15
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, Indonesia diperkirakan akan terus berkembang baik dari segi kemampuan menghasilkan produksi barang dan jasa maupun dari kemampuannya menciptakan lapangan kerja baru. Namun, bersamaan dengan itu masalah perluasan lapangan kerja tetap merupakan masalah yang cukup mendesak dalam pembangunan sosial ekonomi Indonesia. Hal ini disebabkan walaupun pertumbuhan penduduk sudah mengalami penurunan tetapi pertumbuhan angkatan kerja masih relatif tinggi. Jumlah angkatan kerja baru yang memerlukan pekerjaan meningkat dengan cukup besar. Umumnya penyedia lapangan kerja membutuhkan tenaga kerja yang siap pakai, dan sesuai dengan pendidikan dan keterampilan. Selain itu aspirasi bagi lapangan kerja yang lebih bermutu meningkat berhubung semakin besarnya proporsi angkatan kerja terdidik dalam komposisi angkatan kerja. Hal ini adalah disebabkan semakin meratanya fasilitas pendidikan. Salah satu pernyataan dari Gubernur Aceh, Dr. Zaini Abdullah pada pelaksanaan wisuda ke-3 di Universitas Teuku Umar pada hari Kamis (22/11) adalah meminta kepada para sarjana lulusan perguruan tinggi di Aceh untuk tidak berorientasi lagi menjadi pegawai negeri, tetapi menciptakan lapangan kerja sehingga bisa menampung tenaga kerja baik diri sendiri dan orang lain (aceh.tibunnews.com, 2012). Sementara itu, tatkala mahasiswa sudah mendekati penyelesaian studi, mucul dalam benak mereka: “Mau bekerja dimanakah saya ketika lulus Sarjana? Apa yang sudah saya persiapkan untuk bersaing di dunia kerja? Kualifikasi seperti apa yang dibutuhkan oleh pasar kerja ketika saya lulus? Atau sudah sejauh mana usaha saya untuk mengejar apa yang saya cita-citakan ketika kuliah?”. Pertanyaan-pertanyaan tersebut bukan sekali duakali kita temui dalam kehidupan kampus, melainkan sering kita menemui pernyataan- pernyataan seperti ini. Khususnya mahasiswa Tingkat Akhir yang tidak lama lagi akan menjadi sarjana. Dan bahkan Pertanyaan diatas bagaikan hantu yang menakutkan bagi mahasiswa tingkat akhir, karena pada umumnya jawaban dan anggapan orang-orang adalah minimnya lapangan pekerjaan jika dibandingkan dengan banyaknya lulusan sarjana tiap tahunnya. Atas dasar inilah, sehingga penulis tertarik mengangkat masalah ini dalam tugas pemodelan matematika.

Model Matematika

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah model matematika

Citation preview

Page 1: Model Matematika

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi saat ini, Indonesia diperkirakan akan terus berkembang baik dari

segi kemampuan menghasilkan produksi barang dan jasa maupun dari kemampuannya

menciptakan lapangan kerja baru. Namun, bersamaan dengan itu masalah perluasan lapangan

kerja tetap merupakan masalah yang cukup mendesak dalam pembangunan sosial ekonomi

Indonesia. Hal ini disebabkan walaupun pertumbuhan penduduk sudah mengalami penurunan

tetapi pertumbuhan angkatan kerja masih relatif tinggi. Jumlah angkatan kerja baru yang

memerlukan pekerjaan meningkat dengan cukup besar. Umumnya penyedia lapangan kerja

membutuhkan tenaga kerja yang siap pakai, dan sesuai dengan pendidikan dan keterampilan.

Selain itu aspirasi bagi lapangan kerja yang lebih bermutu meningkat berhubung semakin

besarnya proporsi angkatan kerja terdidik dalam komposisi angkatan kerja. Hal ini adalah

disebabkan semakin meratanya fasilitas pendidikan.

Salah satu pernyataan dari Gubernur Aceh, Dr. Zaini Abdullah pada pelaksanaan wisuda

ke-3 di Universitas Teuku Umar pada hari Kamis (22/11) adalah meminta kepada para sarjana

lulusan perguruan tinggi di Aceh untuk tidak berorientasi lagi menjadi pegawai negeri, tetapi

menciptakan lapangan kerja sehingga bisa menampung tenaga kerja baik diri sendiri dan orang

lain (aceh.tibunnews.com, 2012). Sementara itu, tatkala mahasiswa sudah mendekati

penyelesaian studi, mucul dalam benak mereka: “Mau bekerja dimanakah saya ketika lulus

Sarjana? Apa yang sudah saya persiapkan untuk bersaing di dunia kerja? Kualifikasi seperti apa

yang dibutuhkan oleh pasar kerja ketika saya lulus? Atau sudah sejauh mana usaha saya untuk

mengejar apa yang saya cita-citakan ketika kuliah?”. Pertanyaan-pertanyaan tersebut bukan

sekali duakali kita temui dalam kehidupan kampus, melainkan sering kita menemui pernyataan-

pernyataan seperti ini. Khususnya mahasiswa Tingkat Akhir yang tidak lama lagi akan menjadi

sarjana. Dan bahkan Pertanyaan diatas bagaikan hantu yang menakutkan bagi mahasiswa tingkat

akhir, karena pada umumnya jawaban dan anggapan orang-orang adalah minimnya lapangan

pekerjaan jika dibandingkan dengan banyaknya lulusan sarjana tiap tahunnya. Atas dasar inilah,

sehingga penulis tertarik mengangkat masalah ini dalam tugas pemodelan matematika.

Page 2: Model Matematika

2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan yang akan

dibahas dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana membuat model matematika dari fenomena sarjana dengan lapangan kerja

2. Bagaimana menyelesaian model yang telah dibuat

3. Bagaimana interpretasi hasil analisis model dari fenomena

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk memodelkan secara matematika fenomena sarjana dengan lapangan kerja berikut

asumsi-asumsinya

2. Dapat menyelesaikan model yang telah dibuat, berupa analisis titik kestabilan ekuilibrium

disertai simulasi numerik

3. Untuk menjelaskan intrepetasi hasil analisis model dari fenomena

D. Batasan Masalah

Model yang disusun adalah model matematika dengan bentuk sistem persamaan

diferensial yang bergantung pada variabel-variabel yang menyatakan tiap-tiap populasi. Dalam

pemodelan ini dibatasi pada masalah sarjana yang belum bekerja dan lapangan kerja yang

disediakan untuk sarjana.

E. Metode Penulisan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemodelan penyerapan tenaga sarjana pada

lapangan kerja adalah :

1. Identifikasi Masalah, yaitu membaca dan memahami literature yang berkaitan dengan

masalah ini

2. Membuat Asumsi, yaitu dalam pemodelan matematika tidak semua faktor yang berpengaruh

dalam penyerapan tenaga sarjana dapat dimodelkan secara matematika, oleh karena itu perlu

disederhanakan dengan melakukan reduksi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

peristiwa ini

Page 3: Model Matematika

3

3. Menyelesaikan dan Menginterpretasikan Model, setelah model terbentuk, perlu diselesaikan

secara matematika yaitu melakukan analisis parameter dengan mencari titik kritis, nilai eigen

4. Verifikasi Model, setelah dilakukan analisis pada model, perlu melihat simulasi model, untuk

menguji hasil analisis dan melihat pengaruh dari parameter.

Page 4: Model Matematika

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembentukan Model Matematika

Dalam pembentukan model matematika penyerapan tingkat pendidikan sarjana, dibagi

menjadi 2 kompartemen, yaitu populasi tingkat pendidikan sarjana S(t) dan lapangan kerja L(t).

Jumlah populasi S akan bertambah dengan adanya wisuda sarjana sebesar K1, dengan

K1 adalah konstan. S akan berkurang karena terserap pada lapangan kerja dengan laju .

Kelas L menyatakan lapangan kerja akan bertambah sebesar K2 yang konstan.

Berkurangnya populasi ini disebabkan karena adanya tenaga sarjana yang sudah bekerja dengan

laju dan bertambah dengan adanya sarjana yang menciptakan lapangan kerja sendiri dengan

laju .

Dari asumsi di atas dapa dibuat diagram alir mengenai model matematika penyerapan

tingkat pendidikan sarjana pada lapangan kerja seperti terlihat pada gambar berikut

:

N

Dari asumsi di atas, maka model matematika dari penyerapan tingkat pendidikan

sarjana pada lapangan kerja adalah sebagai berikut:

(1)

(2)

dimana

S = populasi tingkat pendidikan sarjana

L = populasi lapangan kerja

= laju perubahan sarjana yang terserap pada lapangan kerja

S L

Page 5: Model Matematika

5

= laju perubahan lapangan kerja yang menggunakan tenaga sarjana

= laju perubahan sarjana yang menciptakan lapangan kerja sendiri

= jumlah sarjana (konstan)

= jumlah lapangan kerja (konstan)

B. Analisis Model Matematika

1. Titik Kritis

Untuk mencari titik kritis, system (1) dibuat dalam posisi konstan terhadap waktu yaitu

kondisi dimana

. Dengan demikian diperoleh satu titik kritis, yaitu

( ) (

).

Dalam kehidupan nyata, jumlah populasi sarjana S tidak mungkin negatif, oleh karena itu harus

diberi syarat agar bernilai positif. Nilai sudah pasti positif, sehingga yang perlu diberi syarat

adalah nilai - agar bernilai positif. Berarti nilai harus lebih besar dari nilai .

2. Nilai Eigen

Model yang telah dikonstruksi pada (1) dan (2) merupakan sistem yang terbentuk dari

dua persamaan differensial linear homogen dengan koefisien konstan. Sebelum menganalisis

kestabilan pada titik kesetimbangannya, terlebih dahulu yang perlu diketahui adalah solsusi

umum dari sistem (1) dan (2). Metode yang digunakan adalah metode subtitusi dengan

menurunkan kembali (1) dan (2) terhadap t, sehingga akan diperoleh suatu bentuk PD linear

Non-homogen orde 2.

( ) ( )

( )( )

( ) ( )

( ) ( ) ( )

Page 6: Model Matematika

6

Persamaan (3) merupakan bentuk PD Linear non-Homogen orde 2 dengan koefisien

konstan. Untuk memperoleh solusi umumnya maka terlebih dahulu ditentukan solusi

homogennya. Yaitu,

( ) ( )

Dengan memisalkan solusinya berbentuk ( ) , maka (4) akan menghasilkan persamaan

karakteristik

( ) ( )

Persamaan (5) ini selanjutnya digunakan untuk menentukan kestabilan sistem linear (1) dan (2).

Akar-akar dari persamaan karakteristik (5) adalah

√ ( ( ))

( )

Untuk menganalisis kestabilan sistem (1) dan (2) tinjau akar-akar karakteristik pada (6).

( ( ))

Jika maka titik kesetimbangan Q tidak stabil

Jika maka titik kesetimbangan Q stabil

Jika maka titik kesetimbangan Q tidak stabil

Jika maka titik kesetimbangan Q tidak stabil

Jadi, suatu sistem dikatakan stabil apabila semua nilai eigen (akar-akar karakteristik) dari sistem

tersebut bernilai negatif. q akan bernilai negatif, dengan syarat:

1) , atau

2) , atau

Apabila syarat (1) diambil, maka hal ini bertentangan dengan syarat untuk titik kritis. Ini

menyebabkan populasi L akan bernilai negatif, dalam halnya kehidupan nyata tidak mungkin

Page 7: Model Matematika

7

terjadi kondisi seperti ini, maka syarat (1) diabaikan. Sehingga diambil syarat (2), yang sesuai

dengan syarat untuk titik kritis dimana lebih kecil dari 0 dan lebih besar dari dengan kata

lain ( )

3. Simulasi Analisis Numerik

Untuk simulasi numerik dilakukan beberapa cara, yaitu:

1) Diambil syarat untuk , dimana

Page 8: Model Matematika

8

a.

Page 9: Model Matematika

9

Page 10: Model Matematika

10

Page 11: Model Matematika

11

b. Faf

c.

BAB IV

KESIMPULAN

Daftar Pustaka

1. http://aceh.tribunnews.com/2012/11/23/gubernur-minta-sarjana-ciptakan-lapangan-kerja.

Diakses tanggal 8 Januari 2013.

2. Artikel: “Banyaknya Sarjana Pengganguran Karena Minimnya Lapangan Pekerjaan?”

http://muda.kompasiana.com/2012/06/14/banyaknya-sarjana-pengganguran-karena-

minimnya-lapangan-pekerjaan/. Diakses tanggal 8 Januari 2013

Page 12: Model Matematika

12

3. Haberman, Richard. 1977. Mathematical Models (An Introduction To

Applied Mathematics), Prentice-Hall, Inc., New Jersey.

4. Kurniawan, Mahendra Ali, dkk. Analisis Kestabilan Penyakit Campak (Measles) dengan

Vaksinasi Menggunakan Model Endemi SIR. Diakses tanggal 3 Januari 2013

Gubernur Minta Sarjana Ciptakan Lapangan Kerja

Jumat, 23 November 2012 08:54 WIB

More Sharing ServicesShare | Share on facebook Share on myspace Share on google Share on

twitter Berita Terkait

JK: Sarjana jangan Jadi Lulusan Museum

Mau, Beasiswa Eiffel ke Negara Perancis

Studi Berkualitas dan Murah, ke Perancis Aja!

Beasiswa Chevening Kembali Dibuka!

Beasiswa Doktor di ITB dari BlackBerry

Beasiswa Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Beasiswa Fulbright Pascasarjana Bidang Pertanian

Unsyiah Lepas 301 Sarjana Pendidik ke Luar Aceh

Program Pascasarjana Murah Marak di Daerah

Dibuka, Beasiswa BlackBerry untuk S-2 dan S-3!

MEULABOH-Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah meminta kepada para sarjana lulusan

perguruan tinggi di Aceh untuk tidak berorientasi lagi menjadi pegawai negeri, tetapi

menciptakan lapangan kerja sehingga bisa menampung tenaga kerja baik diri sendiri dan orang

lain. Pasalnya, daya serap tenaga kerja di sektor pemerintahan ini semakin berkurang, apalagi

jumlah pegawai yang ada saat ini sudah banyak.

Penjelasan itu disampaikan Gubernur Aceh diwakili staf Ahli Bidang Ekonomi, Prof Jasman

Ma‟ruf pada pelaksanaan wisuda ke-3 sarjana Univeritas Teuku Umar (UTU) Meulaboh di

kampus setempat di Alue Penyareng, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Kamis (22/11).

Pelaksanaan wisuda sebanyak 298 sarjana UTU itu dipadukan dies natalis UTU ke-6 turut

dihadiri Bupati Aceh Barat, HT Alaidinsyah dan para pejabat dari kabupaten tetangga serta para

orangtua wisudaan.

Gubernur juga menyampaikan pola pikir seorang sarjana ingin menjadi PNS ketika sudah lulus

perlu dihilangkan dari masyarakat sebab bukan tidak diterima lagi tetapi peluang sudah cukup

kecil, yakni peluang terbuka ketika ada yang pensiun sehingga sarjana lulusan itu bisa sukses dan

mandiri adalah dengan membuka lapangan kerja.

Sementara itu, Bupati Aceh Barat, Alaidinsyah mengatakan, keberhasilan menjadi seorang

sarjana bukan berarti perjalanan menimba ilmu telah berakhir, ini baru merupakan langkah awal

untuk melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi. Oleh karena itu dituntut berpikir dan

memanfaatkan tenologi informasi.

Page 13: Model Matematika

13

“Saya tidak ingin dengan selesainya wisuda akan melahirkan pengangguran intelektual baru,

tetapi saya berharap dapat melahirkan sarjana yang memiliki jiwa yang kreatif serta ke depan

mampu menyediakan lapangan kerja sendiri dan orang lain,” ungkap bupati.(riz)

298 Sarjana Diwisuda PELAKSANAAN-wisuda sebanyak 298 sarjana UTU Meulaboh di kampus Alue Penyareng,

Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Kamis (22/11) berjalan lancar dan meriah. Sedangkan untuk

orasi ilmiah disampaikan Dekan Fakultas Teknik Unsyiah Banda Aceh, Dr Ir Marwan.

Rektor UTU, Ir Abdul Malik Ali MSi melaporkan, jumlah lulusan yang diwisuda sebanyak 298

orang terdiri dari Fakultas Pertanian (FP) sebanyak 31 orang, Fakultas Kesehatan Masyarakat

(FKM) sebanyak 178 orang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) sebanyak 27 orang,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) sebanyak 21 orang, Fakultas Ekonomi (FE)

sebanyak 34 orang, dan Fakultas Teknik (FT) sebanyak 7 orang.(riz)

Editor : bakri

http://aceh.tribunnews.com/2012/11/23/gubernur-minta-sarjana-ciptakan-lapangan-kerja

Banyaknya Sarjana Pengganguran Karena

Minimnya Lapangan Pekerjaan?

REP | 14 June 2012 | 00:25 Dibaca: 1822 Komentar: 76 14 aktual

Ilustrasi/Admin(waroengkemanx.blogspot.com)

Mau bekerja dimanakah saya ketika lulus Sarjana?, apa yang sudah saya persiapkan untuk

bersaing di dunia kerja?, kualifikasi seperti apa yang dibutuhkan oleh pasar kerja ketika saya

Page 14: Model Matematika

14

lulus?, atau sudah sejauh mana usaha saya untuk mengejar apa yang saya cita-citakan ketika

kuliah?

Pertanyaan-pertanyaan diatas ini bukan sekali duakali kita temui dalam kehidupan kampus,

melainkan sering kita menemui pernyataan-pernyataan seperti ini. Khususnya mahasiswa

Tingkat Akhir yang tidak lama lagi akan menjadi sarjana. Dan bahkan Pertanyaan diatas

bagaikan hantu yang menakutkan bagi mahasiswa tingkat akhir. Mengapa saya bilang bagaikan

hantu yang sangat menakutkan ?” Jawabannya adalah karena pada umumnya jawaban dan

anggapan orang-orang adalah minimnya lapangan pekerjaan jika dibandingkan dengan

banyaknya lulusan sarjana tiap tahunnya.

Apa benar minimnya lapangan pekerjaan jika dibandingkan dengan banyaknya lulusan sarjana

tiap tahunnya menjadi penyebab banyaknya sarjana pengganguran? Saya rasa ungkapan ini sama

sekali tidak ada benarnya. Coba kita lihat di tiap-tiap Koran harian yang sering kita baca.

Bukalah iklan baris, lihat di kolom lowongan pekerjaan. Hampir pasti lebih dari satu, dua

halaman bahkan 1 jilid khusus Koran memuat tentang lowongan pekerjaan. Pekerjaan yang

ditawarkan pun beragam, dari tukang pijat hingga ke kursi-kursi kantor besar. Juga profesinya,

dari yang hanya lulusan SD hingga S-2 pun ada. Jadi darimana munculnya ungkapan minimnya

pekerjaan? Bukan hanya di Koran, kalau anda lewat dijalan ataupun browsing di internet melihat

ada lowongan, itu juga banyak. Jadi sangatlah salah jika anda beranggapan lapangan kerja di

Indonesia itu minim.

Lalu Mengapa banyak sarjana yang menganggur? apa penyebab utamanya ? Menurut analisa

saya, Penyebab sarjana banyak yang menganggur adalah sebagai berikut : Sarjana tidak

kompeten dan Minimnya jaringan pertemanan. Maksudnya: Hal-hal seperti softskill,

kemampuan bahasa inggris, IPK, kemampuan akademik, pengalaman organisasi,pengalaman

kerja dan pengalaman ber-enterpreunership merupakan perangkat yang tak dapat dipisahkan dari

kehidupan seorang mahasiswa calon sarjana.

Tetapi mahasiswa Sering kali terlena dan fokus untuk mendapatkan IPK tinggi, seolah-olah, IPK

menjadi satu-satunya faktor yang menentukan dalam persaingan menuju dunia kerja.Sehingga

tidak ada alasan lain bagi kita kuliah-pulang-kuliah-pulang tanpa pergaulan sama sekali. padahal

tidak lah demikian. Perlu ditanamkan keserasian antara jadi berprestasi tanpa mengorbankan

pergaulan.

Mahasiswa yang fokus untuk mendapat IPK tinggi mungkin mahasiswa-mahasiswi pintar,

sehingga nilai-nilainya bagus, tapi bagaimana jika tidak ada jaringan pertemanan yang baik?

Tentu akan sulit. Seseorang dengan IQ tinggi tapi EQ(Emosi yang khususnya digunakan untuk

menjalin pergaulan) nya rendah akan sangat sulit berkembang. Ingat manusia adalah makhluk

sosial, tidak bisa hidup sendiri, butuh bantuan orang lain..

Sikap selektif yang berlebihan. Coba sekali-kali kita bertanya pada sopir-sopir taksi,kasir di

pasar swalayan,SPG di plaza-plaza/mall,tukang ojek,pedagang kaki lima dan seterusnya. Tidak

sedikit kita temukan adalah sarjana. pada akhirnya mengobral Ijazah kesarjanaannya dengan

bekerja pada posisi yang tidak sepantasnya(asal kerja)?

Page 15: Model Matematika

15

Mengapa mereka bisa begitu? “Karena mereka terlalu banyak memilih pekerjaan, Dan Juga

karena tujuan mereka hanya ingin bekerja di perusahaan dan hanya PNS, sehingga mau tidak

mau dari pada nggangur,kerja apa aja pun jadilah.

“Jadi menurut saya sempitnya lapangan pekerjaan itu tergantung dari penilaian kita masing-

masing. Coba kalau kita mau mengembangkan diri dengan mencari peluang lain, membuka

usaha, misalnya, pasti tidak ada kalimat lapangan kerja sulit dan sempit. Namun setelah kita

menjadi sarjana,terkadang tidak tahu potensi apa yang bisa dikembangkan menjadi ladang

penghidupan, makanya ketika kita menjadi sarjana,kita hanya bisa menunggu lowongan

pekerjaan, bukan malah mencoba menggali potensi dirinya untuk menciptakan lapangan

pekerjaan sendiri.

Masalahnya kemudian adalah, bagaimana institusi pendidikan bangsa ini. Sudah saatnya untuk

membangkitkan mentalitas enterpreunership (kewirausahaan) di kalangan mahasiswa, sehingga

kelak ketika selesai kuliah bukan menambah barisan pengangguran namun sebaliknya dapat

menjadi generasi yang mandiri dan tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri, tanpa harus

menjadi „pengemis‟ pekerjaan diberbagai instansi pemerintah dan swasta. Sekarang, tinggal

bagaimana kita harus memulai untuk mencoba. Mari kawan, mulailah berpikir masa depan.

Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang menambah sarjana pengganguran di negeri ini.

Selamat Pagi

http://muda.kompasiana.com/2012/06/14/banyaknya-sarjana-pengganguran-karena-minimnya-

lapangan-pekerjaan/

Meningkatnya angka pengangguran disebabkan karena ketidakseimbangan

pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan kesempatan kerja. Adanya kesenjangan

antara angkatan kerja dan lapangan kerja tersebut berdampak terhadap perpindahan

tenaga kerja (migrasi) baik secara spasial antara desa-kota maupun secara sektoral.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Todaro (2000) yang menjelaskan bahwa terjadinya

I. Gbb

II. K

http://aceh.tribunnews.com/2012/11/23/gubernur-minta-sarjana-ciptakan-lapangan-kerja

Banyaknya Sarjana Pengganguran Karena

Minimnya Lapangan Pekerjaan?

http://muda.kompasiana.com/2012/06/14/banyaknya-sarjana-pengganguran-karena-minimnya-

lapangan-pekerjaan/