Upload
vanthuan
View
242
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *)
Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***)
ABSTRAK
Penggunaan mesin perontok (power thresher) pada penanganan pascapanen padi sampai saat ini telah mampu meningkatkan hasil perontokkan. Tetapi di sisi lain muncul masalah yaitu petani merangkap sebagai operator yang bekerja berturut-turut lebih dari tiga hari delapan jam kerja sehari, setelah itu mereka mengalami kelelahan.
Kondisi tersebut, disebabkan oleh mesin yang digunakan tidak ergonomis yakni meja pengumpan terlalu rendah, sehingga petani bekerja pada posisi tubuh membungkuk, leher dan kepala menunduk atau dengan sikap kerja tidak alamiah. Pendekatan ergonomi merupakan upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menserasikan peralatan, mesin, pekerjaan, sistem, organisasi dan lingkungan dengan kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sehingga tercapai satu kondisi dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, efisien dan produktif, melalui pemanfaatan fungsional tubuh manusia secara optimal dan maksimal.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui berapakah peningkatan hasil perontokkan akibat modifikasi meja pengumpan yang disertai penambahan peredam kebisingan mesin perontok padi
Penelitian tersebut menggunakan rancangan sama subyek (Treatment By Subyek Design) dengan tiga perlakuan yaitu merontokkan padi dengan mesin sebelum modifikasi (kontrol), dengan mesin modifikasi dan dengan mesin modifikasi yang ditambah peredam kebisingan. Pengamatan setiap delapan belas menit dilakukan delapan kali. Tempat penelitian adalah di Subak Pohmanis, Saba dan Padanggalak Denpasar Timur. Data hasil perontokkan diuji dengan analisis varians satu arah yang dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT).
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh bahwa hasil perontokkan pada kelompok kontrol dan perlakuan berbeda bermakna. Terjadi peningkatan secara bermakna pada kelompok kontrol dan perlakuan dari pengamatan pertama sampai kedelapan sebesar 0,85% yaitu dari kelompok kontrol ke perlakuan menggunakan mesin modifikasi; 1,64% dari kelompok kontrol ke perlakuan menggunakan mesin modifikasi yang disertai penambahan peredam kebisingan,dan 0,80% dari perlakuan menggunakan mesin modifikasi ke perlakuan menggunakan mesin modifikasi yang disertai penambahan peredam kebisingan.
Hasil perontokkan paling tinggi adalah pada kelompok perlakuan merontokkan padi dengan menggunakan mesin modifikasi yang disertai penambahan peredam kebisingan. _________________________________________________ *). Judul Makalah tersebut disampaikan pada Seminar Nasional Sosialisasi dan
Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengkajian, 6 Oktober 2004 **). Stap Pengajar pada Program Studi Teknologi Pertanian Universitas Udayana ***) Stap Pengajar pada Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Udayana
2
ERGONOMICAL APPROACH IN MODIFICATION OF POWER THRESHER COULD INCREASE RICES PRODUCTION
Sucipta N and K Suriasih
ABSTRACT
At present the use of power threshers in post harvest handling of paddy has
been able to increase productivity. Another problem has emerged, namely that the farmer, who is also the operator of the machine is likely to experience accelerates fatigue after working continuously eight hours a day for three days.
This condition is caused by using an unergonomic machine whose feeding bench is too low, which makes the operator bend their body, head and neck to lean over and produces an annatural work position. Ergonomi approach is a A cientific, technological artistical effort to make the equipment machine, work, system, organization and enviroment compatible with capability, ability and restriction of man. This approach aimed to achieve a healthy safe, comfortable eficient, productive condition and environment, through optimized and maximized the functional exploitation of the body. The aim of this research has been to find out how great a reduction of productivity about by feeding bench modification and muffler addition on power thresher.
This research was an experimental study using Treatment By Subjek Design with three treatments : threshing the paddy using unmodified power threshers (control), using a modified power threshers, and using a modified power threshers plus muffler. Observation was done eight times, each for eighteen minutes. This is the time needed for threshing one meter cubic of paddy. The subjects were farmers at Subak Pohmanis, Saba and Padanggalak located in East Denpasar. Data were analysed using a one way ANOVA and Least Significant Different (LSD).
Statistical analysis showed that rice production was significantly lower than that of the treatments rice production from thresing paddy using modified power thresher and using modified power thresher plus muffler were 0,85% and 1,64% higher (p < 0,05) than that oh the control. Threshing the paddy using modified power thresher plus muffler was significantly increased rice production 0,80% compare to using modified power thresher. The highest rice production obtained from threshing the paddy using modified power thresher plus muffler.
_________________________________________________
3
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penggunaan mesin perontok (power thresher) pada penanganan pascapanen
padi sampai saat ini telah mampu meningkatkan hasil perontokkan. Tetapi di sisi lain
muncul masalah yaitu petani merangkap sebagai operator yang bekerja berturut-turut
selama tiga hari delapan jam kerja sehari, setelah itu mereka mengalami gangguan
muskuloskeletal.
Berdasarkan pengamatan di Subak Pohmanis, Saba dan Padanggalak
(Sedahan Yeh Lauh yang berlokasi di Kecamatan Denpasar Timur) Kota Denpasar,
bahwa ukuran tinggi meja pengumpan mesin perontok padi berkisar antara 75 sampai
80 cm. Ukuran ini terlalu rendah dibandingkan dengan antropometri petani dan lebar
meja berkisar antara 40 sampai 44 cm. Rendahnya meja tersebut menyebabkan
petani bekerja dengan tubuh membungkuk, leher dan kepala menunduk terutama bagi
mereka yang postur tubuhnya tinggi, sedangkan bagi mereka yang postur tubuhnya
pendek maka lengannya akan terangkat sehingga mempercepat timbulnya rasa lelah
dan ketegangan pada otot di daerah bahu. Pada kondisi tersebut biasanya petani
menggunakan tumpukan jerami sebagai pijakan dan penyangga tubuhnya. Posisi ini
mengandung unsur sikap kerja paksa, sehingga mereka tidak mampu mengarahkan
kemampuannya secara optimal.
Menurut Pheasant (1991) bekerja dengan tubuh membungkuk, leher dan
kepala menunduk, mengakibatkan timbulnya postural stress pada tulang belakang
dan otot-otot. Manuaba (1999) menyatakan bahwa seseorang yang sedang melakukan
pekerjaan tertentu, tubuhnya akan terpapar berbagai beban kerja. Dan apabila
melakukan pekerjaan dengan sikap kerja paksa karena alat yang digunakan tidak
4
sesuai dengan antropometri tubuhnya, beban kerja akan terasa berat yang
menyebabkan denyut nadi meningkat.
Pada pengukuran denyut nadi kerja petani pada penelitian pendahuluan di
ketiga subak tersebut diperoleh rerata sebesar 126,31 denyut per menit. Nilai tersebut
di kategorikan beban kerja berat. Juga petani terpapar oleh suara bising terutama bagi
mereka yang mengoperasikan mesin-mesin yang menggunakan motor diesel dengan
tingkat kebisingan mencapai 105 desibel/ dB(A). Tingkat kebisingan sekian melebihi
nilai ambang batas untuk kebisingan di tempat kerja yaitu 85 dB(A) untuk pekerja
yang terpapar bising selama 8 jam sehari terus menerus (Surat Edaran Menteri
Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE.01/MEN/1078).
Pendekatan ergonomi merupakan upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni
untuk menserasikan peralatan, mesin, pekerjaan, sistem, organisasi dan lingkungan
dengan kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sehingga tercapai satu kondisi
dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, efisien dan produktif, melalui
pemanfaatan fungsional tubuh manusia secara optimal dan maksimal.
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan sebagai berikut dibawah ini
1.2 Rumusan Masalah
Seberapa besar peningkatan hasil perontokkan akibat modifikasi meja
pengumpan dan penambahan peredam kebisingan mesin perontok padi ?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui besarnya peningkatan hasil perontokkan akibat modifikasi
meja pengumpan yang disertai penambahan peredam kebisingan mesin perontok
padi.
5
II METODE PENELITIAN
2.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitan eksperimental dengan menggunakan rancangan
sama subyek (Treatment by Subjects Designs) .
2.2 Populasi dan Sampel
2.2.1 Variabilitas Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah petani anggota Subak Pohmanis, Saba
dan Padanggalak, Pesedahan Yeh Lauh yang berada di wilayah Kecamatan Denpasar
Timur, Kota Denpasar.
2.2.2 Kriteria Sampel
Kriteria Inklusi
a. Jenis kelamin laki-laki.
b. Umur 20 – 30 tahun.
c. Sehat jasmani, melalui pemeriksaan dokter.
d. Bersedia menjadi subyek penelitian sampai selesai.
e. Memiliki pengalaman kerja minimal 1 tahun.
Kriteria Eksklusi
a.Mempunyai berat tubuh melebihi berat badan ideal.
b.Cacat fisik dan / atau mental.
2.2.3 Teknik Penentuan Sampel
Dari populasi petani yang tercatat sebanyak 148 orang. Dari jumlah tersebut
dipilih sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 41 orang, dan
selanjutnya diambil secara acak dengan menggunakan bilangan random, sesuai besar
sampel yaitu 40 orang petani yaitu berdasarkan rumus Pocock (1984).
6
2.3 Variabel Penelitian
2.3.1 Klasifikasi Variabel Penelitian
a. Variabel bebas ( independent variable )
1. Penggunaan mesin perontok sebelum modifikasi oleh petani pada aktivitas
merontokkan padi (Kontrol) (K).
2. Penggunaan mesin perontok dengan modifikasi meja pengumpan oleh petani pada
aktivitas merontokkan padi (Perlakuan 1) (P1).
3. Penggunaan mesin perontok dengan modifikasi meja pengumpan dan ditambah
peredam suara kebisingan oleh petani pada aktivitas merontokkan padi
(Perlakuan 2) (P2).
b. Variabel tergantung (dependent variable): hasil perontokkan.
2.3.2 Definisi Operasional Variabel
Untuk keseragaman pengertian, maka variabel-variabel penelitian ini
didefinisikan sebagai berikut :
a. mesin perontok padi sebelum modifikasi adalah mesin yang berfungsi untuk
melepas butir padi dari malainya. Mesin ini biasa digunakan oleh petani dan
komponen-komponennya belum pernah diubah, mempunyai dimensi panjang =
180 cm, lebar = 125 cm dan tinggi = 136 cm dengan tinggi meja pengumpan = 75
cm, lebar = 40 cm, berat tanpa motor = 130 kg, diameter puli utama = 25 cm,
motor penggerak diesel dengan tenaga 8 HP, putaran poros utama 650 rpm,
tingkat kebisingan105 dB(A) (Gambar 2.1)
7
Gambar 2.1 Mesin Perontok Padi Sebelum Modifikasi
b. mesin perontok modifikasi adalah mesin yang berfungsi melepas butir padi dari
malainya. Mesin ini telah di ubah pada meja pengumpan dengan tinggi = 95 cm,
lebar = 60 cm dan tinggi penahan samping = 7,9 cm, mempunyai dimensi
panjang = 180 cm, lebar = 125 cm dan tinggi = 136 cm, berat tanpa motor = 130
kg, diameter puli utama = 20 cm, motor penggerak diesel dengan tenaga 8 HP,
putaran poros utama 650 rpm dan tingkat kebisingan 105 dB(A). Pada mesin ini
antara rangka dengan motor dipasang bahan anti getaran (pangkon) (Gambar
2.2).
Gambar 2.2 Mesin Perontok Padi Modifikasi
c. mesin perontok modifikasi yang ditambah peredam kebisingan adalah mesin
yang berfungsi melepas butir padi dari malainya. Mesin ini telah diubah pada
meja pengumpan dengan tinggi = 95 cm, lebar = 60 cm dan tinggi penahan
samping = 7,9 cm, mempunyai dimensi panjang = 180 cm, lebar =125 cm dan
tinggi = 136 cm, berat tanpa motor = 130 kg, diameter puli utama = 20 cm, motor
penggerak diesel dengan tenaga 8 HP, putaran poros utama 650 rpm dan tingkat
8
kebisingan diturunkan sampai 85 dB(A) dengan mengganti pengeluaran suara
(knalpot) dengan knalpot yang dapat meredam suara yang di dalamnya dilapisi
glaswool. Pada mesin ini antara rangka dengan motor juga dipasang bahan anti
getaran (pangkon) (Gambar 2.3).
Gambar 2.3 Mesin Perontok Padi Modifikasi yang ditambah Peredam Kebisingan
2.4 Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah mesin perontok padi (power
thresher) tipe aliran aksial dengan motor penggerak diesel 8 HP, padi varitas IR 64.
2.5 Tatalaksana Penelitian
Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data, maka
tahap-tahap penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut
2.5.1 Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam persiapan adalah sebagai berikut :
a. mengurus surat ijin penelitian; dan
b. mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian
9
2.5.2 Penelitian Pendahuluan
Pada penelitian pendahuluan, langkah-langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
a. mengumpulkan data mesin -mesin perontok padi yang digunakan untuk
penelitian;
b. mengumpulkan data antropometri petani yang digunakan sebagai dasar
perhitungan modifikasi mesin (diukur bersama dengan operator/staf
kantor Hiperkes dan Keselamatan Kerja Propinsi Bali) ;
c. mengumpulkan data tingkat kebisingan pada mesin-mesin perontok yang
ada di lapangan (diukur bersama dengan operator/staf kantor Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Propinsi Bali); dan
2.5.3 Modifikasi Mesin Perontok Padi
Langkah-langkah yang dilakukan dalam modifikasi mesin perontok padi adalah :
a. membuat kembali mesin perontok padi dengan bentuk dan ukuran sama
seperti mesin sebelum modifikasi, sedangkan yang dimodifikasi hanya
pada bagian tinggi, lebar dan tinggi penahan samping meja pengumpan;
b. menambah peredam suara kebisingan dengan mengganti bagian
pengeluaran suara (knalpot) dengan knalpot peredam suara yang telah
dilengkapi dengan glaswool;
c. memasang bahan anti getaran (pangkon) antara rangka mesin dengan motor
penggerak; dan
d. melakukan tes mesin di lapangan.
2.5.4 Pelaksanaan Penelitian
10
Tahapan pelaksanaan penelitian mulai dari penentuan populasi dan sampel,
penjelasan sampel dan pelaksanaan perlakuan.
Penentuan Populasi dan Sampel
Untuk penentuan populasi dan sampel penelitian dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. melakukan pengambilan data karakteristik subyek yang meliputi : umur,
berat badan, tinggi badan, pengalaman kerja dan kesehatan;
b. melakukan seleksi anggota populasi sesuai kriteria inklusi dan eksklusi;
dan
c. melakukan pengambilan sampel secara acak dengan bilangan random,
berdasarkan data pada penelitian pendahuluan.
Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian sebagai berikut :
a. mesin yang sudah siap dioperasikan diletakkan di sawah tempat penelitian;
b. padi yang sudah disabit dikumpulkan di atas meja yang letaknya di
samping kiri orang coba dengan sikap berdiri berjarak 80 cm;
c. sebelum bekerja dilakukan pengukuran denyut nadi istirahat, dimana orang
coba diukur dengan sikap berdiri dan pengisian kuesioner Nordic Body
Map, orang coba dengan sikap duduk;
d. setelah selesai melakukan pengukuran tersebut dalam nomor c, mesin
dihidupkan dan dikontrol tingkat kebisingan yaitu 105 dB(A) dan putaran
mesin 650 rpm;
e. mesin siap dioperasikan;
f. orang coba mulai merontokkan padi;
11
g. teknik merontokkan padi adalah dengan mengangkat satu genggam padi
dari atas meja dan memasukkan dengan mendorong-dorong ke pemasukan
dan posisi orang coba adalah dengan sikap berdiri serta jarak antara orang
coba dengan meja pengumpan adalah 10 cm;
h. setiap delapan belas menit dari sejak merontokkan padi pertama dimulai
sampai kedelapan dilakukan pengukuran hasil perontokkan jadi
seluruhnya ada delapan kali pengukuran;
2.5.5 Prosedur Pengumpulan Data
Cara pengukurannya adalah dengan menimbang gabah dalam kemasan dari
hasil perontokkan yang dilakukan setiap delapan belas menit.
2.6 Pengolahan dan Analisis Data
2.6.1 Uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test untuk melihat distribusi tiap
variabel.
2.6.2 Uji pengaruh perlakuan, dengan Analisis Varians (ANAVA).
2.6.3 Uji untuk perbandingan berganda dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik Subyek
Subyek pada penelitian ini adalah petani berjenis kelamin laki-laki karena
petani pada umumnya laki-laki dan merontokkan padi dengan mesin merupakan
aktivitas fisik yang lebih banyak membutuhkan tenaga. Terkait pula dengan
pernyataan Nurmianto (1998) bahwa perancangan alat-mesin yang menggunakan
data antropometri terhadap subyek laki-laki harus terpisah dengan wanita.
12
Jumlah subyek sebanyak 40 orang dengan rentangan umur antara 20 sampai
30 tahun, rerata 24,92 ± 2,95 tahun. Rentangan tersebut termasuk dalam kategori usia
produktif di mana kapasitas kekuatan otot dan fisik seseorang optimum untuk
beraktivitas sesuai dengan tuntutan kerja yang dibutuhkan. Pernyataan ini di perkuat
oleh Grandjean (1988), bahwa puncak kekuatan otot untuk laki-laki maupun wanita
dicapai antara umur 25 sampai 35 tahun. Pheasant (1991) menyatakan kekuatan fisik
otot mulai menurun pada umur 39 tahun dan pada rentangan 50-60 tahun kekuatan
otot hanya mencapai 75-85% dibandingkan orang yang berumur antara 25 sampai 35
tahun.
Berat badan subyek berkisar antara antara 57 sampai 66 kg dengan rerata
61,32 ± 2,87 kg, dan tinggi badannya berada pada rentangan 162 sampai 175 cm
dengan rerata 168,17 ± 3,48 cm. Aryatmo (1981) menyatakan bahwa antara tinggi
badan dengan berat badan dapat dipakai menghitung berat badan ideal dengan rumus
tinggi badan dikurangi 100 ± 10%(hasil pengurangan). Hasil perhitungan dengan
rumus tersebut, berat badan ideal subyek pada penelitian ini adalah 61,35-74,98 kg.
Oleh karena itu berat badan dan tinggi badan subyek mendekati berat badan ideal.
Pengalaman kerja subyek berkisar antara 1 sampai 11 tahun dan rerata 5,35 ±
2,84 tahun. Rerata pengalaman kerja subyek lebih dari 2 tahun dimana pengalaman
2 tahun umumnya merupakan prasyarat minimal yang dibutuhkan untuk mencari
pekerjaan. Pengalaman kerja yang lebih dari lima tahun, mengindikasikan telah
dikuasainya keterampilan dalam merontokkan padi.
Tekanan darah subyek sistolik berkisar antara 110 sampai 130 mmHg dan
rerata 118,62 ± 6,10 mmHg, sedangkan diastolik berkisar antara 70-90 mmHg dan
rerata 78,62 ± 6,10 mmHg. Tekanan darah ini masih termasuk normal dan subyek
13
dalam keadaan sehat melakukan aktivitas merontokkan padi menggunakan mesin.
Denyut nadi istirahat dapat menunjukkan derajat kesegaran jasmani seseorang,
semakin rendah denyut nadi istirahat seseorang semakin baik kesegaran jasmaninya.
Pada penelitian ini denyut nadi istirahat subyek berkisar antara 62 sampai 80 denyut
per menit dan rerata 69,55 ± 4,45 denyut per menit, oleh karena itu kondisi fisik
subyek dalam keadaan sehat.
3.2 Ukuran Mesin Perontok Padi
Ukuran tinggi meja pengumpan mesin perontok padi pada penelitian ini
setinggi 95 cm pada persentil 5 dari tinggi siku posisi berdiri tegak lurus. Lebar meja
pengumpan adalah 60 cm pada persentil 95 dari panjang siku yaitu dari siku sampai
ujung jari. Tinggi penahan samping adalah 7,9 cm pada persentil 95 dari lebar
telapak tangan. Ukuran tersebut sesuai dengan antropometri petani di Subak
Pohmanis, Saba dan Padanggalak Denpasar Timur dan harapan serta saran mereka
yang disampaikan pada penelitian pendahuluan. Dengan ukuran mesin seperti
tersebut di atas menyebabkan sikap kerja petani lebih alamiah dan posisi tubuh lebih
rileks. Ukuran mesin pada penelitian ini mendekati ukuran mesin perontok padi hasil
penelian Wignjosoebroto, et al., (2003) yang menggunakan pekerja/operator laki dan
wanita sebagai di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan.
Menurut Grandjean (1988) jika landasan meja kerja terlalu tinggi maka
pekerja akan mengangkat bahu untuk menyesuaikan dengan ketinggian landasan
kerja sehingga menyebabkan sakit pada bahu dan leher. Sebaliknya jika landasan
terlalu rendah menyebabkan kenyerian pada pinggang dan punggung. Oleh karena
14
itu dengan ukuran mesin seperti tersebut di atas dapat menurunkan gangguan
muskuloskeletal petani.
3.3 Kondisi Lingkungan Kerja
Kondisi lingkungan kerja yang diukur pada penelitian ini adalah suhu dan
kelembaban relatif. Suhu yang diukur adalah suhu basah dan suhu kering dan
pengukuran dilakukan pukul 08.00 WITA, 09.00 WITA, 10.00 WITA, 11.00 WITA
dan 12.00 WITA. Kelembaban relatif dihitung menggunakan diagram psikometri.
Pada penelitian ini, rerata suhu basah pada kelompok kontrol adalah 28,56 ±
0,950C, suhu kering adalah 30,84 ± 0,110C dan kelembaban relatif adalah 83,17 ±
0,27%. Pada perlakuan 1 rerata suhu basah adalah 28,55 ± 0,080 C, rerata suhu kering
adalah 30,87 ± 0,080 C dan kelembaban relatif adalah 83,31 ± 0,21%. Dan pada
perlakuan 2 rerata suhu basah adalah 28,56 ± 0,090C, rerata suhu kering adalah 30,87
± 0,080C dan kelembaban relatif adalah 83,23 ± 0,26%
Kondisi lingkungan yang nyaman bagi orang Indonesia berkisar antara 22 –
260C (PUSPERKES, 1995). Pate, et al., (1993) mengatakan bahwa kelembaban
relatif 70 – 80% adalah keadaan yang aman untuk beraktivitas. Menurut Suma’mur
(1984) bahwa orang Indonesia pada umumnya masih beradaptasi pada kelembaban
udara antara 85 – 95%. Berdasarkan acuan di atas maka lokasi penelitian ini masih
berada dalam lingkungan suhu dan kelembaban relatif yang termasuk kategori
nyaman.
Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa kondisi lingkungan pada kelompok
kontrol dan perlakuan tidak berbeda bermakna. Oleh karena itu kondisi lingkungan
sebagai variabel dapat dikendalikan.
15
3.4 Hasil Perontokkan
Rerata, simpang baku dan normalitas data hasil perontokkan pada subyek
penelitian disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Rerata Simpang Baku dan Normalitas Data Hasil Perontokkan pada Subyek
Penelitian di Subak Pohmanis, Saba dan Padanggalak Denpasar Timur
(kg)
Pengamatan Perlakuan Rerata SB Z P
Pertama K 227,34 0,30 1,26 0,08 P1 229,03 1,74 1,25 0,09 P2 232,55 2,44 1,20 0,11 Kedua K 227,50 0,56 1,34 0,06 P1 229,73 1,68 1,06 0,21 P2 231,47 2,79 1,22 0,10 Ketiga K 227,66 0,54 1,23 0,09 P1 229,58 1,52 1,26 0,08 P2 232,07 3,09 1,33 0,06 Keempat K 227,83 0,72 1,15 0,14 P1 229,80 1.69 1,02 0,25 P2 231,20 2,62 1,30 0,07 Kelima K 228,45 1,17 1,11 0,17 P1 229,83 2,05 1,04 0,23 P2 232,15 2,75 1,84 0,12 Keenam K 228,64 1,29 1,21 0,11 P1 230,40 2,23 1,01 0,26 P2 232,20 2,62 0,10 0,29 Ketujuh K 228,70 1,42 1,11 0,17 P1 230,85 2,28 0,89 0,40 P2 231,82 2,76 0,90 0,39 Kedelapan K 228,38 1,36 1,33 0,06 P1 230,91 2,31 0,89 0,41 P2 231,50 3,02 1,20 0,11 SB = Simpang Baku p = Tingkat Kemaknaan
Z = Nilai Normalitas
Dalam Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa data hasil perontokkan pada subyek
penelitian di Subak Pohmanis, Saba, Padanggalak Kecamatan Denpasar Timur.
16
Dengan uji Kolmogorov-Smirnov(K-S) ternyata semua data berdistribusi normal (p >
0,05).
Hasil uji statistik hasil perontokkan pada subyek penelitian dengan
menggunakan analisis varians disajikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Nilai Statistik Hasil Perontokkan pada Subyek Penelitian pada masing-
masing Pengamatan di Subak Pohmanis, Saba dan Padanggalak Denpasar
Timur (kg)
Parameter Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 F P
Pengamatan Pertama 227,34 229,03 232,55 93,46 0,00
Pengamatan Kedua 227,50 229,73 231,47 43,64 0,00
Pengamatan Ketiga 227,66 229,58 232,07 48,30 0,00
Pengamatan Keempat 227,83 229,80 231,20 33,51 0,00
Pengamatan Kelima 228,45 229,83 232,15 31,91 0,00
Pengamatan Keenam 228,64 230,40 232,20 28,00 0,00
Pengamatan Ketujuh 228,70 230,85 231,82 20,67 0,00
Pengamatan Kedelapan 228,38 230,91 231,50 31,73 0,00
F = Nilai ANAVA satu arah p = Tingkat Kemaknaan
Dalam Tabel 3.2 dapat dilihat bahwa hasil perontokkan pada subyek penelitian dari
pengamatan pertama sampai kedelapan pada kelompok kontrol dan perlakuan berbeda bermakna
(p<0,05). Selanjutnya dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) didapatkan hasil seperti disajikan
pada Tabel 3.3.
17
Tabel 3.3 Rerata Hasil Perontokkan pada Subyek Penelitian di Subak Pohmanis, Saba dan
Padanggalak Denpasar Timur pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan (kg)
Perlakuan
Pengamatan
Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima Keenam Ketujuh Kedelapan
Kontrol
(K)
227,34a
(a)
227,50a
(a)
227,66a
(a)
227,83a
(a)
228,45a
(a)
228,64a
(a)
228,70a
(a)
228,38a
(a)
Perlakuan 1
(P1)
229,03a
(b)
229,73a
(b)
229,58a
(b)
229,80a
(b)
229,83a
(b)
230,40a
(b)
230,85a
(b)
230,91a
(b)
Perlakuan 2
(P2)
232,55a
(c)
231,47a
(c)
232,07a
(c)
231,20a
(c)
232,15a
(c)
232,20a
(c)
231,82a
(c)
231,50a
(c)
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda bermakna pada uji BNT (p>0,05)
Huruf dalam kurung membandingkan dalam kolom
Huruf tanpa kurung membandingkan dalam baris
Dalam Tabel 3.3 dapat dilihat pada kolom dari pengamatan pertama sampai
kedelapan menunjukkan adanya perbedaan bermakna hasil perontokkan pada subyek
penelitian antara kelompok kontrol dengan perlakuan. Pada baris tidak berbeda
bermakna dari pengamatan pertama sampai kedelapan antara kelompok kontrol
dengan perlakuan.
Terjadi peningkatan hasil perontokkan dari kelompok kontrol ke perlakuan 1
dari kelompok kontrol ke perlakuan 2 dan dari perlakuan 1 ke perlakuan 2.
Berdasarkan hasil uji BNT terdapat perbedaan bermakna antara kelompok
kontrol dengan perlakuan 1 dan perlakuan 2, tetapi hasil perontokkan pada masing-
masing pengamatan tidak berbeda bermakna dan hasil perontokkan paling tinggi
adalah merontokkan padi dengan menggunakan mesin modifikasi yang ditambah
peredam kebisingan.
18
Pada penggunaan mesin modifikasi mengakibatkan subyek bekerja lebih
bebas, lebih alamiah tanpa adanya tekanan pada daerah bahu dan lengan atas dan
berkurang mendapat beban statis. Pada penelitian ini meja pengumpan diperlebar
dengan maksud memperbesar ruang gerak subyek dalam bekerja dan untuk
meningkatkan keamanannya.
Adanya perbedaan hasil perontokkan antara kelompok kontrol dengan
perlakuan karena pengaruh kebisingan yang berbeda. Pada kelompok kontrol dan
perlakuan 1 tingkat kebisingan 105 dB(A), tetapi pada perlakuan 2 adalah 85 dB(A)
Tingkat kebisingan di luar nilai ambang batas berpengaruh negatif terhadap
performansi kerja subyek dan menurunkan kualitas pekerjaannya. Menurut OSHA
(Occupational Safety and Health Administration, 2003), bahwa tingkat bising yang
diijinkan untuk waktu papar bising 3-4 jam sehari adalah 95-100 dB(A). Pada
penelitian ini pada kelompok kontrol dan perlakuan 1 tingkat kebisingan mesin
adalah 105 dB(A). Hasil penelitian ini diperkuat penelitian yang dilakukan oleh
Erawan (2002), bahwa produktivitas operator traktor dari perbaikan rancang bangun
handel yang mengacu aspek antropometri meningkat sebesar 23,25%, serta
pernyataan yang disampaikan oleh Birdger (1995), Hening, et al., (1997),
Goonetileke & Feizou (1977) dan Corlett (1990), bahwa produktivitas dipengaruhi
keserasian antropometri pekerja dengan peralatan kerja yang digunakan. Demikian
pula disampaikan oleh Manuaba (1992) bahwa produktivitas dapat ditingkatkan
dengan perbaikan peralatan kerja.
IV KESIMPULAN DAN SARAN
19
Berdasarkan hasil penelitian, analisis statistik dan pembahasan, maka dapatlah
di kemukakan kesimpulan adalah
Modifikasi meja pengumpan yang disertai penambahan peredam kebisingan
mesin perontok padi meningkatkan hasil perontokkan dari kelompok kontrol ke
perlakuan 1 sebesar 0,85%; dari kelompok kontrol ke perlakuan 2 sebesar 1,64% dan
dari perlakuan 1 ke perlakuan 2 sebesar 0,80%.
Berdasarkan kesimpulan penelitian ini maka disarankan kepada petani di
Subak Pohmanis, Saba dan Padanggalak Denpasar Timur menggunakan mesin
perontok padi ergonomik dengan ukuran tinggi meja pengumpan = 95 cm, lebar = 60
cm dan pada pengeluaran suara (knalpot) mesin di lengkapi peredam kebisingan
.
DAFTAR PUSTAKA
Aryatmo, T. 1981. Obesitas, Komisi Pengembangan Riset dan Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.h. 23-26.
Corlett, E.N. 1990. The evaluation of industrial seating. Dalam Wilson, J.R dan Corlett E.N. (eds), Evaluation of Human Work, A Pratical Ergonomics Methodology, Pp.500 – 516. London : Taylor & Francis.
Erawan, N. 2002. Perbaikan Rancang Bangun Handel Traktor Tangan Ynag Mengacu Aspek Antropometri Dapat Mengurangi Beban Kerja dan Meningkatkan Produktivitas Kerja Operator Traktor di Desa Werdhi Agung Propinsi Sulut. Tesis S2 Program Studi Ergonomi Fisiologi Kerja Universitas Udayana. 98 hal.
Goonetilleke, R. S & Feizhou. 1997. An experimental study on seat depth: Dalam Khalid, H. M (ed ), Proceeding 5th SEAES Conference, 217 – 222. Kuala Lumpur : IEA Press.
Grandjean, E. 1988. Fitting The Task to the Man. A texbook of Occupational Ergonomics. 4th . Edition. Taylor & Francis London. New York. Philadelphia. 363p.
Henning, R.A, P. Jacques, Kissel, Sulliran & Werbb. 1997. Frequent short break from computer work: effects on productivity and well-being at two field sites. Ergonomics, 40 ( 1 ): 78-91.
Manuaba, A. 1992. Pengaruh Ergonomi terhadap Produktivitas. Jakarta: Seminar Produktivitas Tenaga Kerja, 30 Januari.
20
Manuaba, A. 1999. Ergonomi Meningkatkan Kinerja Tenaga Kerja dan Perusahan. Bandung. Proceeding Simposium dan Pameran Ergonomi Indonesia, 2000.
Nurmianto. 1998. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Penerbit Guna Widya. 300p.
OSHA (Occupational Safety & Health Administration). 2003. Heat stress, OSHA Technical Manual Section III : Chapter 4. US Dept.Of Labor. Available from http://www.osha.gov/dts/osta/otm/otm_iii/otm_iii_5.
html, Access June 13, 2003.
OSHA (Occupational Safety & Health Administration). 2003. Noise Measurement, OSHA Technical Manual Section III : Chapter 5. US Dept.OfLabor. Available from http://www.osha.gov/dts/osta/otm/otm
_iii/otm_iii_5.html, Access June 14, 2003.
Pate, R.R., Mc Chenaghan and Rotella. 1993. Dasar-dasar Ilmiah Kepelatihan. Semarang : Sounders, Colleege Publishing : IKIP Semarang Press.
Pheasant, S. 1991. Ergonomics Work and Health. London: Macmillan Press. Scientific & Medical.
Pocock, S.J. 1984. The Size of Clinical Trial, Clinical Trials A Practical Approach Chicester : John Wiley &Sons-A Wiley Medical Publication. 266p.
PUSPERKES. 1995. Penelitian Kualitas Iklim Kerja dan Kebisingan Lingkungan Kerja Perkantoran, Jakarta.
Suma’mur, P.K. 1984. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Yayasan Swabhawa Karya. Jakarta.
Wignjosoebroto, Partiwi & Hanafie. 2003. Modifikasi Rancangan Mesin Perontok Padi dengan Pendekatan Ergonomi-Antropometri. Proceeding Seminar Nasional Ergonomi 2003, Yogyakarta 13 September 2003: 260-270.
21
MODIFIKASI MESIN PERONTOK PADI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAPAT MENINGKATKAN HASIL PERONTOKKAN *)
Nyoman Sucipta **) dan Ketut Suriasih ***)
ABSTRAK
Penggunaan mesin perontok (power thresher) pada penanganan pascapanen
padi sampai saat ini telah mampu meningkatkan hasil perontokkan. Tetapi di sisi lain muncul masalah yaitu petani merangkap sebagai operator yang bekerja berturut-turut lebih dari tiga hari delapan jam kerja sehari, setelah itu mereka mengalami kelelahan.
Kondisi tersebut, disebabkan oleh mesin yang digunakan tidak ergonomis yakni meja pengumpan terlalu rendah, sehingga petani bekerja pada posisi tubuh membungkuk, leher dan kepala menunduk atau dengan sikap kerja tidak alamiah. Pendekatan ergonomi merupakan upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menserasikan peralatan, mesin, pekerjaan, sistem, organisasi dan lingkungan dengan kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sehingga tercapai satu kondisi dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, efisien dan produktif, melalui pemanfaatan fungsional tubuh manusia secara optimal dan maksimal.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui berapakah peningkatan hasil perontokkan akibat modifikasi meja pengumpan yang disertai penambahan peredam kebisingan mesin perontok padi
Penelitian tersebut menggunakan rancangan sama subyek (Treatment By Subyek Design) dengan tiga perlakuan yaitu merontokkan padi dengan mesin sebelum modifikasi (kontrol), dengan mesin modifikasi dan dengan mesin modifikasi yang ditambah peredam kebisingan. Pengamatan setiap delapan belas menit dilakukan delapan kali. Tempat penelitian adalah di Subak Pohmanis, Saba dan Padanggalak Denpasar Timur. Data hasil perontokkan diuji dengan analisis varians satu arah yang dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT).
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh bahwa hasil perontokkan pada kelompok kontrol dan perlakuan berbeda bermakna. Terjadi peningkatan secara bermakna pada kelompok kontrol dan perlakuan dari pengamatan pertama sampai kedelapan sebesar 0,85% yaitu dari kelompok kontrol ke perlakuan menggunakan mesin modifikasi; 1,64% dari kelompok kontrol ke perlakuan menggunakan mesin modifikasi yang disertai penambahan peredam kebisingan,dan 0,80% dari perlakuan menggunakan mesin modifikasi ke perlakuan menggunakan mesin modifikasi yang disertai penambahan peredam kebisingan.
Hasil perontokkan paling tinggi adalah pada kelompok perlakuan merontokkan padi dengan menggunakan mesin modifikasi yang disertai penambahan peredam kebisingan. _________________________________________________
22
*). Judul Makalah tersebut disampaikan pada Seminar Nasional Sosialisasi dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengkajian, 6 Oktober 2004
**). Stap Pengajar pada Program Studi Teknologi Pertanian Universitas Udayana ***) Stap Pengajar pada Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Udayana
At present the use of power threshers in post harvest handling of paddy has been able to increase productivity. Another problem has emerged, namely that the farmer, who is also the operator of the machine is likely to experience accelerates fatigue after working continuously eight hours a day for three days. This condition is caused by using an unergonomic machine whose feeding bench is too low, which makes the operator bend their body, head and neck to lean over and produces an annatural work position. Approach of ergonomi represent effort in the form of science, artistic and technological to [be] is compatible [of] equipments, machine, work, system, environmental and organizational ably, human being definition and ability [is] so that reached one healthy environment and condition, peaceful, balmy, productive and efficient, passing functional exploiting [of] human being body in an optimal fashion and is maximal The aim of this research has been to find out how great a reduction of productivity about by feeding bench modification and muffler addition on power thresher.
This research was an experimental study using Treatment By Subjek Design with three treatments : threshing the paddy using unmodified power threshers (control), using a modified power threshers, and using a modified power threshers plus muffler. Observation was done eight times, each for eighteen minutes. This is the time needed for threshing one meter cubic of paddy. The subjects were farmers at Subak Pohmanis, Saba and Padanggalak located in East Denpasar.
Data were analysed using a one way ANOVA and Least Significant Different (LSD). Pursuant to result of statistical test obtained that result of perontokkan [at] group control and treatment differ to have a meaning (of). Happened improvement by having a meaning (of) [at] group control and treatment of eight first perception until equal to 0,85% that is from group control to treatment use modification machine; 1,64% from group control to treatment use machine
23
24
25
26
27
28