10
1 MODEL PEMBELAJARAN INSTRUMEN FLUTE KELAS (X) DI SMK NEGERI 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA Luther Aryadika 1 , H. Mulyadi Cahyoraharjo 2 , Suryati 3 1 Alumnus Jurusan Musik, FSP ISI [email protected] 2 Dosen Jurusan Musik ISI Yogyakarta [email protected] 3 Dosen Jurusan Musik ISI Yogyakarta [email protected] Jl.Parangtritis, Km.6.5 Sewon, Bantul Abstract Music teaching in schools must be based on the mastery of knowledge and skills in music, the reason of why students should get the music teaching, and what should be taught to students about music. The focus of this research is to understand the practice of flute instrument at SMK Negeri 2 Kasihan Bantul. This writing uses qualitative research methods with descriptive analysis approach. The formulation of the problem is limited only to the flute learning process and any constraints encountered in flute learning. The data is collected through observation, interview, literature study, and documentation. The learning process is done by direct practice, discussion and lecture. The process in flute learning includes preliminary, core and closing activities. Preparation of flute learning is a semester program and Learning Implementation Plan (RPP). Constraints in learning are internal and external constraints. Internal constraints include students' difficulties in rhythmic reading, lack of student concentration during practice, and students chatting at the time of the learning practice. While external constraints include the condition of the instrument that is not good or damaged, often missing or missed books (partitur) given and lack of music facilities stand for teaching and learning process. To know the result of learning, it is proved on the result of semester exam. Keywords: Learning, Flute, SMK Negeri 2 Kasihan Bantul Abstrak Pengajaran musik di sekolah harus didasari oleh penguasaan pengetahuan dan ketrampilan dalam musik, harus pula mengetahui alasan mengapa siswa harus mendapatkan pengajaran musik, apa yang harus diajarkan kepada siswa tentang musik. Fokus penelitian ini dititik beratkan pada pembelajaran praktik instrumen flute di SMK Negeri 2 Kasihan Bantul. Penulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Rumusan masalah hanya dibatasi pada proses pembelajaran flute dan kendala apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran flute. Kemudian data-data diambil dari proses observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi. Kemudian proses pembelajaran dilakukan dengan praktik langsung, diskusi dan ceramah. Proses dalam pembelajaran flute meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Persiapan pembelajaran flute yaitu program semester dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kendala dalam pembelajaran yaitu kendala internal dan eksternal. Kendala internal meliputi masih sulitnya siswa dalam membaca ritmis, kurangnya konsentrasi siswa saat praktik, siswa mengobrol pada saat praktik pembelajaran. Sedangkan kendala eksternal meliputi kondisi instrumen yang tidak bagus atau rusak, sering hilang atau ketinggalan buku (partitur) yang diberikan dan kurangnya fasilitas musik stand untuk proses belajar mengajar. Untuk mengetahui hasil dari pembelajaran, dibuktikan pada hasil ujian semester. Kata Kunci : Pembelajaran, Flute, SMK Negeri 2 Kasihan Bantul UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

MODEL PEMBELAJARAN INSTRUMEN FLUTE KELAS (X) DI SMK …digilib.isi.ac.id/2872/5/JURNAL.pdf · SMK Negeri 2 Kasihan Bantul yang khusus mengambil mayor flute. Tingkat awal merupakan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODEL PEMBELAJARAN INSTRUMEN FLUTE KELAS (X) DI SMK …digilib.isi.ac.id/2872/5/JURNAL.pdf · SMK Negeri 2 Kasihan Bantul yang khusus mengambil mayor flute. Tingkat awal merupakan

1

MODEL PEMBELAJARAN INSTRUMEN FLUTE KELAS (X) DI SMK

NEGERI 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

Luther Aryadika1, H. Mulyadi Cahyoraharjo2, Suryati3

1Alumnus Jurusan Musik, FSP ISI

[email protected] 2Dosen Jurusan Musik ISI Yogyakarta

[email protected] 3 Dosen Jurusan Musik ISI Yogyakarta

[email protected]

Jl.Parangtritis, Km.6.5 Sewon, Bantul

Abstract

Music teaching in schools must be based on the mastery of knowledge and skills in music,

the reason of why students should get the music teaching, and what should be taught to students

about music. The focus of this research is to understand the practice of flute instrument at SMK

Negeri 2 Kasihan Bantul. This writing uses qualitative research methods with descriptive analysis

approach. The formulation of the problem is limited only to the flute learning process and any

constraints encountered in flute learning. The data is collected through observation, interview,

literature study, and documentation. The learning process is done by direct practice, discussion

and lecture. The process in flute learning includes preliminary, core and closing activities.

Preparation of flute learning is a semester program and Learning Implementation Plan (RPP).

Constraints in learning are internal and external constraints. Internal constraints include students'

difficulties in rhythmic reading, lack of student concentration during practice, and students

chatting at the time of the learning practice. While external constraints include the condition of the

instrument that is not good or damaged, often missing or missed books (partitur) given and lack of

music facilities stand for teaching and learning process. To know the result of learning, it is

proved on the result of semester exam.

Keywords: Learning, Flute, SMK Negeri 2 Kasihan Bantul

Abstrak

Pengajaran musik di sekolah harus didasari oleh penguasaan pengetahuan dan

ketrampilan dalam musik, harus pula mengetahui alasan mengapa siswa harus mendapatkan

pengajaran musik, apa yang harus diajarkan kepada siswa tentang musik. Fokus penelitian ini

dititik beratkan pada pembelajaran praktik instrumen flute di SMK Negeri 2 Kasihan Bantul.

Penulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis.

Rumusan masalah hanya dibatasi pada proses pembelajaran flute dan kendala apa saja yang

dihadapi dalam pembelajaran flute. Kemudian data-data diambil dari proses observasi, wawancara,

studi pustaka, dan dokumentasi. Kemudian proses pembelajaran dilakukan dengan praktik

langsung, diskusi dan ceramah. Proses dalam pembelajaran flute meliputi kegiatan pendahuluan,

inti dan penutup. Persiapan pembelajaran flute yaitu program semester dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Kendala dalam pembelajaran yaitu kendala internal dan eksternal. Kendala

internal meliputi masih sulitnya siswa dalam membaca ritmis, kurangnya konsentrasi siswa saat

praktik, siswa mengobrol pada saat praktik pembelajaran. Sedangkan kendala eksternal meliputi

kondisi instrumen yang tidak bagus atau rusak, sering hilang atau ketinggalan buku (partitur) yang

diberikan dan kurangnya fasilitas musik stand untuk proses belajar mengajar. Untuk mengetahui

hasil dari pembelajaran, dibuktikan pada hasil ujian semester.

Kata Kunci : Pembelajaran, Flute, SMK Negeri 2 Kasihan Bantul

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 2: MODEL PEMBELAJARAN INSTRUMEN FLUTE KELAS (X) DI SMK …digilib.isi.ac.id/2872/5/JURNAL.pdf · SMK Negeri 2 Kasihan Bantul yang khusus mengambil mayor flute. Tingkat awal merupakan

2

PENDAHULUAN Pelaksanaan pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi

yang ada pada diri peserta didik, baik potensi dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Pengajaran musik di sekolah harus didasari oleh penguasaan pengetahuan dan ketrampilan dalam

musik, harus pula mengetahui alasan mengapa siswa harus mendapatkan pengajaran musik, apa

yang harus diajarkan kepada siswa tentang musik. Siswa menanggapi musik dengan intuisinya,

tetapi tingkat mutu tanggapannya itu tergantung kepada tingkat pengetahuan dan pengertiannya

tentang unsur-unsur musik dan susunannya yang membentuk musik itu, tingkat keterampilan yang

dikuasainya untuk menyajikan musik dan jumlah perbendaharaan komposisi musik atau lagu yang

dimilikinya. Pemahaman yang bermakna tentang unsur-unsur musik inilah yang harus ditanamkan,

dipupuk, ditingkatkan dan dikembangkan dalam pelajaran musik, karena unsur-unsur musik

merupakan unsur-unsur esensial untuk dapat memahami musik

Tujuan utama pendidikan seni musik adalah membantu mengembangkan kemampuan

setiap siswa untuk memiliki pengalaman keindahan sebagai tanggapan dan reaksi terhadap musik.

Jamalus mempunyai pandangan mengenai pengajaran musik bahwa pengajaran musik adalah

pengajaran kemampuan bermusik dengan memahami arti dan makna dari unsur-unsur musik yang

membentuk suatu lagu atau komposisi musik yang disampaikan kepada murid melalui kegiatan-

kegiatan pengalaman musik. Beberapa jenis musik juga dilaporkan mampu mempengaruhi suasana

hati orang yang mendengarnya.

Musik merupakan bahasa universal dan merupakan bagian dari peradaban manusia atau

kebudayaan suatu bangsa. Musik mencakup seluruh emosi manusia, seperti dapat membuat kita

merasa gembira atau sedih, rindu atau bersemangat. Beberapa jenis musik juga dilaporkan mampu

mempengaruhi suasana hati orang yang mendengarnya. Musik memiliki fungsi yang sangat besar

dalam kehidupan manusia, diantaranya adalah sebagai bagian dari pendidikan, ritual keagamaan,

media hiburan, dan media kesehatan. Musik mencakup emosi yang dapat membuat kita merasa

gembira atau sedih, rindu atau bersemangat, dan beberapa musik mampu mengubah pikiran hingga

pendengarnya melupakan persoalan selain musik itu sendiri. Musik itu bekerja dibawah sadar,

menciptakan atau meningkatkan suasana hati dan membuka kunci memori paling dalam.1

Melihat perkembangan dan banyaknya minat masyarakat di Yogyakarta terhadap

instrumen ini,berbanding lurus dengan adanya sekolah maupun lembaga musik yang kini kian

marak. Salah satunya yaitu di SMK Negeri 2 Kasihan Bantul merupakan sekolah yang turut serta

dalam membangun dunia pendidikan di Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya dalam bidang

pendidikan musik, dengan menjadikan seni musik sebagai program keahlian yang memiliki

program belajar serta fasilitas lengkap. Ide awal inilah yang menginspirasi penulis, selanjutnya

dipilih sebagai bahan penelitian untuk tugas akhir dengan judul Model Pembelajaran Instrumen

Flute Pada Siswa Kelas X di SMK Negeri 2 Kasihan Bantul (SMM).

Alat musik yang lazim disebut Silver Flute atau C Flute ini banyak digemari oleh banyak

orang karena suaranya yang hangat, lemah lembut, namun bisa juga menjadi powerful dan

emosional. Awal memainkan alat musik ini tidak semudah yang didengar karena selain harus

memiliki pernafasan yang baik dan kuat, harus juga memiliki emosi/ ekspresi yang kuat untuk

menyampaikan makna dari lagu-lagu yang dibawakan ke pendengar. Flute tersebut ditemukan di

Ljubjana, Slovenia pada tahun 1998. Ini adalah alat musik tertua yang pernah ditemukan, terbuat

dari tulang beruang goa dan memiliki dua lubang.2

Flute merupakan salah satu instrumen yang pencapaiannya tidak dapat langsung diperoleh

seperti instrumen-instrumen lainnya. Berbeda dengan instrumen seperti Piano, Gitar, Electone,

Saxophone, dan lain sebagainya yang apabila ditekan, dipetik, atau ditiup akan langsung

mengeluarkan suara.

Selain itu, siswa-siswi di berikan kebebasan dalam memilih alat musik yang ingin

dipelajari. Pilihan alat musik tersebut antara lain; Vokal, Gitar, Piano, Perkusi, Biola, Viola, Cello,

1 Marsha Tambunan, Sejarah Musik Dalam Ilustrasi, Jakarta: Penerbit Progres, 2004.Hal

10. 2 Toff Nancy. The Flute Book. Berne Convention. 1985

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 3: MODEL PEMBELAJARAN INSTRUMEN FLUTE KELAS (X) DI SMK …digilib.isi.ac.id/2872/5/JURNAL.pdf · SMK Negeri 2 Kasihan Bantul yang khusus mengambil mayor flute. Tingkat awal merupakan

3

Kontrabass, Flute, Klarinet, Oboe, Basson, Saxophone, Trumpet, Horn, Trombone dan Tuba. Atas

dasar tersebut, maka karya tulis ini mengambil contoh subjek siswa kelas X yang bersekolah di

SMK Negeri 2 Kasihan Bantul yang khusus mengambil mayor flute.

Tingkat awal merupakan permulaan bagi seorang siswa yang baru memulai pembelajaran

instrumen musik. Di tingkat awal, siswa mempelajari materi dasar yang penting untuk

pembelajaran selanjutnya. Salah satu pembelajaran teori musik untuk siswa-siswi kelas X di SMK

Negeri 2 Kasihan Bantul adalah pembelajaran pola ritmis dan membaca notasi. Pola ritmis

diberikan agar siswa-siswi dapat memainkan sebuah lagu dan mengetahui nilai nada yang tertulis.

Dalam mempelajari nada-nada yang ditulis dengan notasi, siswa akan mengaplikasikan

pembelajaran teori musik yang sudah dipelajari secara lisan dan diaplikasikan pada permainan alat

musik dalam praktik instrumen.

Motivasi peneliti untuk mengangkat judul ini adalah untuk mengetahui seberapa besar

peran guru/pengajar instrumen flute kelas X SMK Negeri 2 Kasihan Bantul dalam proses

pembelajaran,dan seberapa besar keinginan siswa untuk dapat bermain flute dengan baik dan

benar.

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui proses pembelajaran instrumen flute khususnya pada

siswa kelas X di SMK Negeri 2 Kasihan Bantul, mengetahui model pembelajaran pada siswa kelas

X di SMK Negeri 2 Kasihan Bantul, dan mengetahui berbagai hambatan serta kendala yang di

hadapi siswa kelas X saat menjalani proses pembelajaran flute.

MODEL PEMBELAJARAN

Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru secara terprogram dalam desain

instruksional yang menciptakan proses interaksi antara sesama peserta didik, guru dengan peserta

didik dan sumber belajar. Pembelajaran bertujuan untuk menciptakan perubahan secara terus-

menerus dalam perilaku dan pemikiran siswa pada suatu lingkungan belajar. Pembahasan tentang

pembelajaran tidak akan lepas dari pokok bahasan mengenai hakikat belajar dan mengajar, karena

dalam proses pembelajaran terjadi peristiwa belajar mengajar.

Belajar menurut Nana Sudjana adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan pada diri seseorang.3 Belajar menurut Morgan dalam Agus Suprijono adalah perubahan

perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.4 Satu pertanda bahwa seseorang

telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku

tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan,

(psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Belajar tidak hanya meliputi

mata pelajaran tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, kompetensi, penyesuaian

sosial, dan bermacam-macam keterampilan

Seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan

tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan,

(psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Belajar tidak hanya meliputi

mata pelajaran tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, kompetensi, penyesuaian

sosial, dan bermacam-macam keterampilan. Mengajar didefinisikan sebagai suatu proses

mengorganisasi atau menata sejumlah sumber potensi secara baik dan benar, sehingga terjadi

proses belajar siswa.5

Model pembelajaran ini terdiri atas model pembelajaran langsung dan model

pembelajaran PBL. Model pembelajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah, model

pembelajaran langsung merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa

mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi

selangkah. Model pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang dirancang secara

3 Nana Sutadja, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2001), hal 28. 4 Agus Suprijono, Cooperative Learning (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal 3. 5 Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hal

34

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 4: MODEL PEMBELAJARAN INSTRUMEN FLUTE KELAS (X) DI SMK …digilib.isi.ac.id/2872/5/JURNAL.pdf · SMK Negeri 2 Kasihan Bantul yang khusus mengambil mayor flute. Tingkat awal merupakan

4

khusus untuk mengembangkan belajar tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif

yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

Model pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup

rinci terutama pada analisis tugas. Meskipun model pembelajaran langsung berpusat pada guru,

tetapi harus tetap menjamin keterlibatan siswa. Lingkungan belajar harus diciptakan yang

berorientasi pada tugas-tugas yang harus diselesaikan warga belajar. Kelebihannya metode ini

adalah banyaknya materi yang bisa diajarkan dalam waktu relatif singkat dan materi yang bersifat

prosedural lebih mudah diikuti. Kelemahannya antara lain bila pembelajaran tidak dirancang

dengan baik, maka model ini akan dipenuhi dengan metode ceramah yang tidak melatih siswa

untuk mandiri, dan mengkonstruksi pengetahuan sendiri, dan dapat membuat siswa akan cepat

bosan.

Dalam implementasinya model pembelajaran langsung dapat diketahui dari tahap-tahap

pembelajaran yang jelas. Tahap tersebut misalnya pada awal pembelajaran guru menjelaskan

tujuan, latar belakang pembelajaran, dan juga menyiapkan siswa untuk memasuki materi baru

dengan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimiliki siswa yang relevan dengan

materi yang akan dipelajari. Pada tahap awal juga terdapat persepsi, introduksi dan motivasi.

Tahap selanjutnya adalah guru memulai mendemonstrasikan/ mempresentasikan materi

ajar mengenai ketrampilan tertentu. Pada saat mendemonstrasikan pengetahuan, guru memberikan

informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, sehingga akan memberikan dampak yang positif

terhadap proses belajar siswa. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

melakukan latihan dan memberi umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Tahapan model

pembelajaran langsung antara lain: penyampaian tujuan pembelajaran prosedur penilaian hasil

belajar, mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan, pemberian latihan terbimbing,

mengecek pemahaman dan pemberian umpan balik, dan pemberian perluasan latihan dan

pemindahan ilmu.

Model pembelajaran langsung lebih menekankan pada aktivitas guru, artinya guru lebih

banyak demonstrasi dari guru sehingga salah satu di antaranya metode yang digunakan adalah

metode demonstrasi. Namun demikian tetap harus memperhatikan keaktifan siswa karena tujuan

utama model pembelajaran langsung adalah mengajarkan materi pelajaran berorientasi pada teknik

penilaian unjuk kerja, dan membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan

prosedural/terstruktural, yaitu pengetahuan atau ketrampilan tentang bagaimana melakukan

sesuatu.

Berbeda dengan model pembelajaran langsung, model pembelajaran berbasis masalah merupakan

sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta

didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik

bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). Kelebihan problem based

learning ( Model Pembelajaran Berbasis Masalah) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran

bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka

akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang

diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik/mahapeserta

didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan. Dalam situasi PBL, peserta

didik/mahapeserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan

mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal

untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Sistem penilaian model pembelajaran problem based learning. Penilaian dilakukan

dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude).

Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang

dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen,

dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran,

baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian

terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam

diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran Bobot penilaian

untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 5: MODEL PEMBELAJARAN INSTRUMEN FLUTE KELAS (X) DI SMK …digilib.isi.ac.id/2872/5/JURNAL.pdf · SMK Negeri 2 Kasihan Bantul yang khusus mengambil mayor flute. Tingkat awal merupakan

5

Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian

dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan

peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam

kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan

cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan

(skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh

kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester

(UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari

penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan

dan pengujian.

Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu

diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta

mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah mengajak peserta didik

untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan

peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda

dari mereka. Ini adalah contoh penerapan model pembelajaran berbasis masalah.

MATERI PEMBELAJARAN

Materi pembelajaran adalah segala bentuk materi yang digunakan untuk membantu

guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Materi yang dimaksud bisa materi

berupa tertulis, maupun materi tidak tertulis. Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional

materials) adalah pengetahuan keterampilan dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka

mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan secara terperinci, jenis-jenis materi

pembelajaran terdiri atas pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur) keterampilan dan sikap

atau nilai. Mukmin berpendapat bahwa: “Materi pembelajaran atau sering disebut materi pokok

adalah pokok-pokok materi pembelajaran yang harus dipelajari mahasiswa/siswa sebagai saran

pencapaian konsentrasi dasar dan yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian

yang disusun berdasarkan indikator ketercapaian kompetensi’.6

Berdasarkan pendapat tersebut bahwa materi pembelajaran merupakan isi yang akan

diberikan kepada siswa pada proses pembelajaran, materi pembelajaran akan mengarah kepada

tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Materi pembelajaran ini tidak selalu bersumber

pada guru namun juga dari berbagai sumber. Dalam kaitanya dengan materi,guru tidak hanya

berperan sebagai sumber belajar namun juga sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.

KURIKULUM SMP NEGERI 2 KASIHAN BANTUL

Kurikulum SMK/MAK dirancang dengan pandangan bahwa SMA/MA dan SMK/MAK

pada dasarnya adalah pendidikan menengah, pembedanya hanya pada pengakomodasian minat

peserta didik saat memasuki pendidikan menengah.

Berdasarkan buku garis-garis besar pengajaran (GBPP) atau disebut dengan Buku II dari

keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomer 080/U1993, tanggal 27 Februari 1993,

tentang kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), berisi tentang kerangka dasar program

pembelajaran yang terdiri atas: tujuan yang hendak di capai, susunan program kurikulum berupa

beberapa mata pelajaran yang harus di pelajari, serta deskripsi singkat lingkup materi setiap

pelajaran.

SMK Negeri 2 Kasihan Bantul merupakan sekolah kejuruan yang mampu bekerja

mandiri, memiliki pengetahuan, menguasai keterampilan dan sikap profesional, serta memiliki

kepekaan artistik dalam mengembangkan seni musik.7

6 Mukmin, Desain Pembelajaran (Yogyakarta: program pasca sarjana UNY, 2004), hal

47 7 Depdikbud,’’Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan tahun 1994’’. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994, hal 1.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 6: MODEL PEMBELAJARAN INSTRUMEN FLUTE KELAS (X) DI SMK …digilib.isi.ac.id/2872/5/JURNAL.pdf · SMK Negeri 2 Kasihan Bantul yang khusus mengambil mayor flute. Tingkat awal merupakan

6

Kurikulum di SMK Negeri 2 Kasihan Bantul meliputi 3 cakupan yaitu:

a. Normatif meliputi mata pelajaran pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan,

bahasa indonesia, penjaskes, dan wawasan seni dan budaya.

b. Adaptif meliputi mata pelajaran bahasa inggris, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu

pengetahuan sosial, keterampilan komputer dan informatika (KKPI), kewirausahaan,

diksi italy, diksi jerman, dan dasar teknik pementasan.

c. Produktif meliputi mata pelajaran teori musik, ilmu harmoni, solfegio, organologi, ilmu

bentuk analisis, orkestrasi, harmoni manual, orkes/ansambel, piano kompementer, dan

koor I.

Mata pelajaran dalam praktik yaitu Kompetensi Kejurusan Musik Klasik yang terdiri dari

instrumen Flute, Oboe, Klarinet, Seksofon, fagot, French Horn, Trompet, Trombone, Tuba,

Perkusi, Piano, Gitar, Vokal, Violin, Viola, Cello, Contrabass.

Materi Program semester adalah materi yang di gunakan sebagai tujuan mengarahkan

tingkat keahlian siswa akan dikembangkan, juga sebagai mata pelajaran yang harus disampaikan

oleh seorang guru kepada siswanya. Dapat juga disebutkan bahwa berhasil tidaknya suatu

pendidikan, tercapai tidaknya suatu tujuan pendidikan, di tentukan oleh unsur-unsur materi, atau

pun kurikulum yang sudah ditetapkan. Membicarakan materi pelajaran tidak terlepas dari

kurikulum. Kurikulum harus relevan, efektif, dan efisiensi. Relevan karena kurikulum itu dapat

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan (memaksimalkan). Efektif adalah Kurikulum yang dapat

mengoptimalkan proses belajar mengajar. Efisiensi merupakan kurikulum yang dapat di jangkau

dalam waktu yang relatif pendek serta biaya yang di perlukan cukup murah.

Keterangan:

Dirambah 32 matrikulasi di kelas XII semester 6.

Ditambah 160 Conversation dan 32 matrikulasi di kelas XII semester 6.

Ditambah 32 matrikulasi di kelas XII semester 6.

64 ansambel kelas X, 192 orkes dan koor kelas XI-XII. 1 semester = 2x3jam x 4minggu x

4bulan.

1 semester = 3x2 jam x 4minggu x 4bulan/ sesuai pilihan instrumen pokok.8

Istilah RPP (Rencana Pelaksaan Pembelajaran) dapat di definisikan sebagai garis besar

ringkasan, intisari, atau pokok-pokok isi atau materi pembelajaran. Silabus di gunakan

untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut

dari standar kompetensi dan kemampuan dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta

uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam mencapai standar kompetensi dan

kemampuan dasar. Silabus adalah rancangan pembelajaran yang berisi bahan mata

pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi,

pengelompokan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum, yang di pertimbangkan

berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat.9 Untuk RPP SMK Negeri 2 Kasihan

Bantul dapat dilihat secara lebih rinci di lampiran.

Oleh karena itu, struktur umum SMK/MAK sama dengan struktur umum SMA/MA,

yakni ada tiga kelompok Mata pelajaran: Kelompok A, B, dan C. Peraturan Pemerintah

Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan Pasal 80

menyatakan bahwa: (1) penjurusan pada SMK, MAK, atau bentuk lain yang sederajat

berbentuk bidang keahlian; (2) setiap bidang keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat terdiri atas 1 (satu) atau lebih program studi keahlian; (3) setiap program studi

keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat terdiri atas 1 (satu) atau lebih

kompetensi keahlian.

Kurikulum yang diterapkan di SMK Negeri 2 Kasihan Bantul adalah Kurikulum 2013.

8 SMK Negeri 2 Kasihan Bantul, tabel struktur kurikulum, Kompetensi Keahlian Musik

Klasik, hal 10. 9 Abdul Majid, Perancangan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2008. Hal,38

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 7: MODEL PEMBELAJARAN INSTRUMEN FLUTE KELAS (X) DI SMK …digilib.isi.ac.id/2872/5/JURNAL.pdf · SMK Negeri 2 Kasihan Bantul yang khusus mengambil mayor flute. Tingkat awal merupakan

7

METODE

Penelitian menggunakan jenis kualitatif dengan deskriptif analisis. Proses pengambilan

data menggunakan wawancara dari studi lapangan. Disamping itu, alasan menggunakan metode

penelitian kualitatif ini, karena peneliti mewawancarai beberapa subjek penelitian yang sudah

cukup untuk mewakili dalam pengambilan data.

Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan studi lapangan. Pada tahap studi

pustaka peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan yaitu dari buku-buku atau literatur yang

sesuai dengan pokok bahasan dan penelitian. Buku-buku tersebut akan digunakan sebagai referensi

dan acuan dalam penelitian skripsi pembelajaran flute di SMK Negeri 2 Kasihan Bantul, dan

mencari narasumber untuk memberikan informasi tentang model pembelajaran instrumen flute

khususnya pada siswa kelas X SMK Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta.

Daftar kepustakaan adalah suatu daftar yang berisi semua sumber bacaan yang digunakan

sebagai bahan acuan dalam penelitian karya ilmiah. Pentingnya daftar kepustakaan maka peneliti

mencari buku-buku yang berkaitan yang sesuai dengan penelitian. Pemilihan daftar pustaka ini

harus sesuai dengan pokok permasalahan yang dibahas dan mengumpulkan narasumber untuk

wawancara guna mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian.

Studi lapangan terdiri atas dua teknik yakni observasi dan wawancara. Tahap observasi

merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis. Peneliti secara

langsung datang ke SMK Negeri 2 Kasihan Bantul untuk mengamati proses pembelajaran atau

praktik flute di SMK Negeri 2 Kasihan Bantul. Pada tahap wawancara, peneliti melakukan

wawancara kepada guru instrumen flute SMK Negeri 2 Kasihan Bantul secara terbuka dengan

tujuan untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran flute di SMK Negeri 2 Kasihan Bantul.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara secara terbuka kepada siswa, dengan tujuan

mengetahui seberapa besar peran pengajar dan faktor apa sajakah yang menjadi kendala dalam

proses pembelajaran instrumen flute di SMK Negeri 2 Kasihan Bantul. Wawancara dibantu

dengan menggunakan alat perekam suara/ handphone.

Setelah melakukan dokumentas data berupa foto dan hasil wawancara, data kemudian

disusun dan dianalisis secara sistematis sehingga diperoleh arah yang jelas sesuai dengan tujuan

penelitian. Dalam menyusun data yang diperoleh, peneliti mendeskripsikan kembali hasil data

tersebut sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Kemudian peneliti melakukan proses

penyaringan dari hasil yang telah ditulis kembali, dan mengambil hasil data yang sesuai dengan

pembahasan karya tulis.

HASIL PENELITIAN

Secara harafiah metode berarti “cara”. Secara umum metode berarti cara atau atau

prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

metode berarti cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai

sesuai dengan yang dikehendaki.10

Pembelajaran adalah seperangkat kegiatan yang dirancang oleh pendidik agar terjadi

proses belajar pada peserta didik. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan

sebuah cara yang dipakai oleh pendidik agar terjadi belajar pada peserta didik dengan upaya untuk

mencapai tujuan tertentu. Berikut adalah metode pembelajaran yang digunakan di SMK Negeri 2

Kasihan Bantul :

a. Metode imitasi merupakan salah satu metode pembelajaran dengan cara menirukan

permainan guru, diawali dengan guru memberikan contoh teknik atau lagu, lalu siswa

menirukan disertai dengan pengamatan langsung dari guru. Imitasi tidak berlangsung

secara otomatis, tetapi ada faktor lain yang ikut berperan. Metode imitasi adalah salah

satu tindakan yang dilakukan dimana guru tersebut memberikan contoh agar siswa

mendapatkan gambaran mengenai kualitas bermain musik yang baik dan benar. Adapun

10 KBBI edisi keempat, hal. 910

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 8: MODEL PEMBELAJARAN INSTRUMEN FLUTE KELAS (X) DI SMK …digilib.isi.ac.id/2872/5/JURNAL.pdf · SMK Negeri 2 Kasihan Bantul yang khusus mengambil mayor flute. Tingkat awal merupakan

8

yang menjadi kelebihan metode tersebut adalah mudah dilaksanakan dan dapat diterapkan

dalam segala kondisi, misalnya dalam kondisi keterbatasan. Sedangkan kekurangan dari

metode imitasi adalah pengetahuan hanya dapat bersifat peniruan dan bukan berdasarkan

pemahaman, sukar memberikan tugas yang membutuhkan pemahaman yang tinggi, dan

kreativitas rendah.

b. Imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain. Metode ceramah adalah metode

memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu dan tempat

tertentu. Metode ceramah ini hanya mengandalkan indera pendengaran sebagai alat

belajar yang paling dominan. Dengan kata lain metode ini adalah sebuah metode

mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah

siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini disebut juga dengan

metode kuliah atau metode pidato. Dalam metode ini, yang perlu diperhatikan adalah,

hendaknya ceramah yang diberikan oleh guru mudah dimengerti oleh siswanya, mudah

diterima serta mampu menstimulasi pendengar (peserta didik) untuk melakukan hal-hal

yang baik dan benar dari isi ceramah yang diberikan guru. Di SMK Negeri 2 Kasihan

Bantul, guru melakukan ceramah atau menjelaskan cara memainkan teknik, etude, dan

lagu, tanpa guru memberi contoh terlebih dahulu.

c. Melakukan interaksi tanya jawab, dapat dilakukan dalam menjaga kondisi yang dialogis

antara guru dan siswa. metode tanya-jawab adalah metode yang dapat menciptakan

suasana aktif dalam pembelajaran. Kedua pihak sama-sama diuntungkan, guru menjadi

mengerti sejauh mana siswa menangkap materi yang sudah disampaikan dan siswa

menjadi lebih terbuka untuk bertanya kepada guru.

d. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang,

kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun

melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi

yang sedang disajikan. Sehingga dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

metode demonstrasi adalah cara mengajar dengan memperagakan barang, kejadian atau

memperlihatkan suatu proses tertentu yang berkenaan dengan materi pelajaran baik secara

langsung maupun menggunakan media pembelajaran yang sudah diselesaikan.

e. Metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pembelajaran oleh guru dengan

memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar untuk kemudian

dipertanggungjawabkan, dan dapat merangsang anak untuk aktif belajar secara individu

maupun kelompok. Memberikan pekerjaan rumah, dimaksudkan agar siswa mendapatkan

pengetahuan lebih luas untuk meningkatkan pengetahuan siswa.11

Langkah-langkah pembelajaran praktik flute di SMK Negeri 2 Kasihan adalah, pada

kegiatan pembuka/pendahuluan guru membuka pelajaran dengan berdoa, mengucapkan salam,

presensi dan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan tuning/stem dan pemanasan, dan sedikit

mengulang materi pertemuan yang lalu. Selanjutnya guru memulai kegiatan inti yang merupakan

guru memberi materi dan contoh cara memainkannya, kemudian siswa memperhatikan penjelasan

dengan seksama dari guru lalu mempraktikkannya. Setelah selesai melakukan kegiatan

pendahuluan dan kegiatan inti, guru mengulas kembali materi-materi yang telah disampaikan dan

memberikan kesempatan untuk tanya jawab kepada siswa. Kemudian tidak lupa juga guru

memberikan tugas belajar di rumah, setelah itu guru melakukan evaluasi/Post test.

Adapun hasil assesmen pembelajaran flute adalah sebagai berikut:

Nama Siswa Kelas L/P UKK

Keterangan P K

Abila Safa Nuraini X D P 80,00 82,00

11 wawancara dengan Sugiarto,guru praktik instrumen flute, .Hari kamis tanggal 18 Mei

2017, jam 13.00 Wib.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 9: MODEL PEMBELAJARAN INSTRUMEN FLUTE KELAS (X) DI SMK …digilib.isi.ac.id/2872/5/JURNAL.pdf · SMK Negeri 2 Kasihan Bantul yang khusus mengambil mayor flute. Tingkat awal merupakan

9

Cahya Simphoni

Fabiola X D P 85,00 85,00

Cressendo Aby

Wicaksana X D L 85,00 85,00

Lanang Windar

Ajilinuwih X D L 85,00 83,00

Pulung Sophran Aji X D L 80,00 80,00

Tabel 1: Daftar nilai PIP kelas X

Berdasarkan hasil ujian praktik instrumen flute di SMK N 2 Kasihan Bantul Yogyakarta

tanggal 22 Mei 2017, ada 5 siswa instrumen flute kelas X yang mengikuti ujian. Terdapat di

antaranya 3 siswa yang mendapat nilai tinggi yaitu Cahya Simphoni Fabiola, Cressendo Aby

Wicaksana , Lanang Windar Ajilinuwih, dengan nilai yang sama yaitu 85,00 pada (P) dan 2 siswa

yang mendapatkan nilai dibawahnya yaitu Abila Safa Nuraini dan Pulung Sophran Aji dengan

nilai 80,00. Selanjutnya pada (K) terdapat 2 siswa yang mendapat nilai tinggi yaitu Cahya

Simphoni Fabiola dan Cressendo Aby Wicaksana dengan nilai 85.00. Lanang Windar Ajilinuwih

mendapat 83.00 dan Abila Safa Nuraini mendapat nilai 82.00. Nilai terendah yaitu 80,00 milik

Pulung Sophran Aji.

Dalam praktiknya ada beberapa siswa yang mengalami kendala dalam pembelajaran yaitu

kendala internal dan eksternal. Kendala internal meliputi masih sulitnya siswa dalam membaca

ritmis, kurangnya konsentrasi siswa saat praktik, siswa mengobrol pada saat praktik pembelajaran.

Sedangkan kendala eksternal meliputi kondisi instrumen yang tidak bagus atau rusak, sering

hilang atau ketinggalan buku (partitur) yang diberikan dan kurangnya fasilitas musik stand untuk

proses belajar mengajar.

Berdasarkan hasil di atas di simpulkan bahwa kendala-kendala tersebut sangatlah

menghambat proses belajar mengajar siswa yang seharusnya efektif menjadi tidak efektif

dikarenakan terbuangnya waktu untuk mencari musik stand pada saat proses pembelajaran,

kurangnya konsentrasi siswa pada saat proses belajar mengajar, sehingga kurang terserapnya ilmu

secara baik. Sedangkan siswa yang masih kesulitan membaca ritmis, maka solusi dari guru praktik

flute di bagi menjadi 2 kelompok, yang sudah lancar membaca praktik 1x dalam 1 minggu,

sedangkan yang mengalami kendala praktiknya 2x dalam 1 minggu. Hal itu di maksudkan agar

siswa yang mengalami kendala dapat mengimbangi siswa yg lainnya.

KESIMPULAN

Peran metode sangatlah penting dalam pembelajaran, digunakan untuk mempermudah

dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi interaksi antara pendidik dan

peserta didik, guru berperan untuk menyampaikan materi dan memberikan ilmu, sedangkan siswa

sebagai penerima ilmu.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, diperoleh kesimpulan dan saran mengenai

pembelajaran flute di SMK Negeri 2 Kasihan. Persiapan pembelajaran flute di kelas X SMK

Negeri 2 Kasihan berupa Program semester, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan

silabus. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran ceramah, demonstrasi dan model

pembelajaran langsung.

Pelaksanaan pembelajaran flute pada dasarnya berlangsung sebanyak 2 kali pertemuan

dalam satu minggu, namun karena adanya kendala pada beberapa siswa instrumen flute maka guru

dengan kebijakannya membuat 3 kali pertemuan setiap minggu yaitu pada hari Selasa, Kamis dan

Sabtu dengan alokasi waktu per hari 90 menit dengan total pertemuan selama 1 semester 24 kali

pertemuan. Kegiatan pendahuluan yaitu tuning/stem, nada panjang/pemanasan,. Kemudian

dilanjutkan kegiatan inti yaitu siswa praktik pembelajaran flute tentang tangga nada, etude, dan

buah lagu. Kegiatan terakhir yaitu kegiatan penutup yang berupa evaluasi dan mengulas kembali

materi yang disampaikan. Guru juga mengamati perkembangan dan kemajuan siswa selama

berlangsungnya praktik dan memberikan evaluasi.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 10: MODEL PEMBELAJARAN INSTRUMEN FLUTE KELAS (X) DI SMK …digilib.isi.ac.id/2872/5/JURNAL.pdf · SMK Negeri 2 Kasihan Bantul yang khusus mengambil mayor flute. Tingkat awal merupakan

10

REFERENSI

Agus Suprijono, Cooperative Learning (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal 3.

Darsono, dkk. (2000). Dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran..

Denzin, K Norman; Yvona S. Lincoln (2005). Dalam bukunya The Sage Handbook of Qualitative

Research, third edition. Diterjemahkan oleh Dariyanto. Sage publication: California,

USA.

Marsha Tambunan, sejarah Musik Dalam Ilustrasi, Jakarta: Penerbit Progres, 2004.Hal 10.

Mukmin, Desain Pembelajaran (Yogyakarta: program pasca sarjana UNY, 2004), hal 47.

Mulyasa. (2015). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.

Nana Sutadja, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2001), hal 28.

SMK Negeri 2 Kasihan Bantul, tabel struktur kurikulum, Kompetensi Keahlian Musik Klasik, hal

10.

Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hal 34.

Takahashi Toshio. (1971). Suzuki vol.1-3.

Toff Nancy. (1985). Dalam bukunya The Flute Book. Berne Convention.

Sumber Lain :

Wawancara dengan Sugiarto,guru praktik intrumen flute, .Hari kamis tanggal 18 Mei 2017, jam

13.00 Wib, di SMK Negeri2 Kasihan Bantul Yogyakarta.

Depdikbud,’’Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan tahun 1994’’. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1994, hal 1.

https://pindaiilmu.blogspot.co.id/2015/06/makalah-model-pembelajaran.html.

http://gustiagung1997.blogspot.co.id/2013/04/alat-musik-yang-lazim-di-sebut-silver.html.

http://www.academia.edu/5934148/MAKALAH_MODEL_PEMBELAJARAN_LANGSUNG.

https://pindaiilmu.blogspot.co.id/2015/06/makalah-model-pembelajaran.html.

http://www.smmyk.sch.id/index.php/menu/detail/14/sejarah-smkn2-kasihan-sekolah-menengah-

musik-jogja, diakses rabu 15-03-2017.

KBBI edisi keempat, hal. 910.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta