43
i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI (OMSK) ANAK TUNANETRA Logo (Kosongkan) Penulis SUBAGYA PPG Dalam JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun 2018 KATA PENGANTAR

MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

i

MODUL IV

PENDALAMAN MATERIORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI (OMSK)

ANAK TUNANETRA

Logo (Kosongkan)

Penulis

SUBAGYA

PPG Dalam JABATAN

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Tahun 2018

KATA PENGANTAR

Page 2: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

ii

KATA PENGANTAR

Page 3: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

iii

Daftar Isi

Halaman judul................................................................................................. i

Kata Pengantar............................................................................................... ii

Daftar isi ......................................................................................................... iii

I. Pendahuluan............................................................................................ 1

II. Kegiatan belajar 1: Konsep Dasar dan Pemanfatan Indra non visual ...... 3

III. Kegiatan belajar 2: Teknik Orientasi dan Mobilitas................................... 15

IV. Kegiatan belajar 3: Keterampilan Social dan Komunikasi ........................ 32

V. Kegiatan belajar 4: Membaca-menulis Braille .......................................... 39

Daftar Pustaka................................................................................................ 46

Lampiran ........................................................................................................ 47

Page 4: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

32

I. PendahuluanA. Rasionalisasi dan Deskripsi Singkat

Menurut Lowenfeld (Lowenfeld, 1979; Willings, 2017 ), siswa tunanetra memiliki

tiga hambatan pokok yaitu hambatan memperoleh aneka ragam pengalaman,

sosialisasi dan mobilitas. Ketiga hambatan tersebut harus diatasi dengan pelatihan,

penyediaan fasilitas, teknologi bantu yang diperlukan. Materi orientasi, mobilitas,

social dan komunikasi (OMSK) merupakan program kebutuhan khusus untuk

peserta didik tunanetra agar hilanganya fungsi visual dapat dikompensasikan ke

indra lain.

Program pengembangan ini lebiih tepat disebut sebagai tindakan intervesi karena

bersifat habilitatif, rehabilitatif, validatif, revalidatif, kompensatif. Program

pengembangan ini pelaksanaannya berbasis asesmen, jadi semua program

dilakukan atas dasar kondisi awal peserta didik. Kurikulum untuk OMSK bersifat

“glondongan”, siapa, kelas berapa, materinya apa, sepenuhnya diserahkan guru

dan guru didasarkan oleh hasil asesmen yang dilakukan.

B. Relevansi

Menguasai konsep teoritis dan praktik program OMSK merupakan kompetensi

khusus yang harus dimiliki oleh guru pendidikan khusus. Hilangnya fungsi

penglihatan mendorong peserta didik tunanetra untuk mengefektifkan

pemanfaatan (kompensatif) indra non visual untuk memperoleh persepsi

sebanyak mungkin.

C. Petunjuk belajar

1. Downloadlah terlebih dahulu film OM yang teredia di web http//:

2. Bacalah petunjuk modul ini secara keseluruhan.

Page 5: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

33

3. Bacalah modul ini secara bertahap, mulai modul 1 sampai dengan 4. Ikuti

alur modul ini sampai tuntas termasuk mengerjakan tugas, menjawab

pertanyaan.

4. Buatlah catatan penting jika menemukan hal-hal yang memerlukan

pembahasan lebih lanjut.

5. Carilah referensi/literature/bahan ajar yang disarankan/yang sesuai untuk

melengkapi pembahasan modul ini, baik melalui online maupun off

line.Misal

http://staffnew.uny.ac.id/upload/130543600/pendidikan/Materi+Orientasi+

dan+Mobilitas.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19510121198

5031-

IRHAM_HOSNI/TEHNIK_MOBILITAS_DAN_STRATEGI_LAYANAN.pdf

Page 6: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

34

II. Pembelajaran 1 : Konsep Dasar dan Pemanfatan Indra non visualA. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Menguasai konsep teoritis dan

layanan program OMSK, peserta didik tunanetra

B. sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Setelah mengkaji berbagai literature, diskusi, dan berlatih peserta dapat:

1. Mendeskripsikan konsep OMSK.

2. Mendeskripsikan konsep dasar gembaran tubuh.

3. Mendiskripsikan program pengembangan indra non visual.

C. Pokok-pokok Materi

1. Konsep OMSK

2. Konsep dasar

3. Pengembangan Indra no visual

D. Uraian Materi

Ketika Anda sekolah di SD, SMP, SMA adakah mata pelajaran OMSK? Jika

Anda seorang yang melihat tentu tidak memperoleh mata pelajaran itu.

Tahukah isi materi modul ini tidak perlu dipelajari secara khusus bagi peserta

didik yang melihat? Untuk selanjutnya baca modul berikut!.

1. Pengertian

a. Orientasi

Orientasi adalah proses penggunaan indera-indera yang masih berfungsi

untuk menetapkan posisi diri dan hubungannya dengan objek-objek yang

ada dalam lingkungannya. Orientasi itu mencari informasi untuk menjawab

pertanyaan: (1) di mana saya berada? (2) di mana tujuan saya? dan (3)

bagaimana saya bisa sampai tujuan?

Orientasi melibatkan proses kognitif yang dimulai dari proses persepsi,

analitik, seleksi, perencanaan dan pelaksanaan. Proses asimilasi data dari

lingkungan yang diperoleh melalui indera-indera yang masih berfungsi

seperti penciuman, pendengaran, perabaan, persepsi kinestetis, atau sisa

penglihatan. Proses analitik merupakan pengorganisasian data yang diterima

ke dalam beberapa kategori berdasarkan ketetapannya, keterkaitannya,

Page 7: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

35

keterkenalannya, sumber, jenis dan intensitas sensorisnya. Proses seleksi

merupakan pemilihan data yang telah dianalisis yang dibutuhkan dalam

melakukan orientasi yang dapat menggambarkan situasi lingkungan sekitar.

Proses perencanaan merupkan perencanaan tindakan yang akan dilakukan

berdasarkan data hasil seleksi sensoris yang sangat relevan untuk

menggambarkan situasi lingkungan.Proses melaksanakan hasil

perencanaan dalam suatu tindakan.

Kelima proses kognitif itu akan efektif jika anak tunanetra memiliki

pengetahuan/knowledge) dan pemahaman/Comprehension) terhadap hal-

hal khusus sebagai berikut.

1) Landmarks (ciri medan): Setiap benda, suara, bau, suhu, atau petunjuk

taktual yang mudah dikenali, menetap, dan telah diketahui sebelumnya,

serta memiliki lokasi yang permanen dalam lingkungan.

2) Clue (petunjuk): Setiap rangsangan suara, bau, perabaan, kinestetis,

atau visual yang mempengaruhi penginderaan yang dapat segera

memberikan informasi kepada siswa tentang informasi penting untuk

menentukan posisi dirinya atau sebagai garis pengarah

3) Indoor Numbering System (sistem penomoran di dalam ruangan): Pola

dan susunan nomor-nomor ruangan di dalam suatu bangunan.

4) Measurement (pengukuran): Tindakan atau proses mengukur. Mengukur

merupakan suatu keterampilan untuk menentukan suatu dimensi secara

pasti atau kira-kira dari suatu benda atau ruang dengan mempergunakan

alat.

5) Compass Directions (arah-arah mata angin): Arah-arah mata angin

adalah arah-arah tertentu yang ditentukan oleh medan magnetik dari

bumi. Empat arah pokok ditentukan oleh titik-titik yang pasti, dengan

interval 90 derajat setiap sudutnya. Keempat arah tersebut adalah utara,

timur, selatan, dan barat.

6) Self Familiarization (pengakraban diri) –Proses pengakraban diri

merupakan aktivitas khusus sebagai upaya untuk memadukan kelima

komponen orientasi dan menunjukkan saling keterhubungannya. Kelima

Page 8: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

36

komponen orientasi merupakan dasar dari proses pengakraban diri.

Kelima komponen tersebut adalah: arah mata angin, pengukuran, clue,

landmark, dan sistem penomoran.

b. Mobilitas

Mobilitas adalah kemampuan, kesiapan, dan mudahnya bergerak dan

berpindah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Mobilitas juga berarti

kemampuan bergerak dan berpindah dalam suatu lingkungan ke lingkungan

yang lain. Mobilitas amat berkaitan dengan kesiapan fisik. Kesanggupan

mobilitas amat ditentukan oleh kemampuan orientasi. Kekuatan orientasi

akan berdampak pada jangkauan mobilitas anak tunanetra.

c. Orientasi dan mobilitas

OM adalah satu kemampuan, kesiapan dan mudahnya bergerak dari satu

posisi/tempat ke satu posisi/tempat lain yang dikehendaki dengan baik,

tepat, efektif, dan selamat.

d. Keterampilan social

Keterampilan social mencakup keterampilan untuk hidup, bekerjasama,

mengntrol diri, sosialisasi dengan orang lain. Ketermpilan social untuk

tunanetra dalam modul ini akan lebih banyak membahas keterampilan

social yang berkaitan dengan life skill atau kecakapan hidup yang harus

dimiliki untuk bekal hidup untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

e. Keterampilan kominikasi

Keterampilan sosial adalah keterampilan seseorang untuk

mempertahankan tujuan pribadi yang hendak dicapai dengan hubungan

baik dengan orang lain dengan cara yang dapat diterima secara sosial

f. OMSK

Selaras dengan perkembangan OM diberikan materi tambahan yaitu

keterampilan social dan komunikasi, sehingga disingkat menjadi OMSK.

OMSK adalah Sejumlah keterampilan yang dibutuhkan tunanetra untuk

menutupi atau mengganti keterbatasan sebagai akibat langsung dari

adanya hambatan penglihatan. Pengembangan OM adalah keterampilan

Page 9: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

37

(orientasi dan berpindah tempat, sosial, komunikasi) yang dibutuhkan

setiap orang untuk bisa akses dan berinteraksi dengan lingkungannya

2. Ruang lingkup

Orientasi dan mobilitas, Keterampilan social, Keterampilan komunikasi.

3. Model kurikulum

a. Terpisah: OMSK diberikan secara terpisah dari mata pelajaran yang lain,

dengan alokasi waktu dan guru khusus.

b. Terpadu: OMSK diberikan secara terpadu pada mata pelajaran tertentu

dengan alokasi waktu dan guru mata pelajaran yang sama.

c. Prioritas: OMSK diberikan atas dasar prioritas, dimana OMSK dipraktikan

benar-benar berdasarkan hasil asesmen. Hal ini terjadi karena peserta

didik terlambat masuk sekolah pada usia yang lebih tua dari kelasnya/

mereka adalah peserta didik yang mengalami ketunanetraan baru.

4. Konsep Dasar

a. Gambaran tubuh

Coba pejamkan mata, dan cobalah jalan beberapa langkah! Apa yang Anda

rasakan? Tahukah posisi dirimu dengan objek lain? Itu hanya berlangsung

beberapa detik. Bayangkan peserta didik tunanetra itu sudah bertahu-tahun

seperti itu bahkan sejak lahir.

Tahukah bahwa peserta didik tunanetra itu tidak tahu ruang di luar dirinya?

Tahukah bahwa peserta didik tunanetra itu tidak tahu gambaran dirinya?

Apalagi di gambaran tubuh orang lain.

Peserta didik tunanetra pertama-tama harus mempelajari mengenai dirinya

sendiri, sebelum dapat dengan tepat berhubungan dengan orang lain dan

lingkungannya. Bila sudah menguasai konsepsi yang tepat mengenai

gambaran tubuh dan orientasi ruang, tunanetra akan dapat menguasai

tingkah laku motoris secara efektif pula.

B.J. Cratty, gambaran tubuh dapat dibagi dalam kategori sebagai berikut

yaitu a) Bidang tubuh berkaitan dengann lokasi seseorang sehubungan

dengan bidang-bidang tubuhnya, misalnya : sisi, depan dan belakang; b)

bagian-bagian tubuh berkaitan dengan kemampuan memberi nama

Page 10: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

38

dan mengetahui letak bagian-bagian tubuh; c) gerakan tubuh berkaitan

dengan gerakan otoritas umumnya dan gerakan berbagai-bagai anggota

badan-mengenal kanan kiri, samping –depan dll; d) arah berkaitan dengan

proyeksi ke luar, menjauhi badan, menurut arah kiri-kanan, muka-belakang,

atas-bawah, berdiri sedemiki-an rupa, sehingga bagian kiri (kanan, dan

sebagai-nya) berada paling dekat dengan gerakan objek. Mengetahui mana

yang kiri (kanan dan sebagainya) dari objek. Menghubungkan objek dengan

diri memakai kiri, kanan dan sebagainya (William T. Lydon and M. Loretta

Mc Grow, 1973, h. 12).

b. Kesadaran ruang

Peserta didik tunenetra menyadari ruang bagian-demi bagian. Berbeda

dengan orang awas yang dimulai dari global baru ke detail..Tunanetra

membentuk keseluruhan melalui bagian-bagian dan tergantung dari

jangkauan peradaban, dan apa yang dapat dipelajari melalui perabaan ini

karena hanya terbatas, maka tunanetra tidak dapat mengamati kedalaman,

susunan dan keselutuhan yang merupakan ciri-ciri pokok sesuatu objek. Juga

objek yang ada di luar jangkauannya tidak berarti lagi buat tunanetra. Peserta

didik tunanetra harus disadarkan tentang ruang aksi (dimana dia bergerak),

ruang tubuh (kesadarannya pada arah dan jarak sehubungan dengan

badannya sendiri), ruang objek, (lokasi objek-objek dapat diketahui menurut

arah dan jarak atau objek dalam hubungannya dengan ruang tubuh, ruang

peta (pengelahan pengalaman-pengalaman ruang yang konkrit ke dalam

“Peta Mental” yang agak luas, yang bergantung pada semacam sistem

koordinasi atau arah mata-angin, yang dipakai untuk ruangan, wilayah, kata

atau negeri), dan ruang abstraksi (berkaitan dengan visualisasi definitif bagi

sebagian orang, yang berbarengan dengan kemampuan menanggulangi

konsepsi-konsepsi ruang abstrak yang dibutuhkan dalam masalah pemetaan

dan navigasi, idea-idea geografi dan astronomi, atau masalah geometri).

c. Konsep belok dana rah mata angin

Peserta didik tunanetra perlu dilatih tentang belok, karena tidak sedikit diantara

mereka tidak memahami tentang belok. Latihan belok dapat dimulai dengan

Page 11: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

39

belokan yang tepat-tepat lebih dahulu, misalnya belokan 90, setengah

lingkaran (180), puteran penuh (360), sebelum mulai dengan belokan-

belokan dengan derajat yang berbeda-beda. Kemudian belok kanan, belok kiri,

hapak kanan, hadap kiri, balik kanan, balik kiri.

Untuk menentukan arah mata angin, dapat digunakan matahari. Bila tidak ada

sinar matahari dapat menggunakan arah jalan yang sudah dikenalnya. Bila

menggunakan matahari kenalkan pada tunanetra untuk pertama kali arah

utara, dengan mengharapkan anak ke arah utara, kemudian terangkan bahwa

di sebelah kiri adalah barat, kanan di sebelah matahari terbit adalah timur dan

sebagainya. Ajarkan pula mengenai arah dan posisi matahari, misalnya jam :

05.30 matahari terbit di sebelah timur, jam 12.00 matahari di tengah-tengah,

sehingga anak tahu bahwa posisi matahari itu menunjukkan jam. Untuk anak

yang pandai terangkan sekaligus bahwa yang beredar (berputar) itu buminya

bukan matahari.

Setelah menguasai arah mata angin dengan pedoman matahari atau arah

jalan, maka anak penting juga mendapat latihan konsep arah di dalam gedung.

d. Sikap tubuh

Pada anak tunanetra umumnya mempunyai kesalahan dasar pada kebiasaan

posture. Kesalahan dasar yang paling banyak dijumpai adalah berupa

memajukan kepala ke depan, sehingga kepala lebih maju ke depan bila

dibandingkan dengan garis tengah badan. Bahupun ikut terdorong ke depan,

sehingga punggung menjadi kyphosis dengan tingkatan yang berbeda-beda.

Banyak juga tunanetra yang mengalami gangguan lordosis. Hal ini disebabkan

oleh pinggul yang juga maju ke depan, sebagai akibat dari otot-otot perut yang

lemah. Otot-otot pada lutut biasanya kencang, sehingga anak tunanetra tapak

kakinya mengalami pronasi (memutar ke dalam). Ini kemungkinan karena

anak tunanetra menggunakan tapak kakinya untuk meraba waktu berjalan.

Kesalahan posture ini dapat dihindarkan dengan adanya program yang

mencakup latihan-latihan yang sifatnya mendasar sekalipun keadaaannya

Page 12: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

40

sederhana, sejak anak masih kecil agar dapat mengembangkan posture yang

lebih baik. Latihan-latihan harus dilakukan dengan berulang-ulang, supaya

anak tidak selalu mengulang kebiasaan-kebiasaan yang jelek. Latihan-latihan

tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang sederhana yang

mudah didapat dan mudah pula digunakan

e. Waktu dan jarak

Konsep waktu dapat diberikan kepada tunanetra dengan latihan-latihan

sebagai berikut :

1) Memahami apa artinya satu detik, satu menit, satu jam dan sebagainya.

2) Membahas berapa lama waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan

atau aktiitas sehari-hari. Misalnya berapa lama waktu untuk mandi, makan,

belajar di rumah dan sebagainya.

3) Apa yang dapat dikerjakan orang selama satu detik, satu menit, satu jam

dan sebagainya.

4) Suruh anak menghitung berapa kali jantung berdenyut salama satu menit.

5) Suruh anak dengan bermacam-macam perlombaan yang melakukannya

diukur dengan waktu.

6) Suruh anak untuk mengira-ira waktu yang digunakan untuk menyelesaikan

suatu tugas tertentu.

Konsep jarak anak harus dijelaskan dari ukuran-ukuran yang terpendek sampi

dengan macam ukuran yang terpanjang, sedikit demi sedikit dari ukuran yang

pendek sebelum mengenal yang panjang. Pengertian perbandingan atau

perbedaan mana yang pendek, yang terpendek, panjang dan yang lebih

panjang, lebih rendah, lebih tinggi dan sebagainya. Kegiatan untuk

menerangkan konsep jarak ini dapat dimulai dengan menjelaskan pengertian

satu senti meter, satu meter dan sebagainya. Kemudian dengan mengukur

bagian-bagian dari tubuh, panjang langkah, mengukur benda-benda yang ada

di dalam kelas, mengukur kelas, rumah. Menduga panjang sesuatu, menduga

jarak suara sesuatu dengan dirinya. Membedakan jalan yang panjang dan

yang melintas.

Page 13: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

41

5. Pengembangan indra non visual

a. Pendengaran

Pendengaran memberi informasi tentang tempo dan waktu. Pendengaran

merupakan indra jarak jauh yang mampu menempuh ruang. Kepekaan

pendengaran dianggapnya sebagai suatu yang otomatis sebagai kompensasi

atas hilangnya fungsi visual – semua itu hasil dari latihan bukan pembawaan.

Anak tunanetra dengan pendengarannya mampu mengetahui suasana yang

silih berganti. Berbagai jenis dan warna suara (timbre) dapat menggambarkan

atau memberi petunjuk terhadap suatu keadaan atau peristiwa dan objek.

Aktivitas yang mengkombinasikan tekstur atau bentuk dengan bunyi dapat

membuka peluang bagi tunanetra terhadap terbentuknya asosiasi antara

benda-benda.

b. Perabaan

Peserta didik tunanetra usia sekolah atau prasekolah menggunakan tubuhnya

untuk memahami masalah ruang. Tunanetra sejak lahir mulai mengetahui

bahwa ada ruangan di luar dirinya ketika mereka diajar menjangkau dengan

tangannya untuk mendapatkan barang atau benda, kemudian barulah mereka

berani mengangkat tubuhnya. Kesatuan, kekakuan, kestabilan, berat, bentuk,

dan tekstur dapat diketahui dengan indra perabaan. Kepekaan indra perabaan

pada anak tunanetra tidak berlangsung secara otomatis, tetapi melalui latihan

yang berlangsung terus-menerus sebagai kompensasi hilangnya fungsi visual

. Sensitivitas kulit ditentukan oleh adanya kemampuan untuk membedakan

dua titik yang disebut diskriminasi taktual. Guyton (1981) menyatakan bahwa

perabaan yang paling peka adalah ujung lidah (1 mm), ujung jari (2 mm), dan

hidung (3 mm). Pinel (1993) menyatakan bahwa bagian tubuh yang mampu

mendiskriminasikan taktual yang terhalus adalah tangan, bibir, dan lidah.

Kepekaan diskriminasi taktual sesuai dengan kepadatan reseptornya dan

luasnya korteks serebri sensorik, maka tunanetra mampu membedakan

berbagai variasi bentuk titik timbul dalam huruf Braille.

Page 14: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

42

c. Indra lain

Indra pencecap dan pencium secara fisiologis dekat sekali letaknya, maka

kedua indra tersebut akan bekerja secara kooperatif. Indra pembau mampu

menganalisis dan menduga terhadap jenis benda, asal benda serta rasa dari

benda tersebut. Bau yang khas akan merupakan petunjuk terhadap suatu

objek yang dituju. Bau menginformasikan posisi badan dan sebagai petunjuk

berjalan bebas. Indra kinestesi menyadarkan anak tunanetra akan posisi dan

gerak tubuh. Indra keseimbangan mampu memberikan informasi tentang

posisi dari tubuhnya dan juga gerakan lurus serta memutar dari bagian–bagian

tubuh tersebut

E. Rangkuman

Peserta didik tunanetra mengalami kesulitan dalam memahami konsep dasa,

sehingga perlu dilatih tentang gambaran tubuh, kesadaran ruang, konsep

belok, arah mata angin, sikap tubuh dan konsep waktu dan jarak. Indra non

visual perlu dilatih untuk memperoleh kepekaan untuk mengkompensasikan

dari hilangnya penglihatan.

F. TugasCarilah buku atau refernsi lain untuk memperdalam pengetahuan tentangkonsep dasar dan pengembangan indra non visual!

Page 15: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

43

III. Pembelajaran 2 : Teknik Orientasi dan mobilitasA. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: menguasai konsep teoritis dan

layanan program OMSK, peserta didik tunanetra.

B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Setelah mengkaji berbagai literature, diskusi, berlaih peserta dapat:

a. Mendeskripsikan teknik pendamping awas.

b. Mendeskripsikan teknik jalan mandiri

c. Mendeskripsikan tekni berjalan dengan tongkat.

C. Pokok-Pokok Materi

a. Teknik jalan dengan pendamping awas

b. Teknik jalan mandiri tanpa alat bantu

c. Teknik tongkat

D. Uraian Materi

1. Jalan dengan Pendamping awas

a. Tehik Membuat Kontak: Membuat

kontak antara pendamping dengan

tunanetra, lebih dahulu pendamping

menyentuh punggung telapak tangan

tunanetra. Kontak dapat dilakukan

oleh pendamping awas ataupun

tunanetra. Jika tunanetra yang

mengajak, tunanetra dapat mengajak

pendamping baik dengan lisan

maupun dengan sentuhan tangan, sedangkan jika pendamping awas

Pada bagian ini Anda akan belajar dan berlatih bagaimana mendampingi seorangtunanetra berjalan. Teknik yang akan Anda pelajari meliputi a)Tehik membuatkontak; b) Melalui jalan sempit atau tempat yang padat orang; c) Berjalan melaluipintu tertutup; d) Teknik naik dan turun tangga; e) Duduk di kursi; f) Masukmobil; dan Berbalik arah.Silahkan putar film OM yang telah Anda download kemudian perhatikan.

Buatlah catatan setiap langkah-langkah penting!

Gambar: membuat kontak

Page 16: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

44

yang melakukan kontak, maka pendamping dapat menyentuh

pungggung tangan tunanentra dan dibarengi dengan ajakan lisan.

Kemudian tunanetra segera memegang lengan pendamping dengan

erat, tetapi relax sedikit di atas sikut. Ibu jari tunanetra berada di

sebelah luar dan jari-jari yang lain berada di sebelah dalam lengan

pendamping. Lengan bawah tunanetra paralel dengan tanah dan

lengan atas paralel dan dekat tubuhnya sendiri. Posisi tunanetra

berada setengah langkah di belakang pendamping dan di samping

pendamping. Bahu lurus dan sejajar di belakang bahu pendamping.

b. Melalui jalan sempit atau tempat yang padat orang: Bila tunanetra

bersama pembimbing melalui jalan yang sempit, maka agar

perjalannya lancar, tunanetra tidak tersangkut-sangkut, pendamping

menggerakkan siku ke arah belakang ke arah tengah-tengah

punggung. Ini adalah merupakan isyarat kepada tunanetra kalau akan

melalui tempat yang sempit atau tempat yang banyak orang (padat

suasannya), untuk selanjutnya tunanetra memanjangkan lenganya,

sehingga jarak tunanetra dan pendamping menjadi satu langkah, agar

tunanetra tidak menginjak/ menendang tumit pembimbing. Setelah

perjalanan melampaui tempat yang sempit atau tempat yang padat,

pendamping menarik sikunya ke samping kembali dan tunanetra juga

posisinya kembali ke posisi semula dan berada di samping

pendamping dengan jarak setengah langkah di belakang pendamping

kembali. Jadi pada waktu melalui jalan sempit tersebut tunanetra harus

benar-benar berada satu langkah penuh di belakang pendamping.

c. Berjalan melalui pintu tertutup: Bila perjalanan pendamping dan

tunanetra akan melalui pintu, pendamping memberitahukan kepada

tunanetra agar jaraknya dipersempit sampai menjadi satu baris dengan

pendamping. Kemudian pendamping menyebutkan tentang variasi

terbukanya pintu. Misalnya : pintu membuka ke kiri atau ke kanan,

membukanya menjauh kita atau mendekati kita (ke luar atau ke

Page 17: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

45

dalam).Waktu membuka pintu, yang membuka pendamping, tunanetra

membantu menahan dengan meletakkan telapak tangan yang bebas

pada tengah-tengah daun pintu, agar pendamping tidak kewalahan

melayani pintu. Jika pintu membukanya ke arah yang berlawanan

dengan pegangan tunanetra, tunanetra pegangannya ganti dengan

tangan yang bebas dan tangan yang tadi untuk berpegangan dilepas

kemudian posisi berdirinya di belakang pendamping seperti bila melalui

jalan sempit dan tangan tunanetra yang tadi untuk berpegangan utnuk

menahan pintu. Misalnya jika tunanetra pegangannya ada sebelah

kanan, sedangkan pintu membukanya ke arah kiri, maka pegangan

tunanetra ganti dengan tangan yang kanan. Pendamping dapat

membuka dengan tangan kanan atau dengan tangan kiri, tetapi bagi

tunanetra yang selanjutnya menutup pintu, bila pintu membuka ke arah

kiri menutup juga dengan tangan kiri, kalau membukanya ke arah

kanan, tunanetra menutupnya juga dengan tangan kanan. Bila telah

lewat pintu posisi pegangan tunanetra segera kembali seperti biasa.

d. Teknik naik dan turun tangga: Waktu akan naik tangga suatu gedung

atau rumah pendamping awas memberi tahu tunanetra bahwa akan

naik tangga, kemudian kalau sudah dekat tapi tangan pendamping

berhenti. Tunanetra mengikuti berhenti dengan mengambil jarak

setengah langkah di belakang pendamping. Bila siku pendamping

terasa naik, tunanetra maju setengah langkah lagi dan selanjutnya

adalah melangkah naik mengikuti pendamping. Berat badan tunanetra

bertumpu pada ujung telapak kaki dan tetapi berada satu tangga di

belakang pendamping sampai naik tangga tersebut habis, sehingga

pada waktu mencapai tempat yang datar siku pendamping terasa

memberi isyarat pada tunanetra, bahwa tangga naik sudah habis.

Page 18: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

46

Gambar: naik turun tangga

Pada waktu turun tangga, caranya juga sama dengan waktu naik tangga.

Pendamping juga lebih dahulu memberi tahukan kalau mau turun

tangga. Kemudian berhenti di tepi tangga sebentar, baru seterusya

turun. Tunanetra mengikuti pendamping dengan posisi satu tangan di

belakang pendamping seperti ketika naik tangga, sampai siku

pendamping terasa memberi isyarat kalau turun tangga sudah sampai

di tempat yang datar.

e. Duduk di kursi: Jika akan duduk di kursi, pendamping lebih dahulu

harus meyakinkan pada tunanetra tentang bentuk, ukuran dan kondisi

dari pada kursi cukup kuat atau tidak. Jika datang dari depan kursi,

pendamping membawa tunanetra sejauh setengah langkah dari bagian

depan kursi dan menerangkan posisi dan jarka kursi terhadap

tunanetra. Kemudian tunanetra melepaskan pegangannya dna maju ke

depan sampai tulang kering kakinya menyentuh pinggiran depan kursi.

Seterusnya tunanetra mengecek kursi dengan menyapukan tangannya

ke seluruh permukaan kursi, sandaran dan tempat duduknya benar-

benar kosong ataukah ada benda di atasnya. Bila tak ada benda di

atasnya, tunanetra selanjutnya berputar, berdiri membelakangi kursi

Page 19: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

47

dengan meluruskan atau menyentuhkan bagian belakang kakinya pada

pinggiran kursi, baru untuk duduk sambil berpegangan pada kedua sisi

(tepi) kursi sebelum duduk. Mungkin juga pendamping dan tunanetra

datangnya dari belakang kursi. Maka bila demikian pendamping harus

merabakan tunanetra pada bagian belakang kursi. Tunanetra

seterusnya meraba sandaran dan tempat duduk dengan sebelah

tangan tetap memegang sandaran kursi. Tehnik duduknya sama

dengan kalau datangnya dari depan kursi.

Gambar: duduk di kursi

Bila di ruang makan di mana terdapat kursi yang bermeja, caranya

sama dengan kalau dari belakang kursi. Yang penting bagaimana

posisi tunanetra di depan meja itu, seudah lurus atau belum, sudah

terasa enak atau belum dan sebagainya. Untuk mengontrol ini,

tunanetra dapat merentangkan tangannya ke bagian pinggir meja

sesudah duduk. Sedang untuk mengatur letak kursi agar cukup enak

untuk duduk, sebelum duduk tunanetra dapat mengontrol dengan

memegang kursi dan tangan sebelahnya lagi meraba meja, bila jarak

meja dan kursi terlalu rapat dapat ditarik direntangkan agar dapat untuk

duduk dengan enak.

Page 20: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

48

f. Masuk mobil: Setelah sampai di depan pintu mobil, pendamping

menjelaskan posisi pintu mobil, membukanya ke sebelah kanan atau

kiri, kemudian tangan tunanetra dipegangkan pada handlenya supaya

tunanetra membuka sendiri. Setelah pintu terbuka tangan tunanetra

yang satunya mengontrol pinggiran atas pintu mobil, terus meraba

tempat duduk untuk mengetahui posisi tempat duduk dan mengontrol

ada benda-benda di atasnya atau tidak.

Gambar: Akan masuk mobil

Page 21: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

49

Setelah tunanetra yakin kalau tempat duduk benar-benar kosong, barulan

tunanetra masuk dan duduk. Jika tunanetra akan naik bus umum yang

pintunya agak besar dan tinggi, maka tangan tunanetra dipegangkan

pada besi pegangan yang ada di pintu atau dekat pintu, selanjutnya

dengan tehnik trailing (merambat) pada tepi sandaran tempat duduk

tunanetra akan dapat menemukan tempat duduk yang masih kosong.

g. Memindahkan pegangan tangan: Tunanetra bila memegangnya pada

pendamping sudah terlalu lama mungkin merasa capai, sehingga ingin

memindahkan pegangannya dengan berganti tangan yang sebelah.

Hal ini dapat dilakukan dengan lebih dahulu bertanya kepada

pendamping, apakah sisi yang sebelah yang akan digunakan untuk

pindah itu suasananya aman atau tidak. Kalau pendamping menjawab

kalau keadaan aman, tunanetra dapat pindah pegangan dengan cara

tangannya yang bebas berpegangan pada tangan pendamping yang

semula dipegang. Tangan yang pertama kali berpegangan dilepas dan

sambil menggeser ke belakang pendamping untuk memegang tangan

pendamping yang bebas. Kemudian tangan yang untuk pegangan

kedua dipindahkan ke tangan pendamping yang dipegang oleh tangan

pertama, setelah itu tangan yang pertama kali berpegangan dilepas

dan tangan yang kedualah yang memegang tangan pendamping pada

sisi yang sebelahnya tadi.

h. Berbalik arah: Jika pendamping dan tunanetra dalam perjalanan

menemui jalan buntu atau mungkin karena sesuatu hal yang

menyebabkan mereka harus berbalik arah, ini dapat dilakukan dengan

cara, pendamping berhenti sebentar, kemudian berputar 45 derajad

dari posisi semula menghadap ke arah tunanetra demikian pula

tunanetra juga berputar 45 derajad ke arah pendamping, sehingga

tunanetra dan pendamping berhadap-hadapan posisinya. Tangan

tunanetra yang bebas kemudian memegang tangan pendamping yang

bebas. Selanjutnya pendamping berjalan ke arah yang berlawanan

Page 22: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

50

dengan arah semula dan tunanetra melepaskan tangan yang pertama

kali memegang pendamping dan berjalan seperti biasa.

2. Jalan mandiri tanpa alat bantu

a. Trailing (Menyusuri): Trailing adalah kegiatan dengan menggunakan

punggung jari manis dan kelingking untuk menyusuri permukaan yang

datar, seperti dinding, meja lemari dan sebagainya untuk menentukan

posisi diri, mengetahui sesuatu tempat dan untuk menentukan arah yang

sejajar dengan benda-benda yang ditrailing.

b. Squaring Off (Menertibkan): Squaring off adalah sikap berdiri lurus

sesempurna mungkin dengan menggunakan tubuh dan bagian-bagiannya

untuk menentukan posisi di suatu tempat (misalnya di ambang pintu) dan

di samping itu meletakkan posisi tubuh sejajar dengan garis pengarah,

sehingga tunanetra mengetahui posisi awal dan garis arah menuju suatu

benda. Pada waktu tunanetra mengadakan squaring off pada ambang

pintu tangan direntangkan sampai menyentuh tiang kusen, kemudian

tubuhya menyesuaikannya. Squaring off dapat juga pada tembok dengan

merapatkan punggung dan tumit keduanya pada tembok. Cara lain ialah

dengan merapatkan betis pada pinggiran tempat tidur, merapatkan pantat

pada pinggiran meja dan sebagainya. Dalam kegiatan ini yang penting

harus selalu ingat bahwa seluruh tubuh harus mengikuti penyesuaian

yang dilakukan oleh bagian-bagiannya.

c. Upper Hand and Fore Arm (Tangan di atas menyilang tubuh): Tahnik ini

diciptakan guna melindungi badan bagian atas dan kepala dari benturan-

benturan benda-benda yang tinggi, seperti : pintu yang setengah teruka,

sudut bangunan yang menonjol, tiang dan sebagainya. Cara tangan

kanan atau kiri diangkat ke depan/atas setinggi bahu/dada menyilang

badan, sikut membentuk sudut kira-kira 120 derajad, telapak tangan

menghadap ke depan dan ujung jari segaris dengan bahu dengan rilek.

Tehnik ini digunakan dalam lingkungan yang sudah betul-betul dikenal,

misalnya di rumah sendiri atau di kantor, sehingga tunanetra dapat

Page 23: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

51

menggunakan tehnik ini dengan tepat pada satu atau dua langkah terakhir

saja.

d. Lower Hand and Fore Arm (Tangan di bawah menyilang tubuh): Tehnik

ini digunakan untuk melindungi tubuh bagian bawah, yaitu daerah perut

dan pangkal paha, supaya tidak terbentur pada benda-benda seperti :

kursi, meja, tempat jemuran handuk dan sebagainya. Caranya, tangan

kanan atau kiri ke arah bawah disilangkan badan, telapak tangan pada

tengah-tengah tubuh mengharap badan (punggung telapak tangan ke

luar). Jarak telapak tangan dan tubuh kira-kira 20 centimeter. Tehnik ini

penddunannya seperti teknik upper hand and fore arm, yaitu di tempat

yang betul-betul sudah dikenal oleh tunanetra.

e. Menentukan Arah (Direction taking): Teknik ini digunakan untuk

memperoleh garis pengarah dari suatu benda atau bunyi agar tunanetra

dapat berjalan lurus dan dapat sampai ke tujuan dengan tepat. Caranya,

tunanetra berdiri sejajar dengan garis pengarah yang menuju ke tempat

tujuan. Teknik ini mirip dengan teknik trailing, jadi tunanetra dapat

menentukan arah dengan menggunakan permukaan rata dari benda-

benda seperti bangku, papan tulis, dan sebagainya, sebagai alat bantu

orientasi dan mobilitas.

f. Pencari Benda Jatuh (Dropped Objects): Tunanetra kalau mempunyai

sesuatu benda yang jatuh penting sekali untuk mendengarkan dan

menghadapkan muka ke arah sumber bunyi itu berhenti. Sebab dengan

berbuat begitu akan mudah untuk mengadakan pencarian. Kemudian

segera berbalik ke arah bunyi, untuk menemukan kembali. Untuk mencari

benda yang jatuh ini ada dua cara: Pertama, dengan jalan membunkukkan

badan ke arah benda dengan sikap tangan melindungi muka (upper hand

yang disesuaikan dengan situasi). Kemudian tangan mencari dengan

teknik membuat lingkaran kecil berupa rabaan ke tempat benda yang

jatuh, makin meluas sampai benda ketemu. Kedua, dengan jongkok

badan tegak lurus, agar kepala tidak membentur sesuatu benda yang

mungkin ada di dekat tunanetra. Setelah memegang lantai/anah, telapak

Page 24: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

52

tangan diletakkan terbuka rata di lantai untuk mencari dengan cara yang

sistimatis, dengan cara meraba mulai dari lingkaran kecil yang semakin

meluas atau dengan merabakan kedua belah telapak tangan digerakkan

ke arah samping, kemudian kembali ke tengah-tengah badan dengan

diulang-ulang makin menjauh ke depan sampai benda dapat ditemukan

kembali.

g. Pengenalan Ruangan (Search Pattern): Bagaimana dengan tunanetra

dapat mengenal suatu ruangan dengan mendetail dan menyeluruh,

sehingga dapat mengetahui keadaan sesuatu ruangan berapa luasnya

dan benda-benda apa saja yang ada dalam ruangan itu? Untuk

mengetahui hal ini ada dua cara: Pertama, dengan cara Perimater Method

(mengelilingi ruangan), untuk mengetahui berapa kira-kira luas ruangan.

Untuk ini tunanetra dapat menentukan titik tolak (vacal point) lebih dahulu,

misalnya menggunakan pintu, sehingga setiap gerakan tunanetra dapat

bertitik tolak pada pintu itu. Mula-mula tunanetra berdiri pada vacal point,

kemudian dengan trailing mengelilingi ruangan menurut arah jarum jam

sampai kembali ke vacal point. Kedua, ialah dengan Grid System

(menjelajahi ruangan). Tujuang menggunakan teknik ini adalah untuk

mengetahui keadaan ruangan secara menyeluruh. Caranya : Tunanetra

dapat berjalan diagonal dari sudut yang satu menyeberang ke sudut yang

lain atau dapat juga menyeberang dari dinding yang satu ke dinding yang

lain, sehingga seluruh ruangan dapat dijelajahi.

h. Shaking Hand (Berjabat tangan): Kesulitan sering dialami oleh dua orang

tunanetra yang ingin saling berjabat tangan. Bila tunanetra bermaksud

jabat tangan dengan orang awas, mungkin sudah tidak problem, sebab

orang yang awas dapat melihat tunanetra, tetapi bila tunanetra dengan

tunanetra bermaksud akan berjabat tangan ini merupakan suatu kesulitan,

karena sama-sama tidak melihat. Bila antara tunanetra dengan tunanetra

ingin berjabat tangan hendaknya kedua tunanetra itu saling mengulurkan

tangannya ke depan tingginya jangan sampai melewati dada, kemudian

digerakkan ke kanan dan ke kiri atau ke kiri terus ke kanan. Kalau kedua

Page 25: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

53

telapak tangan tersebut sudah bersentuhan, barulah berjabat tangan.

Buat orang awas yang ingin berjabat tangan dengan tunanetra, maka

sentuhkanlah punggung telapak tangan pada punggung telapak tangan

tunanetra, kemudian baru jabat tangan.

3. Teknik tongkat

Sebelum berlatih berjalan dengan tongkat, cobalah cari informasi di internet

tentang tongkat untuk tunanetra! Tulisalah spesifikasi tongkat yang standar

untuk tunanetra!

a. Teknik trailing: Teknik ini sebetulnya adalah teknik diagonal yang

digunakan untuk trailing. Tujuan penggunaan teknik ini agar tunanetra

mampu berjalan di dalam ruangan yang sudah dikenal dan dengan

teknik ini tunanetra dapat berjalan lurus dalam mencapai tujuan tertentu

Caranya posisi tongkat sama dengan teknik diagonal, tetapi posisi

tip/ujung tongkat menempel pada permukaan datar yang ada pada

tembok atau mungkin pagar batu yang datar pada pinggiran yang

horisontal dan vertikal.

b. Teknik di luar ruangan (out door technique): eknik ini dapat digunakan

di daerah yang sudah dikenal maupun yang belum dikenal oleh

tunanetra. Panjang tongkat harus sudah diukur yang sebaik-baiknya

dengan tunanetra yang memakainya. Panjangnya yang paling ideal

adalah setinggi tulang dada tunanetra yang memakainya. Dalam hal

ini perlu diperhatikan beberapa teknik yang harus dikuasai dengan baik

oleh tunanetra, yaitu : (a) Mengenai cara memegang tongkat (grip); (b)

Lebar busur ke kiri dan ke kanan harus selalu sama dan stabil (arc

consistent; (c) Sebelum melangkahkan kaki, tunanetra harus mengecek

dulu tempat yang akan diinjak untuk berjalan (clearing before walk); (d)

Posisi tangan lentur di depan pada tengah-tengah badan (arm resting on

body); (e)Gerak tongkat dan langkah kaki ada koordinasi yang harmonis

(coordination/keep in step). Teknik-teknik itu mencakup teknik sentuhan

dan teknik 2 sentuhan.

Page 26: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

54

1) Teknik sentuhan (Touch technique): Teknik ini dapat digunakan di

daerah yang sudah dikenal maupun daerah yang belum dikenal oleh

tunanetra, yang masih asing bagi tunanetra untuk menjelajahi

tempat tersebut, namun tunanetra dapat berjalan dengan selamat.

Prosedur dari teknik sentuhan ini adalah sebagai berikut: (a) Cara

memegang tongkat (grip) Cara memegang grip diharapkan tidak

tegang, tetapi harus relax seperti orang yang sedang berjabat

tangan. Dari yang benar-benar berfungsi dalam memegang tongkat

in adalah jari telunjuk yang untuk menahan tongkat dan ibu jari, untuk

menekan pegangan atau grip. Sedang jari-jari yang lain fungsinya

hanya sebagai pembantu saja. Posisi tongkat harus rapat pada

telapak tangan dengan telunjuk lurus pada bagian tongkat atau grip

yang datang (rata); (b) Lebar Busur: Lebar busur ke kiri dan ke kanan

harus selalu sama atau stabil sehingga dapat melindungi kaki kiri dan

kanan (tip tepat lurus dengan bahu) tidak boleh terlalu lebar ke kiri

atau ke kanan. Posisi pergelangan tangan juga tidak boleh terlalu ke

tepi / sisi kiri atau kanan, terlalu ke atas atau ke bawah; (c) Mengecek

sebelum melangkah (clearing) Sebelum melangkahkan kaki,

tunanetra harus mengecek lebih dulu tempat yang akan diinjak untuk

berjalan. Bila menyentuh sesuatu harus benar-benar diperhatikan

apakah jenis benda itu. Cara mengecek : Ujung tongkat (tip)

digeserkan dari samping kiri ke samping kanan (atau sebaliknya),

kemudian digeserkan kembali ke depan pada tengah-tengah badan,

selanjutnya ditarik digeser menuju tengah-tengah ke dua telapak

kaki. Teknik ini digunakan juga waktu akan menyeberang jalan; (d)

Posisi tangan: Posisi pergelangan tangan di tengah-tengah badan,

sehingga kalau menyentuh / menabrak sesuatu benda atau terkait

tidak menusuk perut dan bagian busurnya akan menyentuh benda

itu lebih dulu.(e) Gerak tongkat dan langkah kaki ada koordinasi

yang harmonis.

Page 27: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

55

2) Teknik Dua Sentuhan (Two Touch Technique): Teknik dua sentuhan

ini pada dasarnya adalah sama dengan teknik sentuhan,

perbedaanya hanya pada penggunaan dan geseran tongkat saja.

Teknik dua sentuhan digunakan untuk berjalan di jalan / tempat yang

kasar, dimana kalau tongkat digeser busrnya akan kerap tersangkut

/ menusuk jalan atau tanah, sehingga gerakan tongkat ke kiri dan

kanannya tidak dengan digeser, melainkan sedikit diangkat ujungnya

dari tanah (jangan lebih dari 10 sentimenter diatas tanah), dan

disentuhkan ke sebelah kiri dan kanan di depan telapak kaki jaraknya

sama dengan teknik sentuhan. Tujuan penggunaan teknik ini untuk

berjalan mengikuti shore line, mencari belokan, jalan masuk, jalan

yang bahaya (kasar) dan untuk mengecek posisi tubuh berada di

pinggir atau tidak. Teknik sentuhan maupun teknik dua sentuhan ini

tidak selalu digunakan sepanjang perjalanan, tetapi hanya

digunakan dalam hal-hal seperti tersebut ditas.

c. Teknik Menggeserkan Tip (Slide Technique): Prosedur teknik ini juga

sama dengan prosedur kedua teknik tersebut diatas. Perbedaannya

juga hanya pada penggunaan geseran waktu menggerakan tongkat.

Teknik ini digunakan pada jalan / trotoar / tempat yang rata / licin

permukaannya dengan menggunakan ujung tongkat ke kiri atau ke

kanan pada jalan / trotoar / tanah yang rata, sehingga semua benda,

lubang baik besar maupun kecil dapat tersentuh oleh bagian busur

tongkat dan akhirnya tidak ada sesuatu halangan pun yang tidak

tersentuh oleh bagian busur dari geseran tongkat sebelumnya. Berjalan

dengan teknik menggeserkan tip yang besar, akan membawa

tunanetra sampai ke tempat tujuan dengan aman dan sleamat karena

semua halangan akan terdeteksi.

d. Teknik Naik dan Turun Tangga (Up and Down Stair Technique):

Tujuan penggunaan teknik ini, agar tunanetra mampu berjalan nai dan

turun tangga dengan aman dan selamat sampai habis seluruh tangga

yang sedang dilalui.Sebelum naik atau turun tangga tu harus

Page 28: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

56

mengadakan penertiban dulu (squaring off) pada pinggir tangga yang

pertama untuk naik atau turun, dengan menggunakan ujung ke dua

telapak kaki, dirasakan pada bagian pinggir tangga (lurus dengan

tangga). Setela squaring off, tunanetra mengecek tinggi angga dan

lebar tangan serta posisinya sudah di tengah-tengah jalan atau belum,

untuk menghindari kalau tangga naik atau turunnya tidak

menggunakan pegangan agar tunanetra tidak terjun ke samping

tangga. Tetapi kalau disamping kiri / kanan ada pegangan, tunanetra

lebih baik naik atau turun mendekati pegangan. Tunanetra dapat naik

atau turun denga sebelah tangan memegang tongkat dan sebelumnya

berpegangan pada pegangan tangan.

Cara mengecek tunanetra menggeserkan ujung tongkatnya dari sisi kiri

ke sisi kanan, kemudian digeser kembali ke tengah dan ditarik ke ara

kaki, seperti waktu mencek pada awal perjalanan. Jika tunanetra sudah

yakin bahwa posisinya sudah benar dan siap akan naik, tunanetra

hendaknya menggunakan teknik tongkat menyilang tubuh dengan

ujung tongkat disentuhkan pada pinggiran tangga yang kedua dan

tegak agak diangkat sehingga ujung tongkat kira-kira hanya 5

centimeter berada di bawah bibir tangga ke dua. Kemudian mulai naik

dengan posisi tangga dan ujung tongkat yang tidak berubah sampai

terasa tangga naik habis, karena bila tangga naik habis ujung tongkat

tidak menyentuh tangga lagi.

Bila turun tekniknya juga sama, hanya ujung tongkat disentuhjkan pada

tangga ke dua pada bagian bibirnya kemudian sedikit menggantung

dan bila tangga turun nanti sudah habis, ujung tongkat akan

menyentuh lantai, selanjutnya tunanetra berjalan dengan teknik

menggeserkan tip (slide technique). Untuk berjalan naik dan turun

tangga yang lebar permukaan tangganya tidak sama, tiap-tiap tangga

harus dicek, sehingga tiap melangkah satu tangga, tunanetra tidak

boleh lupa mengecek, jadi naik atau turunnya satu tangga demi satu

tangga.

Page 29: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

57

E. Rangkuman

Teknik yang akan Anda pelajari meliputi: a)Teknik membuat kontak; b) Melalui

jalan sempit atau tempat yang padat orang; c) Berjalan melalui pintu tertutup; d)

Teknik naik dan turun tangga; e) Duduk di kursi; f) Masuk mobil; dan Berbalik

arah. Teknik jalan mandiri meliputi: a) trarilling, b) lower hand; c) upper hand; d)

menentukan arah, e) mencari benda jatuh; f) berjabat tangan; g) menertibkan; h)

pengenalan ruangan.Teknik tongkat meliputi: a) cara memegang tongkat, teknik

trailing, teknik sentuhan, teknik 2 sentuhanm dan teknik naik/turun tangga.

F. Tugas

1. Setelah menyaksikan tayangan film teknik pendamping awas, coba

praktikan dengan teman Anda, dimana salah satunya berperan sebagai

peserta didik tunanetra!

2. Coba Anda mempraktikan ke delapan teknik jalan mandiri tanda alat

dengan mata tertutup!

3. Ambillah tongkat! Coba praktikan berjalan dengan teknik tongkat!

Page 30: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

58

IV.Pembelajaran: 3 Keterampilan Sosial dan KomunikasiA. Capaian Pembelajaran: menguasai konsep teoritis dan layanan program

OMSK, peserta didik tunanetra.

B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Setelah melakukan diskusi, mengkaji literatur dan berlatih terus-menenur

peserta dapat:

1. Mendeskripsikan cara mengajar bidang-bidang keterampilan social

dengan tepat.

2. Menjelaskan cara mengajar bidang-bidang keterampilan komunikasi

dengan tepat.

C. Pokok-Pokok Materi

Keterampilan social

Keterampilan komunikasi

D. Uraian Materi

Keterampilan social dan komunikasi pada modul ini hanya disajikan

keterampila dasar dan esensial yang perlu latihkan ke peserta didik

tunanetra. Anda dapat mengembangkan sendiri materi lain yang

diperlukan.

1. Pengembangan keterampilan sosial

a. Pengertian

Keterampilan sosial adalah keterampilan seseorang untuk

mempertahankan tujuan pribadi yang hendak dicapai dengan hubungan

baik dengan orang lain dengan cara yang dapat diterima secara sosial

b. Tujuan

Tujuan akhir dari pengembangan kemampuan sosial adalah tunanetra

mampu melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari sehingga peserta

didik mampu berinteraksi, beradaptasi dan berpartisipasi aktif dalam

kehidupan pribadi dan sosial di lingkungan keluarga di sekolah dan

masyarakat luas.

c. Bentuk aktivitas

Page 31: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

59

Ruang lingkup keterampilan social dalam modul ini hanya mengambil

bagian yang esensial. Guru dapat menambahkan sendiri sesuai kebutuhan

dan kepentingan peserta didik. Adapun ruang lingkup keterampilan social

dalam modul ini yaitu: 1) Kesehatan pribadi; 2)Aktivitas sehar-hari; 3) Dunia

kerja; 4) Reproduksi.

1) Kesehatan pribadi

a) Kesehatan pribadi mencakup menjaga kesehatan pribadi: mandi

sendiri, mencuci dan mengeringkan tangan, mencuci dan

mengeringkan kaki, menggosok gigi, menggunakan deodorant,

memotong kuku, mencuci rambut dan menyisir, merias diri, memakai

sandal dan sepatu,

b) Merawat dan memerlihara pakaian: memcuci pakaian tanpa mesin,

mencuci pakaian dengan mesin, menyeterika, melipat pakaian,

menyimpan pakaian, memilih pakaian, menandai pakaian

2) Kegiatan sehari-hari

a) Menggunakan peralatan dapur: menyalakan kompor, merawat

kompor.

b) Menyiapkan makanan: memilih bahan makanan, memotong bahan

makanan, mengupas bahan makanan, menggoreng, memasak,

mengontrol kematangan masakan, menghidangkan makanan,

menyimpan makanan.

c) Etika di meja makan: cara duduk, menggunakan dan menyimpan

serbet, menggunakan peralatan meja makan, orientasi meja makan,

sopan santun di meja makan.menuang ari di gelas, menata makan

di meja makan, makan dan minum bersama.

d) Memelihara perabot rumah: Menggunakan lampu; Membersihkan

perabot rumah tangga; Membersihkan langit-langit;Membersihkan

kaca jendela dan pintu; Menyapu lantai; Mengepel lantai; Menata

mebeler.

e) Merawat lingkungan rumah: membersihkan halaman, merawat

tanaman, merawat alat kebun, merawat hewan peliharaan.

Page 32: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

60

f) Memperbaiki pakaian sederhana: menjahit.

g) Mengelola keuangan: Mengidentifikasi uang kertas dan uang logam,

Melipat uang kertas, Menyimpan uang ke dalam dompet atau tas,

Membelanjakan uang, Menyimpan uang di Bank, Mengatur uang

untuk keperluan keluarga (tlp, listrik dll).

3) Dunia kerja

a) Menajemen kerja: arti kerja, aturan kerja, sikap bekerja, menyiapkan

alat kerja, memelihara alat kerja, menggunakan alat kerja

b) Menggunakan waktu: menagatur waktu kerja dan waktu senggang.

4) Reproduksi

Reproduksi manusia: perbedaan jenis kelamin, peralatan yang

berhubungan dengan jenis kelamin, masalah kewanitaan (haid, hamil,

merawat bayi, KB, membesarkan anak), menanamkan jiwa religus

pada anak, peralatan laki-laki, sunat/khitanan, polusio, mimpi basah,

bagian-bagian tubuh yang tdiak boleh disentuh oleh lain jenis/orang

lain, alat vital.reproduksi,

2. Keterampilan komunikasi

a. Pengertian

Pengembangan komunikasi pada tunanetra menekankan pada bagaimana

tunanetra dapat mengkomunikasikan secara lisan pikiran dan maksudnya

dengan ekspresif dan menarik kepada orang lain. Banyak tunanetra

mengkomunikasikan pikiran dan maksudnya tidak ekspresi dan tidak

menarik. Hal ini bukan berarti tunanetra tidak bisa melakukannya, tetapi

tidak mendapatkan latihan contoh dari lingkungannya karena

ketunanetraannya.

b. Tujuan

Tujuan akhir dari pengembangan komunikasi adalah mampu bersikap baik

dan benar dalam berkomunikasi lisan, tulisan dan isyarat secara ekspresif

menyenangkan baik menggunakan alat komunikasi manual maupun

elektronik.

Page 33: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

61

c. Bentuk aktivitas

Bentuk aktivitas pengembangan komunikasi untuk peserta didik

tunanetra yaitu: komunikasi tulisan bagi tunanetra, komunikasi isyarat

bagi tunanetra, pemanfatan teknologi bantu komunikasi elektronik dan

manual

1) Baca tulis Braille: melatih perabaan, diskriminasi taktual,

mengidentifikasi bentuk, posisi tubuh, posisi tangan, posisi jari,

memasang reglet, menggunakan kaca pembesar (low vision), berlatih

menggunakan alat untuk tanda tangan.

2) Komunikasi: alat tradisional, peralatan modern, teknologi bantu,

perkenalan, bermain, komunikasi formal dan non formal, etika bergaul,

anjangsana, berobat ke puskeman/RS, membayar pajak listrik, pajak

PBB, transaksi di Bank, organisasi kampong, ibdah bersama, arisan,

dll.

E. Rangkuman

Keterampilan sosial adalah keterampilan seseorang untuk mempertahankan tujuan

pribadi yang hendak dicapai dengan hubungan baik dengan orang lain dengan cara

yang dapat diterima secara sosial. Keterampilan komunikasi merupakan

kecapakan individu secara ekpresif dan reseptif dengan orang lain dengan

memperhatikan norma dan etika yang berlaku.

F. Tugas

Coba identifikasi materi esensial yang belum masuk pada program

pengembangan keterampilan social dan komunikasi!

Page 34: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

62

V. Pembelajaran 4: Membaca-menulis Braille

A. Capaian Pembelajaran: menguasai konsep teoritis dan layanan program

membaca-menulis Braille bagi peserta didik tunanetra.

B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Setelah mempelajari pedoman penulisan Braille, berdiskusi, berlatih, peserta

dapat:

1. Menulis Braille dengan cepat dan benar

2. Membaca huruf Braille dengan cepat dan benar

C. Pokok-Pokok Materi

Membaca-menulis Braille Dasar

D. Uraian Materi

1. Pembentukan huruf Braille.

Huruf Braille dikembangkan terdiri dari 6 huruf Braille titik, tanda baca umum,

dan beberapa simbol yang ditampilkan sebagai mengangkat 6 pola titik sel

Braille dibaca dengan menggunakan ujung jari untuk merasakan titik-titik

dibangkitkan. Abjad Braille 6 titik, metode untuk mewakili nomor Braille, dan

beberapa tanda baca Braille yang digunakan dalam semua bahasa yang

berbagi alfabet Romawi. Ada variasi dari 6 titik Braille dalam berbagai bahasa

alfabet Romawi. Representasi tanda baca dan perbedaan dalam arti lain 6 sel

titik Braille yang umum digunakan untuk mewakili karakter khusus dan/ atau

kombinasi huruf umum. Karakter Braille didasarkan pada sel Braille 6 titik

memiliki dua kolom paralel tiga titik masing-masing. Jika sel kosong dihitung,

64 kombinasi yang unik yang mungkin titik dengan sel Braille 6 titik. Ketinggian

sekitar 0,02 titik inci (0,5 mm); jarak horizontal dan vertikal antara titik pusat

dalam sel Braille adalah sekitar 0,1 inci (2,5 mm); ruang kosong antara titik

pada sel yang bersebelahan adalah sekitar 0,15 inci (3,75 mm) horizontal dan

0,2 inci (5,0 mm) vertikal. Halaman Braille standar 11 inci dan biasanya

memiliki maksimum 40-42 sel Braille per baris dan 25 baris.

Page 35: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

63

Huruf Braille antara menulis dan membaca memiliki cara berkebalikan.

Menulis huruf Braille tidak dapat langsung dapat dibaca seperti menulis huruf

cetak. Cara menulisnya dari arah kiri dengan membuat tusukan pada reglet

kemudian untuk membacanya kertas dibalik dibaca dari arah kiri ke kanan.

Huruf Baca huruf Tulis

Berikut adalah huruf abjad dalam huruf Braille

Huruf Baca

Huruf Tulis

Perhatikan huruf a sampai j! kemudian teruskan mengamati huruf ksampai t!Cari hubungan antara huruf a dengan k, b dengan l, c dengan mdemikian seterusnya sampai j dengan t.Lanjutkan hubungan k dengan v dst.

Page 36: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

64

2. Cara Menulis Huruf Braille dengan Reglet:a. Masukkan kertas ke dalam lipatan reglet.

b. Tulis/ tusuk reglet dengan pena/ stylus dengan dari arah kanan ke kiri

menggunakan alphabetik huruf negatif/ tulis.

c. Jika telah penuh, maka pindahkan reglet dengan cara:

1) Buka/ lepas reglet

2) Geserlah reglet tersebut ke bawah

3) Bekas lubang paku reglet bagian bawah menjadi pedoman untuk

memasukkan paku/ pengait reglet bagian atas, dst.

Untuk membaca, bukalah reglet dan balikanlah kertas hasil tulisan tersebut

dan bacalah dari kiri ke kanan.

3. Tanda baca

Page 37: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

65

Contoh

Tanda huruf besar/ kapital, titik 6 (,)

a. Ditulis rapat tanpa spasi

b. Satu atau dua kata dengan semua huruf besar digunakan dua tanda huruf kapital

untuk masing-masing kata dan ditulis di depan kata.

GEMPA BUMI ,,gempa ,,bumi

c. Untuk tiga/ lebih kata dengan semua huruf besar digunakan tiga tanda huruf

kapital di depan kata pertama dan dua tanda kapital sebelum kata terakhir.

d. Ketentuan c tidak berlaku untuk judul buku, karangan, bab, yang semuanya

ditulis tiap kata digunakan dua tanda huruf kapital dan ditulis di depan masing-

masing kata.

Page 38: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

66

Tanda kursif, titik 4-6

a. Ditulis langsung tanpa spasi di depan kata.

b. Tanda kursif digunakan kata/ kalimat yang bercetak miring/ tebal, bergaris

bawah.

Satu s.d tiga kata digunakan satu tanda kursif untuk masing-masing kata.

Untuk empat/ lebih kata digunakan dua tanda di depan kata pertama dan satu

tanda kursif sebelum kata terakhir.

Tanda lebih kurang ( ± ), titik 2-6, 3-5 (59)

a. Penulisannya dipisahkan dengan satu spasi dari huruf/ tanda baca yang

mendahului atau mengikutinya.

b. Penulisannya tidak dipisahkan dengan spasi dari angka atau singkatan mata

uang, ukuran yang mengikutinya.

Page 39: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

67

4. Matematika dasar

a. Bilangan

b. BIlangan pecahan

c. Pemenggalan bilangan besar

Page 40: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

68

d. Angka romawi

e. Operasi bilangan

Page 41: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

69

f. Pangkat dan indek

Page 42: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

70

g. Akar

h. Operasi bilangan tertutup

i. FPB dan KPK

j. Taksiran dan kesimpulan

Page 43: MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...i MODUL IV PENDALAMAN MATERI ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI

71

E. Rangkuman

F. Tugas

Jika Anda ingin mendalami Braille Matematika lanjut, Kimia Braille, MusikBraille, Arab Braille, Tulisan singkat, Contraction silahkan baca buku Membaca-menulis Braille yang ditulis Subagya, penerbit UNS Press.