63
PAKET PEMBELAJARAN Diajukan sebagai salah satu syarat mengikuti Hibah Penulisan Paket Pembelajaran dan Modul Pembelajaran Program Hibah TIK Inherent Universitas Siliwangi Tasikmalaya Tahun 2007 Oleh, A.A. Gde Somatanaya, M.Pd. NIP. 131 122 805 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SILIWANGI 2007

Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

PAKET PEMBELAJARAN

Diajukan sebagai salah satu syarat mengikuti Hibah Penulisan Paket Pembelajaran dan Modul Pembelajaran Program Hibah TIK Inherent

Universitas Siliwangi Tasikmalaya Tahun 2007

Oleh,

A.A. Gde Somatanaya, M.Pd. NIP. 131 122 805

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SILIWANGI 2007

Page 2: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah

melimpahkan rahmatnya kapada kita semua, sehingga Paket Pembelajaran Evaluasi Pembelajaran Matematika ini dapat diselesaikan. Paket Pembelajaran dimaksudkan Diajukan sebagai salah satu syarat mengikuti Hibah Penulisan Paket Pembelajaran dan Modul Pembelajaran Program Hibah TIK Inherent Universitas Siliwangi Tasikmalaya Tahun 2007

Terima kasih kepada teman sejawat dosen dan pimpinan Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya atas dorongannya untuk menyusun paket Pembelajaran ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita, begitu pula bagi mahasiswa dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyusunan skripsi.

Penulis telah berusaha maksimal dalam menyusun paket pembelajaran ini, namun demikian masih saja dirasakan ada kekurangan, oleh karena itu tegur sapa dari pembaca yang sifatnya kritik membangun akan diterima dengan hati terbuka.

Tasikmalaya, Desember 2007

Penulis,

i

Page 3: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1 BAB II BENTUK DAN ALAT PENILAIAN ................................... 7 BAB III BENTUK INSTRUMEN DAN PENSKORAN TES .............. 20 BAB IV KUALITAS ALAT EVALUASI ........................................... 35 BAB V PENILAIAN HASIL BELAJAR ......................................... 47 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 60

ii

Page 4: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

BAB I PENDAHULUAN

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Mahasiswa mengetahui penilaian dan pengukuran TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS 1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengertian penilaian (evaluation) 2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengukuran (measurement) POKOK BAHASAN PENILAIAN DAN PENGUKURAN A. Pengertian Evaluasi

Menurut Edwind Wand dan Gerald W. Brown (1957): Evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Menurut definisi ini, maka istilah evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Apabila pendapat di atas untuk memberikan definisi tentang evaluasi pendidikan, maka pengertian pendidikan itu dapat diberi pengertian sebagai; suatu tindakan atau kegiatan-(yang didasarkan dengan maksud untuk)-atau suatu proses-(yang berlangsung dalam rangka)-menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan (yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan, atau yang terjadi di lapangan pendidikan). Atau singkatnya, evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.

BAGAN TENTANG EVALUASI PENDIDIKAN

Hasil-hasil Pendidikan yang dapat dicapai

Tujuan Pendidikan yang telah di tentukan

Pembandingan antara Tujuan dengan Hasil yang telah di capai

Feed Back/Umpan Balik-Upaya Perbaikan/ Penyempurnaan

Program Pendidikan

Proses/Kegiatan Pencapaian Tujuan

Informasi (Sesuai/Tidak Sesuai, Berhasil/gagal, Bermutu/Kurang Bermutu? Mengapa Bagaimana?

Sumber: Sudijono, Anas (1998:3)

1

Page 5: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

B. Hubungan Antara Penilaian (Evaluation) dengan Pengukuran (Measurement)

Pengukuran yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan measurement dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sesuatu. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu.

Antara evaluasi, pengukuran dan penilaian terdapat hubungan yang erat yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Norman E. Gronlund (1976:6) melukiskan hubungan sebagai berikut: 1. Evaluasi adalah deskripsi kuantitatif siswa (measurement, pengukuran)

yang ditetapkan dengan penentuan nilai. 2. Evaluasi adalah deskripsi kualitatif siswa (judgement, pertimbangan,

penilaian) yang ditetapkan dengan penentuan nilai. Pengukuran itu adalah bersifat kuantitatif, hasil pengukuran itu

berwujud keterangan-keterangan yang berupa angka-angka atau bilangan-bilangan. Istilah mengukur (to measure) adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran tertentu. Evaluasi adalah bersifat kualitatif; evaluasi pada dasarnya adalah merupakan penafsiran atau interpretasi yang sering bersumber pada data kuantitatif. Istilah menilai (to value, to judge) adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk atau kategori lainnya.

Menurut Masroen (Anas Sudijono, 1998:5) penilaian mempunyai arti yang lebih luas ketimbang istilah pengukuran, sebab pengukuran itu sebenarnya hanyalah merupakan suatu langkah atau tindakan yang kiranya perlu diambil dalam rangka pelaksanaan evaluasi. Namun demikian tidak dapat disangkal adanya kenyataan bahwa evaluasi dalam bidang pendidikan sebagian besar bersumber dari hasil-hasil pengukuran.

C. Fungsi Evaluasi

Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan prestasi belajar siswa perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi tidak hanya memberikan gambaran tentang kemampuan yang dimiliki siswa, tetapi bisa pula untuk memberikan informasi lain. Misalnya tentang sikap, minat, bakat, dan kepribadian siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau sesudahnya. Selain daripada itu, evaluasi bisa pula bermanfaat untuk menentukan kebijakan dan balikan (feed back).

2

Page 6: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Secara terinci fungsi evaluasi adalah sebagai berikut: 1. Sebagai alat seleksi.

Evaluasi dapat digunakan untuk melakukan penyaringan (seleksi) dalam penerimaan siswa baru dari suatu sekolah. Dengan evaluasi dapat ditentukan sejumlah siswa tertentu yang memenuhi syarat dari sejumlah siswa pendaftar sebagai calon siswa yang akan diterima.

2. Sebagai alat pengukur keberhasilan. Fungsi evaluasi sebagai alat pengukur keberhasilan adalah untuk mengukur seberapa jauh tujuan pembelajaran dapat dicapai setelah kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.

3. Sebagai alat penempatan Untuk dapat mengetahui dengan baik termasuk kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan digunakan evaluasi. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil evaluasi yang sama ditempatkan pada kelompok yang sama pula. Penempatan yang cocok dengan kondisi masing-masing siswa lebih memungkinkan untuk dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga hasil belajarnya pun akan mencapai tujuan dengan baik.

4. Sebagai alat diagnostik Guru bisa mendiagnosa kesulitan belajar siswa, ia bisa mengetahui letak kelemahan dan kebaikan siswa dalam penguasaan setiap konsep matematika yang telah diajarkan apabila guru telah melaksanakan evaluasi. Kemudian memeriksa setiap jawaban yang diberikan oleh siswa pada setiap butir soal. Dengan kegiatan ini ia dapat mengetahui setiap butir soal yang dapat di jawab oleh kebanyakan siswa dengan benar dan butir soal yang dijawab salah oleh kebanyakan siswa.

D. Tujuan Evaluasi

Sesuai dengan fungsi evaluasi, evaluasi mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Dalam fungsi evaluasi sebagai alat seleksi terkandung di dalamnya

tujuan evaluasi, yaitu untuk mendapatkan calon siswa pilihan yang cocok dengan suatu jurusan dan jenjang pendidikan tertentu.

2. Dalam fungsi evaluasi sebagai alat pengukur keberhasilan dan diagnostik mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan yang telah dilaksanakan.

3. Dalam fungsi evaluasi sebagai alat penempatan (replacement), evaluasi bertujuan untuk menentukan pendidikan lanjutan siswa agar sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya.

3

Page 7: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

4. Evaluasi dalam rangka kegiatan belajar mengajar yang dikenal dengan istilah tes awal, yaitu evaluasi yang dilaksanakan sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui taraf kesiapan siswa dalam memahami bahan pelajaran yang akan dipelajarinya.

5. Dalam rangka promosi, evaluasi bertujuan untuk mendapatkan bahan informasi dalam menentukan siswa untuk naik kelas atau mengulang pada tingkat kelas yang sama.

6. Secara intuitif, seorang guru dalam mengajar telah berusaha untuk memilih metode mengajar yang paling tepat sesuai dengan kondisi siswa, lingkungan, ataupun sifat materi yang disajikan.

E. Kedudukan Evaluasi

Sesuai dengan fungsi dan tujuan evaluasi dalam pendidikan, kedudukan evaluasi dalam kegiatan belajar mengajar berada sebelum, selama, dan sesudah kegiatan belajar berlangsung.

F. Ruang Lingkup Evaluasi

Sesuai dengan tujuan pendidikan di sekolah khususnya tujuan pengajaran matematika, ruang lingkup evaluasi terdiri dari Objek Evaluasi, Ciri-ciri Evaluasi dalam Pendidikan, Evaluasi Program, Evaluasi Hasil Belajar (Tes), dan Evaluasi Non Hasil Belajar (Non Tes). 1. Objek Evaluasi

Objek atau sasaran evaluasi adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan evaluasi. a. Masukan (input)

Calon siswa yang akan dibentuk menjadi manusia-manusia dewasa yang berpribadi utuh merupakan subjek didik dalam kegiatan belajar mengajar. Karakteristik siswa sebagai input dalam proses belajar mengajar yang dievaluasi mencakup: kemampuan, kepribadian, sikap, intelegensi.

b. Proses (process) Unsur-unsur yang terlibat dalam proses tersebut adalah kurikulum, materi pelajaran, pendekatan dan metode, cara menilai, sarana dan media, sistem administrasi, guru dan personal lainnya. Unsur-unsur tersebut saling berinteraksi secara fungsional satu sama lain dalam rangka kelancaran kegiatan belajar mengajar.

4

Page 8: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

c. Keluaran (output) Output pendidikan adalah lulusan suatu jenjang pendidikan tertentu. Ini berarti kata output dipakai bagi mereka yang telah menamatkan dan berhasil lulus dari suatu jenjang pendidikan, dari tingkat awal sampai dengan tingkat akhir jenjang pendidikan tersebut.

2. Ciri-ciri Evaluasi dalam Pendidikan

Evaluasi pendidikan mempunyai ciri khusus yaitu di antaranya: a. Evaluasi dilakukan secara tidak langsung. Untuk mengevaluasi

kepandaian matematika diukur melalui kemampuan menyelesaikan soal-soal matematika.

b. Kebanyakan menggunakan ukuran kuantitatif berupa skor yang pada akhirnya diinterpretasikan ke dalam bentuk kualitatif.

c. Menggunakan satuan yang relatif tetap yang disepakati bersama. Misalnya skala 10 atau skala 5.

d. Hasil evaluasi bersifat relatif, yaitu hasil evaluasi seorang siswa tidak akan sama persis untuk materi yang sama yang diselenggarakan dalam waktu yang berlainan.

e. Hasil evaluasi sering terjadi galat (error). Galat ini dapat disebabkan oleh alat evaluasi, pelaksanaan evaluasi, kondisi siswa, dan subjektivitas evaluator.

3. Evaluasi Program Pendidikan

Program adalah rencana kegiatan yang dirumuskan secara operasional dengan memperhitungkan segala faktor yang berkaitan dengan pelaksanaan dan pencapaian program tersebut. Program pendidikan adalah program yang sesuai dengan rumusan dalam ruang lingkup pendidikan. Ada dua macam cara untuk mengevaluasi program pendidikan, yaitu: a. Evaluasi secara rasional.

Cara ini bisa dilakukan sebelum suatu program dilaksanakan atau pada saat suatu program selesai dibuat. Evaluasi dengan cara ini tidak mendapatkan hasil evaluasi yang bersifat kuantitatif, akan tetapi berupa dugaan-dugaan tentang kelayakan program yang dievaluasi itu.

b. Evaluasi secara empirik Empirik berarti berdasarkan pengalaman nyata di lapangan, dalam hal ini sekolah. Jadi evaluasi program pendidikan secara empirik diperoleh dari pelaksanaan program tersebut, tidak hanya melalui

5

Page 9: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

pertimbangan rasional yang sifatnya dugaan. Tolak ukur yang digunakan dalam cara ini adalah tolak ukur empirik.

4. Evaluasi Hasil Belajar (Tes)

Evaluasi hasil belajar dapat dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung atau sesudahnya. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa dapat dievaluasi melalui tanya jawab lisan sambil mengarahkannya pada konsep atau materi baru. Evaluasi pada akhir kegiatan bisa dilaksanakan pada setiap akhir pertemuan, pada setiap Minggu, setiap akhir semester.

5. Evaluasi Non Tes

Evaluasi non tes adalah evaluasi yang berkenaan dengan evaluasi proses dan hasil belajar. Jika evaluasi hasil belajar dalam matematika dititikberatkan pada bidang kognitif dan psikomotorik, maka evaluasi non tes titik beratnya adalah bidang afektif, seperti sikap dan minat siswa terhadap pelajaran matematika.

SOAL-SOAL LATIHAN 1. Apakah yang dimaksud dengan penilaian dan pengukuran?. 2. Bagaimanakah hubungan antara penilaian dan pengukuran?. 3. Sebutkan fungsi evaluasi.! 4. Apakah tujuan evaluasi?. 5. bagaimanakah kedudukan evaluasi?.

6

Page 10: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

BAB II BENTUK DAN ALAT PENILAIAN

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Mahasiswa memahami bentuk dan alat penilaian. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS 1. Mahasiswa mampu merumuskan bentuk penilaian. 2. Mahasiswa mampu membuat alat penilaian.

POKOK BAHASAN BENTUK DAN ALAT PENILAIAN A. Bentuk Penilaian dan Bentuk Tes

Bentuk penilaian berkaitan erat dengan bentuk teknik penilaiannya. Misalnya data untuk penilaian penempatan dihimpun dengan menggunakan teknik penilaian berupa tes pada awal pelajaran yang disebut tes penempatan. Hasilnya diolah untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki siswa.

Data untuk penilaian diagnostik dihimpun menggunakan tes diagnostik. Hasilnya diolah untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes ini dilakukan apabila sebagian besar siswa gagal dalam pembelajaran.

Data untuk penilaian formatif dihimpun menggunakan tes formatif dalam bentuk kuis, pertanyaan lisan, ataupun ulangan harian sepanjang semester, datanya diolah dan digunakan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Data penilaian sumatif dihimpun melalui tes sumatif pada akhir semester/akhir tahun. Hasilnya diolah dan digunakan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa untuk pelajaran tertentu.

Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentuan tingkat keberhasilan siswa dalam penguasaan kompetensi dasar diperlukan adanya tes. Setiap jenis tes memerlukan seperangkat alat penilaian. Misalnya, untuk mengetahui penguasaan ranah kognitif oleh siswa melalui ulangan harian dapat digunakan tes tulis dan tes lisan, sedangkan untuk mengukur ranah psikomotor dilakukan tes perbuatan berupa tes identifikasi, tes simulasi, atau yang lainnya.

7

Page 11: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio dan penilaian diri. Berdasarkan KTSP jenis penilaian yang dapat digunakan sebagai berikut: 1. Penilaian pengamatan kinerja: diperoleh datanya dengan

menggunakan daftar cek (check-list) ataupun skala penilaian (rating scale). Daftar cek lebih praktis jika digunakan untuk menghadapi subjek dengan jumlah besar atau jika perbuatan yang dinilai memiliki risiko tinggi, sedangkan skala penilaian cocok untuk menghadapi subjek yang sedikit. Perbuatan yang diukur memakai skala penilaian dengan rentangan dari sangat tidak sempurna sampai sangat sempurna. Jika dibuat skala lima maka skala satu paling tidak sempurna dan skala lima paling sempurna.

2. Penilaian sikap: penilaian sikap merupakan penilaian berbasis kelas

terhadap suatu konsep psikologi yang kompleks. Penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran secara umum dapat dilakukan berkaitan dengan berbagai objek sikap antara lain: a. Sikap terhadap mata pelajaran. b. Sikap terhadap guru mata pelajaran. c. Sikap terhadap proses pembelajaran. d. Sikap terhadap materi pembelajaran. e. Sikap berhubungan dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam

diri peserta didik melalui materi tertentu. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain: a. Observasi perilaku. b. Pertanyaan langsung. c. Laporan pribadi. d. Penggunaan skala sikap.

3. Penilaian hasil kerja berupa proyek: penilaian proyek adalah penilaian

berbasis kelas terhadap tugas yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Penilaian proyek dilakukan mulai dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data. Proyek juga akan memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan peserta didik pada proses pembelajaran tertentu, kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan, dan kemampuan peserta didik untuk mengomunikasikan informasi.

8

Page 12: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

4. Penilaian hasil kerja berupa produk disebut juga penilaian produk: penilaian hasil kerja peserta didik (produk) adalah penilaian berbasis kelas terhadap penguasaan keterampilan peserta didik dalam membuat suatu produk (proses) dan penilaian kualitas kerja peserta didik (produk tertentu). Dalam penilaian produk terdapat dua konsep penilaian berbasis kelas yaitu penilaian peserta didik tentang: a. Pemilihan, cara menggunakan alat, dan prosedur kerja. b. Kualitas teknis maupun estetik suatu karya/produk. Pelaksanaan penilaian terhadap produk meliputi penilaian berbasis kelas terhadap tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Tahap persiapan. Menilai keterampilan merencanakan, merancang,

menggali, atau mengembangkan ide. b. Tahap produksi. Menilai kemampuan memilih dan menggunakan

bahan, alat, dan teknik kerja. c. Tahap penilaian (appraisal).

5. Penilaian portofolio. Penilaian portofolio merupakan penilaian berbasis

kelas terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Beberapa hal yang sangat penting dalam penilaian portofolio antara lain: a. Guru harus membedakan antara penilaian portofolio secara

individu, kelompok kecil atau kelompok besar. b. Guru harus membuat penilaian portofolio sesuai dengan standar

kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator yang telah ditetapkan dalam KTSP.

c. Jika dipandang perlu, guru harus membuat kriteria yang membedakan antara penilaian portofolio untuk kelompok maupun untuk peserta didik secara individu.

d. Guru harus membuat kriteria yang sesuai dengan potensi dasar maupun indikator pencapaian hasil belajar.

e. Guru harus membuat kriteria yang mencakup rentang kemampuan yang jelas mulai dari kemampuan yang kurang sampai dengan kemampuan yang baik dan mudah dikomunikasikan kepada peserta didik, orang tua, ataupun pihak lain sehingga mereka dapat dengan mudah memahami kriteria yang dimaksud.

9

Page 13: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

f. Kriteria penilaian haruslah terbebas dari perbedaan jenis kelamin peserta didik. Jangan sampai terjadi lebih baik untuk laki-laki atau sebaliknya.

g. Kriteria penilaian harus dapat digunakan oleh siapa saja (guru yang berbeda) dan dapat menghasilkan pengertian yang sama untuk evidence yang sama.

Seperangkat alat penilaian dan jenis tagihan yang dapat digunakan

antara lain sebagai berikut ini. 1. Kuis : digunakan untuk menanyakan hal-hal yang prinsip dari pelajaran

yang lalu secara singkat, bentuknya berupa isian singkat, dan dilakukan sebelum pelajaran.

2. Pertanyaan lisan di kelas : digunakan untuk mengungkap penguasaan siswa tentang pemahaman konsep, prinsip, atau teorema.

3. Ulangan harian : dilakukan secara periodik pada akhir pengembangan kompetensi, untuk mengungkap penguasaan pemahaman, sampai evaluasi, atau untuk mengungkap penguasaan pemakaian alat atau suatu prosedur.

4. Tugas individu : dilakukan secara periodik untuk diselesaikan oleh setiap siswa dan dapat berupa tugas rumah. Tugas individu dipakai untuk mengungkap kemampuan aplikasi sampai evaluasi atau untuk mengungkap penguasaan hasil latihan dalam menggunakan alat tertentu, melakukan prosedur tertentu.

5. Tugas kelompok : digunakan untuk menilai kemampuan kerja kelompok dalam upaya pemecahan masalah. Jika mungkin kelompok siswa diminta melakukan pengamatan atau merencanakan sesuatu proyek menggunakan data informasi dari lapangan.

6. Ulangan semester : digunakan untuk menilai ketuntasan penguasaan kompetensi pada akhir program semester. Kompetensi yang diujikan berdasarkan kisi-kisi yang mencerminkan kompetensi dasar yang dikembangkan dalam semester yang bersangkutan. Dari aspek kognitif untuk mengungkap mengingat sampai evaluasi. Untuk aspek psikomotor dilakukan ujian praktek. Untuk aspek afektif dilakukan dengan pengumpulan data/hasil pengamatan dalam kurun waktu satu semester.

7. Ulangan kenaikan : digunakan untuk mengetahui ketuntasan siswa untuk menguasai materi dalam satu tahun ajaran. Pemilihan kompetensi ujian harus mengacu pada kompetensi dasar, berkelanjutan, memiliki nilai aplikatif, atau dibutuhkan untuk belajar pada bidang lain.

10

Page 14: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Penilaian otentik perlu dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah dipelajari siswa melalui kegiatan pembelajaran. Ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai, ranah yang perlu dinilai meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.

1. Ranah kognitif

Kompetensi ranah kognitif meliputi tingkatan menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, menyintesis, dan mengevaluasi. a. Tingkatan hafalan mencakup kemampuan menghafal verbal atau

menghafal parafrase materi pembelajaran berupa fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.

b. Tingkatan pemahaman meliputi kemampuan membandingkan (menunjukkan persamaan dan perbedaan), mengidentifikasi karakteristik, menggeneralisasi, dan menyimpulkan.

c. Tingkatan aplikasi mencakup kemampuan menerapkan rumus, dalil atau prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di lapangan.

d. Tingkatan analisis meliputi kemampuan mengklasifikasi, menggolongkan, memerinci, mengurai suatu objek.

e. Tingkatan sintesis meliputi kemampuan memadukan berbagai unsur atau komponen, menyusun, membentuk bangunan, mengarang, melukis, menggambar, dan sebagainya.

f. Tingkatan evaluasi/penilaian mencakup kemampuan menilai (judgement) terhadap objek studi menggunakan kriteria tertentu, misalnya menilai kesesuaian suatu bangunan dengan bestek.

2. Ranah Psikomotor

Berkenaan dengan ranah psikomotor, kompetensi yang dicapai meliputi tingkatan gerakan awal, semi rutin, gerakan rutin. Penilaian terhadap pencapaian kompetensi tersebut, adalah sebagai berikut : a. Tingkatan penguasaan gerakan awal berisi kemampuan siswa

dalam menggerakkan sebagian anggota badan. b. Tingkatan gerakan semi rutin meliputi kemampuan melakukan atau

menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan. c. Tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan

secara menyeluruh secara sempurna dan sampai pada tingkatan otomatis.

11

Page 15: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

3. Ranah Afektif Berkenaan dengan ranah afektif, ada dua hal yang perlu dinilai,

yaitu pertama kompetensi afektif, dan kedua sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Kompetensi afektif yang ingin dicapai dalam pembelajaran meliputi tingkatan pemberian respon, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.

Berbagai jenis tingkatan ranah afektif yang dinilai adalah kemampuan siswa dalam : a. Memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang

dihadapkan kepadanya dilakukan ujian praktek. Untuk aspek afektif dilakukan dengan pengumpulan data/hasil pengamatan dalam kurun waktu 1 semester.

b. Laporan kerja praktek atau laporan praktikum : dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya, seperti Fisika, Kimia, Biologi, dan Bahasa.

c. Responsi atau ujian praktek : dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya, seperti Fisika, Kimia, Biologi, dan Bahasa yaitu untuk mengetahui penguasaan akhir baik dari aspek kognitif maupun psikomotor.

B. Alat Penilaian

Alat penilaian ada yang berbentuk tes dan ada yang berbentuk non tes. Alat penilaian berbentuk tes merupakan semua alat penilaian yang hasilnya dapat dikategorikan menjadi benar dan salah, misalnya alat penilaian untuk mengungkap aspek kognitif dan psikomotor. Alat penilaian non tes hasilnya tidak dapat dikategorikan benar salah, dan umumnya dipakai untuk mengungkap aspek afektif.

1. Alat Penilaian Berbentuk Tes

Bentuk tes ada yang berupa tes non verbal (perbuatan) dan verbal. Tes non verbal dipakai untuk mengukur kemampuan psikomotor. Tes verbal dapat berupa tes tulis dan dapat berupa tes lisan. Tes tulis dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes nonobjektif.

a. Tes untuk Mengukur Ranah Kognitif

Penguasaan kognitif diukur dengan menggunakan tes lisan di kelas atau berupa tes tulis. Tes lisan berupa pertanyaan lisan yang digunakan untuk mengetahui daya serap siswa terhadap masalah yang berkaitan dengan kognitif. Tes tertulis dilakukan untuk

12

Page 16: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

mengungkap penguasaan siswa dalam aspek/ranah kognitif mulai dari jenjang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, sampai evaluasi. Bentuknya dapat berupa isian singkat, menjodohkan, pilihan ganda, pilihan berganda, uraian objektif, uraian nonobjektif, hubungan sebab akibat, hubungan konteks, klasifikasi, atau kombinasinya.

Ranah kognitif juga dapat diukur menggunakan portofolio. Portofolio adalah kumpulan tugas/pekerjaan seseorang. Dalam bidang pendidikan, portofolio diartikan sebagai kumpulan dari tugas-tugas siswa. Hal yang penting pada penilaian yang didasarkan pada portofolio adalah mampu mengukur kemampuan membaca dan menulis yang lebih luas, siswa menilai kemampuannya sendiri, mewakili sejumlah karya siswa.

Penilaian portofolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya siswa berkaitan dengan mata pelajaran tertentu. Semua tugas yang dikerjakan siswa dikumpulkan, dan di akhir satu unit program pembelajaran diberikan penilaian. Dalam menilai dilakukan diskusi antara siswa dan guru untuk menentukan skornya. Prinsip penilaian portofolio adalah siswa dapat melakukan penilaian sendiri kemudian hasilnya dibahas. Karya yang dinilai meliputi hasil ujian, tugas mengarang, atau mengerjakan soal. Jadi portofolio adalah suatu metode pengukuran dengan melibatkan siswa untuk menilai kemajuannya berkaitan dengan mata pelajaran terkait.

b. Tes untuk Mengukur Ranah Psikomotor

Tes untuk mengukur aspek psikomotor adalah tes untuk mengukur penampilan, perbuatan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai siswa. Berikut adalah contoh-contoh tes penampilan atau kinerja : 1) Tes paper and pencil : walaupun bentuk aktivitasnya seperti tes

tulis, namun yang menjadi sasarannya adalah kemampuan siswa dalam menampilkan karya, misal berupa desain alat, desain grafis dan sebagainya.

2) Tes identifikasi : lebih ditujukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengidentifikasi sesuatu hal, misal menemukan bagian yang rusak atau yang tidak berfungsi dari suatu alat.

3) Tes simulasi : dilakukan jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan siswa, sehingga dengan simulasi tetap dapat dinilai apakah seseorang

13

Page 17: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

sudah menguasai keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat.

4) Tes petik kerja (work sample) : dilakukan dengan alat yang sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai atau terampil menggunakan alat tersebut.

c. Tes untuk Mengukur Ranah Afektif

Komponen afektif juga ikut menentukan keberhasilan belajar matematika siswa. Ada dua komponen afektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap dan minat siswa terhadap pelajaran matematika. Sikap siswa terhadap pelajaran matematika bisa positif, bisa negatif atau netral. Siswa yang memiliki minat terhadap pelajaran matematika bisa diharapkan prestasi belajar matematikanya akan meningkat, bagi yang tidak berminat sulit untuk meningkatkan prestasi belajar matematikanya. Oleh karena itu, guru memiliki tugas untuk membangkitkan minat siswa, agar prestasi belajar matematika meningkat.

Langkah-langkah pembuatan instrumen afektif adalah sebagai berikut. 1) Pilih ubahan afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau

minat. 2) Tentukan indikator minat: misalnya kehadiran di kelas, banyak

bertanya, tepat waktu mengumpulkan tugas, catatan di buku rapi, dan sebagainya. Hal ini selanjutnya ditanyakan pada siswa.

3) Pilih tipe skala yang digunakan, misalnya Likert dengan 5 skala: sangat senang, senang, sama saja, kurang senang, dan tidak senang.

4) Telaah instrumen oleh sejawat. 5) Perbaiki instrumen. 6) Siapkan inventori laporan diri. 7) Skor inventori. 8) Analisis hasil inventori skala minat dan skala sikap.

2. Alat Penilaian Berbentuk Non Tes Komponen afektif ikut menentukan keberhasilan belajar siswa.

Paling tidak ada dua komponen afektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap dan minat terhadap suatu pelajaran. Sikap siswa terhadap pelajaran bisa positif bisa negatif atau netral. Hal ini tidak dapat dikategorikan benar atau salah. Guru memiliki tugas untuk membangkitkan dan meningkatkan minat siswa terhadap mata

14

Page 18: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

pelajaran, serta merubah dari sikap negatif ke sikap positif. Beberapa jenis skala sikap misalnya skala Likert, skala Thurstone, dan skala perbedaan semantik untuk mengetahui sikap terhadap suatu hal, baik berupa mata pelajaran ataupun kegiatan. Skala Bogardus untuk mengetahui sikap sosial siswa. Skala chapin untuk mengetahui tingkat keterlibatan siswa dalam organisasi.

Keterlibatan atau sikap siswa terhadap kegiatan juga dapat dinilai dengan memanfaatkan teman sekelompok (peer assessement). Hasil penilaian antar teman dapat dipakai untuk dijadikan pertimbangan dalam memberikan saran-saran agar siswa lebih termotivasi juga agar mau lebih baik berinteraksi sesama teman.

C. Bentuk Instrumen Tes

Tes merupakan instrumen untuk mengevaluasi hasil belajar siswa dalam aspek kognitif dan psikomotorik. Tujuan tes adalah untuk: 1) mengetahui kompetensi awal siswa, 2) tingkat pencapaian standar kompetensi, 3) mengetahui perkembangan kompetensi siswa, 4) mendiagnosa kesulitan belajar siswa, 5) mengetahui hasil suatu proses pembelajaran, 6) memotivasi siswa belajar, dan 7) memberi umpan balik kepada guru untuk memperbaiki program pembelajarannya. Non tes merupakan instansi untuk mengevaluasi aspek afektif.

1. Instrumen untuk Mengungkap Aspek Kognitif

Instrumen yang digunakan berupa tes yang bertujuan untuk : a. Mengetahui kompetensi awal siswa. b. Mengetahui perkembangan siswa. c. Mengetahui tingkat penguasaan siswa. d. Mendiagnosa siswa. e. Memberi umpan balik untuk guru. f. Mengetahui pencapaian kurikulum. g. Mendorong guru agar mengajar lebih baik.

Bentuk tes kognitif yang sering digunakan adalah:

a. Tes Pilihan Ganda Tes pilihan ganda sulit menyusunnya tetapi mudah penskorannya, mudah digunakan dan objektif. Tes pilihan ganda terdiri dari item (pokok soal) dan alternatif jawaban.

b. Jawaban Singkat Tes jawaban singkat adalah tes yang menghendaki satu jawaban tertentu dengan cara mengisi titik-titik yang telah disediakan. Oleh

15

Page 19: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

karena itu soal harus jelas dan benar-benar mengarah hanya ke satu jawaban.

c. Tes Menjodohkan. Tes menjodohkan adalah tes yang memasangkan dua pernyataan yang memiliki hubungan logika tertentu.

d. Tes Benar-Salah (True-False). Tes ini terdiri dari satu pernyataan dan siswa diminta untuk menilai pernyataan tersebut benar atau salah.

e. Tes Uraian Objektif. Tes uraian objektif digunakan untuk mengukur kompetensi yang bersifat hierarkis dan berurutan. Tiap tahap atau jenjang kompetensi diberi nilai, sehingga skor total mencerminkan keutuhan kompetensi siswa. Tes ini berbentuk pertanyaan yang menuntut siswa untuk menjawab pertanyaan secara terurai dengan harapan dapat mengungkap fakta-fakta yang menghadap dalam struktur kognitif siswa untuk dimunculkan sesuai dengan apa yang sedang dipikirkannya. Pada umumnya tes bentuk uraian ini menggunakan kata-kata: selesaikanlah, tentukan, buktikan, hitunglah, dan sebagainya.

f. Tes Bentuk Uraian Non Objektif Bentuk tes ini adalah soal bentuk uraian yang menuntut kompetensi siswa untuk menyampaikan, memilih, menyusun, dan memadukan pendapat atau pikirannya atau pandangan pribadi yang dimilikinya dengan menggunakan kata-kata sendiri. Kunci jawaban bersifat relatif karena ada kemungkinan jawaban siswa dapat bervariasi.

Keunggulan tes bentuk ini adalah dapat mengukur tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu mulai dari hafalan sampai dengan evaluasi, namun sebaliknya hindarkan pertanyaan yang mengungkap hafalan seperti pertanyaan yang dimulai dengan kata: apa, siapa, di mana.

Soal bentuk uraian non objektif mudah membuatnya dan kelemahan tes bentuk ini adalah: (1) penskoran sering dipengaruhi oleh subjektivitas penilai, (2) memerlukan waktu yang lama untuk memeriksa lembar jawaban, dan (3) cakupan materi yang diujikan sangat terbatas. Untuk menghindari kelemahan tersebut cara yang ditempuh adalah: (1) jawaban tiap soal tidak panjang sehingga bisa mencakup materi yang banyak, (2) tidak melihat nama peserta

16

Page 20: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

tes, (3) memeriksa tiap butir secara keseluruhan tanpa istirahat, (4) menyiapkan pedoman penskoran.

Kaidah penulisan soal bentuk uraian non objektif sebagai berikut: 1) Gunakan kata-kata: mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan,

hitunglah, buktikan. 2) Gunakan bahasa Indonesia yang baku. 3) Hindarkan penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda. 4) Hindarkan penggunaan pertanyaan: siapa, apa, bila. 5) Buat petunjuk pengerjaan soal. 6) Buat kunci jawaban dan pedoman penskoran.

g. Pemilihan Bentuk Tes Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes,

jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa tes, cakupan materi, dan karakteristik pelajaran yang diujikan. Bentuk tes pilihan ganda maupun bentuk benar-salah tepat digunakan bila jumlah peserta tes banyak.

h. Panjang Tes Panjang tes ditentukan oleh waktu yang tersedia untuk

melakukan tes dengan memperhatikan bahan yang diujikan dan tingkat kelelahan peserta tes. Untuk tes pilihan ganda dengan tingkat kesulitan rata-rata sedang diperlukan waktu 1-2 menit untuk setiap butir soal sedang untuk uraian, waktu yang disediakan tergantung dari kompleksitas soal.

2. Instrumen untuk Mengungkap Aspek Psikomotor

Instrumen untuk tes psikomotor dapat berupa: 1) tes tertulis (paper and pencil test), 2) tes identifikasi, 3) tes simulasi, 4) tes contoh kerja (work sample). Daftar cek mudah digunakan untuk menilai tes psikomotorik di mana guru/pengamat tinggal memberi tanda cek ( √ ) pada kompetensi yang muncul.

Untuk bidang matematika instrumen ini jarang digunakan dan dapat dikatakan tidak pernah dilakukan. Contoh instrumen untuk mengungkap aspek psikomotorik dalam kegiatan mengukur tinggi pohon dengan menggunakan klinometer.

17

Page 21: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Nama : ............................... Tanggal : ............................... Praktikum : Penggunaan Klinometer

No Komponen Tepat Tidak Tepat

1. Memegang klinometer. 2. Mengamati ujung tiang bendera. 3. Mengamati letak lope (teropong). 4. Mengamati letak busur. 5. Mengamati ujung tiang bendera melalui

lope.

6. Memegang benang berbandul pada busur.

7. Membaca letak benang pada busur. 8. Menentukan besar sudut elevasi.

Catatan: Berikan tanda rumput ( √ ) pada salah satu kolom “Tepat”

atau “Tidak Tepat”.

3. Instrumen untuk Mengungkap Aspek Afektif Komponen afektif turut menentukan keberhasilan hasil belajar

siswa. Paling tidak ada dua komponen afektif yang penting untuk diukur yaitu sikap dan minat dan untuk matematika yang digunakan hanya sikap dan minat terhadap pelajaran matematika, karena keduanya ini sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Sebagai contoh antara lain untuk mengungkap sikap siswa dan minat siswa terhadap pelajaran matematika seperti di bawah ini.

Contoh instrumen untuk mengukur sikap siswa terhadap pelajaran

matematika.

Berilah tanda ( √ ) di bawah SS jika sangat setuju, S jika setuju, R jika ragu-ragu, TS jika tidak setuju, dan STS jika sangat tidak setuju.

No Pernyataan SS S R TS STS1. Matematika membuat saya berpikir

logis, sistematis dan tepat.

2. Saya tertarik dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan matematika.

18

Page 22: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

No Pernyataan SS S R TS STS3. Matematika adalah pelajaran yang

menyenangkan.

Contoh soal untuk mengungkap minat siswa terhadap pelajaran

matematika. Berilah tanda ( √ ) di bawah SS jika sangat setuju, S jika setuju, R jika ragu-ragu, TS jika tidak setuju, dan STS jika sangat tidak setuju. No Pernyataan SS S R TS STS1. Dalam waktu senggang saya

mengerjakan permainan matematika.

2. Saya merasa pelajaran matematika menyenangkan.

3. Waktu belajar yang tersedia hampir sebagian besar saya gunakan untuk belajar matematika.

SOAL-SOAL LATIHAN 1. Jelaskan jenis penilaian yang dapat digunakan pada Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP)!. 2. Jelaskan jenis tagihan yang dapat digunakan pada Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP)!. 3. Sebutkan ranah yang perlu dinilai ditinjau dari dimensi kompetensi yang

ingin dicapai!. 4. Sebutkan tes untuk mengukur ranah psikomotor!. 5. Bagaimanakah langkah-langkah pembuatan instrumen afektif?.

19

Page 23: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

BAB III BENTUK INSTRUMEN DAN PENSKORAN TES

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Mahasiswa mengenal bentuk instrumen dan penskoran tes. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS 1. Mahasiswa mampu memilih bentuk instrumen. 2. Mahasiswa mampu melaksanakan penskoran tes.

POKOK BAHASAN BENTUK INSTRUMEN DAN PENSKORAN TES

A. Bentuk Instrumen dan Penskoran Tes Kognitif

Pedoman penskoran merupakan petunjuk yang menjelaskan tentang batasan atau kata-kata kunci untuk melakukan penskoran terhadap suatu butir soal. Pedoman pemberian skor untuk setiap butir soal harus disusun segera setelah perumusan kalimat-kalimat butir soal.

1. Pertanyaan lisan

Penskoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinu 0 sampai dengan 10, atau 0 sampai dengan 100, untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan.

2. Pilihan ganda

Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji penguasaan kompetensi pada tingkat berpikir rendah seperti pengetahuan (recall) dan pemahaman sampai pada tingkat berpikir tinggi seperti aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pedoman pembuatan tes bentuk pilihan ganda adalah : (1) pokok soal harus jelas; (2) isi pilihan jawaban homogen; (3) panjang pilihan jawaban relatif sama; (4) tidak ada petunjuk jawaban benar; (5) hindari menggunakan pilihan jawaban : semua benar atau semua salah; (6) pilihan jawaban angka diurutkan; (7) semua pilihan jawaban logis; (8) jangan menggunakan negatif ganda; (9) kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes; (10) bahasa yang digunakan baku; (11) letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak; dan (12) penulisan soal diurutkan ke bawah.

20

Page 24: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Penskoran tes bentuk pilihan ganda ada dua, yaitu (1) tanpa koreksi terhadap jawaban dugaan; dan (2) dengan koreksi terhadap jawaban dugaan. Penskoran terhadap jawaban dugaan adalah satu untuk setiap butir yang dijawab benar, sehingga jumlah skor yang diperoleh siswa adalah jumlah butir yang dijawab benar.

Penskoran pilihan ganda tanpa koreksi dapat digunakan rumus.

100NB

Skor ×=

Keterangan: B = banyaknya butir soal yang dijawab benar N = banyaknya butir soal

Penskoran dengan koreksi terhadap jawaban dugaan adalah sebagai berikut :

⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

−−= N

1PSBSkor

Keterangan: B = banyaknya butir soal yang dijawab benar S = banyaknya butir soal yang dijawab salah P = banyaknya pilihan jawaban N = banyaknya butir soal Catatan: Butir soal yang tidak dijawab diberi skor 0.

3. Bentuk uraian a. Uraian objektif. Pertanyaan yang biasa digunakan adalah

simpulkan, tafsirkan, rasionalkan dan sebagainya. Langkah untuk membuat tes uraian (1) menulis soal berdasarkan indikator pada kisi-kisi; dan (2) mengedit pertanyaan. Untuk mengedit pertanyaan perlu diperhatikan hal sebagai berikut: • apakah pertanyaan mudah dimengerti; • apakah data yang digunakan benar; • apakah tata letak keseluruhan baik; • apakah pemberian bobot soal sudah tepat; • apakah kunci jawaban sudah benar; • apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup.

Penskoran instrumen uraian objektif dapat dilakukan dengan memberikan skor yang ditentukan tiap langkah dalam menjawab soal.

21

Page 25: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Contoh :

Rasionalkan penyebut pecahan 53

2−

b. Uraian bebas. Bentuk instrumen ini dapat dipakai untuk mengukur

kompetensi siswa dalam semua tingkat ranah kognitif. Kaidah penulisan instrumen bentuk uraian bebas adalah : (1) gunakan kata-kata seperti mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan, hitunglah, dan buktikan; (2) hindari penggunaan pertanyaan seperti siapa, apa, dan bagaimana; (3) gunakan bahasa yang baku; (4) hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda; (5) buat petunjuk untuk memudahkan penskoran; dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan. Penskoran soal uraian Butir soal : Persamaan kuadrat x2 – 2x – 15 = 0 mempunyai dua

akar nyata dan berlainan. Gunakan rumus abc untuk mencari akar persamaan itu, dengan menuliskan bagaimana cara kamu menemukan kedua akar itu.

Pedoman Penskoran : Langkah Kunci Jawaban Skor

1.

2.

Rumus abc :

2a4acbb

x2

1,2−±−

=

dari persamaan kuadrat diperoleh a = 1, b = -2, dan c = -15. Jadi

3

2

3.

4.

5.

6.

2(1)15)4(1)(2)(2)(

x2

1,2

−−−±−−=

2

6042 +±=

282 ±

=

Jadi, x1 = 5 dan x2 = -3

2

1

1

1

Skor maksimum 10

22

Page 26: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Jadi nilai kurang dari 7,5 berarti masih belum berhasil menentukan akar-akar persamaan kuadrat Rumus yang digunakan untuk penghitungan adalah

cba

SBS ×=

Keterangan: SBS = Skor Butir Soal a = Skor mentah yang diperoleh b = Skor mentah maksimum soal c = Bobot soal Skor Total Siswa (STS) untuk seperangkat tes yang bersangkutan diperoleh dengan menjumlahkan skor butir soal (SBS) Contoh :

No Soal

Skor Mentah

Perolehan

Skor Mentah

Maksimum

Bobot Soal

Skor Butir Soal

1 2 3 4

20 20 20 30

20 20 40 60

30 20 30 20

30 20 15 10

Jumlah 90 140 100 75 (STS) Selain rumus di atas, untuk penskoran bentuk uraian dapat juga

digunakan rumus: Skor = Ja × b

Keterangan: Ja = Jawaban benar b = Bobot soal

4. Jawaban singkat atau isian singkat. Tes bentuk jawaban/isian singkat dibuat dengan menyediakan

tempat konsep yang di sediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban. Jenis soal jawaban singkat ini berupa pertanyaan dan melengkapi atau isian. Penskoran isian singkat dapat dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Contoh : Himpunan penyelesaian dari persamaan x2 – 4 = 0 adalah …

23

Page 27: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

5. Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan

materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.

6. Portofolio

Portofolio merupakan kumpulan pekerjaan seseorang (Popham, 1999), dalam bidang pendidikan berarti kumpulan dari tugas-tugas peserta didik. Portofolio adalah kumpulan tugas-tugas atau pekerjaan siswa yang disusun berdasarkan urutan kategori kegiatan. Tugas-tugas ini dipilih, kemudian dinilai sehingga dapat menggambarkan perkembangan kemampuan siswa. Portofolio dapat terdiri dari: deskripsi dan hasil investigasi dalam matematika, deskripsi dan diagram dari proses penyelesaian masalah, analisis lebih lanjut tentang masalah investigasi dalam matematika, studi statistik dan representasi grafik respon terhadap suatu masalah terbuka atau pekerjaan rumah.

Guru perlu memiliki jurnal penilaian portofolio. Setiap kali menilai tugas yang dikerjakan siswa, guru mencantumkan catatan dan komentar kemajuan belajar siswa dilihat dari portofolionya. Untuk memberi nilai, maka perlu ada kriteria tertentu yang telah ditetapkan, misalnya kriteria kelengkapan, kebermaknaan, dan kualitas isi.

Secara umum penskoran untuk masing-masing tugas didasarkan pada ketiga aspek berikut : (1) Penyelesaian masalah: kemampuan pemahaman masalah dan

penggunaan strategi yang sesuai dan efisien. (2) Penalaran: kemampuan menggunakan penalaran yang

perspektif, kreatif, dan kompleks. (3) Komunikasi: kemampuan menggunakan bahasa yang sesuai,

tepat, dan tajam. Penskoran portofolio dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Misalkan suatu portofolio terdiri dari n tugas, dengan skor masing-masing t1, t2, t3, …, tn dan bobot masing-masing w1, w2, w3, …, wn di mana w1 + w2 + w3 + … + wn = 1 maka skor akhir portofolio dinyatakan oleh :

)w(t...)w(t)w(t)w(tSkor nn332211 ×++×+×+×=

24

Page 28: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Contoh pedoman penskoran portofolio. No Nama Tugas Skor Bobot Skor Akhir 1 Tugas 1 t1 w1 t1w1

2 Tugas 2 t2 w2 t2w2

3 Tugas 3 t3 w3 t3w3

: : : : : n Tugas n tn wn tnwn

Skor portofolio ∑=

n

1iiiwt

B. Bentuk Instrumen dan Penskoran Tes Psikomotor

Penskoran untuk tes psikomotor (unjuk kerja) umumnya dilakukan secara langsung ketika siswa melakukan kerja (unjuk kerja) dan dapat diamati. Agar pengamatan dapat dilakukan secara cermat dan objektif digunakan lembar pengamatan (check list) yang berisi aspek-aspek keterampilan atau tahapan-tahapan yang harus dilakukan dengan masing-masing mempunyai bobot sendiri. Misalnya menskor prestasi siswa ketika menggambarkan segitiga-segitiga untuk mendapatkan teorema Phytagoras. Cara penskorannya dapat dilakukan secara berjenjang seperti pada tes uraian misalnya 1 – 6, 1 – 5, atau 1 – 4 tergantung bobot tugas. Tes psikomotorik untuk pelajaran matematika jarang dan bahkan banyak tidak dapat dilakukan.

Contoh: Lingkarilah angka 5 jika sangat tepat, angka 4 jika tepat, angka 3 jika

agak tepat, angka 2 jika tidak tepat, angka 1 jika sangat tidak tepat. 5 4 3 2 1 Menggambar persegi dalam kertas berpetak dengan

panjang sisi (b + c) satuan panjang. 5 4 3 2 1 Menggambar empat segitiga siku-siku yang

kongruen dengan dua titik sudutnya di sisi persegi yang diketahui dengan panjang sisi siku-siku b dan c satuan panjang.

5 4 3 2 1 Menghitung luas persegi yang baru yang titik-titik sudutnya pada persegi yang besar (dengan panjang sisi a)

5 4 3 2 1 Menggambar persegi lain yang ukurannya sama dengan persegi pertama.

5 4 3 2 1 Menggambar persegi panjang dengan panjang sisi (b dan c) satuan panjang dalam persegi yang kedua.

25

Page 29: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

5 4 3 2 1 Membuat garis pada kedua persegi panjang sehingga membentuk empat segitiga yang kongruen.

5 4 3 2 1 Menghitung luas persegi dalam persegi kedua yang luasnya b2.

5 4 3 2 1 Menggambar segitiga siku-siku dengan panjang sisi siku-siku masing-masing b dan c satuan panjang dan sisi miring panjang c satuan panjang.

5 4 3 2 1 Menggambar persegi pada sisi-sisi segitiga. Dalam hal ini akan lebih tepat bila kriteria dari setiap butir, jarak mulai

dari skala 1 sampai 5. Dengan demikian penilai yang manapun akan dengan tepat dapat menilai karena sudah ada kriteria bahwa seseorang diberi angka 1 untuk langkah yang menyangkut cara membuktikan teorema Phytagoras. Contoh: Jika seorang siswa: • Untuk butir 1 memperoleh skor 4 berarti siswa tepat menggambarkan

persegi tetapi masih ada kesalahan misalnya pertemuan sisi pada salah satu sudutnya tidak sempurna.

• Untuk butir 2 memperoleh skor 1 berarti siswa tersebut benar-benar salah menggambar empat segitiga siku-siku yang konkuren.

• Untuk butir 3 memperoleh skor 5 berarti benar-benar tepat menghitung luas persegi yang baru.

• Untuk butir 4 memperoleh skor 2 berarti tidak benar menggambar persegi yang lain yang ukurannya sama dengan persegi yang pertama.

• Untuk butir 5 memperoleh skor 3 berarti sedikit tepat dalam menggambar persegi panjang dengan sisi b dan c satuan panjang dalam persegi yang kedua.

• Untuk butir 6 memperoleh skor 2 berarti tidak tepat dalam membuat garis pada kedua persegi panjang.

• Untuk butir 7 memperoleh skor 2 berarti tidak tepat menghitung luas persegi.

• Untuk butir 8 memperoleh skor 3 berarti dapat menggambar segitiga siku-siku tapi tidak sempurna.

• Untuk butir 9 memperoleh skor 5 berarti tepat sekali menggambar persegi pada sisi-sisi segitiga.

26

Page 30: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Total skor yang dicapai siswa tersebut adalah (4 + 1 + 5 + 2 + 3 + 2 + 2 + 3 + 5) = 27. Seorang siswa akan gagal jika memperoleh skor 9 dan berhasil kalau memperoleh skor 45. Media skornya adalah

272459

=+ . Jika dibagi menjadi 4 kategori, maka yang memperoleh skor

9 – 17 dinyatakan gagal, skor 18 –26 dinyatakan kurang berhasil, skor 27 – 35 dinyatakan berhasil dan skor 36 – 45 dinyatakan sangat berhasil. Dengan demikian siswa dengan skor 27 dapat dinyatakan berhasil tetapi belum sempurna.

Jika sifat keterampilan absolut, maka setiap butir harus dicapai dengan sempurna (skala 5). Dengan demikian hanya siswa yang memperoleh skor total 45 dinyatakan berhasil dengan kategori sempurna.

C. Bentuk Instrumen dan Penskoran Tes Afektif

Dalam pemberian skor untuk aspek afektif umumnya digunakan skala Likert dengan rentang 1 – 5 . Ini berarti bila menggunakan 20 butir pernyataan/pertanyaan maka akan diperoleh skor maksimum 100 dan skor minimum 20.

Bila digunakan kategori sebagai berikut:

Skor Kriteria 0 – 20 Tidak berminat 21 – 40 Kurang berminat 41 – 60 Cukup berminat 61 – 80 Berminat 81 – 100 Sangat berminat

Apabila seorang siswa menjawab pertanyaan suatu angket berkaitan

dengan sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika dan memperoleh skor 90 berarti siswa tersebut sangat berminat terhadap pelajaran matematika.

D. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berdasarkan

Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) diambil dari

Standar Kompetensi 3, Kompetensi Dasar 3.1.

27

Page 31: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) No. 3

Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : X / 1 (satu) Alokasi Waktu : 2 × 45’ (2 jam pelajaran)

A. Standar Kompetensi : 3. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dan pertidaksamaan satu variabel.

B. Kompetensi Dasar : 3.1. Menyelesaikan sistem persamaan linear dan sistem persamaan campuran linear dan kuadrat dalam dua variabel

C. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa diharapkan minimal mampu menyebutkan langkah-langkah sistem persamaan linear tiga variabel.

2. Siswa diharapkan minimal mampu menentukan penyelesaian sistem persamaan linear tiga variabel.

3. Siswa diharapkan minimal mampu menggunakan sistem persamaan linear untuk menyelesaikan soal cerita.

D. Indikator Pencapaian : 3.1.1. Menentukan penyelesaian sistem persamaan linear tiga variabel.

E. Model : Pembelajaran Kontekstual Metode : Tanya jawab, diskusi, pemberian tugas

dengan kerja kelompok Pendekatan : Kontekstual F. Materi Pelajaran : Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel

28

Page 32: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

G. Strategi Belajar Mengajar 1. Kegiatan Awal (± 10 menit)

a. Guru menghubungkan pelajaran sekarang dengan yang lalu dengan cara mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang pengertian persamaan linear dan persamaan kuadrat.

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan model pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu pembelajaran kontekstual.

2. Kegiatan Inti (± 60 menit)

a. Mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang.

b. Guru membagikan bahan ajar dan LKS, guru mempersilakan siswa untuk memahami bahan ajar.

c. Siswa berdiskusi dalam kelompok mengenai bahan ajar, kemudian guru meminta siswa ke depan menyelesaikan bahan ajar.

d. Siswa menyelesaikan LKS. e. Beberapa siswa dipilih sebagai wakil kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusinya dan kemudian kelompok lain memberikan tanggapan (guru memandu jalannya diskusi dan membimbing siswa untuk mengambil kesimpulan bersama).

f. Sebagai umpan balik siswa secara acak ditunjuk untuk menjawab pertanyaan dari guru.

g. Siswa kembali kepada tempat duduk semula. 3. Kegiatan Akhir (± 20 menit)

a. Guru membimbing siswa untuk merangkum materi pelajaran. b. Guru memberi evaluasi secara tertulis c. Menugaskan siswa untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang

harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. H. Media dan Sumber

Media : Bahan Ajar Sumber Belajar : 1. Buku Matematika SMA XA 2. LKS

29

Page 33: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

I. Penilaian Jenis Tagihan : Tugas Individu (PR), Tugas Kelompok, Ulangan Harian Teknik : Tes Tertulis Bentuk : Uraian Soal : Terlampir Catatan: Untuk setiap pembuatan RPP harus dilengkapi dengan bahan

ajar dan LKS E. Contoh Bahan Ajar, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Tugas

Individu (Pekerjaan Rumah)

Contoh bahan ajar yang disajikan adalah dari Standar Kompetensi 3, Kompetensi Dasar 3.1 sebagai berikut:

SISTEM PERSAMAAN LINEAR TIGA VARIABEL

Bentuk umum Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel adalah:

⎪⎩

⎪⎨

=++=++=++

(3)persamaan...........dzcybxa(2)persamaan...........dzcybxa(1)persamaan...........dzcybxa

3333

2222

1111

di mana a1, b1, c1, a2, b2, c2, a3, b3, c3, ∈ R Apabila kita temukan harga x = xq, harga y = yq, dan harga z = zq yang memenuhi persamaan-persamaan itu, maka pasangan berurutan yang ditulis: (xq, yq, zq) merupakan penyelesaian. Sedangkan himpunan penyelesaiannya ditulis {(xq, yq, zq)}.

Langkah-langkahnya: Langkah (1): Eliminasikan salah satu variabel dari dua

persamaan linear dengan tiga variabel yang dipilih. Langkah (2): Menyelesaikan sistem dua persamaan dengan

dua variabel.

30

Page 34: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Perhatikan contoh soal dan penyelesaian Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel berikut ini: Ada tiga bilangan, apabila dijumlahkan sama dengan 75. Bilangan yang pertama lebih lima daripada jumlah bilangan yang lainnya, sedangkan 4 kali bilangan kedua sama dengan jumlah bilangan yang lainnya. Carilah bilangan-bilangan itu ! Penyelesaian: Misalkan: • variabel untuk bilangan pertama adalah x. • variabel untuk bilangan kedua adalah y.

• variabel untuk bilangan ketiga adalah z. Buat dulu model matematika sesuai dengan data soal di atas.

⎪⎩

⎪⎨

+=++==++

zx4y5zyx7zyx 5

⇔ ⎪⎩

⎪⎨

=+−=−−=++

(3)persamaan..........0z4yx(2)persamaan..........5zyx(1)persamaan..........7zyx 5

Penyelesaian dengan metode gabungan substitusi dan eliminasi Eliminasikan variabel z dari persamaan (1) dan persamaan (2) Persamaan (1): x + y + z = 75 Persamaan (2): x – y – z = 5 + ⇒ ………… = …. ⇔ ………… = …. Eliminasikan variabel z dari persamaan (2) dan persamaan (3) Persamaan (2): x – y – z = 5 x – 4y + z = 0 + ⇒ ………… = …. ……… persamaan (4) Substitusi x = …. ke persamaan (4), diperoleh: ⇒ 2x – 5y = 5 ⇔ …………………….. ⇔ …………………….. ⇔ …………………….. ⇔ y = …..

31

Page 35: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Substitusi x = …. dan y = …. ke persamaan (1), diperoleh: ⇒ x + y + z = 75 ⇔ …………………….. ⇔ …………………….. ⇔ …………………….. ⇔ z = ….. Jadi, bilangan pertama adalah …… bilangan kedua adalah ……… bilangan ketiga adalah ………

Contoh lembar kerja Siswa (LKS) yang disajikan adalah dari Standar Kompetensi 3, Kompetensi Dasar 3.1 sebagai berikut:

LEMBAR KERJA SISWA

Nama : ............................. SKOR: Kelompok : ............................. Hari/Tanggal : ............................. Waktu : 20 menit

SISTEM PERSAMAAN LINEAR TIGA VARIABEL

Kerjakanlah soal-soal di bawah ini! 1. Ali, Yogi, dan Susi berbelanja bersama-sama. Mereka membeli gula,

beras, dan telur. Ali membeli 2 kilogram gula, 3 kilogram beras, dan 1 kilogram telur seharga Rp. 17.000,00. Yogi membeli 1 kilogram gula, 2 kilogram beras, dan 2 kilogram telur seharga Rp. 18.500,00. Susi membeli 3 kilogram gula, 1 kilogram beras, dan 1 kilogram telur seharga Rp. 15.500,00. Buat kalimat matematikanya dan tentukan harga 1 kilogram gula, 1 kilogram beras, serta 1 kilogram telur ! Penyelesaian: Diketahui: ........................................................ ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... .......................................................................................................

32

Page 36: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Ditanyakan: ....................................................................................................... ....................................................................................................... Jawab: ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... .......................................................................................................

2. Dewi memiliki tiga buah bilangan. Bilangan pertama ditambah dua kali bilangan kedua dikurangi bilangan ketiga sama dengan 5. Dua kali bilangan pertama dikurangi bilangan kedua ditambah bilangan ketiga sama dengan 1. Tiga kali bilangan pertama dikurangi bilangan kedua ditambah dua kali bilangan ketiga sama dengan 8. Carilah ketiga bilangan tersebut !. Penyelesaian: Diketahui: ........................................................ ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... Ditanyakan: ....................................................................................................... ....................................................................................................... Jawab: ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... .......................................................................................................

33

Page 37: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

.......................................................................................................

....................................................................................................... Contoh Tugas Individu (Pekerjaan Rumah) yang disajikan adalah dari

Standar Kompetensi 3, Kompetensi Dasar 3.1 sebagai berikut:

TUGAS INDIVIDU

Nama : ............................. SKOR: No. Absen : ............................. Hari/Tanggal : .............................

SISTEM PERSAMAAN LINEAR TIGA VARIABEL

Kerjakanlah soal-soal di bawah ini! 1. Jumlah uang Ato, Beben dan Cepi adalah Rp. 45.000,00. Jika uang Ato

Rp. 4.000,00 lebihnya dari uang Beben, sedangkan besar uang Cepi sama dengan 1,5 kali besar uang Ato. Berapa besar uang masing-masing?

2. Tiga buah bilangan jumlahnya 33, jika bilangan pertama sepertiga dari

bilangan kedua dan bilangan kedua sama dengan setengah dari bilangan ketiga. Tentukan ketiga bilangan itu!

3. Suatu parabola mempunyai persamaan y = px2 + qx + r, melalui titik-

titik A (0,-6), B (1,-4), dan C(2,0). Carilah nilai a, b, dan c, kemudian tulislah persamaan parabolanya!

SOAL-SOAL LATIHAN Silakan anda membuat soal-soal matematika untuk kelas X SMA semester 2 beserta kunci jawabannya, kemudian soal tersebut berikan kepada siswa sesuai dengan materi yang diteskan. Hasilnya, coba diberi skor kemudian di analisis !.

34

Page 38: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

BAB IV KUALITAS ALAT EVALUASI

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Mahasiswa mengetahui alat evaluasi yang baik. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS 1. Mahasiswa mampu menghitung validitas butir soal. 2. Mahasiswa mampu menghitung reliabilitas butir soal. 3. Mahasiswa mampu menghitung daya pembeda. 4. Mahasiswa mampu menghitung indeks kesukaran. 5. Mahasiswa mampu menentukan efektivitas option.

POKOK BAHASAN KUALITAS ALAT EVALUASI

Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik, tentunya diperlukan alat

evaluasi yang tentunya baik pula, di samping faktor lain yang dapat mempengaruhinya. Misalnya pelaksanaan evaluasi (pengawasan), kondisi tester (pembuat dan pemeriksa hasil tes), dan keadaan lingkungan. Untuk mendapatkan alat evaluasi yang kualitasnya baik harus diperhatikan beberapa kriteria di bawah ini: 1. Validitas 2. Reliabilitas 3. Objektivitas 4. Praktikabilitas 5. Derajat Kesukaran 6. Daya Pembeda 7. Efektivitas Option 8. Efisiensi

Untuk lebih jelasnya di bawah ini di bawah mengenai:

A. Validitas

1. Pengertian Validitas Suatu alat evaluasi di sebut valid (absah atau sahih) apabila alat

tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi.

35

Page 39: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

2. Macam-macam Validitas a. Validitas Teoritik

Validitas teoritik atau validitas logik adalah validitas alat evaluasi yang dilakukan berdasarkan pertimbangan (judgement) teoritik atau logika. Validitas teoritik diuraikan lagi menjadi: 1) Validitas Isi (content validity)

Validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau dari segi materi yang dievaluasikan, yaitu materi (bahan) yang dipakai sebagai alat evaluasi tersebut yang merupakan sampel representatif dari pengetahuan yang harus dikuasai. Suatu tes matematika dikatakan memiliki validitas ini apabila dapat mengukur indikator yang telah dirumuskan. Oleh karena itu validitas isi suatu alat evaluasi disebut juga validitas kurikuler.

2) Validitas Muka (Face Validity) Validitas muka suatu alat evaluasi disebut pula validitas bentuk soal (pertanyaan, pernyataan, suruhan) atau validitas tampilan, yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya atau tidak menimbulkan tafsiran lain.

3) Validitas Konstruksi Psikologik (Contrast Validity) Pada umumnya alat evaluasi yang sering menyangkut validitas konstruksi ini berkenaan dengan aspek sikap, kepribadian, motivasi, minat, bakat. Jadi berupa evaluasi non tes.

b. Validitas Kriterium (Criterion Related Validity)

Validitas kriterium atau lengkapnya validitas berdasarkan kriteria atau validitas yang ditinjau dalam hubungannya dengan kriterium tertentu. Validitas ini diperoleh dengan melalui observasi atau pengalaman yang bersifat empirik, kriterium itu dipergunakan untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien validitas alat evaluasi yang dibuat melalui perhitungan korelasi.

Ada dua macam validitas yang termasuk ke dalam validitas kriterium ini, yaitu: 1) Validitas Banding (Concurrent validity)

Validitas banding sering kali disebut validitas bersama atau validitas yang ada sekarang. Validitas ini kriteriumnya terdapat pada waktu yang bersamaan dengan alat evaluasi yang diselidiki validitasnya, atau hampir bersamaan. Biasanya dilakukan terhadap subjek yang sama.

36

Page 40: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

2) Validitas Ramal (Predictive Validity) Memprediksi artinya meramal berkenaan dengan hal yang akan datang berdasarkan kondisi yang ada sekarang. Sebuah alat evaluasi dikatakan memiliki validitas prediksi yang baik jika ia mempunyai kemampuan untuk meramalkan hal-hal yang akan terjadi di masa depan.

c. Koefisien Validitas

Cara menentukan tingkat validitas kriterium ialah dengan cara menghitung koefisien korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan alat ukur lain yang telah dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas yang tinggi (baik), sehingga hasil evaluasi yang digunakan sebagai kriterium itu telah mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya.

Cara mencari koefisien validitas dapat digunakan tiga macam yaitu dengan menggunakan rumus: 1) Korelasi produk momen memakai simpangan.

Rumusnya:

rxy = ))(( 22 yx

xyΣΣ

Σ

dengan: rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y x = X – X , simpangan terhadap rata-rata dari setiap data

pada kelompok variabel x. y = Y – Y , simpangan terhadap rata-rata dari setiap data

pada kelompok variabel y.

2) Korelasi produk momen memakai angka kasar (raw skor). Rumusnya:

r = xy})(}{)({

))((2222 yyNxxN

yxxyN∑−∑∑−∑

∑∑−∑

dengan: r = koefisien korelasi antara variabel x dengan variabel y xy

N = banyak subyek (testi) / responden

37

Page 41: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

3) Korelasi metode Rank (Rank Methode Correlation). Rumusnya menggunakan korelasi rank dari Spearman-Brown sebagai berikut:

r = xy )1(61 2

2

−∑

−NN

d

dengan: d = selisih rank antara x dan y

Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai rxy tersebut dibagi ke dalam kategori-kategori seperti, berikut ini (Guilford,J.P., 1956:145).

0, 90 ≤ r xy ≤ 1,00 korelasi sangat tinggi

0, 70 ≤ r < 0,90 korelasi tinggi xy

0, 40 ≤ r < 0,70 korelasi sedang xy

0, 20 ≤ r < 0,40 korelasi rendah xy

r < 0,20 korelasi sangat rendah xy

Maka untuk menentukan tingkat (derajat) validitas alat evaluasi dapat digunakan kriterium di atas. Dalam hal ini nilai rxy diartikan sebagai koefisien validitas, sehingga kriteriumnya menjadi

0, 90 ≤ r xy ≤ 1,00 validitas sangat tinggi (sangat baik)

0, 70 ≤ r < 0,90 validitas tinggi (baik) xy

0, 40 ≤ r < 0,70 validitas sedang (cukup) xy

0, 20 ≤ r < 0,40 validitas rendah (kurang) xy

0, 00 ≤ r < 0,20 validitas sangat rendah xy

r < 0,00 tidak valid xy

38

Page 42: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Validitas Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil suatu evaluasi

sehingga menjadi bias, menyimpang dari keadaan sebenarnya untuk suatu penggunaan yang dimaksudkan. Beberapa di antaranya berasal dari alat evaluasi itu sendiri. Faktor-faktor yang bisa merendahkan validitas alat evaluasi: 1) Petunjuk yang tidak jelas.

Petunjuk yang tidak jelas tantang hal-hal yang harus dilakukan oleh peserta ujian (testi) cenderung akan mengurangi validitas.

2) Perbendaharaan kata dan struktur kalimat yang sukar. Terlalu banyak menggunakan kata-kata yang kurang dikenal dan struktur kalimat yang berbelit-belit akan lebih mengukur kemampuan berbahasa atau aspek intelegensi daripada tingkah laku murid (testi) dalam aspek tertentu, misalnya matematika.

3) Penyusunan soal yang kurang baik terutama dalam penyajian soal tipe objektif, sering kali kalimat yang disajikan memberi petunjuk pada jawaban yang benar atau yang tidak benar, sehingga jawabannya mudah di tebak tanpa harus memahami konsep yang terkandung dalam soal itu.

4) Kekaburan. Pernyataan yang kurang jelas maknanya atau bisa ditafsirkan dengan makna lain dapat membingungkan peserta tes, sehingga ia menjawab salah bukan karena tidak memahami konsep dalam soal tersebut, tetapi karena ketidakjelasan soal tersebut.

5) Derajat kesukaran soal yang tidak cocok Penyajian soal-soal yang sangat sukar akan mengakibatkan hal yang jelek bagi kebanyakan atau bahkan semua peserta tes, sebaliknya penyajian soal yang sangat mudah peserta tes atau kebanyakan mendapat nilai baik.

6) Materi tes tidak representatif. Jika kita menyajikan soal tes sedikit, maka materi yang tersajikan dalam tes itu tidak akan mewakili bahan pelajaran yang telah disajikan dan dipelajari siswa, sehingga faktor keberuntungan akan berperan.

7) Pengaturan soal yang kurang tepat Penyajian soal hendaknya disusun dari yang mudah menuju soal-soal yang sukar.

8) Pola jawaban yang dapat diidentifikasi

39

Page 43: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Penempatan jawaban dalam soal tipe objektif menurut pola tertentu akan mendorong siswa untuk menebak jawaban, sehingga konsep dalam soal tidak dipikirkan lagi.

3. Reliabilitas

a. Pengertian Reliabilitas Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan

sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama walaupun oleh orang yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur yang reliabel.

b. Pendekatan Tes Tunggal Tes tunggal sering kali disebut dalam bahasa aslinya (Inggris)

adalah single test atau single trial. Analisis data untuk pendekatan tes tunggal bisa dibagi ke dalam dua macam teknik yaitu teknik belah dua (Split-Half Technique) dan Teknik Non Belah Dua (Non Split-Half Technique). 1) Teknik Belah Dua

Dalam menentukan reliabilitas suatu perangkat tes dengan menggunakan teknik belah dua, dilakukan dengan jalan membelah alat evaluasi tersebut menjadi dua bagian yang sama. Sehingga masing-masing testi memiliki dua bagian skor. Kedua macam skor itu adalah skor untuk bagian (belahan) pertama dan kelompok skor untuk belahan kedua dari perangkat alat evaluasi tadi. Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh Guilford, J.P. (1956:145) r11 < 0,20 derajat reliabilitas sangat rendah 0,20 r 11 < 0,40 derajat reliabilitas rendah ≤0,40 r 11 < 0,70 derajat reliabilitas sedang ≤0,70 r 11 < 0,90 derajat reliabilitas tinggi ≤0,90 r 11 1,00 derajat reliabilitas sangat tinggi ≤ ≤Untuk menentukan koefisien reliabilitas suatu alat evaluasi dengan teknik belah dua ada tiga macam teknik perhitungan yaitu:

40

Page 44: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

a) Formula Spearman-Brown Prinsip penggunaan formula spearmen brown adalah dengan menghitung koefisien korelasi di antara kedua belah sebagai koefisien reliabilitas sebagian (setengah) dari alat evaluasi tersebut. Untuk menghitung r½½ bisa digunakan rumus korelasi produk moment dengan angka kasar dari Karl Pearson yaitu:

r½½ = })(}{)({

))((2

22

22

12

1

221

xxNxNx

xxxxN

∑−∑∑−

∑∑−∑

dengan: n = banyak subjek x1 = kelompok data belahan pertama. X2 = kelompok data belahan kedua. Untuk menghitung koefisien reliabilitas alat evaluasi keseluruhan atau satu perangkat Spearman-Brown mengemukakan rumus:

r11 =

21

21

21

21

1

2

r

r

+

Syarat yang harus dipenuhi dalam menggunakan rumus adalah: 1) Butir soal kedua belahan harus setara, yaitu banyak butir

soal harus sama, memiliki nilai rerata yang sama, mempunyai variabilitas yang sama, dan bentuk distribusi frekuensi yang sama pula.

2) Butir di atas hanya berlaku untuk power test dan tidak diperuntukkan bagi speed testy

b) Formula Planagan

Untuk mengatasi kelemahan penggunaan formula spearman brown, planagan mengemukakan suatu formula:

r11 = ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ +− 2

22

2112st

ss

dengan: r11 = koefisien reliabilitas seluruh alat tes. S1

2 = varian belahan pertama S2

2 = varian belahan kedua

41

Page 45: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

St2 = varian skor total

c) Formula Rulon

Cara lain untuk menghitung koefisien reliabilitas dengan menggunakan teknik belah dua adalah cara yang dikemukakan oleh Rulon.

r11 = 2

2

1stsd−

dengan sd2 = varian selisih skor subjek pada kedua belahan. St2 = varian skor total.

2) Teknik Non Belah Dua Pakar yang mengemukakan teknik non belah dua ini

adalah Kuder dan Richardson. Rumusnya adalah rumus KR-21 sebagai berikut:

r11 = ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ −−⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛

− 211 )(1

1 tnSxnx

nn

dengan: n = banyak butir soal

1x = rerata skor total S = varian skor total 2

t

3) Mencari Koefisien Reliabilitas Tes bentuk uraian

Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha, rumusnya sebagai berikut:

r 11 = ⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡ ∑−⎥⎦

⎤⎢⎣⎡

− 2

2

11 t

i

SS

nn

Keterangan : r = koefisien reliabilitas n = banyak butir soal

2iS∑ = jumlah varian skor setiap Item

S = varian skor total 2t

42

Page 46: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

4. Daya Pembeda (Discriminating Power) Pengertian daya pembeda (DP) dari sebuah butir soal menyatakan

seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (atau testi yang menjawab salah). a. Menentukan Daya Pembeda

Rumus untuk menentukan daya pembeda adalah

DP = A

BA

JSJBJB −

atau DP = B

BA

JSJBJB −

dengan : JBA = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

benar atau jumlah benar untuk kelompok atas. JBB = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu

dengan benar atau jumlah benar untuk kelompok bawah. B

JSA = jumlah siswa kelompok atas JSB = jumlah siswa kelompok bawah B

b. Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda adalah sebagai berikut: DP < 0,00 sangat jelas 0,00 < DP < 0,20 jelek 0,20 < DP < 0,40 cukup 0,40 < DP < 0,70 baik 0,70 < DP < 1,00 sangat baik

5. Indeks Kesukaran (Derajat Kesukaran)

Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran. Rumus yang digunakan

IK = BA

BA

JSJSJBJB

++ atau IK =

A

BA

JSJBJB

2+ atau IK =

B

BA

JSJBJB

2+

dengan : IK = Indeks kesukaran. JBA = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

benar atau jumlah benar untuk kelompok atas. JBB = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar atau jumlah benar untuk kelompok bawah. B

JSA = jumlah siswa kelompok atas JSB = jumlah siswa kelompok bawah B

43

Page 47: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut: IK = 0,00 soal terlalu sukar 0,00 < IK < 0,30 soal sukar 0,20 < IK < 0,70 soal sedang 0,40 < IK < 1,00 soal mudah 0,70 < IK = 1,00 soal sangat mudah

6. Efektivitas Option

Kata lain dari option adalah alternatif jawaban atau kemungkinan jawaban yang harus dipilih. Dengan demikian arti kata dari kata option adalah kemungkinan jawaban yang disediakan pada butir soal (tes) tipe objektif bentuk pilihan ganda atau memasangkan untuk dipilih oleh peserta tes, sesuai dengan petunjuk yang diberikan.

Suatu option dikatakan efektif jika memenuhi fungsinya atau tujuan disajikannya option tersebut tercapai. Hal ini berarti bahwa setiap option yang disajikan masing-masing mempunyai kemungkinan yang sama untuk dipilih, jika testi menjawab soal itu dengan menerka-nerka (spekulasi). Option yang merupakan jawaban yang benar disebut option kunci (key option), sedangkan option lainnya disebut option pengecoh (distractor option)

44

Page 48: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

7. Objektivitas Mengingat tes yang satu berbeda dari tes yang lain dalam hal

tujuan dan jenisnya, maka objektivitas tes juga mempunyai tingkatan yang berbeda pula. Tingkatan-tingkatan tersebut adalah sebagai berikut: a. Objektivitas tinggi

Tes yang memiliki objektivitas tinggi adalah tes yang telah di uji coba, sehingga hasil pemeriksaan mempunyai objektivitas yang sama antara satu penilaian dengan penilaian lainnya.

b. Objektivitas sedang Ada tes yang tergolong tes baku, namun dalam pemeriksaannya terdapat hal-hal yang mendorong ke arah penilaian subjektif.

c. Objektivitas Fleksibel. Tes yang mempunyai objektivitas fleksibel adalah tes yang dimaksudkan untuk tujuan-tujuan tertentu. Misalnya tes untuk mengetahui kepribadian siswa, motivasi, minat siswa, tes psikologi.

8. Praktikabilitas

Tes yang baik harus bersifat praktis, dalam arti mudah dilaksanakan dan efisien dari segi biaya dan tenaga. Dalam penyusunan tes hendaknya biaya yang diperlukan, tidak terlampau tinggi namun masih memenuhi persyaratan sebuah tes yang baik. Sebuah tes disebut praktis bila pemeriksaannya mudah dan dapat di analisis dalam waktu relatif singkat.

SOAL-SOAL LATIHAN Diketahui data perolehan skor ulangan harian kelas VII F SMP Negeri Y Tasikmalaya.

Skor Butir Soal Nomor No Subjek 1 2 3 4 5

STS

1 S-1 16 14 18 16 23 87 2 S-2 18 14 18 18 20 88 3 S-3 20 15 20 18 25 98 4 S-4 18 12 20 18 23 91 5 S-5 14 12 16 16 18 76 6 S-6 18 14 20 18 20 90 7 S-7 20 15 20 18 25 98

45

Page 49: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Skor Butir Soal Nomor No Subjek 1 2 3 4

STS 5

8 S-8 20 15 20 18 25 98 9 S-9 20 15 20 16 25 96 10 S-10 20 15 20 20 25 100 11 S-11 14 12 16 16 20 78 12 S-12 16 14 20 18 15 83 13 S-13 14 12 18 18 15 77 14 S-14 18 15 18 18 23 92 15 S-15 18 15 20 20 23 96 16 S-16 18 15 18 20 23 94 17 S-17 20 14 20 20 25 99 18 S-18 20 15 20 20 25 100 19 S-19 20 15 20 20 23 98 20 S-20 20 15 16 18 18 87

Silakan Anda tentukan koefisien validitas, derajat koefisien reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran dari data di atas !

46

Page 50: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

BAB V PENILAIAN HASIL BELAJAR

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Mahasiswa mengenal cara menilai hasil belajar. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS 1. Mahasiswa mampu mengubah skor menjadi nilai berdasarkan PAP. 2. Mahasiswa mampu mengubah skor menjadi nilai berdasarkan PAN.

POKOK BAHASAN PENILAIAN HASIL BELAJAR

A. Lingkup Penilaian Hasil Belajar

Kurikulum dan Hasil Belajar setiap mata pelajaran memuat tiga komponen utama, yaitu kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator pencapaian hasil belajar.

Kompetensi dasar merupakan pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau sub-aspek mata pelajaran tertentu. Kompetensi menentukan apa yang harus dilakukan siswa untuk mengerti, menggunakan, meramalkan, menjelaskan, mengapresiasi atau menghargai. Kompetensi adalah gambaran umum tentang apa yang dapat dilakukan siswa. Bagaimana cara menilai seorang siswa sudah meraih kompetensi tertentu tidak langsung digambarkan di dalam pernyataan tentang kompetensi. Rincian yang lebih banyak tentang apa yang diharapkan dari siswa digambarkan dalam hasil belajar dan indikator hasil belajar.

Hasil Belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan “Apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan siswa”. Hasil belajar ini merefleksikan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas (secara bergradasi) dan digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu. Perbedaan antara kompetensi dengan hasil belajar terdapat pada batasan dan patokan-patokan kinerja siswa yang dapat diukur.

47

Page 51: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Indikator Hasil Belajar dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap siswa dalam mencapai pembelajaran dan kinerja yang diharapkan. Indikator hasil belajar merupakan uraian kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam berkomunikasi secara spesifik serta dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk menggunakan keterampilan, pengetahuan dan sikap yang sudah mereka kembangkan selama pembelajaran dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sudah ditentukan. Selama proses ini, guru dapat menilai apakah siswa telah mencapai suatu hasil belajar yang ditunjukkan dengan pencapaian beberapa indikator dari hasil belajar tersebut. Apabila hasil belajar siswa telah direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak maka siswa tersebut telah mencapai suatu kompetensi.

Penilaian harus mengacu pada ketercapaian standar nasional yang didasarkan pada hasil belajar dan indikator hasil belajar.

Penilaian yang dilakukan perlu memberikan cukup perhatian terhadap aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor) secara seimbang. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan Penilaian Berbasis Kelas adalah sebagai berikut. 1. Penilaian aspek kognitif dilakukan setelah siswa mempelajari suatu

kompetensi dasar yang harus dicapai, akhir dari semester, dan jenjang satuan pendidikan.

2. Penilaian terhadap aspek afektif yang dilakukan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar baik di dalam maupun di luar kelas.

3. Penilaian terhadap aspek psikomotor dilakukan selama berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar. Keseimbangan ketiga ranah dalam penilaian hasil belajar perlu

mendapat perhatian dalam merancang alat penilaian. Sebagai contoh perhatikan tabel matriks berikut.

Indikator Keberhasilan Pembelajaran Mata Pelajaran Aspek Kognitif Aspek Afektif Aspek

Psikomotorik Mengetahui dan memahami fakta, konsep dan algoritma sesuai kompetensi dasar yang diharapkan

Memiliki pengetahuan dan menyenangi matematika

Dapat membuat dan menggunakan alat pelajaran matematika dengan baik dan benar

Matematika

Penilaian : Tes tertulis/lisan

Penilaian : Tes skala sikap

Penilaian : Non tes, berupa observasi

48

Page 52: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Tujuan utama kegiatan penilaian adalah untuk mengetahui apakah kompetensi dasar yang seharusnya dicapai dalam serangkaian pembelajaran sudah dikuasai siswa atau belum. Oleh karena itu, untuk menentukan ketepatan aspek yang hendak diukur untuk suatu kompetensi perlu disusun prosedur penilaian yang biasanya dituangkan dalam kisi-kisi pengukuran, seperti : (a) menetapkan aspek yang hendak diukur; (b) alat penilaian, seperti tes prestasi belajar, pengumpulan dokumen; (c) menentukan teknik pengukurannya, seperti tes tertulis, lisan, perbuatan; dan (d) bentuk soal beserta pedoman penyekorannya.

Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), telah ditentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai. Oleh karena itu, prosedur penilaian yang lebih tepat untuk digunakan adalah prosedur Penilaian Acuan Patokan (Criterion Reference Assessment) dengan patokan penilaian yang secara eksplisit jelas dan tersedia.

Kompetensi, Indikator dan Kriteria Penilaian

Bukti Kinerja, dari : Pengamatan di tempat kegiatan

Kumpulan contoh hasil Portofolio Simulasi (tes kompetensi, tes keterampilan, proyek/tugas)

Bukti/informasi dari hasil belajar sebelumnya. (laporan, rancangan, hasil karya siswa, dokumen dari sumber lain)

Bukti tambahan, dari : Pertanyaan lisan Tulisan terbuka (ringkas, panjang, esai, dsb)

Tes pilihan ganda, dsb)

Diagram Alur : Prosedur Pengumpulan Bukti dan Informasi Pencapaian KD

B. Jenis-jenis Penilaian Berbasis Kelas Standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator tertentu

mungkin efektif dinilai melalui tes tertulis, tetapi kompetensi dasar dan indikator lainnya efektif dinilai dengan tes praktek. Secara umum penilaian berbasis kelas antara lain terdiri atas ulangan harian, pemberian tugas, dan ulangan umum. Berbagai jenis penilaian berbasis kelas antara lain tes tertulis, tes perbuatan, pemberian tugas, penilaian kinerja (performance asessment), penilaian proyek, penilaian hasil kerja peserta didik (product

49

Page 53: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

asessment), penilaian sikap, dan penilaian portofolio. Tentunya, guru harus yakin bahwa tidak ada satu pun jenis penilaian yang tepat untuk setiap saat. Jenis penilaian sangat bergantung kepada kompetensi dasar maupun indikator yang diuraikan dalam kurikulum. 1. Tes tertulis

Tes tertulis merupakan alat penilaian berbasis kelas yang penyajian maupun penggunaannya dalam bentuk tertulis. Peserta didik memberikan jawaban atas pertanyaan atau pernyataan maupun tanggapan atas pertanyaan atau pernyataan yang diberikan. Tes tertulis dapat diberikan pada saat ulangan harian dan ulangan umum. Bentuk tes tertulis dapat berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, isian singkat, dan uraian (esai). Tes tertulis biasanya sangat cocok untuk hampir semua kompetensi yang terdapat dalam kurikulum.

2. Tes perbuatan

Tes perbuatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung yang memungkinkan terjadinya praktek. Pengamatan dilakukan terhadap perilaku peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung.

3. Pemberian tugas

Pemberian tugas dilakukan untuk semua mata pelajaran mulai awal kelas sampai akhir kelas sesuai dengan materi pelajaran dan perkembangan peserta didik. Pelaksanaan pemberian tugas perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut. a. Banyaknya tugas satu mata pelajaran diusahakan agar tidak

memberatkan peserta didik, karena peserta didik memerlukan waktu untuk bermain, belajar mata pelajaran lain, bersosialisasi dengan teman, dan lingkungan sosial lainnya.

b. Jenis dan materi pemberian tugas harus didasarkan kepada tujuan pemberian tugas yaitu untuk melatih peserta didik menerapkan atau menggunakan hasil pembelajarannya dan memperkaya wawasan pengetahuannya. Materi tugas dipilih yang esensial sehingga peserta didik dapat mengembangkan keterampilan hidup yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, perkembangan, dan lingkungannya.

c. Diupayakan pemberian tugas dapat mengembangkan kreativitas dan rasa tanggung jawab serta kemandirian.

50

Page 54: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Selain tes tertulis, tes perbuatan, dan pemberian tugas digunakan juga penilaian proyek, penilaian produk, penilaian sikap, dan penilaian portofolio sama seperti yang diuraikan pada Bab II.

C. Acuan Penilaian

Menurut Woodworth dalam Suherman (2003 : 201) ada dua jenis pedoman yang bisa digunakan untuk menentukan nilai (mengubah skor menjadi nilai) sebagai hasil evaluasi, yaitu : 1. Dengan cara membandingkan skor yang diperoleh seorang individu

(siswa) dengan suatu standar yang sifatnya mutlak (absolut), dan 2. Dengan cara membandingkan skor yang diperoleh seorang (siswa)

dengan skor yang diperoleh siswa lainnya dalam kelompok tes tersebut. Cara pertama disebut dengan Penilaian Acuan patokan (PAP),

terjemahan dari Criterion Referenced Test (CRT) atau Criterion Referenced Evaluation (CRE). Sedangkan cara kedua disebut Penilaian Acuan Normatif (PAN), terjemahan dari Normative Referenced Test (NRT) atau Normative Referenced Evaluation (NRE).

Dari pengertian di atas, PAP orientasinya adalah tingkat penguasaan siswa terhadap seluruh materi yang diteskan, sehingga nilai yang diperoleh mencerminkan persentase tingkat penguasaannya. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pengubahan dari skor menjadi nilai digunakan sistem Penilaian Acuan Patokan (PAP). Sebagai standar yang sifatnya absolut (mutlak) tersebut adalah SMI yang sebenarnya telah ditetapkan oleh guru atau pembuat soal, berdasarkan jumlah bobot untuk setiap butir soal yang disajikan. Nilai untuk setiap individu dicari dengan membandingkan skor yang bersangkutan dengan SMI tersebut, sehingga merupakan persentase tingkat penguasaannya. Sedangkan PAN orientasinya adalah kedudukan siswa (individu) dalam kelompok, sehingga nilai yang diperoleh dengan sistem PAN ini tidak atau kurang mencerminkan tingkat penguasaan siswa terhadap seluruh materi tes yang diberikan.

Dalam sistem PAN, seorang siswa tidak dapat menjawab dengan benar seluruh butir soal yang disajikan, tetapi mendapat skor tertinggi dalam kelompoknya, ia akan memperoleh nilai tertinggi. Sebaliknya jika seorang siswa mendapat skor terendah di antara kelompoknya, meskipun cukup banyak butir soal yang dapat dijawab dengan benar, ia akan memperoleh nilai yang paling rendah. Dengan demikian PAN bisa juga disebut norma kelompok, karena kualitas seorang individu sangat dipengaruhi oleh kualitas kelompoknya. Seorang siswa dalam suatu kelompok tertentu bisa

51

Page 55: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

disebut pandai, tetapi dalam kelompok lain bisa saja menjadi tergolong siswa yang bodoh. Dengan menggunakan sistem PAN kelompok pandai bisa diuntungkan dan sebaliknya kelompok bodoh bisa dirugikan.

Dari pengertian di atas tampak bahwa sistem PAP pengolahan skornya didasarkan atas SMI, skor aktual yang diperoleh siswa dikonversikan pada SMI. Sedangkan untuk sistem PAN pengolahan skor didasarkan atas skor aktual dan tidak memperhatikan lagi SMI.

Kedua sistem penilaian tersebut di atas, masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Keunggulan pada sistem PAP antara lain adalah kualitas hasil belajar dapat terkontrol, karena nilai yang diperoleh bisa mencerminkan tingkat penguasaan siswa, tetapi kondisi siswa peserta tes tidak diperhatikan baik secara individu maupun kelompok. Di samping itu, sistem PAP kurang memperhatikan bahwa pada hakikatnya setiap penilaian itu bersifat relatif. Artinya acuan mutlak bagi penilai (guru) yang satu dengan yang lainnya pada umumnya tidak sama, begitu pula jika ditinjau dari butir soalnya. Misalnya, dengan menggunakan sistem PAP, dua orang siswa mendapat nilai 10 (tertinggi) pada mata pelajaran yang sama. Nilai tersebut belum tentu penguasaan kedua siswa tersebut sama, jika gurunya berlainan atau materi tesnya berlainan.

Keunggulan pada sistem PAN adalah kedudukan relatif siswa dalam kelompoknya dapat diketahui, sesuai dengan sifat dari nilai tersebut yang tidak mutlak (relatif). Tetapi dengan sistem PAN ini tingkat penguasaan siswa terhadap materi tes tidak dapat diketahui, sehingga kualitas hasil belajar siswa tidak dapat terkontrol.

Untuk mengatasi kedua kekurangan pada sistem penilaian tersebut,

sekaligus keunggulan saling mendukung, digunakan sistem penilaian yang merupakan kombinasi dari sistem PAP dan sistem PAN. Untuk penggunaan sistem kombinasi ini, ada dua cara yang bisa ditempuh, yaitu dengan menentukan : 1. rerata x dan s dari hasil perhitungan sistem PAP dan sistem PAN, dan 2. batas lulus (pasing grade) untuk menjaga kualitas kelulusan

(penguasaan), kemudian dilakukan perhitungan dengan sistem PAN. Dengan menggunakan sistem PAP, maka nilai rerata x bisa diambil

sebagai setengah SMI dan nilai simpangan baku s sama dengan sepertiga dari rerata, atau

x = 21 SMI

s = 31 x

52

Page 56: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Jika digunakan sistem PAN, nilai x dan s dicari dari skor aktual dengan menggunakan rumus statistika atau kalkulator.

1. Skala Sepuluh

Pembagian interval untuk skala 10, bisa dilakukan dengan cara selang pada kurva normal dibagi menjadi 10 selang bagian yang sama jaraknya, yaitu 0,6s. Cara lain yang lebih mudah dan banyak dipakai adalah dengan menggunakan selang konversi untuk skala 11, dengan membuang satu selang paling kiri (pada kurva normal) atau paling bawah pada tabel konversi, sehingga selang untuk nilai 1 menjadi lebih panjang. Tabel konversi untuk skala 10 tersebut adalah seperti di bawah ini. x + 2,25 s < 10 x + 1,75 s < 9 < x + 2,25 s x + 1,25 s < 8 < x + 1,75 s x + 0,75 s < 7 < x + 1,25 s x + 0,25 s < 6 < x + 0,75 s x – 0,25 s < 5 < x + 0,25 s x – 0,75 s < 4 < x – 0,25 s x – 1,25 s < 3 < x – 0,75 s x – 1,75 s < 2 < x – 1,25 s < 1 < x – 1,75 s

2. Skala Lima Gambar pembagian interval untuk skala lima itu adalah seperti

tampak pada gambar di bawah ini.

E

D

C

A

B

sx2

1− x sx

2

11− sx

2

1+ sx

2

11+

53

Page 57: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Tabel konversi untuk skala lima adalah : x + 1,5 s < A x + 0,5 s < B < x + 1,5 s x – 0,5 s < C < x + 0,5 s x – 1,5 s < D < x – 0,5 s E < x – 1,5 s Dengan menggunakan persentase tingkat penguasaan terhadap materi

tes, kriteria nilai biasanya tergantung pada guru atau penilai berdasarkan pertimbangan logik, dengan melihat jenis dan kesukaran materi tes yang disajikan serta hubungan dengan yang lainnya. Misalkan, jika materi tes itu sangat strategis (esensial) dalam menunjang atau menjadi dasar materi lain, kategori skala lima yang digunakan bisa berbeda untuk materi tes yang sifatnya kurang strategis.

Misalkan seorang guru menentukan batas lulus dalam suatu tes, jika siswa telah menguasai 40% atau lebih dari materi yang harus dikuasainya. Dengan menganggap bahwa nilai D adalah lulus, meskipun kurang memadai, tabel konversinya bisa digunakan seperti berikut ini.

90 % < A < 100 %, istimewa, sangat baik; 75 % < B < 90 %, baik; 55 % < C < 75 %, sedang, cukup; 40 % < D < 55 %, kurang; 00 % < E < 40 %, jelek, buruk, tidak lulus. Dalam menilai hasil belajar, guru hendaknya mengajukan 5 pertanyaan

sebagai berikut : 1. Mungkin penilaian ini memberi keuntungan pada siswa secara

langsung maupun tidak langsung ? 2. Apakah metode dan prosedur penilaian yang dibuat cukup valid untuk

hal-hal yang telah dipelajari siswa ? 3. Dapatkah hasil penilaian diberi skor secara adil dan menyeluruh ? 4. Dapatkah hasil penilaian menggambarkan informasi hasil belajar siswa

secara wajar ? 5. Adakah aspek penting dari pembelajaran yang dicakup dari penilaian ?

Pelaksanaan penilaian selama ini cenderung kurang mencerminkan

kelima hal itu. Atas dasar itu, penekanan penilaian pada peringkat dengan mengklasifikasikan siswa dipandang sebagai hal yang tidak diinginkan, karena gagal mengenali dan memperkuat pencapaian siswa yang kurang mampu (lemah). Peringkat dan klasifikasi anak yang didasarkan pada tes

54

Page 58: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

yang mengacu pada norma (norm-ref-test) mendorong kompetisi daripada membangun semangat kerja sama. Lagi pula tidak menolong sejumlah besar anak yang mengalami kegagalan.

Untuk mengetahui sejauh mana kompetensi-kompetensi telah dicapai oleh siswa, selain menggunakan bentuk penilaian pensil dan kertas (pencil and paper test), juga digunakan penilaian unjuk kerja siswa (performance); guru dapat menilai hasil kerja anak , dengan cara memberikan tugas/proyek atau menganalisis semua hasil kerja mereka dalam bentuk portofolio. Penilaian jangan hanya menitikberatkan pada aspek kognitif saja tetapi juga harus meliputi aspek tujuan pendidikan lain terutama aspek non kognitif seperti pengembangan pribadi, kreativitas, dan keterampilan interpersonal. Dengan demikian akan diperoleh gambaran utuh tentang keunggulan dan atau kelemahan siswa.

Pada kenyataannya tidak ada satu pun metode dan teknik penilaian yang dapat mengumpulkan informasi prestasi dan kemajuan belajar siswa secara lengkap. Pengukuran tunggal tidak cukup untuk memberikan gambaran atau informasi tentang kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan sikap seorang siswa. Hasil tes juga tidak mutlak dan tidak abadi karena siswa terus berkembang sesuai dengan pengalaman belajar yang dialaminya.

Perlu dilaksanakan teknik penilaian yang menghargai keterampilan atau kemampuan lain yang dimiliki siswa. Penetapan salah satu teknik (misalnya hanya obyektif tes) akan menghambat pencapaian tujuan-tujuan kurikulum secara utuh. Teknik penilaian seperti itu sering kurang memberikan informasi atau catatan yang cukup tentang umpan balik (feed back) untuk mendiagnosis atau memodifikasi pengalaman belajar. Guru hendaknya mengembangkan teknik penilaian yang berbeda untuk mengukur jenis-jenis kompetensi yang beragam dari setiap tingkat pencapaian. Hasil penilaian dapat menghasilkan rujukan terhadap pencapaian siswa dalam aspek kognitif, sikap dan keterampilan, sehingga menghasilkan profil siswa secara utuh.

Dengan demikian, Penilaian Berbasis Kelas untuk Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) hendaknya mencirikan hal-hal sebagai berikut ini. 1. Menggeser tujuan penilaian dari keperluan untuk klasifikasi siswa

(diskriminasi) ke pelayanan individual siswa dalam mengembangkan kemampuannya (diferensial).

2. Menggunakan penilaian yang berpatokan pada acuan (penilaian acuan patokan) daripada norma (penilaian acuan normai)

55

Page 59: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

3. Menjamin pencapaian tujuan-tujuan pendidikan yang tercantum dalam kurikulum karena kompetensi dasar yang dirumuskan dalam kurikulum menjadi acuan utama.

4. Menggunakan keseimbangan teknik dan alat penilaian termasuk tes tertulis (kertas dan pensil), tes perbuatan dan berbagai cara lain untuk menjamin validitas penilaian, sehingga prinsip keadilan lebih terjamin karena kemampuan siswa lebih rinci terpapar dan tergambarkan.

5. Memberikan informasi yang lebih lengkap dan mudah dipahami dengan profil kompetensi siswa sebagai hasil belajar bermanfaat bagi siswa, orang tua, guru lain dan pengguna lulusan, sehingga dapat menjamin prinsip akuntabilitas publik.

6. Memanfaatkan berbagai cara dan prosedur penilaian dengan menerapkan berbagai pendekatan dan metode belajar termasuk pendekatan aktif, yang dapat mengoptimalkan pengembangan kepribadian, kemampuan bernalar, dan bertindak. Pengumpulan informasi tentang kemajuan dan prestasi belajar siswa

dapat dilakukan dalam suasana resmi maupun tidak resmi, dengan tes kemampuan non tes.

D. Pengambilan Keputusan Hasil Belajar

Ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan dalam mencacat atau merekam dan menentukan hasil belajar siswa yaitu (1) kriteria untuk menilai hasil belajar; (2) pilihan untuk mengambil keputusan terhadap hasil belajar siswa; dan (3) jenis-jenis hasil pengambilan keputusan.

1. Kriteria untuk menilai hasil belajar

Kriteria diperlukan untuk menentukan pencapaian Indikator Hasil Belajar yang sedang diukur. Dalam pengembangan kriteria untuk menentukan kualitas respon siswa, perlu menggunakan sejumlah pertimbangan penting. Kriteria harus meluas tetapi tidak memakan waktu sehingga sulit

dilaksanakan. Dapat dipahami dengan jelas oleh siswa, orang tua, dan guru. Mencerminkan keadilan tidak merefleksikan variabel yang bias latar

belakang budaya, sosial-ekonomi, ras, dan gender.

2. Pengambilan keputusan terhadap hasil belajar Keputusan penilaian terhadap suatu hasil belajar bermanfaat untuk

membantu siswa merefleksikan apa yang mereka ketahui, bagaimana mereka belajar, dan mendorong tanggung jawab dalam belajar.

56

Page 60: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Keputusan penilaian dapat dibuat oleh guru, sesama siswa (peer) atau oleh dirinya sendiri (self assessement). Pengambilan keputusan perlu menggunakan pertimbangan yang berbeda-beda dan membandingkan hasil penilaian. Pengambilan keputusan harus dapat membimbing pada perbaikan pencapaian hasil belajar siswa.

3. Jenis-jenis hasil pengambilan keputusan.

Keputusan tentang suatu penilaian dibuat dengan skala rating untuk keseluruhan indikator pencapaian dan tergambarkan dalam sebuah skor tunggal yang dirujuk sebagai pertimbangan final. Pertimbangan dibuat dengan skala rating yang mengalokasi skor ke aspek yang berbeda pada pencapaian yang dirujuk sebagai pertimbangan analitis atau diagnostik yang tergantung pada cara mengelompokkan aspek hasil belajar dan tujuan penilaian.

Tes yang digunakan dalam penilaian beracuan kriteria adakalanya dirancang untuk menghasilkan satu angka untuk tiap sasaran dan tidak hanya satu angka untuk setiap satu pencapaian tujuan. Misalnya setiap kompetensi dasar mungkin mempunyai 4 gugus indikator pencapaian, misalnya tiap indikator diukur dengan 5 soal.

E. Penyajian Hasil Penilaian Ada empat bentuk penilaian yang dapat dipergunakan guru untuk

menilai prestasi belajar siswa. Keempat bentuk penilaian itu adalah sebagai berikut. 1. Penilaian dengan menggunakan angka artinya hasil yang diperoleh

siswa disajikan dalam bentuk angka, rentangan yang digunakan misalnya 1 s.d 10 (skala 10) atau 1 s.d 100 (skala 100).

2. Penilaian dengan menggunakan kategori artinya hasil yang diperoleh siswa disajikan dalam bentuk kategori, misalnya : baik, cukup, kurang, sudah memahami, cukup memahami, belum memahami.

3. Penilaian dengan menggunakan uraian atau narasi. Artinya hasil yang diperoleh siswa dinyatakan dengan uraian atau penjelasan misalnya: siswa perlu bimbingan, keaktifan kurang, perlu pendalaman materi tertentu, atau siswa dapat membaca dengan lancar.

4. Penilaian dengan menggunakan kombinasi. Artinya hasil yang diperoleh siswa disajikan dalam bentuk kombinasi angka, kategori, dan uraian atau narasi.

57

Page 61: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

SOAL-SOAL LATIHAN Ubahlah Skor di bawah ini ke dalam skala 5 menggunakan PAN dan ke dalam skala 10 menggunakan PAP. 7,82 7,15 7,73 8,65 7,44 9,74 7,37 6,90 7,30 9,26 7,82 7,15 7,99 7,14 7,71 7,15 7,00 6,70 7,99 7,14 7,37 9,74 9,74 7,86 7,73 3,70 6,60 8,65 9,74 7,15 7,99 7,73 7,73 7,71 6,90 7,10 7,00 9,26 7,86 7,71 8,65 7,14 7,82 7,10

58

Page 62: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006a). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: BSNP.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006b). Standar Isi. Jakarta: BSNP. Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006c). Standar Kompetensi &

Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika untuk SMA/MA. Jakarta: BSNP.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006d). Standar Kompetensi Lulusan

(SKL). Jakarta: BSNP. Depdiknas. (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran

Matematika untuk Kelas I-VI. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

Depdiknas. (2002). Pedoman Khusus Model 3. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat pendidikan Menengah Umum.

Depdiknas. (2004a). Program dan Strategi Pelaksanaan Kurikulum 2004.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat pendidikan Menengah Umum.

Depdiknas. (2004b). Laporan Hasil Belajar Siswa Kurikulum 2004. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat pendidikan Menengah Umum.

Depdiknas. (2004c). Pedoman Penyusunan Lembar Kerja Siswa. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat pendidikan Menengah Umum.

Depdiknas. (2004d). Pengembangan Silabus dan Implementasi Pembelajaran

Kurikulum 2004. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat pendidikan Menengah Umum.

59

Page 63: Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika 02.pdf

Depdiknas. (2004e). Kurikulum 2004 Standar kompetensi Kelas Tiga. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2004f). Pengembangan Sistem Penilaian Kurikulum 2004.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat pendidikan Menengah Umum.

Depdiknas. (2004g). Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian

Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Depdiknas.

Gronlund, N.E. (1976). Measurement and Evaluation in Teaching. New York:

mac Millan Publishing Co.Inc. Guilford, J.P., (1956). Fundamental Statistics in Psychology and Education.

New York: Mc Graw Hill Book Co. Inc. Ruseffendi, E. T. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa

Khususnya dalam Pengajaran Matematika. Bandung: Tidak diterbitkan. Sudijono, Anas. (1998). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada. Suherman, Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung:

JICA. Surapranata, S dan Hatta, M. (2004). Penilaian Portofolio Implementasi

Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: JICA. Wand, Edwind dan Gerald W. Brown. (1957). Essentials of Educational

Evaluation. New York: Holt Rinehart and Winston

60