33
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan izin-Nya juga sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Ketrampilan dasar praktik Klinik untuk kebidanan yang membahas khususnya sub bahasan tentang mobilisasi dan pengaturan posisi”. Alhamdullilah tugas ini dapat diselesaikan dengan lancar. Penulisan tugas ini selain bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengasuh mata kuliah juga sebagai salah satu sarana bagi penyusun untuk lebih dapat memahami tentang fungsi dan tujuan mobilisasi dan pengaturan posisi sebagai ketrampilan dasar yang sangat dibutuhkan bagi tenaga paramedis. Tugas ini penulis susun dari hasil studi pustaka yang penulis peroleh dari buku yang berkaitan dengan KDPK dan berbagai sumber tulisan yang menbahas tentang mobilisasi dan pengaturan posisi pada praktik klinik, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah atas bimbingan dan arahan dalam penulisan tugas ini. Juga kepada rekan-rekan yang telah membantu baik materi maupun moril sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Saya berharap, dengan membaca tugas yang saya susun ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini

Mobilisasi Dan Posisi

  • Upload
    yusvera

  • View
    19.687

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KATA PENGANTARPuji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan izinNya juga sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul ³Ketrampilan dasar praktik Klinik untuk kebidanan yang membahas khususnya sub bahasan tentang mobilisasi dan pengaturan posisi´. Alhamdullilah tugas ini dapat diselesaikan dengan lancar. Penulisan tugas ini selain bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengasuh mata kuliah juga sebagai salah satu sarana bagi penyusun

Citation preview

Page 1: Mobilisasi Dan Posisi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan izin-

Nya juga sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Ketrampilan dasar

praktik Klinik untuk kebidanan yang membahas khususnya sub bahasan tentang

mobilisasi dan pengaturan posisi”.  Alhamdullilah tugas ini dapat diselesaikan dengan

lancar. Penulisan tugas ini selain bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang

diberikan oleh dosen pengasuh mata kuliah juga sebagai salah satu sarana bagi penyusun

untuk lebih dapat memahami tentang fungsi dan tujuan mobilisasi dan pengaturan posisi

sebagai ketrampilan dasar yang sangat dibutuhkan bagi tenaga paramedis.

Tugas ini penulis susun dari hasil studi pustaka yang penulis peroleh dari buku

yang berkaitan dengan KDPK dan berbagai sumber tulisan yang menbahas tentang

mobilisasi dan pengaturan posisi pada praktik klinik, tak lupa penyusun ucapkan terima

kasih kepada pengajar mata kuliah atas bimbingan dan arahan dalam penulisan tugas ini.

Juga kepada rekan-rekan yang telah membantu baik materi maupun moril sehingga tugas

ini dapat terselesaikan.

Saya berharap, dengan membaca tugas yang saya susun ini dapat memberi

manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita tentang KDPK

khususnya masalah mobilitas dan pengaturan posisi. Memang tugas ini masih jauh dari

sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan

menuju arah yang lebih baik.

Manna, Januari 2010

Penulis

Page 2: Mobilisasi Dan Posisi

BAB IPENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG.

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan

hidupnya. Untuk mempertahankan keseimbangan tersebut manusia mempunyai

kebutuhan tertentu yang harus terpenuhi dengan baik. Abraham Maslow

mengemukakan Teori Hierarki Kebutuhan yang menyatakan bahwa setiap

manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu: Kebutuhan fisiologis merupakan

kebutuhan paling dasar pada manusia, Kebutuhan rasa aman dan perlindungan

dibagi menjadi : a)      Perlindunngan fisik meliputi perlindungan atas ancaman

terhadap tubuh atau hidup, b) Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas

ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Kebutuhan rasa cinta, yaitu

kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki. Kebutuhan akan harga diri maupun

perasaan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan

kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan.

Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Pada

dasarnya, setiap orang memiliki kebutuhan yang sama. Akan tetapi karena

terdapat perbedaan budaya, maka kebutuhan tersebutpun ikut berbeda. Dalam

memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada.

Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berfikir keras dan

bergerak untuk berusaha mendapatkan.Pemenuhan kebutuhan dasar pada

manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut :1. Penyakit, 2.

Hubungan keluarga, 3. Konsep diri, 4. Tahap perkembangan.

Kebutuhan fisiologis atau kebutuhan fisik manusia merupakan kebutuhan

yang paling mendasar yang harus terpenuhi agar kelangsungan hidup bisa

bertahan. Ada beberapa kebutuhan fisik manusia yang akan dibahas yaitu

Mobilisasi yang merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak secara

bebas, mudah dan teratur serta pengaturan posisi sebagai salah satu cara

mengurangi resiko menghindari terjadinya dekubitus / pressure area akibat

Page 3: Mobilisasi Dan Posisi

tekanan yang menetap pada bagian tubuh dan Mempertahankan posisi tubuh

dengan benar sesuai dengan body aligmen (Struktur tubuh).

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini

penulis memperoleh hasil yang di inginkan, maka  penulis mengemukakan beberapa

rumusan masalah. Rumusan masalah itu adalah:

1.     Apakah mobilisasi dalam KDPK ?

2. Apasaja pengaturan Posisi dalam KDPK ?

1.3. TUJUAN

Tujuan dari penyusunan tugas ini antara lain:

1. Untuk memenuhi apa dan bagaimana mobilisasi sesuai dengan ketrampilan

dasar praktik klinik.

2. Untuk mengetahui pengaturan posisi dan fungsi posisi dalam Ketrampilan

dasar praktik klinik.

Page 4: Mobilisasi Dan Posisi

BAB IIMETODE PENULISAN

2.1. OBJEK PENULISAN

Objek penulisan tugas ini adalah mengenai Ketrampilan Dasar Praktik

KKlinik Untuk Kebidanan, Khususnya tentang mobilisasi dan pengaturan posisi.

Dalam tugas ini dibahas mengenai pengertian mobilisasi dan segala hal yang

berkaitan dengan mobilisasi serta pengaturan posisi dan fungsi pengaturan itu

sendiri yang digunakan dalam praktik klinik.

2.2. DASAR PEMILIHAN OBJEK

Tugas ini membahas mengenai mobilisasi dan pengaturan posisi yang

merupakan Ketrampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Yang digunakan

sebagai dasar dalam praktik klinik khususnya untuk kebidanan.

2.3. METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam pembuatan tugas ini, metode pengumpulan data yang digunakan

adalah studi pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan

permasalahan yang diangkat dalam tugas ini yaitu dengan Ketrampilan Dasar

Praktik Klinik khususnya dalam bahasan tentang mobilisasi dan pengaturan

posisi yang digunakan dalam praktik klinik kebidanan.

Page 5: Mobilisasi Dan Posisi

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1. Mobilisasi

3.1.1. Pengertian Mobilisasi

Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan

dengan bebas, mudah dan teratur (kosier, 1989).

3.1.2. Tujuan dari mobilisasi

1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia

2. Mencegah terjadinya trauma

3. Mempertahankan tingkat kesehatan

4. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari

5. Mencgah hilangnya kemampuan fungsi tubuh ketahanan otot dan kekuatan

otot.

3.1.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi Mobilisasi

1. Gaya hidup

Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang,

karena gaya hidup berdampak pada perilaku dan kebiasaan.

Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin

tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat

meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan

kesehatan tetang mobilisasi seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi

dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya

berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.

2. Proses penyakit dan injuri

Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi

mobilisasinya karena dapat mempengaruhi fungsi system tubuh misalnya;

seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas.

Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri

mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus

Page 6: Mobilisasi Dan Posisi

istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA

yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.

3. Kebudayaan

Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas

misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda

mobilisasinya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala

keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilisasinya dibandingkan

dengan seorang wanita madura dan sebagainya.

4. Tingkat energy

Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi

sakit akan berbeda mobilisasinya di bandingkan dengan orang sehat apalagi

dengan seorang pelari.

5. Usia dan status perkembangan

Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilisasiny dibandingkan

dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya

akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang

sering sakit.

3.1.4. Jenis-Jenis Mobilisasi

1. Mobilisasi penuh

Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara

penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan

peran sehari-hari. Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf motoris

volunteer dan sensoris untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

2. Mobilisasi sebagian

Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

dengan batasan yang jelas sehingga tidak mampu bergerak secara bebas

karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motoris dan sensoris pada area

tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan

pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami mobilisasi sebagian

Page 7: Mobilisasi Dan Posisi

pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motoris dan sensoris.

Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Mobilisasi sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk

bergerak dengan batasan yang sifatr.ya sementara. Hal tersebut dapat :

disebabkan oleh trauma reversibe) pada sistem muskuloskeletal, seperti

adanya dislokasi sendi dan tulang.

b. Mobilisasi sebagian permanen merupakan kemampuan individu untuk

bergerak dengan batasan yang sifatnya tetap. Hal tersebut disebabkan

oleh rusaknya sistem saraf yang irreversibel. Contohnya terjadinya

hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang,

dan untuk kasus poliomielitis terjadi karena terganggunya sistem saraf

motdris dan sensoris.

3.1.5. Tipe persendian dan pergerakan sendi

Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi

yang dapat digeragan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakan

(siartrosis).

Mobilsasi yang dilakukan pada tubuh pasien berdasarkan:

A. Aktive Room

a. Leher

Fleksi: kepala digerakan menunduk kedepan 90 derajat dengan dagu

diatas dada.

Ekstensi: Kepala digerakan 90 derajat keatas dengan posisi lurus

dengan badan

Hypereksitensi : kepala ditarik kebelakang 90 derajat dengan posisi

mengadah keatas

Lateral fleksi: kepala ditekukan kesamping 90 derajat menuiu bahu

Rotasi: kepala digerakan dalam posisi melingkar 90 derajat kekanan

dan 90 derajat kekiri dan depan dari belakang.

b. Bahu

Page 8: Mobilisasi Dan Posisi

Fleksi : lengan ditingkat 180 derajat dan samping menuju keatas

sampai diatas kepaia

Ekstensi : digerakan keposisi istirahat disamping badan

Hyperekstensi: lengan digerakan kebelakang badan dengan sudut 50

derajat

Abduksi : lengan ditarik keatas samping badan dengan punggung

tangan diaias, digerakan kesisi badan 180 derajat keposisi diatas

kepala

Rotasi Eksterna : dengan lengan disamping, tekukan siku, lengan

digerakkan kedepan dan kebelakang 90 derajat sehingga telepak

tangan menghadap kedepan.

Rotasi interna : dengan lengan disamping tekukan siku, lengan

digerakkan kebelakang 90 derajat sehingga felapak tangan

menghadap kebelakang.

Sinkumduksi : lengan digerakan dengan lingkaran 360 derajat diputar

sepanjang sisi badan.

c. Siku

Fleksi : siku ditekuk dengan telapak tangan menghadap muka, dengan

sudut 150 derajat menuju bahu

Ekstensi: siku dari posisi fleksi diluruskan kembali

d. Lengan Bawah

Supinasi: lengan bawah diputar 90 derajat sampai telapak tangan

menghadap kebawah

Pronasi: lengan bawah diputar 90 derajat sampai telapak tangan kanan

mengahadap kebawah.

e. Pergelangan Tangan

Fleksi: Tangan ditekuk 90 derajat kebawah dengan telapak tangan

mengahadap kebawah

Page 9: Mobilisasi Dan Posisi

Ekstensi: tangan digerakan 90 aerajat dengan posisi lurus dengan

lengan

Hyperekstensi: tangan ditekuk keatas, punggung tangan diatas dengan

sudut 90 derajat.

Abduksi: pergelangan tangan, dengan jari-jari dirapatkan ditekuk

keluar menuju ula

Abduksi: pergelangan tangan dengan jari-jari dirapatkan ditekuk ke

depan menuju radius.

f. Jari dan Ibu Jani

Fleksi: Jari-jari digenggamkan

Ekstensi: Jari digerakan 90 derajat lurus dengan lengan dengan

telapak tangan menghadap ke bawah.

Hyperekstensi : jari-jari dengan felapak tangan kebawah, ditekuk

keatas menuju punggung tangan 45 derajat

Abduksi: jan dan ibu /ari dibentangkan/direngangkan 30 derajat

Abduksi: jari dan ibu jari dirapatkan bersama 30 derajat

Posisi Ibu jari : ibu jari ditekuk kedalam memutar menuju kelingking

dikuti oleh jari-jari yang lain.

g. Pinggul

Fleksi : tungkai digerakan keatas kemuka 90 derajat

Ekstensi : tungkai digerakan kembali ke posisi lurus sejajar dengan

tubuh

Hyperekstensi: tungkai digerakan kebelakang tubuh 50 derajat

Sirkumduksi: tungkai digerakan dalam lingkaran 360 derajat

Abduksi: iungkai digerakan kesamping menjauhi tubuh 45 derajat

Abduksi: tungkai digerakan kesamping mendekati tubuh 45 derajat

Rotasi Interna : tungkai dan kaki diputar kedalam 90 derajat

Rotasi Eksterna : tungkai dan kaki diputar kedalam 90 derajat

h. Lutut

Page 10: Mobilisasi Dan Posisi

Fleksi. lutut ditekuk diangkat kebelakang dan atas 90 derajat

Akstensi : Lutut digerakan kembali sejajar tubuh

i. Pergelangan Kaki

Planfar Fleksi: kaki digerakan kebawah 45 derajat

Dorsi Fleksi: kaki digerakan keatas 45 derajat

Enversi: sisi luar kaki ditekuk kesamping keluar diputar

Inversi: kaki diputar dengan sisi medial, diputar kedalam

j. Jari Kaki

FIeksi jari-jari ditekuk kebawah 90 derajat

Ekstensi : jari-jari sejajar kembali dengan punggung

Hyperekstensi : jari-jari ditekuk keatas 45 derajat

Abduksi : jari-jari digerakan menjauhi satu sama lain 15 derajat

Abduksi : jari-jari digerakan menapat

k. Pinggang

Fleksi pinggang ditekuk kedepan 90 derajat

Ekstensi : pinggang diluruskan kembali

Hyperekstensi: pinggang ditarik kebelakang 30 derajat

Lateral Fleksi: tubuh ditarik kekedua sisi 45 derajat

Rotasi : tangan dipinggang digerakan melingkar 360 derajat

B. PASSIVE ROOM

Posisi Supinasi

a. Lengan dan Bahu

Lengan klien disamping tubuh, tangan kanan penolong memegang

pergelangan tangan pasien dan tangan kiri disiku pasien.

Fleksi dan rotasi eksternai bahu

Abduksi dan rotasi eksternai bahu

Abduksi bahu

Rotasi interna dan eksterna bahu

FIeksi dan ekstensi siku

Pronasi dan supinasi lengan bawah

Page 11: Mobilisasi Dan Posisi

b. Tangan dan pergelangan tangan

Tangan kiri penolong diatas punggung tangan, tangan kanan memegang

jari-jari tangan :

Hyperekstensi pergelangan tangan, fleksi jari-jari

Hyperekstensi pergelangan tangan, ekstensi jari-jari

c. Pinggul dan Tungkai

Tangan kiri perawat dibawah lutut pasien dan memegangnya, tangan

kanan perawat ditumit pasien untuk plantar fleksi, tangan kiri perawat

diats pergelangan kaki pasien dan tangan kanan memegang jari kaki

Plantar fleksi kaki

Inversi dan eversi kaki

Fleksi dan ekstensi jari kaki

Posisi telungkup dan miring

Hyperekstensi Bahu

Hyperekstensi pinggul

3.1.6. Toleransi aktifitas

Penilaian tolerasi aktifitas sangat penting terutama pada klien dengan

gangguan kardiovaskuler seperti Angina pektoris, Infark, Miocard atau pada

klien dengan immobiliasi yang lama akibat kelumpuhan.Hal tersebut biasanya

dikaji pada waktu sebelum melakukan mobilisasi, saat mobilisasi dan setelah

mobilisasi.

Tanda – tanda yang dapat di kaji pada intoleransi aktifitas antara lain (Gordon,

1976).

a. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur

b. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol / hipotensi

orthostatic.

c. Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal.

d. Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan.

Page 12: Mobilisasi Dan Posisi

e. Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan

ketidak stabilan posisi tubuh.

f. Status emosi labil.

3.1.7. Masalah fisik

Masalah fisik yang dapat terjadi akibat immobilisasi dapat dikaji / di

amati pada berbagai sistim antara lain :

a. Masalah musculoskeletal

Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur, penurunan

mineral, tulang dan kerusakan kulit.

b. Masalah urinary

Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran infeksi saluran kemih dan

inkontinentia urine.

c. Masalah gastrointestinal

Terjadinya anoreksia / penurunan nafsu makan diarrhoe dan konstipasi.

d. Masalah respirai

Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas, ketidak

seimbangan asam basa (CO2 O2).

e. Masalah kardiofaskuler

Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan trombus.

3.1.8. Upaya Pencegahan Terjadinya Masalah Akibat Kurangnya Mobilisasi

Upaya Pencegahan Terjadinya Masalah akibat kurangnya mobilisasi

antara lain :

1. Perbaikan status gizi

2. Memperbaiki kemampuan mobilisasi

3. Melaksanakan latihan pasif dan aktif

4. Mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan body aligmen

(Struktur tubuh).

Page 13: Mobilisasi Dan Posisi

5. Melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik (mobilisasi untuk

menghindari terjadinya dekubitus / pressure area akibat tekanan yang

menetap pada bagian tubuh.

3.2. PENGATURAN POSISI

Pengaturan posisi yang dapat dilakukan pada pasien ketika mendapatkan

perawatan, dengan tujuan untuk kenyamanan pasien, pemudahan perawatan dan

pemberian obat, menghindari terjadinya pressure area akibat tekanan yang

menetap pada bagian tubuh tertentu.

Pengaturan posisi antara lain adalah : Posisi fowler,

3.2.1. Posisi Fowler

Posisi setengah duduk atau duduk, bagian kepala tempat tidur lebih tinggi

atau dinaikkan. Untuk fowler (45°-90°) dan semifowler(15°-45°). Dilakukan

untuk mempertahankan kenyamanan, memfasilitasi fungsi pernapasan, dan untuk

pasien pasca bedah.

Cara Pelaksanaan :

a. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

b. Dudukkan pasien

c. Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk

posisi untuk fowler ( 900) dan Semifowler ( 30 – 450 ).

d. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.

Gambar. Cara posisi fowler

Page 14: Mobilisasi Dan Posisi

3.2.2. Posisi Sim

Posisi miring ke kanan atau ke kiri. Dilakukan untuk memberi

kenyamanan dan untuk mempermudah tindakan pemeriksaan rectum atau

pemberian huknah atau obat-obatan lain melalui anus.

Cara Pelaksanaan :

a. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

b. Pasien dalam keadaan berbaring. Kemudian apabila dimiringkan kekiri

dengan posisi badan setengah telungkup, maka lutut kaki kiri diluruskan serta

paha kanan ditekuk diarahkan ke dada. Tangan kiri di belakang punggung

dan tangan kanan didepan kepala.

c. Bila pasien miring kekanan, posisi bdan setengah telungkup dan kaki kanan

lurus, sedangkan lutut dan paha kiri ditekuk dan diarahkan ke dada. Tangan

kanan dibelakang punggung dan tangan kiri didepan kepala.

Gambar Cara Posisi Sim

3.2.3. Posisi Trendelenburg

Posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah

daripada bagian kaki. Dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak,

dan pada pasien shock dan pada pasien yang dipasang skintraksi pada kakinya.

Cara Pelaksanaan :

a. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

b. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang. Letakkan bantal di antara kepala

dan ujung tempat tidur pasien, serta berikan bantal dibawah lipatan lutut.

Page 15: Mobilisasi Dan Posisi

c. Pada bagian kaki tempat tidur, berikan balok penopang atau atur tempat tidur

secara khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.

Gambar. Posisi Trendelenburg

3.2.4. Posisi Dorsal Recumbent

Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau

direnggangkan) diatas tempat tidur. Dilakukan untuk merawat dan memeriksa

genetalia serta proses persalinan.

Cara Pelaksanaan :

a. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

b. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, pakaian bawah di buka

c. Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur dan

renggangkan kedua kaki.

d. Pasang selimut

Gambar. Dorsal Recumbent

Page 16: Mobilisasi Dan Posisi

3.2.5. Posisi Litotomi

Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan

menariknya ke atas bagian perut. Dilakukan untuk memeriksa genetalia pada

proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.

Cara Pelaksanaan :

a. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

b. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, angkat kedua paha dan tarik

kearah perut.

c. Tungkai bawah membentuk sudut 900 terhadap paha.

d. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi litotomi

e. Pasang selimut

Gambar. Posisi Litotomi

3.2.6. Posisi Genu Pektoral

Posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada

bagian atas tempat tidur. Dilakukan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid

dan untuk membantu merubah letak kepala janin pada bayi yang sungsang.

Cara Pelaksanaan :

a. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

b. Anjurkan pasien untuk berada dalam posisi menungging dengan kedua kaki

ditetuk dan dada menempel pada kasur tempat tidur

c. Pasang selimut pada pasien

Gambar. Posisi Genu Pektoral

Page 17: Mobilisasi Dan Posisi

3.3. MOBILISASI DENGAN MEMBERIKAN POSISI MIRING

Tujuan :

1. Mempertahankan bady aligment

2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi

3. Mengurangi Meningkatkan rasa nyaman

4. Kemungkinan terjadinya cedera pada perawat maupun klien

5. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi

yang menetap.

Indikasi :

1. Penderita yang mengalami kelumpuhan baik hemiplegi maupun para plegi

2. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi

3. Penderita yang mengalami pengobatan (immobilisasi)

4. Penderita yang mengalami penurunan kesadaran

Cara Pelaksanaan :

1. Berikan penjelasan kepada klien maksud dan tujuan di lakukan tindakan

mobilisasi ke posisi lateral.

2. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan untuk membatasi penyebaran

kuman ? micro organisme.

3. Pindahkan segala rintangan sehingga perawat leluasa bergerak.

4. Siapkan peralatan yang di perlukan.

5. Yakinkan bahwa klien cukup hangat dan privasy terlindungi.

Saran – saran atau hal – hal yang harus di perhatikan :

1. Perawat harus mengetahui teknik mobilisasi yang benar

2. Bila klien terlalu berat pastikan mencari pertolongan

3. Tanyakan kepada dokter tentang indikasi dan kebiasaan dilakukannya

mobilisasi

Persiapan alat :

1. Satu bantal penopang lengan

2. Satu bantal penopang tungkai

3. Bantal penopang tubuh bagian belakang

Page 18: Mobilisasi Dan Posisi

Cara kerja :

1. Angkat / singkirkan rail pembatas tempat tidur pada sisi di mana perawat

akan melakukan mobilisasi

2. Pastikan posisi pasien pada bagian tengah tempat tidur, posisi supinasi lebih

mudah bila di lakukan mobilisasi lateral

3. Perawat mengambil posisi sebagai berikut :

a. Perawat mengambil posisi sedekat mungkin menghadap klien di samping

tempat tidur lurus pada bagian abdomen klien sesuai arah posisi lateral

(misalnya; mau memiringkan kekana, maka perawat ada di samping

kanan klien)

b. Kepala tegak dagu di tarik ke belakang untuk mempertahankan punggung

pada posisi tegak.

c. Posisi pinggang tegak untuk melindungi sendi dan ligamen.

d. Lebarkan jarak kedua kaki untuk menjaga kestabilan saat menarik tubuh

klien

e. Lutut dan pinggul tertekuk / fleksi

4. Kemudian letakan tangan kanan lurus di samping tubuh klien untuk

mencegah klien terguling saat di tarik ke posisi lateral (sebagai penyangga).

5. Kemudian letakan tangan kiri klien menyilang pada dadanya dan tungkai kiri

menyilang diatas tungkai kanan dengan tujuan agar memberikan kekuatan sat

di dorong.

6. Kemudian kencangkan otot gluteus dan abdomen serta kaki fleksi bersiap

untuk melakukan tarikan terhadap tubuh klien yakinkan menggunakan otot

terpanjang dan terkuat pada tungkai dengan tujuan mencegah trauma dan

menjaga kestabilan.

7. Letakan tangan kanan perawat pada pangkal paha klien dan tangan kiri di

letakan pada bahu klien.

8. Kemudian tarik tubuh klien ke arah perawat dengan cara :

a. Kuatkan otot tulang belakang dan geser berat badan perawat ke bagian

pantat dan kaki.

Page 19: Mobilisasi Dan Posisi

b. Tambahkan fleksi kaki dan pelfis perawat lebih di rendahkan lagi untuk

menjaga keseimbangan dan ke takstabil

c. Yakinkan posisi klien tetap nyaman dan tetap dapat bernafas lega

9. Kemudian atur posisi klien dengan memberikan ganjaran bantal pada bagian

yang penting sebagai berikut :

a. Tubuh klien berada di sampingdan kedua lengan berada di bagian depan

tubuh dengan posisi fleksi, berat badan klien tertumpu pada bagian

skakula dan illeum. Berikan bantal pada bagian kepala agar tidak terjadi

abduksi dan adduksi ada sendi leher.

b. Kemudian berikan bantal sebagai ganjalan antara kedua lengan dan dada

untuk mencegah keletihan otot dada dan terjadinya lateral fleksi serta

untuk mencegah / membatasi fungsi internal rotasi dan abduksi pada bahu

dan lengan atas.

10. Berikan ganjalan bantal pada bagian belakang tubuh klien bila di perlukan

untuk memberikan posisi yang tepat

11. Rapikan pakayan dan linen klien serta bereskan alat yang tidak di gunakan.

12. Dokumentasikan tindakan yang telah di kerjakan.

Page 20: Mobilisasi Dan Posisi

BAB IVKESIMPULAN

Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan

bebas. Tujuan dari mobilisasi antara lain : Memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Mencegah terjadinya trauma. Mempertahankan tingkat kesehatan. Mempertahankan

interaksi sosial dan peran sehari – hari. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.

Pengaturan posisi dilakukan ketika pasien mendapatkan asuhan. Pengaturan

Posisi antara lain : Posisi fowler (setengah duduk), Posisi litotomi, Posisi dorsal

recumbent, Posisi supinasi (terlentang), Posisi pronasi (tengkurap), Posisi lateral

(miring), Posisi sim, dan Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)

Page 21: Mobilisasi Dan Posisi

DAFTAR PUSTAKA

Ketheleen Haerth Belland RN. BSN, Mary and Wells RN Msed, 1986, Chlinical Nursing Prosedurs, California Jones and Bardlett Publishers Inc.

Diana Hestings. RGN RCNT. 1986, The Machmillan Guide to home Nursing London, Machmillan London LTD. Ahli bahasa : Prilian Pranajaya, 1980 editor lilian juwono Jakarta, Arcan.

Barbara Koezeir, Glenora Erb, 1983, Fundamental of Nursing, california Addison – Wesly publishing Division.

Barbara Koezeir, Glenora Erb, Oliveri, 1988, Fundamental of Nursing, Philadelpia Addison Wesly publishing Division.

Republika. Dekubitus. Available at: www.republika.co.id. Acessed Desember 2006.

Sanada, H. Pressure ulcers management. http://square.umin.ac.jp/sanada/english/show-e.html. Accessed Desember 2006

Sato M., Sanada H., Konya C., et al. Prognosis stage I and related factors. International Wound Journal. 2006;3:335-362

Sugama., J., Sanada, H., Kanagawa, K., et al . Risk factors of pressure sore development, intensive care unit, Pressure – relieving care, the Japanese version of the Braden Scale. Kanazawa Junior Collage, 1992, 16, 55-59

Suriadi, Sanada H, Kitagawa A, et.al. Study of reliability and validity of the braden scale translated into indonesia. 2003. Master thesis. Kanazawa University, Japan

Sussman, C. & Bates-Jensen, B.M.. Wound Care: a collaborative practice manual for physical therapist and nurses. Second Edition. Gaithersburg: AN Aspen publication, 2001,235 – 260

http://yuwielueninet.wordpress.com/2008/03/25/KDPK/

http://xa-dewie.blogspot.com/2009/10/Prinsip kebutuhan dasar manusia.html

http://irm4chimut.wordpress.com/mobilisasi pasien dalam Ketrampilan dasar praktik kebidanan.html

http://nursecerdas.wordpress.com/2009/02/05/217/

Page 22: Mobilisasi Dan Posisi

TUGAS KETRAMPILAN DASAR PRAKTIK KLINIK

UNTUK KEBIDANANTentang

MOBILISASI DAN PENGATURAN POSISI

Disusun Oleh :

NOKA RUTANI SARINIM. 090512

DOSEN PEMBIMBING :MIKASMAN, S. Pd

Akademi Kebidanan MannaBengkulu Selatan

TA. 2009/2010