Upload
vanessa-diaz
View
47
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
oke
Citation preview
PraktikumPengantar Ekonomi PertanianKEBIJAKAN PERTANIAN ASPEK PRODUKSI
Vioryza Balgies Pangestika dan Anissa Nurina Lab. Agriculrure Economics, Faculty of Agriculture, BrawijayaUniversityWebsite: http://fp.ub.ac.id/ekonomipertanianEmail : [email protected]
A. Uraian MateriB. Tujuan PraktikumC. Pelaksanaan PraktikumD. Laporan Praktikum (Lembar Kerja)
A.Uraian Materi
Kebijakan Produksi
Kebijakan pertanian adalah serangkaian tindakan yang telah, sedang dan
akan dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu.
Adapun tujuan umum kebijakan pertanian kita adalah memajukan
pertanian, mengusahakan agar pertanian menjadi lebih produktif,
produksi dan efisiensi produksi naik dan akibatnya tingkat penghidupan
dan kesejahteraan petani meningkat. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini,
pemerintah baik di pusat maupun di daerah mengeluarkan peraturan-
peraturan tertentu; ada yang berbentuk Undang-undang, Peraturan-
peraturan Pemerintah, Kepres, Kepmen, keputusan Gubernur dan lain-
lain. Peraturan ini dapat dibagi menjadi dua kebijakan-kebijakan yang
bersifat pengatur (regulating policies) dan pembagian pendapatan yang
lebih adil merata (distributive policies). Kebijakan yang bersifat
pengaturan misalnya peraturan rayoneering dalam perdagangan/distribusi
pupuk sedangkan contoh peraturan yang sifatnya mengatur pembagian
pendapatan adalah penentuan harga kopra minimum yang berlaku sejak
tahun 1969 di daerah-daerah kopra di Sulawesi.
MODUL
7
Pengantar Ekonomi Pertanian 2013Brawijaya University
Berikut merupakan contoh program dalam aspek produksi yang akan dibahas dalam
modul ini adalah program Intensifikasi, ekstensifikasi, dan kredit.
Kebijakan Program Thn Pelaksanaan
Intensifikasi BIMAS, INMAS dll 1964-1984
SRI (System of Rice
Intensification)
2005
Ekstensifikasi Sentra padi di luar Jawa:
Pengembangan Lahan Gambut
untuk Tanaman Pangan
1995
Pertanian Lahan Kering
Diversifikasi Bimas Palawija 1973-1997
Gema Palagung 1998
Revitalisasi Revitalisasi Pertanian, Perikanan
dan Kehutanan (RPPK)
2005
Kebijakan aspek produksi pertanian meliputi:
1. Kebijakan Kredit
Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar masyarakat di daerah perdesaan
adalah para petani dan berada dalam keadaan ekonomi lemah.Sehubungan itu diperlukan
suatu penambahan modal yang dalam hal ini bisa melalui perkreditan.Oleh karena itu,
Pemerintah berusaha memperbaiki dan meperluas jangkauan pelayanan perkreditan agar
bisa mencapai lapisan masyarakat perdesaan yang lebih rendah.
Kredit adalah modal pertanian yang diperoleh dari pinjaman. Pentingnya peranan
kredit disebabkan oleh:
Secara relatif, modal merupakan faktor produksi non-alami (buatan
manusia) yang persediaannya masih sangat terbatas, terutama di negara-
negara berkembang.
Page 2 of 7
Pengantar Ekonomi Pertanian 2013Brawijaya University
Kemungkinan sangat kecil untuk memperluas tanah pertanian, sementara
persediaan tenaga kerja pertanian melimpah.
Oleh sebab itu cara yang dianggap paling mudah & tepat untuk memajukan
pertanian & peningkatan produksi adalah dengan memperbesar penggunaan modal .
Berikut adalah identifikasi kebijakan kredit pertanian di Indonesia
Dirjen Program Tahun Pelaksanaan
Tanaman
pangan
BIMAS 1964
KUT 1997
KKP (Kredit Ketahanan Pangan) 1999
Tanaman
Perkebunan
Program Inti Plasma (PIR-TRANS) Perkebunan
Kelapa Sawit
1986
KKPA (Kredit kepada Koperasi Primer untuk
Anggotanya)
1998
Program Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit,
Karet dan Kakao)
2
2. Kebijakan struktural
Dalam pertanian dimaksudkan untuk memperbaiki strukutur produksi misalnya luas
pemilikan tanah, pengenalan dan pengusahaan alat-alat pertanian yang baru dan perbaikan
prasarana pertanian pada umumnya baik prasarana fisik maupun sosial ekonomi.
Kebijakan struktural ini hanya dapat terlaksana dengan kerjasama yang erat dari
beberapa lembaga pemerintah.Perubahan struktur yang dimaksud disini tidak mudah untuk
mencapainya dan biasanya memakan waktu lama.Hal ini disebabkan sifat usahatani yang
tidak saja merupakan unit usaha ekonomi tetapi juga merupakan bagian dari kehidupan
petani dengan segala aspeknya. Oleh karena itu tindakan ekonomi saja tidak akan mampu
mendorong perubahan struktural dalam sektor pertanian sebagaimana dapat dilaksanakan
dengan lebih mudah pada sektor industri. Pengenalan baru dengan penyuluhan-penyuluhan
yang intensif merupakan satu contoh dari kebijakan ini. Kebijakan pemasaran yang telah
disebutkan di atas sebenarnya dimaksudkan pula untuk mempercepat proses perubahan
Page 3 of 7
Pengantar Ekonomi Pertanian 2013Brawijaya University
struktural di sektor pertanian dalam komoditi-komoditi pertanian. Pada bidang produksi
dan tataniaga kopra, lada, karet, cengkeh dan lain-lain.Dalam kenyataannya pelaksanaan
kebijakan harga, pemasaran dan struktural tidak dapat dipisahkan, dan ketiganya saling
melengkapi.
Kebijakan dala aspek produksi ini dimulai dari perkembangan revolusi hijau yang
semakin bertambah pesat, juga berpengaruh terhadap masyarakat Indonesia. Sebagian
besar kondisi social ekonomi masyarakat Indonesia berciri agraris. Oleh karena itu
pertanian menjadi sector yang sangat penting dalam upaya peningkatan pertumbuhan
ekonomi Indonesia, hal ini didasari oleh:
a. Kebutuhan penduduk yang meningkat dengan pesat.
b. Tingkat produksi pertanian yang masih sangat rendah.
c. Produksi pertanian belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan penduduk.
Maka, berdasarkan kondisi tersebut, pemerintah Indonesia berupaya untuk
meningkatkan produksi pertanian dengan melakukan berbagai cara diantaranya dikenal
dengan sebutan sebagai berikut:
- a. Intensifikasi pertanian
Intensifikasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan
menerapkan pancausaha tani, panca usaha tani ini meliputi:
pemilihan dan penggunaan bibit unggul atau varitas unggul;
pemupukan yang teratur;
pengairan yang cukup;
pemberantasan hama secara intensif;
teknik penanaman yang lebih teratur.
- b. Ekstensifikasi pertanian
Ekstensifikasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan
membuka lahan baru termasuk usaha penangkapan ikan dan penanaman rumput untuk
makanan ternak.
- c. Diversifikasi pertanian
Page 4 of 7
Pengantar Ekonomi Pertanian 2013Brawijaya University
Diversifikasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan
keanekaragaman usaha tani.
- d. Rehabilitasi pertanian
Rehabilitasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan
pemulihan kemampuan daya produkstivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis.
Dalam pelaksanaannya Revolusi Hijau dilakukan dalam bermacam bentuk dan
cara. Di Indonesia misalnya Revolusi Hijau dilakukan melalui “komando dan subsidi”.
Program BIMAS atau Bimbingan Massal tahun 1970 adalah salah satu bentuk pelaksanaan
Revolusi Hijau. Bimas adalah suatu paket program pemerintah yang berupa teknologi
pertanian, benih hibrida, pupuk kimia, pestisida, dan bantuan kredit. Ketika jumlah peserta
BIMAS menurun, pemerintah melontarkan program baru INMAS (intensifikasi massal)
yakni suatu program kredit sebagai lanjutan bagi peserta Bimas. Pada tahun 1979 sekali
lagi sebuah program baru bernama INSUS (intensifikasi khusus) diluncurkan. Tujuannya
adalah untuk mendorong petani menanam tanaman sambil mengontrol hama padi.
Program-program yang diluncurkan pemerintah ini dibarengi dengan beberapa
subsidi. Bentuk-bentuk subsidi tersebut adalah:
1. bantuan dan subsidi besar besaran terhadap harga pupuk kimia
2. subsidi terhadap kredit pertanian
3. pembayaran gabah oleh negara melalui operasi pembelian dengan harga dasar
dan pembangunan stok persediaan
4. meningkatkan kuantitas irigasi serta pinjaman modal melalui utang luar negeri.
B. Tujuan Praktikum
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1. Mengidentifikasi dan memahami mengenai kebijakan aspek produksi pertanian.
2. Mengetahui dan mengidentifikasi Program Kebijakan Aspek Produksi
Pertanian (Ekstensisikasi, Intensifikasi, Kredit) yang ada di Indonesia.
3. Mengidentifikasi variable ekonomi yang terkait dengan persoalan umum dan
terbaru dalam bidang kebijakan aspek produksi pertanian.
C. Pelaksanaan PraktikumPage 5 of 7
Pengantar Ekonomi Pertanian 2013Brawijaya University
a) Metodologi/Cara pengerjaan acuan yang digunakan:
1. Persiapan praktikum asisten memberikan file Modul 7 kepada praktikan
beberapa hari sebelum praktikum berlangsung.
2. Mahasiswa peserta praktikum diwajibkan untuk menyelesaikan Tugas
Praktikum pada Modul 7.
3. Bentuk kelompok kecil sebelum menyelesaikan Tugas Praktikum dengan
anggota 4-6 orang Mahasiswa (1 kelas terdiri dari 8 kelompok kecil).
4. Tugas Praktikum diselesaikan secara berkelompok sesuai jobdesk masing-
masing kelompok yang telah ditetapkan. Tugas dikumpulkan 1 hari sebelum
kegiatan praktikum berlangsung kepada asissten dalam bentuk paper (hard
copy) dilengkapi dengan daftar pustaka dan power point.
5. Hasil kerja kelompok dipresentasikan dalam kelas pada hari praktikum.
Setiap kelompok diberikan kesempatan menyajikan hasil kerjanya sekaligus
tanya jawab selama 10 menit.
6. Evaluasi(Tanya jawab materi yang kurang di mengerti).
b) Kriteria luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan
1. Laporan praktikum dikumpulkan dalam bentuk paper (hardcopy).
2. Penyajian presentasi dalam bentuk power point.
3. Format paper sebagai berikut:
Cover
Pendahuluan
Ulasan/isi jawaban Tugas Praktikum Modul 7
Kesimpulan
Daftar Pustaka
4. Paper tidak lebih dari 10 lembar (kertas A4, size 12 Times New Roman,
Line spacing 1,5lines).
D. Laporan Praktikum/ Tugas Praktikum
1. Carilah program kebijakan produksi dalam bidang pertanian yang meliputi:
a. Intensifikasi : BIMAS, INMAS, SRI
b. Ekstensifikasi : Sentra padi di luar Jawa: Pengembangan Lahan Gambut
untuk Tanaman Pangan
Page 6 of 7
Pengantar Ekonomi Pertanian 2013Brawijaya University
c. Kredit : KUT , KKP , Program Inti Plasma (PIR-TRANS) Perkebunan
Kelapa Sawit , Program Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit, Karet dan
Kakao).
2. Mengidentifikasi program-program pertanian aspek produksi yang telah
didapatkandan dilengkapi daftar pustaka.
DAFTAR PUSTAKA
Sukirno, Sadono. 1995. Ekonomi pembangunan. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Sudirman Tebba, Jurnalisme Baru, Kalam Indonesia, Jakarta, 2005
Page 7 of 7