Upload
dinhhuong
View
242
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
MSDA - 1
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014,
6 November 2014, ISSN 2407-1021
MODEL PERGERAKAN LINDI DALAM SISTEM AIR TANAH
(StudiKasus TPA SampahTamangapaAntang)
KOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN
M. Fauzi Arifin1,A.M. Imran
2, Muhammad Ramli
3, Mukhsan Putra Hatta
4
1Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Fakultas Teknis Universitas Hasanuddin Makassar.
Universitas Hasanuddin. 0411-585202. Email: [email protected] 2 Dosen Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin Makassar.Jalan Perintis Kemerdekaan Km.10
Telp. 0812-4225247. Email: [email protected] 3 Dosen Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin Makassar.Jalan Perintis Kemerdekaan Km.10
Telp. 0815-43019789. Email [email protected] 4 Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar.Jalan Perintis Kemerdekaan Km.10
Telp. 0811-4100673. Email [email protected]
ABSTRAK
Lokasi TPA Sampah Tamangapa Antang, Kota Makassar merupakan satu-satunya TPA yang
masih beroperasi. Sistem open dumping sedianya digunakan dalam awal pengoperasian
pengelolaan sampah ditempat ini, namun berangsur system tersebut sudah tidak terpakai lagi.
Besarnya volume sampah di TPA Antang pada tahun 1999 sebanyak 3.352,1 M3/hari,
sedangkan untuk tahun 2001 jumlah sampah meningkat menjadi 3.900 M3/hari dan pada
tahun 2010 diprediksi menjadi 9582 M3/hari.Salah satu aspek penting dalam pengelolaan
sampah padat perkotaan adalah masalah lindi yang jika dalam pengelolaannya tidak baik
akan menyebabkan ancaman serius bagi lingkungan, karena produksi lindi akan memasuki
aliran air bawah tanah dan juga air permukaan. Lindi adalah cairan yang mengalir atau 'larut'
dari TPA, dengan komposisi yang bervariasi tergantung dari usia TPA dan jenis limbah
yang terkandung di dalamnya. Tujuan Penelitian adalah : Mengetahui kondisi geologi dan
hidrogeologi daerah TPA Tamangapa,Mengetahui Pola Air Tanah TPA Sampah Tamangapa,
Menganalisis arah sebaran Lindi dan pengaruhnya terhadap sistem air tanah, dan Pembuatan
Model pergerakan lindi dalam sistem air tanah di lokasi TPA Sampah Tamangapa,
Antang.Metode penelitian yang digunakan adalah bersifat kualitatif dianalisis secara deskritif
untuk memberikan gambaran holistic tentang keadaan TPA sampah, terutama fisik, kimia,
dan biologi. Ada beberapa metode yang bias digunakan untuk melakukan interpolasi seperti
Trend, Spline, Inverse Distance Weighted (IDW) dan Kriging. Setiap metode ini akan
memberikan hasil interpolasi yang berbeda. Postingan kali ini memfokuskan pencarian nilai
titik observasi dari hasil luaran model menggunakan metode IDW dan hasilnya dipetakan lagi
menggunakan SIG. Metode Inverse Distance Weighted (IDW) merupakan metode
deterministik yang sederhana dengan mempertimbangkan titik disekitarnya.Asumsi dari
metode ini adalah nilai interpolasiakan lebih mirippada data sampel yang dekat daripada yang
lebih jauh.Dari hasil analisis aliran air tanah diketahui bahwa air tanah bergerak dari arah
barat laut ke tenggara dan pergerakan lindi mengikuti arah aliran air tanah.
Kata Kunci : Air Tanah, Lindi, Lingkungan, TPA Sampah
1. PENDAHULUAN
Kota Makassar mengalami perkembangan yang pesat, yang berpengaruh terhadap meningkatnya produksi
sampah di kota tersebut. Produksi sampah di kota Makassar secara terus-menerus meningkat secara drastis.
Kebijakan pemerintah Kota Makassar dalam pengolahan TPA sampah yaitu menggunakan metode Lahan
Urug Terkendali (Controlled Landfill). Prinsip pengolahan metode Lahan Urug Terkendali adalah secara
periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah kemudian dilakukan perataan dan
pemadatan sampah (Jagloo, 2002).
MSDA - 10
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014,
6 November 2014, ISSN 2407-1021
ANALISIS PERILAKU PENCEMARAN LOGAM BERAT PASCA
PENAMBANGAN NIKEL LATERIT DI SETTLING POND
Muhammad Chaerul
1, Saleh Pallu
2, Mary Selintung
3 dan Johanes Patanduk
4
1Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Email:
[email protected] 2Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Email:
[email protected] 3Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Email:
[email protected] 4Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Email:
ABSTRAK
Setiap kegiatan pasca penambangan nikel laterit menyebabkan terkonsentrasinya logam berat
pada lapisan tanah yang ada di daerah Motui Kab. Konawe Utara Prop. Sulawesi Tenggara
khususnya material di settling pond. Kegiatan penambangan ini sangat erat kaitannya dengan
pencemaran lingkungan dan hingga saat ini isu penambangan sebagai kegiatan yang merusak
lingkungan merupakan topik yang hangat termasuk di Indonesia. Berdasarkan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 09 tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi
Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel, disebutkan bahwa air limbah yang
berasal dari kegiatan penambangan dan air limbah yang berasal dari kegiatan
pengolahan/pencucian harus dikelola dengan pengendapan pada suatu kolam pengendapan
(setlling pond) sebelum dibuang ke air permukaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis perilaku pencemaran logam berat dan perubahan distribusinya pada settling
pond di lokasi pasca tambang nikel laterit. Penelitian ini adalah penelitian observasional
langsung di lokasi pertambangan khususnya di settling pond. Analisis perilaku pencemaran
dengan menggunakan metode Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) untuk menentukan
kandungan logam berat material di settling pond. Pengolahan data dengan menggunakan
metode dendogram yang akan divalidasi dengan standar baku mutu pencemaran logam berat.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu informasi jenis logam berat apa yang
paling dominan pada suatu settling pond dan cara pengelolaannya.
Kata kunci: Pond, Observasional, Logam Berat, Dendogram, Nikel Laterit
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sebaran batuan ultramafik di Indonesia relatif luas terutama pada sisi timur Pulau Sulawesi yang erat
kaitannya dengan genesa bahan galian logam laterit. Batuan ultramafik mengalami proses laterisasi dan
menghasilkan mineral laterit, seperti : nikel, krom, besi dan mangan. Cadangan bahan galian nikel laterit di
Sulawesi Tenggara relatif banyak yang ditandai oleh beberapa kegiatan perusahaan pertambangan, baik
dalam tahap eksplorasi, eksploitasi maupun produksi. Kegiatan pertambangan sebagai upaya untuk
mengambil bahan galian berharga dari lapisan bumi, selalu didukung oleh perkembangan teknologi serta
mekanisasi peralatan. Dampak dari tambang terbuka menyebabkan pengelolaan endapan nikel laterit sangat
besar pengaruhnya pada gangguan geokimia lingkungan pada lahan akibat penggalian. Saat ini terdapat 26
perusahaan tambang yang mengelola bahan galian logam laterit nikel yang tersingkap di Kabupaten Konawe
Utara Provinsi Sulawesi Tenggara salah satunya di daerah Motui (Badan Pusat Statistik, 2006). Terbentuknya
endapan hasil material buangan pada settilng pond, disertai oleh akumulasi logam berat, seperti Nikel (Ni),
Krom (Cr3+
dan Cr6+
), mangan (Mn) dan Kobal (Co) serta unsur atau senyawa yang terdapat pada tanah
laterit dimana logam berat ini akan terkonsentrasi pada geokimia lingkungan yang berbeda, yaitu pada
lapisan endapan laterit sebelum dan pasca penambangan. Tahap pasca penambangan endapan nikel laterit,
MSDA - 18
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014,
6 November 2014, ISSN 2407-1021
ANALISIS MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR YANG
BERKELANJUTAN DI KOTA MAKASSAR MENGGUNAKAN
MIKROKONTROLER BERBASIS LOGIKA SAMAR Muhammad Amin
1, Nadjamuddin Harun
2, M. Saleh Pallu
3 dan Zulfajri Basri Hasanuddin
4
1Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Email: [email protected] 2 Staf Pengajar, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Email: [email protected] 3 Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Email: [email protected] 4 Staf Pengajar, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Email: [email protected]
ABSTRAK
Kelangsungan hidup berbagai makluk hidup di muka bumi memiliki ketergantungan pada
ketersediaan air bersih yang cukup, dan layak konsumsi tanpa polutan. Ketersediaan air
secara berlebihan juga mengancam kelangsungan hidup di muka bumi. Tetapi
kecenderunganyang terjadi sekarang ini adalah semakin berkurangnya ketersediaan air
bersih, dari hari ke hari. Hal itu disebabkan oleh perubahan iklim dan pemanasan global yang
terjadi di permukaan bumi, sementara itu populasi penduduk yang mengkonsumsi air bersih
semakin meningkat, makak etersediaan air bersih pun semakin berkurang, dan akhirnya dapat
menimbulkan kekacauan dan perang untuk memperebutkan air. Karena itu diperlukan
strategi pengelolaan dan penggunaan air secara efisien dan efektif untuk menjaga sumber
daya air yang bekelanjutan. Dengan penerapan logika samar dalam mengolah informasih
akan keadaan sumber daya air yang ada setiap saat, secara cepat dan akurat diharapkan akan
menghasilkan rumusan yang tepat pula untuk menjaga keberlanjutan sumber daya air demi
mempertahankan keberlangsungan hidup di kota Makassar.
Kata kunci: sumber daya air, logika samar, mikrokontroller
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Meskipun ketersediaan air di dunia ini begitu melimpah ruah, namun air bersih yang layak dikonsumsi oleh
manusia sangat kurang. Hanya sekitar lima persen dari total jumlah air yang ada dimuka bumi, yang layak
dikonsumsi sebagai air minum, sisanya adalah air laut. Maka timbullah kekhawatiran yang mendalam akan
bahaya kekurangan air bersih, sehingga timbul berbagai usaha manusia untuk menjaga kelestarian dan
kesinambungan ketersediaan air bersih yang layak dikonsumsi. Kerusakan lingkungan merupakan salah satu
penyebab berkurangnya sumber air bersih.
Di Indonesia diperkirakan, 60 persen sungainya, terutama di Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi, telah
tercemar berbagai limbah. Berkaitan dengan krisis air ini, diramalkan 2025 nanti hampir dua pertiga
penduduk dunia yaitu ± 1,8 miliar orang akan tinggal di kawasan yang mengalami kelangkaan air secara
absolut. Ramalan itu dilansir World Water Assesment Programme (WWAP), bentukan United Nation
Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco). Lembaga itu menegaskan bahwa krisis air
didunia akan memberi dampak yang mengenaskan.
Jacques Diouf, Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), menyatakan bahwa saat ini
penggunaan air di dunia naik dua kali lipat lebih dibandingkan dengan seabad silam, namun ketersediaannya
justru menurun. Tanpa akses air minum yang higienis mengakibatkan 3.800 anak meninggal tiap hari oleh
penyakit. Begitu peliknya masalah ini sehingga para ahli berpendapat bahwa pada suatu saat nanti, akan
terjadi “pertarungan” untuk memperbuatkan air bersih ini. Sama halnya dengan pertarungan untuk
memperebutkan sumber energi minyak dan gas bumi.
MSDA - 28
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014,
6 November 2014, ISSN 2407-1021
ANALISIS FORMASI PENEMPATAN TIRAI SEBAGAI
PEREDAM GERUSAN PADA PILAR JEMBATAN
Nenny1, Muh. Saleh Pallu
2, M. Arsyad Thaha
3 dan Farouk Maricar
4
1Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10, Telp
085340570417 , Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhmmadiyah Makassar, Jl. Sultan Alauddin
No. 259, Tepl. 0411-855295, Email: [email protected] 2Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan, Km. 10,
Telp 0411-587636, Email: [email protected] 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10, Telp 0411-587636,
Email: [email protected] 4 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10,
Telp 0411-587636, Email: [email protected]
ABSTRAK
Salah satu penyebab terjadinya kerusakan pada jembatan yaitu terjadinya gerusan pada pilar yang
melebihi batas-batas yang dipandang aman sehingga secara keseluruhan membahayakan konstruksi
jembatan. Pilar berfungsi untuk menahan berat badan jembatan sendiri dan berat muatan yang
melintasinya. Gerusan lokal disekitar pilar jembatan disebabkan oleh adanya perubahan pola aliran.
Dengan Pemasangan tirai dibagian hulu pilar dimaksudkan sebagai peredam kecepatan aliran dan
mengarahkan atau membelokkan arah aliran. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
besarnya gerusan yang terjadi di sekitar pilar dengan menggunakan tirai.Penelitian dilakukan di Pusat
Kegiatan Penelitian Universitas Hasanuddin untuk studi gerusan lokal pada pilar dengan menggunakan
tirai digunakan jenis penelitian Eksperimental (artificial condition), Moh. Nazir, Ph.D (1988). Penelitian
ini lebih ditekankan pada susunan tirai yang dapat mengurangi kedalaman gerusan lokal pada pilar. Debit
yang digunakan adalah 0.0049 m3/dt, 0.009 m
3/dtk, dan 0,0126 m
3/dtk dengan kedalaman aliran dari
permukaan dasar 6.5 cm. Material pasir yang digunakan mempunyai nilai d50 = 0.03 cm dengan kondisi
aliran live bed scour. Model pilar yang digunakan berbentuk hexagonal dengan lebar 5 cm , panjang 10
cm dan tinggi 45 cm. Tirai yang dipakai dalam penelitian ini berdiameter 3 cm jarak antar tirai 3×5 cm.
Jarak tirai dan pilar 15 cm, serta tinggi tirai dari dasar permukaan rerata pasir 4 cm. Untuk setiap kali
running percobaan dilakukan selama 100 menit. Dari analisis data diketahui bahwa, kedalaman relatif
gerusan lokal maksimum terendah dicapai pasangan tirai tipe 3 dengan nilai 2.8 cm.
Kata Kunci: Pilar, Tirai, gerusan local, pola aliran
1. PENDAHULUAN
Sungai merupakan aliran yang terjadi akibat dari kelebihan curah hujan dan kelebihan air tanah yang mengalir
kelembah membentuk alur-alur atau saluran. Sungai bukan sekedar sarana mangalirkan air, akan tetapi mampu
memberi nilai ekonomis dalam berbagai bidang, mulai dari pembangkit listrik, penyediaan air baku, sarana
transportasi, pertanian dan sebagainya.
Aliran yang terjadi pada suatu sungai seringkali disertai dengan angkutan sedimen dan proses gerusan. Proses
gerusan akan terbentuk secara alamiah karena adanya pengaruh morfologi sungai atau karena adanya struktur
yang menghalangi aliran sungai. Angkutan sedimen terjadi karena aliran air sungai mempunyai energi yang
cukup besar untuk membawa sejumlah material. Sedimen yang masuk lebih kecil dari sedimen yang keluar pada
suatu penggal sungai maka akan terjadi penurunan dasar sungai secara memanjang (degradasi) tetapi sebaliknya
maka akan menyebabkan terjadinya kenaikan dasar sungai secara memanjang (agradasi) Perubahan morfologi
sungai diikuti dengan perubahan karakteristik sungai dapat menyebabkan perubahan pola aliran. Bila di tengah
MSDA - 37
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014,
6 November 2014, ISSN 2407-1021
ANALISIS HIDROLOGI – HIDRAULIKA
KARAKTERISTIK HIDROGRAF BANJIR KALI PEPE HILIR
KOTA SOLO Ratih Kusuma Hartini
1 dan Rachmad Jayadi
2
1Alumni Program Studi Teknik Keairan S2 Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas
Gadjah Mada, Email: [email protected] 2 Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Email:
ABSTRAK
Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan Kota Solo merupakan salah satu kota yang
terletak di Provinsi Jawa Tengah yang sebagian batas wilayahnya dilewati aliran Sungai
Bengawan Solo. Pada dasarnya banjir Kota Solo dapat dibagi menjadi dua tipe. Tipe pertama
adalah luapan dari Sungai Bengawan Solo akibat aliran besar anak sungai dari DAS
Brambang, DAS Dengkeng dan DAS Pepe. Tipe kedua merupakan penggenangan akibat
luapan dari sistem sungai di wilayah Kota Solo sendiri, terutama Kali Pepe. Tipe banjir lokal
dengan waktu puncak pendek akibat guyuran air hujan di dalam kota inilah yang sering
terjadi belakangan ini, yang mengakibatkan terlampauinya daya tampung sistem drainase
mikro yaitu saluran tersier dan kuarter kota. Kinerja sistem drainase makro dipengaruhi
operasional Pintu Air Demangan di Kali Pepe hilir yang merupakan titik kontrol pertemuan
antara akumulasi aliran dari wilayah kota dan backwater flow dari Sungai Bengawan Solo.
Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengkaji karakteristik beban limpasan secara
hidrologi dan kapasitas pengendalian banjir melalui analisis hidraulika yang memadai.
Analisis hidrologi dilakukan untuk menghitung inflow ke sistem drainase Kota Solo sebagai
masukan (input) analisis hidraulika untuk telaah muka air saat kejadian banjir. Analisis
karakteristik inflow dilakukan dengan hitungan perkiraan hidrograf lateral inflow ke saluran
drainase Kota Solo di sepanjang ruas Kali Pepe hilir menggunakan pendekatan gabungan
metode Rasional dan teori Hidrograf Satuan. Analisis hidraulika dilakukan untuk simulasi
penelusuran banjir kala ulang 2 tahun yang mewakili kejadian banjir rutin tahunan. Simulasi
penelusuran banjir untuk mendapatkan alternatif penanganan masalah dilakukan dengan
bantuan software HEC-RAS 4.1.0. Hasil simulasi menunjukkan bahwa jika tidak terjadi
backwater flow dari Sungai Bengawan Solo, untuk banjir kota kala ulang 2 tahun di
sepanjang ruas Kali Pepe hilir tidak terjadi luapan. Beban terbesar lateral inflow drainase ke
Kali Pepe hilir merupakan masukan yang berasal dari Kali Jenes yang terletak di dekat Pintu
Air Demangan. Pada kondisi tersebut kapasitas total pompa air eksisting 12,3 m3/s masih
mencukupi meskipun Pintu Air Demangan ditutup. Namun jika terjadi backwater flow dari
Sungai Bengawan Solo, genangan di wilayah kota akibat luapan Kali Pepe hilir tidak dapat
dihindarkan karena debit aktual pompa air perlu mempertimbangkan stabilitas bangunan
pintu air sebagai bangunan air tua yang sudah berumur lebih dari 80 tahun. Alternatif untuk
mencegah terjadinya genangan di Kota Solo tersebut adalah dengan pemutakhiran pedoman
operasi pompa air dan meningkatkan kapasitas pompa air.
Kata kunci: hidrograf banjir, drainase, pintu air, pompa air.
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Solo merupakan salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah yang dilewati aliran Sungai
Bengwan Solo. Pada dasarnya banjir Kota Solo dapat dibagi menjadi dua tipe. Tipe pertama adalah banjir
kiriman dari arah Gunung Lawu, dari arah Perbukitan Seribu, serta dari arah Merapi dan Merbabu yaitu DAS
Brambang, Dengkeng dan Pepe. Tipe banjir ini membahayakan Kota Solo yang lokasinya berada di
cekungan antar gunung-gunung tersebut (intermountain basin). Sifat banjir kiriman magnitudo besar, luas
dan durasinya lama sehingga membahayakan. Lokasi yang diterjang adalah daerah pinggir kota yang
MSDA - 47
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014, 6
November 2014, ISSN 2407-1021
KAJIAN EKSPERIMENTAL MODEL HIDROGRAF DAERAH
ALIRAN SUNGAI BERBASIS KARAKTERISTIK WILAYAH Ratna Musa
*
*1)
Staf Pengajar Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muslim Indonesia, Jln.Urip Sumoharjo
Km, 05 Makassar,Email : [email protected]
ABSTRAK
Ketidaklengkapan data aliran menjadikan metode hidrograf satuan sintetik (HSS) dipilih sebagai alternatif
utama untuk memperkirakan besarnya debit banjir. Penelitian ini bertujuan (1) menganalisis pengaruh
karakteristik fisik wilayah melalui pengembangan eksperimental model hidrograf daerah aliran sungai
berbasis karakteristik wilayah, (2) mengevaluasi model hidrograf satuan Nakayasu dengan modifikasi
hidrograf satuan Nakayasu berbasis karakteristik wilayah, (3) mengimplementasikan modifikasi hidrograf
satuan Nakayasu pada tipikal daerah aliran sungai Bantimurung Penelitian ini berupa eksperimental yang
dilaksanakan di Laboratorium dengan menggunakan alat rainfall simulator.Metode analisa dilakukan dengan
cara statistik dengan menggunakan parameter fisik daerah aliran sungai berupa curah hujan, tata guna lahan,
jenis tanah, luas aerah aliran sungai panjang sungai utama, dan kemiringan rerata sungai, yang diyakini
berpengaruh terhadap bentuk hidrograf.Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pengujian untuk penutup lahan
batu ,tanah, rumput, mencirikan bentuk daerah aliran sungai yang cenderung memanjang, yaitu mempunyai
karakteristik naiknya lebih cepat dari turunnya . Setelah dilakukan penyesuaian konstanta model terjadi
peningkatan keakuratan dibandingkan dengan hidrograf satuan pengukurannya. Hasil penerapan hidrograf
satuan sintetik Nakayasu pada tipikal daerah aliran sungai Bantimurung menunjukkan bahwa debit puncak
lebih besar 56,75 % dari model modifikasi yang dikembangkan pada penelitian ini.
Kata kunci :model fisik, hidrograf satuan empirik, karakteristik daerah aliran sungai
1. PENDAHULUAN
Proses transformasi hujan menjadi debit merupakan fenomena yang sangat kompleks sehingga menjadi
masalah yang serius para ahli hidrologi (Sri Harto, 1991). Pada dasarnya masalah ini bisa di atasi apabila
tersedia data debit dalam rentang yang panjang pada suatu outlet di sungai sehingga dalam menetapkan banjir
rancangan tidak perlu melakukan analisis pengalihragaman hujan menjadi debit. Namun, seringkali data debit
suatu sungai tidak tersedia sama sekali atau tersedia dengan rentang data yang sangat terbatas. Konsekuensi
dari keterbatasan ini adalah analisis transformasi hujan menjadi debit mutlak dilakukan.Untuk mengantisipasi
hal ini, sebenarnya telah banyak diperkenalkan model untuk menganalisis pengalihragaman hujan menjadi
debit.Namun pada kebanyakan kasus, model tersebut tidak memberikan hasil yang memuaskan dan
cenderung menghasilkan penyimpangan yang besar.Hal ini berarti bahwa metode-metode tersebut cenderung
terbatas pemakaiannya pada daerah aliran sungai yang digunakan sebagai penyusun parameter model
tersebut. Sebagai konsekuensi dari permasalahan tersebut penelitian ini mencoba menyusun suatu model
dalam bentuk skala kecil sebagai parameter kunci Hidrograf Satuan dengan judul “Kajian Eksperimental
Model Hidrograf Daerah Aliran Sungai Berbasis Karakteristik Wilayah”
A. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah :Melakukan penelitian eksperimen untuk mengkaji peran atau konstribusi
faktor wilayah dalam menjustifikasi pola unit hidrograf daerah pengaliran sungai berbasis faktor wilayah
serta mencari presfektif inplementasi praktis dalam pengembangan unit hidrograf daerah pengaliran sungai
secara spesifik.
Sedangkan Tujuan Penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh karakteristik fisik wilayah melalui pengembangan eksperimental model hidrograf
daerah aliran sungai berbasis karakteristik wilayah
2. Mengevaluasi model hidrograf satuan Nakayasu dengan modifikasi hidrograf satuan Nakayasu berbasis
karakteristik wilayah
3. Mengimplementasikan modifikasi hidrograf satuan Nakayasu pada tipikal daerah aliran sungai
Bantimurung
MSDA - 56
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014,
6 November 2014, ISSN 2407-1021
METODE PENGUKURAN DISTRIBUSI GELEMBUNG UDARA
ARAH VERTIKAL (KASUS SELF AIR ENTRAINMENT DI
SALURAN CURAM) Yeri Sutopo
1, Budi S. Wignyosukarto
2, Bambang Yulistyanto
2 dan Istiarto
2
1Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES), Email:
[email protected] 2Dosen Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan (JTSL , Fakultas Teknik, UGM Yogyakarta, Email:
[email protected]; [email protected]
ABSTRAK
Pada saluran luncur di bangunan pelimpah bendungan, khususnya di hilir mercu lazim terjadi
fenomena “self air entrainment”. Pada saat fenomena ini dimodelkan di laboratorium yang
lazim menggunakan talang air (flume) akrilik, peneliti sering mengalami kesulitan dalam
mendeskripsikan distribusi gelembung udara arah vertikal. Oleh karena itu, di dalam makalah
ini disajikan salah satu metode yang dapat digunakan di samping metode yang lain. Metode
ini dapat diandalkan ketelitiannya. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan
langkah-langkah metode pengukuran konsentrasi gelembung udara arah vertikal pada kasus
“self air entrainment” di saluran curam; dan (3) menyusun distribusi gelembung udara
teoritik berdasarkan kasus kemiringan dasar talang air (flume) α=25°, debit (Q)=20,9 l/s, di
penggal 7,2 m di hilir inlet flume. Langkah-langkah menentukan distribusi gelembung udara
yaitu: (1) mengambil gambar gelembung udara menggunakan kamera CCTV yang telah
dilengkapi dengan sensor CCD; (2) gambar gelembung udara dibaca menggunakan perangkat
lunak Ulead Corel Video Release 11; (3) gambar video disimpan di dalam perangkat lunak
Ulead 11; (4) gambar video dijadikan gambar diam (still image) menggunakan menu batch
convert; (5) membagi kedalaman aliran arah vertikal menjadi beberapa bagian yaitu ≥15
kelas kategori; (6) menentukan konsentrasi gelembung udara dalam setiap kelas kategori
menggunakan perangkat lunak ImageJ; (7) menentukan distribusi konsentrasi gelembung
udara menggunakan perangkat lunak Excel; dan (8) mendeskripsikan distribusi gelembung
udara semi teoritiknya. Berdasarkan analisis data menggunakan metode ini, khususnya pada
kasus kemiringan dasar flume (α)=25°, debit (Q)=20,9 l/s, di penggal 7,2 m di hilir inlet
flume ditemukan bahwa (1) gelembung udara udara sudah mencapai dasar flume adapun
konsentrasinya sebesar 2,9 %; (2) konsentrasi gelembung udara di permukaan aliran atau z90
sebesar 95,4 %; dan (3) bentuk distribusi gelembung udara berdasarkan kasus kemiringan
dasar flume α=25°, debit (Q)=20,9 l/s, di penggal 7,2 m di hilir inlet flume mengikuti
distribusi teoritik yang dikemukakan oleh Straub dan Anderson (1958).
Kata kunci: metode pengukuran, distribusi gelembung udara, arah vertikal, self air
entrainment, dan saluran curam
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada saat ini, analisis data gelembung udara arah vertikal yang lazim digunakan adalah stereomatching
method yang masih termasuk dalam keluarga Image processing method. Metode ini mengandalkan pada
skala keabu-abuan (grey scale) dari gelembung udara. Di awal analisis data peneliti harus mendefinisikan
terlebih dahulu rentang skala keabu-abuan yang akan digunakan. Definisi ini selanjutnya selalu digunakan
sebagai kriteria untuk menentukan bahwa yang memiliki skala keabu-abuan pada rentang itu adalah
gelembung udara. Analisis selanjutnya adalah menghitung luas total gelembung udara dalam wilayah
yang diinginkan dalam penelitian, jika konsep konsentrasi gelembung udaranya menggunakan void
fraction.
Penentuan rentang skala keabu-abuan memiliki kelemahan, yaitu dalam hal makin lebar rentang skalanya
maka cenderung makin luas hasil analisis datanya. Peneliti harus sudah memiliki pengalaman mengenai
MSDA - 66
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014,
6 November 2014, ISSN 2407-1021
ANALISIS SECARA PARSIAL LAJU EROSI DAS SAGULING Ana Nurganah Chaidar
1, Indratmo Soekarno
2 ,Agung Wiyono
2& Joko Nugroho
2
1Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut
Teknologi Bandung, Email: [email protected] 2Dosen, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
ABSTRAK
Makalah ini menyajikan hasil kajian secara parsial perubahan laju erosi yang terjadi setiap tahun dan
simulasi terhadap tataguna lahan sesuai dengan pola ruang.Perubahan ekosistem DAS diwakili oleh
modifikasi tutupan lahan dan disesuaikan dengan kondisi tata ruang wilayah.. Daerah yang dikaji adalah
DAS Citarum Hulu dari waduk Saguling. Penelitian ini merupakan bagian dari desertasi yang bertujuan
untuk mendapatkan nilai kondisi laju erosi lahan dalam beberapa tahun danskenario penataan lahan pada
sub DAS Citarum hulu dari waduk Saguling yang paling optimal, sehingga waduk dapat berfungsi
dengan baik sesuai dengan umur rencana Waduk. Analisis erosi lahan dilakukan dengan metode USLE
yang dimodelkan dengan menggunakan model GIS. Analisis ini memberikan hasil berupa peta laju erosi
lahan pada wilayah kajian secara spasial. Dari hasil penggambaran peta laju erosi dengan menggunakan
Metoda USLE berbasis Arc-GIS maka diperoleh nilai erosi yang terus meningkat sesuai dengan
perubahan tata guna lahan yang terjadi. Peningkatan cukup ekstrim yaitu dalam 4 tahun meningkat
sebesar 44,8 % persen dari 6.4 juta ton/tahun pada tahun 2006 menjadi 9,26 juta ton/tahun pada tahun
2010. Dan dilakukan analisis laju erosi tiga tahunan dari tahun 2000 sampai 2013. Dari hasil ini
diperoleh trend kondisi laju sedimen Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu selama beberapa tahun
terakhir yang akan digunakan untuk penelitian lanjutan untuk menentukan hubungan dengan sedimentasi
yang terjadi di sungai.
Kata kunci: Erosi, USLE, GIS (Geographic Information System).
I. PENDAHULUAN
Tingginya laju erosi dan sedimentasi DAS Citarum Hulu menyebabkan berkurangnya umur layan
waduk baik Waduk Saguling sehingga Laju pendangkalan di Waduk Saguling yang mencapai 2.79 juta
m3/tahun menyebabkan umur pakai waduk tersisa 35 tahun lagi.
Secara geografi, DAS Citarum bagian hulu berada pada 107o 15’ 46.27” – 107
o 57’ 1.99” BT dan 6
o 43’
8.65” - 7o 14’ 32.09” LS dengan luas area ± 230,802 Ha.
Gambar 1 Lokasi Geografi DAS Citarum Hulu
MSDA - 75
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014,
6 November 2014, ISSN 2407-1021
KAJIAN METODE ANALITIK ESTIMASI MUATAN SEDIMEN
UNTUK RUAS ANAK SUNGAI CIBUAH PROVINSI JAWA BARAT Taufik Ari Gunawan
1, M. Syahril Badri Kusuma
2, M. Cahyono
2, Joko Nugroho
2
1Mahasiswa Program Doktoral, FTSL ITB, Email : [email protected]
2Dosen, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
ABSTRAK
Keberadaan sungai merupakan salah satu sumber daya air yang sangat bermanfaat bagi
kehidupan mahluk hidup sekitarnya terutama manusia. Salah satu masalah yang mengganggu
stabilitas sungai adalah sedimentasi. Untuk tujuan perencanaan dan pemeliharaan bangunan-
bangunan air terlebih dahulu harus dapat memperkirakan jumlah muatan sedimen sesuai
kapasitas angkut sedimen sungai-sungai yang bersangkutan. Estimasi jumlah muatan sedimen
dapat dilakukan dengan cara mengukur langsung di sungai secara berkala atau dihitung
menggunakan berbagai metode analitik. Sejumlah peneliti telah mengembangkan berbagai
prosedur dan teori untuk memprediksi muatan sedimen. Sering sekali implementasi terhadap
muatan sedimen berbagai sungai tertentu, teori-teori tersebut belum mampu memprediksi
secara akurat muatan sedimen yang sebenarnya. Beberapa peneliti mencoba untuk
meningkatkan akurasi dan validitas teori yang sudah ada. Meskipun pendekatan yang
diusulkan relatif lebih kompleks, namun hasil prediksi tidak berbeda jauh dari metode-
metode sebelumnya. Karena tingkat akurasi belum memuaskan, maka penelitian dan
pengembangan formulasi yang lebih akurat dan sederhana masih berlanjut hingga sekarang.
Karakteristik sungai-sungai di Indonesia berbeda jika dibandingkan dengan sungai-sungai
dimana teori estimasi muatan sedimen tersebut diatas dikembangkan. Oleh karena itu perlu
dilakukan kajian terhadap beberapa metode untuk dikembangkan menjadi lebih sesuai untuk
sungai-sungai di Indonesia.
Kata kunci : Sedimentasi, muatan dasar, muatan layang, muatan total
1. PENDAHULUAN
Prosedur dan teori untuk memprediksi muatan sedimen sudah sejak lama dikembangkan oleh sejumlah
peneliti. Du Boys (1879) telah memperkenalkan formulasi muatan dasar (bed load) dengan konsep
pendekatan tegangan geser kritis lalu diikuti peneliti lain mengembangkan formulasi muatan layang
(suspedded load) dan muatan total (total load) hingga sekarang. Namun pada saat diterapkan pada sungai-
sungai tertentu teori-teori tersebut belum mampu memprediksi secara akurat muatan sedimen yang
sebenarnya. Dari perbandingan terhadap data hasil pengukuran sedimen melalui percobaan flume di
laboratorium atau data pengukuran pada sungai alami oleh berbagai peneliti, terdapat keterbatasan penerapan
teori-teori yang ada.
Metode prediksi jumlah muatan sedimen yang lebih baru juga telah mengembangkan berdasarkan uji
laboratorium dan data lapangan oleh sejumlah peneliti (Albert Molinas et al (2001), Chang Chun Kiat et al
(2004), Vajapeyam S. et al (2008), Baosheng WU et al. (2008), Arman Haddadchi et al (2011), Jayshree
Taljera et al (2013), Habibi et al (1992), Wolfgang et al (1998)) serta beberapa program komputer (Ann Van
Griensven et al (2013), Jayshree Taljera et al (2013), dan Tzu-Hao Yeh et al (2013)). Formulasi yang
diusulkan umumnya bersifat lokal sehingga hanya cocok untuk tipologi sungai tertentu.
Perhitungan sedimentasi yang akurat dan berlaku untuk setiap sungai sangat dibutuhkan. Karakteristik
sungai-sungai di Jawa Barat sangat berbeda jika dibandingkan dengan sungai-sungai dimana teori estimasi
muatan sedimen tersebut diatas dikembangkan. Laju sedimentasi di wilayah Sub-DAS Cimanuk Hulu
termasuk tinggi, hal ini ditandai dengan kondisi air sungai yang selalu berwarna coklat keruh yang diduga
akibat longsoran dan erosi di bagian hulu dan di sepanjang aliran sungai. Hasil peninjauan lapangan
diperoleh gambaran bahwa tingginya sedimentasi di sungai-sungai disebabkan oleh intensitas pengolahan
lahan dengan budidaya tanaman semusim yang sangat tinggi. Selain itu teknik pengolahan tanah yang tidak
sesuai dengan prinsip-prinsip konservasi tanah dan air terutama pada daerah-daerah yang banyak
mengembangkan sayuran dan umbi-umbian di Kabupaten Garut.
MSDA - 84
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014,
6 November 2014, ISSN 2407-1021
DISTRIBUSI TEGANGAN GESEK DASAR ARAH TRANSVERSAL
PADA SALURAN MENIKUNG
(STUDI KASUS DI SALURAN IRIGASI MATARAM)
Chairul Muharis1, Bambang Agus Kironoto
2, Bambang Yulistiyanto
2, dan Istiarto
2
1 Program Doktor Ilmu Teknik Sipil Universitas Gajah Mada, Jl.Gafika No.2 Yogyakarta
Email: [email protected] 2 Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gajah Mada, Jl.Gafika No.2 Yogyakarta
Email: [email protected] 2 Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gajah Mada, Jl.Gafika No.2 Yogyakarta
Email: [email protected] 2 Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gajah Mada. Jl.Gafika No.2 Yogyakarta
Email: [email protected]
ABSTRAK
Tegangan gesek dasar merupakan parameter penting dari mekanisme angkutan sedimen
terutama pada proses agradasi dan degradasi dasar saluran. Distribusi tegangan gesek dasar
pada saluran menikung tentunya akan berbeda dengan saluran lurus. Adanya gaya
sentrifugal pada tikungan saluran akan mengakibatkan terjadinya peningkatan kecepatan
aliran arah transversal ke arah outer bank. Fenomena ini tentu juga akan mempengaruhi
distribusi tegangan gesek dasar aliran arah transversal. Akibat perubahan distribusi
kecepatan tersebut sangat mungkin terjadi perubahan distribusi tegangan gesek dasar.
Penelitian ini dilakukan di Saluran Irigasi Mataram Yogyakarta. Saluran yang diteliti
mempunyai sudut tikungan 570 , berpenampang segi empat yang terbuat dari pasangan batu
dengan dan lebar 4.22 meter. Pengukuran kecepatan aliran arah transversal menggunakan
Propeller Currentmeter. Tegangan gesek dasar dihitung menggunakan metode Clauser
berdasarkan data distribusi kecepatan gesek arah transversal di daerah inner region. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa metode Clauser masih valid digunakan untuk menghitung
kecepatan gesek pada saluran menikung. Akibat adanya gaya sentrifugal pada aliran
menikung, maka distribusi kecepatan geseknya mengalami perubahan yang signifikan pada
arah transversal tikungan. Sehingga distribusi tegangan gesek dasar ke arah outer bank
mengalami peningkatan dan hal sebaliknya terjadi ke arah inner bank, yakni distribusi
tegangan gesek dasar berkurang karena berkurangnya kecepatan aliran. Kecepatan aliran
yang rendah menyebabkan butiran sedimen yang lebih besar mengendap dan berpotensi
terjadi pendangkalan.
Kata kunci: distribusi kecepatan, tegangan gesek dasar, metode Clauser.
1. PENDAHULUAN
Pada pekerjaan-pekerjaan keteknikan termasuk perencanaan bangunan keairan dan berbagai aspek teknik
hidro seperti misalnya pekerjaan perancangan bangunan-bangunan normalisasi sungai, pengendalian banjir,
perencanaan saluran stabil, bangunan-bangunan sungai, informasi tentang parameter aliran seringkali sangat
dibutuhkan. Salah satu parameter aliran yang sering dikaitkan dengan proses angkutan sedimen adalah
parameter tegangan gesek tegangan gesek pada dasar, τo. Dengan diketahuinya tegangan gesek pada suatu
saluran atau sungai, fenomena angkutan sedimen seperti misalnya awal gerak butir sedimen, proses erosi,
pengendapan sedimen, dan lain-lain, akan lebih dapat dipahami.
Pada sungai-sungai aluvial yang relatif lurus, pengaruh aliran terhadap kecepatan atau tegangan geser dasar
akan berbeda jika dibandingkan dengan pengaruh aliran pada suatu tikungan, dimana pada saat aliran
memasuki tikungan aliran mulai menyebar dan menyebabkan membesarnya kecepatan atau tegangan geser
dasar. Hal ini mengakibatkan terjadinya gerusan pada bagian luar tikungan dan pengendapan pada bagian
dalam tikungan. Perubahan dasar sungai tersebut ditengarai sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya kecepatan
atau tegangan geser dasar