185
modul kewirausahaan & pemasaran Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Panitia Sertifikasi Guru Rayon 138 Universitas Sanata Dharma Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa 2012

Modul Kewirasusahaan & Pemasaran

Embed Size (px)

Citation preview

  • modul kewirausahaan & pemasaran

    Pendidikan dan Latihan Profesi Guru(PLPG)

    Panitia Sertifikasi Guru Rayon 138Universitas Sanata Dharma

    Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa2012

  • modul kewirausahaan & pemasaran

    Pendidikan dan Latihan Profesi Guru(PLPG)

    Panitia Sertifikasi Guru Rayon 138Universitas Sanata Dharma

    Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa2012

  • DAFTAR ISI Modul 1: Pendalaman Materi Kewirausahaan ........................................................................................ 1-48 Pemasaran ............................................................................................... 49-96 Modul 2: Model-Model Pembelajaran ..................................................... 97-130 Modul 3: Contoh PTK ............................................................................. 131-142 Modul 4: Contoh SSP ............................................................................. 143-161

  • Modul 1

    PENDALAMAN MATERI

  • Pendalaman Materi

    KEWIRAUSAHAAN

    Oleh: Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si.

  • DAFTAR ISI

    Pengertian dan Ruang Lingkup Kewirausahaan ............................................ 1 Sikap dan perilaku wirausahawan ................................................................ 3 Menganalisis Peluang Usaha ........................................................................ 11 Proses Kewirausahaan .................................................................................. 14 Pengembangan Kewirausahaan .................................................................... 16 Visi dan Misi Usaha ..................................................................................... 21 Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Usaha ........................................... 24 Studi Kelayakan Usaha ................................................................................ 26 Analisis SWOT ............................................................................................ 31 Legalitas Usaha ............................................................................................ 33 Kepemimpinan dalam Usaha Bisnis ............................................................. 36 Rangkuman .................................................................................................. 45 Soal-Soal Latihan/Diskusi ............................................................................ 45 Daftar Pustaka .............................................................................................. 48

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    1

    Pengertian dan Ruang Lingkup Kewirausahaan

    Saat ini Indonesia belum pulih benar dari krisis multidimensi sejak tahun 1997. Angka pengangguran masih relatif tinggi, sementara angka kemiskinan juga tidak kunjung menurun secara signifikan. Dalam situasi seperti ini semua pihak ditantang untuk mengatasi permasalahan semacam ini. Salah satu alternatif yang paling popular adalah mengembangkan sikap dan perilaku kewirausahaan masyarakat.

    Kemajuan ekonomi suatu bangsa ditentukan oleh banyaknya orang yang memiliki semangat kewirausahaan. Demikian pendapat David McClelland Bahkan secara tegas McClelland menyebutkan bahwa suatu Negara dapat mencapai kemakmuran jikalau memiliki jumlah entrepreneur (wirausaha) sebanyak 2% dari jumlah populasi negara tersebut (1971: 98). Wirausahawan dengan demikian memiliki peran startegis dalam menciptakan usaha-usaha baru serta membuka lapangan kerja baru. Senada dengan McClelland, Yohanes Surya (2010 ; xiii), menyatakan akan sangat ideal kalau suatu bangsa memiliki 10% orang yang berjiwa kewirausahaan karena merekalah yang mampu menjadi motor pertumbuhan ekonomi bangsa tersebut.

    Winarno (2010 : 1-2)) membedakan dua macam kewirausahaan. Pertama adalah kewirausahaan dalam arti entrepreneurship, yakni wirausaha yang menjalankan dan mengembangkan usaha milik sendiri. Kedua, adalah karyawan atau manajer yang mengembangkan usaha dari perusahaan tempat yang bersangkutan bekerja atau sering disebut intrapreneurship (internal entrepreneurship). Meskipun dari sisi kepemilikan usaha berbeda, keduanya tetap dituntut memiliki sifat dan sikap yang sama. Berbicara tentang pengertian atau definisi kewirausahaan atau entrepreneurship, nampaknya tidak akan berbobot kalau tidak mengemukakan gagasan Joseph Schumpeter (1934 ; 1939). Menurut Schumpeter, wirausahawan (entrepreneur) adalah seorang inovator. Wirausahawan tidak beroperasi di dalam batasan-batasan teknologi yang sudah ada atau hanya membuat perubahan-perubahan gradual dalam metode berproduksi. Seorang wirausahawan adalah seseorang yag mengembangkan produk atau teknologi baru yang berbeda, membongkar rutinitas organisasional, dan mendorong pembangunan ekonomi (Santarelli dan Pesciarelli, 1990). Dalam bahasa Schumpeter, wirausahawan sebagai seorang inovator bertanggung jawab untuk mengerjakan sesuatu yang baru atau mengerjakan sesuatu dengan cara-cara baru. Hal ini dapat meliputi pertama, memperkenalkan produk baru; kedua, memproduksi dengan cara-cara atau metode baru; ketiga, membuka pasar yang semula belum pernah dirambah atau belum pernah ada (baru) ; keempat, menangkap sumber pasokan baru, kelima; mengembangkan organisasi baru dalam industri (Parker, 2009 : 34).

    Dalam visi besarnya, Schumpeter mengemukakan bahwa wirausaha merupakan sebuah proses destruktif yang kreatif (creative destruction). Produk-produk atau metode berproduksi yang sudah ada dibongkar dan diganti dengan yang baru. Oleh karena itu entrepreneuship berkaitan dengan penemuan dan pendayagunaan peluang-peluang yang menguntungkan. Maka, kekhasan seorang wirausahawan adalah inovatif. Inovasi merupakan tindakan penciptaan nilai

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    2

    sebagai sumber keunggulan kompetitif. Melalui inovasi, para wirausahawan akan terus melakukan ekspansi memperluas daerah pemasaran, menambah jumlah pelanggan, dan meningkatkan penjualan serta keuntungan. Berikut ini adalah beberapa definisi kewirausahaan dan wirausahawan : a. Richard Cantillon (1775)

    Richard Cantillon boleh disebut sebagai filosofiwan yang pertama kali menaruh perhatian terhadap konsep kewirausahaan. Cantillon menekankan pentingnya wirausahawan sebagai arbitrageur (perantara) dan spekulator. Seorang wirausahawan dengan demikian adalah seorang penanggung resiko dan ketidakpastian (the bearing of risk and uncertainty), yakni yang membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu (Parker, 2009 : 32).

    b. Jean Baptiste Say (1816) Sumbangan utama seorang wirausahawan adalah mengkombinasikan dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi. Seorang wirausahawan berdiri di tengah-tengah sistem ekonomi, mengatur dan memanfaatkan faktor-faktor produksi, dan mengambil yang tertinggal sebagai keuntungannya (Parker, 2009 : 33) .

    c. Frank Knight (1921) Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang wirausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.

    d. John J. Kao (1989) Kewirausahaan merupakan upaya menciptakan nilai melalui pengenalan peluang usaha, memilih pengambilan resiko yang tepat sesuai dengan peluang yang ada, kemudian melalui keahlian komunikasi dan manajemen menggerakkan sumber daya manusia, keuangan, dan bahan yang dibutuhkan untuk keberhasilan usaha.

    e. Peter F. Drucker (1994) Kewirausahaan merupakan sifat, watak, atau ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemampuan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh. Kewirausahaan adalah juga kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

    f. Zimmerer (1996) Kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha (Suryana, 2003 : 13).

    Berangkat dari berbagai pengertian kewirausahaan atau wirausahawan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan (ability) berpikir kreatif, berperilaku atau bertindak inovatif, penanggung resiko dan ketidakpastian, yang dijadikan dasar tindakan maupun daya penggerak, siasat atau strategi untuk menghasilkan produk baru, metode baru, maupun pengembangan organisasi secara baru. Sedangkan konsep wirausaha merujuk pada sifat, watak, atau ciri-ciri (karakter) yang melekat pada seseorang yang

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    3

    mempunayi kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia usaha.

    Sikap dan perilaku wirausahawan

    Berdasarkan pengertian kewirausahaan dan wirausaha di atas, dapat dikemukakan beberapa sikap dan perilaku seorang wirausahawan yang esensial berikut ini. a. Kreatif.

    Banyak orang percaya bahwa kreativitas bersifat individual dalam arti hasil praktik satu orang. Padahal kenyataannya, penemuan atau ciptaan besar, misalnya komputer, muncul dari sekelompok orang yang terinspirasi. Namun yang masih sering kita percaya sampai saat ini adalah bahwa untuk menjadi kreatif satu kelompok orang harus bergantung pada seseorang yang sering kali dibayangkan sebagai orang yang eksentrik. Namun dalam kenyataannya kelompok mana pun dapat menjadi lebih kreatif apabila pemimpinnya mengerti dan mendukung dinamika kerja sama untuk menumbuhkan kreativitas kelompok.

    Seseorang yang kreatif pasti lebih baik jika dibandingkan dengan yang kurang kreatif. Apalagi jikalau dibandingkan dengan yang tidak kreatif. Seorang wirausahawan atau manajer yang kreatif lebih diperlukan daripada yang tidak kreatif. Wirausahawan yang kreatif dapat memiliki produktivitas yang lebih tinggi dalam arti bisa menjual barang dan jasa atau bisa menghasilkan keuntungan yang lebih banyak, jikalau dibandingkan dengan yang tidak kreatif. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Ada banyak cerita sukses (success stories) yang menggambarkan orang atau pengusaha, baik besar maupun kecil, menjadi lebih berhasil dalam bidang usahanya maupun dalam kehidupan sosial ekonominya. Misalnya karena cara-cara menjual yang baru, produk-produk baru, produk lama dengan kemasan baru, dan sebagainya. Tidak jarang ada beberapa sikap dan perilaku yang tidak umum (eksentrik) yang ditunjukkan oleh orang-orang kreatif. Ciri-ciri orang kreatif antara lain memiliki ide atau gagasan-gagasan baru, berani tampil beda atau melawan arus, memunculkan pemikiran yang tidak atau belum popular, optimistik, tidak takut mencoba, tidak takut gagal, dan sebagainya. Sebaliknya orang yang tidak kreatif cenderung mengikuti pola-pola yang sudah ada dan mapan, pesimistik, takut dicemooh atau diledek karena memunculkan sesuatu yang tidak umum. Pendek kata, orang yang kreatif selalu berpikir out of the box. Orang kreatif juga tidak kenal berhenti dalam berpikir dan mencoba. Jika terbentur dengan permasalahan yang perlu dipecahkan, maka tindakan yang akan diambil adalah berkomunikasi dengan orang lain dan sumber-sumber informasi yang lain. Orang yang kreatif akan selalu berusaha mengakses informasi yang relevan dengan berbagai macam cara dan media. Itu pun dilakukan dengan cara-cara kreatif, bukan cara-cara konvensional atau hanya berdasarkan tradisi. Kemajuan teknologi informasi sangat memungkinkan hal ini. Menurut Dorothy Leonard dan Walter Swap (2002 : 60-61), proses kreatif

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    4

    mempunyai lima tahapan : Pertama, Tahap persiapan. Kreativitas dapat muncul tiba-tiba atau pada

    waktu yang tidak disangka-sangka. Akan tetapi tidak berarti jatuh dari langit. Kreativitas muncul dari sumur keahlian yang dalam. Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang kreatif mempunyai keahlian tinggi di bidangnya. Dengan kata lain orang yang kreatif adalah orang yang sudah isi. Dalam tahap ini mau dikatakan bahwa orang harus menumpulkan keahlian dan pandangan atau perspektif baru. Kedua, kesempatan berinovasi. Keahlian harus diaplikasikan pada masalah-masalah dan kesempatan yang nyata. Setiap saat kesempatan berinovasi dapat muncul karena permintaan konsumen, tugas khusus, atau risis yang membutuhkan respon cepat. Akan tetapi tantangan yang lebih sulit justru muncul ketika orang harus menghadapi situasi tanpa krisis atauu tuntutan dari pihak luar. Ketiga, perbedaan yang menghasilkan pilihan. Adalah sulit untuk mengembangkan solusi kreatif tanpa adanya alternatif (pilihan-pilihan) yang luas. Pilihan-pilihan hanya dapat muncul dari perbedaan-perbedaan cara kerja dan cara berpikir, pengalaman pribadi dan profesional, pendidikan dan budaya kelompok itu sendiri. Singkatnya orang harus menyediakan banyak pilihan melalui perbedaan profesional dan pribadi. Keempat, inkubasi. Waktu yang paling buruk dalam membuat keputusan atau menghadapi masalah adalah ketika orang harus memberikan respon atau jawaban segera dalam stituasi tertekan. Dalam situasi di atas tekanan berupa minimnya waktu yang tersedia atau jawaban yang harus diberikan segera. Oleh karena itu orang membutuhkan waktu dan ruang untuk membayangkan solusi atau gagasan. Waktu adalah sumber daya yang paling minim dalam sebuah organisasi. Karena itu orang harus menyediakan waktu kosong untuk berrefleksi agar muncul pemikiran kreatif. Kelima, persetujuan : memilih pilihan. Jika orang berhasil membentuk kelompok yang mempunyai banyak perbedaan dengan gagasan-gagasannya, orang harus membuat persetujuan akan arah, strategi, atau solusi. Masalah yang sering terjadi adalah orang akan cepat memutuskan suatu solusi yang mungkin masih banyak memiliki banyak alternatif yang lebih efektif. Orang yang berpegalaman dalam organisasi akan dapat menemukan keseimbangan antara luasnya pilihan dan kapan berhenti berdiskusi. Roger von Oech, seperti yang dikutip Yuyus Suryana dan Kartib Bayu (2011: 188-189), mengemukakan 10 hambatan bertindak kreatif yakni : 1) Memiliki asumsi hanya ada satu jawaban yang benar atau satu cara

    pemecahan masalah yang (dianggap) benar ketika menghadapi suatu masalah. Orang ini tidak terbiasa dengan beberapa jawaban yang mungkin atau tidak terbiasa dengan berbagai pendangan yang berbeda.

    2) Terpaku pada cara berpikir logis (linier) seraya melupakan berpikir nonlogika atau berimajinasi. Padahal dalam berpikir kreatif dibutuhkan kebebasan untuk berimajinasi. Orang ini juga melupakan peran penting intuisi, yang dalam saat-saat tertentu memegang peran yang penting dalam menjawab sebuah tantangan.

    3) Berpegang erat pada aturan atau ketentuan yang kaku atau yang umum. Orang takut disebut tidak umum, eksentrik, atau nyleneh (Jawa). Orang

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    5

    semacam ini sangat mungkin akan sulit menemukan cara-cara baru dalam menangani sebuah masalah.

    4) Terikat pada kehidupan praktis semata sehingga membatasi munculnya ide-ide kreatif. Sikap mental semacam ini berkaitan erat dengan hal-hal yang sudah disebutkan di atas.

    5) Memiliki pandangan bahwa bermain atau bermain-main adalah tindakan yang sia-sia, tidak menentu, dan memboroskan waktu. Dalam dunia anak-anak bermain dan belajar merupakan sebuah kesatuan. Anak bisa belajar melalui kegiatan bermain dan bernain-main. Bagi seorang wirausahawan bermain dan bermain-main merupakan pintu menuju kreativitas.

    6) Terpaku pada konsep spesialisasi. Spesialisasi justru dapat membatasi kemampuan seseorang untuk melihat masalah lain atau dri perspektif yang berbeda. Orang yag kreatif adalah mereka yang bersifat eksploratif dan elaboratif.

    7) Menghindari pengulangan juga merupakan salah satu sikap yang menghambat kreativitas. Orang cenderung merasa risih jika harus mengulangi hal-hal yang relatif sama dari waktu ke waktu. Padahal, dalam kenyataannya pengulangan atau replikasi adalah awal dari tindakan inovatif.

    8) Orang yang mempunyai sikap kompromistis juga cenderung untuk tidak kreatif. Ide-ide baru jarang muncul dalam lingkungan yang kompromistis karena orang yang kompromistis tidak menyenangi orang yang nekad. Padahal, takut berbiuat nekad merupakan salah satu hambatan berpikir kreatif.

    9) Takut salah dan gagal. Orang kreatif akan melihat bahwa setiap mencoba sesuatu yang baru pasti, dalam kadar yang berbeda, akan mengalami kegagalan. Thomas A. Edison, salah seorang pemikir terbaik dunia, pernah mencoba tidak kurang dari sepuluh ribu bahan atau materi yang, kalau tidak terbakar atau meledak, untuk menemukan filamen bola lampu seperti yang kita kenal sekarang. Ketika ditanya, Jadi, Anda telah gagal sepuluh ribu kali ya?. Jawab Edison, Ya enggaklah, saya justru telah menemukan sepuluh ribu bahan yang tidak bekerja dengan baik. Thomas J. Watson, pendiri IBM bahkan berkata Jika Anda ingin sukses, gandakan tingkat kegagalan Anda 1.

    10) Believing that Im not creatitive. Percaya bahwa saya tidak mampu berpikir kreatif merupakan hambatan untuk berpikir kreatif karena orang cenderung akan berusaha menggenapi ramalannya sendiri.

    Jadi kalau seseorang ingin memiliki sikap dan cara berpikir kreatif, orang harus menghindari kesepuluh hambatan yang sudah disebutkan di atas.

    b. Inovatif Inovasi erat kaitannya dengan kreativitas. Bahkan dalam tahap-tahap

    proses kreatif seperti yang dipaparkan di atas, disebutkan bahwa kesempatan berinovasi menjadi salah satu tahapnya.

    Istilah inovasi (innovation) dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan 1 Lihat Tamblyn, 2003, Laugh and Learn - 95 Ways to Use Humor for More Effective Teaching and Training, New York : AMACOM American Management Association, p.14

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    6

    dengan istilah invensi (invention) dan discovery. Menurut Everette M. Rogers (1995), invensi menunjuk pada penemuan sesuatu (benda) yang benar-benar baru dalam arti hasil karya manusia. Sedangkan discovery merupakan penemuan sesuatu yang sebenarnya sudah ada sebelumnya. Sementara inovasi merupakan gagasan, benda atau objek, kejadian, atau metode/praktek yang diamati atau dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh seseorang atau sekelompok orang.

    Agar menjadi lebih jelas berikut ini adalah beberapa pengertian mengenai inovasi dari berberapa ahli. Inovasi didefinisikan sebagai suatu ide atau gagasan, praktik, atau objek yang dipersepsikan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau sekelompok orang (Rogers, 1995 : 11). Sementara Wissema, seperti yang dikutip Indarti (2007) mendefinisikan inovasi sebagai perkenalan yang sukses akan sesuatu yang baru; kesuksesan ditunjukkan dengan penerimaan pasar atau pengguna lain. Hal ini menunjukkan bahwa, dalam konteks kewirausahaan, inovasi bukan pertama-tama soal proses ilmiah atau teknis, melainkan juga proses komersial yakni soal memasarkan produk baru di pasar.

    Inovasi merupakan penyaluran kreativitas supaya dapat menghasilkan gagasan dan/atau produk yang diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat (Sternberg, 2007). Sementara, kreativitas sendiri juga bisa dipahami sebagai kemampuan yang fleksibel untuk memproduksi hasil kerja yang baik dalam arti original, tak terduga, lebih bermanfaat, dan berkualitas (Sternberg & Lubart, 1996). Karena itu inovasi juga sering disebut kontribusi kreatif (Sternberg, 2003). Atas dasar kontribusinya terhadap masyarakat, Sternberg, Pretz, dan Kaufmann (2003 : 158) membedakan inovasi menjadi 8 tipe. Tipe-tipe inovasi ini tidak berbeda secara eksklusif atau diskrit dalam arti masing-masing berdiri sendiri-sendiri melainkan masing-masing dapat saling tumpang tindih (overlapping). Lagi pula bukan hanya menunjukkan perbedaan secara kualitatif tetapi juga bisa secara kuantitatif dalam hal luas atau sempitnya (banyak sedikitnya) sumbangan kreatif seorang inovator. Berikut ini adalah tipe-tipe yang dimaksud beserta contohnya. 1) Replication (peniruan). Konsep ini menunjukkan tingkat inovasi yang

    sangat minim, dalam arti sekadar mengulangi gagasan/ide, produk, atau cara yang sudah ada dengan variasi yang sangat minim. Contohnya mengganti kemasan atau label untuk barang yang sama. Bisa juga dalam arti benar-benar meniru sebuah produk yang sudah laku keras di pasaran. Misalnya produk Antangin ditiru oleh produk Tolak Angin . Contoh lain dapat dengan mudah kita temukan di lingkungan sekitar kita.

    2) Redefinition (mendefinisi ulang). Agar lebih jelas berikut ini adalah contoh redefinisi yang dikemukakan oleh Hay (1988) seperti yang dikutip Sternberg (2003). Jeno Paulucci adalah seorang pengusaha yang baru saja membeli Chun King, sebuah perusahaan yang memproduksi makanan dalam kaleng. Paulucci ingin menggunakan Chun King untuk memproduksi makanan dalam kaleng hasil temuannya yakni sayuran China dengan bumbu Italia. Untuk memasarkan produknya Paulucci ingin menggandeng sebuah perusahaan penyalur top (bonafid). Jika dia berhasil, Paulucci yakin akan mendapatkan keuntungan yang besar. Suatu saat Paulucci berhasil menemui sang penyalur. Ketika mendemonstrasikan

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    7

    produknya dengan membuka kaleng berisi mie bersayur, dia sempat melihat seekor belalang matang tergeletak di atas sayuran dalam kaleng. Kalau sampai sang penyalur melihat belalang tersebut tentu reputasinya akan hancur. Dalam waktu yang singkat dia bisa saja dengan diam-diam menyingkirkan belalang itu, atau menjelaskan secara rasional dalih-dalih untuk membenarkan mengapa sampai ada belalang di dalam kaleng produknya. Dua cara yang beresiko tinggi. Apa yang harus dilakukan dalam situasi seperti ini? Paulucci bertindak cepat. Dia segera meredefinisi perannya dari pengusaha menjadi seorang salesman. Tidak hanya bertanggung jawab untuk mempresentasikan produknya kepada pembeli potensial, tetapi juga berusaha meyakinkan pembeli dengan cara mengkonsumsi produknya. Maka dengan penuh keyakinan cepat-cepat dia mengambil sesendok penuh mie sayur dalam kaleng, termasuk belalangnya sekaligus, dan melahapnya di depan sang penyalur. Nyatanya sang penyalur berhasil diyakinkan dengan tindakannya itu. Jadi redefinisi merupakan kontribusi kreatif yang mewakili usaha mendefinisikan ulang sebuah status atau suatu bidang yang saat ini ada menjadi status atau bidang dengan sudut pandang yang baru.

    3) Forward Incrementation. Ini adalah konsep yang menunjukkan kontribusi kreatif yang mewakili langkah ke depan berikutnya untuk produk yang sudah ada dengan beberapa modifikasi untuk lebih menjamin sukses yang berkesinambungan atas suatu produk di pasaran tanpa perubahan yang berarti. Dengan kata lain sebuah produk baru dibuat untuk mengganti lini produk yang sudah ada ketika konsumen dipandang sudah siap menerimanya. Misalnya mobil keluaran atau versi tahun 2010 diganti dengan versi tahun 2011. Program aplikasi komputer SPSS versi 15, 16, 17, dan seterusnya.

    4) Advanced Forward Incrementation. Konsep ini pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan konsep sebelumnya, hanya saja lebih maju, dalam arti ada kemajuan yang signifikan dibandingkan dengan lini produk sebelumnya. Misalnya produk berupa chip prosesor produksi Intel dari Pentium ke Core Series.

    5) Redirection. Redirection ditunjukkan dengan macam-macam produk, yang dalam berbagai cara, berbeda dengan jenis produk sebelumnya. Dengan kata lain, redirection menunjukkan perbedaan tujuan secara total atas produk-produk yang dihasilkan yang sama seali berbeda dengan yang sudah ada. Misalnya mobil (bertenaga) listrik.

    6) Reconstruction. Ini adalah kontribusi kreatif yang mewakili upaya untuk menghasilkan sebuah produk baru yang berbeda sebagai hasil dari proses mengkonstruksi ide yang menjadi acuan pengembangan produk lama. Jadi ide lama yang diperbarui untuk menghasilkan produk yang berbeda. Sternberg memberi contoh produk kamera personal untuk amatir keluaran Kodak berupa kamera foto langsung jadi.

    7) Reinitiation. Sebuah kontribusi kreatif yang mewakili upaya mengubah produk menjadi sebuah produk yang berbeda yang beragkat dari cara dan imajinasi yang sama sekali baru.

    8) Integration. Sebuah inovasi produk atau cara yang mengkombinasikan gagasan-gagasan dari dua ranah inovasi yang pada awalnya nampak

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    8

    berbeda bahkan bertentangan. Dalam bahasa lain dapat dikatakan sebuah upaya pengembangan produk baru melalui proses sintesis dua gagasan yang nampak bertentangan.

    Tentang di bidang apa saja inovasi dapat dilalukan, OECD mencatat adanya 4 bidang garap inovasi sebagai berikut (2010 : 47) : 1) Inovasi produk, yakni pengenalan sebuah barang atau jasa baru atau yang

    secara signifikan meningkatkan karakteristik atau kegunaannya. Termasuk di dalamnya adalah peningkatan secara signifikan dalam hal spesifikasi teknis, komponen dan materialnya, software-nya, kemudahan penggunaannya (user-friendliness), dan karakteristik fungsional lainnya.

    2) Inovasi proses, yakni penerapan metode baru dalam kegiatan berproduksi atau pengiriman barang (delivery), termasuk di dalamnya adalah perubahan teknik, peralatan, dan atau perangkat lunak yang signifikan.

    3) Inovasi pasar, yakni penerapan metode pemasaran yang baru yang meliputi perubahan signifikan dalam hal desain produk atau pembungkusan, penempatan produk (product placement), promosi, dan penetapan harga produk.

    4) Inovasi organisasi, yakni penerapan metode atau system organisasi yang baru dalam praktek bisnis, tempat kerja organisasi atau relasi eksternal organisasi.

    c. Berani menanggung resiko dan ketidakpastian

    Baiklah kalau bagian awal dari bagian ini dibuka dengan kata-kata pengobar semangat dari seorang pengarang buku yang juga sukses dalam berwirausaha (Suharno, 2007:12). Selalu ada alasan untuk menunda bisnis. Padahal, saat paling tepat untuk memulai usaha adalah sekarang. Yang harus Anda lakukan adalah segera bertindak (action). Semakin banyak menggunakan kata tetapi, maka Anda semakin terbelenggu dan terus menunda-nunda. Kalimat di atas memang benar. Namun dalam kenyataan tidak sedikit orang masih berhitung-hitung untung-ruginya. Dalam bahasa yang lebih konkrit, banyak orang yang pesimis atau takut, jangan-jangan dagangannya tidak laku dan rugi, kehilangan banyak uang, dan bangkrut. Orang takut menghadapi resiko dan ketidakpastian. Padahal, di mana pun orang berada dan apa pun yang dilakukan pasti mengandung resiko. Bahkan ketika orang tidak berbuat sesuatu pun juga menghadapi resiko. Jadi selama orang masih hidup, maka di manapun orang akan selalu berhadapan dengan resiko dan ketidakpastian. Barangkali satu-satunya tempat yang bebas dari resiko dan ketidakpastian hanyalah di kuburan. Dalam dunia kewirausahaan atau dunia bisnis, resiko seringkali dihubungkan dengan ketidakpastian, terutama ketidakpastian dalam hal hasil atau penghasilan, tindakan, dan peristiwa. Perspektif ini sudah menjadi pandangan umum dalam konteks bisnis. Misalnya dalam sebuah artikel yang tersebar di internet, salah satunya mengatakan bahwa dalam dunia investasi, resiko sama dengan ketidakpastian. Setiap investor membawa resiko dalam kadar tertentu karena keuntungan atau hasilnya tidak bisa diramalkan. Besar kecilnya kadar resiko sering dikaitkan dengan investasi tertentu yang dikenal dengan volatilitas. Gagasan bahwa resiko sama dengan ketidakpastian nampaknya didasarkan pada asumsi bahwa nilai yang diharapkan (expected

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    9

    value) sudah diketahui atau tetap (Aven, 2010: 43). Ketidakpastian adalah komponen utama dari konsep risiko, bersama-sama dengan peristiwa dan akibat yang terkait. Jadi resiko harus dipahami sebagai tingkat keseriusan konsekuensi atau ketidakpastian dari suatu kegiatan, yang mengacu pada intensitas, ukuran, ekstensi, ruang lingkup, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan (Aven, 2010: 227). Wirausahawan adalah seseorang yang lebih suka menghadapi tantangan-tantangan tertentu untuk mencapai kesuksesan. Mereka cenderung akan menghindari resiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Alasannya, resiko yang rendah akan menuai keuntungan yang rendah, sekaligus tidak menantang, sementara resiko yang tinggi tentu akan menghasilkan keuntungan yang tinggi tetapi dengan tingkat kemungkinan gagal yang tinggi pula. Oleh sebab itu wirausahawan cenderung lebihh suka dengan resiko yang moderat (seimbang). Oleh karena itu keberanian untuk mengambil resiko bagi seorang wirausahawan harus dipahami sebagai pengambilan keputusan yag penuh dengan perhitungan yang cermat dan realistik. Kemampuan untuk menanggung resiko bagi seorang wirausahawan berbeda dengan wirausahawan lain. Hal ini ditentukan oleh (1) keyakinan pada diri sendiri ; (2) peluang memperoleh keuntungan ; (3) kemampuan menilai atau memperhitungkan resiko secara realistik (Suryana dan Bayu, 2010: 148). Semua ini tergantung pada kondisi ekonomi, intelegensi, umur, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin seorang entrepreneur. Pada umumnya tingkat resiko yang dihadapi seorang wirausahawan akan tergantung pada kombinasi 3 faktor berikut (Frinzes, 2011: 238) : 1) Tingkat kesulitan memasuki sebuah bidang bisnis. Semakin Semakin sulit

    masuk, semakin besar resiko, tetapi semakin besar pula keuntungan yang dapat diraih. Demikian sebaliknya.

    2) Besar-kecilnya modal yang diinvestasikan di dalam sebuah bidang bisnis. 3) Margin atau besarnya keuntungan yang bisa diraih dari sebuah bidang

    usaha.

    d. Sikap, perilaku atau karakter lain : Di samping ketiga karakter pokok di atas, masih ada banyak sifat, perilaku, ciri-ciri, tabiat, atau karakter seorang wirausahawan yang sukses. Hampir semua penyusun buku kewirausahaan berbahasa Indonesia senang menggunakan pendekatan perilaku dalam membahas masalah kewirausahaan, Dalam buku-buku tersebut disebutkan banyak karakter yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Namun demikian, dalam modul ini hanya akan disebutkan beberapa karakter yang dinilai esensial di samping ketiga karakter yang sudah dipaparkan sebelumnya. Karakter-karakter tersebut juga dipandang sebagai cerminan dari perilaku prestatif seorang wirausahawan. Beberapa butir karakter atau sifat wirausahawan di bawah ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan Iman Sukardi (1991) sejauh yang dikutip Suryana dan Bayu (2010: 45-46). Pertama adalah kebutuhan atau dorongan untuk berprestasi (the need for Achievement yang disingkat n-Ach) dari David McClelland. McClelland adalah seorang ahli psikologi sosial yang tertarik dengan masalah-masalah pembangunan di negara-negara berkembang, tempat kemiskinan dan

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    10

    keterbelakangan merebak di masyarakat di dunia ini. Menurut McClelland (1971), dorongan untuk berprestasi ini pertama-tama bukan untuk mengejar keuntungan atau imbalan material yang besar. Orang dengan n-Ach tinggi, yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi, mengalami kepuasan bukan karena mendapatkan imbalan material dari hasil kerjanya, tetapi karena hasil kerja tersebut dianggap sangat baik. Ada kepuasan batin tersendiri kalau dia berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan sempurna. Imbalan material menjadi faktor sekunder. McClelland menyatakan, kalau dalam sebuah masyarakat ada banyak orang yang memiliki n-Ach yang tinggi, maka dapat diharapkan masyarakat tersebut akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. McClelland berkesimpulan bahwa n-Ach ini seperti semacam virus yang dapat ditularkan. Jadi n-Ach bukanlah sesuatu yang diwariskan sejak lahir. Namun demikian McClelland (1971 : 98) berpendapat :

    Kalau n-Ach begitu penting, terutama untuk dunia bisnis, maka n-Ach harus ditingkatkan nilainya sehingga makin banyak anak muda yang memiliki dorongan berwirausaha. Kesulitannya adalah, dari hasil penelitian, kami menemukan bahwa cara yang paling baik untuk menumbuhkan n-Ach adalah melalui keluarga ; dan sulit sekali untuk menumbuhkannya dalam skala yang besar.

    Kedua, kemandirian. Sikap atau karakter ini menunjukkan bahwa seorang wirausahawan selalu bertanggung jawab atas semua tindakannya secara pribadi, Wirausahawan adalah seseorang yang mengedepankan otonomi dalam bertindak termasuk dalam hal pengembilan keputusan dan pemilihan berbagai kegiatan. Wirausahawan semacam ini cenderung bekerja sendiri, memilih atau menentukan cara dan irama kerja yang sesuai dengan dirinya sendiri.

    Ketiga, keyakinan diri atau percaya diri. Wirausahawan akan selalu menunjukkan sikap percaya pada kemampuan diri sendiri, termasuk ketika dalam situasi menghadapi tekanan. Wirausahawan bukanlah seorang peragu dalam bertindak atau mengambil keputusan, bahkan cenderung untuk melibatkan diri sendiri secara langsung dalam berbagai situasi. Sikap percaya diri tidak harus selalu mengatakan ya, tetapi juga berani mengatakan tidak jika memang diperlukan.

    Keempat, luwes atau fleksibel dalam pergaulan. Sikap ini menunjukkan bahwa seorang wirausahawan harus selalu bisa cepat menyesuaikan diri dengan berbagai situasi hubungan atau interaksi antarmanusia. Wirausahawan selalu berusaha mencari kenalan baru dan membina persahabatan dengan setiap orang tanpap pandang bulu. Dalam hal ini sikap diskriminatif sungguh-sungguh merupakan pantangan bagi seorang wirausahawan.

    Kelima, kerja keras. Wirausahawan selalu berusaha tidak mudah menyerah sebelum menyelesaikan suatu pekerjaan. Dia terlibat dalam berbagai situasi kerja. Keterlibatannya dalam kerja tidak semata-mata untuk sebuah hasil akhir baik berupa keuntungan maupun kerugian, melainkan dia tidak akan pernah berpangku tangan. Bagi seorang wirausahawan, bekerja adalah suatu amanah, panggilan, atau ibadah yang harus dilaksanakan dengan sepenuh hati. Kerja keras (work hard) sering disandingkan atau dibandingkan dengan kerja cerdas (work smart). Sekarang keduanya tidak dapat dipisahkan lagi. Kerja

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    11

    keras mengandaikan adanya disiplin yang tinggi hampir dalam segala hal, terutama yang berkaitan dengan waktu.

    Keenam, sifat instrumental. Karakter ini menunjukkan bahwa dalam berbagai situasi wirausahawan selalu dapat memanfaatkan apa saja yang ada di lingkungannya untuk mencapai tujuan pribadi dalam berbisnis. Wirausaha selalu mencari segala sesuatu yang dapat dimafaatkan untuk memperbaiki kinerjanya. Hubungan interpersonal, kehadiran tokkoh masyarakat, pakar di bidang tertentu, selalu dimanfaatkan atau dijadikan rujukan untuk mencapai tujuan bisnisnya.

    Menganalisis peluang usaha

    a. Mengembangkan Ide Usaha Baru Apakah setiap orang dapat menjadi seorang wirausahawan yag sukses?

    Tentu saja jawabannya adalah dapat. Pertanyaan lebih lanjut adalah wirausahawan atau pengusaha macam apa yang diinginkan? Apakah kita akan memulai dengan menjadi wirausahawan berskala kecil atau berskala menengah?

    Banyak orang membayangkan bahwa yang dimaksud menjadi wirausahawan berskala kecil itu adalah usaha berskala rumah tangga. Misalnya toko sembako, penjual mie ayam, pengusaha jasa laundry, penjual bubur ayam, pengecer pulsa, atau semua usaha bisa dilakukan di rumah. Sedangkan usaha berskala menengah adalah usaha-usaha yang sama namun sudah bercabang-cabang, memiliki sekian banyak gerai atau sekian banyak gerobag dorong.

    Ada juga sementara orang yang membedakannya dengan melihat sumberdaya yang dimiliki, baik berupa sumber daya manusia, teknologi, bahan baku, keuangan atau modal, kepemimpinan, dan sebagainya. Banyak buku pendidikan kewirausahaan mulai dengan analisis berbagai sumber daya di atas. Biasanya disebutkan jikalau kita memiliki sumber daya yang memadai maka kita dapat langsung menjadi wirausahawan dengan skala menengah. Tetapi sebaliknya, buku-buku kewirausahaan yang lebih empirik-praktis atau buku-buku how to kewirausahaan yang banyak dibeli anggota masyarakat justru berpendapat sebaliknya. Pertanyaan yang mau dijelaskan dalam buku-buku tersebut biasanya sekitar bagaimana memulai usaha dari nol. Buku-buku semacam ini lebih mengedepankan tekad, cita-cita, kemauan dan semangat berusaha yang besar disertai kerja keras.

    Dua hal di atas sama-sama ekstrim kendati tidak ada yag salah. Memang benar, dalam keadaan normal, biasanya orang memulai usaha dengan berusaha sekuat tenaga untuk mencari modal sedikit demi sedikit, dengan berbagai sumber daya dan fasilitas yang terbatas. Awalnya tentu mulai dengan menjadi wirausahawan berskala kecil namun dengan ide-ide yang baru dalam menjalankan usaha. Sangat boleh jadi banyak orang mengawali bisnisnya dengan perasaan ragu-ragu dan pesimistik tetapi berakhir dengan keberhasilan yang gemilang. Akan tetapi tidak sedikit juga yang memulainya dengan optimistik, persiapan yang matang, sumber daya yang cukup. Hasil akhirnya ada yang berhasil ada yang tidak. Yang perlu digarisbawahi dalam hal ini adalah mulailah dengan ide-ide baru.

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    12

    Ide-ide untuk memulai sebuah usaha atau bisnis diawali dengan mengamati lingkungan. Biasanya ide baru muncul sebagai hasil dari proses interaksi seseorang dengan lingkungan. Oleh karena itu pilihan akan lingkungan dan bentuk bisnis harus diamati dengan seksama. Di sini seorang wirausahawan harus jeli dalam menilai dan menangani berbagai permasalahan dan peluang yang muncul di lingkungan tersebut. Sebagi contoh, ada dua orang calon wirausahawan datang di sebuah masyarakat di suatu tempat. Dua orang ini menemukan kenyataan yang sama bahwa semua orang dalam masyarakat tersebut ternyata tidak memakai sepatu atau sandal. Setelah mempelajari dan mengidentifikasi penyebabnya, calon wirausahawan A menyimpulkan tidak ada gunanya memulai bisnis sepatu di sini karena A berkeyakinan perilaku masyarakat yang tidak bersepatu atau sandal ini sudah mendarah daging dan tidak bisa diubah. Sebaliknya calon wirausahawan B berkesimpulan sebaliknya bahwa masyarakat akan mengubah perilakunya kalau ada upaya meng-edukasi masyarakat tersebut untuk bersepatu.

    Ide-ide bisnis yang dikembangkan oleh seorang wirausahawan pada umumnya merupakan ide-ide praktis yang diyakini memiliki kepastian untuk berhasil. Keberhasilan ini sering berawal dari usaha berskala kecil. Oleh karena itu banyak penulis buku kewirausahaan menyarankan, mulailah berbisnis dalam skala kecil (Suharno, 2007 ; Frinzes, 2011 : 223).

    Menurut sebuah survei yang dilakukan Peggy Lambing (2000) seperti yang dikutip Suryana (2003: 70), sekitar 43% responden (wirausahawan) mendapatkan ide bisnis dari pengalaman ketika mereka bekerja di perusahaan atau tempat-tempat profesional lainnya. Dari pengalaman tersebut, mereka mengetahui cara-cara mengoperasikan perusahaan. Sebanyak 15% responden menyatakan telah mencoba dan merasa mampu mengerjakannya dengan baik. Dari para wirausahawan yang disurvai, 11% di antaranya memulai usaha untuk memenuhi peluang pasar, sementara 46% lainnya karena hobi.

    Banyak cara atau jalan untuk menjadi berhasil dalam bisnis. Setiap orang bisa mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Tidak ada satu jalan yang dianggap jalan atau cara yang paling baik atau paling benar. Di samping faktor keberuntungan (luck atau hoki), ada faktor lain yang mempengaruhi misalnya kerja keras, perencanaan yang matang, pengamatan yang jeli, pemikiran kreatif dan inovatif, dan sebagainya.

    b. Identifikasi Peluang Usaha

    Sebuah (atau lebih) peluang usaha (business opportunities) dikatakan ada jika di dalam pasar terdapat kemungkinan yang menguntungkan untuk menawarkan atau menjual barang dan jasa yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan , keinginan, atau preferensi konsumen (Frinzes, 2011 : 229).

    Selanjutnya Frinzes (2011: 230) mengidentifikasi ada tidaknya sebuah peluang usaha berdasarkan tiga kondisi pasar sebagai berikut : 1) Ketika sebuah produk atau jasa sudah ada di pasaran tetapi tidak atau belum

    dapat memenuhi kebutuhan, keinginan, atau selera konsumen. Hal ini dapat terjadi karena : - Kualitasnya rendah - Produknya tidak user friendly atau tidak ramah pemakai - Harganya terlalu mahal atau tidak rasional

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    13

    - Produk tidak sesuai dengan keyakinan/kepercayaan pemakainya - Produk dinilai ketinggalan zaman, tidak sesuai dengan mode atau trend - Konsumen merasa kesulitan memperoleh produk tersebut - Tidak memiliki fitur yang membuat konsumen terkesan

    2) Adanya kenyataan atau kondisi ketika konsumen membutuhkan sebuah produk yang dapat mengatasi persoalan yang mereka hadapi namun tidak ada di pasaran. Misalnya sebuah produk yang dapat mempercepat proses pengeringan kaca atau lantai atau mobil, cairan yang dapat dengan cepat memberihkan porselin atau keramik yang sudah telanjur kotor dan sulit dibersihkan dengan cara biasa.

    3) Ketika ada sebuah inovasi (temuan baru) barang atau jasa yang sebelumnya tidak diketahui oleh konsumen. Misalnya upaya menciptakan sebuah atap yang dapat melindungi pengendara sepeda motor dari panas dan hujan. Sebuah alat serupa payung yang dapat melindungi jemuran dari terpaan hujan dengan segera.

    Kendati bukan perkara yang mudah, setidaknya ada 4 langkah strategis yang diusulkan Frinzes (2011: 233) untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memilih sebuah peluang bisnis yakni, pertama, mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen ; kedua, memindai (scanning) atau menyaring lingkungan, mengevaluasi individu dan masyarakat secara umum ; ketiga, meneliti secara cermat peluang-peluang bisnis yang muncul ; keempat, memilih salah satu peluang dan mempersiapkan sebuah rencana usaha.

    Dari 4 langkah di atas, disebutkan bahwa langkah pertama yakni mengidentifikasi kebutuhan atau keinginan konsumen merupakan langkah yang paling banyak diberi perhatian. Mengapa? Karena setiap peluang bisnis dimulai dengan adanya kebutuhan dan keinginan konsumen. Kebutuhan konsumen dianggap sebagai sesuatu yang paling mendasar di dalam kehidupan. Namun demikian perlu dicatat bahwa mengidentifikasi kebutuhan saja sebenarnya belumlah cukup memadai. Para indutriwan atau pengusaha besar yang bergerak di bidang industri konsumsi tidak hanya mengidentifikasi kebutuhan melainkan juga meng-create kebutuhan atau menciptakan kebutuhan. Artinya menggarap konsumen agar mereka merasa butuh atau setidak-tidaknya membuat mereka merasa tidak nyaman atau tidak percaya diri kalau tidak mengkonsumsi barang dan jasa yang dihasilkan oleh para pemain industri konsumsi besar. Pada suatu titik, seorang wirausahawan dituntut untuk itu.

    Menurut Lambing (Suryana, 2003 : 70), ada dua pendekatan utama yang digunakan wirausahawan untuk menemukan peluang dengan mendirikan usaha baru. Pertama, pendekatan inside-out yakni pendekatan berdasarkan gagasan sebagai kunci keberhasilan. Termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang menentukan jenis usaha berdasarkan ketrampilan, kemampuan, dan latar belakang diri sendiri. Kedua, pendekatan the out-side in atau disebut juga opportunity recognition yakni pendekatan yang menekankan pada basis ide bahwa suatu usaha akan berhasil apabila menanggapi atau menciptakan suatu kebutuhan di pasar. Sudah barang tentu hal ini didasari dengan pengamatan lingkungan yang cermat.

    c. Bidang dan Jenis Usaha yang Dimasuki

    Suryana (2003) mengidentifikasi sembilan bidang usaha yang dapat dimasuki oleh seorang wirausahawan, seperti bidang usaha pertanian,

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    14

    pertambangan misalnya galian pasir, batu bata, sirtu, pabrikasi misalnya perakitan, konstruksi, perdagangan, jasa keuangan, jasa perorangan seperti potong rambut, salon, laundry, katering, jasa-jasa umum misalnya transportasi, pergudangan, distribusi, dan jasa wisata.

    Sementara itu Suharno (2007), seorang praktisi wirausaha, pelatih, dan penulis buku, mengemukakan beberapa bidang usaha yang menjadi pilihan wirausahawan pemula.

    Pertama, usaha di bidang kuliner. Bidang ini mempunyai pasar yang sangat luas mengingat semua penduduk membutuhkan makanan di samping banyaknya ragam makanan baik yang khas daerah tertentu maupun makanan internasional. Orang juga dapat memilih makanan pokok, makanan ringan, dan segala macam minuman ringan dan es. Cara menjualnya pun bervariasi mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling canggih.

    Kedua, usaha sandang dan perhiasan, mulai dari baju, celana, sepatu, sandal, topi, kacamata, slayer, jam tangan, cincin, kalung, gelang, baik untuk anak-anak, remaja, dewasa, laki-laki maupun perempuan.

    Ketiga, usaha yang terkait dengan tempat tinggal. Sama seperti makanan dan sandang, tempat tinggal dibutuhkan oleh setiap orang. Orang bisa mulai berbisnis jual beli rumah, usaha renovasi, servis barang-barang elektronik dan peralatan rumah tangga, listrik, hiasan dinding, toko besi, tempat tidur sampai kursi.

    Keempat, usaha pendidikan. Setelah kebutuhan sandang, pangan, papan terpenuhi, pendidikan merupakan kebutuhan pokok lainnya yang harus dipenuhi. Peluag usaha di bidang pendidikan mulai berkembang ketikak sistem pendidikan nasional tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang berkualitas, mulai dari anak-anak usia dini atau berkebutuhan khusus sampai dengan pendidikan orang dewasa. Pendidikan di sini bisa formal maupun non formal. Bukan hanya masyarakat yang membutuhkan jasa pendidikan, perusahaan-perusahaan yang ingin maju pasti sangat peduli dengan pendidikan dan pelatihan para karyawannya.

    Kelima, bidang usaha yang berhubungan dengan rekreasi. Bidang ini meliputi usaha rental mobil, penyediaan peralatan untuk rekreasi, atau untuk yang berrekreasi di rumah sebuah peralatan game baik hardware maupun software-nya pastilah dibutuhkan.

    Proses Kewirausahaan Tahap-tahap Kewirausahaa Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha :

    a. Tahap memulai, tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan franchising. Juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri / manufaktur / produksi atau jasa.

    b. Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap "jalan", tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek : pembiayaan, SDM, kepemilikan,

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    15

    organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.

    c. Mempertahankan usaha, tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi

    d. Mengembangkan usaha, tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.

    Menurut Bygrave dalam buku model proses kewirausahaan mencakup tahap-tahap berikut (Alma, 2007: 10 12) :1). proses inovasi 2). proses pemicu 3). proses pelaksanaan 4). proses pertumbuhan a. proses inovasi

    Faktor Personal: Keinginan berprestasi, sifat penasaran terhadap sesuatu hal yang baru; keinginan menanggung resiko, factor pendidikan dan factor pengalaman

    Faktor lingkungan: adanya peluang, pengalaman dan kreativitas. b. Proses pemicu Faktor Personal yang memicu terjun ke dunia bisnis adalah:

    1) Adanya ketidak puasan terhadap pekerjaan sekarang 2) Sebagai penganggur akibat pemutusan hubungan kerja, dan tidak ada

    perkaan lain 3) Adanya dorongan usia 4) Keberaniana menanggung resiko 5) Adanya komitmen atau minat yang tinggi terhadap suatu bisnis tertentu

    Faktor Lingkungan: 1) Adanya persaingan dalam dunia kehidupan 2) Adanya sumber-sumber yang bias dimanfaatkan, misalnya memilki

    modal, tabungan, tempat usaha yang strategis 3) Pernah mengikuti pendidikan formal dan non formal sebagai bekal

    kemudian 4) Adanya kebijakan pemerintah yang mendorong iklim berusaha

    Faktor Sosiologi 1) Adanya hubungan dengan berbagai relasi 2) Adanya tim yang dapat diajak bekerja sama 3) Adanya dorongan dari orang tua, keluarga ataupun istri 4) Adanya bantuan dari family dan sanak saudara berupa kemudahan atau

    fasilitas 5) Adanya pengalaman pada bisnis sebelumnya

    c. Proses pelaksanaan PAda proses pelaksanaan factor yang mendorong untuk melakukan usaha bisnis adalah dari dirinya sendiri (personal) diantaranya adalah: 1) Mentalitas yang kuat dan focus 2) Adanya pembantu utama, manajer yang ikut membantu proses bisnis 3) Komitmen yang tinggi, dan focus bisnis 4) Mempunyai visi dan misi dalam bisnis

    d. Proses Pertumbuhan Proses pertumbuhan sangat ditentukan adanya perilaku organisasi antara lain:

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    16

    1) Kekompakan organisasi dalam bisnis, sehingga operasi berjalan lancar 2) Strategi yang mantap sebagai produk dari kekompakan 3) Adanya budaya organisasi yang stabil, budaya perusahaan (corporate

    culture) yang baik 4) Memiliki produk unggulan, misalnya kualitas produk, proses produksi

    Faktor lingkungan yang mendorong pertumbuhan bisnis adalah: 1) Produk yang dihasilkan mendapat respon positip dari masyarakat 2) Adanya persaingan yang menguntungkan bisnis yang digeluti 3) Adanya rekanan yang dapat menjaga kelangsungan usaha, baik

    sebagai pemasok, maupun distributor 4) Adanya lembaga keuangan yang memberikan dukungan fasilitas

    modal 5) Kebijakan pemerintah yang memberi dorongan pada usaha bisnisnya

    Pengembangan Kewirausahaan

    a. Pentingnya Pengembangan Kewirausahaan 1)Mengembangkan semangat kewirausahaan adalah salah satu faktor yang

    sangat penting di dalam melakukan sesuatu untuk meraih hasil atau kinerja bisnis. Ada pengusaha yang cepat menunjukkan keberhasilannya sementara yang lainnya tidak demikian dan jatuh tidak berdaya.

    2) Dorongan atau impuls apakah yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekonomi dan modernisasi? Para psycolog telah berhasil memberikan sumbangan yang tak terduga untuk memahami misteri ini. Mereka meneliti faktor apa yang dapat menjalankan terjadinya proses pertumbuhan ekonomi ini? Untuk mudahnya mereka menyebutkan virus mental yakni sesuatu cara berpikir tertentu yang kurang lebih sangat jarang dijumpai tetapi jika terjadi pada seseorang

    3) cenderung menyebabkan orang itu bertingkah laku secara sangat giat. Virus mental ini dinamai n Ach (singkatan dari Need for Achievement, kebutuhan untuk meraih hasil atau prestasi) sebagai motivasi intrinsik.

    a. Makna Motivasi bagi usahawan

    Pada umumya tingkah laku manusia dilakukan secara sadar, artinya selalu didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Disinilah peran penting dari motivasi. Orang atau bawahan dapat bersemangat bekerja apabila ada motivasi atau diberikan motivasi dari atasannya, Motivasi adalah kemauan untuk berbuat sesuatu, sedang motif adalah kebutuhan, keinginan, dorongan atau impuls. Motivasi seorang pengusaha sangat tergantung oleh semangat dan dorongan dari dirinya sendiri. Namun dorongan dari dirinya sendiri sering lemah, apalagi seroang pengusaha cepat puisat dengan hasil yang telah dicapai. Oleh karena itu perlu dari pihak ketiga secara terus menerus memberikan dorongan yang berupa pendampingan sampai para usahawan dapat memotivasi dirinya. Untuk seorang pekerja, motivasi tergantung kepada kemampuan pekerja untuk bekerja lebih giat. Agar pekerja lebih giat melakukan pekerjaan,

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    17

    maka mereka diberi motivasi. Sesorang yang menemui kegagalan atau kekecewaan dalam pekerjaan atau sebab lain dapat menimbulkan patah semangat, tetapi jika diberi semangat atau diberi motivasi oleh atasannya bahwa kegagalan itu sebagai lahan belajar, maka dia akan yakin dan untuk mencoba kembali. Seorang wirausaha mempunyai semangat kerja yang lebih tinggi, mampu bekerjasama dan memotivasi diri sendiri dan memotivasi orang lain atau bawahannya untuk meningkatkan produktivitas.

    b. Teori Prestasi (Achievment theory)

    Teori ini menjelaskan tingkah laku yang berorientasi kepada prestasi (achievement oriented behaviour) yang didefinisikan sebagai tingkah laku yang diarahkan terhadap tercapainya standard of exellent. Pada dasarnya motivasi sesorang ditentukan oleh tiga kebutuhan seperti yang diungkapkan oleh David C. Mc Clelland (1977 yang dikutip oleh Suryana dalam Kewirausahaan, 2006)3, yaitu: 1) Kebutuhan akan kekuasaan (need for power), 2) Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation), 3) Kebutuhan akan keberhasilan (need for achievement) Menurut teori tersebut seorang yang mempunyai need for achievement yang tinggi selalu mempunyai pola pikir tertentu, ketika ia merancang untuk melaksanakan sesuatu, selalu mempertimbangkan apakah pekerjaan yang akan dilakukan itu cukup menantang atau tidak. Ciri lain dari need for achievement (nAch) tinggi ialah kesediaannya untuk memikul tanggung jawab sebagai konsekwensi usahanya, berani mengambil resiko yang sudah diperhitungkan, kesediaannya untuk mencari informasi untuk mengukur kemajuannya, dan ingin kepuasan dari apa yang telah dikerjakannya. Berdasarkan uraian di atas maka kebutuhan berprestasi (nAch) tampak bentuk tindakan untuk sesuatu yang lebih baik dan efisien disbanding sebelumnya. Wirausaha yang memilii motif berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri ciri sebagai berikut: 1) Memiliki sifat selalu ingin memperbaharui secara terus menerus

    terhadap apa yang telah dilakukan sebelumnya dengan selalu ingin lebih baik lagi.

    2) Ingin mengatasi sendiri kesulutan dan persoalan persoalan yang timbul pada dirinya,

    3) Semangat kerja keras dengan menggunakan waktu yang cepat dan menggunakan sumber daya yang efisien serta mutu produk yang lebih baik.

    4) Memiliki semangat melakukan sesuatu hal yang baru bukan saja untuk kepentingan pribadi tetapi juga untuk kebutuhan kerjasama untuk mendapatkan manfaat bersama.

    5) Keberanian menanggung resiko dan mengambil keputusan tepat dengan memperhitungkannya dengan cermat.

    6) Kemampuan memadukan pribadi, sumber daya manajemen dan sumber daya lainnya yang ada pada diri pribadi dan lingkungan sekitarnya

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    18

    7) .Memanfaatkan peluang dari kendala yang ada untuk direalisasikan dan dikembangkan dengan memanfaatkan manajemen yang baik, transparan dan akuntabel

    Upaya memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan untuk mengembangkan jiwa, semangat, serta perilaku kewirausahaan sangat dipengaruhi oleh kemauan dan kemampuan: 1) Bekerja dengan semangat kemandirian, 2) Memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara sistematis, 3) Berfikir dan bertindak secara kreatif & inovatif, 4) Bekerja secara teliti, tekun dan produktif, 5) Haus terhadap berprestasi, 6) Hasrat berafiliasi, 7) Bekerja dalam kebersamaan dengan landasan etika bisnis yang sehat. Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligentce (1977)4 yang terkenal telah memanfaatkan hasil penelitian tentang otak dan perilaku. Golemen memperlihatkan faktor faktor yang terkait mengapa orang yang IQ tinggi gagal dan orang orang yang ber IQ sedang sedang saja menjadi sangat sukses. Faktor faktor ini mengacu pada suatu cara lain untuk menjadi cerdas, cara yang disebutnya kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri, empati dan kecakapan sosial. Ini ciri ciri yang menandai orang orang yang menonjol dalam kehidupan nyata: yang memiliki hubungan dekat yang hangat, menjadi bintang di tempat kerja. Perilaku wirausaha itu ada kaitannya dengan kecerdasan emosional, dimana tujuh unsur kecerdasan emosional adalah: 1) Keyakinan, yaitu perasaan percaya diri dan penguasaan seseorang

    apa yang dikerjakan. 2) Rasa ingin tahu, yaitu perasaan bahwa meneliti segala sesuatu

    bersifat positif dan menimbulkan kesenangan. 3) Niat, yaitu hasrat dan kemampuan untuk berhasil dan untuk

    bertindak berdasarkan niat itu dengan tekun., 4) Keterkaitan, yaitu kemampuan untuk melibatkan diri dengan orang

    lain berdasarkan pada perasaan saling memahami, 5) Kendali diri, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan dan

    mengendalikan tindakan dengan pola yang sesuai dengan usia, 6) Kecakapan berkomunikasi, yaitu kepercayaan diri dan kemampuan

    verbal untuk bertukar gagasan, perasaan dan konsep dengan orang lain

    7) Kooperatif, yaitu kemampuan untuk menyeimbangkan kebutuhannya sendiri dengan kebutuhan orang lain dalam kegiatan berkelompok

    c. Pengembangan kepribadian wirausaha

    1) Pengembangan kompetensi pribadi wirausahawan Untuk menjadi wirausaha yang berhasil antara lain:

    a) Wirausaha sebagai pribadi; seorang wirausaha harus berusaha belajar dari waktu ke waktu, harus sadar untuk meningkatkan produktifitas usaha.

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    19

    b) Menjadikan wirausaha dalam pekerjaan seseorang; berwirausaha adalah suatu gaya hidup dan prinsip-prinsip tertentu dalam pekerjaannya, bersifat fleksibel, imaginative, mampu merencanakan, mengambil keputusan dan mengambil keputusan untuk mencapai tujuan.

    c) Sikap mental; para wirausaha memiliki pandangan hidup yang sehat, dan merupakan individu-individu yang matang.

    d) Bersikap positif; para wirausaha menggunakan sikap positifnya untuk mengendalikan keadaan, sehingga memudahkannya untuk memfokuskan diri pada kegiatan atau kejadian serta hasil-hasil yang ingin dicapainya.

    e) Kebiasaan dan sikap; kebiasaan-kebiasaan baik yang diperoleh sesorang merupakan harta yang sangat penting, untuk menjadikan kegiatan lebih produktif.

    2) Pengembangan Kompetensi Kepemimpinan Seorang pemimpin yang efektif akan selalu mencari cara-cara yang

    lebih baik, percayapada pertumbuhan dan mempunyai sifat-sifat yang baik antara lain a) Mengembangkan sifat pemimpin; sifat-sifat ini harus

    dikembangkan, karena tiap-tiap berbeda kemampuan kepemimpinannya.

    b) Perilaku sebagai pemimpin; berperilaku sebagai pemimpin ada dua macam (a) berorientasi pada tugas, yang menetapkan sasaran, merencanakan dan mencapai sasaran dengan jelas. (b) Berorientasi pada seseorang yang memotivasi, dan membina hubungan manusiawi.

    c) Memimpin orang lain; kemampuan memimpin orang lain merupakan aspek penting bagi seorang pemimpin dan kemampuan mencapai hasil melalui kerjasama dengan orang lain.

    d) Memimpin dan memotivasi orang lain; wirausaha merupakan motivator bagi karyawan yang berhasil.Beberapa metode yang digunakan pemimpin untuk memotivasi stafnya antara lain: (1) Bangun harga diri karyawan (2) Berilah informasi (3) Delegasikan kekuasaan dan tanggung jawab (4) Membina kontak (5) Analislah problemnya, bukan orangnya (6) Terapkan prinsip pengukuhan.

    3) Pengembangan kompetensi mengambil resiko Wirausaha mendapat kepuasan besar apabila berhasil dalam melaksanakan tugas yang penuh resiko. a) Situasi resiko, adalah suatu keadaan yang harus dipilih diantara

    dua alternatif, dimana hasilnya tidak dapat diketahui atau harus dinilai secara subyektif, karena kemungkinan berhasil atau gagal (50%: 50%). Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mengambil keputusan dalam situasi yang penuh ketidakpastian, sambil memprediksikan kemungkinan berhasil atau gagal antara lain:

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    20

    (1) Daya tarik setiap alternatif (2) Sejauh mana seorang wirausaha bersedia rugi (3) Kemungkinan relatif sukses dan gagal (4) Seberapa jauh seorang dapat meningkatkan kemungkinan berhasil dan gagal.

    b) Mengembangkan ide-ide kreatif (1) Pengambilan resiko dan kreativitas merupakan dua ciri penting

    pada wirausaha. (2) Dengan berusaha menjadi lebih kreatif, akan menghasilkan ide-

    ide yang lebih produktif. Seorang wirausaha akan lebih siap mengambil resiko untuk melaksanakan ide-ide yang produktif.

    c) Mendelegasikan wewenang dan tanggungjawab. (1) Seorang wirausaha adalah seorang pemimpin dalam arti bahwa

    mengarahkan kegiatan-kegiatan orang lain dalam usaha mencapai tujuan perusahaan. Seorang pemimpin organisasi harus bersedia memberikan wewenang dan tanggung jawabnya kepada stafnya untuk kegiatan tertentu.

    (2) Mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada stafnya mengandung resiko yang negatif atau positif dan harus menanggung akibatnya. Pelimpahan wewenang yang berhasil, akan semakin banyak waktu baginya untuk menangani kegiatan lainnya untuk keberhasilan masa depan

    4) Pengembangan Kompetensi mengambil keputusan Seorang wirausaha harus kreatif, terutama dalam mengambil keputusan. Seorang wirausaha harus punya kepercayaan diri yang teguh dan yakin bahwa mampu membuat keputusan yang tepat. Sukses sebagai wirausaha tergantung pada kemampuannya mengambil keputusan-keputusan yang meningkatkan kemampuan bisnis yang akan datang

    5) Menjadi seorang pengambil keputusan Seorang wirausaha semakin berpengalaman dalam mengambil

    keputusan, semakin besar pula kepercayaan dirinya dan semakin berorientasi pada tindakan.

    6) Pemecahan persoalan. Metode ilmiah yang digunakan sebagai langkah-langkah pemecahan persoalan antara lain: a) Kenalilah persoalannya secara umum b) Tentukan fakta-fakta penting yang berkaitan dengannya c) Identifikasikanlah problem-problem utama d) Identifikasikanlah problem-problem yang terkait e) Carilah sebab-sebab problem itu f) Pertimbangkanlah berbagai kemungkinan jalan keluar dari problem

    itu g) Pilihlah jalan keluar yang dapat dilaksanakan. h) Laksanakanlah cara penyelesaiannya i) Periksalah cara penyelesaiannya itu tepat

    7) Mengambil Keputusan. Pedoman untuk mengambil keputusan kunci adalah sebagai

    berikut:

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    21

    a) Tentukan fakta dari persoalan yang sudah dikenal, jangan mencampuradukkan antara fakta dan opini.

    b) Identifikasi bidang manakah dari persoalan tadi yang tidak berdasarkan fakta.

    c) Di bidang ini wirausaha menggunakan logika, penalaran, dan intuisi untuk mencapai tujuan.

    d) Ambilah resiko yang sedang saja, jika terdapat ketidakpastian. e) Keputusan-keputusan haruslah diuji-coba dulu. Hal ini mengurangi

    resiko dan memungkinkan seorang wirausaha menilai hasil-hasilnya sebelum membuat keputusan.

    8) Mengembangkan Kompetensi Perencanaan dan Pengendalian a) Maksud utama perencanaan adalah bagi wirausahawan adalah

    untuk mendapatkan informasi yang tepat, pada waktu yang tepat dan dapat mengambil keputusan yang tepat.

    b) Perencanaan haruslah didasarkan atas kebutuhan-kebutuhan bisnis, tidak atas motif pribadi.

    Visi dan Misi Usaha

    a. Pengertian Visi Visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan - tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut pada masa yang akan datang. Visi itu tidak dapat dituliskan secara lebih jelas menerangkan detail gambaran sistem yang ditujunya, dikarenakan perubahan ilmu serta situasi yang sulit diprediksi selama masa yang panjang tersebut. Visi adalah suatu pernyataan tentang gambaran keadaan clan karakteristik yang ingin di capai oleh suatu lembaga pada jauh dimasa yang akan datang. Banyak intepretasi yang dapat keluar dari pernyataan keadaan ideal yang ingin dicapai lembaga tersebut. Visi itu sendiri tidak dapat dituliskan secara lebih jelas menerangkan detail gambaran sistem yang ditujunya, oleh kemungkinan kemajuan clan perubahan ilmu serta situasi yang sulit diprediksi selama masa yang panjang tersebut Beberapa persyaratan yang hendaknya dipenuhi oleh suatu pernyataan visi ; (Lewis & Smith, 1994). Pernyataan visi yang bagus tidak hanya menginspirasikan dan menantang, namun juga sangat berarti sehingga setiap pegawai bisa menghubungkan tugas yang dilakukanya dengan visi. Pernyataan visi harus mampung menjadi inspirasi dalam setiap tindakan yang dilakukan setiap pegawai. Yang paling penting pernyataan visi harus measurable, terukur sehingga setiap pegawai bisa mengetahui apakah tindakan yang dilakukannya dalam rangka mencapai visi organisasi atau tidak. Pernyataan visi yang baik harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut: 1) Succinct. Pernyataan visi harus singkat sehingga tidak lebih dari 3-4

    kalimat.

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    22

    2) Appealing. Visi harus jelas dan memberikan gambaran tentang masa depan yang akan memberikan semangat pada customer, stakeholder dan pegawai.

    3) FeasibleVisi yang baik harus bisa dicapai dengan resource, energi, waktu. Visi haruslah menyertakan tujuan dan objective yang strecth bagi pegawai.

    4) MeaningfulPernyataan visi harus bisa menggugah emosi positif pegawai namun tidak boleh menggunakan kata-kata yang mewakili sebuah emosi.

    5) Measurable. Pernyataan visi harus bisa diukur sehingga dimungkinkan untuk melakukan pengukuran kinerja sehingga setiap pegawai bisa mengetahui apakah visi sudah bisa dicapai atau belum. Sebagai contoh visi SCTV satu untuk semua yang berarti acara-acara SCTV harus bisa dinikmati semua kalangan, semua umur mulai balita sampai manula, cukup dengan melihat SCTV kebutuhan orang terhadap informasi & hiburan dan lain-lain bisa dipenuhi.

    Jawaban pertanyaan Siapa customer organisasi ini ? akan menyediakan dasar untuk menentukan visi organisasi. Sedangkan jawaban atas pertanyaan Ke Kemana organisasi akan pergi ? harus bisa dijawab oleh visi organisasi. Dengan demikian persyarat yang bersifat operasinal adalah bahwa Visi itu : a) Berorientasi ke depan (appealing) b) Tidak dibuat berdasarkan kondisi saat ini c) Mengekspresikan kreatifitas d) Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi

    masyarakat e) Memperhatikan sejarah, kultur, clan nilai organisasi meskipun ada

    perubahan terduga f) Mempunyai standard yang tinggi, ideal serta harapan bagi anggauta

    lembaga (Measurable) g) Memberikan klarifikasi bagi manfaat lembaga serta tujuan-tujuannya

    ; h) Memberikan semangat clan mendorong timbulnya dedikasi pada

    lembaga ; i) Menggambarkan keunikan lembaga dalam kompetisi serta citranya j) Bersifat ambisius serta menantang segenap anggota lembaga

    (meaningful)

    b. Pengertian Misi Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya meng-ujud-kan Visi. Dalam operasionalnya orang berpedoman pada pernyataan misi yang merupakan hasil kompromi intepretasi Visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju serta dapat pula memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian Visi. Pernyataan Misi memberikan keterangan yang jelas tentang apa yang ingin dituju serta kadang kala memberikan pula keterangan tentang bagaimana cara lembaga bekerja. Mengingat demikian pentingnya pernyataan misi maka selama pembentukannya perlu diperhatikan masukan-masukan dari

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    23

    anggota lembaga serta sumber-sumber lain yang dianggap penting. Untuk secara Iangsung pernyataan Misi belum dapat dipergunakan sebagai petunjuk bekerja Intepretasi lebih mendetail diperlukan agar pernyataan Misi dapat diterjemahkan ke langkah-langkah kerja atau tahapan pencapaian tujuan sebagaimana tertulis dalam pernyataan Misi. Untuk memberikan tekanan pada faktor komprehensif dari pernyataan misi maka pernyataan tersebut hendaknya mampu memberikan gambaran yang menjawab pertanyaan pertanyaan sbb (Lewis & Smith 1944) : Pernyataan misi yang baik haruslah memenuhi beberapa kriteria seperti berikut: 1) Simple and Clear. Pernyataan misi harus dicukup diwakili oleh 2-3

    pernyataan saja. Semua pernyataan tersebut harus sederhana dan jelas dimengerti serta tidak menggunakan jargon-jargon organisasi.

    2) Broad and long-term in future. Pernyataan misi organisasi harus cukup luas mengakomodasikan perkembangan organisasi di masa mendatang. Misi organisasi harus bisa menunjukan gambaran yang akan dicapai di masa depan dengan jelas. Pernyataan misi organisasi harus tetap valid pada 20 tahun mendatang sama seperti kondisi sekarang.

    3) Focus on the present. Pernyataan misi organisasi tidak boleh terlalu berorientasi pada masa depan sehingga kurang bisa fokus pada kondisi organisasi di masa sekarang.

    4) Easy to understand. Misi organisasi harus mudah dimengerti. Misi yang mudah dimengerti akan memudahkan mengkomunikasikan misi tersebut kepada anggota organisasi, stakeholder:

    a) Keberadaan lembaga adalah untuk berbuat apa; b) Apa produk atau jasa yang utama dari lembaga; c) Apa yang bersifat unik dari lembaga ; d) Siapa konsumen utama dari lembaga; e) Mengapa mereka merupakan konsumen utama ; f) Pihak lain mana yang berkepentingan dengan lembaga dan mengapa;

    g) Apa Core Values / nilai dasar lembaga; h) Apa yang berbeda pada lembaga 5 th yang lalu dan sekarang ; i) Mengapa berbeda ; j) Apa yang berbeda pada lembaga saat sekarang dan 5 th dari

    sekarang; k) Mengapa hal itu akan menjadi beda; l) Apa produk atau jenis jasa yang akan diberikan lembaga di

    masa depan; m) Apa yang harus dikerjakan lembaga untuk menyiapkan produk

    baru tersebut; n) Apakah jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas merefleksikan

    Visi lembaga ? o) Bila tidak, pertanyaan mana yang harus ada dan apa

    jawabannya. Dalam suatu organisasi, baik perusahaan yang sedang berkembang maupun yang akan memformulasikan kembali arah dan tujuan organisasi, sangat penting dan perlu dipertimbangkan dalam perencanaan orgnanisasinya

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    24

    untuk menentukan visi dan misi, karena visi dan misi akan menjelaskan arti kemana organisasi akan dibawa dan akan menjadi apa organisasi tersebut nantinya. Melalui pemahaman visi dan misi akan menunjukan semakin baiknya iklim organisasi, untuk itu penting bagi instansi agar selalu memperhatiakan para pegawai, serta hendaknya bersama- sama menciptakan suatu suasana atau iklim kerja yang kondusif, agar Karyawan tetap bekerja dengan motivasi tinggi. Contoh Visi dan Misi PT TELKOM Visi To become a leading InfoCom player in the region Telkom berupaya untuk menempatkan diri sebagai perusahaan InfoCom terkemuka di kawasan Asia Tenggara, Asia dan akan berlanjut ke kawasan Asia Pasifik. Misi Telkom mempunyai misi memberikan layanan " One Stop InfoCom Services with Excellent Quality and Competitive Price and To Be the Role Model as the Best Managed Indonesian Corporation " dengan jaminan bahwa pelanggan akan mendapatkan layanan terbaik, berupa kemudahan, produk dan jaringan berkualitas, dengan harga kompetitif. PT. PLN Visi : Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang bertumbuh-kembang Unggul danTerpercaya dengan bertumpu pada Potensi insani Misi: Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,

    berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

    Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

    Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.

    Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan

    Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Usaha

    a. Perencanaan Usaha Langkah awal seseorang setelah mempunyai ide untuk melakukan kegiatan usaha atau berwirausa adalah melakukan perencanaan usaha. Dalam perencanaan tersebut yang perlu dibuat adalah, menetapkan visi dan misi perusahaan. Visi dan misi sangat dibutuhkan untuk memberikan arah ke mana usaha kita akan dibawa dan bagaimana. Dalam membuat perencanaan yang perlu dimasukkan dalam rencana tersebut adalah usulan usaha, operasional usaha, keuangan usaha, strategi usaha, peluang pasar, dan kemampuan serta ketrampilan pengelolaan. Perencanaan usaha sebagai persiapan awal mempunyai fungsi sebagai pedoman untuk

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    25

    mencapai keberhasilan manajemen, dan sebagai alat bantu untuk mengajukan kebutuhan permodalan yang bersumber dari luar. Perencanaan usaha dapat dilakukan dengan manganalisis papsar, analisi pesaing, perencnaan manajemen, perencanaan aktivitas, dan perencanaan yang menyangkut aksi strategis.

    b. Pengelolaan Keuangan Secara disadari atau tidak seorang yang masuk kedalam usaha bisnis dalam hal keuangan akan memperhatikan 3 aspek pengelolaan keuangan, yang meliputi aspek sumber dana, aspek perencaaan penggunaan dana, aspek pengawasan dan pengendalian dana. Pada aspek sumber dana akan dipertimbangan sumber dana dari mana, dari modal sendiri atau modal dari pinjaman atau dari kedua-duanya. Bila menggunakan dana sendiri jumlah biasanya sangat terbatas, dan bila menggunakan dana dari luar atau pinjaman memilih yang berjangka panjang atau pendek dan perlu memperhitungkan adanya konsekwensi yaitu harus membayar biaya pinjaman dan bangaimana cara membayar pinjaman. Pada aspek penggunaan dana perlu mempertimbangkan setelah memperoleh dana bagaimana penggunaannya, untuk operasional atau untuk membangun sarana dan prasarana usaha. Pada aspek pengawasan dan pengendalian bagimana mengendalikan keuangan mulai dari perencanaan awal, menyiapkan sarana pencatatan, membuat perhitungan laba rugi, berupa aliran kas masuk kas dan aliran kas keluar, dan mempertimbangkan korban dan hasil, analisa pulang pokok atau breakeven.

    c. Strategi Pemasaran Salah satu fungsi yang sangat penting dan terpenting adalah pemasaran. Membuat dan berkreasi menciptakan suatu produk lebih mudah. Tujuan dalam usaha bisnis adalah dapat menyalurkan semua produk yang telah diproduksi. Ujung tombak keberhasilan pada wirausaha adalah dapat menjual produknya agar lebih bermanfaat bagi orang lain. Proudk dapat terjual berarti ada uang masuk, laba sudah dapat dihitung Oleh karena itu kegiatan penjualan ataupun memasarakan produk harus direncanakan sebaik-baiknya agar dapat menjual produk yang dihasilkan secara maksimum. Adapun langkah langkah dalam melakukan pemasaran produk adalah sebagai berikut: 1) Menentukan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Produk yang

    dihasilkan hendaknya memperhatikan kebutuhan pelanggan. Hal ini agar produk yang telah dihasilkan dapat diserap oleh pelanggan. Oleh karena itu seorang wirausaha harus dapat membaca apa yang diinginkan konsumen.

    2) Memilih pasar sasaran khusus Pemilihan sasaran khusus dilakukan setelah melihat keinginan konsumen. Konsumen mana yang akan dibidik sebagai sasaran atas produknya. Ada 3 jenis pasar ssasaran khusus, yaitu Pasal individual, pasar khusus dan segmentasi pasar. Untuk usaha yang baru dirintis sebaiknya menggunakan pasar individual, sedangkan usaha yang besar dan menengah menggunakan segmen pasar.

    3) Menetapkan strategi pemasaran dalam persaingan Kondisi lingkungan persaingan sangat berpengaruh terhadap

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    26

    strategi pemasaran. Ada 4 strategi dalam menghadapi kondisi lingkungan yang bersaing, a) Orientasi pada pelanggan b) Kualitas, yaitu mamajemen yang mendasarkan pada efsiensi,

    efektivitas dan tepat c) Kenyamanan, yaitu memfokuskan pada kenyamanan, kenikmatan

    dan kesenangan hidup d) Inovasi produk. Berinovasi produk dapat memberikan

    4) Memilih strategi pemasaran Strategi pemasaran adalah paduan dari kinerja wirausaha dengan

    hasil pengujian dan penelkitian pasar sebelum mengembangkan keberhasilan strtaegi pemasaran. Untuk menarik konsumen, wira usaha bias merekayasa indicator-indikator yang terdapat dalam bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri atas, harga, produk, tempat dan promosi.

    Studi Kelayakan usaha

    Di Indoensia masalah pengganguran merupakan masalah klasik yang terus menerus menjadi bagian peroslan bangsa Indonesia yang sampai sekarang masalah tersebut tidak pernah selesai. Setiap tahun ada tambahan tingkat pengangguran, dan jumlah penawaran tenaga kerja jauh melebih permintaanya. Suatu solusi ditawarkan bahwa, seseorang untuik memenuhi kepbuthan ekonominya tidak harus menjadi pekerja atau bekerja pada pemberi kerja, kalu dapat menciptakan pekerjaan bagi dirinya ataupun orang lain. Seseorang yang akan menginjakkan kakinya ke dunia usaha atau memasuki dunia kewirausahaan yang melakukan bisnis tertentu, akan lebih baik sebelumnya melakukan kajian kajian sederhana. Kajian tersebut meliputi berbagai macam aspek yang terdiri atas aspek, pemasaran, aspek, produksi, aspek keuangan, aspek sumber daya, aspek lingkungan. Aspek aspek tersebut ada yang menggali secara dalam dan teoritis untuk mengawali usaha, hal ini agar resiko yang ditanggungnya dapat diprediksi sebelumnya. Namun ada pula yang dengan keberanian tanpa membuat perhitungan secara teoritis dan berhasil, hal ini karena mereka mempunyai insting bisnis yang luar biasa. a. Aspek pemasaran

    Aspek pasar merupakan suatu aspek yang pertama kali harus dilakukan dalam suatu studi kelayakan karena mclalui aspek ini akan dapat diperkirakan besarnya permintaan produk serta kecenderungan perkembangan permintaan pada masa yang akan datang. Tanpa perkiraan jumlah permintaan produk, dikemudian hari proyek dapat terancam kesulitan yang disebabkan adanya kekurangan atau kelebihan permintaan sehingga menyebabkan proyek tidak dapat berjalan secara efisien. Untuk dapat memperkirakan besarnya permintaan, perlu dilakukan peramalan jumlah permintaan pada masa yang akan datang. Oleh karena itu fungsi pemasaran sangat penting, sebab fungsi ini yang menjadi ujung tombak berhasil tidaknya suatu usaha. Pemasaran merupakan suatu fungsi bisnis yang mengidentifikasi kebutuhan pasar, mendefinisikan dan mengukur besarnya kebutuhan pasar tersebut,

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    27

    menentukan produk atau jasa yang dilayani dan program-program yang sesuai untuk melayani pasar yang ada dan meminta setiap jajaran organisasi untuk berusaha memberikan pelayanan yang terbaik. Analisis aspek pasar merupakan variabel pertama dan utama yang perlu dikaji dalam pembahasan studi kelayakan karena bilamana tidak ada pasar pada unit usaha yang dikaji maka keputusan investasi perlu ditinjau kembali. Dalam aspek ini dibahas mengenai peluang pasar, penetapan pasar, dan langkah-langkah yang perlu dilakukan disamping kebijakan yang diperlukan. Dalam penentuan pasar ada beberapa kriteria pasar yang harus diukur untuk mempermudah penentuan pasar sasaran, yaitu : 1) Pasar potensial adalah sekumpulan konsumen yang menyatakan tingkat

    minat yang memadai terhadap penawaran pasar. 2) Pasar tersedia adalah sekumpulan konsumen yang mempunyai minat,

    pendapatan, akses dan kualifikasi untuk penawaran pasar tertentu. 3) Pasar sasaran (pasar terlayani) adalah bagian dari pasar tersedia yang

    akan dimasuki oleh perusahaan berdasarkan pada kesiapan dan kebijakan perusahaan. Dalam menentukan pasar tersebut maka akan dilakukan survei terhadap populasi yang telah ditentukan. Berikut teori dalam pemilihan populasi, metode sampling, juga penetapan jumlah sampling dalam penelitian : a) Memilih Populasi Survei

    Survei digunakan untuk memprediksi permintaan sebagai dasar untuk membuat keputusan finansial. Dalam memilih populasi survei dengan tingkat akurasi dan representasi tertentu dari fakta keseluruhan dengan pertimbangan teknik, waktu, dan biaya maka dilakukan teknik sampling yang disebabkan banyaknya objek yang harus diteliti. Sampel anggota populasi diharapkan mewakili karakteristik dan sifat anggota populasi, sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan dengan tingkat kepercayaaan tertentu yang merupakan suatu kesimpulan dari objek populasi secara keseluruhan

    b) Metode Sampling Dalam garis besarnya terdapat dua macam metode sampling, yaitu : (1) Probability Sampling, dimana setiap unsur dalam populasi

    memiliki kemungkinan dipilih yang sama besarnya. Terdiri dari Simple Random Sampling, Proportionate Stratified Random Sampling, Disproportionate Stratified Random Sampling, Systematic Sampling, Cluster Sampling, Multistage Sampling.

    (2) Non Probability Sampling, dimana setiap unsur dalam populasi tidak memiliki kemungkinan yang sama besar, karena tidak diketahui dan dikenal populasi yang sebenarnya. Terdiri dari Convenience Sampling, Judgment Sampling, Quota Sampling, dan Snowball Sampling.

    c) Ukuran Sampling Ukuran sampel yang digunakan didasarkan pada jumlah minimum ukuran sampel yang diperlukan, diperoleh dengan teknik perhitungan melalui suatu rumusan matematis, serta ukuran sampel dalam suatu penelitian akan mempengaruhi valid atau tidaknya suatu penelitian tersebut. Teori yang dikemukakan oleh Gervitz dalam bukunya

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    28

    Developing New Product with TQM, halaman 92 yaitu responden yang dibutuhkan sebagai sampel untuk suatu kuisioner ditentukan dari populasi sebenarnya sebagai berikut : (1) Sampel minimal adalah 30, jika ukuran sampel kurang dari 30

    maka biasanya terlalu kecil untuk menggambarkan kesimpulan yang diambil.

    (2) Jika populasi lebih dari 500, maka sampel yang diambil berkisar antara 10 persen dari populasi.

    (3) Untuk populasi sekitar 5.000 sampel, ukuran sampelnya sebaiknya antara 100-500.

    (4) Untuk populasi yang lebih besar dari 10.000 maka sampel yang diambil seharusnya berkisar antara 200-1000.

    b. Aspek Tcknis Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkaitan dengan pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Dalam aspek teknis akan ditentukan lokasi pembangunan proyek tersebut dan tata letak dari unit produksi. Selain itu juga ditentukan jenis dan jumlah bahan baku, mesin dan tenaga kerja yang dibutuhkan. Hasil dari penelitiadan pemilihan tersebut selanjutnya digunakan untuk perhitungan jumlah danayang dibutuhkan untuk membangun proyek

    c. Aspek finansial Aspek finansial sangat memegang peranan penting dalam melakukan studi kelayakan bisnis perlu melakukan pengkajian lebih mengenai aspek-aspek pendapatan dan biaya yang diperlukan dalam pengimplementasiannya. Hal ini dimaksudkan sebagai bahan kajian pertimbangan tersendiri bagi pihak manajemen perusahaan dalam mengambil langkah strategi terhadap penyelenggaraan bisnis tettentu .Untuk mengambil suatu keputusan dalam memilih suatu investasi diperlukan perhitungan dan analisis yang tepat untuk menilai dan menentukan investasi yang menguntungkan ditinjau dari segi ekonomis. Ada beberapa metode yang biasa dipertimbangkan dalam penilaian suatu investasi : 1). Net Present Value (NPV)

    Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Suatu proyek dikatakan layak secara ekonomis jika nilai NPV positif (lebih besar dari nol), dan jika sebaliknya maka proyek ditolak karena dinilai tidak menguntungkan.

    A0 = Pengeluaran investasi pada tahun ke-0 At = Aliran kas masuk bersih pada tahun ke-t r =Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh para pemilik modal

    dengan memperhatikan resiko usaha n = Jumlah tahun / usia ekonomis proyek (atau periode studi)

    2) Internal Rate of Return (IRR) Perhitungan tingkat suku bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    29

    mendatang. Suatu rencana investasi dikatakan layak jika memiliki nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang berlaku (Minimum Attractive Rate of Return / MARR ). Jika terjadi sebaliknya, maka rencana investasi tersebut dianggap tidak layak untuk direalisasikan. Dengan mempergunakan rumus PW (Present Worth), IRR adalah i % pada nilai ini

    dimana Rt = Penghasilan atau penghematan netto untuk tahun ke-t Et = Pengeluaran netto termasuk tiap biaya investasi untuk tahun ke-t n = Jumlah tahun / usia ekonomis proyek (atau periode studi)

    3). Payback Period (PBP) Payback period adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya aruspenerimaan secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Semakin kecil periode waktu pengembaliannya, semakin cepat proses pengembalian suatu investasi.

    4). Analisis Sensitivitas

    Setelah dilakukan evaluasi terhadap kriteria investasi perlu dilakukan analisa sensitifitas untuk mengetahui sejauh mana tingkat sensitifitas / pengaruh dari beberapa variabel terhadap pendapatan dan keuntungan perusahaan berdasarkan skenario-skenario yang logis. Metoda yang biasa digunakan dalam analisa sensitifitas yaitu:

    a) Analisa Breakeven b) Analisa sensitifitas dengan model sederhana c) Analisa sensitifitas menggunakan model discounted

    Dalam penerapannya analisa sensitifitas tidak akan dilakukan dengan ketiga metoda tersebut tetapi dipilih metoda yang paling sesuai. Secara skematis perbedaan studi kelayakan dengan rencana bisnis dapat digambarkan dalam table berikut.

    Faktor Studi Kelayakan Rencana Bisnis Jenis data Data estimasi (estimate data) Berdasarkan data empiris

    perusahaan Sumber Data Data Eksternal Data Internal Peyusun / analis Pihak eksternal (konsultan/

    pakar) Pihak intern (manajemen) perusahaan (direksi perusahaan)

    Tujuan Menilai kelayakan gagasan bisnis Merencanakan kegiatan bisnis di masa yang akan datang

    User (pengguna) Investor, bank, pemerintah, LSM Manajemen, kreditor Waktu pembuatan

    Bisa lebih dari 1 tahun Kurang dari 1 tahun

    Biaya Relatif besar, bisa lebih dari Rp. Relative lebih kecil

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    30

    Kontribusi ilmu lain terhadap studi kelayakan

    Disiplin Ilmu Bentuk Kontribusi Manfaat Pemasaran 1. Menganalisis permintaan dan

    penawaran 2. Mencari dan menghitungkan pasar

    potensial, permintaan potensial dan permintaan efektif, segmen pasar

    3. Menganalisis persaingan 4. Memilih strategi pemasaran yang

    tepat 5. Menentukan strategi generic

    Untuk menentukan dan menilai apakah produk yang akan dihasilkan dapat diserap/ diterima oleh pasar (marketable)

    Manajemen Operasi dan Produksi

    1. Pemilihan desain produ yang akan diproduksi

    2. Penghitungan kapasitas perusahaan 3. Pemilihan mesin dan teknologi serta

    peralatan yang akan digunakan 4. Penentuan lokasi usaha 5. Penentuan proses produksi dan layout

    pabrik yang dipilih, termasuk layout bangunan dan faslitas lain

    6. Penghitungan skala produksi yang ekonomis

    Untuk menilai apakah kegiatan produksi dapat dilakukan secara efisien dan efektif

    Manajemen SDM 1. Struktur organisasi 2. Analisis pekerjaan 3. Analisis jabatan 4. Proses rekrutmen 5. Teknik pemberian kompensasi

    Untuk menilai kapabilitas tim penyusun studi kelayakan dan menentukan pelaksanaan proyek

    Aspek Hukum dalam bisnis

    1. Memilih badan huku yang tepat sesuai dengan tujuan organisasi

    2. Menilai apakah usaha yang akan dijalankan melanggar ketentuan undang-undang atau peraturan yang berlaku

    3. Menentukan prosedur pendirian

    Untuk menilai bentuk organisasi yang paling tepat

    Ilmu sosial dan lingkungan

    1. Dampak pencemaran lingkungan (Amdal)

    2. Penyerapan tenaga kerja 3. Dampak sosial

    Untuk menilai dampak pencemaran dan pengaruhnya terhadap kondisi social masyarakat

    Manajemen keuangan

    1. Menentukan modal kerja 2. Menentukan modal investasi 3. Menilai arus kas 4. Membuat proyeksi laba rugi dan

    neraca perusahaan 5. Mengetahui tingkat pengembalian

    modal 6. Mengetahui profitabilitas dan

    Unuk menilai kelayakan aspek keuangan, apakah menguntungkan atau tidak

    1 miliar

  • PLPG Rayon 138: Pendalaman Materi

    31

    rentabilitas yang akan dijalankan

    Analisis SWOT

    a. Analisis SWOT (singkatan bahasa Inggris dari "kekuatan"/strengths,

    "kelemahan"/weaknesses, "kesempatan"/opportunities, dan "ancaman"/threats) adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.

    b. Perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk menentukan strategi atau arahan, serta mengambil keputusan untuk mengalokasikan sumber dayanya (termasuk modal dan sumber daya manusia) untuk mencapai strategi ini. Berbagai teknik analisis bisnis dapat digunakan dalam proses ini, termasuk analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) Untuk mengkaji suatu organisasi perlu dilakukan analisis dengan melihat faktor internal (yang muncul dari dalam desa) dan faktor eksternal (yang ada atau datang dari luar desa).

    c. Faktor-faktor internal yang dapat dianalisis