Upload
surya-eko
View
310
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 Modul A Proses Pembuatan dan Karakterisasi Komposit
1/14
Laporan Akhir Praktikum
Laboratorium Teknik Material 3
Modul A Proses Pembuatan dan Karakterisasi Komposit
Oleh :
Nama : Surya Eko Sulistiawan
NIM : 13713054
Kelompok : 3
Anggota (NIM) : Adam Dwiputra Tanjung (13713039)
Waras Septiana (13713048)
Muhammad Adib H. (13713052)
Irza Aulia Zaim (13712006)
Tanggal Praktikum : 20 April 2016
Tanggal Penyerahan Laporan : 25 April 2016
Nama Asisten (NIM) : Irfan Naufaldi (13712043)
Laboratorium Metalurgi dan Teknik Material
Program Studi Teknik Material
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
2016
8/18/2019 Modul A Proses Pembuatan dan Karakterisasi Komposit
2/14
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tiga material yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari secara
umum yaitu logam, keramik dan polimer. Logam memiliki sifat kekuatan dan
keuletan yang tinggi, keramik memiliki sifat kekuatan dan kekakuan tinggi
sedangkan polimer memiliki sifat kekuatan dan densitas yang rendah.
Untuk memperoleh polimer yang memiliki kekuatan tinggi namun tetap
ringan salah satu caranya yaitu dengan digabung material lain yang memiliki
kekuatan tinggi. Material hasil penggabungan ini biasa disebut komposit. Polimer
biasanya digabung dengan serat untuk memperoleh sifat kekuatan yang tinggi.
Untuk memperoleh data sifat mekanik komposit dilakukan proses karakterisasi
dan pengujian mekanik.
1.2 Tujuan Praktikum
1.
Menentukan kekuatan tarik komposit polyester berpenguat serat gelas dari
hasil proses manufaktur wet hand lay up dan compression molding
2. Menentukan fraksi volume komposit polyester berpenguat serat gelas dari
hasil proses manufaktur wet hand lay up dan compression molding
8/18/2019 Modul A Proses Pembuatan dan Karakterisasi Komposit
3/14
BAB II
DASAR TEORI
Komposit merupakan material yang tersusun dari 2 atau lebih material berbeda
dan perbedaan material tersebut dapat diamati secara makroskopis. Komposit terdiri
dari dua komponen penyusun yaitu matriks dan penguat. Matriks adalah material
pengikat dari komposit. Penguat adalah komponen komposit yang memberikan
kekuatan pada komposit.
Material komposit diklasifikasikan sebagai berikut:
Berdasarkan jenis penguat:
Particle-reinforced composites
– Large-particle composites (Cermets: tungsten carbida in cobalt, semen)
– Dispersed-strenghtened composites (alumina in Al, Thoria in Ni alloy)
Fiber-reinforced composites: konstruksi kaku, kuat dan ringan
– Discontinuous (Short) fiber composites
– Continuous (long) fiber composites
Structural-reinforced composites
– Laminar composites (kayu multipleks, laminate carbon epoxy)
– Sandwich composites : Honeycomb-carbon epoxy composites, corrugated
paper - paper)
Berdasarkan jenis matriks :
Polymer matrix composites (PMC) : Komposit dengan matriksnya polimer
– Carbon fibre reinforced polymer
– Glass fibre reinforced polymer
– Metal fibre reinforced polymer
Gambar 2.1 Fiber-reinforced Composi
8/18/2019 Modul A Proses Pembuatan dan Karakterisasi Komposit
4/14
Metal matrix composites (MMC) : Komposit dengan matriksnya logam
– Boron or carbon fibre reinforced Aluminium
– Alumina particle reinforced Aluminium
Ceramic matrix composites (CMC): Komposit dengan matriksnya keramik
– Zirconia in alumina
– Carbon fibre reinforced carbon
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat pada komposit antara lain :
1. Fraksi volume material penyusun
Salah satu faktor yang mempengaruhi sifat komposit adalah
perbandingan antara matriks dan penguat atau fraksi volume masing-masing
penyusun. Sesuai rumus:
Selain itu, fraksi volume juga akan mempengaruhi kekuatan komposit
sesuai rumus Rule of Mixture berikut:
dimana:
: kekuatan material (Mpa)E : kekakuan material (Mpa)
V : fraksi volume
ρ : densitas (gr/cm3)
c: komposit, f: fiber, m: matriks
2. Sifat dari material penyusunnya
yaitu sifat dari matriks dan penguat yang digunakan. Penggunaan penguat
maupun matriks tertentu akan menghasilkan sifat komposit tertentu. Berikut
table densitas, stiffness, tensile strength dan strain dari matriks termoset,
matriks termoplas dan penguat serat/fiber:
mm f f c V V EEE mm f f c V V
mm f f c V V ρρρ
8/18/2019 Modul A Proses Pembuatan dan Karakterisasi Komposit
5/14
Dari tiga tabel diatas akan
diperoleh sifat mekanik yang berbeda bila kita menggunakan komposit
poliester berpenguat serat gelas dengan komposit epoxy berpenguat serat
karbon.
3. Orientasi serat pada komposit
Pada material komposit berpenguat serat, orientasi serat menjadi faktor
penting yang mempengaruhi sifat mekanik komposit. Hal ini disebabkan
komposit berpenguat serat bersifat anisotropi, yakni sifat material berbeda
bergantung pada arah. Pada komposit berpenguat serat dengan orientasi
random, sifatnya cenderung lebih isotropi.
4. Interface properties
Adanya adhesi/ikatan yang baik dapat meningkatkan sifat mekanik
komposit karena perpindahan beban yang diterima material dari matriks ke
serat melalui interface.
5. Proses Manufaktur
Proses Manufaktur pada komposit matriks polimer termoplas dan
termoset berbeda.
Termoset : melalui proses curing, viskositas rendah, temperatur proses rendah,
bentuk awal cair dan kemudahan impregnasi
Termoplas : tidak ada curing, viskositas tinggi, temperatur proses tinggi,
bentuk awal padat dan sulit impregnasi
8/18/2019 Modul A Proses Pembuatan dan Karakterisasi Komposit
6/14
Proses manufaktur komposit dengan matriks thermoset ialah sebagai berikut :
1. Wet Hand Lay-Up
Pada proses wet hand lay-up, dry reinforcement dan resin (+ katalis) ditaruh
pada permukaan cetakan. Resin ditekan dengan menggunakan rol untuk
diimpregnasi. Beberapa lapisan dapat ditambahkan secara bertahap sesuai
kebutuhan. Setelah diimpregnasi komposit akan mengalami curing dan mengeras.
Kelebihan : pemrosesan mudah dan bahan lebih murah
Kekurangan : hasil akhir tidak begitu bagus
Aplikasi : tangki penyimpanan air, badan perahu, dan bath-up.
2. Compression Molding
Pada compression molding, preform serat diletakkan pada cetakan. Ketika
panas dan tekanan diberikan oleh cetakan, preform mengalir sesuai bentuk
komponen yang diinginkan. Kemudian terjadi curing dan setelah terjadi
pengerasan yang cukup, didapat komposit yang diinginkan. Compression molding
memerlukan pemanasan dan tekanan yang tinggi. Metode ini digunakan untuk
pembuatan pintu mobil.
Kelebihan : Hasil lebih bagus dari wet hand lay up
Kekurangan : Membutuhkan alat untuk menekan, waktu curing lama
Gambar 2.2 proses manufaktur dengan metode wet hand lay-up
Gambar 2.3 proses compression molding
8/18/2019 Modul A Proses Pembuatan dan Karakterisasi Komposit
7/14
3. VARI (Vacuum Assisted Resin Injection)
VARI dilakukan pada kondisi vakum dan tekanan yang relatif konstan dan
tidak terlampau besar sehingga jumlah udara yang terjebak didalam komposit bisa
diminimalisir yang berimplikasi pada jumlah void yang bisa diminimalisir juga.
Semakin kecil fraksi volume void maka impregnasi akan semakin baik dan gaya
antar muka antara matriks dan serat dapat terjadi dengan baik. Cara kerja VARI ini
adalah dengan mengadakan lapisan ruang vakum untuk men-impregnasi
menggunakan driving force resin ke serat (penguat) dengan prinsip dasar adanya
perbedaan tekanan di bagian runag vakum dan di udara luarnya. Ruang vakum
memiliki tekanan yang lebih besar dibanding udara bagian luar.
Proses manufaktur komposit dengan matriks thermoplas ialah sebagai berikut :
1. Prepeg Lay up
Kelebihan : Hasil sangat bagus
Kekurangan : Mahal dan membutuhkan panas
2. Compression Molding
Kelebihan : Hasil lumayan bagus
Kekurangan : membutuhkan alat pressure dan membutuhkan panas
Gambar 2.4 proses prepreg lay up
Gam bar 2.5 proses compression molding
8/18/2019 Modul A Proses Pembuatan dan Karakterisasi Komposit
8/14
3. Diapraghm forming
Kelebihan : Hasil bagus
Kekurangan : Membutuhkan kantong untuk prepreg dan membuhkan panas
4.
Injection Molding
Kelebihan : Bisa mass production
Kekurangan : Membutuhkan panas
Gambar 2.6 proses doapraghm formi
Gambar 2.7 proses injection mold
8/18/2019 Modul A Proses Pembuatan dan Karakterisasi Komposit
9/14
BAB III
DATA PENGAMATAN
3.1 Data Pengamatan
Serat : Fiber glass (ρ = 2.5 gr/cm3)
Matriks : Polyester (ρ = 1.16 gr/cm3)
Metode : (1) Wet Hand Lay Up
(2) Compression Molding
Jumlah Layer : 4 layer
Beban Tarik (F) : 3400 N (1) ; 7000 N (2) ; 1500 N (matriks) Panjang x Lebar x Tebal : 250 x 25.06 x 2.54 mm (1)
150 x 19.76 x 1.21 mm (2)
Massa kering Komposit : 1.76 gr (1) ; 0.77 gr (2)
Massa Komposit Terendam : 0.39 gr (1) ; 0.15 gr (2)
Massa Serat : 0.54 gr (1) ; 0.56 gr (2)
3.2 Pengolahan Data
Pengujian Tarik : (1) σ = F/A = 3400/(25.06*2.54) = 53.41 MPa
(2) σ = F/A = 7000/(19.76*1.21) = 292.77 MPa
(matriks) σ = F/A = 1500/(11.7*5.5) = 23.31 MPa
Fraksi Volume : Perhitungan fraksi berdasarkan persamaan berikut :
- Volume komposit Vc = (Mc-Ms)/ρair - Densitas komposit ρc = Mc/Vc
- Fraksi volume serat f = (Wserat/ρserat) / Vc - Fraksi void : v = 1 – f – m
- Fraksi volume matrix m = (Mc -Wserat/ρmatriks) / Vc
Hasil perhitungan penentuan fraksi volume sebagai berikut :
8/18/2019 Modul A Proses Pembuatan dan Karakterisasi Komposit
10/14
BAB IV
ANALISIS DATA
Praktikum modul ini bertujuan untuk menentukan kekuatan tarik komposit
polyester berpenguat serat gelas dan fraksi volumenya dimana proses pembuatan
komposit tersebut dilakukan dengan metode wet hand lay up dan compression
molding. Data yang diperoleh berupa data gaya tarik maksimum, dimensi dan massa
komposit serta massa serat.
Proses pembuatan komposit dilakukan dengan mencampurkan polimer dan
serat gelas sebanyak empat layer. Kemudian komposit tersebut didiamkan sampai
mengeras, dimana untuk metode compression molding didiamkan dalam cetakan
yang diberi tekanan dari luar. Komposit yang sudah mengeras tersebut kemudian
dipotong dengan ukuran tertentu untuk dilakukan uji tarik, uji bakar dan uji densitas.
Uji tarik dilakukan untuk memperoleh tegangan komposit, uji bakar dilakukan untuk
memperoleh massa serat dan uji densitas dilakukan untuk memperoleh massa rendam
komposit. Dari data-data yang diperoleh tersebut kemudian diolah untuk
mendapatkan kekuatan komposit dan fraksi volume matriks, serat dan voidnya.
Fraksi volume yang dihasilkan dari pengujian ini menunjukan bahwa pada
metode wet hand lay up, sebagian besar komposit terisi oleh matriks (77%) dan
sedikit sekali void (7%). Sedangkan pada metode compression molding, kandungan
komponen penyusunnya hampir sama. Fraksi volume yang berbeda-beda ini akan
mempengaruhi sifat-sfat komposit yang terbentuk. Perbedaan fraksi volume ini
disebabkan terutama oleh jenis pemrosesan yang berbeda.
Pada metode wet hand lay up, matriks yang cukup banyak disebabkan oleh
penuangan resin yang berlebih pada tiap layer serat. Resin yang berlebih ini
mengakibatkan proses impregnasi ke sela-sela serat cukup cepat karena tekanan yang
diberikan semakin besar. Saat meratakan permukaan layer dengan roller, roller
tersebut tidak berputar sehingga harus dipaksa bergerak dan mengakibatkan proses
Surya Eko 13713054
8/18/2019 Modul A Proses Pembuatan dan Karakterisasi Komposit
11/14
perataan menjadi lama. Akibat proses perataan yang lama tersebut mengakibatkan
sudah ada resin yang terimpregnasi sempurna dan mulai mengeras dan
mengakibatkan fraksi void komposit yang terbentuk sangat kecil. Sedangkan pada
metode compression molding, resin yang dituangkan sedikit dan setelah proses
penuangan resin langsung diratakan sehingga ada kemungkinan udara terperangkap
disela-sela serat dan mengakibatkan fraksi void yang terbentuk cukup besar (35%).
Resin yang baru terimpregnasi kedalam sela-sela serat kemudian langsung ditekan
dengan menggunakan mesin sehingga ada kemungkinan resin yang belum mengeras
akan tertekan keluar cetakan dan mengeras diluar yang mengakibatkan fraksi volume
matriks menjadi lebih sedikit sedangkan matriks didalam yang sudah mulai mengeras
kesulitan melepas udara yang terperangkap didalam sehingga kandungan void masih
tetap tinggi.
Hasil pengujian tarik menunjukan bahwa kekuatan tarik tertinggi pada
pengujian ini dimiliki oleh komposit dengan metode compression molding, disusul
komposit dengan metode wet hand lay up dan terakhir matriks itu sendiri. Kekuatan
tarik kedua komposit yang lebih tinggi daripada matriks disebabkan oleh adanya serat
gelas yang memiliki kekuatan lebih tinggi daripada matriks sehingga berdasarkan
rule of mixture kekuatan tarik kompositnya akan meningkat.
Secara teori, rule of mixture ideal dengan fraksi volume void diabaikan yaitu
σkomposit = σf Vf /2+ σm Vm = 3450*0.5/2 + 50*0.5 = 887.5 MPa (longitudinal)
Adanya perbedaan kekuatan tarik hasil pengujian dengan hasil teoritis disebabkan
oleh beberapa hal, seperti adanya void, keseragaman serat dan matriks serta dimensi
specimen.
Adanya void pada kedua proses secara tidak langsung mempengaruhi
kekuatan komposit karena void akan menghalangi transfer energy dan memicu
inisiasi crack dan jika void berada diserat menimbulkan kekuatan interfase komposit
jelek. Void tersebut muncul karena proses pengerjaan yang kurang baik oleh
praktikan. Idealnya pada komposit, arah serat sejajar dan kontinu dengan arah
8/18/2019 Modul A Proses Pembuatan dan Karakterisasi Komposit
12/14
pembebanan agar tegangan yang diterima serat bisa maksimal. Namun kenyataannya,
arah serat pada kedua jenis komposit tersebut tidak sejajar, ada yang tergunting dan
tercabut sehingga ketika komposit diberi pembebanan serat tidak menerima tegangan
secara maksimal. Selain itu, luas penampang kedua komposit yang dijadikan sampel
uji tarik berbeda juga turut mempengaruhi nilai kekuatan yang diperoleh. Luas
penampang komposit yang kecil memiliki defek void yang lebih sedikit dibandingkan
luas penampang yang lebih besar sehingga dapat dikatakan luas penampang specimen
yang kecil memiliki kepresisian kekuatan yang lebih tinggi. Yang terakhir faktor
kerataan dan dimensi tiap specimen yang berbeda akibat proses pemotongan yang
kurang baik juga turut mempengaruhi keakuratan data yang diperoleh.
8/18/2019 Modul A Proses Pembuatan dan Karakterisasi Komposit
13/14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kekuatan tarik komposit polyester berpenguat serat gelas dengan metode
manufaktur wet hand lay up yaitu sebesar 53.41 MPa sedangkan kekuatan
tarik dengan menggunakan metode manufaktur compression molding sebesar
292.77 MPa.
2. Fraksi volume serat, matriks dan void pada komposit polyester berpenguat
serat gelas dengan metode wet hand lay up yaitu sebesar 0.16, 0.77 dan 0.07sedangkan fraksi volume serat, matriks dan void dengan metode compression
molding sebesar 0.36, 0.29 dan 0.35.
5.2 Saran
Perlu metode karakterisasi lain sebagai pembanding pengukuran fraksi
volume
8/18/2019 Modul A Proses Pembuatan dan Karakterisasi Komposit
14/14
DAFTAR PUSTAKA
1. Astrom, B.T., “ Manufacturing of Polymer Composites”, 1st ed., Chapman and
Hall, London, 1997.
2. Judawisastra, Hermawan. 2011. Slide Mata Kuliah MT 3204 Material
Komposit. Rev 04. Program Studi Teknik Material. FTMD-ITB.
3. Judawisastra, Hermawan. Slide Mata Kuliah MT 3234 Material Komposit.
Micromechanics. Ver 2b. Program Studi Teknik Material. FTMD-ITB.
LAMPIRAN
Tugas setelah Praktikum
Sudah terjawab di Bab 2.
Tugas Tambahan
1. Gambar contoh Large and Dispersed Reinforced Composite
Jawab :
1.