Upload
dhiangga-jauhary
View
40
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Joint Venture adalah suatu unit terpisah yang melibatkan dua atau lebih peserta aktif sebagai Mitra. Kadang-kadang juga disebut sebagai Aliansi Strategis, yang meliputi berbagai mitra, termasuk organisasi nirlaba, sektor bisnis dan umum
Citation preview
MODUL KE-10Mata Kuliah : Manajemen StrategikFak. Ekonomi UMB Jur. Manajemen (S-1) – PKK Menteng JakartaDosen : Agus Arijanto,SE,MM
Strategi alternative dan Cara Mencapai Strategi
Strategi Join Venture
Joint Venture adalah suatu unit terpisah yang melibatkan dua atau lebih peserta aktif
sebagai mitra. Kadang-kadang juga disebut sebagai aliansi strategis, yang meliputi
berbagai mitra, termasuk organisasi nirlaba, sektor bisnis dan umum.
Menurut Peter Mahmud joint venture merupakan suatu kontrak antara dua perusahaan
untuk membentuk satu perusahaan baru, perusahaan baru inilah yang disebut dengan
perusahaan joint venture. Sedangkan pengertian menurut Erman Rajagukguk ialah
suatu kerja sama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional
berdasarkan perjanjian, jadi pengertian tersebut lebih condong pada joint venture yang
bersifat internasional.
Sehingga dari kedua pengertian tersebut mempunyai satu kesepakatan bahwasanya
joint venture ialah suatu perjanjian, maka harus memenuhi syarat sahnya suatu
perjanjian menurut ketentuan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Namun dalam
pengaturan joint venture tersebut berada di luar KUH Perdata, karena joint venture
termasuk ke dalam perjanjian yang tidak bernama serta tidak diatur dalam KUH Perdata.
Berdasarkan pengertian dari kedua tokoh di atas maka dapat kita ketahui unsur-unsur
yang terdapat dalam joint venture ialah :
a. kerja sama antara pemilik modal asing dan nasionalb. membentuk perusahaan baru antara pengusaha asing dan nasionalc. didasarkan pada kontraktual atau perjanjian
Akan tetapi tidak semua usaha wajib didirikan joint venture antara pemilik modal
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 1
asing dengan pemilik modal nasional. Jenis perjanjian joint venture antara lain :
a. Joint venture domestic : Joint venture domestik didirikan antara perusahaan yang
terdapat di dalam negeri.
b. Joint venture Internasional : Joint venture internasional ini didirikan di Indonesia oleh
dua perusahaan dimana salah satunya perusahaan asing.
Ada 2 (dua) sifat khas penanaman modal asing, menurut Robert Gilpin, yaitu:
a. Perusahaan multi/trans nasional (PMN/PTN) melakukan penanaman modal langsung
di negara-negara asing (foreign direct investment, “FDI”), melalui pendirian anak atau
cabang perusahaan atau pengambilalihan sebuah perusahaan asing, dengan sasaran
melakukan pengawasan manajemen terhadap suatu unit produksi di suatu negara
asing, yang berbeda dengan penanaman modal fortofolio pembelian saham dalam suatu
perusahaan.
b. Suatu PMN ditandai dengan adanya perusahaan induk dan sekelompok anak
perusahaan atau cabang perusahaan di berbagai negara dengan satu penampung
bersama sumber-sumber manajemen, keuangan dan teknik dengan integrasi vertikal
dan sentralisai pengambilan keputusan. Ditinjau dari negara yang terkait dalam PMN,
maka ada 2 (dua) negara yang terkait yaitu negara asal investasi (home state) dengan
negara tuan rumah (host state) atau negara yang merupakan pusat PMN (home
country) dengan negara lain yang merupakan tempat perusahaan tersebut melakukan
operasi atau kegiatanya (host country).
Menurut pengertian dari Erman Rajagukguk di atas joint venture harus ada unsur
asingnya, maka sangatlah penting kita tinjau juga pengertian penanaman modal asing.
Pengertian penanaman modal asing menurut Pasal 1 UU Nomor 1 Tahun 1967
“Pengertian penanaman modal asing di dalam Undang-undang ini hanyalah meliputi
modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-
ketentuan Undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 2
Indonesia, dalam arti pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanam
modal tersebut.”Dalam rangka menarik penanaman modal asing ke Indonesia pada
umumnya menyangkut tiga hal yaitu adanya peluang di bidang ekonomi, kepastian
hukum, dan stabilitas politik. Pada dasarnya perusahaan joint venture didirikan atas
adanya perjanjian antara investor asing dan nasional. Perjanjian kerja sarna ini memuat
hak dan kewajiban para pihak. Kedudukan para pihak dalam kepengurusan ditentukan
berdasarkan prosentase pemilikan saham perusahaan. Presentase saham antara
investor asing dan nasional biasanya tidaklah sama. Pada umumnya investor nasional
adalah pemegang saham minoritas, sedangkan investor asing adalah mayoritas. Hal ini
menyebabkan kelompok pemegang saham mayoritas cenderung menguasai
pengelolaan perusahaan joint venture.
Adapun syarat-syarat untuk menarik modal asing adalah:
a. Syarat keuntungan ekonomi (economic opportunity)
Yaitu adanya kesempatan ekonomi bagi investor, seperti dekat dengan sumber daya
alam, tersedianya bahan baku, tersedianya lokasi untuk mendirikan pabrik, tersedianya
tenaga kerja dan pasar yang prospektif.
b. Syarat Kepastian Hukum (legal certainity)
Pemerintah harus mampu menegakkan hukum dan memberikan jaminan keamanan.
Penerapan peraturan dan kebijakan, terutama konsistensi penegakan hukum dan
keamanan serta memperbaiki sistem peradilan dan hukum merupakan suatu syarat
yang sangat penting dalam rangka menarik investor.
c. Syarat stabilitas politik (political stability)
Penanaman modal asing pada suatu negara sangat dipengaruhi oleh faktor stabilitas
politik (political stability). Konflik yang terjadi di antara elit politik atau dalam masyaratkat
akan berpengaruh terhadap iklim penanaman modal. Selain itu, belum mantapnya
kondisi sosial politik mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap arus
penanaman modal.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 3
Penanaman modal memberikan keuntungan kepada semua pihak, tidak hanya bagi
investor saja, tetapi juga bagi perekonomian negara tempat modal itu ditanamkan serta
bagi negara asal para investor. Pemerintah menetapkan bidang-bidang usaha yang
memerlukan penanaman modal dengan berbagai peraturan. Selain itu, pemerintah juga
menentukan besarnya modal dan perbandingan antara modal nasional dan modal asing.
Hal ini dilakukan agar penanaman modal tersebut dapat diarahkan pada suatu tujuan
yang hendak dicapai. Bukan haya itu seringkali suatu negara tidak dapat menentukan
politik ekonominya secara bebas, karena adanya pengaruh serta campur tangan dari
pemerintah asing.
Hal ini mengingat karena terbatasnya modal, skill dan teknologi yang dimiliki negara kita,
serta banyaknya negara yang memerlukan kehadiran investor asing untuk menanamkan
modal di negaranya. Pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan penerimaan pajak,
hasil ekspor migas dan non migas, tabungan dalam negeri dan bantuan luar negeri.
Apabila hanya mengandalkan sumber-sumber tersebut maka angka pertumbuhan
ekonomi Indonesia tidak akan meningkat, untuk itulah diperlukan adanya penanaman
modal asing. Indonesia memerlukan modal asing karena:
a. Untuk menyediakan lapangan kerja;
b. Melaksanakan substitusi import untuk meningkatkan devisa;
c. Mendorong ekspor untuk mendapatkan devisa;
d. Membangun daerah-daerah tertinggal dan sarana prasarana;
e. Untuk industrialisasi atau alih teknologi.
Penanaman modal asing diharapkan sebagai salah satu sumber pembiayaan dalam
pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, telekomunikasi, perhubungan udara, air
minum, listrik, air bersih, jalan, rel kereta api. Penanaman modal asing diperlukan untuk
mengembangkan teknologi dan peningkatan ilmu pengetahuan, oleh karena itu
diperlukan dana yang cukup besar.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 4
Pengertian Merger dan Akuisisi,
Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang
me-merger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di-merger
dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan
perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima
sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang baru (Brealey, Myers, & Marcus,
1999, p.598). Definisi merger yang lain yaitu sebagai penyerapan dari suatu perusahaan
oleh perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan melanjutkan
nama dan identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset maupun
kewajiban perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan yang dibeli akan
kehilangan/berhenti beroperasi
Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli
saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada. (Brealey,
Myers, & Marcus, 1999, p.598).
Jenis-jenis Merger dan Akusisi
Menurut Damodaran 2001, suatu perusahaan dapat diakuisisi perusahaan lain dengan
beberapa cara, yaitu :
a. Merger
Pada merger, para direktur kedua pihak setuju untuk bergabung dengan persetujuan
para pemegang saham. Pada umumnya, penggabungan ini disetujui oleh paling sedikit
50% shareholder dari target firm dan bidding firm. Pada akhirnya target firm akan
menghilang (dengan atau tanpa proses likuidasi) dan menjadi bagian dari bidding firm.
b. Konsolidasi
Setelah proses merger selesai, sebuah perusahaan baru tercipta dan pemegang saham
kedua belah pihak menerima saham baru di perusahaan ini.
c. Tender offer
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 5
Terjadi ketika sebuah perusahaan membeli saham yang beredar perusahaan lain tanpa
persetujuan manajemen target firm, dan disebut tender offer karena merupakan hostile
takeover. Target firm akan tetap bertahan selama tetap ada penolakan terhadap
penawaran. Banyak tender offer yang kemudian berubah menjadi merger karena
bidding firm berhasil mengambil alih kontrol target firm.
d. Acquisistion of assets
Sebuah perusahaan membeli aset perusahaan lain melalui persetujuan pemegang
saham target firm. (p.835). Pembagian akuisisi tersebut berbeda menurut Ross,
Westerfield, dan Jaffe 2002. Menurut mereka hanya ada tiga cara untuk melakukan
akuisisi, yaitu :
a. Merger atau konsolidasi
Merger adalah bergabungnya perusahaan dengan perusahaan lain. Bidding firm tetap
berdiri dengan identitas dan namanya, dan memperoleh semua aset dan kewajiban milik
target firm. Setelah merger target firm berhenti untuk menjadi bagian dari bidding firm.
Konsolidasi sama dengan merger kecuali terbentuknya perusahaan baru. Kedua
perusahaan sama-sama menghilangkan keberadaan perusahaan secara hukum dan
menjadi bagian dari perusahaan baru itu, dan antara perusahaan yang di-merger atau
yang me-merger tidak dibedakan.
b. Acquisition of stock
Akuisisi dapat juga dilakukan dengan cara membeli voting stock perusahaan, dapat
dengan cara membeli sacara tunai, saham, atau surat berharga lain. Acquisition of stock
dapat dilakukan dengan mengajukan penawaran dari suatu perusahaan terhadap
perusahaan lain, dan pada beberapa kasus, penawaran diberikan langsung kepada
pemilik perusahaan yang menjual. Hal ini dapat disesuaikan dengan melakukan tender
offer. Tender offer adalah penawaran kepada publik untuk membeli saham target firm,
diajukan dari sebuah perusahaan langsung kepada pemilik perusahaan lain.
c. Acquisition of assets
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 6
Perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan membeli semua asetnya. Pada
jenis ini, dibutuhkan suara pemegang saham target firm sehingga tidak terdapat
halangan dari pemegang saham minoritas, seperti yang terdapat pada acquisition of
stock .
Sedangkan berdasarkan jenis perusahaan yang bergabung, merger atau akuisisi dapat
dibedakan :
a. Horizontal merger terjadi ketika dua atau lebih perusahaan yang bergerak di bidang
industri yang sama bergabung.
b. Vertical merger terjadi ketika suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan supplier
atau customernya.
c. Congeneric merger terjadi ketika perusahaan dalam industri yang sama tetapi tidak
dalam garis bisnis yang sama dengan supplier atau customernya. Keuntungannya
adalah perusahaan dapat menggunakan penjualan dan distribusi yang sama.
d. Conglomerate merger terjadi ketika perusahaan yang tidak berhubungan bisnis
melakukan merger. Keuntungannya adalah dapat mengurangi resiko. (Gitman, 2003,
p.717).
Alasan-alasan Melakukan Merger dan Akuisisi
Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik melalui merger
maupun akuisisi, yaitu :
a. Pertumbuhan atau diversifikasi
Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham,
maupun diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi. Perusahaan tidak
memiliki resiko adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi dengan merger
dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi
persaingan.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 7
b. Sinergi
Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi (economies of
scale). Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya overhead meningkatkan
pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan perusahaan ketika tidak
merger. Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang melakukan merger berada dalam
bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat dihilangkan.
c. Meningkatkan dana
Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi internal,
tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal. Perusahaan
tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi
sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan dan penurunan
kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya dana dengan biaya rendah.
d. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi
Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya
efisiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang tidak dapat
mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan
teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki manajemen
atau teknologi yang ahli.
e. Pertimbangan pajak
Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan atau
sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat
melakukan akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan laba untuk memanfaatkan
kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan
kombinasi pendapatan setelah pajak dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak
dari perusahaan yang diakuisisi. Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan
keuntungan dari pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan
pemilik.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 8
f. Meningkatkan likuiditas pemilik
Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang lebih
besar. Jika perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas dan saham lebih
mudah diperoleh sehingga lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang lebih
kecil.
g. Melindungi diri dari pengambilalihan
Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang tidak
bersahabat. Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai
pengambilalihannya dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban perusahaan
menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bidding firm yang berminat (Gitman, 2003,
p.714-716).
Kelebihan dan Kekurangan Merger dan Akuisisi
Kelebihan Merger
Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding
pengambilalihan yang lain (Harianto dan Sudomo, 2001, p.641)
Kekurangan Merger
Dibandingkan akuisisi merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada
persetujuan dari para pemegang saham masing-masing perusahaan,sedangkan untuk
mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama.
Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi
Kelebihan Akuisisi
Keuntungan-keuntungan akuisisi saham dan akuisisi aset adalah sebagai berikut:
a. Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 9
saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran Bidding firm, mereka
dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada pihak Bidding firm.
b. Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung dengan
pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender offer sehingga
tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan.
c. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan,
akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak
bersahabat (hostile takeover).
d. Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan mayoritas
suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi
pemegang saham minoritas jika mereka tidak menyetujui akuisisi.
Kekurangan Akuisisi
Kerugian-kerugian akuisisi saham dan akuisisi aset sebagai berikut :
a. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui
pengambilalihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran dasar
perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga (sekitar 67%) suara setuju pada
akuisisi agar akuisisi terjadi.
b. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka terjadi merger.
c. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum dibalik
nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi.
Outsourcing
Outsourcing berasal dari kata out yang berarti keluar dan source yang berarti sumber.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 10
1. Menurut Pasal 64 UUK, outsourcing adalah suatu perjanjian kerja yang dibuat
antara pengusaha dengan tenaga kerja, dimana perusahaan tersebut dapat
menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya
melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis.
2. Menurut Pasal 1601 b KUH Perdata, outsoucing disamakan dengan perjanjian
pemborongan pekerjaan. Sehingga pengertian outsourcing adalah suatu
perjanjian dimana pemborong mengikat diri untuk membuat suatu kerja tertentu
bagi pihak lain yang memborongkan dengan menerima bayaran tertentu dan
pihak yang lain yang memborongkan mengikatkan diri untuk memborongkan
pekerjaan kepada pihak pemborong dengan bayaran tertentu.
Dari pengertian-pengertian di atas maka dapat ditarik suatu definisi operasional
mengenai outsourcing yaitu suatu bentuk perjanjian kerja antara perusahaan A sebagai
pengguna jasa dengan perusahaan B sebagai penyedia jasa, dimana perusahaan A
meminta kepada perusahaan B untuk menyediakan tenaga kerja yang diperlukan untuk
bekerja di perusahaan A dengan membayar sejumlah uang dan upah atau gaji tetap
dibayarkan oleh perusahaan B
1. DEFINISI Outsourcing
Dalam era globalisasi dan tuntutan persaingan dunia usaha yang ketat saat ini, maka
perusahaan dituntut untuk berusaha meningkatkan kinerja usahanya melalui
pengelolaan organisasi yang efektif dan efisien. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah dengan mempekerjakan tenaga kerja seminimal mungkin untuk dapat memberi
kontribusi maksimal sesuai sasaran perusahaan. Untuk itu perusahaan berupaya fokus
menangani pekerjaan yang menjadi bisnis inti (core business), sedangkan pekerjaan
penunjang diserahkan kepada pihak lain. Proses kegiatan ini dikenal dengan istilah
“outsourcing.”
“Outsourcing is subcontracting a process, such as product design or manufacturing, to
a third-party company.[1] The decision to outsource is often made in the interest of
lowering firm costs, redirecting or conserving energy directed at the competencies of a
particular business, or to make more efficient use of land, labor, capital, (information)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 11
technology and resources. Outsourcing became part of the business lexicon during the
1980s.“
Atau dengan kata lain outsourcing atau alih daya merupakan proses pemindahan
tanggung jawab tenaga kerja dari perusahaan induk ke perusahaan lain diluar
perusahaan induk. Perusahaan diluar perusahaan induk bisa berupa vendor, koperasi
ataupun instansi lain yang diatur dalam suatu kesepakatan tertentu. Outsourcing dalam
regulasi ketenagakerjaan bisa hanya mencakup tenaga kerja pada proses pendukung
(non--core business unit) atau secara praktek semua lini kerja bisa dialihkan sebagai
unit outsourcing. Outsourcing menjadi masalah tersendiri bagi perusahaan khususnya
bagi tenaga kerja. Oleh sebab itu terdapat pro dan kontra terhadap penggunaan
outsourcing, berikut beberapa penjabarannya dalam tabel 1.
TABEL 1Pro – Kontra Penggunaan Outsourcing
PRO OUTSOURCING KONTRA OUTSOURCING
- Business owner bisa fokus pada core business.
- Cost reduction.
- Biaya investasi berubah menjadi biaya belanja.
- Tidak lagi dipusingkan dengan oleh turn over tenaga kerja.
- Bagian dari modenisasi dunia usaha (Sumber : Pekerjaan Waktu Tertentu dan “Outsourcing, www.sinarharapan.co.id)
- Ketidakpastian status ketenagakerjaan dan ancaman PHK bagi tenaga kerja. (Sumber: www.hukumonline.com)
- Perbedaan perlakuan Compensation and Benefit antara karyawan internal dengan karyawan outsource. (Sumber: “Outsourcing, Pro dan Kontra” http://recruitmentindonesia.wordpress.com)
- Career Path di outsourcing seringkali kurang terencana dan terarah. (Sumber: “Outsourcing, Pro dan Kontra” http://recruitmentindonesia.wordpress.com)
- Perusahaan pengguna
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 12
jasa sangat mungkin memutuskan hubungan kerjasama dengan outsourcing provider dan mengakibatkan ketidakjelasan status kerja buruh. (Sumber: “Outsourcing, Pro dan Kontra” http://recruitmentindonesia.wordpress.com)
- Eksploitasi manusia (Sumber : Pekerjaan Waktu Tertentu dan “Outsourcing, www.sinarharapan.co.id)
2. Undang-undang Mengenai Outsourcing
Untuk mengantisipasi kontra yang terjadi dalam penggunaan outsourcing, maka dibuat
Undang-undang No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya Bab IX tentang
Hubungan Kerja, yang didalamnya terdapat pasal-pasal yang terkait langsung dengan
outsourcing. Berikut dijabarkan isi dari undang-undang tersebut.
Pasal 50 – 55, Perjanjian Kerja
Pasal 56 – 59, Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
Pasal 59
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dibuat untuk pekerjaan tertentu yang
menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu,
yaitu :
1. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
2. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
dan paling lama 3 (tiga) tahun;
3. Pekerjaan yang bersifat musiman;
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 13
4. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang
bersifat tetap.
(3) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui.
(4) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang didasarkan atas jangaka
waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya
boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun.
Pasal 60 – 63, Perjanjian Kerja Waktu Tidak Terbatas (PKWTT)
Pasal 64 – 66, Outsourcing
Pasal 64
Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerja kepada
perusahaan lainnya melalui perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh
yang dibuat secara tertulis.
Pasal 65
(1) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain
dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis.
(2) Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lai sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebaga berikut:
a. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;
b. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi
pekerjaan;
c. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan
d. Tidak menghambat proses produksi secara langsung
(3) Perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
berbentuk badan hukum.
(4) Perlindungan kerja dan yarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh
pada perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 14
(2) sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja
dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi
pekerjaan atau sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(5) Perubahan dan/atau penambahan syarat-syarat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Menteri.
(6) Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam
perjanjian kerja secara tertulisa antara perusahaan lain dan
pekerja/buruh yang dipekerjakan.
(7) Hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (6)
dapat didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu
atau perjanjian kerja waktu tertentu apabila memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59.
(8) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) dan ayat (3) tidak terpenuhi, maka demi hukum status
hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan
penerima pemborongan beralih menjadi hubungan kerja
pekerja/buruh dengan perusahaan pemberi pekerjaan.
Pasal 66,
Penyediaan jasa pekerja./buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau
kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi harus
memenuhi syarat sebagai berikut : Adanya hubungan kerja antara
pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerj/buruh;
Pasal 1 ayat 15, “Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha
dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai
unsur pekerjaan, upah, dan perintah.”
Pekerja dari perusahaan penyedia jasa pekerja tidak boleh digunakan oleh pemberi
kerja melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 15
proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atas kegiatan yang tidak
berhubungan langsung dengan proses produksi.
3. Penerapan Outsourcing Di Perusahaan
Survei dilakukan menggunakan kuesioner dengan convinience sampling kepada 44
perusahaan, Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa 73% perusahaan menggunakan
tenaga outsource dalam kegiatan operasionalnya, sedangkan sisanya yaitu 27% tidak
menggunakan tenaga outsource.
Dari 73%, perusahaan yang sepenuhnya menggunakan tenaga outsource merupakan
jenis industri perbankan, kertas, jasa pendidikan, pengolahan karet & plastik, serta
industri makanan & minuman. Sedangkan industri alat berat, mesin dan sarana
transportasi (otomotif dan suku cadang) menggunakan tenaga outsource sebanyak
57.14%. Untuk industri farmasi & kimia dasar (80%), industri telekomunikasi & informasi
teknologi (60%) dan industri lainnya sebanyak 50% terdiri dari industri jasa
pemeliharaan pembangkit listrik, konsultan, EPC (enginering, procurement,
construction), pengolahan kayu, kesehatan, percetakan & penerbitan, dan elektronik.
Jika dilihat dari status kepemilikan, diketahui bahwa BUMN, Joint Venture dan Nirlaba
menggunakan 100% tenaga outsource dalam kegiatan operasionalnya. Sedangkan
untuk swasta nasional menggunakan tenaga outsource sebanyak 57.69% dan swasta
asing menggunakan sebanyak 85.71%. Hal ini terlihat pada gambar 1, gambar 2 dan
gambar 3.
GAMBAR 1Perusahaan Yang Menggunakan Tenaga Outsourcing
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 16
Sumber : Divisi Riset PPM Manajemen, Agustus 2008
GAMBAR 2Perusahaan Yang Menggunakan Outsource Berdasarkan Jenis Industri
TIDAK
YA
100%
100%
100%
100%
60,00%
80,00%
57,14%
100,00%
40,00%
20,00%
42,86%
Industri Makanan & Minuman
Industri Pengolahan Karet & Plastik
Industri Jasa Pendidikan
Industri Kertas
Industri Telekomunikasi & Informasi Teknologi
Industri Farmasi & Kimia Dasar
Industri Alat Berat, Mesin, dan Sarana Transportasi (otomotif dan suku cadang)
Industri Perbankan
Sumber : Divisi Riset PPM Manajemen, Agustus 2008
GAMBAR 3Perusahaan Yang Menggunakan Outsource Berdasarkan
Status Kepemilikan
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 17
n = 44
n = 44
57,69%
85,71%
100%
100%
100,00%
42,31%
14,29%
Swasta Nasional
Swasta Asing
BUMN
Joint Venture
Nirlaba
TIDAK
YA
Sumber : Divisi Riset PPM Manajemen, Agustus 2008
Dalam survei ini ingin diketahui sampai sejauh mana penerapan
Outsourcing di perusahaan, jenis pekerjaan seperti apa yang banyak
menggunakan tenaga outsource, apakah penggunaan tenaga
outsource dinilai efektif oleh perusahaan?
4. Langkah-langkah Penerapan Sistem Outsourcing
Ketentuan Pasal 64 sampai dengan Pasal 66 UU Ketenagakerjaan dan
putusan Mahkamah Konstitusi pada tahun 2004, menjadi legitimasi
tersendiri bagi keberadaan outsourcing di Indonesia. Artinya, secara
legal formal, sistem kerja outsourcing memiliki dasar hukum yang kuat
untuk diterapkan. Keadaan demikian yang membuat pengusaha
menerapkan sistem ini. Dimuatnya ketentuan outsourcing pada
Undang-Undang Tenaga Kerja dimaksudkan untuk mengundang para
investor agar mau berinvestasi di Indonesia.
Penggunaan outsourcing seringkali digunakan sebagai strategi
kompetisi perusahaan untuk fokus pada core business-nya. Namun,
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 18
n = 44
pada prakteknya outsourcing didorong oleh keinginan perusahaan
untuk menekan cost hingga serendah-rendahnya dan mendapatkan
keuntungan berlipat ganda walaupun seringkali melanggar etika bisnis.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 44 perusahaan dari berbagai
industri terdapat lebih dari 50% perusahaan di Indonesia
menggunakan tenaga outsource, yaitu sebesar 73%. Sedangkan
sebanyak 27%-nya tidak menggunakan tenaga outsource dalam
operasional di perusahaannya.
Dari 73% perusahaan yang menggunakan tenaga outsource diketahui
5 alasan menggunakan outsourcing, yaitu agar perusahaan dapat
fokus terhadap core business (33.75%), untuk menghemat biaya
operasional (28,75%), turn over karyawan menjadi rendah (15%),
modernisasi dunia usaha dan lainnya, masing-masing sebesar 11.25%,
seperti terlihat dalam gambar 4. Adapun yang menjadi alasan lainnya
adalah :
a. Efektifitas manpower
b. Tidak perlu mengembangkan SDM untuk pekerjaan yang bukan utama.
c. Memberdayakan anak perusahaan.
d. Dealing with unpredicted business condition.
GAMBAR 4Alasan Menggunakan Outsourcing
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 19
11.25%
11.25%
15.00%
28.75%
33.75%
Lainnya, seperti: efektifitas mindpower, dll
Modernisasi dunia usaha
Turn over karyawan menjadi rendah
Penghematan biaya
Perusahaan dapat fokus terhadapcore business
Sumber : Divisi Riset PPM Manajemen, Agustus 2008
Outsourcing, tidak terlepas dari perusahaan penyedia (provider) jasa tenaga
outsource. Perusahaan harus memilih provider yang sesuai dengan apa yang
dibutuhkan dimana perusahaan outsourcing tersebut harus teruji kualitas yang
dijanjikan, serta adanya kesepatan untuk membuat hubungan jangka panjang. (Sumber:
”Kesulitan Outsourcing di Indonesia.” http://rahard.wordpress.com)
Oleh sebab itu, perlu diketahui faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam
pemilihan provider jasa tenaga outsource, seperti yang dijabarkan dalam gambar 5.
GAMBAR 5Faktor-faktor Pemilihan Partner Outsourcing
5.95%
8.33%
10.71%
11.90%
19.05%
21.43%
22.62%
Lainnya
Eksistensi provider outsource
Pengalaman sebelumnya
Provider outsource mengetahuiproses bisnis perusahaan
Tenaga outsource yang dimiliki sesuaidengan kebutuhan perusahaan
Reputasi yang baik dari provider outsource
Harga
Sumber : Divisi Riset PPM Manajemen, Agustus 2008
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 20
n = 44
n = 44
Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa harga menjadi faktor utama dalam pemilihan
partner outsourcing (22.62%). Sedangkan reputasi yang baik dari provider outsource
menempati posisi kedua yaitu sebesar 21.43%. Untuk tenaga outsource yang dimiliki
sesuai dengan kebutuhan perusahaan (19.05%), pengetahuan provider outsource
terhadap proses bisnis perusahaan (11.90%). Pengalaman sebelumnya menempati
posisi kelima dalam pemilihan partner outsourcing (10.71%), diikuti oleh stabilitas
provider outsource (8.33%) dan lainnya sebesar 5.95%. Adapun faktor-faktor lainnya
adalah pemenuhan persyaratan ketentuan tenaga kerja dan penyerapan tenaga
terdekat dengan unit kerja.
Jenis pekerjaan yang dapat menggunakan outsourcing adalah pekerjaan-pekerjaan
yang bukan merupakan tanggungjawab inti dari perusahaan.
Adapun komposisi jenis pekerjaan yang paling banyak menggunakan tenaga outsource
adalah cleaning service (56.82%), security (38.64%), lainnya (36.36%), driver (25%),
sekretaris (22.73%), customer service (13.64%) dan SPG (9.09%), seperti terlihat di
gambar 6. Untuk jenis pekerjaan lainnya terdiri dari:
Bagian pengepakan barang (packing).
Helper baik untuk maintenance maupun mechanic.
Facilitator training,
Resepsionis/operator telepon.
Data entry.
Call center.
GAMBAR 6Jenis Pekerjaan Yang Menggunakan Tenaga Outsource
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 21
56,82%
38,64% 36,36%
25,00% 22,73%
13,64%9,09%
Cleaning Srvice
Security Lainnya Driver Sekretaris Customer Service (CS)
SPG
Sumber : Divisi Riset PPM Manajemen, Agustus 2008
5. Masalah Umum Yang Terjadi Dalam Penggunaan Outsourcing
1. Penentuan partner outsourcing.
Hal ini menjadi sangat krusial karena partner outsourcing harus mengetahui apa yang
menjadi kebutuhan perusahaan serta menjaga hubungan baik dengan partner
outsourcing.
2. Perusahaan outsourcing harus berbadan hukum.
Hal ini bertujuan untuk melindungi hak-hak tenaga outsource, sehingga mereka
memiliki kepastian hukum.
3. Pelanggaran ketentuan outsourcing . Demi mengurangi biaya produksi, perusahaan
terkadang melanggar ketentuan- ketentuan yang berlaku. Akibat yang terjadi adalah
demonstrasi buruh yang menuntut hak-haknya. Hal ini menjadi salah satu perhatian
bagi investor asing untuk mendirikan usaha di Indonesia.
4. Perusahan outsourcing memotong gaji tenaga kerja tanpa ada batasan sehingga,
yang mereka terima, berkurang lebih banyak. (Sumber: “Sistem Outsourcing Banyak
Disalahgunakan”,
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 22
6. Indikator Keberhasilan Penerapan Sistem Outsourcing
Tidak semua perusahaan berhasil menerapkan sistem outsourcing. Responden melihat
indikator keberhasilan terbesar (25%) dalam penerapan outsourcing adalah pihak yang
terlibat harus bertanggungjawab, mendukung, dan berkomitmen untuk melaksanakan
outsourcing. Sedangkan 23.81% menyatakan bahwa keberhasilan dilihat dari detail
aturan main outsourcing didefinisikan dalam kontrak kerja. Untuk kejelasan ruang
lingkup proses outsourcing yang ingin dilakukan menjadi faktor keberhasilan yang dipilih
oleh 17.86%. Update perjanjian antar pengguna dan penyedia tenaga outsource
(13.10%), ada atau tidaknya prosedur formal dalam tender calon perusahaan
outsourcing (10.71%) dan jangka waktu penyelenggaraan outsourcing (9.52%).
GAMBAR 7Faktor Keberhasilan Proses Outsourcing
9.52%
10.71%
13.10%
17.86%
23.81%
25.00%
Jangka waktu penyelenggaraan outsourcing
Ada atau tidaknya prosedur formal dalam proses tender (bidding) calon perusahaan outsourcing
Update perjanjian antar pengguna dan penyediatenaga outsource
Kejelasan proses outsourcing yang ingin dilakukan
Detail aturan outsourcing didefinisikan dalam kontrak kerja
Komitmen pihak yang terlibat
Sumber : Divisi Riset PPM Manajemen, Agustus 2008
Inti dari faktor-faktor tersebut diatas adalah harus adanya
kerjasama dan komitmen yang jelas antara kedua belah pihak
agar outsourcing dapat berjalan sebagaimana harapan yang
keseluruhan perjanjian kerjasama tersebut dinyatakan secara jelas
dan terperinci di dalam kontrak outsourcing.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 23
n = 44
7. Kepuasan Perusahaan Terhadap Tenaga
Outsource
Dari 73% perusahaan yang menggunakan tenaga outsource,
kepuasan perusahaan terhadap tenaga outsource dinilai dari
pengertian tenaga outsource terhadap bidang pekerjaan yang
dilakukan yaitu sebesar (87%), kinerja tenaga outsource (68%),
semangat kerja (66%), disiplin kerja (61%). Sedangkan untuk
loyalitas tenaga outsource (55%) diragukan oleh perusahaan,
seperti terlihat pada gambar 8.
GAMBAR 8Kepuasan Perusahaan Terhadap Tenaga Outsource
16%
10%
3%
3%
13%
35%
16%
31%
55%
87%
61%
68%
66%
35%
Mengerti bidang pekerjaan yang dilakukan
Disiplin kerja
Kinerja tenaga outsource
Semangat kerja tenaga outsource
Loyalitas karyawan
tidak puasragu-ragupuas
Sumber : Divisi Riset PPM Manajemen, Agustus 2008
8. Keefektifan Outsourcing
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 24
n = 44
Dengan melihat alasan menggunakan outsourcing, faktor-faktor pemilihan
perusahaan penyedia jasa outsourcing, serta kepuasan perusahaan terhadap
tenaga outsource, sebanyak 68.2% menyatakan bahwa penggunaan tenaga
outsource dinilai efektif dan akan terus menggunakan outsourcing dalam
kegiatan operasionalnya.
Untuk dapat lebih efektif disarankan adanya:
a. Komunikasi dua arah antara perusahaan dengan provider jasa outsource
(Service Level Agreement) akan kerjasama, perubahan atau permasalahan
yang terjadi.
b. Tenaga outsource telah di training terlebih dahulu agar memiliki
kemampuan/ketrampilan.
c. Memperhatikan hak dan kewajiban baik pengguna outsource maupun tenaga
kerja yang ditulis secara detail dan mengingformasikan apa yang menjadi
hak-haknya.
Sedangkan yang menyebabkan outsourcing menjadi tidak efektif adalah karena
kurangnya knowledge, skill dan attitude (K.S.A) dari tenaga outsource.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agus Arijanto, SE., MM MANAJEMEN STRATEGIK 25