78
POLITEKNIK BANYUWANGI 1 Praktikum Jaringan Komputer 2 Modul 1 Router dan Simulator TUJUAN PEMBELAJARAN : 1. Memahami konsep router dan routing 2. Mampu menggunakan simulator untuk mensimulasi kondisi sebenarnya 3. Mampu menggunakan perintah – perintah untuk administrasi router. DASAR TEORI Routing, adalah sebuah proses untuk meneruskan paket-paket jaringan dari satu jaringan ke jaringan lainnya melalui sebuah internetwork. Routing juga dapat merujuk kepada sebuah metode penggabungan beberapa jaringan sehingga paket-paket data dapat hinggap dari satu jaringan ke jaringan selanjutnya. Untuk melakukan hal ini, digunakanlah sebuah perangkat jaringan yang disebut sebagai router. Router-router tersebut akan menerima paket-paket yang ditujukan ke jaringan di luar jaringan yang pertama, dan akan meneruskan paket yang ia terima kepada router lainnya hingga sampai kepada tujuannya. Router memiliki kemampuan melewatkan paket IP dari satu jaringan ke jaringan lain yang mungkin memiliki banyak jalur diantara keduanya. Router-router yang saling terhubung dalam jaringan internet turut serta dalam sebuah algoritma routing terdistribusi untuk menentukan jalur terbaik yang dilalui paket IP dari system ke system lain. Proses routing dilakukan secara hop by hop. IP tidak megnetahui jalur keseluruhan menuju tujuan setiap paket. IP routing hanya menyediakan IP address dari router berikutnya yang menurutnya lebih dekat ke host tujuan. Router dapat digunakan untuk menghubungkan sejumlah LAN sehingga trafik yang dibangkitkan oleh suatu LAN terisolasikan dengan baik dari trafik yang dibangkitkan oleh LAN yang lain. Jika dua atau lebih LAN terhubung dengan router, setiap LAN dianggap sebagai subnetwork yang berbeda. Merip dengan bridge, router dapat dihubungkan network interface yang berbeda. Algortima routing untuk host Proses routing yang dilakukan oleh host cukup sederhana. Jika host tujuan terletak di jaringan yang sama atau terhubung langsung. IP datagram dikirim langsung ke tujuan. Jika tidak, IP datagram dikirm ke default router. Router ini yang akan mgnatur perngiriman IP selanjutnya, hingga sampai ke tujuannya. Dalam suatu table routing terdapat : 1) IP address tujuan 2) IP address next hop router (gateway) 3) Flag, yang menyatakan jenis routing 4) Spesifikasi network interface tempat datagram dilewatkan. ARP bertugas untuk menerjemahkan IP address ke alamat Ethernet. Proses ini dilakukan hanya untuk datagram yang dikirm host karena pada saat inilah host menambahkan header

Modul Jarkom 2

  • Upload
    ilham

  • View
    29

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mamik asem pool

Citation preview

Page 1: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

1 Praktikum Jaringan Komputer 2

Modul 1 Router dan Simulator

TUJUAN PEMBELAJARAN :

1. Memahami konsep router dan routing 2. Mampu menggunakan simulator untuk mensimulasi kondisi sebenarnya 3. Mampu menggunakan perintah – perintah untuk administrasi router.

DASAR TEORI Routing, adalah sebuah proses untuk meneruskan paket-paket jaringan dari satu jaringan ke jaringan lainnya melalui sebuah internetwork. Routing juga dapat merujuk kepada sebuah metode penggabungan beberapa jaringan sehingga paket-paket data dapat hinggap dari satu jaringan ke jaringan selanjutnya. Untuk melakukan hal ini, digunakanlah sebuah perangkat jaringan yang disebut sebagai router. Router-router tersebut akan menerima paket-paket yang ditujukan ke jaringan di luar jaringan yang pertama, dan akan meneruskan paket yang ia terima kepada router lainnya hingga sampai kepada tujuannya.

Router memiliki kemampuan melewatkan paket IP dari satu jaringan ke jaringan lain yang mungkin memiliki banyak jalur diantara keduanya. Router-router yang saling terhubung dalam jaringan internet turut serta dalam sebuah algoritma routing terdistribusi untuk menentukan jalur terbaik yang dilalui paket IP dari system ke system lain.

Proses routing dilakukan secara hop by hop. IP tidak megnetahui jalur keseluruhan menuju tujuan setiap paket. IP routing hanya menyediakan IP address dari router berikutnya yang menurutnya lebih dekat ke host tujuan. Router dapat digunakan untuk menghubungkan sejumlah LAN sehingga trafik yang dibangkitkan oleh suatu LAN terisolasikan dengan baik dari trafik yang dibangkitkan oleh LAN yang lain. Jika dua atau lebih LAN terhubung dengan router, setiap LAN dianggap sebagai subnetwork yang berbeda. Merip dengan bridge, router dapat dihubungkan network interface yang berbeda.

Algortima routing untuk host Proses routing yang dilakukan oleh host cukup sederhana. Jika host tujuan terletak di jaringan yang sama atau terhubung langsung. IP datagram dikirim langsung ke tujuan. Jika tidak, IP datagram dikirm ke default router. Router ini yang akan mgnatur perngiriman IP selanjutnya, hingga sampai ke tujuannya. Dalam suatu table routing terdapat :

1) IP address tujuan 2) IP address next hop router (gateway) 3) Flag, yang menyatakan jenis routing 4) Spesifikasi network interface tempat datagram dilewatkan. ARP bertugas untuk menerjemahkan IP address ke alamat Ethernet. Proses ini dilakukan

hanya untuk datagram yang dikirm host karena pada saat inilah host menambahkan header

Page 2: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

2 Praktikum Jaringan Komputer 2

Ethernet pada datagram. Penerjemahan dari IP address ke alamta Ethernet dilakukan dengan melihat table yang disebut sebagai cache ARP.

Jika suatu protocol menerima data dari protocol lain di layer atasnya. Ia akan menambahkan informasi tambahan miliknya kedata tersebut. Setelah itu akan diteruskan ke layer dibawahnya. Hal yang sama juga terjadi jika suatu protocol menerima data dari protocol lain yang berada pada layer di bawahnya. Jika data ini dianggap valid, protocol akan melepas informasi tambahan tersebut, untuk kemudian meneruskan ke protocol lain pada layer diatasnya. Dalam kasus ini dimana host MTI 8 dengan IP address 172.24.12.18 melakukan browsing ke suatu alamat di Internet. ARP akan memcocokkan dengan Network Id dan Host ID addressnya, karena data yang dibawa lain dari subnet mask MTI maka ARP request menuju Router, lalu router akan mencari alamat IP yang terdekat dari rangkaian Routing table yang dibuat dengan router lain. maka pada saat pencarian table routing ini cache ARP akan melakukan :

1. Alamat tujuan datagram dimasking dengan subnet mask host pengirim dan dibandingkan dengan alamat network host pengirim. Jika sama maka ini adalah routing langsung dan frame langsung dikirimkan ke interface jaringan.

2. Jika tujuan datagram tidak terletak dalam satu jaringan. Periksa apakah terdapat entri routing yang berupa host dan bandingkan dengan IP address tujuan datagram. Jika ada entri yang sama, kirim frame ke router menuju host tujuan.

3. Jika tidak terdapat entri host yang cocok ada table routing, gunakan alamat tujuan datagram yang telah dimask pada langkah 1 untuk mencari kesamaan di table routing. Periksa apakah ada network/subnetwork di table routing yang sama dengan alamat network tujuan datagram. Jika ada entri yang sama, kirim frame ke router menuju network/subnetwork tersebut.

4. Jika tidak terdapat entri host ataupun entri netwotk/subnetwork yang sesuai dengan tujuan datagram, host mengirimkan ftrame ke router default dan menyerahkan proses routing selanjutnya ke pada router default.

5. Jika tidak terdapat rute default di table routing, semua host diasumsikan dalam keadaan terhubung langsung. Dengan demikian host pengirim akan mencari alamat fisik host tujuan menggunakan ARP.

Router

Router adalah perangkat network yang digunakan untuk menghubungkan beberapa network, baik network yang sama maupun berbeda dari segi teknologinya seperti menghubungkan network yang menggunakan topologi Bus, Star dan Ring. Router minimal memiliki 2 network interface.

Gambar Router

Page 3: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

3 Praktikum Jaringan Komputer 2

Router berfungsi sebagai penghubung antar dua atau lebih jaringan untuk meneruskan data

dari satu jaringan ke jaringan lainnya. Router berbeda dengan switch. Switch merupakan penghubung beberapa alat untuk membentuk suatu Local Area Network (LAN). Sebagai ilustrasi perbedaan fungsi dari router dan switch merupakan suatu jalanan, dan router merupakan penghubung antar jalan. Masing-masing rumah berada pada jalan yang memiliki alamat dalam suatu urutan tertentu. Dengan cara yang sama, switch menghubungkan berbagai macam alat, dimana masing-masing alat memiliki alamat IP sendiri pada sebuah LAN. Router sangat banyak digunakan dalam jaringan berbasis teknologi protokol TCP/IP, dan router jenis itu disebut juga dengan IP Router. Selain IP Router, ada lagi AppleTalk Router, dan masih ada beberapa jenis router lainnya. Internet merupakan contoh utama dari sebuah jaringan yang memiliki banyak router IP. Cara Kerja Router Fungsi utama Router adalah merutekan paket (informasi). Sebuah Router memiliki kemampuan Routing, artinya Router secara cerdas dapat mengetahui kemana rute perjalanan informasi (paket) akan dilewatkan, apakah ditujukan untuk host lain yang satu network ataukah berada di network yang berbeda. Jika paket-paket ditujukan untuk host pada network lain maka router akan meneruskannya ke network tersebut. Sebaliknya, jika paket-paket ditujukan untuk host yang satu network maka router akan menghalangi paket-paket keluar. PERCOBAAN

1. Buatlah Skema jaringan seperti gambar dibawah ini

Page 4: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

4 Praktikum Jaringan Komputer 2

2. Koneksi dua router di atas belum terbentuk. Untuk menghubungkan dua router tersebut pertama kita harus menambahkan serial port ke router tersebut. Klik salah satu router.

3. Tambahkan modul serial WIC-2T seperti ilustrasi gambar di atas.

4. Lakukan hal yang sama pada router lainnya.

Page 5: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

5 Praktikum Jaringan Komputer 2

5. Buatlah koneksi sehingga skema jaringan menjadi seperti berikut

6. Klik pada salah satu router dan pilih tab CLI sehingga muncul tampilan berikut.

Page 6: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

6 Praktikum Jaringan Komputer 2

7. Berikut mode konfigurasi dalam Router Cisco CLI

8. Berikut command untuk konfigurasi nama host

9. Konfigurasi password pada router

Page 7: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

7 Praktikum Jaringan Komputer 2

10. Melihat konfigurasi yang sedang berjalan

11. Konfigurasi interface router

12. Mengaktifkan dan me-non aktifkan interface router

13. Keluar dari konfigurasi interface

14. KOnfigurasi Interface Ethernet

Page 8: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

8 Praktikum Jaringan Komputer 2

15. Konfigurasi Serial

16. Konfigurasi semua node yang ada di skema jaringan kemudian cobalah melakukan ping.

LAPORAN RESMI

• Berikan Analisa pada percobaan yang telah anda lakukan.

• Buat kesimpulan dari praktikum ini.

Page 9: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

9 Praktikum Jaringan Komputer 2

Modul 2 Routing Statis

TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami Konsep Routing Statis 2. Mampu mengkonfigurasi Routing statis pada simulator router

DASAR TEORI

Routing statis merupakan protokol routing yang dilakukan secara manual dengan menambahakan rute-rute di routing table dari setiap router. Routing statis biasanya digunakan untuk jaringan dengan skala yang kecil. Apabila kita memiliki jaringan dengan skala yang besar maka menggunakan routing dinamis.

Ruting statis, umumnya digunakan untuk jalur/path dari jaringan ke sebuah “stub network” (jaringan yang dibelakangnya tidak ada jaringan lain). Rute Statik, umumnya digunakan untuk jalur/path dari jaringan ke sebuah “stub network” (jaringan yang dibelakangnya tidak ada jaringan lain).

Sebuah “stub network’ (kadang di sebut “leaf node”) adalah jaringan yang hanya dapat diakses melalui satu rute. Seringkali, rute statik digunakan sebagai jalan satu-satunya untuk keluar masuk jaringan Stub.

Contoh rute statik: Router(config)#ip route 172.16.1.0 255.255.255.0 17 2.16.2.1 ip route : Identifikasi rute statik 172.16.1.0 : Alamat IP Stub Network 255.255.255.0 : Subnet Mask 172.16.2.1 : Alamat IP Router B

Cara kerja routing statis dapat dibagi menjadi 3 bagian:

1. Administrator jaringan yang mengkonfigurasi router

Page 10: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

10 Praktikum Jaringan Komputer 2

2. Router melakukan routing berdasarkan informasi dalam tabel routing 3. Routing statis digunakan untuk melewatkan paket data

Keuntungan static route: 1. Static route lebih aman disbanding dynamic route 2. Static route kebal dari segala usaha hacker untuk men-spoof paket dynamic routing

protocols dengan maksud melakukan configure router untuk tujuan membajak traffic. Kerugian:

1. Administrasinya adalah cukup rumit disbanding dynamic routing khususnya jika terdiri dari banyak router yang perlu dikonfigure secara manual.

2. Rentan terhadap kesalahan saat entry data static route dengan cara manual. 3. Seorang administrator harus menggunakan perintah ip route secara manual untuk

mengkonfigurasi router dengan routing statis.

Seorang administrator harus menggunakan perintah ip route secara manual untuk mengkonfigurasi router dengan routing statis.

Routing statis bias dilakukan dengan dua cara :

1. Berdasarkan outgoing interface

2. Berdasarkan next hop

PERCOBAAN

o Buatlah Jaringan kumputer yang sesuai dengan skema berikut :

Page 11: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

11 Praktikum Jaringan Komputer 2

o Lakukan konfigurasi berikut agar computer di setiap segmen dapat terhubung satu dengan yang lain.

Page 12: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

12 Praktikum Jaringan Komputer 2

o Troubleshooting : Mengecek konfigurasi dari routing static bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Dari PC A :

Lakukan ping/tracert ke PC B. Lakukan ping/tracert ke PC C.

LAPORAN RESMI

• Berikan analisa setelah melakukan percobaan diatas • Beri kesimpulan dari praktikum ini

Page 13: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

13 Praktikum Jaringan Komputer 2

Modul 3 Routing Dinamis RIP

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Memahami konsep Routing Dinamis 2. Mampu melakukan konfigurasi routing dinamis pada simulator

DASAR TEORI

Konsep dasar dari routing adalah bahwa router meneruskan IP paket berdasarkan pada IP address tujuan yang ada dalam header IP paket._ Dia mencocokkan IP address tujuan dengan routing table dengan harapan menemukan kecocokan entry, suatu entry yang menyatakan kepada router kemana paket selanjutnya harus diteruskan. Jika tidak ada kecocokan entry yang ada dalam routing table, dan tidak ada default route, maka router tersebut akan membuang paket tersebut. Untuk itu adalah sangat penting untuk mempunyai isian routing table yang tepat dan benar

Routing dinamis adalah ketika routing protocol digunakan untuk menemukan network dan melakukan update routing table pada router. Dan ini lebih mudah daripada menggunakan routing statis dan default, tapi akan terjadi perbedaan dalam hal proses-proses di CPU router dan penggunaan bandwidth dari link jaringan.

Routing protocol adalah berbeda dengan routed protocol. Routing protocol adalah komunikasi antara router-router. Routing protocol mengijinkan router-router untuk sharing informasi tentang jaringan dan koneksi antar router. Router menggunakan informasi ini untuk membangun dan memperbaiki table routingnya.

Gambar Protokol Dalam Routing

Page 14: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

14 Praktikum Jaringan Komputer 2

Contoh routing protokol: • Routing Information Protocol (RIP) • Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) • Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP) • Open Shortest Path First (OSPF)

Routed protocol digunakan untuk trafik user langsung. Routed protocol menyediakan

informasi yang cukup dalam layer address jaringannya untuk melewatkan paket yang akan diteruskan dari satu host ke host yang lain berdasarkan alamatnya. Contoh routed protocol:

• Internet Protocol (IP) • Internetwork Packet Exchange (IPX)

Autonomous System

AS adalah kumpulan dari jaringan-jaringan yang dalam satu administrasi yang mempunyai strategi routing bersama. AS mungkin dijalankan oleh satu atau lebih operator ketika AS digunakan pada routing ke dunia luar.

American Registry of Internet Numbers (ARIN) adalah suatu service provider atau seorang administrator yang memberikan nomor identitas ke AS sebesar 16-bit. Routing protokol seperti Cisco IGRP membutuhkan nomor AS (AS number) yang sifatnya unik.

Gambar Autonomous System Tujuan Routing Protocol dan Autonomous System

Tujuan utama dari routing protokol adalah untuk membangun dan memperbaiki table routing. Dimana tabel ini berisi jaringan-jaringan dan interface yang berhubungan dengan jaringan tersebut. Router menggunakan protokol routing ini untuk mengatur informasi yang diterima dari router-router lain dan interfacenya masing-masing, sebagaimana yang terjadi di konfigurasi routing secara manual.

Page 15: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

15 Praktikum Jaringan Komputer 2

Routing protokol mempelajari semua router yang ada, menempatkan rute yang terbaik ke table routing, dan juga menghapus rute ketika rute tersebut sudah tidak valid lagi. Router menggunakan informasi dalam table routing untuk melewatkan paket-paket routed prokol.

Algoritma routing adalah dasar dari routing dinamis. Kapanpun topologi jaringan berubah karena perkembangan jaringan, konfigurasi ulang atau terdapat masalah di jaringan, maka router akan mengetahui perubahan tersebut. Dasar pengetahuan ini dibutuhkan secara akurat untuk melihat topologi yang baru.

Pada saat semua router dalam jaringan pengetahuannya sudah sama semua berarti dapat dikatakan internetwork dalam keadaan konvergen (converged). Keadaan konvergen yang cepat sangat diharapkan karena dapat menekan waktu pada saat router meneruskan untuk mengambil keputusan routing yang tidak benar.

AS membagi internetwork global menjadi kecil-kecil menjadi banyak jaringan-jaringan yang dapat diatur. Tiap-tiap AS mempunyai seting dan aturan sendiri-sendiri dan nomor AS yang akan membedakannya dari AS yang lain.

Gambar Protokol Autonomous System

Klasifikasi Routing Protokol Sebagian besar algoritma routing dapat diklasifikasikan menjadi satu dari dua kategori berikut:

• Distance vector • Link-state

Routing distance vector bertujuan untuk menentukan arah atau vector dan jarak ke link-

link lain dalam suatu internetwork. Sedangkan link-state bertujuan untuk menciptakan kembali topologi yang benar pada suatu internetwork.

Page 16: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

16 Praktikum Jaringan Komputer 2

Gambar Klasifikasi Routing Protokol

Distance Vector

Algoritma routing distance vector secara periodik menyalin table routing dari router ke router. Perubahan table routing ini di-update antar router yang saling berhubungan pada saat terjadi perubahan topologi. Algoritma distance vector juga disebut dengan algoritma Bellman-Ford. Setiap router menerima table routing dari router tetangga yang terhubung langsung. Pada gambar di bawah ini digambarkan konsep kerja dari distance vector

Gambar Distance Vector

Router B menerima informasi dari Router A. Router B menambahkan nomor distance

vector, seperti jumlah hop. Jumlah ini menambahkan distance vector. Router B melewatkan table routing baru ini ke router-router tetangganya yang lain, yaitu Router C. Proses ini akan terus berlangsung untuk semua router.

Algoritma ini mengakumulasi jarak jaringan sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki database informasi mengenai topologi jaringan. Bagaimanapun, algoritma distance vector tidak mengijinkan router untuk mengetahui secara pasti topologi internetwork karena hanya melihat router-router tetangganya.

Setiap router yang menggunakan distance vector pertama kali mengidentifikasi router-router tetangganya. Interface yang terhubung langsung ke router tetangganya mempunyai distance 0. Router yang menerapkan distance vector dapat menentukan jalur terbaik untuk menuju ke

Page 17: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

17 Praktikum Jaringan Komputer 2

jaringan tujuan berdasarkan informasi yang diterima dari tetangganya. Router A mempelajari jaringan lain berdasarkan informasi yang diterima dari router B. Masing-masing router lain menambahkan dalam table routingnya yang mempunyai akumulasi distance vector untuk melihat sejauh mana jaringan yang akan dituju. Seperti yang dijelakan oleh gambar berikut ini:

Update table routing terjadi ketika terjadi perubahan toplogi jaringan. Sama dengan proses discovery, proses update perubahan topologi step-by-step dari router ke router. Gambar diatas menunjukkan algoritma distance vector memanggil ke semua router untuk mengirim ke isi table routingnya. Table routing berisi informasi tentang total path cost yang ditentukan oleh metric dan alamat logic dari router pertama dalam jaringan yang ada di isi table routing, sperti yang diterangkan oleh gambar di bawah ini.

Gambar Update Routing Table

Page 18: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

18 Praktikum Jaringan Komputer 2

Gambar Routing Metric

Analogi distance vector dapat digambarkan dengan jalan tol. Tanda yang menunjukkan

titik menuju ke tujuan dan menunjukkan jarak ke tujuan. Dengan adanya tanda-tanda seperti itu pengendara dengan mudah mengetahui perkiraan jarak yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini jarak terpendek adalah rute yang terbaik. Link State

Algoritma link-state juga dikenal dengan algoritma Dijkstra atau algoritma shortest path first (SPF). Algoritma ini memperbaiki informasi database dari informasi topologi. Algoritma distance vector memiliki informasi yang tidak spesifik tentang distance network dan tidak mengetahui jarak router. Sedangkan algortima link-state memperbaiki pengetahuan dari jarak router dan bagaimana mereka inter-koneksi. Fitur-fitur yang dimiliki oleh routing link-state adalah:

• Link-state advertisement (LSA) – adalah paket kecil dari informasi routing yang dikirim antar router

• Topological database – adalah kumpulan informasi yang dari LSA-LSA • SPF algorithm – adalah hasil perhitungan pada database sebagai hasil dari pohon SPF • Routing table – adalah daftar rute dan interface

Gambar Link State

Page 19: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

19 Praktikum Jaringan Komputer 2

Proses discovery dari routing link-state Ketika router melakukan pertukaran LSA, dimulai dengan jaringan yang terhubung

langsung tentang informasi yang mereka miliki. Masing-masing router membangun database topologi yang berisi pertukaran informasi LSA.

Algoritma SPF menghitung jaringan yang dapat dicapai. Router membangun logical topologi sebagai pohon (tree), dengan router sebagai root. Topologi ini berisi semua rute-rute yang mungkin untuk mencapai jaringan dalam protokol link-state internetwork. Router kemudian menggunakan SPF untuk memperpendek rute. Daftar rute-rute terbaik dan interface ke jaringan yang dituju dalam table routing. Link-state juga memperbaiki database topologi yang lain dari elemen-elemen topologi dan status secara detail.

Gambar Link State Routing Table

Router pertama yang mempelajari perubahan topologi link-state melewatkan informasi sehingga semua router dapat menggunakannya untuk proses update. Gambar 10.3 adalah informasi routing dikirim ke semua router dalam internetwork. Untuk mencapai keadaan konvergen, setiap router mempelajari router-router tetangganya. Termasuk nama dari router-router tetangganya, status interface dan cost dari link ke tetangganya. Router membentuk paket LSA yang mendaftar informasi ini dari tetangga-tetangga baru, perubahan cost link dan link-link yang tidak lagi valid. Paket LSA ini kemudian dikirim keluar sehinggan semua router-router lain menerima itu.

Page 20: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

20 Praktikum Jaringan Komputer 2

Gambar Update Routing Table

Pada saat router menerima LSA, ia kemudian meng-update table routing dengan sebagian

besar informasi yang terbaru. Data hasil perhitungan digunakan untuk membuat peta internetwork dan lagoritma SPF digunakan untuk menghitung jalur terpendek ke jaringan lain. Setiap waktu paket LSA menyebabkan perubahan ke database link-state, kemudian SPF melakukan perhitungan ulang untuk jalur terbaik dan meng-update table routing.

Ada beberapa titik berat yang berhubungan dengan protokol link-state:

• Processor overhead • Kebutuhan memori • Konsumsi bandwidth

Router-router yang menggunakan protokol link-state membutuhkan memori lebih dan

proses data yang lebih daripada router-router yang menggunakan protokol distance vector. Router link-state membutuhkan memori yang cukup untuk menangani semua informasi dari database, pohon topologi dan table routing. Gambar 10.4 menunjukkan inisialisasi paket flooding link-state yang mengkonsumsi bandwidth. Pada proses inisial discovery, semua router yang menggunakan protokol routing link-state mengirimkan paket LSA ke semua router tetangganya. Peristiwa ini menyebabkan pengurangan bandwidth yang tersedia untuk me-routing trafik yang membawa data user. Setelah inisial flooding ini, protokol routing link-state secara umum membutuhkan bandwidth minimal untuk mengirim paket-paket LSA yang menyebabkan perubahan topologi. Penentuan Jalur Router menggunakan dua fungsi dasar:

• Fungsi penentuan jalur • Fungsi switching

Penentuan jalur terjadi pada layer network. Fungsi penentuan jalur menjadikan router

untuk mengevaluasi jalur ke tujuan dan membentuk jalan untuk menangani paket. Router menggunakan table routing untuk menentukan jalur terbaik dan kemudian fungsi switching untuk melewatkan paket.

Page 21: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

21 Praktikum Jaringan Komputer 2

Konsep Link State

Dasar algoritma routing yang lain adalah algoritma link state. Algoritma link state juga bias disebut sebagai algoritma Dijkstra atau algoritma shortest path first (SPF). Konfigurasi Routing

Untuk menghidupkan protokol routing pada suatu router, membutuhkan seting parameter global dan routing. Tugas global meliputi pemilihan protokol routing seperti RIP, IGRP, EIGRP atau OSPF. Sedangkan tugas konfigurasi routing untuk menunjukkan jumlah jaringan IP. Routing dinamis menggunakan broadcast dan multicast untuk berkomunikasi dengan router-router lainnya.

Gambar Klasifikasi Routing Protokol

Perintah router memulai proses routing. Perintah network untuk meng-enable-kan proses

routing ke interface yang mengirim dan menerima update informasi routing. Menspesifikasikan routing protocol yang akan digunakan :

Mendaftarkan network yang terhubung langsung dengan router :

Page 22: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

22 Praktikum Jaringan Komputer 2

Contoh konfigurasi Routing adalah sebagai berikut : GAD(config)#router rip GAD(config-router)#network 172.16.0.0 Protokol Routing Pada layer internet TCP/IP, router dapat menggunakan protokol routing untuk membentuk routing melalui suatu algoritma yang meliputi:

• RIP – menggunakan protokol routing interior dengan algoritma distance vector • IGRP – menggunakan protokol routing interior dengan algoritma Cisco distance vector • OSPF – menggunakan protokol routing interior dengan algoritma link-state • EIGRP – menggunakan protokol routing interior dengan algoritma advanced Cisco

distance vector • BGP – menggunakan protokol routing eksterior dengan algoritma distance vector

Dasar RIP diterangkan dalam RFC 1058, dengan karakteristik sebagai berikut:

• Routing protokol distance vector • Metric berdasarkan jumlah lompatan (hop count) untuk pemilihan jalur • Jika hop count lebih dari 15, paket dibuang • Update routing dilakukan secara broadcast setiap 30 detik

IGRP adalah protokol routing yang dibangun oleh Cisco, dengan karakteristik sebagai berikut:

• Protokol routing distance vector • Menggunakan composite metric yang terdiri atas bandwidth, load, delay dan reliability • Update routing dilakukan secara broadcast setiap 90 detik

OSPF menggunakan protokol routing link-state, dengan karakteristik sebagai berikut:

• Protokol routing link-state • Merupakan open standard protokol routing yang dijelaskan di RFC 2328 • Menggunakan algoritma SPF untuk menghitung cost terendah • Update routing dilakukan secara floaded saat terjadi perubahan topologi jaringan

EIGRP menggunakan protokol routing enhanced distance vector, dengan karakteristik sebagai berikut:

• Menggunakan protokol routing enhanced distance vector • Menggunakan cost load balancing yang tidak sama • Menggunakan algoritma kombinasi antara distance vector dan link-state • Menggunakan Diffusing Update Algorithm (DUAL) untuk menghitung jalur terpendek • Update routing dilakukan secara multicast menggunakan alamat 224.0.0.10 yang

diakibatkan oleh perubahan topologi jaringan Border Gateway Protocol (BGP) merupakan routing protokol eksterior, dengan karakteristik sebagai berikut:

Page 23: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

23 Praktikum Jaringan Komputer 2

• Menggunakan routing protokol distance vector • Digunakan antara ISP dengan ISP dan client-client • Digunakan untuk merutekan trafik internet antar autonomous system

RIP ( Routing Information Protocol)

RIP termasuk dalam protokol distance-vector, sebuah protokol yang sangat sederhana.Protokol distance-vector sering juga disebut protokol Bellman-Ford, karena berasal dari algoritma perhitungan jarak terpendek oleh R.E. Bellman, dan dideskripsikan dalam bentuk algoritma-terdistribusi pertama kali oleh Ford dan Fulkerson.

Setiap router dengan protokol distance-vector ketika pertama kali dijalankan hanya mengetahui cara routing ke dirinya sendiri (informasi lokal) dan tidak mengetahui topologi jaringan tempatnya berada. Router kemudia mengirimkan informasi local tersebut dalam bentuk distance-vector ke semua link yang terhubung langsung dengannya. Router yang menerima informasi routing menghitung distance-vector, menambahkan distance-vector dengan metrik link tempat informasi tersebut diterima, dan memasukkannya ke dalam entri forwarding table jika dianggap merupakan jalur terbaik. Informasi routing setelah penambahan metrik kemudian dikirim lagi ke seluruh antarmuka router, dan ini dilakukan setiap selang waktu tertentu. Demikian seterusnya sehingga seluruh router di jaringan mengetahui topologi jaringan tersebut.

Protokol distance-vector memiliki kelemahan yang dapat terlihat apabila dalam jaringan ada link yang terputus. Dua kemungkinan kegagalan yang mungkin terjadi adalah efek bouncing dan menghitung-sampai-tak-hingga (counting to infinity). Efek bouncing dapat terjadi pada jaringan yang menggunakan metrik yang berbeda pada minimal sebuah link. Link yang putus dapat menyebabkan routing loop, sehingga datagram yang melewati link tertentu hanya berputar-putar di antara dua router (bouncing) sampai umur (time to live) datagram tersebut habis. Cara Kerja RIP

RIP bekerja dengan menginformasikan status network yang dipegang secara langsung kepada router tetangganya. Karakteristik dari RIP:

• Distance vector routing protocol • Hop count sebagi metric untuk memilih rute • Maximum hop count 15, hop ke 16 dianggap unreachable • Secara default routing update 30 detik sekali • RIPv1 (classfull routing protocol) tidak mengirimkan subnet mask pada update • RIPv2 (classless routing protocol) mengirimkan subnet mask pada update

Kelemahan RIP

Dalam implementasi RIP memang mudah untuk digunakan, namun RIP mempunyai masalah serius pada Autonomous System yang besar, yaitu : 1) Terbatasnya diameter network

Page 24: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

24 Praktikum Jaringan Komputer 2

Telah disebutkan sedikit di atas bahwa RIP hanya bisa menerima metrik sampai 15. Lebih dari itu tujuan dianggap tidak terjangkau. Hal ini bisa menjadi masalah pada network yang besar.

2) Konvergensi yang lambat

Untuk menghapus entry tabel routing yang bermasalah, RIP mempunyai metode yang tidak efesien. Seperti pada contoh skema network di atas, misalkan subnet 10 bernilai 1hop dari router 2 dan bernilai 2 hop dari router 3. Ini pada kondisi bagus, namun apabila router 1 crash, maka subnet 3 akan dihapus dari table routing kepunyaan router 2 sampai batas waktu 180 detik. Sementara itu, router 3 belum mengetahui bahwa subnet 3 tidak terjangkau, ia masih mempunyai table routing yang lama yang menyatakan subnet 3 sejauh 2 hop (yang melalui router 2). Waktu subnet 3 dihapus dari router 2, router 3 memberikan informasi ini kepada router 2 dan router 2 melihat bahwa subnet 3 bisa dijangkau lewat router 3 dengan 3 hop ( 2 + 1 ).Karena ini adalah routing baru maka ia akan memasukkannya ke dalam KRT. Berikutnya, router 2 akan mengupdate routing table dan memberikannya kepada router 3 bahwa subnet 3 bernilai 3 hop. Router 3 menerima dan menambahkan 1 hop lagi menjadi 4. Lalu tabel routing diupdate lagi dan router 2 meneriman informasi jalan menuju subnet 3 menjadi 5 hop. Demikian seterusnya sampai nilainya lebih dari 30. Routing atas terus menerus looping sampai nilainya lebih dari 30 hop. 3) Tidak bisa membedakan network masking lebih dari /24

RIP membaca ip address berdasarkan kepada kelas A, B dan C. Seperti kita ketahui bahwa kelas C mempunyai masking 24 bit. Dan masking ini masih bias diperpanjang menjadi 25 bit, 26 bit dan seterusnya. RIP tidak dapat membacanya bila lebih dari 24 bit. Ini adalah masalah besar, mengingat masking yang lebih dari 24 bit banyak dipakai. Hal ini sudah dapat di atasi pada RIPv2. PERCOBAAN Buatlah jaringan computer sesuai dengan skema berikut :

Konfigurasi router di atas agar semua segment jaringan bisa berhubungan. Configuration for Router

Page 25: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

25 Praktikum Jaringan Komputer 2

DYNAMIC ROUTE CONFIGURATION

Page 26: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

26 Praktikum Jaringan Komputer 2

Troubleshooting Mengecek konfigurasi dari routing static bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Gambar Skema Testing RIP Dari PC A : Lakukan ping/tracert ke PC B. Lakukan ping/tracert ke PC C. LAPORAN RESMI. Tambahkan Analisa dan Kesimpulan dari praktikum yang anda lakukan

Page 27: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

27 Praktikum Jaringan Komputer 2

Modul 4

Routing Dinamis OSPF

TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami Konsep Routing Dinamis OSPF 2. Mampu mengkonfigurasi Routing Dinamis OSPF

DASAR TEORI :

Routing dinamik adalah cara yang digunakan untuk melepaskan kewajiban mengisi entri-entri forwarding table secara manual. Protokol routing mengatur router-router sehingga dapat berkomunikasi satu dengan yang lain dan saling memberikan informasi routing yang dapat mengubah isi forwarding table, tergantung keadaan jaringannya. Dengan cara ini, router-router mengetahui keadaan jaringan yang terakhir dan mampu meneruskan datagram ke arah yang benar.

Interior Routing Protocol

Pada awal 1980-an Internet terbatas pada ARPANET, Satnet (perluasan ARPANET yang menggunakan satelit), dan beberapa jaringan lokal yang terhubung lewat gateway. Dalam perkembangannya, Internet memerlukan struktur yang bersifat hirarkis untuk mengantisipasi jaringan yang telah menjadi besar. Internet kemudian dipecah menjadi beberapa autonomous system (AS) dan saat ini Internet terdiri dari ribuan AS. Setiap AS memiliki mekanisme pertukaran dan pengumpulan informasi routing sendiri.

Protokol yang digunakan untuk bertukar informasi routing dalam AS digolongkan sebagai interior routing protocol (IRP). Hasil pengumpulan informasi routing ini kemudian disampaikan kepada AS lain dalam bentuk reachability information. Reachability information yang dikeluarkan oleh sebuah AS berisi informasi mengenai jaringan-jaringan yang dapat dicapai melalui AS tersebut dan menjadi indikator terhubungnya AS ke Internet. Penyampaian reachability information antar-AS dilakukan menggunakan protokol yang digolongkan sebagai exterior routing protocol (ERP).

IRP yang dijadikan standar di Internet sampai saat ini adalah Routing Information Protocol (RIP) dan Open Shortest Path First (OSPF). Di samping kedua protokol ini terdapat juga protokol routing yang bersifat proprietary tetapi banyak digunakan di Internet, yaitu Internet Gateway Routing Protocol (IGRP) dari Cisco System. Protokol IGRP kemudian diperluas menjadi Extended IGRP (EIGRP). Semua protokol routing di atas menggunakan metrik sebagai dasar untuk menentukan jalur terbaik yang dapat ditempuh oleh datagram. Metrik diasosiasikan dengan “biaya” yang terdapat pada setiap link, yang dapat berupa throughput (kecepatan data), delay, biaya sambungan, dan keandalan link.

Page 28: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

28 Praktikum Jaringan Komputer 2

Gambar 4.1 Routing Dinamis OSPF

OSPF merupakan sebuah routing protokol berjenis IGP yang hanya dapat bekerja dalam jaringan internal suatu organisasi atau perusahaan. Jaringn internal atau interior gateway protocol (IGP) adalah jaringan dimana user masih memiliki hak untuk menggunakan, mengatur, dan memodifikasinya. Dengan kata lain, user masih memiliki hak administrasi terhadap jaringan tersebut. Selain itu, OSPF juga merupakan routing protocol yang berstandar terbuka. Maksudnya, routing protocol ini bukan dibuat oleh vendor manapun. Dengan demikian, siapapun dapat menggunakannya, perangkat manapun dapat kompatibel dengannya, dan dimanapun routing protocol ini dapat diimplementasikan.

OSPF membagi-bagi jaringan menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan-tingkatan ini diwujudkan dengan menggunakan sistem pengelompokkan area. Dengan menggunakan konsep hirarki routing ini sistem penyebaran informasinya menjadi lebih teratur dan tersegmentasi, tidak menyebar ke sembarang arah.

Teknologi yang digunakan oleh routing protocol ini adalah teknologi link-state yang memang didesain untuk bekerja dengan sangat efisien dalam proses pengiriman update informasi rute. Hal ini membuat routing protocol OSPF menjadi sangat cocok untuk terus dikembangkan untuk network dengan skala yang besar.

• Kelebihan 1. Tidak menghasilkan routing loop. 2. Mendukung penggunaan beberapa metrik sekaligus. 3. Dapat menghasilkan banyak jalur ke sebuah tujuan. 4. Membagi jaringan yang besar mejadi beberapa area. 5. Waktu yang diperlukan untuk konvergen lebih cepat.

• Kekurangan 1. Membutuhkan basis data yang besar. 2. Lebih rumit.

LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN

Page 29: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

29 Praktikum Jaringan Komputer 2

1. Buatlah topologi seperti pada gambar dibawah ini :

2. Konfigurasi Jaringan sesuai dengan Topologi yang ditetapkan

• Konfigurasi computer PC0 IP Address : 10.10.10.2 Netmask : 255.255.255.0 Gateway : 10.10.10.1

• Konfigurasi interface router

Menentukan IP Address Ethernet Router0

Router0>enable Router0#configure terminal Router0(config)#interface fastEthernet 0/0 Router0(config-if)#ip address 10.10.10.1 255.255.25 5.0 Router0(config-if)#no shutdown Router0(config-if)#exit

Menentukan IP Address Serial Router0

Router0>enable Router0#configure terminal Router0(config)#interface serial 2/0 Router0(config-if)#ip address 192.168.1.1 255.255.2 55.0

Page 30: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

30 Praktikum Jaringan Komputer 2

Router0(config-if)#no shutdown Router0(config-if)#exit Router0>enable Router0#configure terminal Router0(config)#interface serial 3/0 Router0(config-if)#ip address 192.168.3.2 255.255.2 55.0 Router0(config-if)#no shutdown Router0(config-if)#exit

Menentukan IP Address Serial Router1

Router1>enable Router1#configure terminal Router1(config)#interface serial 2/0 Router1(config-if)#ip address 192.168.1.2 255.255.2 55.0 Router1(config-if)#no shutdown Router1(config-if)#exit Router1>enable Router1#configure terminal Router1(config)#interface serial 3/0 Router1(config-if)#ip address 192.168.2.1 255.255.2 55.0 Router1(config-if)#no shutdown Router1(config-if)#exit Router1>enable Router1#configure terminal Router1(config)#interface serial 6/0 Router1(config-if)#ip address 192.168.4.1 255.255.2 55.0 Router1(config-if)#no shutdown Router1(config-if)#exit Menentukan IP Address Serial Router2

Router2>enable Router2#configure terminal Router2(config)#interface serial 2/0 Router2(config-if)#ip address 192.168.2.1 255.255.2 55.0 Router2(config-if)#no shutdown Router2(config-if)#exit Router2>enable Router2#configure terminal Router2(config)#interface serial 3/0

Page 31: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

31 Praktikum Jaringan Komputer 2

Router2(config-if)#ip address 192.168.3.1 255.255.2 55.0 Router2(config-if)#no shutdown Router2(config-if)#exit Menentukan IP Address Serial Router3

Router3>enable Router3#configure terminal Router3(config)#interface serial 2/0 Router3(config-if)#ip address 192.168.4.2 255.255.2 55.0 Router3(config-if)#no shutdown Router3(config-if)#exit

• Konfigurasi Routing Dinamis OSPF

Konfigurasi Router0 :

Router0>enable Router0#configure terminal Router0(config)#router ospf 10 Router0(config-router)#network 10.10.10.0 0.0.0.255 area 1 Router0(config-router)#network 192.168.1.0 0.0.0.25 5 area 0 Router0(config-router)#network 192.168.3.0 0.0.0.25 5 area 0 Router0(config-router)#end Router0#copy running-config startup-config

Konfigurasi Router1 :

Router1>enable Router1#configure terminal Router1(config)#router ospf 10 Router1(config-router)# network 192.168.1.0 0.0.0.2 55 area 0 Router1(config-router)#network 192.168.2.0 0.0.0.25 5 area 0 Router1(config-router)# network 192.168.4.0 0.0.0.2 55 area 0 Router1(config-router)#end Router1#copy running-config startup-config Konfigurasi Router2 :

Router2>enable Router2#configure terminal Router2(config)#router ospf 10 Router2(config-router)#network 192.168.2.0 0.0.0.25 5 area 0 Router2(config-router)#network 192.168.3.0 0.0.0.25 5 area 0

Page 32: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

32 Praktikum Jaringan Komputer 2

Router2(config-router)#end Router2#copy running-config startup-config

Konfigurasi Router3 :

Router3>enable Router3#configure terminal Router3(config)#router ospf 10 Router3(config-router)# network 192.168.4.0 0.0.0.2 55 area 0 Router3(config-router)#end Router3#copy running-config startup-config

3. Amati dan Capture (untuk laporan Resmi) daftar route di router yang lain dengan

mengetikkan perintah dibawah ini

Router1>enable Router1#show ip route

Router1#show running-config

4. Lakukan Test Koneksi jaringan

Router0>ping 192.168.4.2 Type escape sequence to abort. Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 192.168.4.2, time out is 2 seconds: !!!!! Success rate is 100 percent (5/5), round-trip min/a vg/max = 31/53/63 ms

5. Lakukan ping dari sisi yang berbeda untuk memastikan koneksi telah berjalan kemudian Capture untuk laporan Resmi Praktikum

LAPORAN RESMI Berikan Analisa dan Kesimpulan dari hasil percobaan yang sudah anda lakukan.

Page 33: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

33 Praktikum Jaringan Komputer 2

Modul 5

Routing Dinamis BGP

TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami Konsep Routing Dinamis BGP 2. Mampu mengkonfigurasi Routing Dinamis BGP

DASAR TEORI :

Border Gateway Protocol (BGP) merupakan salah satu jenis routing protokol yang ada di dunia komunikasi data. Sebagai sebuah routing protokol, BGP memiliki kemampuan melakukan pengumupulan rute, pertukaran rute dan menentukan rute terbaik menuju ke sebuah lokasi dalam jaringan. Routing protokol pasti dilengkapi dengan algoritma yang cerdas dalam mencari jalan terbaik. Namun yang membedakan BGP dengan routing protokol lain seperti OSPF dan RIP adalah BGP termasuk dalam kategori routing protokol jenis Exterior Gateway Protokol (EGP).

EGP merupakan jenis routing protokol yang memiliki kemampuan melakukan pertukaran rute dari dank e luar jaringan local sebuah organisasi atau kelompok tertentu. Organisasi atau kelompok diluar organisasi pribadi disebut dengan istilah autonomous system (AS), maksudnya rute-rute yang dimiliki oleh sebuah AS dapat juga dimiliki oleh AS yang lain yang berbeda kepentingan dan otoritas. Begitu juga dengan AS tersebut dapat memiliki rute-rute yang dimiliki organisasi lain.

Gambar 5.1 Routing Dinamis dengan BGP Keuntungannya adalah sebuah organisasi bisa dikenal oleh organisasi lainnya yang kita

kirimi rute. Setelah dikenali rute-rute menuju lokasi kita, banyak orang yang dapat berkomunikasi dengan kita. Selain itu, kita juga menerima rute-rute menuju ke organisasi lainnya. Sehingga kita juga dapat membangun komunikasi dengan para pengguna yang tergabung di organisasi lain. Dengan demikian, komunikasi dapat semakin luas menyebar.

Autonomous System (AS) bagaikan sebuah perusahaan tempat kita bekerja. Sebuah perusahaan memiliki peraturan sendiri, memiliki struktur organisasi sendiri, memiliki produknya sendiri, memiliki gyaanya sendiri dalam berbisnis dan memiliki privasinya sendiri. Cisco sytem mendefinisikan pengertian AS adalah sekumpulan perangkat jaringan yang berada dibawah administrasi dan strategi routing yang sama.

Page 34: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

34 Praktikum Jaringan Komputer 2

AS biasanya ditentukan dengan sistem penomoran. Sistem penomoran AS di dunia internet diatur oleh organisasi internet bernama IANA.

BGP merupakan satu-satunya routing protokol yang dapat digunakan untuk

menghubungkan dua organisasi besar yang berbeda kepentingan. Meskipun routing protokol jenis EGP bukan hanya BGP saja, namun tampaknya BGP sudah menjadi standar internasional untuk keperluan ini. Hal ini dikarenakan BGP memiliki fitur-fitur yang luar biasa banyak dan fleksibel.

• Ciri-cirinya BGP :

1. BGP adalah Path Vector routing protocol yang dalam proses menentukan rute-rute terbaiknya selalu mengacu kepada path yang terbaik dan terpilih yang didapatnya dari router BGP yang lainnya.

2. Routing table akan dikirim secara penuh pada awal dari sesi BGP, update selanjutnya hanya bersifat incremental atau menambahi dan mengurangi routing yang sudah ada saja. Router BGP membangun dan menjaga koneksi antar-peer menggunakan port TCP nomor 179. Koneksi antar-peer dijaga dengan menggunakan sinyal keepalive secara periodik.

3. Kegagalan menemukan sinyal keepalive, routing update, atau sinyal-sinyal notifikasi lainnya pada sebuah router BGP dapat memicu perubahan status BGP peer dengan router lain, sehingga mungkin saja akan memicu update-update baru ke router yang lain.

4. Metrik yang digunakan BGP untuk menentukan rute terbaik sangat kompleks dan dapat dimodifikasi dengan sangat fleksibel. Ini merupakan sumber kekuatan BGP yang sebenarnya. Metrik-metrik tersebut sering disebut dengan istilah Attribute.

5. Penggunaan sistem pengalamatan hirarki dan kemampuannya untuk melakukan manipulasi aliran traffic membuat routing protokol BGP sangat skalabel untuk perkembangan jaringan dimasa mendatang.

6. BGP memiliki routing table sendiri yang biasanya memuat informasi prefix-prefix routing yang diterimanya dari router BGP lain. Prefixprefix ini juga disertai dengan informasi atributnya yang dicantumkan secara spesifik di dalamnya.

7. BGP memungkinkan Anda memanipulasi traffic menggunakan attribute-attributenya yang cukup banyak. Attribute ini memiliki tingkat prioritas untuk dijadikan sebagai acuan.

• Cara kerjanya BGP bekerja dengan cara memetakan sebuah tabel IP network yang menunjuk ke jaringan

yg dapat dicapai antar Autonomous System (AS). Hal ini digambarkan sebagai sebuah protokol path vector. BGP tidak menggunakan metrik IGP (Interior Gateway Protocol) tradisional, tapi membuat routing decision berdasarkan path, network policies, dan atau ruleset. BGP diciptakan untuk menggantikan protokol routing EGP yang mengijinkan routing secara tersebar sehingga tidak harus mengacu pada satu jaringan backbone saja LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN

1. Buatlah Jaringan Dengan topologi seperti Gambar dibawah

Page 35: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

35 Praktikum Jaringan Komputer 2

2. Konfigurasi Router

Pada router 1 (R1) Router> Enable Ruoter#Configure terminal Ruoter(config)#interface Serial 0/0/0 Ruoter(config-if)#ip address 10.10.11.1 255.255.255 .0 Ruoter(config-if)#no shutdown Ruoter(config-if)#exit Ruoter(config)#interface loopback0 Ruoter(config-if)#ip address 12.0.1.1 255.255.255.0 Ruoter(config-if)#exit Ruoter(config)#exit Pada router 2 (R2) Router> Enable Ruoter#Configure terminal Ruoter(config)#interface Serial1/0 Ruoter(config-if)#ip address 10.10.11.2 255.255.255 .0 Ruoter(config-if)#no shutdown Ruoter(config-if)#exit Ruoter(config)#interface Serial1/1 Ruoter(config-if)#ip address 10.10.12.1 255.255.255 .0 Ruoter(config-if)#no shutdown Ruoter(config-if)#exit

Page 36: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

36 Praktikum Jaringan Komputer 2

Ruoter(config)#interface loopback0 Ruoter(config-if)#ip address 192.168.0.1 255.255.25 5.0 Ruoter(config-if)#exit Ruoter(config)#interface loopback1 Ruoter(config-if)#ip address 192.168.1.1 255.255.25 5.0 Ruoter(config-if)#exit Ruoter(config)#exit Pada Router 3 Router> Enable Ruoter#Configure terminal Ruoter(config)#interface Serial1/0 Ruoter(config-if)#ip address 10.10.12.2 255.255.255 .0 Ruoter(config-if)#no shutdown Ruoter(config-if)#exit Ruoter(config)#interface Serial1/1 Ruoter(config-if)#ip address 10.10.13.1 255.255.255 .0 Ruoter(config-if)#no shutdown Ruoter(config-if)#exit Ruoter(config)#interface loopback0 Ruoter(config-if)#ip address 172.16.1.1 255.255.255 .0 Ruoter(config-if)#exit Ruoter(config)#interface loopback1 Ruoter(config-if)#ip address 192.168.2.1 255.255.25 5.0 Ruoter(config-if)#exit Ruoter(config)#exit Pada Router 4 Ruoter#Configure terminal Ruoter(config)#interface Serial1/0 Ruoter(config-if)#ip address 10.10.13.2 255.255.255 .0 Ruoter(config-if)#no shutdown Ruoter(config-if)#exit Ruoter(config)#interface loopback0 Ruoter(config-if)#ip address 192.168.3.1 255.255.25 5.0 Ruoter(config-if)#exit Ruoter(config)#exit Konfigurasi Routing BGP pada masing-masing router

Page 37: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

37 Praktikum Jaringan Komputer 2

Pada R1: Ruoter#Configure terminal Ruoter(config)#router bgp 100 Ruoter(config-router)#no synchronization Ruoter(config-router)#bgp log-neighbor-changes Ruoter(config-router)#network 10.10.11.0 mask 255.2 55.255.0 Ruoter(config-router)#network 12.0.1.0 mask 255.255 .255.0 Ruoter(config-router)#neighbor 10.10.11.2 remote-as 200 Ruoter(config-router)#exit Ruoter(config)#exit Pada R2 : Ruoter#Configure terminal Ruoter(config)#router bgp 200 Ruoter(config-router)#no synchronization Ruoter(config-router)#bgp log-neighbor-changes Ruoter(config-router)#network 10.10.11.0 mask 255.2 55.255.0 Ruoter(config-router)#network 10.10.12.0 mask 255.2 55.255.0 Ruoter(config-router)#network 192.168.0.0 Ruoter(config-router)#network 192.168.1.0 Ruoter(config-router)#neighbor 10.10.11.1 remote-as 100 Ruoter(config-router)#neighbor 10.10.12.2 remote-as 300 Ruoter(config-router)#exit Ruoter(config)#exit Pada R3 : Ruoter#Configure terminal Ruoter(config)#router bgp 300 Ruoter(config-router)#no synchronization Ruoter(config-router)#bgp log-neighbor-changes Ruoter(config-router)#network 10.10.12.0 mask 255.2 55.255.0 Ruoter(config-router)#network 10.10.13.0 mask 255.2 55.255.0 Ruoter(config-router)#network 172.16.1.0 mask 255.2 55.255.0 Ruoter(config-router)#network 192.168.2.0 Ruoter(config-router)#neighbor 10.10.12.1 remote-as 200 Ruoter(config-router)#neighbor 10.10.13.2 remote-as 100 Ruoter(config-router)#exit Ruoter(config)#exit Routing BGP pada R4 :

Page 38: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

38 Praktikum Jaringan Komputer 2

Ruoter#Configure terminal Ruoter(config)#router bgp 100 Ruoter(config-router)#no synchronization Ruoter(config-router)#bgp log-neighbor-changes Ruoter(config-router)#network 10.10.13.0 mask 255.2 55.255.0 Ruoter(config-router)#network 192.168.3.0 Ruoter(config-router)#neighbor 10.10.13.1 remote-as 300 Ruoter(config-router)#exit Ruoter(config)#exit

3. Lakukan Test Koneksi

Router#ping 10.10.13.2 Type escape sequence to abort. Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.10.13.2, timeo ut is 2 seconds: !!!!! Success rate is 100 percent (5/5), round-trip min/a vg/max = 6/8/12 ms Router#ping 10.10.12.1 Type escape sequence to abort. Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.10.12.1, timeo ut is 2 seconds: !!!!! Success rate is 100 percent (5/5), round-trip min/a vg/max = 2/3/6 ms Router#ping 10.10.12.2 Type escape sequence to abort. Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.10.12.2, timeo ut is 2 seconds: !!!!! Success rate is 100 percent (5/5), round-trip min/a vg/max = 5/8/11 ms Router#ping 10.10.13.1 Type escape sequence to abort. Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.10.13.1, timeo ut is 2 seconds: !!!!! Success rate is 100 percent (5/5), round-trip min/a vg/max = 3/5/9 ms Router#sh ip bgp BGP table version is 15, local router ID is 12.0.1. 1 Status codes: s suppressed, d damped, h history, * valid, > best, i - internal,

Page 39: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

39 Praktikum Jaringan Komputer 2

r RIB-failure, S Stale Origin codes: i - IGP, e - EGP, ? - incomplete Network Next Hop Metric LocP rf Weight Path *> 10.10.11.0/24 0.0.0.0 0 0 32768 i * 10.10.11.2 0 0 0 200 i *> 10.10.12.0/24 10.10.11.2 0 0 0 200 i *> 10.10.13.0/24 10.10.11.2 0 0 0 200 300 i *> 12.0.1.0/24 0.0.0.0 0 0 32768 i *> 172.16.1.0/24 10.10.11.2 0 0 0 200 300 i *> 192.168.0.0/24 10.10.11.2 0 0 0 200 i *> 192.168.1.0/24 10.10.11.2 0 0 0 200 i *> 192.168.2.0/24 10.10.11.2 0 0 0 200 300 i Router#

4. Capture Hasil test koneksi tersebut dan lampirkan kedalam laporan resmi

LAPORAN RESMI Berikan Analisa dan Kesimpulan dari hasil percobaan yang sudah anda lakukan.

Modul 6 IPv6 Routing Dinamis IGRP

Page 40: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

40 Praktikum Jaringan Komputer 2

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Memahami Konsep Routing Dinamis IGRP 2. Mampu mengkonfigurasi Routing Dinamis IGRP

DASAR TEORI :

IGRP merupakan suatu penjaluran jarak antara vektor protokol, bahwa masing-masing penjaluran bertugas untuk mengirimkan semua atau sebagian dari isi table penjaluran dalam penjaluran pesan untuk memperbaharui pada waktu tertentu untuk masing-masing penjaluran.

Operasi IGRP Masing-masing penjaluran secara rutin mengirimkan masing-masing jaringan lokal kepada suatu pesan yang berisi salinan tabel penjaluran dari tabel lainnya. Pesan ini berisi tentang biaya-biaya dan jaringan yang akan dicapai untuk menjangkau masing-masing jaringan tersebut. Penerima pesan penjaluran dapat menjangkau semua jaringan didalam pesan sepanjang penjaluran yang bisa digunakan untuk mengirimkan pesan.

Gambar 6.1 Routing Dinamis IGRP

Tujuan dari IGRP yaitu:

• Penjaluran stabil dijaringan kompleks sangat besar dan tidaka ada pengulangan penjaluran.

• Overhead rendah, IGRP sendiri tidak menggunakan bandwidth yang diperlukan untuk tugasnya.

• Pemisahan lalu lintas antar beberapa rute paralel. • Kemampuan untuk menangani berbagai jenis layanan dengan informasi tunggal. • Mempertimbangkan menghitung laju kesalahan dan tingkat lalu lintas pada alur

yang berbeda.

Perubahan IGRP

Page 41: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

41 Praktikum Jaringan Komputer 2

Kemudian setelah melalui proses pembaharuan IGRP kemudian menjadi EIGRP (Enhanced IGRP), persamaannya adalah IGRP dan EIGRP sama-sama kompatibel dan antara router-router yang menjalankan EIGRP dan IGRP dengan autonomous system yang sama akan langsung otomatis terdistribusi. Selain itu EIGRP juga akan memberikan tagging external route untuk setiap route yang berasal dari:

• Routing protocol non EIGRP. • Routing protocol IGRP dengan AS number yang sama.

Cara kerja IGRP

Secara default, IGRP menggunakan bandwidth dan delay sebagai metric. Untuk konfigurasi tambahan, IGRP dapat dikonfigurasi menggunakan kombinasi semua varibel atau yang disebut dengan composite metric. Variabel-variabel itu misalnya:

1. Bandwidth 2. Delay 3. Load 4. Reliability

Gambar 6.2 Cara kerja IGRP Konfigurasi Router IGRP Untuk menerapkan IGRP ke suatu router, caranya: Router(config)#router igrp 101 dimana 101 adalah nomor autonomous system Untuk menerapkan IGRP tersebut ke suatu network address: Router(config-router)#network <net ID> LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN

1. Buatlah Jaringan Dengan topologi seperti Gambar dibawah

Page 42: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

42 Praktikum Jaringan Komputer 2

2. Konfigurasi Router

Router1(config)#ip routing Router1(config)#router igrp 101 Router1(config-router)#network 192.168.1.0Router1 (config-router)#network 192.168.4.0Router1 (config-router)#^Z Router1#copy run start

Konfigurasi IGRP pada Router2: Router2(config)#ip routing Router2(config)#router igrp 101 Router2(config-router)#network 192.168.2.0 Router2(config-router)#network 192.168.4.0 Router2(config-router)#network 192.168.5.0 Router2(config-router)#^Z Router1#copy run start

Konfigurasi IGRP pada Router2: Router2(config)#ip routing Router2(config)#router igrp 101 Router2(config-router)#network 192.168.2.0 Router2(config-router)#network 192.168.4.0 Router2(config-router)#network 192.168.5.0 Router2(config-router)#^Z Router1#copy run start

Page 43: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

43 Praktikum Jaringan Komputer 2

Konfigurasi IGRP pada Router3: Router3(config)#ip routing Router3(config)#router igrp 101 Router3(config-router)#network 192.168.3.0 Router3(config-router)#network 192.168.5.0 Router3(config-router)#^Z Router3#copy run start

Seperti juga protokol RIP, IGRP merupakan jenis protokol routing yang disebut

classful yang tak mengenal subneting. Setelah semua routing IGRP pada router difonfigurasi, maka routing sudah bisa berjalan. Satu hal yang diperhatikan pada informasi routing adalah kode “I” yang memuatkonfigurasi untuk protokol IGRP

3. Lakukan Tes Koneksi dengan cara mengirim paket ICMP (ping ) antar router. Jika berhasil reply maka konfigurasi sudah benar. Capture sebagai hasil hasil percobaan.

LAPORAN RESMI Berikan Analisa dan Kesimpulan dari hasil percobaan yang sudah anda lakukan.

Page 44: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

44 Praktikum Jaringan Komputer 2

Modul 7 Routing Dinamis EIGRP

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Memahami Konsep Routing Dinamis EIGRP 2. Mampu mengkonfigurasi Routing Dinamis EIGRP

DASAR TEORI :

EIGRP : EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing Protocol) adalah routing protocol yang hanya di adopsi oleh router cisco atau sering disebut sebagai proprietary protocol pada cisco. Dimana EIGRP ini hanya bisa digunakan sesama router cisco saja EIGRP sering disebut juga hybrid-distance-vector routing protocol, karena EIGRP ini terdapat dua tipe routing protocol yang digunakan, yaitu: distance vector dan link state.

EIGRP dan IGRP dapat di kombinasikan satu sama lain karena EIGRP adalah hanya pengembangan dari IGRP. Dalam perhitungan untuk menentukan path/jalur manakah yang tercepat/terpendek, EGIRP menggunakan algortima DUAL (Diffusing-Update Algorithm) dalam menentukannya.

EIGRP mempunyai 3 table dalam menyimpan informasi networknya: neighbor table, topology table, routing table EIGRP menggunakan protokol routing enhanced distance vector, dengan karakteristik sebagai berikut: • Menggunakan protokol routing enhanced distance vector. • Menggunakan cost load balancing yang tidak sama. • Menggunakan algoritma kombinasi antara distance vector dan link-state. • Menggunakan Diffusing Update Algorithm (DUAL) untuk menghitung jalur terpendek.

Gambar 7.1

Page 45: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

45 Praktikum Jaringan Komputer 2

Perbedaan EIGRP dengan IGRP:

1. EIGRP (1992), Di support dalam IOS 9.2.1 2. Sedangkan IGRP (1985), sejak 2005, tidak lagi di support IOS 12.2(13)T dan 12.2(R1s4)s.

Hybrid Routing Protocol

• EIGRP merupakan gabungan dari Distance Vector dan Link-State • EIGRP tidak mengirimkan Link-state packets, melainkan Update Routing Information. • EIGRP melakukan Sinkronisasi Routing Tables antara router-router tetangga setiap kali

router melakukan Start-up dan mengrimkan update yang spesifik hanya jika topologi jaringan mengalami perubahan

Kelebihan Lain dari EIGRP:

• Mendukung IPv4 dan IPv6 • Mendukung VLSM • Mendukung Network Summaries dan Discontigious Network • Neighbor Discovery yang efisien • Komunikasi melalui Reliable Transport Protocol (RTP) • Pemilihan rute terbaik melalui Diffusing Update Algorithm (DUAL)

RTP

EIGRP tidak menggunakan UDP atau TCP karena IPX dan Appletalk tidak menggunakan protokol dari TCP/IP. Selain itu, RTP, layaknya TCP mengharuskan terjadinya Acknowladge (ACK) dari penerima ke pengirim.

DUAL

• Algoritma ini merupakan algoritma untuk Routing Protocol jenis distance vector namun sedikit berbeda.

• EIGRP tidak mengirimkan update routing table secara periodik layaknya distance vector pada umumnya.

• EIGRP menggunakan Hello Packet yang ringan untuk memonitor konektivitas dengan router tetangga.

EIGRP Metrics

Metrics adalah ukuran yang dipakai oleh router untuk menentukan rute terbaik. EIGRP sendiri menggunakan kombinasi dari empat metric, yaitu: Bandwith, Delay, Load, Reliability.

Contoh Konfigurasi EIGRP Router(config)#router eigrp AS-Number Contoh: Router(config)#router eigrp 123

Page 46: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

46 Praktikum Jaringan Komputer 2

Router(config-router)#network xx.xx.xx.xx wildcard mask Contoh:

Router(config-router)#network 20.10.10.0 o.o31.255 Penjelasan:

• AS-Number = 1-65.535 • xx.xx.xx.xx adalah network yang melekat pada router • Wildcard mask adalah hasil dari 255.255.255.255 dikurangi dengan Netmask

Contoh: 255.255.0.0 = 0.0.255.255 255.255.128.0 = 0.0.127.255 255.255.192.0 = 0.0.63.255 Contoh EIGRP

Contoh 2

R1(config)#router eigrp 123 R1(config-router)#network 10.10.10.0 0.0.255. 255 R1(config-router)#network 70.10.10.0 0.0.3.25 5 R7(config)router eigrp 123 R7(config-router)#network 70.10.10.0 0.0.3.25 5 R7(config-router)#network 60.10.10.0 0.0.7.25 5 R6(config)router eigrp 123 R6(config-router)#network 60.10.10.0 0.0.7.25 5 R6(config-router)#network 50.10.10.0 0.0.15.2 55 R5(config)router eigrp 123 R5(config-router)#network 5010.10.0 0.0.15.25 5 R5(config-router)#network 40.10.10.0 0.0.31.2 55 Dan begitu seterusnya hingga mencapai router 2.

LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN

1. Buatlah Jaringan Dengan topologi seperti Gambar dibawah

Page 47: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

47 Praktikum Jaringan Komputer 2

2. Konfigurasi pada Router Konfigurasi alamat ip pada router 1

Router01>enable Router01#configure terminal Enter configuration commands, one per line. End wit h CNTL/Z. Router01(config)#interface fa0/0 Router01(config-if)#ip address 172.16.0.1 255.255.0 .0 Router01(config-if)#no shutdown Router01>enable Router01#configure terminal Enter configuration commands, one per line. End wit h CNTL/Z. Router01(config)#interface s0/0 Router01(config-if)#clock rate 64000 Router01(config-if)#ip address 172.17.0.1 255.255.0 .0 Router01(config-if)#no shutdown

Konfigurasi alamat ip pada router 2

Router02>enable Router02#configure terminal Enter configuration commands, one per line. End wit h CNTL/Z. Router02(config)#interface fa0/0 Router02(config-if)#ip address 172.18.0.1 255.255.0 .0 Router02(config-if)#no shutdown Router02>enable Router02#configure terminal Enter configuration commands, one per line. End wit h CNTL/Z. Router02(config)#interface s0/0 Router02(config-if)#ip address 172.17.0.2 255.255.0 .0 Router02(config-if)#no shutdown

Page 48: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

48 Praktikum Jaringan Komputer 2

Router02>enable Router02#configure terminal Enter configuration commands, one per line. End wit h CNTL/Z. Router02(config)#interface s0/1 Router02(config-if)#clock rate 64000 Router02(config-if)#ip address 172.19.0.1 255.255.0 .0 Router02(config-if)#no shutdown Konfigurasi alamat ip pada router 3 Router03>enable Router03#configure terminal Enter configuration commands, one per line. End wit h CNTL/Z. Router03(config)#interface fa0/0 Router03(config-if)#ip address 172.20.0.1 255.255.0 .0 Router03(config-if)#no shutdown Router03>enable Router03#configure terminal Enter configuration commands, one per line. End wit h CNTL/Z. Router03(config)#interface s0/1 Router03(config-if)#ip address 172.19.0.2 255.255.0 .0 Router03(config-if)#no shutdown

3. konfigurasi alamat ip pada setiap host.

Pada PC 1 Ip add : 172.16.0.10 Gateway : 172.16.0.1 Pada PC 2 IP add : 172.18.0.10 Gateway : 172.18.0.1 IP add : 172.20.0.10 Gateway : 172.20.0.1

4. Konfigurasi Routing Dinamis EIGRP

Konfigurasi Routing pada R 1 Router01>enable Router01#configure terminal

Page 49: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

49 Praktikum Jaringan Komputer 2

Enter configuration commands, one per line. End wit h CNTL/Z. Router01(config)#router eigrp 1 Router01(config-router)#network 172.16.0.0 Router01(config-router)#network 172.17.0.0 Router01(config-router)#exit Router01(config)#exit

Konfigurasi Routing pada R 2 Router02>enable Router02#configure terminal Enter configuration commands, one per line. End wit h CNTL/Z. Router02(config)#router eigrp 1 Router02(config-router)#network 172.17.0.0 Router02(config-router)#network 172.18.0.0 Router02(config-router)#network 172.19.0.0 Router02(config-router)#exit Router02(config)#exit Router02# Konfigurasi Routing pada R 3 Router03>enable Router03#configure terminal Enter configuration commands, one per line. End wit h CNTL/Z. Router03(config)#router eigrp 1 Router03(config-router)#network 172.19.0.0 Router03(config-router)#network 172.20.0.0 Router03(config-router)#exit Router03(config)#exit

5. Lakukan Test Koneksi

Cek konfigurasi routing dgn perintah Router # show ip route Ping-kan atau tracert antar PC yang terhubung jika konfigurasi berarti router sudah terkoneksi dengan benar maka akan me-reply. Capture hasilnya sebagai laporan Hasil Praktikum

LAPORAN RESMI Berikan Analisa dan Kesimpulan dari hasil percobaan yang sudah anda lakukan.

Page 50: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

50 Praktikum Jaringan Komputer 2

Modul 8 IPv6 Routing Dasar Konfigurasi

menggunakan Cisco TUJUAN PEMBELAJARAN :

1. Memahami konsep dasar IPv6 2. Mengenalkan pada mahasiswa tentang konfigurasi jaringan berbasis IPv6 pada Cisco

Router

DASAR TEORI IP versi 6 (IPv6) adalah protokol internet versi baru yang didesain sebagai pengganti dari

Internet protocol versi 4 (IPv4) yang didefinisikan dalam RFC 791. IPv6 yang memiliki kapasitas alamat (address) raksasa (128 bit), mendukung penyusunan alamat secara terstruktur, yang memungkinkan Internet terus berkembang dan menyediakan kemampuan routing baru yang tidak terdapat pada IPv4. IPv6 memiliki tipe alamat anycast yang dapat digunakan untuk pemilihan route secara efisien. Selain itu IPv6 juga dilengkapi oleh mekanisme penggunaan alamat secara local yang memungkinkan terwujudnya instalasi secara Plug&Play, serta menyediakan platform bagi cara baru pemakaian Internet, seperti dukungan terhadap aliran datasecara real-time, pemilihan provider, mobilitas host, endto-end security, maupun konfigurasi otomatis. Keunggulan IPv6

Otomatisasi berbagai setting / Stateless-less auto-configuration (plug&play). Alamat pada IPv4 pada dasarnya statis terhadap host. Biasanya diberikan secara berurut pada host. Memang saat ini hal di atas bisa dilakukan secara otomatis dengan menggunakan DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol), tetapi hal tersebut pada IPv4 merupakan fungsi tambahan saja, sebaliknya pada IPv6 fungsi untuk men-setting secara otomatis disediakan secara standar dan merupakan default-nya. Pada setting otomatis ini terdapat dua cara tergantung dari penggunaan address, yaitu setting otomatis stateless dan statefull.

Format Alamat IPv6 • Pada alamat IPv4 menggunakan format desimal bertitik “.”, di mana setiap byte berkisar

dari 0 hingga 255. Alamat IPv6 menggunakan delapan set dengan empat alamat heksadesimal (16 bit dalam setiap set), dipisahkan oleh sebuah titik dua (:) , Contohnya: xxxx: xxxx : xxxx: xxxx: xxxx: xxxx: xxxx:. xxxx (x akan menjadi nilai heksadesimal) Notasi ini biasa disebut notasi string.

• Nilai heksadesimal dapat dituliskan dalam huruf besar maupun kecil untuk nomor A‐F.

• Sebuah nol paling depan dalam satu set nomor dapat dihilangkan; misalnya, masukkan 0012 dapat dituliskan 12.

Page 51: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

51 Praktikum Jaringan Komputer 2

• Jika memiliki range yang berurutan dari nol dalam sebuah alamat IPv6, dapat ditulis sebagai dua titik dua (::). Sebagai contoh, 0:0:0:0:0:0:0:5 dapat direpresentasikan sebagai :: 5 ; dan ABC: 567:0:0:8888:9999:1111:0 dapat dituliskan sebagai ABC: 567:: 8888:9999:1111:0 . Namun, hanya dapat melakukan ini sekali dalam alamat: ABC:: 567:: 891:: 00 akan menjadi tidak valid karena :: muncul lebih dari sekali dalam alamat tersebut. Alasan pembatasan ini adalah jika memiliki dua atau lebih pengulangan, maka tidak akan tahu berapa banyak set nol dihilangkan sedang dari setiap bagian.

• Sebuah alamat ditentukan direpresentasikan sebagai :: , karena mengandung semua nol.

Jenis Alamat IPv6 a) Anycast

Sebuah alamat anycast mengidentifikasi satu atau lebih interface. Sehigga kata device diganti dengan istilah node untuk menunjuk sebuah antarmuka pada perangkat. Pada dasarnya, anycast adalah gabungan dari alamat unicast dan multicast. Dengan unicast, satu paket dikirim ke satu tujuan; Dengan multicast, satu paket yang dikirim ke semua anggota dari kelompok multicast; Dengan sebuah anycast, paket dikirim ke salah satu anggota dari kelompok perangkat yang dikonfigurasi dengan alamat anycast. Secara default, paket yang dikirim ke alamat anycast akan diteruskan ke antarmuka node, yang didasarkan pada proses routing yang digunakan untuk mendapatkan paket ke tujuan.

b) Multicast • Mewakili sekelompok interface pada traffic yang sama.

• 8 bit pertama diatur FF.

• Pada 4 bit berikutnya adalah masa alamat: 0 adalah permanen dan 1 adalah sementara.

• Pada 4 bit berikutnya menunjukkan ruang lingkup dari alamat multicast (seberapa jauh paket dapat terhubung): 1 adalah untuk node, 2 adalah untuk link, 5 adalah untuk situs, 8 adalah untuk organisasi , dan E adalah global (internet). Misalnya, alamat multicast yang dimulai dengan FF02:: / 16 adalah alamat link permanen , sedangkan alamat FF15:: / 16 adalah alamat sementara untuk sebuah situs.

c) Unicast

Alamat IPv6 unicast Jenis berikut alamat alamat IPv6 unicast:

• Alamat Global unicast

• Alamat Link‐local

• Alamat Site‐local

• Alamat Unique

• Alamat Special Alamat Transition

Page 52: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

52 Praktikum Jaringan Komputer 2

d) Alamat Global unicast Alamat global IPv6 setara dengan alamat IPv4 publik. Alamat global yang dapat dirutekan

dan terjangkau di Internet IPv6. Alamat unicast global dirancang untuk menjadi gabungan atau diringkas untuk infrastruktur routing yang efisien. Berbeda dengan IPv4 saat ini, Internet berbasis IPv6 telah dirancang dari dasar untuk mendukung efisien, hierarkis pengalamatan dan routing. Struktur alamat unicast global dijelaskan dalam daftar berikut:

• Porsi tetap diatur ke 001 tiga high‐order bit diatur ke 001.

• Prefix Routing global menunjukkan prefix routing global untuk tertentu situs dari organisasi.

• ID interface menunjukkan antarmuka pada subnet yang spesifik dalam situs. berukuran 64bit.

• ID antarmuka pada IPv6 adalah setara dengan ID node atau host ID di IPv4.

Lokal menggunakan Alamat Unicast Lokal‐menggunakan alamat unicast tidak memiliki ruang lingkup global dan dapat digunakan kembali. Ada dua jenis lokal menggunakan alamat unicast:

1. Alamat Link‐Local yang digunakan antara link tetangga dan untuk proses Neighbor Discovery.

2. Alamat Site‐local digunakan antara node berkomunikasi dengan node lain dalam yang sama organisasi .

Alamat Link‐Local FE8:: hingga FEB:: Alamat link‐local adalah konsep baru di IPv6.

Jenis‐jenis alamat memiliki lingkup yang lebih kecil sejauh mana mereka dapat melakukan perjalanan:. Hanya link lokal (link data link layer) Router akan memproses paket ditakdirkan untuk alamat link‐lokal, tetapi mereka tidak akan maju mereka ke link lainnya. Penggunaannya yang paling umum adalah agar perangkat mendapatkan informasi unicast site‐local atau pengalamatan global unicast, mengetahui default gateway , dan mengetahui lapisan lain 2 tetangga pada segmen. IPv6 link‐local address, yang diidentifikasi oleh 10 bit awal yang diatur ke 1111 1110 10 dan 54 bit berikutnya diatur ke 0, yang digunakan oleh node ketika berkomunikasi dengan node tetangga pada link yang sama. Sebagai contoh, pada jaringan single link‐IPv6 tanpa router , link‐local address digunakan untuk berkomunikasi antara host pada link. IPv6 link‐local address yang mirip dengan link‐local IPv4 address yang menggunakan awalan 169.254.0.0/16. Penggunaan IPv4 link‐alamat lokal dikenal sebagai Automatic Private IP Addressing (APIPA) dalam Windows Vista Windows Server 2008 , Windows Server 2003, dan Windows XP .

Page 53: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

53 Praktikum Jaringan Komputer 2

Percobaan :

A. Membangun jaringan IPv6 Untuk membangun jaringan dengan topologi dibawah maka harus didesain beberapa subnet jaringan yang saing terhubung dalam satu jaringan melalui IPv6.

1. Desain Jaringan :

Page 54: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

54 Praktikum Jaringan Komputer 2

Keterangan scenario gambar : a. Pada gambar sekenario menunjukkan 3 subnet jaringan yang berbeda yaitu : b. Masing‐masing host jaringan 1 terhubung ke switch melalui port Fast Ethernet dan

kemudian melalui gateway port Fast Ethernet 0/0 pada router R1 dengan IPv6 2001:470::1/64 untuk terhubung ke jaringan 2 dan jaringan 3.

c. Pada jaringan 3 dilakukan konfigurasi yang sama untuk dapat terhubung ke jaringan 2 dan jaringan 1, akan tetapi port gateway yang digunakan adalah Fast Ethernet 0/0 Router R2 dengan IPv6 2001:472::1/64.

d. Masing‐masing Router R1 dan R2 terhubung melalui kabel serial. e. Port serial 0/1/0 pada Router R1 ber‐IPv6 2001:471::1/64 sedangkan pada Serial 0/1/0

Router R2 2001:471::2/64. f. Local link yang digunakan pad tiap Router adalah fe80::1/64. g. Pada masing masing PC client akan dilakukan konfigurasi IPv6 secara Auto Config

sehingga tiap PC Client akan mendapat IP Local link dan Global Unicast secara otomatis. Selain itu juga akan disetting secara manual.

B. Konfigurasi pada Cisco Router

2. a. Lakukan konfigurasi pada Router 1 dengan mengetikkan perintah berikut pada CLI:

R1> enable R1# configure terminal

R1(config)#ipv6 unicast ‐routing R1(config)#interface fastethernet0/0

R1(config ‐if)#ipv6 enable

R1(config ‐if)#ipv6 address 2001:470::1/64

R1(config ‐if)#ipv6 address fe80::1 link ‐local

R1(config ‐if)#no shutdown

R1(config ‐if)#exit

b. Untuk melihat hasil konfigurasi :

R1#show ipv6 interface brief

Amati dan catat hasil perintah di atas. c. Kemudian lakukan pemberian IPv6 pada port serial 0/1/0 pada Router R1 R1(config)#interface serial0/1/0

R1(config ‐if)#ipv6 enable

R1(config ‐if)#ipv6 address 2001:471::1/64

R1(config ‐if)#no shutdown

Page 55: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

55 Praktikum Jaringan Komputer 2

R1(config ‐if)#exit

3. a. Lakukan hal yang sama pada Router 2: R2> enable R2#configure terminal

R2(config)#ipv6 unicast ‐routing

R2(config)#interface fastethernet0/0 R2(config)#ipv6 enable

R2(config ‐if)#ipv6 address 2001:472::1/64

R2(config ‐if)#ipv6 address fe80::1 link ‐local

R2(config ‐if)#no shutdown

R2(config ‐if)#exit

b. Untuk melihat hasil konfigurasi ketikan sebagai berikut:

R2# show ipv6 interface brief

Amati dan catat hasil perintah di atas. c. Kemudian lakukan pemberian IPv6 pada port serial 0/1/0 pada Router R2 R2(config)#interface serial0/1/0

R2(config ‐if)#ipv6 enable

R2(config ‐if)#ipv6 address 2001:471::2/64

R2(config ‐if)#clock rate 64000

R2(config ‐if)#no shutdown

R2(config ‐if)#exit

4. Untuk melakukan routing agar dapat terhubung dari satu jaringan ke jaringan lain maka

akan dilakukan routing dinamis menggunakan Routing RIP. Untuk melakukannya lakukan langkah sebagai berikut pad CLI: a. Pada Router 1: R1> enable R1#configure terminal R1(config)#ipv6 router rip ciscorip => ciscorip ada lah nama jaringannya

R1(config ‐rtr)#exit

R1(config)#interface fastethernet0/0

R1(config ‐if)#ipv6 rip ciscorip enable

R1(config ‐if)#exit R1(config)#interface serial0/1/0

Page 56: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

56 Praktikum Jaringan Komputer 2

R1(config ‐if)#ipv6 rip ciscorip enable

R1(config ‐if)#exit

R1(config)#end b. Pada Router 2: R2> enable R2#configure terminal R2(config)#ipv6 router rip ciscorip

R2(config ‐rtr)#exit

R2(config)#interface fastethernet0/0

R2(config ‐if)#ipv6 rip ciscorip enable

R2(config ‐if)#exit R2(config)#interface serial0/1/0

R2(config ‐if)#ipv6 rip ciscorip enable

R2(config ‐if)#exit R2(config)#end

b. Untuk menunjukkan table routing yag telah terbentuk secara otomatis, ketikkan sebagai berikut:

R2#show ipv6 route

Amati dan catat hasilnya pada masing‐masing router.

Konfigurasi pada PC Client

o Lakukan konfigurasi pada PC Client agar mendapat IPv6 secara otomatis a. Ketikkan perintah berikut pada kedua PC Client

# ifconfig

Amati dan catat hasilnya. b. Jalankan wireshark c. Lakukan tes ping dari Client pada subnet 1 ke client pada subnet 3. d. Amati dan catat hasil dari ping.

Page 57: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

57 Praktikum Jaringan Komputer 2

6. Lakukan setting secara manual pada PC Client.

b. Setting IPv6 dengan nomor 2001:470::2/64 pada jaringan 1

# ip -6 address add 2001:470::2/64 dev eth0

* Dimana dengan menambahkan ‐6 artinya menggunakan ipv6, pada perangkat jaringan eth0 (dev eth0)

c. Cek ipv6 dan catat di laporan

# ip -6 address show

d. Lakukan setting juga pada client pada jaringan 3 yaitu 2001:472::2/64

# ip -6 address add 2001:472::2/64 dev eth0

d. Lakukan ping6 dari jaringan 1 ke jaringan 3

# ping6 2001:472::2

e. Amati dan catat hasilnya dari hasil ping dan wireshark. NB: Untuk menghapus alamat IPv6 :

# ip -6 address del 2001:5c0:948c::10/64 dev eth0

LAPORAN RESMI Berikan Analisa dan Kesimpulan dari percobaan yang sudah anda lakukan

Page 58: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

58 Praktikum Jaringan Komputer 2

Modul 9 Access Control List

TUJUAN PEMBELAJARAN :

1. Mahasiswa mampu memahami aplikasi access-list. 2. Mahasiswa mampu mengkonfigurasi access-list dengan Cisco Router 3. Mahasiswa mampu menerapkan access-list pada suatu jaringan

DASAR TEORI :

Access Control Lists adalah daftar kondisi yang digunakan untuk menguji trafik jaringan yang mencoba melewati interface router. ACLs ini diimplementasikan pada router yang dijadikan gateway yang menghubungkan jaringan LAN dan WAN. Daftar ini memberitahu router paket-paket mana yang akan diterima atau ditolak. Penerimaan dan penolakan berdasarkan kondisi tertentu. Untuk mem-filter trafik jaringan, ACLs menentukan jika paket itu dilewatkan atau diblok pada interface router. Router ACLs membuat keputusan berdasarkan alamat asal, alamat tujuan, protokol, dan nomor port. Tanpa Access list, semua paket bisa terpancarkan ke semua bagian dari jaringan. ACLs harus didefinisikan berdasarkan protokol, arah atau port. Untuk mengontrol aliran trafik pada interface, ACLs harus didefinisikan setiap protokol pada interface. ACLs kontrol trafik pada satu arah dalam interface.

Dua ACL terpisah harus dibuat untuk mengontrol trafik inbound dan outbound. Setiap interface boleh memiliki banyak protokol dan arah yang sudah didefinisikan. Jika router mempunyai dua interface diberi IP, AppleTalk dan IPX, maka dibutuhkan 12 ACL. Minimal harus ada satu ACLs setiap interface. Ketika sudah di ketahui apa yang akan di filter, langkah berikutnya adalah untuk menentukan lalu lintas mana yang akan di filter. Perangkat lunak Cisco IOC mempergunakan pemfilteran logika dari sebuah ACL yang salah satunya sebagai sebuah paket yang masuk ke dalam interface atau keluar dari interface. Setelah memiliki pilihan router dimana akan di letakkan access list, dan harus memilih interface dimana akan digunakan access logika, sebagaimana menggunakan logika untuk inbound atau outboundpaket.

Menerapkan ACL menyebabkan router menganalisa setiap paket arah spesifik yang melalui interface tersebut dan mengmbil tindakan yang sesuai. Ketika paket dibandingkan dengan ACL, terdapat beberapa peraturan (rule) penting yang diikuti:

� Paket selalu dibandingkan dengan setiap baris dari ACL secara berurutan, sebagai contoh paket dibandingkan dengan baris pertama dari ACL, kemudian baris kedua, ketiga, dan seterusnya.

� Paket hanya dibandingkan baris-baris ACL sampai terjadi kecocokan. Ketika paket cocok dengan kondisi pada baris ACL, paket akan ditindaklanjuti dan tidak ada lagi kelanjutan perbandingan.

� Terdapat statement “tolak” yang tersembunyi (impilicit deny) pada setiap akhir baris ACL, ini artinya bila suatu paket tidak cocok dengan semua baris kondisi pada ACL, paket tersebut akan ditolak.

Page 59: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

Praktikum Jaringan Komputer 2

Gambar 1. Inbound dan outbound trafik

Gambar 2. Standard dan Extended Access List

POLITEKNIK BANYUWANGI

Gambar 1. Inbound dan outbound trafik

Gambar 2. Standard dan Extended Access List

59

Page 60: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

60 Praktikum Jaringan Komputer 2

Jenis ACL a. Standard ACL

Standard ACL hanya menggunakan alamat sumber IP di dalam paket IP sebagai kondisi yang ditest. Semua keputusan dibuat berdasarkan alamat IP sumber. Ini artinya, standard ACL pada dasarnya melewatkan atau menolak seluruh paket protocol. ACL ini tidak membedakan tipe dari lalu lintas IP seperti WWW, telnet, UDP, DSP. b. Extended ACL

Extended ACL bisa mengevalusai banyak field lain pada header layer 3 dan layer 4 pada paket IP. ACL ini bisa mengevaluasi alamat IP sumber dan tujuan, field protocol pada header network layer dan nomor port pada header transport layer. Ini memberikan extended ACL kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan lebih spesifik ketika mengontrol lalu lintas. Jenis Lalu Lintas ACL a. Inbound ACL

Ketika sebuah ACL diterapkan pada paket inbound di sebuah interface, paket tersebut diproses melalui ACL sebelum di-route ke outbound interface. Setiap paket yang ditolak tidak bisa di-route karena paket ini diabaikan sebelum proses routing diabaikan. b. Outbond ACL

Ketika sebuah ACL diterapkan pada paket outbound pada sebuah interface, paket tersebut diroute ke outbound interface dan diproses melalui ACL malalui antrian. Panduan Umum ACL Terdapat beberapa panduan umum ACL yang seharusnya diikuti ketika membuat dan mengimplementasikan ACL pada router :

o Hanya bisa menerapkan satu ACL untuk setiap interface, setiap protocol dan setiap arah. Artinya bahwa ketika membuat ACL IP, hanya bisa membuat sebuah inbound ACL dan satu Outbound ACL untuk setiap interface.

o Organisasikan ACL sehingga test yang lebih spesifik diletakkan pada bagian atas ACL. o Setiap kali terjadi penambahan entry baru pada ACL, entry tersebut akan diletakkan pada

bagian bawah ACL. Sangat disarankan menggunakan text editor dalam menggunakan ACL.

o Tidak bisa membuang satu baris dari ACL. Jika kita mencoba demikian, kita akan membuang seluruh ACL. Sangat baik untuk mengcopy ACL ke text editor sebelum mencoba mengubah list tersebut.

Wildcard Masking

Wildcard masking digunakan bersama ACL untuk menentukan host tunggal, sebuah jaringan atau range tertentu dari sebuah atau banyak network. Untuk mengerti tentang wildcard, kita perlu mengerti tentang blok size yang digunkan untuk menentukan range alamat. Beberapa blok size yang berbeda adalah 4, 8, 16, 32, 64. Ketika kita perlu menentukan range alamat, kita memilih blok size selanjutnya yang terbesar sesuai kebutuhan. Sebagai contoh, jika kita perlu menentukan 34 network, kita memerlukan blok size 64. jika kita ingin menentukan 18 host, kita memerlukan blok size 32.

Page 61: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

61 Praktikum Jaringan Komputer 2

jika kita perlu menunjuk 2 network, maka blok size 4 bisa digunakan. Wildcard digunakan dengan alamat host atau network untuk memberitahukan kepada router untuk difilter. Untuk menentukan sebuah host, alamat akan tampak seperti berikut 172.16.30.5 0.0.0.0 keempat 0 mewakili setiap oktet pada alamat. Dimanapun terdapat 0, artinya oktet pada alamat tersebut harus persis sama. Untuk menentukan bahwa sebuah oktet bisa bernilai apa saja, angka yang digunakan adalah 255. sebagai contoh, berikut ini adalah subnet /24 dispesifikasikan dengan wildcard: 172.16.30.0 0.0.255 ini memberitahukan pada router untuk menentukan 3 oktet secara tepat, tapi oktet ke-4 bisa bernilai apa saja.

PERALATAN : 1. PC Client dengan sistem operasi Linux 2. Switch 3. Cisco Router

PERCOBAAN : Bangunlah jaringan sebagai berikut :

NB: Gunakan dhclient di masing-masing PC untuk mendapatkan IP dari router. 192.168.50.x & y : IP dari router.

A. Percobaan ACL dengan Standard Access-lisst

Sebelum setting pada jaringan sesungguhnya, buatlah dahulu simulasinya di packet tracer.

Page 62: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

62 Praktikum Jaringan Komputer 2

1. Rubah IP di PC dan tambahkan gateway di masing-masingnya.

PC Client : # ifconfig eth0 192.168.1.2 netmask 255.255.255.0 # route add -net default gw 192.168.1.1

PC Server :

# ifconfig eth0 192.168.2.2 netmask 255.255.255.0 # route add -net default gw 192.168.2.1

Lakukan tes koneksi (ping dan traceroute) antara PC Client dan PC Server, catat hasilnya. NB : Setting diatas pada kelompok 1; untuk kelompok 2, gunakan netID 192.168.11.0/24 dan 192.168.12.0/24, begitu seterusnya. 2. Setting IP di masing-masing interface Cisco Router a. Masuk ke configure mode untuk mulai konfigurasi b. Konfigurasi port fastethernet dan berikan ip address pada port tersebut Konfigurasi pada interface fastethernet 0/0 Router(config)# interface fastethernet 0/0 Router(config-if) # ip address 192.168.1.1 255.255. 255.0 Router(config-if) # no shutdown => untuk mengaktifkan interface Router(config-if) # CTRL+Z => utk kembali ke privileged mode Router #

Konfigurasi pada interface fastethernet 0/1 Router(config)# interface fastethernet 0/1 Router(config-if) # ip address 192.168.2.1 255.255. 255.0 Router(config-if) # no shutdown => untuk mengaktifkan interface Router(config-if) # CTRL+Z => utk kembali ke privileged mode Router #

Page 63: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

63 Praktikum Jaringan Komputer 2

c. Jalankan perintah berikut dan catat hasilnya. Router# show ip interface brief Router# show ip route 3. Pada PC Tes koneksi dari PC Client ke PC Server. Gunakan ping dan traceroute, catat hasilnya. Bandingkan hasilnya dengan langkah 1. 4. Setting ACL pada Cisco Router a. Lakukan blocking koneksi dari jaringan 192.168.1.0/24 ke jaringan 192.168.2.0/24. Router#conf t Router(config)#access-list 10 deny 192.168.1.0 0.0. 0.255 Router(config)#access-list 10 permit any b. Terapkan acl pada interface yang dekat dengan destination packet Router(config)#interface fastEthernet 0/1 Router(config-if)#ip access-group 10 out Router(config-if)#^Z Router# c. Lihat konfigurasi, dan catat hasilnya. Router#show access-lists Router#show run 5. Pada PC Tes koneksi dari PC Client ke PC Server. Gunakan ping dan traceroute, catat hasilnya. Bandingkan hasilnya dengan langkah 3.

B. Percobaan ACL dengan Extended Access-lisst 1. Setting di Cisco Router, hapus acl sebelumnya Router#conf t Router(config)#no access-list 10 Router(config)# interface fastEthernet 0/1 Router(config-if)# no ip access-group 10 in

3. Pada PC

a. Lakukan instalasi aplikasi server pada PC Server (web server, ftp server, telnet dan ssh) # apt-get install apache2 proftpd telnetd openssh-s erver

b. Cek, apakah port pada aplikasi tersebut sudah terbuka, catat hasilnya. # nmap localhost Starting Nmap 4.11 ( http://www.insecure.org/nmap/ ) at 2011-10-08

Page 64: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

64 Praktikum Jaringan Komputer 2

19:18 WIT Interesting ports on localhost (127.0.0.1): Not shown: 1670 closed ports PORT STATE SERVICE 21/tcp open ftp 22/tcp open ssh 23/tcp open telnet

25/tcp open smtp 53/tcp open domain 80/tcp open http

c. Lakukan akses dari PC Client, dan pastikan semua aplikasi di atas dapat diakses dari client. Catat semua hasilnya. # telnet <ip_server> # ssh <ip_server> # ftp <ip_server> # ping <ip_server>

3. Setting di Cisco Router a. Buat suatu rule di router sebagai berikut : Tolak akses telnet, ftp dan ping dari PC Client. Ijinkan akses web dan ssh dari PC Client. Router#conf t Router(config)#access ‐list 110 deny tcp host 192.168.1.2 host 192.168.2.2 eq 23 Router(config)#access ‐list 110 deny tcp host 192.168.1.2 host 192.168.2.2 eq 21 Router(config)#access ‐list 110 deny icmp host 192.168.1.2 host 192.168.2.2 Router(config)#access ‐list 110 permit ip any any

b. Terapkan acl tersebut pada interface yang dekat dengan source yang paketnya ditolak Router(config)#interface fastEthernet 0/0 Router(config ‐if)#ip access ‐group 110 in Router(config ‐if)#^Z Router#

c. Lihat konfigurasi, dan catat hasilnya. Router#show access-lists Router#show run Router#show ip interface

4. Pada PC Tes koneksi dari PC Client ke PC Server. Ulangi langkah 2.c dan bandingkan hasilnya. LAPORAN RESMI : Berikan Analisa dan Kesimpulan dari percobaan yang sudah anda lakukan serta lampirkan laporan hasil praktikum

Page 65: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

65 Praktikum Jaringan Komputer 2

Modul 10

Konfigurasi WAN – Frame Relay

TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami Konsep teknologi Frame Relay 2. Mampu mengkonfigurasi Frame Relay 3. Mahasiswa mampu mengimplementasikan frame relay

DASAR TEORI :

Frame Relay merupakan protokol WAN yang memiliki performa tinggi. Beroperasi pada

physical layer dan data link layer OSI referensi model, Frame Relaymerupakan komunikasi data

packet-switched yang dapat menghubungkan beberapa perangkat jaringan dengan multipoint

WAN.

Frame relay adalah cara mengirimkan informasi melalui wide area network (WAN) yang

membagi informasi menjadi frame atau paket. Masing-masing frame mempunyai alamat yang

digunakan oleh jaringan untuk menentukan tujuan. Frame-frame akan melewati switch dalam

jaringan frame relay dan dikirimkan melalui "virtual circuit” sampai tujuan.

Sebuah jaringan frame relay terdiri dari "endpoint” (PC, server, komputer host), perangkat

akses frame relay (bridge, router, host, frame relay access device/FRAD) dan perangkat jaringan

(packet switch, router, multiplexer T1/E1). Perangkat-perangkat tersebut dibagi menjadi dua

kategori yang berbeda:

Gambar 10.1 Frame Relay

Page 66: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

66 Praktikum Jaringan Komputer 2

Implementasi Frame Relay Frame Relay dapat digunakan untuk jaringan publik dan jaringan "private” perusahaan atau organisasi. a. Jaringan Publik

Pada jaringan publik Frame Relay, "Frame Relay switching equipment” (DCE) berlokasi di kantor pusat (central) perusahaan penyedia jaringan telekomunikasi. Pelanggan hanya membayar biaya berdasarkan pemakain jaringan, dan tidak dibebani administrasi dan pemeliharan perangkat jaringan Frame Relay. b. Jaringan "Private”

Pada jaringan "private” Frame Relay, administrasi dan pemeliharaan jaringan adalah tanggungjawab perusahaan (private company). Trafik Frame Relay diteruskan melalui "interface” Frame Relay pada jaringan data. Trafik "Non-Frame Relay” diteruskan ke jasa atau aplikasi yang sesuai (seperti "private branch exchange” [PBX] untuk jasa telepon atau untuk aplikasi "video-teleconferencing”). LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN 1. Buatlah topologi seperti pada gambar

Page 67: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

67 Praktikum Jaringan Komputer 2

2. Konfigurasi Frame relay Cloud Step 1

Step 2

Page 68: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

68 Praktikum Jaringan Komputer 2

Step 3

Step 4

Step 5

Page 69: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

69 Praktikum Jaringan Komputer 2

3. Konfigurasi Router

Pada Router 1

Router>enable Router#configure terminal Enter configuration commands, one per line. End wi th CNTL/Z. Router(config)#interface serial 1/0 Router(config-if)#ip address 10.10.10.1 255.255.255 .0 Router(config-if)#encapsulation frame-relay Router(config-if)#frame-relay lmi-type ansi Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 102 Router(config-if)#frame-relay map ip 10.10.10.2 102 Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 103 Router(config-if)#frame-relay map ip 10.10.10.3 103 Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 104 Router(config-if)#frame-relay map ip 10.10.10.4 104 Router(config-if)#no shutdown Pada router 2

Router>enable Router#configure terminal Enter configuration commands, one per line. End wi th CNTL/Z. Router(config)#interface serial 1/0 Router(config-if)#ip address 10.10.10.2 255.255.255 .0 Router(config-if)#encapsulation frame-relay Router(config-if)#frame-relay lmi-type ansi Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 201 Router(config-if)#frame-relay map ip 10.10.10.1 201 Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 203 Router(config-if)#frame-relay map ip 10.10.10.3 203 Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 204 Router(config-if)#frame-relay map ip 10.10.10.4 204 Router(config-if)#no shutdown Pada router 3

Page 70: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

70 Praktikum Jaringan Komputer 2

Router>enable Router#configure terminal Enter configuration commands, one per line. End wi th CNTL/Z. Router(config)#interface serial 1/0 Router(config-if)#ip address 10.10.10.3 255.255.255 .0 Router(config-if)#encapsulation frame-relay Router(config-if)#frame-relay lmi-type ansi Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 301 Router(config-if)#frame-relay map ip 10.10.10.1 301 Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 302 Router(config-if)#frame-relay map ip 10.10.10.2 302 Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 304 Router(config-if)#frame-relay map ip 10.10.10.4 304 Router(config-if)#no shutdown Pada router 4 Router>enable Router#configure terminal Enter configuration commands, one per line. End wi th CNTL/Z. Router(config)#interface serial 1/0 Router(config-if)#ip address 10.10.10.4 255.255.255 .0 Router(config-if)#encapsulation frame-relay Router(config-if)#frame-relay lmi-type ansi Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 401 Router(config-if)#frame-relay map ip 10.10.10.1 401 Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 402 Router(config-if)#frame-relay map ip 10.10.10.2 402 Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 403 Router(config-if)#frame-relay map ip 10.10.10.3 403 Router(config-if)#no shutdown

4. Amati Konfigurasi pada setiap router dengan perintah dibawah ini :

Router#show running-config �Capture hasilnya

Router#show frame-relay map � Capture Hasilnya

5. Lakukan Test Koneksi dengan mengirim paket PING / traceroute ke masing-masing router

Page 71: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

71 Praktikum Jaringan Komputer 2

Router1#ping 10.10.10.4 Type escape sequence to abort. Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.10.10.4, timeo ut is 2 seconds: !!!!! Success rate is 100 percent (5/5), round-trip min/a vg/max = 16/46/136 ms Router#traceroute 10.10.10.1 Type escape sequence to abort. Tracing the route to 10.10.10.1 1 10.10.10.1 9 msec 10 msec 5 msec Router#

LAPORAN RESMI Berikan Analisa dan Kesimpulan dari percobaan yang sudah anda lakukan serta lampirkan laporan hasil praktikum

Page 72: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

72 Praktikum Jaringan Komputer 2

Modul 11

Konfigurasi WAN – MPLS

TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami konsep MPLS 2. Mampu mengkonfigurasi MPLS 3. Mampu mengimplementasikan MPLS

DASAR TEORI :

Teknologi ATM dan Frame Relay bersifat connection-oriented, artinya setiap virtual

circuit harus di setup dengan protocol persinyalan sebelum transmisi. IP bersifat connection-less,

berarti protokol routing menentukan arah pengiriman paket dengan bertukar info routing. MPLS

mewakili konvergensi kedua pendekatan ini.

MPLS (Multi Protocol Label Switching) merupakan arsitektur network yang didefinisikan

oleh IETF untuk memadukan mekanisme, label swapping di layer dua dengan routing di layer tiga

untuk mempercepat pengiriman pake. Arsitektur MPLS dipaparkan dalam RFC-3031.

Network MPLS terdiri atas jalur yang disebut Label Switched Path (LSP) yang

menghubungkan titik-titik yang disebut Label Switched Router (LSR). LSR pertama dan terakhir

disebut Label Edge Router atau ingress dan egress router. Setiap LSP dikaitkan dengan sebuah

Forwarding Equivalence Class (FEC) yang merupakan kumpulan paket yang menerima perlakuan

forwarding yang sama disebuah LSR. FEC diidentifikasikan dengan pemasangan label.

Gambar 11.1 MPLS

Gambar 11.1 MPLS

Page 73: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

73 Praktikum Jaringan Komputer 2

Untuk membentuk LSP, diperlukan suatu protocol persinyalan. Protokol ini menentukan

forwarding berdasarkan label pada paket. Label yang pendek dan berukuran tetap mempercepat

proses forwarding dan mempertinggi fleksibelitas pemilihan path. Hasilnya adalah network

datagram yang bersifat lebih connection oriented.

Komponen MPLS : � Label Switched Path (LSP): Merupakan jalur yang melalui satu atau serangkaian LSR

dimana paket diteruskan oleh label swapping dari satu MPLS node ke MPLS node yang lain.

� Label Switching Router: MPLS node yang mampu meneruskan paket-paket layer-3. � MPLS Edge Node atau Label Edge Router (LER): MPLSnode yang menghubungkan

sebuah MPLS domain dengan node yang berada diluar MPLS domain. � MPLS Engress Node: MPLS node yang mengatur trafik saat meninggalkan MPLS domain. � MPLS Ingress Node: MPLS node yang mengatur trafik saat akan memasuki MPLS domain � MPLS Label: merupakan label yang ditempatkan sebagai MPLS header. � MPLS Node: node yang menjalankan MPLS. MPLS node ini sebagai control protokol yang

akan meneruskan paket berdasarkan label. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN:

1. Buatlah Jeringan dengan topologi seperti gambar dibawah

Page 74: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

74 Praktikum Jaringan Komputer 2

Konfigurasi di atas adalah untuk kebutuhan minimum MPLS yang terdiri dari 3 router

yaitu 2 LER dan 1 LSR. Konfigurasi ini biasanya dilakukan di tingkat ISP.

2. Tahapan dalam membangun MPLS di Cisco Router adalah sbb :

1. Setting IP Address di setiap interface 2. Setting IP untuk interface loopback 3. Setting protokol routing OSPF

4. Setting MPLS

3. Konfigurasi pada R1 (LER) , R2 (LSP), R3 (LER)

Konfigurasi pada router 1 Router> enable Router# configure terminal Router(config)#interface fastethernet0/0 Router(config ‐if)#ip address 192.168.1.1 255.255.255.0 Router(config ‐if)#no shutdown Router(config ‐if)#exit Router(config)#interface serial0/1/0 Router(config ‐if)#ip address 192.168.2.1 255.255.255.0 Router(config ‐if)#no shutdown R1#show ip interface brief Konfigurasi R 2 Router> enable Router# configure terminal Router(config)#interface serial0/1/0 Router(config ‐if)#ip address 192.168.2.2 255.255.255.0 Router(config ‐if)#clock rate 64000 => asumsi bahwa posisi DCE di R2 Router(config ‐if)#no shutdown Router(config ‐if)#exit Router B (config)#interface serial0/1/1 Router B (config ‐if)#ip address 192.168.3.1 255.255.255.0 Router B (config ‐if)#clock rate 64000 => asumsi bahwa posisi DCE di R2 Router B (config ‐if)#no shutdown R2#show ip interface brief

Page 75: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

75 Praktikum Jaringan Komputer 2

Konfigurasi R3 Router> enable Router# configure terminal Router(config)#interface fastethernet0/0 Router(config ‐if)#ip address 192.168.4.1 255.255.255.0 Router(config ‐if)#no shutdown Router(config ‐if)#exit Router(config)#interface serial0/1/0 Router(config ‐if)#ip address 192.168.3.2 255.255.255.0 Router(config ‐if)#no shutdown

4. Setting IP address untuk interface loopback

a. Konfigurasi pada R1 (LER) Router# configure terminal Router(config)#interface lo0

Router(config ‐if)#ip address 1.1.1.1 255.255.255.255 Router(config ‐if)#no shutdown Router(config ‐if)#exit b. Konfigurasi pada R2 (LSR) Router# configure terminal Router(config)#interface lo0 Router(config ‐if)#ip address 2.2.2.2 255.255.255.255 Router(config ‐if)#no shutdown Router(config ‐if)#exit c. Konfigurasi pada R3 (LER) Router# configure terminal Router(config)#interface lo0 Router(config ‐if)#ip address 3.3.3.3 255.255.255.255 Router(config ‐if)#no shutdown Router(config ‐if)#exit

5. Setting protocol routing OSPF

a. Pada R1 (LER) : Router(config)#router ospf 10 Router(config ‐router)#network 192.168.1.0 0.0.0.255 area 0

Page 76: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

76 Praktikum Jaringan Komputer 2

Router(config ‐router)#network 192.168.2.0 0.0.0.255 area 0 Router(config ‐router)#network 1.1.1.1 0.0.0.0 area 0 Router(config ‐router)#end b. Pada R2 (LSR) : Router(config)#router ospf 10 Router(config ‐router)#network 192.168.2.0 0.0.0.255 area 0 Router(config ‐router)#network 192.168.3.0 0.0.0.255 area 0 Router(config ‐router)#network 2.2.2.2 0.0.0.0 area 0 Router(config ‐router)#end c. Pada R3 (LER) : Router(config)#router ospf 10 Router(config ‐router)#network 192.168.3.0 0.0.0.255 area 0 Router(config ‐router)#network 192.168.4.0 0.0.0.255 area 0 Router(config ‐router)#network 3.3.3.3 0.0.0.0 area 0 => untuk loopback Router(config ‐router)#end Untuk menunjukkan table routing yang telah terbentu k secara otomatis, ketikkan sebagai berikut: R2#show ip route

6. Setting MPLS akan dilakukan pada masing‐masing interface serial yang digunakan

untuk interkoneksi antar router. Setting ini dilakukan pada semua router baik di LER maupun di LSR.

a. Pada R1 (LER) Untuk mengaktifkan ip cisco express forwarding seba gai fasilitas untuk mempercepat switching Router(config)#ip cef Aktifkan protocol mpls pada sebuah IP Router(config)#mpls ip Aktifkan protocol mpls ldp (label distribution prot ocol) Router(config)#mpls label protocol ldp Terapkan mpls pada interface serial yang digunakan untuk interkoneksi antar router Router(config)#interface serial0/1/0 Router(config ‐if)#mpls label protocol ldp Router(config ‐if)#mpls ip Router(config ‐if)#exit

Page 77: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

77 Praktikum Jaringan Komputer 2

b. Pada R2 (LSR), terdapat 2 interface serial: Router(config)#ip cef Router(config)#mpls ip Router(config)#mpls label protocol ldp Router(config)#interface serial0/1/0 Router(config ‐if)#mpls label protocol ldp Router(config ‐if)#mpls ip Router(config ‐if)#exit Router(config)#interface serial0/1/1 Router(config ‐if)#mpls label protocol ldp Router(config ‐if)#mpls ip Router(config ‐if)#exit c. Pada R3 (LER) : Router(config)#ip cef Router(config)#mpls ip Router(config)#mpls label protocol ldp Router(config)#interface serial0/1/0 Router(config ‐if)#mpls label protocol ldp Router(config ‐if)#mpls ip Router(config ‐if)#exit

a. Tes Konfigurasi

a. Untuk mengetahui table routing # show ip route b. Untuk mengetahui ip interface # show ip interface brief c. Untuk mengetahui setting MPLS (capture masing-masing perintah dibawah ini) # show mpls ldp neighbor # show mpls ldp binding # show mpls forwarding ‐table # show ip cef # show mpls ip binding # show mpls interfaces

Page 78: Modul Jarkom 2

POLITEKNIK BANYUWANGI

78 Praktikum Jaringan Komputer 2

b. Konfigurasi pada PC client

Lakukan setting secara manual pada PC Client a. Setting IP pada jaringan di Network 1 # ifconfig eth0 192.168.1.2 netmask 255.255.255.0 Tambahkan default gatewaynya : # route add –net default gw 192.168.1.1 b. Lakukan setting juga pada client pada jaringan d i Network 3 # ifconfig eth0 192.168.4.2 netmask 255.255.255.0 Tambahkan default gatewaynya : # route add –net default gw 192.168.4.1 d. Lakukan ping dan traceroute dari jaringan di Net work 1 ke jaringan di Network 3, catat hasilnya # ping 192.168.4.2 # traceroute 192.168.4.2 => amati apakah ada pembentukan paket MPLS

LAPORAN RESMI Berikan Analisa dan Kesimpulan dari percobaan yang sudah anda lakukan serta lampirkan laporan hasil praktikum