28
1 MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK Penggunaan mesin perontok (power thresher) pada penanganan pascapanen padi sampai saat ini telah mampu meningkatkan hasil perontokkan. Tetapi di sisi lain muncul masalah yaitu petani merangkap sebagai operator yang bekerja berturut-turut lebih dari tiga hari delapan jam kerja sehari, setelah itu mereka mengalami kelelahan. Kondisi tersebut, disebabkan oleh mesin yang digunakan tidak ergonomis yakni meja pengumpan terlalu rendah, sehingga petani bekerja pada posisi tubuh membungkuk, leher dan kepala menunduk atau dengan sikap kerja tidak alamiah. Pendekatan ergonomi merupakan upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menserasikan peralatan, mesin, pekerjaan, sistem, organisasi dan lingkungan dengan kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sehingga tercapai satu kondisi dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, efisien dan produktif, melalui pemanfaatan fungsional tubuh manusia secara optimal dan maksimal. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui berapakah peningkatan hasil perontokkan akibat modifikasi meja pengumpan yang disertai penambahan peredam kebisingan mesin perontok padi Penelitian tersebut menggunakan rancangan sama subyek (Treatment By Subyek Design) dengan tiga perlakuan yaitu merontokkan padi dengan mesin sebelum modifikasi (kontrol), dengan mesin modifikasi dan dengan mesin modifikasi yang ditambah peredam kebisingan. Pengamatan setiap delapan belas menit dilakukan delapan kali. Tempat penelitian adalah di Subak Pohmanis, Saba dan Padanggalak Denpasar Timur. Data hasil perontokkan diuji dengan analisis varians satu arah yang dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh bahwa hasil perontokkan pada kelompok kontrol dan perlakuan berbeda bermakna. Terjadi peningkatan secara bermakna pada kelompok kontrol dan perlakuan dari pengamatan pertama sampai kedelapan sebesar 0,85% yaitu dari kelompok kontrol ke perlakuan menggunakan mesin modifikasi; 1,64% dari kelompok kontrol ke perlakuan menggunakan mesin modifikasi yang disertai penambahan peredam kebisingan,dan 0,80% dari perlakuan menggunakan mesin modifikasi ke perlakuan menggunakan mesin modifikasi yang disertai penambahan peredam kebisingan. Hasil perontokkan paling tinggi adalah pada kelompok perlakuan merontokkan padi dengan menggunakan mesin modifikasi yang disertai penambahan peredam kebisingan. _________________________________________________ *). Judul Makalah tersebut disampaikan pada Seminar Nasional Sosialisasi dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengkajian, 6 Oktober 2004 **). Stap Pengajar pada Program Studi Teknologi Pertanian Universitas Udayana ***) Stap Pengajar pada Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Udayana

MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

1

MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *)

Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***)

ABSTRAK

Penggunaan mesin perontok (power thresher) pada penanganan pascapanen padi sampai saat ini telah mampu meningkatkan hasil perontokkan. Tetapi di sisi lain muncul masalah yaitu petani merangkap sebagai operator yang bekerja berturut-turut lebih dari tiga hari delapan jam kerja sehari, setelah itu mereka mengalami kelelahan.

Kondisi tersebut, disebabkan oleh mesin yang digunakan tidak ergonomis yakni meja pengumpan terlalu rendah, sehingga petani bekerja pada posisi tubuh membungkuk, leher dan kepala menunduk atau dengan sikap kerja tidak alamiah. Pendekatan ergonomi merupakan upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menserasikan peralatan, mesin, pekerjaan, sistem, organisasi dan lingkungan dengan kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sehingga tercapai satu kondisi dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, efisien dan produktif, melalui pemanfaatan fungsional tubuh manusia secara optimal dan maksimal.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui berapakah peningkatan hasil perontokkan akibat modifikasi meja pengumpan yang disertai penambahan peredam kebisingan mesin perontok padi

Penelitian tersebut menggunakan rancangan sama subyek (Treatment By Subyek Design) dengan tiga perlakuan yaitu merontokkan padi dengan mesin sebelum modifikasi (kontrol), dengan mesin modifikasi dan dengan mesin modifikasi yang ditambah peredam kebisingan. Pengamatan setiap delapan belas menit dilakukan delapan kali. Tempat penelitian adalah di Subak Pohmanis, Saba dan Padanggalak Denpasar Timur. Data hasil perontokkan diuji dengan analisis varians satu arah yang dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT).

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh bahwa hasil perontokkan pada kelompok kontrol dan perlakuan berbeda bermakna. Terjadi peningkatan secara bermakna pada kelompok kontrol dan perlakuan dari pengamatan pertama sampai kedelapan sebesar 0,85% yaitu dari kelompok kontrol ke perlakuan menggunakan mesin modifikasi; 1,64% dari kelompok kontrol ke perlakuan menggunakan mesin modifikasi yang disertai penambahan peredam kebisingan,dan 0,80% dari perlakuan menggunakan mesin modifikasi ke perlakuan menggunakan mesin modifikasi yang disertai penambahan peredam kebisingan.

Hasil perontokkan paling tinggi adalah pada kelompok perlakuan merontokkan padi dengan menggunakan mesin modifikasi yang disertai penambahan peredam kebisingan. _________________________________________________ *). Judul Makalah tersebut disampaikan pada Seminar Nasional Sosialisasi dan

Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengkajian, 6 Oktober 2004 **). Stap Pengajar pada Program Studi Teknologi Pertanian Universitas Udayana ***) Stap Pengajar pada Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas

Udayana

Page 2: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

2

ERGONOMICAL APPROACH IN MODIFICATION OF POWER THRESHER COULD INCREASE RICES PRODUCTION

Sucipta N and K Suriasih

ABSTRACT

At present the use of power threshers in post harvest handling of paddy has

been able to increase productivity. Another problem has emerged, namely that the farmer, who is also the operator of the machine is likely to experience accelerates fatigue after working continuously eight hours a day for three days.

This condition is caused by using an unergonomic machine whose feeding bench is too low, which makes the operator bend their body, head and neck to lean over and produces an annatural work position. Ergonomi approach is a A cientific, technological artistical effort to make the equipment machine, work, system, organization and enviroment compatible with capability, ability and restriction of man. This approach aimed to achieve a healthy safe, comfortable eficient, productive condition and environment, through optimized and maximized the functional exploitation of the body. The aim of this research has been to find out how great a reduction of productivity about by feeding bench modification and muffler addition on power thresher.

This research was an experimental study using Treatment By Subjek Design with three treatments : threshing the paddy using unmodified power threshers (control), using a modified power threshers, and using a modified power threshers plus muffler. Observation was done eight times, each for eighteen minutes. This is the time needed for threshing one meter cubic of paddy. The subjects were farmers at Subak Pohmanis, Saba and Padanggalak located in East Denpasar. Data were analysed using a one way ANOVA and Least Significant Different (LSD).

Statistical analysis showed that rice production was significantly lower than that of the treatments rice production from thresing paddy using modified power thresher and using modified power thresher plus muffler were 0,85% and 1,64% higher (p < 0,05) than that oh the control. Threshing the paddy using modified power thresher plus muffler was significantly increased rice production 0,80% compare to using modified power thresher. The highest rice production obtained from threshing the paddy using modified power thresher plus muffler.

_________________________________________________

Page 3: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

3

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penggunaan mesin perontok (power thresher) pada penanganan pascapanen

padi sampai saat ini telah mampu meningkatkan hasil perontokkan. Tetapi di sisi lain

muncul masalah yaitu petani merangkap sebagai operator yang bekerja berturut-turut

selama tiga hari delapan jam kerja sehari, setelah itu mereka mengalami gangguan

muskuloskeletal.

Berdasarkan pengamatan di Subak Pohmanis, Saba dan Padanggalak

(Sedahan Yeh Lauh yang berlokasi di Kecamatan Denpasar Timur) Kota Denpasar,

bahwa ukuran tinggi meja pengumpan mesin perontok padi berkisar antara 75 sampai

80 cm. Ukuran ini terlalu rendah dibandingkan dengan antropometri petani dan lebar

meja berkisar antara 40 sampai 44 cm. Rendahnya meja tersebut menyebabkan

petani bekerja dengan tubuh membungkuk, leher dan kepala menunduk terutama bagi

mereka yang postur tubuhnya tinggi, sedangkan bagi mereka yang postur tubuhnya

pendek maka lengannya akan terangkat sehingga mempercepat timbulnya rasa lelah

dan ketegangan pada otot di daerah bahu. Pada kondisi tersebut biasanya petani

menggunakan tumpukan jerami sebagai pijakan dan penyangga tubuhnya. Posisi ini

mengandung unsur sikap kerja paksa, sehingga mereka tidak mampu mengarahkan

kemampuannya secara optimal.

Menurut Pheasant (1991) bekerja dengan tubuh membungkuk, leher dan

kepala menunduk, mengakibatkan timbulnya postural stress pada tulang belakang

dan otot-otot. Manuaba (1999) menyatakan bahwa seseorang yang sedang melakukan

pekerjaan tertentu, tubuhnya akan terpapar berbagai beban kerja. Dan apabila

melakukan pekerjaan dengan sikap kerja paksa karena alat yang digunakan tidak

Page 4: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

4

sesuai dengan antropometri tubuhnya, beban kerja akan terasa berat yang

menyebabkan denyut nadi meningkat.

Pada pengukuran denyut nadi kerja petani pada penelitian pendahuluan di

ketiga subak tersebut diperoleh rerata sebesar 126,31 denyut per menit. Nilai tersebut

di kategorikan beban kerja berat. Juga petani terpapar oleh suara bising terutama bagi

mereka yang mengoperasikan mesin-mesin yang menggunakan motor diesel dengan

tingkat kebisingan mencapai 105 desibel/ dB(A). Tingkat kebisingan sekian melebihi

nilai ambang batas untuk kebisingan di tempat kerja yaitu 85 dB(A) untuk pekerja

yang terpapar bising selama 8 jam sehari terus menerus (Surat Edaran Menteri

Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE.01/MEN/1078).

Pendekatan ergonomi merupakan upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni

untuk menserasikan peralatan, mesin, pekerjaan, sistem, organisasi dan lingkungan

dengan kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sehingga tercapai satu kondisi

dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, efisien dan produktif, melalui

pemanfaatan fungsional tubuh manusia secara optimal dan maksimal.

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan sebagai berikut dibawah ini

1.2 Rumusan Masalah

Seberapa besar peningkatan hasil perontokkan akibat modifikasi meja

pengumpan dan penambahan peredam kebisingan mesin perontok padi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui besarnya peningkatan hasil perontokkan akibat modifikasi

meja pengumpan yang disertai penambahan peredam kebisingan mesin perontok

padi.

Page 5: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

5

II METODE PENELITIAN

2.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitan eksperimental dengan menggunakan rancangan

sama subyek (Treatment by Subjects Designs) .

2.2 Populasi dan Sampel

2.2.1 Variabilitas Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah petani anggota Subak Pohmanis, Saba

dan Padanggalak, Pesedahan Yeh Lauh yang berada di wilayah Kecamatan Denpasar

Timur, Kota Denpasar.

2.2.2 Kriteria Sampel

Kriteria Inklusi

a. Jenis kelamin laki-laki.

b. Umur 20 – 30 tahun.

c. Sehat jasmani, melalui pemeriksaan dokter.

d. Bersedia menjadi subyek penelitian sampai selesai.

e. Memiliki pengalaman kerja minimal 1 tahun.

Kriteria Eksklusi

a.Mempunyai berat tubuh melebihi berat badan ideal.

b.Cacat fisik dan / atau mental.

2.2.3 Teknik Penentuan Sampel

Dari populasi petani yang tercatat sebanyak 148 orang. Dari jumlah tersebut

dipilih sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 41 orang, dan

selanjutnya diambil secara acak dengan menggunakan bilangan random, sesuai besar

sampel yaitu 40 orang petani yaitu berdasarkan rumus Pocock (1984).

Page 6: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

6

2.3 Variabel Penelitian

2.3.1 Klasifikasi Variabel Penelitian

a. Variabel bebas ( independent variable )

1. Penggunaan mesin perontok sebelum modifikasi oleh petani pada aktivitas

merontokkan padi (Kontrol) (K).

2. Penggunaan mesin perontok dengan modifikasi meja pengumpan oleh petani pada

aktivitas merontokkan padi (Perlakuan 1) (P1).

3. Penggunaan mesin perontok dengan modifikasi meja pengumpan dan ditambah

peredam suara kebisingan oleh petani pada aktivitas merontokkan padi

(Perlakuan 2) (P2).

b. Variabel tergantung (dependent variable): hasil perontokkan.

2.3.2 Definisi Operasional Variabel

Untuk keseragaman pengertian, maka variabel-variabel penelitian ini

didefinisikan sebagai berikut :

a. mesin perontok padi sebelum modifikasi adalah mesin yang berfungsi untuk

melepas butir padi dari malainya. Mesin ini biasa digunakan oleh petani dan

komponen-komponennya belum pernah diubah, mempunyai dimensi panjang =

180 cm, lebar = 125 cm dan tinggi = 136 cm dengan tinggi meja pengumpan = 75

cm, lebar = 40 cm, berat tanpa motor = 130 kg, diameter puli utama = 25 cm,

motor penggerak diesel dengan tenaga 8 HP, putaran poros utama 650 rpm,

tingkat kebisingan105 dB(A) (Gambar 2.1)

Page 7: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

7

Gambar 2.1 Mesin Perontok Padi Sebelum Modifikasi

b. mesin perontok modifikasi adalah mesin yang berfungsi melepas butir padi dari

malainya. Mesin ini telah di ubah pada meja pengumpan dengan tinggi = 95 cm,

lebar = 60 cm dan tinggi penahan samping = 7,9 cm, mempunyai dimensi

panjang = 180 cm, lebar = 125 cm dan tinggi = 136 cm, berat tanpa motor = 130

kg, diameter puli utama = 20 cm, motor penggerak diesel dengan tenaga 8 HP,

putaran poros utama 650 rpm dan tingkat kebisingan 105 dB(A). Pada mesin ini

antara rangka dengan motor dipasang bahan anti getaran (pangkon) (Gambar

2.2).

Gambar 2.2 Mesin Perontok Padi Modifikasi

c. mesin perontok modifikasi yang ditambah peredam kebisingan adalah mesin

yang berfungsi melepas butir padi dari malainya. Mesin ini telah diubah pada

meja pengumpan dengan tinggi = 95 cm, lebar = 60 cm dan tinggi penahan

samping = 7,9 cm, mempunyai dimensi panjang = 180 cm, lebar =125 cm dan

tinggi = 136 cm, berat tanpa motor = 130 kg, diameter puli utama = 20 cm, motor

penggerak diesel dengan tenaga 8 HP, putaran poros utama 650 rpm dan tingkat

Page 8: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

8

kebisingan diturunkan sampai 85 dB(A) dengan mengganti pengeluaran suara

(knalpot) dengan knalpot yang dapat meredam suara yang di dalamnya dilapisi

glaswool. Pada mesin ini antara rangka dengan motor juga dipasang bahan anti

getaran (pangkon) (Gambar 2.3).

Gambar 2.3 Mesin Perontok Padi Modifikasi yang ditambah Peredam Kebisingan

2.4 Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah mesin perontok padi (power

thresher) tipe aliran aksial dengan motor penggerak diesel 8 HP, padi varitas IR 64.

2.5 Tatalaksana Penelitian

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data, maka

tahap-tahap penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut

2.5.1 Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam persiapan adalah sebagai berikut :

a. mengurus surat ijin penelitian; dan

b. mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian

Page 9: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

9

2.5.2 Penelitian Pendahuluan

Pada penelitian pendahuluan, langkah-langkah yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

a. mengumpulkan data mesin -mesin perontok padi yang digunakan untuk

penelitian;

b. mengumpulkan data antropometri petani yang digunakan sebagai dasar

perhitungan modifikasi mesin (diukur bersama dengan operator/staf

kantor Hiperkes dan Keselamatan Kerja Propinsi Bali) ;

c. mengumpulkan data tingkat kebisingan pada mesin-mesin perontok yang

ada di lapangan (diukur bersama dengan operator/staf kantor Hiperkes dan

Keselamatan Kerja Propinsi Bali); dan

2.5.3 Modifikasi Mesin Perontok Padi

Langkah-langkah yang dilakukan dalam modifikasi mesin perontok padi adalah :

a. membuat kembali mesin perontok padi dengan bentuk dan ukuran sama

seperti mesin sebelum modifikasi, sedangkan yang dimodifikasi hanya

pada bagian tinggi, lebar dan tinggi penahan samping meja pengumpan;

b. menambah peredam suara kebisingan dengan mengganti bagian

pengeluaran suara (knalpot) dengan knalpot peredam suara yang telah

dilengkapi dengan glaswool;

c. memasang bahan anti getaran (pangkon) antara rangka mesin dengan motor

penggerak; dan

d. melakukan tes mesin di lapangan.

2.5.4 Pelaksanaan Penelitian

Page 10: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

10

Tahapan pelaksanaan penelitian mulai dari penentuan populasi dan sampel,

penjelasan sampel dan pelaksanaan perlakuan.

Penentuan Populasi dan Sampel

Untuk penentuan populasi dan sampel penelitian dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. melakukan pengambilan data karakteristik subyek yang meliputi : umur,

berat badan, tinggi badan, pengalaman kerja dan kesehatan;

b. melakukan seleksi anggota populasi sesuai kriteria inklusi dan eksklusi;

dan

c. melakukan pengambilan sampel secara acak dengan bilangan random,

berdasarkan data pada penelitian pendahuluan.

Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian sebagai berikut :

a. mesin yang sudah siap dioperasikan diletakkan di sawah tempat penelitian;

b. padi yang sudah disabit dikumpulkan di atas meja yang letaknya di

samping kiri orang coba dengan sikap berdiri berjarak 80 cm;

c. sebelum bekerja dilakukan pengukuran denyut nadi istirahat, dimana orang

coba diukur dengan sikap berdiri dan pengisian kuesioner Nordic Body

Map, orang coba dengan sikap duduk;

d. setelah selesai melakukan pengukuran tersebut dalam nomor c, mesin

dihidupkan dan dikontrol tingkat kebisingan yaitu 105 dB(A) dan putaran

mesin 650 rpm;

e. mesin siap dioperasikan;

f. orang coba mulai merontokkan padi;

Page 11: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

11

g. teknik merontokkan padi adalah dengan mengangkat satu genggam padi

dari atas meja dan memasukkan dengan mendorong-dorong ke pemasukan

dan posisi orang coba adalah dengan sikap berdiri serta jarak antara orang

coba dengan meja pengumpan adalah 10 cm;

h. setiap delapan belas menit dari sejak merontokkan padi pertama dimulai

sampai kedelapan dilakukan pengukuran hasil perontokkan jadi

seluruhnya ada delapan kali pengukuran;

2.5.5 Prosedur Pengumpulan Data

Cara pengukurannya adalah dengan menimbang gabah dalam kemasan dari

hasil perontokkan yang dilakukan setiap delapan belas menit.

2.6 Pengolahan dan Analisis Data

2.6.1 Uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test untuk melihat distribusi tiap

variabel.

2.6.2 Uji pengaruh perlakuan, dengan Analisis Varians (ANAVA).

2.6.3 Uji untuk perbandingan berganda dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Subyek

Subyek pada penelitian ini adalah petani berjenis kelamin laki-laki karena

petani pada umumnya laki-laki dan merontokkan padi dengan mesin merupakan

aktivitas fisik yang lebih banyak membutuhkan tenaga. Terkait pula dengan

pernyataan Nurmianto (1998) bahwa perancangan alat-mesin yang menggunakan

data antropometri terhadap subyek laki-laki harus terpisah dengan wanita.

Page 12: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

12

Jumlah subyek sebanyak 40 orang dengan rentangan umur antara 20 sampai

30 tahun, rerata 24,92 ± 2,95 tahun. Rentangan tersebut termasuk dalam kategori usia

produktif di mana kapasitas kekuatan otot dan fisik seseorang optimum untuk

beraktivitas sesuai dengan tuntutan kerja yang dibutuhkan. Pernyataan ini di perkuat

oleh Grandjean (1988), bahwa puncak kekuatan otot untuk laki-laki maupun wanita

dicapai antara umur 25 sampai 35 tahun. Pheasant (1991) menyatakan kekuatan fisik

otot mulai menurun pada umur 39 tahun dan pada rentangan 50-60 tahun kekuatan

otot hanya mencapai 75-85% dibandingkan orang yang berumur antara 25 sampai 35

tahun.

Berat badan subyek berkisar antara antara 57 sampai 66 kg dengan rerata

61,32 ± 2,87 kg, dan tinggi badannya berada pada rentangan 162 sampai 175 cm

dengan rerata 168,17 ± 3,48 cm. Aryatmo (1981) menyatakan bahwa antara tinggi

badan dengan berat badan dapat dipakai menghitung berat badan ideal dengan rumus

tinggi badan dikurangi 100 ± 10%(hasil pengurangan). Hasil perhitungan dengan

rumus tersebut, berat badan ideal subyek pada penelitian ini adalah 61,35-74,98 kg.

Oleh karena itu berat badan dan tinggi badan subyek mendekati berat badan ideal.

Pengalaman kerja subyek berkisar antara 1 sampai 11 tahun dan rerata 5,35 ±

2,84 tahun. Rerata pengalaman kerja subyek lebih dari 2 tahun dimana pengalaman

2 tahun umumnya merupakan prasyarat minimal yang dibutuhkan untuk mencari

pekerjaan. Pengalaman kerja yang lebih dari lima tahun, mengindikasikan telah

dikuasainya keterampilan dalam merontokkan padi.

Tekanan darah subyek sistolik berkisar antara 110 sampai 130 mmHg dan

rerata 118,62 ± 6,10 mmHg, sedangkan diastolik berkisar antara 70-90 mmHg dan

rerata 78,62 ± 6,10 mmHg. Tekanan darah ini masih termasuk normal dan subyek

Page 13: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

13

dalam keadaan sehat melakukan aktivitas merontokkan padi menggunakan mesin.

Denyut nadi istirahat dapat menunjukkan derajat kesegaran jasmani seseorang,

semakin rendah denyut nadi istirahat seseorang semakin baik kesegaran jasmaninya.

Pada penelitian ini denyut nadi istirahat subyek berkisar antara 62 sampai 80 denyut

per menit dan rerata 69,55 ± 4,45 denyut per menit, oleh karena itu kondisi fisik

subyek dalam keadaan sehat.

3.2 Ukuran Mesin Perontok Padi

Ukuran tinggi meja pengumpan mesin perontok padi pada penelitian ini

setinggi 95 cm pada persentil 5 dari tinggi siku posisi berdiri tegak lurus. Lebar meja

pengumpan adalah 60 cm pada persentil 95 dari panjang siku yaitu dari siku sampai

ujung jari. Tinggi penahan samping adalah 7,9 cm pada persentil 95 dari lebar

telapak tangan. Ukuran tersebut sesuai dengan antropometri petani di Subak

Pohmanis, Saba dan Padanggalak Denpasar Timur dan harapan serta saran mereka

yang disampaikan pada penelitian pendahuluan. Dengan ukuran mesin seperti

tersebut di atas menyebabkan sikap kerja petani lebih alamiah dan posisi tubuh lebih

rileks. Ukuran mesin pada penelitian ini mendekati ukuran mesin perontok padi hasil

penelian Wignjosoebroto, et al., (2003) yang menggunakan pekerja/operator laki dan

wanita sebagai di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan.

Menurut Grandjean (1988) jika landasan meja kerja terlalu tinggi maka

pekerja akan mengangkat bahu untuk menyesuaikan dengan ketinggian landasan

kerja sehingga menyebabkan sakit pada bahu dan leher. Sebaliknya jika landasan

terlalu rendah menyebabkan kenyerian pada pinggang dan punggung. Oleh karena

Page 14: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

14

itu dengan ukuran mesin seperti tersebut di atas dapat menurunkan gangguan

muskuloskeletal petani.

3.3 Kondisi Lingkungan Kerja

Kondisi lingkungan kerja yang diukur pada penelitian ini adalah suhu dan

kelembaban relatif. Suhu yang diukur adalah suhu basah dan suhu kering dan

pengukuran dilakukan pukul 08.00 WITA, 09.00 WITA, 10.00 WITA, 11.00 WITA

dan 12.00 WITA. Kelembaban relatif dihitung menggunakan diagram psikometri.

Pada penelitian ini, rerata suhu basah pada kelompok kontrol adalah 28,56 ±

0,950C, suhu kering adalah 30,84 ± 0,110C dan kelembaban relatif adalah 83,17 ±

0,27%. Pada perlakuan 1 rerata suhu basah adalah 28,55 ± 0,080 C, rerata suhu kering

adalah 30,87 ± 0,080 C dan kelembaban relatif adalah 83,31 ± 0,21%. Dan pada

perlakuan 2 rerata suhu basah adalah 28,56 ± 0,090C, rerata suhu kering adalah 30,87

± 0,080C dan kelembaban relatif adalah 83,23 ± 0,26%

Kondisi lingkungan yang nyaman bagi orang Indonesia berkisar antara 22 –

260C (PUSPERKES, 1995). Pate, et al., (1993) mengatakan bahwa kelembaban

relatif 70 – 80% adalah keadaan yang aman untuk beraktivitas. Menurut Suma’mur

(1984) bahwa orang Indonesia pada umumnya masih beradaptasi pada kelembaban

udara antara 85 – 95%. Berdasarkan acuan di atas maka lokasi penelitian ini masih

berada dalam lingkungan suhu dan kelembaban relatif yang termasuk kategori

nyaman.

Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa kondisi lingkungan pada kelompok

kontrol dan perlakuan tidak berbeda bermakna. Oleh karena itu kondisi lingkungan

sebagai variabel dapat dikendalikan.

Page 15: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

15

3.4 Hasil Perontokkan

Rerata, simpang baku dan normalitas data hasil perontokkan pada subyek

penelitian disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Rerata Simpang Baku dan Normalitas Data Hasil Perontokkan pada Subyek

Penelitian di Subak Pohmanis, Saba dan Padanggalak Denpasar Timur

(kg)

Pengamatan Perlakuan Rerata SB Z P

Pertama K 227,34 0,30 1,26 0,08 P1 229,03 1,74 1,25 0,09 P2 232,55 2,44 1,20 0,11 Kedua K 227,50 0,56 1,34 0,06 P1 229,73 1,68 1,06 0,21 P2 231,47 2,79 1,22 0,10 Ketiga K 227,66 0,54 1,23 0,09 P1 229,58 1,52 1,26 0,08 P2 232,07 3,09 1,33 0,06 Keempat K 227,83 0,72 1,15 0,14 P1 229,80 1.69 1,02 0,25 P2 231,20 2,62 1,30 0,07 Kelima K 228,45 1,17 1,11 0,17 P1 229,83 2,05 1,04 0,23 P2 232,15 2,75 1,84 0,12 Keenam K 228,64 1,29 1,21 0,11 P1 230,40 2,23 1,01 0,26 P2 232,20 2,62 0,10 0,29 Ketujuh K 228,70 1,42 1,11 0,17 P1 230,85 2,28 0,89 0,40 P2 231,82 2,76 0,90 0,39 Kedelapan K 228,38 1,36 1,33 0,06 P1 230,91 2,31 0,89 0,41 P2 231,50 3,02 1,20 0,11 SB = Simpang Baku p = Tingkat Kemaknaan

Z = Nilai Normalitas

Dalam Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa data hasil perontokkan pada subyek

penelitian di Subak Pohmanis, Saba, Padanggalak Kecamatan Denpasar Timur.

Page 16: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

16

Dengan uji Kolmogorov-Smirnov(K-S) ternyata semua data berdistribusi normal (p >

0,05).

Hasil uji statistik hasil perontokkan pada subyek penelitian dengan

menggunakan analisis varians disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Nilai Statistik Hasil Perontokkan pada Subyek Penelitian pada masing-

masing Pengamatan di Subak Pohmanis, Saba dan Padanggalak Denpasar

Timur (kg)

Parameter Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 F P

Pengamatan Pertama 227,34 229,03 232,55 93,46 0,00

Pengamatan Kedua 227,50 229,73 231,47 43,64 0,00

Pengamatan Ketiga 227,66 229,58 232,07 48,30 0,00

Pengamatan Keempat 227,83 229,80 231,20 33,51 0,00

Pengamatan Kelima 228,45 229,83 232,15 31,91 0,00

Pengamatan Keenam 228,64 230,40 232,20 28,00 0,00

Pengamatan Ketujuh 228,70 230,85 231,82 20,67 0,00

Pengamatan Kedelapan 228,38 230,91 231,50 31,73 0,00

F = Nilai ANAVA satu arah p = Tingkat Kemaknaan

Dalam Tabel 3.2 dapat dilihat bahwa hasil perontokkan pada subyek penelitian dari

pengamatan pertama sampai kedelapan pada kelompok kontrol dan perlakuan berbeda bermakna

(p<0,05). Selanjutnya dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) didapatkan hasil seperti disajikan

pada Tabel 3.3.

Page 17: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

17

Tabel 3.3 Rerata Hasil Perontokkan pada Subyek Penelitian di Subak Pohmanis, Saba dan

Padanggalak Denpasar Timur pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan (kg)

Perlakuan

Pengamatan

Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima Keenam Ketujuh Kedelapan

Kontrol

(K)

227,34a

(a)

227,50a

(a)

227,66a

(a)

227,83a

(a)

228,45a

(a)

228,64a

(a)

228,70a

(a)

228,38a

(a)

Perlakuan 1

(P1)

229,03a

(b)

229,73a

(b)

229,58a

(b)

229,80a

(b)

229,83a

(b)

230,40a

(b)

230,85a

(b)

230,91a

(b)

Perlakuan 2

(P2)

232,55a

(c)

231,47a

(c)

232,07a

(c)

231,20a

(c)

232,15a

(c)

232,20a

(c)

231,82a

(c)

231,50a

(c)

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda bermakna pada uji BNT (p>0,05)

Huruf dalam kurung membandingkan dalam kolom

Huruf tanpa kurung membandingkan dalam baris

Dalam Tabel 3.3 dapat dilihat pada kolom dari pengamatan pertama sampai

kedelapan menunjukkan adanya perbedaan bermakna hasil perontokkan pada subyek

penelitian antara kelompok kontrol dengan perlakuan. Pada baris tidak berbeda

bermakna dari pengamatan pertama sampai kedelapan antara kelompok kontrol

dengan perlakuan.

Terjadi peningkatan hasil perontokkan dari kelompok kontrol ke perlakuan 1

dari kelompok kontrol ke perlakuan 2 dan dari perlakuan 1 ke perlakuan 2.

Berdasarkan hasil uji BNT terdapat perbedaan bermakna antara kelompok

kontrol dengan perlakuan 1 dan perlakuan 2, tetapi hasil perontokkan pada masing-

masing pengamatan tidak berbeda bermakna dan hasil perontokkan paling tinggi

adalah merontokkan padi dengan menggunakan mesin modifikasi yang ditambah

peredam kebisingan.

Page 18: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

18

Pada penggunaan mesin modifikasi mengakibatkan subyek bekerja lebih

bebas, lebih alamiah tanpa adanya tekanan pada daerah bahu dan lengan atas dan

berkurang mendapat beban statis. Pada penelitian ini meja pengumpan diperlebar

dengan maksud memperbesar ruang gerak subyek dalam bekerja dan untuk

meningkatkan keamanannya.

Adanya perbedaan hasil perontokkan antara kelompok kontrol dengan

perlakuan karena pengaruh kebisingan yang berbeda. Pada kelompok kontrol dan

perlakuan 1 tingkat kebisingan 105 dB(A), tetapi pada perlakuan 2 adalah 85 dB(A)

Tingkat kebisingan di luar nilai ambang batas berpengaruh negatif terhadap

performansi kerja subyek dan menurunkan kualitas pekerjaannya. Menurut OSHA

(Occupational Safety and Health Administration, 2003), bahwa tingkat bising yang

diijinkan untuk waktu papar bising 3-4 jam sehari adalah 95-100 dB(A). Pada

penelitian ini pada kelompok kontrol dan perlakuan 1 tingkat kebisingan mesin

adalah 105 dB(A). Hasil penelitian ini diperkuat penelitian yang dilakukan oleh

Erawan (2002), bahwa produktivitas operator traktor dari perbaikan rancang bangun

handel yang mengacu aspek antropometri meningkat sebesar 23,25%, serta

pernyataan yang disampaikan oleh Birdger (1995), Hening, et al., (1997),

Goonetileke & Feizou (1977) dan Corlett (1990), bahwa produktivitas dipengaruhi

keserasian antropometri pekerja dengan peralatan kerja yang digunakan. Demikian

pula disampaikan oleh Manuaba (1992) bahwa produktivitas dapat ditingkatkan

dengan perbaikan peralatan kerja.

IV KESIMPULAN DAN SARAN

Page 19: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

19

Berdasarkan hasil penelitian, analisis statistik dan pembahasan, maka dapatlah

di kemukakan kesimpulan adalah

Modifikasi meja pengumpan yang disertai penambahan peredam kebisingan

mesin perontok padi meningkatkan hasil perontokkan dari kelompok kontrol ke

perlakuan 1 sebesar 0,85%; dari kelompok kontrol ke perlakuan 2 sebesar 1,64% dan

dari perlakuan 1 ke perlakuan 2 sebesar 0,80%.

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini maka disarankan kepada petani di

Subak Pohmanis, Saba dan Padanggalak Denpasar Timur menggunakan mesin

perontok padi ergonomik dengan ukuran tinggi meja pengumpan = 95 cm, lebar = 60

cm dan pada pengeluaran suara (knalpot) mesin di lengkapi peredam kebisingan

.

DAFTAR PUSTAKA

Aryatmo, T. 1981. Obesitas, Komisi Pengembangan Riset dan Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.h. 23-26.

Corlett, E.N. 1990. The evaluation of industrial seating. Dalam Wilson, J.R dan Corlett E.N. (eds), Evaluation of Human Work, A Pratical Ergonomics Methodology, Pp.500 – 516. London : Taylor & Francis.

Erawan, N. 2002. Perbaikan Rancang Bangun Handel Traktor Tangan Ynag Mengacu Aspek Antropometri Dapat Mengurangi Beban Kerja dan Meningkatkan Produktivitas Kerja Operator Traktor di Desa Werdhi Agung Propinsi Sulut. Tesis S2 Program Studi Ergonomi Fisiologi Kerja Universitas Udayana. 98 hal.

Goonetilleke, R. S & Feizhou. 1997. An experimental study on seat depth: Dalam Khalid, H. M (ed ), Proceeding 5th SEAES Conference, 217 – 222. Kuala Lumpur : IEA Press.

Grandjean, E. 1988. Fitting The Task to the Man. A texbook of Occupational Ergonomics. 4th . Edition. Taylor & Francis London. New York. Philadelphia. 363p.

Henning, R.A, P. Jacques, Kissel, Sulliran & Werbb. 1997. Frequent short break from computer work: effects on productivity and well-being at two field sites. Ergonomics, 40 ( 1 ): 78-91.

Manuaba, A. 1992. Pengaruh Ergonomi terhadap Produktivitas. Jakarta: Seminar Produktivitas Tenaga Kerja, 30 Januari.

Page 20: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

20

Manuaba, A. 1999. Ergonomi Meningkatkan Kinerja Tenaga Kerja dan Perusahan. Bandung. Proceeding Simposium dan Pameran Ergonomi Indonesia, 2000.

Nurmianto. 1998. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Penerbit Guna Widya. 300p.

OSHA (Occupational Safety & Health Administration). 2003. Heat stress, OSHA Technical Manual Section III : Chapter 4. US Dept.Of Labor. Available from http://www.osha.gov/dts/osta/otm/otm_iii/otm_iii_5.

html, Access June 13, 2003.

OSHA (Occupational Safety & Health Administration). 2003. Noise Measurement, OSHA Technical Manual Section III : Chapter 5. US Dept.OfLabor. Available from http://www.osha.gov/dts/osta/otm/otm

_iii/otm_iii_5.html, Access June 14, 2003.

Pate, R.R., Mc Chenaghan and Rotella. 1993. Dasar-dasar Ilmiah Kepelatihan. Semarang : Sounders, Colleege Publishing : IKIP Semarang Press.

Pheasant, S. 1991. Ergonomics Work and Health. London: Macmillan Press. Scientific & Medical.

Pocock, S.J. 1984. The Size of Clinical Trial, Clinical Trials A Practical Approach Chicester : John Wiley &Sons-A Wiley Medical Publication. 266p.

PUSPERKES. 1995. Penelitian Kualitas Iklim Kerja dan Kebisingan Lingkungan Kerja Perkantoran, Jakarta.

Suma’mur, P.K. 1984. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Yayasan Swabhawa Karya. Jakarta.

Wignjosoebroto, Partiwi & Hanafie. 2003. Modifikasi Rancangan Mesin Perontok Padi dengan Pendekatan Ergonomi-Antropometri. Proceeding Seminar Nasional Ergonomi 2003, Yogyakarta 13 September 2003: 260-270.

Page 21: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

21

MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *)

Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***)

ABSTRAK

Penggunaan mesin perontok (power thresher) pada penanganan pascapanen

padi sampai saat ini telah mampu meningkatkan hasil perontokkan. Tetapi di sisi lain muncul masalah yaitu petani merangkap sebagai operator yang bekerja berturut-turut lebih dari tiga hari delapan jam kerja sehari, setelah itu mereka mengalami kelelahan.

Kondisi tersebut, disebabkan oleh mesin yang digunakan tidak ergonomis yakni meja pengumpan terlalu rendah, sehingga petani bekerja pada posisi tubuh membungkuk, leher dan kepala menunduk atau dengan sikap kerja tidak alamiah. Pendekatan ergonomi merupakan upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menserasikan peralatan, mesin, pekerjaan, sistem, organisasi dan lingkungan dengan kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sehingga tercapai satu kondisi dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, efisien dan produktif, melalui pemanfaatan fungsional tubuh manusia secara optimal dan maksimal.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui berapakah peningkatan hasil perontokkan akibat modifikasi meja pengumpan yang disertai penambahan peredam kebisingan mesin perontok padi

Penelitian tersebut menggunakan rancangan sama subyek (Treatment By Subyek Design) dengan tiga perlakuan yaitu merontokkan padi dengan mesin sebelum modifikasi (kontrol), dengan mesin modifikasi dan dengan mesin modifikasi yang ditambah peredam kebisingan. Pengamatan setiap delapan belas menit dilakukan delapan kali. Tempat penelitian adalah di Subak Pohmanis, Saba dan Padanggalak Denpasar Timur. Data hasil perontokkan diuji dengan analisis varians satu arah yang dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT).

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh bahwa hasil perontokkan pada kelompok kontrol dan perlakuan berbeda bermakna. Terjadi peningkatan secara bermakna pada kelompok kontrol dan perlakuan dari pengamatan pertama sampai kedelapan sebesar 0,85% yaitu dari kelompok kontrol ke perlakuan menggunakan mesin modifikasi; 1,64% dari kelompok kontrol ke perlakuan menggunakan mesin modifikasi yang disertai penambahan peredam kebisingan,dan 0,80% dari perlakuan menggunakan mesin modifikasi ke perlakuan menggunakan mesin modifikasi yang disertai penambahan peredam kebisingan.

Hasil perontokkan paling tinggi adalah pada kelompok perlakuan merontokkan padi dengan menggunakan mesin modifikasi yang disertai penambahan peredam kebisingan. _________________________________________________

Page 22: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

22

*). Judul Makalah tersebut disampaikan pada Seminar Nasional Sosialisasi dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengkajian, 6 Oktober 2004

**). Stap Pengajar pada Program Studi Teknologi Pertanian Universitas Udayana ***) Stap Pengajar pada Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas

Udayana

At present the use of power threshers in post harvest handling of paddy has been able to increase productivity. Another problem has emerged, namely that the farmer, who is also the operator of the machine is likely to experience accelerates fatigue after working continuously eight hours a day for three days. This condition is caused by using an unergonomic machine whose feeding bench is too low, which makes the operator bend their body, head and neck to lean over and produces an annatural work position. Approach of ergonomi represent effort in the form of science, artistic and technological to [be] is compatible [of] equipments, machine, work, system, environmental and organizational ably, human being definition and ability [is] so that reached one healthy environment and condition, peaceful, balmy, productive and efficient, passing functional exploiting [of] human being body in an optimal fashion and is maximal The aim of this research has been to find out how great a reduction of productivity about by feeding bench modification and muffler addition on power thresher.

This research was an experimental study using Treatment By Subjek Design with three treatments : threshing the paddy using unmodified power threshers (control), using a modified power threshers, and using a modified power threshers plus muffler. Observation was done eight times, each for eighteen minutes. This is the time needed for threshing one meter cubic of paddy. The subjects were farmers at Subak Pohmanis, Saba and Padanggalak located in East Denpasar.

Data were analysed using a one way ANOVA and Least Significant Different (LSD). Pursuant to result of statistical test obtained that result of perontokkan [at] group control and treatment differ to have a meaning (of). Happened improvement by having a meaning (of) [at] group control and treatment of eight first perception until equal to 0,85% that is from group control to treatment use modification machine; 1,64% from group control to treatment use machine

Page 23: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

23

Page 24: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

24

Page 25: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

25

Page 26: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

26

Page 27: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

27

Page 28: MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *) Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***) ABSTRAK

28