42
MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA Logo (Kosongkan) Penulis SUBAGYA PPG Dalam JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun 2018

MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

MODUL III

PENDALAMAN MATERI

PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

Logo (Kosongkan)

Penulis

SUBAGYA

PPG Dalam JABATAN

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Tahun 2018

KATA PENGANTAR

Page 2: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

KATA PENGANTAR

Page 3: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

Daftar Isi

Halaman judul ................................................................................................. i

Kata Pengantar ............................................................................................... ii

Daftar isi ......................................................................................................... iii

I. Pendahuluan ............................................................................................ 1

II. Kegiatan belajar 1 Konsep Umum Pembelajaran Peserta Didik tunanetra

(tunanetra) ............................................................................................... 2

III. Kegiatan belajar 2: Pembelajaran Berbasis Ilmiah ................................... 12

IV. Kegiatan belajar 3: Penilaian .................................................................. 17

V. Kegiatan belajar 4: Rencana Pembelajaran ............................................. 30

Daftar Pustaka ................................................................................................ 38

Page 4: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

I. Pendahuluan

A. Rasionalisasi dan Deskripsi Singkat

Pembelajaran peserta didik tunanetra harus memperhatikan tingkat jenis

gangguan, tingkat gangguan dan saat terjadinya gangguan penglihatan itu

muncul. Secara umum yang harus diperhatikan adalah mengadaptasi

ketanmampuan/kesulitan penglihatan dalam pembelajaran. Pendidik harus

mampu memanfaatkan konsep pembelajaran yang ada untuk diadaptasi

dalam pembelajaran peserta tunanetra atau menginovasi secara khusus untuk

pembelajaran peserta didik tunanetra.

Pembelajaran peserta didik tunanetra dapat dilakukan dengan model

pembelajaran berbasis ilmiah, yang mendorong berfikir kritis, kreatif,

kolaboratif, komunikatif serta memberikan penguatan karakter. Pembiasaan

memanfaatkan berbagai literasi dapat memberikan meminimalisir salah satu

hambatan yaitu kesulitan memperoleh aneka ragam pengalaman.

B. Relevansi

Penguasaan kompetensi pedagogis dan kompetensi penguasaan didaktik

untuk peserta didik tunanetra harus dikuasai oleh calon guru pendidikan

khusus. Penguasaan kompetensi ini akan memberikan penguatan guru dalam

memperlakukan peserta didiknya dengan tepat.

C. Petunjuk belajar

1. Bacalah petunjuk modul ini secara keseluruhan.

2. Bacalah modul ini secara bertahap, mulai modul 1 sampai dengan 4. Ikuti

alur modul ini sampai tuntas termasuk mengerjakan tugas, menjawab

pertanyaan.

3. Buatlah catatan penting jika menemukan hal-hal yang memerlukan

pembahasan lebih lanjut.

4. Carilah referensi/literature/bahan ajar yang disarankan/yang sesuai untuk

melengkapi pembahasan modul ini, baik melalui online maupun off line.

Page 5: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

II. Pembelajaran 1 : Konsep Umum Pembelajaran Peserta Didik tunanetra

A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Menguasai konsep teoritis pendidikan

(pedagogi) dan pembelajaran (didaktik-metodik) untuk anak berkebutuhan

khusus peserta didik tunanetra.

B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Setelah mengkaji berbagai literature, diskusi peserta dapat:

1. Mendeskripsikan prinsip pembelajaran peserta didik tunanetra dengan

tepat.

2. Menyusun skema adaptasi variable pembelajaran untuk peserta didik

tunanetra dengan benar.

3. Merumuskan adaptasi tujuan, media dan alat pembelajaran peserta didik

tunanetra dengan benar

4. Memberi contoh adaptasi yang berkaitan karakteritik mata pelajaran

sedikitnya 3 mata pelajaran

5. Memberi contoh adaptasi yang berkaitan dengan karakteritik peserta

didik gangguan penglihatan dengan benar.

6. Mendeskripsikan adaptasi yang berkaitan dengan kendala yang

diakibatkan oleh ketunanetraan.

C. Pokok-poko Materi

1. Prinsip pembelajaran untuk peserta didik tunanetra.

2. Pembelajaran yang ramah untuk peserta didik tunanetra

D. Uraian Materi

1. Prinsip pembelajaran peserta didik tunanetra

Ingatlah kembali tentang teori pembelajaran!. Kemudian Anda mencari

definisnya serta komponen/variable pembelajaran!. Setelah itu teruskan

dengan mencari informasi tentang adaptasi!

Prinsip pembelajaran untuk peserta didik tunanetra tidak berbeda

dengan pembelajaran yang lain. Menurut Sutjihati Soemantri (2007) prinsip

pembelajaran untuk peserta didik tunanetra meliputi tiga prinsip yaitu

prinsip kekonkritan, prinsip pengalaman yang menyatu dan prinsip belajar

sambil berbuat. Anastasia Widjajantin & Imanuel Hitipeuw (1995:138)

Page 6: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

menyatakan bahwa terdapat lima prinsip pembelajaran untuk peserta didik

tunanetra yaitu: 1) prinsip totalitas, 2) prinsip keperagaan, 3) prinsip

kesinambungan, 4) prinsip aktivitas, dan 5) prinsip individual.

a. Prinsip Kekonkritan: Peserta didik tunanetra belajar terutama melalui

pendengaran dan perabaan. Bagi mereka, untuk mengerti dunia

sekelilingnya harus bekerja dengan benda–benda konkrit yang dapat

diraba dan dapat dimanipulasikan. Melalui observasi perabaan benda–

benda riil, dalam tempatnya yang alamiah, mereka dapat memahami

bentuk, ukuran, berat, kekerasan, sifat–sifat permukaan, kelenturan,

suhu dan sebagainya. Guru dituntut semaksimal mungkin dapat

menggunakan benda–benda konkrit sebagai alat bantu atau media dan

sumber belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penyampaian

secara verbal tanpa objek riil, dapat menimbulkan peserta didik

tunanetra menjadikan pemahaman secara verbalistik. Kelemahan pada

prinsip ini adalah tidak semua objek dapat dikonkritkan, misalnya benda

langit, benda berbahaya, konsep warna, dll

b. Prinsip Pengalaman yang Menyatu: Peserta didik tunanetra memahami

fakta dimulai dari detail ke global, dari yang mereka dengar, raba dan

bagian demi bagian baru menjadi kesatuan konsep yang utuh.

Pengalaman visual cenderung menyatukan informasi. Seorang anak

normal yang masuk ke toko, tidak saja melihat rak–rak dan benda–

benda riil, tetapi juga dalam sekejap mampu melihat hubungan antara

rak–rak dengan benda–benda di ruangan. Peserta didik tunanetra tidak

mengerti hubungan–hubungan ini kecuali jika guru menyajikannya

dengan mengajar anak untuk ”mengalami” suasana tersebut secara

nyata dan menerangkan hubungan-hubungan tersebut.

c. Prinsip belajar sambil melakukan: Prinsip ini sebenarnya tidak jauh

berbeda dengan prinsip belajar sambil bekerja. Perbedaannya adalah

bagi peserta didik Tunanetra melakukan sesuatu adalah pengalaman

nyata yang tidak mudah terlupakan seperti anak awas melihat sesuatu

sebagai kebutuhan utama dalam menangkap informasi. Anak awas

Page 7: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

belajar mengenai keindahan lingkungan cukup hanya dengan melihat

gambar atau foto. Tunanetra menuntut penjelasan dan penjelajahan

secara langsung di lingkungan nyata. Prinsip ini menuntut guru agar

dalam proses pembelajaran tidak hanya bersifat informatif akan tetapi

semaksimal mungkin anak diajak ke dalam situasi nyata sesuai dengan

tuntutan tujuan yang ingin dicapai dan bahan yang diajarkannya.

d. Prinsip konversi: Hilangnya indera visual menuntut, agar semua

fenomena, dan fakta yang datang itu dapat ditangkap dengan indera

non visual. Guru harus mengkonversi fenomena, fakta yang muncul ke

dalam bentuk narasi, taktual, bau, kinestesi agar dapat dipamahi

sebagai suatu persepsi yang utuh. Raut wajah marah, senyum tidak

dipahami oleh tunanetra, namun jika guru atau orang lain mengubahnya

dalam bentuk informasi marah, senyum atau intonasi bicara, tertawa,

maka tunanetra memahami suasana hati lawan bicaranya. Simbol-

simbol visual tidak dipahami oleh tunanetra, guru harus

mengkonversikan simbol itu dalam berbagai adaptasi. Bila dalam kelas

terdapat peserta didik Tunanetra hindarkan kata-kata ini, itu, untuk

mewakili suatu konsep tertentu. ”Ini, itu” yang dimaksud harus

diucapkan lengkap dengan bahasa ujaran, sehingga peserta didik

tunanetra memahami. Misalnya ini ditambah ini sama dengan ini

alangkah bijaksana bila diadaptasi menjadi dua ditambah empat sama

dengan enam. Garis AB = 8 cm, garis AC = 6 cm, berapa panjang

garis BC bila segitiga itu siku-siku? Akan lebih jelas bila soal itu

diadaptasikan menjadi menjadi sisi tegak AB = 8 cm, sisi alas AC = 6

cm, berapa panjang sisi miring BC, bila segi tiga itu siku-siku?

(Subagya, 2012). Banyak gejala/fenomena, fakta yang tidak dapat

dikonversikan kedalam indra non visual dan hanya dapat ditangkap

melalui indra visual. Misalnya konsep pembiasan, polarisasi warna,

panorama alam, atau objek lain yang hanya dapat ditangkap melalui

penglihatan.

Page 8: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

2. Pembelajaran yang ramah untuk peserta didik tunanetra.

Peserta didik tunanetra, memiliki tingkat inteligensi yang beragam,

sehingga dalam menggunakan kurikulum guru harus berhati-hati.

a. Kurikulum Pendidikan Khusus tunanetra disusun untuk peserta didik

tunanetra yang mengalami hambatan inteligensi, sehingga tidak

memiliki relevansi dengan karakteristik peserta didik tunanetra yang

tidak mengalami hambatan intelektual.

b. Jika peserta didik tunanetra mengalamai hambatan intelektual dapat

langsung menggunakan kurikulum pendidikan khusus.

c. Jika peserta didik tunanetra tidak memiliki hambatan intelektual maka

guru dapat melakukan menggunakan kurikulum regular (SD, SMP dan

SMA) dengan berbagai adaptasi.

d. Prinsip adaptasi itu mengacu pada prinsip-prinsip pembelajaran

peserta didik tunanetra yang telah diuraikan sebelumnya.

e. Tahapan dalam melakukan adaptasi itu dapat ditempuh dengan

melakukan duplikasi, modifikasi, substitusi, dan omisi. (Mitchell, 2010).

1) Duplikasi, artinya mengambil seluruh kurikulum dan didaktik-

metodik peserta didik reguler (SD, SMP, SMA) untuk peserta didik

tunanetra.

2) Modifikasi: yaitu melakukan penyesuaian terhadap kurikulum dan

didaktik-metodik sekolah reguler untuk peserta didik tunanetra.

3) Substitusi: yaitu mengganti isi kurikulum dan proses didaktik-

metodik peserta didik reguler untuk peserta didik tunanetra

4) Omisi, yaitu penghilangan isi kurikulum sekolah reguler karena

tidak mungkin diterapkan pada peserta didik tunanetra. Misal

materi pembiasan, projeksi warna, pada mata pelajaran tertentu,

dan lain sebagainya.

.

Setelah Anda memahami tentang konsep adapatasi, maka harus

diidentifikasi komponen yang akan diadaptasi dalam pembelajaran

Page 9: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

Komponen pembelajaran dapat pula disebut sebagai variabel pembelajaran.

Glaser (1976) menggolongkan komponen pembelajaran terdiri dari: 1) analisis

bidang studi; 2) diagnosis kemampuan awal peserta didik; proses

pembelajaran; dan 4) pengukuran hasil belajar. Menurut Reigeluth (1983: 397)

komponen dalam pembelajaran ada tiga variabel yaitu kondisi pembelajaran,

metodologi, dan hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran berkaitan dengan

tujuan pembelajaran, karakteristik bidang studi, kendala, karakteristik peserta

didik. Motodologi pembelajaran berkaitan dengan cara-cara yang berbeda

untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang

berbeda. Hasil pembelajaran berkaitan dengan efek yang dapat dijadikan

sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi

yang berbeda.

Variabel pembelajaran sebagai komponen utama dari ilmu merancang (a

design science) menjadi 3, yaitu 1) Alternatif tujuan atau persyaratan; 2)

Kemungkinan untuk tindakan; 3) Parameter baku atau kendala (Simon,

(1996).

a. Kondisi pembelajaran

Reiguluth (1983), berbendapat bahwa yang dimaksud kondisi pembelajaran

itu meliputi tujuan, karakteristik mata pelajaran, karakteristik peserta didik,

dan kendala. Tujuan pembelajaran telah dirumusakan secara hirarki yang

mencakup kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), tujuan pembelajaran

dan indikator capaian pembelajaran. Adaptasi pada kompetensi inti dan

kompetensi dasar tidak berarti merubah rumusan kompetensi yang yang

telah dirumuskan oleh pemerintah, tetapi adaptasi tetap dapat dilakukan

dengan cara KI dan KD berdasarkan hasil asesmen peserta didik. Penetapan

KI dan KD terdapat 3 kemungkinan yaitu a) jika usia mental sama dengan

usia sebenarnya maka KI dan KD sama dengan kelasnya; b) jika usia mental

Setelah mempelajari berbagai komponen pembelajaran buatlah

tabel perbandingan antara komponen pembelajaran dari

Reiguluth, Simon, dan Glases!

Page 10: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

di bawah usia sebenarnya , maka KI dan KD diambilkan dari kelas di

bawahnya; c) jika usia mental berada di atas usia sebenarnya, maka KI dan

KD dapat diambil dari kelas di atasnya dan atau KI dan KD sesuai kelasnya

tetapi dengan pengayaan.

Adaptasi tujuan dan indikator pembelajaran dapat berupa: a) perumusan

tujuan dan indikator yang sama (duplikasi) dengan perumusan tujuan dan

indikator dengan peserta didik awas; b) perumusan tujuan dan indikator

yang disesuaikan dengan keterbatasan visual (modifikasi); c) perumusan

tujuan dan indikator yang lain sebagai akibat dari ketanmampuan visual; d)

karena ketanmampuan melihat, maka perumusan tujuan dan indikator tidak

perlu dirumuskan, sekalipun esensial.

.

Adaptasi karakteristik mata pelajaran lebih mengarah pada penyajian isi

pelajaran. Misalnya gambar-gambar, memerlukan adaptasi untuk dirubah

menjadi narasi.

Adaptasi karakteristik peserta didik tidak hanya perbedaan antar individu

dalam potensi, minat, bakat tetapi perbedaan terhadap tingkat

ketunanetraann, saat terjadinya ketunanetraaan serta sikap penerimaan

terhadap ketunanetraannya.

Hambatan penglihatan menyebabkan bebarapa kendala yaitu keterbatasan

mobilitas, sosialisasi dan keanekaragaman informasi. Guru harus

mengkondisikan pembelajaran untuk meminimalisir ketiga kendala tersebut.

Adaptasi yang dapat dilakukan adalah memberi kesempatan peserta didik

menggunakan berbagai teknologi asistef serta menyediakan fasilitas yang

Perhatikan benarkah setiap mata pelajaran memiliki karakterisik masing-

masing? Coba bandingkan mata pelajaran matematika dengan IPS apa

bedanya? Begitu pula terhadap mata pelajaran yang lain.

Sebagai contoh Anda dapat membuka pada file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/

Page 11: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

dapat diakses untuk memberikan informasi sebanyak mungkin tentang ilmu

pengetahuan yang dibutuhkan.

b. Metode

Pemilihan metode yang akomodatif terhadap peserta didik tunanetra

memperhatikan 3 hal yaitu: penyampaian, pengorganisasian dan pengolahan.

Proses belajar dengan peserta didik gangguan penglihatan dapat

menggunakan metode yang telah ada dengan sedikit adaptasi. Metode utama

dalam pembelajaran peserta didik tunanetra adalah ceramah.dalam

menggunakan metode ceramah hindarkan kata tunjuk, misalnya disini, disana,

ini, itu, kamu. Kata tunjuk akan tepat jika diubah sesuai dengan objek yang

diinginkan, misal ini diganti “bilangan lima”, kamu di ganti “Andi”. Dst.

Pendekatan 5 M bukan satu-satunya pendekatan pembelajaran dan bukan

urutan langkah-langkah baku. Pembelajaran berbasis ilmiah mendorong para

guru untuk menggunakan model discovery, PBL, project base learning.

Disamping itu memasukkan unsur penguatan pendidikan karakter, penguatan

lietrasi (dasar,pustaka, media, teknologi, visual), kompetensi milenia 4 C

(critical thinking, creativity, collaboration, communication). Aktivitas

pembelajarannya memperhatikan konsep Aktivitas itu juga memeprhatikan

minimal MOTS (Medium Order Thinking Skill yang mencakup: pemahaman,

penerapan) dan disarankan HOTS (Higher Order Thinking Skill mencakup:

analisis, sinstesis, evaluasi)

c. Penilaian

Adaptasi penilaian harus dimulai dari perencaaan, pelaksanaan dan analisis

hasil penilaian. Berikut adalah prinsip yang perlu diperhatikan dalam penilaian.

Tunanetra total

1) Menghindari/ minimalkan penggunaan kata-kata visual yang kurang

dipahami anak.

2) Gambar dua dimensi disajikan dalam bentuk gambar timbul/ taktual.

3) Benda-benda tiga dimensi disajikan dalam bentuk asli atau model.

Page 12: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

4) Tambahan waktu sedikitnya 20% dari waktu yang ditentukan.

5) Semua indra non visual dimanfaatkan untuk keperluan penilaian.

6) Posisi tempat duduk anak memperhatikan kemampuan indra pendengaran

Low Vision

1) Memperhatikan kemampuan visual (ketajaman penglihatan) yang dimiliki

anak .

2) Posisi tempat duduk anak memperhatikan hal-hal berikut ini: jarak, ukuran,

pencahayaan, kekontrasan

3) Menggunakan alat bantu optik atau non optik yang tepat dan sesuai

dengan kebutuhan anak.

E. Rangkuman

a. Prinsip pembelajaran peserta didik dengan gangguan penglihtan adalah:

1) prinsip totalitas, 2) prinsip keperagaan, 3) prinsip kesinambungan, 4)

prinsip aktivitas, dan 5) prinsip individual

b. Adaptasi pembelajaran untuk peserta didik tunanetra mencakup:

duplikasi, modifikasi, substitusi dan omisi.

c. Komponen pembelajaran yang diadaptasi mencakup kondisi

pembelajaran, metode/proses pembelajaran dan evaluasi hasil

pembelajaran.

F. Tugas

a. Bandingkan prinsip pembelajaran untuk peserta didik dengan gangguan penglihatan menurut Sutjihati Soemantri dan Anastasia Widjajantin & Imanuel Hitipeuw!

b. Coba Anda mencari pengertian adaptasi dari lieratur lain! Anda bisa browsing di internet kemudian mengaplikasikan pengertian adaptasi itu dalam pembelajaran pada peserta didik dengan gangguan penglihatan!

c. Jika komponen adaptasi dan pembelajaran telah Anda kuasai, maka tugas berikutnya adalah membuat matrik seperti di bawah ini.

Tugas Anda a. Menetapkan komponen pembelajaran b. Buatlah matrik komponen pembelajaran (vertikal) dengan adaptasi pembelajaran

(horisontal)!

Page 13: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

I. Pendahuluan

A. Rasionalisasi dan Deskripsi Singkat

Pembelajaran peserta didik tunanetra harus memperhatikan tingkat jenis

gangguan, tingkat gangguan dan saat terjadinya gangguan penglihatan itu

muncul. Secara umum yang harus diperhatikan adalah mengadaptasi

ketanmampuan/kesulitan penglihatan dalam pembelajaran. Pendidik harus

mampu memanfaatkan konsep pembelajaran yang ada untuk diadaptasi

dalam pembelajaran peserta tunanetra atau menginovasi secara khusus untuk

pembelajaran peserta didik tunanetra.

Pembelajaran peserta didik tunanetra dapat dilakukan dengan model

pembelajaran berbasis ilmiah, yang mendorong berfikir kritis, kreatif,

kolaboratif, komunikatif serta memberikan penguatan karakter. Pembiasaan

memanfaatkan berbagai literasi dapat memberikan meminimalisir salah satu

hambatan yaitu kesulitan memperoleh aneka ragam pengalaman.

B. Relevansi

Penguasaan kompetensi pedagogis dan kompetensi penguasaan didaktik

untuk peserta didik tunanetra harus dikuasai oleh calon guru pendidikan

khusus. Penguasaan kompetensi ini akan memberikan penguatan guru dalam

memperlakukan peserta didiknya dengan tepat.

C. Petunjuk belajar

1. Bacalah petunjuk modul ini secara keseluruhan.

2. Bacalah modul ini secara bertahap, mulai modul 1 sampai dengan 4. Ikuti

alur modul ini sampai tuntas termasuk mengerjakan tugas, menjawab

pertanyaan.

3. Buatlah catatan penting jika menemukan hal-hal yang memerlukan

pembahasan lebih lanjut.

4. Carilah referensi/literature/bahan ajar yang disarankan/yang sesuai untuk

melengkapi pembahasan modul ini, baik melalui online maupun off line.

Page 14: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

II. Pembelajaran 2 : Pembelajaran Berbasis Ilmiah

A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Menguasai konsep teoritis pendidikan

(pedagogi) dan pembelajaran (didaktik-metodik) untuk anak berkebutuhan

khusus peserta didik tunanetra.

B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Setelah mengkaji berbagai literature, diskusi, refleksi pengalaman selama

mengajar peserta dapat:

a. Medeskripsikan konsep pembelajaran berbasis ilmiah

b. Membandingkan syntak model-model pembelajaran berbasis ilmiah

C. Pokok-Pokok Materi

Model-model pembelajaran berbasis ilmiah

D. Uraian Materi

Sebelum membaca modul ini, Anda disarankan untuk mempelajari materi

yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis ilmiah dengan pendekatan 5

M (Mengamati, Menanya, Mengumpulkan data, Mengasosiasi, dan

mengkomunikasikan)!

1. Pengertian

Pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mendorong anak untuk

melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah berikut: 1) Mengamati; 2)

Menanya; 3) Mengumpulkan informasi/eksperimen; 4)

Mengasosiasi/mengolah informasi; 5) Mengkomunikasikan. Materi

pembelajaran berbasis ilmiah adalah pembelajaran yang berbasisi fakta atau

fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan

sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. Penjelasan guru,

respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari

prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang

menyimpang dari alur berpikir logis.

Pembelajaran berbasisi ilmiah dimaksudkan untuk: a) mendorong dan

menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam

mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan

Page 15: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

materi pembelajaran; 2) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu

berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama

lain dari materi pembelajaran; 3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik

mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang

rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

Tujuan pembelajaran ini dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun

menarik sistem penyajiannya. Kemendikbud (2013: 11) menegaskan bahwa

pendekatan saintifik akan tampak jelas ketika peserta didik terlibat dalam

model pembelajaran tertentu, yaitu (1) Pembelajaran Berbasis Proyek (Project

Based Learning), (2) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning), dan (3) Penemuan Terbimbing (Discovery Learning)

2. Prinsip

Pembelajaran berbasis ilmiah mengutamakan proses dari pada hasil,

sehingga dalam setiap langkahnya perlu memperhatikan prinsip: a) berpusat

pada peserta didik; b) mengembangkan kreativitas peserta didik; c)

menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan menantang; d)

Bermuatan nilai, etika, estetika, logika dan kinestetika; e) Mengubah paradigm

‘diberi tahu’ menjadi ‘aktif mencari tahu’, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak

mampu menjadi mamu, dari tidak mau menjadi mau; dan f) Menyediakan

pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi,

metode yang menyenangkan, konstekstual efektif, efisien dan bermakna.

3. Model-model

a. Discovery/Inquiry Learning

1) Pengertaian

Metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang banyak

melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental dalam rangka

penemuannya. Menurut Sund (Sudirman N, 1992 ), discovery adalah

proses mental, dan dalam proses itu individu mengasimilasi konsep dan

prinsip-prinsip. DiInkuiri adalah rangkaian pembelajaran yang menekankan

pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan

Page 16: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

menemukan sendiri jawaban dari suatau masalah yang dipertanyakan

(Wina Wijaya, 2008). Metode ini menekankan bagaimana mengguakan

sumber belajar. Istilah-istilah discovery dan inquiry dapat diartikan dengan

maksud yang sama dan digunakan saling bergantian atau keduanya

sekaligus. Istilah discovery, sekalipun secara umum menunjuk kepada

pengertian yang sama dengan inquiry, pada hakikatnya mengandung

perbedaan dengan inquiry.

1) Syntak

Aturan atau langkah yang harus dipenuhi (syntak) pada model

discovery/inquiri learning sebaga berikut.

a) Menstimulasi masalah yaitu memberi rangsangan melalui media

audio, taktual, pembau, dll. ganRangsan dapat berupa bacaan

Braille, atau gambar timbul, bacaan soft copy yang dibaca dengan

screen reader atau situasi, materi online sesuai dengan materi

pembelajaran/topik/tema.

b) Identifikasi masalah: menemukan permasalahan menanya,

mencari informasi, dan merumuskan masalah.

c) Mencari informasi/data: mencari dan mengumpulkan

data/informasi, melalui kajian literature, pengamatan (non visual),

ekperimen, diskusi, browsing, dll untuk melatih ketelitian, akurasi,

dan kejujuran, mencari atau merumuskan berbagai alternatif

pemecahan masalah

d) Mengolah data: mencoba dan mengeksplorasi pengetahuan

konseptualnya, melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.

e) Verifikasi: mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan

data, mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media,

mengasosiasikannya menjadi suatu kesimpulan.

f) Generalisasi: melatih pengetahuan metakognitif peserta didik.

Page 17: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

b. Problem base learning

1) Pengertian

Problem based learning (PBL) merupakan suatu metode pembelajaran

yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi

peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan

pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep

yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran (Sudarman, 2007).

Dalam model problem based learning ini, pemahaman, transfer

pengetahuan, keterampilan berpikir tingkat tinggi, kemampuan pemecahan

masalah, dan kemampuan komunikasi ilmiah merupakan dampak

langsung pembelajaran. Peserta didik terdorong memperoleh hakikat

tentang keilmuan, keterampilan proses keilmuan, otonomi dan kebebasan

peserta didik, toleransi terhadap ketidakpastian dan masalah-masalah non

rutin merupakan dampak pengiring pembelajaran.

2) Syntak

a) Orientasi peserta didik pada masalah yaitu guru menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan

fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,

memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah

yang dipilih.

b) Mengorganisasi peserta didik untuk belajar: Guru membantu peserta

didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut

c) Mengumpulkan Informasi- membimbing penyelidikan individual

maupun kelompok. Guru mendorong peserta didik untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,

diskusi, kerja kelompok, untuk mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masala

d) Mengolah Informasi- mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan

Page 18: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

karya yang sesuai seperti laporan, auido, dan model serta membantu

mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

e) Menyelesaikan Masalah- menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah. Guru membantu peserta didik untuk melakukan

refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses

yang mereka gunakan.

c. Project base learninng

1) Pengertian

Bern dan Erickson menegaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek

(Project Based Learning) merupakan pendekatan yang memusat pada

prinsip dan konsep utama utama suatu disiplin, melibatkan peserta

didik dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainya,

mendorong peserta didik untuk berkerja mandiri membangun

pembelajaran, dan pada akhirnya menghasilkan karya nyata (Kokom

Komalasari 2010:70). Project Based Learning adalah model

pembelajaran yang berfokus pada konsepkonsep dan prinsip-prinsip

utama (central) dari suatu disiplin, melibatkan peserta didik dalam

kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas yang bermakna

lainnya, memberi peluang peserta didik secara otonom

mengkonstruksi belajar mereka sendiri dan puncaknya menghasilkan

produk karya peserta didik bernilai dan realistik.

model pembelajaran projek adalah pembelajaran yang berpusat pada

(kegiatan) peserta didik dalam mengembangkan dan meningkatkan

keterampilan peserta didik mengelola sumber atau bahan untuk

menyelesaikan tugas, serta meningkatkan kolaborasi peserta didik dan

peserta didik menjadi terdorong lebih aktif dalam belajar, karena guru

hanya sebagai fasilitator, guru mengevaluasi hasil kinerja peserta didik.

Page 19: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

2) Syntak

a) Identifikasi dan Merumuskan project: Guru dapat terlebih dahulu

memberikan stimulus, misalnya tayangan-tayangan auido yang

menarik, atau menghadirkan bentuk-bentuk permasalahan nyata di

sekitar mereka yang kemudian dikemas untuk disajikan di awal

pembelajaran. Dari sinilah kemudian pertanyaan-pertanyaan

muncul untuk diselesaikan oleh siswa melalui projek.

b) Menyusun rancangan penyelesaian projek: Siswa bekerja secara

berkelompok untuk membuat sebuah perencanaan bagaimana

proyek mereka dilaksanakan. Tentunya bantuan guru diperlukan

untuk menjaga agar proyek yang direncanakan rasional dan logis

serta bermanfaat bagi pembelajaran mereka.

c) Membuat jadwal: peserta didik dibantu guru membuat sebuah

penjadwalan yang menjaga agar projek dapat terselesaikan secara

baik dengan menggunakan waktu yang efektif.

d) Memonitor kemajuan projek: guru dan siswa (kelompok siswa)

harus memonitor kemajuan projek yang mereka buat

a) Menguji proses dan hasil Belajar: menguji (mengevaluasi) proses

dan hasil belajar selama siswa melaksanakan projek dan di akhir

projek. Menguji hasil dapat berupa mengumpulkan laporan hasil

projek atau melalui evaluasi konvensional. Tahap ini sebagai

umpan balik, penguatan, bantuan, fasilitasi, dan sejenisnya.

Kemudian guru juga tetap harus mengevaluasi bagaimana

perolehan hasil belajar siswa, baik dari aspek sikap, keterampilan,

maupun pengetahuan.

b) Melakukan evaluasi pengalaman membuat projek atau

melaksanakan proyek: ini lebih pada kesan dan inspirasi yang

dapat diperoleh dengan melaksanakan projek untuk perbaikan

pembelajaran ke depan.

Page 20: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

4. Pembelajaran Temaik Terpadu

a. Pengertian

Pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip

pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai

pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata

pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka. Pembelajaran tematik

terpadu bermanfaat untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi

peserta didik, karena saat peserta didik memahami berbagai konsep selalu

melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep

lain yang telah dikuasai sebelumnya. Tematik terpadu disusun

berdasarkan gabungan proses integrasi, sehingga berbeda dengan

pengertian tematik pada kurikulum sebelumnya. Pembelajaran tematik

terpadu juga diperkaya dengan penempatan matapelajaran Bahasa

Indonesia sebagai penghela matapelajaran lain. Melalui perumusan

Kompetensi Inti sebagai pengikat berbagai matapelajaran dalam satu

kelas dan tema sebagai pokok bahasannya, sehingga penempatan

matapelajaran Bahasa Indonesia sebagai penghela matapelajaran lain

menjadi sangat memungkinkan.

b. Tujuan

1) Mudah memusatkan perhatian terhadap satu tema atau topik tertentu.

2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi

mata pelajaran dalam tema yang sama.

3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan

berkesan.

4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan

berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.

5) Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam

situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari

pelajaran yang lain.

6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang

disajikan dalam konteks tema yang jelas

Page 21: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

7) Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan

secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau

3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.

c. Peran Tema

Tema berperan sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran, dengan

memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus. Adapun mata pelajaran

yang dipadukan adalah muatan pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia,

Matematika, IPA,IPS, Seni Budaya, Prakarya dan Pendidikan Jasmani, Olah

Raga dan Kesehatan.

d. Karakteristik pembelajaran tematik

1. Berpusat pada anak

2. Memberikan pengalaman langsung

3. Pemisahan antarmata pelajaran tidak tampak

4. Menyajikan konsep dari beberapa mata pelajaran dalam satu proses

pembelajaran

5. Bersifat luwes

6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan

kebutuhan anak

Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan

mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi

E. Rangkuman

1. Pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mendorong anak untuk

melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah berikut: 1) Mengamati; 2)

Menanya; 3) Mengumpulkan informasi/eksperimen; 4)

Mengasosiasi/mengolah informasi; 5) Mengkomunikasikan, yang

selanjutnya disingkat dengan 5M.

2. Pendekatan saintifik (5M) akan tampak jelas ketika siswa terlibat dalam

model pembelajaran (1) Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based

Learning), (2) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning), dan (3) Penemuan Terbimbing (Discovery Learning.

Page 22: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

I. Pendahuluan

A. Rasionalisasi dan Deskripsi Singkat

Pembelajaran peserta didik tunanetra harus memperhatikan tingkat jenis

gangguan, tingkat gangguan dan saat terjadinya gangguan penglihatan itu

muncul. Secara umum yang harus diperhatikan adalah mengadaptasi

ketanmampuan/kesulitan penglihatan dalam pembelajaran. Pendidik harus

mampu memanfaatkan konsep pembelajaran yang ada untuk diadaptasi

dalam pembelajaran peserta tunanetra atau menginovasi secara khusus untuk

pembelajaran peserta didik tunanetra.

Pembelajaran peserta didik tunanetra dapat dilakukan dengan model

pembelajaran berbasis ilmiah, yang mendorong berfikir kritis, kreatif,

kolaboratif, komunikatif serta memberikan penguatan karakter. Pembiasaan

memanfaatkan berbagai literasi dapat memberikan meminimalisir salah satu

hambatan yaitu kesulitan memperoleh aneka ragam pengalaman.

B. Relevansi

Penguasaan kompetensi pedagogis dan kompetensi penguasaan didaktik

untuk peserta didik tunanetra harus dikuasai oleh calon guru pendidikan

khusus. Penguasaan kompetensi ini akan memberikan penguatan guru dalam

memperlakukan peserta didiknya dengan tepat.

C. Petunjuk belajar

1. Bacalah petunjuk modul ini secara keseluruhan.

2. Bacalah modul ini secara bertahap, mulai modul 1 sampai dengan 4. Ikuti

alur modul ini sampai tuntas termasuk mengerjakan tugas, menjawab

pertanyaan.

3. Buatlah catatan penting jika menemukan hal-hal yang memerlukan

pembahasan lebih lanjut.

4. Carilah referensi/literature/bahan ajar yang disarankan/yang sesuai untuk

melengkapi pembahasan modul ini, baik melalui online maupun off line.

Page 23: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

II. Pembelajaran: 3 Penilaian

A. Capaian Pembelajaran: Menguasai konsep teoritis pendidikan (pedagogi)

dan pembelajaran (didaktik-metodik) untuk anak berkebutuhan khusus

peserta didik tunanetra.

B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Setelah melakukan diskusi, mengkaji literatur peserta dapat:

1. Mendeskripsikan cara menyusun rencana penilaian kelas dengan benar.

2. Mendeskripsikan pelaksanaan penilaian kelas dengan benar

3. Menganalisis hasil penilaian kelas dengan tepat

C. Pokok-Pokok Materi

Penilaian oleh Pendidik.

D. Uraian Materi

Sebelum membaca modul ini Anda harus menyiapkan pedoman penilaian

SDLB, SMPLB, SMALB, pedoman penilaian SD dan SMP sebagai

pembanding! Jika Anda belum memiliki dapat Anda download di http:

http://www.adminmadrasah.com/2017/09/juknis-panduan-penilaian-

kurikulum-2013-Permendikbud-No-23-2016-Revisi

1. Pengertian

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Pengumpulan informasi

tersebut ditempuh melalui berbagai teknik penilaian, menggunakan berbagai

instrumen, dan berasal dari berbagai sumber. Penilaian harus dilakukan

secara efektif. Penilaian itu meliputi penilaian harian (PH), penilaian tengah

semester (PTS), penilaian akhir semester (PAS) dan penilaian akhir tahun

(PAT), ujian sekolah (US), dan ujian sekolah bertaraf nasional (USBN).

Penilaian oleh pendidik untuk peserta didik tunanetra mencakup penilaian

sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga aspek penilaian ini harus

dilakukan guru dalam proses belajar mengajar, baik formatif maupun sumatif.

Page 24: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi tentang proses

dan hasil belajar peserta didik. Penilaian dilakukan dengan cara menganalisis

dan menafsirkan data hasil pengukuran capaian kompetensi peserta didik

yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi

informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

2. Penilaian sikap

a. Pengertian

Penilaian sikap merupakan kegiatan untuk mengetahui perilaku spiritual

dan sosial peserta didik yang dapat diamati dalam kehidupan sehari­hari,

baik di dalam maupun di luar kelas sebagai hasil pendidikan. Penilaian

sikap ditujukan untuk mengetahui capaian/perkembangan sikap peserta

didik dan memfasilitasi tumbuhnya perilaku peserta didik sesuai butir­butir

nilai sikap dari KI­1, KI­2, dan nilai­nilai lain yang ditetapkan oleh satuan

pendidikan.

b. Teknik

Penilaian sikap dilakukan dengan teknik observasi atau teknik lainnya

yang relevan, Teknik penilaian observasi dapat menggunakan instrumen

berupa lembar observasi, atau buku jurnal (yang selanjutnya disebut

jurnal). Teknik penilaian lain yang dapat digunakan adalah penilaian diri

dan penilaian antarteman.

c. Perencanaan

Perencanaan penilaian sikap mencakup: 1) menyusunan blue print/kisi-

kisi; 2) menyusun instrument; 3) menyusun rubrik/pedoman penilaian.

d. Pelaksanaan

1) Penilaian sikap dilakukan oleh guru mata pelajaran (selama proses

pembelajaran pada jam pelajaran) dan/atau di luar jam

pembelajaran, guru bimbingan konseling , dan wali kelas (selama

peserta didik di luar jam pelajaran).

Page 25: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

2) Penilaian sikap spiritual dan sosial dilakukan secara terus­menerus

selama satu semester. Penilaian sikap spiritual dan sosial di dalam

kelas maupun diluar jam pembelajaran dilakukan oleh guru mata

pelajaran, wali kelas.

3) Guru mata pelajaran, dan wali kelas mengikuti perkembangan sikap

spiritual dan sosial, serta mencatat perilaku peserta didik yang

sangat baik atau kurang baik dalam jurnal segera setelah perilaku

tersebut teramati atau menerima laporan tentang perilaku peserta

didik.

e. Pengolahan Hasil Penilaian

Langkah­langkah untuk membuat deskripsi nilai/perkembangan sikap

selama satu semester:

1) Guru mata pelajaran, wali kelas masing­masing mengelompokkan

(menandai) catatan­catatan sikap pada jurnal yang dibuatnya

kedalam sikap spiritual dan sikap sosial (apabila pada jurnal belum

ada kolom butir nilai).

2) Guru mata pelajaran, wali kelas masing­masing membuat rumusan

deskripsi singkat sikap spiritual dan sikap sosial berdasarkan

catatan­catatan jurnal untuk setiap peserta didik.

3) Wali kelas mengumpulkan deskripsi singkat sikap dari guru mata

pelajaran . Dengan memperhatikan deskripsi singkat sikap spiritual

dan sosial dari guru mata pelajaran, wali kelas yang bersangkutan,

wali kelas menyimpulkan (merumuskan deskripsi) capaian sikap

spiritual dan sosial setiap peserta didik

4) Pelaporan hasil penilaian sikap dalam bentuk predikat dan

deskripsi.

f. Penulisan dalam rapor

1) Deskripsi sikap menggunakan kalimat yang bersifat memotivasi

dengan pilihan kata/frasa yang bernada positif. Hindari frasa yang

bermakna kon­tras, misalnya: ... tetapi masih perlu peningkatan

dalam atau ... namun masih perlu bimbingan dalam hal ...

Page 26: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

2) Deskripsi sikap menyebutkan perkembangan sikap/perilaku peserta

didik yang sangat baik dan/atau baik dan yang mulai/ sedang

berkembang.

3) Deskripsi sikap spiritual “dijiwai” oleh deskripsi pada mata pelajaran

PABP, sedangkan deskripsi mata pelajaran lainnya menjadi penguat.

4) Deskripsi sikap sosial “dijiwai” oleh deskripsi pada mata pelajaran

PPKn, sedangkan deskripsi mata pelajaran lainnya menjadi penguat.

5) Predikat dalam penilaian sikap bersifat kualitatif, yakni: Sangat Baik,

Baik, Cukup, dan Kurang.

6) Predikat tersebut ditentukan berdasarkan judgement isi deskripsi oleh

pendidik.

7) Apabila peserta didik memiliki kecenderungan sikap sangat baik pada

sebagian besar mata pelajaran, maka dapat diasumsikan predikat

peserta didik tersebut SANGAT BAIK.

8) Apabila peserta didik tidak ada catatan apapun dalam jurnal, sikap

peserta didik tersebut dapat diasumsikan BAIK.

9) Dengan ketentuan bahwa sikap dikembangkan selama satu

semester, deskripsi nilai/perkembangan sikap peserta didik

didasarkan pada sikap peserta didik pada masa akhir semester. Oleh

karena itu, sebelum deskripsi sikap akhir semester dirumuskan, guru

mata pelajaran, guru kelas, dan wali kelas harus memeriksa jurnal

secara keseluruhan hingga akhir.

10) Apabila peserta didik memiliki catatan sikap KURANG baik dalam

jurnal dan peserta didik tersebut belum menunjukkan adanya

perkembangan positif, deskripsi sikap peserta didik tersebut

dirapatkan dalam rapat dewan guru pada akhir semester. Rapat

dewan guru menentukan kesepakatan tentang predikat dan deskripsi

sikap KURANG yang harus dituliskan, dan juga kesepakatan tindak

lanjut pembinaan peserta didik tersebut. Tindak lanjut pembinaan

sikap KURANG pada peserta didik sangat bergantung pada kondisi

sekolah, guru dan keterlibatan orang tua/wali murid

Page 27: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

3. Penilaian Pengetahuan

a. Pengertian

Penilaian pengetahuan mengikuti Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh

Lorin Anderson dan David Krathwohl (2001). Ranah pengetahuan

merupakan kombinasi dimensi pengetahuan yang diklasifikasikan menjadi

faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dengan dimensi proses

kognitif yang tersusun secara hirarkis mulai dari mengingat (remembering),

memahami (understanding), menerapkan (applying), menganalisis

(analyzing), menilai (evaluating), dan mengkreasi (creating).

b. Teknik Penilaian

Penilaian pengetahuan dilakukan dengan berbagai teknik. Pendidik dapat

memilih teknik penilaian yang paling sesuai dengan karakteristik kompetensi

dasar, indikator, atau tujuan pembelajaran yang akan dinilai. Segala sesuatu

yang akan dilakukan dalam proses penilaian perlu ditetapkan terlebih dahulu

pada saat menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Teknik

yang biasa digunakan adalah tes tertulis, tes lisan, dan penugasan.

Teknik Penilaian Pengetahuan

Teknik Bentuk Instrumen

Tujuan Keterangan

Tes Tertulis

Benar-Salah, Menjodohkan, Pilihan Ganda, Isian/Melengkapi, Uraian

Mengetahui penguasaan pengetahuan peserta didik untuk perbaikan proses pembelajaran dan/atau pengambilan nilai

Kompetensi Inti 3

Tes Lisan Tanya jawab Mengecek pemahaman peserta didik untuk perbaikan proses pembelajaran

Kompetensi Inti 3 dan 4

Penugasan Tugas yang dilakukan secara individu maupun kelompok

Memfasilitasi penguasaan pengetahuan (bila diberikan selama proses pembelajaran) atau mengetahui penguasaan pengetahuan (bila diberikan pada akhir pembelajaran)

Kompetensi Inti 3 dan 4

Page 28: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

c. Perencanaan Penilaian

1) Menetapkan tujuan penilaian

2) Menentukan bentuk penilaian

3) Memilih teknik penilaian

4) Menyusun kisi-kisi soal

5) Menyusun soal

6) Menyusun pedoman penilaian

Uraian selengkapnya dapat dibaca pada buku Pedoman Penilaian

Pendidikan Khusus, SD, SMP.

d. Pelaksanaan penilaian

1) Waktu dan frekuensi pelaksanaan penilaian dilakukan berdasarkan

pemetaan dan perencanaan yang dilakukan oleh pendidik sebagaimana

yang tercantum dalam program semester dan program tahunan. Penilaian

untuk pembelajaran (assessment for learning) dan penilaian sebagai

pembelajaran (assessment as learning) dilakukan dilakukan untuk

memperbaiki pembelajaran.

2) Hasil penilaian tidak semata­mata dalam bentuk angka, tetapi lebih

ditekankan pada umpan balik untuk guru maupun peserta didik. Penilaian

akhir pembelajaran (assessment of learning) dilaksanakan dalam bentuk

penilaian harian (PH) dan penilaian tengah semester (PTS). Penilaian

harian dilaksanakan setelah serangkaian kegiatan pembelajaran

berlangsung sebagaimana yang direncanakan dalam RPP.

3) Penilaian tengah semester (PTS) merupakan kegiatan penilaian yang

dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi dasar mata pelajaran

setelah kegiatan pembelajaran berlangsung 8­9 minggu.

4) Cakupan PTS meliputi seluruh KD pada periode tersebut.

5) Frekuensi penilaian pengetahuan yang dilakukan oleh pendidik

ditentukan berdasarkan hasil pemetaan penilaian dan selanjutnya

dicantumkan dalam program tahunan dan program semester. Penentuan

frekuensi penilaian tersebut didasarkan pada analisis KD. KD “gemuk”

Page 29: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

dapat dinilai lebih dari 1 (satu) kali, sedangkan beberapa KD “kurus” dapat

disatukan untuk sekali penilaian atau diujikan bersama. Dengan demikian

frekuensi dalam penilaian atau ulangan dalam satu semester dapat

bervariasi tergantung pada tuntutan KD dan hasil pemetaan oleh pendidik.

e. Pengolahan

1) Hasil Penilaian Harian merupakan nilai rata­rata yang diperoleh dari hasil

penilaian harian melalui tes tertulis dan/atau penugasan untuk setiap KD.

Dalam perhitungan nilai rata­rata DAPAT diberikan pembobotan untuk

nilai tes tertulis dan penugasan.

2) Hasil Penilaian Tengah Semester (HPTS) merupakan nilai yang diperoleh

dari penilaian tengah semester (PTS) melalui tes tertulis dengan materi

yang diujikan terdiri atas semua KD dalam tengah semester. Dalam

contoh pada Gambar 3.2, maka materi untuk PTS berasal dari KD 3.1,

KD 3.2, KD 3.3, KD 3.4, dan KD 3.5. Jumlah butir soal yang diujikan dari

setiap KD ditentukan secara proporsional, bergantung tingkat

“kegemukan” KD dalam tengah semester tersebut.

3) Hasil Penilaian Akhir Semester (HPAS) merupakan nilai yang diperoleh

dari penilaian akhir semester (PAS) melalui tes tertulis dengan materi

yang diujikan terdiri atas semua KD dalam satu semester. Dalam contoh

pada Gambar 3.2, maka materi untuk PAS berasal dari KD 3.1, KD 3.2,

KD 3.3, KD 3.4, KD 3.5, KD 3.6, KD 3.7, dan KD 3.8. Jumlah butir soal

yang diujikan dari setiap KD ditentukan secara proporsional, bergantung

tingkat “kegemukan” KD dalam satu semester tersebut.

4) Hasil Penilaian Akhir (HPA) merupakan hasil pengolahan dari HPH,

HPTS, dan HPAS dengan menggunakan formulasi dengan atau tanpa

pembobotan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan.

f. Penulisan dalam rapor

1) Deskripsi pengetahuan menggunakan kalimat yang bersifat me motivasi

dengan pilihan kata/frasa yang bernada positif, meng hindari frasa yang

Page 30: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

bermakna kontras. Misalnya: ... tetapi masih perlu peningkatan dalam ...

atau... namun masih perlu bimbingan dalam hal ....

2) Deskripsi berisi beberapa pengetahuan yang SANGAT BAIK dan/atau

BAIK dikuasai oleh peserta didik dan yang penguasaannya MULAI

BERKEMBANG.

3) Deskripsi capaian pengetahuan didasarkan pada skor angka yang

dicapai oleh KD tertentu

4. Penilaian keterampilan

Pada bagian ini Anda akan belajar penilaian keterampilan sikap, mulai dari

pengertian, teknik, perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil belajar dan

pengisian dalam rapor!

a. Pengertian

Penilaian yang dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam

menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu di berbagai

macam konteks sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi. Penilaian

keterampilan meliputi ranah berfikir dan bertindak. Keterampilan berfikir

misalnya: keterampilan membaca, menulis, menghitung, dan mengarang,

sedangkan keterampilan bertindak dapat berupa menggunakan, mengurai,

merangkai, modifikasi, dan membuat…. .

b. Teknik penilian

Teknik penilaian keterampilan mencakup penilaian kinerja, portofoli, produk

projek atau teknik lain. Teknik penilaian itu dapat digambarkan sebagai

berikut.

Page 31: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

c. Perencanaan penilaian

1) Menyusun kisi-kisi: meliputi menentukan kompetensi yang penting

untuk dinilai, dalam hal ini adalah KD dari KI 4 dan menyusun indikator

berdasarkan kompetensi yang akan dinilai

2) Menyusun instrumen: mengarah kepada pencapaian indikator hasil

belajar, dapat dikerjakan oleh siswa, sesuai dengan taraf

perkembangan siswa, memuat materi yang sesuai dengan cakupan

kurikulum, bersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang sosial

ekonomi); danmenetapkan batas waktu penyelesaian.

3) Menyusun rubrik: rubric hendaknya memuat: (1)seperangkat indikator

untuk menilai kompetensi tertentu, (2) memiliki indikator yang diurutkan

berdasarkan urutan langkah kerja pada instrumen atau sistematika

pada hasil kerja siswa, (3) dapat mengukur kemampuan yang diukur

(valid), (4) dapat digunakan untuk menilai kemampuan siswa, (5) dapat

memetakan kemampuan siswa, dan (6) disertai dengan penskoran

yang jelas.

d. Pelaksanaan Penilaian

1) pemberian tugas secara rinci;

2) penjelasan aspek dan rubrik penilaian;

3) pelaksanaan penilaian sebelum, selama, dan setelah siswa

melakukan pembelajaran; dan

4) pendokumentasian hasil penilain.

Page 32: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

e. Pengolahan hasil penilaian

1) Nilai keterampilan diperoleh dari hasil penilaian setiap KD.

2) Hasil penilaian pada satu KD yang dilakukan lebih dari satu kali dengan

teknik yang sama, maka nilai pada KD tersebut adalah yang tertinggi.

3) Satu KD yang dinilai dengan lebih dari satu Teknik maka nilai KD tersebut

merupakan nilai rataratanya.

4) Penulisan capaian keterampilan pada rapor menggunakan angka pada

skala 0 – 100, predikat dan deskripsi.

Contoh

Jika Anda merasa belum jelas dengan tabel di atas ikutilah penjelasan berikut!

1. Penilaian KD 4.2 pada materi yang sama dilakukan 2 (dua) kali dengan teknik

yang sama, yaitu praktik. Oleh karena itu skor akhir KD 4.2 adalah skor

optimum.

2. KD 4.3 dan KD 4.4 dinilai bersama-sama melalui penilaian proyek. Nilai yang

diperoleh untuk kedua KD yang secara bersama-sama dinilai dengan proyek

tersebut adalah sama (dalam contoh di atas 87).

3. Selain dinilai dengan proyek, KD 4.4 dinilai dengan produk. Dengan demikian

KD 4.4 dinilai 2 (dua) kali, yaitu dengan produk dan proyek. Dengan asumsi

bobot pada penilaian produk dan proyek sama, maka skor akhir KD 4.4

adalah ratarata dari skor yang diperoleh melalui kedua teknik yang berbeda

tersebut.

Page 33: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

4. Nilai akhir semester adalah ratarata skor akhir keseluruhan KD keterampilan

yang dibulatkan ke bilangan bulat terdekat.

f. Penulisan rapor

1) Deskripsi penilaian keterampilan menggunakan kalimat yang bersifat

memotivasi dengan pilihan kata/frasa yang bernada positif. Menghindari

frasa yang bermakna kontras. Misalnya: ... Tetapi, masih perlu peningkatan

dalam ... atau ... namun masih perlu peningkatan dalam hal .... sebaiknya

Andi amat baik….., cukup dalam…. Andi baik dalam ….perlu bimbingan

dalam…

2) Deskripsi berisi beberapa keterampilan yang sangat baik dan/ atau baik

dikuasai oleh siswa dan yang penguasaannya mulai meningkat.

3) Deskripsi capaian keterampilan didasarkan pada bukti-bukti karya siswa

yang didokumentasikan dalam portofolio keterampilan. Apabila KD tertentu

tidak memiliki karya yang dimasukkan ke dalam portofolio, deskripsi KD

tersebut didasarkan pada skor angka yang dicapai. Portofolio tidak dinilai

(lagi) dalam bentuk angka.

E. Rangkuman

1. Penilaian yang dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam

menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu di berbagai macam

konteks sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi

2. Teknik penilaian keterampilan meliputi penilaian kinerja, produk, portofolio, projek

dan tekni lain.

3. Penilaian keterampilan didasarkan rerata optimum.

F. Tugas

Buatlah instrument penilaian kinerja dengan memilih KD 4 pada salah satu

mata pelajaran di kelas V.

Page 34: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

I. Pendahuluan

A. Rasionalisasi dan Deskripsi Singkat

Pembelajaran peserta didik tunanetra harus memperhatikan tingkat jenis

gangguan, tingkat gangguan dan saat terjadinya gangguan penglihatan itu

muncul. Secara umum yang harus diperhatikan adalah mengadaptasi

ketanmampuan/kesulitan penglihatan dalam pembelajaran. Pendidik harus

mampu memanfaatkan konsep pembelajaran yang ada untuk diadaptasi

dalam pembelajaran peserta tunanetra atau menginovasi secara khusus untuk

pembelajaran peserta didik tunanetra.

Pembelajaran peserta didik tunanetra dapat dilakukan dengan model

pembelajaran berbasis ilmiah, yang mendorong berfikir kritis, kreatif,

kolaboratif, komunikatif serta memberikan penguatan karakter. Pembiasaan

memanfaatkan berbagai literasi dapat memberikan meminimalisir salah satu

hambatan yaitu kesulitan memperoleh aneka ragam pengalaman.

B. Relevansi

Penguasaan kompetensi pedagogis dan kompetensi penguasaan didaktik

untuk peserta didik tunanetra harus dikuasai oleh calon guru pendidikan

khusus. Penguasaan kompetensi ini akan memberikan penguatan guru dalam

memperlakukan peserta didiknya dengan tepat.

C. Petunjuk belajar

1. Bacalah petunjuk modul ini secara keseluruhan.

2. Bacalah modul ini secara bertahap, mulai modul 1 sampai dengan 4. Ikuti

alur modul ini sampai tuntas termasuk mengerjakan tugas, menjawab

pertanyaan.

3. Buatlah catatan penting jika menemukan hal-hal yang memerlukan

pembahasan lebih lanjut.

4. Carilah referensi/literature/bahan ajar yang disarankan/yang sesuai untuk

melengkapi pembahasan modul ini, baik melalui online maupun off line.

Page 35: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

II. Pembelajaran 4: Perencanaan Pembelajaran

A. Capaian Pembelajaran: Menguasai konsep teoritis pendidikan (pedagogi) dan

pembelajaran (didaktik-metodik) untuk anak berkebutuhan khusus peserta

didik tunanetra

B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Setelah mempelajari konsep pembelajaran, penilaianpeserta didik tunanetra

mencari berbagai contoh peserta dpat:

1. Menyusun silabus dengan benar

2. Menyusun RPP tematik minimal 1 pembelajaran

C. Pokok-Pokok Materi

Silbus dan RPP

D. Uraian Materi

1. Implementasi pembelajaran berbasis asesmen

Seperti telah diuraian di awal modul ini bahwa kurikulum yang akan

digunakan kepada peserta didik tunanetra berdasarkan tingkat intiligensi.

Di satu kelas kemungkinan terdiri dari tunanetra yang homogen dan

heterogen inteligensinya. Jika peserta didik tunanetra memiliki inteligensi

yang jauh di bawah peserta didik yang lain, maka perencanaan

pembelajarannya berbeda, yaitu didasarkan pada hasil asesmen akademik

sebelumnya dan profil yang diperoleh sebagai kondisi awal. Peserta didik

tunanetra yang tidak memiliki hambatan intelektual menggunakan kurikulum

standar dapat tidak dengan penambahan kondisi awal, karena usia

Bukalah progam tahunan dan program semester yang telah Anda susun! Kemudian Anda lanjutkan untuk menyusun silabus dan RPP! Pernahkah Anda mengajar dalam satu kelas peserta didiknya memiliki ketunaan yang berbeda dan tingkat inteligensi yang beragam? Jika pernah apakah kondisi seperti ini tetap akan diberi pembelajaran yang sama?

Page 36: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

mentalnya sama dengan level pada perumusan KD pada kelas yang

bersangkutan.

2. Menyusun Silbus

a. Pengertian

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran

dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi

dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber

belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan

Silabus tematik di satuan pendidikan tunanetra dikembangkan

menggunakan model jaring laba-laba (webbed). Pembelajaran terpadu

model jaring laba-laba (webbed) dikembangkan dengan memadukan

beberapa mata pelajaran yang diikat dalam suatu tema. Pengembangan

silabus dilakukan merujuk silabus mata pelajaran, untuk Materi Pokok

menyesuaikan dengan kompetensi dasar setiap mata pelajaran. Sedangkan

Pembelajaran merupakan gabungan Pembelajaran untuk satu tema/subtema

untuk seluruh kompetensi dasar dari muatan mata pelajaran yang diikat

dalam tema/subtema tersebut.

b. Alokasi waktu

Alokasi waktu pembelajaran dalam satu minggu sebagaimana yang

tercantum dalam struktur kurikulum untuk SDLB, SMPLB dan SMALB adalah

sebagai berikut.

Kelas SDLB

I II III IV V VI

Jumlah jam pelajaran per

minggu 30 32 34 36 36 36

SMPLB SMALB

VII VIII IX X XI XII

Jumlah jam pelajaran per

minggu 38 38 38 42 44 44

Page 37: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

Untuk itu alokasi waktu pembelajaran tematik setiap minggunya diberikan

alokasi minimal sebagai berikut.

c. Langkah-langkah

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengembangkan silabus tematik

model ini adalah:

1) Mengidentifikasi materi pelajaran dari setiap kompetensi dasar yang ingin

dicapai dari semua mata pelajaran yang akan diintegrasikan.

2) Mengidentifikasi tema-tema yang menarik bagi siswa, lalu memilih

beberapa tema yang akan dijadikan sebagai tema pembelajaran.

3) Memetakan materi pelajaran untuk setiap tema/subtema yang sesuai.

Pemetaan materi perlu juga memperhatikan keruntutan dari materi untuk

setiap mata pelajaran dan tingkat kesulitan dari materi tersebut agar

mendapatkan alokasi waktu yang cukup.

4) Merancang Pembelajaran berdasarkan pemetaan materi pelajaran yang

telah dilakukan.

Page 38: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

5) Mendesain penilaian yang akan dilakukan untuk proses pembelajaran

yang telah dirancang berdasarkan tema atau sub tema yang telah

diajarkan.

6) Melaporkan hasil penilaian sesuai dengan kompetensi mata pelajaran

yang telah dicapai. Hasil penilaian ini akan dijadikan dasar bagi pendidik

untuk melakukan evaluasi pembelajaran. Hasil evaluasi ini digunakan

untuk mengidentifikasi tema dan Materi Pokok kembali.

d. Format silabus

FORMAT SILABUS

3. RPP

1. Pengertian

Anda dapat mencari di berbagai ilteratur tentang pengertian RPP! Kemudian

buatlah kesimpulan dan bandingkan dengan penjelasan beriku!

Rencana pembelajaran (RPP) merupakan rencana pembelajaran yang

dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang

mengacu pada silabus, dengan memperhatikan buku peserta didik dan buku

guru yang sudah disiapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik

dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan

berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis. RPP disusun

untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau

lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang

disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

Page 39: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

a. Komponen RPP

Cobalah Anda download Permendikbud nomor 22 tahun 2016 kemudian

bandingkan dengan penjelasan berikut!

Berdasarkan Permendikbud nomor 22 tahun 2016, bahwa sistematika

RPP adalah sebagai berikut.

identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;

identitas mata pelajaran atau tema/subtema;

kelas/semester;

materi pokok;

alokasi waktu

Keterangan:

Kompetensi Inti (KI), merupakan gambaran secara kategorial mengenai

kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus

dipelajari siswa untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan matapelajaran.

Kompetensi Dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai

peserta didik dalam mata pelajaran tertentu dan merupakan kemampuan

spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Tujuan pembelajaran hendaknya menggunakan prinsip ABCD yaitu

Audience, behavior, condition and degree. Audience diartikan peserta didik.

Behavior adalah tingkah laku/kompetensi yang dicapai. Condition atau kondisi

diartikan aktivitas pembelajaran. Degree berarti suatu

perbandingan/tingkatan pencapaian.

Page 40: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

Contoh: Setelah melakukan diskusi dan mengamati lingkungan sekolah,

peserta didik dapat menyebutkan sedikitnya 3 ciri-ciri makluk hidup.

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai

oleh perubahan perilaku yang dapat diukur atau diobservasi yang mencakup

sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dirumuskan dengan kata-

kerja operasiona

Catatan: Jika tema itu memuat mata pelajaran PPKn, maka indikator dari

KD 2 harus dirumuskan serta ditagih dalam penilaian.

Materi pembelajaran: Materi pembelajaran adalah rincian dari materi pokok

yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan

ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator

ketercapaian kompetensi.

Metode pembelajaran: Metode pembelajaran ini merupakan rincian dari

kegiatan pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai.

Kegiatan Pembelajaran: pendahuluan, inti, penutup

Kegiatan pendahuluan: a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik

untuk mengikuti proses pembelajaran; b) Memberi motivasi belajar peserta

didik secara kontekstual; c) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang

materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari;

d) Mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang

akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan

pembelajaran atau KD yang akan dicapai; e) Menyampaikan garis besar

cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta

didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas.

Kegiatan inti: Pendekatan 5 M bukan satu-satunya pendekatan pembelajaran

dan bukan urutan langkah-langkah baku. Pembelajaran berbasis ilmiah

mendorong para guru untuk menggunakan model discovery, PBL, project

base learning. Disamping itu memasukkan unsur penguatan pendidikan

karakter, penguatan lietrasi (pustaka, media, teknologi, visual), kompetensi

Page 41: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

milenia 4 C (critical thinking, creativity, collaboration, communication. Aktivitas

pembelajarannya memperhatikan konsep Aktivitas itu juga memeprhatikan

minimal MOT (pemahaman, penerapan) dan disarankan HOT (analisis,

sinstesis, evaluasi)

Penutup: meliputi aktivitas membimbing siswa membuat

rangkuman/simpulan, melakukan evaluasi (penilaian dan/atau refleksi),

memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran,

merencanakan dan kegiatan tindak lanjut (remedial dan pengayaan).

Komponen RPP yang diadaptasi untuk peserta didik tunanetra dengan hambatan

intelektual sbb.

Identitas peserta didik

Nama :

Umur :

Kelas/semester :

Mata pelajaran/tema/subtema :

Alokasi waktu :

Page 42: MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/18344/mod_resource... · MODUL III PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

E. Rangkuman

Komponen dan sistematika dalam RPP memuat

a. Identitas : identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan; identitas mata

pelajaran atau tema/subtema; kelas/semester; materi pokok; alokasi

waktu.

b. Komponen: tujuan pembelajaran, kompetensi dasar dan indikator

pencapaian kompetensi; materi pembelajaran,metode pembelajaran,

media pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran,

penilaian hasil pembelajaran.

c. RPP untuk peserta didik tunanetra yang mengalami hambatan intelektual

modifikasi dengan mengganti identitas satuan pendidikan menjadi

identitas peserta didik dan menambahkan kondisi awal.

F. Tugas

Carilah contoh silabus dan RPP yang menggunakan model

pembelajaran berbasis ilmiah, dengan memasukan aktivitas pendidikan

karakter, literasi dan 4 C!

Cobalah menyusun RPP yang berbasis hasil asesmen dengan

mengadaptasi RPP yang telah ada atau menyusun RPP baru!.

G. Tes Formatif

Bentuk: objektif (pilihan ganda)

Petunjuk: Pilihlah satu sari lima kemungkinan jawaban yang benar!

1. Rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan

tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi

dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan

sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan

disebut….

A. RPP

B. Silabus

C. Program tahunan

D. Program semester

E. PPI