105
1 MODUL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) PENDALAMAN MATERI BIDANG STUDI FISIKA Oleh : Dwi Teguh Rahardjo, S.Si, M.Si Drs. Supurwoko, M.Si PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 113 UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Modul Fisika Sma (Pendalaman Materi)

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    MODUL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU

    (PLPG)

    PENDALAMAN MATERI BIDANG STUDI

    FISIKA

    Oleh :

    Dwi Teguh Rahardjo, S.Si, M.Si Drs. Supurwoko, M.Si

    PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 113 UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA 2013

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT., atas Rahmat dan Kurnia

    yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penyusunan modul ini dapat

    terlaksana dengan baik. Penulisan modul ini dapat terlaksana dengan baik berkat

    kerja keras penulis dan partisipasi dari berbagai pihak. Berkenaan dengan itu,

    penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang sekaligus selaku Ketua

    Panitia Sertifikasi Guru Rayon 113 yang telah mempercayakan penulisan

    materi ini.

    2. Dekan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang sekaligus selaku

    Wakil Ketua Panitia Sertifikasi Guru Rayon 113 yang telah

    mempercayakan penulisan materi ini.

    3. Rekan-rekan Panitia Sertifikasi Guru atas kebersamaannya sehingga

    dalam waktu singkat mampu menyiapkan berbagai hal berkenaan dengan

    penyiapan PLPG, khususnya penulisan modul.

    4. Semua pihak yang telah memberikan berbagai jenis bantuan

    Semoga segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan menjadi

    amal baik dan dilimpahi Rahmat oleh Allah SWT. Akhirnya, semoga modul ini

    dapat memberikan manfaat pada kita, khususnya bagi peserta Pendidikan dan

    Latihan Profesi Guru dalam meningkatkan kompetensinya.

  • iii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL i

    KATA PENGANTAR ii

    DAFTAR ISI iii

    BAB I. PENDAHULUAN 1

    BAB II. GERAK 2

    BAB III. DINAMIKA GERAK 13

    BAB IV. KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD ZAT 28

    BAB V. LISTRIK STATIS 34

    BAB VI. LISTRIK DINAMIS 50

    BAB VII. FISIKA MODERN ............ 61

    DAFTAR PUSTAKA 101

  • iv

    1. Bacalah terlebih dahulu kompetensi dan tujuan yang tertulis di

    setiap awal setiap bab.

    2. Pelajarilah materi pelatihan dengan seksama, bila perlu bacalah

    buku rujukan sampai anda benar-benar memahami.

    3. Lakukan kegiatan yang disarankan di setiap pokok bahasan,

    analisislah setiap kejadian dan simpulkan temuan anda.

    4. Kerjakan pertanyaan-pertanyaan dan tugas-tugas yang terletak

    di dalam setiap akhir kegiatan atau pokok bahasan.

    5. Bila menjumpai kesulitan, diskusikan dengan teman dan atau

    instruktur pada saat pelatihan atau tatap muka.

    6. Bila tidak mendapatkan kesulitan, anda dapat mempelajari

    materi pelatihan baru, rangkuman dan buku acuan dari bab-bab

    berikutnya.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memerlukan kemampuan

    untuk mengelola dan memanfaatkannya, dan kemampuan ini membutuhkan

    pemikiran yang cerdas, sistematis, dan kritis yang kesemuannya membutuhkan

    kesiapan dari para pengelola atau praktisi pendidikan untuk menyambutnya.

    Fisika merupakan pelajaran yang mempersiapkan anak didik untuk dapat

    mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, atau bahkan Fisika

    merupakan bagian dari perkembangan itu sendiri. Sementara di lain pihak tidak

    sedikit siswa bahkan orang tua yang menganggap Fisika itu pelajaran momok

    yang susah dipelajari. Oleh karena itu para guru dan praktisi pendidikan harus

    mencari jalan keluar agar Fisika dapat disajikan dengan mudah dan menarik,

    sehingga peserta didik dengan senang belajar Fisika. Ruang lingkup materi pada

    standar kompetensi Fisika di SMA memang luas dan padat, maka pada modul ini

    hanya disajikan 6 pokok bahasan yang dianggap sulit di sekolah, yaitu konsep

    tentang mekanika, suhu dan kalor, konsep tentang muatan dan listrik statis, listrik

    dinamis dan fisika modern.

    A. Tujuan Pelatihan

    Peserta Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) untuk bidang studi

    FIisika diharapkan dapat:

    1. Menjelaskan konsep dasar tentang mekanika, suhu dan kalor 2. Menjelaskan sifat-sifat muatan dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. 3. Menjelaskan konsep arus listrik dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. 4. Menjelaskan konsep dasar tentang fisika modern

    B. Manfaat Pelatihan

    Manfaat umum Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) untuk bidang

    studi Fisika adalah memberikan bekal kepada peserta PLPG tentang materi dasar

    Fisika dan permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran

    serta beberapa alternatif penyelesainnya. Sedangkan manfaat khusus dari kegiatan

    PLPG bidang studi Fisika yaitu peserta PLPG mempunyai ketrampilan :

    1. Menjelaskan konsep dasar tentang mekanika, suhu dan kalor. 2. Menjelaskan sifat-sifat muatan dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. 3. Menjelaskan konsep-konsep konsep arus listrik dan manfaatnya dalam

    kehidupan sehari-hari.

    4. Menjelaskan konsep dasar tentang fiika modern

    C. Strategi Pelatihan

    Pelatihan disajikan dengan strategi mendiskusikan beberapa permasalahan

    yang sering muncul dalam proses pembelajaran Fisika, khususnya pada pokok

    materi gerak, dinamika gerak, suhu dan kalor, listrik statis, dan listrik dinamis,

    serta fisika modern dipadu dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat

    eksperimentasi, untuk memantapkan konsep yang sedang dipelajari. Selanjutnya

    peserta diharapkan dapat mempraktekkan proses pembelajaran (peer teaching).

    D. Hasil yang Diharapkan

    Dengan berakhirnya PLPG bidang studi Fisika, peserta pelatihan diharapkan

    dapat meningkat kompetensi profesionalnya dalam membelajarkan Fisika kepada

    peserta didiknya.

  • 2

    BAB II

    GERAK

    STANDAR KOPETENSI :

    memahami konsep gerak beserta kaitan antara besaran besaran fisis yang terlibat dalam melukiskan gerak benda.

    KOMPETENSI DASAR :

    Menjelaskan konsep gerak dalam 1 dimensi dan 2 dimensi.

    INDIKATOR :

    1. Menjelaskan perbedaan antara kecepatan dan kelajuan dengan benar.

    2. Menjelaskan gerak lurus beraturan dengan benar.

    3. Menjelaskan gerak lurus berubah beraturan dengan benar.

    4. Menganalisa gerak parabola dengan benar.

    5. Menganalisa gerak melingkar dengan benar.

    Fenomena gerak bukanlah suatu yang asing bagi kita. Kita sendiri hampir

    setiap saat melakukan gerakan, baik gerakan - gerakan yang yang kita sadari

    maupun yang bersifat reflek. Meskipun demikian jika ditanyakan apakah yang

    dimaksud dengan gerak? Tentunya kita akan berfikir hati hati untuk

    mendefinisikan. Jika kita mengatakan bahwa suatu benda dikatakan bergerak

    apabila benda tersebut mengalami perubahan kedudukan, ini juga akan

    menimbulkan permasalahan. Apakah seseorang yang duduk dikursi yang sama

    selama mengikuti kuliah dapat dikatakan diam ?, apakah orang yang tidur di

    dalam kereta api yang sedang berjalan dikatakan bergerak ?. ini merupakan

    pertanyaan yang tidak sederhana, karena memerlukan pertimbangan

    pertimbangan untuk menjawabnya. Sebenarnya selain mengalami perubahan

    kedudukan, suatu benda dikatakan bergerak atau tidak itu juga ditentukan oleh

    pengamatnya. Bagi pengamat dikereta api yang sedang bergerak, orang yang tidur

    disampingnya dikatakan tidak bergerak, tapi bagi pengamat di luar kereta api

    orang tersebut dikatakan bergerak. Oleh karena itu dapatlah didefinisikan bahwa

    suatu benda dikatakan bergerak apabila benda tersebut mengalami perubahan

    kedudukan terhadap variabel waktu diukur relatif terhadap pengamatnya.

    Gerakan benda sediri kalau diamati bentuk lintasannya bermacam-

    macam, ada yang lurus, ada yang melingkar, ada yang parabola dan lain-lain. Hal

    ini digunakan untuk mengelompokan jenis jenis gerak. Gerak yang lintasannya

  • 3

    lurus disebut gerak lurus, gerak yang lintasannya lingkaran disebut gerak

    melingkar, dan gerak yang lintasannya parabola disebut gerak parabola. Ketiga

    jenis gerak tersebut akan kita bahas pada bab ini.

    LAJU DAN KECEPATAN

    Dalam pergaulan sehari hari jarang sekali kita mendengar kata laju

    digunakan untuk menggambarkan gerakan suatu benda. Seringkali kita

    mengatakan kecepatan motor saya bisa mencapai sekian puluh kilometer per jam

    untuk melukiskan seberapa cepat kita mengendarai motor. Istilah kecepatan yang

    digunakan disini sebenarnya kurang tepat, karena kecepatan merupakan besaran

    vektor sehingga harus disertakan arahnya dalam menyebutnya. Jika kita tidak

    tertarik untuk menyebutkan arahnya lebih tepat kalau kita menggunakan kata

    laju atau besar kecepatan.

    Dalam fisika kata laju dihubungkan dengan jarak tempuh yang merupakan

    besaran skalar, sedangkan kecepatan dihubungkan dengan perpindahan yang

    merupakan besaran verktor. Untuk memahami konsep ini marilah kita

    memperhatikan gambar 1.

    Gambar 1 : Grafik yang melukiskan lintasan yang dilalui seseorang

    dalam perjalanan dari A ke C.

    Gambar 1, melukiskan lintasan yang dilalui seseorang ketika melakukan

    perjalanan dari kota A ke kota C. Jarak total yang ditempuh orang tersebut adalah

    = jarak AB + jarak BC yaitu 400 km + 500 km = 900 km, sedangkan besar

    perpindahan (perubahan kedudukan atau perubahan posisi) orang tersebut relatif

    terhadap kedudukan semula hanya sepanjang jarak AC yaitu 300 km dan tidak

    tergantung pada lintasan yang dilaluinya. Jika waktu yang digunakan orang

    y ( . 102 km )

    x ( . 102 km )

    O

    A B

    C

    1

    1

    5

    4

  • 4

    tersebut untuk menempuh seluruh perjalanannya adalah 15 jam maka kelajuan

    rata rata orang tersebut adalah 900 km /15 jam = 60 km/jam, sedangkan

    kecepatannya mempunyai besar (kecepatan) rata rata adalah 300 km / 15 jam =

    20 km/jam dengan arah sejajar sumbu Y positip.

    Secara matematis kelajuan rata-rata dituliskan sebagai

    Kelajuan rata-rata =tempuhwaktu

    tempuhjarak ................................................... (1.1)

    Sedangkan kecepatan rata-rata dituliskan sebagai

    Kecepatan rata-rata =tempuhwaktu

    nperpindaha .............................................. (1.2)

    Jika kedudukan awal orang tersebut adalah Ar

    dan kedudukan akhirnya

    Cr

    maka kecepatan rata-ratanya menjadi

    Kecepatan rata-rata =tempuhwaktu

    rr AC

    .................................................

    (1.3)

    Jika Kecepatan rata-rata diberi simbol rataratav

    , AC rr

    diberi simbol r

    dan

    waktu tempuh diberi simbul , t maka rumus (1.3) dapat dituliskan sebagai

    t

    rv ratarata

    ........................................................................... (1.4)

    Jadi jelaslah disini bahwa ada perbedaan yang mendasar antara kelajuan

    dan kecepatan. Akan tetapi dalam pembicaraan sehari-hari yang kita maksud

    sebagai kelajuan atau kecepatan seringkali bukanlah kelajuan rata-rata dan

    kecepatan rata-rata, melainkan kelajuan dan kecepatan saat tertentu yang dalam

    fisika disebut dengan kelajuan sesaat dan kecepatan sesaat.

    Kelajuan sesaat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh suatu obyek

    tiap satuan waktu pada saat tertentu apabila pengukuran dilakukan selama periode

    waktu t 0. Sedangkan kecepatan sesaat didefinisikan sebagai perpindahan

    kedudukan suatu obyek tiap satuan waktu pada saat tertentu apabila pengukuran

    dilakukan selama periode waktu t 0. Dalam buku ini kelajuan sesaat atau

    kecepatan sesaat selanjutnya akan sering disebut sebagai kelajuan atau kecepatan.

    Andaikata seseorang menempuh perjalanan dengan lintasan seperti yang

    ditunjukkan oleh gambar 2, dari waktu ke waktu arah perpindahan orang tersebut

    diukur dari titik A selalu mengalami perubahan arah. Perubahan arah tersebut

  • 5

    semakin tidak berarti jika periode waktu pengukuran semakin kecil atau

    kedudukan akhirnya berada disekitar titik A. Pada 0r

    arah perpindahannya

    sejajar dengan arah garis singgung di titik A tersebut. Pada keadaan ini besar

    kecepatannya akan sama dengan kelajuannya.

    Dengan demikian

    t

    rv

    tsesaat

    lim0

    ........................................................................... (1.5)

    dapat dituliskan sebagai

    dt

    rdvvsesaat

    ........................................................................... (1.6)

    dan besarnya dituliskan sebagai

    dt

    rdv

    ........................................................................... (1.7)

    yang juga merupakan kelajuan (sesaat) orang tersebut.

    Gambar 2 : Grafik yang melukiskan perubahan posisi seseorang

    yang bergerak dengan lintasan kontinu.

    GERAK LURUS

    Seperti telah disinggung sebelumnya, gerak lurus merupakan gerak yang

    mempunyai lintasan berupa garis lurus. Gerak ini juga dapat diperlakukan sebagai

    gerak dalam 1 dimensi karena lintasannya dapat dilukiskan dalam salah satu

    variable ruang pada koordinat kartesius. Dalam buku ini sebagian besar akan

    menggunakan simbol x untuk melukiskan jarak maupun perpindahan benda dalam

    1 dimensi. Selain itu gerak lurus yang akan dibahas pada buku ini adalah gerak

    lurus dengan kecepatan tetap yang biasa disebut gerak lurus beraturan (GLB) dan

    gerak lurus dengan percepatan tetap yang biasa disebut gerak lurus berubah

    beraturan (GLBB).

    y

    x

    A

    r

    r

    t0

    t1 t2 t3

  • 6

    GERAK LURUS DENGAN KECEPATAN TETAP

    Seperti namanya, gerak lurus dengan kecepatan tetap merupakan gerak

    disamping mempunyai lintasan berupa garis lurus juga mempunyai besar

    kecepatan tetap. Karena tankonsv

    maka jika seseorang menempuh perjalanan

    selama waktu t, maka jarak yang ditempuh orang tersebut dituliskan sebagai

    x = v . t .......................................................................... (1.8)

    dengan v adalah besar kecepan orang tersebut.

    GERAK LURUS DENGAN PERCEPATAN TETAP

    Selain kecepatan, variabel lain yang berhubungan dengan gerak adalah

    percepatan. Pada gerak lurus dengan kecepatan tetap variabel ini tidak muncul

    karena nilainya nol, namun pada gerak lurus dengan percepatan tetap variabel ini

    memegang peranan yang penting terutama untuk meramalkan jarak yang akan

    ditempuh benda dan kecepatan benda dari waktu ke waktu.

    Seperti halnya kecepatan, percepatan juga dapat dibedakan menjadi percepatan

    rata-rata dan percepatan sesaat. Percepatan rata-rata didefinisikan sebagai

    perubahan kecepatan tiap satuan waktu selama perjalanan dan secara matematis

    dituliskan sebagai

    t

    va ratarata

    .......................................................................... (1.9)

    Sedangkan percepatan sesaat adalah perubahan kecepatan pada saat tiap

    satuaan waktu pada saat tertentu apabila pengukuran dilakukan selama periode

    waktu t 0., dan secara matematis dituliskan sebagai

    t

    va

    t

    0lim

    dt

    vda

    ......................................................................... (1.10)

    Pada gerak lurus ini selain lintasannya berupa garis lurus, besar

    kecepatannya juga berubah dari waktu ke waktu secara beraturan atau perubahan

    kecepatannya tiap satuan waktu tetap.

    Hal ini berarti

    adt

    vd = tetap . (1.11)

    Rumus (1.11) dapat dituliskan sebagai

  • 7

    dtavd

    Selanjutnya jika keadaan awal benda yang bergerak tersebut ditandai

    dengan waktu awal t0 dan kecepatan awal v0, sedangkan keadaan akhir benda

    ditandai dengan waktu akhir t1 dan kecepatan akhir v1 maka persamaan (1.11)

    dapat dituliskan sebagai

    1

    0

    1

    0

    t

    t

    v

    v

    dtavd

    . (1.12)

    Karena percepatannya tetap maka integrasi pada persamaan (1.12) menghasilkan

    )t(tavv 0101

    . (1.13)

    Grafik hubungan antara v dan t untuk GLBB dapat dilukiskan seperti pada

    gambar 3. Pada grafik tersebut besar kemiringan grafik menunjukkan besar

    percepatannya yaitu a. Pada persamaan (1.13), karena 01 tt adalah waktu yang

    diperlukan untuk menempuh perjalanan dari kedudukan awal ke kedudukan akhir,

    maka variabelnya dapat diganti dengan variabel waktu tempuh t. Dengan

    demikian persamaan (1.13) menjadi

    tavv

    01

    atau tavv

    01 . (1.14)

    Gambar 3 : Grafik hubungan antara kecepatan dan waktu pada

    gerak lurus dengan percepatan tetap (GLBB)

    Simbol kecepatan akhir 1v

    biasanya diganti dengan v

    , oleh karena itu

    persamaan (1.14) dapat dituliskan

    tavv

    0 ......................................................................... (1.15)

    Karena v

    disini adalah kecepatan sesaat, maka persamaan (15) dapat

    dituliskan sebagai

    t

    v

    v0

    t0 t1

    v1

  • 8

    tavdt

    rd

    0 ......................................................................... (1.16)

    dttavrd

    0 ......................................................................... (1.17)

    Pada gerak lurus vektor r

    dapat diganti dengan salah satu variabel ruang

    dalam koordinat kartesius, dan pada buku ini variabel yang digunakan adalah x.

    Sehingga persamaan (1.17) dapat dituliskan sebagai

    dttavdx 0 ......................................................................... (1.18)

    Pada rumus (1.18) semua simbol vektor diganti dengan simbol skalar

    karena lintasannya dapat dibuat pada 1 variabel ruang saja. Lalu dengan

    mengintegrasikan dari x0 (sebagai kedudukan awal saat t = 0) sampai x1 (sebagai

    kedudukan akhir saat t > 0 )

    tr

    r

    dttavdx0

    0

    1

    0

    diperoleh 22

    1001 tatvxx ................................................. (1.19)

    Karena 01 xx merupakan jarak tempuh benda , maka dapat diganti dengan

    simbol x, sehingga persamaan (1.19) dapat dituliskan sebagai

    2

    2

    10 tatvx ......................................................................... (1.20)

    Adapun hubungan antara jarak tempuh benda dengan kecepatannya dapat

    dicari sebagai berikut :

    Dari rumus (1.10)

    adt

    vd

    lalu kedua sisi persamaan dikalikan (perkalian dot) dengan sd

    menghasilkan

    xdaxddt

    vd

    xdadt

    xdvd

    xdavvd

    . (1.21)

    Perkalian dot 2 buah vektor pada persamaan (1.21) menghasilkan

    perkalian scalar karena arah vd

    sama dengan arah a

    dan arah v

    sama dengan

    arah xd

    sehingga dapat dituliskan sebagai

    dxadvv . (1.22)

  • 9

    lalu dengan mengintegrasikannya pada batas sesuai dengan kedudukan awal

    1

    0

    1

    0

    x

    x

    v

    v

    dxadvv

    diperoleh

    1

    0

    1

    0

    2

    2

    1 x

    x

    v

    vxav

    01202121 xxavv

    a

    vvxx

    2

    0

    2

    1

    2

    101

    . (1.23)

    jika diinginkan rumus kecepatan sebagai fungsi posisi maka rumus (1.23)

    dituliskan sebagai

    012

    01 2 xxavv . (1.24)

    atau xavv 22

    0 . (1.25)

    Keterangan :

    v0 = kecepatan akhir v = v1 = kecepatan akhir

    x0 = kedudukan awal x1 = kedudukan akhir

    a = percepatan x = jarak tempuh.

    GERAK PARABOLA

    Seperti sudah disinggung sebelumnya, gerak parabola adalah gerak dengan

    litasan berupa parabola. Salah satu contoh dari gerak ini adalah gerak peluru yang

    ditembakkan ke udara, asal saja gaya gesek antara peluru dengan angin dapat

    diabaikan. Meskipun gerakan ini berada dalam ruang 3 dimensi namun dapat

    diberlakukan sebagai gerakan dalam bidang 2 dimensi.

    Sekarang marilah kita tinjau gambar 4.

    Gambar 4 : Grafik yang melukiskan lintasan bola yang ditendang dengan

    kecepatan awal v0 membentuk sudut terhadap garis horisontalnya.

    y

    x

    v0 v0 sin

    v0 cos

    ymaks

    xmaks

  • 10

    Pada gambar 4, dapat diamati bahwa gerak parabola terdiri dari 2

    komponen gerak yaitu gerak vertical (sejajar sumbu y) dan gerak horisontal

    (sejajar sumbu x). Gerak vertikal mempunyai kecepatan awal v0 cos dan kearah

    vertikal horisontal mempunyai kecepatan awal v0 sin . Karena gerak kearah

    horisontal tidak mempunya percepatan (a = 0), maka berlaku

    cos0vvx ......................................................................... (1.26)

    0 cosxx v t v t ....................................................................... (1.27) Sedangkan gerak arah vertikalnya dipengaruhi oleh percepatan gravitasi

    bumi g (a = g), sehingga berlaku

    sin00 vv y ............................................................. (1.27)

    0 0 siny yv v a t v g t ..................................... (1.28) 2

    2

    10 tatvy y

    2

    21

    0 sin tgtv ..................................... (1.29)

    Bola pada gambar 4 akan mencapai tinggi maksimum apabila kecepatan

    arah y (vy) nol, oleh karena itu pada keadaan ini berlaku persamaan

    2/10 sin0 tgv ............................................................. (1.30)

    t1/2 adalah waktu untuk menempuh tinggi maksimum, yaitu setengah perjalanan

    kembali ke tanah. Selanjutnya pers (1.30) dapat dituliskan sebagai

    g

    vt

    sin02/1 ............................................................. (1.31)

    Substitusi pers (1.31) kedalam pers (1.29) menghasilkan persamaan

    ketinggian maksimum yang dicapai bola sepanjang pergerakkannya yaitu

    2

    0210

    0

    sinsinsin

    g

    vg

    g

    vvymaks

    2 2 22 2 2

    0 0 01 12 2

    sin sin sinv v v

    g g g

    ........................................... (1.32)

    Sedangkan jarak maksimum yang ditempuh bola dapat dicari dengan

    mensubstitusikan 2 t1/2 ke dalam persamaan (1.31).

    01/ 2

    2 sin2maks

    vt t

    g

    ........................................................ (1.33)

    Sehingga diperoleh persamaan

    g

    vvxmaks

    sin2cos 00

    2 2

    0 02 sin cos sin 2v v

    g g

    ............................................. (1.33)

  • 11

    Selain itu dapat dibuktikan bahwa gerak seperti ini mempunyai lintasan

    berupa parabola. Dari persamaan (1.27)

    tvx cos0 ......................................................................... (1.34)

    dihasilkan cos0v

    xt ............................................................. (1.35)

    Substitusi persamaan (1.35) ke dalam persamaan (1.29) 2

    21 10 02 2

    0 0

    sin sincos cos

    x xy v t g t v g

    v v

    Menghasilkan persamaan

    2

    22

    0

    21

    coscos

    sinx

    v

    gxy

    ................................................. (1.36)

    yang merupakan persamaan parabola 2xbxay ......................................................................... (1.37)

    Keterangan :

    tan

    cos

    sin

    a dan

    22

    0

    21

    cosv

    gb

    PERCEPATAN SENTRIPETAL

    Gerak melingkar beraturan, selain mempunyai lintasan berupa lingkaran

    atau bagian dari sebuah lingkaran juga mempunyai kelajuan tetap. Gerak

    melingkar ini dapat dianggap sebagai gerak dalam 2 dimensi, dan untuk

    memahaminya marilah kita tinjau gambar 5.

    Gambar 5 : Lintasan sebuah benda yang bergerak melingkar dengan jejari r= r1

    r2.

    1r

    2r

    r

    1v

    2v

    s

    1P

    2P

    1v

    2v

    v

  • 12

    Gambar 5, melukiskan lintasan sebuah benda yang sedang bergerak

    melingkar dengan jari jari r yang dalam waktu t menempuh jarak sejauh s .

    Berdasarkan gambar tersebut diperoleh hubungan diantara besaran besaran

    fisika sebagai berikut

    12 rrr

    ......................................................................... (1.38)

    rs ......................................................................... (1.39)

    12 vvv

    ......................................................................... (1.40)

    21 rrr

    merupakan merupakan jari jari lintasannya.

    Pada keadaan ini kecepatan benda selalu berubah arah dari waktu ke

    waktu, walaupun besarnya (kelajuannya) tetap. Dengan demikian percepatan

    benda tidak sama dengan nol (0). Karena kelajuannya tetap, maka percepatan

    yang arahnya sejajar dengan kecepatannya sama dengan nol (0), oleh karena itu

    percepatan yang muncul pasti arahnya selalu tegak lurus dengan lintasannya dan

    selalu menuju ketitik pusat lingkaran. Percepatan yang seperti ini yang disebut

    dengan percepatan sentripetal.

    Karena kelajuan benda tetap, maka

    vvv 21

    ........................................................................ (1.41)

    untuk 0t , berlaku

    v

    v

    r

    s

    ......................................................................... (1.42)

    karena

    tvs

    maka persamann (1.42) menjadi

    v

    v

    r

    tv

    r

    v

    t

    v 2

    ......................................................................... (1.43)

    karena 0t maka percepatannya dapat dituliskan sebagai

    r

    v

    t

    va

    t

    2

    0lim

    ......................................................................... (1.44)

    ini merupakan besar percepatan sentripetalnya.

    Soal :

    Gambarkan grafik hubungan antara v (kecepatan) dan t (waktu tempuh), x (jarak

    tempuh) dan t serta x dan v dalam :

    a. Gerak Lurus Beraturan. b. Gerak lurus berubah beraturan. c. Gerak parabola. d. Gerak melingkar beraturan.

  • 13

    BAB III

    DINAMIKA GERAK

    STANDAR KOPETENSI : Memahami hubungan antara gerak dan penyebabnya.

    KOMPETENSI DASAR : Menjelaskan hukum Newton tentang gerak beserta

    implementasinya.

    INDIKATOR :

    1. Menjelaskan Hukum Newton I dengan benar.

    2. Menjelaskan Hukum Newton II dengan benar.

    3. Menjelaskan Hukum Newton III dengan benar.

    4. Menjelaskan konsep usaha dengan benar.

    5. Menjelaskan konsep energi dengan benar.

    6. Menganalisis hukum kekekalan energi.

    5. Menganalisis hukum kekekalan momentum.

    GAYA

    Gaya merupakan besaran fisika yang mempunyai peran penting dalam

    mempelajai gerakan obyek. Sebuah satelit dapat bergerak mengelilingi bumi,

    sebuah benda yang dilempar ke atas akan kembali jatuh ke bumi, serpihan besi

    dapat ditarik oleh magnet dan masih banyak contoh ain yang menunjukkan

    keberadaan gaya.

    Dalam fisika, gaya diartikan sebagai dorongan atau tarikan. Jika sebuah benda

    mengalami dorongan atau tarikan dikatakan bahwa pada benda tersebut bekerja

    gaya, entah benda tersebut diam ataupun bergerak. Hubungan antara gaya dan

    gerak benda diatur berdasarkan hukum Newton.

    Hukum Newton I

    Hukum Newton I yang disebut juga dengan hukum kelembaman

    menjelaskan keadaan benda jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut.

    Menurut hukum Newton I : Sebuah benda akan senantiasa diam atau bergerak

    lurus beraturan jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut. Hukum

    Newton ini mengandung implikasi sebagai berikut : Sebuah benda yang mula

    mula diam, akan memerlukan gaya untuk menggerakkannya. Sebaliknya jika

    benda mula mula bergerak akan memerlukan gaya untuk menghentikannya.

    Sifat yang demikin disebut dengan sifat kelembaman benda, yatu sifat benda yang

    cenderung mempertahankan keadaannya.

  • 14

    Sekarang marilah kita memperhatikan gambar 6. Pada gambar tersebut

    sebuah kelereng diletakkan di atas kertas yang ada di atas meja. Mula mula

    kelereng diam tidak bergerak, lalu pelan pelan kertas ditarik mendatar sepanjang

    permukaan meja apa yang terjadi? Kelereng tersebut tentunya akan bergerak

    mengikuti gerakan kertas. Tetapi seandainya kita menarik kertas tersebut secara

    cepat (mendadak) apa yang akan terjadi ? ternyata kelereng tersebut cenderung

    tetap pada tempatnya. Kenapa bisa demikian? Inilah salah satu contoh yang

    menunjukkan sifat kelembaman benda.

    Gambar 6 : Sebuah kelereng diletakkan di atas kertas yang ada di atas meja .

    Hukum Newton II

    Pada hukum Newton I telah dijelaskan sifat benda jika tidak ada resultan

    gaya yang bekerja pada benda tersebut, tetapi tidak dijelaskan bagaimanakah

    hubungan antara gaya dengan gerak benda yang mengalami gaya tersebut.

    Hubungan antara gerak dan gaya dinyatakan dalam hukum Newton II. Hukum

    Newton II menyatakan bahwa adanya resultan gaya yang bekerja pada suatu

    benda akan menghasilkan percepatan, besar percepatan benda berbanding lurus

    dengan besar resultan gayanya dan berbanding terbalik dengan massa benda

    tersebut, sedangkan arahnya searah dengan arah resultan gaya yang bekerja pada

    benda tersebut.

    Jika gaya diberi simbol F

    dan massa benda diberi simbol m maka

    percepatan benda secara matematis dapat dituliskan sebagai

    m

    Fa

    ......................................................................... (2.1)

    Hukum Newton III

    Jika kita membicarakan masalah kesetimbangan pada benda, maka secara

    tidak langsung kita membicarakan hukum Newton III. karena hukum Newton III

    ini menjelaskan munculnya gaya - gaya reaksi suatu benda sebagai akibat

    bekerjanya gaya pada benda tersebut. Karena itu hukum Newton III dikenal

  • 15

    sebagai hukum aksi reaksi. Hukum ini menjelaskan bahwa apabila benda pertama

    melakukan gaya ( yang disebut gaya aksi ) pada benda kedua maka benda kedua

    juga akan melakukan gaya ( yang disebut gaya reaksi ) pada benda pertama yang

    besarnya sama dengan besar gaya aksi tetapi arahnya berlawanan.

    Untuk memahami hukum ini marilah kita memperhatikan gambar 7.

    Gambar 7 : Seorang anak sedang mendorong almari diatas permukaan lantai yang

    kasar tetapi almari tetap tidak bergerak.

    Gambar 7, melukiskan seseorang yang sedang mendorong almari yang

    terletak diatas permukaan lantai yang kasar tetapi almari tetap tidak bergerak.

    Gaya dorong anak diberi simbol Fanak, dalam keadaan diam (setimbang) mestinya

    resultan gayanya nol (0), oleh karena itu pastilah ada gaya yang melawan gaya

    dorong anak tersebut yang besarnya sama dengan gaya dorong anak tetapi

    arahnya berlawanan. Gaya inilah yang disebut gaya reaksi, dan pada kejadian ini

    diberi simbol Falmari untuk menunjukkan gaya yang berasal dari almari bekerja di

    telapak tangan orang tersebut.

    USAHA DAN ENERGI

    Usaha dan energi dalam fisika merupakan 2 buah konsep yang saling

    berkaitan erat, karena disamping energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan

    untuk melakukan usaha atau kerja juga dalam rumusan matematisnya energi

    diturunkan dari usaha. Oleh karena itu pembahasan energi tidak bisa dipisahkan

    dari usaha.

    Usaha

    Seperti sudah disinggung di sebelumnya, adanya gaya pada suatu benda

    tidak menjamin bahwa benda tersebut bergerak. Bergerak atau tidaknya benda

    ditentukan oleh resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut. Jika benda tidak

    bergerak meskipun diberi gaya dikatakan bahwa tidak ada usaha yang dilakukan

    oleh gaya tersebut, sebaliknya jika benda itu bergerak maka ada usaha yang

    dilakukan gaya.

    Fanak Falmari

  • 16

    Gambar 8 : Sebuah balok bergerak diatas lantai garena adanya gaya F

    yang sejajar

    lantai.

    Usaha merupakan besaran skalar dan didefinisikan sebagai hasil kali

    antara komponen gaya yang sejajar lintasannya dengan panjang lintasannya. Jika

    gaya yang bekerja pada benda sejajar dengan lintasannya seperti yang ditunjukkan

    oleh gambar 8, maka usaha yang dilakukan oleh gaya F

    untuk memindahkan

    benda sejauh x dituliskan sebagai

    xFw ......................................................................... (2.2)

    sedangkan jika gaya yang bekerja pada benda membentuk sudut seperti yang

    ditunjukan oleh gambar 9 maka usaha yang dilakukan F

    dituliskan sebagai

    cosxFw ......................................................................... (2.3)

    oleh karena itu secara umum usaha oleh gaya dituliskan sebagai

    xFw

    ......................................................................... (2.4)

    yaitu perkalian dot antara vector F

    dan x

    .

    Sebenarnya rumus (2.4) berlaku jika gaya yang bekerja pada benda tetap

    dan lintasan benda berupa garis lurus.

    Gambar 9 : Sebuah balok bergerak diatas lantai garena adanya gaya F

    yang

    membentuk sudut dengan lantai.

    Pada ruang 2 atau 3 dimensi bisa saja lintasan benda tidaklah lurus dan

    gayannya juga tidak tetap, sehingga rumus (2.4) tidak bisa lagi digunakan. Pada

    F

    t = 0

    F

    t = t1

    x

    F

    t = 0

    t = t1

    x

    F

  • 17

    kondisi seperti ini langkah yang kita ambil adalah membagi lintasan tersebut

    menjadi elemen elemen kecil rd

    yang nilainya mendekati nol ( rd

    dapat

    dianggap sebagai garis lurus dan gayanya sepanjang perpindahan rd

    dapat

    dianggap tetap), lalu mencari besarnya usaha yang dilakukan gaya untuk

    perpindahan sebesar rd

    tersebut dan mengintegrasikan sepanjang seluruh lintasan.

    proses ini dilukiskan oleh gambar 10.

    Gambar 10 : Lintasan sebuah benda yang bergerak dibawah pengaruh gaya F

    .

    Gambar 10, melukiskan lintasan sebuah benda yang bergerak dibawah

    pengaruh gaya F

    . ir

    adalah vector posisi kedudukan awal benda dan fr

    adalah

    vector posisi kedudukan akhir benda. Usaha yang dilakukan gaya untuk

    memindahkan benda sejauh rd

    dituliskan sebagai

    rdFdw

    ......................................................................... (2.5)

    Dengan demikian usaha (w) yang dilakukan oleh gaya tersebut untuk menempuh

    seluruh lintasan secara matematis dituliskan sebagai

    f

    i

    r

    r

    rdFw

    ......................................................................... (2.6)

    Energi kinetik

    Jika kita membicarakan energi tidaklah bisa dilepaskan dari konsep usaha.

    Memang dalam masalah praktis pembicaraan tentang energi seringkali tidak

    berhubungan sama sekali dengan usaha, akan tetapi jika kita ingin memahami

    konsepnya dengan benar kita harus mempelajari kaitan antara keduanya..

    Energi kinetik yang diberi simbol kE merupakan energi yang

    berhubungan dengan gerak benda, bila sebuah benda melakukan gerak (sedang

    x

    y

    z

    rd

    r

    F

    ir

    fr

  • 18

    bergerak) maka benda tersebut mempunyai energi kinetik ( 0kE ). Sebaliknya

    jika benda berada dalam keadaan diam maka benda tersebut tidak mempunyai

    energi kinetik ( 0kE ).

    Secara matematis energi kinetik dituliskan sebagai

    2

    2

    1vmEk ......................................................................... (2.7)

    dengan m = massa benda dan v adalah kecepatan benda.

    Hubungan antara energi kinetik dengan usaha dapat dipahami dengan

    meninjau kembali gambar 11.

    Gambar 11 : Lintasan sebuah benda yang bergerak dibawah pengaruh gaya F

    .

    Gambar 11, .melukiskan lintasan sebuah benda yang bergerak dibawah pengaruh

    gaya F

    yang arahnya sejajar dengan sumbu x positip. ir

    adalah vector posisi

    kedudukan awal benda dan fr

    adalah vector posisi kedudukan akhir benda.

    Usaha yang dilakukan benda untuk menempuh lintasannya menurut

    persamaan (2.7) dituliskan sebagai

    f f

    i i

    r r

    r r

    w F dr m a dr

    f

    i

    r

    r

    rdam

    ......................................................................... (2.8)

    karena gaya yang bekerja pada benda searah dengan sumbu x positip maka dapat

    dituliskan

    xFxFF x

    sehingga percepatannya menjadi

    xaxaa x

    x

    y

    z

    rd

    r

    F

    ir

    fr

  • 19

    dengan dx

    dvaa xx

    oleh karena

    zdzydyxdxrd

    maka berlaku

    dxarda x

    dengan mengabaikan batas integrasi persamaan (2.8) dapat dituliskan sebagai

    xx

    dvw m a dx m dx

    dt

    dxdtdx

    dx

    dvm x ......................................................................... (2.9)

    karena xvdt

    dx yaitu komponen kecepatan arah x maka persamaan (2.9) menjadi

    x x x xw m dv v m v dv ................................................... (2.10)

    Jika kecepatan awal arah x diberi simbul ixv dan kecepatan akhir arah x

    diberi symbol fxv maka persamaan (2.10) dapat dituliskan sebagai

    2 2 21 1 1

    2 2 2

    fx fx

    ixix

    v v

    x x x fx ix

    vv

    w m v dv m v m v m v

    ............................ (2.11)

    pada kejadian ini selain mampunyai komponen kecepatan arah x benda juga

    mempunyai komponen kecepatan arah y dan z. jika pada kedudukan awal

    komponen kecepatan arah y diberi simbol iyv dan ke arah z diberi simbul izv ,

    sedangkan pada kedudukan akhir komponen kecepatan arah y diberi simbol fyv

    ke arah z diberi simbul fzv maka berlaku persamaan

    2222

    iziyixi vvvv

    2222

    fzfyfxf vvvv

    atau

    2222 iziyiix vvvv 2222 fzfyffx vvvv ............................................................. (2.12)

    substitusi persamaan (2.12) kedalam persamaan (2.11) dihasilkan

    2222222

    1

    2

    1iziyifzfyf vvvmvvvmw

    2222222

    1

    2

    1

    2

    1izfziyfyif vvmvvmvvm

    karena gaya yang bekerja mempunyai arah sejajar dengan arah sumbu x positip

    maka kecepatan arah y dan arah z tidak mengalami perubahan, sehingga

    fyiy vv ......................................................................... (2.13)

  • 20

    substitusi persamaan (2.13) kedalam persamaan (2.12) dihasilkan

    22

    2

    1

    2

    1if vmvmw ............................................................. (2.14)

    yang berarti bahwa usaha yang dilakukan oleh gaya besarnya sama dengan

    perubahan energi kinetik benda.

    Persamaan (2.14) secara sederhana dapat dituliskan sebagai

    kEw

    Keterangan : kE adalah perubahan energi kinetik benda.

    Energi Potensial Gravitasi

    Berbeda dengan energi kinetik, energi potensial ini tidak brhubungan

    secara langsung dengan gerakan benda. Benda yang berada dalam keadaan diam

    bisa jadi mempunyai energi potensial, hal itu ditentukan oleh kedudukannya

    dalam sistem. Seperti namanya, setiap benda yang mempunyai energi potensial

    tentu saja mempunyai potensi (kemampuan) untuk melakukan usaha.

    Gambar 12 : Lintasan sebuah benda yang bergerak dibawah pengaruh gaya gF

    .

    Gambar 12, melukiskan lintasan benda yang bergerak ke atas dari

    ketinggian y1 ke ketinggian y2. gF

    adalah gaya gravitasi yang dialami benda

    selama pergerakkannya tentu saja besarnya sama dengan berat benda. Besarnya

    usaha oleh gaya gravitasi untuk memindahkan benda dari ketinggian y1 ke

    ketinggian y2 melalui lintasan tersebut dituliskan sebagai

    2 2

    1 1

    r r

    g

    r r

    w F dr F dr ........................................................... (2.14)

    karena gaya yang bekerja pada benda searah dengan sumbu y negatip maka dapat

    dituliskan

    x

    y

    rd

    gF

    2y

    1y

  • 21

    yFF gg

    dan zdzydyxdxrd

    maka

    dyFrdF gg

    ......................................................................... (2.15)

    sehingga persamaan (2.14) menjadi

    2

    1

    y

    y

    g dyFw ......................................................................... (2.16)

    dengan gF adalah besar gaya gravitasi bumi (sama dengan berat benda) yang

    besarnya adalah m g, sehingga persamaan (2.16) menjadi

    2

    1

    y

    y

    dygmw ......................................................................... (2.17)

    di dekat permukaan bumi nilai g dapat dianggap konstan sehingga persamaan

    (2.17) menjadi

    12 yygmw ......................................................................... (2.18)

    Nilai m g y ini yang disebut dengan energi potensial gravitasi dan diberi

    simbol Ep. Energi potensial gravitasi ini diberi nilai nol ( 0 ) apabila benda berada

    di permukaan bumi, sehingga y merupakan ketinggian tempat relative terhadap

    permukaan bumi dan biasanya diganti dengan h. sehingga energi potensial yang

    dimiliki oleh benda pada ketinggian h relatif terhadap permukaan bumi dituliskan

    sebagai

    hgmE p ......................................................................... (2.19)

    Persamaan (2.18) menunjukkan hubungan antara usaha yang dilakukan

    oleh gaya gravitasi dengan perubahan energi potensial benda. Persamaan (2.18)

    dapat dituliskan sebagai

    2 1 2 1p pw m g y m g y E E

    pE ......................................................................... (2.20)

    dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha yang dilakukan oleh gaya gravitasi

    sama dengan negatip perubahan energi potensial bendanya.

    Hukum Kekekalan Energi

    Pada pembahasan sebelumnya telah ditunjukkan bagaimana hubungan

    antara usaha dan energi kinetik, juga antara usaha dengan energi potensial.

    Namun demikian khusus energi potensial yang dibahas barulah energi potensial

  • 22

    gravitasi yaitu energi yang berhubungan dengan gaya gravitasi. Besarnya usaha

    yang dilakukan oleh gaya gravitasi menurut rumus (2.20) adalah

    12 ygmygmw

    Hal ini berarti bahwa apabila benda bergerak menempuh lintasan tertutup

    sembarang (seperti yang terlihat pada gambar 13) dan kembali keposisi semula

    besarnya usaha yang dilakukan gaya gravitasi pasti sama dengan nol ( 0 ). Gaya

    yang mempunyai sifat seperti ini disebut dengan gaya konservatif dan diberi

    simbol Fc.

    Gambar 13 : Lintasan tertutup sebuah benda yang bergerak dibawah pengaruh

    gaya gF

    .

    Di alam ini banyak ditemui gaya gaya yang tidak mempunyai sifat

    seperti itu, misalkan saja gaya gesek. Jika gaya yang bekerja pada benda

    menempuh lintasan tertutup seperti yang dilukiskan pada gambar 13, adalah gaya

    gesek maka usaha yang dilakukan oleh gaya tidaklah sama dengan nol. Hal ini

    dapat dimengerti apabila kita mengambil potongan potongan kecil elemen

    lintasan, menafsirkan hasilnya secara kasar besarnya usaha tiap potongan kecil

    tersebut, lalu menjumlahkan meliputi seluruh lintasan tertutup tersebut. Kita

    mendapatkan bahwa usaha yang dilakukan oleh gaya gesek selalu bernilai negatip

    oleh karena itu kalau dijumlahkan tidak mungkin bernilai nol ( 0 ). Gaya seperti

    ini disebut gaya non konservatif dan diberi simbol Fnc.

    Jika sebuah benda bergerak karena adanya gaya konservatif dan

    nonkonservatif maka usaha yang dilakukan benda tersebut dituliskan sebagai

    f f

    i i

    r r

    c nc

    r r

    w F dr F F dr

    f

    i

    f

    i

    r

    r

    nc

    r

    r

    c rdFrdF

    ............................................................. (2.21)

    untuk gaya konservatif berlaku rumus (2.20) sehingga persamaan (2.21) menjadi

    12 yy

    x

    y

    rd

    gF

    12 xx

  • 23

    f

    i

    r

    r

    ncp rdFEw

    ............................................................. (2.22)

    Menurut rumus (2.14) usaha oleh gaya sembarang F

    sama dengan

    perubahan energi kinetiknya, oleh karena itu substitusi rumus (2.14) kedalam

    rumus (2.22) menghasilkan

    f

    i

    r

    r

    ncpk rdFEE

    atau

    kp

    r

    r

    nc EErdF

    f

    i

    2

    1

    2

    2122

    1

    2

    1vmvmygmygm

    2

    11

    2

    222

    1

    2

    1vmygmvmygm

    1122 kpkp EEEE ..................................... (2.23) nilai kp EE disebut dengan energi mekanik benda dan biasanya diberi simbol

    E. Karena itu persamaan (2.23) dapat dituliskan sebagai

    12 EErdF

    f

    i

    r

    r

    nc

    ......................................................................... (2.24)

    Hal ini berarti bahwa usaha oleh gaya nonkonservatif besarnya sama

    dengan selisih antara energi mekanik awal dengan energi mekanik akhir.

    Jika tidak ada gaya nonkonservatif yang bekerja pada benda atau gaya

    konservatifnya diabaikan, rumus (2.24).menjadi

    120 EE atau 21 EE .................................... (2.25)

    dengan demikian selama tidak ada gaya nonkonservatif yang bekerja pada benda

    energi mekanik benda bersifat kekal.

    IMPULS DAN MOMENTUM

    Pada bab sebelumnya telah disinggung bahwa setiap benda di alam ini

    selalu berusaha untuk mempertahankan keadaannya (Hukum Newton I). Apabila

    kita ingin mengubah keadaan benda diperlukan energi. Besarnya energi yang

    diperlukan untuk mengubah keadaan benda tergantung dengan massa benda dan

    seberapa besar perubahan keadaan yang kita inginkan. Sebagai contoh misalkan

  • 24

    kita ingin menghentikan sebuah troli yang bergerak, energi yang diperlukan untuk

    menghentikannya ditentukan oleh besar kecepatan dan massa troli, makin besar

    massanya energi yang diperlukan makin besar, demikian juga makin besar

    kecepatannya energi yang diperlukan makin besar.

    Dalam fisika, besaran yang berhubungan dengan keadaan benda tersebut

    disebut momentum. Dan khusus dalam bab ini yang akan dibahas adalah

    momentum linear yaitu momentum yang berhubungan dengan gerak translasi.

    Momentum Linear

    Seperti telah disinggung di depan bahwa momentum benda ditentukan

    oleh massa benda dan kecepatannya. Karena nilainya sebanding dengan kedua

    besaran tersebut maka didefinisikan momentum sebagai massa benda dikalikan

    dengan kecepatannya. Atau secara matematis dituliskan dengan

    vmp

    ......................................................................... (2.26)

    dengan p

    adalah momentum linear benda dan merupakan besaran vector yang

    arahnya sama dengan arah kecepatannya, sedangkan satuannya dalam SI adalah

    1smkg . Dalam buku ini momentum linear akan disebut momentum, sedangkan

    momentum yang berhubungan dengan gerak rotasi akan disebut momentum

    anguler atau momentum sudut.

    Hubungan antara gaya dan momentum pertama kali dikemukakan oleh Sir

    Isaac Newton pada tahun 1686 dalam presentasinya yang berjudul Principia

    Mathematica Philosophiae Naturalis. Hukum tersebut mendefinisikan bahwa

    gaya (resultan gaya) yang dialami oleh benda sama dengan perubahan momentum

    benda tiap satuan waktu. Secara matematis hukum ini dituliskan sebagai

    dt

    pdF

    ......................................................................... (2.27)

    Persamaan (2.27) merupakan bentuk lain dari hukum Newton II. Rumus

    (2.27) dapat dituliskan sebagai

    dtFpd

    ......................................................................... (2.28)

    Sistem Partikel

    Sebagian besar konsep kosep yang kita pelajari hingga saat ini,

    diterapkan pada benda dengan memperlakukan benda benda sebagai partikel

    tunggal, terutama dalam hubungan antara gaya dan gerak. Hal itu memang dapat

  • 25

    dibenarkan asalkan benda tidak mengalami perubahan bentuk dan tidak

    mengalami rotasi. Akan tetapi jika kita ingin mempelajari lebih jauh tentang gerak

    benda kita harus memperlakukan benda sebagai system partikel (sekumpulan

    partikel yang membentuk suatu system).

    Sebuah benda pejal dapat dianggap tersusun dari partikel partikel kecil

    yang keadaannya menentukan sifat fisis benda tersebut. Meskipun gaya antar

    partikel tidak sama dengan nol ( 0 ), namun jika tidak ada gaya luar yang bekerja

    pada benda maka benda akan mempunyai keadaan yang tetap (benda yang mula

    mula diam benda yang mula mula bergerak akan tetap bergerak kecepatan

    tetap). Demikian juga yang terjadi dengan bola plastik yang berisi udara, bola ini

    tidak akan bergerak jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada bola sekalipun

    partikel partikel udara dalam bola bergerak secara acak. Benda maupun bola

    plastik tadi itulah yang disebut system partikel.

    Pengertian system partikel ini dapat diperluas, meliputi semua obyek yang

    menjadi pembicaraan sekalipun secara fisik tidak ada batasan yang jelas seperti

    yang ditunjukkan oleh benda pejal ataupun udara yang dibatasi oleh kulit bola.

    Misalkan saja jika kita membicarakan tumbukan 2 benda, kedua benda tersebut

    dapat dianggap system partikel asalkan interaksi yang terjadi adalah interaksi

    antara keduanya dan tidak melibatkan obyek yang lainnya.

    Sekarang marilah kita tinjau gambar 14.

    Gambar 14 : 2 buah partikel dalam system partikel yang masing masing berturut turut mempunyai massa m1 dan m2 pisisi dalam sumbu x adalah x1 dan x2 serta mempunyai kecepatan v1 dan v2.

    Gambar 14, melukiskan 2 buah partikel dalam system partikel yang masing

    masing berturut turut mempunyai massa m1 dan m2, pisisi dalam sumbu x adalah

    x1 dan x2 serta mempunyai kecepatan v1 dan v2. titik pusat massa system partikel

    tersebut pada sumbu x didefinisikan sebagai

    21

    2211

    mm

    xmxmxcm

    ......................................................................... (2.29)

    x

    y

    x1 x2

    m2 m1 v1 v2

  • 26

    karena 21 mm adalah massa total system partikel maka dapat diganti dengan

    simbol M sehingga persamaan (2.29) dapat dituliskan sebagai

    M

    xmxmxcm

    2211 atau

    2

    1

    1

    i

    iicm xmM

    x ........................ (2.30)

    dan kecepatan titik pusat massanya adalah

    2

    1

    1

    i

    i

    i

    cm

    dt

    dxm

    Mdt

    dx

    2

    1

    1

    i

    iicm vmM

    v ......................................................................... (2.31)

    karena kecepatan merupakan besaran vektor, maka dapat dituliskan sebagai

    2

    1 1 2 2

    1

    1 1cm i i

    i

    v m v m v m vM M

    .............................. (2.32)

    sedangkan percepatan pusat massanya dapat dituliskan sebagai

    2

    1

    1

    i

    i

    i

    cm

    dt

    vdm

    Mdt

    vd

    2

    1 1 2 2

    1

    1 1cm i i

    i

    a m a m a m aM M

    ................................. (2.33)

    Rumus (2.31), rumus (2.32) dan rumus (2.33) dapat diperluas untuk sistem

    partikel yang tersusun dari N buah partikel dan terdistribusi dalam ruang. Pada

    kejadian ini posisi partikel dinyatakan oleh vektor posisi Nrrrr

    ,...,,, 321 sehingga

    rumus (2.31) menjadi

    N

    i

    iicm rmM

    r1

    1 ......................................................................... (2.34)

    rumus (2.32) menjadi

    N

    i

    iicm vmM

    v1

    1 ................................................. (2.35)

    Atau

    N

    i

    iicm vmvM1

    ......................................................................... (2.36)

    dan rumus (2.33) menjadi

    N

    i

    iicm amM

    a1

    1 ..................................... (2.37)

    sedangkan momentum total system partikel 2

    1 1 2 2

    1

    i i

    i

    p m v m v m v

    ............................................... (2.38)

    substitusi rumus 2.36) kedalam rumus (2.38) diperoleh

    cmvMp

    ......................................................................... (2.39)

    yang berarti bahwa momentum total system partikel sama dengan massa total

    system dikalikan dengan kecepatan pusat massanya.

  • 27

    Tumbukan

    Peristiwa tumbukan bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Tumbukan

    antara bola bola boling ketika melakukan permainan, tumbukan antara kaki

    dengan bola waktu menendang bola dan tumbukan antara tangan dengan bola

    pada waktu mengoper bola dalam permainan bola voli, merupakan contoh

    terjadinya tumbukan. Jika kita perhatikan lebih cermat ada beberapa kejadian

    yang spesifik ketika terjadi tumbukan. Misalkan saja tumbukan antara 2 buah bola

    boling, setelah tumbukan ada kemungkinan bola boling yang menumbuk

    dibelokkan, dipantulkan berbalik arah atau berhenti demikian juga dengan bola

    boling yang di tumbuk, setelah tumbukan arah gerakannya tergantung arah bola

    boling yang menumbuknya. Kecepatan bola boling setelah tumbukan, baik

    kecepatan bola boling yang manumbuk maupun yang ditumbuk tidak bisa

    sembarangan tetapi mengikuti suatu hukum tertentu.

    Sekarang marilah kita tinjau system partikel seperti yang ditunjukkan oleh

    gambar 14. Jika 21 vv pastilah suatu saat kedua benda tersebut akan

    bertumbukkan. Karena tidak ada gaya eksternal yang bekerja maka berlaku

    0dt

    pdF

    ......................................................................... (2.40)

    Persamaan (2.40) menghasilkan tetapP

    .................................... (2.41)

    yang berarti bahwa momentum total system partikel sebelum dan sesudah

    tumbukan sama. Jika sesudah tumbukan kecepatan partikel dengan massa 1m

    adalah '1v

    dan kecepatan partikel dengan 2m adalah '2v maka rumus (2.41) dapat

    dituliskan sebagai

    '' 22112211 vmvmvmvm

    inilah yang disebut dengan hukum kekekalan momentum.

    Soal :

    1. Sebuah bom yang beratnya 2 kg yang dilepaskan dari sebuah pesawat meledak

    menjadi 2 bagian ketika menyentuh tanah. Pesawat tersebut terbang sejajar

    permukaan bumi pada ketinggian 100 m dan kecepatan 500 km/jam. Jika salah

    satu pecahan bom tersebut bergerak vertikal, hitung :

    a. Energi kinetiknya ketika bom tersebut menyentuh tanah. b. Ketinggian maksimum pecahan bom.

    Catatan : - Anggap pada ledakan tersebut tidak ada energi yang hilang dan gaya

    gesek udara diabaikan.

  • 28

    BAB IV

    KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD ZAT

    STANDAR KOPETENSI : Memahami konsep kalor dalam hubungannya dengan

    suhu benda beserta perambatannya.

    KOMPETENSI DASAR : Menjelaskan konsep kalor, suhu dan perambatan kalor.

    INDIKATOR : 1. Menjelaskan hubungan antara perubahan suhu dan kalor.

    2. Menjelaskan terjadinya perambatan kalor.

    3. Menjelaskan hubungan antara kalor dan perubahan bentuk.

    4. Menganalisis perubahan suhu pada campuran beberapa bahan.

    Panas merupakan salah satu bentuk energi yang berhubungan dengan suhu

    benda. Bentuk energi ini dapat dideteksi oleh tubuh kita meskipun tidak dapat kita

    lihat, misalkan saja panas sinar matahari, panasnya api atau uap air yang

    mendidih, panasnya udara pada siang hari di musim kemarau dll. Energi ini

    sangat kita perlukan hampir pada setiap bidang kehidupan kita, bahkan ini

    merupakan salah satu kebutuhan utama kita antara lain sebagai penghangat tubuh,

    memasak makanan, mengeringkan pakaian dan bahkan sampai pada

    penerapannya dalam teknologi tinggi. Akan tetapi energi ini juga dapat merugikan

    kita apabila tidak kita kendalikan, misalkan saja terjadinya kebakaran hutan,

    penyebab ledakan pada tabung gas, dan bahkan bisa menyebabkan kerusakan

    pada jaringan tubuh. Selain itu energi panas juga mempunyai pengaruh yang

    signifikan pada sifat fisis benda yang dikenainya, bahkan pada tingkat tertentu

    dapat merubah fasa (wujud) zat. Es berubah menjadi cair apabila dipanaskan

    demikian juga air bisa berubah menjadi uap apabila dipanaskan hingga titik

    didihnya.

    Kapasitas Panas dan Panas Jenis

    Apabila suatu benda diberi panas, suhunya akan naik jika tidak terjadi

    perubahan wujud. Suhu akhir benda selain ditentukan oleh volumenya (dalam hal

    ini berarti massanya) juga ditentukan oleh jenis benda tersebut. Besi dengan kayu

    jika beri panas yang sama, suhunya akan berbeda meskipun massanya sama.

    Demikian juga air, minyak dan kaca akan berbeda suhunya apabila diberi panas

    yang sama.

  • 29

    Jenis benda yang dimaksud oleh alinea diatas diwakili oleh apa yang disebut

    dengan panas jenis yang biasa diberi simbul c. Apabila suatu benda yang

    bermassa m diberi panas sebesar Q sehingga suhunya berubah sebesar T, maka

    hubungannya dengan panas jenis dapat dituliskan sebagai

    Q = m c T ......................................................................... (3.1)

    Beberapa ketentuan ketentuan yang berhubungan dengan rumus (3.1):

    1. Jika c dalam satuan kkal/kg K, maka Q dalam satuan kkal, m dalam kg dan T dalam K.

    2. Jika c dalam satuan kJ/kg K, maka Q dalam satuan kJ, m dalam kg dan T dalam K

    3. Jika c dinyatakan dalam SI yaitu J/kg K, maka Q dalam satuan J, m dalam kg dan T dalam K Hubungan antara kal (kalori) dan J (joule) adalah

    1 kal = 4,184 J

    atau

    1 J = 0,24 kal

    Dengan demikian panas jenis dapat didefinisikan sebagai energi panas yang

    dibutuhkan untuk menaikan suhu 1 satuan massa zat sebesar 1 derajat.

    Selain itu persamaan (3.1) dapat dituliskan sebagai

    Q = C T ........................................................................... (3.2)

    dengan C adalah kapasitas panas zat.

    Hubungan antara C dengan c menurut persamaan (3.2) dan persamaan (3.1)

    dituliskan sebagai

    C = m c ........................................................................... (3.3)

    Dengan demikian kapasitas panas zat adalah energi panas yang diperlukan untuk

    menaikan suhu zat sebesar 1 derajat. Satuan C dalam SI adalah J/K.

    Perambatan Panas

    Panas dapat merambat melalui medium padat, cair maupun gas, bahkan

    pada gelombang elektromagnetik panas dapat dihantarkan sekalipun tidak ada

    medium/zat perantaranya. . Perambatan panas ini ditandai oleh kenaikan suhu

    benda sekalipun benda tersebut tidak bersentuhan langsung dengan sumber panas.

    Kita dapat merasakan panas jika berada disekitar api unggun sekalipun kita tidak

    menyentuh api unggun tersebut, kita juga dapat merasakan panas ketika

    menyentuh ujung logam yang ujung lainnya bersentuhan dengan sumber panas,

    kita juga dapat merasakan panas ketika kita mencelupkan tangan kita ke

  • 30

    permukaan air yang sedang direbus. Ini merupakan bukti bahwa panas merambat

    baik melalui medium gas, padat maupun cair.

    Konduksi (hantaran) Panas

    Konduksi panas merupakan peristiwa perambatan panas yang tidak

    disertai oleh perpindahan atom atau molekul zat perantaranya. Peristiwa

    perambatan panas seperti ini terjadi pada zat padat dimana atom atau molekul zat

    mempunyai ikatan yang kuat sehingga posisinya relatif tetap dalam strukturnya.

    Jika sebatang logam homogen dengan panjang , memiliki luas

    penampang A, ujung pertama bersuhu T2 sedangkan ujung yang lain bersuhu T1

    (T1 < T2), maka aliran panas H dinyatakan sebagai

    T

    QH

    ........................................................................... (3.4)

    dapat pula dinyatakan sebagai

    H = k A

    T ........................................................................... (3.5)

    dengan k adalah koefisien konduktivitas zat (dinyatakan dalam satuan Wm-1

    K-1

    ),

    T = T2 T1 (dinyatakan dalan K) dan A luas penampang bahan (dinyatakan

    dalam m2).

    Persamaan (3.5) dapat dituliskan sebagai

    H = R

    T ........................................................................... (3.6)

    dengan Ak

    R

    yang disebut dengan hambatan panas.

    Bila dua batang logam yang berbeda masing masing suhunya T1 dan T2

    mempunyai luas penampang sama A saling disambungkan maka pada suatu saat

    sambungan kedua logam tersebut akan mencapai suhu kesetimbangan T diman T1

    < T < T2. Pada keadaan ini terdapat 2 aliran panas yang terjadi yaitu pada lapisan

    1 terjadi aliran panas dari suhu T ke T1 dan pada lapisan 2 terjadi aliran panas dari

    suhu T2 ke T. Menurut hukum kekekalan energi haruslah dipenuhi H1 = H2. Pada

    lapisan 1 aliran panasnya berasal dari T ke T1 dituliskan sebagai :

    H1 = k1 A

    1

    1

    TT

    atau

    T T1 = H1

    Ak1

    1 ........................................................................... (3.7)

  • 31

    pada lapisan 2 aliran panasnya berasal dari T2 ke T dituliskan sebagai

    H2 = k2 A

    2

    2

    TT

    atau

    T2 T = H2

    Ak2

    2 ........................................................................... (3.8)

    Lalu dengan menjumlahkan persamaan (3.7) dan persamaan (3.8) diperoleh

    T2 T1 = H1

    Ak1

    1 + H2

    Ak2

    2 ................................................... (3.9)

    Karena H1 = H2 dan dapat diganti H maka persamaan (3.9) menjadi

    T2 T1 = H

    AkAk 2

    2

    1

    1 ................................................................ (3.10)

    Sehingga aliran panasnya dapat dituliskan sebagai

    H = 2 1 2 1

    1 2 1 2 1 2

    1 2

    T T T T T

    R R R R

    k A k A

    .............................. (3.11)

    Dengan demikian jika n buah batang logam dengan suhu berturut turut

    T1, T2, T3, ...... Tn disambungkan secara berurutan maka aliran panas yang terjadi

    dapat dituliskan sebagai

    H = nRRRR

    T

    ...321................................................................... (3.12)

    Konsveksi (Aliran) Panas

    Konsveksi panas pemindahan panas yang disertai dengan perpindahan zat

    perantaranya (mungkin atom atau molekul). Konsveksi panas terjadi pada fluida

    atau zat alir.

    Secara empiris hubungan antara aliran panas dengan perubahan suhu benda

    dinyatakan oleh

    H = h A t ......................................................................... (3.13) Pada persamaan (3.13) h adalah koefisien konveksi zat (dinyatakan sebagai Wm

    -

    2K

    -1) dan A adalah luas penampang.

    Rumus matematik yang berhubungan dengan konveksi panas, sebenarnya

    sangat rumit. Hal tersebut disebabkan karena adanya energi (panas) yang hilang,

    ataupun berhubungan dengan sifat-sifat fluida itu sendiri antara lain :bentuk

    permukaan, jenis fluida, karakteristik fluida, aliran fluida dan keadaan fluida

  • 32

    Radiasi (Pancaran) Panas

    Radiasi panas adalah perambatan panas melalui pancaran gelombang

    elektromagnet. Apabila gelombang elektromagnet yang dipancarkan dari sumber

    panas terhalang oleh sesuatu benda, maka energi gelombang tersebut akan diserap

    dan sebagai akibatnya akan menaikkan suhu benda.

    Rendah atau tingginya suhu radiasi gelombang elektromagnet tergantung

    pada panjang gelombangnya (). Menurut Hukum Pegeseran Wien hubungan

    antara panjang gelombang dari gelombang elektromagnetik dengan suhu

    dinyatakan sebagai

    T

    B ......................................................................... (3.14)

    Persamaan (3.14) B tetapan nilai 2,898 .10-3

    mK, T suhu mutlak dan panjang

    gelombang maksimum yang dipancarkan oleh benda panas tersebut.

    Hubungan antara radiasi panas dengan suhu menurut Josef Stefan

    dinyatakan dalam bentuk,

    H = e A T4 ......................................................................... (3.15)

    Pada persamaan (3,15) adalah tetapan Stefan-Boltzman yang besarnya 5,67

    .10-8

    Wm-2

    K-4

    , e koefisien emisi yang nilainya antara (0 1) tergantung pada

    keadaan permukaan zat.

    Asas Black

    Pada dasarnya setiap benda dialam ini akan berusaha mencapai suhu

    kesetimbangan mereka. Dua buah logam yang suhunya berbeda jika disentuhkan

    lama kelamaan akan mempunyai suhu yang sama, demikian juga udara disekitar

    kita meskipun mekanisme untuk mencapainya berbeda. Untuk menaikan suhu

    suatu zat memerlukan panas, sebaliknya untuk menurunkan suhu, suatu zat perlu

    melepaskan panas.

    Hubungan antara perubahan suhu sistem tersebut diatur oleh azas Black.

    Menurut Black, bila dua buah zat yang suhunyn berbeda disentuhkan maka

    besarnya panas yang dilepaskan oleh benda pertama akan sama dengan besarnya

    panas yang diterima oleh benda ke dua. Secara matematis hubungan ini dituliskan

    sebagai

    Qlepas = Qmasuk ......................................................................... (3,16)

  • 33

    Jika zat pertama massa m1, suhu o

    1t dan kapasitas jenisnya c1, dan zat kedua

    massa m2 bersuhu o

    2t dan berkapasitas jenis c2 (dengan nilai o

    1t < o

    2t ), maka suhu

    akhir akan sama yaitu to dengan rumus.

    m1 c1 (to

    - o1t ) = m2 c2 (o

    2t - to) ................................................. (3.17)

    Perubahan Wujud Zat

    Seperti yang kita ketahui, zat yang sama bisa mempunyai tiga wujud,

    yakni padat, cair dan gas. Sebagai contoh, air dapat berbentuk es (padat) pada

    suhu 0 0C, air (cair) pada suhu antara 0 0C sampai 100 0C dan uap (gas) pada

    suhu 100 0C pada tekanan 1 atmosfir. Pada proses perubahan wujud suatu zat

    menyerap atau melepaskan kalor. Besarnya panas yang diserap atau dilepaskan

    oleh 1 kg zat untuk merubah wujud disebut dengan kalor laten.

    Hubungan antara panas yang diserap atau dilepaskan dengan kalor laten

    dapat dituliskan sebagai :

    LmQ . ......................................................................... (3.18)

    Pada rumus (3.18), L adalah kalor laten (joule/kg)

    Hubungan antara panas dan perubahan wujud zat dapat dilukiskan seperti pada

    gambar 15

    Gambar 15 : Grafik hubungan antara suhu dan panas pada sebagian besar zat.

    Soal

    1. Sebuah ruangan bersuhu 10 0C mempunyai 2 buah jendela kaca berukuran 40 x

    60 cm2. Suhu diluar ruangan adalah 30

    0C, dan aliran kalor antara ruangan

    dengan bagian luar terjadi hanya melalui kedua jendela tersebut. Hitung laju

    aliran kalor yang terjadi.

    2. Hitung banyaknya air yang bersuhu 50 0C yang diperlukan untuk mencairkan

    400 gr es bersuhu 5 0C.

    3. 200 gr es bersuhu 10 0C dicampur dengan 500 gr air bersuhu 27 0C. Hitung suhu akhir campuran! Jelaskan juga keadaan akhir campuran.

    100

    0

    T (oC)

    cair

    gas / uap

    Q (kkal) Q1 Q2 Q3 Q4

    Padat

  • 34

    BAB V

    LISTRIK STATIS

    Standar Kompetensi :

    Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian

    masalah dan produk teknologi

    Kompetensi Dasar :

    Memformulasikan gaya listrik, kuat medan listrik, fluks, potensial listrik,

    energi potensial listrik serta penerapannya pada keping sejajar.

    Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat

    - Mendeskripsikan muatan listrik

    - Mendeskripsikan sifat-sifat muatan listrik

    - Mendeskripsikan cara membuat benda bermuatan listrik

    - Mendeskripsikan hukum gaya Coulomb

    - Menuliskan rumus gaya Coulomb

    - Mendeskripsikan medan Listrik

    - Menuliskan rumus medan Listrik

    - Mendeskripsikan hukum Gauss

    - Menuliskan rumus hukum Gauss

    - Mendeskripsikan Energi Potensial Listrik

    - Menuliskan rumus Energi Potensial Listrik

    - Mendeskripsikan Potensial Listrik

    - Menuliskan rumus Potensial Listrik

    - Menerapkan Listrik Statik

    Listrik statis merupakan suatu cabang pengetahuan yang mempelajari

    segala aspek tentang muatan listrik yang dalam keadaan diam dan interaksi

    muatan listrik dengan lingkungan di sekitarnya.

    5.1 Muatan Listrik

    Konsep muatan listrik dalam teori Elektromagnet (teori Listrik dan

    Magnet) mirip dengan konsep massa dalam teori Mekanika. Di dalam teori

    Elektromagnet klasik hanya ditunjukkan bagaimana muatan bertingkah laku dan

    tidak pernah menjelaskan apa sebenarnya muatan itu. Untuk menjelaskan apa

    sebenarnya muatan diperlukan teori yang lain yaitu teori Kuantum.

    Setiap benda tersusun atas sejumlah besar atom yang membentuk pola

    susunan tertentu. Sebuah atom tersusun atas inti atom dan elektron (untuk atom

    Hidrogen hanya ada satu proton dan satu elektron). Proton bermuatan positif,

    elektron bermuatan negatif dan neutron tidak bermuatan (netral). Umumnya atom

    tidak bermuatan atau netral, jika jumlah muatan positif (proton) dan muatan

    negatif (elektron) sama. Atom dapat juga tidak netral, jika jumlah muatan positif

  • 35

    dan muatan negatif tidak sama dan jika atom mengalami gangguan sehingga

    elektron terlepas dari atom. Atom yang kehilangan satu elektron maka jumlah

    muatan positif dan muatan negatif tidak sama lagi sehingga kelebihan muatan

    positif disebut ion bermuatan positif. Jika jumlah muatan negatif lebih banyak

    dari pada muatan positif, maka disebut ion bermuatan negatif.

    Benyamin Fraklin (17061790) melalui eksperimen menunjukkan

    terdapat 2 jenis muatan listrik yaitu muatan listrik positif dan muatan listrik

    negatif. Menurut konvensi yang disarankan oleh Benyamin Franklin jika batang

    plastik digosok kain wool maka batang plastik akan bermuatan negatif, dan jika

    batang kaca digosok kain sutra maka batang kaca bermuatan positif. Batang

    plastik yang digosok kain wool, muatan negatif (elektron) di kain wool pindah ke

    batang plastik, sehingga batang plastik menjadi bermuatan negatif. Sedangkan

    pada batang kaca yang digosok kain sutra, muatan negatif (elektron) yang ada di

    batang kaca pindah ke kain sutra, sehingga batang kaca kekurangan elektron dan

    menjadi bermuatan positif. Untuk membuat suatu benda menjadi bermuatan dapat

    dilakukan dengan dua cara yaitu : Cara Konduksi dan Cara Induksi.

    Cara Konduksi yaitu a. Benda subjek bermuatan (misal bermuatan negatif) didekatkan pada benda

    objek netral, maka benda objek netral akan mengalami polarisasi muatan, yaitu

    muatan positif terpisah mendekat benda subjek sedangkan muatan negatif

    menjauhi benda subjek.

    b. Benda subjek bermuatan negatif lalu disentuhkan ke benda objek sehingga

    elektron dari benda subjek mengalir ke benda objek untuk menetralkan muatan

    positif lokal dan yang tersisa pada benda objek hanya muatan negatif.

    c. Benda subjek lalu dijauhkan dari benda objek, sehingga benda objek yang

    tadinya netral kini telah menjadi bermuatan negatif seperti benda subjek.

    Cara Induksi yaitu

    a. Benda subjek bermuatan (misal bermuatan negatif) didekatkan pada benda

    objek netral, maka benda objek netral akan mengalami polarisasi muatan, yaitu

    muatan positif lokal terpisah mendekat benda subjek sedangkan muatan negatif

    lokal menjauhi benda subjek.

    b. Pada benda objek, muatan negatif lokal lalu dihubungkan ke bumi (ground)

    sehingga elektron dari benda objek mengalir ke bumi dan pada benda objek

    tersisa muatan positif lokal.

    c. Benda subjek lalu dijauhkan dari benda objek, sehingga benda objek yang

    tadinya netral kini telah menjadi bermuatan positif.

    Pada cara konduksi, benda objek yang tadinya netral, berubah menjadi

    bermuatan negatif yang sama dengan muatan benda subjek. Sedangkan pada cara

  • 36

    induksi, benda objek yang tadinya netral, berubah menjadi bermuatan positif yang

    berbeda dengan muatan benda subjek.

    5.2 Gaya Coulomb

    Besar kecilnya muatan listrik dari suatu benda diukur dalam satuan

    coulomb, misal besar muatan listrik dari satu partikel elementer elektron yaitu

    1,6.1019

    coulomb dan besar muatan satu partikel elementer proton yaitu 1,6.1019

    coulomb. Jadi besarnya muatan satu partikel elektron sama besarnya dengan

    muatan satu partikel proton, tetapi hanya berbeda jenis muatannya. Coulomb pada

    tahun 1785 melakukan percobaan dengan menggunakan alat ukur yang sangat

    peka yaitu neraca puntir. Dari hasil kesimpulan percobaannya, Coulomb

    kemudian merumuskan hukum Coulomb yaitu Besarnya gaya tarik menarik atau

    tolak menolak antara dua bauh benda bermuatan sebanding dengan besarnya

    masing-masing muatan dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua

    benda tersebut. Secara matematis hukum coulomb dapat ditulis dengan

    persamaan sebagai berikut :

    12

    1 22

    q qF k r

    r (4.1)

    dan F = gaya coulomb, 9

    0

    1k 9.10

    4 Nm2C 2

    q1 = besarnya muatan ke 1 dan q2 = besarnya muatan ke 2

    r = jarak antara kedua muatan

    0 = permitivitas ruang hampa

    Gaya coulomb adalah vektor, yang arahnya ditentukan oleh jenis muatan yang

    berinteraksi.

    Gaya coulomb F berupa gaya tolak, jika muatan q1 dan q2 jenisnya sama. Gaya coulomb F berupa gaya tarik, jika muatan q1 dan q2 jenisnya beda.

    Arah gaya coulomb pada muatan uji q2 ditentukan oleh jenis muatan sumber dan

    muatan sumber q2

    Jika muatan sumber positif dan muatan uji q2 positif, maka arah gaya coulomb pada muatan uji q2 yaitu menjauhi muatan sumber.

    Jika muatan sumber positif dan muatan uji q2 negatif, maka arah gaya coulomb pada muatan uji q2 yaitu mendekati muatan sumber.

    Besar dan arah resultan gaya coulomb digunakan hitungan vektor

    + +

    q1 q2 q3

    21F 23F

  • 37

    Besar resultan gaya coulomb pada muatan q2 adalah

    2 23 12F F F

    2 2

    23 21

    2 3 2 12

    q q q qF k

    r r

    Gambar 5.1 Interaksi antar muatan

    Besar resultan gaya coulomb pada muatan q2 yang tidak sejajar q1 dan q3 adalah

    2 22 21 23 21 23F F F 2F F cos

    Sudut adalah sudut antara vektor 21F dengan 23F

    contoh

    Tinjau tiga muatan q1=6.10 9

    C, q2 = 2.10 9

    C,

    dan q3 = 5.10 9

    C. k = 9.10 9

    Nm2/C

    2

    a. Hitung komponen gaya F23 akibat muatan q2 pada q3

    b. Hitung komponen gaya F13 akibat muatan q1 pada q3

    c. Tentukan resultan gaya pada muatan q2 besar dan

    arahnya.

    Jawab :

    a. 9 92 3 9 9

    23 2

    23

    2.10 5.10q qF k 9.10 6,57.10 N

    r 4

    dan

    9

    23xF 6,57.10 N

    b. 9 91 3 9 9

    13 2

    13

    6.10 5.10q qF k 9.10 10,8.10 N

    r 5

    9 923x4

    F 10,8.10 N 8,64.10 N10

    dan

    9 9

    23y

    3F 10,8.10 N 6,48.10 N

    5

    c. 9 9 9xF 6,57.10 N 8,64.10 N 2,07.10 N

    2 2

    2 2 9 9 9

    x yF F F 2,07.10 6,48.10 6,8.10 N

    tan = y

    x

    F 6,48tan 3,13 dan 72,335

    F 2,07

    + +

    q1

    q2

    q3

    21F 23F

    2F

    +

    +

    q1

    q3

    q2

    4 m

    5 m 3 m

    F13

    F23

  • 38

    5.3 Medan Listrik

    Medan listrik adalah medan yang terletak di sekitar muatan dan medan

    listrik dapat melakukan gaya pada suatu benda bermuatan melalui ruang

    walaupun tidak menyentuh benda tersebut. Setiap benda yang bermuatan listrik

    akan menghasilkan medan listrik di sekitarnya. Satuan medan listrik (E) yaitu

    newton/ coulomb (N/C).

    0

    FE

    q

    Gambar 5.2 Medan listrik benda bermuatan (Serway, 2009)

    Benda bermuatan yang menghasilkan medan listrik di sekitarnya disebut

    muatan sumber. JIka pada daerah di sekitar muatan sumber diletakkan sebuah

    muatan uji positif q0, maka kuat medan listrik pada titik di mana muatan uji q0 itu

    berada, dinyatakan sebagai gaya coulomb yang bekerja pada muatan uji itu dibagi

    dengan muatan uji itu sendiri. Besarnya kuat medan pada suatu titik adalah

    0

    0 0

    2 2

    qqF qE k k

    q q r r (4.2)

    E = besar kuat medan listrik di suatu titik

    q = muatan sumber

    r = jarak antara titik dengan muatan sumber

    Arah kuat medan listrik di suatu titik ditentukan oleh jenis muatan sumber.

    Jika muatan sumber positif, maka arah kuat medan listrik di suatu titik menjauhi muatan sumber.

    Jika muatan sumber negatif, maka arah kuat medan listrik di suatu titik mendekati muatan sumber.

    Besar resultan kuat medan listrik di titik A adalah :

    A 1 2E E E

    1 2A 2 21 2

    q qE k

    r r

    Gambar 5.3 Interaksi medan listrik

    +

    q1 A

    q2

    2E

    1E

    1r 2r

    +

    q1

    A

    q2

    2E

    1E

    AE

  • 39

    Besar resultan kuat medan listrik di titik A adalah :

    2 2A 1 2 1 2E E E 2E E cos

    Sudut adalah sudut antara vektor 1E dengan 2E

    Garis-garis Medan Listrik

    Untuk menggambarkan adanya medan listrik digunakan garis-garis gaya

    listrik atau garis-garis medan listrik. Beberapa hal penting tentang garis-garis

    gaya listrik yaitu :

    Garis-garis medan listrik merupakan garis khayal dan setiap titik pada garis ini

    mempunyai kuat medan listrik E dengan arah sesuai garis singgung.

    Garis-garis medan listrik berbentuk simetris, meninggalkan atau masuk ke

    muatan.

    Garis-garis medan listrik bermula dari muatan positif dan berakhir pada

    muatan negatif.

    Garis-garis medan listrik tidak ada yang berpotongan satu sama lainnya

    Jumlah medan listrik per satuan luas permukaan yang tegak lurus garis-garis

    medan pada setiap titik sebanding dengan besar kuat medan listrik di titik

    tersebut.

    Tempat dengan garis-garis medan listrik yang rapat mempunyai medan listrik

    yang kuat, sebaliknya tempat dengan garis-garis medan listrik yang renggang

    mempunyai medan listrik yang lemah.

    Fluks Listrik

    Fluks listrik adalah jumlah garis-garis medan listrik yang menembus

    tegak lurus suatu bidang. Misal suatu medan listrik E menembus suatu bidang

    seluas A, maka fluks listrik () dapat dinyatakan sebagai :

    = E A cos .. (4.3)

    Gambar 5.4 Fluks listrik yang menembus luasan A

    Sudut adalah sudut antara arah vektor E dengan vektor n normal bidang. Jika

    tegak lurus permukaan bidang, maka = 0o atau cos = 1, sehingga = E A

    bidang

    E n

  • 40

    5.4 Hukum Gauss

    Hukum Gauss didasarkan pada konsep garis-garis gaya fluks listrik.

    Bunyi hukum Gauss adalah sebagai berikut :

    Fluks listrik total yang menembus suatu luasan permukaan tertutup sama dengan jumlah muatan-muatan listrik yang dilingkupi oleh permukaan

    tertutup itu dibagi dengan permitivitas ruang udara 0

    Rumusan hukum Gauss dapat dinyatakan sebagai berikut :

    0

    q

    Gambar 5.5 Permukaan tertutup A

    Muatan q1, q2, dan q3 berada di dalam luasan A, sedangkan q4 berada di luar

    permukaan A. Fluks listrik total yang menembus permukaan akibat muatan q1, q2,

    dan q3 adalah : total1 2 3

    0

    q q q

    Penerapan hukum Gauss

    a. Kuat medan listrik E dekat muatan titik

    Permukaan tertutup A melingkupi muatan q menurut hukum Gauss

    0

    qEAcos

    Arah E dan n di titik a adalah radial ke luar,

    maka = 0o atau cos = 1. sehingga

    0

    qEA

    atau 2

    0

    qE 4r

    maka

    20

    qE

    4r

    b. Kuat medan listrik E di dekat bidang muatan tak berhingga.

    Rapat muatan yaitu

    q

    A

    Permukaan tertutup berbentuk silindris dengan

    luas penampang A melingkupi muatan q

    Menurut hukum Gauss

    total n n0

    qE A E A

    n

    0

    A2E A

    maka n

    0

    E

    2

    nE adalah kuat medan listrik dalam arah normal penampang silinder

    +

    q

    a

    r

    A

    aE

    +

    +

    +

    +

    +

    nE nE

    + +

    q

    1 q

    3

    q

    2

    A

    +

    q

    4

  • 41

    c. Kuat medan listrik E di antara konduktor dua keping sejajar.

    Rapat muatannya : q

    A

    Di antara kedua keping, masing-masing keping

    menimbulkan kuat medan listrik :

    0

    qE

    2

    Dengan arah ke kanan, sehingga resultan kuat medan

    listrik di tempat itu adalah :

    0 0 0

    S S SE

    2 2

    Dengan arah ke kanan tegak lurus bidang keping. Kuat medan listrik di luar

    keping oleh keping bermuatan positif dan keping bermuatan negatif arah

    berlawanan, sehingga resultannya nol.

    d. Kuat medan listrik E di dalam dan di luar konduktor bola berongga. dengan

    jari-jari R.

    Untuk permukaan Gauss 1 (r < R), muatan yang dilingkupi oleh permukaan 1

    sama dengan nol, sebab di dalam bola tidak ada muatan.

    Menurut hukum Gauss :

    0

    qEAcos

    atau

    0

    qE

    Acos dan E 0 untuk q = 0

    Untuk permukaan Gauss 2 (r > R), muatan yang

    dilingkupi oleh permukaan 2 sama dengan q.

    Menurut hukum Gauss :

    0

    qEAcos

    22 0 00

    q qE

    4r 4r cos0

    e. Kuat medan listrik E di dalam dan di luar konduktor bola pejal.

    Dengan distribusi muatan seragam, untuk permukaan Gauss 1, muatan

    yang dilingkupi adalah adalah q= sV. Karena s = q/V, q adalah muatan yang

    terdistribusi merata dalam volume bola jejari = R yaitu :

    34

    V R3

    sehingga :

    33

    33

    4r

    q r3q' V' q q4V R

    R3

    +

    +

    +

    +

    +

    + E

    2 1 r <

    R

    r>R

    R +

    +

    + +

    + +

    +

    + +

    +

    + + +

    + +

    +

    2 1 r <

    R

    r>R

    R + +

    +

    + + + +

    +

  • 42

    Untuk medan listrik di dalam bola, hukum Gauss akan menghasilkan :

    o

    0

    q'EAcos0

    atau 2

    0

    q'E 4r

    dengan 2A 4r dan 0cos 0

    30

    1 q E r untuk r R

    4 R

    Untuk medan listrik di luar bola, permukaan Gauss 2, muatan yang dilingkupi

    adalah q. Menurut hukum Gauss :

    o

    0

    q'EAcos0

    dengan 2A 4r dan 0cos 0

    20

    1 qE untuk r R

    4 r

    5.5 Energi Potensial Listrik

    Sebagaimana medan gravitasi Bumi,

    medan listrik statis bersifat konservatif, artinya

    usaha yang diperlukan untuk memindahkan sebuah

    muatan titik dalam medan listrik tidak bergantung

    pada bentuk lintasannya, tetapi hanya bergantung

    pada kondisi awal dan kondisi akhir proses.

    Dari gambar di atas, usaha yang diperlukan untuk memindahkan muatan

    uji q' dari titik (1) ke titik (2) dalam medan listrik yang ditimbulkan oleh muatan

    sumber q dirumuskan sebagai berikut :

    1.22 1

    1 1W kqq'

    r r

    Karena medan listrik statis bersifat konservatif, maka usaha yang dilakukan

    tersebut merupakan penambahan energi potensial muatan uji q' , sehingga

    1.22 1

    q' q'W kq kq

    r r

    Dari kedua persamaan di atas, diperoleh rumus energi potensial (besaran skalar)

    sebagai berikut :

    Pqq'

    E kr

    ... (4.4)

    q = muatan sumber

    q'= muatan uji

    R r

    E

    r R

    20

    1 qE

    4 r

    30

    1 q E r

    4 R

    + q

    (1

    )

    (2

    )

    r1

    r2

    q'

  • 43

    5.6 Potensial Listrik

    Potensial listrik pada sebuah titik dalam medan listrik homogen

    didefinisikan sebagai energi potensial listrik dibagi dengan muatan uji di titik

    tersebut.

    PE q

    V kq' r

    ... (4.5)

    V = potensial listrik pada jarak r dari muatan sumber q

    r = jarak titik terhadap muatan sumber

    q = muatan sumber dan q'= muatan uji

    Potensial listrik termasuk besaran skalar. Oleh karena itu potensial listrik

    di sebuah titik yang ditimbulkan oleh banyak muatan cukup dijumlahkan secara

    aljabar biasa (tanda + dan pada muatan sumber diikutsertakan).

    Misal : Potensial listrik di titik P yang ditimbulkan oleh 4 muatan sumber q1, q2,

    dan q3 ditulis :

    P 1 2 3V V V V

    3 31 2 1 2P1 2 3 1 2 3

    q qq q q qV k k k k

    r r r r r r

    Beda Potensial Listrik

    Beda potensial listrik antara dua titik di dalam medan listrik homogen

    sama dengan besarnya usaha yang diperlukan untuk memindahkan muatan uji

    positif q' dari titik yang potensialnya lebih tinggi dibagi dengan muatan uji itu

    sendiri.

    PQW q V V q' ' V Beda potensial antara titik Q dan titik P yaitu

    PQV VV

    Hubungan antara E dan V

    a. Pada konduktor keping sejajar.

    Rapat muatannya

    q

    A

    Kuat medan listrik pada konduktor keping sejajar

    VE

    d (0 < r d)

    E 0 (r > d) Potensial listrik antara kedua keping

    V = E r (0 < r d) Potensial listrik di luar keping sejajar

    V = E d (r > d)

    + q1

    r1

    r2

    + q2 q3

    r3

    P Q

    VP VQ +

    q'

    +

    +

    +

    +

    +q E

    q

    d

  • 44

    Grafik antara E r Grafik antara V r

    b. Pada konduktor bola logam berongga

    Sebuah konduktor bola logam berongga yang diberi muatan (misal :

    muatan positif), maka distribusi muatan pada konduktor bola berongga akan

    menyebar di permukaan bola, sedangkan di dalam bola tidak ada muatan.

    Kuat medan listrik pada konduktor bola berongga (jejari = R)

    E = 0 (r < R)

    2

    qE k

    r (r R)

    Potensial listrik pada konduktor bola berongga (jejari = R)

    q

    V kR

    (r R)

    q

    V kr

    (r > R)

    Grafik antara E r Grafik antara V r

    Potensial di dalam bola adalah serba sama, yaitu setiap titik pada bidang

    tersebut memiliki potensial listrik yang sama, sehingga bidang di dalam bola

    disebut bidang ekipotensial. Jadi untuk memindahkan muatan listrik dari suatu

    titik ke titik lain pada bidang ekipotensial tidak memerlukan usaha.

    5.7 Kapasitor

    Kapasitor adalah suatu komponen elektronika yang dapat menyimpan

    muatan listrik. Kapasitor terdiri dari dua penghantar atau konduktor yang terpisah

    oleh udara atau bahan dielektrik. Dua penghantar (keping kondukt