9
Berita Dirgantara Vol. 20 No. 2 Desember 2019: 72-81 72 MODEL DAERAH PENANGKAPAN IKAN DI SELAT MADURA MENGGUNAKAN CITRA SATELIT RESOLUSI RENDAH (FISHING GROUND AREA MODEL IN MADURA STRAIT USING LOW RESOLUTION SATELLITE IMAGERY) Anang Dwi Purwanto Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Jl. Kalisari No.8, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia e-mail: [email protected] RINGKASAN Kebiasaan nelayan dalam menangkap ikan masih menggunakan cara-cara tradisional. Informasi daerah penangkapan ikan masih berdasarkan pengalaman dengan melihat kondisi alam. Hal ini dirasa kurang efektif dan perlu didukung serta dilengkapi dengan adanya informasi daerah penangkapan ikan melalui pemanfaatan citra satelit. Tujuan penelitian membuat model informasi daerah penangkapan ikan di perairan Selat Madura. Data citra satelit yang digunakan adalah citra NOAA-19 level 1B hasil akuisisi dari tanggal 1 – 31 Agustus 2017. Penentuan daerah penangkapan ikan berdasarkan kejadian termal front dari suhu permukaan laut. Hasil penelitian menunjukkan data satelit penginderaan jauh sangat efektif dan efisien dalam melakukan pemetaan daerah penangkapan ikan di Selat Madura. Model informasi daerah penangkapan ikan tersebar merata di seluruh perairan Selat Madura dan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) zona untuk lebih memudahkan nelayan dalam menentukan lokasi daerah penangkapan ikan. 1 PENDAHULUAN Selat Madura merupakan perairan yang memisahkan antara Pulau Jawa dan Pulau Madura. Bagian sisi timur Selat Madura terhubung dengan Laut Bali, Selat Bali, dan Laut Jawa sehingga karakteristik fisik dan biologi perairannya sangat dipengaruhi oleh perairan laut tersebut. Selat Madura termasuk dalam kategori perairan dangkal dan semi tertutup sehingga perbedaan suhu baik secara horizontal pada kawasan yang agak luas maupun vertikal sampai kedalaman tertentu bahkan dasar perairan tidak terlalu besar. Hal ini dibuktikan dengan pengukuran langsung yang menunjukkan bahwa kisaran suhu di Selat Madura mendatar 26,5 – 30 0 C (Bintoro, 2005). Keberadaan wilayah laut Indonesia yang sangat luas dan jangkauan wilayah pesisir Indonesia tentu memiliki tantangan tersendiri sehingga dibutuhkan waktu yang tidak singkat dan tenaga yang tidak sedikit untuk mengetahui potensi yang ada di dalamnya. Namun dengan berkembangnya teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) telah memberikan pencerahan untuk kemudahan perencanaan dan pengembangan wilayah perairan di Indonesia. Informasi mengenai objek yang terdapat pada suatu lokasi di permukaan bumi diambil dengan menggunakan sensor satelit, kemudian sesuai dengan tujuan kegiatan yang akan dilakukan, informasi mengenai obyek tersebut diolah, dianalisa, diinterpretasikan dan disajikan dalam bentuk informasi spasial dan peta tematik tata ruang dengan menggunakan SIG (Syah dalam Shalihati, 2014). Menurut Suwargana (2013), citra satelit penginderaan jauh berdasarkan resolusi spasialnya dikelompokkan 3 (tiga) jenis yaitu citra satelit resolusi

MODEL DAERAH PENANGKAPAN IKAN DI SELAT MADURA …

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Berita Dirgantara Vol. 20 No. 2 Desember 2019: 72-81

72

MODEL DAERAH PENANGKAPAN IKAN DI SELAT MADURA

MENGGUNAKAN CITRA SATELIT RESOLUSI RENDAH

(FISHING GROUND AREA MODEL IN MADURA STRAIT

USING LOW RESOLUTION SATELLITE IMAGERY)

Anang Dwi Purwanto

Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Jl. Kalisari No.8, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Indonesia

e-mail: [email protected]

RINGKASAN

Kebiasaan nelayan dalam menangkap ikan masih menggunakan cara-cara tradisional.

Informasi daerah penangkapan ikan masih berdasarkan pengalaman dengan melihat kondisi alam. Hal

ini dirasa kurang efektif dan perlu didukung serta dilengkapi dengan adanya informasi daerah

penangkapan ikan melalui pemanfaatan citra satelit. Tujuan penelitian membuat model informasi

daerah penangkapan ikan di perairan Selat Madura. Data citra satelit yang digunakan adalah citra

NOAA-19 level 1B hasil akuisisi dari tanggal 1 – 31 Agustus 2017. Penentuan daerah penangkapan ikan

berdasarkan kejadian termal front dari suhu permukaan laut. Hasil penelitian menunjukkan data satelit

penginderaan jauh sangat efektif dan efisien dalam melakukan pemetaan daerah penangkapan ikan di

Selat Madura. Model informasi daerah penangkapan ikan tersebar merata di seluruh perairan Selat

Madura dan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) zona untuk lebih memudahkan nelayan dalam

menentukan lokasi daerah penangkapan ikan.

1 PENDAHULUAN

Selat Madura merupakan perairan

yang memisahkan antara Pulau Jawa

dan Pulau Madura. Bagian sisi timur

Selat Madura terhubung dengan Laut

Bali, Selat Bali, dan Laut Jawa sehingga

karakteristik fisik dan biologi

perairannya sangat dipengaruhi oleh

perairan laut tersebut. Selat Madura

termasuk dalam kategori perairan

dangkal dan semi tertutup sehingga

perbedaan suhu baik secara horizontal

pada kawasan yang agak luas maupun

vertikal sampai kedalaman tertentu

bahkan dasar perairan tidak terlalu

besar. Hal ini dibuktikan dengan

pengukuran langsung yang menunjukkan

bahwa kisaran suhu di Selat Madura

mendatar 26,5 – 30 0C (Bintoro, 2005).

Keberadaan wilayah laut Indonesia

yang sangat luas dan jangkauan wilayah

pesisir Indonesia tentu memiliki tantangan

tersendiri sehingga dibutuhkan waktu

yang tidak singkat dan tenaga yang tidak

sedikit untuk mengetahui potensi yang

ada di dalamnya. Namun dengan

berkembangnya teknologi penginderaan

jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG)

telah memberikan pencerahan untuk

kemudahan perencanaan dan

pengembangan wilayah perairan di

Indonesia. Informasi mengenai objek

yang terdapat pada suatu lokasi di

permukaan bumi diambil dengan

menggunakan sensor satelit, kemudian

sesuai dengan tujuan kegiatan yang

akan dilakukan, informasi mengenai

obyek tersebut diolah, dianalisa,

diinterpretasikan dan disajikan dalam

bentuk informasi spasial dan peta

tematik tata ruang dengan menggunakan

SIG (Syah dalam Shalihati, 2014).

Menurut Suwargana (2013), citra

satelit penginderaan jauh berdasarkan

resolusi spasialnya dikelompokkan 3

(tiga) jenis yaitu citra satelit resolusi

Model Daerah Penangkapan Ikan di Selat Madura .… (Anang Dwi Purwanto)

73

rendah (30 - > 1000 m), resolusi menengah

(4-30 m) dan resolusi tinggi (0.6 - 4 m).

Salah satu jenis citra satelit resolusi

rendah adalah NOAA yang sering

digunakan untuk monitoring suatu

fenomena yang membutuhkan cakupan

area yang luas, misalnya monitoring

kondisi cuaca dan perairan laut. NOAA

memiliki resolusi spasial 1.100 meter

tiap pixel dengan cakupan wilayah

perekaman mencapai 2.800 km. Satelit

NOAA membawa lima jenis sensor, salah

satu di antaranya ialah sensor Advanced

Very High Resolution Radiometer

(AVHRR). Satelit NOAA menghasilkan

data citra yang dapat digunakan untuk

mempelajari parameter meteorologi, yang

meliputi pembuatan peta awan,

penentuan korelasi antara curah hujan

dengan jenis awan dan liputan awan,

penentuan variasi tahunan liputan

awan, serta pembuatan peta suhu dan

peramalan cuaca lainnya (Massinai,

2005). Satelit yang mempunyai sensor

infra merah termal antara lain Landsat,

NOAA, Aqua/Terra, Fengyun, dan ERS.

Suhu permukaan laut dari data

penginderaan jauh mempunyai berbagai

potensi aplikasi seperti untuk klimatologi,

perubahan suhu permukaan laut global,

respon atmosfer terhadap anomali suhu

permukaan laut, prediksi cuaca,

pertukaran gas antara udara dengan

permukaan laut, pergerakan massa air,

studi polusi, perikanan, dan dinamika

oseanografi seperti fenomena eddy, gyre,

front dan upwelling (Hartuti, 2008).

Para nelayan biasanya menentukan

lokasi penangkapan ikan dengan melihat

buih-buih atau riak di permukaan laut

dan dengan melihat burung-burung yang

beterbangan di permukaan laut. Insanu

et al.,(2013) menyatakan bahwa suhu

permukaan laut merupakan parameter

lingkungan yang paling sering

dibutuhkan di laut karena berguna

dalam mempelajari proses-proses fisik,

kimia, dan biologi yang terjadi di laut.

Identifikasi daerah potensi penangkapan

ikan menggunakan teknologi

penginderaan jauh merupakan cara

identifikasi secara tidak langsung. Dari

data penginderaan jauh dilakukan

identifikasi parameter-parameter

oseanografi yang berkaitan erat dengan

habitat ikan atau daerah yang diduga

potensial sebagai tempat berkumpulnya

ikan seperti daerah terjadinya termal

front. Tujuan penelitian ini adalah untuk

membuat peta daerah penangkapan ikan

di Selat Madura berdasarkan data satelit

penginderaan jauh. Termal front

menggambarkan daerah pertemuan dua

massa air yang mempunyai karakteristik

suhu yang berbeda (Hanintyo et al.,

2015).

2 METODOLOGI

2.1 Data dan Lokasi

Data satelit yang digunakan

adalah citra NOAA-19 periode harian

hasil akuisisi tanggal 1 - 31 Agustus

2017 yang diperoleh dari Pusat Teknologi

dan Data LAPAN. Data citra tersebut

adalah Level 1B yang akan digunakan

untuk ekstraksi suhu permukaan laut.

Pada Gambar 2-1 ditampilkan lokasi

penelitian di perairan Selat Madura.

2.2 Metode

Setelah data citra NOAA-AVHRR

diperoleh maka selanjutnya dilakukan

perhitungan suhu permukaan laut

menggunakan kanal 4 dengan dan kanal

5 mengikuti persamaan algoritma yang

dikembangkan oleh McMillin dan Crosby

(1984) sebagai berikut:

SPL= (Tb4+2,702 (Tb4–Tb5 )–0,582) –

273ºC (2-1)

SPL adalah Suhu Permukaan Laut dalam

satuan derajat Celcius (°C), Tb4 adalah

Suhu Kecerahan Kanal 4 dan Tb5 adalah

Suhu Kecerahan pada Kanal 5.

Berita Dirgantara Vol. 20 No. 2 Desember 2019: 72-81

74

Gambar 2-1: Lokasi Penelitian

TABEL 2-1: KARAKTERISTIK SPEKTRAL

SENSOR AVHRR

Kanal Resolusi

Spasial

Panjang

Gelombang (µm)

1 1,09 km 0,58-0,68

2 1,09 km 0,725-1,00

3A 1,09 km 1,58-1,64

3B 1,09 km 3,55-3,93

4 1,09 km 10,30-11,30

5 1,09 km 11,50-12,50

Perkiraan daerah penangkapan

ikan dilakukan dengan melihat pergeseran

gradient thermal front yang terdeteksi dari

citra suhu permukaan laut (Nammalwar et

al. 2013). Deteksi termal front dilakukan

dengan menggunakan metode Single Image

Edge Detection (SIED) yang mengacu pada

Cayula dan Cornillon (1992) menggunakan

nilai ambang batas perbedaan suhu

permukaan laut sebesar 0.5 ºC (Marpaung

et al., 2017). Front yaitu pertemuan antara

dua massa air yang mempunyai

karakteristik yang berbeda, baik

temperatur maupun salinitas. Sedangkan

upwelling adalah penaikan massa air

laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan

permukaan. Gerakan naik ini membawa

serta air yang suhunya lebih dingin,

salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang

kaya ke permukaan.

Selanjutnya dari data informasi

daerah penangkapan ikan periode

harian diakumulasikan untuk

menghasilkan informasi daerah

penangkapan ikan periode bulanan

dengan mengelompokkan lokasi-lokasi

yang berdekatan ke dalam zona.

Diagram alir dari penelitian ini

ditampilkan pada Gambar 2-2.

Gambar 2-2 Diagram Alir Penelitian

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Perairan Selat Madura memiliki

sebaran zona potensi penangkapan ikan

yang cukup signifikan pada bulan

Agustus 2017. Dalam penentuan daerah

yang berpotensi untuk penangkapan

ikan selain menggunakan parameter

Model Daerah Penangkapan Ikan di Selat Madura .… (Anang Dwi Purwanto)

75

suhu permukaan laut dapat digunakan

parameter-parameter oseanografi lainnya

di antaranya klorofil-a, arus laut,

kedalaman perairan, dan lain-lain.

Namun dalam penelitian ini hanya

digunakan parameter tunggal yaitu

suhu permukaan laut (SPL).

Berdasarkan hasil pengolahan data

suhu permukaan laut diperoleh rentang

SPL antara 26.50 – 30.00 °C yang

kemudian dilakukan analisis termal

front dan penentuan titik lokasi daerah

penangkapan ikan untuk periode harian.

Gambar 3-1 merupakan hasil

penentuan daerah penangkapan ikan

periode harian di perairan Selat Madura.

Dari keseluruhan data selama 31 hari

hanya dihasilkan informasi lokasi

daerah penangkapan sebanyak 20 buah

informasi harian. Hal ini karena data

penginderaan jauh optis memiliki

keterbatasan dalam menyediakan data

citra yang bebas awan.

Dari sekitar 20 (dua puluh)

informasi harian yang dihasilkan tersebut

maka dalam setiap hari mampu

menghasilkan 2-3 lokasi daerah

penangkapan ikan. Untuk jumlah lokasi

daerah penangkapan ikan terbanyak di

perairan Selat Madura ditemukan pada

tanggal 2 dan 4 Agustus 2017. Jika melihat

posisi sebaran daerah penangkapan ikan

yang tidak begitu jauh dari pesisir maka

informasi ini sangat mendukung untuk

aktivitas penangkapan ikan terutama

untuk nelayan dengan kapal kecil.

Persebaran daerah penangkapan

ikan di Selat Madura hampir merata dari

bagian barat sampai bagian timur dari

perairan. Untuk melihat lokasi-lokasi

penangkapan ikan mana saja yang

berpotensi tinggi maka dilakukan

pengelompokan lokasi-lokasi penangkapan

ikan yang saling berdekatan ke dalam

zona tertentu. Gambar 3-2 merupakan

model informasi daerah penangkapan

ikan selama bulan Agustus 2017 di Selat

Madura dan sekitarnya yang telah

dikelompokkan ke dalam zona-zona

tertentu. Dalam penelitian ini lokasi

penangkapan ikan dikelompokkan lagi

menjadi 3 (tiga) zona yaitu Zona 1, Zona

2 dan Zona 3. Pengelompokan ke dalam

suatu zona dilakukan berdasarkan jarak

terdekat antara titik lokasi satu dengan

yang lainnya.

Zona 1 terletak di bagian barat

dari Selat Madura dan berdekatan dengan

wilayah Bangkalan, Kota Surabaya dan

Sidoarjo. Zona 2 teridentifikasi pada

bagian tengah dari Selat Madura dan

berdekatan dengan Kota Probolinggo,

sedangkan Zona 3 teridentifikasi pada

bagian timur dari Selat Madura yang

berbatasan langsung dengan Laut Bali.

Semakin tinggi kerapatan titik ikan

dalam suatu zona maka potensi daerah

penangkapan ikan juga akan semakin

tinggi. Zona 2 memiliki potensi daerah

penangkapan ikan yang lebih tinggi

dibandingkan pada Zona 1 karena

posisinya yang berada di bagian tengah

perairan Selat Madura. Meskipun Zona 1

memiliki tingkat kerapatan titik lokasi

penangkapan ikan yang hampir sama

dengan Zona 2 akan tetapi nilai suhu

permukaan laut pada Zona 1 yang

berdekatan dengan daratan sangat

dipengaruhi oleh beragam material dari

daratan yang yang masuk ke perairan

pesisir dan laut sehingga akan

menyebabkan banyak anomali suhu

permukaan laut. Zona 3 memiliki

potensi daerah penangkapan ikan yang

relatif lebih rendah dibandingkan Zona 1

dan Zona 2. Lokasi Zona 3 ini berada

pada area perbatasan perairan Selat

Madura dengan Laut Jawa.

Dengan adanya pengelompokan

ke dalam zona ini diharapkan dapat

lebih membantu dan memudahkan para

nelayan terutama dalam hal penentuan

daerah penangkapan ikan untuk periode

waktu yang lebih lama dan juga berada

pada musim yang sama. Kondisi

perairan Selat Madura yang bisa

dikatakan tidak terlalu luas dan semi

tertutup memudahkan nelayan dalam

Berita Dirgantara Vol. 20 No. 2 Desember 2019: 72-81

76

menentukan pola daerah potensial

penangkapan ikan berdasarkan musim

didukung dengan pengalaman dalam

melihat kondisi alam dan dukungan

perkembangan teknologi terutama dalam

identifikasi daerah penangkapan ikan.

ZPPI 01-08-2017 ZPPI 02-08-2017 ZPPI 04-08-2017

ZPPI 05-08-2017 ZPPI 07-08-2017 ZPPI 08-08-2017

ZPPI 10-08-2017 ZPPI 11-08-2017 ZPPI 12-08-2017

ZPPI 13-08-2017 ZPPI 14-08-2017 ZPPI 16-08-2017

Model Daerah Penangkapan Ikan di Selat Madura .… (Anang Dwi Purwanto)

77

ZPPI 20-08-2017 ZPPI 21-08-2017 ZPPI 22-08-2017

ZPPI 23-08-2017 ZPPI 24-08-2017 ZPPI 28-08-2017

ZPPI 29-08-2017 ZPPI 31-08-2017 Gambar 3-1:Informasi lokasi daerah penangkapan ikan periode harian di perairan Selat Madura

Perairan Selat Madura di Jawa

Timur termasuk ke dalam 11 kabupaten/

kota di antaranya Kota Surabaya,

Kabupaten Bangkalan, Kabupaten

Sampang, Kabupaten Pamekasan,

Kabupaten Sumenep, Kabupaten

Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, Kota

Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota

Probolinggo, dan Kabupaten Situbondo.

Hasil produksi perikanan tangkap di

Berita Dirgantara Vol. 20 No. 2 Desember 2019: 72-81

78

Gambar 3-2: Model informasi daerah penangkapan ikan bulan Agustus 2017

Gambar 3-3: Produksi perikanan tangkap perairan selat Madura (ton/tahun) (Sumber: BPS

Provinsi Jawa Timur)

Model Daerah Penangkapan Ikan di Selat Madura .… (Anang Dwi Purwanto)

79

Perairan Selat Madura dari tahun

2010-2016 ditampilkan pada Gambar 3-

3. Berdasarkan data produksi perikanan

pada Gambar 3-3 tersebut terlihat

produksi perikanan tangkap di Perairan

Selat Madura terbesar didominasi pada

wilayah Kabupaten Sumenep, Kabupaten

Bangkalan dan Kabupaten Pamekasan di

mana ketiga wilayah tersebut berada di

Pulau Madura. Perairan Selat Madura

merupakan salah satu daerah

penangkapan ikan yang sangat potensial.

Hal itu didukung dengan kondisi

oseanografi yang sesuai, ombak yang

relatif tenang dan memiliki pola aliran air

dari timur ke barat dan sebaliknya

(Purwangka et al., 2018). Penelitian lain

menjelaskan karakteristik gelombang di

Perairan Selat Madura menunjukkan

kecenderungan semakin besar pada

setiap minggunya dengan pola harian

cenderung stabil sepanjang hari, dengan

kisaran perubahan tinggi gelombang

yang sangat kecil (Siswanto et al., 2014).

Hasyim (2014) juga menjelaskan

bahwa Selat Madura dikelilingi oleh

beberapa selat atau laut sehingga

karakteristik fisik dan biologi

perairannya sangat dipengaruhi oleh

perairan laut tersebut. Selat Madura

termasuk dalam kategori perairan

dangkal dan semi tertutup sehingga

perbedaan suhu baik secara horizontal

pada kawasan yang agak luas maupun

vertikal sampai kedalaman tertentu

bahkan dasar perairan tidak terlalu

besar.

4 PENUTUP

Informasi daerah penangkapan

ikan tersebar merata di seluruh perairan

Selat Madura. Dari data selama 1 (satu)

bulan Agustus 2017 mampu dihasilkan

sekitar 20 (dua puluh) buah informasi

lokasi daerah penangkapan ikan periode

harian yang posisinya banyak dijumpai

di daerah pesisir. Model informasi daerah

penangkapan ikan untuk periode

bulanan dikelompokkan menjadi 3 (tiga)

zona yang posisinya berada di bagian

barat, tengah dan timur perairan Selat

Madura.

Terlepas dari beberapa

keterbatasan yang ada maka data satelit

penginderaan jauh sangat efektif dan

efisien dalam melakukan pemetaan

daerah penangkapan ikan di Selat

Madura.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih

kepada Pusat Pemanfaatan Penginderaan

Jauh LAPAN yang telah memfasilitasi

kegiatan penelitian ini dan Pusat

Teknologi dan Data Penginderaan Jauh

LAPAN yang telah menyediakan akses

data citra NOAA-19. Ucapan terima kasih

juga kepada Teguh Prayogo dan Sartono

Marpaung yang telah meluangkan waktu

untuk diskusi terkait Zona Potensi

Penangkapan Ikan (ZPPI) di LAPAN.

DAFTAR RUJUKAN

Bintoro G., 2005. Pemanfaatan Berkelanjutan

Sumberdaya Ikan Tembang (Sardinella

Funbriata Valenciennes, 1847) di Selat

Madura Jawa Timur [Disertasi]. Bogor.

Institut Pertanian Bogor.

Cayula, J.F., dan Cornillon, P., 1992. Edge

Detection Algorithm for SST Images.

Journal of Atmospheric and Oceanic

Technology, 9(1), 67–80.

Hanintyo, R., Hadianti, S., Mahardhika, R.M.P.,

Aldino, Islamy, F., 2015. Sebaran

Musiman Kejadian Thermal front

Berdasarkan Citra Aqua-MODIS di WPP-

RI 714, 715, WPP-RI 716. Seminar

Nasional Penginderaan Jauh Nasional

2015.

Hartuti, M., 2008. Penentuan Suhu Permukaan

Laut dari Data NOAA- AVHRR. Pelatihan

Penentuan Zona Potensi Penangkapan

Ikan. Jakarta.

Hasyim B., 2014. Identifikasi Zona Potensi

Penangkapan Ikan Di Selat Madura

Waktu Terjadi El Nino Berdasarkan Data

Penginderaan Jauh Pusat Pemanfaatan

Penginderaan Jauh, LAPAN.

Berita Dirgantara Vol. 20 No. 2 Desember 2019: 72-81

80

https://jatim.bps.go.id/statictable/2018/11/1

4/1417/produksi-perikanan-tangkap-

perikanan-laut-menurut-kabupaten-

kota-di-jawa-timur-ton-2010-2017.

html (diakses tanggal 11 Oktober 2019,

10:26 WIB).

Insanu R.K., Handayani, dan Sukojo, B.M.,

2013. Analisi Pemetaan Zona

Penangkapan Ikan (Fishing Ground)

Dengan Menggunakan Citra Satelit Terra

Modis dan Parameter Oseanografi.

Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil

dan Perencanaan. Institut Teknologi

Sepuluh Nopember Surabaya.

Marpaung, S., Hamzah, R., Prayogo, T., Parwati,

E., Adawiah, S.W, & Arief, M., 2017.

Analisis Informasi Zona Potensi

Penangkapan Ikan (ZPPI) Harian di

Perairan Laut Indonesia dan Sekitarnya.

Seminar Nasional Penginderaan Jauh

Nasional 2017.

Massinai, M.A., 2005. Analisis Liputan Awan

Berdasarkan Citra Satelit Penginderaan

Jauh. Pertemuan Ilmiah Masyarakat

Penginderaan Jauh XIV. ITS.

McMillin, L.M. dan Crosby, D.S., 1984. Theory

and Validation of the Multiple Window

Sea Surface Temperature. Journal of

Geophysical Research, 89, 3655–3661.

Nammalwar, P., Satheesh, S., & Ramesh, R.,

2013. Application of Remote Sensing in

the Validations of Potential Fishing Zones

(PFZ) along the Coast of North Tamil

Nadu, India. Indian Journal of Geo-

marine Sciences, XVII(3): 283 – 292.

Purwangka, F., Mubarok, H.A., Furqan, 2018.

Komposisi Ikan Hasil Tangkapan

Menggunakan Cantrang Di Selat

Madura. Jurnal Albacore. Volume 2, No

2, Juni 2018. Hal 239-252.

Shalihati, S.F., 2014. Pemanfaatan

Penginderaan Jauh Dan Sistem

Informasi Geografi dalam Pembangunan

Sektor Kelautan Serta Pengembangan

Sistem Pertahanan Negara Maritim. J.

Geoedukasi. 3(2): 116.

Siswanto, A.D., dan Nugraha, W.A., 2014. Studi

Parameter Oseanografi Di Perairan Selat

Madura Kabupaten Bangkalan. Jurnal

Kelautan. Volume 7, No. 1, April 2014.

Suwargana, N., 2013. Resolusi Spasial,

Temporal dan Spektral Pada Citra Satelit

Landsat, Spot dan Ikonos. Jurnal Ilmiah

Widya. 1(2) : 167-174.