40
1 BANGUNAN PENYADAP (INTAKE) PENDAHULUAN : Unit bangunan penyadap air merupakan awal yang menentukan keberlangsungan sistem penyediaan air bersih sebab apabila bagian ini tidak berfungsi dengan baik, maka keseluruhan sistem akan terganggu. Kontinuitas dan kuantitas akan terhambat, sementara kualitas air awal tidak akan terjaga bila unit ini kurang optimal. Sistem penyediaan air terdiri dari bagian-bagian yang terintegrasi berdasarkan kualitas air baku yang hendak diproses. Pada prinsipnya sistem penyediaan air terdiri dari : 1. Sarana penyadap air baku 2. Instalasi pengolahan air (IPA) 3. Penampungan air hasil olahan ( Reservoir air bersih) 4. Distribusi air ( Distribution Network ) Fungsi dari unit penyadap air adalah menyediakan air baku secara terus menerus untuk memenuhi 3 (tiga ) faktor penting yang harus dipenuhi oleh sistem penyediaan air yaitu kualitas, kuantitas dan kontinuitas dengan tetap memperhatikan konservasi lingkungan. Unit penyadap air terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu : 1. Konstruksi : a. Bangunan penyadap air b. Bak pengumpul c. Stasiun/Rumah pompa

Modul Bangunan Penyadap

Embed Size (px)

DESCRIPTION

USTJ

Citation preview

1

BANGUNAN PENYADAP

(INTAKE)

PENDAHULUAN :

Unit bangunan penyadap air merupakan awal yang menentukan

keberlangsungan sistem penyediaan air bersih sebab apabila bagian

ini tidak berfungsi dengan baik, maka keseluruhan sistem akan

terganggu. Kontinuitas dan kuantitas akan terhambat, sementara

kualitas air awal tidak akan terjaga bila unit ini kurang optimal.

Sistem penyediaan air terdiri dari bagian-bagian yang terintegrasi

berdasarkan kualitas air baku yang hendak diproses. Pada prinsipnya

sistem penyediaan air terdiri dari :

1. Sarana penyadap air baku

2. Instalasi pengolahan air (IPA)

3. Penampungan air hasil olahan ( Reservoir air bersih)

4. Distribusi air ( Distribution Network )

Fungsi dari unit penyadap air adalah menyediakan air baku secara

terus menerus untuk memenuhi 3 (tiga ) faktor penting yang harus

dipenuhi oleh sistem penyediaan air yaitu kualitas, kuantitas dan

kontinuitas dengan tetap memperhatikan konservasi lingkungan.

Unit penyadap air terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu :

1. Konstruksi :

a. Bangunan penyadap air

b. Bak pengumpul

c. Stasiun/Rumah pompa

2

2. Mekanik :

a. Pompa

b. Pipa transmisi

3. Elektrik :

a. Sumber daya listrik

b. Panel

I JENIS SARANA PENYADAP AIR

Memperhatikan fungsi pokok bangunan penyadap air baku adalah

menjaga keberlangsungan tersedianya air yang cukup dan terjaga

secara kuantitas dan kualitasnya, maka secara substansial kegiatan

penyadapan air adalah menangkap, menampung dan menyalurkan air

ke bagian lain dari sistem penyediaan air minum. Oleh karena itu

diperlukan teknik dan metode tepat untuk mengoptimalkan unit

penyadap air ini dengan mempertimbangkan jenis sumber air baku

yang hendak disadap.

2.1. Gambaran Umum

Dalam upaya memenuhi kebutuhan air bersih, langkah awal yang

terpenting adalah menentukan sumber air baku yang sesuai dengan

peruntukannya. Sehingga dapat segera diketahui tindakan selanjutnya

untuk menentukan jenis pengolahan yang diperlukan.

Pada dasarnya sumber air baku yang dapat diambil dari:

1. air langit : hujan dan salju

2. air tanah : air tanah dangkal, air tanah dalam dan mata air

3. air permukaan : sungai, danau, waduk, telaga dan rawa.

Bangunan penyadap air merupakan salah satu bangunan dari sistem

penyediaan air bersih yang dibangun pada badan sumber air.

3

Sistem penyadap air secara lengkap terdiri dari 3 (tiga) bagian besar,

yaitu:

Konstruksi bangunan penyadap, bak pengumpul, rumah

pompa, dll

Mekanik pompa dan pipa distribusi

Elektrik sumber tenaga listrik, dll.

Pada sebuah sistem penyediaan air bersih kapasitas kecil, sistem

penyadap air yang digunakan relatif sederhana, terdiri dari sebuah

pipa benam yang dilindungi sebuah kisi-kisi dalam ukuran yang lebih

kecil. Sedangkan untuk sebuah sistem penyediaan air bersih yang

besar, sistem penyadapan air biasanya lebih lengkap, dengan

membangun suatu menara atau bagian “inlet” yang terdapat dibawah

air; seperti pipa-pipa transmisi bawah air, kisi-kisi bawah air, stasiun

pompa, dan juga gudang kimia dengan fasilitas pembubuh.

Jika bangunan penyadap air berlokasi di sungai, perlu dibuat

bangunan penahan aliran (bendung) bawah air untuk musim kemarau.

2.2. Kriteria Penyadapan

Lokasi dan perencanaan pekerjaan penyadapan dipengaruhi oleh

beberapa faktor, dan karena itu perencanaannya harus

mempertimbangkan banyak aspek.

Kriteria perencanaan penyadap air adalah :

a. Kegagalan pengadaan air baku akibat besarnya fluktuasi

permukaan air atau ketidak-stabilan saluran air.

b. Bangunan yang didirikan tidak menutup/menghambat laju air

yang justru akan mematikan sumber air baku.

c. Kedalaman air yang memadai.

d. Perlindungan terhadap banjir, benda-benda terapung, perahu

dan kapal.

4

e. Lokasi penyadapan yang menguntungkan dan bebas pencemaran

masa kini maupun masa depan.

f. Penempatan kisi-kisi pelindung pompa dan fasilitas perpompaan.

g. Penempatan fasilitas pemindah pompa serta peralatan lain bila

diperlukan perbaikan menyeluruh.

h. Penempatan ruang yang cukup untuk pembersihan dan

perawatan peralatan.

i. Lokasi dan perencanaan untuk meminimasi gangguan terhadap

kehidupan akuatik

j. Jika pengolahan kimia dapat dilakukan pada pekerjaan

penyadapan, maka perlu penempatan ruang bagi fasilitas

penerimaan, penyimpanan dan pembubuhan bahan kimia.

2.3. Tipe sarana penyadap.

Tipe sarana penyadap air dibedakan berdasarkan jenis sumber air

baku yang disadap, dimana banyak faktor-faktor yang mempengaruhi

penentuan dan perencanaan lokasi sarana penyadap air, seperti :

Karakteristik sumber air

Kapasitas saat ini dan masa depan

Variasi kualitas air

Kondisi iklim

Sumber-sumber pencemaran saat ini dan yang potensial,

perlindungan kehidupan akuatik dan lingkungan hidup

Variasi ketinggian muka air

Kondisi pondasi sumber air

Endapan dan beban dasar

Pertimbangan dari segi ekonomi

Menurut sumber air baku yang diambil, Bangunan Penyadap Air

terbagi menjadi :

5

1. Bangunan penyadap air dari Mata air

2. Bangunan penyadap Air sungai

3. Bangunan penyadap Air tanah/Air sumur dalam

2.3.1. Bangunan Penyadap Air dari Mata Air

Mata air merupakan prioritas utama dalam sistem penyediaan air

minum, karena tidak perlu diproses dan hanya perlu pembubuhan

desinfektan.

Keberlangsungan sumber mata air sangat dipengaruhi oleh daerah

resapan (catchment area). Oleh karena itu catchment area perlu

dilindungi untuk menjaga kapasitas air sumber. Daerah resapan

tersebut harus terjaga kelestariannya dengan melindunginya dari

penebangan liar. Tanaman yang tumbuh atau ditanam di wilayah

tersebut juga harus dapat menyerap/menyimpan air dengan baik.

Dalam merencanakan bangunan pengambil (penyadap) sedapat

mungkin tidak mengubah struktur tanah di sekitar mata air, dengan

tetap mengikuti kaidah ilmu tentang bangunan air. Karena itu

sebaiknya penyadapan dilakukan diluar lokasi mata air sehingga

kondisi alam disekitar mata air tetap natural.

Gambar 1. Mata Air

6

Bangunan Penyadap air dari mata air sering dikenal dengan istilah

“bronkaptering”. Bangunan penyadap air dari mata air ini umumnya

terbuat dari pasangan batu atau pasangan beton. Sedangkan

bentuknya disesuaikan dengan jenis dan keadaan sekitar mata air

tersebut, misalnya bangunan penyadap air dari mata air yang keluar

dari rekahan batu pada tebing berbeda dengan bangunan penyadap

air dari mata air yang keluar dari tanah yang datar.

Gambar 2. Bangunan penyadap mata air.

Bangunan penyadap mata air dibuat dengan memperhatikan posisi

letak mata air. Bangunan permanen jangan sampai menghambat laju

air yang keluar dari mata air, karena hal itu menyebabkan air mencari

celah lain untuk keluar. Jika hal itu terjadi maka mata air akan

berpindah tempat.

7

Disamping itu perlu di kaji keberadaan mata air tersebut, apakah

hanya merupakan rembesan mata air lain atau merupakan jalur

utama mata air. Bangunan penyadap sebaiknya dibangun pada jalur

mata air utama yang fluktuasi debitnya tidak terlalu tinggi atau air

selalu tersedia baik pada musim kemarau maupun penghujan.

Walaupun bentuknya berbeda-beda, pada dasarnya bangunan

penyadap air dari mata air terdiri dari 2 (dua) bagian utama, yaitu:

Bagian penangkapan/pengumpulan air;

Bagian/ruang perpipaan.

Adapun perlengkapan yang biasanya dipasang pada bangunan

penyadap air ini terdiri dari:

Pipa air keluar (outlet) :

Pipa ini digunakan untuk mengalirkan air keluar dari bangunan

penyadap air dan biasanya dilengkapi dengan saringan pipa

untuk mencegah kotoran terbawa ke dalam aliran air serta katup

pembuka/penutup aliran air.

Pipa penguras :

Digunakan untuk membuang kotoran yang terdapat pada

bangunan penyadap air, dan biasanya pipa penguras ini

dilengkapi dengan katup pembuka/penutup aliran air.

Pipa peluap :

Digunakan untuk mengalirkan air yang berlebih agar tinggi

permukaan air tidak melebihi tinggi maksimum yang

direncanakan.

8

Alat pengukur debit air/meter air :

Digunakan untuk mengukur debit air yang dialirkan keluar dan atau

debit air yang tidak terpakai.

Lubang kontrol (manhole) :

Digunakan sebagai tempat untuk melihat / masuk ke dalam

bangunan penyadap air. Lubang ini ditutup oleh tutup manhole.

Pipa pengeluaran udara (vent) :

Digunakan untuk mencegah berkumpulnya udara di dalam

bangunan penyadap air.

Gambar 3. Tipikal Bronkaptering

Gambar 4. Bangunan penyadap Artesian Depression spring

PIPA PELUAP

PIPA OUTLET

MANHOLE VENT

tangga

V-NOTCH

selokan

9

Gambar 5. Bangunan penyadap Fissure Spring kapasitas kecil

Gambar 6. Bangunan penyadap Fissure Spring kapasitas besar

Gambar 7. Bangunan Penyadap mata air ( Kab. Magelang )

10

2.3.2. Bangunan Penyadap Air Permukaan

Bangunan penyadap air permukaan di Indonesia sering dikenal dengan

sebutan “intake” (dari water intake).

Bangunan penyadap tidak ditempatkan di bagian sungai yang

menyempit karena dapat terjadi pengikisan terhadap bangunan

intake dan sekitarnya sehingga dapat mengganggu keamanan

bangunan.

Penempatan bangunan ini umumnya pada titik lokasi yang tepat pada

aliran sungai dimana kandungan endapannya paling sedikit. Pada

sungai yang memiliki kualitas air baku kurang baik umumnya intake

harus dilengkapi dengan fasilitas menyaring sampah kasar/partikel

kasar seperti kayu, lumut, plastik dll.

Telah disebutkan bahwa secara operasional inti dari pekerjaan

penyadapan air adalah perpompaan, jadi untuk setiap jenis sistem

penyadapan, hubungan erat antara pekerjaan penyadapan dan

pemompaan air baku harus menjadi bahan pertimbangan utama.

Pekerjaan penyadapan dan stasiun perpompaan seringkali

digabungkan menjadi struktur terpadu. Kapasitas operasi pemompaan

berkaitan dengan perencanaan kapasitas penyadapan.

Secara umum kelengkapan sarana bangunan penyadap air sungai ini

terdiri dari:

1. Bendungan untuk meninggikan muka air :

Khususnya bendungan ini digunakan untuk sungai yang airnya

dangkal.

11

2. Pintu air :

Pintu air ini digunakan untuk sistem yang menggunakan saluran

dimana pintu air ini digunakan sebagai alat untuk mengatur debit

air yang masuk/keluar saluran. Pintu ini juga biasanya dilengkapi

dengan pembacaan elevasi air.

3. Pompa :

Digunakan untuk menaikan dan mengalirkan air.

Pompa yang digunakan adalah jenis pompa benam (pompa

submersible) yang dipasang di dalam air, atau pompa yang

dipasang di daratan (non-submersible).

4. Saringan Kasar (Bar screen) :

Untuk mencegah kotoran / sampah terbawa aliran air dan akan

menggangu bekerjanya pompa.

5. Penjebak pasir (Grit chamber) :

Untuk mengendapkan sedimen berupa fraksi pasir.

6. Saluran/Bak pengumpul :

Untuk menampung air sebelum dipompakan ke IPA

Gambar 8. Tipikal River Water Intake

Muka Air Maksimum

Muka Air Minimum

PINTU AIR

POMPA SUBMERSIBLE

PIPA TRANSMISI

SCREEN

12

Gambar 9. Pompa Intake Submersible

Gambar 10. Pompa Intake non-submersible

Untuk mengantisipasi karakteristik sungai seperti : morphologi,

hidrologi sungai dan lain-lain, maka ada beberapa jenis “intake” yang

kita kenal yaitu :

(1) Intake bebas

Bangunan penyadap air baku yang dibangun pada pinggir badan

air ( sunggai, danau, waduk ) yang memiliki debit air yang relatif

besar dan tetap. Bangunan ini dilengkapi dengan screen dan

pengeruk sampah.

13

Gambar 11. Intake Bebas Sendai City, Jepang

Gambar 12. Tipikal Intake Bebas dengan Submersible Pump

14

Gambar 13. Perletakkan submersible pump pada intake bebas

Gambar 14. Intake bebas dengan non-submersible pump

15

Gambar 15. Screen pada intake bebas

16

Gambar 16. Screen dengan pengeruk sampah

Gambar 17. Pompa Intake ( non-submersible ) PDAM Kota Semarang

17

Gambar 18. Contoh Intake bebas

18

(2) Intake dengan tambahan bangunan berupa bendung

Bangunan penyadap air baku yang dibangun pada pinggir badan

air yang dilengkapi dengan bendung untuk menaikkan level air.

Umumnya dibangun pada sungai dengan debit yang rendah. Pada

kasus bangunan ini dilengkapi dengan penangkap pasir dan

sedimen.

Gambar 19. Intake Denah Bendung

Gambar 20. Saluran penangkap pasir

POMPA

BENDUNG

19

Gambar 21. Intake Bendung

(3) Direct Intake

Intake yang langsung dipompa dari badan sungai melalui pipa

tanpa penampungan. Ujung pipa pada intake ini harus dilengkapi

screen untuk menyaring kotoran. Ukuran screen harus

diperhitungkan supaya sampah yang tersangkut tidak

menghambat laju air yang disadap.

Gambar 22. Direct Intake

20

Gambar 23. Direct Intake melalui pipa tertanam

(4) Intake Crib

Intake yang dibangun di dasar sungai dengan kapasitas kecil

dengan tingkat sedimentasi kecil. Intake Crib berbentuk kotak

(bak) atau silinder yang terbuat dari beton bertulang dan

penguat kayu untuk menahan laju aliran sungai sehingga air

didalam bak intake tenang. Air masuk melalui celah kayu

penguat lubang-lubang di sekeliling crib. Intake ini tidak boleh

terkubur tanah/endapan dan dijaga dari penggerusan.

Gambar 24. Tipikal Intake Crib

21

Untuk menghindari tergerusnya intake oleh arus air maka

bangunan harus benar-benar kuat tertanam di dasar sungai. Laju

aliran di dalam Crib pada air baku dengan turbidity rendah

adalah 0,5 – 1 m/dt.

(5) Intake Level

Bangunan penyadap menggunakan pipa sadap yang fleksibel

terhadap level air. Intake ini sangat fleksibel terhadap fluktuasi

level air. Sehingga posisi ujung inlet selalu terendam air dengan

tetap menjaga posisi inlet tetap diatas dasar sungai pada level

terendah. Jenis intake level adalah :

a. Intake Ponton

Bangunan penyadap air baku yang diletakkan di badan sungai

dengan memanfaatkan pelampung ( drum, dan sejenisnya )

sehingga ujung inlet tetap terendam air hingga level

minimum.

Gambar 25. Intake Ponton Pipa Fleksibel

22

Gambar 26. Intake Ponton sambungan fleksible dengan

pelampung tong

b. Intake Pipa pararel

Intake level yang dilengkapi dengan pipa yang dipasang

bertingkat dalam beberapa level air.

Gambar 27. Intake Pipa Pararel

23

Gambar 28. Intake Ponton sederhana

(6) Intake menara

Bangunan penyadap air baku berupa menara di badan sungai

yang dilengkapi dengan jembatan penghubung. Intake menara

dibuat untuk badan air dengan fluktuasi level air yang besar.

Pada level minimal, ketinggian air sangat rendah sehingga

memerlukan pendalaman dasar sungai di bawah menara.

Gambar 29. Intake Menara sederhana

24

Gambar 30. Tipikal Intake Menara

Gambar 31. Intake menara dengan variasi kedalaman

25

Gambar 32. Berbagai bentuk Intake Menara

26

(7) Intake tipe infiltrasi ( Infiltration galleries) di dasar sungai.

Bangunan penyadap yang dilengkapi dengan pipa-pipa infiltrasi

di dasar sungai untuk menyerap sekaligus menyaring air infiltrasi

dari sungai yang debit/level airnya relatif rendah.

Gambar 33. Tipikal Intake Infiltration

27

Intake ini terdiri atas jalur-jalur pipa beton bertulang yang

ditanam dibawah sungai yang masih aktif ataupun pada sungai

yang sudah tidak berfungsi. Inlet dibuat melalui lubang-lubang

perforasi sepanjang pipa. Pipa-pipa tersebut diletakkan di dalam

aquifer yang mempunyai daya tembus air yang baik.

2.3.3. Bangunan Penyadap Air Tanah ( Air tanah dangkal dan sumur

dalam ).

A. Air tanah dangkal

Umumnya dipergunakan dalam kapasitas relatif kecil dan kedalaman

air di bawah 30 meter ( umumnya 15 meter ), dengan diameter paling

kecil adalah 60 cm. Bangunan pengambilan umumnya terbuka dan

untuk menghindari kontaminasi sekaligus sebagai penguat, bagian

dinding sumur dipasang casing beton bertulang.

Apabila pengambilan air dari dasar sumur, dalam arti fungsi air relatif

kecil, sebaiknya dasar sumur dilapisi dengan kerikil dengan diameter

2 s.d 5 cm dengan ketebalan 90 cm ( terdiri dari 3 lapisan dengan

gradasi diameter ).

Gambar 34. Profil sumur air tanah dangkal

28

B. Sumur air tanah dalam

Bangunan penyadap sumur dalam digunakan untuk mengambil air

yang berada jauh dibawah permukaan tanah. Perlengkapan penyadap

sumur dalam yang terlihat dari luar hanya beberapa perlengkapan

saja, antara lain pipa pelepas (discharge) , manometer dan

sebagainya sedangkan perlengkapan lainnya tidak terlihat, karena

dipasang dibawah permukaan tanah.

Pemanfaatan sumber air baku dari tanah dalam dilakukan apabila

potensi mata air tidak memungkinkan. Air diperoleh dengan cara

pengerboran tanah hingga mencapai lapisan confined aquifer ( sumur

artesis ). Kedalaman pengeboran umumnya lebih dari 30 meter,

biasanya antara 80 s.d. 150 meter.

Terdapat beberap metode pengeboran yang antara lain adalah :

- Standar

- The Jetting

- The Core Drill

- The Hydrolic Rotary, dll

Sedangkan kegiatan pemboran umumnya terdiri dari 4 kegiatan yaitu

1. Pembuatan lubang uji ( pilot hole )

2. Pelaksanaan Electric Log

3. Pekerjaan konstruksi dan pembersihan lubang

4. Pemompaan Uji Kapasitas.

Gambar 35. Confined Aquifer

29

Pada pekerjaan pemboran yang harus diperhatikan adalah casing pipa

harus memenuhi syarat antara lain steel pipe, ketebalan dan lain-

lain. Perletakan pipa saringan harus pada lapisan aquifer yang kedua.

Material saringan merupakan hasil pruduksi pabrik.

Apabila jumlah sumur lebih dari satu, jarak antar sumur perlu

dipertimbangkan untuk menghindari pengaruh sumur satu dengan

yang lain.

Gambar 36. Profil sumur air tanah dalam

30

Bangunan ini dilengkapi dengan :

1. Pipa jambang (casing)

Digunakan untuk melindungi pompa dan sekaligus untuk

tempat penampungan air yang akan dipompa.

2. Pipa penyalur air ke atas

Yaitu pipa yang dihubungkan dengan pompa untuk

mengalirkan/menaikkan air.

Pipa penyalur terdiri dari :

Pipa pelepas (discharge).

Pipa penghisap air/pipa air masuk, yang dilengkapi

dengan saringan..

Pipa benam yang dilengkapi dengan kabel tenaga

(power cable).

3. Elektroda pengatur operasi pompa secara otomatis.

Elektroda ini digunakan untuk mencegah agar pompa selalu

dibawah permukaan air.

4. Manometer:

Digunakan untuk mengukur tekanan air.

5. Katup pencegah aliran balik.

6. Katup pengatur aliran air keluar.

7. Katup udara otomatis:

Digunakan untuk mengeluarkan udara dari dalam sumur,

karena udara dalam sumur ini dapat menghambat aliran air.

8. Penutup sumur:

Untuk mencegah kontaminasi dari luar.

9. Lubang pemeriksaan tinggi muka air.

31

Gambar 37. Instalasi sumur artesis

32

Gambar 38. Pompa Submersible sumur dalam

II PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN

3.1. Saringan kasar (Bar screen)

Salah satu perangkat pendukung yang terdapat pada bangunan

penyadap air ialah saringan, baik untuk sampah maupun kerikil yang

cukup besar, pada sarana penyadap air, kadang-kadang dilengkapi

dengan sebuah atau lebih saringan kasar.

33

Saringan kasar terdiri dari batang-batang besi yang disusun berderet

secara vertikal dengan jarak antara batang besi sebesar 2 – 5 cm.

Saringan ini biasanya dipasang di bagian “ inlet intake “ dengan fungsi

untuk menyaring sampah/benda-benda kasar. Kemudian ditengah

antara bak pengendap dan saluran masuk dan di antara bak

pengendap dan bak pengumpul.

Untuk kelancaran operasi penyadapan air, maka saringan ini harus

selalu dibersihkan dari sampah-sampah yang tersangkut atau lumpur-

lumpur yang menempel pada saringan. Waktu pembersihan saringan

dilakukan terutama setelah banjir, karena pada saat banjir air sungai

akan menghanyutkan sampah maupun sedimen lebih banyak

dibandingkan pada debit air yang normal.

Dengan membersihkan saringan ini dari sampah-sampah dan sedimen

yang dapat menyumbat aliran air yang akan melewati saringan secara

rutin, maka cukup membantu pemeliharaan saringan tersebut.

Material saringan ini terbuat dari besi dan biasanya tidak dilapisi anti

karat. Oleh karena itu agar selalu terpelihara dengan baik, lakukan

pengecatan batang-batang besi atau dilapis anti karat.

3.2. Penjebak Pasir ( Grit Chamber)

Pemisah pasir adalah bagian dari sarana penyadap air yang dibuat

sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi untuk mengendapkan

sebagian sedimen fraksi pasir dengan diameter tertentu sesuai

dengan kriteria rancangan penjebak pasir , sebelum air mengalir

menuju bak pengumpul, untuk selanjutnya air dipompa ke IPA.

34

Bak penjebak pasir biasanya mempunyai kedalaman lebih rendah

dibandingkan dengan bak pengumpul, sehingga pasir akan terkumpul

pada unit ini ( sebagai kantung pasir} dan pada saat tertentu pasir

akan diangkat keluar.

Untuk mengoptimalkan fungsi unit ini sesuai dengan rancangan, maka

harus dipertahankan kecepatan pengendapan sesuai dengan kriteria

rancangan. Dalam hal ini perlu dijaga agar debit air masuk harus

sesuai dengan kriteria rancangan. Jika debit air yang masuk ke dalam

bangunan penyadap air tidak konstan dan lebih besar dari rancangan,

maka partikel tidak sempat mengendap pada unit ini tetapi akan

terbawa masuk ke dalam bak pengumpul, sehingga kemungkinan

partikel akan terbawa ke dalam pompa dan akan merusak pompa.

Untuk menjaga hal ini terjadi, maka pemeriksaan debit air harus

dilaksanakan secara rutin, lebih mudah pintu air pada intake

dilengkapi dengan pembacaan elevasi air, sehingga elevasi air

sesudah dan sebelum saringan dapat diketahui.

Selain kecepatan aliran harus stabil, hal lainnya yang harus dijaga

adalah jangan terjadi aliran turbulen sehingga pengendapan partikel

tidak terganggu.

Pemeliharaan Penjebak pasir :

Perlu dilakukan pembersihan sedimen yang mengendap ke dalam

bak pada waktu-waktu tertentu (secara rutin) atau sesuai

dengan banyaknya endapan. Diusahakan pembersihan dilakukan

sebelum endapan di dalam bak penuh.

Membersihkan kotoran berupa lumpur, lumut/algae yang

menempel pada dinding bak penjebak pasir

Membersihkan tanaman/rumput yang tumbuh tidak teratur di

sekitar bak

35

3.3. Bak Pengumpul

Dalam kondisi normal pengoperasian pada bangunan pengumpul

adalah dengan mengatur sistem aliran air.

Pengoperasian bangunan pengumpul meliputi :

Sistem perpipaan/saluran masuk (inlet).

Sistem aliran air pada bak pengumpul.

Sistem pelimpah (overflow) dan pembuangan (drain).

Sistem perpipaan/saluran keluar (outlet).

Untuk operasional bak pengumpul meliputi pengoperasian harian dan

bulanan.

3.3.1. Pengoperasian Harian

a. Elevasi permukaan air pada ruang penenang yang dilengkapi

dengan alat ukur debit dicatat dan agar dapat diatur sesuai

dengan debit yang diinginkan.

b. Memeriksa katup-katup bila terjadi gangguan pada sistem aliran.

c. Memeriksa dinding penyekat (baffle) dari gangguan

kotoran/sampah yang dapat menggangu aliran,

3.3.2. Pengoperasian Bulanan

a. Memeriksa secara keseluruhan bagian-bagian bak pengumpul

apakah dalam keadaan baik.

b. Berdasarkan hasil pemeriksaan debit, direncanakan untuk

mengadakan kegiatan pemeliharaan bila hasil pengukuran debit

lebih rendah di banding sebelumnya.

36

Pemeliharaan bak pengumpul meliputi pemeliharaan terhadap gangguan-

gangguan yang menggangu sistem aliran, seperti :

a. Pada saat bak pengumpul akan dibersihkan, sistem aliran air

masuk melalui pipa inlet (masuk dari bagian bawah) dan

dilengkapi dengan katup. Apabila katup utama ditutup, maka

aliran akan melalui pipa by pass dan bak pengumpul dapat

dibersihkan.

b. Membersihkan sampah-sampah dan kotoran, dapat dilakukan

dengan jalan membuka katup pipa pembuangan (drain), dengan

catatan katup inlet ditutup.

c. Bersihkan pipa-pipa termasuk katup, beserta peralatan lainnya ,

antara lain dinding penyekat, alat ukur, mistar ukur dari kotoran

yang melekat. Segera diberi cat dasar pada tempat-tempat yang

ada tanda-tanda karat dan kemudian dicat dengan cat yang

sesuai.

d. Memberi gemuk pada katup-katup bilamana peralatan-peralatan

itu kelihatan kering (tidak terlihat ada gemuk).

3.4. Pompa

3.4.1. Persiapan sebelum pompa dijalankan:

a. Pastikan packing penekan dalam posisi yang baik, jika terlalu

kuat, akan dapat merusak poros dan jika terlalu longgar

menyebabakan kebocoran air.

b. Putar pompa secara manual dan kalau pompa tidak dapat

berputar dengan lancar berarti dapat diketahui sebelum terjadi

kemacetan karena terdapat karat didalam.

c. Star motor sebentar dan lihat arah putarannya. Arah putaran

harus sesuai arah panah pada pompa.

d. Kalau pipa hisap diperlengkapi dengan katup tutup (sluice value)

maka harus diperhatikan supaya katup ini dalam keadaan

tertutup penuh.

37

e. Kemudian hidupkan dan putar pompa untuk beberapa saat

(beberapa detik), dan hentikan. Buka katup pengeluaran udara

untuk mengeluarkan udara. Proses ini dilakukan beberapa kali

untuk memastikan bahwa sudah tidak ada udara tersisa

didalamnya.

3.4.2. Menjalankan dan menghentikan Pompa

Telah disebutkan bahwa jenis pompa yang biasa digunakan untuk

menyadap air adalah pompa benam (Submersible) atau pompa non-

submersible.

(1) Pompa Submersible :

a. Menjalankan Pompa :

Tutup katup kempa ( sluice value) pada pipa tekan

Tekan saklar “ON” periksalah apakah pompa berjalan

dengan normal.

Periksa putaran pompa :

Putaran benar bila tekanan pada katup kempa tertutup

rapat, berada pada tekanan tertinggi.

Putaran terbalik tekanan pada katup kempa tidak

mencapai tekanan yang seharusnya.

b. Menghentikan pompa :

Tutup katup kempa

Tekan saklar “OFF” pada panel listrik pompa maka pompa akan

berhenti bekerja.

38

(2) Pompa Non-submersible :

a. Menghidupkan pompa :

Periksa katup kempa pada pipa tekan (sluice valve) tertutup.

Bila perlu lakukan “ pancingan ” terhadap pompa.

Tekan saklar “ On ” pada panel listrik untuk menghidupkan

pompa.

Sebelum pompa dioperasikan secara terus menerus, maka

lakukan hal – hal seperti berikut :

Tekan “ON” atau “OFF” satu atau dua kali untuk

memastikan bahwa tidak ada kelainan pada pompa.

Operasikan pompa hingga mencapai nilai kecepatan

spesifik dan tentukan nilai yang terlihat pada indikator

alat ukur .

Selama pompa dijalankan cek jika ada kelainan pada

setiap bagian pompa, seperti : timbul bunyi yang asing,

timbul getaran dan panas yang berlebihan jika timbul

hal-hal tersebut, maka hentikan segera pompa

periksa kelainan.

Pompa dijalankan terus jika operasi pompa berjalan

normal, maka putaran per menit (RPM) pompa akan

menunjukkan nilai yang spesifik, kemudian buka katup pada

pipa tekan (sluice valve) secara perlahan-lahan.

b. Menghentikan pompa :

Tutup katup kempa.

Tekan saklar “ OFF “ pada panel listrik pompa, maka pompa

akan berhenti bekerja.

39

3.4.3. Pengawasan selama pengoperasian :

Lakukan pemeriksaan secara hati – hati terhadap bantalan,

apakah terlalu panas “aman” jika suhu bantalan kurang dari 40

oC.

Periksa paking penekan (gland packing) untuk hal-hal berikut :

1. Periksa pengaruh panas yang timbul akibat pemasangan gland

packing yang terlalu kuat.

2. Cek adanya kebocoran dan pastikan jumlah air yang keluar

jika jumlah air sedikit masih diperkenankan.

Buka katup kempa perlahan-lahan setelah kecepatan

nominal tercapai. Pembukaan yang dilakukan dengan cepat

dapat menyebabkan kotoran akan naik dan menyumbat

pompa.

Hindari untuk membuka dan menutup katup pompa yang

telah diatur dengan baik setelah berjalan normal.

Waktu antara menghentikan dan menjalankan kembali

pompa minimal 5 menit .

Perhatikan sumber listrik :

- Voltase tidak boleh menyimpang lebih dari 5 %.

- Arus listrik antara fasa tidak seimbang di atas 10 %.

Perhatikan tekanan dan kapasitas pompa, tutup manometer

jika tidak dipakai.

Hindari “START” dan “STOP” yang terlalu sering.

Setelah pompa dioperasikan perlu di periksa apakah alat-

alat ukur berfungsi dengan baik atau tidak.

Periksa arus listrik pada amper-meter. Bila fluktuasinya

cukup besar kemungkinan pompa tersumbat. Bila jumlah

air yang dipompakan tiba-tiba berkurang banyak,

kemungkinan penyebabnya adalah sumbatan benda asing

dibagian dalam pompa.

40

3.5. Pemeliharaan Sarana Penyadap Air

Pemeliharaan sarana penyadap air secara menyeluruh harus

dilakukan, karena jika sarana ini tidak terpelihara dengan baik akan

mempengaruhi kinerja lainnya dalam sistem penyediaan air

bersih/minum. Pemeliharaan ini bersifat pencegahan terhadap

kerusakkan dan dilakukan secara berkala (mingguan, harian, bulanan,

tahunan), seperti dijelaskan pada table 1.

Tabel 1. Pemeliharaan Sarana Penyadap Air

A K T I V I T A S FREKUENSI

Membersihkan kisi-kisi saringan kasar dari sampah-sampah dan membuang sampah ke tempat sampah.

1 x / hari

Pembuangan Lumpur dan pasir dari bangunan pengendap dan penjebak pasir

1x / hari, kecuali diwaktu banjir

Membersihkan lumpur dari mulut pompa supaya lumpur tidak mengeras dan kotoran lain yang akan mengganggu kerja pompa/menyumbat pompa

Setiap hari terutama sesudah terjadi banjir

Periksa pipa berikut katup-katup dari kebocoran

Setiap kali pompa dihidupkan/dijalankan

Mengecek panel listrik

Setiap kali pompa dihidupkan/dijalankan

Mengecek bagian pompa terhadap: suhu, getara, bunyi

Setiap kali pompa dihidupkan/dijalankan

Membersihkan lingkungan sekitar sarana penyadap air dari ilalang/tanaman lain yang mengganggu.

1x / minggu

Pengecekan motor (oli pelumas, kemiringan, oven) dan penyetelan kembali kedua sumbu

1x / bulan

Melakukan penggantian oli pelumas

1x / 2 bulan

Perawatan permukaan poros, kopling dan lain-lainnya supaya tidak berkarat, dengan pemberian gemuk.

1x / bulan

Penggantian karet kopling, ball bearing, seal ring

Sewaktu-waktu jika terjadi kerusakkan

Pengecatan/pelapisan anti karat kisi-kisi saringana kasar

1x / 3 bulan

Pengecekan kerusakan pompa dan perbaikan pompa

Tidak terjadwal

Melakukan pemeriksaan secara seksama terhadap pompa serta peralatan pendukung lainnya (“ Overhaul”).

1x / 1 tahun

Melakukan perbaikan pipa-pipa (termasuk pipa transmisi)

Tidak terjadwal