40
MODUL DASAR OTOMASI RANGKAIAN PNEUMATIK 1. Materi Pokok Rangkaian pneumatik dasar otomasi. 2. Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa mampu mengkaji dasar-dasar teori untuk diterapkan untuk kepentingan praktis. 2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis mekanisme kerja sistem pembangkit tenaga pneumatik. 3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis mekanisme kerja komponen aktuasi. 4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis mekanisme kerja katup-katup, baik untuk keperluan signal maupun untuk control aktuasi. 5. Mahasiswa mampu mengkaji cara pembacaan dan identifikasi simbol pneumatik. 6. Mahasiswa mampu mengkaji metode rangkaian intuitif dan mengaplikasikan dalam bentuk rangkaian otomasi. 7. Mahasiswa mampu mengkaji metode rangkaian cascade dan mengaplikasikan dalam bentuk rangkaian otomasi. 8. Mahasiswa mampu merakit dan menganalisis rangkaian otomasi multi silinder. 1

Modul Dasar Otomasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Akhir Semester 3

Citation preview

Page 1: Modul Dasar Otomasi

MODUL

DASAR OTOMASI RANGKAIAN PNEUMATIK

1. Materi Pokok

Rangkaian pneumatik dasar otomasi.

2. Tujuan Pembelajaran

1. Mahasiswa mampu mengkaji dasar-dasar teori untuk diterapkan untuk kepentingan

praktis.

2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis mekanisme kerja sistem

pembangkit tenaga pneumatik.

3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis mekanisme kerja komponen

aktuasi.

4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis mekanisme kerja katup-

katup, baik untuk keperluan signal maupun untuk control aktuasi.

5. Mahasiswa mampu mengkaji cara pembacaan dan identifikasi simbol pneumatik.

6. Mahasiswa mampu mengkaji metode rangkaian intuitif dan mengaplikasikan dalam

bentuk rangkaian otomasi.

7. Mahasiswa mampu mengkaji metode rangkaian cascade dan mengaplikasikan dalam

bentuk rangkaian otomasi.

8. Mahasiswa mampu merakit dan menganalisis rangkaian otomasi multi silinder.

1

Page 2: Modul Dasar Otomasi

3. Materi

Pneumatik merupakan ilmu yang mempelajari teknik pemakaian udara bertekanan (udara

kempa). Banyak industri yang menggunakan sistem pneumatik dalam proses produksi seperti

industri makanan, industri obat-obatan, industri pengepakan barang maupun industri yang

lain.

Penggunaan udara bertekanan sebenarnya masih dapat dikembangkan untuk berbagai

keperluan proses produksi, misalnya untuk melakukan gerakan mekanik yang selama ini

dilakukan oleh tenaga manusia, seperti menggeser, mendorong, mengangkat, menekan, dan

lain sebagainya. Gerakan mekanik tersebut dapat dilakukan juga oleh komponen pneumatik,

seperti silinder pneumatik, motor pneumatik, robot pneumatik translasi, rotasi maupun

gabungan keduanya. Perpaduan dari gerakan mekanik oleh aktuator pneumatik dapat dipadu

menjadi gerakan mekanik untuk keperluan proses produksi yang terus menerus (continue),

dan flexibel. Pemilihan penggunaan udara bertekanan (pneumatik) sebagai sistem kontrol

dalam proses otomasinya, Penggunaan udara kempa dalam sistem pneumatik memiliki

beberapa keuntungan antara lain ketersediaan udara yang tak terbatas, mudah disalurkan,

fleksibilitas temperatur, udara dapat dibebani lebih dengan aman selain itu tidak mudah

terbakar dan tidak terjadi hubungan singkat (kotsleiting) atau meledak sehingga proteksi

terhadap kedua hal ini cukup mudah, udara yang ada di sekitar kita cenderung bersih tanpa

zat kimia yang berbahaya dengan jumlah kandungan pelumas yang dapat diminimalkan

sehingga sistem pneumatik aman digunakan untuk industri obat-obatan, makanan, dan

minuman maupun tekstil, pemindahan daya dan kecepatan sangat mudah diatur,udara dapat

disimpan melalui tabung yang diberi pengaman terhadap kelebihan tekanan udara selain itu

dapat dipasang pembatas tekanan atau pengaman sehingga sistem menjadi aman, udara

mudah dimanfaatkan baik secara langsung.

Selain memiliki kelebihan seperti di atas, pneumatik juga memiliki beberapa kelemahan

antara lain memerlukan instalasi peralatan penghasil udara. Oleh karena itu sistem pneumatik

memerlukan instalasi peralatan yang relatif mahal, seperti kompressor, penyaring udara,

tabung pelumas, pengeering, regulator, dll. Mudah terjadi kebocoran, menimbulkan suara

bising, udara yang bertekanan mudah mengembun.

2

Page 3: Modul Dasar Otomasi

A. Klasifikasi Sistem Pneumatik

B. Komponen Kerja Aktuasi yang Digunakan dalam Praktik Dasar Otomasi

NO

NAMA

KOMPONEN GAMBAR SIMBOL FUNGSI

1. Kompresor

Compressed air supply

Sebagai pensupplay

aliran udara kedalam

rangkaian.

2. Konduktor

(penyaluran)

menyalurkan udara

kempa yang akan

membawa/mentransfe

r tenaga ke

aktuator.

3. Konektor menyambungkan atau

menjepit konduktor

(selang

atau pipa) agar

tersambung erat pada

bodi komponen

pneumatik.

3

Page 4: Modul Dasar Otomasi

4. 3/2 Way

Valve

Normally

Closed 3/n Way Valve

Sebagai penerus aliran

udara.

5. 5/2 Way

Valve

5/n Way Valve

Sebagai komponen

untuk memindah

saluran atau memindah

gerakan piston

(actuator)

6. Double acting

cylinder

Double acting cy linder

menghasilkan gerak

atau usaha yang

merupakan hasil akhir

atau output dari sistem

pneumatik.

7. Manometer

Manometer

Untuk membantu saat

memindahkan saluran

8. Valve AND

Two pressure valve

Untuk mengalirkan

udara secara

bersamaan dari kedua

sisinya

9. Valve OR

Shuttle valve

Untuk mengalirkan

udara dari satu sisi.

4

Page 5: Modul Dasar Otomasi

10. Valve counter

Pneumatic counter

Untuk menggerakkan

piston beberapa kali,

dapat juga dikatakan

sebagai penyederhana

rangkaian

Cara membaca simbol katup pneumatik

Simbol katup pneumatik

Keterangan :

NO : normally open

NC : Normally Closed

Katup 3/2 adalah katup yang membangkitkan sinyal dengan sifat bahwa sebuah sinyal

keluaran dapat dibangkitkan juga dapat dibatalkan/diputuskan. Katup 3/2 mempunyai 3

5

Page 6: Modul Dasar Otomasi

lubang dan 2 posisi. Ada 2 konstruksi sambungan keluaran : posisi normal tertutup (N/C)

artinya katup belum diaktifkan, pada lubang keluaran tidak ada aliran udara bertekanan yang

keluar serta posisi normal terbuka (N/O) artinya katup belum diaktifkan, pada lubang

keluaran sudah ada aliran udara bertekanan yang keluar.

Katup 4/2 mempunyai 4 lubang dan 2 posisi kontak. Sebuah katup 4/2 dengan

kedudukan piringan adalah sama konstruksi dengan kombinasi gabungan dua katup 3/2 : satu

katup N/C dan satu katup N/O.

Katup 4/3 mempunyai 4 lubang dan 3 posisi kontak.

Katup 5/2 mempunyai 5 lubang dan 2 posisi kontak. Katup ini dipakai sebagai elemen

kontrol akhir untuk menggerakkan silinder.Sebagai elemen kontrol, katup ini memiliki

sebuah piston kontrol yang dengan gerakan horisontalnya menghubungkan atau memisahkan

saluran yang sesuai. Tenaga pengoperasiannya adalah kecil sebab tidak ada tekanan udara

atau tekanan pegas yang harus diatasi (prinsip dudukan bola atau dudukan piring).

Penomoran pada Lubang Katup

Tipe Kontrol Katup

6

Page 7: Modul Dasar Otomasi

Katup Kontrol Aliran/Tekanan/Arah

NO. SIMBOL NAMA

1. Katup penghambat dengan pembatas tetap.

2. Katup pengontrol arus searah dapat disetel.

3. Katup pembatas tekanan, dapat disetel

4. Katup AND

5. Katup OR

C. Sistem Penomoran Tiap Elemen/Grup Pada Rangkaian

0

1,2,3,dst

1.0,2.0,dst

.1

.01,.02,.03, dst

.2,.4,dst

.3,.5, dst

: Catu daya

: Nomor tiap grup atau mata rantai kontrol

: Elemen kerja (aktuator)

: Elemen kontrol

: Elemen yang dipasang antara elemen kontrol dan elemen kerja

: Elemen yang mengaktifkan silinder bergerak keluar (maju)

: Elemen yang mengaktifkan silinder bergerak masuk (mundur)

D. Kode Sambungan

Menurut ISO Menurut CETOP RP.68 Arti

A, B, C, D

P

R, S, T

L

Z, Y, X

2, 4, 6

1

3, 5, 7

9

12, 14, 16, 18

Saluran kerja

Suplai udara

Pembuangan/keluar

Saluran bocoran

Saluran kontrol

7

Page 8: Modul Dasar Otomasi

E. Rangkaian Pneumatik

Berdasarkan silinder yang digerakkan :

Rangkaian intuitif

Adalah rangkaian yang silindernya menggerakkan dirinya sendiri. Karena

menggerakkan diri sendiri itulah maka antara 2 silinder yang sama harus

ditempatkan pada saluran yang berbeda.

Contoh : A+ A-

Rangkaian intuitif

A        

B        

Saluran 1 Sal 2

Diagram alirnya adalah :

A+¿→A 1→B+¿→B

1→B

−¿→B0→ A

−¿→A0¿¿¿¿

SAL 1 SAL 2

8

Pasokan Energi

Elemen Masukan

Elemen Pemroses

Elemen Kontrol Akhir

Alat Aktuasi

1.0 2.0

1.01

1.02

2.01

2.02

1.1 2.1

2.2

2.11

1.10

1.31.6

1.8

2.9

2.3

1.2

1.4

2.7

2.5

0.2

0.1

B+B-

Page 9: Modul Dasar Otomasi

A0 A1 B0 B1

4 2

5

1

3

4 2

5

1

3

2

1 3

A0

2

1 3

A1

2

1 3

B1

2

1 3

B0

4 2

5

1

3

Keluaran A0 pindah saluran dari saluran 2 ke saluran 1 menggerakkan maju

silinder A. Silinder A bergerak maju bertemu dengan A1. Keluaran A1 menggerakkan maju

silinder B. Silinder B bergerak maju sehingga bertemu dengan B1. Keluaran B1 pindah

saluran dari saluran 1 ke saluran 2 menggerakkan mundur silinder B. Silinder B bergerak

mundur bertemu dengan B0. Keluaran B0 menggerakkan mundur silinder A. Silinder A

bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0.

Rangkaian cascade

Adalah rangkaian yang silindernya menggerakkan silinder lain.

Contoh : A+B+A-B-

A        

B        

Diagram Alir :

A+¿→A 1→B+¿→B

1→A

−¿→A0→B

−¿→B0¿¿¿ ¿

9

Page 10: Modul Dasar Otomasi

4 2

5

1

3

2

1 3

B0

2

1 3

B1

A0 A1

4 2

5

1

3

2

1 3

A1

2

1 3

A0

B0 B1

Keluaran B0 menggerakkan maju silinder A. Silinder A bergerak maju sehingga

bertemu dengan A1. Keluaran A1 menggerakkan maju silinder B. Silinder B bergerak maju

sehingga bertemu dengan B1. Keluaran B1 menggerakkan mundur silinder silinder A.Silinder

A bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0. Keluaran A0 menggerakkan mundur

silinder B. Silinder B bergerak mundur sehingga bertemu dengan B0.

Berdasarkan pergerakan udara :

Rangkaian langsung

Bila katup sinyal/sensor ditekan secara manual, maka udara bertekanan dari

kompressor akan mengalir ke katup tekan 3/2 pembalik pegas (1.1) melalui saluran 1 ke

saluran 2. Udara bertekanan akan diteruskan ke silinder sederhana pembalik pegas (1.0),

sehingga bergerak ke kanan (ON). Bila katup 1.1 di lepas, maka. silinder 1.1 akan kembali

dengan sendirinya akibat adanya gaya pegas di dalamnya. Udara sisa yang ada di dalam

silinder 1.0 akan dikeluarkan melalui katup 1.1 melalui saluran 2 ke saluran 3 selanjutnya

dikembalikan ke udara luar (atmosfer). Rangkaian tersebut termasuk dalam kategori

pengendalian langsung, karena tanpa melalui katup pemroses sinyal. Rangkaian ini hanya

dapat digunakan untuk menggeser/ mengangkat benda kerja paling sederhana.

Contohnya : A+A-

10

Page 11: Modul Dasar Otomasi

Diagram alirnya : A+¿→A 1→ A−¿→A0¿¿

2

1 3

2

1 3

A0 A1

Udara dari kapasitor masuk melalui A0 menggerakkan silinder keluar. Udara dari

kapasitor masuk melalui A1 menggerakkan silinder ke dalam

Rangkaian tidak langsung

Pengendalian tak langsung pada sistem pneumatik karena udara bertekanan tidak

langsung disalurkan untuk menggerakkan aktuator, melainkan disalurkan ke katup kendali

terlebih dahulu. Setelah katup bergeser, baru kemudian udara bertekanan akan mengalir

menggerakan aktuator.

Contoh : A+A-

A    

Diagram alirnya : A+¿→A 1→ A−¿→A0¿¿

4 2

5

1

3

2

1 3

A0

2

1 3

A1

A0 A1

Rizqiana Yogi CRangkaian Tak Langsung

11

Pada rangkaian tak langsung, udara disalurkan memalui katup kendali

terlebih dahulu sebelum mengalir ke akuator

Pada rangkaian langsung, udara langsung mengalir ke akuator

Page 12: Modul Dasar Otomasi

Keluaran A0 menggerakkan maju silinder A. A maju sehingga bertemu A1. Keluaran

A1 menggerakkan mundur silinder A.

Rangkaian menggunakan katup aliran OR

Output yang dihasilkan oleh katup sinyal akan diproses melalui katup pemroses

sinyal (prosesor). Sebagai pengolah input/masukan dari katup sinyal, maka hasil pengolahan

sinyal akan dikirim ke katup kendali yang akan diteruskan ke aktuator agar menghasilkan

gerakan yang sesuai dengan harapan. Katup pemroses sinyal terletak antara katup sinyal dan

katup pengendalian. Beberapa katup pemroses sinyal dapat pula dipasang sebelum aktuator,

namun terbatas pada katup pengatur aliran/cekik yang mengatur kecepatan torak, saat maju

atau mundur. Katup pemroses sinyal terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah katup satu

tekan (OR). Contohnya :

Keluaran A0 dan A1 bertemu dengan komponen OR. Komponen OR menggerak -

kan maju silinder A. Keluaran B0 dan B1 bertemu dengan komponen OR. Komponen OR

menggerakkan mundur silinder A.

Rangkaian menggunakan valve counter dan katup aluran AND

Pneumatic Counter atau dalam terjemahannya adalah penghitung Gerakan

Pneumatik adalah salah satu komponen yang ada di festo yang berfungsi untuk

menggerakkan piston beberapa kali. Dapat dikatakan bahwa komponen ini difungsikan

sebagai penyederhana rangkaian. Karena ketika suatu piston harus bergerak maju mundur

sebanyak 5 kali misalnya, tentu akan memakan banyak tempat untuk memasang 3/n Way

Valve otomatis apalagi kalau pistonnya kecil. Maka dari itulah, diperlukan Pneumatic

12

Page 13: Modul Dasar Otomasi

Counter. Dalam pneumatic Counter ini terdapat 4 lubang, masing-masing dengan Simbol (Z

atau 12), (2 atau A), (1 atau P),dan 10 (Y).

Katup dua tekan akan bekerja apabila mendapat tekanan dari dua sisi secara

bersama-sama. Apabila katup ini mendapat tekanan dari arah X (1,2) saja atau dari arah Y

(1,4) saja maka katup tidak akan bekerja (udara tidak dapat keluar ke A). Tetapi apabila

mendapat tekanan dari X (1,2) dan Y (1,4) secara bersama-sama maka katup ini akan dapat

bekerja sesuai fungsinya.

Contohnya :

Diagram Gambar :

A

B

Sal 1 Sal 2 Sal 3

Diagram Alir :

A+¿→A 1→ ¿¿ ¿

Sal 1 Sal 2 Sal 3

13

5X

Page 14: Modul Dasar Otomasi

A0 A1 B0 B1

4 2

5

1

3

4 2

5

1

3

2

1 3

A0

2

1 3

B1

2

1 3

B0

2

1 3

A1

512

10

2

1

1 1

2

4 2

5

1

3

4 2

5

1

3

Keluaran A0 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 1 menggerakkan maju

silinder A. Silinder A pada saluran 1 bergerak maju sehingga bertemu dengan A1. Keluaran

A1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2. Keluaran B0 dari saluran 2 menggerakkan

maju silinder B bertemu dengan B1. Keluaran B1 dari saluran 2 menggerakkan mundur

silinder B. Keluaran valve conter nomor 12 masuk ke keluaran valve yang menggerakkan

silinder B maju. Keluaran valve conter nomor 10 masuk ke saluran sebelum saluran sumber

valve conter yaitu saluran 1. Keluaran valve conter nomor 2 masuk ke masukan valve AND

nomor 1. Keluaran valve conter nomor 1 masuk ke keluaran B1. Keluaran valve conter

nomor 2 masuk ke valve pindah saluran. Silinder A pada saluran 3 bergerak mundur sehingga

bertemu dengan A0.

14

Page 15: Modul Dasar Otomasi

4. Rangkuman

Pneumatik mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mudah diperoleh, bersih dari

kotoran dan zat kimia yang merusak, mudah didistribusikan melalui saluran (selang) yang

kecil, aman dari bahaya ledakan dan hubungan singkat, dapat dibebani lebih, tidak peka

terhadap perubahan suhu dan sebagainya. Udara yang digunakan dalam pneumatik sangat

mudah didapat/diperoleh di sekitar kita. Udara dapat diperoleh dimana saja kita berada, serta

tersedia dalam jumlah banyak. Selain itu udara yang terdapat di sekitar kita cenderung bersih

dari kotoran dan zat kimia yang merugikan. Udara juga dapat dibebani lebih tanpa

menimbulkan bahaya yang fatal. Karena tahan terhadap perubahan suhu, maka penumatik

banyak digunakan pula pada industri pengolahan logam dan sejenisnya.

Sistem elemen pada pneumatik memiliki bagian-bagian yang mempunyai fungsi berbeda.

Output biasanya berupa silinder, Pengendali Sinyal berupa Katup Pengendali Sinyal,

Pemroses Sinyal/Prossesor berupa Katup kontrol AND, OR, NOR, dll, Sinyal Input berupa

Katup Tekan, Tuas, Roll, Sensor, dll, Sumber Energi Udara bertekanan berupa Kompresor.

Komponen dalam rangkaian pneumatik memiliki fungsi yang berbeda – beda, seperti

kompresor sebagai pensupplay aliran udara kedalam rangkaian, konduktor (penyaluran)

untuk menyalurkan udara kempa yang akan membawa/mentransfer tenaga ke actuator,

konektor berfungsi menyambungkan atau menjepit konduktor (selang atau pipa) agar

tersambung erat pada bodi komponen pneumatik, 3/2 Way Valve Normally Closed sebagai

penerus aliran udara, 5/2 Way Valve sebagai komponen untuk memindah saluran atau

memindah gerakan piston (actuator), double acting cylinder menghasilkan gerak atau usaha

yang merupakan hasil akhir atau output dari sistem pneumatik, manometer untuk membantu

saat memindahkan saluran, Valve AND untuk mengalirkan udara secara bersamaan dari

kedua sisinya, Valve OR untuk mengalirkan udara dari satu sisi, valve counter untuk

menggerakkan piston beberapa kali, dapat juga dikatakan sebagai penyederhana rangkaian.

Rangkaian intuitif adalah rangkaian yang silindernya menggerakkan dirinya sendiri.

Karena menggerakkan diri sendiri itulah maka antara 2 silinder yang sama harus ditempatkan

pada saluran yang berbeda. Rangkaian cascade adalah rangkaian yang silindernya

menggerakkan silinder lain. Rangkaian langsung adalah rangkaian yang udaranya langsung

masuk ke actuator tanpa melalui katup pemroses sinyal. Rangkaian tidak langsung adalah

rangkaian yang uudara bertekanan tidak langsung disalurkan untuk menggerakkan aktuator,

melainkan disalurkan ke katup kendali terlebih dahulu. Rangkaian dengan valve counter

adalah rangkaian yang silindernya dapat bergerak berkali-kali sesuai dengan jumlah yang kita

inginkan tanpa harus menggunakan valve 3/2 yang terlalu banyak.

15

Page 16: Modul Dasar Otomasi

5. Tugas

1. Sebutkan perbedaan fungsi antara katup OR dengan katup AND!

2. Buat rangkaian dengan gerakan seperti pada diagram langkah berikut dilengkapi

dengan diagram alir, komponen, dan deskripsi pergerakan rangkaian!

A

B

C3. Gambarlah rangkaian dengan menggunakan 3 unit silinder bergerak manual kerja

ganda dilengkapi dengan diagram gambar, diagram alir, komponen, dan deskripsi

pergerakan rangkaian! (B+B-A+A-C+C-)

4. Jelaskan langkah kerja rangkaian di bawah ini dilengkapi dengan diagram gambar,

diagram alir, komponen, dan deskripsi pergerakan rangkaian!

A0 A1 B0 B1 C0 C1

4 2

5

1

3

4 2

5

1

3

4 2

5

1

32

1 3

A0

2

1 3

C1

2

1 3

C0

2

1 3

B1

2

1 3

A1

2

1 3

B0

4 2

5

1

3

4 2

5

1

3

4 2

5

1

3

D0 D1

4 2

5

1

3

2

1 3

D1

2

1 3

D0

4 2

5

1

3

16

Page 17: Modul Dasar Otomasi

5. Gambarlah rangkaian dengan menggunakan 3 unit silinder kerja ganda bergerak

otomatis dilengkapi dengan diagram gambar, diagram alir, komponen, dan deskripsi

pergerakan rangkaian! (A+(B+B-) 5X C+C-A-)

17

Page 18: Modul Dasar Otomasi

6. Kunci Jawaban

1. Valve AND berfungsi untuk mengalirkan udara secara bersamaan dari kedua sisinya

sedangkan valve OR untuk mengalirkan udara dari satu sisi.

2. Diagram Alir

B+¿→B1→B

−¿→B0→C ¿¿¿¿

Sal 1 Sal 2 Sal 3

Komponen

3 unit double acting cylinder

6 unit 3/2 Wave Valve roller spring return

6 unit manometer

5 unit 5/2 wave valve pneumatically control valve

4 unit kompresor

33 buah kabel/selang

Gambar Rangkaian

A0 A1 B0 B1

4 2

5

1

3

4 2

5

1

32

1 3

A02

1 3

B0

2

1 3

A1

C0 C1

2

1 3

C0

2

1 3

C1

4 2

5

1

3

4 2

5

1

3

4 2

5

1

32

1 3

B1

18

Page 19: Modul Dasar Otomasi

Mekanisme Kerja

Keluaran C0 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 1 menggerakkan maju

silinder B.

Silinder B bergerak maju sehingga bertemu dengan B1.

Keluaran B1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2 menggerakkan mundur

silinder B.

Silinder B bergerak mundur sehingga bertemu dengan B0.

Keluaran B0 menggerakkan maju silinder C.

Silinder C bergerak maju sehingga bertemu dengan C1.

Keluaran C1 menggerakkan maju silinder A.

Silinder A bergerak maju sehingga bertemu dengan A1.

Keluaran A1 berpindah saluran dari saluran 2 ke saluran 3 menggerakkan mundur

silinder A.

Silinder A bergerak mundur sehingga bertemu denga A0.

Keluaran A0 menggerakkan mundur silinder C.

Silinder C bergerak mundur sehingga bertemu dengan C0.

3. Diagram Gambar

A

B

C

Sal 1 Sal 2 Sal 3 Sal 4

Diagram Alir

B+¿→B1→B¿ ¿¿

Sal 1 Sal 2 Sal 3 Sal 4

19

Page 20: Modul Dasar Otomasi

Komponen

3 unit double acting cylinder

6 unit 3/2 Wave Valve roller spring return

1 unit 3/2 Wave Valve manual button spring return

8 unit manometer

6 unit 5/2 wave valve pneumatically control valve

4 unit kompresor

37 buah kabel/selang

Gambar Rangkaian

A0 A1 B0 B1 C0 C1

4 2

5

1

3

4 2

5

1

3

4 2

5

1

3

2

1 3

A0

2

1 3

C0

2

1 3

C1

2

1 3

B0

2

1 3

B1

2

1 3

A1

4 2

5

1

3

4 2

5

1

3

4 2

5

1

3

2

1 3

Mekanisme Kerja

Keluaran C0 pindah saluran dari saluran 4 ke saluran 1 menggerakkan maju

silinder B.

Silinder B bergerak maju sehingga bertemu dengan B1.

Keluaran B1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2 menggerakkan mundur

silinder B.

Silinder B bergerak mundur sehingga bertemu dengan B0.

20

Page 21: Modul Dasar Otomasi

Keluaran B menggerakkan maju silinder A.

Silinder A bergerak maju sehingga bertemu dengan A1.

Keluaran A1 pindah saluran dari saluran 2 ke saluran 3 menggerakkan mundur

silinder A.

Silinder A bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0.

Keluaran A0 menggerakkan maju silinder C.

Silinder C bergerak maju sehingga bertemu dengan C1.

Keluaran C1 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 4 menggerakkan mundur

silinder C.

Silinder C bergerak mundur sehingga bertemu dengan C0

4. Diagram gerakan

A

B

C

D

Tahapan Langkah

A+¿→A 1→ A−¿→A

0→B

+¿→B1→B

−¿→B0→C

+¿→C1→C

−¿→C0→D

+¿→D1→D

−¿→D0¿¿¿¿¿¿¿ ¿

Komponen yang diperlukan

Nama Komponen Jumlah

Double acting cylinder 4 unit

3/2 Wave Valve roller spring return 8 unit

Manometer 10 unit

5/2 wave valve pneumatically control valve 8 unit

Kabel/selang 50 buah

Kompresor 1 unit

21

Page 22: Modul Dasar Otomasi

Deskripsi pergerakan

Keluaran D0 pindah saluran dari saluran 5 ke saluran 1 menggerakkan maju

silinder A.

Silinder A pada saluran 1 bergerak maju sehingga bertemu dengan A1.

Keluaran A1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2 menggerakkan mundur

silinder A.

Silinder A pada saluran 2 bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0.

Keluaran A0 pada saluran 2 menggerakkan maju silinder B.

Silinder B pada saluran 2 bergerak maju sehingga bertemu dengan B1.

Keluaran B1 pindah saluran dari saluran 2 ke saluran 3 menggerakkan mundur

silinder B.

Silinder B pada saluran 3 bergerak mundur sehingga bertemu dengan B0.

Keluaran B0 pada saluran 3 menggerakkan maju silinder C.

Silinder C pada saluran 3 bergerak maju sehingga bertemu dengan C1.

Keluaran C1 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 4 menggerakkan mundur

silinder C.

Silinder C pada saluran 4 bergerak mundur sehingga bertemu dengan C0.

Keluaran C0 pada saluran 4 menggerakkan maju silinder D.

Silinder D pada saluran 4 bergerak maju sehingga bertemu dengan D1.

Keluaran D1 pindah saluran dari saluran 4 ke saluran 5 menggerakkan mundur

silinder D.

Silinder D pada saluran 5 bergerak mundur sehingga bertemu dengan D0

22

Page 23: Modul Dasar Otomasi

5. Diagram Gambar

A

B

C

Sal 1 Sal 2 Sal 3 Sal 4

Diagram Alir

A¿¿¿

Sal 1 Sal 2 Sal 3 Sal 4

Komponen

3 unit double acting cylinder

6 unit 3/2 Wave Valve roller spring return

8 unit manometer

6 unit 5/2 wave valve pneumatically control valve

4 unit kompresor

1 unit valve counter 5 pulses

1 unit valve AND

40 buah kabel/selang

23

5X

Page 24: Modul Dasar Otomasi

Gambar Rangkaian

A0 A1 B0 B1 C0 C1

4 2

5

1

3

4 2

5

1

3

4 2

5

1

3

2

1 3

C0

2

1 3

B0

2

1 3

B1

2

1 3

A1

4 2

5

1

3

4 2

5

1

3

4 2

5

1

3

512

10

2

1

1 12

2

1 3

A0

2

1 3

C1

Mekanisme Kerja

Keluaran A0 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 1 menggerakkan maju

silinder A.

Silinder A pada saluran 1 bergerak maju sehingga bertemu dengan A1.

Keluaran A1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2.

Keluaran B0 dari saluran 2 menggerakkan maju silinder B bertemu dengan B1.

Keluaran B1 dari saluran 2 menggerakkan mundur silinder B.

Keluaran valve conter nomor 12 masuk ke keluaran valve yang menggerakkan

silinder B maju.

Keluaran valve conter nomor 10 masuk ke saluran sebelum saluran sumber valve

conter yaitu saluran 1.

Keluaran valve conter nomor 2 masuk ke masukan valve AND nomor 1.

Keluaran valve conter nomor 1 masuk ke keluaran B1.

Keluaran valve conter nomor 2 masuk ke valve pindah saluran.

Silinder C pada saluran 3 bergerak maju sehingga bertemu dengan C1.

Keluaran C1 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 4 menggerakkan mundur

silinder C.

24

Page 25: Modul Dasar Otomasi

Silinder C pada saluran 4 bergerak mundur sehingga bertemu dengan C0.

Keluaran C0 pada saluran 4 menggerakkan mundur silinder A.

Silinder A pada saluran 4 bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0.

7. LEMBAR KERJA LAPORAN PRAKTIKUM

Diagram gerakan

25

Page 26: Modul Dasar Otomasi

Tahapan Langkah

Rangkaian

Komponen yang diperlukan

Nama Komponen Jumlah

Deskripsi pergerakan

26

Page 27: Modul Dasar Otomasi

1. ....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

2. ....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

3. ....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

4. ....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

5. ....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

6. ....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

7. ....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

8. ....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

9. ....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

10. ....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

8. DAFTAR RUJUKAN

27

Page 28: Modul Dasar Otomasi

Assidqi, NR. 2012. Sistem Pneumatik. Gohits. (Online). (http://x-one-automationpneumatic.blogspot.com/2009/03/katup-kontrol-arah-kka.html). Diakses 17 Oktober 2013.

Dhimi. 2009. Metode Cascade (Pneumatik). Mechanical and Industrial Club. (Online). (http://hadimi.blogspot.com/2009/11/metode-cascade-pneumatik.html). Diakses 17 Oktober 2013.

Saruna, MI., dkk. 2013. Analisis Sistem Penggerak Pneumatik Alat Angkat Kendaraan Niaga Kapasitas 2 Ton. Universitas Sam Ratulangi. (Online).

Diakses 17 Oktober 2013.

Tim Dosen Pembina Matakuliah Dasar Otomasi. 2012. Laboratorium Otomasi. Malang : Universitas Negeri Malang.

Wirawan, Pramono. 2012. Bahan Ajar Pneumatik-Hidrolik. Universitas Negeri Semarang. (Online). (http://www.unnes.ac.id). Diakses 16 Oktober 2013.

28