mendasari. Pada

tukak kornea dapat diberikan antibiotik topikal atau oral.

e. Keratitis Sika

Keratitis Sika adalah keratitis yang pada dasarnya diakibatkan oleh

kurangnya sekresi kelnjar lakrimal dan atau sel globet, yang dapat disebabkan

oleh berbagai penyakit atau keadaan sebagai berikut :

- Defisiensi kelenjar air mata

(Sindrom Syogren, Syndrom Riley Day, tumor kelenjar air mata, obat-obat

diuretik, penggunaan atropin lama, usia lanjut).

- Defisiensi komponen lemak dari air mata

9

Page 10: MMVM

(Blefaritis menahun, pembedahan kelopak mata).

- Defisiensi komponen musin

(Sindrom Stevens Johnson, trauma kimia, defisiensi vitamin A serta penyakit

yang menyebabkan cacat konjungtiva).

- Penguapan air mata yang berlebihan

(Keratitis karena lagoftalmos, hidup di lingkungan yang panas dan kering).

- Akibat parut pada kornea atau rusaknya mikrovili kornea

(Pasca trauma kimia)

Gambaran Klinik

Secara subyektif : keluhan penderita tergantung dari kelainan kornea yang

terjadi, bila belum ada kerusakan kornea maka keluhan penderita adalah mata

ngeres, pedih, kering, dan rasa seperti ada pasir (ngeres), keluhan-keluhan yang

lazim disebut sindrom dry-eye. Apabila terjadi kerusakan pada kornea keluhan-

keluhan ditambah dengan silau, sakit, berair, dan kabur.

Secara objektif, pada tingkat dry-eye, kejernihan permukaan konjungtiva

dan kornea hilang, tes Schirmer berkurang, tear-film kornea mudah pecah, tear

break-up time berkurang, sukar menggerakan kelopak mata. Kelainan kornea

dapat berupa erosi kornea, keratitis filamentosa, atau pungtata. Pada kerusakan

kornea yang lebih lanjut dapat terjadi ulkus kornea dengan segala komplikasinya.

Pengobatan

Apabila yang kurang adalah komponen air dari air mata, diberikan air mata

tiruan (artificial tear), sedangkan bila komponen lemaknya yang berkurang maka

diberikan lensa kontak.

f. Keratitis Lepra

Morbus Hansen atau penyakit Lepra menyerang dan menimbulkan

kerusakan pada kornea melalui 4 cara :

Gangguan trofik pada kornea yang disebabkan kerusakan saraf kornea oleh

mikobakterium lepra.

10

Page 11: MMVM

Terjadinya ektropion dan lagoftalmos serta anestesi kornea sehingga

menyebabkan exposure keratitis.

Pada daerah yang endemik, sering disertai adanya penyakit trakoma yang

menyebabkan entropion dan trikiasis.

Apabila terjadi denervasi kelenjar lakrimal, akan menyebabkan sindrom dry

eye.

Perubahan yang terjadi akibat serangan mikobakterium lepra adalah

membesar dan membengkaknya saraf kornea disertai bintil-bintil dalam benang

(bead on a string). Pembengkakan saraf kornea adalah patognomonik untuk

infeksi oleh mikobakterium lepra pada mata ataupun dapat mengindikasikan

adanya suatu infeksi sistemik.

Masa inkubasi tidak diketahui secara pasti, begitu pula cara penularannya,

diduga melalui saluran pernapasan.

Gambaran Klinik

Secara subjektif, penderita datang karena adanya pembengkakan yang

kemerahan pada palpebra serta tanda-tanda lain pada bagian tubuh di luar mata.

Secara objektif, terdapat keratitis avaskuler berupa lesi pungtata berwarna

putih seperti kapur yang secara perlahan batasnya akan mengabur dan

sekelilingnya menjadi seperti berkabut. Lesi ini akan menyatu dengan lesi di

sebelahnya dan menyebabkan kekeruhan sub-epitelial seperti nebula. Dalam

nebula ini terdapat sebaran seperti deposit kalsium dan sering disertai destruksi

membran Bowman. Pada fase lanjut terjadi neovaskularisasi superfisial yang

disebut pannus lepromatosa.

Diagnosis

Pembengkakan saraf kornea disertai bead on a string adalah khas untuk

keratitis lepra.

Pengobatan

Terhadap mikobakterium lepra diberikan dapsone dan rifampisin. Apabila

terdapat deformitas palpebra yang akan mengkibatkan kerusakan kornea

dilakukan koreksi pembedahan.

11

Page 12: MMVM

g. Keratitis Nummularis

Keratitis nummularis adalah bentuk keratitis yang ditandai dengan infiltrat

bundar (nummus = keping uang logam) yang berkelompok dan tepinya berbatas

tegas. Keratitis ini berjalan lambat, sering kali unilateral dan pada umumnya

didapatkan pada petani yang bekerja di sawah. Penyebab diduga virus.

Gambaran Klinik

Secara subjektif, pasien mengeluh silau. Secara objektif, mata yang

terserang tampak merah karena injeksi siliar, disertai lakrimasi. Infiltrat multipel

dan bundar yang terdapat di lapisan kornea bagian superfisial biasanya tidak

menyebabkan ulserasi.

Pengobatan

Pemberian kortikosteroid lokal memberikan hasil yang baik yaitu hilangnya

tanda-tanda radang dan lakrimasi tetapi penyerapan infiltrat terjadi dalam waktu

yang lama, dapat 1-2 tahun.

2. Keratitis Profunda

a. Keratitis Interstisial Luetik

Merupakan manifestasi lanjut dari sifilis kongenital. Didapatkan pada anak

berusia 5-15 tahun. Keratitis Interstisial Luetik adalah suatu reaksi imunologik

terhadap treponema palidum karena kuman ini tidak dijumpai di kornea fase akut.

Peradangan berupa edema, infiltrasi limfosit, dan vaskularisasi pada stroma.

Proses peradangan kornea ini sembuh sendiri.

Gambaran Klinik

Secara subjektif, pasien mengeluh sakit, silau, dan kabur pada fase akut.

Secara objektif, keratitis interstisial luetik merupakan bagian dari trias

Hutchinson, yaitu keratitis interstisial, gangguan pendengaran hingga tuli, dan

kelainan pada gigi seri atas (Hutchinson’s teeth). Pada fase akut , infiltrat stroma

berupa bercak-bercak yang dapat mengenai seluruh kornea dan menyebabkan

kekeruhan seperti kaca susu.

12

Page 13: MMVM

Pembuluh darah dari a. siliaris anterior memasuki stroma pada seluruh

kuadran dengan arah radial menuju ke bagian sentral kornea yang keruh. Tepi

kornea merah, sedangkan di bagian tengahnya merah keabu-abuan, gambaran ini

disebut bercak Salmon.

Dalam beberapa minggu proses peradangan akan menjadi tenang, kornea

berangsur-angsur menjadi bening kembali, pembuluh darah yang masuk ke dalam

stroma menjadi kecil dan kosong (ghost-vessel). Gejala iritasi menghilang dan

tajam penglihatan membaik. Walaupun proses ini telah menjadi tenang, pada

pemeriksaan selalu ditemukan kekeruhan yang radial di kornea karena proses

beningnya kembali kornea berlangsung lama.

Pada kasus-kasus yang sangat parah, kornea tetap menebal dan gelatineus.

Pada fase peradangan aktif jaringan uvea bagian anterior selalu terlibat dalam

bentuk uveitis granulomatosa, juga dapat terjadi koroiditis yang disertai kekeruhan

badan kaca.

Diagnosis

Ditegakkan berdasarkan adanya trias Hutchinson ditambah kelainan-

kelainan fisik lain seperti pangkal hidung yang mendatar (saddle nose),

penonjolan os frontal (prominent frontal eminence). Reaksi serologis (STS) yang

positif mendukung diagnosis.

Pengobatan

Proses peradangan pada kornea ini pada dasarnya dapat sembuh sendiri.

Pemberian penisilin atau derivatnya untuk sifilis sistemik perlu, tetapi tidak

banyak pengeruhnya pada kondisi peradangan mata. Pengobatan mata ditujukan

pada uveitis yang dapat menyebabkan perlekatan-perlekatan iris dengan

pemberian tetes mata kotikosteroid dan sulfas atropin atau skopolamin.

13

Page 14: MMVM

b. Keratitis Sklerotikans (Sklerokeratitis)

Peradangan sklera dan kornea biasanya unilateral, disertai dengan infiltrasi

sel radang menahun pada sebagian sklera dan kornea. Keratitis sklerotikans akan

memberi gejala berupa kekeruhan kornea lokal berbentuk segitiga dengan puncak

mengarah ke kornea bagian sentral. Apabila proses peradangan berulang,

kekeruhan dapat mengenai seluruh kornea. Penyebab tidak diketahui.

Secara subjektif, penderita mengeluh sakit, fotofobia tetapi tidak ada

sekret. Secara objektif, kekeruhan kornea yang terlokalisasi dan berbatas tegas,

unilateral, kornea terlihat putih menyerupai sklera, serta dapat disertai iritis non

granulomatosa.

Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang spesifik. Pemberian kortikosteroid dan anti

radang non steroid ditujukan terhadap skleritisnya, apabila teradapat iritis, selain

kortikosteroid dapat diberikan tetes mata atropin.

2.1.2 Ulkus Kornea

Ulserasi kornea dapat meluas ke dua arah yaitu melebar dan mendalam. Ulkus

yang kecil dan superfisial akan lebih cepat sembuh, kornea dapat jernih kembali.

14

Page 15: MMVM

Pada ulkus yang menghancurkan membran Bowman dan stroma, akan

menimbulkan sikatriks kornea. Gejala subjektif sama seperti gejala keratitis.

Gejala objektif berupa injeksi siliar, hilangnya sebagian jaringan kornea, dan

adanya infiltrat. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi iritis disertai hipopion.

a. Tukak Kornea oleh Bakteri

Bakteri yang ditemukan pada hasil kultur tukak dari kornea yang tidak

ada faktor pencetusnya (kornea yang sebelumnya betul-betul sehat) adalah :

Streptokokus pneumonia

Streptokokus alfa hemolitik

Pseudomonas aeroginosa

Klebsiella pneumonia

Spesies moraksella

Sedangkan dari tukak kornea yang ada faktor pencetusnya adalah

bakteri patogen opportunistik yang biasa ditemukan di kelopak mata, kulit

periokular, sakus konjungtiva, atau rongga hidung yang pada keadaan

sistem barier kornea normal tidak menimbulkan infeksi.

Tukak streptokokus

Bakteri ini sering dijumpai pada kultur dari infeksi tukak kornea adalah

: Streptokokus pneumonia, Streptokokus viridans, Streptokokus pyogenes,

Streptokokus faecalis.

Tukak oleh Streptokokus viridans lebih sering ditemukan mungkin

disebabkan karena Pneumokokus adalah penghuni flora normal saluran

pernafasan sehingga terdapat semacam kekebalan

Gambaran tukak kornea khas, tukak yang menjalar dari tepi ke arah tengah

kornea (serpinginous). Tukak berwarna kuning keabu-abuan berbentuk

cakram dengan tepi tukak yang menggaung. Tukak cepat menjalar ke

dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang

dihasilkan oleh Streptokokus pneumonia. Pengobatan dengan Sefazolin,

Basitrasin dalam bentuk tetes, injeksi subkojungtiva, dan intravena.

15

Page 16: MMVM

Tukak stafilokokus

Di antara Stafilokokus aureus, Epidermidis, dan Saprofitikus, infeksi

oleh Stafilokokus aureus yang paling berat, dapat dalam bentuk infeksi

tukak kornea sentral, infeksi tukak marginal, dan tukak alergi (toksik).

Infeksi tukak kornea oleh Stafilokokus epidermidis biasanya terjadi

bila ada faktor pencetus sebelumnya seperti keratopati bulosa, infeksi

herpes simpleks dan lensa kontak yang telah lama digunakan.

Pada awalnya berupa tukak yang berwarna putih kekuningan disertai

infiltrat secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema

stroma dan infiltrasi sel lekosit. Walaupun terdapat hipopion tukak

seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Tukak kornea marginal

biasanya bebas kuman dan disebabkan oleh reaksi hipersensitifitas

terhadap Stafilokokus Aureus.

Tukak Pseudomonas

Berbeda dengan yang lain, bakteri tukak ini ditemukan dalam jumlah

yang sedikit. Bakteri ini bersifat aerob obligat dan menghasilkan

eksotoksin yang menghambat sintesis protein, Keadaan ini menerangkan

mengapa pada tukak Pseudomonas jaringan kornea cepat hancur dan

mengalami kerusakan. Bakteri ini dapat hidup dalam kosmetika, cairan

fluoresein, dan cairan lensa kontak.

Biasanya dimulai dengan tukak kecil di bagian sentral kornea dengan

infiltrat berwarna keabu-abuan disertai edema epitel dan stroma. Trauma

kecil ini dengan cepat melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi

kornea. Tukak mengeluarkan discharge kental berwarna kuning kehijauan.

Pengobatan diberikan gentamisin, tobramisin, karbenisilin yang

diberikan secara lokal subkonjungtiva serta intravena.

b. Tukak Kornea oleh Virus

Tukak kornea oleh virus herpes simpleks cukup sering dijumpai.

Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil di lapisan epitel

yang bila pecah akan menimbulkan tukak. Tukak dapat juga terjadi pada

bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Secara

subyektif, obyektif dan pengobatan lihat, keratitis herpes simpleks.

16

Page 17: MMVM

c. Tukak Kornea oleh Jamur

Tukak kornea oleh jamur akhir-akhir ini banyak ditemukan, hal ini

dimungkinan oleh :

- Penggunaan antibiotik secara berlebihan dalam waktu yang lama atau

pemakaian kortikosteroid jangka panjang.

- Fusarium dan sefalosporium menginfeksi kornea setelah suatu trauma yang

disertai lecet epitel, misalnya terkena ranting pohon atau binatang yang

terbang mengindikasikan bahwa jamur terinokulasi di kornea oleh benda

atau binatang yang melukai kornea dan bukan dari adanya defek epitel dan

jamur yang berada di lingkungan hidup.

- Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang beriklim tropik,

maka faktor ekologi ikut memberikan kontribusi.

Fusarium dan sefalosporium terdapat dimana-mana, di tanah, di udara

dan sampah organik. Keduanya dapat menyebabkan penyakit pada tanaman

dan pada manusia dapat diisolasi dari infeksi kulit, kuku, saluran kencing.

Aspergilus juga terdapat dimana-mana dan merupakan organisme

oportunistik, selain keratitis aspergilus dapat menyebabkan endoftalmitis

eksogen dan endogen, selulitis orbita, infeksi saluran lakrimal.

Kandida adalah jamur yang paling oportunistik karena tidak mempunyai

hifa (filamen) menginfeksi mata yang mempunyai faktor pencetus seperti

exposure keratitis, keratitis sika, pasca keratoplasti, keratitis herpes simpleks

dengan pemakaian kortikosteroid.

Kontak dengan pertanian atau trauma yang terjadi di luar rumah bukan

merupakan faktor timbulnya tukak atau keratitis oleh kandida.

Pengobatan obat anti jamur dengan spektrum luas. Apabila

memungkinkan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tes sensitivitas

untuk dapat memilih obat jamur yang spesifik.

d. Tukak Kornea karena Reaksi Hipersensitifitas

Tukak Marginal

Tukak marginal adalah kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat

atau dapat juga rektangular dapat satu atau banyak dan terdapat daerah

kornea yang sehat antara tukak dengan limbus. Pada biakan hasil kerokan

17

Page 18: MMVM

tukak, tidak ditemukan mikroorganisme penyebab sehingga diduga terjadi

oleh karena proses alergi terhadap kuman stafilokokus.

Tukak marginal dapat ditemukan pada orang tua dan sering

dihubungkan dengan penyakit rematik atau debilitas. Dapat juga terjadi

bersama-sama dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh Moraxella,

basil Koch Weeks dan Proteus Vilgaris. Pada beberapa keadan dapat

berhubungan dengan alergi terhadap makanan.

Secara histopatologik terlihat sebagai ulkus atau abses epitelial/sub

epitelial. Secara subjektif penglihatan pasien dengan tukak marginal dapat

menurun disertai rasa sakit, lakrimasi dan fotofobia. Secara objektif

terdapat blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat, atau tukak yang

sejajar dengan limbus.

Pemberian kortikosteroid topikal akan sembuh dalam 3-4 hari, tetapi

dapat rekurens. Antibiotika diberikan untuk infeksi stafilokokus atau kuman

lainnya. Disensitisasi dengan toksoid stafilokok dapat memberikan

penyembuhan yang efektif.

Tukak Cincin

Tukak ini unilateral, letak tukak tepat di bagian dalam limbus dan

hampir mengelilingi limbus. Berbeda dengan tukak marginal pada tukak

cincin tidak ada hubungan dengan konjungtivitis atau blefaritis. Tukak

cincin biasanya berhubungan dengan penyakit sistemik seperti disentri

basiler, arthritis rematoid, dan poliarteritis nodosa. Pemberian steroid lokal

memberikan hasil yang baik.

Gambar Ulkus Kornea

18

Page 19: MMVM

2.2 Uvea

2.2.1 Radang uvea (uveitis)

Istilah umum untuk peradangan jaringan uvea. Uveitis dapat terjadi pada satu

atau semua bagian jaringan uvea.

Klasifikasi Uveitis

Dapat diklasifikasikan, yaitu berdasarkan :

1. Lokasi utama dari bercak peradangan : Uveitis anterior (meliputi iritis,

iridosiklitis, dan uveitis intermediate), Uveitis posterior (koroiditis, korioretinitis;

bila peradangan koroidnya lebih menonjol, retinokoroiditis;bila perdangan

retinanya lebih menonjol), retinitis dan uveitis diseminata, Uveitis difus atau pan

uveitis.

2. Berat dan perjalanan penyakit : akut, subakut, kronik, rekurens.

3. Patologinya : non granulomatosa, granulomatosa.

4. Demografi, lateralitas dan faktor penyerta : distribusi menurut umur, kelamin,

suku bangsa atau ras, unilateral atau bilateral, penyakit yang menyertai atau

mendasari.

5. Penyebab yang diketahui : bakteri (tuberkulosa, sifilis), virus (herpes simpleks,

herpes zoster, CMV, penyakit Vogt Koyanagi-Harada, sindrom Bechet), jamur

(kandidiasis), parasit (toksoplasma, toksokara), imunologik (Lens-induced

iridosiklitis, oftalmia simpatika), penyakit sistemik (penyakit kolagen, artritis

reumatoid, multiple sclerosis, sarkoidosis, penyakit vaskuler), neoplastik :

limfoma, reticulum cell sarcoma.

Patofisiologi

Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh efek langsung

suatu infeksi atau merupakan fenomena alergi terhadap antigen dari luar (eksogen)

atau antigen dari dalam (endogen).

Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier

sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor

akuos yang tampak pada penyinaran miring menggunakan sentolop atau akan

lebih jelas bila menggunakan slit lamp, berkas sinar yang disebut fler (aqueous

flare).

19

Page 20: MMVM

Fibrin dimaksudkan untuk menghambat gerakan kuman akan tetapi justru

mengakibatkan perlekatan-perlekatan misalnya perlekatan iris pada permukaan

lensa (sinekia posterior).

Sel-sel radang yang terdiri atas limfosit, makrofag, sel plasma dapat

membentuk presipitat keratik yaitu sel-sel radang yang menempel pada

permukaan endotel kornea. Apabila presipitat keratik ini besar, berminyak disebut

mutton fat keratic precipitate. Akumulasi sel-sel radang dapat pula terjadi pada

tepi pupil disebut Koeppe nodules, bila di permukaan iris disebut Busacca

nodules, yang bisa ditemukan juga pada permukaan lensa dan sudut bilik mata

depan.

Pada iridosiklitis yang berat sel radang dapat sedemikian banyak hingga

menimbulkan hipopion.

Otot sfingter pupil mendapat rangsangan karena radang dan pupil akan miosis

dan dengan adanya timbunan fibrin serta sel-sel radang dapat terjadi seklusio

maupun oklusio pupil. Bila terjadi seklusio dan oklusio total, cairan di dalam bilik

mata belakang tidak dapat mengalir sama sekali mengakibatkan tekanan dalam

bilik mata belakang lebih besar dari tekanan dalam bilik mata depan sehingga iris

tampak menggelembung ke depan yang disebut iris bombe (bombans).

Gangguan produksi humor akuos terjadi akibat hipofungsi badan siliar

menyebabkan tekanan bola mata turun. Eksudat protein, fibrin, dan sel-sel radang

dapat berkumpul di sudut bilik mata depan terjadi penutupan kanal Schlemm

sehingga terjadi gaukoma sekunder.

Pada fase akut terjadi glaukoma sekunder karena gumpalan-gumpalan pada

sudut bilik depan, sedang pada fase lenjut glaukoma sekunder terjadi karena

adanya seklusio pupil. Naik turunnya tekanan bola mata disebutkan pula sebagai

akibat peran asetilkolin dan prostaglandin.

Uveitis Anterior

Gejala Subjektif Iridosiklitis

Keluhan pasien pada awalnya dapat berupa sakit di mata, sakit kepala,

fotofobia, dan lakrimasi. Sakit mata lebih nyata pada iridosiklitis akut daripada

iridosiklitis kronik dan sangat hebat bila disertai dengan keratitis. Sakit terbatas di

daerah periorbita dan mata serta bertambah sakitnya bila dihadapkan pada cahaya

dan tekanan.

20

Page 21: MMVM

Derajat fotofobia bervariasi dan dapat demikian hebat sampai kelopak mata

tidak bisa dibuka pada waktu pemeriksaan mata. Lakrimasi yang terjadi biasanya

sebanding dengan derajat fofobia. Pada uveitis anterior supuratif dapat disertai

gejala umum seperti panas, gelisah, menggigil, dan sebagainya.

Gejala Objektif Iridosiklitis

Terdapat injeksi siliar, presipitat keratik, fler serta sel dalam bilik mata depan

serta endapan fibrin pada pupil yang dapat menyebabkan sinekia posterior. Pada

jenis granulomatosa didapatkan presipitat keratik mutton fat pada endotel kornea,

nodul Koeppe atau nodul Busacca pada iris.

Pada uveitis intermediate didapatkan vitreitis anterior.

Pengobatan Iridosiklitis

- Tetes mata sulfas atropin 1 %, prinsipnya untuk membuat pupil selebar-

lebarnya dan tetap tinggal lebar selama 2 minggu.

- Midriatikum yang lain : hydrobromas-scopolamine

- Hal yang harus diingat pada pemberian atropin adalah serangan glaukoma.

Karena atropin melebarkan pupil, maka sudut bilik mata depan menjadi

sempit, aliran cairan keluar (outflow) menjadi insufisiensi sehingga

menimbulkan serangan glaukoma.

o Bila terjadi glaukoma, atropin tetap diberikan, tetapi di samping itu

diberikan diamox.

o Bila atropin tidak berhasil melebarkan pupil, karena adhesi iris pada

lensa sudah kuat, maka beri midriatikum yang lebih kuat : Sol sulfat

atropin 1% + kokain 5%.

o Untuk membuat midriasis lebih kuat lagi dapat diberi injeksi

subkonjungtival atropin atau adrenalin satu permil.

- Tetes mata steroid 4-6 x sehari tergantung pada beratnya penyakit.

- Bila tetes mata steroid forte frekuensi penggunaanya akan lebih sedikit.

- Kortikosteroid oral diberikan apabila pemberian lokal dipertimbangkan

tidak cukup.

- Antibiotik diberikan apabila mikroorganisme penyebab diketahui.

21

Page 22: MMVM

Gambar Uveitis Anterior

Uveitis Posterior

Gejala subjektif

Dua keluhan utama yaitu penglihatan kabur dan melihat lalat beterbangan

(floaters). Penurunan visus dapat mulai dari ringan sampai berat yaitu apabila

koroiditis mengenai daerah makula atau papilo makular.

Gejala objektif

Lesi pada fundus biasanya dimulai dari retinitis atau koroiditis tanpa

komplikasi. Apabila proses peradangan berlanjut akan didapatkan

retinokoroiditis, hal yang sama terjadi pada koroiditis yang akan berkembang

menjadi korioretinitis. Pada lesi yang baru didapatkan tepi lesi yang kabur dan

lesi terlihat 3 dimensional dan dapat disertai perdarahan disekitarnya, dilatasi

vaskuler atau sheathing pembuluh darah.

Pada lesi lama didapatkan batas yang tegas seringkali berpigmen rata atau

datar dan disertai hilang atau mengkerutnya jaringan retina dan atau koroid. Pada

lesi yang lebih lama didapatkan parut retina atau koroid tanpa bisa dibedakan

jaringan mana yang lebih dahulu terkena.

Pengobatan

Tergantung dari penyebabnya, pada prinsipnya pengobatan ditujukan untuk

mempertahankan penglihatan sentral, mempertahankan lapang pandangan,

mencegah atau mengobati perubahan-perubahan struktur mata yang terjadi seperti

22

Page 23: MMVM

katarak, glaukoma sekunder, sinekia posterior, kekeruhan badan kaca, ablasia

retina dan sebagainya.

Gambar Uveitis Posterior

Uveitis Difus (Pan Uveitis)

Keluhan dan gejala merupakan gabungan dari kedua bentuk uveitis terdahulu.

1. Retinokoroiditis toksoplasma

Toksoplasmosis adalah penyebab yang paling sering dari peradangan

segmen posterior bola mata, meliputi 30-50% dari kasus uveitis posterior.

Toksoplasma secara primer menyerang retina dan menimbulkan koroiditis

atau iridosiklitis. Organisme penyebabnya adalah toksoplasma gondii atau

suatu protozoa intraseluler yang menyerang jaringan saraf.

Gambaran klinik pada umumnya adalah keluhan mata kabur, paling

sering mengenai satu mata tetapi dapat juga kedua mata. Tidak ada

keluhan mata merah, dan tidak ada rasa sakit. Pada pemeriksaan

didapatkan bercak putih pada retina yang digambarkan sebagai sinar lampu

di dalam kabut.

Diagnosis diletakkan oleh gambaran parut korio-retina dan titer Elisa

untuk toksoplasma. Pengobatan memberikan hasil yang baik dengan

pemberian pyrametamine (Daraprim) dikombinasi dengan tripel sulfa dan

pada peradangan yang berat dapat ditambahkan anti radang. Prognosis

pada umumnya baik, kecuali bila mengenai daerah macula yang luas atau

bila menangani daerah sekitar papil saraf optik.

2. Toksokariasis mata

Biasanya unilateral, dijumpai pada anak-anak dan dapat

mengakibatkan gangguan visus yang berat. Organisme penyebabnya

23

Page 24: MMVM

adalah toxocara canis parasit pada anjing dan toxocara cati pada kucing.

Toxocara canis adalah sejenis cacing Ascaris yang didapatkan pada 50%

anjing sehat. Manusia adalah host yang bukan alami terinfeksi oleh telur

toxokara melalui makanan yang terkontaminasi tanah atau sayur yang tidak

dimasak. Telur toxokara berubah jadi larva diepitel usus, lalu menembus

dinding pembuluh darah menuju ke hati, paru, dan seterusnya. Gambaran

klinik: kebanyakan tanpa keluhan peradangan mata dan penderita datang

karena strabismus atau penglihatan kurang. Gangguan penglihatan atau

gejala lainnya tergantung dari bentuk klinik yaitu :

Endoftalmitis.

Endoftalmitis toksokara paling sering dijumpai pada anak usia 2-9

tahun. Gejala yang menonjol adalah kekeruhan vitreous, peradangan

ringan pada BMD atau katarak sekunder. Mata tidak merah, bila terjadi

ablasi retina maka visus akan sangat jelek.

Granuloma korio-retina macula

Terdapat pada usia (6-14) tahun dengan visus yang menurun dan

penampakan leukokoria. Mata tampak tenang, visus tergantung dari

luasnya lesi makula, visus perifer baik.

Granuloma korio-retina

Pada bentuk ini rentang usia penderita sangat lebar, yaitu (6-40) tahun,

hal ini disebabkan karena visus tidak terlalu terganggu, hingga penyakit

diketahui pada usia yang lebih lanjut. Granuloma biasanya satu,

terletak pada daerah ekuator dan dapat disertai dengan vitreous band

yang menarik pembuluh darah papil atau retina polus posterior ke arah

lesi di ekuator.

Neuro-retinitis unilateral ringan disertai perubahan pigmen pada

fundus.

Pengobatan dengan pemberian anti protozoa dilakukan apabila

toksokaranya masih hidup. Pemberian antiradang dilakukan apabila

tampak proses peradangan yang perlu ditekan.

3. Retinitis sitomegalo virus

Sitomegalovirus (CMV) adalah anggota kelompok virus herpes

menyebabkan retinitis bilateral dengan proses yang berbeda pada bayi,

24

Page 25: MMVM

anak, dan orang dewasa. Gejala pada mata terdiri atas katarak kongenital,

atrofi saraf optik, parut retinokoroid serta eksudasi perivaskuler retina.

Pengobatan CMV sampai saat ini belum ada yang spesifik. Sedang

diujicoba pemberian obat virostatik, aciclovir, yang dilaporkan dapat

menghambat replikasi virus hingga dapat digunakan untuk menekan tetapi

tidak memusnahkan CMV.

4. Retinitis Kandida

Jamur kandida didapatkan pada kulit hampir setiap orang; masuk ke

dalam aliran darah (fungimia) melalui lecet pada kulit, penggunaan jarum

suntik yang tidak steril khususnya pada Intravenous Drug Users (IDU’s).

Gambaran klinik diawali dengan keluhan menurunnya visus atau bercak

yang mengambang. Lesi pada retina berupa bercak seperti kapas yang

disertai sebukan sel radang dalam vitreous di depan lesi retina. Lesi

biasanya lebih dari satu dan melebar serta menembus rongga vitreous

dalam bentuk puff balls.

Lesi retina ditemukan bilateral, akan tetapi jumlah lesi pada masing-

masing mata tidak sama. Bila tidak diobati, retinokoroiditis kandida akan

berlanjut menjadi endoftalmitis dengan nekrosis retina, ablasi retina,

hipotoni, dan ftisis bulbi.

Diagnosis ditegakkan dengan didapatkannya organisme kandida pada

aspirasi vitreous. Pengobatan : pemberian amphotericin B, dapat juga

flucytocine, myconazole disertai vitrektomi. Prognosis tergantung dari

kecepatan ditegakkannya diagnosis.

5. Acquired immuno deficiency syndrome (AIDS)

Sekitar 75 % penderita AIDS akan menunjukkan gejala-gejala pada

mata berupa bercak (cotton-wool spots), retinitis CMV dan sarkoma kaposi

dari konjungtiva dan kelopak mata. Pada dasarnya kelainan pada mata

ditimbulkan oleh adanya :

Mikrovaskulopati retina :

Cotton-wool spots

Perdarahan retina

Mikroaneurisma

Makulopati iskemik

Infeksi oportunistik pada retina dan koroid :

25

Page 26: MMVM

CMV

Herpes simpleks

Herpes zoster

Kandida

Diagnosis sesuai prosedur diagnostik untuk penyakit AIDS. Pengobatan

sesuai regimen pengobatan untuk AIDS.

6. Uveitis karena Herpes simpleks, herpes zoster, dan bakteri atipik

Iridosiklitis ringan disertai fotofobia dapat menyertai infeksi

keratokonjungtivitis epidemik (EKC), dan demam faringo konjungtiva

(PCF). Infeksi virus lain yang dapat menyebabkan iridosiklitis adalah

campak (Measles) dan penyakit gondong (Parotitis). Klamidia juga dapat

menyebabkan iridosiklitis yang biasanya disertai dengan konjungtivitis

folikuler subakut. Bakteri atipik yang dapat menimbulkan uveitis adalah

mycoplasma pneumoniae.

7. Uveitis Lens-induced

Diklasifikasikan dalam 3 subtipe yaitu : endoftalmitis fako-anafilatik,

glaukoma fakolitik, uveitis fakotoksik.

Pembagian didasarkan pada perbedaan gambaran klinik dari reaksi

autoimun terhadap protein lensa. Pada endoftalmitis fako-anafilatik terjadi

peradangan granulomatosa, 24 jam hingga 3 minggu setelah ruptur kapsul

lensa. Fler dalam BMD hebat dan dipenuhi oleh sel radang disertai

presipitat keratik yang berukuran besar. Terdapat pula kemosis konjungtiva

dan pembengkakan kelopak mata.

Pada glaukoma fakolitik, reaksi radang dalam BMD minimal, tidak

terdapat presipitat keratik, akan tetapi terjadi peninggian tekanan bola

mata. Pada uveitis fakotoksik terdapat reaksi peradangan jaringan uvea

yang non granulomatosa serta tidak disertai peninggian tekanan bola mata,

kapsul lensa biasanya tampak intak.

Diagnosis yang agak sulit adalah membedakan endoftalmitis fako

analitik dengan endoftalmitis karena infeksi. Secara sederhana dapat

dikatakan bahwa visus pada endoftalmitis karena infeksi lebih buruk.

Pengobatan untuk ketiga subtipe uveitis lens induced pada dasarnya

adalah sama yaitu : tekan peradangan, ekstraksi masa lensa bila mata sudah

26

Page 27: MMVM

tenang betul, pada glaukoma fakolitik, kontrol glaukomanya. Prognosis

lebih baik apabila peradangan dan glaukoma dapat dikendalikan diikuti

pembersihan masa lensa.

8. Sindrom Bechet

Ditandai oleh 4 kelainan yaitu :

Uveitis (iridosiklitis, retinitis, retinokoroiditis). Pada dasarnya

didapatkan peri arteritis dan end arteritis yang menyebabkan

vaskulitis obliteratif sehingga dapat terjadi iskemia retina,

perdarahan retina, serta ablasi. Bila terdapat hipopion maka hal ini

merupakan gejala yang lanjut.

Kelainan pada rongga mulut berupa stomatitis aftosa yang dapat

mengenai bibir, lidah, mukosa bukal, palatum durum serta palatum

molle.

Kelainan kulit berupa eritema nodusum, folikulitis, serta

hipersensitivitas kulit.

Kelainan genital berupa ulserasi pada alat genital pria atau wanita.

Sindrom Bechet ditemukan pada usia 20-40 tahun, pria lebih

banyak dari wanita. Penyebab diduga suatu proses imunologik

tetapi virus sebagai penyebab tidak dapat disingkirkan. Pengobatan

dengan chlorambucil. Prognosis tergantung fase penyakit pada

waktu pemberian chlorambucil.

9. Sindrom Vogt-Koyanagi-Harada (VKH)

Sindrom penyakit yang ditandai oleh : uveitis yang mengenai semua

jaringan uvea (iridosiklitis, korioretinitis), kelainan pada kulit (alopesia,

poliosis, vitiligo, rambut rontok), gejala saraf pusat. Sindrom ini biasanya

akan memberikan keluhan bilateral, penglihatan menurun, sakit, mata

merah, yang kadang-kadang disertai dengan sakit kepala, kaku tengkuk,

enek dan muntah. Sering kelainan disertai dengan gangguan pendengaran

seperti tuli dan tinitis. Ablasi retina eksudatif dapat terjadi, disertai

peradangan intraokular papilitas. Rangsangan meningen akan

mengakibatkan gangguan saraf.

27

Page 28: MMVM

Gejalanya adalah ablasi retina serosa pada kedua mata, disertai infiltrat

pada koroid, kekeruhan badan kaca, edema papil, dan suar dalam bilik

mata depan. Penyebab tidak diketahui dengan pasti. Biasanya mengenai

usia 20 tahun. Pengobatan diberikan untuk mengatasi radang dengan

steroid topikal sistemik, siklopegik, dan pengobatan gejala saraf lainnya.

10. Oftalmika Simpatika

Merupakan pan uveitis granulomatosa pada mata yang semula sehat

(sympathetic eye) yang timbul minimal dua minggu setelah terjadinya

trauma tembus pada mata yang lain (exciting eye). Peradangan yang

berlanjut pada exciting eye tampak berkurang (masked) dengan

penggunaan steroid tetapi pada prinsipnya proses peradangan jaringan

uvea masih tetap jalan terus.

Tanda awal dari mata yang bersimpati adalah hilangnya daya

akomodasi serta terdapatnya sel radang di belakang lensa. Gejala ini diikuti

oleh iridosiklitis subakut, sebukan sel radang dalam vitreous dan eksudat

putih kekuningan pada jaringan di bawah retina.

Oftalmika simpatika dapat disertai dengan gejala-gejala sistemik lain

seperti vitilogo, alopesia, dan poliosis sehingga mirip sindrom VKH,

namun pada sindrom VKH tidak ada riwayat trauma.

Penyebab pasti belum diketahui namun diduga kuat merupakan suatu

reaksi autoimun terhadap jaringan pigmen uvea atau pigmen epitel retina

yang telah berubah sifat menjadi antigen pasca trauma tembus mata.

Pengobatan : pemberian kortikosteroid, bila tidak memberikan

perbaikan dapat ditambah pemberian imunosupresan. Yang terpenting

adalah : hati-hati dan waspada menghadapi trauma tembus mata yang

disertai destruksi jaringan uvea.

Apabila visus nol, maka dapat dipertimbangkan untuk enukleasi atau

eviserasi langsung. Pada tindakan eviserasio bulbi, diupayakan agar jangan

ada sedikitpun jaringan uvea yang tertinggal.

2.3 Endoftalmitis

Merupakan peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat infeksi setelah

trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di

28

Page 29: MMVM

dalam rongga mata dan struktur di dalamnya. Peradangan supuratif di dalam bola

mata akan memberikan abses di dalam badan kaca. Penyebab endoftalmitis

supuratif adalah kuman dan jamur yang masuk bersama trauma tembus (eksogen)

atau sistemik melalui perderan darah (endogen).

Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi

sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis

endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur, ataupun parasit dari fokus

infeksi dalam tubuh.

Bakteri yang sering merupakan penyebab adalah stafilokok, streptokok,

pneumokok, pseudomonas dan basil sublitis. Jamur yang sering mengakibatkan

endoftalmitis supuratif adalah aktinomises, aspergilus, fitomikosis sportrikum dan

kokidioides. Masa inkubasi lambat kadang-kadang sampai 14 hari setelah infeksi

dengan gejala mata merah dan sakit.

Peradangan yang disebabkan bakteri akan memberikan gambaran klinik rasa

sakit yang sangat, kelopak merah dan bengkak, kelopak sukar dibuka,

konjungtiva kemotik dan merah, kornea keruh, bilik mata depan keruh, yang

kadang-kadang disertai hipopion. Kekeruhan ataupun abses di dalam badan kaca,

keadaan ini akan memberikan refleks pupil berwarna putih sehingga gambaran

retinoblastoma atau pseudoretinablastoma.

Antibiotik topikal dan sistemik ampisilin 2 gram/hari dan kloramfenikol 3

gram/hari. Antibiotik yang sesuai untuk kasus bila kuman adalah stafilokok,

basitrasin (topikal), metisilin (subkonjungtiva dan IV). Sedang bila pnemokok,

streptokok dan stafilokok dengan penisilin G, Neiseria dengan penisilin G.

Pseudomonas diobati dengan gentamisin : tobramisin dan karbesilin. Batang gram

negatif lain dengan gentamisin.

Sikoplegik diberikan 3 kali sehari tetes mata. Kortikosteroid dapat diberikan

dengan hati-hati. Apabila pengobatan gagal dilakukan eviserasi. Enukleasi

dilakukan bila mata telah tenang dan ftisis bulbi. Penyebabnya jamur diberikan

amfoterisin B 150 mikrogram.

Penyulit endoftalmitis adalah bila proses peradangan mengenai ketiga lapisan

mata (retina, koroid, dan sklera) dan badan kaca maka akan mengakibatkan

panoftalmitis. Prognosis endoftalmitis dan panoftalmitis sangat buruk terutama

bila disebabkan jamur atau parasit.

29

Page 30: MMVM

Gambar Endoftalmitis

2.4 Panoftalmitis

Merupakan peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul Tenon

sehingga bola mata merupakan rongga abses. Infeksi ke dalam bola mata dapat

melalui peredaran darah (endogen) atau perforasi bola mata (eksogen), dan akibat

tukak kornea perforasi. Bila panoftalmitis akibat bakteri maka perjalanan

penyakit cepat dan berat, sedang bila akibat jamur perjalanan penyakit perlahan-

lahan dan malahan gejala terlihat beberapa minggu sesudah infeksi.

Panoftalmitis akan memberikan gejala kemunduran tajam penglihatan

disertai rasa sakit, mata menonjol, edema kelopak, konjungtiva kemotik, kornea

keruh, bilik mata dengan hipopion dan refleks putih di dalam fundus dan okuli.

Pengobatan panoftalmitis ialah dengan antibiotika dosis tinggi dan bila gejala

radang sangat berat dilakukan segera eviserasi isi bola mata. Penyulit

panoftalmitis dapat membentuk jaringan granulasi disertai vaskularisasi dari

koroid. Panoftalmitis dapat berakhir dengan terbentuknya fibrosis yang akan

mengakibatkan ftisis bulbi.

30

Page 31: MMVM

Gambar Panoftalmitis

2.5 Glaukoma Kongestif Akut

Seseorang yang datang dalam fase serangan akut glaukoma memberi kesan

seperti orang yang sakit berat dan kelihatan payah; mereka diantar oleh orang lain

atau dipapah. Penderita sendiri memegang kepalanya karena sakit, kadang-kadang

pakai selimut. Hal inilah yang mengelabui dokter umum; sering dikiranya seorang

penderita dengan suatu penyakit sistemik.

Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian hari

penderita tidak bisa bangun, sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri

dirasakan di dalam dan disekitar mata. Penglihantannya kabur sekali dan

dilihatnya warna pelangi di sekitar lampu.

Pada pemeriksaan, ditemukan kelopak mata bengkak, konjungtiva bulbi yang

sangat hiperemik (kongestif), injeksi siliar dan kornea yang suram. Bilik mata

depan dangkal dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata depan dari

samping. Pupil tampak melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis yang

hampir total.

Refleks pupil lambat atau tidak ada. Tajam penglihatan menurun sampai

hitung jari. Sebenarnya dengan tanda-tanda luar ini ditambah anamnesis yang

teliti sudah cukup.

Diagnosis baru dapat ditegakkan kalau tekanan bola mata diukur, lalu

didapatkan tinggi sekali. Mereka yang tidak biasa untuk mentransfer harus dipakai

cara digital.

Diagnosis banding :

- Iritis akut

o Nyeri mata pada iritis tidak sehebat glaukoma akut

o Fotofobia lebih hebat daripada glaukoma akut

o Kornea masih mengkilat

o Pupil kecil

o Bilik mata depan tidak terlalu dangkal atau normal

o Tekanan bola mata biasa atau rendah

- Konjungtivitis Akut

31

Page 32: MMVM

o Tak ada nyeri atau mungkin hanya sedikit

o Tak ada perubahan tajam penglihatan

o Ada sekret mata

o Hiperemi konjungitva berat; tidak ada hiperemi perikorneal.

Glaukoma diobati dengan miotikum, pada iritis harus diberi midriatik.

Bila salah diberikan, akan berabahaya.

Penyulit Glaukoma Akut

- Sinekia anterior perifer

Apabila glaukoma akut tidak cepat diobati, terjadilah perlengketan

antara iris bagian tepi dan jaringan trabekulum. Akibatnya adalah

penyaluran keluar humor lebih terhambat.

- Katarak

Di atas permukaan kapsul depan lensa terlihat bercak putih sesudah

suatu serangan akut. Tampaknya seperti susu yang tertumpah di atas meja.

Gambaran ini dinamakan Glaucomfleckle yang menandakan pernah terjadi

serangan akut pada mata tersebut.

- Atrofi papil saraf optik

Karena serangan yang mendadak dan hebat, papil saraf optik mengalami

pukulan yang berat hingga menjadi atrofi. Kalau glaukomanya tidak diobati

dan berlangsng terus, dapat terjadi ekskavasi dan atrofi. Unsur-unsur saraf di

retina pun sangat menderita.

- Glaukoma kongestif kronik atau glaukoma tidak terkendali atau terabaikan

dipakai untuk glaukoma akut yang tidak diobati dengan tepat atau mungkin

tidak diobati sama sekali karena kesalahan diagnosa.

Keadaan ini sering dijumpai, pada pemeriksaan akan ditemukan

penglihatan yang sudah sangat buruk (goyang tangan atau hanya melihat

cahaya saja). Penderita tampak tidak terlalu kesakitan seperti pada waktu

serangan akut. Kelopak mata sudah tidak begitu membengkak, konjungtiva

bulbi hanya menunjukkan hiperemi perikornea tanpa edema, kornea agak

suram, pupil sangat lebar. Tekanan bola mata walaupun masih tinggi tetapi

sudah lebih rendah daripada waktu serangan. Dianggap bahwa mata sudah

menyesuaikan diri pada keadaannya.

32

Page 33: MMVM

- Glaukoma absolut adalah istilah untuk suatu glaukoma yang sudah

terbengkalai sampai buta total. Bola mata demikian nyeri, bukan saja karena

tekanan bola mata yang masih tinggi tetapi juga karena kornea mengalami

degenerasi hingga mengelupas (keratopati bulosa).

Pengobatan

Harus diingat bahwa kasus glaukoma akut adalah masalah pembedahan.

Pemberian obat hanya untuk tindakan darurat agar segera dirujuk ke rumah

sakit yang memiliki fasilitas pembedahan mata.

Pengobatan dengan obat :

- Miotik : pilokarpin 2-4 % tetes mata yang diteteskan setiap menit 1 tetes

selama 5 menit, kemudian disusul 1 tetes tiap jam sampai 6 jam. Hasilnya

adalah miosis dan karenanya melepaskan iris dari jaringan trabekulum.

Sudut bilik mata depan akan terbuka.

- Carbonic Anhidrase Inhibitor : asetazolamid @ 250 mg, 2 tablet sekaligus,

kemudian disusul tiap 4 jam 1 tablet sampai 24 jam. Kerja obat ini adalah

dengan mengurangi pembentukan akuos humor.

- Obat hiperosmotik :

o Larutan gliserin, 50% yang diberikan oral. Dosis 1-1.5 gram/kg BB

(0.7-1.5 cc/kgBB). Untuk praktisnya dapat dipakai 1 cc/kgBB. Obat ini

harus diminum sekaligus.

o Mannitol 20% yang diberikan per infus ± 60 tetes/menit. Kerja obat

hiperosmotik adalah mempertinggi daya osmosis plasma.

- Morfin : injeksi 10-15 mg mengurangi sakit dan mengecilkan pupil.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

33

Page 34: MMVM

Mata merah visus menurun merupakan mata merah akibat melebarnya

pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan mata akut, misalnya:

keratitis, uveitis. Keratitis adalah infeksi pada kornea yang biasanya

diklasifikasikan menurut lapisan kornea yang terkena; yaitu keratitis superfisialis

apabila mengenai lapisan epitel atau Bowman dan keratitis profunda atau keratitis

interstisialis (atau disebut juga keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan

stroma. Uveitis merupakan istilah umum untuk peradangan jaringan uvea. Uveitis

dapat terjadi pada satu atau semua bagian jaringan uvea.

Visus menurun terbagi menjadi dua yaitu visus sentralis dan visus perifer.

Visus sentralis dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus sentralis dekat.Visus

sentralis jauh merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda yang

letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi. Visus sentralis

dekat yang merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda dekat.

Pada keadaan ini mata harus akomodasi agar bayangan benda tepat jatuh di

retina.Visus perifer menggambarkan luasnya medan penglihatan. Fungsi dari visus

perifer adalah untuk mengenal tempat suatu benda terhadap sekitarnya dan

pertahanan tubuh dengan reaksi menghindar jika ada bahaya dari samping.

34