24
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51 Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455 28 MODEL BAJU KERJA LABORATORIUM UNTUK MAHASISWA TATA BUSANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (PRODI PKK) FKIP UNSYIAH Wahdina ulfarisma (1) , Mukhirah 2 , Fikriah Noer 2 Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Ku,ala Banda Aceh Email: [email protected] ABSTRAK Baju kerja merupakan busana bagian atas yang dipakai untuk bekerja. Baju kerja selain berfungsi sebagai identitas suatu instansi juga berfungsi sebagai pelindung tubuh pekerja. Penggunaan baju kerja sudah diatur dalam UU No.1 Tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Yang termasuk baju kerja seperti baju kantor, baju sekolah, baju laboratorium. Tujuan penelitian ini adalah untuk menciptakan baju kerja laboratorium yang tepat untuk mahasiswa Tata Busana Prodi PKK FKIP Unsyiah. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimen terapan. Lokasi penelitian dilakukan dilaboratorium Tata Busana Prodi PKK FKIP Unsyiah. Subjek dalam penelitian ini adalah membuat eksperimen baju kerja laboratorium mahasiswa Tata Busana Prodi PKK FKIP Unsyiah. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah model baju kerja laboratorium untuk mahasiswa Tata Busana Prodi PKK FKIP Unsyiah. Penelitian ini akan mengeksperimenkan dua model baju kerja laboratorium dengan model yang berbeda dan bahan yang berbeda. Model pertama menggunakan kain linen dengan variasi menggunakan kain katun polkadot sedangkan model kedua menggunakan kain gabardin. Proses pembuatan kedua baju kerja laboratorium ini tidak jauh beda yang mana tahap pelaksanaannya meliputi, pemilihan desain baju kerja laboratorium tata busana, pemilihan bahan yang sesuai untuk baju kerja laboratorium tata busana, membuat pola sesuai desain, proses menggunting kain, menggunting vislin, menyetrika vislin, mengobras pinggiran kain, menjahit dan menyertika. Hasil dari penelitian ini berupa baju kerja laboratorium tata busana. Kata kunci: model, baju kerja laboratorium, mahasiswa Tata Busana.

MODEL BAJU KERJA LABORATORIUM UNTUK MAHASISWA …

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

28

MODEL BAJU KERJA LABORATORIUM UNTUK MAHASISWA

TATA BUSANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN

KELUARGA (PRODI PKK) FKIP UNSYIAH

Wahdina ulfarisma(1), Mukhirah2, Fikriah Noer 2

Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Ku,ala Banda Aceh

Email: [email protected]

ABSTRAK

Baju kerja merupakan busana bagian atas yang dipakai untuk bekerja. Baju kerja selain

berfungsi sebagai identitas suatu instansi juga berfungsi sebagai pelindung tubuh

pekerja. Penggunaan baju kerja sudah diatur dalam UU No.1 Tahun 1970 tentang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Yang termasuk baju kerja seperti baju kantor,

baju sekolah, baju laboratorium. Tujuan penelitian ini adalah untuk menciptakan baju

kerja laboratorium yang tepat untuk mahasiswa Tata Busana Prodi PKK FKIP

Unsyiah. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimen terapan. Lokasi

penelitian dilakukan dilaboratorium Tata Busana Prodi PKK FKIP Unsyiah. Subjek

dalam penelitian ini adalah membuat eksperimen baju kerja laboratorium mahasiswa

Tata Busana Prodi PKK FKIP Unsyiah. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah

model baju kerja laboratorium untuk mahasiswa Tata Busana Prodi PKK FKIP

Unsyiah. Penelitian ini akan mengeksperimenkan dua model baju kerja laboratorium

dengan model yang berbeda dan bahan yang berbeda. Model pertama menggunakan

kain linen dengan variasi menggunakan kain katun polkadot sedangkan model kedua

menggunakan kain gabardin. Proses pembuatan kedua baju kerja laboratorium ini

tidak jauh beda yang mana tahap pelaksanaannya meliputi, pemilihan desain baju kerja

laboratorium tata busana, pemilihan bahan yang sesuai untuk baju kerja laboratorium

tata busana, membuat pola sesuai desain, proses menggunting kain, menggunting

vislin, menyetrika vislin, mengobras pinggiran kain, menjahit dan menyertika. Hasil

dari penelitian ini berupa baju kerja laboratorium tata busana.

Kata kunci: model, baju kerja laboratorium, mahasiswa Tata Busana.

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

29

ABSTRACT

Work clothes are the top clothes that are used for work. The function of work clothes

not only as the identity of an agency but also as the body armor for workers. The use

of work clothes has been regulated in Law No.1 of 1970 concerning Occupational

Health and Safety (K3). Work clothes include office clothes, school clothes, and

laboratory clothes. The purpose of this study is to create laboratory work clothes that

are appropriate for students of Fashion Design PKK Study Program of FKIP Unsyiah.

This research was conducted using applied experimental methods. The location of the

study was at the laboratory of Fashion Design PKK Study Program of FKIP Unsyiah.

The subjects in this study were to make experiments on laboratory work clothes for

students in the Fashion Design Program PKK Study Program of FKIP Unsyiah. While

the object of this study was a laboratory work clothes model for fashion students of

the FKIP PKK Unsyiah Study Program. This research would experiment two

laboratory work clothes models with different models and materials. The first model

uses linen cloth with variations using polka-dot cotton cloth while the second model

uses gabardine cloth. The process of making these two laboratory work clothes was

not much different where the stages included the selection of fashion laboratory work

clothes designs, selection of suitable materials for fashion laboratory work clothes,

making patterns according to the design, fabric cutting, vislin cutting, vislin ironing,

rubbing the edges of cloth, sewing and accompanying. The results of this study were

in the form of fashion laboratory work clothes.

Keywords: model, laboratory work clothes, fashion design students.

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

30

PENDAHULUAN

Baju adalah pakaian bagian atas yang

berfungsi untuk menutupi tubuh bagian atas,

melindungi dari pengaruh cuaca, melindungi

dari serangga dan sebagai alat komunikasi

yang menunjukan identitas. Pemilihan baju

pada kesempatan kerja perlu diperhatikan

tata cara dan aturan yang sesuai dengan

tempat bekerja. Baju kerja digunakan oleh

para pekerja pada saat bekerja begitu pula

mahasiswa yang sedang melakukan

praktik/kerja seperti mahasiswa Tata Busana

Program Studi Pendidikan Kesejahteraan

Keluarga ( Prodi PKK) FKIP Unsyiah.

Program Studi Pendidikan

Kesejahteraan Keluarga (PKK) memiliki dua

konsentrasi yaitu Pendidikan Tata Boga dan

Pendidikan Tata Busana. Berdasarkan Buku

Panduan Akademik PKK 2016/2017 Selama

delapan semester mahasiswa Tata Busana

Prodi PKK harus memprogramkan mata

kuliah 147 SKS. dengan jumlah mata kuliah

wajib yaitu 110 SKS dan 37 SKS merupakan

mata kuliah pilihan. Dari semua mata kuliah

tersebut terdapat sebelas mata kuliah (29

SKS) yang menghasilkan busana sebagai

tugas akhir semester. Adapun mata kuliah

tersebut adalah Dasar Busana, Busana

Wanita I, Busana Anak, Busana Wanita II,

Busana Pria, Desain Busana Khusus,

Drapping, Busana Tailoring, Cipta Karya,

Pengelolaan Usaha I dan Pengelolaan Usaha

II (Fitriana, 2016). Hal ini menuntut

mahasiswa banyak melakukan prakatikum di

laboratorium Tata Busana. Pada saat

melakukan praktikum di laboratorium Tata

Busana, dosen maupun mahasiswa wajib

memperhatikan kesehatan dan keselamatan

kerja (K3).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) adalah upaya perlindungan yang

ditujukan agar tenaga kerja/mahasiswa dan

orang lain yang berada di tempat

kerja/instansi selalu dalam keadaan selamat

dan sehat serta agar setiap sumber produksi

dapat digunakan secara aman dan efisien.

Tujuan K3 itu sendiri yaitu di tujukan untuk

kenyamanan, keamanan, keselamatan,

kesehatan, dan peningkatan produktifitas

kerja tenaga kerja/pekerja/pelajar maupun

mahasiswa.

Ernawati, dkk (2008:82) mengatakan

“Adapun alat-alat perlindungan keselamatan

kerja untuk bidang busana antara lain kaca

mata, masker mulut, alas kaki, penutup

kepala, perisai muka, bidal, penutup telinga

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

31

dan baju kerja”. Alat alat perlindungan

tersebut wajib digunakan oleh mahasiswa

dengan tujuan menghindari resiko bahayanya

penerapan teknologi. Prihati (2013:9)

mengemukakan “Ada empat dasar hukum

yang menjadi acuan keselamatan dan

kesehatan kerja yaitu Undang-Undang No.1

Tahun 1970, tentang Keselamatan, UU No.

21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO

Convention, UU No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenaga Kerjaan, Peraturan Menteri Tenaga

Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang

Sistem Manajemen K3”.

Mahasiswa Tata Busana Prodi PKK

FKIP Unsyiah saat ini sudah memiliki

beberapa alat-alat perlindungan keselamatan

kerja seperti baju kerja laboratorium, namun

penggunaan baju kerja laboratorium tersebut

hanya digunakan untuk dua mata kulaih yaitu

pengelolaan usaha I dan pengelolaan usaha

II, desain baju kerja laboratorium yang

digunakan masih belum memenuhi syarat-

syarat baju kerja laboratorium.

Mengingat pentingnya kesehatan dan

keselamatan mahasiswa saat melakukan

praktik di laboratorium sudah sewajarnya

mahasiswa Tata Busana memiliki baju kerja

laboratorium yang dapat selalu digunakan

pada saat praktikum dan dapat melindungi

tubuh dari kemungkinan terjadinya

kecelakaan. Berdasarkan latar belakang

masalah tersebut, peneliti bermaksud untuk

mencoba menciptakan baju kerja

laboratorium yang cocok dan nyaman untuk

digunakan mahasiswa Tata Busana saat

melaksanakan praktikum di laboratorium,

sehingga penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Model Baju kerja

laboratorium untuk mahasiswa Tata Busana

Program Studi Pendidikan Kesejahteraan

Keluarga (Prodi PKK) FKIP Unsyiah”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Prodi PKK

khususnya pada laboratorium Tata Busana

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Unsyiah, Kecamatan Syiah Kuala Kota

Banda Aceh. Penelitian ini akan berlangsung

kurang lebih selama 1 bulan. berlangsung

pada bulan Oktober 2018.

Pendekatan penelitian yang digunakan

adalah pendekatan kualitatif menggunakan

metode eksperimen terapan (applied

research), yang digunakan untuk

menghasilkan desain dan baju kerja

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

32

laboratorium untuk mahasiswa Tata Busana

Prodi PKK FKIP Unsyiah.

Perencanaan merupakan hal yang

utama untuk memulai suatu kegiatan dengan

adanya perencanaan suatu kegiatan seperti

penelitian akan dapat berjalan dengan lancar

dan kemungkinan mencapai hasil yang

diinginkan menjadi lebih tinggi. Perencanaan

dibuat agar kegiatan penelitian ini terstruktur

dan dapat mengatur waktu kegiata yang akan

dilakukan.

Adapun perencanaan yang dilakukan

untuk kegiatan penelitian ini ialah Pertama

penulis membuat dan memilih desain untuk

baju kerja laboratorium mahasiswa Tata

Busana yang telah dipersiapkan. Kedua

penulis memilih bahan dan warna yang

sesuai untuk model baju kerja laoratorium

yang akan di eksperimenkan dan melakukan

konsultasi dengan dosen pembimbing. Ketiga

penulis membuat pola baju kerja

laboratorium dengan ukuran M sesuai desain

yang akan dikonstruksikan.

Keempat penulis menggunting bahan

sesuai pola yang telah dikembangkan.

Kelima penulis mengobras semua bagian

bahan yang telah digunting agar pinggiran

kain tidak bertiras. Keenam penulis mulai

menjahit bagian-bagian dari baju kerja dan

menjahit pelengkapnya seperti kantong dan

tempat pita ukur sesuai desain yang telah

dipilih. Ketujuh tahap finishing atau

pengecekan ulang, serta melakukan

bimbingan dengan dosen pembimbing.

Teknik analisis data yang akan

dilakukan oleh penulis yaitu mengumpulkan

data dan informasi secara teoritis dengan

teknik kepustakaan setelah data terkumpul

dan dirangkum, kemudian mengolah data

hingga data tersebut dapat memeberikan

solusi bagi permasalahan yang diteliti.

Kemudian data tersebut dijadikan dasar

untuk analisis data hingga menemukan

penemuan baru berupa desain baju kerja yang

telah teruji secara teori. Desain baju tersebut

kemudian dikontruksikan menjadi sebuah

baju kerja dengan metode eksperimen

terapan yang dilakukan di laboratorium Tata

Busana Prodi PKK FKIP Unsyiah. Data yang

telah diperoleh kemudian diuraikan secara

naratif sesuai dengan data yang telah

terkumpul dan hasil pengamatan saat

eksperimen.

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

33

HASIL DAN PEMBAHASAN

Terdapat dua model baju kerja

laboratorium yang di jadikan eksperimen,

kedua desain tersebut memiliki perbedaan

dan bahan yang digunakan juga berbeda.

Desain model baju kerja laboratorium ini

dibuat dan dipilih oleh penulis melalui

konsultasi dengan dosen pembimbing.

1. Model Baju Kerja Laboratorium untuk

Mahasiswa Tata Busana Prodi PKK FKIP

unsyiah

Baju kerja laboratorium tata busana

adalah baju kerja yang telah didesain

sedemikian rupa untuk melindungi seseorang

yang sedang bekerja didalam laboratorium

tata busana. Pada dasarnya baju kerja dipakai

saat bekerja selain sebatas aturan ditempat

kerja tersebut namun juga sebagai pelindung

tubuh pekerja dari kecelakaan-kecelakaan

yang mungkin dapat terjadi. Seperti yang

telah diketahui baju kerja merupakan salah

satu alat perlindungan diri (APD) yang harus

dipakai ketika bekerja sesuai dengan

Undang-Undang No.1 Tahun 1970, tentang

Keselamatan kesehatan kerja dan Peraturan

mentri tenaga kerja tentang SMK-3. Namun

demikian penanggung jawab laboratorium

tata busana program studi PKK FKIP

Unsyiah tidak sepenuhnya menyediakan

perlengkapan K3 tersebut untuk semua mata

kuliah praktikum, hal ini dilihat dari

penggunaan baju kerja yang hanya digunakan

di pembelajaran mata kuliah Pengelolaan

usaha I dan II.

Gambar 1.1 Mahasiswa Praktikan Tata

Busana Prodi PKK FKIP Unsyiah

Menggunakan Baju Kerja Saat Pembalajaran

Pengelolaan Usaha I

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

Gambar 1.2 Model Baju Kerja Laboratorium

Tata Busana Prodi PKK FKIP Unsyiah

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

34

Gambar 1.3 Mahasiswa Praktikan Tata

Busana Prodi PKK FKIP Unsyiah

Menggunakan Baju Kerja Saat Pembalajaran

Pengelolaan Usaha I dan II (Sumber:

Dokumentasi Penulis)

Baju kerja laboratorium tata busana

yang disediakan oleh penanggung jawab

laboratorium memiliki desain yang simpel,

terdapat dua desain baju kerja yang tidak jauh

berbeda desain pertama menggunakan

kancing pada bagian leher belakang

didukung dengan tali pinggang yang diikat

pada ke belakang, penggunaan kancing pada

bagian belakang leher akan menyulitkan

pengguna saat memakai baju tersebut. Baju

kerja ini memiliki kantong yang lebar

sehingga banyak benda yang dapat

ditampung namun barang mudah terjatuh

apabila pengguna harus menunduk hal ini

tentu tidak praktis.

Desain kedua baju kerja laboratorium

tata busana menggunakan kancing pada

bagian muka dan terdapat kantong yang pas

untuk menyimpan benda-benda kecil. Kedua

model baju kerja tersebut menggunakan

bahan levis dengan warna yang berbeda-beda

setiap bajunya, terdapat empat warna yang

digunakan yaitu warna biru, merah muda,

hijau, dan krim.

Gambar 1.4 Mahasiswa Praktikan Tata

Busana Prodi PKK FKIP Unsyiah Tanpa

Menggunakan Baju Kerja Saat Praktikum

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

Mengetahui pentingnya baju kerja

laboratorium bagi seorang pekerja maka

peneliti mendesain dua buah baju kerja yang

akan dieksperimenkan desain tersebut dapat

dilihat pada gambar 1.5 Model 1 dan gambar

1.6 Model 2.

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

35

Gambar 1.5 Desain Sajian Model 1

(Sumber Dokumentasi Penulis)

Gambar 1.6 Desain Sajian Model 2

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

2. Pembuatan Baju Kerja Laboratorium

untuk mahasiswa Tata Busana Prodi PKK

FKIP unsyiah

Terdapat dua model baju kerja

laboratorium yang akan di kembangkan

menjadi nyata. untuk model 1 bahan yang

akan digunakan adalah bahan kain linen

dengan ukuran 1,50 cm dan kombinasi kain

katun dengan ukuran 25 cm, sedangkan

model 2 menggunakan bahan gabardin

dengan ukuran 1,75 cm. Adapun kain

tersebut dapat dilihat pada gambar 1.7 kain

linen dan katun, gambar 1.8 kain gabardin.

Gambar 1.7 Kain Linen dan Kain Katun

Bahan Baju Model 1

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

Gambar 1.8 Kain Gabardin Bahan Baju

Model 2

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

a. Langkah-langkah pembuatan baju kerja

laboratorium Tata Busana Model 1.

3cm

Tempat Gunting

Simbol

7,5 cm

3cm

Tempat cm

Simbol

Tempat Gunting

Belah Muka

15 cm

Tali Samping

Belah Samping

Tempat cm

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

36

1) Membuat pola dasar badan wanita dengan

ukuran satandar M pada kertas pola

Gambar 1.9

Gambar 1.9 Pembuatan Pola Baju Kerja

Model 1

( Sumber: Dokumentasi Penulis )

2) Menggunting bahan, letakkan pola yang

telah dikembangakan diatas permukaan

kain yang sudah dilipat dua kemudian

sematkan dengan jarum pentul agar pola

tidak bergeser saat digunting. Sebelum

digunting ada baiknya beri tanda batas

kampuh menggunakan kapur jahit

dibagian pinggir pola kemudian gunting

kain sesuai garis batas kampuh tersebut

Gambar 1.10

Gambar 1.10 Proses Menggunting Bahan

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

3) Merader, atau memindahkan pola pada

kain. memberi tanda pada kain

menggunakan karbon dan rader ini

bertujuan untuk memudahkan penjahit

menentukan batas jahitannya. Gambar

1.11

Gambar 1.11 Merader atau Memberi Tanda

Pola Pada Kain.

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

4) Menggunting bahan pelapis atau visline

sesuai pola badan. Lipatlah visline

kemudian letakkan pola diatas visline

tersebut dan sematkan dengan pentul agar

tidak bergeser saat digunting. Sebelum

menggunting visline ada baiknya terlebih

dahulu beri tanda kampuh pada visline

menggunakan kapur jahit agar hasil

jahitan lebih rapi nantinya. Penggunaan

visline ini hanya pada bagian-bagian

tertentu saja seperti pada bagian kerah dan

bagian tengah muka. Gambar 1.12

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

37

Gambar 1.12 Menggunting Pelapis Antara

atau Visline (Sumber: Dokumentasi Penulis)

5) Menyetrika bahan pelapis antara pada

kain, pada saat menyetrika bahan pelapis

antara ke kain linen atur panasnya setrika

berada pada titik linen/katun atau pada

angka 5-6. Agar panas dari setrika lebih

merata gunakan kertas HVS sebagai

lapisan untuk menyetrika pelapis antara.

Setelah itu gunting bagian-bagian pelapis

antara yang sudah melekat dengan kain.

Gambar 1.13

Gambar 1.13 Menyetrika Pelepis Antara

Menggunakan Kertas HVS

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

6) Selanjutnya obras bagian pinggir kain

baik bagian depan dan belakang termasuk

kain yang telah direkatkan bahan pelapis,

namun cukup pada bagian tertentu saja.

Hal ini dilakukan agar pinggiran kain

tidak bertiras. Gambar 1.14

Gambar 1.14 Mengobras Pinggiran Kain

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

7) Menggunting kain kedua atau kain katun

untuk bagian kantong dan variasiannya.

Gunting kain variasinya dengan ukuran 5

cm x13 cm, untuk kantong 5cm x18 cm

dan untuk tempat gunting dan pita ukur 5

cm x 8 cm. Kemudian bentuk bagian

ujung variasinya menjadi segitiga dengan

cara di setrika begitupula dengan

kantongnya. Gambar 1.15

Gambar 1.15 Mengunting Kain Kedua

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

38

8) Selanjutnya masuk ketahap menjahit, jahit

variasi hiasan di bagian pinggang terlebih

dahulu, kemudian jahit kantong, tempat

pita ukur, dan kantong untuk gunting.

Gambar 1.16

Gambar 1.16 Menjahit Variasi Kain Pada

Baju (Sumber: Dokumentasi Penulis)

9) Selanjutnya jahit bagian bahu, sisi kanan,

sisi kiri dan sisi belakang baju, ikuti rader

atau garis pola. Gambar 1.17

Gambar 1.17 Menjahit Bagian Sisi-Sisi Baju

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

10) Langkah selanjutnya jahit bagian sisi

depan yaitu kain yang sudah diberi

pelapis antara sampai bagian ujung leher

saja. Gambar 1.18

Gambar 1.18 Menjahit Bagian Pelapis Antara

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

11) Langkah selanjutnya setrika kampuh

yang telah dijahit sebelumnya agar rapi

setrika mulai dari bagian dalam

kemudian dilanjutkan dari bagian luar

termasuk bagian depan yang ada pelapis

antara. Gambar 1.19

Gambar 1.19 Menyetrika Kampuh

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

12) Selanjutnya Jahit kerah yang sudah

dilapisi dengan pelapis antara mengikuti

garis rader kemudian, gunting-gunting

sisi kerah yang sudah dijahit tanpa

melalui jahitannya dan balik kerah

tersebut. Kemudian stik kecil pada

pinggir kerah agar lebih rapi. Gambar

1.20

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

39

Gambar 1.20 Menjahit Kerah

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

13) Setelah menjahit beberapa bagian

peneliti konsultasi dengan dosen

pembimbing mengenai hasil jahitan

yang sudah dilakukan. Dosen

pembimbing memberi saran untuk

mengunting pecah-pecah juga pada

bagian lapisan tengah muka agar lebih

rapi dan distik kecil. Gambar 1.21

Gambar 1.21 Konsultasi Jahitan Dengan

Pembimbing 2

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

14) Langkah selanjutnya menjahit rompok

pada bagian ketiak, untuk menjahit

rompok potongan kain yang digunakan

adalah potong serong. Gambar 1.22

Gamgar 1.22 Menjahit Rompok Pada Bagian

Ketiak

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

15) Selanjutnya menjahit lubang kancing

pada bagian muka baju kerja tersebut

sesuai gambar model 1 kemudian

menjahit simbol prodi dan simbol nama

pada dada sebelah kiri sesuai desain.

Gambar 1.23

Gambar 1.23 Menjahit Lubang Kancing

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

16) Menjahit kancing pada bagian muka baju

dan mengesum bagian depun baju kerja.

gambar 1.24

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

40

Gambar 1.24 Menjahit Kancing dan

Mengesum Depun (Sumber: Dokumentasi

Penulis)

17) Finishing setrika keseluruhan dari baju

tersebut dan memeriksa benang-benang

lebih sisa jahitan. Gambar 1.25

Gambar 1.25 Menyetrika Keseluruhan Baju

Kerja.(Sumber: Do kumentasi Penulis)

18) Hasil eksperimen model baju kerja

laboratorium Tata Busana model 1.

Gambar 1.26

Gambar 1.26 Hasil Eksperimen Baju Kerja

Laboratorium Tata Busana Model 1 (

Sumber: Dokumentasi Penulis)

b. Langkah-langkah pembuatan baju kerja

laboratorium Tata Busana model 2

1) Membuat pola dasar badan wanita dengan

ukuran satandar M pada kertas pola

kemudian pola dikembangkan lagi sesuai

dengan model yang yang telah ditentukan.

Peneliti juga membuat pola untuk lapisan.

Hal ini dilakukan agar hasil dari baju yang

akan dibuat tidak melenceng sedikitpun

dari desain. Kemudian gunting pola

tersebut. Gambar 1.27

Gambar 1.27 Pembuat Pola Baju Kerja

Model 2 (Sumber: Dokumentasi Penulis)

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

41

2) Menggunting bahan, letakkan pola yang

telah dikembangakan diatas permukaan

kain yang sudah dilipat dua kemudian

sematkan dengan jarum pentul agar pola

tidak bergeser saat digunting. Sebelum

digunting ada baiknya beri tanda batas

kampuh menggunakan kapur jahit

dibagian pinggir pola kemudian gunting

kain sesuai garis batas kampuh tersebut.

Gambar 1.28

Gambar 1.28 Proses Menggunting Bahan

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

3) Merader atau memindahkan pola pada

kain. memberi tanda pada kain

menggunakan karbon dan rader ini

bertujuan untuk memudahkan penjahit

menentukan batas jahitannya.gambar 1.29

Gambar 1.29 Merader Atau Memberi Tanda

Pola Pada Kain (Sumber: Dokumentasi

Penulis)

4) Menggunting bahan pelapis antara atau

visline sesuai pola badan. Lipatlah visline

kemudian letakkan pola diatas visline

tersebut dan sematkan dengan pentul agar

tidak bergeser saat digunting. Sebelum

menggunting visline ada baiknya terlebih

dahulu beri tanda kampuh pada visline

menggunakan kapur jahit agar hasil

jahitan lebih rapi nantinya. Penggunaan

visline ini hanya pada bagian-bagian

tertentu saja seperti pada bagian kerah dan

bagian tengah muka. Gambar 1.30

Gambar 1.30 Menggunting Bahan Pelapis

Antara Atau Visline (Sumber: Dokumentasi

Penulis)

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

42

5) Menyetrika bahan pelapis antara pada

kain, pada saat menyetrika bahan pelapis

antara ke kain gabardin atur panasnya

setrika berada pada titik katun atau pada

angka 5-6. Setelah itu gunting bagian-

bagian pelapis antara yang sudah melekat

dengan kain. Gambar 1.31

Gambar 1.31 Menyetrika Bahan Pelapis Pada

Kain (Sumber: Dokumentasi Penulis)

6) Selanjutnya obras bagian pinggir kain

baik bagian depan dan belakang termasuk

kain yang telah direkatkan bahan pelapis,

namun cukup pada bagian tertentu saja.

Hal ini dilakukan agar pinggiran kain

tidak bertiras. Gambar 1.32

Gambar 1.32 mengobras pinggiran kain

(sumber: Dokumentasi penulis)

7) Selanjutnya masuk pada tahap menjahit.

Jahit bagian bahu, lapisan sisi kanan, sisi

kiri dan sisi belakang baju, ikuti rader atau

garis pola. Gambar 1.33

Gambar 1.33 Menjahit Sisi-Sisi Baju Kerja

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

8) Setrika bagian sisi baju kampuh yang telah

dijahit sebelumnya agar rapi setrika mulai

dari bagian dalam kemudian dilanjutkan

dari bagian luar termasuk bagian yang ada

pelapis antara. Gambar 1.34

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

43

Gambar 1.34 Menyetrika Kampuh dan

Lapisan (Sumber: Dokumentasi Penulis)

9) Tahap selanjutnya jahit tempat pita ukur

(cm), kantong, tempat gunting dan simbol.

Gambar 1.35

Gambar 1.35 Menjahit Variasi, Kantong Dan

Simbol

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

10) Selanjutnya menjahit kancing pada

bagian muka baju kerja dan mengesum

depun baju kerja pada bagian sisi leher

dan bawah baju. Gambar 1.36

Gambar 1.36 Mengesum Depun Baju Kerja

dan Menjahit Kancing

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

11) Finishing memeriksa jahitan dan

menggunting benang benang sisa jahitan

kemudian setrika baju kerja secara

menyeluruh. Gambar 1.37

Gambar 1.37 Menyetrika dan Menggunting

Sisa-Sisa Benang

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

12) Konsultasi dengan dosen pembimbing

mengenai hasil jahitan baju kerja

laboratorium yang telah di

eksperimenkan. Gambar 1.38

Gambar 1.38 Konsultasi Akhir Dengan

Dosen Pembimbing (Sumber: Dokumentasi

Penulis)

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

44

13) Pada saat penelitian eksperimen

pembuatan baju kerja laboratorium Tata

Busana model 2 berlangsung terjadi

kesalahan dalam menjahit kantong

tempat gunting kesalahan tersebut dapat

dilihat pada gambar 1.39

Gambar 1.39 Penyelesaian Kantong Tempat

Gunting Tidak Sesuai Dengan Desain

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

Setelah melakukan konsultasi dengan

dosen pembimbing lalu peneliti memperbaiki

kantong tersebut dan hasil perbaikannya

dapat dilihat pada gambar 1.40

Gambar 1.40 Penyelesaian Kantong Tempat

Gunting yang Sudah Sesuai dengan Desain

(Sumber: Dokumentasi Penulis)

14) Hasil eksperimen model baju kerja

laboratotium Tata Busana model 2.

Gambar 1.41

Gambar 1.41 Hasil Eksperimen Baju

Kerja Laboratorium Tata Busana Model

2 (Sumber: Dokumentasi Penulis)

PEMBAHASAN

1. Menciptakan baju kerja laboratorium yang

tepat untuk mahasiswa Tata Busana

Program Studi Pendidikan Kesejahteraan

Keluarga (Prodi PKK) FKIP Unsyiah

Baju kerja adalah busana bagian atas

yang dipakai khusus ketika bekerja,

penggunaan baju kerja ini sangat diperlukan

pekerja karena memiliki beberapa fingsi

salah satunya sebagai alat perlindungan diri.

Baju kerja digunakan sesuai pekerjaannya

bilamana baju kerja memerlukan banyak

pekerjaan fisik maka baju harus dibuat

sepraktis mungkin untuk memudahkan

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

45

pekerja bekerja dengan aktif. Contoh dari

baju kerja seperti, baju dinas kantor, baju

seragam sekolah, baju kerja lapangan

(bengkel, pembangunan, pabrik), baju

laboratorium dan lain-lain. Penggunaan baju

kerja untuk bekerja bahkan sudah diatur

dalam UU No.1 tahun 1970 tentang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

Dengan demikian sebuah instansi, pabrik,

atau tempat kerja lainnya seharusnya

menyadari kebutuhan K3 para pekerja atau

orang-orang yang memasuki tempat kerja

tersebut misalnya isntasi pendidikan seperti

Jurusan Tata Busana PKK FKIP Unsyiah.

Berdasarkan UU No.1 tahun 1970 BAB

X Pasal 14 “Pengurus diwajibkan

Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat

perlindungan diri yang diwajibkan pada

tenaga kerja berada di bawah pimpinannya

dan menyediakan bagi setiap orang lain yang

memasuki tempat kerja tersebut, disertai

dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan

menurut petunjuk-petunjuk yang diperlukan

menurut petunjuk pegawai pengawas atau

ahli keselamatan kerja”.

Faktanya pada instansi pendidikan

Jurusan Tata Busana Program Studi

Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

FKIP Unsyiah penanggung jawab tidak

menyediakan alat perlindungan diri bagi

mahasiswa untuk setiap melakukan

praktikum seperti baju kerja laboratorium.

Baju kerja laboratorium dibutuhkan untuk

menghindari mahasiswa dari kemungkinan

terjadinya kecelakaan kerja saat melakukan

praktikum. Padahal Penyediaan baju kerja

laboratorium ini sebenarnya dapat dilakukan

bersamaan dengan proses pembelajaran mata

kuliah dasar busana di awal semester,

biasanya dalam mata kuliah dasar busana

mahasiswa diwajibkan membuat sebuah

daster sebagai tugas akhir perkuliahan,

seharusnya praktik membuat daster tersebut

dapat diganti dengan membuat sebuah baju

kerja laboratorium dengan desain yang sama

dan ukuran sesuai tubuh masing-masing

sehingga baju kerja laboratorium tersebut

dapat dipakai oleh mahasiswa itu sendiri.

Baju kerja laboratorium tata busana

harusnya memiliki desain yang sesuai syarat

yaitu sederhana, praktis, mudah dalam

perawatan, bahan yang kuat, dan dapat

melindungi pemakai. Maka peneliti

merancang dua model baju kerja

laboratorium dan mengeksperimenkan baju

kerja laboratorium untuk mahasiswa Tata

Busana PKK FKIP Unsyiah berdasarkan

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

46

dengan syarat yang ada. Langkah awal dalam

membuat baju kerja tentu harus dimulai dari

menciptakan desain, peneliti menciptakan

empat desain yang terbilang cukup

sederhana dan praktis namun dalam

penelitian ini hanya dua model yang

dieksperimenkan model pertama merupakan

baju kerja seperti jas namun tidak memiliki

lengan hal ini guna mempertimbangkan

cuaca di daerah banda aceh yang panas meski

didalam ruang laboratorium Tata Busana kini

sudah dilengkapi dengan fasilitas AC (air

conditioner) namun bukan tidak mungkin

mahasiswa menggunakan baju kerja tersebut

diluar ruangan juga. Selain itu penggunaan

kerah jas pada baju kerja tersebut guna

memperlihatkan formalitas sebuah baju kerja

pada satu isntansi pendidikan. Pada desain

baju laboratorium model satu peneliti juga

memberi ornamen kantong untuk meletakkan

benda-benda kecil, kantong khusus untuk

meletakkan gunting atau pulpen, tempat

menggantung pita ukur, simbol instansi

sebagai identitas dan sedikit variasi kain

menggunakan kain katun polkadot pada

bagian sisi baju.

Sedangkan desain baju kerja

laboratorium model dua lebih menyerupai

outer dengan belahan pada sisi kanan dan kiri

yang mana pada bagian sisi ini diberi tali

untuk diikat agar baju tidak terlepas, baju

model dua ini menggunakan potongan leher

bentuk V line guna memberikan kesan

sederhana. Peneliti memberikan ornamen

kantong yang besar untuk meletakkan

barang-barang yang akan diperlukan saat

melakukan praktikum, selain itu peneliti juga

memberi ornamen kantong tempat gunting

atau pulpen, kancing sebagai variasi, tempat

menggantung pita ukur dan simbol sebagai

identitas mahasiswa.

Setelah membuat desain baju kerja

laboratorium tata busana peneliti

mengkonsultasikan dua desain tersebut

dengan dosen pembimbing dan mewujudkan

desain tersebut menjadi nyata. Langkah awal

peneliti yaitu memilih material utama yaitu

kain dengan ketentuan kain tersebut harus

kuat, tahan panas, tahan kelentang, dan tidak

mudah kusut. Setelah melakukan konsultasi

dengan dosen pembimbing mengenai bahan

kain yang sesuai untuk baju kerja tersebut

maka ditentukan kain linen dan kain gabardin

sebagai bahan utama baju kerja tersebut yang

mana kain linen digunakan sebagai bahan

utama model 1 dan kain gabardin digunakan

untuk bahan utama model 2.

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

47

Untuk membuat baju kerja

laboratorium Tata Busana model 1 Langkah

pertama peneliti membuat pola dasar badan

wanita dengan ukuran M, pola tersebut

dikembangkan sesuai model yang telah di

tentukan kemudian peneliti menggunting

pola dan menyematkan pola pada kain linen

menggunakan pentul, langkah selanjutnya

menggunting bahan. Sebelum menggunting

bahan tersebut peneliti memberi tanda

kampuh menggunakan kapur jahit lalu

menggunting kain sesuai garis tersebut.

Kemudian menggunting visline (pelapis

antara) peneliti meletakkan pola diatas

visline yang sudah dilipat dan menyematkan

pentul agar tidak bergeser kemudian ukur

kampuh dan beri tanda menggunakan kapur

jahit, kemudian gunting sesuai garis tersebut.

Langkah selanjutnya adalah

merader, merader dilakukan untuk

memindahkan pola pada kain untuk merader

dibutuhkan alat rader dan karbon jahit. Rader

kain yang sudah digunting sesuai pola dan

visline kemudian lepas pentul dari pola dan

kain. tahap selanjutnya peneliti menyetrika

visline pada kain utama yang belum

digunting setrika dengan panas di antara titik

5-6. Saat menyetrika peneliti menggunakan

kertas putih bersih sebagai lapisan hal ini

dilakukan guna mendapatkan panas yang

maksimal sehingga visline bisa matang

dengan sempurna. Setelah itu peneliri

menggunting kain yang telah direkatkan

visline. langkah selanjutnya mengobras kain

utama dan kain yang sudah di rekatkan

visline di bagian yang diperlukan saja.

Kain linen digunakan sebagai bahan

utama membuat baju kerja model 1, selain itu

ada kain katun polkadot yang digunakan

sebagai variasinya. Jadi langkah selanjutnya

dari pembuatan baju kerja laboratorium ini

adalah menggunting kain katun tersebut.

Pertama peneliti menggunting kain ukuran

5cm X 13cm untuk variasi bagian sisi, kedua

gunting kain ukuran 5cm X 18cm untuk

variasi bagian kantong, ketiga gunting kain

5cm X 8cm untuk ornamen tempat pita ukur.

Masuk ke tahap menjahit pertama peneliti

membentuk kantong dan ornamen yang

sudah digunting dengan cara di setrika

kemudian kantong tersebut disematkan pada

kain bagian badan depan dengan pentul

begitu juga bagian kantong dan rempat pita

ukurnya setelah itu peneliti menyambung sisi

badan dan bahu baju termasuk bagian lapisan

tengah muka. Langkah selanjutnya peneliti

menjahit potongan kain kerah setelah dijahit

kemudian di gunting pecah-pecah kampuh

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

48

bagian yang sudah dijahit dan balik kain

tersebut selanjutnya peneliti menyatukan

kerah dengan baju melalui tengah lapisan.

Kemudian peneliti melakukan konsultasi

dengan dosen pembimbing 2 mengenai hasil

jahitannya, dosen pembimbing memberi

saran untuk bagian lapisan tengah muka

seharusnya kampuhnya dipecah-pecah agar

lebih rapi kemudain di stik kecil dari bagian

luar.

Kemudian peneliti melakukan

perbaikan sesuai saran dari dosen

pembimbing. Langkah selanjutnya peneliti

menggunting kain kumai serong untuk

membuat rompok pada bagian ketiak, setelah

menjahit rompok peneliti menjahit simbol

pada baju kerja dibagian dada sebelah kiri

kemudian mengesum bagian lapisan dan

kampuh bagian bawah baju. Langkah

terakhir adalah finishing atau memeriksa

kembali jahitan, kemudian peneliti menjahit

kancing dan membuat lubang kancing,

menggunting benang-benang berlebih dan

menyetrika keseluruhan baju kerja

laboratorium model 1.

Sedangkan langkah pengerjaan untuk

baju kerja model 2 ialah pertama peneliti

membuat pola badan wanita dengan ukuran

M kemudian pola dikembangkan sesuai

model yang telah ditentukan lalu peneliti

menggunting pola tersebut. Selanjutnya pola

disematkan diatas kain gabardin

menggunakan pentul dan beri tanda kampuh

menggunakan kapur jahit kemudian peneliti

menggunting kain sesuai garis kampuh.

selanjurnya kain dirader atau diberi garis pola

menggunakan rader dan karbon jahit.

Langkah selanjutnya peneliti menyematkan

pola pada visline dan memberi tanda kampuh

menggunakan kapur jahit, kemudian peneliti

menggunting visline sesuai garis kampuh.

Visline yang sudah digunting kemudian

disetrika pada kain yang belum di gunting.

Setelah visline melekat sempurna pada kain

kemudian kain digunting mengikuti

pinggiran visline tersebut. Tahap selanjutnya

menggunting kain untuk tali dibagian sisi

baju dengan ukuran 13cm X 75cm lalu semua

bagian kain yang sudah digunting diobras

agar pinggiran kain tidak bertiras.

Masuk ketahap menjahit, pertama

peneliti menjahit bagian tengah badan

belakang, bagian bahu, lanjut menjahit tali

untuk sisi baju kerja, termasuk bagian bahu

dari lapisan. Kemudian peneliti menjahit

lapisan pada potongan kain badan mengikuti

garis rader di mulai dari bagian bahu agar

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

49

seimbang temu garis jahitannya. Kemudian

bagian kampuh tersebut di gunting pecah-

pecah dan di balik untuk distik kecil dari

bagian luar. Tahap selanjutnya peneliti

menyetrika kain kantong untuk mudah di

sematkan pada baju dan dijahit begitu pula

untuk membuat ornamen tempat pita ukur.

Tahap berikutnya peneliti mengesum keliling

baju mengikuti lapisan. Selanjutnya peneliti

berkonsultasi dengan dosen pembimbing 1

mengenai hasil jahitan baju kerja model 2

ini, dosen pembimbing memberi tanggapan

bahwa kantong yang dijahit masih belum

sesuai dengan model yang didesain maka,

peneliti memperbaiki bagian kantong

khususnya kantong tempat gunting yang

peletakkannya kurang turun 2cm.

Selanjutnya peneliti menjahit simbol pada

bagian dada kiri baju kerja. dan menjahit

kancing pada bagian tengah muka baju.

Langkah terakhir finishing, peneliti

memeriksa keseluruhan bagian baju dan

menyetrika baju tersebut. Setelah baju kerja

selesai dijahit peneliti melakukan konsultasi

lagi dengan dosen pembimbing mengenai

hasil eksperimen model baju kerja

Laboratorium Tata Busana untuk mahasiswa

PKK FKIP Unsyiah.

2. Model Baju Kerja Laboratorium Tata

Busana Menurut Stakeholder

Proses wawancara dilakukan dengan

5 orang responden yaitu A, B, C, D,dan E.

Ke lima responden tersebut merupakan

mahasiswa Tata Busana Prodi PKK FKIP

Unsyiah yang sedang memprogramkan mata

kuliah Pengelolaan Usaha.

Berdasarkan tanya-jawab langsung

dengan responden, pendapatnya mengenai

baju kerja laboratorium tata busana model 1

ialah baju kerja tersebut sudah memiliki

desain yang sederhana, simpel, dan praktis

karena memiliki kantong yang dapat

digunakan untuk menyimpan peralatan yang

dibutuhkan ketika menjahit terlebih baju

kerja laboratorium ini sudah dilengkapi

dengan tempat pita ukuran dan tempat untuk

menyimpan gunting. Bahan baju kerja

laboratorium tersebut sudah memenuhi

syarat mudah dalam perawatan karena

memiliki bahan yang cukup kuat sehingga

dapat dicuci dan dirawat seperti biasa, baju

kerja laboratorium tersebut juga sudah

memenuhi syarat bahan yang kuat karena

bahan yang digunakan cukup tebal dan tahan

panas, baju kerja model satu dapat

melindungi tubuh pemakai karena dapat

menutupi pakaian utama pengguna secara

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

50

menyeluruh. Tekstur bahan baju kerja

tersebut akan nyaman dipakai karena

memiliki tekstur agak tebal namun tidak

memberikan suhu panas pada penggunanya.

Penggunaan baju kerja laboratorium ini akan

sangat membantu pengguna karena memiliki

banyak kantong dan dapat melindungi

pemakainya dari benang dan lain-lainnya,

dan baju kerja tidak akan mengganggu

aktifitas pemakai, hakikatnya fungsi baju

kerja ini ialah untuk melindungi pemakai.

Warna baju kerja model 1 memiliki warna

yang bagus, sedehana dan tidak mencolok

Pendapat responden mengenai baju

kerja laboratorium tata busana model 2. Baju

kerja laboratorium tata busana model 2 sudah

memenuhi syarat sederhana karena tidak

memiliki lengan dan model yang simpel, baju

kerja laboratorium model 2 juga praktis

karena cara memakainya yang simpel dengan

cara dimasukkan leher baju ke bagian kepala,

perawatan baju kerja tersebut juga termasuk

mudah karena memiliki kain yang tebal

sehingga dapat dilakukan perawatan seperti

biasa, bahan baju kerja model 2 ini lebih tebal

dibandingkan bahan baju kerja model 1

sehingga terkesan lebih kuat, baju kerja

laboratorium model 2 sudah memenuhi

syarat dapat melindungi pemakai dari

kotoran sehingga baju utama pengguna tidak

mudah kotor, namun testur bahan baju kerja

laboratorium model 2 ini mungkin akan tidak

nyaman dipakai karena memiliki tekstur yang

tebal sehingga dapat membuat pemakai

merasa panas, baju kerja tersebut sangat

membantu pemakai karena memiliki kantong

dan dapat memberikan pengaruh tenang

karena baju ini dapat melindungi pemakai,

baju kerja ini tidak akan mengganggu

aktifitas pemakai karena memiliki model

yang simpel sehinga tidak akan mengganggu

pemakai. Warna baju kerja laboratorium

tersebut bagus terkesan adem dan kalem,

tidak mencolok dan sederhana.

SIMPULAN

Berdasarkan data dari hasil penelitian

dan pembahasan yang dilakukan penulis akan

mengemukakan beberapa kesimpulan dan

saran dari hasil penelitian sebagai berikut

1. Baju kerja laboratorium tata busana

merupakan baju yang dipakai saat akan

memasuki ruang laboratorium tata busana,

penggunaan baju kerja laboratorium

sangat penting bagi pemakainya karena

baju ini dapat melindungi pemakai dari

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 4 NOMOR : 1 FEBRUARI 2019 hal : 28-51

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/455

51

bahaya dan kecelakaan-kecelakaan yang

mungkin terjadi. Baju kerja laboratorium

merupakan salah satu alat pelindung diri

yang diwajibkan oleh pemerintah. Baju

kerja selain melindungi tubuh pemakainya

juga dapat membantu pekerjaan pemakai

saat bekerja, hal ini didukung dengan

adanya ornamen pada baju kerja tersebut.

2. Baju kerja laboratorium yang

dieksperimenkan dalam penelitian ini

terdapat dua model, yang pertama

menggunakan kain linen berwarna oren

dengan kombinasi kain katun polkadot

warna oren. Untuk model yang pertama

desain dipilih menggunakan kerah jas agar

terlihat sedikit formal namun tidak

menggunakan lengan agar lebih simpel.

Model yang kedua menggunakan kain

gabardin berwarna abu-abu dengan leher

bentuk V dan potongan dibagian sisi

kanan dan kiri dari bagian bahu hingga

bawah.

DAFTAR PUSTAKA

Undang Undang Republik Indonesia No.1

Tahun 1970.

Ernawati, dkk. (Ed.) 2008. Tata

Busana untuk SMK Jilid 1. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Fitriana. 2016. Panduan Akademik

PKK FKIP Unsyiah 2016/2017. Banda

Aceh: Jurusan PKK FKIP Unsyiah.

Prihati, Sri. dkk 2013. Dasar

Teknologi Menjahit: Kementerian

Pendidikan Dan Kebudayaan.