32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pemenuhan aktifitas perawat terlebih dahulu harus mempelajari konsep konsep tentang mobilisasi. Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal. Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. otot yang seimbang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. apa yang dimaksud dengan mobilisasi? 2. Apa tujuan dari mobilisasi? 3. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi mobilisasi? 4. Sebutkan macam macam mobilisasi? 5. Apa saja Tanda-tanda terjadinya tolerasi aktifitas? 6. Apa saja masalah fisik yang terjadi akibat kurangnya mobilitas (Immobilisasi)? 1

Mobilisasi galuh

  • Upload
    booymas

  • View
    61

  • Download
    10

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pemenuhan aktifitas perawat terlebih dahulu harus mempelajari konsep konsep tentang mobilisasi. Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal. Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. otot yang seimbang.1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. apa yang dimaksud dengan mobilisasi?

2. Apa tujuan dari mobilisasi?

3. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi mobilisasi?

4. Sebutkan macam macam mobilisasi?

5. Apa saja Tanda-tanda terjadinya tolerasi aktifitas?

6. Apa saja masalah fisik yang terjadi akibat kurangnya mobilitas (Immobilisasi)?

7. Jelaskan upaya pencegahan masalah yang timbul akibat kurangnya mobilisasi?

8. Sebutkan Macam-macam posisi klien di tempat tidur?9. Apa saja struktur musculoskeletal yang mempengaruhi mobilisasi?10. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi?11. Bagaimana mekanisme tubuh dalam fisiologi pergerakan?12. Bagaimana konsep dasar imobilitas dan resikonya pada klien?13. Bagaimana askep pada klien ganguan imobilitas?14. Prosedur mobilisasi?1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengerti dan memahami tetang mobilisasi

2. Dapat memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pemenuhan aktifitas perawat.

1.4 Manfaat penulisan

Makalah ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat dalam hal asuhan keperawatan dalam pemenuhan aktifitas perawat, dan semoga dapat berguna dalam proses perkuliahan

BAB II

PEMBAHASAN2.1 Pengertian Mobilisasi

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.2.2 Tujuan dari Mobilisasi1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia2. Mencegah terjadinya trauma3. Mempertahankan tingkat kesehatan4. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari hari5. Mencgah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.b.Rentang Gerak dalam mobilisasiDalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :1. Rentang gerak pasifRentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.2. Rentang gerak aktifHal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.3. Rentang gerak fungsionalBerguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan (Carpenito, 2000)Cara mengkaji :

Buatlah tiap sendi mencapai rentang gerak normal penuh ( seperti pada tabel 2 ). Pada kondisi normal sendi harus bebas dari kekakuan, ketidakstabilan, pembengkakan, atau inflamasi. Bandingkan sendi yang sama pada kedua sisi tubuh terhadap keselarasan. Uji kedua rentang gerak aktif dan pasif untuk masing-masing kelompok sendi otot mayor yang berhubungan. Jangan paksa sendi bergerak ke posisi yang menyakitkan. Beri klien cukup ruang untuk menggerakkan masing-masing kelompok otot sesuai rentang geraknya. Selama pengkajian terhadap rentang gerak, kekuatan dan tegangan otot , inspeksi juga memgenai adanya pembengkakan, deformitas, dan kondisi dari jaringan sekitar, palpasi atau observasi terjadinya kekakuan, ketidakstabilan, gerakan sendi yang tidak biasanya, sakit, nyeri, krepitasi dan nodul-nodul. Bila sendi tampak bengkak dan inflamasi, palpasilah kehangatannya. Selama pengukuran rentang gerak pasif, minta klien agar rilek dan memungkinkan pemeriksa menggerakkan sendi secara pasif sampai akhir rentang gerak terasa. Pemeriksa membandingkan rentang gerak aktif dan pasif yang harus setara untuk masing-masing sendi dan diantara sendi-sendi kontralateral. Dalam keadaan normal dapat bergerak bebas tanpa sakit atau krepitasi. Bila diduga terjadi penurunan gerakan sendi, gunakan sebuah goniometer untuk pengukuran yang tepat mengenai derajat gerakan. (Caranya tempatkan goniometer pada tengah siku dengan lengan melebar disepanjang lengan bawah dan lengan atas klien. Setelah klien memfleksikan lengan, goniometer akan mengukur derajat fleksi sendi). Ukur sudut sendi sebelum rentang gerak sendi secara penuh atau pada posisi netral dan ukur kembali setelah sendi bergerak penuh. Bandingkan hasilnya dengan derajat normal gerakan sendi. Tonus dan kekuatan otot dapat diperiksa selama pengukuran rentang gerak sendi. Tonus dideteksi sebagai tahanan otot saat ekstremitas rilek secara pasif digerakkan melalui rentang geraknya. Tonus otot normal menyebabkan tahanan ringan dan data terhadap gerakan pasif selamanya rentang geraknya. Periksa tiap kelompok otot untuk mengkaji kekuatan otot dan membandingkan pada kedua sisi tubuh. Caranya minta klien membentuk suatu posisi stabil. Minta klien untuk memfleksikan otot yang akan diperiksa dan kemudian menahan tenaga dorong yang dilakukan pemeriksa terhadap fleksinya . Periksa seluruh kelompok otot mayor. Bandingkan kekuatan secara bilateral, dalam keadaan normal kekuatan otot secara bilateral simetris terhadap tahanan tenaga dorong, lengan dominan mungkin sedikit lebih kuat dari lengan yang tidak dominan. Bersamaan dengan tiap manuver : minta klien membentuk suatu posisi kuatnya. Berikan peningkatan tenaga dorong secara bertahap terhadap kelompok otot. Klien menahan dorongan dengan usaha untuk menggerakkan sendinya berlawanan dengan dorongan tersebut. Klien menjaga tahanan tersebut agar tetap ada sampai diminta untuk menghentikannya. Sendi seharusnya bergerak saat pemeriksa memberi variasi kekuatan tenaga dorong terhadap kelompok otot tersebut. Bila kelemahan otot terjadi, periksa ukuran otot dengan menempatkan pita pengukur di sekitar lingkar otot tubuh tersebut dan membandingkannya dengan sisi yang berlawanan.2.3 macam-macam mobilisasi

Macam-macam mobilisasi antara lain :

Mobilisasi penuh

Mobilisasi penuh ini menunjukkan syaraf motorik dan sensorik mampu mengontrol seluruh area tubuh. Mobilisasi penuh mempunyai banyak keuntungan bagi kesehatan, baik fisiologis maupun psikologis bagi pasien untuk memenuhi kebutuhan dan kesehatan secara bebas, mempertahankan interaksi sosial dan peran dalam kehidupan sehari hari. Mobilisasi sebagian

Pasien yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya mempunyai gangguan syaraf sensorikmaupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi sebagian dapat dibedakan menjadi:

Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada sistim muskuloskeletal seperti dislokasi sendi dan tulan

Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya sistim syaraf yang reversibel

2.4 Mekanisme Tubuh Dalam Fisiologi Pergerakan

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks.Untuk terjadi gerak refleks, maka dibutuhkan struktur sebagai berikut : organ sensorik (yang menerima impuls), serabut saraf sensorik (yang menghantarkan impuls), sumsum tulang belakang (serabut-serabut saraf penghubung menghantarkan impuls), sel saraf motorik (menerima dan mengalihkan impuls), dan organ motorik (yang melaksanakan gerakan). Gerak refleks merupakan bagian dari mekanika pertahanan tubuh yang terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata pada saat terkena debu, menarik kembali tangan dari benda panas menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan sadar ; misalnya, bukan saja tidak menarik tangan dari benda panas, bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan panas. (Evelyn Pearce, 2009 : 292)

Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi secara tiba-tiba diluar kesadaran kita. Refleks fleksor, penarikan kembali tangan secara refleks dari rangsangan yang berbahaya merupakan suatu reaksi perlindungan. Refleks ekstensor (polisinaps) rangsangan dari reseptor perifer yang mulai dari refleksi pada anggota badan dan juga berkaitan dengan ekstensi anggota badan. Gerakan refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar misalnya menutup mata pada saat terkena debu

Untuk terjadinya gerakan refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut, organ sensorik yang menerima impuls misalnya kulit. Serabut saraf sensorik yang menghantarkan impuls tersebut menuju sel-sel ganglion radiks posterior dan selanjutnya serabut sel-sel akan melanjutkan impuls danmenghantarkan impuls-impils menuju substansi pada kornu posterior medula spinalis. Sel saraf motorik menerka impuls dan menghantarkan impuls-impuls melalui serabut motorik.

Refleks adalah respon yang tidak berubah terhadap perangsangan yang terjadi diluar kehendak.Rangsangan ini merupakan reaksi organisme terhadap perubahan lingkungan baik didalam maupun diluar organisme yang melibatkan sistem saraf pusat dalam maupun memberikan jembatan (respons) terdapat rangsangan.Dengan adanya kegiatan refleks, tubuh mampu mengadakan reaksi yang cepat terhadap berbagai perubahan diluar maupun didalam tubuh disertai adaptasi terhadap perubahan tersebut.

Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut lengkung refleks. Komponen-komponen yang dilalui refleks :

1. Reseptor rangsangan sensorik yang peka terhadap suatu rangsangan misalnya kulit

2. Neuron aferen (sensoris) yang dapat menghantarkan impuls menuju kesusunan saraf pusat (medula spinalis-batang otak)

3. Pusat saraf (pusat sinaps) tempat integrasi masuknya sensorik dan dianalisis kembali ke neuron eferen

4. Neuron eferen (motorik) menghantarkan impuls ke perifer

5. Alat efektor merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili oleh suatu serat otot atau kelenjar.

Walaupun otak dan sum-sum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak dibagian luar atau kulitnya dan dibagian putih terletak ditengah. Pada sum-sum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu,sedangkan pada bagian-bagian korteks juga dapat berupa materi putih.

Unit dasar setiap kegiatan reflex terpadu adalah lengkung reflex. Lengkung reflex ini terdiri dari alat indra, serat saraf aferen, satu atau lebih sinaps yang terdapat di susunan saraf pusat atau di ganglion simpatis, serat saraf eferen, dan efektor. Serat neuron aferen masuk susunan saraf pusat melalui radiks dorsalis medulla spinalis atau melalui nervus kranialis, sedangkan badan selnya akan terdapat di ganglion-ganglion homolog nervi kranialis atau melalui nervus cranial yang sesuai. Kenyataan radiks dorsalis medulla spinalis bersifat sensorik dan radiks ventralis bersifat motorik dikenal sebagai hokum Bell- Magendie.

Lengkung reflex. Paling sederhana adalah lengkung reflex yang mempunyai satu sinaps anatara neuron aferen dan eferen. Lengkung reflex semacam itu dinamakan monosinaptik, dan reflex yang terjadi disebut reflex monosinaptik. Lengkung reflex yang mempunyai lebih dari satu interneuron antara neuron afern dan eferen dinamakan polisanptik dan jumlah sinapsnya antara 2 sampai beberapa ratus. Pada kedua jenis lengkung reflex, terutama pada lengkung reflex polisinaptik. Kegiatan refleksnya dapat dimodifikasi oleh adanya fasilitas spasial dan temporal, oklusi, efek penggiatan bawah ambang (subliminal fringe), dan oleh berbagai efek lain. (Laurale Sherwood, 2006)

Neuron aferen secara langsung bersinaps dengan neuron motorik alfa yang mempersarafi serat-serat ekstrafusal otot yang sama, sehingga terjadi kontraksi otot itu. Refleks regang (stretch reflex) ini berfungsi sebagai mekanisme umpan balik negative untuk menahan setiap perubahan pasif panjang otot, sehingga panjang optimal dapat dipertahankan.

Contoh klasik reflex regang adalah reflex tendon patella atau knee-jerk reflex. Otot- otot ekstenson lutut adalah kuadriseps femoris, yang membentuk anterior paha dan melekat ke tibia (tulang kering) tepat di bawah lutut melalui tendon patella. Reflex regang yang terjadi menimbulkan kontraksi otot ekstensor ini, sehingga lutut mengalami ekstensi dan mengangkat tungkai bawah dengan cara yang khas. Reflex patella yang normal mengindikasikan dokter bahwa sejumlah komponen saraf dan otot-gelendong otot, masukan aferen, neuron motorik, keluaran eferen taut neuromuskulus, dan otot itu sendiri-berfungsi normal. Reflex ini juga mengindikasikan adanya keseimbangan antara masukan eksitorik dan inhibitorik ke neuron motorik dari pusat-pusat yang lebih tinggi di otak.Tujuan utama reflex regang adalah menahan kecenderungan peregangan pasif otot-otot ekstensor yang ditimbulkan oleh gaya gravitasi ketika seseorang berdiri tegak. (William F. Ganong, 2008)Stretch dinamis dan statis Stretch Reflex. Itu refleks regangan dapat dibagi menjadi dua komponen: refleks peregangan dinamis dan reflex regangan statis. Dinamis adalah menimbulkan refleks regangan oleh menimbulkan sinyal dinamis ditularkan dari indra utama akhiran dari spindle otot, yang disebabkan oleh peregangan cepat atau unstretch. Artinya, ketika tiba-tiba otot diregangkan atau teregang, sinyal kuat ditularkan ke sumsum tulang belakang; ini seketika kuat menyebabkan refleks kontraksi (atau penurunan kontraksi) dari otot yang sama dari sinyal yang berasal. Jadi, fungsi refleks untuk menentang perubahan mendadak pada otot panjang.Refleks regangan yang dinamis berakhir dalam fraksi detik setelah otot telah menggeliat (atau awalnya) untuk panjang baru, tetapi kemudian yang lebih lemah statis refleks regangan terus untuk waktu yang lama setelahnya.Refleks ini diperoleh oleh statis terus-menerus sinyal reseptor ditularkan oleh kedua primer dan endings.The sekunder pentingnya peregangan statis refleks adalah bahwa hal itu menyebabkan tingkat kontraksi otot tetap cukup konstan, kecuali jika sistem saraf seseorang secara spesifik kehendak sebaliknya.(Guyton dan Hall, 2006)

Peregangan otot secara tiba-tiba merangsang muscule spindle dan sebaliknya ini menyebabkan refleks kontraksi dari otot yang sama. Karena alasan yang jelas, refleks yang sering disebut suatu refleks regang mempunyai suatu konponen dinamik dan suatu komponen statik. Refleks regang dinamik disebabkan oleh isyarat dinamik yang kuat dari muscle spindle. Refleks regang static dibangkitkan oleh isyarat kontinu reseptor static yang dihantarkan melalui ujung primer dan sekunder muscle spindle. Refleks regang negatif, bila suatu otot tiba-tiba diperpendek, terjadi efek yang berlawanan. Refleks ini menentang pemendekan otot tersebut dengan cara yang sama seperti refleks regang positif yang menentang pemanjangan otot. (Athur C. Guyton, 2008 : 457)

Refleks cahaya pada pupil adalah refleks yang mengontrol diameter pupil, sebagai tanggapan terhadap intensitas (pencahayaan) cahaya yang jatuh pada retina mata.Refleks kornea, juga dikenal sebagai refleks berkedip, adalah tanpa sadar kelopak mata berkedip dari yang diperoleh oleh stimulasi (seperti menyentuh atau benda asing) dari kornea, atau cahaya terang, meskipun bisa akibat dari rangsangan perifer.Harus membangkitkan rangsangan baik secara langsung dan respons konsensual (tanggapan dari mata sebaliknya). Refleks mengkonsumsi pesat sebesar 0,1 detik. Pemeriksaan refleks kornea merupakan bagian dari beberapa neurologis ujian, khususnya ketika mengevaluasi koma.Kerusakan pada cabang oftalmik (V1) dari saraf kranial ke-5 hasil di absen refleks kornea ketika mata terkena dirangsang.Refleks biseps tes refleks yang mempelajari fungsi dari refleks C5 busur dan untuk mengurangi refleks C6 derajat busur.Tes ini dilakukan dengan menggunakan sebuah tendon palu untuk dengan cepat menekan tendon biceps brachii saat melewati kubiti fosa. Refleks kulit perut

Orang coba berbaring telentang dengan kedua lengan terletak lurus di samping badan. Goreslah kulit daerah abdomen dari lateral kearah umbilicus. Respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut. Refleks kornea

Sediakanlah kapas yang digulung menjadi bentuk silinder halus. Orang coba menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat ke salah satu sisi tanpa menggerakkan kepala. Sentuhlah dengan hati-hati sisi kontralateral kornea dengan kapas.Respon berupa kedipan mata secara cepat.

Refleks cahaya

Cahaya senter dijatuhkan pada pupil salah satu mata orang coba.Respons berupa konstriksi pupil holoateral dan kontralateral. Ulangi percobaan pada mata lain.

Refleks Periost Radialis

Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan.Ketuklah periosteum pada ujung distal os radii.Respons berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.

Refleks Periost Ulnaris

Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan antara pronasi dan supinasi.Ketuklah pada periost prosessus stiloideus.Respons berupa pronasi tangan.

Stretch Reflex (Muscle Spindle Reflex=Myotatic Reflex)

1) Knee Pess Reflex (KPR)

Orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua tungkai akan tergantung bebas atau orang coba berbaring terlentang dengan fleksi tungkai pada sendi lutut. Ketuklah tendo patella dengan Hammer sehingga terjadi ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadrisips.

2) Achilles Pess Reflex (ACR)

Tungkai difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan.Ketuklah pada tendo Achilles, sehingga terjadi plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastronemius.

3) Refleks biseps

Lengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah pada tendo otot biseps yang akan menyebabkan fleksi lengan pada siku dan tampak kontraksi otot biseps.4) Refleks triseps

Lengan bawah difleksikan pada sendi siku dan sedikit dipronasikan. Ketuklah pada tendo otot triseps 5 cm di atas siku akan menyebabkan ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps.5) Withdrawl Reflex

Lengan orang coba diletakkan di atas meja dalam keadaa ekstensi.Tunggulah pada saat orang coba tidak melihat saudara, tusuklah dengan hati-hati dan cepat kulit lengan dengan jarum suntik steril, sehalus mungkin agar tidak melukai orang coba. Respons berupa fleksi lengan tersebut menjauhi stimulus.

Yang Perlu Diperhatikan:1. Relaksasi sempurna: orang coba harus relaks dengan posisi seenaknya. Bagian (anggota gerak) yang akan diperiksa harus terletak sepasif mungkin (lemas) tanpa ada usaha orang coba untuk mempertahankan posisinya.

2. Harus ada ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa. Ini dapat dicapai bila posisi dan letak anggota gerak orang coba diatur dengan baik.

3. Pemeriksa mengetukkan Hammer dengan gerakan fleksi pada sendi tangan dengan kekuatan yang sama, yang dapat menimbulkan regangan yang cukup.

Refleks fisiologis1. Pada pemeriksaan refleks kulit perut orang coba tidak mengalami reaksi,ketika daerah abdomen di gores. Hal ini disebabkan adanya kelainan pada daerah abdomen.Kulit di daerah abdomen dari lateral ke arah umbilikus digores dan respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut. Namun pada orang lanjut usia dan sering hamil, tidak terjadi lagi kontraksi otot dinding perut karena tonus otot perutnya sudah kendor.

2. Pada refleks kornea atau refleks mengedip, orang coba menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat salah satu sisi tanpa menggerakkan kepala. Kemudian sisi kontralateral kornea orang coba disentuh dengan kapas yang telah digulung membentuk silinder halus.Respon berupa kedipan mata secara cepat.Sentuhan pada sisi kornea dengan kapa yang berbentuk silinder halus akan mengakibatkan kontraksi secara spontan pada bola. Hal ini disebabkan mata termasuk organ tubuh yang sangat sensitif terhadap benda-benda asing

3. Pada percobaan tentang refleks cahaya akan dilihat bagaimana respon pupil mata ketika cahaya senter dijatuhkan pada pupil. Ternyata repon yang terjadi berupa kontriksi pupil homolateral dan kontralateral. Jalannya impuls cahaya sampai terjadi kontriksi pupil adalah berasal dari pupil kemudian stimulus diterima oleh N.Opticus, lalu masuk ke mesencephalon, dan kemudian melanjutkan ke N .Oculomotoris dan sampai ke spingter pupil.Refleks cahay ini juga disebut refleks pupil.Pada percobaan refleks cahaya, pupil mata mengalami pengecilan.Cahaya yang berlebihan yang masuk kedalam mata membuat pupil mata menjadi kecil.

4. Pada percobaan refleks periost radialis, lengan bawah orang coba difleksikan pada sendi tangan dan sedikit dipronasikan kemudian dilakukan pengetukan periosteum pada ujung distal os radii.Pada percobaan refleks periost radialis terjadi gerakan fleksi.Hal ini menandakan tangan orang coba normal karena respons ketika diketuk. Jalannya impuls pada refleks periost radialis yaitu dari processus styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudian melanjutkan ke N. cranialis 6 sampai Thoracalis 1 lalu masuk ke n. ulnaris lalu akan menggerakkan m. fleksor ulnaris. Respon yang terjadi berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.

5. Pada percobaan refleks perost ulnaris terjadi supunasi dan ini menundakan bahwa tangan orang coba normal. Pada percobaan refleks stretuch pada kpr terjadi ekstensi yang disertai kontraksi otot kuadriseps, APR terjadi plantar fleksi dan kontraksi otot gastroknimius, untuk biseps terjadi fleksi lengan dan kontraksi otot biseps dan refleks triseps dan withdrawl refleks mengalami fleksi dan ekstensi pada lengan.Respon dari refleks periost ulnaris berupa pronasi tangan. Jalannya impuls saraf berasal dari processus styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudian melanjutkan ke N. cranialis 5-6 lalu masuk ke n. radialis lalu akan menggerakkan m. brachioradialis.

Bila suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh diregangkan akan timbul kontraksi. Respon ini disebut refleks regang. Rangsangannya adalah regangan pada otot, dan responnya berupa kontraksi otot yang diregangkan.Reseptornya adalah kumparan otot (muscel spindle).Yang termasuk muscle spindle reflex (stretcj reflex) yaitu Knee Pess Reflex (KPR), Achilles Pess Reflex (APR), Refleks Biseps, Refleks Triceps, dan Withdrawl refleks.Pada Knee Pess Reflex (KPR), tendo patella diketuk dengan palu dan respon yang terjadi berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps. Pada Achilles Pess Refleks (APR), tungkai difleksikan pada sendi lutu dan kaki didorsofleksikan.Respon yang terjadi ketika tendo Achilles diketuk berupa fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastroknemius.Ketika dilakukan ketukan pada tendo otot biseps terjadi respon berupa fleksi lengan pada siku dan supinasi.Sedangkan jika tendo otot triseps diketuk, maka respon yang terjadi berupa ekstensi lengan dan supinasi.Untuk mengetahui fungsi nervus, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan, misalnya untuk memeriksa nervus IX (nervus glossopharingeus) dapat dilihat pada saat spatula dimasukkan ke dalam mulut, maka akan timbul refleks muntah, sedangkan nervus XII dapat dilakukan pemeriksaan pada lidah, dan beberapa nervus dapat diperiksa dengan malihat gerakan bola mata. Nervus penggerak mata antara nervus IV, abduscens, dan oculomotoris.Nervus XI (nervus accesoris) dapat diuji dengan menekan pundak orang coba, jika ada pertahanan, artinya normal.Respon motorik kasar melibatkan seluruh koordinasi sistem saraf.Respon ini dapat dilihat saat orang diminta menunjuk anggota secara bergantian. Orang normal akan menunjuk dengan tepat, sebaliknya orang yang koordinasi sistem sarafnya tidak normal maka dia tidak akan menunjuk dengan tepat.2.5 Struktur System Musculoskeletal yang Mempengaruhi Mobilisasi

Gerakan tulang dan tulang sendi merupakan proses aktif yang harus terintegrasi secara hati-hati untuk mencapai koordinasi. Ada 2 tipe kontraksi otot isotonik dan isometrik.Pada kontraksi isotonik : peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan.-Otot yang Penting dalam PergerakanOtot yang penting dalam pergerakan melekat di region skelet tempat pergerakan itu ditimbulkan oleh pengungkitan. Pengungkitan terjadi ketika tulang tertentu seperti humelus, ulna dan radius serta sendi yang berhunbungan seperti sendi siku bekerja sama sebagai pengungkit. Selanjutnya kekuatan yang bekerja pada ujung tulang mengangkat berat pada itik yang lain untuk memutar tulang pada arah yang berlawanan dengan gaya yang diberikan. Oto yang melekat dengan tulang pengungkit memberikan kekuatan yang penting untuk menggerakan objek.Gerakan mengungkit adalah karakteristik dari pergerakan ekstimitas atas. Otot lengan sejajar satudengan yang lainnya dan memanjang kan tulang secara maksimal. Otot sejajar ini memberikan kekuatan dan bekerja dengan tulang dan sendi untuk memampukan lengan mengangkat objek.a) Otot Yang Penting Dalam Membentuk Poatur/ Kesejajaran TubuhOtot terutama berfungsi memepertahankan postur, bebentuk pendek dan menyerupai kulit karena membungkus tendon dengan arah miring berkumpul secara tidak langsung pada tendon. Otot ekstremitas bawah, tubuh, leher dan punggug yang terutama berfungsi membentuk postur tubuh (posisi tubuh dalam kaitanya dengan ruang sekitar) kelompok otot itu bekerja sama untuk menstabilkan dan menopang berat badan saat berdiri atau duduk dan memungkinkan individu tersebut umtuk mempertahankan postur duduk atau berdiri.b) Pengaturan postur dan gerakan otot

Postur dan penggerakan dapan mencerminkan kepribadian dan suasana hati seseorang. Postur dan pergerakan juga tergantung pada ukuran skelet dan perkembangan otot skelet. Koordinasi dan pengaturan kelompok otot yang ber5beda tergantung pada tonus otot dan aktifitas dari otot antagonistik, sinergistik dan antigravitas.

Tonus Otot tonus otot atau tonus adalah suatu keadaan normal dari tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dicapai dengan kontrkasi dan relaksasi secra bergantian tanpa gerakan aktif, serat dan kelompok otot tertentu Tonus otot memungkinkan bagian tubuh mempertahankan posisi fungsional tanpa kelemahan otot. Tonus otot juga mendukung kembalinya aliran darah vena ke jantung seperti yang terjadi pada otot kaki. Tonus otot dipertahankan melalui penggunaan otot yang terus menerus. Aktifitas sehari-hari membutuhkan kerja otot dan membantu mempertahankan tonus otot akibatnya dari imobilisasi atau tirah baring menyebabkan aktivitas dan tonus otot berkurang.

Kelompok otot. Kelompok otot antogonistik, sinergistik, dan antigravitas dikoordinasi oleh sistem saraf, dan bekerja sama untuk mempertahankan postur dan memulai pergerakan.

1. Otot sinergistik berkontraksi bersama untuk menyempurnakan gerakan yang sama. Ketika lengan fleksi, kekuatan otot kontraksi dari otot bisep brakhialis ditingkatkan oleh otot sinergik, yaitu brakhialis. Selanjutnya aktifitas otot sinergistik terdapat dua penggerakan aktif yaitu bisep brakhialis dan brakhialis berkontraksi sementara otot antogonistik yaitu otot trisep brakialis berelaksasi.

2. Otot antagonistik bekerja sama untuk menggerakan sendi. Selama pergerakan, otot penggerak aktif berkontraksi dan otot antagonisnya relaksasi. Misalnya ketika lengan fleksi maka otot bisep brakhialis aktif berkontraksi dan otot antagonisnya, trisep brakhialis relaksasi. Selama lengan diekstensikan maka otot trisep brakhialis aktif berkontraksi sehingga lawannya yaitu otot bisep brakhialis relaksasi.

3. Otot antigravitas sangat berpengaruh pada stabilisasi sendi. Otot secara terus menerus melawan efek gravitasi tubuh dan mempertahankan postur tegak atau duduk. Pada orang dewasaotot anti grafitasi adalah otot ekstensor kaki, gluetus maksimus, quadrisep femoris, otot soleus dan otot punggung .

2.6 Faktor faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi

Faktor yang mempengaruhi mobilisasi antara lain:

a. Gaya HidupGaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.b. Proses penyakit dan injuriAdanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskulerc. KebudayaanKebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.d. Tingkat energySetiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.e. Usia dan status perkembanganSeorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.2.7. Upaya mencegahkan terjadinya masalah akibat kurangnya mobilisasi antara lain :1. Perbaikan status gisi2. Memperbaiki kemampuan monilisasi3. Melaksanakan latihan pasif dan aktif4. Mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan bady aligmen (Struktur tubuh).5. Melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik (mobilisasi untuk menghindari terjadinya dekubitus / pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh.2.8. Macam macam posisi klien di tempat tidur1. Posisi fowler (setengah duduk)2. Posisi litotomi3. Posisi dorsal recumbent4. Posisi supinasi (terlentang)5. Posisi pronasi (tengkurap)6. Posisi lateral (miring)7. Posisi sim8. Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN MOBILISASI3.1 Pengkajian mobilisasi1. Kaji rentang gerak klien2. Kaji gaya berjalan klien3. Kaji kondisi klien preaktifitas meliputi : Status CV dan pernapasan Gangguan fisik contoh : penyakit, pembedahan, Hb, Ht, kesimbangan cairan dan elektrolit TTV Kenyamanan misalkan nyrei Usia, BB daan jenis kelamin Terakhir makan /minum obat status emosional dan motivasi Tingkat aktifitas sebelum sakit Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas, meliputi : Kecepatan dan kekuatan nadi Tekanan darah3.2 Diagnosa Yang Mungkin Muncul1. Intoleransi aktifitas b.d kesejajaran tubuh yang buruk, penurunan imobilisasi2. Resiko cidera b.d ketidaktepatan mekanika tubuh, ketidaktepatan posisi3. Hambatan mobilitas fisik b.d pergerakan rentang gerak, tirah baring4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi, tekanan permukaan kulit5. Perencanaan dan Intervensi Untuk Mobilitas6. Membantu pasien berjalan7. Berikan latihan fleksi dan ekstensi tulang panggul, ekstensi lutut fleksi dan ekstensi pergelangan kaki, pengencangan otot perut, pantat dan paha8. Identifikasi latihan dan aktifitas yang tepat untuk klien9. Lakukan program latihan yang terencana bersama klien10. Kaji sistem muskuloskeletal11. Inspeksi : eritema, atrofi otot, kontarktur sendi ; palpasi peningkatan diameter betis/paha, kontraktur sendi12. Kaji sistem integumen13. Inspeksi adanya kerusakan integritas kulit dan higienisnya14. Kaji sistem eliminasi15. Inspeksi saluran urin : warna, jumlah dan penurunan frekuensi BAK ; inspeksi frekuensi dan kontraksi feses, palpasi : distensi kandung kemih16. Evaluasi klien dengan gangguan mobilitas17. Posisi tubuh tegap waktu sewaktu berjalan18. Dapat berjalan tanpa bantuan dari tempat ke ruang perawat 3 kali sehari19. Tidaka mengalami kontraktur20. Tidak terjadi atrofi otot21. Tidak ada rasa nyeri ataupun kaku pada( persediaan22. Melakukan latihan rentang gerkan tanpa bantuan 2 kali sehari3.3 Prosedur mobilisasi

1. Lakukan persiapan2. Cuci tangan sebelum tindakan dilakukan.

3. Tempatkan pasien pada posisi telentang.

4. Singkirkan bantal dari tempat tidur.

5. Perawat menghadap ke tempat tidur.

6. Tempatkan kaki meregang dengan satu kaki lebih mendekat ke tempat tidur dibanding kaki yang lain.

7. Tempatkan tangan yang lebih dekat ke pasien di bawah bahu, yang menyokong kepala dan tulang belakang.

8. Tempatkan tangan yang lain di permukaan tempat tidur9. Angkat klien ke posisi duduk dengan memindahkan berat badan anda dari kaki depan ke kaki belakang

10. Dorong dengan arah berlawanan tempat tidur dengan menggunakan lengan yang di permukaan tempat tidur

11. Turunkan tempat tidur

12. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan dan titik potensi tekanan

13. Catat prosedur termasuk : posisi yang ditetapkan, kondisi kulit, gerakan sendi, kemampuan pasien membantu bergerak dan kenyamanan pasien

14. Cuci tanganBAB IVPENUTUP

4.1 KESIMPULANMobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi. Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 24 jam.

Imobilisasi merupakan gangguan imobilisasi fisik . (NANDA)

Sebagai suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik (Kim et al, 1995)

Faktor yang mempengaruhi mobilisasi :

a) Gaya Hidup

b) Proses penyakit dan injuri

c) Kebudayaan

d) Tingkat energy

e) Usia dan status perkembanganDAFTAR PUSTAKAPotter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.2005

Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC.2005

Informasi Diabetes Mellitus/ Kencing Manis / Penyakit Gula Darah - Pengertian, Definisi, Pencegahan, Perawatan, Petunjuk, dll.Diakses tanggal 13 September 2009 pukul 11.05 WIB, available at.

http://74.125.153.132/search?q=cache:HhMS_6kOlzwJ:organisasi.org/

Peter, Christoph, Oranna, Christel.Acute Psychological Stress Affects Glucose Concentration In Patients With Type 1 Diabetes Following Food Intake But Not In The Fasting State. Diabetes Care.Volume 28. Iss 8. Pg 1910, 6 pgs.Diakses tanggal 5 Desember 2009 pukul 13.40 WIB, available at http://proquest.umi.com/

Ketheleen Haerth Belland RN. BSN, Mary and Wells RN Msed, 1986,Chlinical NursingProsedurs,California Jones and Bardlett Publishers Inc.Diana Hestings. RGN RCNT. 1986,

The Machmillan Guide to home Nursing London,Machmillan London LTD. Ahli bahasa : Prilian Pranajaya, 1980 editor lilian juwono Jakarta,Arcan.Barbara Koezeir, Glenora Erb, 1983,

Fundamental of Nursing, california AddisonWeslypublishing Division.Barbara Koezeir, Glenora Erb, Oliveri, 1988,20