71
Halaman 1 dari 71 MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN PENGLIHATAN Logo (Kosongkan) Penulis SUGINI, S.Pd. M.Pd PPG Dalam JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun 2018

MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 1 dari 71

MODUL I

PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN PENGLIHATAN

Logo (Kosongkan)

Penulis

SUGINI, S.Pd. M.Pd

PPG Dalam JABATAN

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Tahun 2018

Page 2: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 2 dari 71

Daftar Isi

I Pendahuluan ..............................................

Daftar Isi ..............................................

A Rasionalisasi dan Deskripsi

Singkat

.............................................

B Relevansi .............................................

C Petunjuk Belajar .............................................

II Kegiatan Belajar .............................................

A Kajian Materi 1 .............................................

1. Capaian Pembelajaran .............................................

2. Sub Capaian Pembelajaran .............................................

3. Pokok Materi Konsep Dasar

Ketunanetraan

.............................................

4. Uraian Materi Konsep Dasar

Ketunanetraan

.............................................

5. Rangkuman .............................................

6. Tugas .............................................

7. Tes Formatif .............................................

B Kajian Materi II .............................................

1. Capaian Pembelajaran .............................................

2. Sub Capaian Pembelajaran .............................................

3. Pokok Materi Faktor Penyebab

Page 3: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 3 dari 71

Ketunanetraan .............................................

4. Uraian Materi Faktor Penyebab

Ketunanetraan

.............................................

5. Rangkuman .............................................

6. Tugas .............................................

7. Tes Formatif .............................................

C Kajian Materi III

1. Capaian Pembelajaran ..............................................

2. Sub Capaian Pembelajaran ..............................................

3. Pokok Materi Dampak

Ketunanetraan

..............................................

4. Uraian Materi Dampak

Ketunanetraan

..............................................

5. Rangkuman ..............................................

6. Tugas ..............................................

7. Tes Formatif ..............................................

D Kajian Materi IV ..............................................

1. Capaian Pembelajaran ..............................................

2. Sub Capaian Pembelajaran ..............................................

3. Pokok Kebutuhan

Ketunanetraan

..............................................

4. Uraian Materi Kebutuhan

Ketunanetraan

..............................................

Page 4: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 4 dari 71

5. Rangkuman ..............................................

6. Tugas ..............................................

7. Tes Formatif ..............................................

III Kunci Jawaban ..............................................

IV Daftar Pustaka ..............................................

Page 5: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 5 dari 71

I. Pendahuluan

A. Rasionalisasi dan Deskripsi Singkat

Salah satu jenis peserta didik berkelaian yang umumnya disebut anak

berkebutuhan khusus sesuai PP No 17 tahun 2010 adalah anak tunanetra.

Sebagai guru profesional yang menangani anak tunanetra perlu memahami

secara komprehensif konsep dan karakteristik peserta didiknya. Pemahaman

tersebut sebagai modal dalam memberikan pelayanan pendidikan dalam

mengembangkan potensi serta meminimalisir dampak dari kebutuhan khusus

yang dimiliki oleh peserta didik. Asumsi bahwa hampir semua anak tunanetra

diidentikkan dengan tidak bisa melihat sama sekali atau buta total perlu

diluruskan. Faktanya 60% dari penyandang ketunanetraan masih memiliki

sisa penglihatan. Dengan mempelajari konsep dan pengertian tunanetra guru

dapat terhindar dari asumsi yang salah yang berdampak pada pelayanan

pembelajaran yang kurang tepat. Modul Konsep dan Pengertian Peserta

Didik Tunanetra ini akan membahas mengenai konsep dasar pengertian,

penyebab, klasifikasi dan karakteristik serta dampak yang ditimbulkan dari

ketunanetraan.

Modul ini dikemas dalam empat kajian materi sesuai masing masing sub

bahasan dengan struktur sebagai berikut:

1. 50 menit mendalami materi

2. 60 menit tugas tersruktur (praktikum)

3. 60 menit tugas mandiri

Sedangkan empat kajian materi yang dimaksud disusun dengan urutan

sebagai berikut:

1. kajian materi 1: Konsep Dasar Tunanetra

2. kajian materi 2: Faktor-faktor Penyebab Tunanetra

3. kajian materi 3: Dampak Ketunanetraan

4. kajian materi 4: Kebutuhan Tunanetra

Setelah mempelajari modul ini peserta PPG dalam Jabatan akan dapat 1)

menjelaskan konsep dasar tunanetra terkait dengan pengertian dalam

berbagai perspektif, klasifikasi dan batasannya 2) dapat menjelaskan

Page 6: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 6 dari 71

faktor-faktor yang menjadi penyebab dari ketunanetraan 3) dapat

menjelaskan dampak ketunanetraan 4) dapat menjelaskan mengenai

kebutuhan dasar tunanetra akibat dari kehilangan pengliahtannya

B. Relevansi

Secara keseluruhan, dengan mempelajari kajian materi 1 sampai dengan 4

anda sebagai guru anak tunanetra dapat menguasai konsep teoritis

tunanetra sebagai dasar untuk mengembangkan layanan pendidikan yang

tepat. Sedangkan secara spesifik dapat dijabarkan bahwa pemahaman yang

baik terhadap konsep pengertian tentang tunanetra dapat mengenali kriteria

teoritis dalam menentukan apakah seseorang disebut sebagai tunanetra.

Lebih lanjut, dengan anda mempelajari tentang faktor penyebab

ketunanetraan, kompetensi tersebut relevan dengan profesi guru dalam

melakukan edukasi bagi orang tua dan masyarakat dalam melakukan tindak

pencegahan terjadinya ketunanetraan sehingga dapat mengurangi prevalensi

anak tunanetra. Selanjutnya bahwa setelah anda mempelajari klasifikasi

tunanetra, sebagai guru anda akan memiliki pengetahuan dalam melakukan

penggolongan jenis ketunanetraan dalam berbagai perspektif. Kompetensi ini

sangat relevan dengan tuntutan tugas sebagai guru dalam melakukan

penempatan peserta didik sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, pemahaman

yang luas terhadap karakteristik peserta didik tunanetra akan menjadikan

anda sebagai guru yang dapat melihat peserta didik sesuai proporsinya,

dalam arti memberikan layanan peserta didik disesuaikan dengan

karakteristik unik yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik tunanetra.

C. Petunjuk belajar

Proses pembelajaran pada kajian materi Identifikasi dan Asesmen tunanetra

dalam modul ini akan bisa anda pahami dengan baik jika anda mengikuti alur

dan langkah-langkah belajar sebagai berikut:

1. Lakukan pengecekan terhadap kelengkapan modul ini seperti

kelengkapan halama, kejelasan cetakan, serta kondisi modul secara

keseluruhan

Page 7: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 7 dari 71

2. Bacalah petunjuk penggunaan modul serta bagian pendahuluan sebelum

masuk pada pembahasan materi pokok

3. Pelajarilah modul ini secara bertahap dimulai dari kegiatan pembelajaran

1 sampai tuntas, termasuk di dalamnya latihan dan evaluasi sebelum

melangkah ke kegiatan pembelajaran berikutnya secara profesional

4. Buatlah catatan-catatan kecil jika ditemukan hal-hal yang perlu

pengkajian lebih lanjut atau disampaikan dalam sesi tatap muka

5. Lakukanlah berbagai letihan sesuai dengan petunjukyang disampaikan

pada masing-masing materi pokok. Demikian pula dengan kegiatan

evaluasi dan tindak lanjutnya dikerjakan dengan peuh tanggung jawab

6. Disarankan tidak melihat kunci jawabanterlebih dahulu agar evaluasi

yang dilakukan dapat mengukur tingkat penguasaan peserta terhadap

materi yang disajikan

7. Pelajarilah keseluruhan materi modul ini secara intensif. Modul ini

dirancang sebagai bahan belajar mandiri persiapan uji kompetensi

Baiklah saudara peserta PPG dalam jabatan, keberhasilan anda menempuh

pendidikan ini tergantung dari kesungguhan anda dalam belajar dan

mengerjakan tugas. Selamat belajar, semoga anda sukses memahami

pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini sebagai bekal anda sebagai

guru anak berkebutuhan khusus anak tunanetra.

Page 8: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 30 dari 55

II. Kegiatan Belajar

A. KAJIAN MATERI 1 : KONSEP DASAR TUNANETRA

1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Pada kajian materi 1 ini Capaian Pembelajaran yang akan diraih adalah

ranah Pengetahuan. Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan

dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan khusus

sebagai dasar untuk mengembangkan layanan pendidikan yang

tepat;

2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Setelah mempelajari modul tentang Konsep Dasar Tunanetra peserta

didik PPG dalam Jabatan diharapkan dapat:

a. menjelaskan sistem penglihatan dengan benar

b. menjelaskan berbagai macam kelaian penglihatan

c. membedakan definisi legal dan fungsional pada ketunanetraan

dengan benar

d. menjelaskan batasan/kriteria ketunanetraan dengan benar

3. Pokok-Pokok Materi

a. Sistem Penglihatan

b. Macam-macam kelainan penglihatan

c. Definisi legal dan definisi educational/fungsional dari hambatan

penglihatan

d. Klasifikasi dan batasan ketunanetraan

4. Uraian Materi

Agar anda dapat menguasai capaian pembelajaran seperti tersebut

diatas silakan anda pelajari materi berikut:

a. Sistem Penglihatan

Mata merupakan indera yang sangat pentinga bagi manusia,

hampir sebagian besar pengalaman manusia diperoleh melalui

indera penglihatan. Satu detik kita melihat, berbagai macam

informasi bisa ditangkap, dan jika diverbalkan atau ditulis

membutuhkan banyak sekali kata dan berlembar lembar kertas.

Page 9: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 31 dari 55

Sehingga indera penglihatan memegang peranan penting dalam

kehidupan seseorang. Pada kegiatan ini akan dibahas tentang

proses penglihatan pada manusia serta struktur anatomi mata untuk

memberikan gambaran umum bagaimana mata berfungsi.

Memahami proses penglihatan serta bagian-bagian struktur mata

yang pokok akan menolong bagi guru, orang tua serta profesi lain

yang berkerja untuk tunanetra dalam memfungsikan penglihatan.

Coba anda perhatikan gambar berikut:

Scholl (1986) dalam artikel tentang The visual System menyebutkan

bahwa struktur internal mata terdiri dari Lapisan Luar, Lapisan

Tengah dan Lapisan Dalam. Lapisan Luar. Mata merupakan

lapisan fibrous yang menyangga mata, terdiri dari : Sklera dan

Kornea. Sklera merupakan jaringan padat, berwarna putih yang

menempati 5/6 bagian posterior dinding bola mata. Pada orang

dewasa atau lansia, deposit lemak dapat memberikan warna kuning

pada sclera. Sedangkan Kornea merupakan lapisan padat,

avaskuler dan transparan yang bersambung dengan sklera.

Menempati 1/6 bagian anterior dinding bola mata dengan diameter

kira-kira 11 mm. Kornea merupakan lanjutan dari sklera, tetapi lebih

Page 10: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 32 dari 55

tebal disambungkan oleh Limbus yaitu pertemuan kornea dengan

sclera. Jika sudah berusia lanjut biasanya terdapat Cincin putih pada

pada limbus akibat adanya degenerasi lemak yang disebut Arkus

senilis pada lansia.

Selanjutnya Lapisan Tengah pada mata terdiri dari Uvea

yaitu lapisan kedua dari bola mata, yang merupakan lapisan

bervaskuler dan berpigmen. Lapisan ini berisi : Koroid, Badan siliar

dan Iris. Koroid yaitu membran coklat tua yang terletak antara sklera

dan retina. Koroid merupakan bagian terbesar dari lapisan tengah

dan dilapisi oleh sebagian besar sklera. Koroid berisi banyak

pembuluh darah yang menyuplai nutrien ke retina dan badan vitreus.

Serta mencegah refleksi internal cahaya. Bagian lapisan tengah

yang lain adalah Iris yang merupakan perpanjangan dari korpus

siliare ke anterior dan merupakan bagian mata yang berwarna serta

menampakkan karakteristik biru, hijau, hazel, abu-abu, cokelat atau

hitam. Fungsi iris yaitu mengatur jumlah cahaya yang masuk ke

mata.

Terakhir adalah bagian lapisan dalam yang terdiri dari Retina,

Kornea dan Lensa. Retina memiliki struktur tipis, halus dan bening

tempat serat-serat saraf optik didistribusikan yang melapisi bagian

dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Sedangkan Kornea

merupakan Lapisan padat dan transparan, bersambung dengan

sclera yang menempati 1/6 bagian anterior mata. Berikutnya adalah

Lensa dengan struktur yang tidak berwarna dan hampir transparan

sempurna.Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm, terletak di

belakang iris. Lensa membiaskan sinar yang masuk melalui pupil

agar dapat difokuskan atau jatuh ke retina. Proses perubahan

kecembungan lensa untuk mengubah jarak fokus ini disebut

“akomodasi”. Sifat fisik lensa bervariasi, bergantung pada umur.

Pada bayi, agak lunak sedangkan pada dewasa permukaan

substansi lensa menjadi lebih keras. Pada umur 40-an lensa

Page 11: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 33 dari 55

bertambah besar dan lebih pipih, berwarna kekuningan dan menjadi

lebih keras. Perubahan ini bertanggung jawab pada terjadinya

presbyopia.

Setelah anda mempelajari tentang bagian-bagian mata,

sekarang kita beralih pada bagaimana mata bisa melihat. Mata

memiliki dua jenis kemampuan yaitu penglihatan sentral,serta

penglihatan periferal (samping) atau bidang, dan bagian retina yang

berbeda bertanggung jawab untuk masing-masing fungsi tersebut.

Apa yang dimaksud dengan Penglihatan Sentral ? Sunanto,(2005)

dan Tarsidi (2007) (Friend, 2005) menjelaskan bila mata

memandang suatu obyek, dilakukan dalam "sumbu penglihatan"

(visual axis). pada satu ujung sumbu tersebut adalah obyek itu, dan

pada ujung lainnya adalah retina atau lebih tepatnya macula. Macula

adalah bagian kecil dari retina merupakan sel-sel foto-reseptif, yang

dapat berfungsi lebih baik dalam keadaan cahaya terang, dan

memungkinkan mata membedakan rincian halus dan warna. Macula

sangat penting untuk banyak tugas-tugas visual dan motorik halus

yang dilaksanakan anak di dalam maupun di luar ruangan kelas.

Jenis penglihatan inilah yang sangat penting untuk tugas-tugas

seperti membaca, dan kerusakan pada macula mempunyai implikasi

yang signifikan bagi kegiatan belajar.

Sedangkan Penglihatan Periferal atau Penglihatan Bidang

dipengaruhi oleh bagian tepi dari macula yang disebut Rods. Bagian

tepi dari macula terdiri dari sel-sel foto-reseptor yang disebut rods.

Kepekaan rods meningkat dalam keadaan cahaya yang lebih redup,

rods penting untuk memberikan informasi visual tentang apa yang

terdapat di sekeliling, bentuk citra yang dipersepsi oleh bagian

tengah retina. Misalnya, bila kita sedang berkonsentrasi membaca

kata-kata pada bagian tengah baris ini, kita sadar akan kata-kata

yang tertulis pada kedua ujung baris ini yang berada di luar fokus.

Begitu pula, kitapun sadar akan kata-kata yang tertulis di atas atau di

Page 12: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 34 dari 55

bawah baris. Bagian tepi retina menangkap citra buram di sekeliling

fokus, dan penangkapan tentang citra tersebut semakin jelas bila

lebih dekat ke macula. Kehilangan penglihatan pada bagian ini, baik

sebagian maupun sepenuhnya (penglihatan cerobong-tunnel vision),

mempunyai implikasi pendidikan yang serius. Misalnya, siswa akan

mengalami kesulitan berjalan dalam keadaan cahaya redup (buta

ayam - night blindness).

Setelah anda mempelajari tentang bagaimana mata melihat,

ada baiknya anda mempelajari pula bagaimana fungsi indera lain

dalam mendukung indera penglihatan. Organ-organ penginderaan

berfungsi memperoleh informasi dari lingkungan dan

mengirimkannya ke otak untuk diproses, disimpan dan

ditindaklanjuti. Masing-masing organ penginderaan bertugas

memperoleh informasi yang berbeda-beda. Informasi visual seperti

warna dan citra bentuk diperoleh melalui mata. Informasi auditer

berupa bunyi atau suara diperoleh melalui telinga. Informasi taktual

seperti halus/kasar diperoleh melalui permukaan kulit yang menutupi

seluruh tubuh. Kulit ujung-ujung jari merupakan akses informasi

taktual yang paling peka, dan oleh karenanya indera ini disebut

indera perabaan. Selain informasi taktual, kulit juga mempersepsi

informasi suhu (panas/dingin). Dua organ indera lainnya yang

termasuk pancaindera adalah hidung untuk penginderaan informasi

bau/aroma, dan lidah untuk penginderaan informasi rasa (manis,

asin, dll.). Indera apakah yang bekerja untuk memberikan informasi

ke otak bahwa jalan yang anda injak itu miring atau bergoyang? Ada

yang berpendapat bahwa informasi tersebut dipersepsi melalui

"indera keseimbangan" yang berpusat di telinga. Akan tetapi, karena

terpersepsinya informasi tersebut juga melibatkan bagian-bagian

tubuh lain terutama otot-otot persendian, ahli lain berpendapat

bahwa informasi tersebut diperoleh melalui "propriosepsi", yaitu

penginderaan atau persepsi tentang berbagai posisi dan gerakan

Page 13: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 35 dari 55

bagian-bagian tubuh yang saling berkaitan, terlepas dari indera

penglihatan.

Untuk lebih mendalami matei ini silakan anda buka tautan berikut,

http://d-tarsidi.blogspot.co.id/2008/06/anatomi-dan-fisiologi-

mata.html

Setelah anda mengenal dan memahami proses penglihatan serta

bagian struktur mata, pengetahuan ini akan membantu anda dalam

memahami fungsi penglihatan.

b. Kelainan Penglihatan

Setelah anda mempelajari tentang bagian-bagian mata serta

anatominya anda juga perlu mengetahui apa saja

kelainan/hambatan penglihatan yang dapat mempengaruhi fungsi

kerja mata. Dalam kegiatan ini akan dibahas mengenai beberapa

kelainan penglihatan yang umum ditemui. Hal ini penting bagi anda

untuk mengetahui jenis kelainan penglihatan dan penyebabnya

(penyebab akan kita bahas pada modul 2) karena pengetahuan dan

kesadaran semacam ini diperlukan untuk memahami dan

memberikan pelayanan yang terbaik untuk siswa yang mengalami

kelainan penglihatan. Selain itu jika anda memiliki pengetahuan

tentang jenis kelainan penglihatan, anda diharapkan dapat

memahami perilaku siswa terkait dengan jenis kelainan penglihatan

yang dimilikinya sehingga dapat meminimalisir dampak penyertanya.

Berikut ini merupakan beberapa jenis/macam kelainan penglihatan

diasarikan dari berbagai sumber (Widdjajantin&Hitipieuw, 1996.,

Sunanto, 2005., Hadi, 2005., Tarsidi, 2007):

1) Kelainan Refraksi

Bagi anak yang mengalami kelainan refraksi (pembiasan

cahaya) tanpa disertai gangguan lain, biasanya penglihatannya

dapat dikoreksi hingga kembali normal dengan menggunakan

kaca mata atau lensa. Seseorang dianggap menyandang

ketunanetraan hanya bila penglihatan terbaiknya, sesudah

Page 14: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 36 dari 55

dikoreksi, memiliki ketajaman yang secara signifikan berada di

luar batas normal bagi penglihatan dekat dan penglihatan

jauhnya. Mata yang mengalami gangguan refraksi fungsi

penglihatan mengalami penurunan, biasanya terjadi pada kedua

mata bisa disebabkan oleh faktor keturunan maupun diperoleh

kemudian dan jika tidak ditangani segera akan semakin

menimbulkan kerusakan. Kelainan refraksi yang umum adalah

myopia (pengliahtan dekat) dan Hyperopia (pengliahtan jauh).

Sedangkan dengan meningkatnya usia seseorang akan

mengalami penurunan akomodasi karena lemahnya elastisitas

lensa yang disebut presbyopia, pada gangguan ini seseorang

akan mengalami penurunan ketajaman penglihatan. Jenis

kelainan ini dapat dikoreksi dengan kacamata dua lensa.

2) Astigmatism

Penyebab utama astigmatism adalah bervariasinya daya refraksi

cornea atau lensa akibat kelainan dalam bentuknya. Hal ini

mengakibatkan distorsi pada citra yang tebentuk pada macula.

Bila kasusnya sederhana, kondisi ini dapat dikoreksi dengan

memakai kaca mata dengan lensa silinder, tetapi permasalahan

dapat timbul bila kondisi ini disertai myopia dan hypermetropia.

Bila disertai dengan jenis gangguan penglihatan lain, koreksi

akan menjadi sulit dan dapat mengakibatkan berkurangnya

ketajaman penglihatan.

3) Katarak

Katarak, yaitu keruhnya lensa mata, merupakan salah satu

penyebab ketunanetraan utama, baik pada anak-anak maupun

orang tua. Orang yang mengidap katarak melihat seperti melalui

kaca jendela yang kotor. Keruhnya lensa menghalangi masuknya

cahaya ke retina. Terdapat beberapa jenis katarak. Sebagian

besar yang terjadi pada anak-anak merupakan katarak bawaan,

sedangkan pada orang tua katarak merupakan bagian dari

Page 15: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 37 dari 55

proses penuaan yang normal. Meskipun anak-anak tertentu

mungkin telah dicabut lensanya yang terserang katarak itu sejak

dini, sehingga matanya aphakic (tanpa lensa), tetapi mereka

tetap akan mengalami masalah penglihatan yang parah. Anak

yang mengalami katarak pada bagian tepi lensa membutuhkan

tingkat pencahayaan yang tinggi, sedangkan anak yang

mengalami katarak bagian tengah lensa akan dapat melihat

dengan baik jika cahanya tidak terlalu terang. Katarak yang tidak

mendapatkan perawatan dapat mengakibatkan mata menjadi

juling di samping itu penglihatan fungsional anak anak yang

mengalami katarak akan berbeda-beda meskipun jika diukur

ketajaman penglihatannya sama.

4) Buta Warna

Seorang dengan buta warna biasanya ketajaman penglihatannya

tidak bermasalah, mereka tidak dapat membedakan warna yang

disebabkan oleh kerusakan atau kelainan pada sel receptor di

retina yang berbentuk kerucut atau sering disebut cone. Kelainan

penglihatan lain yang berimplikasi buta warna yaitu:

a) Achromatopsia atau Cone Dystrophy

Merupakan kondisi herediter yang lebih banyak terjadi pada

laki-laki daripada perempuan. Tidak sempurnanya

perkembangan cones di dalam macula mengakibatkan

kebutaan warna total dan mengurangi ketajaman penglihatan

jauh. Sebagai akibat dari hilangnya fungsi cones, rods tidak

terlindungi pada siang hari sehingga terekspos secara

berlebihan. Oleh karena itu anak dan remaja yang mengidap

kondisi ini sangat fotofobik dan mengalami nystagmus.

b) Albinism

Merupakan kondisi yang herediter (diwariskan), yang dapat

dialami oleh semua kelompok ras, yang terkait dengan

kekurangan pigment atau ketidakmampuan tubuh untuk

Page 16: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 38 dari 55

memproduksi melanin. Anak yang mengidap albinism ada

yang putih rambut dan kulitnya, tetapi ada juga yang tidak

menunjukkan tanda-tanda mengalami kondisi ini. Dalam

jenis albinism yang parah, yang dikenal dengan

"oculocutaneous albinism", macula tidak sempurna

perkembangannya, dan kondisi penglihatan lain yang

dikenal dengan istilah "nystagmus", yaitu mata berkedip-

kedip terus secara berirama, dapat terjadi (lihat bagian

berikut ini). Di samping itu, kulit pengidap albinism yang

sangat pucat itu mudah terbakar sinar matahari, terutama

bila terekspos pada sinar yang tinggi kadar ultravioletnya,

seperti sinar yang terpantul dari salju atau laut. Anak yang

mengidap jenis kondisi ini biasanya mengalami

ketunanetraan cukup berat dan tingkat penglihatannya

jarang lebih dari 6/36 pada tes Snellen, tetapi dapat

terbantu oleh alat-alat bantu low vision tertentu atau CCTV

5) Strabismus (Juling)

Terdapat banyak jenis mata juling, tetapi yang paling umum

terjadi pada anak-anak adalah "manifest squint", yaitu

penyimpangan yang jelas dari arah gerakan satu mata: ke

dalam, ke luar, ke atas, ke bawah, atau kombinasi gerakan-

gerakan ini. Penglihatan juling itu mungkin terjadi terus-menerus

atau sewaktu-waktu, seperti hanya jika anak tidak memakai kaca

mata, melihat pada jarak tertentu atau bila dia letih. Manifest

squint dapat terjadi kapan saja dan pada semua kelompok usia,

tetapi banyak yang dibawa dari lahir, dan perawatan biasanya

dilakukan sebelum anak mulai bersekolah. Usia puncak untuk

terjadinya mata juling adalah antara satu hingga empat tahun.

Mata juling yang tidak dikoreksi akan mengakibatkan kelainan

dan menghambat berkembangnya penglihatan binokuler,

mengurangi bidang dan kedalaman penglihatan, dan jika juling

Page 17: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 39 dari 55

disertai kondisi penglihatan lain, seperti katarak, maka asesmen

fungsi penglihatannya harus dilakukan secara cermat. karena hal

itu akan menambah serius masalah penglihatannya. Anak yang

memiliki penglihatan monokuler akan mengalami kesulitan dalam

permainan atau kegiatan lain yang tergantung pada koordinasi

mata-gerak motorik yang cepat.

6) Nystagmus

Nystagmus adalah gerakan ritmis yang tidak disadari yang

biasanya terjadi pada kedua bola mata. Nystagmus dapat berdiri

sendiri, tetapi lebih sering terjadi bersama-sama dengan jenis-

jenis gangguan penglihatan lainnya, seperti albinism, aniridia,

katarak bawaan. Anak-anak yang mengidap nystagmus

mengalami banyak kesulitan, terutama dalam keterampilan

menatap, karena mereka tidak dapat mempertahankan tatapan

matanya tetap pada satu posisi. Siswa-siswa tertentu dapat

dibantu dengan dilatih untuk mengidentifikasi "titik nol" yaitu

posisi mata atau arah tatapan di mana gerakan matanya itu

paling sedikit.

7) Retinitis Pigmentosa (RP)

RP adalah nama untuk sekelompok kondisi progresif yang

menyerang retina, terutama bagian periferal yang berisi rods,

yaitu sel-sel yang peka untuk penglihatan dalam cahaya suram.

RP mengakibatkan "penglihatan cerobong" ("tunnel vision") dan

buta" ayam" (night blindness). RP merupakan suatu kondisi

kerusakan pada lapisan retina yang disebabkan karena

kelebihan oksigen pada saat bayi lahir prematur yang

dimasukkan kedalam inkubator. Pada saat organ mata

berkembang lapisan retina mengelupas dari pembuluh darahnya

dan akibatnya penderita dapat mengalami kebutaan. RP lebih

umum terjadi pada anak laki-laki dan dapat terkait dengan

berbagai sindrom seperti Usher's syndrome (RP plus tuli),

Page 18: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 40 dari 55

Leber's amaurosis dan Lawrence Moon Biedl syndrome. Banyak

pengidap RP bersifat fotofobik dan harus memakai kaca mata

warna. Progresi kondisi penglihatannya bervariasi, tetapi dapat

cepat sekali pada masa remaja, sehingga remaja itu tidak dapat

belajar dengan menggunakan penglihatannya lagi.

Penglihatannya harus diperiksa terus secara teliti, dan setiap

perubahan yang terjadi harus dilaporkan. Konseling profesional

mungkin diperlukan bagi siswa pengidap RP beserta

keluarganya.

8) Glaucoma

Glaucoma mengakibatkan meningginya tekanan di dalam bola

mata yang dapat mempengaruhi suplai darah ke kepala syaraf

optik. Terdapat beberapa jenis glaucoma: dapat merupakan

penyakit tersendiri, atau dapat juga terkait dengan kondisi-

kondisi lain, misalnya aniridia. Satu jenis glaucoma yang terjadi

pada anak-anak adalah buphthalmos ("mata sapi"), yang

ditandai dengan membesarnya satu mata atau kedua belah

mata. Ini merupakan kondisi yang berbahaya, yang jika tidak

diberi perawatan dapat merusak lensa, retina atau syaraf optik.

Jenis-jenis glaucoma lainnya ditandai dengan berkurangnya

bidang pandang dan kesulitan melihat di tempat yang gelap atau

redup.

9) Coloboma

Kondisi yang herediter ini sering ditandai dengan pupil berbentuk

lubang kunci, tetapi kelainan bentuk dapat terjadi pula pada

bagian-bagian mata lainnya. Berkurangnya ketajaman penglihatan

dapat disertai dengan nystagmus, juling, dan fotofobia. Katarak

juga sering menyertainya. Anak-anak yang mengidap coloboma

juga dapat mengidap microphthalmia (mata kecil). Tergantung di

mana letak retakannya, berkurangnya bidang pandang dapat

terjadi pada mata bagian bawah. Kondisi ini dapat terkait dengan

Page 19: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 41 dari 55

kondisi-kondisi lain, misalnya CHARGE syndrome (coloboma,

kelainan jantung, cloacal artesia, retardasi, genitourinary defects,

anomali telinga). Untuk mempelajari materi ini secara lengkap anda

dapat membuka tautan berikut:

Setelah anda mempelajari jenis jenis kelainan penglihatan anda

memiliki pengetahuan dalam mengenali jenis kelainan mata tersebut

dan menggunakan pengetahuan ini pada peserta didik.

Sebagai tambahan agar anda memiliki gambaran terhadap berbagai

kelainan penglihatan tersebut bukalah tautan berikut:

c. Definisi tunanetra klasifikasi dan batasan tunanetra

Apakah seseorang dengan kelainan penglihatan bisa disebut

sebagai tunanetra? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka

perlu anda pelajari mengenai konsep pengertian tunanetra. Secara

umum definisi tunanetra adalah mereka yang memiliki hambatan

penglihatan seluruh atau sebagian dan akibat dari hambatan

penglihatannya tersebut mereka mengalami hambatan dalam

memfungsikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga

memerlukan pendidikan/layanan khusus. Akan tetapi definisi

tunanetra tidak hanya dilihat dari satu sudut pandang saja.

Pengetahuan tentang definisi tunanetra sangat diperlukan oleh

seorang pendidik untuk mengembangkan program pendidikan yang

sesuai dengan kebutuhan anak. Batasan secara legal telah banyak

dipergunakan dalam mendefinisikan ketunanetraan. Dalam

pendefinisian ini biasanya digunakan kartu Snellen, yang biasanya

dipergunakan dalam pemeriksaan klinis tentang ketajaman

penglihatan dalam suatu kondisi tertentu. Selain batasan legal, ada

juga batasan-batasan lainnya yang disesuaikan dengan tujuannya.

Peserta didik yang didefinisikan sebagai tunanetra sebenarnya

tidak dapat digolongkan pada kelompok yang homogen

https://www.youtube.com/watch?v=gq5sBb-n_Yw

Page 20: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 42 dari 55

(disamaratakan) (McLinden & McCall, 2005) mereka yang tidak

memiliki fungsi penglihatan sama sekali hanyalah sebagian kecil dari

anak tunanetra hanya sekitar 20%. Sedangkan yang lain mereka

beragam dari kemampuan sisa penglihatan ringan, partial sampai

yang membutuhkan bantuan. Beberapa peserta didik tunanetra

memiliki tambahan kebutuhan khusus lain, hasil penelitian

menunjukkan yang memiliki hambatan tunggal tunanetra saja hanya

40%, 22%nya memiliki kebutuhan khusus lain yang ringan

sedangkan 38% lainnya termasuk yang berat (Sapp, 2003). Menurut

Lewis (2003) hampir 80% anak tunanetra dapat melihat sesuatu.

Artinya adalah asumsi bahwa tunanetra adalah orang yang tidak

dapat melihat sama sekalai adalah keliru.

Seseorang dikatakan buta secara legal apabila ketajaman

penglihatannya 20/200 atau kurang pada mata yang terbaik setelah

dikoreksi, atau lantang pandangnya tidak lebih besar dari 20 derajat.

Dalam definisi ini, 20 feet adalah jarak dimana ketajaman

penglihatan diukur. Sedangkan 200 dalam definisi ini menunjukkan

jarak dimana orang dengan mata normal dapat membaca huruf yang

terbesar pada kartu snellen. Bagian yang kedua dari definisi tersebut

berhubungan dengan adanya keterbatasan pada lantang pandang,

merupakan kemampuan seseorang untuk melihat objek ke arah

samping. Batasan legal ini dipertimbangkan penggunaannya dalam

pendidikan, tetapi kalau tidak dengan pertimbangan yang lain, maka

hasil pengukuran tersebut hanya memberikan kontribusi yang kecil

dalam perencanaan program pendidikan bagi anak-anak tunanetra

(Sunanto, 2005).

Seseorang dikatakan buta apabila mempergunakan

kemampuan perabaan dan pendengaran sebagai saluran utama

dalam belajar. Mereka mungkin mempunyai sedikit persepsi cahaya

atau persepsi bentuk atau sama sekali tidak dapat melihat (buta

total)(Genes & Genes, 2005).

Page 21: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 43 dari 55

Seseorang dikatakan buta secara fungsional apabila saluran

utama yang dipergunakanya dalam belajar adalah perabaan atau

pendengaran. Mereka dapat mempergunakan sedikit sisa

penglihatannya untuk memperoleh informasi tambahan dari

lingkungan. Orang seperti ini biasanya mempergunakan huruf Braille

sebagai media membaca dan memerlukan latihan orientasi dan

mobilitas (Genes &Genes, 2005)

Seseorang dikatakan menyandang low vision atau kurang lihat

apabila ketunanetraannya masih memungkinkannya memfungsikan

indera penglihatannya dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Saluran utama yang dipergunakanya dalam belajar adalah

penglihatan dengan mempergunakan alat bantu, baik yang

direkomendasikan oleh dokter maupun bukan. Jenis huruf yang

dipergunakan sangat bervariasi tergantung pada sisa penglihatan

dan alat bantu yang dipergunakannya. Latihan orientasi dan

mobilitas diperlukan oleh siswa low vision untuk mempergunakan

sisa penglihatannya.

Nakata (2003) dalam Rahardja (2007) mengemukakan bahwa

yang dimaksud dengan tunanetra adalah mereka yang mempunyai

kombinasi ketajaman penglihatan hampir kurang dari 0.3 (60/200)

atau mereka yang mempunyai tingkat kelainan fungsi penglihatan

yang lainnya lebih tinggi, yaitu mereka yang tidak mungkin atau

berkesulitan secara signifikan untuk membaca tulisan atau ilustrasi

awas meskipun dengan mempergunakan alat bantu kaca pembesar.

Pengukuran ketajaman penglihatan dilakukan dengan

menggunakan international chart yang disebut Eyesight-Test.

Sedangkan dalam pengklasifikasiannya didasarkan dalam

berbagai macam tujuan. Berikut ini kalsifikasi anak tunanetra yang

dapat anda cermati

Klasifikasi untuk keperluan Pembelajaran yaitu buta yang

hanya dapat dididik dengan menggunakan indera-indera yang lain

Page 22: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 44 dari 55

selain penglihatan dan Lemah Penglihatan yang mana sisa

penglihatannya masih dapat dimanfaatkan dalam memperoleh

keterampilan-keterampilan.

Klasifikasi berdasarkan fungsi yaitu; Kelompok yang memiliki

penglihatan yang membutuhkan koreksi lensa atau alat bantu lain ;

Ketajaman penglihatan kurang, memerlukan pencahayaan dan alat

bantu penglihatan; Memiliki penglihatan central rendah, lantang

penglihatan sedang, ketidak mampuan memperoleh pengalaman

akibat kerusakan penglihatan; Kel. Memiliki fungsi penglihatan

buruk, latang pandang rendah, penglihatan central buruk, perlu alat

bantu membaca yang kuat dan Buta Total.

Klasifikasi berdasarkan kemampuan melihat diantaranya Blind

/buta total; masih memiliki sisa penglihatan/bisa membedakan

terang dan gelap; Kurang penglihatan ; light perception, dapat

membedakan terang dan gelap, light projection yaitu dapat

mengetahui perubahan cahaya dpt menentukan sumbernya, Tunnel

vision, penglihatan pusat , hanya bida melihat objek bagian

tengahnya saja; Periveral vision, penglihatan tepi, pengamatan

pada benda hanya terlihat pada bagian tepi; Penglihatan bercak,

pengamatan terhadap objek ada bagian-bagian tertentu yang tidak

terlihat

Klasifikasi berdasar waktu terjadinya yaitu Buta sejak lahir

memperoleh pengetahuan dan tanggapan melalui pendengaran dan

perabaan; Buta setelah lahir masih menyimpan tanggapan visual

yang berhubungan dengan tanggapan pendengaran dan

perabaannya.

Serta klasifikasi berdasarkan tingkat ketajaman penglihatan

yaitu

• Tingkat ketajaman 20/200 – 20/50 feet (6/6-6/16 m)

• Tingkat ketajaman 20/70 – 20/200 feet (6/20-6/60 m)

• Tingkat Ketajaman 20/200 feet > /(6/60 m>)

Page 23: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 45 dari 55

• Tingkat ketajaman 0

Untuk mempelajari definisi dan pengertian tunanetra secara

mendalam bukalah tautan berikut:

http://d-tarsidi.blogspot.co.id/2009/03/dampak-ketunanetraan-

terhadap.html

didalam link diatas terdapat istilah visual acuity dan lapang pandang,

untuk memahami lebih lanjut anda akan mempelajarinya pada

kegiatan II. Setelah anda membaca materi pada link diatas sekarang

coba anda bandingkan definisi tunanetra dari link berikut ini

http://dj-rahardja.blogspot.co.id/2008/09/ketunanetraan.html

jika diperhatikan dengan seksama definisi tunanetra dari kedua

sumber diatas hampir sama, terdapat definisi legal dan definisi

fungsional. Sekarang cobalah membuat kesimpulan siapa itu

tunanetra, klasifikasi dan apa saja batasan-batasannya berdasar

bacaan yang sudah anda pelajari!

Untuk memperkaya pengetahuan anda mengenai konsep pengertian

tunanetra berikut sumber referensi yang bisa anda pelajari ,

1) Juang Sunanto (2005) Mengembangkan Potensi Anak

Berkelainan Penglihatan. H.1-13 dan 23-33. Jakarta, Depdiknas

2) Purwaka Hadi (2005) Kemandirian Tunanetra h.35-39. Jakarta,

Depdiknas

3) Anastasia Widdjajantin dan Imanuel Hitipew (1996)

Ortopedagogik Tunanetra I, h.4-6. Jakarta. Dekdikbud

4) Asep AS Hidayat dan Ate Suwandi (2013) Pendidikan Anak

Berekebutuhan Khusus Tunanetra h.1-17. Jakarta. Luxima

5) Sertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL%202017/?dir=

Pendidikan%20Luar%20Biasa Materi Bacaan BAB I

5. Rangkuman

a. Bagian bagian mata

Page 24: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 46 dari 55

Kelopak mata melindungi bola mata dari luar didalamnya terdapat

conjunctiva yaitu selaput yang melapisi bagian dalam kelopak untuk

mencegah benda asing masuk mata dan menjaga kornea agar tidak

kering. Bagian lain dari mata adalah Sklera yang berupa dinding

keras untuk melindungi bagian mata yang lebih peka, bersambung

dengan kornea yang berfungsi mengarahkan cahaya kedalam mata

dan merupakan lensa cembung yang sangat kuat. Didalamnya

terdapat serabut syaraf dan berubah buram jika terjadi kerusakan.

Bagian selanjutnya adalah lensa berisi cairan bening untuk

membantu mengeluarkan kotoran. Lensa semakin lama tidak elastis

sehingga pada pemiliknya perlu dibantu dengan lensa tambahan.

Cahaya masuk ke dalam lensa menembus retina dan di depan lensa

ada iris yang memberikan warna pada mata berfungsi untuk

mengatur jumlah cahaya yang masuk melalui pupil.

Fungsi kerja mata berupa penglihatan central dan pengliahatan tepi.

Penglihatan central adalah bila mata memandang suatu objek dalam

sumbu penglihatan diperlukan dalam kegiatan membaca. Sedangkan

penglihatan tepi memberikan informasi visual tentang apa yang

terdapat di sekeliling berbentuk citra, jika terjadi kerusakan pada

bagian ini maka implikasinya adalah hambatan mobilitas. terdapat

pula istilah lapang pandang yaitu kemampuan melihat samping kiri

dan kanan tanpa harus melirik. Pada saat melihat melihat jauh otot

ciliary dalam keadaan lemas sebaliknya melihat dekat otot tersebut

akan menguat dan terfokus.

b. Kelainan pada mata

Berikut ini merupakan beberapa kelaianan pada mata: Kelainan

refraksi atau pembiasan, Myopia/melihat dekat, Hypermetropia/

melihat jauh, astigmatism bervariasinya daya refraksi cornea atau

lensa akibat kelainan dalam bentuknya berakibat pada berkurangnya

ketajaman penglihatan. Cones dystrophy kebutaan warna total dan

mengurangi ketajaman penglihatan jauh. Albinism, pigmen warna

Page 25: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 47 dari 55

yang terbatas dan kondisi mata berkedip terus berakibat pada

ketajaman penglihatan yang rendah. Aniridia dimana iris tidak

berkembang sehingga mata terasa tidak nyaman dan sakit. Katarak

merupakan keruhnya lensa mata dan menjadi penyebab

ketunanetraan. Coloboma adalah keadaan pupil berbentuk lubang

sehingga menimbulkan ketajaman mata yang berkurang, nistagmus,

juling dan katarak. Glaukoma mengakibatkan tingginaya tekanan

pada bola mata dan mempengaruhi suplai dara ke syaraf optik.

Hemianopia adalah tidak memiliki lapang pandang. Keratoconus

adalah kornea yang mengerucut sehingga bidang pandang

terganggu, ketajaman penglihatan berangsur hilang. Optic Atrophy

adalah kemunduruan fungsi saraf optik yang mengganggu proses

penglihatan. Retinitis Pigmentosa kerusakan retina yang progresif

berakibat pada penglihatan sentral dan rabun ayam. Retinopati of

prematurity adalah kerusakan retina disebabkan karena kelahiran

prematur. Juling adalah penyimpangan jelas arah gerak mata.

c. Definisi, batasan dan klasifikasi tunanetra

Seseorang dikatakan buta secara umum apabila mempergunakan

kemampuan perabaan dan pendengaran sebagai saluran utama

dalam belajar. Mereka mungkin mempunyai sedikit persepsi cahaya

atau persepsi bentuk atau sama sekali tidak dapat melihat (buta

total). Sedangkan seseorang dikatakan buta secara legal

apabila ketajaman penglihatannya 20/200 atau kurang pada mata

yang terbaik setelah dikoreksi, atau lantang pandangnya tidak lebih

besar dari 20 derajat. Seseorang dikatakan buta secara fungsional

apabila saluran utama yang dipergunakanya dalam belajar adalah

perabaan atau pendengaran. Mereka dapat mempergunakan sedikit

sisa penglihatannya untuk memperoleh informasi tambahan dari

lingkungan.

Ketajaman Penglihatan Klasifikasi WHO

Page 26: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 48 dari 55

6/6 hingga 6/18 Normal vision

<6/18 hingga >3/60 (kurang dari

6/18 tetapi lebih baik atau sama

dengan 3/60)

Low vision (kurang awas)

<3/60 Blind

Berdasarkan klasifikasi di atas, seseorang dikatakan tunanetra

apabila ketajaman penglihatannya kurang dari 6/18. Ini berarti bahwa

tingkat sisa penglihatan orang tunanetra itu berkisar dari 0 (buta total)

hingga <6/18. Ini juga berarti bahwa orang yang dikategorikan

sebagai buta (blind) itu tidak hanya mereka yang buta total melainkan

juga mereka yang masih mempunyai sedikit sisa penglihatan (<3/60).

Sedangkan batasan menurut WHO jika ukuran ketajaman

penglihatan adalah 20/200 atau kurang, dengan medan pandang 20

derajat atau kurang maka disebut tunanetra

6. Tugas

Setelah mempelajari konsep dasar tunanetra sekarang coba carilah

definisi tunanetra dari berbagai sudut pandang!

7. Tes Formatif (10 soal objektif)

Berilah tanda Silang (X) pada salah satu huruf A, B, C, atau D pada

jawaban yang kamu anggap benar.

1 Apa yang dimaksud dengan kriteria penglihatan normal dalam tes ketajaman

penglihatan

a Ukuran visus 6/60-6/80 d Ukuran visus 2/20-20/200

b Ukuran visus 6/6-6/18 e Ukuran visus 20/20-20/200

c Ukuran visus 6/18-6/60

2 Mengapa kemampuan lapang pandang kurang dari 20 derajat digolongkan

Page 27: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 49 dari 55

menjadi tunanetra

a Sebab memiliki dampak yang

sama seperti penyandang

tunanetra

d Berdampak pada kemampuan

mempersepsi cahaya

b Berdampak pada hilangnya

ketajaman penglihatan

e Berdampak pada kemampuan

membentuk konsep

c Berdampak pada perkembangan secara umum

3 Seorang dikatakan memiliki efisiensi penglihatan 100 persen jika

a Ukuran visus 6/60 d Ukuran visual field 6/6

b Ukuran visual fieldnya normal e Ukuran visual cues 6/6

c Ukuran visus 6/6

4 Jika seseorang memiliki ukuran ketajaman penglihatan 6/60 artinya

a Efisiensi penglihatan 100% d Lapang pandangnya 20%

b Mengalami low vision ringan e Visual cues 20%

c Efisiensi penglihatan 20%

5 Siapa yang paling beresiko terkena Retinopati of prematurity yang dapat

menyebabkan ketunanetraan

a Orang lanjut usia d Kelahiran caesar

b Balita usia 3-5 tahun e Berat bayi lahir rendah

c Kelahiran belum cukup bulan

6 Mengapa albinism digolongkan sebagai tunanetra

a Bawaan generatif mengakibatkan

hambatan perkembangan

d Mata yang berair dan berkaca

kaca

Page 28: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 50 dari 55

b Kerusakan pada mata akibat virus e Kelainan pigmen berpengaruh

pada retina yang peka cahaya

c Dampak albinonya berpengaruh pada kesehatan mata

7 Bagian mata yang bertugas mengatur intensitas cahaya yang masuk adalah

a iris d Kornea

b Lensa e Corona

c Cerebelum

8 Apa yang dimaksud dengan Visual Field

a Kemampuan melihat lurus tanpa

melirik

d Melihat bidang pandang

dengan daya akomodasi

b Kemampuan melihat sisi kiri kanan

tanpa melirik

e Bidang pandang seorang

diukur dengan snellen

c Kemampuan melihat kiri kanan melalui pantulan

9 Penderita katarak umumnya memiliki bola mata yang keruh hal dapat

menghalangi ketakaman penglihatan sebab

a Keruhnya kornea menghalangi

cahaya ke iris

d Keruhnya lensa menghalangi

masuknya cahaya ke retina.

b Keruhnya iris menghalangi cahaya

ke retina

e Keruhnya bagian putih mata

menutupi lensa

c Keruhnya kornea menghalangi cahaya ke pupil

10 Tes ishihara digunakan untuk mengukur

a Potensi warna d Mengetahui buta warna

b Mengenal warna e Mengenal warna

Page 29: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 51 dari 55

c Mengukur gradasi warna

Page 30: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 52 dari 55

B. KAJIAN MATERI 2 : FAKTOR PENYEBAB KETUNANETRAAN

1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Pada kajian materi 2 ini Capaian Pembelajaran yang akan diraih adalah

ranah Pengetahuan. Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan

dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan khusus

sebagai dasar untuk mengembangkan layanan pendidikan yang

tepat;

2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Setelah mempelajari modul tentang Faktor Penyebab ketunanetraan

peserta didik PPG dalam Jabatan diharapkan dapat:

a. menjelaskan faktor penyebab ketunanetraan

b. menjelaskan implikasi pendidikan pada tiap kelainan penglihatan

3. Pokok-Pokok Materi

a. Faktor-faktor Penyebab terjadinya ketunanetraan

b. Implikasi Pendidikan pada kelainan penglihatan

4. Uraian Materi

Agar anda dapat menguasai capaian pembelajaran seperti tersebut

diatas silakan anda pelajari materi berikut:

a. Faktor Penyebab ketunanetraan

Data yang dikeluarkan oleh WHO (2011) menunjukkan bahwa

terdapat sekitar 284 juta orang tunanetra di seluruh dunia dan

kemungkinan bertambah. Bertambahnya prevalensi tunanetra

tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah

faktor penyebab dari tunanetra yang beragam. Apa saja faktor-faktor

yang menyebabkan seseorang menjadi tunanetra? Mari kita pelajari

melalui materi berikut;

Sampai saat ini banyak orang bertanya apa yang menyebabkan

seorang menjadi tunaetra. Meskipun banyak kasus dan dilakukan

penelitian sampai saat ini penyebab tunanetra masih belum diketahui

secara pasti.

Page 31: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 53 dari 55

Etiologi ketunanetraan yang dapat ditelusuri memberikan jawaban

penyebab yang beragam dan digolongkan sebagai sebab eksternal

dan internal. Banyak angka kejadian ketunanetraan yang

diasosiasikan dengan syndrome tertentu. Sebagai contoh anak yang

mengidap syndrome CHARGE yang bisa dipastikan membawa

implikasi pada kerusakan retina, kecacatan fisik, sensory dan atau

kognitif. Penyebab ketunanetraan lain diasosiasikan karena

keturunan/herediter karena diturunkan dalam garis keluarga yang

memiliki ketunanetraan sebelumnya, yang biasanya pembawa gen

tidak mengetahui potensi melahirkan keturunan tunanetra. Sebagai

contoh retinitis pigmentosa dan ocular albinism keduanya adalah

hasil dari faktor keturunan. Faktor eksternal juga dapat

menyumbangkan penyebab terjadinya ketunanetraan sebagai contoh

prematurity yang memiliki resiko tinggi ROP dan mengakibatkan

ketunanetraan, sebab prenatal dikarenakan kontaminasi obat, zat

aditif, trauma, penyakit yang menyebabkan terjadinya tunanetra

(Wapp, 2014).

Sedangkan Friend (2005) tidak merinci secara jelas apa yang

menjadi penyebab ketunanetraan. Bahasan Friend pada penyebab

didasarkan pada penyebab fisiologis bahwa yang menjadi sebab

terjadinya ketunanetraan adalah adanya kerusakan pada sistem

penglihatan dilihat dari prinsip kerja mata.

Smith (2004) menjelaskan penyebab ketunanetraa digolongkan

menjadi penyebab bawaan lahir (congenital) dan yang diperoleh

kemudian setelah lahir. Dalam literatur yang diterbitkan Amerika

menyebut penyebab anak berkebutuhan khusus secara umum

kemungkinan tidak bisa lepas dari pengaruh budaya. Ditunjukkan

bahwa perbedaan konsep tentang anak berkebutuhan khusus.

Secara budaya perbedaan pendapat mengenai penyebab terjadinya

kebutuhan khusus seperti misalnya takdir, dosa orang tua, makanan,

guna-guna dan produk kepercayaan dan budaya lainnya yang

Page 32: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 54 dari 55

dianggap menjadi penyebab. Pengaruh pola asuh, cara memberikan

intervensi dan harapan keluarga juga termasuk didalamnya. Rahardja

(2007) menyebutkan penyebab ketunanetraan sangat bervariasi

tergantung lokasi geografis, status sosioekomi, dan usia. Secara

umum sebetulnya bisa dicegah dan diatasi. Trachoma merupakan

penyebab utama timbulnya kebutaan di negara-negara berkembang.

Banyak organisasi yang berhubungan dengan kesehatan mempunyai

program pencegahan kebutaan. Mereka bekerja di perkampungan

dan daerah-daerah miskin dengan tujuan untuk memberikan

penyuluhan kepada masyarakat tentang kebersihan, kesehatan, dan

akses untuk memperoleh pengobatan. Diabetes, glaucoma, dan

katarak merupakan penyebab umum kebutaan di negara-negara

barat. Hal ini terjadi karena usia harapan hidup mereka lebih panjang

dari generasi sebelumnya; usia berhubungan dengan penurunan

daya penglihatan.

Sedangkan Hadi (2005) menjelaskan tentang penyebab

ketunanetraan yaitu: (1) faktor genetik atau herediter, seperti

albinism, retinis pigmentosa yang dibawa secara genetis sebagai

carriers pembawa sifat, (2) Perkawinan sedarah: banyak kasus

ketunanetraan karena garis perkawinan yang terlalu dekat, (3) Proses

kelahiran; trauma pada saat proses persalinan, lahir prematur,

kekurangan oksigen akibat lamanya pproses persalinan, kesalahan

penggunaan alat bantu kelahiran, (4) penyakit akut yang berkompilasi

pada kesehatan mata, inveksi virus yang menyerang syaraf mata, (5)

Kecelakaan; kecelakaan yang mengenai organ mata, terpapar zat

kimia tertentu, (6) Zat aditif dan narkoba: overdosis obat psikotropika,

(7) infeksi oleh binatang yang merusak selaput tipis dan menyebar,

(8) beberapa kondisi kota dengan polusi, suhu dan kekeringan

membawa penyakit mata trachoma.

Dari papran teori dan pendapat ahli diatas bahwa belum dapat

dipastikan apa penyebab pasti terjadinya ketunanetraan. Seperti

Page 33: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 55 dari 55

halnya Friend (2005) yang menyebutkan satu penyebab

ketunanetraan yaitu rusaknya atau tidak berfungsinya sistem

penglihatan, tidak menyoroti penyebab mengapa sistem penglihatan

menjadi rusak atau tidak dapat difungsikan

Untuk memperkaya pengetahuan sebaiknya anda mempelajari

tentang penyebab terjadinya ketunanetraan dari sumber buku berikut:

1) Purwaka Hadi (2005) Kemandirian Tunanetra h.39-45. Jakarta,

Depdiknas

2) Anastasia Widdjajantin dan Imanuel Hitipew (1996)

Ortopedagogik Tunanetra I, h.22-30. Jakarta. Dekdikbud

b. Implikasi Pendidikan pada kelainan penglihatan

Setelah anda memahami tentang penyebab dari ketunanetraan,

lebih lanjut anda perlu mempelajari tentang implikasinya terhadap

pendidikan. Bagaimana akomodasi yang bisa diberikan dalam

pembelajaran bagi penyandang kelainan penglihatan tertentu. Untuk

lebih jelasnya silakan dipelajari materi pada tautan berikut:

Seperti materi yang sudah anda pelajari pada kegiatan 2 bahwa

ketunanetraan dibagi menjadi dua yaitu buta dan kurang lihat/low

vision. Peserta didik dengan kategori buta total memerlukan

peralatan khusus dalam menulis dan materi baca Braille. Mereka

tidak dapat memfungsikan penglihatan. Sedangkan pada siswa low

vision masih dapat memfungsikan sisa penglihatan dengan atau

tanpa koreksi lensa. Peserta didik ini kemungkinan dapat mengakses

huruf awas dengan bantuan lensa atau buku khusus yang dicetak

dengan huruf yang diperbesar ukurannya.

Peserta didik tunanetra total juga membutuhkan bantuan alat

khusus dan modifikasi dalam mengasah keterampilan mendengar,

komunikasi, orientasi dan mobilitas, pilihan karir dan kegiatan hidup

sehari-hari. Sedangkan peserta didik low vision mereka

membutuhkan peralatan khusus untuk membantu mereka

menggunakan sisa penglihatan yang masih dimiliki agar lebih efisien.

Page 34: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 56 dari 55

Mereka juga membutuhkan peralatan dan kegiatan pembelajaran

khusus dalam mengakses pembelajaran. Sedangkan peserta didik

tunanetra yang memiliki tambahan kebutuhan khusus lain, lebih

memerlukan pendekatan antar multidisiplin yang menekankan pada

keterampilan bina diri dan ADL mereka (Pierangelo,2004).

Sapp (2014) menjelaskan implikasi pendidikan pada peserta

didik tunanetra sebagai berikut:

1) Pilihan media Pembelajaran

Tipe belajar seperti apakah peserta didik tunanetra yang ada di

kelas anda, apakah taktual, visual, atau auditori? Banyak siswa

yang menggabungkan media belajar tersebut.

a) Braille sebagai media taktual perlu diajarkan pada peserta

didik, tidak hanya baca tulis tetapi juga simbol-simbol, grafik,

diagram format pada tingkatan belajar braille Lanjut. Braille

merupakan kombinasi dari 6 titik yang melambangkan huruf

abjad, angka dan simbol-simbol.

Gambar. 2. 1. Huruf Braille

Page 35: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 57 dari 55

Gambar 2.2. Alat tulis Braille Reglet dan Stilus

Page 36: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 52 dari 55

Gambar 2.3. Mesin Ketik Braille

b) Peralatan Optik. Bagi peserta didik low vision memerlukan

bantuan alat optik yang disarankan oleh optalmolog dengan

bantuan ahli optik untuk dapat melihat pada jarak dekat,

sedang dan jauh. Peralatan optik untuk melihat jarak dekat

biasanya berupa lensa lup/magnifier baik yang hand atau

stand. Sedangkan untuk melihat objek sedang dan jauh

menggunakan monocular, telescop yang dapat memperbesar

objek jauh. Bagi siswa dengan lapang pandang sempit tetapi

tidak mengalami masalah ketajaman penglihatan memerlukan

alat yang dapat mengurangi ukuran huruf dan mengurangi

cahaya.

c) Large Type. Cetak huruf yang diperbesar dapat diperlukan

bagi peserta didik Low Vision. Bisa digunakan bagi peserta

didik low vision disertai gangguan fisik dan motorik, karena

kesulitan memgang hand magnifier sebagai alat baca.

d) Auditory. Penyediaan materi auditory dapat dijadikan sebagai

suplemen media pembelajaran bagi peserta didik tunanetra.

Media auditory bisa berupa tape, rekaman, daisy, dan talking

book. Media auditory juga dapat digunakan sebagai media

selingan karena peserta didik yang membaca tulisan Braille

Page 37: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 53 dari 55

memiliki kecepatan baca yang lebih rendah dibanding anak

awas.

2) Akses Kurikulum

Tiga metode pembelajaran untuk meminimalisir dampak

ketunanetraan yang disampaikan Lowwenfeld yaitu (1) menyajikan

pengalaman kongkrit (2) rancangan pemeblajaran yang

memungkinkan siswa belajar sambil melakukan (3) pengalaman

menyatukan dapat membantu peserta didik memahami apa yang

mereka pelajari terkait dengan lingkungan. Sedangkan peserta

didik Low Vision membutuhkan lima elemen yang dapat

dimodifikasi untuk dapat membantu peserta didik Low Vision

melihat materi pelajaran:

a.) Jarak. Penyesuaian jarak tulisan, memperbesar gambar.

Bentuk huruf dan jarak antar kata, garis bantu dapat

memberikan bantuan bagi peserta didik low vision.

b.) Warna. Siswa tunanetra terkadang memiliki kesulitan dalam

membedakan dan mengenali warna. Guru harus mengenali

warna mana yang peserta didik sulit membedakan, sehingga

dalam pelaksanaan pembelajaran warna tersebut bisa diganti

dengan warna yang lebih kontras

c.) Kontras. Pastikan latar belakan dan item utam memiliki nilai

kontras yang tinggi sehingga peserta didik low vision dapat

mudah mengenali informasi lingkungan. Buku tulis, penggaris

danalat yang bisa dimodifikasi kekontrasan sebaiknya

disediakan

d.) Pencahayaan. Pencahayaan bagi peserta didik yang peka

terhadap sinar, seperti albinism disesuaiakan, tidak terlalu

terang sehingga mereka tidak mengalami kesulitan

mengakses informasi pelajaran. Sebaliknya bagi siswa yang

memiliki sisa penglihatan yang mensyaratkan pencahayaan

yang terang sebaiknya juga diakomodasi

Page 38: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 54 dari 55

e.) Waktu. Perpanjangan waktu mengerjakan soal dan tugas-

tugas yang mensyaratkan visual serta penambahan waktu

bagi siswa membaca cetak Braille.

3) Kurikulum tambahan bagi peserta didik tunanetra

a) Keterampilan akademik dan keterampilan kompensatoris.

Peserta didik tunanetra diharapkan menguasai bidang

akademik seperti baca, tulis, hitung, scince, sosial studi, olah

raga, bahasa asing dan ekonomi rumah tangga. Keterampilan

kompensatoris adalah keterampilan adaptif yang digunakan

mereka dalam memenuhi tugas-tugas akademik seperti Braille

untuk baca tulis, abacus untuk hitung.

b) Pengembangan Karir. Persiapan pengembangan karir sudah

mulai dirancang sejak anak berusia 13 tahun untuk

mempersiapkan hidup mereka kelak

c) Keterampilan hidup mandiri. Seperti urusan rumah tangga,

bersih bersih, memasak, berbelanja dan merawat diri

d) Orientasi dan Mobilitas. untuk membantu siswa berjalan

dengan aman dan sampai tujuan tanpa membahayakan diri dan

orang lain.

e) Rekreasi dan pemanfaatna waktu luang. Peserta didik diajarkan

melakukan hobinya untuk mengisi waktu luang, seperti

membuat kerajina tangan atau pergi berekreasi dengan

berbagai kebutuhan adaptasi

f) Keterampilan Sosial. Diberi kesempatanmengembangkan diri

dalam berinteraksi dengan orang awas diluar lingkungan

g) Akses teknologi seperti sosial media. Peserta didik diberikan

informasi manfaat dan kerugian menggunakan teknologi

informasi dan sosial media

Setelah anda mempelajari materi diatas, anda sudah memiliki gambaran

tentang implikasi pendidikan bagi anak berkelainan penglihatan.

Page 39: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 55 dari 55

5. Rangkuman

Implikasi pendidikan bagi peserta didik tunanetra Peserta didik tunanetra

berupa bantuan alat khusus dan modifikasi dalam mengasah

keterampilan mendengar, komunikasi, orientasi dan mobilitas, pilihan

karir dan kegiatan hidup sehari-hari. Sedangkan peserta didik low vision

mereka membutuhkan peralatan khusus untuk membantu mereka

menggunakan sisa penglihatan yang masih dimiliki agar lebih efisien.

Mereka juga membutuhkan peralatan dan kegiatan pembelajaran khusus

dalam mengakses pembelajaran. Sedangkan peserta didik tunanetra

yang memiliki tambahan kebutuhan khusus lain, lebih memerlukan

pendekatan antar multidisiplin yang menekankan pada keterampilan bina

diri dan ADL mereka

6. Tugas

Setelah anda mempelajari materi tentang implikasi pendidikan bagi

peserta didik tunanetra, cobalah menjabarkan implikasi pendidikan yang

seperti apakah yang diperlukan peserta didik anda di sekolah, pilih satu

anak untuk melihat implikasi pendidikannya secara khusus berdasar

materi diatas.

7. Tes Formatif (10 soal objektif)

Berilah tanda Silang (X) pada salah satu huruf A, B, C, atau D pada

jawaban yang kamu anggap benar.

1 Dibawah ini merupakan implikasi pendidikan bagi peserta didik tunanetra

terkait dengan pilihan media pembelajaran

a Braille, alat bantu Optik, Large

Print

d Akses media, teknologi, Braille

b Media taktual, auditory, visual e Jarak, bentuk dan nilai kontras

tulisan

c Ukuran huruf, nilai kontras, kompensatoris pembelajaran

2 Salah satu implikasi pembelajaran bagi tunanetra berupa menebalkan garis

Page 40: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 56 dari 55

hitam pada buku tulis, hal ini dimaksudkan untuk

a Memenuhi nilai kontras agar

tunanetra dapat mengenali

bukunya

d Tunanetra dapat dengan

mudah membaca dan menulis

b Agar tunanetra tidak terdistrak

dengan warna

e Garis bantuan digunakan untuk

memfokuskan penglihatan

c Memenuhi nilai kontras, tunanetra tidak kehilangan baris saat baca tulis

3 Bagi Low Vision ukuran huruf diperbesar sedangkan tunanetra dengan braille

a Implikasi kurikulum d Implikasi teknologi

b Implikasi pilihan media

pembelajaran

e Implikasi akses kurikulum

tambahan

c Implikasi kompensatoris

4 Penyediaan alat optik seperti spectacel, magnifier, monokular bagi low vision

a Pemilihan alat optik d Pemilihan akses kurikulum

b Pemilihan teknologi e Pemilihan kurikulum tambahan

c Pemilihan media belajar

5 Orientasi dan Mobilitas termasuk implikasi kurikulum tambahan yang

bertujuan

a Peserta didik mandiri d Peserta didik dapat bepergian

dengan aman dan selamat

sampai tujuan

b Peserta didik tidak tergantung

orang lain jika berjalan

e Peserta didik mengeksplorasi

lingkungan

c Peserta didik mengenal lingkungan

Page 41: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 57 dari 55

6 Pada ketrampilan hidup mandiri siswa dibekali dengan keterampilan sebagai

berikut

a Orientasi dan Mobilitas d Menyiapkan makanan,

merawat diri, kebersihan

b Rekreasi dan pemanfaatan waktu

luang

e Orientasi mobilitas, karir,

pemanfaatan waktu

c Konseling karir

7 Pencahayaan penting bagi tunanetra dalam seting pembelajaran. Peserta

didik yang harus dikurangi intensitas cahayanya adalah

a Low vision light perseption d Albinisme

b Low Vision Light Projection e Retinopati of Prematurity

c Katarak

8 Jarak antar huru, jarak antar kalimat dan paragraf merupakan akomodasi bagi

low vision terkait dengan

a Metode belajar sambil melakukan d Pengalaman kongkrit

b Akses kompensatoris e Akses pembelajaran dan

kurikulum

c Akses media pembelajaran

9 Berikut merupakan implikasi pembelajaran bagi tunanetra terkait dengan

akses pembelajaran dan kurikulum

a Braille,largePrint,Auditory,alat

Optik

d Keterampilan kompensatoris

akademik, karir, ADL, O&M

b Jarak,warna, kontras,

pencahayaan, waktu

e Rekreasi danpemanfaatan

waktu luang, sosial skill,

Page 42: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 58 dari 55

teknologi

c O&M, Sosial Skill, ADL, Teknologi, Karir

10 Pengoptimalan efeisiensi penglihatan dapat dilakukan melalui

a Penggunaan alat optik d Penggunaan media auditory

b Penggunaan Braille e Penggunaan media adaptif

c Penggunaan media taktual

Page 43: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 59 dari 55

C. KAJIAN MATERI 3 : DAMPAK KETUNANETRAAN

1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Pada kajian materi 3 ini Capaian Pembelajaran yang akan diraih adalah

ranah Pengetahuan. Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan

dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan khusus

sebagai dasar untuk mengembangkan layanan pendidikan yang

tepat

2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

dapat menjelaskan dampak ketunanetraan dalam berbagai perspektif

sudut pandang sertat mengenali karakteristik tunanetra dari berbagai

aspek perkembangan :

a. Menjelaskan dampak Ketunanetraan terhadap Fungsi Kognitif Anak

b. Menjelaskan dampak Ketunanetraan terhadap Keterampilan Mobilitas

Anak

c. Menjelaskan dampak Ketunanetraan terhadap Pembelajaran Bahasa

d. Menjelaskan dampak Ketunanetraan terhadap Perkembangan

Keterampilan Sosial Anak

3. Pokok-Pokok Materi

a. Dampak Ketunanetraan terhadap Fungsi Kognitif

b. Dampak Ketunanetraan terhadap Perkembangan Keterampilan

Sosial

c. Dampak Ketunanetraan terhadap Pembelajaran Bahasa

d. Dampak Ketunanetraan terhadap Keterampilan Mobilitas

4. Uraian Materi

Pada kegiatan 3 yang lalu anda sudah mempelajari tentang penyebab

terjadinya ketunanetraan. Materi berikut dapat anda pelajari terkait

bagaimana ketunanetraan dapat mempengaruhi kehidupan seseorang,

bagaimana dampaknya dalam ranah perkembangan. Kehilangan indera

penglihatan berarti kehilangan saluran informasi visual, sehingga mereka

akan kehilangan atau kekurangan informasi yang bersifat visual. Sejauh

mana dampak kehilangan atau kelainan penglihatan tersebut terhadap

Page 44: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 60 dari 55

kemampuan seseorang tergantung banyak faktor, seperti misalnya

kapan terjadinya, derajat kehilangan, jenis dan lingkungan

pendukungnya. Berikut ini merupakan dampak kehilangan/kekurangan

dan atau kelainan penglihatan dalam berbagai aspek yang bisa anda

pelajari:

a. Dampak Ketunanetraan terhadap Fungsi Kognitif Anak

Anak pada umumnya mengembangkan konsep melalui visualisasi,

membentuk persepsi dan citra. Setiap orang memiliki citra dunianya

masing-masing yang ditentukan oleh faktor lingkungan fisik dan

sosial, struktur fisiologis, keinginan dan tujuan serta pengalaman

masa lalu. Anak tunanetra menggantikan struktur fisiologi yang

melibatkan indera penglihatan dengan indera lainnya untuk

mempersepsikan lingkungan. Apakah cara tersebut dapat

mempengaruhi perkembangan kognitifnya? Menurut anda bisakan

semua informasi visual dapat digantikan dengan inforamsi nonvisual

seperti misalnya taktual atau auditori? Untuk memahami hal tersebut,

coba anda pelajari tautan uraian berikut!

Individu tunanetra menyandang kelainan dalam struktur

fisiologisnya, dan mereka harus menggantikan fungsi indera

penglihatan dengan indera-indera lainnya untuk mempersepsi

lingkunganya. Banyak di antara mereka tidak pernah mempunyai

pengalaman visual, sehingga konsepsi mereka tentang dunia ini

sejauh tertentu mungkin berbeda dari konsepsi orang awas pada

umumnya. Perbedaan penting antara perkembangan konsep anak

tunanetra dan anak awas – khususnya untuk konsep obyek fisik -

adalah bahwa anak tunanetra mengembangkan konsepnya terutama

melalui pengalaman taktual sedangkan anak awas melalui

pengalaman visual.

Orang awas dapat mempersepsi bermacam-macam obyek

atau bagian-bagian dari satu obyek sekaligus, tetapi orang tunanetra

harus mempersepsinya satu demi satu atau bagian demi bagian

Page 45: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 61 dari 55

sebelum dapat mengintegrasikannya menjadi satu konsep. Satu

perbedaan penting lainnya antara perabaan dan penglihatan adalah

bahwa perabaan menuntut jauh lebih banyak upaya sadar untuk

memfungsikannya. Sebagaimana diamati oleh Lowenfeld (Hallahan

& Kauffman, 1991), indera perabaan pada umumnya hanya berfungsi

bila aktif dipergunakan untuk keperluan kognisi, sedangkan

penglihatan aktif dan berfungsi selama mata terbuka. Oleh karena

itu, untuk memperkaya kognisinya, anak tunanetra harus sering

didorong untuk mempergunakan indera perabaannya untuk

keperluan kognisi. Akan tetapi, di dalam masyarakat kita, di mana

obyek-obyek tertentu ditabukan untuk diraba, dorongan untuk

mempergunakan indera perabaan itu sering harus dibatasi demi

menghindari perilaku yang bertentangan dengan norma-norma

sosial.

Baiknya persepsi taktual, sebagaimana halnya dengan

baiknya persepsi visual, tergantung pada kemampuan individu untuk

menggunakan berbagai macam strategi dalam memperolehnya

(Berla; Griffin & Gerber – dalam Hallahan & Kauffman, 1991). Satu

strategi umum yang sangat penting untuk pengembangan persepsi

taktual adalah kemampuan untuk memfokuskan eksplorasi pada fitur-

fitur stimulus terpenting – yaitu bagian-bagian yang merupakan ciri

khas dari obyek itu (Davidson – dalam Hallahan & Kauffman, 1991).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa semakin dini anak

tunanetra dilatih dalam penggunaan strategi ini, akan semakin baik

perkembangan konsep taktualnya (Berla - dalam Hallahan &

Kauffman, 1991).

Seberapa besar perbedaannya dari anak awas,

perkembangan konsep anak tunanetra itu akan sangat tergantung

pada dua faktor, yaitu tingkat ketunanetraannya dan usia terjadinya

ketunanetraan itu (Hallahan & Kauffman, 1991). Anak yang

berkesempatan memperoleh pengalaman visual sebelum menjadi

Page 46: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 62 dari 55

tunanetra, sejauh tertentu akan dapat memanfaatkannya untuk

memahami konsep-konsep baru. Anak yang tunanetra sejak lahir

pada umumnya akan lebih bergantung pada indera taktualnya untuk

belajar tentang lingkungannya daripada mereka yang

ketunanetraannya terjadi kemudian. Demikian pula, anak yang buta

total akan lebih bergantung pada indera taktual untuk pengembangan

konsepnya daripada mereka yang masih memiliki sisa penglihatan

yang fungsional (low vision).

Apakah ketunanetraan berdampak terhadap inteligensi?

ketunanetraan tidak secara otomatis membuat inteligensi orang

menjadi lebih rendah, sebagaimana dikemukakan oleh Hallahan &

Kauffman (1991:309), "... there is no reason to believe that blindness

results in lower intelligence."Secara keseluruhan, Lowenfeld (Mason

& McCall, 1999) mengemukakan bahwa ketunanetraan

mengakibatkan tiga keterbatasan yang serius pada kemampuan

individu, dan, pada gilirannya, sangat berdampak pada

perkembangan fungsi kognitif. Ketiga keterbatasan tersebut adalah:

(1) keterbatasan dalam sebaran dan jenis pengalaman; (2)

keterbatasan dalam kemampuan untuk bergerak di dalam

lingkungan; dan (3) keterbatasan dalam interaksi dengan lingkungan.

Akan tetapi, Kingsley (1999) mengemukakan bahwa tidak ada

bukti kuat yang menunjukkan bahwa keterbatasan-keterbatasan

akibat hilangnya penglihatan ini juga membatasi potensi. Ini berarti

bahwa dengan intervensi yang tepat, yang dapat meminimalkan

keterbatasan-keterbatasan itu – sebagaimana telah banyak

dibuktikan (Beadles et al., 2000; Jindal-Snape et al., 1998)- potensi

kognitif anak tunanetra itu dapat berkembang secara lebih baik. Ini

berarti bahwa seorang anak tunanetra mungkin miskin dengan

konsep-konsep tertentu tetapi kaya dengan konsep-konsep lain –

sesuai dengan selektivitasnya.

Page 47: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 63 dari 55

Secara rinci materi diatas dapat anda perdalam melalui tautan

berikut:

http://d-tarsidi.blogspot.co.id/2008/01/dampak-ketunanetraan-

terhadap-fungsi.html

Setelah anda pelajari tautan diatas, sekarang anda tahu bahwa

ketunanetraan berdampak pada perkembangan fungsi kognitif

mereka, sehingga untuk meminimalisir hambatan perkembangan

fungsi kognitif tersebut diperlukan intervensi yang tepat sejak dini

b. Dampak Ketunanetraan terhadap Perkembangan Keterampilan

Sosial

Pada masa awal perkembangan, keterampilan sosial seorang anak

diperoleh dari interaksi dan komunikasi dengan lingkungan. Banyak

sekali faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya interaksi dan

komunikasi diantaranya adalah memahami tanda nonverbal seperti

gerak tubuh, ekspresi, kontak mata dan sebagainya. Hal tersebut

tentu anda ketahui sulit dilakukan oleh anak tunanetra, itulah

mengapa pada awal perkembangannya mereka mengalami

hambatan keterampilan sosial akibat dari terhambatnya interaksi dan

komunikasi dikarenakan hambatan penglihatannya. Namun demikian

hal tersebut bukan satu-satunya dampak ketunanetraan terhadap

perkembangan keterampilan sosial. Untuk mengetahui

selengkapnya anda bisa pelajari lebih lanjut pada uraian berikut:

Ketunanetraan membawa dampak sosial yang cukup signifikan. Hal

ini disebabkan oleh berbagai macam faktor diantaranya adalah

1) Faktor penerimaan lingkungan terhadap keberadaan tunanetra.

Hal ini bermula dari sikap penerimaan keluarga inti terhadap

hadirnya tunanetra. Pada umumnya orang tua mengalami masa

duka karena memiliki anak berkebutuhan khusus kemudian

berlanjut masa penyesalan dan masa penerimaan yang mana

periode peralihan dari masa satu ke yang lain berbeda-beda. Hal

inilah yang menyebabkan tunanetra memiliki hambatan sosial

Page 48: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 64 dari 55

karena terjadi sikap penolakan, tidak ada kedekatan dari keluarga

dekatSikap orang tua tersebut akan berpengaruh terhadap

hubungan di antara mereka (ayah dan ibu) dan hubungan mereka

dengan anak itu, dan hubungan tersebut pada gilirannya akan

mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak. Faktor-

faktor yang dapat mengganggu perkembangan alami ikatan batin

antara orang tua dengan bayinya yang tunanetra, yaitu:

a) Tidak adanya kontak mata antara orang tua dan bayinya;

sangat berkurangnya kontak fisik antara orang tua dan anak

pada saat-saat awal kehidupan anak (terutama jika anak lahir

prematur) karena anak harus dirawat di rumah sakit;

b) Orang tua merasa bersalah karena sejauh tertentu mereka

merasa bertanggung jawab atas kecacatan anaknya;

c) Perasaan trauma karena orang tua harus menghadapi reaksi

purbasangka dari orang-orang di sekitarnya;

d) Perasaan tertekan dan cemas karena orang tua tidak tahu

bagaimana cara memperlakukan dan mengasuh anaknya itu.

Hambatan tersebut dapat mempersulit orang tua untuk

mengembangkan ikatan batin yang erat dengan anak, dan pada

gilirannya dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan bayi

tunanetra untuk mencapai perkembangan afektif tahap awal, yaitu

terbinanya human attachment (keterlekatan dengan orang lain).

Jika anak tidak memiliki pengalaman interaksi yang erat dengan

orang lain, perasaan keamanan pribadinya dalam berhubungan

dengan orang lain dan akhirnya dengan dunia akan berkurang.

Hubungan erat yang penuh kasih sayang dengan orang tua dan

saudara-saudaranya merupakan setting sosioemosional mendasar

bagi perkembangan perilaku afektif yang positif pada anak.

2) Interaksi anak tunanetra dengan teman sebaya pada usia sekolah.

Inisiasi interaksi pada masa kanak-kanak dimulai dengan minat

Page 49: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 65 dari 55

secara visual. Anak-anak tertarik dengan permainan teman lain,

memulai interaksi dan percakapan diawali dengan kontak secara

visual. Karena anak tunanetra mengalami hambatan dalam

mengenali tanda visual, baik itu gestur, ekspresi, tanda dan lain

sebagainya sebagai syarat dimulainya interaksi dengan teman

sebaya, maka anak sebaya kurang berminat berinteraksi dengan

tunanetra karena tidak segera menangkap tanda visual yang ada

di lingkungan. Dan anak tunanetra kehilangan kesempatan

berinteraksi dan bermain sebagai wujud pemenuhan kebutuhan

sosialnya. Kehilangan kesempatan untuk berinteraksi tersebut

membuat tunanetra menjadi terpencil dalam kelompok teman

sebaya. Selain dari itu, di kalangan sebayanya, anak tunanetra

memerlukan waktu untuk dapat diterima karena penerimaan sosial

sering didasarkan atas kesamaan. Anak cenderung mengalami

penolakan sosial bila mereka dipersepsi sebagai berbeda dari

teman-teman sebayanya. Anak tunanetra cenderung

mengarahkan kegiatan bermainnya lebih banyak kepada orang

dewasa daripada kepada teman sebayanya. Anak tunanetra

memilih untuk berinteraksi dengan orang dewasa karena interaksi

ini mungkin lebih bermakna dan menstimulasi daripada interaksi

dengan teman sebayanya, dan orang dewasa dapat

mengkompensasi keterbatasan keterampilan sosial anak

tunanetra itu, misalnya dengan menggantikan isyarat visual

dengan isyarat verbal atau taktual. anak tunanetra lebih senang

bermain di dalam ruangan daripada di luar, dan menghindari

tempat terbuka yang luas, terutama yang tidak memiliki landmark

sebagai titik rujukan karena mereka mengalami kesulitan orientasi

dan mobilitas.

3) Anak tunanetra lebih menyukai tempat dengan densitas sosial

yang rendah (tidak banyak orang). Karena makin tinggi densitas

sosial akan semakin tinggi pula tingkat kebisingannya, sehingga

Page 50: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 66 dari 55

isyarat-isyarat auditer yang diterimanya pun menjadi lebih

kompleks dan membutuhkan konsentrasi ekstra untuk

menyaringnya. Oleh karena itu, untuk dapat diterima oleh

kelompok sosialnya, anak tunanetra membutuhkan bantuan

khusus untuk mengatasi kesulitannya dalam memperoleh

keterampilan sosial, seperti keterampilan untuk menunjukkan

ekspresi wajah yang tepat, menggelengkan kepala, melambaikan

tangan, atau bentuk-bentuk bahasa tubuh lainnya.

4) Anak tunanetra memiliki bahasa tubuh yang kurang luwes. Postur,

bahasa nonverbal maupun ekspresi mengandung makna pesan

komunikasi yang melengkapi bahasa lisan dalam sebuah interaksi

sosial. Jika bahasa tubuh anak tunanetra tidak sesuai dengan

bahasa tubuh kawan-kawannya akan membawa dampak

sosialisasinya menjadi terganggu. Bahasa tubuh, sebagaimana

halnya bentuk-bentuk bahasa nonverbal lainnya, dapat menjadi

sumber kesalahan komunikasi atau justru memperlancarnya bila

dipahami dengan baik. Nuansa bahasa tubuh yang luwes, yang

terintegrasikan ke dalam pola perilaku sebagaimana yang dapat

kita amati pada anak awas pada umumnya, sangat kontras

dengan bahasa tubuh yang terkadang sangat kaku yang dapat kita

amati pada banyak anak tunanetra (Kingsley, 1999).

5) Anak tunanetra memiliki kecenderungan perilaku stereotipik/

blindism. Perilaku ini merupakan perilaku adatan berupa gerakan

gerakan khas yang monoton dan berulang dan menjadi sebuah

kebiasaan yang tidak disadari. Contoh perilaku stereotipik yaitu,

menggoyang-goyang tubuh, menekan-nekan bola mata, bertepuk-

tepuk, dsb, yang dilakukan di luar konteks. Perilaku stereotipe ini

dapat mengganggu interaksi sosial sebab ketika perilaku ini

muncul dan berulang tunanetra menjadi asik dalam dunianya

sendiri seolah mengabaikan tanda sosial yang dikirim oleh

lingkungan. Tiga penyebab munculnya perilaku stereotype

Page 51: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 67 dari 55

tersebut adalah kurangnya rangsangan penginderaan sehingga

mereka menstimulasi diri sendiri dengan melakukan gerakan

gerakan monoton dan berulang. Yang kedua adalah kurangnya

sosialisasi dan yang terakhir akibat regresi pada pola perilaku

lama(kurang matang) sebagai kompensasi mencari dunia nyaman

yang menjadi kebiasaan jika terjadi ketidaknyamanan.

Setelah mempelajari dampak ketunanetraan terhadap

keterampilan sosial, sekarang anda tahu faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi. Coba sebut dan jelaskan satu persatu faktor-faktor

yang mempengaruhi terhambatnya kompetensi sosial pada tunanetra

tersebut? Setelah memahami materi ini anda sekarang mengetahui

bahwa melalui intervensi yang tepat hambatan tersebut dapat

diminimalisisr, dan kebanyakan tunanetra tidak lagi mengalami

hambatan kompetensi sosial pada usia remaja, mereka dapat

mengejar hambatan tersebut setelah dewasa.

c. Dampak Ketunanetraan terhadap Pembelajaran Bahasa

Menyambung dari kajian materi sebelumnya bahwa ketunanetraan

berdampak pada kompetensi sosial dan secara tidak langsung

dipengaruhi oleh interaksi dan komunikasi yang melibatkan unsur

bahasa. Bahasa merupakan salah satu cara seseorang melakukan

interaksi dan komunkasi. Apakah ketunanetraan berdampak terhadap

pemerolehan bahasa mereka? Untuk menjawab pertanyaan tersebut

anda perlu mempelajari materi berikut:

Bahasa dan inteligensi begitu berkaitan. Diasumsikan secara

meluas bahwa bahasa diperlukan untuk sebagian besar proses

berpikir tingkat tinggi, dan oleh karenanya sebagian besar item dalam

kebanyakan tes inteligensi melibatkan stimulus verbal, respon verbal,

atau keduanya. Karena tidak ada cukup bukti yang menunjukkan

dampak ketunanetraan terhadap inteligensi, maka dapat diasumsikan

bahwa ketunanetraan tidak berdampak terhadap kemampuan bahasa

individu. Kehilangan penglihatan tidak berpengaruh secara signifikan

Page 52: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 68 dari 55

terhadap kemampuan memahami dan menggunakan bahasa, dan

tidak terdapat defisiensi dalam bahasa anak tunanetra. Tidak ada

perbedaan dalam aspek-aspek utama perkembangan bahasa pada

tunanetra dan awas. Karena persepsi audio lebih berperan daripada

persepsi visual sebagai media belajar bahasa, maka tidaklah

mengherankan bila berbagai studi telah menemukan bahwa anak

tunanetra relatif tidak terhambat dalam fungsi bahasanya. Banyak

anak tunanetra bahkan lebih termotivasi daripada anak awas untuk

menggunakan bahasa karena bahasa merupakan saluran utama

komunikasinya dengan orang lain.

Penelitian tentang perkembangan bahasa dan bicara pada

anak balita tunanetra dan awas yang dilakukan oleh Umstead

(Umstead, 1975) menghasilkan temuan-temuan sebagai berikut.

Anak tunanetra dan anak awas melalui proses yang sama dalam

caranya belajar bahasa dan bicara. Kaidah dasar bahasa sudah

dikuasai oleh kedua kelompok anak ini sebelum usia empat tahun.

Sebagaimana halnya dengan semua anak, jika anak tunanetra

mengalami kelambatan dalam perkembangan fisiknya, proses

perolehan bahasanya pun akan lebih lambat pula. Pada awal

perkembangan bicaranya, beberapa anak tunanetra menunjukkan

kelambatan, mungkin karena anak-anak ini tidak dapat mengamati

gerakan bibir dan mulut orang lain. Terbatasnya cara belajar mereka

melalui pendengaran tanpa masukan visual itu tampaknya

mengurangi efisiensi perkembangan bicaranya tetapi tidak

mengakibatkan kesulitan yang signifikan. Kurangnya stimulasi vokal

dapat berpengaruh negatif terhadap perkembangan bicara. Jika bayi

atau anak tunanetra tidak diajak bicara dan tidak diperlakukan

dengan kasih sayang, maka perkembangan bicaranya secara umum

akan terhambat. Banyak anak tunanetra lambat dalam pertumbuhan

kosa katanya, tetapi ini tampaknya terkait dengan cara orang dewasa

memperlakukannya. Pertumbuhan kosa katanya itu akan normal jika

Page 53: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 69 dari 55

anak itu diberi pengalaman konkret dengan obyek yang sama dan

dilibatkan dalam kegiatan yang sama sehingga mereka dapat turut

melibatkan diri dalam percakapan mengenai kegiatan tersebut.

Uraian tersebut menunjukkan bahwa kalaupun anak tunanetra

mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya, hal itu

bukan semata-mata akibat langsung dari ketunanetraannya

melainkan terkait dengan cara orang lain memperlakukannya.

Ketunanetraan tidak menghambat pemrosesan informasi ataupun

pemahaman kaidah-kaidah bahasa. Dapat disimpulkan bahwa

perkembangan fungsi kognitif dan inteligensi anak tunanetra tidak

terbukti secara signifikan berbeda dari anak-anak pada umumnya.

Kehilangan penglihatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

kemampuan memahami dan menggunakan bahasa, dan tidak

terdapat defisiensi dalam bahasa anak tunanetra.

Secara lengkap anda dapat mempelajarinya pada tautan berikut.

http://d-tarsidi.blogspot.co.id/2009/03/dampak-ketunanetraan-

terhadap.html

Setelah anda pelajari, bisakah anda menarik kesimpulan bahwa

ketunanetraan mempengaruhi bahasa mereka? Menurut para ahli

tidak ada pengaruh secara langsung ketunanetraan dengan

kemampuan berbahasa. Kalaupun anak tunanetra mengalami

hambatan dalam perkembangan bahasanya, hal tersebut bukan

semata-mata akibat langsung dari ketunanetraannya, melainkan

terkait dengan cara orang lain memperlakukannya.

d. Dampak Ketunanetraan terhadap Keterampilan Mobilitas Anak

Dalam memenuhi kebutuhannya, seseorang perlu bergerak

berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain sesuai tujuan. Dalam

melakukan Mobilitas sesorang memerlukan informasi visual.

Bagaimana jika fungsi indera visual mengalami hambatan? Bisakah

mereka bergerak dengan aman sampai di tujuan? Bisa anda

bayangkan bahwa dampak ketunanetraan yang paling berpengaruh

Page 54: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 70 dari 55

adalah pada ranah orientasi dan mobilitas. bagaimana dampaknya,

cobalah anda pelajari materi berikut!

Ketunanetraan pada seseorang menyebabkan keterbatasan

dalam bergerak dan berpindah tempat. Ketunanetraan tersebut juga

menyebabkan adanya keterbatasan dalam memperoleh

keanekaragaman pengalaman baru disamping keterbatasan dalam

berinteraksi dengan lingkungan . Kemampuan bergerak dan

berpindah , kemampuan memperoleh pengalaman dan informasi,

kemampuan berinteraksi dengan lingkungan, merupakan dasar bagi

seseorang dapat mempertahankan hidupnya di tengah lingkungan

sosialnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut tunanetra

membutuhkan keterampilan Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan

Mobilitas merupakan keterampilan yang memiliki peranan penting

dalam kehidupan tunanetra. Keterampilan mobilitas sangat terkait

dengan kemampuan orientasi, yaitu kemampuan untuk memahami

hubungan lokasi antara diri dengan obyek-obyek di lingkungan

sekitar dan antara satu obyek dengan obyek lainnya di dalam

lingkungan. Kemampuan orientasi memerlukan pola peta mental

tentang lingkungan. Sedangkan mobilitas terkait dengan bergerak

dengan mudah pada lingkungannya. Ketunanetraan menyebabkan

kesulitan memperoleh pengalaman untuk membuat peta mental

tentang lingkungannya. Akibat keterbatasan Orientasi dan mobilitas

maka tunanetra memiliki hambatan dalam 3 aspek kehidupan:

a. Hambatan dalam memperoleh pengalaman atau informasi baru

b. Hambatan dalam mengadakan hubungan sosial dan kegiatan

kemasyarakatan

c. Hamabtan dalam membentuk kemandirian

Individu-individu tunanetra bervariasi dalam keterampilan

orientasi dan mobilitasnya, tetapi faktor apa saja yang menentukan

terampil dan tidaknya seorang tunanetra melakukan orientasi dan

mobilitas sangat beragam. Misalnya, apakah tunanetra yang masih

Page 55: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 71 dari 55

memiliki sisa penglihatan akan lebih baik daripada yang buta total,

tetapi kenyataannya tidak selalu demikian. Hallahan dan Kauffman

mengemukakan bahwa motivasi untuk mau bergerak merupakan

faktor terpenting yang menentukan kemampuan mobilitas individu

tunanetra.Usia terjadinya ketunanetraan juga bukan jaminan

seseorang terampil dalam Orientasi dan mobilitas.

Keterampilan Orientasi dan Mobilitas tidak secara otomatis

dikuasai oleh tunanetra. Mereka memerlukan proses latihan yang

intensif. Tidak semua tunanetra dapat melatih diri sendiri untuk

bergerak, sehingga dalam melatih keterampilan ini dibutuhkan pelatih

profesional.

Untuk membantu mobilitas tersebut dibutuhkan alat bantu yang

umum dipergunakan oleh tunanetra di Indonesia yaitu tongkat,

sedangkan di banyak negara Barat penggunaan anjing penuntun

(guide dog) juga populer, dan penggunaan alat elektronik untuk

membantu orientasi dan mobilitas individu tunanetra masih terus

dikembangkan.

Banyak orang yang sudah lama menjadi tunanetra dan sudah

berpengalaman banyak dalam bepergian secara mandiri berhasil

mengembangkan suatu kemampuan yang mungkin turut membentuk

anggapan orang bahwa individu tunanetra memiliki indera keenam

atau sekurang-kurangnya memberi kesan bahwa dia mempunyai

indera pendengaran yang luar biasa tajamnya.

Agar anak tunanetra memeiliki rasa percaya diri untuk bergerak

secara leluasa di dalam lingkungannya dalam bersosialisasi, mereka

harus memperoleh latihan Orientasi dan Mobilitas. Program latihan

Orientasi dan Mobilitas tersebut mencakup sejumlah komponen,

termasuk kebugaran fisik, koordinasi motor, postur, keleluasaan

gerak dan latihan untuk mengembangkan fungsi indera indera lain.

Bahasan khusus mengenai Orientasi dan Mobilitas akan diberikan

dalam buku modul 4.

Page 56: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 72 dari 55

Selain bahasan dampak pada ranah perkembangan diatas,

McLinden dan McCall (2002) menyebutkan bahwa dampak ketunanetraan

terhadap perkembangan awal pada anak masih tergantung oleh faktor

berikut:

1) Kerpibadian anak tunanetra tersebut

2) Usia terjadinya ketunanetraan

3) Ketepatan diagnosa

4) Derajat dan penyebab ketunanetraan

5) Derajat dan penyebab dari kebutuhan khusus lain yang membatasi

kemampuan siswa mengkompensasi kehilangan penglihatannya

6) Efektivitas intervensi sejak dini

5. Rangkuman

Konsepsi tunanetra tentang dunia berbeda dari konsepsi orang

awas pada umumnya. Perbedaan penting antara perkembangan konsep

anak tunanetra dan anak awas khususnya untuk konsep obyek fisik

bahwa anaktunanetra mengembangkan konsepnya terutama melalui

pengalaman taktual sedangkan anak awas melalui pengalaman visual.

Dampak ketunanetraan terhadap perkembangan sosial lebih disebabkan

karena sikap dan perlakuan lingkungan awas terhadap tunanetra,

seperti pada pola komunikasi orang tua dan anak, sikap penerimaan

teman sebaya, kecenderungan peserta didik tunanetra yang tidak

menyukai lingkungan dengan desitas tinggi untuk berinteraksi, bahasa

tubuh yang kaku sehingga menimbulkan salah persepsi bagi lingkungan

serta perilaku stereotip yang menimbulkan peserta didik tunnanetra

seolah sibuk sendiri tidak mengindahkan lingkungan. Dari pernyataan

tersebut dapat digaris bawahi bahwa interaksi sosial pada tunanetra

terhambat tidak dikarenakan bayak faktor penyebab. Sedangkan

dampak ketunanetraan pada kemampuan orientasi dan mobilitas

dipengaruhi oleh minimnya informasi visual yang tunanetra dapatkan

sehingga untuk memenuhi kebutuhan mobilitasnya mereka harus

menggunakan teknik dan cara yang berbeda dari orang awas.

Page 57: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 73 dari 55

6. Tugas

Untuk lebih memahami tentang bagaimana dampak ketunanetraan

terhadap keterampilan mobilitas coba perhatikan vidio berikut:

Watch “What’s it like to be visually impaired?—see here

https://youtu.be/v9CawJSUy2c

Dalam contoh vidio tersebut anda bisa merasakan bagaimana dampak

kehilangan sebagian besar fungsi penglihatan terhadap mobilitas

seseorang. Dari vidio tersebut anda bisa belajar merasakan bagaimana

sulitnya mengakses tempat umum bagi orang yang hanya memiliki

sedikit sisa penglihatan. Setelah mendapat kejalasan dari materi dan

vidio diatas coba sekarang buatlah kesimpulan!

7. Tes Formatif (10 soal objektif)

Berilah tanda Silang (X) pada salah satu huruf A, B, C, atau D pada

jawaban yang kamu anggap benar.

1 Berikut merupakan dampak ketunanetraan kecuali

A Dampak terhadap mobilitas d Dampak terhadap komunikasi

B Dampak pada area kognitif e Dampak terhadap potensi

intelegensi

C Dampak pada area keterampilan sosial

2 Tunanetra melakukan gerakan ritmik berulang yang sering disebut perilaku

stereotipe dengan tujuan berikut kecuali

A Menstimulasi diri karena

kurangnya stimulas dan informasii

visual

d Sebagai kompensasi

kehilangan penglihatan

B Menarik diri dari dunia luar e Sebagai cara untuk memperoleh

kenyamanan

C Sebagai kompensasi kurangnya stimulasi visual

Page 58: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 74 dari 55

3 Pada awal perkembangan bahasanya anak tunanetra mengalami

keterlambatan bahasa hal ini disebabkan oleh berikut kecuali

A Kemungkinan tidak dapat

menirukan gerak bibir orang lain

d Kurangnya stimulasi vokal

B Terbatasnya cara belajar e Pola interaksi yang

menyebabkan minimnya kosa

kata

C Pengaruh intelegensi

4 Hambatan bahasa yang dialami tunanetra dapat diminimalisir dan pada

tahapan remaja dewasa mereka sudah dapat mengejar ketertinggalan

bahasa, hal ini karena

A Interaksi sosial sudah teratasi d Tidak ada verbalisme

B Hambatan intelegensi sudah hilang e Potensi akademik meningkat

C Sudah kaya kosakata

5 Berikut merupakan dampak ketunanetraan takibat hambatan O&M kecuali

A Hambatan dalam membentuk

kemandirian

d Hambatan bahasa dan

intelegensi

B Hambatan eksplorasi lingkungan e Hambatan dalam memperoleh

pengalaman atau informasi

baru

C Hambatan dalam mengadakan hubungan sosial dan kegiatan

kemasyarakatatan

6 Tunanetra memerlukan pelatih O&M sebab

A Tunanetra memerlukan dunia

nyaman dengan hadirnya pelatih

d Tunanetra memerlukan

pendamping awas sebagai

Page 59: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 75 dari 55

O&M bantuan dalam kehidupan

B Untuk mengatasi hambatan

komunikasi dengan lingkungan

saat pertama kali berinteraksi

e Sebagai penghubung antara

lingkungan awas dan dunia

tunanetra

C Keterampilan O&M tidak bisa secara otomati, tunanetra tidak bisa melatih

dirinya sendiri

7 Fungsi kognitif tunanetra mengalami hambatan pada awal masa

perkembangannya. Hal ini disebabkan oleh

A Terkait dengan regulasi diri pada

tunanetra

d Terkait dengan alat

pengukuran yang belum

tersedia

B Terkait dengan hambatan

intelegensi

e Terkait dengan penguasaan

konsep dan persepsi

C Terkait dengan karakteristik psikologis tunanetra

8 Kehilangan fungsi penglihatan membuat tunanetra menggantikannya dengan

indra taktual, tetapi informasi dari indera visual dan taktual berbeda

perolehannya sebab

A Informasi visual dapat diperoleh

tanpa harus aktif/ sengaja,

sedangkan indera taktual lebih

mensyaratkan upaya sadar

d Informasi visual melibatkan

indera pendengaran

sedangkan taktual berdiri

sendiri

B Informasi visual tidak bisa

diverbalkan

e Informasi visual dan taktual

memiliki derajat intensitas yang

berbeda

C Informasi visual menuntut upaya sadar sedangkan taktual langsung pada

benda kongkrit

Page 60: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 76 dari 55

9 Pada awal perkembangannya anak tunanetra mengalami hambatan interaksi

sebab kecuali

A Kesulitan dalam menginisiasi

pembicaraan

d Teman sebaya tidak mendapat

ekspresi dan gestur yang tepat

B Tidak ada kesamaan minat dengan

teman sebaya

e Teman sebaya salah paham

dengan bahasa tubuh

tunanetra

C Tidak terjadi percakapan timbal balik karena kesamaan minat terhadap

benda visual, sehingga teman sebaya merasa terabaikan

10 Dampak ketunanetraan sangat beragam karena dipengaruhi hal hal berikut

kecuali

A Usia terjadinya ketunanetraan d Efektifitas intervensinya

B Derajat dan penyebab

ketunanetraan

e Kepribadian tunanetra

C Hasil tes asesmen fungsional penglihatannya

Page 61: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 77 dari 55

D. KAJIAN MATERI 4 : TUNANETRA DAN KEBUTUHAN DASARNYA

1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Pada kajian materi 4 ini Capaian Pembelajaran yang akan diraih adalah

ranah Pengetahuan. Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan

dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan khusus

sebagai dasar untuk mengembangkan layanan pendidikan yang

tepat

2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

a. dapat menjelaskan keterbatasan tunanetra

b. dapat menjelaskan kebutuhan dasar tunanetra

c. dapat menjelaskan kebutuhan khusus tunanetra

3. Pokok-Pokok Materi

a. Keterbatasan tunanetra

b. Kebutuhan dasar tunanetra

c. Kebutuhan khusus tunanetra

4. Uraian Materi

Setelah memahami bagaimana dampak ketunanetraan pada materi 3,

anda diharapkan mempelajarai apa saja keterbatasan yang dimiliki oleh

tunanetra, apa kebutuhan dasar pada umumnya dan apa saja kebutuhan

khususnya. Dengan mengetahui hal tersebut anda akan dapat

memberikan pelayanan yang optimal pada siswa tunanetra anda di

sekolah.

a. Keterbatasan tunanetra

Akibat hambatan penglihatan kemungkinan akan terjadi keterbatasan

dalam hal luas dan variasi pengalaman yang mereka miliki,

kemampuan mereka dalam bergerak dan yang terakhir kemampuan

mengontrol dan berinteraksi dengan lingkungan (Lowenfeld).

keterbatasan yang mendasar pada anak dalam tiga area (Rahardja,

2007) berikut ini:

Tingkat dan keanekaragaman pengalaman. Ketika seorang anak

mengalami ketunanetraan, maka pengalaman harus diperoleh

Page 62: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 78 dari 55

dengan mempergunakan indera-indera yang masih berfungsi,

khususnya perabaan dan pendengaran. Tetapi bagaimanapun

indera-indera tersebut tidak dapat secara cepat dan menyeluruh

dalam memperoleh informasi, misalnya ukuran, warna, dan

hubungan ruang yang sebenarnya bisa diperoleh dengan segera

melalui penglihatan. Tidak seperti halnya penglihatan, ketika

mengeksplorasi benda dengan perabaan merupakan proses dari

bagian ke kesuluruhan, dan orang tersebut harus melakukan kontak

dengan bendanya selama dia melakukan eksplorasi tersebut.

Beberapa benda mungkin terlalu jauh (misalnya bintang, dan

sebagainya), terlalu besar (misalnya gunung, dan sebagainya),

terlalu rapuh (misalnya binatang kecil, dan sebagainya), atau

membahayakan (misalnya api, dan sebagainya) untuk diteliti dengan

perabaan.

Kemampuan untuk berpindah tempat. Penglihatan memungkinkan

kita untuk bergerak dengan leluasa dalam suatu lingkungan, tetapi

tunanetra mempunyai keterbatasan dalam melakukan gerakan

tersebut. Keterbatasan tersebut mengakibatkan keterbatasan dalam

memperoleh pengalaman dan juga berpengaruh pada hubungan

sosial. Tidak seperti anak-anak yang lainnya, anak tunanetra harus

belajar cara berjalan dengan aman dan efisien dalam suatu

lingkungan dengan berbagai keterampilan orientasi dan mobilitas.

Interaksi dengan lingkungan. Jika anda berada di suatu tempat

yang ramai, anda dengan segera bisa melihat ruangan dimana anda

berada, melihat orang-orang disekitar, dan anda bisa dengan bebas

bergerak di lingkungan tersebut. Orang tunanetra tidak memiliki

kontrol seperti itu. Bahkan dengan keterampilan mobilitas yang

dimilikinya, gambaran tentang lingkungan masih tetap tidak utuh.

b. Kebutuhan Dasar Tunanetra

Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dasar yang sama,

menurut Maslow kebutuhan tertinggi yang ingin dicapai oleh manusia

Page 63: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 79 dari 55

adalah Aktualisasi diri. Apakah kebutuhan dasar tunanetra sama

dengan kebutuhan orang awas? Masih dengan materi yang sama,

silakan anda pelajari halaman 12-19. Setelah mempelajari kajian

tersebut menurut anda, apakah tunanetra memiliki kebutuhan dasar

yang berbeda dengan orang awas?

c. Kebutuhan Khusus Tunanetra

Mengapa anak tunanetra membutuhkan layanan pendidikan

khusus? Yang pertama manusia diciptakan dengan karakteristik yang

berbeda-beda, dasar individual differences inilah yang melandasi

mengapa mereka memerlukan pendidikan khusus. Yang kedua

adalah bahwa potensi siswa akan dapat berkembang optimal dengan

adanya layanan pendidikan khusus dan yang terakhir adalah siswa

tunanetra akan lebih terbantu dalam melakukan adaptasi sosial.

Namun demikian apa saja kebutuhan khusus tunanetra? Sunanto

(2005) menunjukan untuk kepentingan pendidikan, pada dasarnya

kebutuhan tunanetra tidak berbeda dengan kebutuhan manuasia

pada umumnya.

Meskipun demikian karena adanya kelainan atau kerusakan

penglihatan, para para tunanetra membutuhkan keterampilan

tertentu yang khusus untuk memenuhi kebutuhnnya. Untuk

memenuhi kebutuhan tunanetra, sekolah atau lembaga

pendidikan bagi tunanetra menyiapkan program pemenuhan

kebutuhan tersebut dalam bentuk kurikulum. Kurikulum pendidikan di

lembaga pendidikan tunanetra biasanya dapat digolongkan sebagai

bidang studi dan sebagai keterampilan khusus. Secara keseluruhan

program atau kurikulum tersebut memiliki tujuan (a) untuk

meniadakan atau mengurangi hambatan belajar dan perkembangan

akibat ketunanetraan, (b) memberikan berbagai keterampilan agar

mereka mampu berkompetisi dengan orang lain pada umumnya, dan

(c) membantu mereka untuk memahami atau menyadari akan potensi

dan kemampuannya.

Page 64: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 80 dari 55

Setiap guru bagi tunanetra berkewajiban mempersiapkan diri

untuk menyediakan pengajaran secara khusus untuk semua area

kurikulum meskipun secara individu tidak semua tunanetra

memerlukan semua keterampilan yang tersedia dalam kurikulum.

Keterampilan yang diperlukan atau yang perlu disediakan di lembaga

pendidikan bagi tunanetra meliputi.

1) Keterampilan Sensoris (kesadaran, diskriminasi, persepsi)

a) Penglihatan, b) Pendengaran, c) Perabaan, d) Pembauan,

e) Pengecap

2) Perkembangan Motorik

a) Pengembangan konsep, b) keterampilan komunikasi

3) Keterampilan Bahasa

a) Braille, b) mengetik, c) teknologi

4) Keterampilan Sosial

5) Kemampuan Menolong diri sendiri

a) ADL, b) O&M, c) berpakian, d) pangan

Setelah mempelajari materi tersebut anda tentu memahami bahwa

kebutuhan khusus pada tunanetra bermacam macam. Gambaran

materi pada kebutuhan khusus ini hampir mirip dengan materi

sebelumnya tentang impelementasi pendidikan bagi tunanetra.

Silakan dipelajari lagi tiap keterangannya. Selain hal tersebut

tunanetra membutuhkan lingkungan yang aksesibel

Gambar 4.1 Guiding Block

Page 65: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 81 dari 55

Pada gambar 4.1 menunjukkan pola ubin berbeda untuk digunakan

sebagai petunjuk berjalan bagi tunannetra di area publik. Garis lurus

artinya jalan terus sedangkan pola titik menandakan ada

persimpangan. Dengan fasilitas ini anak tunanetra sangat terbantu

berjalan di tempat umum.

Gambar 4.2. Ramp

Fasilitas 4.2 selain dipasang pada sambungan pada tempat tinggi ke

tempat rendah, seperti anak tangga ke jalan. Selain membantu anak

tunanetra fasilitas ini juga dapat digunakan oleh pengguna kursi roda.

Gambar 4.3. Tombol Lift dengan huruf Braille

6) Rangkuman

Akibat dari ketunanetraannya mereka memiliki keterbatasan

dalam tingkat dan keanekaragaman pengalaman, pada kemampuan

untuk berpindah tempat serta Interaksi dengan lingkungan. Selain

keterbatasan tersebut sebagai manusia tunanetra juga memiliki

kebutuhan dasar yang sama seperti kebanyakan. Dalam teori

Page 66: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 82 dari 55

Abraham Maslow setiap manusia memiliki kebutuhan hirarki mulai

darikebutuhan fisiologis berupa pemuasan lapar, minum dan seks.

Kebutuhan yang kedua adalah rasa aman dan stabilitas. Kebutuhan

berikutnya adalah kebutuhan kepemilikan dan cinta kasih dan yang

terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri. Sama halnya dengan

manusia pada umumnya kebutuhan dasar tunanetra seperti tertulis

dalam teori Maslow. Yang membedakan adalah kebutuhan

kekhususannya. Sedangkan kebutuhan khusus tunanetra yaitu

kebutuhan keterampilan sensoris, pengembangan motorik,

kemampuan bahasa dan sosial, serta menolong diri sendiri.

7) Tugas

Untuk mempelajarinya tentang kebutuhan dasar tunanetra diaharap

anda bisa mendonload materi sesuai alamat berikut:

file.upi.edu>JUR._PEND._LUAR._BIASA karakteristik dan

kebutuhan dasar tunanetra oleh Irham Hosni kemudian pelajarilah

halaman 12-19. Diskusikan dengan teman sejawat samakah

kebutuhan dasar Tunanetra dengan kebutuhan dasar manusia pada

umumnya? Bandingkan denga teori lain tentang kebutuhan dasar

manusia.

8) Tes Formatif (10 soal objektif)

Berilah tanda Silang (X) pada salah satu huruf A, B, C, atau D pada

jawaban yang kamu anggap benar.

No Soal B S

1 Keterbatasan tunanetra salah satunya adalah

kemampuan berpindah tempat dan mengakses

lingkungan

2 Seperti halnya kebanyakan orang kebutuhan dasar

tunanetra menyangkut akses pengetahuan

3 Kebutuhan khusus tunanetra dalam aspek sensoris

Page 67: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 83 dari 55

dapat dipenuhi dengan pembelajaran life skill

4 Untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran perlu

disediakan modifikasi perangkat dan media

5 Kebutuhan dasar tunanetra seperti dalam teori Abraham

Maslow tidak berbeda dengan orang pada umumnya

6 Keterbatasan tunanetra dalam tingkat keberagaman

pengalaman dapat diakomodasi dengan metode

pembelajaran khusus

7 Keterbatasan tunanetra dalam berpindah tempat dapat

diakomodasi melalui pembelajaran O&M

8 Pembelajaran O&M merupakan pemenuhan kebutuhan

khusus tunanetra dalam keterampilan Sosial

9 Kebutuhan khusus tunanetra dalam aspek keterampilan

sosial dapat diakomodasi dengan akses teknologi

10 Kebutuhan aksesibilitas pada tunanetra dapat

diakomodasi salah satunya dengan tersedianya guiding

Block pada trotoar

Page 68: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 84 dari 55

III. Kunci Jawaban

A. Kunci jawaban soal kegiatan 1 modul 2

1 B 6 E

2 A 7 A

3 C 8 B

4 C 9 D

5 C 10 D

B. B. Kunci Jawaban soal Kegiatan 2 modul 2

1. E 6 C

2 B 7 E

3 C 8 A

4 A 9 B

5 D 10 C

C. Kunci Jawaban Soal Kegiatan 3 Modul 2

1 A 6 D

2 A 7 D

3 B 8 E

4 C 9 B

5 C 10 A

D. Kunci jaSwaban Soal Kegiatan 4 Modul 2

1 B 6 B

2 S 7 S

3 S 8 S

Page 69: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 85 dari 55

4 S 9 B

5 B 10 B

IV. Daftar Pustaka

Friend, Marilyn. (2005) Special Education Contemporary Perspectives for

School Professionals. Boston: Pearson

Gense, Marilyn & Gense Jay. D (2005) Autism Spectrum Disorder and Visual

Impairment Meeting Studen’s Learning Needs. Boston: AFB Press

Hadi, Purwaka (2005) Kemandirian Tunanetra Orientasi Akademik dan

Orientasi Sosial. Jakarta. Depdiknas

Lewis, Vicky (2003) Development and Disability. UK: Blackwell Publishing

McLinden, Mike & McCall, Stephen (2002) Learning Through Touch suporting

children with visual impairment and additional difficulties.London: David

Fulton Publishers

Pierangelo, Roger (2004).The Special Educator’s Survival Guide. San

Fransisco: Jossey –Bass a Willey Imprint

Sapp, Wendy (2003) Effective Education for Learners With Exceptionallities.

Published online 2003; 259-282. Emerald Insight

Scholl, G.T ., Hall, A., Swallow, R-M. (1986) Psychoeducational Assesment

in the Book of Foundation of Education for Blind and Visually

Handicapped Chuldren and Youth: Theory and Practice. New York.

American Foundation

Smith, Deborah, D (2004). Introduction to Special Education Teaching in an

Age Opprotunity. Boston; Pearson

Page 70: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 86 dari 55

Sunanto, Juang (2005) Mengembangkan Potensi Anak Berkelaiann

Penglihatan. Jakarta. Depdiknas

Tarsidi, Didi (2008) Analisis Fungsi Organ-organ Penginderaan dan

Pengembangannya bagi Individu Tunanetra. http: http://d-

tarsidi.blogspot.co.id/2008/06/anatomi-dan-fisiologi-mata.html

Rahardja, Djadja (2008). Ketunanetraan. http://dj-

rahardja.blogspot.co.id/2008/09/ketunanetraa.html?m=1

Page 71: MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP ANAK BERKELAINAN …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/17502... · 2019-03-26 · dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan

Halaman 87 dari 55

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Purwaka (2005) Kemandirian Tunanetra Orientasi Akademik dan Orientasi

Sosial. Jakarta. Depdiknas

Hosni, Irham (1996) Orientasi dan Mobilitas. Jakarta. Depdikbud

Sunanto, Juang (2005) Mengembangkan Potensi Anak Berkelaiann Penglihatan.

Jakarta. Depdiknas

Tarsidi, Didi (2007) Analisis Fungsi Organ-organ Penginderaan dan

Pengembangannya bagi Individu Tunanetra. http: http://d-

tarsidi.blogspot.co.id/2008/06/anatomi-dan-fisiologi-mata.html

Widdjajantin, Anastasia dan Hitipeuw Imanuel (1996). Ortopedagogik Tunanetra I.

Jakarta. Depdikbud