Model Pendidikan dalam Al-Quran.rtf

Embed Size (px)

Citation preview

Model Pendidikan dalam Al-Quran

Model Pendidikan dalam Al-Quran

Pendidikan merupakan salah satu dari kebutuhan mendasar manusia yang selalu diperlukan di sepanjang hidupnya. Manusia adalah makhluk pemikir yang memiliki tujuan hidup. Lewat pendidikan yang tepat, manusia bisa meraih cita-cita luhur dan jalan kebahagiaannya. Tentu saja pendidikan yang dimaksud adalah upaya pengembangan dan aktualisasi potensi internal manusia untuk mencapai tujuan ideal. Dengan kata lain, selama potensi tersembunyi manusia tidak teraktualisasikan, maka ia tidak akan bisa mencapai kesempurnaan. Rasulullah saw dalam salah satu hadisnya menuturkan, "Masyarakat adalah khazanah seperti emas dan perak". Oleh karena itu, dengan landasan pendidikan semacam itu, maka noda-noda dalam diri manusia akan dibersihkan, dan potensi tersembunyi dalam dirinya akan berkembang.

Pendidikan merupakan sarana untuk memberikan petunjuk hidup dan membangun diri manusia. Lewat pendidikan inilah, manusia akan ditempa manjadi seorang pemikir. Dari sisi sosial, pendidikan merupakan faktor penting dalam hidup bermasyarakat. Imam Ghazali salah seorang pemikir besar muslim menilai pendidikan sebagai prinsip dasar pemasyarakatan manusia. Menyangkut hal ini, ia menyatakan, "Jika para ilmuan dan pendidik tidak ada, maka masyarakat akan hidup seperti hewan ternak. Dengan kata lain, pendidikan bisa mengangkat manusia dari peringkat hewani menuju peringkat insani."

Menurut Islam, arti pendidikan adalah memberikan petunjuk dan menyempurnakan manusia dari segala sisi. Mengenai pentingnya pendidikan menurut Islam ini, kita bisa merujuk pada Al-Quran, surat Al-Alaq ayat 3 hingga 5. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Berdasarkan Al-Quran, Tuhan adalah pendidik dan guru bagi seluruh mahkluk. Dialah yang mengatur dan mengelola alam semesta ini. Sebagai pihak yang menempati posisi pendidik, tentu ia akan mengupayakan anak-anak didiknya menuju kesempurnaannya yang pantas mereka raih dan mengembangkan kemampuan tersembunyi yang mereka miliki. Begitu pula dengan Tuhan yang maha mengatur dan bijaksana. Dia adalah pendidik yang selau menginginkan seluruh mahluk-mahluknya mencapai kesempurnaan.

Demikian juga dengan para nabi dan utusan ilahi. Mereka adalah guru besar umat manusia di sepanjang sejarah. Allah swt dalam surat Al-Baqarah ayat 129 dan 151 meyatakan bahwa tujuan diutusnya para nabi adalah untuk mendidik dan menyempurnakan manusia. Dalam hal ini, penyucian dan pengembangan diri merupakan prinsip dakwah para nabi. Dalam surat Ali Imran, ayat 164, Allah swt berfirman, "Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata."

Adanya teladan dalam mendidik dan memandu umat manusia merupakan hal yang berperan penting. Karena manusia selalu dalam belajar dan tertarik untuk meniru atau belajar dari pihak lain. Seseorang akan selalu berusaha mengatur tindakan dan perilakunya sesuai dengan apa yang dilakukan oleh teladan pilihannya. Sebagai agama yang luhur, Islam senantiasa menginginkan para pemeluknya menjadi umat yang teladan dan menjadi contoh bagi yang lain. Atas dasar itulah, Al-Quran menyebutkan beragam ciri dan sifat-sifat manusia teladan yang bisa dijadikan sebagai contoh bagi manusia lainnya. Dalam surat Al-Hujarat Al-Quran menyatakan bahwa manusia terbaik di sisi Allah adalah mereka yang mencapai derajat ketakwaan dan menjauhkan dirinya dari perbuatan tercela.

Manusia-manusia teladan sebagai model akhlak yang mulia dalam masyarakat mempunyai peranan penting dalam membangun masyarakat. Biasanya, pada setiap zaman, utusan Allah merupakan teladan bagi manusia di masa itu. Terkadang, Al-Quran memperkenalkan dan membandingkan contoh teladan yang dicintai dan yang dibenci. Dengan cara itu, Al-Quran mengajak manusia untuk memilih salah satunya dengan penuh kesadaran. Wajah-wajah yang dicintai biasanya dinyatakan dengan istilah orang-orang yang bertobat, orang-orang yang bersih, orang-orang saleh, orang-orang yang sabar, orang-orang yang berbuat baik, dan orang-orang yang berjihad. Sementara mereka yang dibenci biasa disebut dengan panggilan orang-orang yang melampaui batas, orang-orang yang berlebih-lebihan, orang-orang yang sombong, orang-orang kafir, orang-orang zalim, dan orang-orang munafik. Tujuan Al-Quran memperkenalkan teladan yang mulia sejatinya agar setiap manusia mengetahui apa tugas hidupnya dan bagaimana ia harus melakukannya.

Al-Quranul Karim memperkenalkan Nabi Muhammad saw sebagai contoh dan teladan sempurna bagi manusia di seluruh sendi-sendi kehidupan. Sebagaimana yang dinyatakan Al-Quran dalam surat Al-Ahzab ayat 21, Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Rasulullah saw adalah teladan manusia yang paling utama di sepanjang sejarah. Sebelum mengajak manusia melalui dakwah lisan, beliau terlebih dahulu mengamalkan apa yang ia serukan kepada umatnya. beliau mengajak manusia menuju kebahagiaan lewat perilaku yang ia contohkan sendiri. Imam Ali as, salah seorang manusia agung hasil didikan Rasulullah saw menuturkan, "Setiap hari, Nabi memperlihatkan padaku salah satu kemuliaan akhlaknya dan mengajakku untuk menirukannya".

Rasulullah saw mempunyai perilaku dan akhlak yang amat terpuji serta menjadi rahmat dan berkah bagi semua mahkluk. Ia membawa ajaran akhlak yang mulia bagi seluruh manusia sebagaimana yang ia tuturkan sendiri bahwa dirinya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. [Sumber: indonesian.irib.ir]

Memilih teladan dan contoh yang tepat dalam kehidupan pribadi dan sosial merupakan perkara yang menentukan. Bahkan, sebagian para nabi menganggap bahwa mereka pun memerlukan teladan yang sempurna. Mereka merujuk kepada manusia-manusia yang mereka anggap layak dijadikan sebagai teladan untuk menempuh jalan kesempurnaannya. Sebagai misal, Nabi Musa as berguru kepada Nabi Hidhir untuk memperoleh hikmah dan makrifah. Dalam surat Al-Kahfi ayat 66 dinyatakan, "Musa Berkata kepada Khidhr: "Bolehkah Aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang Telah diajarkan kepadamu?"

Nabi Musa as dengan melontarkan pertanyaan itu menunjukkan bahwa perubahan dan revolusi diri tidak terbatas pada masa tertentu. Manusia di setiap usia dan peringkat keilmuan manapun senantiasa memerlukan seorang pembimbing yang bisa menjadi pelita dan penuntun jalan.

Al-Quranul Karim memperkenalkan karakter utama para manusia-manusia teladan dengan menceritakan kehidupan pribadi mereka. Al-Quran mengajarkan manusia untuk menjadikan perilaku dan pemikiran manusia-manusia agung itu sebagai landasan hidupnya. Dengan cara itu, mereka diharapkan bisa mengubah nasib diri dan masyarakatnya.

Al-Quran menyontohkan Siti Asiah, istri Firaun sebagai teladan utama bagi orang-orang beriman. Siti Asiah adalah perempuan mulia dan ahli iman. Meski ia hidup di tengah situasi yang sangat kelam, namun ia tidak terpengaruh oleh kehinaan pemerintahan Firaun yang zalim. Dengan selalu bertawakkal kepada Allah, ia berupaya menjauhkan diri dari noda-noda hitam lingkungan di sekitarnya dan memilih jalan yang benar. Dalam surah At-Tahrim ayat 11 dinyatakan, "Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah Aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah Aku dari kaum yang zhalim."

Bunda Mariam adalah teladan utama lainnya yang diperkenalkan oleh Al-Quran. Al-Quran menyebut ibunda nabi Isa as ini sebagai teladan kaum perempuan di zamannya. Salah satu nama surat Al-Quran juga dinamai dengan nama perempuan agung ini. Dia adalah perempuan surga. Kejujuran, menjaga kehormatan dan kesucian adalah sejumlah sifat-sifat utama bunda Mariam yang disebut Al-Quran. Oleh karena itu, Tuhan menempatkan beliau sebagai perempuan plihan dan menjadikan beliau sebagai ibu yang melahirkan nabi Isa as.

Kesabaran dan sikap tawakkal bunda Mariam yang juga muncul dalam pribadi nabi Isa as merupakan sifat utama beliau lainnya yang dipuji oleh Allah swt dalam Al-Quran. Dalam kitab sucinya ini, Allah swt menjelaskan karekter dan sifat-sifat terpuji bunda Mariam kepada seluruh umat manusia.

Salah satu teladan lainnya yang diperkenalkan oleh Al-Quran adalah kelompok Ashabul-Kahfi. Dalam surat Al-Kahfi ayat 9 hingga 26, Al-Quran mengisahkan perjalanan hijrah sekelompok pemuda demi mempertahankan kebenaran yang mereka raih. Allah swt menyebut mereka sebagai teladan yang mulia. Para pemuda Ashabul Kahfi mulanya adalah anak-anak muda yang terbiasa hidup dalam kenikmatan dan kemewahan. Namun demi mempertahankan akidah dan keyakinannya serta menentang penguasa yang zalim di masanya, mereka rela meninggalkan seluruh kenikmatan itu dan menyembunyikan diri di sebuah gua. Hal ini merupakan bukti dari keteguhan dan pengorbanan mereka dalam berjuang di jalan ilahi. Allah swt dalam surat Al-Kahfi ayat 13 berfirman, "Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita Ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk."

Benar, Ashabul Kahfi adalah para pemuda teladan. Meski mereka tergolong masih mudah dan diliputi dengan semangat anak muda yang menyukai kesenangan, namun mereka tetap teguh berjuang mempertahankan akidah tauhidnya dan menentang kesyirikan. Sehingga Allah swt pun memberikan mereka hidayah. Karena itulah mereka adalah para pemuda yang dilayak dijadikan sebagai teladan sebagaimana yang ditegaskan oleh Al-Quran.

Nabi Yusuf as merupakan salah satu manusia yang diperkenalkan Al-Quran sebagai model pendidikan. Perjalanan hidup nabi Yusuf pun disebut Al-Quran sebagai kisah terbaik. Al-Quran menyebut beliau sebagai pahlawan perjuangan yang berhasil melawan godaan hawa nafsunya. Menurut Islam, jihad yang paling utama adalah jihad melawan hawa nafsu. Nabi Yusuf adalah seorang pemuda yang paling tampan. Suatu hari ia mendapat godaan dari Zulaikha, istri penguasa negeri Mesir di masa itu. Namun dengan berbekal tawakkal kepada Allah, beliau menampik godaan itu dan berhasil menundukkan hasrat hawa nafsunya. Nabi Yusuf bahkan rela dipenjara dan menerima hukuman apapun demi mempertahankan katakwaannya dan memerangi hawa nafsu.

Dalam surah Yusuf ayat 33 disebutkan, "Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih Aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu Aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah Aku termasuk orang-orang yang bodoh."

Dengan demikian, seluruh manusia teladan yang ditampilkan Al-Quran sebagai model pendidikan adalah para tokoh terpandang yang selalu berjuang di jalan Allah. Mereka senantiasa bersandar pada rahmat dan kasih sayang Tuhannya. Dengan melihat sejarah perjalanan hidup mereka, tampak nyata bahwa pasang surut kehidupan hanya bisa dilalui dengan cara melangkah di jalan yang benar.

Selain nama-nama agung sebagaimana yang telah kita kenal tadi, Al-Quran juga menyebut nama nabi Ismail as, putra nabi Ibrahim as sebagai simbol penyerahan diri kepada Allah swt. Begitu juga dengan ayahnya, Nabi Ibrahim as. Beliau adalah contoh manusia ikhlas yang tunduk kepada kehendak Allah swt. Belau bahkan bersedia untuk menyembelih putranya, nabi Ismail as sebagai korban lantaran Allah swt memerintahkan hal itu kepadanya lewat sebuah mimpi.

Nama nabi Ayyub as adalah teladan utama lainnya yang disebut oleh Al-Quran. Beliau adalah teladan kesabaran dan keteguhan dalam menghadapi beragam cobaan.

Tentu saja, Al-Quran tidak hanya memperkenalkan pada kita contoh manusia-manusia yang baik saja, tapi juga contoh manusia-manusia yang jahat dan tercela. Di samping menyebut nama-nama agung semacam siti Asiah, bunda Mariam, nabi Ismail, nabi Ibrahim, dan teladan-teladan mulia yang lain, Al-Quran juga memperkenalkan orang-orang zalim semacam Firaun, Qarun, istri nabi Luth dan istri nabi Nuh as. Mereka adalah orang-orang yang terperosok dalam kesesatan. Al-Quran mengungkapkan cerita hidup manusia-manusia semacam itu supaya dijadikan ibrah atau pelajaran bagi umat manusia. Dengan cara itu, Al-Quran ingin membuktikan bahwa hanya orang-orang yang berjalan di jalan kebenaran saja yang bisa meraih kejayaan dan kebahagiaan sejati. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Al-Quran dalam surat Al-An'am ayat 90, "Mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka" [Sumber: indonesian.irib.ir]