38
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Berikut ini dikemukakan beberapa penelitian mutakhir sebelumnya yang mengangkat topik yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut ditinjau lalu dibandingkan dengan penelitian ini sehingga tampak sejauhmana penelitian ini penting bagi dunia pendidikan dan mendesak untuk dilakukan. Hirano dalam makalahnya The Importance of Learning and Teaching Communicative Writing: To End the Primacy Battle between Writing and Speaking (2010) memaparkan bagaimana keterampilan menulis dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Di samping itu, juga menunjukkan betapa pentingnya untuk mentransformasikan aktivitas menulis belaka menjadi aktivitas menulis komunikatif dalam pembelajaran bahasa Inggris. Hirano mengemukakan bahwa guru dalam mengajarkan bahasa Inggris hanya menekankan terjemahan sebagai aktivitas menulis yang paling utama. Walaupun metode grammar-translation sangat banyak dikritisi, metode tersebut tidak sepenuhnya menghilang atau tidak digunakan lagi. Selain itu, dijelaskan juga bahwa ketika orang Jepang menggunakan bahasa asing, mereka harus mengetahui perbedaan dan persamaan pola gagasan bahasa tersebut dengan bahasa Jepang, yang membuat menulis komunikatif menjadi sulit. Penelitian Hirano tersebut hanyalah penelitian

MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN

MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Berikut ini dikemukakan beberapa penelitian mutakhir sebelumnya yang

mengangkat topik yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut

ditinjau lalu dibandingkan dengan penelitian ini sehingga tampak sejauhmana

penelitian ini penting bagi dunia pendidikan dan mendesak untuk dilakukan.

Hirano dalam makalahnya The Importance of Learning and Teaching

Communicative Writing: To End the Primacy Battle between Writing and Speaking

(2010) memaparkan bagaimana keterampilan menulis dalam pengajaran dan

pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Di samping itu, juga

menunjukkan betapa pentingnya untuk mentransformasikan aktivitas menulis belaka

menjadi aktivitas menulis komunikatif dalam pembelajaran bahasa Inggris. Hirano

mengemukakan bahwa guru dalam mengajarkan bahasa Inggris hanya menekankan

terjemahan sebagai aktivitas menulis yang paling utama. Walaupun metode

grammar-translation sangat banyak dikritisi, metode tersebut tidak sepenuhnya

menghilang atau tidak digunakan lagi. Selain itu, dijelaskan juga bahwa ketika orang

Jepang menggunakan bahasa asing, mereka harus mengetahui perbedaan dan

persamaan pola gagasan bahasa tersebut dengan bahasa Jepang, yang membuat

menulis komunikatif menjadi sulit. Penelitian Hirano tersebut hanyalah penelitian

Page 2: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

9

deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya

berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran menulis komunikatif.

Tentu saja terdapat perbedaan yang cukup besar antara penelitian ini dan penelitian

Hirano karena penelitian ini akan menunjukkan bagaimana penerapan WCA dalam

RPP pada pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Hal

tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini merupakan sebuah penelitian yang

berbeda dan baru karena lebih memberikan konstribusi nyata pada suatu proses

pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing dibandingkan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Hirano.

Penelitian Zubadiah (2011) berjudul “Penerapan Pendekatan Komunikatif dalam

Pembelajaran bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada

Siswa Kelas III SDN Pisangcandi 2 Malang”. Penelitian Zubadiah merupakan

penerapan pendekatan komunikatif dalam pengajaran keterampilan berbicara dari

segi keberanian, keaktifan, kelancaran, intonasi, dan keruntutan dalam melakukan

percakapan, dan diksi. Apabila dibandingkan dengan penelitian ini, penelitian ini

selain memfokuskan pada pengajaran keterampilan berkomunikasi juga menitik-

beratkan pada keterampilan menulis dan penggunaan tata bahasa yang baik dan benar

dari bahasa Inggris. Artinya, penelitian ini tidak hanya melihat dari segi pengajaran,

tetapi juga dari segi kelinguistikan. Dengan kata lain, bila dibandingkan dengan

penelitian Zubadiah, penelitian ini tidak hanya bermanfaat dari aspek pengajaran,

tetapi juga dari aspek linguistik. Penelitian ini diharapkan akan menjadi inspirasi bagi

Page 3: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

10

peneliti lain yang tertarik tidak saja pada dunia pendidikan, tetapi juga peneliti yang

tertarik pada linguistik.

Penilitian Pratiwi (2012) berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan

Metode Debat Plus dalam Proses Pembelajaran Bahasa Inggris pada Siswa Kelas XI

IPA SMA Pariwisata Kerha Wisata Denpasar”. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa pengunaan metode debat plus dapat meningkatkan keterampilan

berbicara bahasa Inggris berupa peningkatan dari segi pelafalan dan pemilihan kosa-

kata hingga sebesar 25% setelah dilakukan dua tahap siklus penelitian. Perbedaan

antara penelitian ini dan penelitian Pratiwi adalah pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan komunikatif, sedangkan penelitian Pratiwi

menggunakan metode debat plus. Di samping itu, penelitian yang dilakukan Pratiwi

hanya mencermati peningkatan keterampilan berbicara siswa dari segi pelafalan.

Penelitian ini dirasakan dapat memberikan sumbangan yang lebih tepat sasaran

dibandingkan dengan penelitian Pratiwi. Dikatakan demikian karena penelitian ini

menerapkan pendekatan komunikatif dengan WCA untuk meningkatkan kemampuan

berkomunikasi yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan kemampuan

tata bahasa Inggris siswa.

Penelitian berikutnya oleh Rahayu (2012) dengan judul “Penerapan Pendekatan

Kontekstual dalam Peningkatan Kompetensi Menulis Karangan Deskriptif pada

Siswa Kelas VIII SMP Harapan Mulia Denpasar TP 2011/2012.” Dalam penelitian

itu Rahayu menyimpulkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dalam

pembelajaran keterampilan menulis karangan deskriptif dapat meningkatkan

Page 4: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

11

kompetensi menulis karangan deskriptif siswa yang ditunjukkan dengan tingkat

ketuntasan 67,86% pada siklus I dan 100% pada siklus II. Penelitian Rahayu

menitikberatkan pada peningkatan kompetensi menulis yang terbatas hanya pada

menulis karangan deskriptif. Di pihak lain penelitian ini tidak hanya difokuskan pada

peningkatan kemampuan menulis dalam hal ini penguasaan tata bahasa Inggris, tetapi

juga kemampuan siswa dalam memproduksi suatu ujaran yang tepat dari situasi

komunikasi yang diberikan. Inilah yang menunjukkan salah satu keunggulan

penelitian ini dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu.

Keunggulan lain penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Rahayu adalah

penelitian Rahayu menggunakan pendekatan kontekstual, sedangkan penelitian ini

menggunakan WCA. Artinya, tidak hanya terdapat konteks yang tercakup di

dalamnya, tetapi juga kompetensi menulis secara umum, yaitu penggunaan tata

bahasa Inggris yang tepat menjadi perhatian penulis dalam penelitian ini.

2.1 Konsep

Terdapat beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Konsep-konsep

tersebut akan memberikan batasan terhadap terminologi teknis yang ditemukan dalam

penelitian ini. Adapun konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini seperti

berikut.

Page 5: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

12

2.1.1 Written Communicative Activity

Berikut dipaparkan beberapa definisi tentang WCA.

1) Written communicative activity (WCA) adalah aktivitas menulis yang tidak hanya

menekankan pada ketepatan suatu tata bahasa, tetapi juga pada penggunaan

aktivitas tersebut yang ditujukan pada keberadaan pembaca atau pendengar untuk

menggunakan kemampuan performatif guna mencipatakan komunikasi yang

bermakna (Widdowson, 1978).

2) Written communicative activity (WCA) adalah aktivitas, ketika pembelajar perlu

mengekspresikan diri melalui bahasa yang merupakan kriteria paling penting

untuk menyeleksi, menilai, dan mengorganisasikan bahasa yang diajarkan dalam

proses belajar mengajar (Abbs dan Freebairn, 1980).

3) Written communicative activity (WCA) adalah aktivitas dalam proses pengajaran

bahasa yang dirancang atas pertimbangan untuk menghasilkan siswa yang mampu

berkomunikasi (communication output) (Harmer, 1986: 47).

Dari beberapa definisi tentang WCA oleh para ahli di atas, penelitian ini

menggunakan pendapat Harmer (1986). Pendapat Harmer dipilih karena paling

relevan dengan penelitian ini yang mengintegrasikan antara keterampilan menulis dan

keterampilan berbicara siswa, yakni pemahaman konteks komunikasi bahasa Inggris,

sehingga mampu menggunakan bahasa Inggris yang tepat sesuai dengan konteks

komunikasi yang diberikan. Di samping itu, pandangan Harmer dilengkapi dengan

beberapa contoh WCA yang dapat diterapkan dalam pengajaran bahasa. Hal tersebut

dipaparkan lebih terperinci pada landasan teori.

Page 6: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

13

Berdasarkan definisi-definisi WCA di atas, dapat dikatakan bahwa konsep

operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep tentang perancangan

WCA. Perancangan WCA adalah perancangan suatu aktivitas menulis komunikatif

yang disesuaikan dengan pembaca atau pendengar (target audience) (Widdowson,

1978).

2.1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Setelah suatu silabus disusun, maka dalam suatu proses balajar mengajar

dirancang suatu rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikenal dengan RPP.

Adapun definisi-definisi tentang RPP adalah sebagai berikut.

1) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran

tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih yang dikembangkan secara terperinci

dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus untuk

mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai kompetensi

dasar (KD) (Nasution, 1989).

2) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan

prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam

silabus (PP No. 19, Tahun 2005, pasal 20).

3) RPP adalah rencana operasional kegiatan pembelajaran setiap kompetensi dasar

atau beberapa kompetensi dasar (KD) dalam setiap tatap muka di kelas (Sudjana,

1988).

Page 7: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

14

Dari definisi-definisi tentang RPP di atas, maka batasan terhadap terminologi

teknis yang digunakan dan berkaitan dengan penelitian ini adalah definisi RPP oleh

Nasution. Definisi tersebut dipilih karena paling relevan dengan penelitian ini.

2.2 Landasan Teori

Sejumlah pandangan para ahli digunakan sebagai landasan teori, yaitu landasan

berpikir yang bersumber dari beberapa teori yang diperlukan sebagai tuntunan untuk

memecahkan permasalahan seperti yang telah dipaparkan pada rumusan masalah

penelitian ini. Adapun teori-teori yang digunakan sebagai landasan teori dalam

penelitian ini adalah teori pembelajaran dan pengajaran bahasa (Brown, 1987).

Menurut Brown (1987), pengajaran tidak dapat didefinisikan secara terpisah dengan

pembelajaran. Pengajaran memfasilitasi dan memandu pembelajaran sehingga

memudahkan pembelajar untuk mempersiapkan kondisi dalam proses pembelajaran.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, teori-teori pengajaran dan pembelajaran

bahasa yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut: prosedur identifikasi kesalahan data produksi pembelajar bahasa

asing (Corder, 1971), tata bahasa Inggris (Murphy, 1985), jenis-jenis WCA dalam

pengajaran bahasa (Harmer, 1983), dan teori perbaikan dalam WCA (Byrne, 1988).

2.3.1 Prosedur Identifikasi Kesalahan Data Produksi Pembelajar Bahasa Asing

Prosedur identifikasi kesalahan data produksi pembelajar bahasa asing adalah

suatu prosedur yang dikemukakan oleh Corder yang terdapat pada teori pembelajaran

Page 8: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

15

dan pengajaran bahasa (Brown, 1987). Prosedur identifikasi kesalahan data produksi

pembelajar bahasa asing digunakan sebagai landasan teori untuk memecahkan

permasalahan yang pertama dan ketiga penelitian ini, yaitu untuk mengetahui tingkat

kemampuan pemahaman konteks komunikasi bahasa Inggris siswa kelas X IPA 3 dan

X IPA 4 SMA Negeri 2 Denpasar.

Prosedur identifikasi kesalahan data produksi pembelajar bahasa asing digunakan

dalam menganalisis data hasil pengamatan dan prates yang diberikan kepada siswa

pada tahap awal penelitian ini. Dari hasil analisis tersebut, dapat diketahui sejauh

mana tingkat kemampuan penguasaan konteks komunikasi siswa kelas X IPA 3 dan

X IPA 4 SMA Negeri 2 Denpasar sebelum penerapan WCA. Dalam penelitian ini hal

tersebut termasuk rumusan permasalahan yang pertama. Selain itu, pada tahap akhir

penelitian prosedur ini juga digunakan untuk mengetahui kemampuan penguasaan

konteks komunikasi siswa kelas X IPA 3 (KE) dan X IPA 4 (KP) SMA Negeri 2

Denpasar setelah penerapan WCA yang merupakan rumusan permasalahan yang

ketiga dalam penelitian ini.

Prosedur ini merupakan sebuah model yang digunakan untuk mengenali ujaran

salah dan janggal dalam sebuah bahasa asing ataupun bahasa kedua. Dalam model

ini, dibedakan antara kesalahan terbuka dan kesalahan tertutup. Ujaran-ujaran yang

tidak gramatikal digolongkan ke dalam kesalahan terbuka. Ujaran-ujaran yang benar

secara gramatikal, tetapi tidak dapat ditafsirkan dalam konteks komunikasi

digolongkan ke dalam kesalahan tertutup (Corder, 1971).

Page 9: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

16

Menurut model Corder, baik dalam kesalahan terbuka maupun tertutup, jika

penafsiran yang masuk akal bisa dibuat untuk suatu kalimat, harus dibentuk ulang

kalimat dalam bahasa sasaran, kemudian rekonstruksi itu dibandingkan dengan

kalimat janggal semula, lalu dijelaskan perbedaan-perbedaannya. Jika bahasa pertama

pembelajar diketahui, model itu menunjukkan penggunaan terjemahan sebagai sebuah

kemungkinan indikator interferensi bahasa asal sebagai sumber kesalahan.

Berikut ditampilkan bagan model prosedur identifikasi kesalahan dalam data

produksi pembelajar bahasa asing.

Page 10: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

17

Berikut dipaparkan contoh-contoh ujaran janggal pembelajar yang dimasukkan

ke prosedur Corder untuk dianalisis kesalahannya.

(1) “Does John can sing?”

Langkah pertama dalam menganalisis ujaran ini adalah menjawab pertanyaan A

dalam model Corder. Dari ujaran (1) di atas tampak bahwa ujaran tersebut tidak tepat

dalam tata bahasa sehingga alur analisis menuju pilihan ‘tidak’. Sehubungan dengan

itu, kalimat tersebut digolongkan ke dalam kalimat janggal terbuka. Selanjutnya, alur

menuju pertanyaan C. Dari pertanyaan itu, ujaran (1) dapat diberikan penafsiran yang

masuk akal dalam konteks itu. Selanjutnya, alur analisis beranjak pada tahap D, yakni

merekonstruksi ujaran (1), sehingga tersusun baik menjadi “Can John sing?” Tahap

berikutnya – sesuai dengan tahap E, ujaran (1) dibandingkan dengan ujaran hasil

rekonstruksi sehingga ditemukan bahwa ujaran (1) mengandung kata bantu do yang

bisa diterapkan untuk hampir semua verba, tetapi tidak untuk modal (can).

Secara singkat, alur analisis ujaran (1) sesuai dengan prosedur identifikasi

kesalahan dalam data produksi pembelajar bahasa asing dapat diilustrasikan seperti

berikut ini.

“Does John can sing?” A Tidak C Ya D (“Can John sing?”) E

(ujaran “Does John can sing?” dibandingkan dengan “Can John sing?” ditemukan

bahwa ujaran “Does John can sing?” mengandung kata bantu do yang bisa diterapkan

untuk hampir semua verba, tetapi tidak untuk modal ‘can’) KELUARAN2

Page 11: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

18

(2) “I saw their department”

Langkah pertama dalam menganalisis ujaran ini adalah menjawab pertanyaan A

dalam model Corder. Dari ujaran (2) di atas tampak bahwa ujaran tersebut tepat

dalam tata bahasa sehingga alur analisis menuju pilihan ‘ya’. Selanjutnya, alur

menuju pertanyaan B. Dari pertanyaan itu ujaran (2) tidak dapat diberikan penafsiran

yang normal menurut kaidah bahasa sasaran (bahasa Inggris) dan tidak masuk akal

dalam konteks itu, maka alur analisis menuju pilihan ‘tidak’ sehingga ujaran tersebut

digolongkan ke dalam kalimat janggal tertutup.

Selanjutnya, alur menuju pertanyaan C. Dari pertanyaan itu ujaran (2) tidak dapat

diberikan penafsiran yang masuk akal dalam konteks itu, sehingga alur analisis

beranjak pada pilihan ‘tidak’ kemudian ke pertanyaan F. Dalam hal ini bahasa ibu

pembelajar diketahui, yakni bahasa Indonesia. Tahap berikutnya berlanjut ke tahapan

G. Ujaran (2) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, yakni “Saya melihat bagian

mereka” dan dari terjemahan tersebut, penafsiran yang masuk akal dalam konteks

tersebut dimungkinkan. Ujaran dalam bahasa pertama diterjemahkan kembali ke

bahasa sasaran untuk menghadirkan kalimat yang dibentuk ulang. Alur selanjutnya ke

tahap E sehingga ditemukan perbedaan bahwa (i) dalam bahasa sasaran (bahasa

Inggris) – dikaji dari struktur urutan kata, possessive adjective (their) muncul

sebelum nomina dan atau objek dalam ujaran tersebut (department). Berbeda dengan

bahasa pertama, kata ‘bagian’ (nomina-objek) muncul sebelum kata ‘mereka’. (ii)

dalam ujaran (2) walaupun tidak ditemukan kata keterangan waktu, konteks ujaran

tersebut adalah kejadian pada masa lampau. Hal itu dicermati dari kata saw yang

Page 12: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

19

merupakan verba bentuk II yang digunakan dalam bahasa Inggris untuk menunjukkan

sesuatu yang telah lampau. Namun, pada bahasa Indonesia, kata ‘melihat’ tidak dapat

memberikan informasi kepada para petutur atau pembaca bahwa kalimat tersebut

terjadi pada masa lampau meskipun penafsiran yang masuk akal diperoleh dari

konteks ujaran tersebut.

Secara singkat, alur analisis ujaran (2) sesuai dengan prosedur identifikasi

kesalahan dalam data produksi pembelajar bahasa asing dapat diilustrasikan seperti

berikut ini.

“I saw their department” A Ya B Tidak (konteksnya adalah sebuah

percakapan tentang lingkungan kerja) Kalimat janggal tertutup C Tidak F

Ya (bahasa Indonesia) G (Saya melihat bagian mereka) Ya “I saw their

department” E dalam bahasa sasaran (bahasa Inggris) – dikaji dari struktur

urutan kata, possessive adjective (their) muncul sebelum nomina dan atau objek

dalam ujaran tersebut (depatment). Berbeda dengan bahasa pertama, kata ‘bagian’

(nomina-objek) muncul sebelum kata ‘mereka’. (ii) dalam ujaran (2) walaupun tidak

ditemukan kata keterangan waktu, konteks ujaran tersebut adalah kejadian pada masa

lampau. Hal itu dicermati dari kata saw yang merupakan verba bentuk II yang

digunakan dalam bahasa Inggris untuk menunjukkan sesuatu yang telah lampau.

Namun, dalam bahasa Indonesia kata ‘melihat’ tidak dapat memberikan informasi

kepada para petutur atau pembaca bahwa kalimat tersebut terjadi pada masa lampau

meskipun penafsiran yang masuk akal diperoleh dari konteks ujaran tersebut

KELUARAN2.

Page 13: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

20

Dari pemaparan contoh di atas, dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh dari

hasil observasi terhadap proses belajar mengajar di dalam kelas dan hasil prates yang

diberikan siswa dianalisis berlandaskan prosedur oleh Corder (1971) tersebut.

Dengan demikian, akan tampak sejauhmana kemampuan penguasaan konteks

komunikasi siswa sebelum penerapan WCA dalam RPP yang digunakan, seperti

rumusan permasalahan yang pertama pada penelitian ini. Di samping itu, prosedur ini

pun digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari KE pada tahap akhir

penelitian untuk mengetahui kemampuan penguasaan tata bahasa Inggris dan konteks

komunikasi siswa kelas X IPA 3 (KE) dan X IPA 4 SMA Negeri 2 Denpasar (KP)

setelah penerapan WCA, seperti rumusan permasalahan yang ketiga. Dari hasil

analisis tersebut, akan tampak sejauh mana variabel bebas (penerapan WCA dalam

RPP) berpengaruh terhadap hasil pascates pada KE dan KP.

2.3.2 Tata Bahasa Inggris

Seperti telah dipaparkan sebelumnya bahwa WCA merupakan aktivitas yang

tidak hanya dapat melatih keterampilan komunikatif siswa, tetapi juga berguna untuk

melatih penguasaan tata bahasa yang dipelajari oleh siswa. Sehubungan dengan itu,

teori tentang tata bahasa Inggris juga digunakan sebagai landasan teori untuk

menjawab permasalahan yang pertama dan ketiga dalam penelitian ini. Tata bahasa

Inggris digunakan sebagai landasan teori untuk dapat menganalisis penguasaan siswa

terhadap tata bahasa Inggris sebelum dan sesudah diterapkan WCA dalam penelitian

ini.

Page 14: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

21

Adapun tata bahasa Inggris yang digunakan sebagai landasan teori dalam penelitian

ini merujuk pada teori tata bahasa Inggris oleh Murphy (1985) seperti berikut ini.

1) Tenses Present

(1) Simple Present

Tom memilki kebiasaan.Dia makan malam setiap hari. (He eatsevery day)Dia sudah makan malam setiap harisejak dia kecil.Dia makan malam setiap hari bulanlalu. Dia makan malam kemarin. Diaakan makan malam besok. Diamungkin akan makan malam hampirsetiap hari hingga akhir hidupnya.

× × × × × × × × ×

× = makan malam

Tenses jenis ini digunakan untuk membicarakan hal-hal pada umumnya,

sesuatu yang terjadi sepanjang waktu atau terus-menerus, menyatakan sesuatu

yang benar secara umum, menyatakan seberapa sering suatu kegiatan dilakukan,

dan untuk membuat suatu saran.

Contoh: Nurses look after patients in hospital.

I work in a bank.

The earth goes round the sun.

Why don’t you go to bed early?

Page 15: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

22

Untuk kalimat tanya dan negasi seperti di bawah ini.

Contoh: Do I/we/they/you work?

Does she/he/it work?

I/we/they/you don’t work.

(2) Present Continuous

Pukul 7:00 malam ini, Tom memulaimakan malamnya. Sekarang jam 7:15.Tom sedang dalam percakapan melaluitelpon dengan Mary karena Marymenghubunginya.“Nanti aku telpon kembali ya.Aku sedang makan malamsekarang.(I’m eating dinner rightnow)”Artinya, Tom sedang makan malamketika Mary menelpon.

7:00× × ×

7:15Mary

Tenses jenis ini digunakan untuk membicarakan sesuatu yang terjadi pada

saat percakapan berlangsung dan situasi yang sementara.

Contoh: He’s playing tennis.

I’m living with some friends until I can find a flat.

Page 16: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

23

(3) Present Perfect Simple

Tom selesai makan malam pukul 7:30.Sekarang pukul 8:00 dan ibunya masukke dapur dan berkata, “Apa yang kamuingin makan untuk makan malam?”Tom menjawab,“Terima kasih,bu tapi saya sudahmakan.”(Thanks, Mom. But I have alreadyeaten dinner).

7:00-7:30makan malam

× ×

8:00Ibu

Tenses jenis ini digunakan untuk membicarakan hal atau peristiwa yang

masih memiliki hubungan dengan masa sekarang dan untuk memberikan

informasi baru atau sesuatu yang baru-baru ini terjadi.

Contoh: I’ve lost my key. (= I haven’t got it now)

Ow! I’ve burnt myself.

Page 17: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

24

(4) Present Perfect Continuous

Tom mulai makan malamnya pukul7:00. Sekarang pukul 7:15.Tom sudah makan malam selama 15menit tapi dia belum selesai.(He has been eating dinner for 15minutes but he hasn’t finished yet)Artinya, makan malamnya telahberlangsung selama 15 menit.

7:00mulai makan

× ×

15 menit7:15

Sekarang

Tenses jenis ini digunakan untuk membicarakan suatu tindakan atau kejadian

yang dimulai pada waktu lampau dan telah berakhir beberapa saat lalu, untuk

menyatakan atau bertanya tentang berapa lama sesuatu telah terjadi pada kasus ini

kejadian tersebut dimulai pada waktu lampau dan masih berlangsung atau baru

saja selesai, dan untuk menyatakan sesuatu yang terjadi berulang-ulang pada

suatu periode waktu.

Contoh: You’re out of breath. Have you been running?

It has been raining for two hours.

How long have you been smoking?

Page 18: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

25

2) Tenses Past

(1) Simple Past

Tom biasanya makan malam di rumah.Tapi kemarin Dia makan malam disebuah restauran(He ate dinner at a restaurant)

×

× = makan malamTenses jenis ini digunakan untuk membicarakan suatu hal yang terjadi pada

masa lampau.

Contoh: Mr. Edward died ten years ago.

I was angry because Tom and Ann were late.

(2) Past Continuous

Minggu lalu Tom pergi ke sebuahrestauran. Dia mulai makan jam 7:00.Jam 7:15 Mary datang ke restaurantersebut, melihat lalu menyapa Tom.Makanan Tom masih di depannya. Diabelum selesai makan. Artinya, ketikaMary datang, Tom sedang makan.(when Mary walked into the restaurant,Tom was eating dinner)”

7:00 7:15 selesaiMary makan

Page 19: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

26

Tenses jenis ini digunakan untuk membicarakan suatu kejadian yang telah

terjadi sebelumnya, tetapi belum selesai (kemungkinan telah selesai atau belum

selesai).

Contoh: Tom was cooking the dinner = Dia masih memasak, tetapi tidak

diketahui dia sudah selesai atau belum.

Tom cooked the dinner = Dia sudah selesai memasak.

(3) Past Perfect

Kemarin Tom masak sendiri pukul 7:00dan selesai pukul 7:30.Pukul 8:00 ibunya masuk ke dapur danberkata, “Apa yang kamu ingin makanuntuk makan malam?”Tom menjawab,“Terima kasih,bu tapi saya sudahmakan.”(Thanks, Mom. But I had alreadyeaten dinner).

7:00-7:30makan malam

×

8:00ibu

Tenses jenis ini digunakan untuk membicarakan sesuatu yang terjadi pada

masa lampau. Tenses ini merupakan bentuk lampau dari present perfect.

Contoh: Present Perfect: I’m not hungry. I’ve just had lunch.

Past Perfect: I wasn’t hungry. I’d just had lunch.

Page 20: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

27

(4) Past Perfect Continuous

Minggu lalu Tom pergi ke sebuahrestauran. Dia mulai makan jam 7:00.Jam 7:15 Mary datang ke restaurantersebut, melihat lalu menyapa Tom.Makanan Tom masih di depannya. Diabelum selesai makan. Artinya, ketikaMary datang, Tom sedang makan.(when Mary walked into the restaurant,Tom had been eating dinner)”

7:00mulai makan

15 menit7:15Mary

Tenses jenis ini digunakan untuk membicarakan suatu hal yang terjadi

sebelum suatu hal lain terjadi.

Contoh: They had been playing football for half an hour when there was a

terrible storm.

Page 21: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

28

(3) Tenses Future

(1) Will (Simple)

Tom makan malam kemarin.Tom makan malam setiap hari.Dia akan makan malam besok(He will eat dinner tomorrow).

×

× = makan malam

Tenses jenis ini digunakan untuk membicarakan hal-hal berikut.

- Suatu hal yang akan dilakukan dan keputusan untuk melakukannya terjadi

pada saat pembicaraan terjadi: Oh, I’ve left the door open. I’ll go and shut it.

- Menawarkan sesuatu: That bag looks heavy. I’ll help you with it.

- Persetujuan atau penolakan terhadap sesuatu: I’ve asked John to help me but

he won’t. = will not.

- Janji untuk melakukan sesuatu: I’ll pay you back on Friday.

- Menanyakan kesediaan seseorang untuk melakukan sesuatu: Will you shut

the door, please?

(2) Going to

Tenses jenis ini digunakan untuk membicarakan suatu hal yang sudah

diputuskan sebelumnya untuk dilakukan.

Contoh: I’m going to repair it tomorrow.

Page 22: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

29

(3) Future Continuous

Tom akan mulai makan malamnya pukul7:00 nanti malam.Tom memerlukan 30 menit untukmenghabiskan makanannya.Artinya, ketika Mary tiba malam ini, Tomsedang makan.(when Mary arrives tonight, Tom will beeating dinner)”

7:00× × ×

7:15Mary

Tenses jenis ini digunakan untuk membicarakan suatu hal yang akan terjadi

pada saat suatu hal lain sedang terjadi pada masa mendatang.

Contoh: You’ll recognize her when you see her. She’ll be wearing a yellow

hat.

Page 23: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

30

(4) Future Perfect

Besok Tom akan mulai makanmalamnya pukul 7:00 dan selesai pukul7:30.Pukul 8:00 ibunya akan masuk kedapur.Tom akan sudah selesai makan ketikaibunya masuk ke dapur(Tom will already have eaten dinnerby the time his mother walks into thekitchen).

7:00-7:30makan malam

× ×

8:00ibu

Tenses jenis ini digunakan untuk membicarakan sesuatu yang telah terjadi

pada masa mendatang.

Contoh: We’re late. I expect the film will already have started by the time we

get to the cinema.

2.3.3 Jenis-jenis Aktivitas Komunikatif Tertulis (Written Communicative Activity)

dalam Pengajaran Bahasa

Untuk dapat menjawab rumusan permasalahan yang kedua, jenis-jenis WCA

penting dijadikan landasan teori dalam penelitian ini. Jenis-jenis WCA diperlukan

dalam perancangan RPP yang menggunakan WCA sehubungan dengan metode

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian dalam RPP

Page 24: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

31

tersebut. Jenis-jenis WCA dalam pengajaran bahasa yang digunakan sebagai landasan

teori dalam penelitian ini merujuk pada teori pengajaran dan pembelajaran bahasa

oleh Harmer (1983).

Adapun jenis-jenis WCA dalam pengajaran bahasa Inggris adalah sebagai berikut:

1) Penyampaian Instruksi (relaying instruction)

Tipe ini merupakan aktivitas berkelompok yang dapat dilakukan siswa dalam

kelas pada saat proses pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Pada

aktivitas ini siswa memiliki informasi yang diperlukan untuk dapat disampaikan

kepada siswa lainnya dalam suatu penugasan. Siswa yang memiliki informasi

tersebut diharapkan mampu membuat siswa atau kelompok lainnya untuk

mempresentasikan penugasan yang sama seperti informasi yang dimiliki dengan

cara memberikan atau menyampaikan instruksi tertulis kepada mereka. Contoh:

membuat model/percontohan, memberikan petunjuk arah/lokasi, menulis kalimat

perintah, dan menulis pesan.

2) Pertukaran Surat (exchanging letters)

Dalam tipe ini setiap siswa menulis surat, kemudian akan menerima sebuah surat

balasan dari siswa lainnya. Contoh: menulis surat undangan, menulis untuk kolom

agoni, surat keluhan pelanggan, dan menulis surat lamaran pekerjaan.

3) Permainan Menulis (writing games)

Adapun contoh permainan menulis yang dapat digunakan dalam aktivitas

komunikai tertulis ini adalah menjelaskan dan mengidentifikasikan sesuatu.

Page 25: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

32

4) Kelancaran Menulis (fluency writing)

Tujuan aktivitas ini adalah membuat siswa untuk dapat menulis sebanyak

mungkin dalam suatu durasi waktu yang diberikan. Dari hasil penelitian, aktivitas

ini tidak saja menghasilkan siswa yang mampu menulis dalam kuantitas yang

cukup banyak, tetapi juga terdapat peningkatan secara kualitas dari tulisan-tulisan

siswa. Contoh dari aktivitas tipe ini adalah cerita bergambar.

5) Pengonstruksian Cerita (story construction)

Tujuan aktivitas ini adalah memberikan informasi yang tidak lengkap kepada

siswa yang harus dilengkapi dengan siswa lainnya dengan tujuan menyatukan

sebuah naratif menjadi satu kesatuan yang utuh. Contoh: menulis suatu kasus dan

menulis cerita beruntun.

6) Menulis Laporan dan Iklan (writing reports and advertisement)

Contoh aktivitas ini adalah menulis siaran berita, menulis brosur untuk turis,

menulis iklan, dan menulis kuesioner tentang merokok.

2.3.4 Perbaikan dalam WCA

Selain jenis-jenis WCA, perbaikan (correction) dalam WCA (Harmer, 1983)

juga digunakan sebagai landasan teori dalam penelitian ini untuk menjawab rumusan

permasalahan yang kedua. Hal ini disebabkan oleh penerapan WCA dalam RPP

bahasa Inggris memerlukan suatu penilaian terhadap kemampuan siswa dalam

mencapai kompetensi-kompetensi dasar yang tercantum pada RPP tersebut sehingga

diperlukan prosedur-prosedur perbaikan hasil kerja siswa dalam prosesnya.

Page 26: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

33

Dalam perbaikan hasil WCA yang dilakukan oleh siswa, guru kemungkinan akan

membutuhkan waktu berkali-kali dalam menilai keakuratan tulisan siswa, bahkan

memerlukan waktu yang lebih banyak lagi jika menyangkut perbaikan terhadap isi

tulisan. Pengoreksian dalam hal ini dapat dilakukan tidak saja oleh guru, tetapi juga

oleh siswa. Jika guru mengoreksi, perlu memperhatikan isi tulisan dan menunjukkan

kepada siswa bagian mana dari pekerjaan mereka yang berhasil menyampaikan

maksud dan bagian mana yang kurang berhasil menyampaikan maksud mereka. Pada

perbaikan yang dilakukan oleh siswa, guru dalam hal ini berfungsi sebagai sumber,

dalam arti guru dapat membantu siswa yang bertugas mengoreksi jika mereka tidak

dapat menemukan kesalahan pada tulisan siswa lain yang diperiksa (Harmer, 1983).

Pada tahap pemroduksian tulisan yang akurat, prosedur perbaikan dapat terdiri

atas dua tahapan yang mendasar, yaitu seperti berikut.

1) Menunjukkan kesalahan

Pada tahap ini guru dapat mengindikasikan kepada siswa bahwa mereka telah

membuat suatu kesalahan. Jika siswa mengerti terhadap petunjuk yang diberikan oleh

gurunya, mereka akan mampu mengoreksi dirinya sendiri dan pengoreksian tersebut

akan berguna bagi mereka sebagai suatu proses pembelajaran.

Terdapat beberapa teknik untuk menunjukkan kesalahan atau kekeliruan, antara lain

sebagai berikut.

(1) Pengulangan

Guru dapat meminta siswa untuk mengulangi apa yang telah diujarkannya

dengan cara mengatakan “again.” Namun, terkadang dengan teknik ini, siswa

Page 27: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

34

tidak mengerti maksud guru yang secara tidak langsung menyatakan bahwa siswa

tersebut telah melakukan kekeliruan. Penerapan teknik ini cenderung

menimbulkan kesalahpahaman pada siswa yang menganggap bahwa guru tidak

mendengarkan apa yang baru saja telah diucapkan. Dengan demikian, akan

diperoleh respons yang kurang memuaskan dari siswa dengan pengulangan ujaran

yang sama persis dengan apa yang baru saja telah diujarkan.

(2) Penggemaan

Guru dapat menggemakan apa yang telah diujarkan siswa dengan intonasi

kalimat tanya. Ini mengindikasikan bahwa apa yang telah diujarkan keliru secara

tata bahasa ataupun isinya. Contohnya: “Flight 309 GO to Paris?” atau dengan

cara “Flight 309 go?”

(3) Penyangkalan

Guru dapat secara langsung memberitahukan siswa bahwa respons atau ujaran

mereka salah atau keliru dan meminta mereka untuk mengulanginya lagi. Teknik

ini mungkin akan membuat siswa menjadi tidak terdorong secara positif jika

dibandingkan dengan dua teknik sebelumnya.

(4) Mempertanyakan

Guru dapat bertanya “Is that correct?” kepada siswa lainnya saat seorang

siswa mengujarkan suatu ujaran yang salah. Ini akan menjadi keuntungan bagi

siswa lainnya sehubungan dengan membuat mereka tetap fokus dan

memperhatikan saat temannya sedang mengujarkan suatu ujaran. Namun, tentu

Page 28: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

35

saja dapat membuat siswa yang melakukan kesalahan menjadi pusat perhatian

akan kesalahan yang telah dibuatnya di depan teman-temannya.

(5) Pengekspresian

Beberapa guru mengoreksi ujaran yang tidak tepat dari siswanya dengan

ekspresi tertentu atau gerak tubuh tertentu. Ini akan menjadi ketidaknyamanan

bagi siswa apabila siswa tersebut menganggap bahwa ekspresi atau gerak tubuh

yang diberikan guru merupakan sesuatu yang menunjukkan bentuk penghinaan

terhadap siswa.

2) Menggunakan teknik-teknik perbaikan

Pada umumnya, menunjukkan kesalahan yang dilakukan siswa dapat diatasi

dengan siasat dan pertimbangan. Proses pengoreksian oleh siswa sendiri diharapkan

menjadi bagian penting dan berguna dari proses pembelajaran. Menunjukkan

kesalahan seharusnya ditunjukan dengan sikap yang positif, bukan sebagai cercaan

bagi siswa yang melakukan kesalahan (Harmer, 1983). Terkadang menunjukkan

kesalahan saja tidak cukup, maka seharusnya guru menggunakan beberapa teknik

pengoreksian seperti yang dipaparkan di bawah ini. Jika siswa tidak mampu

memperbaiki sendiri kesalahan yang dilakukannya, maka guru dapat menggunakan

satu dari beberapa teknik berikut ini.

(1) Siswa memperbaiki siswa

Guru dapat meminta siswa lain yang dapat memberikan respons yang tepat.

Contohnya: guru dapat bertanya apakah ada yang dapat ‘membantu’ siswa yang

membuat kesalahan. Jika siswa lainnya dapat memberikan respons atau informasi

Page 29: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

36

yang tepat, maka hal itu akan bagus untuk dirinya karena telah merasa dihargai.

Namun, bila teknik ini digunakan secara terus-menerus, siswa yang melakukan

kesalahan akan merasa dipermalukan.

(2) Guru memperbaiki siswa

Ini dilakukan bila guru merasa bahwa kesalahan yang dilakukan siswa dalam

ujarannya cukup banyak dan mendasar. Dalam hal ini, guru harus menjelaskan

ulang bagian tersebut untuk membuat informasi yang diterima siswa menjadi jelas

dan dapat dipahami. Pada tahap ini teknik ini berguna untuk penugasan yang

memerlukan keakuratan yang berfokus pada ketepatan tata bahasa (Harmer,

1983).

Cara seorang guru dalam memberikan masukan untuk keterampilan menulis akan

tergantung pada jenis penugasan tertulis yang diberikan kepada siswa dan hasil yang

diharapkan oleh guru tersebut. Berikut adalah teknik-teknik dalam memberikan

masukan untuk penugasan tertulis (written feedback techniques) (Byrne, 1988).

1) Pemberian respons (responding)

Salah satu cara untuk memberikan masukan pada penugasan tertulis adalah

memberikan respons kepada siswa terhadap apa yang telah dikerjakannya. Respons

yang diberikan dapat berupa apa yang telah mampu dikembangkan siswa dan apa

yang mungkin dapat ditingkatkan lagi dari siswa tentang kemampuannya menulis dan

unsur-unsur yang tercakup di dalamnya. Teknik ini membutuhkan waktu yang cukup

lama karena dirancang secara khusus untuk situasi yang mengharuskan siswa untuk

Page 30: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

37

berkonsultasi dengan guru dan mengkaji respons guru sebelum mengulang lagi untuk

menulis sebuah versi baru dari tulisan sebelumnya.

2) Pengodean (coding)

Pengodean digunakan untuk membuat masukan atau pengoreksian lebih rapi,

tidak terlalu ‘mengintimidasi’ siswa, dan sangat membantu guru dibandingkan

dengan pemberian tanda dan komentar acak.

Pengodean yang digunakan dalam pemberian masukan pada penelitian ini

mengacu pada pengodean yang digunakan Byrne dalam buku Teaching Writing

Skills, seperti berikut ini.

Page 31: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

38

Tabel 2.1 Pengodean Penugasan Tertulis

SIMBOL ARTI CONTOH

S Pengejaan yang tidak tepat(incorrect spelling)

S SI recieved jour letter.

WO Urutan kata yang tidak tepat(wrong word order)

WOAlways I am happy here.

T Tata bahasa yang tidak tepat(wrong tense)

If he will come, it will be toolate.

C Ketidaksesuain subjek denganverba (concord, subject, and verbdo not agree)

CTwo policemen has come.

WF Bentuk yang tidak tepat (wrongform)

WFThat table is our.

S/P Ketidaktepatan bentuk tunggal danjamak (singular and plural formwrong)

SWe need more informations.

Suatu kata, kata penunjuk, dansebagainyaterlupakan/ditanggalkan(something has been left out)

They said was wrong.

[ ] Suatu kata, kata penunjuk, dansebagainya tidak diperlukan(something is not necessary)

[ ]It was too much difficult.

?M Ketidakjelasan arti/maksud(meaning is not clear)

The view from here is very?M

suggestive.

NA Penggunaan yang tidak tepat (theusage is not appropriate)

NAHe requested me to sit down.

P Ketidaktepatan tanda baca(punctuation wrong)

P PWhats your name

(Byrne, 1988)

Page 32: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

39

Byrne (1988) dalam Teaching Writing Skills menyatakan bahwa kekeliruan yang

kerap kali dilakukan pembelajar pada penugasan tertulis adalah berkenaan dengan

pengejaan (spelling), urutan kata yang tidak tepat (wrong word order), tata bahasa

yang tidak tepat (wrong tense), suatu kata atau kata penunjuk terlupakan/ditanggalkan

(something has been left out), ketidakjelasan arti/maksud (meaning is not clear), dan

penggunaan kata yang tidak tepat (the usage is not appropriate). Makadaripada itu,

hasil penelitian ini hanya memaparkan jumlah kekeliruan yang diproduksi siswa

hanya untuk enam poin di atas. Pemaparan terperinci tentang kekeliruan tersebut

dapat dilihat pada bab selanjutnya pada penelitian ini (bab IV).

2.4 Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode campuran yang merupakan penggabungan

pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pada setiap fase proses penelitian

dengan metode campuran pendekatan kualititatif dan pendekatan kuantitatif

digunakan sebagai pedoman mengumpulkan dan menganalisis data (Sanjaya, 2013).

Penjelasan lebih terperinci tentang metode campuran dipaparkan pada bab berikutnya

(bab III).

Data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi yang dilakukan

peneliti, sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui pemberian prates dan pascates

kepada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 2 Denpasar. Dalam penelitian ini terdapat

dua kelompok subjek penelitian, yakni siswa-siswa kelas X pada dua kelas yang

berbeda (kelas X IPA 3 dan X IPA 4). Kelompok atau siswa kelas X IPA 3 disebut

Page 33: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

40

kelompok eksperimen (KE), sedangkan siswa kelas X IPA 4 disebut kelompok

kontrol atau kelompok pembanding (KP). Fungsi kelompok pembanding adalah

untuk meyakinkan apakah pengaruh yang didapat dalam variabel-variabel terikat

(kemampuan berkomunikasi siswa dan penguasaan tata bahasa) itu benar-benar

pengaruh dari variabel bebas (penerapan WCA dalam RPP) atau bukan. Untuk teknik

pemilihan dua kelas tersebut sebagai subjek penelitian dipaparkan secara terperinci

pada bab III (metode dan teknik pengumpulan data).

Sebelum diberikan perlakuan (treatment) berupa penerapan WCA dalam RPP

bahasa Inggris, baik KE maupun KP, diberikan prates sebagai tes awal untuk

mengetahui kemampuan berkomunikasi siswa dan penguasaan tata bahasa Inggris

siswa. Data yang didapat dari hasil prates tersebut dianalisis seperti yang telah

dipaparkan pada landasan teori pada bagian sebelumnya. Selanjutnya, dihitung rerata

(T1) untuk KE dan KP. Tahap berikutnya adalah perlakuan (penerapan WCA dalam

RPP) untuk KE saja. Setelah itu pascates diberikan untuk kelompok eksperimen (T2e)

dan kelompok kontrol sebagai kelompok pembanding (T2p). Tahap berikutnya adalah

perhitungan rerata hasil pascates (T2) untuk tiap-tiap kelompok. Kemudian dicari

selisih atau perbedaan dua rerata itu (T2e - T1e) dan (T2p – T1p). Dari hasil

perhitungan tersebut, perbedaan-perbedaan yang muncul dibandingkan untuk

menentukan apakah perlakuan yang diberikan (penerapan WCA dalam RPP)

berkaitan dengan perubahan yang lebih besar pada KE.

Prates dan pascates pada penelitian ini dapat dilihat pada bagian lampiran. Desain

prates dan pascates penelitian ini adalah sebagai berikut.

Page 34: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

41

Tabel 2.1 Desain Prates dan Pascates

Perlakuan (X)KE Prates KE (T1e) (X) Pascates KE (T2e)KP Prates KP (T1p) (X) Pascates KP (T2p)

(Sanjaya, 2013)

Adapun alur model penelitian ini adalah sebagai berikut.

Kualitatif Hasil observasiData Analisis Deskriptif

Kuantitatif Hasil pratesHasil pascates

Bagan 2.1 Alur Penelitian

Berdasarkan desain penelitian dan alur penelitian serta beberapa teori yang

dijadikan landasan dalam penelitian ini, dirancang sebuah model penelitian untuk

pelaksanaan penelitian ini. Model penelitian merupakan abstraksi antara teori dan

permasalahan penelitian yang digambarkan dalam bentuk gambar (bagan) sebagai

berikut ini.

Page 35: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

42

Bagan 2.2 Model Penelitian

Penerapan WCA dalam RPP bahasa Inggris dalam Upaya Peningkatan PenguasaanTata Bahasa dan Konteks Komunikasi Siswa Kelas X SMA N 2 Denpasar

- Tata bahasa- Pemahaman konteks

komunikasi bahasaInggris sebelumpenerapan WCA

Penerapan WCAdalam RPP

- Tata bahasa- Pemahaman konteks

komunikasi bahasaInggris setelahpenerapan WCA

Metode Penelitian: Metode CampuranPenggabungan pendekatan kuantitiatif danpendekatan kualitatif sebagai pedoman untukmengumpulkan dan menganalisis data (Sanjaya,2013).

Metode dan Teknik Pengumpulan Data:Metode Observasi NonpartisipasiTeknik Random Sederhana (Sanjaya, 2013)

Metode dan Teknik Analisis Data:Metode CampuranTeknik Analisis Deskriptif Kualitatif, AnalisisKuntitatif (Perhitungan Statistik Sederhana)(Sanjaya, 2013)

Metode dan Teknik Penyajian Hasil AnalisisData:Formal dan Informal

Teori Pengajaran danPengajaran Bahasa

(Brown, 1987)

Hasil Penelitian

Page 36: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

43

Dari bagan tersebut, dapat dijelaskan bahwa langkah-langkah penelitian ini

berpangkal dari topik penelitian, yaitu penerapan WCA dalam RPP bahasa Inggris

bagi siswa kelas X SMA Negeri 2 Denpasar.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

campuran (Sanjaya, 2013), yaitu gabungan antara pendekatan kuantitiatif dan

pendekatan kualitatif dalam setiap fase penelitian sebagai pedoman untuk

mengumpulkan dan menganalisis data (Sanjaya, 2013). Pendekatan kualititatif

digunakan dalam mengumpulkan data kualitatif yang berupa hasil observasi pada

kelas KE dan KP. Di samping itu, juga digunakan untuk menganalisis data secara

deskriptif. Di pihak lain, pendekatan kuantitiatif digunakan untuk menganalisis data

kuantitatif yang berupa hasil prates dan hasil pascates pada KE dan KP. Pendekatan

kuantitatif pada penelitian ini berpedoman pada penelitian eksperimen yang

merupakan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui dan menjelaskan hal-hal yang

terjadi pada suatu variabel terikat (kemampuan penguasaan tata bahasa dan

pemahaman konteks komunikasi bahasa Inggris) manakala diberikan suatu perlakuan

(penerapan WCA dalam RPP bahasa Inggris) tertentu. Variabel terikat pada KE dan

KP dianalisis sebelum dan sesudah diberikan perlakuan (penerapan WCA dalam

RPP) meskipun perlakuan hanya diberikan pada KE.

Dari metode penelitian tersebut, digunakan beberapa teori sebagai landasan untuk

menganalisis rumusan permasalahan penelitian ini seperti yang telah dipaparkan

sebelumnya. Teori tentang prosedur identifikasi kesalahan data produksi pembelajar

bahasa (Corder, 1971) dan tata bahasa Inggris (Murphy, 1985) digunakan sebagai

Page 37: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

44

landasan teori untuk menjawab rumusan permasalahan yang pertama dan ketiga

penelitian ini. Pada tahap awal penelitian diadakan observasi terhadap proses belajar

mengajar untuk mengetahui tingkat kemampuan pemahaman konteks komunikasi dan

tata bahasa Inggris sebelum penerapan WCA, yaitu dengan pemberian prates kepada

siswa. Proses belajar mengajar di kelas yang dijadikan subjek penelitian dicatat dan

diobservasi. Hasil observasi tersebut merupakan data kualitatif dalam penelitian ini.

Prates diberikan untuk mengetahui rentangan tingkat pemahaman konteks

komunikasi dan penguasaan tata bahasa Inggris siswa sebelum penerapan WCA.

Setelah data diperoleh dilakukan analisis terhadap data-data tersebut. Setelah itu,

penelitian dilanjutkan pada tahapan berikutnya, yakni penerapan WCA dalam RPP

bahasa Inggris pada KE. Jenis WCA yang dipilih disesuaikan dengan topik pelajaran

yang sedang dipelajari pada setiap kelas dan tingkat penguasaan konteks komunikasi

serta tata bahasa Inggris siswa.

Rumusan permasalahan yang kedua dirampungkan dengan teori pengajaran

bahasa mengenai jenis-jenis WCA dalam pengajaran bahasa (Harmer, 1983) dan teori

perbaikan dalam WCA (Harmer, 1983). Teori-teori tersebut digunakan untuk

merancang WCA yang tepat – yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan

penguasaan konteks komunikasi dan tata bahasa Inggris siswa untuk diterapkan pada

RPP yang digunakan di kelas X IPA 3 (KE).

Tahapan penelitian berikutnya adalah melakukan tes berupa pascates untuk

mengetahui perbedaan tingkat pemahaman konteks komunikasi dan penguasaan tata

bahasa Inggris siswa kelas X IPA 3 (KE) dan X IPA 4 (KP) setelah penerapan WCA.

Page 38: MODEL PENELITIAN - sinta.unud.ac.id II.pdf9 deskriptif yang menjelaskan teori-teori ataupun penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan keterampilan menulis dan pembelajaran

45

Perbedaan ini dikaji untuk menentukan apakah perlakuan yang diberikan (penerapan

WCA dalam RPP) kepada KE berkaitan dengan perubahan pada tingkat pemahaman

konteks komunikasi dan penguasaan tata bahasa Inggris yang lebih besar pada KE

dibandingkan dengan KP.

Selain menggunakan landasan-landasan teori tersebut, tahapan-tahapan penelitian

juga mengacu pada pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Di

samping itu, juga metode penelitian yang digunakan sehingga dihasilkan sebuah RPP

yang menerapkan WCA pada metode pembelajaran.