Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
28
MODEL BAJU KERJA LABORATORIUM UNTUK MAHASISWA
TATA BUSANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN
KELUARGA (PRODI PKK) FKIP UNSYIAH
Wahdina ulfarisma(1), Mukhirah2, Fikriah Noer 2
Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Ku,ala Banda Aceh
Email: [email protected]
ABSTRAK
Baju kerja merupakan busana bagian atas yang dipakai untuk bekerja. Baju kerja selain
berfungsi sebagai identitas suatu instansi juga berfungsi sebagai pelindung tubuh
pekerja. Penggunaan baju kerja sudah diatur dalam UU No.1 Tahun 1970 tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Yang termasuk baju kerja seperti baju kantor,
baju sekolah, baju laboratorium. Tujuan penelitian ini adalah untuk menciptakan baju
kerja laboratorium yang tepat untuk mahasiswa Tata Busana Prodi PKK FKIP
Unsyiah. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimen terapan. Lokasi
penelitian dilakukan dilaboratorium Tata Busana Prodi PKK FKIP Unsyiah. Subjek
dalam penelitian ini adalah membuat eksperimen baju kerja laboratorium mahasiswa
Tata Busana Prodi PKK FKIP Unsyiah. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah
model baju kerja laboratorium untuk mahasiswa Tata Busana Prodi PKK FKIP
Unsyiah. Penelitian ini akan mengeksperimenkan dua model baju kerja laboratorium
dengan model yang berbeda dan bahan yang berbeda. Model pertama menggunakan
kain linen dengan variasi menggunakan kain katun polkadot sedangkan model kedua
menggunakan kain gabardin. Proses pembuatan kedua baju kerja laboratorium ini
tidak jauh beda yang mana tahap pelaksanaannya meliputi, pemilihan desain baju kerja
laboratorium tata busana, pemilihan bahan yang sesuai untuk baju kerja laboratorium
tata busana, membuat pola sesuai desain, proses menggunting kain, menggunting
vislin, menyetrika vislin, mengobras pinggiran kain, menjahit dan menyertika. Hasil
dari penelitian ini berupa baju kerja laboratorium tata busana.
Kata kunci: model, baju kerja laboratorium, mahasiswa Tata Busana.
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
29
ABSTRACT
Work clothes are the top clothes that are used for work. The function of work clothes
not only as the identity of an agency but also as the body armor for workers. The use
of work clothes has been regulated in Law No.1 of 1970 concerning Occupational
Health and Safety (K3). Work clothes include office clothes, school clothes, and
laboratory clothes. The purpose of this study is to create laboratory work clothes that
are appropriate for students of Fashion Design PKK Study Program of FKIP Unsyiah.
This research was conducted using applied experimental methods. The location of the
study was at the laboratory of Fashion Design PKK Study Program of FKIP Unsyiah.
The subjects in this study were to make experiments on laboratory work clothes for
students in the Fashion Design Program PKK Study Program of FKIP Unsyiah. While
the object of this study was a laboratory work clothes model for fashion students of
the FKIP PKK Unsyiah Study Program. This research would experiment two
laboratory work clothes models with different models and materials. The first model
uses linen cloth with variations using polka-dot cotton cloth while the second model
uses gabardine cloth. The process of making these two laboratory work clothes was
not much different where the stages included the selection of fashion laboratory work
clothes designs, selection of suitable materials for fashion laboratory work clothes,
making patterns according to the design, fabric cutting, vislin cutting, vislin ironing,
rubbing the edges of cloth, sewing and accompanying. The results of this study were
in the form of fashion laboratory work clothes.
Keywords: model, laboratory work clothes, fashion design students.
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
30
PENDAHULUAN
Baju adalah pakaian bagian atas yang
berfungsi untuk menutupi tubuh bagian atas,
melindungi dari pengaruh cuaca, melindungi
dari serangga dan sebagai alat komunikasi
yang menunjukan identitas. Pemilihan baju
pada kesempatan kerja perlu diperhatikan
tata cara dan aturan yang sesuai dengan
tempat bekerja. Baju kerja digunakan oleh
para pekerja pada saat bekerja begitu pula
mahasiswa yang sedang melakukan
praktik/kerja seperti mahasiswa Tata Busana
Program Studi Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga ( Prodi PKK) FKIP Unsyiah.
Program Studi Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) memiliki dua
konsentrasi yaitu Pendidikan Tata Boga dan
Pendidikan Tata Busana. Berdasarkan Buku
Panduan Akademik PKK 2016/2017 Selama
delapan semester mahasiswa Tata Busana
Prodi PKK harus memprogramkan mata
kuliah 147 SKS. dengan jumlah mata kuliah
wajib yaitu 110 SKS dan 37 SKS merupakan
mata kuliah pilihan. Dari semua mata kuliah
tersebut terdapat sebelas mata kuliah (29
SKS) yang menghasilkan busana sebagai
tugas akhir semester. Adapun mata kuliah
tersebut adalah Dasar Busana, Busana
Wanita I, Busana Anak, Busana Wanita II,
Busana Pria, Desain Busana Khusus,
Drapping, Busana Tailoring, Cipta Karya,
Pengelolaan Usaha I dan Pengelolaan Usaha
II (Fitriana, 2016). Hal ini menuntut
mahasiswa banyak melakukan prakatikum di
laboratorium Tata Busana. Pada saat
melakukan praktikum di laboratorium Tata
Busana, dosen maupun mahasiswa wajib
memperhatikan kesehatan dan keselamatan
kerja (K3).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) adalah upaya perlindungan yang
ditujukan agar tenaga kerja/mahasiswa dan
orang lain yang berada di tempat
kerja/instansi selalu dalam keadaan selamat
dan sehat serta agar setiap sumber produksi
dapat digunakan secara aman dan efisien.
Tujuan K3 itu sendiri yaitu di tujukan untuk
kenyamanan, keamanan, keselamatan,
kesehatan, dan peningkatan produktifitas
kerja tenaga kerja/pekerja/pelajar maupun
mahasiswa.
Ernawati, dkk (2008:82) mengatakan
“Adapun alat-alat perlindungan keselamatan
kerja untuk bidang busana antara lain kaca
mata, masker mulut, alas kaki, penutup
kepala, perisai muka, bidal, penutup telinga
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
31
dan baju kerja”. Alat alat perlindungan
tersebut wajib digunakan oleh mahasiswa
dengan tujuan menghindari resiko bahayanya
penerapan teknologi. Prihati (2013:9)
mengemukakan “Ada empat dasar hukum
yang menjadi acuan keselamatan dan
kesehatan kerja yaitu Undang-Undang No.1
Tahun 1970, tentang Keselamatan, UU No.
21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO
Convention, UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenaga Kerjaan, Peraturan Menteri Tenaga
Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang
Sistem Manajemen K3”.
Mahasiswa Tata Busana Prodi PKK
FKIP Unsyiah saat ini sudah memiliki
beberapa alat-alat perlindungan keselamatan
kerja seperti baju kerja laboratorium, namun
penggunaan baju kerja laboratorium tersebut
hanya digunakan untuk dua mata kulaih yaitu
pengelolaan usaha I dan pengelolaan usaha
II, desain baju kerja laboratorium yang
digunakan masih belum memenuhi syarat-
syarat baju kerja laboratorium.
Mengingat pentingnya kesehatan dan
keselamatan mahasiswa saat melakukan
praktik di laboratorium sudah sewajarnya
mahasiswa Tata Busana memiliki baju kerja
laboratorium yang dapat selalu digunakan
pada saat praktikum dan dapat melindungi
tubuh dari kemungkinan terjadinya
kecelakaan. Berdasarkan latar belakang
masalah tersebut, peneliti bermaksud untuk
mencoba menciptakan baju kerja
laboratorium yang cocok dan nyaman untuk
digunakan mahasiswa Tata Busana saat
melaksanakan praktikum di laboratorium,
sehingga penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Model Baju kerja
laboratorium untuk mahasiswa Tata Busana
Program Studi Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga (Prodi PKK) FKIP Unsyiah”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Prodi PKK
khususnya pada laboratorium Tata Busana
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Unsyiah, Kecamatan Syiah Kuala Kota
Banda Aceh. Penelitian ini akan berlangsung
kurang lebih selama 1 bulan. berlangsung
pada bulan Oktober 2018.
Pendekatan penelitian yang digunakan
adalah pendekatan kualitatif menggunakan
metode eksperimen terapan (applied
research), yang digunakan untuk
menghasilkan desain dan baju kerja
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
32
laboratorium untuk mahasiswa Tata Busana
Prodi PKK FKIP Unsyiah.
Perencanaan merupakan hal yang
utama untuk memulai suatu kegiatan dengan
adanya perencanaan suatu kegiatan seperti
penelitian akan dapat berjalan dengan lancar
dan kemungkinan mencapai hasil yang
diinginkan menjadi lebih tinggi. Perencanaan
dibuat agar kegiatan penelitian ini terstruktur
dan dapat mengatur waktu kegiata yang akan
dilakukan.
Adapun perencanaan yang dilakukan
untuk kegiatan penelitian ini ialah Pertama
penulis membuat dan memilih desain untuk
baju kerja laboratorium mahasiswa Tata
Busana yang telah dipersiapkan. Kedua
penulis memilih bahan dan warna yang
sesuai untuk model baju kerja laoratorium
yang akan di eksperimenkan dan melakukan
konsultasi dengan dosen pembimbing. Ketiga
penulis membuat pola baju kerja
laboratorium dengan ukuran M sesuai desain
yang akan dikonstruksikan.
Keempat penulis menggunting bahan
sesuai pola yang telah dikembangkan.
Kelima penulis mengobras semua bagian
bahan yang telah digunting agar pinggiran
kain tidak bertiras. Keenam penulis mulai
menjahit bagian-bagian dari baju kerja dan
menjahit pelengkapnya seperti kantong dan
tempat pita ukur sesuai desain yang telah
dipilih. Ketujuh tahap finishing atau
pengecekan ulang, serta melakukan
bimbingan dengan dosen pembimbing.
Teknik analisis data yang akan
dilakukan oleh penulis yaitu mengumpulkan
data dan informasi secara teoritis dengan
teknik kepustakaan setelah data terkumpul
dan dirangkum, kemudian mengolah data
hingga data tersebut dapat memeberikan
solusi bagi permasalahan yang diteliti.
Kemudian data tersebut dijadikan dasar
untuk analisis data hingga menemukan
penemuan baru berupa desain baju kerja yang
telah teruji secara teori. Desain baju tersebut
kemudian dikontruksikan menjadi sebuah
baju kerja dengan metode eksperimen
terapan yang dilakukan di laboratorium Tata
Busana Prodi PKK FKIP Unsyiah. Data yang
telah diperoleh kemudian diuraikan secara
naratif sesuai dengan data yang telah
terkumpul dan hasil pengamatan saat
eksperimen.
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
33
HASIL DAN PEMBAHASAN
Terdapat dua model baju kerja
laboratorium yang di jadikan eksperimen,
kedua desain tersebut memiliki perbedaan
dan bahan yang digunakan juga berbeda.
Desain model baju kerja laboratorium ini
dibuat dan dipilih oleh penulis melalui
konsultasi dengan dosen pembimbing.
1. Model Baju Kerja Laboratorium untuk
Mahasiswa Tata Busana Prodi PKK FKIP
unsyiah
Baju kerja laboratorium tata busana
adalah baju kerja yang telah didesain
sedemikian rupa untuk melindungi seseorang
yang sedang bekerja didalam laboratorium
tata busana. Pada dasarnya baju kerja dipakai
saat bekerja selain sebatas aturan ditempat
kerja tersebut namun juga sebagai pelindung
tubuh pekerja dari kecelakaan-kecelakaan
yang mungkin dapat terjadi. Seperti yang
telah diketahui baju kerja merupakan salah
satu alat perlindungan diri (APD) yang harus
dipakai ketika bekerja sesuai dengan
Undang-Undang No.1 Tahun 1970, tentang
Keselamatan kesehatan kerja dan Peraturan
mentri tenaga kerja tentang SMK-3. Namun
demikian penanggung jawab laboratorium
tata busana program studi PKK FKIP
Unsyiah tidak sepenuhnya menyediakan
perlengkapan K3 tersebut untuk semua mata
kuliah praktikum, hal ini dilihat dari
penggunaan baju kerja yang hanya digunakan
di pembelajaran mata kuliah Pengelolaan
usaha I dan II.
Gambar 1.1 Mahasiswa Praktikan Tata
Busana Prodi PKK FKIP Unsyiah
Menggunakan Baju Kerja Saat Pembalajaran
Pengelolaan Usaha I
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
Gambar 1.2 Model Baju Kerja Laboratorium
Tata Busana Prodi PKK FKIP Unsyiah
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
34
Gambar 1.3 Mahasiswa Praktikan Tata
Busana Prodi PKK FKIP Unsyiah
Menggunakan Baju Kerja Saat Pembalajaran
Pengelolaan Usaha I dan II (Sumber:
Dokumentasi Penulis)
Baju kerja laboratorium tata busana
yang disediakan oleh penanggung jawab
laboratorium memiliki desain yang simpel,
terdapat dua desain baju kerja yang tidak jauh
berbeda desain pertama menggunakan
kancing pada bagian leher belakang
didukung dengan tali pinggang yang diikat
pada ke belakang, penggunaan kancing pada
bagian belakang leher akan menyulitkan
pengguna saat memakai baju tersebut. Baju
kerja ini memiliki kantong yang lebar
sehingga banyak benda yang dapat
ditampung namun barang mudah terjatuh
apabila pengguna harus menunduk hal ini
tentu tidak praktis.
Desain kedua baju kerja laboratorium
tata busana menggunakan kancing pada
bagian muka dan terdapat kantong yang pas
untuk menyimpan benda-benda kecil. Kedua
model baju kerja tersebut menggunakan
bahan levis dengan warna yang berbeda-beda
setiap bajunya, terdapat empat warna yang
digunakan yaitu warna biru, merah muda,
hijau, dan krim.
Gambar 1.4 Mahasiswa Praktikan Tata
Busana Prodi PKK FKIP Unsyiah Tanpa
Menggunakan Baju Kerja Saat Praktikum
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
Mengetahui pentingnya baju kerja
laboratorium bagi seorang pekerja maka
peneliti mendesain dua buah baju kerja yang
akan dieksperimenkan desain tersebut dapat
dilihat pada gambar 1.5 Model 1 dan gambar
1.6 Model 2.
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
35
Gambar 1.5 Desain Sajian Model 1
(Sumber Dokumentasi Penulis)
Gambar 1.6 Desain Sajian Model 2
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
2. Pembuatan Baju Kerja Laboratorium
untuk mahasiswa Tata Busana Prodi PKK
FKIP unsyiah
Terdapat dua model baju kerja
laboratorium yang akan di kembangkan
menjadi nyata. untuk model 1 bahan yang
akan digunakan adalah bahan kain linen
dengan ukuran 1,50 cm dan kombinasi kain
katun dengan ukuran 25 cm, sedangkan
model 2 menggunakan bahan gabardin
dengan ukuran 1,75 cm. Adapun kain
tersebut dapat dilihat pada gambar 1.7 kain
linen dan katun, gambar 1.8 kain gabardin.
Gambar 1.7 Kain Linen dan Kain Katun
Bahan Baju Model 1
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
Gambar 1.8 Kain Gabardin Bahan Baju
Model 2
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
a. Langkah-langkah pembuatan baju kerja
laboratorium Tata Busana Model 1.
3cm
Tempat Gunting
Simbol
7,5 cm
3cm
Tempat cm
Simbol
Tempat Gunting
Belah Muka
15 cm
Tali Samping
Belah Samping
Tempat cm
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
36
1) Membuat pola dasar badan wanita dengan
ukuran satandar M pada kertas pola
Gambar 1.9
Gambar 1.9 Pembuatan Pola Baju Kerja
Model 1
( Sumber: Dokumentasi Penulis )
2) Menggunting bahan, letakkan pola yang
telah dikembangakan diatas permukaan
kain yang sudah dilipat dua kemudian
sematkan dengan jarum pentul agar pola
tidak bergeser saat digunting. Sebelum
digunting ada baiknya beri tanda batas
kampuh menggunakan kapur jahit
dibagian pinggir pola kemudian gunting
kain sesuai garis batas kampuh tersebut
Gambar 1.10
Gambar 1.10 Proses Menggunting Bahan
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
3) Merader, atau memindahkan pola pada
kain. memberi tanda pada kain
menggunakan karbon dan rader ini
bertujuan untuk memudahkan penjahit
menentukan batas jahitannya. Gambar
1.11
Gambar 1.11 Merader atau Memberi Tanda
Pola Pada Kain.
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
4) Menggunting bahan pelapis atau visline
sesuai pola badan. Lipatlah visline
kemudian letakkan pola diatas visline
tersebut dan sematkan dengan pentul agar
tidak bergeser saat digunting. Sebelum
menggunting visline ada baiknya terlebih
dahulu beri tanda kampuh pada visline
menggunakan kapur jahit agar hasil
jahitan lebih rapi nantinya. Penggunaan
visline ini hanya pada bagian-bagian
tertentu saja seperti pada bagian kerah dan
bagian tengah muka. Gambar 1.12
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
37
Gambar 1.12 Menggunting Pelapis Antara
atau Visline (Sumber: Dokumentasi Penulis)
5) Menyetrika bahan pelapis antara pada
kain, pada saat menyetrika bahan pelapis
antara ke kain linen atur panasnya setrika
berada pada titik linen/katun atau pada
angka 5-6. Agar panas dari setrika lebih
merata gunakan kertas HVS sebagai
lapisan untuk menyetrika pelapis antara.
Setelah itu gunting bagian-bagian pelapis
antara yang sudah melekat dengan kain.
Gambar 1.13
Gambar 1.13 Menyetrika Pelepis Antara
Menggunakan Kertas HVS
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
6) Selanjutnya obras bagian pinggir kain
baik bagian depan dan belakang termasuk
kain yang telah direkatkan bahan pelapis,
namun cukup pada bagian tertentu saja.
Hal ini dilakukan agar pinggiran kain
tidak bertiras. Gambar 1.14
Gambar 1.14 Mengobras Pinggiran Kain
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
7) Menggunting kain kedua atau kain katun
untuk bagian kantong dan variasiannya.
Gunting kain variasinya dengan ukuran 5
cm x13 cm, untuk kantong 5cm x18 cm
dan untuk tempat gunting dan pita ukur 5
cm x 8 cm. Kemudian bentuk bagian
ujung variasinya menjadi segitiga dengan
cara di setrika begitupula dengan
kantongnya. Gambar 1.15
Gambar 1.15 Mengunting Kain Kedua
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
38
8) Selanjutnya masuk ketahap menjahit, jahit
variasi hiasan di bagian pinggang terlebih
dahulu, kemudian jahit kantong, tempat
pita ukur, dan kantong untuk gunting.
Gambar 1.16
Gambar 1.16 Menjahit Variasi Kain Pada
Baju (Sumber: Dokumentasi Penulis)
9) Selanjutnya jahit bagian bahu, sisi kanan,
sisi kiri dan sisi belakang baju, ikuti rader
atau garis pola. Gambar 1.17
Gambar 1.17 Menjahit Bagian Sisi-Sisi Baju
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
10) Langkah selanjutnya jahit bagian sisi
depan yaitu kain yang sudah diberi
pelapis antara sampai bagian ujung leher
saja. Gambar 1.18
Gambar 1.18 Menjahit Bagian Pelapis Antara
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
11) Langkah selanjutnya setrika kampuh
yang telah dijahit sebelumnya agar rapi
setrika mulai dari bagian dalam
kemudian dilanjutkan dari bagian luar
termasuk bagian depan yang ada pelapis
antara. Gambar 1.19
Gambar 1.19 Menyetrika Kampuh
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
12) Selanjutnya Jahit kerah yang sudah
dilapisi dengan pelapis antara mengikuti
garis rader kemudian, gunting-gunting
sisi kerah yang sudah dijahit tanpa
melalui jahitannya dan balik kerah
tersebut. Kemudian stik kecil pada
pinggir kerah agar lebih rapi. Gambar
1.20
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
39
Gambar 1.20 Menjahit Kerah
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
13) Setelah menjahit beberapa bagian
peneliti konsultasi dengan dosen
pembimbing mengenai hasil jahitan
yang sudah dilakukan. Dosen
pembimbing memberi saran untuk
mengunting pecah-pecah juga pada
bagian lapisan tengah muka agar lebih
rapi dan distik kecil. Gambar 1.21
Gambar 1.21 Konsultasi Jahitan Dengan
Pembimbing 2
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
14) Langkah selanjutnya menjahit rompok
pada bagian ketiak, untuk menjahit
rompok potongan kain yang digunakan
adalah potong serong. Gambar 1.22
Gamgar 1.22 Menjahit Rompok Pada Bagian
Ketiak
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
15) Selanjutnya menjahit lubang kancing
pada bagian muka baju kerja tersebut
sesuai gambar model 1 kemudian
menjahit simbol prodi dan simbol nama
pada dada sebelah kiri sesuai desain.
Gambar 1.23
Gambar 1.23 Menjahit Lubang Kancing
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
16) Menjahit kancing pada bagian muka baju
dan mengesum bagian depun baju kerja.
gambar 1.24
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
40
Gambar 1.24 Menjahit Kancing dan
Mengesum Depun (Sumber: Dokumentasi
Penulis)
17) Finishing setrika keseluruhan dari baju
tersebut dan memeriksa benang-benang
lebih sisa jahitan. Gambar 1.25
Gambar 1.25 Menyetrika Keseluruhan Baju
Kerja.(Sumber: Do kumentasi Penulis)
18) Hasil eksperimen model baju kerja
laboratorium Tata Busana model 1.
Gambar 1.26
Gambar 1.26 Hasil Eksperimen Baju Kerja
Laboratorium Tata Busana Model 1 (
Sumber: Dokumentasi Penulis)
b. Langkah-langkah pembuatan baju kerja
laboratorium Tata Busana model 2
1) Membuat pola dasar badan wanita dengan
ukuran satandar M pada kertas pola
kemudian pola dikembangkan lagi sesuai
dengan model yang yang telah ditentukan.
Peneliti juga membuat pola untuk lapisan.
Hal ini dilakukan agar hasil dari baju yang
akan dibuat tidak melenceng sedikitpun
dari desain. Kemudian gunting pola
tersebut. Gambar 1.27
Gambar 1.27 Pembuat Pola Baju Kerja
Model 2 (Sumber: Dokumentasi Penulis)
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
41
2) Menggunting bahan, letakkan pola yang
telah dikembangakan diatas permukaan
kain yang sudah dilipat dua kemudian
sematkan dengan jarum pentul agar pola
tidak bergeser saat digunting. Sebelum
digunting ada baiknya beri tanda batas
kampuh menggunakan kapur jahit
dibagian pinggir pola kemudian gunting
kain sesuai garis batas kampuh tersebut.
Gambar 1.28
Gambar 1.28 Proses Menggunting Bahan
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
3) Merader atau memindahkan pola pada
kain. memberi tanda pada kain
menggunakan karbon dan rader ini
bertujuan untuk memudahkan penjahit
menentukan batas jahitannya.gambar 1.29
Gambar 1.29 Merader Atau Memberi Tanda
Pola Pada Kain (Sumber: Dokumentasi
Penulis)
4) Menggunting bahan pelapis antara atau
visline sesuai pola badan. Lipatlah visline
kemudian letakkan pola diatas visline
tersebut dan sematkan dengan pentul agar
tidak bergeser saat digunting. Sebelum
menggunting visline ada baiknya terlebih
dahulu beri tanda kampuh pada visline
menggunakan kapur jahit agar hasil
jahitan lebih rapi nantinya. Penggunaan
visline ini hanya pada bagian-bagian
tertentu saja seperti pada bagian kerah dan
bagian tengah muka. Gambar 1.30
Gambar 1.30 Menggunting Bahan Pelapis
Antara Atau Visline (Sumber: Dokumentasi
Penulis)
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
42
5) Menyetrika bahan pelapis antara pada
kain, pada saat menyetrika bahan pelapis
antara ke kain gabardin atur panasnya
setrika berada pada titik katun atau pada
angka 5-6. Setelah itu gunting bagian-
bagian pelapis antara yang sudah melekat
dengan kain. Gambar 1.31
Gambar 1.31 Menyetrika Bahan Pelapis Pada
Kain (Sumber: Dokumentasi Penulis)
6) Selanjutnya obras bagian pinggir kain
baik bagian depan dan belakang termasuk
kain yang telah direkatkan bahan pelapis,
namun cukup pada bagian tertentu saja.
Hal ini dilakukan agar pinggiran kain
tidak bertiras. Gambar 1.32
Gambar 1.32 mengobras pinggiran kain
(sumber: Dokumentasi penulis)
7) Selanjutnya masuk pada tahap menjahit.
Jahit bagian bahu, lapisan sisi kanan, sisi
kiri dan sisi belakang baju, ikuti rader atau
garis pola. Gambar 1.33
Gambar 1.33 Menjahit Sisi-Sisi Baju Kerja
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
8) Setrika bagian sisi baju kampuh yang telah
dijahit sebelumnya agar rapi setrika mulai
dari bagian dalam kemudian dilanjutkan
dari bagian luar termasuk bagian yang ada
pelapis antara. Gambar 1.34
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
43
Gambar 1.34 Menyetrika Kampuh dan
Lapisan (Sumber: Dokumentasi Penulis)
9) Tahap selanjutnya jahit tempat pita ukur
(cm), kantong, tempat gunting dan simbol.
Gambar 1.35
Gambar 1.35 Menjahit Variasi, Kantong Dan
Simbol
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
10) Selanjutnya menjahit kancing pada
bagian muka baju kerja dan mengesum
depun baju kerja pada bagian sisi leher
dan bawah baju. Gambar 1.36
Gambar 1.36 Mengesum Depun Baju Kerja
dan Menjahit Kancing
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
11) Finishing memeriksa jahitan dan
menggunting benang benang sisa jahitan
kemudian setrika baju kerja secara
menyeluruh. Gambar 1.37
Gambar 1.37 Menyetrika dan Menggunting
Sisa-Sisa Benang
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
12) Konsultasi dengan dosen pembimbing
mengenai hasil jahitan baju kerja
laboratorium yang telah di
eksperimenkan. Gambar 1.38
Gambar 1.38 Konsultasi Akhir Dengan
Dosen Pembimbing (Sumber: Dokumentasi
Penulis)
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
44
13) Pada saat penelitian eksperimen
pembuatan baju kerja laboratorium Tata
Busana model 2 berlangsung terjadi
kesalahan dalam menjahit kantong
tempat gunting kesalahan tersebut dapat
dilihat pada gambar 1.39
Gambar 1.39 Penyelesaian Kantong Tempat
Gunting Tidak Sesuai Dengan Desain
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
Setelah melakukan konsultasi dengan
dosen pembimbing lalu peneliti memperbaiki
kantong tersebut dan hasil perbaikannya
dapat dilihat pada gambar 1.40
Gambar 1.40 Penyelesaian Kantong Tempat
Gunting yang Sudah Sesuai dengan Desain
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
14) Hasil eksperimen model baju kerja
laboratotium Tata Busana model 2.
Gambar 1.41
Gambar 1.41 Hasil Eksperimen Baju
Kerja Laboratorium Tata Busana Model
2 (Sumber: Dokumentasi Penulis)
PEMBAHASAN
1. Menciptakan baju kerja laboratorium yang
tepat untuk mahasiswa Tata Busana
Program Studi Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga (Prodi PKK) FKIP Unsyiah
Baju kerja adalah busana bagian atas
yang dipakai khusus ketika bekerja,
penggunaan baju kerja ini sangat diperlukan
pekerja karena memiliki beberapa fingsi
salah satunya sebagai alat perlindungan diri.
Baju kerja digunakan sesuai pekerjaannya
bilamana baju kerja memerlukan banyak
pekerjaan fisik maka baju harus dibuat
sepraktis mungkin untuk memudahkan
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
45
pekerja bekerja dengan aktif. Contoh dari
baju kerja seperti, baju dinas kantor, baju
seragam sekolah, baju kerja lapangan
(bengkel, pembangunan, pabrik), baju
laboratorium dan lain-lain. Penggunaan baju
kerja untuk bekerja bahkan sudah diatur
dalam UU No.1 tahun 1970 tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Dengan demikian sebuah instansi, pabrik,
atau tempat kerja lainnya seharusnya
menyadari kebutuhan K3 para pekerja atau
orang-orang yang memasuki tempat kerja
tersebut misalnya isntasi pendidikan seperti
Jurusan Tata Busana PKK FKIP Unsyiah.
Berdasarkan UU No.1 tahun 1970 BAB
X Pasal 14 “Pengurus diwajibkan
Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat
perlindungan diri yang diwajibkan pada
tenaga kerja berada di bawah pimpinannya
dan menyediakan bagi setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut, disertai
dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan
menurut petunjuk-petunjuk yang diperlukan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau
ahli keselamatan kerja”.
Faktanya pada instansi pendidikan
Jurusan Tata Busana Program Studi
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
FKIP Unsyiah penanggung jawab tidak
menyediakan alat perlindungan diri bagi
mahasiswa untuk setiap melakukan
praktikum seperti baju kerja laboratorium.
Baju kerja laboratorium dibutuhkan untuk
menghindari mahasiswa dari kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja saat melakukan
praktikum. Padahal Penyediaan baju kerja
laboratorium ini sebenarnya dapat dilakukan
bersamaan dengan proses pembelajaran mata
kuliah dasar busana di awal semester,
biasanya dalam mata kuliah dasar busana
mahasiswa diwajibkan membuat sebuah
daster sebagai tugas akhir perkuliahan,
seharusnya praktik membuat daster tersebut
dapat diganti dengan membuat sebuah baju
kerja laboratorium dengan desain yang sama
dan ukuran sesuai tubuh masing-masing
sehingga baju kerja laboratorium tersebut
dapat dipakai oleh mahasiswa itu sendiri.
Baju kerja laboratorium tata busana
harusnya memiliki desain yang sesuai syarat
yaitu sederhana, praktis, mudah dalam
perawatan, bahan yang kuat, dan dapat
melindungi pemakai. Maka peneliti
merancang dua model baju kerja
laboratorium dan mengeksperimenkan baju
kerja laboratorium untuk mahasiswa Tata
Busana PKK FKIP Unsyiah berdasarkan
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
46
dengan syarat yang ada. Langkah awal dalam
membuat baju kerja tentu harus dimulai dari
menciptakan desain, peneliti menciptakan
empat desain yang terbilang cukup
sederhana dan praktis namun dalam
penelitian ini hanya dua model yang
dieksperimenkan model pertama merupakan
baju kerja seperti jas namun tidak memiliki
lengan hal ini guna mempertimbangkan
cuaca di daerah banda aceh yang panas meski
didalam ruang laboratorium Tata Busana kini
sudah dilengkapi dengan fasilitas AC (air
conditioner) namun bukan tidak mungkin
mahasiswa menggunakan baju kerja tersebut
diluar ruangan juga. Selain itu penggunaan
kerah jas pada baju kerja tersebut guna
memperlihatkan formalitas sebuah baju kerja
pada satu isntansi pendidikan. Pada desain
baju laboratorium model satu peneliti juga
memberi ornamen kantong untuk meletakkan
benda-benda kecil, kantong khusus untuk
meletakkan gunting atau pulpen, tempat
menggantung pita ukur, simbol instansi
sebagai identitas dan sedikit variasi kain
menggunakan kain katun polkadot pada
bagian sisi baju.
Sedangkan desain baju kerja
laboratorium model dua lebih menyerupai
outer dengan belahan pada sisi kanan dan kiri
yang mana pada bagian sisi ini diberi tali
untuk diikat agar baju tidak terlepas, baju
model dua ini menggunakan potongan leher
bentuk V line guna memberikan kesan
sederhana. Peneliti memberikan ornamen
kantong yang besar untuk meletakkan
barang-barang yang akan diperlukan saat
melakukan praktikum, selain itu peneliti juga
memberi ornamen kantong tempat gunting
atau pulpen, kancing sebagai variasi, tempat
menggantung pita ukur dan simbol sebagai
identitas mahasiswa.
Setelah membuat desain baju kerja
laboratorium tata busana peneliti
mengkonsultasikan dua desain tersebut
dengan dosen pembimbing dan mewujudkan
desain tersebut menjadi nyata. Langkah awal
peneliti yaitu memilih material utama yaitu
kain dengan ketentuan kain tersebut harus
kuat, tahan panas, tahan kelentang, dan tidak
mudah kusut. Setelah melakukan konsultasi
dengan dosen pembimbing mengenai bahan
kain yang sesuai untuk baju kerja tersebut
maka ditentukan kain linen dan kain gabardin
sebagai bahan utama baju kerja tersebut yang
mana kain linen digunakan sebagai bahan
utama model 1 dan kain gabardin digunakan
untuk bahan utama model 2.
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
47
Untuk membuat baju kerja
laboratorium Tata Busana model 1 Langkah
pertama peneliti membuat pola dasar badan
wanita dengan ukuran M, pola tersebut
dikembangkan sesuai model yang telah di
tentukan kemudian peneliti menggunting
pola dan menyematkan pola pada kain linen
menggunakan pentul, langkah selanjutnya
menggunting bahan. Sebelum menggunting
bahan tersebut peneliti memberi tanda
kampuh menggunakan kapur jahit lalu
menggunting kain sesuai garis tersebut.
Kemudian menggunting visline (pelapis
antara) peneliti meletakkan pola diatas
visline yang sudah dilipat dan menyematkan
pentul agar tidak bergeser kemudian ukur
kampuh dan beri tanda menggunakan kapur
jahit, kemudian gunting sesuai garis tersebut.
Langkah selanjutnya adalah
merader, merader dilakukan untuk
memindahkan pola pada kain untuk merader
dibutuhkan alat rader dan karbon jahit. Rader
kain yang sudah digunting sesuai pola dan
visline kemudian lepas pentul dari pola dan
kain. tahap selanjutnya peneliti menyetrika
visline pada kain utama yang belum
digunting setrika dengan panas di antara titik
5-6. Saat menyetrika peneliti menggunakan
kertas putih bersih sebagai lapisan hal ini
dilakukan guna mendapatkan panas yang
maksimal sehingga visline bisa matang
dengan sempurna. Setelah itu peneliri
menggunting kain yang telah direkatkan
visline. langkah selanjutnya mengobras kain
utama dan kain yang sudah di rekatkan
visline di bagian yang diperlukan saja.
Kain linen digunakan sebagai bahan
utama membuat baju kerja model 1, selain itu
ada kain katun polkadot yang digunakan
sebagai variasinya. Jadi langkah selanjutnya
dari pembuatan baju kerja laboratorium ini
adalah menggunting kain katun tersebut.
Pertama peneliti menggunting kain ukuran
5cm X 13cm untuk variasi bagian sisi, kedua
gunting kain ukuran 5cm X 18cm untuk
variasi bagian kantong, ketiga gunting kain
5cm X 8cm untuk ornamen tempat pita ukur.
Masuk ke tahap menjahit pertama peneliti
membentuk kantong dan ornamen yang
sudah digunting dengan cara di setrika
kemudian kantong tersebut disematkan pada
kain bagian badan depan dengan pentul
begitu juga bagian kantong dan rempat pita
ukurnya setelah itu peneliti menyambung sisi
badan dan bahu baju termasuk bagian lapisan
tengah muka. Langkah selanjutnya peneliti
menjahit potongan kain kerah setelah dijahit
kemudian di gunting pecah-pecah kampuh
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
48
bagian yang sudah dijahit dan balik kain
tersebut selanjutnya peneliti menyatukan
kerah dengan baju melalui tengah lapisan.
Kemudian peneliti melakukan konsultasi
dengan dosen pembimbing 2 mengenai hasil
jahitannya, dosen pembimbing memberi
saran untuk bagian lapisan tengah muka
seharusnya kampuhnya dipecah-pecah agar
lebih rapi kemudain di stik kecil dari bagian
luar.
Kemudian peneliti melakukan
perbaikan sesuai saran dari dosen
pembimbing. Langkah selanjutnya peneliti
menggunting kain kumai serong untuk
membuat rompok pada bagian ketiak, setelah
menjahit rompok peneliti menjahit simbol
pada baju kerja dibagian dada sebelah kiri
kemudian mengesum bagian lapisan dan
kampuh bagian bawah baju. Langkah
terakhir adalah finishing atau memeriksa
kembali jahitan, kemudian peneliti menjahit
kancing dan membuat lubang kancing,
menggunting benang-benang berlebih dan
menyetrika keseluruhan baju kerja
laboratorium model 1.
Sedangkan langkah pengerjaan untuk
baju kerja model 2 ialah pertama peneliti
membuat pola badan wanita dengan ukuran
M kemudian pola dikembangkan sesuai
model yang telah ditentukan lalu peneliti
menggunting pola tersebut. Selanjutnya pola
disematkan diatas kain gabardin
menggunakan pentul dan beri tanda kampuh
menggunakan kapur jahit kemudian peneliti
menggunting kain sesuai garis kampuh.
selanjurnya kain dirader atau diberi garis pola
menggunakan rader dan karbon jahit.
Langkah selanjutnya peneliti menyematkan
pola pada visline dan memberi tanda kampuh
menggunakan kapur jahit, kemudian peneliti
menggunting visline sesuai garis kampuh.
Visline yang sudah digunting kemudian
disetrika pada kain yang belum di gunting.
Setelah visline melekat sempurna pada kain
kemudian kain digunting mengikuti
pinggiran visline tersebut. Tahap selanjutnya
menggunting kain untuk tali dibagian sisi
baju dengan ukuran 13cm X 75cm lalu semua
bagian kain yang sudah digunting diobras
agar pinggiran kain tidak bertiras.
Masuk ketahap menjahit, pertama
peneliti menjahit bagian tengah badan
belakang, bagian bahu, lanjut menjahit tali
untuk sisi baju kerja, termasuk bagian bahu
dari lapisan. Kemudian peneliti menjahit
lapisan pada potongan kain badan mengikuti
garis rader di mulai dari bagian bahu agar
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
49
seimbang temu garis jahitannya. Kemudian
bagian kampuh tersebut di gunting pecah-
pecah dan di balik untuk distik kecil dari
bagian luar. Tahap selanjutnya peneliti
menyetrika kain kantong untuk mudah di
sematkan pada baju dan dijahit begitu pula
untuk membuat ornamen tempat pita ukur.
Tahap berikutnya peneliti mengesum keliling
baju mengikuti lapisan. Selanjutnya peneliti
berkonsultasi dengan dosen pembimbing 1
mengenai hasil jahitan baju kerja model 2
ini, dosen pembimbing memberi tanggapan
bahwa kantong yang dijahit masih belum
sesuai dengan model yang didesain maka,
peneliti memperbaiki bagian kantong
khususnya kantong tempat gunting yang
peletakkannya kurang turun 2cm.
Selanjutnya peneliti menjahit simbol pada
bagian dada kiri baju kerja. dan menjahit
kancing pada bagian tengah muka baju.
Langkah terakhir finishing, peneliti
memeriksa keseluruhan bagian baju dan
menyetrika baju tersebut. Setelah baju kerja
selesai dijahit peneliti melakukan konsultasi
lagi dengan dosen pembimbing mengenai
hasil eksperimen model baju kerja
Laboratorium Tata Busana untuk mahasiswa
PKK FKIP Unsyiah.
2. Model Baju Kerja Laboratorium Tata
Busana Menurut Stakeholder
Proses wawancara dilakukan dengan
5 orang responden yaitu A, B, C, D,dan E.
Ke lima responden tersebut merupakan
mahasiswa Tata Busana Prodi PKK FKIP
Unsyiah yang sedang memprogramkan mata
kuliah Pengelolaan Usaha.
Berdasarkan tanya-jawab langsung
dengan responden, pendapatnya mengenai
baju kerja laboratorium tata busana model 1
ialah baju kerja tersebut sudah memiliki
desain yang sederhana, simpel, dan praktis
karena memiliki kantong yang dapat
digunakan untuk menyimpan peralatan yang
dibutuhkan ketika menjahit terlebih baju
kerja laboratorium ini sudah dilengkapi
dengan tempat pita ukuran dan tempat untuk
menyimpan gunting. Bahan baju kerja
laboratorium tersebut sudah memenuhi
syarat mudah dalam perawatan karena
memiliki bahan yang cukup kuat sehingga
dapat dicuci dan dirawat seperti biasa, baju
kerja laboratorium tersebut juga sudah
memenuhi syarat bahan yang kuat karena
bahan yang digunakan cukup tebal dan tahan
panas, baju kerja model satu dapat
melindungi tubuh pemakai karena dapat
menutupi pakaian utama pengguna secara
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
50
menyeluruh. Tekstur bahan baju kerja
tersebut akan nyaman dipakai karena
memiliki tekstur agak tebal namun tidak
memberikan suhu panas pada penggunanya.
Penggunaan baju kerja laboratorium ini akan
sangat membantu pengguna karena memiliki
banyak kantong dan dapat melindungi
pemakainya dari benang dan lain-lainnya,
dan baju kerja tidak akan mengganggu
aktifitas pemakai, hakikatnya fungsi baju
kerja ini ialah untuk melindungi pemakai.
Warna baju kerja model 1 memiliki warna
yang bagus, sedehana dan tidak mencolok
Pendapat responden mengenai baju
kerja laboratorium tata busana model 2. Baju
kerja laboratorium tata busana model 2 sudah
memenuhi syarat sederhana karena tidak
memiliki lengan dan model yang simpel, baju
kerja laboratorium model 2 juga praktis
karena cara memakainya yang simpel dengan
cara dimasukkan leher baju ke bagian kepala,
perawatan baju kerja tersebut juga termasuk
mudah karena memiliki kain yang tebal
sehingga dapat dilakukan perawatan seperti
biasa, bahan baju kerja model 2 ini lebih tebal
dibandingkan bahan baju kerja model 1
sehingga terkesan lebih kuat, baju kerja
laboratorium model 2 sudah memenuhi
syarat dapat melindungi pemakai dari
kotoran sehingga baju utama pengguna tidak
mudah kotor, namun testur bahan baju kerja
laboratorium model 2 ini mungkin akan tidak
nyaman dipakai karena memiliki tekstur yang
tebal sehingga dapat membuat pemakai
merasa panas, baju kerja tersebut sangat
membantu pemakai karena memiliki kantong
dan dapat memberikan pengaruh tenang
karena baju ini dapat melindungi pemakai,
baju kerja ini tidak akan mengganggu
aktifitas pemakai karena memiliki model
yang simpel sehinga tidak akan mengganggu
pemakai. Warna baju kerja laboratorium
tersebut bagus terkesan adem dan kalem,
tidak mencolok dan sederhana.
SIMPULAN
Berdasarkan data dari hasil penelitian
dan pembahasan yang dilakukan penulis akan
mengemukakan beberapa kesimpulan dan
saran dari hasil penelitian sebagai berikut
1. Baju kerja laboratorium tata busana
merupakan baju yang dipakai saat akan
memasuki ruang laboratorium tata busana,
penggunaan baju kerja laboratorium
sangat penting bagi pemakainya karena
baju ini dapat melindungi pemakai dari
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455
51
bahaya dan kecelakaan-kecelakaan yang
mungkin terjadi. Baju kerja laboratorium
merupakan salah satu alat pelindung diri
yang diwajibkan oleh pemerintah. Baju
kerja selain melindungi tubuh pemakainya
juga dapat membantu pekerjaan pemakai
saat bekerja, hal ini didukung dengan
adanya ornamen pada baju kerja tersebut.
2. Baju kerja laboratorium yang
dieksperimenkan dalam penelitian ini
terdapat dua model, yang pertama
menggunakan kain linen berwarna oren
dengan kombinasi kain katun polkadot
warna oren. Untuk model yang pertama
desain dipilih menggunakan kerah jas agar
terlihat sedikit formal namun tidak
menggunakan lengan agar lebih simpel.
Model yang kedua menggunakan kain
gabardin berwarna abu-abu dengan leher
bentuk V dan potongan dibagian sisi
kanan dan kiri dari bagian bahu hingga
bawah.
DAFTAR PUSTAKA
Undang Undang Republik Indonesia No.1
Tahun 1970.
Ernawati, dkk. (Ed.) 2008. Tata
Busana untuk SMK Jilid 1. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Fitriana. 2016. Panduan Akademik
PKK FKIP Unsyiah 2016/2017. Banda
Aceh: Jurusan PKK FKIP Unsyiah.
Prihati, Sri. dkk 2013. Dasar
Teknologi Menjahit: Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan.