Upload
heru-mutiyono
View
265
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
i
Penyusun :
1. Saiful Islam
2. Bungkus Sasongko Purnomo
3. Linggo Supranggono
4. Agus Hendartono
5. Hafez Aditya
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan draft modul Manajemen of Spending Authority
(MoSA) ini sesuai waktu yang direncanakan. Draft modul Manajemen of Spending
Authority atau yang biasa dikenal dengan Manajemen Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) ini merupakan hasil kajian dari proses bisnis dalam kewenangan
Ditjen Perbendaharaan yaitu Mekanisme Pelaksanaan Anggaran.
Draft modul Manajemen DIPA merupakan kajian terhadap pelaksanaan
manajemen DIPA di Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Dalam modul ini akan
diuraikan mekanisme manajemen DIPA saat ini, menganalisis dari sisi pelaksanaannya
serta kemudian memberikan masukan tentang rancangan manajemen DIPA di masa
mendatang berikut strategi penerapannya.
Penyusunan Draft Modul MoSA ini merupakan salah satu bagian dari tugas
pokok dan fungsi Direktorat Transformasi Perbendaharaan. Penyusunan modul ini
diharapkan dapat menjadi sarana untuk menggali lebih jauh mengenai mekanisme
penerbitan DIPA dan hubungannya dengan berbagai subsistem dalam Sistem
Perbendaharaan dan Anggaran Negara. Sedangkan bagi Direktorat Transformasi
Perbendaharaan khusunya bagi penyusun, draft modul ini diharapkan mampu
memberikan motivasi untuk selalu memperbaiki diri dan terbuka bagi segala masukan
dan kritikan yang membangun.
Penyelesaian draft modul Manajemen DIPA ini tidak terlepas dari bimbingan,
arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Tim Penyusun mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuannya dalam penyelesaian modul ini, khususnya kepada Direktur Transformasi
Perbendaharaan atas bimbingan dan masukannya sehingga draft modul ini dapat
diselesaikan.
iii
Terakhir, dengan kerendahan hati penyusun menyadari draft modul ini jauh
dari kesempurnaan, berbagai sudut pandang yang ada sangat kami butuhkan untuk
selalu memperbaiki analisis kami atas berbagai permasalahan yang ada. Oleh karena
itu maka penyusun sangat membuka bagi setiap masukan dan kritik yang membangun.
Sekian dan Terimakasih.
a.n Tim Penyusun
Kasubdit TPBI
Saiful Islam, MBA
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Ruang Lingkup 2
C. Tujuan dan Manfaat 2
D. Metode Penulisan 3
BAB II LANDASAN KONSEPTUAL 5
A. Tinjauan Literatur 5
B. International Practices 20
BAB III GAMBARAN UMUM MANAJEMEN DIPA EXISTING 28
A. Dasar Hukum 28
B. Pengertian Umum 30
C. Format DIPA 52
D. Proses Bisnis 56
E. Exception dalam Manajemen DIPA 64
F. Permasalahan Terkait Manajemen DIPA 66
BAB IV MANAJEMEN DIPA FUTURE 72
A. Visi dan Misi 72
B. Fitur Oracle (ERP SPAN) dalam Manajemen DIPA 74
C. Manajemen DIPA diluar ERP “Pemberian DIspensasi (UP dan Akun)” 83
D. Area of Improvement Manajemen DIPA Future 85
E. Usulan Format Baru DIPA 140
BAB V KONEKSITAS PENGEMBANGAN BISNIS PROSES DAN STRATEGI
IMPELEMENTASI
150
A. Koneksitas Pengembangan Proses Bisnis MoSA 150
B. Strategi Implementasi 151
BAB VI PENUTUP 157
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
158
161
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama beberapa dekade sebelum disahkannya peraturan perundang-
undangan terkait penganggaran dan keuangan negara, Indonesia menggunakan sistem
pengelolaan keuangan berdasarkan peraturan yang dibuat oleh pemerintah kolonial.
Dengan perkembangan pelaksanaan keuangan pemerintah di berbagai negara dan
tuntutan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, mendorong pemerintah
Indonesia untuk melakukan reformasi pengelolaan keuangan negara.
Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 merupakan komitmen bersama dalam memperbaiki sistem
penganggaran negara. Pelaksanaan peraturan keuangan negara perlu didukung oleh
sistem manajemen penggaran dan perbendaharaan yang menunjang pelaksanaan
tugas-tugas yang dibebankan oleh pengelola keuangan baik oleh chief financial officer
(CFO) sebagai Bendahara Umum Negara maupun chief operating officer (COO) sebagai
pengguna anggaran. Sebagai tindak lanjut penerapan sistem manajemen
penganggaran maka diluncurkan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN)
sebagai wadah dalam menerapkan sistem manajemen penganggaran dan
perbendaharaan negara.
Modernisasi pengelolaan keuangan pemerintah memerlukan dukungan
sistem informasi yang handal dan terintegrasi, mulai dari perencanaan anggaran,
perbendaharaan dan pelaksanaan anggaran, pengelolaan utang, maupun pelaporan
dan pengawasan.
Sebagai bagian dari reformasi di bidang keuangan sejak tahun 2004
Departemen Keuangan telah merencanakan untuk melakukan reformasi sistem
informasi, khususnya di bidang perbendaharan dan penganggaran. Rencana tersebut
akan dibiayai dengan pinjaman dari Bank Dunia dalam payung Government Financial
2
Management and Revenue Administration Project (GFMRAP) di Departemen
Keuangan. Salah satu unsur utama dalam GFMRAP tersebut adalah proyek Sistem
Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN).
SPAN adalah proyek jangka panjang yang menempatkan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan dan Direktorat Jenderal Anggaran sebagai leading institutions,
meliputi pembangunan sistem perbendaharaan dan anggaran negara yang sesuai
dengan best practices yang diharapkan, dengan didukung oleh sistem informasi yang
modern, baik yang terkait dengan software maupun hardware, melibatkan dan
menghubungkan sistem informasi perbendaharaan dan anggaran di beberapa Eselon I
di Departemen Keuangan, lima kementrian/lembaga negara di pusat, DPR, seluruh
KPPN dan institusi pemerintah lainnya yang ditetapkan.
Sistem pelaksanaan anggaran harus memenuhi sasaran dari Public
Expenditure Management (PEM) yaitu pengawasan pengeluaran secara menyeluruh,
alokasi strategis dan efisiensi pelaksanaan. Dalam sistem pelaksanaan anggaran
sebelumnya mengacu pada : fokus pada kepatuhan dan meyakinkan penerapan
disiplin fiskal
B. Ruang Lingkup
Tulisan ini akan membatasi pembahasan pada permasalahan yang berkaitan
langsung dengan proyek SPAN sesuai dengan dokumen penawaran (bidding document)
yang telah disusun. Beberapa hal yang akan dibahas antara lain proses allotment,
annual financial plan dan cash limit
C. Tujuan dan Manfaat
Pembaharuan proses pelaksanaan anggaran agar sesuai dengan tuntutan
masyarakat yaitu keterbukaan, efisiensi dan sebagai sarana mencapai kesejahteraan
memerlukan format yang modern namun tetap disesuaikan dengan tingkat kesiapan
para penyelenggara secara keseluruhan agar tujuan akhir untuk peningkatan
kesejahteraan dapat dicapai. Berdasarkan kondisi yang ada dari satuan kerja dan
harapan di masa mendatang perlu disusun konsep pelaksanaan anggaran yang
komprehensif namun tetap mengakokomodasi keadaan-keadaan tertentu yang tidak
terdapat dalam pelaksanaan di negara lain yang sudah maju. Tulisan ini bertujuan
3
untuk mendefinisikan visi dan tujuan yang akan dicapai dari pelaksanaan Management
of Spending Authority (MoSA) serta bagaimana kondisi pelaksanaan anggaran saat ini
untuk dilakukan penyesuaian dengan konsep yang ada dalam SPAN.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan dalam modul ini dimulai dari penjelasan mengenai latar
belakang penulisan, ruang lingkup penulisan, tujuan dan manfaat serta metodologi
penulisan. Kemudian akan dijelaskan mengenai landasan konseptual dalam
manajemen DIPA baik yang berasal dalam literatur maupun best practice internasional
sebagai dasar pemikiran untuk pengembangan manajemen DIPA future. Langkah
selanjutnya yaitu analisis terhadap Manajemen DIPA existing, hal ini dilakukan untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihannya serta menentukan pada titik-titik mana
yang memerlukan perbaikan. Berdasarkan analisis terhadap Mananajemen DIPA
existing, modul ini akan berusaha menguraikan bagaimana seharusnya Manajemen
DIPA future baik dalam tataran konsep maupun bisnis prosesnya.
Tabel I
Metodologi Penulisan
JUDUL BAB KETERANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang pembahasan Manajemen DIPA
B. Ruang Lingkup Pembahasan
C. Tujuan dan Manfaat
D. Metode Penulisan
BAB II
LANDASAN KONSEPTUAL
A. Tinjauan Literatur tentang manajemen DIPA yang
akan membahas tentang teori dan best practice
manajemen DIPA di dunia.
B. International Practice akan membahas tentang
manajemen anggaran di beberapa negara
4
BAB III
GAMBARAN UMUM
MANAJEMEN DIPA
EXISTING
A. Manajemen DIPA saat ini baik dari sisi peraturan
yang mendasarinya, bisnis prosesnya dan exception-
exception dalam Manajemen DIPA saat ini.
B. Assesment manajemen DIPA yang berlaku saat ini
sehingga dapat mengetahui kekurangan dan
kelebihannya.
BAB IV
MANAJEMEN DIPA
FUTURE
A. Visi dan Misi
B. Fitur Oracle (ERP SPAN) dalam Manajemen DIPA
C. Areas of Improvement Manajemen DIPA Future
D. Proses Bisnis Manajemen DIPA Future
E. Proses Bisnis MoSA Kedepan (alur dan Penjelasan)
BAB V
KONEKSITAS
PENGEMBANGAN
PROSES BISNIS DAN
STRATEGI
IMPLEMENTASI
Identifikasi potensi permasalahan dalam penerapan
future Management of Spending Authority (MoSA) serta
strategi yang akan dilakukan dalam rangka mewujudkan
proses bisnis tersebut.
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan dan saran untuk proses pada tahap
selanjutnya
5
BAB II
LANDASAN KONSEPTUAL
Bab ini akan membahas beberapa pengertian terkait dengan manajemen
pelaksanaan anggaran serta beberapa konsep yang diterapkan oleh negara lain sebagai
bahan perbandingan dalam pelaksanaan anggaran di masa mendatang. Peningkatan
manajemen pelaksanaan anggaran berdasarkan UU No. 1 Tahun 2004 pasal 7 angka 2
huruf (c) yaitu Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara berwenang
melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran negara. Tugas dimaksud dilaksanakan
dengan mengoptimalkan peran DIPA bukan hanya sebagai dokumen alokasi pagu bagi
suatu satuan kerja namun juga sebagai alat kontrol dalam pengeluaran anggaran oleh
satuan kerja.
A. Tinjauan Literatur
1. Pentingnya Manajemen Pelaksanaan Anggaran
Pelaksanaan anggaran (budget execution) adalah tahapan pada saat sumber daya
digunakan untuk implementasi kebijakan dikaitkan dengan anggaran yang
disediakan. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam pelaksanaan
anggaran adalah implementasi anggaran yang formulasinya disusun dengan baik
namun pelaksanaannya jelek, namun tidak memungkinkan untuk
mengimplementasikan anggaran yang formulasinya buruk dengan baik.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan rencana penganggaran
yang baik sesuai dengan rangkaian proses yang telah disusun. Namun proses
pelaksanaan anggaran bukan mekanisme yang sederhana untuk memastikan
kepatuhan pelaksanannya berjalan sesuai dengan program awal. Bahkan dengan
sistem yang direncanakan dengan baik, adanya perkembangan ekonomi makro
yang tidak diharapkan dapat terjadi selama tahun anggaran berjalan akan
tercermin dalam pelaksanaan anggaran. Tentunya perubahan-perubahan yang ada
6
seharusnya diakomodasi sesuai dengan sasaran kebijakan awal secara konsisten,
untuk menghindari permasalahan pada kegiatan yang akan dilaksanakan dan
manajemen proyek yang telah disusun.
Keberhasilan pelaksanaan anggaran tergantung sejumlah faktor lain, seperti
kemampuan menyesuaikan dengan perubahan-perubahan dalam ekonomi makro
dan kapasitas implementasi/kemampuan penyesuaian dari pelaksana (satker K/L)
bersangkutan. Pelaksanaan anggaran melibatkan sejumlah besar pelaku yang
dimulai dari persiapan anggaran dan kedua proses tersebut dilibatkan untuk
memastikan bahwa perencanaan anggaran ditransmisikan dengan benar dan
untuk memperhitungkan umpan balik dari pengalaman yang terjadi dalam
implementasi anggaran (Allen, R, dkk, 2001).
Pelaksanaan anggaran yang efisien mencakup: (i) kepastian bahwa anggaran akan
diimplementasikan sesuai dengan otorisasi yang diperoleh dari UU baik aspek
yang terkait dengan keuangan dan kebijakan; (ii) mengadaptasi/menyesuaikan
pelaksanaan anggaran terhadap perubahan-perubahan yang signifikan dalam
ekonomi makro; (iii) mengatasi masalah yang muncul selama implementasi dan
(iv) mengatur/manajemen dalam pembelanjaan dan penggunaan sumber daya
secara efisien dan efektif.
2. Sistem Pelaksanaan Anggaran
Allen, R dan Tommasi, D, (2001) menyatakan bahwa siklus pelaksanaan anggaran
(The Budget Execution Cycle ) terdiri dari tahap :
a. Apportionment dari anggaran yang telah disahkan dan pemberian dana kepada
satuan kerja
b. Komitmen
c. Penerimaan (acquisition) dan verifikasi (tahap pengenalan liabiliti)
d. Pengeluaran permintaan pembayaran
e. Pembayaran
Terkait dengan Management of Spending Authority (MoSA) maka siklus anggaran
akan terfokus pada tahap otorisasi dan pengalokasian. Setelah anggaran disetujui
oleh lembaga legislatif, satuan kerja diberikan kewenangan untuk membelanjakan
7
uang melalui berbagai mekanisme, seperti warrant dari kementerian keuangan,
keputusan-keputusan dan rencana alokasi. Otorisasi ini pada umumnya diberikan
untuk sepanjang tahun anggaran, namun untuk beberapa negara persemakmuran
diberikan untuk periode yang lebih singkat (otorisasi untuk membelanjakan dana
untuk belanja barang dan jasa diberikan secara kuartalan). Dalam beberapa
negara, prosedur otorisasi terdiri dari dua langkah :
a. Warrant memberikan kewenangan kepada kementerian untuk menggunakan
anggaran yang telah disahkan atau bagian dari anggaran yang telah disahkan
tersebut.
b. Kementerian (satuan kerja utama) memberikan/membagi dana yang telah
disahkan untuk dibelanjakan oleh satuan kerja di bawahnya.
Kementerian keuangan dapat menggunakan prosedur otoriasi ini untuk menunda
sebagian dari dana yang telah disahkan untuk digunakan oleh satuan kerja. Suatu
prosedur dapat mengindikasikan manajemen penganggaran yang bijaksana,
namun dalam penerapannya sering timbul dari kenyataan bahwa terdapat proses
yang sulit dari perencanaan anggaran menjadi pelaksanaan anggaran. Proses
penganggaran seharusnya segera mengalokasikan pagu yang sudah disetujui
kepada satuan kerja. Namun dibeberapa negara prosedur pengesahan dapat
menghabiskan waktu sampai beberapa minggu. Khususnya beberapa negara yang
menggunakan konsep Perancis (francophone), dana-dana yang dialokasikan
kepada satuan kerja yang lokasinya jauh hanya dapat disediakan pada kuartal
kedua tahun anggaran berjalan. Hal ini tentunya secara umum akan menjadi
sumber inefisiensi utama yang seharusnya diatasi.
Sedangkan Thompson, F, dan Zumeta, W, (1981) memberikan pernyataan bahwa
Budget Execution memiliki dua fase :
a. Pengeluaran oleh pemerintah dalam suatu tahun anggaran dimulai dengan
membelanjakan alokasi yang diterimanya. Pengawasan pemerintah pusat
bertujuan meyakinkan bahwa pengeluaran yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana. Jangka waktu pengeluaran dilaksanakan melalui sistem allotment
baik bulanan atau triwulanan. Lembaga yang melaksanakan pengeluaran
dilarang menciptakan kewajiban melebihi allotment. Lebih jauh lembaga yang
8
melaksanakan pengawasan meneliti semua permintaan transfer dari waktu ke
waktu antar rekening untuk beberapa pengeluaran yang digunakan;
b. Audit dan evaluasi setelah tahun anggaran berakhir, lembaga pencatat diaudit
melaksanakan verifikasi atas akurasi laporan pengeluaran berdasarkan
peraturan hukum berlaku. Evaluasi ex post dapat dilakukan untuk
memverifikasi apakah target yang dibuat sesuai dengan hasil yang dicapai.
Proses penganggaran pemerintah pusat dapat berlangsung lama sehingga setiap
lembaga baik pengguna anggaran, pengevaluasi dan sebagainya terlibat dalam
suatu siklus yang secara simultan terdiri atas fase yang multi proses. Kejadian-
kejadian yang timbul antara lain perubahan harga, proyeksi penerimaan akan
berpengaruh terhadap proses tersebut. Sehingga pengertian, komitmen dan
ekspektasi secara konstan direvisi seperti estimasi dan pengawasannya.
Komponen yang spesifik, kejadian dan waktu dari proses penganggaran tentunya
tidak identik di setiap tempat. Namun kegiatan penganggaran dimaksud tetap
merupakan hal yang spesifik dengan peran, struktur, fase serta kegiatan serta
tidak masalah dimana hal tersebut dilakukan (suatu negara). Hampir semua analis
anggaran dan pengujinya berpendapat bahwa proses pengeluaran/pelaksanaan
anggaran memerlukan waktu lebih panjang daripada proses persiapan
penganggaran.
Konsep pengawasan memiliki banyak arti apabila diterapkan pada pelaksanaan
penganggaran. Hal itu dapat berarti memangkas perkiraan-perkiraan yang
direncanakan karena tidak adanya dana, mengurangi rencana pengeluaran dalam
proses pelaksanaan anggaran atau mengimplementasikan kebijakan tertentu
terhadap suatu kegiatan atau pelaksana kegiatan. Namun para pejabat yang
terkait dengan pengawasan mengharapkan adanya keseimbangan anggaran
dengan mengontrol suatu ketidakpastian yang mungkin timbul (Wildavsky, 1975,
pp. 118-119).
Oleh karena itu dalam sektor publik, pengawasan terhadap pengeluaran memiliki
tiga manfaat : efisiensi (manajemen kontrol/pengawasan), memastikan kepatuhan
sesuai dengan persetujuan parlemen (kontrol politik) dan keseimbangan anggaran
(kontrol anggaran).
9
3. Overspending and Underspending
Kelebihan penggunaan (overruns) pembayaran terkadang disebabkan karena
ketidakpatuhan pengelola anggaran dengan jumlah pagu (spending limits) yang
telah ditentukan dalam anggaran yang terjadi pada saat pengeluaran dibuat
komitmennya. Karena dana yang dialokasikan kepada satuan kerja untuk
pengeluaran yang telah disetujui biasanya dikontrol maka kelebihan ini
menyebabkan tunggakan. Kelebihan sering terjadi sebagai hasil mekanisme
pengeluaran off-budget (pembayaran dari rekening khusus, neraca “below-the-
line”).
Pada beberapa negara, prosedur pengeluaran dapat menjadi tidak praktis
sehingga “pengaturan yang dikecualikan” dibuat untuk memangkas prosedur
tersebut. Pembayaran yang dibuat melalui prosedur pengecualian ini tidak
dikontrol sesuai dengan pengesahan dana (appropriation) sehingga menjadi
penyebab penting terjadinya kelebihan penggunaan. Kepatuhan yang kurang
dapat diatasi melalui penguatan sistem audit dan sistem pelaporan serta
meyakinkan pengawasan pelaksanaan anggaran. Penganggaran yang
komprehensif diperlukan dan prosedur yang dikecualikan seharusnya dihindari
dalam beberapa negara hal ini membutuhkan penyederhanaan sistem.
Kelebihan dapat terjadi karena kurang efisiennya pembahasan anggaran dan
underspending dapat terjadi karena tidak tercukupinya alokasi dana dalam
perencanaan anggaran dan program. Perkembangan pelaksanaan pengeluaran
anggaran yang mengalami kesulitan karena faktor perencanaan dapat diberikan
fleksibilitas untuk realokasi dana dalam pelaksanaan keseluruhan program.
Beberapa hal yang memungkinkan penyebab overspending :
- Berlanjutnya komitmen dalam investasi
- Pembayaran gaji yang melampaui pagu
- Dampak inflasi
- Keputusan atau peraturan yang diambil oleh pemerintah atau DPR yang
berakibat terhadap sektor keuangan
10
- Kekurangan dana pada rekening khusus pemerintah disebabkan pengeluaran
yang tidak memenuhi syarat
- Anggaran yang dianggarkan berlebihan serta proyeksi penerimaan yang tidak
realistis
- Perencanaan keuangan yang terlalu optimisits yang tidak mempertimbangkan
jangka waktu yang diperlukan untuk pengadaan atau mobilisasi dana dari luar
4. Assuring Financial Compliance (Allen, R, dkk, 2001)
a. Release of funds
Instrumen yang digunakan oleh Menteri Keuangan untuk memberikan suatu
otoritas kepada pengelola anggaran dalam melakukan pengeluaran berbeda antar
negara (penerbitan warrant dan pemberitahuan rencana pelaksanaan
anggaran/budget implementation plan). Hal ini penting bagi pelaksanaan anggaran
yang efektif yaitu menteri keuangan memberikan otoritas tersebut dalam rentang
waktu dan pola yang jelas sebagai usaha untuk menghindari terjadinya kesulitan
dalam penggunaan anggaran. Dalam pelaksanaan manajemen kas memerlukan
persiapan implementasi anggaran in-year dan rencana kas namun rencana-
rencana ini harus disesuaikan dengan otoriasi-otorisasi anggaran (kecuali dalam
keadaan khusus atau jika anggaran tidak dapat dipersiapkan dengan baik).
Di beberapa negara yang masih dalam keadaan transisi, karena adanya masalah
fiskal atau anggaran yang overestimated, dana yang diberikan kepada K/L
berdasarkan harian (day-to-day basis). Hal tersebut terdapat dalam sistem
perbendaharaan yang terpusat, mekanisme ini terdiri dari suatu lembaga yang
dipilih khusus yang akan diberikan dana atau pemilihan (penentuan) dari tagihan-
tagihan yang akan dibayar. Di beberapa negara pilihan ini dibuat oleh komite yang
disusun oleh pimpinan perbendaharaan, menteri keuangan dan perdana menteri.
Dana sering diberikan dalam keadaan darurat dan berdasarkan politik,
mengurangi/membuang prioritas-prioritas yang didefinisikan dalam anggaran
dimaksud. “Cash budget” yang efektif diformulasikan secara implisit dalam proses
ini, diganti untuk anggaran yang telah diotorisasi dan mungkin cukup berbeda dari
anggaran yang disetujui parlemen. Kelemahan lain dari sistem cash rationing
11
adalah bahwa pengelola pengeluaran dapat melanjutkan untuk membuat
komitmen sesuai dengan anggarannya dan kemudian mengakumulasi tunggakan
walaupun hal tersebut telah sesuai dengan bentuk prosedur anggaran yang
formal.
Sequestering adalah pemblokiran anggaran yang sudah disetujui oleh menteri
keuangan terkait dengan penyeimbangan kembali anggaran tanpa penyesuaian
rencana kas. Pada saat sequestering disetujui, komitmen yang sedang berjalan
seharusnya diperhitungkan di dalam suatu rekening. Walaupun sequestering
terkadang menjadi penting, namun hal tersebut dapat mengurangi kemampuan
prediksi dan seharusnya hanya digunakan dalam keadaan khusus.
Di beberapa negara, otorisasi pengeluaran melalui warrants oleh pengguna untuk
membuat komitmen pengeluaran memerlukan persetujuan sebelumnya (“visa”)
dari institusi audit tertinggi. Dalam kebanyakan kasus, prosedur ini adalah “ agak
seremonial” atau “muluk” (Premchand, 1993) murni secara formal dan tidak
menciptakan penundaan yang tidak perlu dalam pelaksanaan anggaran. Dalam
kaitan ini relevansi dari prosedur ini perlu dipertanyakan, setelah institusi audit
tertinggi seharusnya tidak dilibatkan dalam prosedur pengawasan ex ante.
b. Compliance controls
Dasar pengawasan kepatuhan selama pelaksanaan anggaran adalah :
- At the commitment stage (financial control),
Perlu verifikasi apakah (i) usulan untuk pengeluaran dana telah disetujui oleh
pihak yang diberi kewenangan; (ii) dana yang telah disetujui untuk digunakan
tercantum dalam dokumen anggaran; (iii) dana yang tersisa cukup tersedia
dalam kategori pengeluaran yang sesuai; dan (iv) pengeluaran diklasifikasikan
dalam cara yang tepat.
- When goods and services are delivered (verification)
Dokumen sebagai bukti yang diperlukan terkait barang yang telah diterima atau
jasa yang telah dilaksanakan harus diverifikasi.
12
- Before payment is made
Perlu konfirmasi terkait (i) komitmen telah dibuat dengan benar pada suatu
pengeluaran; (ii) penanggung jawab yang kompeten telah menyetujui bahwa
barang-barang telah diterima atau jasa telah dilaksanakan seperti yang
diharapkan; (iii) tagihan dan dokumen permintaan pembayaran lainnya
lengkap, benar dan sesuai untuk pembayaran dan (iv) kreditor diindentifikasi
dengan tepat.
- After final payment is made (audit)
Penting untuk menguji dan meneliti dengan cermat pengeluaran yang terkait
dan laporan yang tidak biasa.
Tanggung jawab dari kementerian keuangan antara lain :
- Terkait dengan pengawasan pelaksanaan anggaran, administrasi sistem
pemberian dana (release of funds), memonitor arus pengeluaran,
mempersiapkan revisi anggaran, manajemen sistem pembayaran yang terpusat
(jika ada), pengawasan rekening bank pemerintah, administrasi sistem
penggajian terpusat (jika ada), mempersiapkan laporan keuangan dan neraca.
- Dalam implementasi kebijakan, peninjauan perkembangan pelaksanaan secara
independen atau bersama dengan K/L, mengidentifikasi perubahan kebijakan
yang sesuai dan mengusulkan kepada Presiden realokasi appropriations dalam
kerangka yang disahkan oleh legislatif.
Tanggung jawab dari K/L antara lain :
- Terkait dengan administrasi anggaran, alokasi dana antar unit di bawahnya,
pembuatan komitmen, pembelanjaan dan pengadaan barang dan jasa,
verifikasi barang dan jasa yang diperoleh, penyiapan permintaan pembayaran
(pembuatan payment jika sistem payment tidak sentralisasi), penyiapan
laporan perkembangan pelaksanaan, memonitor indikator kinerja dan tetap
menjaga catatan keuangan dan rekeningnya.
13
- Terkait dengan implementasi kebijakan, secara periodik meninjau implementasi
program-program yang sesuai (termasuk memonitor indikator kinerja),
identifikasi permasalahan dan implementasi solusi yang tepat,dan realokasi
sumber dana antar program sektoral (namun masih di dalam kerangka
kebijakan anggaran secara keseluruhan).
c. Other Issues of Budget Implementation
- Monitoring the execution of the budget
Untuk menjaga pelaksanaan anggaran dalam suatu pengawasan maka suatu
sistem yang komprehensif dan tepat untuk memonitor transaksi anggaran
diperlukan. Hal ini pelru untuk mendata secara sistematik dan melacak
penggunaan dana yang sesuai. Akuntansi penganggaran (appropriation)
seharusnya mencakup appropriation, apportionment, kenaikan atau penurunan
dalam appropriation, komitmen/kewajiban (termasuk prosedur khusus untuk
memonitor komitmen ke depan), pengeluaran-pengeluaran yang berada pada
tahap verifikasi/pengiriman dan pembayaran (payment). Suatu sistem hanyalah
salah satu elemen dari sistem akuntansi pemerintah, namun hal yang paling
penting bagi kedua formulasi kebijakan dan implementasi anggaran yang
diawasi.
- In-year budget revisions
Kesulitan sering timbul dalam melakukan perencanaan yang akurat dari
implementasi dari program-program tertentu atau kunci pengembangan
ekonomi makro seperti perubahan ekonomi dunia, inflasi, tingkat bunga dan
nilai tukar. Lebih jauh, beberapa pengeluaran yang tidak direncanakan selama
persiapan anggaran mungkin muncul selama pelaksanaan anggaran. Untuk
membatasi pengaruh dari permasalahan dimaksud, pengaturan untuk
pemindahan (transfer) harus fleksibel dan suatu cadangan yang dimungkinkan
seharusnya dimasukkan dalam anggaran tersebut seperti tersebut.
Appropriation untuk pengembalian hutang merupakan contoh yang tidak dapat
dibatasi jumlahnya dan seharusnya direvisi sesuai dengan perkembangan
tingkat bunga dan nilai tukar.
14
- Dalam kasus perubahan dalam tahun berjalan maka perubahan komposisi dari
anggaran atau saat keseluruhan kenaikan pengeluaran tidak dapat diabaikan,
anggaran mungkin harus direvisi. Mekanisme revisi anggaran antar negara
berbeda-beda dan seharusnya secara jelas tercantum dalam undang-undang
penganggaran.
5. Pengertian Dasar Manajemen Pengeluaran : (Hashim, A and Allan, B, 2001)
a. Apportionment and Allotment
Anggaran tahunan yang disetujui oleh parlemen dimasukkan ke dalam sistem oleh
DJA. Persetujuan pagu anggaran bagi kementerian untuk membelanjakan
diuraikan dalam tingkat yang lebih detil yaitu ke dalam klasifikasi ekonomi dan
dialokasikan berdasarkan periode waktunya (triwulanan dan bulanan) dan
didaftarkan ke dalam sistem oleh kementerian keuangan dan diberitahukan
kepada kementerian/lembaga. Sebaliknya K/L mendaftarkan anggaran secara
mendetail kepada satker di bawahnya dan mengkomunikasikan alokasi pada
masing-masing satker. Inilah “batas pengeluaran” (spending limits) bagi K/L dan
satker setiap tirwulanan/bulanan sepanjang tahun anggaran. Spending limits
dimungkinkan bervariasi selama proses berjalan sepanjang tahun sesuai dengan
hasil pertimbangan kemampuan penganggaran triwulanan/bulanan. Sebagai
contoh suatu kasus yang disebabkan oleh variasi dan perbedaan dalam
perencanaan penerimaan, komitmen dan bentuk pengeluaran.
b. Warrant allocation
Setiap tahun perencanaan keuangan membuat proyeksi mendetil terhadap
perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang dilakukan oleh satker dan K/L. Dalam
perkembangannya selama tahun berjalan, pejabat sektoral mempersiapkan
permintaan penggunaan dana secara periodik berdasarkan kategori ekonomi.
Kemudian kementerian keuangan mengeluarkan warrant kepada K/L untuk setiap
kategori pengeluaran. Dari jumlah tersebut setiap K/L mengeluarkan sub-warrants
untuk tiap satker dan mempertimbangkan satker yang tepat. Proses-proses ini
dilaksanakan secara periodik sepanjang tahun. Jumlah warrant dan sub-warrant
diberikan dalam jumlah yang spesifik dalam spending limits/pagu masing-masing
15
satker. Jumlah warrant ditentukan berdasarkan hasil penelitian/pertimbangan
anggaran secara periodik, revisi perkiraan penerimaan dan cash balances.
Sistem manajemen anggaran yang ada pada Kantor Pusat Perbendaharaan
seharusnya memiliki fasilitas-fasilitas untuk menerbitkan Treasury Warrants dalam
suatu batas anggaran yang telah disetujui parlemen sesuai dengan klasifikasi
anggarannya. Sistem manajemen anggaran yang berjalan pada kantor pusat K/L
seharusnya juga memiliki fasilitas untuk mencatat Treasury Warrants yang
diterima dari Perbendaharaan dan menerbitkan Sub-warrants kepada satker
dibawahnya dalam batas yang ditetapkan Perbendaharaan. Demikian pula
pelaksanaan sistem manajemen anggaran pada kantor perbendaharaan di daerah
(Kanwil) seharusnya memiliki fasilitas-fasilitas untuk mencatat sub-warrants yang
diterima dari lembaga di atasnya dan menerbitkan sub-sub-warrants terhadap
sub-warrant yang dibutuhkan.
Pada umumnya warrants dan sub-warrants akan disampaikan kepada K/L, satker
dan kantor perbendaharaan dibawahnya secara elektronik melalui network.
c. Funds control register
Komitmen dibuat berdasarkan kombinasi kode klasifikasi anggaran pengeluaran
dan sub-warrant atau sejumlah sub-sub-warrant. Dana yang tersedia (fund
available) ditentukan oleh perbedaan antara akumulasi dana yang dialokasikan
oleh sub-warrant(s) atau sub-sub warrant(s) dan perkembangan komitmen total di
bawah masing-masing kode klasifikasi anggaran pengeluaran. Untuk meyakinkan
bahwa :
a) Warrants yang dikeluarkan oleh Treasury Office direkam secara akurat dan
lengkap;
b) Penerbitan sub-warrants masih dalam batas warrant yang tersedia untuk tiap
kode klasifikasi anggaran;
c) Penerbitan sub-sub-warrant dalam batas yang tersedia bagi sub-warrant untuk
tiap kode klasifikasi anggaran;
d) Komitmen terhadap tiap kode klasifikasi anggaran dalam batas yang disediakan
bagi sub-warrant atau sub-sub-warrant.
16
d. Budget Transfers/Virements
Pada umumnya peraturan terkait dengan penganggaran memberikan kewenangan
kepada kementerian keuangan, K/L dan satker untuk melakukan pergeseran
anggaran antar organisasi dan klasifikasi tujuan dalam pembatasan-pembatasan
yang terdapat dalam peraturan terkait. Kekurangan yang teridentifikasi oleh satker
dalam satu atau beberapa kategori ekonomi akan disesuaikan dengan kelebihan
yang terdapat pada kategori ekonomi lainnya dalam belanjanya. Dalam hal ini
permintaan transfer anggaran/dana perlu diproses.
Untuk beberapa item dan dalam batas tertentu, satker mungkin memiliki kekuatan
keuangan dalam transfer antar mereka sendiri. Dalam kasus-kasus ini, satker akan
mengupdate data base anggaran dalam sistem. Dalam kasus transfer yang berada
di luar kemampuan keuangannya, mereka akan mengajukan permohonan kepada
kementeriannya (pusat) atau kementerian keuangan untuk memproses transfer
tersebut, tergantung pada jenis transfer. Jika disetujui, K/L/MOF akan memproses
transfer dan mengupdate data base dimaksud. Satker akan diinformasikan tentang
keputusan atas permintaan yang diajukan.
Definition of virement (OECD, ADB, Ecorys, 2010)
Virement berasal dari kata Bahasa Perancis. Dalam sistem francophone secara
umum kata virement digunakan dalam pengertian yang sempit dan mengacu
hanya untuk realokasi antara budget items yang merubah pengeluaran dalam
kelompok ekonomi. Namun terminologi dalam bahasa Perancis sering digunakan
dalam peraturan/hukum dalam bidang penganggaran dan/atau regulasi keuangan
di negara-negara lain dan telah menggunakan pengertian yang lebih luas :
virement berarti realokasi antar budget items (kementerian/bagian, program, line
item, dll). Dalam definisi yang lebih luas ini pengertian virement dapat dibedakan
menjadi :
(1) realokasi yang bebas dibuat oleh SU;
(2) realokasi yang memerlukan persetujuan oleh L/M;
17
(3) realokasi yang dusampaikan untuk mendapat persetujuan dari Menteri
Keuangan.
Dalam beberapa kasus, terminologi virement bahkan termasuk (4) realokasi yang
memerlukan otorisasi legislatif terkait, yang didefinisikan dalam undang-
undang/peraturan penganggaran dan atau regulasi keuangan. Dalam kasus
keempat ini perubahan secara umum dalam apropriasi terhadap suatu prosentase
tertentu dari apropriasi awal, namun tanpa mempengaruhi pengeluaran total dari
persetujuan atas virement di pembahasan tingkat tinggi, dan tidak selalu anggaran
tambahan diperlukan. Dalam kasus perubahan-perubahan yang mempengaruhi
jumlah pengeluaran total, hal ini harus diajukan kepada legislatif untuk mendapat
persetujuan melalui anggaran tambahan.
OECD mendefinisikan virement lebih umum sebagai “ A movement of funds from
one account to another, which can be limited by formal rules. To prevent misuse,
government organitations must normally seek authorisation to make such
transfers”. Namun demikian definisi umum yang digunakan di banyak negara
difokuskan pada item (1) sampai (3).Hal ini sejalan dengan definisi yang digunakan
oleh organisasi-organisasi internasional (ADB) yaitu virement secara umum
didefinisikan sebagai : “The [simultaneous] transfer of expenditure provision from
one line item [object; sub-program] to another during the budget year”.
e. Supplementary Budgets
Proses revisi pada tahun tertentu terhadap anggaran yang telah disetujui oleh
parlemen mungkin akan dilaksanakan. Revisi-revisi ini dilakukan terkait dengan
finalisasi anggaran yang telah disetujui di awal. Proses penyiapan anggaran
tambahan mencakup persiapan, alur kerja dan persetujuan atas permintaan bagi
anggaran tambahan. Anggaran tambahan pada umunya disampaikan kepada
parlemen untuk dibahas pada pertengahan tahun. Tambahan dana ini pada
umunya digunakan untuk program yang langsung terkait dengan perekonomian
nasional antara lain digunakan dalam rangka meningkatkan lapangan kerja dan
pengentasan kemiskinan.
18
6. Performance Based Budgeting (PBB)
Dengan penerapan penganggaran berbasis kinerja (PBK) diharapkan efisiensi
dalam pencapaian suatu program-program pemerintah semakin meningkat.
Penggunaan tolok ukur kinerja akan mengoptimalkan penggunaan sumber daya
yang digunakan sehingga harapan masyarakat terhadap hasil kerja pemerintah
dapat lebih diterima.
1. Performance Budgeting
Didasarkan pada asumsi bahwa penyajian informasi kinerja dengan sejumlah
alokasi anggaran akan meningkatkan penyusunan keputusan penggunaan
anggaran yang terfokus pada pilihan pendanaan pada hasil-hasil program (Probst,
A, 2009). Penganggaran berbasis kinerja tidak dapat dimulai sampai suatu sistem
pengukuran kinerja telah dibuat. Fungsi sistem penganggaran berbasis kinerja
tidak dapat diharapkan untuk menghasilkan output yang diinginkan dalam jangka
panjang pada tahun pertama sejak dikenalkan program tersebut. Untuk itu harus
dibangun suatu sistem manajemen berbasis kinerja.
2. Management Tool
Anggaran berdasar kinerja fokus pada misi, tujuan dan sasaran untuk menjelaskan
mengapa sejumlah dana/uang akan dibelanjakan dan menyediakan suatu cara
untuk mengalokasikan sumber-sumber untuk mencapai hasil khusus. PBK
dimaksudkan sebagai suatu alat manajemen bagi peningkatan program bukan
suatu metode “carrot and stick” yang digunakan untuk “punish” suatu K/L yang
tidak mencapai tujuan.
Kebanyakan pemerintah pusat di berbagai negara saat ini memerlukan evaluasi
outcome (pengukuran kinerja) dalam pelaksanaan tugas masing-masing. Sumber
penerimaan antara lain penjualan obligasi (bond) memerlukan indikator-indikator
terkait kondisi keuangan negara yang disajikan dengan data kinerja.
Memperkenalkan kaitan yang logis antara perencanaan dan penganggaran
merupakan cara bagi masyarakat untuk mengetahui bagaimana kinerja
pemerintah dibandingkan dengan pelaksanaan periode sebelumnya.
19
Dalam pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja perlu diperhatikan adanya
suatu potensi kesalahan yang cukup besar yaitu membuat asumsi-asumsi yang
disederhanakan berdasarkan pada hasil mentah (belum sepenuhnya dikaji) dan
kemudian diterapkan dalam suatu sistem reward and punishment. Karena suatu
pendekatan kerap menghasilkan akibat program sebaliknya. Jika PBB digunakan
sebagai sistem reward and punishment apakah dapat dipastikan bahwa
pengurangan anggaran misalnya 5 % untuk kinerja yang buruk tidak akan
mengakibatkan penurunan 20 % pada kinerja di masa mendatang. Bagaimana kita
dapat meyakinkan bahwa semua faktor telah dipertimbangkan yang akan
mempengaruhi penurunan kinerja.
3. Potensi Kelemahan
Kesalahan asumsi atau kesimpulan
Polisi : Penahanan meningkat; Kita memberi dana lebih banyak, apakah salah ?
Polisi : Penahanan menurun, kita memberi dana lebih banyak, apakah salah ?
Apakah lebih banyak penahanan berarti polisi berkerja lebih baik, kriminalitas
yang meningkat, berkurangnya kriminalitas, pencegahan kriminalitas yang lebih
baik atau pekerjaan polisi yang kurang ?
Sebagai contoh : Suatu satuan kepolisian yang bertugas mencegah kejahatan
dengan efektif, bagaimana suatu pengukuran “pencegahan” kejahatan ? “
Penahanan oleh polisi menurun 5 % dari tahun lalu sehingga berdasarkan
penganggaran berbasis kinerja seharusnya mengurangi anggaran kepolisian
sebesar 5 % sampai suatu saat dapat meningkatkan hasil”. Suatu pendekatan
sederhana akan gagal untuk menghitung keberhasilan usaha pencegahan
kejahatan di lingkungan kepolisian sehingga memberikan hukuman (punishment)
terhadap suatu kinerja yang bagus.
4. Performance Measurement
Pengumpulan data reguler secara sistematis, analisis dan pelaporan data melalui
sumber-sumber yang digunakan, bagaimana hasil pekerjaan yang akan diperoleh
dan apakah outcome yang spesifik dicapai oleh suatu organisasi merupakan bagian
20
dari pengembangan proses pengukuran kinerja. Performance measurement
seharusnya didasarkan pada tujuan program dan sasaran yang terkait dengan misi
program yang disampaikan atau tujuannya serta mengukur outcome program.
Kegiatan tersebut juga menyediakan perbandingan alokasi sumber daya sepanjang
waktu pelaksanaan serta mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas bagi
kelanjutan peningkatan program yang harus dapat diverifikasi, mudah
dipahami/dimengerti dan tepat waktu.
B. International Practices
Apabila di dalam budget preparation terdapat kemiripan sistem di dalam
Public Expenditure Management (PEM) namun terdapat perbedaan yang cukup
penting dalam sisi budget execution. Perbedaan penting dari dua sistem tersebut
adalah derajat desentralisasi tanggung jawab dari budget management kepada
spending ministries. Perbedaan-perbedaan dimaksud antara lain (Lienert, I, 2003) :
1. British approach
British approach memiliki karakteristik desentralisasi manajemen diberikan
kepada spending ministries sebagai penanggung jawab utama terhadap bugdet
execution. Sebaliknya dalam sistem French-based yaitu Ministry of Finance (MoF)
di tingkat pusat memainkan peranan penting dalam setiap tahapan proses
pengeluaran.
Di negara-negara anglophone, pejabat dalam spending ministries memiliki
tanggung jawab terhadap pelaksanaan dan otorisasi setiap langkah dalam proses
pengeluaran dimulai dari komitmen sampai payment. Dengan mengadopsi hal
tersebut pada penganggaran, Menkeu menerbitkan warrants baik secara
kuartalan maupun tahunan kepada “Accounting Officers” (AOs) yang pada
umumnya adalah pimpinan (permanent secretaries) dari spending ministries dan
memiliki tanggung jawab yang luas. Warrants membawa otoritas resmi kepada
penerima untuk melakukan otorisasi pengeluaran dana publik. Accounting Officer
selanjutnya mendelegasikan otoritas pencairannya kepada pejabat dalam
lingkungan kementeriannya.
21
Gambar : Hubungan Kementerian Keuangan dan Kementerian Teknis dalam
Budget Execution British Approach
Kementerian Keuangan Kementerian
Teknis
Anglophone African Countries
2. Sistem francophone
Dalam Sistem francophone tanggung jawab yang luas bukan terletak pada
spending ministries. Di negara-negara tersebut, yang dekat persamaannya dengan
AO (gestionnaires de crédit) memiliki peran yang lebih terbatas terutama dalam
inisiatif pengeluaran pada tahap komitmen pada anggaran yang tersedia. Mereka
tidak memiliki otoritas untuk mengeluarkan perintah pembayaran
(ordonancement).
Berbagai unit bagian (departments) di Kementerian Keuangan dari negara-negara
Francophone memainkan peranan yang penting dalam budget execution. Peranan-
peranan kunci tersebut antara lain :
Financial controllers yang pada umumnya di bawah departemen/unit
anggaran dari MOF;
Pejabat otorisasi pembayaran (ordonnateurs) yang menyetujui penerbitan
perintah pembayaran kepada treasury dan akuntan publik (comptables
publics) pada treasury.
Gambar : Hubungan Kementerian Keuangan dan Kementerian Teknis dalam
Budget Execution Sistem Franchophone
Secretary to the Treasury; Accountant General; Budget Director
“Accounting Officers” (permanent secretaries); Warrant holders; budget planners; accountants
22
Kementerian Keuangan Kementerian
Teknis
Francophone African Countries
Suatu prinsip penting dalam sistem PEM di Francophone adalah pemisahan
pejabat otorisator pembayaran dan pejabat perbendaharaan yang bertanggung
jawab untuk melakukan pembayaran. Dengan dua fungsi yang terpusat di MOF
(sentralisasi) maka manajemen pengeluaran pada spending ministries dikurangi
(semakin kecil).
Di banyak negara, Menteri Keuangan adalah pejabat otorisator tunggal
(ordonnateur unique). Namun Menteri Keuangan juga pengawas dari fungsi
treasury dan akuntan publik. Sehingga walaupun terdapat prinsip pemisahan
ordonnateur dan comptable, Menteri Keuangan adalah kepala ordonnateur dan
“chief of staff” dari semua comptables. Sebagai konsekuensinya Menteri Keuangan
memiliki kekuasaan yang unique dalam manajemen pengeluaran, tanpa posisi
paralel seperti dalam sistem yang digunakan di Anglophone.
Sistem yang digunakan di negara-negara Afrika bahkan lebih sentralisasi daripada
di Perancis, baik pada posisi menteri-menteri kabinet dan pemerintah pusat yang
mewakili tingkat lokal sebagai ordonnateur. Sehingga sistem yang digunakan di
Francophone Afrika hampir-hampir tidak memiliki tanggung jawab bagi
manajemen keuangan yang efektif pada kementerian di pemerintahan atau
pimpinan dari spending ministries.
Payment authorizing officers (ordonnateurs); Budget Department and Financial Controllers; Ordonnancement Department; Treasury Department and Public Accountants
Initiators of Spending (gestionnaires de crédit)
23
C.1.Budget Expenditure in UK
Kerangka pengeluaran publik di Inggris Raya didasarkan pada beberapa prinsip
utama yaitu :
1. Konsisten dengan penerapan kerangka jangka panjang, prudent, dan rezim yang
transparan dalam manajemen keuangan publik secara menyeluruh
2. Penilaian keberhasilan dengan menggunakan kebijakan outcomes daripada
menggunakan sumber-sumber input
3. Insentif yang kuat bagi department (bagian) dan partnernya dalam pemberian
pelayanan untuk merencanakan pada beberapa tahun dan merencanakan
bersama secara tepat sehingga memberikan pelayanan publik yang lebih baik
dengan efektifitas pengeluaran yang lebih tinggi
4. Pembebanan (costing) yang tepat dan manajemen aset modal (capital) untuk
memberi insentif yang baik bagi investasi publik
Hasil fiscal rules diuji (asses) oleh akuntan nasional yang berasal dari kantor
statistik pusat sebagai agen yang independen. Pemerintah membuat kerangka
pengeluaran untuk memenuhi dengan fiskal rules ini.
Departemental Expenditure Limits (DEL) and Annually Managed Expenditure
(AME)
Kerangka pengeluaran publik dibagi antara :
DEL spending yang direncanakan dan dikontrol dengan dasar periode 3 tahunan
Annually Managed Expenditure (AME) dimana pengeluaran tidak dapat menjadi
subyek yang mencukupi bagi perusahaan, batasan multi-year dengan cara yang
sama sebagai DEL. AME termasuk social security benefits, pengeluaran yang
dibiayai sendiri oleh otoritas lokal, bunga utang dan pembayaran untuk lembaga
seperti Uni Eropa.
1. Departemental Expenditure Limits (DEL)
Dari sisi pengeluaran rencana DEL disusun bagi department selama tiga tahun
untuk meyakinkan konsistensi dengan fiscal rules dari pemerintah, department
24
menyusun sumber-sumber yang terpisah (current) dan anggaran untuk kapital.
Sumber-sumber anggaran berisi suatu kontrol terpisah secara total untuk
pengeluaran “near cash”, yaitu pengeluaran untuk pembayaran dan grants yang
berpengaruh secara langsung terhadap pengukuran Golden Rule.
Untuk mendorong department dalam perencanaan sepanjang periode jangka
menengah, department akan mengcarryforward unspent DEL provision dari satu
tahun ke tahun berikutnya dan mengusahakan pengujian secara normal terhadap
kekuatan suatu perencanaan yang mungkin ditarik ditahun-tahun mendatang.
Fleksibilitas end-year ini juga menghilangkan/mengganti suatu insentif bagi
department untuk menggunakan persediaan (provision) sebagai pendekatan end-
year yang kurang terkait dengan nilai uangnya. Karena keuntungan yang penuh
dari fleksibilitas ini dan perencanaan tiga tahunan memberikan umpan ke dalam
pemberian pelayanan kepada publik yang meningkat, fleksibilitas end-year dan
penganggaran tiga tahunan seharusnya disalurkan dari department ke executive
agencies dan pemegang kuasa anggaran lainnya.
Anggaran tiga tahunan dan fleksibilitas end-year memberikan manajemen
pelayanan publik suatu stabilitas dalam merencanakan kegiatan dengan rentang
waktu yang masuk akal, lebih jauh sistem tersebut mengandung pengertian bahwa
department tidak dapat mencari penawaran dana tiap tahun (sebelum 1997),
rencana tiga tahunan disusun dan direview dalam public expenditure surveys
tahunan. Sehingga kredibilitas perencanaan jangka menengah ditingkatkan baik
pada tingkat pusat maupun departemental.
2. Annually Managed Expenditure (AME)
Umumnya terdiri atas program yang cukup besar, volatil dan lebih cenderung pada
sisi permintaan sehingga tidak memungkinkan menjadi suatu subyek dari limit
multi-years. Elemen tunggal yang terbesar adalah pengeluaran untuk social
security. Hal lain termasuk tax credits, pengeluaran yang dibiayai oleh otoritas
lokal, pengeluaran untuk Scottish Executive yang dibiayai oleh non-domestic rates,
dan pengeluaran yang dibiayai dari proses National Lottery. AME direview dua kali
setahun sebagai bagian dari proses Budget dan Pre Budget Report yang
25
mencerminkan integrasi yang dekat antara sistem tax and benefit yang
ditingkatkan dengan pengenalan tax credit. AME bukan hal pokok yang sama
seperti pembatasan pengeluaran tiga tahunan DEL, namun masih bagian dari
keseluruhan envelope dari public expenditure. Dalam cakupan yang menyeluruh
bagi public spending, peramalan dari AME mempengaruhi tingkat sumber daya
yang tersedia untuk pengeluaran DEL. Perkiraan-perkiraan yang cermat dan
batasan AME digunakan sehingga prakiraan AME ini akan mengurangi resiko
overspending.
C.2. Public Expenditure in France
Sejak 1998 strategi penganggaran jangka menengah Perancis didasarkan pada
penyusunan suatu target atas peningkatan yang terakumulasi dari pengeluaran
pemerintah riil sepanjang periode tiga tahun. Dalam pelaksanaannya pengeluaran
riil direncanakan peningkatannya lebih rendah daripada GDP riil potensial.
Penurunan poryeksi diimplied dalam rasio pengeluaran terhadap GDP. Penurunan
proyeksi dalam rasio pengeluaran terhadap GDP dianggap sebagai pendorong
pengurangan defisit cyclically-adjusted dan tax burden. Tiap tahun target baru
disusun selama periode tiga tahunan. Periode tersebut overlap sehingga target-
target pengeluaran pada tahun tertentu dapat dimodifikasi.
Budgetary Strategics Based on Expenditure Targets Have Clear Advantages
Dalam literatur ekonomi menekankan adanya keuntungan-keuntungan dari fiscal
rules dalam membentuk ekspektasi dan peningkatan transparansi dari kerangka
penganggaran. Peraturan penganggaran berdasarkan pada pembuatan spending
limits yang memiliki aspek-aspek positif antara lain :
Seperti disampaikan Mills dan Quinet (2002) yaitu komitmen pemerintah
terkait dengan keuangan publik yang berada di bawah pengawasan langsung,
hal itu biasanya menyebabkan masalah kurang pengukuran dan survelillance
(pengawasan) serta mengizinkan penstabilan otomatis secara penuh pada sisi
penerimaan
26
Lebih jauh seperti yang ditekankan oleh Brunila (2002) bahwa fiscal rules
membantu mengatasi bias defisit dengan menyoroti kemungkinan
pengeluaran yang overrun dan akan membantu menemukan sumber
utama/prinsip dari pemborosan fiskal : kecenderungan institusional dan
secara politis untuk meningkatkan pengeluaran pada waktu yang baik.
Akhirnya jika penyusunan dan penegakan fiscal rules memadai menyebabkan
kemungkinan pengurangan pajak dan membuat pelaku ekonomi
mengantisipasi bahwa hal tersebut akan menjadi permanen. Hal ini adalah
salah satu saluran (channel) yang memicu kemungkinan efek non-Keynesian
yang akan mengurangi biaya konsolidasi fiskal.
Terdapat beberapa cara berbeda dalam mendesain aturan pengeluaran :
Target-target dapat disusun untuk keseluruhan pengeluaran pemerintah secara
umum atau tidak termasuk beberapa kategori (pembayaran bunga,
unemployment benefits, belanja modal). Penyusunan target pengeluaran
pemerintah total memiliki keuntungan dengan simplifikasi dan transparansi.
Namun hal tersebut dapat mendorong bias yang menyebabkan berkurangnya
pengeluaran dengan kategori yang kurang sensitif secara politik sebagai
contoh pengeluaran belanja modal.
Target dapat didefinisikan dalam bentuk nominal atau riil. Sebuah target yang
didefinisikan dalam bentuk nominal lebih sederhana dan membuat
monitoring menjadi lebih mudah. Hal itu dapat juga membuktikan lebih
bermanfaat dalam stabilisasi perekonomian dalam kasus inflasi demand-pull
yang akan muncul. Di sisi lain, target yang disusun dalam bentuk riil
menyebabkan penghitungannya memasukkan akibat dari inflasi pada
pengeluaran.
Akhirnya terdapat isu rentang waktu (time span) yang dicakup oleh aturan
tersebut. Hal itu perlu dipertimbangkan karena secara umum multi-annual
fiscal rules adalah superior dari aturan tahunan, karena aturan tahunan dapat
lebih mudah diabaikan dengan menunda pengeluaran pada periode tahun
anggaran berikutnya. Idealnya dalam konteks aturan multi-annual, deviasi
dalam satu tahun seharusnya dikompensasi pada tahun berikutnya.
27
Penerapan konsep-konsep penganggaran dari negara lain yang telah lebih dahulu
melaksanakannya (Inggris, Perancis, dan lain sebagainya) menjadi bahan masukan
bagi penerapan sistem penganggaran di Indonesia tanpa harus menggunakan
semua metode yang sama. Hal ini dikarenakan peraturan hukum yang ada telah
ditetapkan sebagai landasan pelaksanaan penganggaran yaitu UU No. 17 Tahun
2003 dan UU No. 1 Tahun 2004. Produk hukum tersebut merupakan hal pokok
yang harus dipenuhi dalam setiap pelaksanaan penganggaran. Namun demikian
dalam penerapan penganggaran dimungkinkan untuk melakukan penyesuaian
atau penjelasan dengan membuat aturan yang lebih terinci antara lain melalui PP,
Keppres, PMK dan lain sebagainya. Dengan demikian maka modul yang disusun
juga menggunakan acuan utama UU Keuangan Negara (UU No. 17 Tahun 2003 dan
UU No. 1 Tahun 2004).
28
BAB III
GAMBARAN UMUM MANAJEMEN DIPA EXISTING
Bab ini akan memberikan gambaran mengenai manajemen DIPA yang berjalan
saat ini baik dari sisi dasar hukumnya, proses bisnisnya, maupun permasalahan yang
dihadapi. Gambaran mengenai manajemen DIPA saat ini sangat diperlukan sebagai
dasar penyempurnaan dan pengembangan manajemen DIPA yang akan dibahas pada
bab berikutnya.
A. DASAR HUKUM
Penulisan mengenai Gambaran Umum Manajemen DIPA existingakan
didasarkan pada peraturan-peraturan terkait Manajemen DIPA yang berlaku sampai
saat ini. Peraturan tersebut diantaranya :
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
5. Undang-Undang Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010
6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
7. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum
8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
9. Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.02/2008 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian
29
Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2009
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan
Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara
Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2010
13. Peraturan Menteri Keuangan 06/PMK.02/2009 tentang Tata Cara Perubahan
Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Perubahan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman
Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan
Kemiskinan
15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011
16. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang Tata Cara
Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009
17. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-07/PB/2005 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pembayaran Melalui Mekanisme Pemberian Kuasa Antar Kuasa
Pengguna Anggaran
18. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-57/PB/2008 tentang Format Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum (DIPA BLU)
19. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-29/PB/2010 tentang Tata Cara Revisi
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010
30
B. PENGERTIAN UMUM
1. Pengertian RKAKL, SAPSK dan SRAA dan DIPA
a. RKAKL
Menurut Pasal 1 ayat (14) PP 21 Tahun 2004, Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga, yang selanjutnya disebut RKA-KL, adalah dokumen
perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu
Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan penjabaran dari Rencana Kerja
Pemerintah dan Rencana Kerja Strategis Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangkutan dalam satu tahun anggaran serta anggaran yang diperlukan untuk
melaksanakannya.
b. SAPSK
Satuan Anggaran Per Satuan Kerja yang selanjutnya disebut SAPSK adalah alokasi
anggaran yang ditetapkan untuk sebuah satuan kerja (Satker) berdasarkan hasil
penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (PER
29/PB/2010). SAPSK pada dasarnya ialah lampiran 5 Perpres Rincian Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat (Perpres RABPP), hal ini sebagaiman diatur dalam Pasal
I ayat (2) Perpres 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah
Pusat
c. SRAA
Surat Rincian Alokasi Anggaran yang selanjutnya disebut SRAA ialah dokumen yang
dibuat berdasarkan Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja
Pemerintah Pusat yang memuat nama kementerian negara/lembaga, provinsi,
alokasi anggaran, sumber dana, kode dan nama Satker yang digunakan sebagai
dasar penelitian/pencocokan alokasi anggaran dalam konsep DIPA (PER
29/PB/2010).
SRAA disusun oleh Direktorat Pelaksanaan Anggaran DJPB berdasarkan Perpres
RABPP/SAPSK. SRAA menjadi dasar penelaahan DIPA pada Kanwil DJPB.
31
d. DIPA
Dalam Bab II Lampiran II PMK 119/PMK.02/2010 disebutkan bahwa DIPA adalah
dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran dan disahkan oleh Dirketur Jenderal Perbendaharaan atas
nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN). DIPA berlaku
untuk satu tahun anggaran dan memuat informasi satuan-satuan terukur yang
berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatandan penggunaan
anggaran.Disamping itu, DIPA dapat dimanfaatkan sebagai alat pengendali,
pelaksanaan, pelaporan, pengawasan dan sekaligus merupakan perangkat
akuntansi pemerintah.Pagu dalam DIPA merupakan batas pengeluaran tertinggi
yang tidak boleh dilampaui dan pelaksanaannya harus dapat
dipertanggungjawabkan.
DIPA merupakan kesatuan antara rincian rencana kerja dan penggunaan anggaran
yang disusun oleh Kementerian Negara/Lembaga dan disahkan oleh BUN. Dengan
demikian DIPA terdiri dari Konsep DIPA yang disusun oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga dan Surat Pengesahan DIPA yang ditetapkan oleh Dirjen Perbendaharaan
atau Kepala Kanwil DJPB atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara. DIPA berlaku mulai tanggal 1 januari sampai dengan 31 Desember tahun
berkenaan.
2. Jenis DIPA
Berdasarkan pembagian anggaran dalam APBN, Jenis DIPA dapat dikelompokkan
atas DIPA Kementerian Negara/Lembaga (DIPA KL) dan DIPA Bendahara Umum
Negara (DIPA BUN)
a. DIPA Kementerian Negara/Lembaga (DIPA KL)
DIPA Kementerian Negara/Lembaga adalah DIPA Satuan Kerja yang memuat
rincian penggunaan anggaran dari Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
yang dapat dikategorikan menjadi :
1) DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat
32
DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan
anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang pelaksanaannya dilakukan oleh
satuan kerja yang merupakan satuan kerja Pusat atau satuan kerja kerja Kantor
Pusat suatu Kementerian Negara/Lembaga, termasuk di dalamnya untuk DIPA
Badan Layanan Umum (BLU), dan Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT)
Satker Pusat dapat terdiri dari satuan kerja-satuan kerja yang dibentuk oleh
Kementerian Negara/Lembaga secara fungsional dan bukan merupakan instansi
vertikal.Sedangkan Satker Kantor Pusat ialah satuan kerja dalam lingkup Kantor
Pusat suatu Kementerian Negara/Lembaga.
2) DIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah
DIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan
anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang pelaksanaannya dilakukan oleh
Kantor/Instansi Vertikal Kementerian Negara/Lembaga di daerah, termasuk di
dalamnya untuk DIPA Badan Layanan Umum (BLU).
3) DIPA Dana Dekonsentrasi
DIPA Dana Dekonsentrasi ialah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran
Kementerian Negara/Lembaga dalam rangka pelaksanaan dana dekonsentrasi,
yang pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Provinsi yang ditunjuk oleh Gubernur.
4) DIPA Tugas Pembantuan
DIPA Tugas Pembantuan ialah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran
Kementerian Negara/Lembaga dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan yang
pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditunjuk oleh Menteri/Pimpinan Lembaga.
33
b. DIPA Bendahara Umum Negara (DIPA BUN)
DIPA BUN adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran yang
bersumber dari Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) yang dikelola
Menteri Keuangan selaku Pengguna Anggaran. Berdasarkan Surat Dirjen Anggaran
Nomor S-78/AG/2010 DIPA BA BUN berdasarkan kode anggaran terdiri dari :
1) Pengelolaan Utang Pemerintah (999.01)
2) Pengelolaan Hibah (999.02)
3) Pengelolaan Investasi Pemerintah (999.03)
4) Pengelolaan Penerusan Pinjaman (999.04)
5) Pengelolaan Transfer ke Daerah (999.05)
6) Pengelolaan Belanja Subsidi (999.07)
7) Pengelolaan Belanja Lain-lain (999.08)
8) Pengelolaan Transaksi Khusus (999.99)
DIPA BUN dapat dikelompokkan menjadi :
1) DIPA Utang dan Belanja Hibah
DIPA Utang dan Belanja Hibah adalah DIPA yang memuat rencana kerja dan
rincian penggunaan anggaran untuk keperluan pengelolaan utang pemerintah
yang alokasi anggarannya bersumber dari bagian anggaran 999.01 (Pengelolaan
Utang Pemerintah) dan untuk keperluan belanja hibah yang alokasi anggarannya
bersumber dari bagian anggaran 999.02 (Pengelolaan Hibah).
2) DIPA Investasi Pemerintah dan Penerusan Pinjaman
DIPA Investasi Pemerintah dan Penerusan Pinjaman adalah DIPA yang memuat
rencana kerja dan rincian penggunaan anggaran untuk keperluan Investasi
Pemerintah dan Penerusan Pinjaman baik dalam negeri maupun luar negeri, yang
bersumber dari bagian anggaran 999.03 (Pengelolaan Investasi Pemerintah) dan
999.04 (Pengelolaan Penerusan Pinjaman).
DIPA Investasi Pemerintah dan Penerusan Pinjaman terdiri dari :
a. Investasi Pemerintah
b. Dana Bergulir
34
c. Penerusan Pinjaman yang terdiri dari :
d. Penerusan Pinjaman kepada BUMN/BUMD
e. Penerusan Pinjaman kepada Pemerintah Daerah
3) DIPA Belanja Daerah
DIPA Belanja Daerah adalah DIPA yang memuat rencana kerja dan rincian
penggunaan danapenyeimbang dan dana otonomi khusus dan
penyeimbang/penyesuaian yang diserahkan kepada Daerah bersumber dari
Bagian Anggaran 999.05 (Pengelolaan Transfer ke Daerah). DIPA Belanja Daerah,
terdiri dari :
a) Dana Alokasi Umum (DAU)
b) Dana Alokasi Khusus (DAK)
c) DBH Pajak : Penghasilan, PBB, BPHTB
d) DBH Cukai
e) DBH SDA : Migas, Pertambangan Umum, Perikanan, Kehutanan
f) Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
4) DIPA Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain
DIPA Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain adalah DIPA yang memuat rincian
penggunaan anggaran untuk alokasi anggaran yang bersumber dari Bagian
Anggaran 999.06 (Pengelolaan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain)
5) DIPA Format Khusus
DIPA Format Khusus adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran yang
berasal dari Bagian Anggaran BUN dimana karena sifat dan keperluan tertentu,
maka konsep DIPA dan Surat Pengesahannya perlu disusun dalam satu lembar.
Sifat dan keperluan penerbitan DIPA Format Khusus ini ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Perbendaharaan untuk penanganan kejadian luar biasa yang mempunyai
tingkat urgensi tinggi dan bersifat mendesak seperti :
a) Penanganan keadaan darurat
b) Kegiatan yang bersifat politis dalam rangka menjaga kredibilitas pemerintah
35
Kegiatan-kegiatan yang bersifat mendesak dan sangat penting harus segera
dilaksanakan dapat menggunakan DIPA Format Khusus. Sebagaimana pada saat
penyediaan dana untuk korban gempa bumi di daerah yang menjadi prioritas
utama pemerintah. Mekanisme DIPA Format Khusus tidak memiliki bentuk khusus
karena tidak melalui proses penganggaran dari DJA. Namun dalam modul akan
diusulkan suatu alur bukan merupakan mekanisme resmi penyusunan DIPA Format
Khusus sebagai berikut :
1. Pertimbangan khusus oleh Presiden yang menghasilkan suatu perintah untuk
melakukan suatu kegiatan yang harus segera dilaksanakan karena pertimbangan
bahwa apabila pelaksanaan sampai terlambat akan menyebabkan kerugian yang
besar termasuk korban jiwa. Kegiatan darurat harus didukung dengan
anggaran/dana yang digunakan untuk melaksanakannya.
2. Presiden memerintahkan Menteri Keuangan sebagai BUN untuk menyediakan
sejumlah dana yang diperlukan dalam rangka melaksanakan perintah Presiden
tersebut.
3. Menteri Keuangan dalam hal ini Ditjen Perbendaharaan (Dit PA) menghitung
jumlah dana yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan darurat tersebut.
4. Hasil perhitungan dituangkan dalam DIPA Format Khusus yang hanya terdiri satu
lembar merupakan pengesahan sekaligus mencantumkan seluruh elemen DIPA
yang lain secara rinci.
5. Setelah DIPA selesai disusun segera disahkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
6. Berdasarkan pengesahan DIPA tersebut maka DJPB (Dit PA) memerintahkan agar BI
melakukan transfer dana di rekening kas negara sejumlah yang tercantum dalam
DIPA kepada KPPN yang akan menjadi kantor bayar.
36
3. Pokok-Pokok Materi Konsep DIPA
Pokok-pokok materi Konsep DIPA terdiri dari: organisasi, fungsi, pejabat
perbandaharaan, rincian penggunaan anggaran,dan rencana penarikan dana serta
perkiraan pendapatan.
a. Organisasi
Alokasi anggaran pada Konsep DIPA disusun untuk masing-masing kementerian
negara/lembaga sesuai struktur organisasinya Rincian anggaran disusun mulai
Bagian Anggaran (kementerian negara/lembaga) Unit Organisasi (Unit Eselon I)
dan Satuan Kerja.Penyusunan Konsep DIPA menurut organisasi dilakukan untuk
melaksanakan tugas dalam rangka pancapaian program Kementerian
Negara/Lembaga sesuai dengan visi dan misi organisasinya. Pengertian bagian
anggaran, unit organisasi dan satuan kerja adalah sebagai berikut :
1) Bagian Anggaran
Bagian Anggaran adalah kementerian negara/lembaga yang menguasai bagian
tertentu dari penggunaan anggaran yang ditetapkan dalam Undang Undang
APBN.Kementerian Negaral Lembaga dalam hal ini bertindak sebagai Pengguna
Anggaran.
2) Unit Organisasi
Unit organisasi adalah unit eselon I kementerian negara lembaga yang
bertanggung jawab terhadap pencapaian tugas pokok, fungsi, dan program
tertentu dari kementerian negara/lembaga yang bersangkutan.
3) Satuan Kerja
Satuan kerja adalah bagian dari suatu unit organisasi pada kementerian
negara/lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu
program.
Satuan Kerja dalam hal ini merupakan unit organisasi lini kementerian
negara/lembaga/pemerintahan daerah yang memperoleh kuasa penggunaan
37
anggaran untuk melaksanakan tugas, fungsi, program, dan misi Pengguna
Anggaran.
Dalam rangka melaksanakan tugas, fungsi, program dan misi tersebut, Satuan
Kerja juga merupakan kesatuan entitas manajemen dan keuangan yang melakukan
perencanaan pelaksanaan dan pertanggungiawaban anggaran.
b. Fungsi
Fungsi merupakan uraian kualitatif dari alokasi dana untuk menjawab
fungsi/program /kegiatan yang dilaksanakan dan sasaran/hasil/keluaran sebagai
akibat pelaksanaan fungsi/prograrn/kegiatan tersebut. Uraian kualitatif fungsi
dalam DIPA bermanfaat untuk mengkaitkan DIPA dengan pencapaian kinerja
satuan kerja sesuai dengan penugasan dan penguasaan anggaran dari Pengguna
Anggaran.
Dalam rangka memenuhi pencantuman materi fungsi, maka dalam Konsep DIPA
harus memuat uraian fungsi dan subfungsi, program, kegiatan, subkegiatan,
sasaran dan indikator keluaran.
1) Fungsi dan Subfungsi
Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang
dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Sub fungsi
merupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi.
2) Program
Program adalah penjabaran kebijakan kementerian negara/lembaga yang berisi
satu atau beberapa kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan
untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi yang dilaksanakan instansi
atau masyarakat dalam koordinasi kementerian negara/lembaga yang
bersangkutan.
3) Kegiatan dan Subkegiatan
Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa
satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program
38
yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik berupa
personel (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi,
dana atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut
sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk
barang dan jasa.
Subkegiatan adalah bagian dari kegialan yang menunjang usaha pencapaian
keluaran /output dan tujuan kegiatan tersebut. Kegiatan dapat terdiri dari satu
atau lebih subkegiatan karena kegiatan tersebut mempunyai satu atau lebih jenis
dan satuan keluaran yang berbeda satu sama lain. Subkegiatan yang satu dengan
subkegiatan yang lain dapat dibedakan berdasarkan perbedaan keluaran, sehingga
besaran keluaran kegiatan tidak selalu merupakan penjumlahan dari besaran-
besaran subkegiatan dalam satu kegiatan.
4) Sasaran
Sasaran adalah kinerja atau tujuan yang akan dicapai dari suatu pengerahan
sumber daya dan anggaran pada suatu program dan kegiatan. Sasaran dirumuskan
secara kuantitatif, jelas dan terukur.Sasaran pada Konsep DIPA dirumuskan
berdasarkan sasaran program dan sasaran kegiatan. Sasaran program merupakan
sasaran program dari kementerian negara, lembaga dan unit eselon I berkenaan.
Sedangkan sasaran kegiatan merupakan sasaran yang akan dicapai oleh satuan
kerja dalam rangka melaksanakan kegiatan dalam DIPA berkenaan.
5) Keluaran dan Indikator Keluaran
Keluaran (output) adalah hasil yang jelas dan terukur sebagar akibat dari
pelaksanaan subkegiatan dalam mencapai sasaran kegiatan oleh satuan kerja.
Indikator keluaran adalah satuan biaya/harga kuantitas dan/atau kualitas dari
keluaran yang dicapai langsung dari pelaksanaan kegiatan.Keluaran dapat
dibedakan ke dalam keluaran Subkegiatan dan Keluaran Kegiatan.
39
c. Pejabat Perbendaharaan.
Pejabat Perbendaharaan adalah para pengelola keuangan pada Satuan Kerja yang
diberi tugas sebagai kuasa pengguna anggaran, pengujian dan penerbitan Surat
Perintah Membayar (SPM), serta melaksanakan tugas kebendaharaan. Pejabat
Perbendaharaan tersebut terdiri dari: Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat
Penandatangan SPM, dan Bendahara Pengeluaran.
1) Kuasa Pengguna Anggaran
Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh
Pengguna Anggaran untuk melaksanakan program/kegiatan dan diberikan
kewenangan untuk menggunakan anggaran dalam DIPA.Kuasa Pengguna Anggaran
menjadi manajer, melakukan pengelolaan dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada D IPA. Pejabat yang dapat
ditunjuk dan ditetapkan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran adalah Kepala Satuan
Kerja alau pejabat lain yang ditunjuk dalam lingkup satuan kerja tersebut.
2) Pejabat Penandatangan SPM.
Pejabat Penandatangan SPM adalah pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk melakukan pengujian atas
permintaan pembayaran tagihan kepada negara dan selanjutnya menerbitkan
surat perintah bayar/SPM atas beban DIPA berkenaan.
3) Bendahara Pengeluaran.
Bendahara Pengeluaran adalah pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk menerima menyimpan,
membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk
keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada
kantor/satker/kementerian negara/lembaga
40
d. Rincian Penggunaan Anggaran
Rincian penggunaan anggaran adalah rincian anggaran yang dibelanjakan dalam
rangka :
a. Pelaksanaan rencana kerja satuan kerja untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.
Untuk mencapai sasaran yang ditetapkan, Konsep DIPA disusun berdasarkan
fungsi, subfungsi, program, kegiatan, subkegiatan, dan kelompok akun (klasifikasi
belanja). Masing-masing rincian anggaran dalam fungsi, subfungsi, program,
kegiatan, subkegiatan, dan akun dicantumkan perjenis belanja.
Kelompok akun yang ditampilkan pada DIPA adalah 4 (empat) digit pertama dari
rincian akun pada Bagan Akun Standar.Penetapan kelompok akun sebagai rincian
anggaran dalam DIPA dimaksudkan untuk memberikan fleksibilitas kepada Kuasa
Pengguna Anggaran untuk melakukan penyesuaian atas akun belanja pada 2 (dua)
digit terakhir dari Bagan Akun Standar. Hal ini sesuai prinsip let the managers
manage dan anggaran berbasis kinerja.
b. Anggaran yang disediakan dapat dibayarkan/dicairkan melalui mekanisme APBN.
Rincian penggunaan anggaran dalam Konsep DIPA berfungsi sebagai dasar
pembayaran dan pembebanan pada anggaran negara.Oleh karena itu, rincian
penggunaaan anggaran harus memenuhi ketentuan pembayaran dalam
mekanisme pelaksanaan APBN sehingga dana yang dialokasikan dapat dicairkan
oleh Kuasa BUN. Ketentuan pelaksanaan pembayaran meliputi kesesuaian
pencantuman rincian penggunaan dana dengan standar akuntansi pemerintah dan
persyaratan pencairan dana seperti kode kantor bayar, sumber dana dan
kesesuaian jenis belanja.
e. Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan.
Pencantuman rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan dalam Konsep
DIPA diperlukan untuk pencapaian optimalisasi fungsi DIPA sebagai alat
manajemen kas pemerintah. Disamping sebagai alat manajemen kas pemerintah
juga sebagai alat monitoring pembanding terhadap penyerapan pagu.
41
Rencana Penarikan Dana merupakan pelaksanaan fungsi manajemen kas
pemerintah dalam sisi belanja negara.Pengesahan DIPA oleh BUN memberi
jaminan bahwa anggaran dalam DIPA dapat disediakan oleh negara dalam jumlah
yang cukup pada saat anggaran tersebut ditagihkan.Dalam rangka optimalisasi
pengelolaan rekening kas negara, ketepatan waktu penyediaan uang untuk
memenuhi tagihan negara menjadi penting.
Perkiraan penerimaan yang dapat dipungut diperlukan untuk melakukan estimasi
penerimaan negara yang disetor ke rekening kas negara sebagai akibat dari
pelaksanaan DIPA Satuan Kerja. Melalui perkiraan penerimaan diestimasikan
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) maupun penerimaan pajak yang akan
dipungut dalam rentang waktu satu tahun anggaran pada masing-masing satuan
kerja.
4. Pengertian Penyusunan DIPA
Penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA) dilakukan oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga berdasarkan alokasi anggaran yang ditetapkan oleh
Presiden.Hal ini diatur dalam pasal 14 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang No 1
tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Alokasi anggaran yang merupakan dasar penyusunan DIPA, saat ini disusun oleh
dua institusi yang berbeda yaitu :
1. Alokasi anggaran untuk Belanja Pemerintah Pusat disusun oleh Direktorat
Jenderal Anggaran (DJA) dalam bentuk Peraturan Presiden tentang Rincian
Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP). Hal ini sesuai dengan pasal 6 ayat
(6) UU No 47 Tahun 2009 tentang APBN 2010.
2. Alokasi anggaran untuk Transfer ke Daerah disusun oleh Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan (DJPK) dalam bentuk Perpres Rincian DAU dan PMK
mengenai alokasi transfer ke daerah. hal ini sesuai dengan pasal 5 ayat (2)
PMK 126/PMK.07/2010 yang berbunyi : “Alokasi transfer ke daerah
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) untuk provinsi dan kabupaten/kota
ditetapkan dengan Peraturan Presiden atau Peraturan Menteri Keuangan
42
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan berlaku sebagai Satuan
Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK)”
Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun DIPA berdasarkan alokasi anggaran yang
menjadi tanggung jawabnya.Dalam pelaksanannya, hampir semua
Menteri/Pimpinan Lembaga merupakan pengguna anggaran Belanja Pemerintah
Pusat sehingga penyusunan DIPAnya didasarkan pada Perpres RABPP.
DJPK merupakan satu-satunya instansi yang menggunakan anggaran belanja
pemerintah pusat sekaligus menggunakan anggaran transfer ke daerah, sehingga
penyusunan DIPA nya menggunakan dasar yang berbeda. DJPK menggunakan
Perpres RABPP sebagai dasar penyusunan DIPA anggaran belanja pemerintah
pusat, sementara dalam penyusunan DIPA Transfer ke Daerah DJPK akan
mendasarkannya pada Perpres Rincian DAU atau PMK mengenai alokasi transfer
ke daerah.
a. Penyusunan Rincian Penggunaan Anggaran
Dalam rangka pelaksanaan rencana kerja, penuangan muatan rencana kerja dan
anggaran ke dalam Konsep DIPA harus menunjukkan keterkaitan fungsi, subfungsi,
program, kegiatan, subkegiatan dengan sasaran dan indikator keluaran. Untuk
keperluan penggunaan anggaran, penuangan muatan rencana kerja dan anggaran
ke dalam Konsep DIPA harus sesuai dengan standar akuntansi pemerintah (Bagan
Akun Standar) dan ketentuan pembayaran/pencairan dana melalui mekanisme
APBN.
Berdasarkan tujuan di atas, tata cara penuangan rencana kerja dan anggaran ke
dalam rincian penggunaan anggaran pada Konsep DIPA adalah sebagai berikut :
1) Penuangan Program Kegiatan Sub Kegiatan dan Kelompok Akun.
Program, kegiatan, subkegiatan dan kelompok akun dalam Konsep DIPA
hendaknya memiliki keterkaitan satu sama lain dalam rangka pencapaian kinerja
satuan kerja, dan harus sesuai dengan program kegiatan, subkegiatan pada
rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan. Ketentuan penuangan
program, kegiatan, subkegiatan dan kelompok akun adalah sebagai berikut :
43
i. Penuangan Program
Program yang dituangkan ke dalam Konsep DIPA adalah progam yang akan
dilaksanakan oleh Satuan Kerja yang bersangkutan dalam rangka pelaksanaan
rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan. Apabila satuan kerja
melaksanakan lebih dari satu program, maka dalam Konsep DIPA juga harus
dicantumkan program-program yang dilaksanakan.
ii. Penuangan Kegiatan
Kegiatan yang dituangkan ke dalam Konsep DIPA adalah kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh satuan kerja dalam rangka pencapaian sasaran program.
Kegiatan yang dicantumkan dalam Konsep DIPA adalah kegiatan yang terkait
langsung dengan pencapaian program dalam rencana kerja dan anggaran
berkenaan.Apabila satuan kerja melaksanakan lebih dari satu kegiatan dalam
satu program, maka dalam Konsep DIPA juga harus dicantumkan kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan.
iii. Penuangan Sub Kegiatan
Sub kegiatan yang dituangkan ke dalam Konsep DIPA adalah bagian-bagian dari
kegialan dalam rangka pencapaian keluaran/output dan tujuan kegiatan
tersebut. Pembedaan antara subkegiatan satu dengan subkegiatan yang lain
adalah jenis keluaran dari subkegiatan yang bersangkutan.
iv. Penuangan Kelompok akun
Kelompok akun adalah kelompok dari akun yang terdiri dari 6 (enam) digit
untuk dibelanjakan dalam rangka pencapaian tujuan dan keluaran
subkegiatan.Penuangan dalam DIPA hanya ditampilkan 4 (empat) digit pertama
pada Bagan Akun Standar.
2) Penempatan Akun dan Jenis Belanja
Dalam rangka akuntabilitas kinerja pelaksanaan anggaran oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dan penyusunan laporan keuangan,
penempatan akun harus sesuai dengan jenis belanja yang ditetapkan.
Ketidaktepatan penempatan jenis belanja dalam Konsep DIPA akan
44
mengakibatkan tertundanya pencairan dana karena masih memerlukan
penyesuaian.
Jenis belanja merupakan klasifikasi ekonomi dalam standar statistik keuangan
pemerintahan (Government Financial Statistics/GFS). Melalui jenis belanja akan
ditetapkan status kinerja pengeluaran pemerintah berupa hasil dan keluaran
dalam bentuk barang dan jasa sebagai akibat dari pengerahan sumber daya
melalui belanja/pengeluaran negara. Klasifikasi dalam jenis belanja akan
membedakan kinerja, sumber daya yang dikerahkan, dan bentuk keluaran baik
aset maupun non aset negara. Rincian penggunaan akun dalam jenis belanja
mengacu pada Bagan Akun Standar.
a. Pengisian Kode Kewenangan
Kode kewenangan pelaksanaan anggaran terdiri dari:
i) Kewenangan yang diberikan kepada satuan kerja Pemerintah Pusat terdiri
dari :
Kewenangan Kantor Pusat (KP) yaitu kewenangan untuk melaksanakan
kegiaran dalam DIPA yang diberikan kepada satuan kerja lingkup
kantor pusat kementerian negara/lembaga.
Kewenangan Kantor Daerah (KD) yaitu kewenangan untuk
melaksanakan kegiatan dalam DIPA yang diberikan kepada satuan
kerja pusat yang berada di daerah.
ii) Kewenangan yang diberikan kepada satuan kerja Pemerintah Daerah,
terdiri dari :
Kewenangan Dekonsentrasi (DK) yaitu kewenangan untuk
melaksanakan kegiatan dalam DIPA Dekonsentrasi yang diberikan
kepada Kepala Dinas lnstansi Pemerintah Provinsi.
Kewenangan Tugas Pembantuan (TP) yaitu kewenangan untuk
melaksanakan kegiatan dalam DIPA Tugas Pembantuan yang diberikan
kepada Kepala Dinas/Instansi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
45
b. Penetapan Sasaran dan Perhitungan Indikator Keluaran.
Penetapan sasaran pada DIPA harus sesuai dengan sasaran yang tercantum
dalam rencana kerja dan anggaran.Sasaran harus bersifat kuantitatif dan
terukur.Perhitungan indikator keluaran pada DIPA harus sesuai dengan
perhitungan hasil dan satuan keluaran pada rencana kerja dan anggaran.
c. Penetapan Sumber Dana, Kantor Bayar, dan Cara Penarikan Dana.
1. Sumber Dana
Sumber dana dalam DIPA dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu :
Rupiah Murni, Sumber dana rupiah murni digunakan untuk
menampung pengeluaran yang dibiayai dari rupiah murni APBN.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), Sumber dana PNBP
digunakan untuk menampung pengeluaran yang dibiayai dari PNBP.
Pencairan pengeluaran yang dibiayai dari PNBP harus mengacu kepada
batas maksimal pencairan dana yang diperkenankan dalam
penggunaan PNBP bersangkutan.
Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN), Sumber dana PHLN digunakan
untuk menampung pengeluaran yang dibiayai dari PHLN. Pada setiap
pengeluaran yang dibiayai dari PHLN harus dicantumkan nomor
register PHLN dan tata cara penarikan dana.
2. Kantor Bayar
Kantor bayar yang perlu dicantumkan pada DIPA adalah kode Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) yang ditunjuk untuk
melaksanakan pembayaran /pencairan dana
3. Cara Penarikan Dana
Cara penarikan dana diperlukan untuk pengeluaran yang dibiayai dari
PHLN. Cara penarikan meliputi Pembayaran Langsung atau Rekening
Khusus.
46
b. Penyusunan Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan
Dokumen pelaksanaan anggaran (Konsep DIPA) yang disusun oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga dirinci menurut sasaran yang hendak dicapai, fungsi,
program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran
tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja, serta pendapatan
yang diperkirakan (UU 1/2004 Pasal 14 ayat 2 dan 3). Dalam PMK
119/PMK.02/2009 pasal 6 ayat 2 rincian dalam dokumen DIPA diatur lebih rinci
yaitu menjadi fungsi/sub fungsi, program, sasaran program, rincian kegiatan/sub
kegiatan, jenis belanja, kelompok mata anggaran/akun dan rencana penarikan
dana serta perkiraan penerimaan.
Konsep DIPA yang telah disusun oleh Menteri/Pimpinan Lembaga kemudian
disampaikan ke DJPB untuk ditelaah.Khusus untuk DIPA BLU harus dilampirkan
rencana kerja dan anggarannya (UU 1/2004 Pasal 14 ayat 4).
5. PengertianPenelaahan DIPA
Dalam Lampiran II PMK 119/PMK.02/2009 penelaahan DIPA didefinisikan sebagai
serangkain proses dan prosedur penilaian yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Perbendaharaan/Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan terhadap
Konsep DIPA yang diajukan Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran satuan
kerja untuk menjamin kesesuaian Konsep DIPA dengan Peraturan Presiden
mengenai Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (Perpres RABPP), dan
prinsip pembayaran/pencairan dana, serta standar akuntansi pemerintahan.
Tujuan dari proses penelaah DIPA meliputi :
1. Menjamin kesesuain konsep DIPA dengan Perpres RABPP
2. Menjamin kesesuaian dengan prinsip pembayaran dalam mekanisme APBN
3. Menjamin kesesuaian dengan kaidah akuntansi
4. Menjamin kesesuaian rencana penarikan dan perkiraan penerimaan dana
47
6. Pengertian Pengesahan DIPA
Pengesahan DIPA merupakan penetapan oleh BUN atas Konsep DIPA yang disusun
oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dan memuat pernyataan
bahwa rencana kerja dan anggaran pada DIPA berkenaan tersedia dananya dalam
APBN dan dapat menjadi dasar pembayaran/pencairan dana atas beban APBN.
Pengesahan DIPA dilakukan dengan penerbitan Surat Pengesahan DIPA yang
ditandatangani oleh :
1. Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan, untuk DIPA
Kantor Pusat/Satker Pusat, dan DIPA Tugas Pembantuan
2. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri
Keuangan, untuk DIPA Kantor Daerah/Satker Vertikal, dan DIPA Dana
Dekonsentrasi.
Penetapan SP DIPA oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan dilakukan per tanggal 31 Desember sebelum
tahun berjalan.DIPA yang sudah disahkan terdiri dari Surat Pengesahan, Hal 1A
umum memuat rincian sumber dana, Hal 1B memuat rincian output, Hal II Rincian
biaya, Hal III Rencana Penarikan dan Penerimaan Dana (Pajak,PNBP, dan BLU)
serta Hal IV Catatan. DIPA yang dudah disahkan akan menjadi dasar penggunaan
anggaran bagi Satker.
Apabila sampai tanggal yang telah ditetapkan Satker belum menyerahkan Konsep
DIPA maka Dirjen Perbendaharaan/Kepala Kanwil DJPB akan menerbitkan DIPA
sementara berdasarkan Perpres RABPP/SRAA.DIPA sementara ini tidak perlu
ditandatangani oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran. Dana yang
dapat dicairkan dalam DIPA Sementara dibatasi untuk pembayaran gaji pegawai,
pengeluaran keperluan sehari-hari perkantoran, daya dan jasa, dan lauk
pauk/bahan makanan, sedangkan dana untuk jenis pengeluaran lainnya diblokir.
7. Pengertian Revisi DIPA
Menurut Pasal I ayat (2) Perdirjen 29/PB/2010, Revisi DIPA adalah perubahan
rincian dalam DIPA akibat revisi rincian anggaran pada halaman Surat Pengesahan
48
DIPA dan/atau halaman I dan/atau halaman II dan/atau halaman III dan/atau
halaman IV, termasuk perbaikan akibat kesalahan administrasi.
Dalam Bab II dan III Perdirjen 29/PB/2010, Revisi DIPA dikelompokan menjadi dua
yaitu revisi DIPA berdasarkan perubahan SAPSK dan revisi DIPA tanpa perubahan
SAPSK.
a. Revisi DIPA berdasarkan perubahan SAPSK
Revisi DIPA berdasarkan perubahan SAPSK ialah revisi DIPA yang dilaksanakan
berdasarkan Revisi Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat ( Revisi RABPP)
yang ditetapkan dalam perubahan SAPSK. Menurut Pasal 2 ayat (2) PMK
69/PMK.02/2010, revisi DIPA berdasarkan perubahan SAPSK terjadi Karena hal-hal
sebagai berikut :
1) Anggaran belanja tambahan (ABT)
2) Kelebihan realisasi PNBP yang melampaui target APBN
3) Luncuran PHLN atau PHDN termasuk penerusan pinjaman
4) Percepatan penarikan PHLN atau PHDN termasuk penerusan pinjaman
5) Penerimaan hibah LN/DN termasuk hibah yang diterushibahkan setelah
APBN/APBNP ditetapkankhususuntuk hibah yang diterima oleh pemerintah
c.q Kementerian Keuangan dan dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga
6) Pergeseran dari Bagian Anggaran (BA) 999.08 (Belanja Lainnya) ke BA KL
7) Pergeseran antar unit organisasi dalam satu Bagian Anggaran (BA)
8) Pergeseran antar kegiatan dalam satu program sebagai hasil optimalisasi
9) Penyelesaian kegiatan-kegiatan dalam rangka pembangunan infrastruktur serta
rehabilitasi dan rekonstruksi bencana alam
10) Pencairan blokir (tanda *) yang diberikan oleh DJA
11) Perubahan pagu PHLN akibat perubahan kurs sepanjang perubahan tersebut
terjadi setelah kontrak ditandatangani dan untuk pembayaran utang
12) Perubahan nomenklatur Satker sepanjang kode satuan kerja berubah
13) Perubahan parameter dalam penghitungan subsidi
14) berdasarkan perubahan SAPSK ialah revisi DIPA yang dilakukan sesuai dengan
perubahan SAPSK.
49
b. Revisi DIPA tanpa perubahan SAPSK
Menurut Bab III Perdirjen 29/PB/2010 Revisi DIPA tanpa perubahan SAPSK
meliputi:
1) Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi
2) Perubahan kantor bayar
3) Perubahan nomenklatur Satker sepanjang kode Satker tetap.
4) Pergeseran antas jenis belanja dalam satu kegiatan tanpa merubah target
kinerja
5) Revisi DIPA Dekonsentrasi (DK), Tugas Pembantuan (TP), dan Urusan Bersama
(UB), sepanjang tidak merubah target kinerja
6) Perubahan alokasi anggaran antar provinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan
operasional (0001 dan 0002), termasuk pengadaan bahan makanan untuk
tahanan/narapidana yang dilakukan oleh unit organisasi di tingkat pusat
maupun oleh instansi vertikalnya di daerah sepanjang tidak mengubah target
kinerja.
7) Pencairan tanda bintang/blokir, khusus untuk anggaran yang diblokir oleh DJPB
8) Revisi DIPA untuk penerimaan hibah LN/DN termasuk hibah yang
diterushibahkan setelah APBN/APBNP ditetapkan. Revisi penerimaan hibah ini
dikhususkan untuk hibah yang dilaksanakan secara langsung oleh
Kementerian/Lembaga dalam bentuk kas.
9) Perubahan anggaran belanja sebagai akibat penggunaan kelebihan realisasi
penerimaan PNBP di atas target yang telah direncanakan dalam APBN untuk
Satker PT bukan BHMN dan Satker BLU
10) anggaran belanja yang Penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari
PNBP
11) Penyelesaian tunggakan tahun yang lalu sepanjang dalam kegiatan yang sama,
dananya cukup tersedia dan tidak menggangu target kinerja tahun berjalan.
12) Revisi Rencana Penarikan dan Perkiraan Penerimaan Dana
Usulan konsep revisi DIPA beserta ADKnya untuk Satker Kantor Pusat yang
berlokasi di DKI Jakarta disampaikan ke Direktorat PA, sedangkan untuk DIPA
50
lainnya disampaikan ke Kanwil DJPB.Dalam pengajuan revisi DIPA tanpa
perubahan SAPSK, konsep revisi DIPA harus dilampiri dengan :
a. Surat pernyataan bahwa sasaran dan volume keluaran kegiatan/sub kegiatan
telah dicapai/dikontrakan dalam hal pengesahan revisi DIPA berupa
perubahan alokasi dana antar sub kegiatan atau perubahan volume keluaran
pada sub kegiatan
b. Dokumen yang menerangkan PHLN dalam hal revisi terkait PHLN
c. Naskah Perjanjian Hibah atau dokumen lain yang dipersamakan dan nomor
register dalam hal penerimaan hibah setelah APBN/APBN P ditetapkan
d. Surat pernyataan PA/Kuasa PA bahwa usul pengesahan revisi DIPA tidak
merubah/mengganggu target kinerja khusus untuk usulan revisi anggaran
berupa pergeseran antar jenis belanja dalam satu kegiatan, revisi DIPA DAK,
DIPA TP dan DIPA UB, dan perubahan alokasi anggaran antar
provinsi/kabupaten/kota
e. Usulan revisi DIPA dalam rangka penyelesaian tunggakan harus dilampiri :
Konsep revisi DIPA dengan mencantumkan catatan pada halaman IV DIPA
mengenai jumlah pagu dan uraian pembayaran, Surat Pernyataan PA/KPA
bahwa usul pengesahan revisi DIPA tidak mengubah target kinerja dan volume
keluaran kegiatan/sub kegiatan dan tanggung jawab kebenaran tagihan, hasil
verifikasi BPKP setempat untuk jumlah seluruh tunggakan Rp. 500.000.000,00
keatas.
Usulan revisi untuk DIPA Satker Kantor Pusat yang berlokasi di Jakarta
disampaikan ke Direktorat PA sedangkan untuk DIPA Satker selainnya disampaikan
ke Kanwil DJPB sesuai dengan wilayah kerjanya. Revisi DIPA yang diajukan Satker
kemudian ditelaah untuk menjamin kesesuainnya dengan Perpres RABPP, prinsip
pembayaran/pencairan dana dan standar akuntansi pemerintah. Konsep DIPA
revisi yang sudah ditelaah dan dinyatakan benar kemudian akan disahkan oleh
Dirjen Perbendaharaan/Kepala Kanwil DJPB.
51
8. Pengertian SKPA
Dalam Perdirjen PER-07/PB/2005 disebutkan bahwa SKPA adalah surat kuasa yang
diterbitkan oleh KPA unit eselon yang lebih tinggi (KPA asal) kepada KPA unit
eselon yang lebih rendah (KPA penerima) dalam unit eselon I yang sama pada
suatu departemen/kementerian negara/lembaga untuk menggunakan bagian
tertentu dari pagu anggaran yang dimilikinya dalam rangka pelaksanaan kegiatan
yang telah ditentukan.
Penerbitan SKPA dilakukan dalam rangka efisiensi dan efektifitas pelaksanaan
pembayaran antar wilayah. SKPA diterbitkan oleh KPA unit eselon yang lebih tinggi
ke unit eselon yang lebih rendah, dalam eselon I yang samapada suatu
Departemen/Kementerian/Lembaga. SKPA diterbitkan sesuai program, kegiatan,
sub kegiatan, dan MAK sebagaimana tercantum dalam DIPA. Penggunaan
mekanisme SKPA ini akan mengurangi alokasi pagu anggaran KPA asal dan
menambah alokasi pagu anggaran KPA penerima.
9. Pemberian Dispensasi
Dispensasi merupakan ijin bagi Satker untuk melakukan pengeluaran
dana/pelaksanaan anggaran di luar ketentuan umum yang berlaku.Dispensasi
dalam pelaksanaan anggaran hanya diberikan untuk hal-hal tertentu sebagaimana
diatur dalam Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005. Jenis Dispensasi
beserta instansi yang berhak memberikan dispensasi menurut Perdirjen
Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 dan Perdirjen Perbendaharaan PER-
07/PB/2005 ialah sebagai berikut :
2. Pemberian dispensasi di Direktorat PA
a. Dispensasi pemberian UP di atas Rp 200.000.000
b. Pengadaan tanah melalui UP
c. Dispensasi penerbitan SKPA
3. Pemberian dispensasi di Kanwil DJPBN (PER-66/PB/2005)
a. Penambahan TUP
b. Pengadaan tanah melalui UP
c. Pembayaran tunggakan daya dan jasa tahun sebelumnya
52
C. FORMAT DIPA
DIPA existing terdiri dari 5 halaman yaitu Surat Pengesahan (SP), Halaman I,
Halaman II, Halaman III, dan Halaman IV. Masing-masing halaman DIPA tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Surat Pengesahan DIPA (SP DIPA)
Halaman ini berisi informasi mengenai hal-hal yang disahkan dari DIPA. Surat
Pengesahan DIPA memuat informasi berikut :
a) Nomor SP DIPA
b) Peraturan yang menjadi dasar pengesahan DIPA
c) Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi
dan Satker pemilik DIPA
d) Pagu anggaran DIPA
e) Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan beserta jumlah pagu dananya masing-
masing
f) Rincian sumber dana DIPA
g) Kantor bayar beserta jumlah dananya
h) Pernyataan dari BUN bahwa penetapan dan perhitungan biaya serta
penggunaan dana dalam DIPA merupakan tanggung jawab Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
i) Informasi masa berlakunya DIPA
j) Tanda tangan Dirjen Perbendaharaan atau Kepala Kanwil Perbendaharaan atas
nama menteri keuangan sebagai tanda pengesahan DIPA.
2. DIPA Halaman I (Umum)
Halaman ini diisi dengan informasi yang bersifat umum dan merupakan
rekapitulasi dari seluruh Satuan Kerja dalam satu Unit Organisasi dan satu
Propinsi.Halaman ini terdiri dari Halaman IA dan Halaman I B.
a. Halaman I A memuat informasi mengenai :
a. Nomor SP DIPA
53
b. Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi
dan Satker pemilik DIPA
c. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Bendahara Pengeluaran, dan Pejabat
Penanda Tangan SPM
d. Fungsi, Sub Fungsi, Program beserta pagu dananya masing-masing
e. Sasaran Program
f. Sasaran/Keluaran Kegiatan beserta pagu dananya
g. Indikator Keluaran Sub Kegiatan beserta pagu dananya
h. Tanggal dan tempat penetapan Konsep DIPA beserta tanda tangan pejabat
yang menetapkan konsep DIPA
b. Halaman I B memuat informasi mengenai :
1) Nomor SP DIPA
2) Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi,
Propinsi dan Satker pemilik DIPA
3) Pagu Anggaran DIPA total beserta rinciannya menurut sumber dana.
4) Pagu pinjaman/hibah luar negeri dan satuan mata uangnya (dalam bentuk
valuta asing dan kurs dalam rupiah)
5) Rincian Pinjaman Hibah Luar Negeri yang meliputi :
1) Sumber PHLN : No NPLN, tahun, No Register
2) Pagu total PHLN dan jumlah pagu yang akan dilaksanakan tahun ini
3) Jumlah penarikan s.d tahun lalu dan jumlah penarikan yang akan
dilakukan tahun ini (dalam US$)
4) Cara penarikan beserta jumlah dana yang ditarik (dalam ribuan rupiah)
5) Jenis dana pendamping beserta nilainya dalam rupiah
3. DIPA Halaman II (Rincian Pengeluaran)
Halaman II berisi informasi untuk masing-masing Satuan Kerja, baik sasaran yang
hendak dicapai maupun alokasi dana pada masing-masing jenis belanja dan
kelompok Akun, baik untuk DIPA Kementerian Negara/Lembaga (DIPA KL) maupun
54
DIPA Bendahara Umum Negara (DIPA BUN). Secara umum halaman II DIPA
memuat informasi berikut :
a. Nomor SP DIPA
b. Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi
dan Satker pemilik DIPA
c. Informasi mengenai Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub
Kegiatan dan Kelompok Akun
d. Informasi Kewenangan (KP/KD/DK/TP/UB)
e. Pagu anggaran per jenis belanja (dalam rupiah)
f. Lokasi (kabupaten) dan KPPN Pembayar
g. Sumber dana/cara penarikan dan nomor register
h. Tempat dan tanggal penetapan konsep DIPA beserta tanda tangan pejabat yang
menetapkan konsep DIPA.
Informasi pagu per jenis belanja dalam halaman II DIPA memiliki perbedaan untuk
tiap jenis DIPA, perbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Jenis belanja DIPA Kementerian Negara/Lembaga terdiri dari : pegawai, barang,
modal, bantuan sosial dan lain-lain
b. Jenis belanja untuk DIPA subsidi dan belanja lain-lain terdiri dari : pegawai,
barang, modal, bantuan sosial dan lain-lain
c. Jenis belanja DIPA Belanja Daerah terdiri dari : Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil, Dana Otonomi Khusus, Dana Penyesuaian
d. Jenis belanja untuk DIPA Belanja Utang dan Hibah terdiri dari : Hibah, Bunga
Utang Dalam dan Luar Negeri serta Cicilan Pokok Utang dalam Negeri dan Luar
Negeri
e. Jenis belanja untuk DIPA Investasi Pemerintah dan Penerusan Pinjaman terdiri
dari : pembiayan dalam negeri, pembiayaan luar negeri, penerusan pinjaman
dan penyertaan modal negara
55
4. DIPA Halaman III (Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan)
Halaman III merupakan rencana penarikan dana oleh masing-masing Satuan Kerja
sampai dengan jenis belanja serta rencana penerimaan perpajakan/bea dan cukai
dan PNBP yang menjadi tanggung jawab masing-masing satuan kerja. Informasi
yang terdapat dalam halaman III DIPA meliputi :
a. Nomor SP DIPA
b. Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi
dan Satker pemilik DIPA
c. Rencana penarikan dana per bulan yang dirinci sampai dengan jenis belanja
untuk masing-masingkegiatan
d. Perkiraan penerimaan per bulan menurut jenis penerimaannya (PBNP, Pajak,
BLU)
e. Tempat dan tanggal penetapan konsep DIPA beserta tanda tangan pejabat yang
menetapkan konsep DIPA
5. DIPA Halaman IV (Catatan)
Halaman IV merupakan catatan yang harus diperhatikan oleh Satuan Kerja dalam
melaksanakan DIPA. Informasi yang tercantum dalam halaman IV DIPA meliputi :
a. Nomor SP DIPA
b. Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi
dan Satker pemilik DIPA
c. Informasi mengenai belanja mengikat yang dirinci menurut fungsi, sub fungsi,
program, kegiatan, sub kegiatan dan akun serta uraian dana per akun
d. Informasi mengenai dana yang diblokir yang dirinci menurut fungsi, sub fungsi,
program, kegiatan, sub kegiatan dan akun serta uraian dana per akun.
Diberikan juga informasi keterangan pemblokiran
e. Tempat dan tanggal penetapan konsep DIPA beserta tanda tangan pejabat yang
menetapkan konsep DIPA
56
D. PROSES BISNIS
Bisnis proses manajemen DIPA existing terdiri dari 6 (enam) bisnis proses
utama yaitu penerbitaan SRAA, penelaahan dan pengesahan DIPA, pengesahan revisi
DIPA karena perubahan SAPSK, pengesahan revisi DIPA tanpa perubahan SAPSK,
Penerbitan SKPA, dan pemberian dispensasi. Untuk memperjelas penggambaran
mengenai bisnis proses Manajemen DIPA, akan dijelaskan juga bisnis proses
penyusunan RKAKL s.d Perpres RABPP yang dilaksanakan oleh DJA.
1. Penyusunan RKAKL s.d Perpres RABPP
Secara umum proses penyusunan DIPA oleh Satker dan proses penelaahan DIPA
oleh DJPB didasarkan pada Perpres RABPP yang selama ini disusun oleh DJA.
Untuk memperjelas gambaran bisnis proses manajemen DIPA, dibawah ini akan
digambarkan proses penyusunan RKAKL s.d Perpres RABPP dan kaitannya dengan
bisnis proses manajemen DIPA.
Penyusunan RKAKL
Satk
er
DJP
BD
JAK/L
Ese
lon I K
/L
DPR
Penyusunan Pagu
Sementara
Pembagian Pagu
Sementara per
Eselon I
Pagu
Sementara
Pembahasan
RKA/KL
Penyesuaian
RKAKL
Pembagian Pagu
Sementara per
Satker
Penyusunan
KK RKAKL
Konsolidasi
KK RKAKL
RKAKL
Penyusunan
RKAKL
Pagu Per
Eselon I
Pagu Per
Satker
KK RKAKL
RKAKL
Eselon I
Penelaahan
RKAKL
RKAKL Hasil
Kesepakatan DPR
Pembahasan
RAPBN
Himpunan RKAKL
Penyusunan Pagu
Definitif
Penyesuaian Pagu
Per Eselon I
Penyesuaian Pagu
Per Satker
Update
KK RKAKL
Konsolidasi
KK RKAKL
Pagu
Definitif
Pagu Per
Eselon I
Pagu Per
Satker
KK RKAKL
Penyesuaian
RKAKL
RKAKL
Eselon I
Pengesahan oleh
DPR
Penyusunan
Perpres RABPP
Penelaahan DIPA
Perpres
RABPP
Penyusunan
Konsep DIPA
Konsep
DIPA
Data RKAKL Final
Perpres
RABPP
Berdasarkan PMK 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan
Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga Tahun
57
Anggaran 2011, bisnis proses penyusunan RKA-KL s.d Penerbitan Perpres RABPP
adalah sebagai berikut :
a. Setelah menerima Surat Edaran Menteri Keuangan tentang pagu sementara,
setiap K/L akan membreakdown pagu K/L menjadi pagu per eselon I dan
kemudian dibreakdown lebih lanjut oleh masing-masing Eselon I menjadi pagu
per Satker.
b. Berdasarkan pagu yang diterimanya, Satker menyusun kertas kerja (KK RKAKL)
dan menyampaikannya ke Eselon I. Eselon I kemudian mengkompilasi kertas
kerja dari satker dibawahnya dan menyampaikannya ke Biro Perencanaan K/L
c. Biro Perencanaan K/L menyusun RKAKL berdasarkan kompilasi KK RKAKL dari
masing-masing eselon I. RKAKL ini kemudian dibahas bersama komisi terkait di
DPR. RKAKL hasil pembahasan dengan DPR kemudian disampaikan ke DJA.
d. Biro Perencanaan K/L bersama DJA melakukan penelaahan RKAKL. Seluruh
RKA-KL hasil pembahasan atau yang telah disepakai oleh DPR kemudian
dihimpun menjadi Himpunan RKA-KL yang merupakan lampiran tak
terpisahkan dari Nota Keuangan dan RAPBN dan selanjutnya diajukan
Pemerintah kepada DPR untuk dibahas dan ditetapkan menjadi UU APBN
e. Kementerian Keuangan bersama K/L melakukan penyesuaian RKA-KL
sepanjang hasil pembahasan RAPBN antara Pemerintah dan DPR
menyebabkan adanya perubahan;
f. RKA-KL yang telah disepakati DPR ditetapkan dalam Peraturan Presiden
(Perpres) tentang Rincian ABPP. Rincian ABPP tersebut dirinci menurut
organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja.
g. Perpres tentang Rincian ABPP ini akan menjadi dasar bagi K/L untuk
menyusun konsep DIPA dan menjadi dasar bagi DJPB dalam proses
penelaahan DIPA.
58
2. Penerbitan SRAA (mulai Tahun Anggaran 2011 diganti dengan Daftar Nominatif
Anggaran)
SRAA disusun oleh Direktorat PA DJPB dan akan menjadi dasar dalam
penelaahan/pencocokan DIPA di Kanwil DJPB. Alur proses penerbitan SRAA dapat
dilihat pada gambar berikut :
PENERBITAN SRAA
DO
WN
ST
RE
AM
DO
WN
ST
RE
AM
DIT
. P
AD
IT. P
AU
PS
TR
EA
MU
PS
TR
EA
M
B.2.1.1
Check
HARD
COPY
VS ADK
SAPSK
B.2.1.2
Penyusunan
Konsep SRAA
Konsep
SRAA
B.2.1.3
Penelaahan
SRAA
Sesuai
SAPSK?
Catatan
Penelaahan
B.2.1.4
Tanda tangan
SRAA
YES
Database
A.1.
DJA
SAPSK
B.2.2
SRAA
Salah
Setelah menerima Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK), Direktorat PA akan
mengklasifikasikan data SAPSK sesuai dengan tempat penelaahan dan pengesahan
DIPAnya. Untuk DIPA yang disahkan di Direktorat PA, data SAPSK bisa digunakan
langsung sebagai dasar penelaahan DIPA. Sedangkan untuk DIPA yang disahkan di
Kanwil DJPBN Direktorat PA harus terlebih dahulu menyusun Surat Rincian Alokasi
Anggaran (SRAA) yang akan menjadi dasar penelaahan DIPA di Kanwil DJPBN
Konsep SRAA yang telah disusun akan ditelaah kesesuaiannya dengan SAPSK,
apabila telah sesuai maka akan ditandatangani dan disahkan menjadi SRAA.
Sebaliknya apabila data dalam Konsep SRAA belum sesuai dengan SAPSK maka
Konsep SRAA tersebut harus diperbaiki terlebih dahulu dan kemudian ditelaah
ulang untuk mendapatkan pengesahan. Data dalam SRAA sebenarnya sama
dengan data dalam DIPA hanya saja data dalam SRAA telah diuraikan per Satker
59
per Propinsi. Data SRAA kemudian akan diinput ke dalam database dan dikirimkan
ke Kanwil DJPB sebagai bahan dalam penelaahan DIPA di daerah.
3. Penelaahan dan Pengesahan DIPA
Proses Penelaahan DIPA di Direktorat PA dan di Kanwil DJPB pada prinsipnya
sama, yang membedakan ialah penelaahan DIPA di Direktorat PA didasarkan pada
Perpres RABPP/SAPSK sedangkan penelaahan DIPA di Kanwil DJPBN didasarkan
pada SRAA. Alur proses penelaahan dan pengesahan DIPA dapat dilihat pada
gambar berikut :
Penerbitan dan Pengesahan DIPA
DO
WN
ST
RE
AM
DO
WN
ST
RE
AM
DIT
. P
A/K
an
wil
DJP
BD
IT. P
A/K
an
wil
DJP
BU
PS
TR
EA
MU
PS
TR
EA
M
DJA/Dit
PA
SAPSK/SRAA
B.1.1.2
Penelaahan
Konsep DIPA
DatabaseData
SAPSK
B.1.2
B.1.3
OK ?Konsep
DIPA
Konsep
DIPA
HardCopy
SAPSK
DIPA
Konsep DIPA
Salah
B.1.1.3
Penilaian
DIPA
Data DIPA
Final
B.1.1.4
Ttd SP
dan
DIPA
B.1.1.1.
Check
HARD
COPY
VS ADK
M.SU
Konsep DIPA
Data Perpres
B.2HDC
Data
DIPA
B.1.1.4
Penyesuaian
Konsep
DIPA
Rincian Proses Penelaahan DIPA ialah sebagai berikut :
a. Satker menyampaikan konsep DIPA beserta ADK ke Direktorat PA/Kanwil DJPB
b. Petugas dari Direktorat PA/Kanwil DJPBN dan Petugas dari Satker secara
bersama-sama melakukan penelaahan terhadap Konsep DIPA yang diajukan
Satker. Penelaahan DIPA pada Direktorat PA didasarkan pada Perpres
RABPP/SAPSK sedangkan penelaahan DIPA di Kanwil DJPBN didasakan pada
SRAA.
60
c. Penelaahan Konsep DIPA meliputi: penilaian kesesuaian dengan Perpres
RABPP/SRAA, kesesuaian dengan prinsip pembayaran dalam mekanisme
APBN, kesesuaian dengan kaidah akuntansi pemerintahan, kesesuaian
rencana penarikan dana tiap bulan dan perkiraan penerimaan tiap bulan.
d. Apabila dalam proses penelaahan ditemukan adanya ketidaksesuaian maka
akan dilakukan perbaikan terhadap Konsep DIPA tersebut, dalam beberapa
hal perlu juga disampaikan dalam catatan penelaahan atau pemberian tanda
bintang (blokir).
e. Setelah proses penelaahan selesai, Dirjen Perbendaharaan/Kepala Kanwil
DJPB akan mengesahkan DIPA dengan menerbitkan Surat Pengesahan (SP)
DIPA.DIPA yang telah disahkan kemudian dikirimkan ke Satker dan pihak-
pihak terkait lainnya
4. Pengesahan Revisi DIPA karena Perubahan SAPSK
Revisi DIPA Perubahan SAPSK
DO
WN
ST
RE
AM
DO
WN
ST
RE
AM
DIT
. P
A/K
an
wil
DJP
BD
IT. P
A/K
an
wil
DJP
BU
PS
TR
EA
MU
PS
TR
EA
M
A.3
DJA
SAPSK
Revisi
B.1.2.2
Penelaahan
Konsep DIPA
Revisi
Database
Data
SAPSK
Revisi
Sama
SAPSK-R ?
Konsep/
Net
DIPA Revisi
HardCopy
Revisi
SAPSK
DIPA-R
+ ADK
Pengembalian
Konsep DIPA-R
B.1.2.3
Cek
DIPA-
Revisi
Data SAPSK
Revisi
B.1.2.4
Ttd SP
dan
DIPA-R
B.1.2.1
Check
HARD
COPY
VS ADK
M. SU
Konsep
DIPA Revisi
M. SU
B.1.1.
Data
DIPA
B.1.3
DIPA-R
Data DIPA
setelah REVISI
HDC
Satuan kerja mengajukan permohonan revisi DIPA kepada Dit PA/Kanwil sebagai
dasar pelaksanaan pengesahan revisi DIPA. Selanjutnya data hardcopy SAPSK
Revisi dari DJA akan dibandingkan dengan ADK SAPSK Revisi yang dikirimkannya,
kemudian data ADK akan diinput ke dalam database. Data hardcopy SAPSK Revisi
61
akan menjadi dasar dalam penelaahan Konsep DIPA Revisi yang diajukan Satker.
Apabila Konsep DIPA revisi sudah sesuai dengan hardcopy SAPSK Revisi maka Dit
PA/Kanwil DJPB akan memberikan persetujuan revisi DIPA. Sebaliknya apabila
konsep DIPA Revisi tidak sesuai dengan hardcopy SAPSK Revisi maka konsep DIPA
yang diajukan Satker akan dikembalikan untuk diperbaiki.
Batas waktu pengesahan revisi DIPA paling lama 5 (lima) hari kerja setelah usulan
pengesahan revisi DIPA serta data pendukungnya diterima secara lengkap. Data
DIPA Revisi kemudian diinput kembali ke database untuk update data, selain itu
data tersebut juga akan dikirimkan ke payment management, comitment
management dan reporting untuk update data di masing-masing modul tersebut.
5. Pengesahan Revisi DIPA tanpa Perubahan SAPSK
Revisi DIPA Permohonan Satker – Dit. PA
DO
WN
ST
RE
AM
DO
WN
ST
RE
AM
DIT
. P
A/K
an
wil
DJP
BD
IT. P
A/K
an
wil
DJP
BU
PS
TR
EA
MU
PS
TR
EA
M
B.1.2.1
Penilaian
Revisi
Database
Sesuai
Ketentuan ?
Konsep/
Net
Surat Revisi
Surat
Penolakan
B.1.2.2
Cek
Surat
Revisi
Data DIPA
Dan Realisasi
B.1.2.3
Ttd
Surat
Revisi
M. SU
Permohonan
Revisi + ADK
M. SU
Data
DIPASurat
Pengesahan
Revisi
Data DIPA Revisi
HDC
Surat Revisi
Dan ADK
B.1.1.
B.1.3
Saker mengirimkan permohonan revisi DIPA beserta ADKnya. Permohonan revisi
tersebut kemudian akan diteliti oleh Dit PA/Kanwil DJPB dengan memperhatikan
data DIPA dan realisasi anggarannya untuk menjamin bahwa revisi tersebut sesuai
dengan pagu dana yang masih tersedia dan menghindari adanya pagu minus.
Apabila permohonan revisi telah sesuai dengan segala peraturan yang ada maka
Dit PA/Kanwil DJPB akan menerbitkan surat pengesahan revisi dan kemudian
62
menginput data DIPA revisi ke database serta mengirimkan data revisi DIPA ke
comitment management, payment management dan reporting untuk update data
di masing-masing modul tersebut.
6. PersetujuanPenerbitan SKPA
Penerbitan SKPA ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam
pelaksanaan pembayaran antar wilayah. Mekanisme penerbitan SKPA dapat
dilihat dalam gambar berikut :
Pengesahan SKPA
DO
WN
ST
RE
AM
DO
WN
ST
RE
AM
KP
PN
KP
PN
UP
ST
RE
AM
UP
ST
RE
AM
SKPA
SKPA
Sudah
DIsahkan
Pengembalian
SKPA
Data DIPA
Permohonan
Pengesahan
SKPA
Data
DIPA
SU
B.2.5.1
Penilaian
Permohonan
OK ?
C
B.1.1
B.2.2
Database
B.2.5.3
Ttd
SKPA
B.2.5.2
Cek D
Data
Realisasi
DIPA
SU
D
Update Data
Pagu DIPA
KPA Asal (pemberi) mengirimkan 10 dokumen SKPA ke KPPN Asal. KPPN Asal akan
melakukan penelitian terhadap permohonan SKPA dengan memperhatikan
kesesuaiannya dengan peraturan dan ketersediaan pagu DIPAnya. SKPA yang telah
disahkan oleh KPPN Aasal akan dijadikan pertinggal (1 buah), dikirimkan ke KPA
Asal (5 buah), Kanwil Asal (1 buah), Kanwil Penerima (1 buah), KPPN Penerima (1
buah) dan APK (1 buah). Pengiriman SKPA ke Kanwil, APK dan KPPN dimaksudkan
untuk update data DIPA.
63
7. PemberianDispensasi
Dalam pelaksanaan anggaran seringkali ditemui kondisi-kondisi yang memerlukan
adanya pemberian dispensasi bagi Satker. Pemberian dispensasi bagi Satker dapat
diuraiakan sebagai berikut :
a. Pemberian dispensasi di Direktorat PA, terdiri dari dispensasi pemberian UP di
atas Rp 200.000.000, pengadaan tanah melalui UP, dispensasi penerbitan SKPA
b. Pemberian dispensasi di Kanwil DJPBN, terdiri dari penambahan TUP,
pengadaan tanah melalui UP, pembayaran tunggakan daya dan jasa tahun
sebelumnya
Mekanisme pemberian dispensasi untuk semuda model dispensasi tersebut pada
dasarnya sama, yang membedakan hanyalah tempat pemberian dispensasi dan
syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengajuan dispensasi. Proses pemberian
dispensasi baik di Direktorat PA maupun di Kanwil DJPB dapat dilihat pada gambar
berikut :
Persetujuan Dispensasi
DO
WN
ST
RE
AM
DO
WN
ST
RE
AM
DIT
. PA
/Kan
wil
DJP
BD
IT. P
A/K
anw
il D
JPB
UP
ST
RE
AM
UP
ST
RE
AM
Konsep/
Net Surat
Persetujuan /
Penolakan
Surat
Pengembalian
Surat
Prmhnan
Dispensasi
B.1.3.3
Ttd
Surat
SU
B.1.3.2
Cek
B.1.3.1
Penilaian
Permohonan
Dispensasi
OK ?
D
SU
Data
DIPA
Database
B.1.1.
B.1.2.
Data
DIPA
Persetujuan perubahan besaran UP dapat diberikan berdasarkan permohonan
yang diajukan K/L. Pemberian perubahan UP harus sangat selektif dan sesuai
dengan kebutuhan, karena pemberian UP yang terlalu besar tidak sejalan dengan
prinsip pengelolaan kas yang baik.
64
Pada dasarnya seluruh pembayaran harus dilakukan dengan mekanisme LS dengan
tujuan mengurangiidle cash pada bendahara pengeluaran. Proses pengkajian
kelayakan meliputi penilaian urgensi dan jumlah permohonan perubahan besaran
UP. Dasar penilaian dapat menggunakan pertanggungjawaban UP/TUP
sebelumnya.
Penerbitan dispensasi pembayaran melalui mekanisme UP masih dilaksanakan
karena satker mengalami kesulitan apabila pelaksanaan kegiatan dilokasi tertentu
yang tidak memungkinkan menggunakan LS misalnya pembelian bahan bakar di
luar SPBU khususnya di daerah terpencil.
Dalam pelaksanaan anggaran seringkali ditemui kondisi-kondisi yang
memerlukan adanya pemberian dispensasi bagi Satker. Pemberian dispensasi bagi
Satker dapat diuraiakan sebagai berikut :
a. Pemberian dispensasi di Direktorat PA
- Dispensasi pemberian UP di atas Rp 200.000.000 (PER-66/PB/2005)
- Pengadaan tanah melalui UP (PER-66/PB/2005)
- Dispensasi penerbitan SKPA (PER-07/PB/2005)
b. Pemberian dispensasi di Kanwil DJPBN (PER-66/PB/2005)
- Penambahan TUP
- Pengadaan tanah melalui UP
- Pembayaran tunggakan daya dan jasa tahun sebelumnya
E. EXCEPTION DALAM MANAJEMEN DIPA
1. DIPA BLU
Dalam perdirjen 57/PB/2008 tentang format DIPA BLU disebutkan bahwa alur
proses DIPA BLU secara umum tetap mengikuti ketentuan penyusunan DIPA yang
digunakan satuan kerja Kementerian/Lembaga lainnya terutama pada kegiatan
yang dananya bersumber dari rupiah murni APBN, Pinjaman/Hibah dan PNBP.
Perlakuan terhadap PNBP BLU yang dapat digunakan langsung untuk memberikan
pelayanan pada masyarakat membutuhkan adanya format DIPA yang memiliki
65
karakteristik khusus.Karakteristik khusus yang dimiliki DIPA BLU yaitu
pencantuman persentase ambang batas, saldo awal kas, dan saldo akhir kas pada
halaman SP DIPA serta pencantuman pagu pembiayaan pada halaman II.B.
Karakteristik khusus yang lain yaitu diwajibkannya Satker melampirkan dokumen
Rencana Bisnis dan Anggaran dalam proses penyusunan DIPA BLU (UU No 1 Tahun
2004 Pasal 14 ayat 4).
Ambang batas berisi informasi jumlah anggaran (persentase) yang boleh
dikeluarkan melebihi pagu yang telah ditetapkan tanpa harus merevisi DIPA
terlebih dahulu sepanjang tercantum dalam RBA dan PNBP nya telah melebihi
target.
Saldo awal kas merupakan saldo kas yang bersumber dari surplus anggaran tahun
sebelumnya dan saldo anggaran bersih BLU tahun sebelumnya yang dicarry over
pada tahun berjalan. Saldo akhir kas adalah surplus dan pembiayaan netto akhir
tahun berjalan.
Pencantuman pagu pembiayaan mengisyaratkan bahwa Satker BLU diperbolehkan
untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam kegiatan
usahanya. Pengeluaran pembiayaan dimungkinkan dalam hal Satker BLU akan
melakukan investasi, pembayaran pokok pinjaman, dan pemberian pinjaman.
Sebaliknya penerimaan pembiayaan dimungkinkan dalah hal Satker BLU akan
melakukan divestasi, menerima pinjaman jangka pendek dan jangka panjang.
2. DIPA Belanja Daerah
DIPA Belanja Daerah memiliki beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan DIPA
pada umumnya. Perbedaan tersebut meliputi :
a. Data sumber untuk penyusunan dan penelaahan DIPA Belanja Daerah tidak
berasal dari DJA.
DIPA pada umumnya disusun oleh Satker dan ditelaah oleh DJPB berdasarkan
Perpres RABPP yang diterbitkan oleh DJA. Akan tetapi, berbeda dengan DIPA pada
umumnya, DIPA Belanja Daerah disusun oleh Satker (DJPK) dan ditelaah oleh DJPB
66
berdasarkan Perpres/PMK yang diterbitkan oleh DJPK, hal ini sesuai dengan pasal
5 ayat (2) PMK 126/PMK.07/2010.
Dengan demikian, DJPK memiliki tiga peran sekaligus dalam proses pengelolaan
keuangan negara, yaitu sebagai unit perencana, unit pelaksana sekaligus sebagai
unit penanggung jawab Belanja Transfer ke Daerah. Proses bisnis penyusunan
DIPA Belanja Daerah dapat digambarkan sebagai berikut :
Penerbitan DIPA Transfer ke Daerah
DO
WN
ST
RE
AM
DO
WN
ST
RE
AM
DIT
. P
AD
IT. P
AU
PS
TR
EA
MU
PS
TR
EA
M
M. DJPK
Perpres DAU /
PMK TKD
B.1.1.3
Penelaahan
Konsep DIPA
D
Sesuai
Perpres /
PMK ?
Konsep/
Net DIPA
Hard copy
Perpres / PMK
DIPA
Transfer ke Daerah
Pengembalian
Konsep DIPA
B.1.1.4
Cek
DIPA
B.1.1.5
Ttd SP
dan
DIPA
B.1.1.1
Check
HARD
COPY
M. DJPK
Konsep DIPA
M. DJPK
b. Penyusunan DIPA Belanja Daerah belum menggunakan aplikasi DIPA
Penyusunan DIPA Belanja Daerah sampai saat ini masih dilakukan secara manual
menggunakan Microsoft Excel, belum bisa menggunakan aplikasi DIPA.Hal ini
dikarenakan belum ada interface data antara aplikasi DIPA dengan aplikasi di DJPK.
F. PERMASALAHAN TERKAIT MANAJEMEN DIPA EXISTING
Pada dasarnya best practise yang ada secara garis besar sudah sesuai dengan
SOP dalam manajemen DIPA saat ini. Kesesuaian tersebut secara langsung disebabkan
oleh adopsi terhadap best practise yang ada dengan paket Undang-Undang Keuangan
Negara serta petunjuk pelaksanaan lainya yang berkaitan dengan Management of
67
Spending Authority. Adapun berbagai permasalahan yang timbul dalam manajemen
DIPA eksisting antara lain :
1. Fleksibilitas dalam pelaksanaan anggaran
2. Pelaksanaan penarikan dana dan mekanisme penyesuaian
3. Perbedaan pagu dana antara appropriation (APBN) dan allotment (DIPA)
4. Komponen anggaran dalam APBN belum terdokumentasi seluruhnya dalam
DIPA (Penerimaan Pembiayaan)
5. DIPA belum optimal sebagai dokumen perencanaan penerimaan
6. Database terpisah
7. Format dan mekanisme penyusunan DIPA yang beragam
Penjelasan permasalahan sebagai berikut :
1. Fleksibilitas dalam pelaksanaan anggaran.
Fleksibilitas yang kurang pada dasarnya karena alokasi anggaran yang dibahas
dalam RKA-KL antara DPR, DJA dan K/L dan dalam dokumen DIPA tercantum
empat digit yaitu kelompok akun. Apabila dalam pelaksanaan memerlukan
pergeseran dana sehingga kelompok akun dalam DIPA berubah harus mendapat
pengesahan terlebih dahulu dari Ditjen Perbendaharaan.
2. Pelaksanaan pencairan dana dan mekanisme penyesuaian
Paket UU Keuangan Negara Tahun 2003 dan UU Perbendaharaan Negara Tahun
2004 menjadi dasar penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran. Namun sampai
tahun 2006 dokumen pada halaman III DIPA belum mencerminkan rencana
penarikan dana yang baik dan masih menggunakan pola bagi rata setiap bulan
dalam rencana yang disusun oleh satuan kerja. Diterbitkannya peraturan tentang
perencanaan kas yang dituangkan pada UU No 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan
Uang Negara dan SE-02/PB/2006 tentang Penyampaian Penerimaan dan
Pengeluaran Kas Satker Pusat maupun Daerah menjadi dasar bagi perencanaan
penarikan dan penerimaan dana satuan kerja.
Rencana penarikan dana pada halaman III DIPA menjadi perikatan antara menkeu
(selaku CFO) dan menteri teknis (selaku COO), sehingga perubahan yang
berhubungan dengan hal tersebut harus diketahui kedua belah pihak yang terikat.
68
Proses update rencana penarikan dana yang merubah halaman III DIPA dilakukan
oleh satker dan disampaikan kepada Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan
per triwulan.
3. Perbedaan pagu dana appropriation (APBN) dan allotment (DIPA)
Setelah UU APBN disahkan dengan jumlah anggaran belanja, pendapatan dan
kalau dimungkinkan pembiayaan maka akan masuk dalam jurnal appropriation.
Namun jumlah anggaran tersebut sampai saat ini belum seluruhnya diterbitkan
DIPAnya khususnya anggaran pembiayaan pada awal tahun sehingga terjadi
perbedaan pagu antara appropriasi dan allotment (DIPA). Sebagaimana diketahui
DIPA merupakan dokumen pelaksanaan anggaran sebagai penjabaran dari UU
APBN sehingga pagu anggaran yang tercantum dalam APBN semestinya
ditampung dalam DIPA.
Selama ini DIPA yang diterbitkan pada awal tahun lebih banyak untuk anggaran
belanja dan pendapatan, sedangkan DIPA anggaran pembiayaan yang
ditatausahakan oleh BUN umumnya diterbitkan setelah UU APBN disahkan bahkan
sampai mendekati akhir tahun. Hal ini mengakibatkan perbedaan pagu antara
APBN dan DIPA tidak dapat diselesaikan dalam waktu dekat yaitu pagu APBN lebih
besar dari pagu di dalam DIPA.
4. Komponen anggaran dalam APBN belum terdokumentasi seluruhnya dalam DIPA
(Penerimaan Pembiayaan)
Untuk memenuhi kebutuhan belanja Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah,
diperlukan sumber-sumber pendapatan negara dan pembiayaan anggaran.
Anggaran pembiayaan defisit merupakan sumber pendanaan apabila dalam
perhitungan APBN terjadi ketidakseimbangan dan digunakan untuk menutup
kekurangan anggaran belanja. Pembiayaan terdiri dari dua yaitu dalam negeri dan
luar negeri dan perencanaan serta penatausahaan anggaran pembiayaan
merupakan salah satu tugas Menteri Keuangan dalam pelaksanaan kebijakan fiskal
yang dilakukan pada saat menyusun rancangan APBN.
69
Kesenjangan APBN dan DIPA
Komponen APBN Anggaran dalamDIPA
Pendapatan Negara danHibah
Belanja Negara (Belanja PmthPusat dan Transfer keDaerah)
Anggaran Pembiayaan(Penerimaan danPengeluaran)
Pendapatan Negara danHibah
Belanja Negara (Belanja PmthPusat dan Transfer keDaerah)
Anggaran Pembiayaan(Penerimaan)
Tidak sama
Tidak sama
Selama ini anggaran pembiayaan khususnya dari sisi penerimaan belum
dicantumkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran sehingga terjadi kesulitan
untuk mengetahui dengan jelas kapan dan berapa besar rencana penerimaan
pembiayaan baik dari pembiayaan dalam negeri maupun luar negeri apabila dilihat
pada dokumen pelaksanaan anggaran.Pada waktu mendatang diharapkan semua
anggaran yaitu belanja, pendapatan dan pembiayaan yang tercantum pada UU
APBN ditatausahakan dalam suatu dokumen pelaksanaan anggaran.Untuk
melaksanakan hal tersebut perlu integrasi dalam penyusunan dokumen
pelaksanaan anggaran khususnya pada anggaran pembiayaan.Integrasi dimaksud
meliputi bagaimana BUN melaksanakan penatausahaan dan pendelegasian
wewenang (KPA) di lingkungan BUN dalam penyusunan DIPA BUN.
5. DIPA belum optimal sebagai dokumen perencanaan penerimaan
Sebagai bagian dari komponen anggaran dalam APBN maka pendapatan menjadi
bagian yang sangat penting dalam pengelolaan manajemen kas. Apabila informasi
yang terdapat dalam DIPA dapat digunakan bukan hanya sebagai informasi namun
lebih berdaya guna maka pendapatan harus ditatausakan dengan baik dalam DIPA.
Selama ini perkiraan penerimaan dalam halaman III DIPA belum dioptimalkan
dalam pengertian belum digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
manajemen kas.Salah satu hal yang menjadi penyebabnya adalah belum
dilaksanakannya mekanisme updating pada halaman III tentang perkiraan
penerimaan.Hal lainnya adalah belum dikaitkannya penerimaan dengan tupoksi
70
dari satker.Terlebih jika dikaitkan dengan konsep PBB maka keterkaitan antara
penerimaan dengan kegiatan satker perlu dicantumkan dalam DIPA.Selama ini
pada Halaman III DIPA perkiraan penerimaan tidak mengacu pada suatu fungsi,
program dan kegiatan tertentu sehingga informasi yang dicantumkan dalam DIPA
belum dapat digunakan dengan optimal.
6. Database yang digunakan dari proses perencanaan anggaran sampai dengan
pelaksanaan dan pelaporan masih terpisah yang menyebabkan antar pengelola
data tidak dapat menyajikan informasi yang menyeluruh. Setiap pengelola data
base di masing-masing unit apabila membutuhkan informasi dari database lainnya
harus melakukan interface secara manual antara lain dengan menggunakan media
penyimpanan.
Terpisahnya database ini mengakibatkan terjadinya perbedaan data karena
perubahan yang dilakukan disuatu database tidak diupdate secara otomatis oleh
pengelola database yang lain. Akibat dari tersegmentasinya database ini adalah
diperlukannya proses pencocokan data yang antara lain dilakukan dengan
rekonsiliasi. Permasalahan selanjutnya adalah jumlah data yang direkon antara
satu database dengan lainnya jumlahnya cukup besar sehingga memerlukan
menyita waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk kegiatan lainnya.
7. Perbedaan mekanisme dan penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran
khususnya antara DIPA K/L dan DIPA BUN saat ini terjadi sehingga menyebabkan
kurang efisien. Apabila mekanisme proses penyusuna DIPA dapat sama maka tidak
perlu dibuat aplikasi tersendiri untuk masing-masing bagian anggaran. Masalah
lainnya terkait dengan akuntansi dan pelaporan karena masih ada DIPA yang
menggunakan konsep simplifikasi. DIPA untuk kebutuhan tertentu masih
menggunakan satu akun untuk beberapa transaksi belanja apalagi jika digunakan
untuk membentuk suatu aset.
Mekanisme belanja yang berasal dari penerimaan PNBP satker BLU juga memiliki
karakteristik yang berbeda dengan mekanisme belanja bagi satker biasa.
Perbedaan tersebut perlu diantisipasi dalam sistem SPAN yang akan dibangun
karena dalam aplikasi SPAN proses pengembangannya sedapat mungkin tidak
berbeda jauh antara berbagai proses mekanisme yang dilaksanakan.
71
Hal lainnya adalah masih adanya perbedaan mekanisme penganggaran yang
dimulai dari penyusunan kertas kerja RKAKL dan dilanjutkan dengan DIPA
khususnya untuk DIPA transfer ke daerah. Sampai saat ini proses bisnis yang
dilakukan dalam penyusunan dokumen anggaran untuk transfer dilaksanakan oleh
DJPK dan penggunaan aplikasi yang berbeda dengan DIPA K/L lainnya. Aplikasi
yang tidak terintegrasi ini akan menyulitkan proses selanjutnya jika diperlukan
laporan realisasi transfer untuk suatu daerah tertentu karena data hanya dapat
dilihat pada institusi yang menanganinya.
72
BAB IV
MANAJEMEN DIPA FUTURE
Komitmen dalam penyempurnaan pengelolaan keuangan negara telah
dikukuhkan sejak disusunnya paket Undang-undang Keuangan Negara.
Penyempurnaan dari sisi pelaksanaan anggaran dilakukan secara bertahap dimulai dari
pelaksanaan unified budget (penyatuan anggaran rutin dan pembangunan dalam satu
dokumen yaitu DIPA) yang diikuti dengan pelaksanaan DIPA dimulai dari 1 Januari
hingga 31 Desember, fleksibilitas dalam pelaksanaan anggaran, pendelegasian
kewenangan dalam pembinaan pengelolaan keuangan negara, hingga perubahan
paradigma pelaksanaan anggaran yang memberikan keleluasaan satker selaku manajer
untuk memanajemen anggaran dalam lingkup kewenangannya.
A. VISI MISI
Visi merupakan hal yang penting untuk mencapai misi dalam perwujudan
implementasi tugas dan tanggung jawab sebagai pengelola perbendaharaan negara
yang profesional.Diharapkan dengan adanya visi sebagai pengelola manajemen
pelaksanaan anggaran yang profesional dan dapat diandalkan dalam mengatasi
tantangan perubahan aspek pengelolaan keuangan negara. Lahirnya paket undang-
undang di bidang keuangan negara No. 17 Tahun 2003 dan No. 1 Tahun 2004
memberikan paradigma baru dalam pengelolaan keuangan di Indonesia. Kementerian
keuangan yang sebelumnya menjalankan fungsi financial administration dan financial
management sekaligus saat ini dititikberatkan pada pelaksanaan fungsi financial
management, sementara fungsi financial administration diberikan sepenuhnya kepada
kementerian teknis.
Dengan misi untuk menciptakan suatu sistem pengelolaan anggaran yang
simpel dan dapat mengakomodasi kepentingan Kementerian/Lembaga serta
menyediakan mekanisme penyediaan dana yang efektif dan efisien diharapkan DJPB
menjadi institusi yang dapat meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan negara
sehingga dapat disejajarkan dengan negara lain di bidang perbendaharaan negara.
73
Tantangan ke depan dalam bidang penganggaran adalah bagaimana pengelolaan
keuangan negara didasarkan pada penganggaran berbasis kinerja. Hal itu bertujuan
agar akuntabilitas dalam penggunaan dana dapat secara langsung diketahui dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. Penerapan penganggaran berbasis kinerja mendorong
Kementerian/Lembaga untuk menciptakan kegiatan yang lebih produktif, terarah dan
efisien. DJPB bertugas untuk menciptakan ketersediaan dana yang diperlukan oleh
pengguna anggaran secara efektif dan efisien. Rencana penggunaan dana menjadi hal
yang penting dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal
Perbendaharaan. Revitaliasi rencana penggunaan dana pada dokumen pelaksanaan
anggaran menjadi sorotan utama ke depan bagi peningkatan efektifitas pelaksanaan
kegiatan masing-masing penggunaan anggaran.
Tanggungjawab pelaksanaan kegiatan di masing-masing kementerian/
lembaga akan semakin meningkat sehingga KPA akan semakin fleksibel dalam
mengatur pengelolaan kegiatan yang dilaksanakan. Agar maksud tersebut dapat
dicapai salah satu hal yang dapat digunakan adalah penyederhanaan format dokumen
Perpres Rincian APBN yang semula dirinci dalam enam digit rencananya akan dikurangi
menjadi dua digit. Pengurangan digit ini akan membuat K/L semakin mudah
penyusunan anggaran dan pelaksanaannya antara lain pergeseran akun untuk
mencapai suatu output tertentu dengan tetap memperhatikan kewenangan yang
dimiliki. Pelaksanaan kegiatan yang semakin fleksibel dalam melakukan pergeseran
dana akan memungkinkan waktu pelaksanaan pencairan dana juga berubah.
Penganggaran berbasis kinerja (performance base budgeting) diterapkan untuk
mengetahui sejauh mana kinerja masing-masing K/L dalam pencapaian output dengan
sejumlah dana yang telah ditetapkan. Dalam penganggaran berbasis kinerja ini akan
dilihat perkembangan pelaksanaan anggaran dari satu periode ke periode lainnya.
Penggunaan dua digit dalam dokumen anggaran berarti bahwa yang
digunakan sebagai acuan bagi MoF untuk penelaahan atau pembahasan hanya jenis
belanja.Apabila terjadi perubahan jenis belanja maka harus disetujui terlebih dahulu
oleh legislatif.Disamping perubahan format digit yang merupakan landasan bagi
rencana kegiatan, RKAKL juga mengakomodasi kepentingan bagi pelaksanaan anggaran
yang menjadi tanggung jawab DJPB. Perubahan dimaksud dengan menambah jumlah
74
halaman RKAKL menjadi lima halaman yaitu tambahan halaman IV dan V menjadi
bagian tugas yang akan dilaksanakan oleh DJPB meliputi rencana penarikan dana dan
batas pencairan dana serta catatan yang diperlukan. Pencantuman halaman tambahan
ini bertujuan agar dari awal proses perencanaan K/L sudah dapat menganalisis
kebutuhan dana untuk pelaksanaan kegiatan pada suatu periode tertentu namun hal
ini jika dikaitkan dengan fleksibilitas yang diberikan kepada K/L akan menjadi kendala
karena dapat terjadi pergeseran dana menyebabkan perubahan waktu pelaksanaan
kegiatan.
Pelaksanaan anggaran memerlukan suatu koridor/dasar pijakan yaitu
manajemen DIPA (Management of Spending Authority). Manajemen DIPA dilakukan
mulai dari diterimanya data dan dokumen hasil pembahasan dari Direktorat Jenderal
Anggaran bersama Kementerian Negara /Lembaga (K/L) hingga dana DIPA dapat
ditarik oleh K/L yang bersangkutan. Berkaitan dengan beberapa permasalahan dalam
manajemen DIPA saat ini seperti yang tertulis pada bab sebelumnya, maka disusunlah
berbagai proses untuk menyempurnakan pengelolaan keuangan negara, sampai
dengan pengembangan sistem pengelolaan keuangan negara yang terintegrasi yang
saat sedang dilaksanakan. Integrasi yang dimaksudkan adalah dari sisi database dan
konektivitas subsistem yang satu dengan yang lain ataupun dengan sistem lain
berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara. Sistem tersebut adalah SPAN yang
diharapkan akan dapat mengakomodasi berbagai kebutuhan untuk perbaikan dalam
pengelolaan keuangan di masa mendatang.
B. FITUR ORACLE (ERP SPAN) DALAM MANAJEMEN DIPA
1. Penyusunan Annual Financial Plan (Rencana Penarikan Dana)
a. Konsep Penyusunan AFP dengan Alternatif Pertama
Untuk alternatif pertama dalam penyusunan AFP ini memiliki dua karakteristik
yaitu :
1) Bersifat mengikat dan sebagai batas pengeluaran memiliki ciri :
- Baik untuk manajemen kas karena treasury dapat menggunakan informasi yang
ada untuk melakukan penyediaan dana dengan tepat atau minimal tidak terlalu
banyak dana yang disimpan untuk jaga-jaga.
75
- Namun demikian bagi satker hal tersebut akan menambah proses bisnis baru
yaitu updating rencana penarikan dana setiap bulan karena AFP yang
dituangkan dalam Halaman III DIPA menjadi batas pengeluaran setiap bulan.
Apabila pengeluaran melebihi yang direncanakan dapat dilakukan dengan
merubah rencana pengeluaran pada bulan berikutnya sedangkan pada bulan
berjalan apabila terjadi kelebihan pengeluaran tidak dapat diajukan
penambahan dana yang dicairkan (sesuai dengan Permenkeu 192 Tahun 2009).
2) Perencanaan kas jangka panjang memiliki ciri :
- Tidak berlaku sebagai batas tertinggi sehingga apabila terdapat kebutuhan dana
untuk kegiatan yang dilakukan dengan ikatan dengan pihak ketiga atau kegiatan
non kontraktual yang lebih besar dari Halaman III akan dilakukan penyesuaian
data kebutuhan tersebut. Perencanaan kas jangka panjang menjadi lebih
fleksibel dalam pelaksanaannya dari sisi satker namun menyebabkan treasury
harus menyediakan dana yang cukup besar untuk jaga-jaga apabila terjadi
permintaan dana yang melebihi rencana.
- Untuk mengurangi resiko dana yang menganggur terlalu besar maka diperlukan
mekanisme penelaahan Halaman III DIPA yang seakurat mungkin dan proses
updating yang terintegrasi terkait pengeluaran yang melebihi rencana dari
satker. Dalam mendukung hal tersebut dibutuhkan aplikasi yang terhubung dan
terkoneksi antara baik komitmen maupun pengeluaran lain dan spending
authority di satker.
Hal-hal yang melatarbelakangi alternatif mekanisme manajemen kas jangka
panjang yaitu adanya konsep terkait AFP itu sendiri yang dijelaskan bahwa setelah
pagu dana diterima dari MoF maka satuan kerja menyusun rencana penggunaan
dana sesuai dengan kewenangannya. Dikaitkan dengan landasan hukum
berdasarkan UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 14 ayat (3) dinyatakan antara lain bahwa
dalam dokumen pelaksanaan anggaran diuraikan rencana penarikan dana tiap-tiap
satuan kerja dan Pasal 7 ayat (2F) yang menyatakan bahwa Bendahara Umum
Negara berwenang mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam
pelaksanaan anggaran negara. AFP yang termuat dalam DIPA bukanlah sesuatu
yang bersifat permanen (perencanaan kas jangka panjang). Ketika satker
76
melakukan suatu rencana pengeluaran khususnya terkait komitmen, rencana
pembayaran atas komitmen tersebut bisa mengakibatkan perubahan AFP. Setiap
perubahan AFP harus didaftarkan oleh satuan kerja ke dalam sistem. Sistem akan
secara otomatis mencek AFP/revisi AFP dengan ketersediaan pagu DIPA.
Perubahan rencana penarikan dana (AFP) dilaksanakan atas perubahan data
POK/revisi POK satker, sehingga DJPB dapat memperkirakan kebutuhan dana yang
harus disediakan di kas negara. Terkait dengan AFP, tidak ada kewenangan kantor
pusat DJPB untuk menolak usulan perubahan AFP satuan kerja. Karena
berdasarkan UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 3 ayat (7) tentang Perbendaharaan
Negara, keterlambatan pembayaran dapat mengakibatkan denda/bunga. Dengan
demikian menjadi tugas DJPB untuk mencari tambahan dana untuk disesuaikan
dengan AFP satuan kerja.
b. Konsep Penyusunan AFP dengan Alternatif kedua
Penyusunan AFP untuk alternatif kedua ini memiliki beberapa karakteristik yaitu:
1) Pengecekan encumbrance terhadap ketersediaan pagu dilakukan terhadap saldo
pagu DIPA secara kumulatif satu tahun (tidak periodik/ bulanan);
2) Data komitmen dan realisasi terintegrasi dengan AFP, dimana AFP tidak
digunakan untuk mengontrol data komitmen (payment schedule) dan data
realisasi. Tidak dilakukan pengujian AFP pada saat approval SP2D
3) Sisa AFP maupun sisa encumbrance yang tidak direalisasi sampai akhir bulan
akan terbawa ke bulan berikutnya.
Penyesuaian terhadap kedua alternative tersebut dapat dilakukan dengan
mengatur kontrol anggaran (budgetary control) pada AFP. Untuk alternatif
pertama maka pengaturan budgetary control dilakukan secara period to date
(PTD) sehingga pagu anggaran perbulan tidak dapat dilampaui. Sehingga system
Oracle akan melakukan pengecekan ketersediaan pagu perbulan. Sedangkan
untuk alternative kedua maka pengaturan pada budgetary control dilakukan
year to date, pada pengaturan ini AFP tidak dijadikan mengikat perbulan, namun
pertahun.
77
2. Penerapan Cash Limit
Dalam dokumen bidding SPAN terdapat suatu mekanisme yang disebut cash limits
yaitu treasury menggunakan kewenangan untuk mengatur dana yang dapat
dicairkan oleh satuan kerja. Penerapan cash limits berdasarkan kondisi yang tidak
seimbang antara realisasi penerimaan dan rencana penarikan dana. Cash limits
merupakan suatu fasilitas bagi treasury untuk menerbitkan pembatasan pencairan
secara periodik baik bulanan/triwulanan maupun kebutuhan treasury yang
bersifat khusus (ada perintah dari eksekutif). Kasus cash limits di Indonesia
penerapannya ke depan ditekankan hanya pada saat kekurangan kas pada waktu
tertentu sehingga dimungkinkan apabila kondisi kas sudah pulih dapat dilakukan
pencairan sesuai dengan perencanaan semula. Pembatasan kas (cash limits) akan
membentuk dasar bagi pengawasan pelaksanaan anggaran yang akan digunakan
sedangkan AFP akan membentuk dasar bagi perencanaan penarikan dana pada
tingkat satuan kerja.
Apabila cash limit diterapkan di Indonesia maka institusi lingkup DJPB yang akan
memberikan data kas adalah Dit PKN. Data yang terekam dalam data base yang
sudah terintegrasi akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
melaksanakan cash forecasting bagi Direktorat PKN dan sesuai dengan bidding
document SPAN bahwa apabila terjadi ketidakseimbangan antara realisasi
penerimaan dan rencana penarikan dana maka diberlakukan cash limit.
Direktorat PKN sebagai owner pengelolaan kas melakukan analisa terhadap
kebutuhan kas satuan kerja kemudian diteliti apakah dana pemerintah yang
tersedia sesuai dengan kebutuhan satuan kerja. Apabila dana yang dapat
disediakan oleh pemerintah lebih sedikit berdasarkan perkiraan penerimaan
dikurangi dengan rencana penarikan dana maka untuk mengatasi hal tersebut
akan diberlakukan cash limit. Data cash limit akan dimasukkan dalam database
dan akan digunakan oleh KPPN sebagai dasar pencairan dana satuan kerja.
Kewenangan satker dalam pelaksanaan anggaran belanja terikat oleh cash limit.
Penerapan cash limit dapat dilihat pada UU No.1 Tahun 2004 Pasal 7 ayat (2c)
bahwa Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara berwenang
mengendalikan pelaksanaan anggaran.
78
Namun demikian, usulan penerapan cash limit sebaiknya tidak dikenakan pada
kegiatan yang sudah dilakukan pembuatan komitmennya dengan pihak ketiga
karena akan berakibat pengenaan denda pada pemerintah. Cash limit dapat
dikenakan pada kegiatan yang belum memiliki ikatan serta kepastian jadwal
pelaksanaan sehingga merupakan kegiatan yang belum didaftarkan komitmennya
oleh satker ke dalam sistem antara lain kegiatan perjalanan dinas, honor dan
sebagainya. Apabila terjadi AFP tidak sama dengan cash limit, maka sistem akan
mengabaikan AFP dan menerapkan cash limit. Sistem yang akan digunakan juga
menyediakan interface dengan modul lain dalam pelaksanaan cash limit.
Pengaturan dana (kas) yang dapat digunakan oleh K/L dalam pengertian yang
sedikit berbeda yaitu warrant allocation yang diberikan oleh treasury kepada line
ministries baru kemudian dibagikan oleh line ministries kepada unit di bawahnya
dengan mengeluarkan sub warrant. Penerbitan warrant juga berdasarkan
pertimbangan ketersediaan kas pemerintah yang tidak sesuai dengan rencana
permintaan dana dari satuan kerja (cash shortage).
Sistem aplikasi dalam SPAN yang digunakan yaitu menggunakan Oracle secara
standar tidak dapat mengatur jumlah kas yang dapat digunakan oleh satker.
Dengan demikian maka pelaksanaan cash limits hanya dapat dilakukan melalui
modul MoSA menggunakan pembatasan pada pagu dana satker yang dapat
digunakan. Pagu dana pada periode tertentu (bulanan) akan dibatasi untuk jumlah
tertentu dan jenis pengeluaran tertentu yang tercantum pada Halaman III DIPA.
Informasi cash shortage dari Dit PKN akan digunakan bagi DJPB untuk melakukan
cash limits dan lebih dahulu melalui DJA jika pengurangan pagu terkait dengan
revisi kewenangan DJA.
3. Pencatatan MTEF
Hal ini dimaksudkan bahwa kewenangan satker dalam pelaksanaan anggaran
belanja yang bersifat multi years terikat MTEF. Dasar Hukum yang digunakan
adalah draft revisi PP 21/2004 tentang RKA-KL. Dengan adanya data yang akurat
tentang MTEF, MOF juga akan lebih mudah dalam menyusun perencanaan kas di
masa mendatang (forward cash plan). Sistem menyediakan fasilitas untuk
79
merekam, merubah dan menyimpan data perencanaan maju tiga tahun ke depan
(prakiraan maju). MTEF lebih menonjol pada sisi perencanaan lebih dari satu
tahun sedangkan DIPA merupakan dokumen pelaksanaan anggaran tahunan
sehingga modul MoSA tidak langsung terlibat dalam proses dalam MTEF.
Dalam konteks MTEF yang akan dibahas adalah rencana kegiatan yang baru
sebagai ”new initiative” sehingga kegiatan bersifat pengulangan dan tidak berubah
tidak perlu dibahas di legislatif. Terdapat suatu gagasan apabila kegiatan yang
bersifat rutin dapat langsung diusulkan setelah mendapat penetapan dari Menteri
Keuangan sehingga tidak perlu menunggu pembahasan dengan legislatif. Namun
apabila kegiatan dimaksud terdapat unsur baru yang akan dilaksanakan dan untuk
menyesuaikan tingkat harga-harga umum (inflasi) maka perlu dilakukan
pembahasan.
4. Vote on Account
Suatu mekanisme yang digunakan pada saat anggaran belum disetujui parlemen
pada batas waktu yang telah ditentukan dengan menerbitkan DIPA yang
digunakan untuk kegiatan operasional satker. MoSA dalam hal ini menerbitkan
DIPA yang bersifat sementara agar pelaksanaan pemerintahan tetap berjalan.
DIPA dimaksud akan digunakan untuk keperluan belanja pegawai dan belanja
lainnya (operasional) yang tidak dapat ditunda untuk kelancaran kegiatan satker.
Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 Pasal 15 ayat (6) dinyatakan bahwa apabila
Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Undang-undang yang
diusulkan, Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya
sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.
80
Penerbitan DIPA VoA
Minggu ke dua November Bulan ketiga belum ada UU APBN
Sa
tke
rD
JP
BR
ore
n K
/L; U
nit
Es I
DJA
RKA-KL TA Baru
dg pagu anggaran
yg sudah
ditentukan Menkeu
SPAN
Alokasi per K/L;
Unit Eselon I
APBN belum
disahkan
APBN blm disepakati
Kertas Kerja RKA-
KLKonsep DIPA
Penelaahan DIPA
VoA
Alokasi tahun lalu
sebagai batas
maksimal pagu
DIPA VoA
KPPN
DIPA BiasaPencairan blokir
DJA
5. Carryforward (dalam modul ini diartikan sama dengan carryover)
Menurut L, Ian dan L, Gösta, (2009) Carry-over adalah hak untuk menggunakan
sisa alokasi (appropriation) melampaui jangka waktu yang diberikan sebelumnya
“Carry-over is the right to use an unspent appropriation beyond the time period
for which it was originally granted”. Hal ini berarti bahwa K/L dapat
menggunakan beberapa atau semua dari anggaran yang belum habis dari alokasi
tahun-tahun sebelumnya selain alokasi anggaran tahun berjalan ini. Beberapa
negara juga mengizinkan K/L untuk “meminjam” terhadap alokasi di masa depan,
yang secara konseptual serupa dengan “carry-forward negatif”.
Kebutuhan untuk carry-forward muncul sebagai akibat dari fakta bahwa otorisasi
anggaran biasanya diberikan untuk jangka waktu yang bersifat diskrit
(tertentu/penuh). Argumen untuk membatasi hak untuk melakukan pengeluaran
pada waktu yang telah ditentukan yang sering disebut sebagai prinsip tahunan
merupakan hal menarik yang dipertimbangkan, karena hal ini memungkinkan
untuk melakukan penilaian secara reguler dan merupakan konfirmasi terhadap
suatu prioritas pengeluaran. Sehingga Carry-overs harus ditafsirkan sebagai
pengecualian, dan dibenarkan karena pertimbangan praktis daripada sebuah
penentangan atas prinsip annuality itu sendiri.
81
Kebutuhan untuk carry-overs muncul karena dalam penganggaran sektor publik,
dalam banyak hal proses yang dilakukan tidak sempurna. Sifat heterogen kegiatan
pemerintah, informasi yang asimetris, keterbatasan waktu dan sumber daya yang
tersedia untuk penyusunan anggaran, serta prosedur persetujuan yang rumit di
eksekutif dan legislatif, merupakan hal yang menyulitkan jika tidak mungkin, untuk
benar-benar menilai semua item dalam anggaran setiap tahun. Akibatnya,
beberapa alokasi anggaran akan (harus) didasarkan pada perkiraan dan formula
terapan yang universal (perlu penyesuaian dalam pelaksanaan).
Carry-over adalah salah satu dari sejumlah prosedur anggaran yang digunakan
untuk mempermudah transisi antara dua tahun anggaran. Dalam anggaran
berbasis kas dan rezim akuntansi, rekening transaksi tahun sebelumnya kadang-
kadang dapat dicatat secara singkat ke dalam tahun fiskal yang baru, misalnya,
selama satu bulan. Seperti complementary accounting periods diperkenalkan
untuk mengatasi penundaan proses transaksi.
Pelaksanaan kegiatan dengan karakter multi-years merupakan hal yang berbeda,
dan beberapa negara memberikan multi-years appropriations. Seperti dengan
carry-over, maka prinsip annuality adalah bertentangan tetapi hal ini dapat
dibenarkan oleh pertimbangan praktis pengelolaan anggaran. Di sejumlah negara
maju, kewenangan anggaran adalah atas dasar akrual, antara lain mengukur
pemanfaatan sumber daya aktual. Ketika anggaran berbasis akrual, tidak ada
kemungkinan untuk menggunakan alokasi dengan pre-paying goods and services
atau dengan stocking-up on supplies. Sehingga anggaran berbasis akrual
mengurangi beberapa alasan (some of the rationale) untuk pelaksanaan carry-
over.
Carryforward dilaksanakan terkait dengan fund available seperti yang telah ditulis
di atas yaitu pengalihan pagu dana sedangkan yang lain adalah terkait dengan
encumbrance (ikatan atau kontrak yang melebihi satu tahun anggaran). Pengertian
carryforward terkait dengan fund available merupakan penggunaan alokasi dana
yang melebihi satu tahun anggaran sehingga dapat dilaksanakan pada tahun
anggaran berikutnya tanpa dibahas lagi oleh parlemen (persetujuan). Di Indonesia
pada umumnya digunakan untuk program yang menjadi prioritas pemerintah dan
82
berdampak luas dalam perekonomian nasional. Program PNPM merupakan salah
satu bentuk carryforward pada fund available yang menggunakan pedoman/dasar
UU APBN namun tidak dilakukan pembahasan persetujuan kegiatan.
Siklus penganggaran tahunan pada dasarnya dilaksanakan sesuai rentang
waktunya sehingga apabila terdapat pelaksanaan yang belum selesai pada akhir
tahun anggaran harus dilihat dahulu penyebabnya. Jika penyebabnya adalah dari
kesalahan pelaksanaan manajemen oleh satuan kerja sudah pasti tidak dapat
diberlakukan carryforward.
Terkait dengan encumbrance pada carryforward yaitu kontrak multiyears apabila
pelaksanaan kegiatan satu tahun belum selesai maka dapat dilaksanakan pada
tahun anggaran berikutnya dengan menggunakan kegiatan yang sama. Dengan
alokasi pagu kegiatan yang sama pada tahun berikutnya mengakibatkan adanya
alokasi dana kegiatan yang dikorbankan. Namun apabila dalam pelaksanaan
ternyata diperkirakan dapat diselesaikan maka pagu sisa tahun berjalan dapat
dialokasikan melalui APBN-P. Pelaksanaan carryforward untuk encumbrance only
dapat dilaksanakan dengan keputusan Menteri Keuangan.
Carryforward Encumbrance Only (Revisi DIPA)
KP
PN
Ka
nw
il D
JP
BD
JA
Sa
tke
r
Penelitian budget,
encumbrance,
fund available
ERP
Dana yg belum
direalisasikan
Data
encumbrance,
fund available
Jurnal
Carryforward
1
2
3
4
5
Database
satker
Revisi Kertas
Kerja
6
Penelitian
penyebab
Carryforward &
Perubahan Kertas
Kerja
7
Revisi Perpres
RABPP Hyperion
Revisi DIPA
SP DIPA Revisi
10
8
9
9
10Jurnal Allotment
11
12
83
Carryforward Fund Only (Revisi DIPA/DIPA Luncuran PNPM Mandiri)
DJA
Dit P
AK
an
wil
DJP
BK
PP
NS
atk
er
12
3 4
7
8
Appropriation/
allotment yg belum
direalisasikan
Data fund
available
Database
satker
“Konsep” DIPA
Hyperion
Penelitian budget,
encumbrance,
fund available
Jurnal
Carryforward
SP DIPA Revisi
ERP
Data fund
available
5
6
DIPA Revisi 13
APBN-PRevisi Perpres
RABPP
14
15 16
17
Penelaahan
9
11Jurnal Alloment
10
12
Jurnal
Appropriation 18
19
6. Retirement
Apabila digunakan konsep warrant pada saat akhir tahun, ketika dokumen
pelaksanaan anggaran habis masa berlakunya maka KPA/satuan kerja harus
mengirimkan kembali sisa dana yang tidak habis digunakan kepada kantor pusat
K/L.
C. Manajemen DIPA di luar Sistem ERP “Pemberian Dispensasi” (UP dan Akun)
Walaupun tidak terkait langsung dengan SPAN namun dispensasi masih diperlukan
sepanjang keputusan pemberian izin penggunaannya diperketat (tidak termasuk
dalam proses aplikasi SPAN). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah dinyatakan bahwa Uang
Persediaan adalah sejumlah uang yang disediakan untuk satuan kerja dalam
melaksanakan kegiatan operasional kantor sehari-hari. Pasal 28 PP No. 39 Tahun
2007 dinyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan pengeluaran, kementerian
negara/lembaga dapat diberikan Uang Persediaan sebagai uang muka kerja untuk
membiayai kegiatan operasional sehari-hari. Sedangkan pada Pasal 29 disebutkan
Uang Persediaan hanya digunakan untuk jenis pengeluaran yang tidak dapat
84
dilakukan langsung oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran kepada
pihak yang menyediakan barang dan/atau jasa. Penggunaan Uang Persediaan yang
menyimpang dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
pelanggaran dan dapat dikenakan sanksi berupa pencabutan fasilitas pemberian
uang persediaan. Uang persediaan lebih banyak terkait dengan manajemen
pembayaran sehingga dari modul MoSA akan sedikit menyinggung masalah UP.
Pada dasarnya kemudahan yang diharapkan bagi pelaksanaan kegiatan adalah
tujuan utama bagi Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam memberikan
pelayanan kepada satuan kerja. Namun di sisi lain perlunya dijaga agar penyediaan
dana oleh pemerintah tidak dimanfaatkan secara langsung sehingga terjadi idle
cash. Oleh karena itu diusulkan bahwa UP masih diperlukan namun dibatasi
pemberian UP sesuai dengan pedoman dalam PP No. 39 Tahun 2007.
Terkait dengan pemberian dispensasi perubahan besaran UP terdapat dua
alternatif usulan yaitu pemberian dispensasi besaran UP yang selektif dan kedua
adalah tidak diperlukan lagi perubahan dispensasi besaran UP. Pertimbangan yang
menjadi dasar bahwa dispensasi masih diperlukan adalah kegiatan yang sangat
khusus dan dilakukan dalam jangka waktu lama (tidak dapat diperkirakan dengan
pasti) di suatu lokasi yang tidak memungkinkan melakukan untuk penarikan dana
sewaktu-waktu. Apabila dibayarkan dengan LS pada jumlah tertentu sedangkan
pelaksanaan masih belum selesai maka akan menyulitkan dalam menyelesaikan
kegiatan (intelijen di daerah terpencil untuk jangka waktu yang tidak pasti).
Tambahan Uang Persediaan (TUP) masih diperlukan karena terkait dengan
semakin dibatasinya permohonan perubahan besaran UP.
85
Gambar : Proses Pengajuan Dispensasi Besaran UP
Dit PA/Kanwi l DJPBN
DJPBN
Satker
Da
ta D
IPA
da
n R
ea
lisasi
An
gg
ara
n
Pe
rmin
taa
n d
ispe
nsa
si
Yes
Su
rat p
en
ola
ka
n
No
Su
rat D
isp
en
sa
si
Data D ispensasi
Database
Penelaahan
terhadap
permintaan
dispensasi
Sesuai
dengan
aturan
Pemberian
Dispensasi
D. AREA OF IMPROVEMENT MANAJEMEN DIPA FUTURE
Untuk mencapai kondisi pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab diperlukan suatu sistem manajemen untuk mendukung
pelaksanaannya. Disusunnya manajemen pelaksanaan anggaran dengan sistem yang
terpadu merupakan penjabaran dari tugas DJPB sebagai sarana untuk mendukung
kegiatan pelaksanaan anggaran pada Kementerian/lembaga
1. Database Terintegrasi
Dengan adanya SPAN maka akan terjadi pengintegrasian proses penganggaran
antara budget preparation dan budget authority (execution) sehingga perlu
dilakukan koordinasi untuk menentukan apakah future business yang akan
dilakukan oleh DJPB (budget authority) berjalan sesuai dengan proses
perencanaan yang dilakukan oleh DJA (budget preparation). Hal ini perlu dilakukan
karena tugas DJPB dalam mengelola manajemen pelaksanaan anggaran bukan
tugas yang berdiri sendiri namun merupakan suatu rangkaian proses
penganggaran yang menyeluruh. Koordinasi dapat dilaksanakan sebelum proses
perencanaan dilaksanakan dengan saling bertukar informasi atau data yang
86
diperlukan sehingga pada saat pelaksanaan akan memiliki kesesuaian baik secara
konseptual maupun aplikatif.
Konsep baru yang akan dilaksanakan yaitu kinerja dan penganggaran jangka
menengah serta penerapan fleksibilitas bagi satker dalam pelaksanaan anggaran
menyebabkan terjadinya perubahan struktur data pada RKAKL dan DIPA.
Kebutuhan informasi perencanaan anggaran dalam RKAKL dengan memasukkan
konsep baru tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan dari pelaksanaan
anggaran yang tercantum dalam DIPA yang salah satu fungsinya merupakan
dokumen untuk dasar pembayaran yang berlaku selama satu tahun.Sehingga
terdapat perbedaan kebutuhan informasi yang diperlukan antara RKAKL dan DIPA
walaupun dalam database semua berasal dari RKAKL.
Database yang terintegrasi juga memudahkan pelaksanaan kegiatan pada modul-
modul lain dalam proses bisnis tertentu. Dengan penyatuan database suatu modul
tidak memerlukan waktu yang lama dalam menyelesaikan proses bisnis hanya
tinggal mengambil informasi dari database pada modul lainnya.
Integrasi dimaksud terjadi antara data RKAKL yang ada di hyperion dengan data
DIPA di ERP (Oracle) yang akan dibuat suatu interface sehingga informasi dari
RKAKL dan DIPA dapat saling berhubungan tanpa ada media antara. Namun
demikian dalam perkembangan terdapat usulan agar RKAKL dan DIPA dijadikan
satu dalam sistem aplikasi hyperion sehingga akan menghemat proses
penyesuaian (custom) jika masing-masing aplikasi melakukannya secara terpisah.
2. StreamliningBudget Authority Processes for DIPA
Dengan adanya SPAN proses penyusunan dokumen DIPA dapat lebih cepat karena
tidak lagi melihat/mencocokkan pagu dana masing-masing kegiatan karena hanya
dua digit dan dengan sistem yang terintegrasi menyebabkan tidak akan terjadi
perbedaan data. Penelaahan akan semakin mudah dan dilakukan antara lain untuk
mencocokkan rencana penarikan dana pada Halaman III DIPA serta apabila
terdapat catatan terhadap penggunaan dana antara lain dana yang masih diblokir
pada Halaman IV DIPA. Namun demikian karena pembagian tugas/kewenangan
dari DJA dan DJPB maka masih diperlukan untuk melakukan penelaahan antara
87
lain terkait dengan Bagan Akun Standar (BAS) yang menjadi tugas DJPB untuk
menilai kebenarannya.
3. Peningkatan Fleksibilitas Dalam Pelaksanaan Anggaran
Rencana penggunaan dua digit dalam dokumen pelaksanaan anggaran akan
semakin meningkatkan fleksibilitas bagi satuan kerja dalam mengoptimalkan
sumber daya yang digunakan untuk mencapai suatu output disesuaikan dengan
kondisi riil. Dengan pengelolaan yang semakin fleksibel akan membuat KPA dapat
leluasa dalam penyesuaian pelaksanaan kegiatan karena yang direncanakan dapat
berubah serta kebutuhan yang mungkin berbeda sesuai dengan kondisi riil yang
dihadapi namun tetap mengacu pada output yang akan dicapai. Namun
pengertian let the managers manage bukan diartikan bahwa rencana yang telah
disusun tidak digunakan sama sekali sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan.
Hanya kondisi yang benar-benar mendesak KPA sebagai penanggung jawab
kegiatan melakukan penyesuaian pelaksanaan pekerjaan.
4. Peningkatan Fungsi Halaman III DIPA
Rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan yang saat ini tercantum dalam
dokumen DIPA halaman III akan menjadi fokus tugas DJPB dalam
manajemen/pengelolaan kas masing-masing satuan kerja. Hal ini sejalan dengan
maksud Pasal 7 angka (2) huruf c UU No. 1 Tahun 2004 yaitu Menteri Keuangan
sebagai Bendahara Umum Negara melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran
negara. Dengan demikian maka kewenangan Menteri Keuangan untuk
pengendalian pelaksanaan anggaran negara termasuk mengawasi
pelaksanaanrencana penarikan dana agar dapat sejalan dengan rencana
penerimaan kas pemerintah sehingga dapat menjaga keseimbangan neraca
pemerintah.
Selama ini yang kerap terjadi adalah pencairan dana pada periode waktu tertentu
sedikit sedangkan pada periode waktu yang lain menumpuk yang tidak sesuai
dengan rencana kerja/kegiatan yang telah dibuat. Pelaksanaan pencairan dana
yang tidak terencana menyebabkan Direktorat PKN harus menyediakan kas yang
88
cukup besar yang digunakan sebagai kas untuk jaga-jaga. Namun ketidakpastian
waktu pencairan dana menyebabkan adanya idle cash yang cukup besar dan
membebani anggaran pemerintah karena terdapat biaya yang ditanggung untuk
menyediakan kas yang siap digunakan termasuk jika didanai dengan penerbitan
SUN.
Mekanisme yang ada saat ini dalam pengendalian pelaksanaan anggaran negara
masih belum dapat meningkatkan ketepatan waktu atau jadwal penarikan dana
karena tidak ada sanksi bagi pengguna anggaran. Hal yang sering terjadi adalah
penumpukan pencairan dana pada akhir tahun anggaran yang membuat beban
kerja KPPN bertambah.
Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan No.PMK 192/PMK.05/2009
tentang Perencanaan Kas salah satu tujuannya adalah meningkatkan pelaksanaan
manajemen kas.Peraturan dimaksud dapat mendukung revitalisasi Halaman III
DIPA sehingga peranan DIPA sebagai alat/dokumen perencanaan dapat
dilaksanakandengan memberikan informasi kebutuhan kas dari satker. Penerapan
Permenkeu tersebut mendorong satuan kerja lebih disiplin dalam pencairan
dananya, karena penggunaan dana tidak boleh melebihi rencana yang diusulkan
dalam satu bulan. Secara konteks peraturan tentang pencairan dana ini akan
merubah pola yang sudah ada yaitu Annual Financial Plan yang ada di halaman III
DIPAsebagai perencanaan kas jangka panjang.
Namun demikian prinsip keseimbangan menjadi pertimbangan dalam penyusunan
konsep rencana penarikan dana di masa mendatang. Selama ini pelaksanaan
pencairan dana penekanannya lebih banyak berada di satker yaitu fleksibilitas
dalam mengajukan permintaan pencairan. Namun di sisi lain sebagai BUN,
Menkeu memiliki kewajiban untuk mengelola kas agar lebih efisien. Untuk
menjalankan fungsi pengelolaan kas dengan baik disyaratkan adanya informasi
yang akurat tentang penggunaan dana yang dilakukan oleh satker. Dalam
menjembatani dua sisi kepentingan tersebut maka diperlukan data-data rencana
penarikan dana yang lebih baik dan dilakukan updating data pada periode
tertentu. Data dari satker digunakan oleh Dit PKN sebagai bahan informasi (by
product) dalam manajemen kas untuk keperluan satker.
89
Dalam pelaksanaan konsep AFP perencanaan pencairan dana digunakan selama
satu tahun dan dimungkinkan untuk terjadi penarikan dana berbeda dari rencana
dalam periode tertentu (pergeseran waktu pencairan dalam satu bulan).
Sedangkan pelaksanaan Permenkeu No. 192/PMK.05/2009 tidak memungkinkan
untuk menggunakan dana melebihi rencana dalam satu bulan. Sehingga terdapat
semacam pembatasan penggunaan dana pada satuan kerja. Pembatasan
penggunaan kas dalam satu bulan hampir seperti konsep ‘Cash Limit’ namun
pembatasan ini hanya sekedar menunda pelaksanaan pencairan dana bukan
mengurangi alokasi yang telah disahkan dalam DIPA dan bukan disebabkan karena
pemerintah kesulitan pendanaan. Sehingga penerapan Permenkeu 192 Tahun
2009 tersebut dapat diistilahkan sebagai “cash allocation” yaitu penetapan
sejumlah dana yang dapat digunakan pada periode tertentu. Rencana ke depan
dalam kaitannya dengan Halaman III DIPA :
Dalam sistem SPAN halaman III DIPA dapat disebut sebagai Annual Financial
Plan (AFP) yang berfungsi sebagai pedoman rencana penarikan dana dan
penerimaan dari satuan kerja. Di masa mendatang dimungkinkan untuk
meningkatkan peranan halaman III DIPA baik sebagai perencanaan penarikan
dana dan perkiraan penerimaan dari satuan kerja serta dapat digunakan (by
product) sebagai manajemen kas pemerintah.
Penelaahan rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan pada halaman
III DIPA antara DJPB dan K/L merupakan kegiatan untuk merinci dan
mengevaluasi hasil pembahasan yang dilakukan antara K/L dengan DJA (dalam
hal waktu pelaksanaan sudah tercantum di RKAKL). Rencana penarikan dana
dan perkiraan penerimaan yang telah tercantum dalam “konsep” POK pada
aplikasi RKAKL (existing) dapat berubah dalam pelaksanaannya sehingga perlu
penyesuaian agar dalam pelaksanaan kegiatan satuan kerja dapat berjalan
dengan baik. Hal ini dapat terjadi karena pembahasan dengan DJA
berlangsung dalam kurun waktu yang masih jauh dari pelaksanaan dan
memungkinkan rencana kegiatan yang disusun masih belum sesuai dengan
pelaksanaan. Karena fokus DJPB pada penelaahan halaman III DIPA maka
pelaksanaan konfirmasi dengan satuan kerja dilakukan secara mendetail
90
dengan menggunakan “konsep” POK atau dokumen lainnya.Namun terdapat
usulan lain yaitu RKAKL tidak memasukkan perkiraan waktu pelaksanaan
sehingga penelaahan AFP secara penuh dilakukan pada proses pengesahan
DIPA.
Proses Pengelolaan Halaman III DIPA (dengan alternative kelima)
RPD dalam Konteks Alternatif Kelima AFP
AFP = Rencana Penarikan
Dana
UpdatingOtomatis
Fund Available
dicarryforward ke
bulan berikutnya
- Perubahan AFP
karena POK
dirubah
- Perubahan
Fund Available
(mis Jenis
Belanja) harus
merubah Budget
Manual
Input data
AFP Awal + Fund
Available
- Perubahan AFP +
Fund Available
Berubah/Tetap
- AFP Awal +
Perubahan FA
Input data
Rencana
Penarikan Dana
(next month
plan/ updated)
OutputOutput
Minimum cash
information
Cash plan
informationUsed by Dit PKN
Keterangan gambar :
c. Pada awal tahun anggaran setelah penyusunan dan pengesahan selesai maka
halama rencana penarikan dana (Halaman III DIPA) merupakan AFP awal.
Perubahan AFP dapat dilaksanakan secara otomatis oleh sistem Oracle dengan
melakukan pergeseran sisa dana (fund available) yang belum direalisasikan ke
91
bulan berikutnya. Perubahan (updating) AFP dapat dilakukan secara manual jika
satker melakukan perubahan POK sehingga akan merubah rencana penarikan
dana. Hal ini dilaksanakan secara manual karena dalam sistem aplikasi Oracle tidak
dapat melakukan penyesuaian AFP jika tidak dilakukan lebih dahulu dengan
merubah POK (AFP bersifat statis).
d. AFP bersifat tidak mengikat namun demikian diperlukan penyesuaian jika terjadi
perubahan kegiatan sehingga mempengaruhi pelaksanaan pencairan dana.
Perubahan manual yang dilaksanakan karena perubahan POK akan mengakibatkan
perubahan AFP awal. Perubahan manual juga dilaksanakan jika fund available
dirubah sesuai dengan komposisi jenis belanja baru misal dari 52 (belanja barang)
ke 53 (belanja modal). Perubahan komposisi fund available dapat dilakasanakan
dengan melakukan perubahan komposisi pagu (bugdet) dalam sistem aplikasinya.
Dengan demikian perubahan manual akan mengakibatkan perubahan AFP awal
dan perubahan komposisi fund available.
e. Updating secara otomatis oleh sistem Oracle dimaksudkan agar satker tidak
selalau melakukan update tiap bulan jika satker tidak melakukan perubahan POK.
Penyesuaian secara otomatis dilakukan dengan mengcarryforward fund available
tiap satker sehingga akan menambah pagu rencana penarikan dana ke bulan
berikutnya (on top). Pelaksanaan updating secara otomatis dilakukan dalam
sistem diusulkan pada tiga hari sebelum bulan berakhir.
f. Perubahan manual yang akan merubah AFP dan fund available serta perubahan
otomatis yang hanya merubah fund available akan menjadi dasar perubahan
(updating) rencana penarikan dana dari satker. Output yang dihasilkan adalah
rencana penarikan dana bulan berikutnya dan digunakan sebagai informasi
minimun yang disediakan oleh modul MoSA bagi pelaksanaan manajemen kas bagi
Dit PKN.
92
5. Usulan Proses Bisnis Perubahan/Revisi Halaman III DIPA (Rencana Penarikan
Dana)
Berdasarkan UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara khususnya
pasal 14 Ayat (3) dinyatakan bahwa dokumen pelaksanaan anggaran diuraikan
sasaran antara lain rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja. Konsep DIPA
yang disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri
Keuangan merupakan persetujuan pencairan dana bagi satuan kerja untuk jangka
waktu tertentu sesuai dengan periode pelaksanaan kegiatan (AFP). Sehingga DIPA
memiliki dua fungsi tidak hanya sebagai dokumen alokasi anggaran, namun juga
sebagai surat keputusan otorisasi untuk jangka waktu tertentu (warrant). Namun
demikian dalam pelaksanaannya AFP memiliki sifat tidak mengikat dan tidak
berlaku sebagai batas pengeluaran/spending limit untuk jangka waktu
sebagaimana tertuang dalam AFP karena sifatnya sebagai perencanaan kas jangka
panjang. Apabila pada waktu pelaksanaan terdapat pergeseran penggunaan dana
pada bulan berjalan yang akan berakibat pencairan dana melebihi pagu bulanan
maupun hanya menggeser jenis belanja maka perlu diajukan updating AFP yang
akan berakibat pada perubahan rencana penarikan dana bulan berikutnya. Hal ini
dimaksudkan sebagai bagian dari fungsi Rencana Penarikan Dana (Halaman III
DIPA) yaitu memberikan informasi bagi perencanaan kas. Walaupun AFP tidak
mengikat perbulannya namun diperlukan informasi yang lebih baik sehingga
pencairan dana khususnya yang sudah terikat dengan pihak ketiga (sudah dibuat
komitmennya) dapat dilakukan sesuai dengan permintaan dari satker. Revisi AFP
juga dilakukan apabila terjadi penambahan pagu baik revisi antar DIPA maupun
jika terdapat APBN-P dan Revisi karena Eskalasi (Kenaikan Harga Barang dan Jasa
pemborongan karena kenaikan harga secara umum). Updating AFP diajukan
kepada KPPN dan akan diteruskan kepada Dit PA/Kanwil untuk untuk dilakukan
approval. Setelah rencana penarikan dana pada (halaman III DIPA existing) direvisi
digunakan oleh Dit PKN sebagai informasi minimun yang harus disediakan untuk
kebutuhan dana satker bulan berikutnya dan bagi KPPN sebagai pedoman
pencairan dana bagi satuan kerja. Pelaksanaan proses bisnis ini akan
mengakibatkan satuan kerja lebih terfokus untuk membuat perencanaan
pengeluaran yang baik dan di sisi lainnya Ditjen Perbendaharaan mendapatkan
93
informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan kas sehingga terjadi keseimbangan
antara kepentingan Ditjen Perbendaharaan sebagai BUN dan satker sebagai
pengguna anggaran yang masing-masing memiliki hak dan kewajibannya secara
proporsional.
6. Mekanisme perubahan AFP karena revisi pagu antar DIPA atau adanya APBN-P
a. Perubahan AFP dalam hal ini berbeda karena dilakukan pada saat penyusunan DIPA
baru.
b. Proses dimulai pada saat penelaahan revisi pagu antar DIPA atau APBN-P
c. Penelaahan dilakukan dengan melihat alokasi pagu baru sesuai dengan dokumen
sumber yang digunakan dan menambahkan pada AFP bulan berkenaan dan bulan-
bulan berikutnya.
d. Setelah DIPA baru disahkan (DIPA Revisi) maka rencana penarikan dana yang baru
digunakan sebagai dasar pencairan dana oleh KPPN
7. Perubahan Manajemen Penyusunan DIPA
a. Penyusunan DIPA BLU
Pada Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Pasal 15 ayat (4) dinyatakan bahwa pelaksanaan DIPA BLU
dimungkinkan untuk menggunakan anggaran melebihi pagu yang telah ditetapkan
dalam DIPA khususnya yang berasal dari dana PNBP. Hal ini berbeda dari prinsip
pelaksanaan anggaran bahwa pagu DIPA merupakan batas tertinggi yang dapat
digunakan oleh satuan kerja.
Untuk ke depannya diusulkan apabila kelebihan penerimaan (PNBP) akan
digunakan pada tahun anggaran berjalan perlu perubahan proses dokumen
pelaksanaan anggaran sehingga pendapatan PNBP yang diterima oleh satker BLU
dimasukkan keseluruhan dalam DIPA. Namun proses revisi perubahan pagu yang
dilakukan oleh DJPB seharusnya tidak rumit hanya mengesahkan perubahan pagu
yang akan disesuaikan/tercantum dalam APBN-P (Permenkeu No. 69 Tahun 2010).
Revisi/updatingperubahan atau penambahan pagu tersebut dapat dilakukan
setelah pelaksanaan kegiatan berjalan.
94
Proses Pengesahan DIPA BLU (Updating) dalam Ambang Batas
KP
PN
Sa
tke
rK
an
wil
DJP
B
SPM Pengesahan
Database
SPAN
Updating Pagu
DIPA BLUApproval
Pencocokan pagu
DIPA BLU
Hasil updatingDIPA BLU Pagu
Revisi
Input DIPA BLU Revisi
SP2D
Pengesahan
Pengajuan Pengesahan PNBP
Memasukkan data updating pagu
DJA
Input SP2D Pengesahan
Konsep Revisi
DIPA BLU
(triwulan)Input perubahan pagu
Pengajuan Revisi DIPA
Proses Pengesahan DIPA BLU (Updating) Melewati Ambang Batas
Sa
tke
rK
PP
NK
an
wil
DJP
B
Input perubahan pagu
Konsep Revisi
DIPA BLU
Revisi RBA
Definitif
Pencocokan RBA
Revisi & DIPA
BLU Revisi
Dit PA
Database
SPAN
DIPA BLU Pagu
RevisiInput DIPA Revisi
DJA
b. Penyusunan DIPA Transfer BA BUN (DAU, DP-DAU, Infrastruktur, Otsus, DBH,
Existing, DAK)
Format dan karakteristik yang berbeda khususnya pada DIPA Bagian Anggaran
BUN di masa mendatang perlu disesuaikan dengan dokumen DIPA lainnya (Bagian
Anggaran K/L) apabila dimungkinkan. Hal ini dimaksudkan untuk membuat DIPA
yang semakin konsisten sesuai dengan landasan hukum dan mekanisme yang ada
dan pada akhirnya penyusunan DIPA sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Dengan diterapkannya penganggaran berbasis kinerja yang menggunakan output
sebagai salah satu tolok ukur pencapaian kinerja, maka DIPA satker/K/L yang saat
ini menggunakan Bagian Anggaran BUN sedapat mungkin dikembalikan kepada
masing-masing K/L yang menangani hal tersebut sesuai dengan tupoksi terkait
dengan alokasi dana maupunPNBP yang saat ini dikelola oleh BUN.
95
Mekanisme penyusunan DIPA BUN diusulkan untuk mengikuti siklus DIPA BA K/L
secara umum sehingga dalam pelaksanaanya proses penyusunan DIPA tidak
menggunakan dokumen yang berbeda sebagai landasan hukum. Selama ini DIPA
BUN Transferadayang menggunakan Peraturan Menteri Keuangan sebagai
dokumen sumber alokasipenyusunan DIPA bukan menggunakan Perpres.
Berkaitan hal tersebut perlu dibuat dasar hukum yang dapat melingkupi kebijakan
penyatuan seluruh DIPA dalam satu mekanisme dan penetapan seluruh KPA pada
K/L sebagai pelaksana kegiatan.
Penerapan penganggaran berbasis kinerja pada masing-masing K/L mensyaratkan
bahwa setiap kegiatan menghasilkan suatu output yang dihasilkan dari
pelaksanaan anggaran yang telah dialokasikan pada DIPA. Dengan demikian
pengukuran kinerja adalah pencapaian output dari penggunaan dana yang telah
dialokasikantermasuk BA BUN.
Permasalahan pada DIPA BUN yaitu KPA dari DIPA yang diterbitkan adalah pejabat
Eselon I Departemen Keuangan sedangkan dana yang dialokasikan digunakan oleh
instansi/satker lainnya. Apabila diterapkan konsep penganggaran berbasis kinerja
akan mengalami kesulitan pengukuran kinerja pada DIPA-BUN. Namun apabila
kondisi khusus tidak memungkinkan diperlakukan sama, maka diperlukan suatu
pengecualian penerapan penganggaran berbasis kinerja pada DIPA-BUN sehingga
KPA tidak harus bertanggung jawab pada hasil kegiatan yang menggunakan dana
seperti dialokasikan pada DIPA dimaksud namun disusun suatu target kinerja
(output) tertentu yang mendukung tugas KPA bersangkutan bukan pada
pertanggungjawaban penggunaan dana. Hal yang menjadi pertimbangan adalah
UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaaan Negara pada pasal 3 ayat (6)
disebutkan untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak dan/atau tidak
terduga disediakan dalam bagian anggaran tersendiri yang selanjutnya diatur
dalam peraturan pemerintah. Namun Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih
lanjut mengenai hal tersebut belum terbit sehingga masih menggunakan Keppres
42 tahun 2002 tentang pedoman pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
negara Pasal 6 (1) yang berbunyi Menteri Keuangan mempunyai kewenangan
96
otorisasi atas penguasaan bagian anggaran diluar bagian anggaran departemen/
lembaga.
8. Pemberian Kode Wilayah pada DIPA Transfer ke Daerah
Di dalam sistem SPAN dengan data terintegrasi akan terlihat keseluruhan realisasi
dari masing-masing satker, sehingga ke depannya database untuk Dana Transfer
diusulkan diberikan kode wilayah untuk masing-masing daerah penerima sehingga
mempermudah penatausahaan pencairan dana. Dengan demikian DIPA transfer
hampir mirip dengan satu DIPA yang memuat alokasi untuk berbagai satker (misal
untuk Gabrah TNI AD). Namun penerapan satu DIPA yang memuat informasi dari
berbagai daerah mungkin akan menyebabkan kesulitan penyusunan laporan
realisasi.
Alternatif yang dapat digunakan adalah memecah DIPA untuk masing-masing
daerah penerima. Permasalahan yang akan terjadi jika masing-masing daerah
memiliki DIPA tersendiri adalah jumlah DIPA menjadi terlalu banyak karena jumlah
daerah baik tingkat I maupun tingkat II seluruhnya melebihi 300. Jika alokasi untuk
masing-masing dana (dana bagi hasil dipisahkan per jenis , DAU dan DAK) maka
jumlahnya akan mencapai ribuan dokumen.
Oleh karena itu diharapkan agar dokumen DIPA untuk dana transfer ke daerah
tetap menjadi satu namun dapat dipisahkan alokasi untuk masing-masing daerah
penerima. Sistem SPAN diharapkan dapat membuat pemisahan alokasi pada satu
nomor DIPA sehingga jika ingin mengetahui pagu dan realisasi per daerah dapat
dilakukan dengan mudah. Hal lain yang mungkin timbul adalah terjadinya revisi
alokasi pada DIPA transfer baik keseluruhan daerah penerima maupun jika
dilakukan untuk suatu daerah penerima tertentu serta revisi pagu antar daerah
penerima yang satu digeser untuk daerah yang lain walaupun secara total pagu
DIPA tidak berubah.
Saat ini alokasi dana pada DIPA BA BUN khususnya dana transfer ke daerah
digabungkan dalam satu DIPA. DIPA Transfer ke daerah tersebut merupakan
gabungan alokasi dana seluruh daerah yang menerima. Apabila diperlukan laporan
realisasi penyaluran dana transfer pada daerah tertentu akan mengalami kesulitan
97
di dalam database SPAN karena realisasi dari daerah lain juga tergabung pada
DIPA tersebut. Menurut hemat kami untuk memudahkan dalam penatausahaan
khususnya data realisasi perlu pemecahan DIPA sesuai dengan daerah penerima.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) bagi DIPA BUN khususnya dana transfer akan
lebih mudah jika DIPA Transfer dapat dipecah sesuai daerah penerima.
DIPA BUN untuk dana transfer ke daerah dapat dibagi dalam suatu kelompok
tertentu sesuai dengan jenis transfer dan apabila dimungkinkan sesuai dengan
daerah penerima minimal terbagi menjadi provinsi. Apabila diperlukan dapat
dibuat kode untuk menampung dana transfer dimaksud. Kode tersebut diletakkan
di bawah kegiatan misalnya pada sub output dengan maksud agar kinerja dari
DJPK sebagai pengelola dana perimbangan masih dapat tercantum dalam DIPA.
Permasalahan yang mungkin akan timbul adalah jumlah halaman DIPA menjadi
membengkak dan menambah kegiatan pada aplikasi dalam menentukan klasifikasi
kode yang akan digunakan (menempatkan kode daerah penerima).
9. Penyesuaian Anggaran Pendapatan dengan Kegiatan dan Fungsi
DIPA belum mencantumkan informasi terkait pendapatan sesuai konsep
penganggaran berbasis kinerja.Saat ini pencantuman pendapatan baik perpajakan
maupun PNBP tidak mengacu pada suatu fungsi dan kegiatan spesifik.
Perkiraan penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak serta hibah pada Halaman
III DIPA selama ini belum mencantumkan kode kegiatan (dan fungsi) dari
pendapatan yang diterima. DIPA yang ada saat ini memiliki karakteristik jumlah
kegiatan lebih dari satu. Sehingga penerimaan pendapatan yang diperoleh tidak
jelas mengacu pada kegiatan yang mana. Ke depannya diusulkan Halaman III DIPA
khususnya perkiraan penerimaan dapat memberikan informasi kegiatan dan fungsi
spesifik dari perkiraan penerimaan satker bersangkutan.
Penerimaan negara yang bersifat strategis (misal SDA) karena jumlahnya yang
cukup besar merupakan hasil pendapatan negara secara keseluruhan yang
diperoleh bukan dari kegiatan fungsional suatu K/L namun menjadi bagian
penerimaan BUN (ditatausahakan pada DIPA BA BUN). Namun di sisi lain terdapat
98
ketidakjelasan terkait dengan rencana penerapan konsep PBB yang
menitikberatkan kinerja sesuai dengan peran dan fungsi pada penerimaan suatu
K/L. Hal tersebut disebabkan perbedaan perlakuan pada PNBP strategis yang saat
ini ditatausahakan sekaligus menjadi bagian kinerja BUN. Dapat diambil contoh
penerimaan migas merupakan kegiatan yang dilakukan dengan fungsi yang lebih
dekat pada Departemen ESDM demikian juga penerimaan kehutanan lebih dekat
pada fungsi dari Departemen Kehutanan. Oleh karena itu maka pengelolaan
penerimaan SDA yang ditatausahakan oleh Kementerian Keuangan sebagai
Bendahara Umum Negara dalam DIPA BUN harus diperkuat dengan konsep yang
lebih jelas terkait dengan PBB.
Ke depannya baik penerimaan umum maupun fungsional baik perpajakan maupun
PNBP dapat merujuk ke fungsi dan kegiatan tertentu sesuai dengan kelompok
pendapatan yang diterima. Hal ini akan memperjelas konsep kinerja yang akan
diterapkan bagi setiap K/L dan mendorong transparansi dari sisi penerimaan
pendapatan khususnya pada saat penyesuaian/updating dapat dilakukan dengan
tertib. Masalah yang mungkin timbul adalah kesesuaian antara tupoksi dari K/L
dengan kinerja yang akan dilaksanakan. Terdapat kemungkinan pada K/L dengan
tupoksi tertentu melaksanakan penatausahaan penerimaan DIPA yang kurang
sesuai dengan misi K/L dimaksud.
10. Anggaran pembiayaan dari sisi penerimaan (DIPA BUN dipisah dengan K/L misal
Kementerian Keuangan)
Pada prinsipnya anggaran dalam APBN terdiri dari belanja, pendapatan dan
apabila diperlukan digunakan anggaran pembiayaan. Sehingga apabila ketiga
komponen APBN tersebut dapat dicantumkan dalam DIPA akan terjadi
keseimbangan anggaran atau minimal mengurangi kesenjangan data antara APBN
dan DIPA.
Menteri Keuangan sebagai pengelola kekuasaan fiskal mempunyai tugas antara
lain melaksanakan fungsi bendahara umum negara yang memiliki kewenangan
antara lain menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara.
Kewenangan dimaksud dilakukan dengan menentukan mekanisme pelaksanaan
99
anggaran negara yang tercantum dalam APBN. Dengan demikian, apabila dalam
APBN terdapat defisit yang dibiayai dengan pembiayaan seyogyanya anggaran
pembiayaan tersebut ditampung dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang
merupakan penjabaran dari amanat UU APBN.
Keputusan Presiden No. 36 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Keppres No 109
Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen Pasal 11 ayat
(8) dinyatakan bahwa Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas
merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
perbendaharaan negara. Apabila dikaitkan dengan UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 7
ayat (1) dan (2) maka dapat diartikan bahwa kewenangan pengelolaan
Perbendaharaan Negara oleh Menteri Keuangan didelegasikan kepada Direktur
Jenderal Perbendaharaan. Sebagai tindak lanjut dari ketentuan tersebut, DJPB
akan menyusun pedoman teknis dalam pelaksanaan anggaran yang dituangkan
pada DIPA sebagai dokumen pelaksanaan APBN termasuk penerimaan
pembiayaan.
Penerimaan pembiayaan belum dicantumkan dalam DIPA karena dalam UU No. 1
Tahun 2004 Pasal 14 ayat (3) memang tidak dicantumkan secara eksplisit. Namun
demikian ke depannya alokasi anggaran dalam UU APBN termasuk pembiayaan
dicantumkan dalam DIPA, sehingga perlu penyesuaian untuk menampung
anggaran pembiayaan (penerimaan) dalam DIPA yang diusulkan dimasukkan pada
klasifikasi pendapatan. Saat ini anggaran pembiayaan yang berasal dari utang
dikelola dan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang sedangkan
penerimaan lainnya (hasil privatisasi dan pengelolaan aset) dikelola oleh DJKN.
Dokumen sumber penerimaan pembiayaan yang digunakan saat ini bermacam-
macam tergantung dari jenis pembiayaan. Untuk pinjaman luar negeri dokumen
yang digunakan adalah Nota Perjanjian Pinjaman Luar Negeri sedangkan untuk
penerbitan surat berharga menggunakan dokumen lelang.
Format DIPA BUN untuk menampung penerimaan pembiayaan dapat disamakan
dengan format DIPA lainnya dengan pengertian terdapat dua sisi yaitu penerimaan
dan pengeluaran anggaran pembiayaan. Fungsi DIPA Anggaran Pembiayaan
disamping sebagai otorisasi pengeluaran juga sebagai penyedia informasi sampai
100
sejauh mana prosentase pembiayaan yang direncanakan dalam APBN serta
sebagai alat untuk analisis proporsi jumlah pinjaman dengan PDB tahun berjalan
secara makro. Dalam penatausahaan anggaran pembiayaan ke depannya,
diharapkan data-data penerimaan pembiayaan baik dari pinjaman, penjualan aset
maupun penerimaan pembiayaan lainnya dapat ditatausahakan dalam DIPA.
Hambatan yang mungkin timbul adalah penyesuaian data penerimaan yang tidak
dapat dipastikan waktunya dan keberadaan sumber data di unit organisasi
tertentu belum jelas.
11. Konsep neto dan bruto dalam anggaran pembiayaan
Anggaran pembiayaan harus sesuai dengan konsep yang digunakan mulai dari
perencanaan hingga pelaporan. Selama ini belum jelas konsep yang digunakan
oleh masing-masing institusi yang memiliki kewenangan dalam penatausahaan
anggaran pembiayaan. Apabila konsep neto yang akan dipilih harus konsisten
untuk dilaksanakan dari mulai perencanaan hingga pelaporan. Konsep neto yang
akan digunakan akan merubah CoA dari anggaran pembiayaan yang saat ini
digunakan. Jenis belanja yang digunakan dalam pembiayaan dikelompokkan
menjadi dua yaitu 71 merupakan penerimaan pembiayaan dan 72 pengeluaran
pembiayaan. Apabila disetujui penerapan konsep neto maka akan terjadi
perubahan penggunaan jenis belanja yaitu misalnya 71 menjadi pembiayaan neto
dalam negeri dan 72 adalah pembiayaan neto luar negeri.
12. Pencantuman Invormasi Valas pada DIPA Satker Luar Negeri
Selama ini informasi pagu dana bagi satker yang melaksanakan kegiatan di luar
negeri masih menggunakan rupiah. Ke depannya akan dimasukkan nilai valas
(dollar AS) sebagai nilai yang setara dengan rupiah yang berasal pada saat
pembahasan anggaran antara K/L dengan DJA. Informasi valas dicantumkan untuk
menjaga agar pelaksanaan kegiatan di luar negeri tetap berpedoman pada nilai
awal perhitungan anggaran dan digunakan untuk patokan nilai pagu jika terjadi
perubahan kurs.
101
Jika kita berpatokan hanya dengan nilai rupiah maka jika terjadi penurunan nilai
tukar rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan kegiatan tidak dapat
dilaksanakan karena nilai pekerjaan melebihi pagu pada DIPA. Sedangkan usulan
ke depannya yaitu jika pekerjaan dilakukan dengan berpedoman pada mata uang
asing (misal dollar AS)yang alokasinya tercantum pada DIPA, diharapkan tidak
akan ada permasalahan resiko kurs bagi K/L (satker) yang bersangkutan karena
perubahan kurs yang terjadi menjadi tanggung jawab BUN untuk mengatasinya
(selisih ditanggung oleh BUN). Valas juga digunakan tidak hanya pada sisi belanja
namun juga dilakukan untuk kegiatan sisi pendapatan dan pembiayaan.
Mekanisme pencantuman nilai pagu rupiah pada belanja satker setara dalam valas
( misalUS $):
a. Satker dalam pembahasan RKAKL dengan DJA khususnya satker luar negeri
mengajukan rencana pembiayaan dalam valas yang dikonversi menjadi rupiah
sesuai dengan kurs yang digunakan dalam APBN;
b. Pada database RKAKL data perhitungan biaya dalam US $ dicantumkan seperti
alokasi yang telah disesuaikan dalam rupiah;
c. Database dari budget preparation tersebut akan diinterface ke dalam database
budget execution sehingga dapat digunakan dalam penyusunan DIPA yang
mencantumkan nilai alokasi dalam US $.
13. Perubahan pagu DIPA karena selisih kurs dan pembayaran utang
Informasi valas yang tercantum dalam DIPA merupakan batas tertinggi yang dapat
dicairkan oleh satuan kerja. Namun demikian alokasi pagu dalam DIPA tetap
menggunakan mata uang rupiah sehingga transaksi pada DIPA adalah rupiah. Kurs
APBN yang digunakan untuk menghitung pagu DIPA bersifat tetap sehingga pada
saat proses pencairan dana menggunakan kurs transaksi dimungkinkan terjadi
selisih kurs. Kontrak/pembayaran utang dengan kurs yang mengakibatkan realisasi
pencairan dana melebihi pagu DIPA harus diantisipasi agar kegiatan tidak
tertunda. Terdapat dua alternatif untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan
melakukan update otomatis atas pagu kegiatan yang transaksinya menggunakan
valas. Alternatif lainnya tetap menggunakan konsep revisi pagu dari DJA namun
102
dalam sistem diberikan keleluasaan untuk loan dan cara tarik tertentu dapat
melewati pagu. Setelah itu baru dilakukan revisi dokumen sebagai pengesahan
atas realisasi pencairan yang melebihi pagu DIPA. Hal yang perlu mendapat
perhatian adalah nilai valas yang dituangkan dalam DIPA merupakan acuan
tertinggi yang tidak boleh dilewati.
14. Interface data antara SPAN dan DJPU
Jika terjadi kasus pinjaman belum efektif karena nomor register belum ada
sehingga alokasi dana masih dibintang, maka mekanisme pencairan tanda bintang
dapat dilakukan langsung oleh DJPB dengan melakukan revisi pencairan tanda
bintang. Tanda bintang untuk loan/grant yang belum efektif berasal dari DJA
namun bukan merupakan substansi penelaahan sehingga pencairannya dapat
dilaksanakan oleh DJPB (pemblokiran dari DJA tidak terkait dengan perhitungan
biaya yang datanya kurang memenuhi syarat).
Efektifitas pelaksanaan pencairan tanda bintang untuk register pinjaman/hibah
akan meningkat jika terdapat interface antara database di DJPU dengan SPAN
sehingga pengiriman data lebih akurat dan mempersingkat waktu proses revisi.
Selama ini pengiriman data antara DJPU dan DJPB masih manual sehingga
meningkatkan resiko kesalahan input data ke dalam database di DJPB dan proses
pengiriman data hardcopy memerlukan waktu yang cukup lama. Mekanisme
interface dan revisi pencairan tanda bintang sebagai berikut :
a. DJPU dalam hal ini Dit EAS meneliti loan register tahun anggaran berjalan yang
belum ada dan kemudian disusun daftar register bagi masing-masing
pinjaman/hibah.
b. Berdasarkan register pinjaman/hibah yang baru DJPU menyampaikan data ke
DJPB melalui interface antara sistem DMFAS dan SPAN.
c. DJPU juga menyampaikan notifikasi secara tertulis kepada Dit PA bahwa
pinjaman/hibah dimaksud sudah efektif dan digunakan sebagai dasar formal
untuk revisi pencabutan blokir pinjaman/hibah tersebut oleh DJPB.
103
d. Dit PA menyampaikan kepada satker bahwa pinjaman/hibah sudah efektif dan
berdasarkan hal tersebut agar satker menyampaikan surat permohonan dan
konsep revisi DIPA ke Dit PA.
e. Atas dasar permohonan dari satker Dit PA akan melakukan revisi pencairan
tanda bintang dengan mengisi/merubah register pinjaman/hibah sesuai dengan
data dari DJPU dan kemudian mengesahkan DIPA berkenaan.
15. Informasi Penerimaan Pembiayaan pada DIPA BUN DJPU
Pada dasarnya dokumen pelaksanaan anggaran merupakan penjabaran dari
alokasi yang tercantum dalam UU APBN. Salah satu komponen dalam UU APBN
yaitu pembiayaan selama ini belum ditatausahakan secara terintegrasi dalam
dokumen DIPA khususnya dari sisi penerimaannya. Sehubungan dengan hal
tersebut diusulkan agar ke depannya terdapat informasi penerimaan pembiayaan
yang dicatat dalam dokumen DIPA BUN DJPU untuk melengkapi data pembiayaan
sehingga tidak hanya dari sisi pengeluaran saja. Terdapat alternatif perubahan
akun dalam Bagan Akun Standar yang diusulkan yaitu jenis belanja yang saat ini
digunakan untuk menampung pembiayaan adalah 71 untuk penerimaan
pembiayaan dan 72 untuk pengeluaran pembiayaan. Ke depannya diusulkan agar
jenis belanja dibedakan berdasarkan mekanisme penerimaan pembiayaan yaitu 71
untuk penerimaan pembiayaan yang berdasarkan naskah perjanjian dan 72 untuk
mekanisme yang berasal dari SBN. Alasan yang digunakan sebagai dasar
perubahan usulan jenis belanja untuk pembiayaan adalah dalam UU APBN alokasi
pembiayaan yang berasal dari penerbitan SBN menggunakan neto dan tidak
dicantumkan masing-masing komponen pembiayaan (penerbitan dan pembayaran
pokok; pembelian kembali).
Mekanisme penatausahaan penerimaan pembiayaan dalam DIPA BUN DJPU
terbagi secara garis besar yaitu Pinjaman Hibah Dalam Negeri/Luar Negeri yang
menggunakan dasar naskah perjanjian pinjaman dan penerimaan yang berasal dari
Surat Berharga Negara sebagai berikut :
a. Penerimaan pembiayaan yang berasal dari pinjaman yang menggunakan dasar
naskah perjanjian dapat menggunakan informasi dari masing-masing satuan
kerja untuk melakukan rencana penarikan pinjaman sebagai dasar informasi
104
pencantuman penerimaan pembiayaan pada DIPA BUN DJPU. Rincian proses
sebagai berikut :
- Pada saat satker menyusun kertas kerja RKA-KL maka dicantumkan rencana
penarikan pinjaman dalam satu tahun dan dimasukkan dalam database
hyperion;
- Rencana penarikan pinjaman tersebut merupakan belanja pada DIPA satker
bersangkutan namun merupakan input bagi penerimaan pembiayaan DIPA
BUN DJPU;
- Setelah proses penelaahan RKA-KL diselesaikan dengan DJA maka informasi
rencana penarikan pinjaman yang ada di database hyperion akan masuk ke
dalam database ERP;
- Database rencana penarikan pinjaman dari satker yang ada dalam database
ERP akan digunakan oleh DJPU untuk menyusun perkiraan penerimaan
pembiayaan. Hal ini dimungkinkan karena DJPU akan diberi akses untuk
menggunakan aplikasi Oracle sekaligus melakukan download data;
- Konsep DIPA BUN DJPU yang sudah dimasukkan data penerimaan
pembiayaan akan disatukan dengan sisi pengeluaran pembiayaan menjadi
satu dokumen DIPA yang utuh sebagai bahan penelaahan dengan Dit PA;
b. Penerimaan pembiayaan yang berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara
memang sedikit berbeda karena konsep yang diterapkan merupakan selisih
antara rencana penerbitan dikurangi dengan pembayaran pokok dan pembelian
kembali (UU No. 47 Tahun 2009 tentang APBN). Perbedaan tersebut
mengakibatkan informasi penerimaan pembiayan yang akan dicantumkan
dalam DIPA BUN DJPU bukan berasal dari APBN namun dari data DJPU sendiri.
Rincian proses sebagai berikut :
- Pada saat penyusunan kertas kerja RKA-KL BA BUN maka DJPU sudah dapat
memasukkan informasi perkiraan penerbitan SBN dalam satu tahun
termasuk rincian penerbitan dalam tiap bulan;
- Apabila penelaahan yang dilakukan antara DJPU dan DJA disetujui maka
Informasi yang diusulkan dimasukkan dalam database hyperion;
105
- Berdasarkan data yang ada di hyperion kemudian ditransfer ke database
ERP dan digunakan DJPU untuk menyusun konsep DIPA BUN yang telah
memasukkan informasi penerimaan pembiayaan dari SBN;
- Setelah diajukan ke Dit PA maka konsep DIPA BUN sudah termasuk
informasi yang mencantumkan penerimaan pembiayaan yang akan
diterbitkan dalam satu tahun anggaran.
16. Pencantuman Informasi Lokasi, BUMN/BUMD dan Kategori dalam CoA pada
DIPA Penerusan Pinjaman
- Lokasi
Kode lokasi yang saat ini tercantum dalam DIPA digunakan untuk mengetahui
lokasi dari kegiatan suatu satker. Penempatan kode lokasi kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan dari satker yang melaksanakan kegiatan yang sama
untuk beberapa lokasi (untuk penugasan tertentu). Ke depannya lokasi
kegiatan juga diusulkan digunakan untuk DIPA transfer sehingga dalam DIPA
akan terlihat pagu dari masing-masing daerah penerima.
- BUMN/BUMD
Bagi DIPA penerusan pinjaman terdapat kemungkinan dalam satu naskah
perjanjian pinjaman dialokasikan untuk lebih dari satu BUMN. Dengan demikian
dalam naskah perjanjian pinjaman dapat digunakan sebagai dasar
pengalokasian dalam DIPA karena alokasi bagi satu BUMN/BUMD sudah
ditetapkan dalam perjanjian tersebut.
- Kategori
Naskah perjanjian pinjaman luar negeri untuk lender tertentu sudah ditetapkan
alokasi untuk masing-masing cara penarikan khususnya PL dan L/C. Apabila
dalam DIPA tidak dialokasikan dalam CoA akan dimungkinkan dalam satu
nomor register pinjaman pencairannya tidak mengikat sehingga akan
berpengaruh dalam pelaksanaan kegiatan maupun terkait dengan perjanjian
pinjaman yang telah ditandatangani.
106
17. Manajemen DIPA untuk satker sementara atau jika suatu saat terjadi
penambahan dan pengurangan satker
Struktur organisasi (K/L/satker) di Indonesia memililki karakteristik yang mudah
berubah-ubah tergantung dengan kepentingan baik secara ekonomi maupun yang
bersifat politik. Jika dikaitkan dengan struktur organisasi pusat terdapat kemungkinan
suatu pergantian pimpinan akan terjadi perubahan jumlah maupun tugas pokok suatu
K/L. Terpilihnya presiden baru dapat mengakibatkan penambahan atau pengurangan
K/L terlepas dari kepentingan tertentu sehingga berpengaruh pada dokumen
pelaksanaan anggaran bagi unit organisasi bersangkutan. Demikian pula dengan
struktur organisasi di tingkat bawah mulai dari eselon I dan seterusnya sampai tingkat
satker dapat berubah termasuk satker di daerah yang sangat bergantung dengan
kebijakan Kepala Daerah setempat.
Dalam mengantisipasi kemungkinan tersebut perlu dibuat mekanisme penyusunan
anggaran sampai dengan pelaporan. Terkait dengan manajemen DIPA maka yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana alokasi terkait dengan pengurangan atau penambahan
satker atau K/L yang mengalami perubahan tersebut. Hal ini dapat menjadi masalah
jika perubahan terjadi setelah UU APBN disahkan atau pelaksanaan anggaran sudah
berjalan. Sehingga perlu dibuat mekanisme penyusunan dokumen pelaksanaan
anggaran khususnya jika terjadi setelah tahun anggaran berjalan atau UU APBN sudah
disahkan. Hal-hal yang harus diperhatikan sebagai dasar pelaksanaan perubahan :
1. Setelah usulan penambahan/pengurangan satker atau K/L disetujui oleh pihak
yang berwenang antara lain Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
(Menpan) maka diajukan permohonan untuk perubahan dokumen bagi masing-
masing K/L.
2. Bagi satker yang mengalami pengurangan maka sisa alokasi yang belum digunakan
akan dikembalikan kepada unit eselon I atau bagi yang mempunyai hirarki dengan
kantor pusat dikembalikan kepada Setjen. Di dalam sistem penganggaran ada
suatu mekanisme yang memiliki kemiripan fungsi yaitu konsep warrant yang
dilakukan jika pada akhir tahun dana yang dialokasikan pada suatu satker akan
dikembalikan kepada K/L masing-masing. Jika pengurangan terjadi di tingkat K/L
107
maka alokasi akan digabungkan dengan K/L yang telah ditunjuk oleh pemerintah
sebagai induk dari unit organisasi yang ada dibawahnya. Namun unit eselon
dibawah K/L yang dilikuidasi akan tetap menggunakan alokasi pagu DIPAnya
namun dengan merubah Bagian Anggaran (BA) dalam hal tidak ada likuidasi unit
eselon.
3. Mekanisme sebaliknya jika terjadi penambahan jumlah satker maka alokasi kantor
pusat akan dikurangi sebagian untuk digunakan pada satker yang baru.
4. DJPB harus diberi kewenangan untuk melakukan revisi antar DIPA sepanjang tidak
menyangkut penambahan Bagian Anggaran (BA) suatu kementerian atau unit
eselon baru karena menyangkut kode satker dan nomenklatur yang menjadi
kewenangan DJA.
5. Sehingga revisi yang dapat dilakukan oleh DJPB adalah jika terjadi pengurangan
jumlah satker K/L atau unit organisasi sepanjang telah disetujui oleh pemerintah
(unit yang berwenang).
Mekanisme penyusunan DIPA baru sebagai penampung alokasi satker likuidasi :
a. KPPN melakukan perhitungan terhadap alokasi satker yang dilikuidasi termasuk
sisa dana baik UP maupun TUP yang belum dipertanggujawabkan.
b. Atas dasar perhitungan sisa pagu dana tersebut, KPPN menyampaikan data alokasi
satker likuidasi yang masih ada kepada Kanwil DJPB.
c. Kanwil DJPB akan menganalisis struktur DIPA satker yang dilikuidasi yaitu antara
lain terkait sisa pagu dan jumlah kegiatan dan diinvetarisir secara lengkap.
d. Data yang diperoleh dari Kanwil akan diteruskan ke Dit PA untuk dilakukan analisis
dan perhitungan jika akan digabungkan dengan DIPA Kantor Pusat.
e. Namun terjadi kemungkinan jika satker yang dilikuidasi masih memiliki pegawai
yang akan digabungkan dengan satker dalam unit organisasi yang sama di daerah
sehingga penggabungan bukan pada kantor pusat K/L namun pada satker di
daerah.
Penelaahan DIPA baru yang satkernya dilikuidasi :
1. Dit PA menyampaikan undangan penelaahan kepada Setjen K/L atau yang
setingkat
108
2. Setjen K/L atau setingkat menyampaikan konsep DIPA baru terkait penggabungan
alokasi dan kegiatan dari satker likuidasi
3. Dit PA dan Setjen K/L atau setingkat akan menganalisis konsep DIPA dari satker
dan data-data yang sudah dihitung/diteliti oleh Dit PA.
4. Apabila terjadi perbedaan data maka yang akan digunakan adalah data dari Dit PA
terkait dengan jumlah sisa alokasi, namun jika perubahan menyangkut rincian
pengeluaran maka disesuaikan dengan data konsep DIPA. Jika kegiatan dari satker
likuidasi berbeda dengan kegiatan pada DIPA yang akan digabung maka akan
dilakukan penelitian apakah kegiatan tersebut perlu dituntaskan atau tidak. Jika
kegiatan tersebut perlu dituntaskan maka kegiatan satker likuidasi akan
ditambahkan ke DIPA baru.
5. Setelah selesai penelaahan maka diterbitkan SP DIPA dan disatukan dengan DIPA
yang telah ditandatangani oleh Setjen K/L dalam hal penggabungan di tingkat
Kantor Pusat. Jika digabung dengan satker di daerah maka data hasil penelaahan
akan diteruskan kepada Kanwil DJPB untuk diterbitkan SP DIPA nya.
6. Setelah dilakukan penelaahan maka DIPA revisi akan disampaikan kepada DJA
untuk digunakan sebagai bahan penyusunan perubahan APBN (APBN-P).
A. BISNIS PROSES MANAJEMEN DIPA FUTURE
Perubahan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan anggaran
berpengaruh terhadap proses penyusunan dokumen DIPA yang memuat satuan-satuan
terukur yang berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan bagi satker dan jaminan
dari BUN atas sejumlah dana yang diperlukan bagi satker tersebut.Proses penyusunan
dokumen DIPA juga disesuaikan dengan kewenangan DJPB dalam kaitannya dengan
tugas sebagai BUN antara lain apabila terjadi kesalahan dalam pencantuman kode
kantor bayar, cara penarikan dan sebagainya oleh satker.
Proses bisnis manajemen DIPA Future terdiri dari 3 aktivitas utama (bisnis
domain) yaitu penerbitan DIPA, revisi DIPA, dan pelaksanaan penggunaan dana.Ketiga
proses tersebut di bagi lagi kedalam beberapa alur kerja sesuai dengan cakupan
masing-masing. Alur kerja untuk tiap-tiap bisnis proses adalah sebagai berikut :
109
1. Penerbitan DIPA
Penerbitan DIPA pada dasarnya dibagi menjadi beberapa alur kerja (workflow)
yaitu, Penerbitan DIPA biasa, penerbitan DIPA Sementara, carry forward dan Vote
on Account. Untuk yang pertama akan dibahas workflow penerbitan DIPA Biasa
atau DIPA tahunan yang rutin di terbitkan.
a. Penerbitan DIPA biasa
Terdapat 3 (dua) alternatif mekanisme penerbitan DIPA biasa, yaitu :
1) Alternatif I
Sesuai dengan gambar B.1.a tentang penebitan DIPA biasa maka dapat kami
jelaskan sebagai berikut:
1) Setelah proses penganggaran dari Budget Preparation (BP) selesai maka DJA
mengirimkan Perpres Rincian Angaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP) ke
MoSA (Manajemen of Spending Authority)/Manajemen DIPA pada Ditjen
Perbendaharaan.
2) Berdasarkan perpres tersebut akan dilakukan penelaahan sesuai dengan
peraturan yang berlaku untuk menerbitkan DIPA. Kemudiaan untuk DIPA
Kantor Pusat (KP) akan dilakukan penelaahan di Direktorat Pelaksanaan
110
Anggaran, sedangkan untuk DIPA Kantor Daerah (KD) akan dilakukan
penelaahan pada Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan (Kanwil DJPBN).
3) Kemudian setelah Spending Unit (satuan kerja/satker) mengirimkan Konsep
DIPA kepada Direktorat Pelaksanaan Anggaran untuk DIPA pusat dan ke Kanwil
Ditjen Perbendaharaan untuk DIPA daerah maka dilakukan Penelaahan konsep
DIPA satker.
4) Penelaahan tersebut untuk memeriksa kesesuaian konsep DIPA satker dengan
Perpres RABPP dan Peraturan terkait penyusunan, penelaahan, pengesahan
dan revisi DIPA. Hal yang penting untuk dilakukan pada saat penelaahan DIPA
adalah penyusunan rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan. Khusus
untuk rencana penarikan dana harus dilihat apakah usulan dari satker sudah
sesuai dan realistis dengan kondisi satker bersangkutan. Sebagai contoh
kegiatan non kontraktual yang dapat diperkirakan antara lain untuk pengeluran
belanja pegawai dan kegiatan operasional dapat dibuat per bulan dengan
dengan selisih yang tidak terlalu besar. Sedangkan untuk belanja baik
kontraktual maupun yang tidak dikontrakkan namun sulit dipastikan dapat
dilihat dari kebutuhan dana atau jadwal pelaksanaan.
5) Setelah semua sesuai maka Dirjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA Pusat
dan Kanwil DJPB atas nama Ditjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA Daerah.
6) Apabila dalam pelaksanaan penelaahan DIPA ada yang tidak sesuai dengan
berbagai kriteria diatas maka Direktorat Pelaksanaan Anggaran (PA)/ Kanwil
DJPB akan menerbitkan surat pengembalian konsep DIPA untuk segera
diperbaiki oleh satker untuk ditelaah kembali. Namun Ditjen Perbendaharaan
juga dapat melakukan berbagai penyesuaian sesuai dengan kewenangan yang
diberikan seperti dalam hal koreksi administratif misal kode Kantor bayar, kode
kewenangan dan penyesuaian antara lain dengan kaidah akuntansi.
Sistem yang digunakan dalam SPAN sudah terintegrasi maka proses
penelaahan akan lebih cepat karena sistem dengan mudah akan melakukan
pencocokan data kemudian menampilkan berbagai perbedaan yang ada dan
111
“user” pada Direktorat PA dan Kanwil DJPBN hanya tinggal melakukan tindak
lanjut atas berbagai “warning” yang dilakukan oleh sistem IT. Di masa mendatang
DJPB lebih fokus pada implementasi DIPA yang dilakukan oleh masing-masing
satuan kerja yaitu manajemen pengeluaran kas sehingga rencana penarikan dana
dari satuan kerja dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan yang telah
disusun, satuan kerja dapat menyesuaikan rencana penarikan dana dan DJPB akan
melakukan penyesuaian DIPA Halaman III berdasarkan pertimbangan yang
disampaikan satuan kerja.
2) Alternatif II
Alternatif Proses Penganggaran 1
Budget Preparation Budget Execution
Sa
tke
rD
JP
BK
/LD
JA
DIPAProses
Penyusunan
DIPA
Kertas Kerja
RKA-KL
RKA-KL Final
Penelaahan
RKA-KL dan
Hasil
Kesepakatan
DPR
Permenkeu
Pagu Definitif K/
L
SP DIPA
UU APBN/BA
Hasil
Pembahasan
Perpres Rincian
Alokasi APBN
RKA-KL (Pagu
Sementara)
Penelaahan
DIPA
a) Setelah UU APBN disahkan atau Berita Acara Hasil Kesepakatan Pembahasan
diterima oleh DJA maka bersama dengan Biro Perencanaan K/L melakukan
penelaahan RKAKL dari pagu sementara.
b) Apabila RKA-KL pagu sementara sudah sesuai dengan pagu yang disahkan
dalam APBN maka DJA akan menyusun Pagu Definitif per BA dan Program
masing-masing K/L
c) Berdasarkan Pagu Definitif tingkat K/L (berisi pagu BA dan Program), Biro
Perencanaan K/L melakukan penyesuaian konsep RKA-KL Final apabila alokasi
RKA-KL per satker berdasarkan pagu sementara berbeda dengan pagu definitif
yang ditetapkan oleh DJA. Hasil penelaahan tersebut disampaikan kepada
112
satker untuk melakukan penyesuaian pada kertas kerja masing-masing.
Setelah dilakukan penyesuaian terhadap kertas kerja akan disampaikan
kembali kepada Biro Perencanaan K/L untuk bahan penyusunan RKA-KL Final
dan diteruskan kepada DJA.
d) DJA akan menerbitkan Permenkeu pagu definitif yang berasal dari RKA-KL
Final dari masing-masing K/L yang dirinci sampai pagu satker.
e) Setelah Permenkeu tentang Pagu Definitif bagi K/L ditetapkan oleh DJA
disampaikan kepada DJPB dan akan digunakan sebagai dasar dalam
penyusunan Perpres Rincan Alokasi APBN.
f) Setelah Perpres Rincian Alokasi APBN ditetapkan oleh DJPB kemudian
disampaikan kepada K/L untuk diteruskan bagi satker masing-masing.
g) Berdasarkan kertas kerja RKA-KL yang sudah disesuaikan (final) dan perpres
alokasi APBN maka satker menyusun DIPA untuk dilakukan penelaahan dan
selanjutnya disahkan oleh DJPB.
h) Penelaahan hanya bersifat konfirmasi yang ditekankan pada pelaksanaan
kegiatan satker sehingga BUN dapat menyediakan kas pada saat satker
mengajukan permintaan pembayaran.
113
3) Alernatif II
Alternatif Proses Penganggaran 2 Paralel antara DJA dan DJPB
Budget Preparation Budget ExecutionS
atk
er
DJP
BK
/LD
JA
Proses Pengesahan
RKA-KL (Pagu
Sementara)
SP DIPA
DIPA
Penelaahan RKA-
KL dan Pagu
Definitif
UU APBN/BA
Hasil Pembahasan
Perpres Rincian
Alokasi APBNPagu Definitif
Input Perpres
RKA-KL Final
Konsolidasi Kertas
Kerja RKA-KL
Final
Konfirmasi Hal III DIPA
Konsep DIPA FInal
Bahan Penyusunan Alokasi DIPA
a) Setelah UU APBN disahkan atau Berita Acara Hasil Kesepakatan Pembahasan
diterima maka DJA akan menerbitkan pagu definitif bagi K/L.
b) DJA akan melakukan penelaahan bersama satker apabila RKA-KL dari pagu
sementara tidak sama dengan pagu definitif sehingga diperlukan penyesuaian.
c) Berdasarkan hasil penelaahan RKA-KL maka Biro Perencanaan menyampaikan
kepada satker agar melakukan penyesuaian terhadap kertas kerja masing-
masing.
d) Pada saat satker melakukan penyesuaian kertas kerja maka bersama dengan
DJPB dilakukan konsolidasi atas penyusunan rencana penarikan dana sehingga
terjadi proses paralel baik yang dilakukan oleh DJA untuk RKA-KL maupun data
rencana penarikan dana yang akan menjadi input DIPA.
e) Setelah dilakukan penyesuaian oleh satker maka kertas kerja RKA-KL akan
digunakan sebagai bahan penysunan RKA-KL Final oleh Biro Perencanaan K/L.
f) Data RKA-KL Final akan digunakan sebagai dasar penetapan Perpres Rincian
Alokasi APBN oleh DJA dan disampaikan kepada masing-masing K/L.
114
g) Berdasarkan kertas kerja RKA-KL Final dan mengacu pada pagu Perpres, satker
menyusun DIPA kepada DJPB untuk dilakukan pengesahan tanpa melakukan
penelaahan karena DIPA sudah bersih tidak ada penyesuaian.
b. Penerbitan DIPA Sementara
Penerbitan DIPA sementara dilakukan apabila sampai pada waktu yang ditentukan
Satker belum menyampaikan konsep DIPA. Sehingga Direktorat PA/ Kanwil DJPBN
akan menerbitkan DIPA namun hanya belanja pegawai dan belanja kegiatan
sehari-hari perkantoran yang dapat dicairkan dananya. Proses bisnis penerbitan
DIPA sementara adalah sebagai berikut:
1. Ditjen Anggaran mengirimkan Perpres RABPP Kepada Dit PA/kanwil Ditjen PBN
2. Kemudian Direktorat Pelaksanaan Anggaran/ Kanwil Ditjen PBN akan membuat
Konsep DIPA satker yang belum menyampaikan konsp DIPAnya sampai waktu
tertentu.
3. Berdasarkan Perpres RABPP dan Konsep DIPA tersebut maka Dit PA/Kanwil
DJPB akan langsung melakukan pengesahan DIPA sementara tersebut, namun
hanya belanja pegawai dan kebutuhan sehari-hari perkantoran yang tidak
diblokir.
4. Terakhir DIPA sementara tersebut dikirim ke satker sebagai dasar pelaksanaan
anggaran sebelum DIPA Tahunan satker tersebut disahkan
115
c. Penerbitan DIPA Vote on Account
Vote on Account dilakukan apabila sampai pada saat yang ditentukan DPR belum
menyetujui APBN, maka berdasarkan Undang-Undang kita dapat menggunakan
anggaran tahun lalu atau menggunakan pagu belanja maksimum tahun lalu.
Proses Vote on Account sebagaimana gambar di bawah ini.
Penerbitan DIPA VoA
Minggu ke dua November Bulan ketiga belum ada UU APBN
Sa
tke
rD
JP
BR
ore
n K
/L; U
nit
Es I
DJA
RKA-KL TA Baru
dg pagu anggaran
yg sudah
ditentukan Menkeu
SPAN
Alokasi per K/L;
Unit Eselon I
APBN belum
disahkan
APBN blm disepakati
Kertas Kerja RKA-
KLKonsep DIPA
Penelaahan DIPA
VoA
Alokasi tahun lalu
sebagai batas
maksimal pagu
DIPA VoA
KPPN
DIPA BiasaPencairan blokir
DJA
Proses Vote on Account :
1) Apabila sampai dengan minggu ke dua bulan Novemver UU APBN belum
disahkan oleh DPR maka DJA mengirimkan RKA-KL yang sudah ditetapkan pagu
anggarannya oleh Menkeu kepada DJPB dan setiap Biro Perencanaan K/L dan
diteruskan kepada Unit Eselon I untuk ditentukan alokasi per satker di tiap
Eselon I
2) Berdasarkan alokasi yang telah ditetapkan oleh setiap Unit Eselon I maka satker
menyesuaiakan kertas kerja RKA-KL dan menggunakannya sebagai dasar
penyusunan konsep DIPA
3) Konsep DIPA yang sudah disusun disampaikan kepada DJPB untuk dilakukan
penelaahan berdasarkan alokasi anggaran tahun lalu dan RKA-KL dari DJA untuk
diproses menjadi DIPA VoA
116
4) Berdasarkan data RKA-KL dari DJA yang dirinci sampai program dan alokasi
untuk anggaran satker bersangkutan tahun lalu, maka DJPB akan menyesuaikan
alokasi tersebut dengan konsep DIPA masing-masing satker. Pada proses
penyusunan DIPA VoA akan dilakukan pemblokiran kegiatan kecuali untuk
belanja pegawai dan operasional termasuk bahan permakanan napi
5) DIPA VoA digunakan sampai bulan ketiga, sedangkan apabila rancangan
anggaran dari pemerintah belum disetujui oleh DPR maka akan diterbitkan
DIPA “definitif” oleh DJPB dengan mengacu pada rencana kegiatan tahun yang
baru dengan alokasi pagu maksimal tahun lalu.
d. Penerbitan DIPA Format Khusus
Kegiatan-kegiatan yang bersifat mendesak dan sangat penting harus segera
dilaksanakan dapat menggunakan DIPA Format Khusus. Sebagaimana pada saat
penyediaan dana untuk korban gempa bumi di daerah yang menjadi prioritas
utama pemerintah. Mekanisme DIPA Format Khusus tidak memiliki bentuk khusus
karena tidak melalui proses penganggaran dari DJA. Namun dalam modul akan
diusulkan suatu alur bukan merupakan mekanisme resmi penyusunan DIPA
Format Khusus sebagai berikut :
a. Pertimbangan khusus oleh Presiden yang menghasilkan suatu perintah untuk
melakukan suatu kegiatan yang harus segera dilaksanakan karena
pertimbangan bahwa apabila pelaksanaan sampai terlambat akan
menyebabkan kerugian yang besar termasuk korban jiwa. Kegiatan darurat
harus didukung dengan anggaran/dana yang digunakan untuk
melaksanakannya.
b. Presiden memerintahkan Menteri Keuangan sebagai BUN untuk menyediakan
sejumlah dana yang diperlukan dalam rangka melaksanakan perintah Presiden
tersebut.
c. Menteri Keuangan dalam hal ini Ditjen Perbendaharaan (Dit PA) menghitung
jumlah dana yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan darurat tersebut.
117
d. Hasil perhitungan dituangkan dalam DIPA Format Khusus yang hanya terdiri
satu lembar merupakan pengesahan sekaligus mencantumkan seluruh elemen
DIPA yang lain secara rinci.
e. Setelah DIPA selesai disusun segera disahkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
f. Berdasarkan pengesahan DIPA tersebut maka DJPB (Dit PA) memerintahkan
agar BI melakukan transfer dana di rekening kas negara sejumlah yang
tercantum dalam DIPA kepada KPPN yang akan menjadi kantor bayar.
2. Revisi DIPA
Revisi DIPA kedepan akan terdiri dari terdiri dari revisi DIPA akibat Perubahan
Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP), Revisi DIPA tanpa perubahan
RABPP dan revisi ambang batas BLU. Revisi DIPA pada dasarnya adalah semua
perubahan yang terjadi pada DIPA atas usulan satker. Berikut akan dijelaskan
mengenai bisnis proses revisi DIPA yang dimulai dari revisi akibat perubahan
RABPP.
a. Revisi DIPA Akibat Perubahan RABPP (Rincian Alokasi APBN)
Revisi DIPA yang merubah RABPP pada dasarnya merupakan usulan satker,
kemudian satker mengusulkan revisi RABPP ke sekjen kementerian masing-
masing. Setelah itu Sekjen masing-masing K/L mengusulkan revisi DIPA ke DJA dan
di DJA diproses sesuai peraturan penyusunan, penelaahan, pengesahan dan revisi
RABPP. Berikutnya setelah proses pada Budget Preparation di DJA selesai maka
dimulailah proses pada Manajemen DIPA sebagai berikut :
118
1) Proses Revisi DIPA yang merubah RABPP dimulai setelah DJA mengirimkan
Perpres RABPP ke DJPB melalui Manajemen DIPA. RABPP revisi juga
disampaikan kepada Satker sebagai persetujuan dari DJA atas usulan
perubahan kertas kerja satker bersangkutan. Setelah dilakukan penyesuaian
atas DIPA bersangkutan berdasarkan persetujuan revisi RABPP dari DJA, maka
satker mengirimkan konsep DIPA dan bersama kanwil DJPB melakukan
penelaahan konsep DIPA.
2) Penelaahan dilakukan untuk menilai kesesuaian konsep DIPA satker dengan
Perpres RABPP dan peraturan lainnya.
3) Ketika semua sudah sesuai maka Kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA dan
mengirimkan DIPA revisi ke satker.
4) Apabila terdapat ketidaksesuaian maka Kanwil DJPB akan mengirimkan (surat)
pengembalian konsep DIPA kepasa Satker.
Revisi ini dilaksanakan terutama dikaitkan dengan konsep penganggaran berbasis
kinerja yaitu target keluaran yang akan dicapai oleh satker walaupun perubahan
lainnya yang menjadi kewenangan DJA dapat dilakukan juga. Dengan demikian
konsep revisi di masa mendatang dititikberatkan untuk menjaga agar kinerja
pemerintah yang telah ditetapkan dapat dicapai yaitu sasaran program (outcome).
119
Outcome yang dicapai adalah hasil dari pelaksanaan program yang mencerminkan
berfungsinya keluaran (output) dari pelaksanaan kegiatan. Namun demikian
prinsip-prinsip penganggaran masih dipertahankan menjadi kewenangan DJA
apabila terjadi perubahan khususnya yang terkait dengan PHLN/PHDN, tambahan
belanja dalam APBN, program yang menjadi prioritas nasional, pergeseran dari BA
BUN ke K/L dan sebagainya.
b. Revisi Tanpa Perubahan RABPP
Karena dalam usulan proses bisnis ke depannya khususnya terkait dengan revisi
yang dilaksanakan untuk K/L umum (bukan BUN) diserahkan kepada Kanwil DJPB
maka dalam modul dijelaskan proses revisi hanya dilaksanakan di Kanwil DJPB
(secara teknis oleh Subdit PA).
Langkah-langkah dalam revisi DIPA yang tidak merubah RABPP :
1) Satker mengirimkan Permohonan Revisi DIPA kepada Kanwil DJPB beserta
dokumen pendukung dan ADK nya.
2) Kanwil DJPB melakukan penelaahan/penilaian kesesuaian permohonan
dengan peraturan yang ada.
3) Apabila ada yang tidak sesuai dengan peraturan maka Kanwil DJPB akan
mengirimkan (atau pengembalian) konsep DIPA kepada satker untuk segera
memperbaikinya.
120
4) Namun apabila ketidak sesuainnya masih dalam wewenang Kanwil DJPB maka
Kanwil dapat melakukan penyesuaian sesuai kewenanganya misalnya koreksi
administratif atas usulan dimaksud.
5) Setelah semua sesuai dengan peraturan maka Kanwil DJPB melakukan
pengesahan DIPA dan mengirimkan kepada Satker.
Karena DJA akan lebih fokus pada anggaran pada tingkat K/L dan pencapaian
output, maka kewenangan revisi pada DJPB akan meningkat. Kewenangan revisi
DJPB diusulkan kedepannya akan diserahkan seluruhnya pada Kanwil DJPB.
Kewenangan pengaturan penggunaan dana oleh Satker akan menjadi lebih besar
pada DJPB termasuk pergeseran antar jenis belanja dan pergeseran dana antar
satker (Permenkeu No. 69 Tahun 2010). Di masa mendatang pelaksanaan revisi
lebih banyak berada pada Kanwil DJPB, sedangkan Dit. PA akan ditekankan pada
revisi yang terjadi jika terdapat pergeseran dana antar provinsi maupun pada DIPA
BUN.
Revisi/virement oleh Kanwil dan Dit PA (Permenkeu No. 69 Tahun 2010) yaitu :
1) Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi termasuk ralat kode akun
sesuai dengan kaidah akuntansi sepanjang dalam peruntukan dan sasaran
yang sama termasuk yang mengakibatkan perubahan jenis belanja dan sudah
direalisasikan;
2) Perubahan kantor bayar (KPPN);
3) Perubahan nomenklatur satuan kerja sepanjang kode satuan kerja tetap;
4) Pergeseran antar jenis belanja dalam satu kegiatan sepanjang tidak mengubah
target kinerja;
5) Pergeseran dalam satu provinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan dalam rangka
tugas pembantuan dan urusan bersama, atau dalam satu provinsi untuk
kegiatan dalam rangka dekonsentrasi sepanjang tidak mengubah target
kinerja;
6) Pergeseran antar provinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan operasional
termasuk pengadaan bahan makanan untuk tahanan/narapidana yang
121
dilaksanakan oleh unit organisasi di tingkat pusat maupun oleh instansi
vertikalnya di daerah sepanjang tidak mengubah target kinerja;
7) Pencairan dana yang diblokir/bertanda bintang (*) sepanjang dicantumkan
oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan, apabila persyaratan telah dipenuhi;
8) Penerimaan hibah LN/DN termasuk hibah yang diterushibahkan setelah APBN
Tahun Anggaran 2010 dan/atau APBN-Perubahan Tahun Anggaran 2010
ditetapkan khusus untuk hibah LN/DN yang dilaksanakan secara langsung oleh
Pemberi Hibah atau Hibah LN/DN yang diterima langsung oleh Kementerian
Negara/Lembaga;
9) Perubahan anggaran belanja sebagai akibat penggunaan kelebihan realisasi
PNBP di atas target yang direncanakan dalam APBN untuk satuan kerja PT
Bukan BHMN dan Satuan Kerja BLU; dan/atau
10) Perubahan rincian belanja sebagai akibat dari penyelesaian tunggakan tahun
yang lalu sepanjang dalam kegiatan yang sama, dananya masih tersedia dan
tidak mengubah target kinerja.
c. Revisi DIPA lintas kanwil oleh kantor pusat DJPBN cq Direktorat Pelaksanaan
Anggaran
Revisi DIPA antar kanwil selama ini dapat dilaksanakan untuk pergeseran dana
antar propinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan operasional (kode kegiatan 0001
dan 0002) yang dilaksanakan oleh unit organisasi di tingkat pusat maupun unit
organisasi vertikalnya. Revisi DIPA dilakukan melalui pergeseran dana antar satker
dalam satu eselon I yang sama. Kedepannya untuk mengantisipasi berbagai
perubahan dalam kebijakan maka diperlukan adanya fasilitas revisi lintas kanwil
ini.
1. Satker yang membutuhkan alokasi dana akan mengirimkan permohonannya
secara berjenjang hingga ke Setjen K/L masing masing dan mengirimkan
tembusan pemberitahuan kepada Kanwil DJPBN.
2. Kemudian melalui Setjen K/L tersebut surat pernohonan di ajukan ke Kantor
Pusat DJPBN cq Dit PA.
122
3. Dit PA akan melakukan revisi antar kanwil tersebut (beserta mengirimkan
surat revisi kepada kanwil DJPBN yang terlibat)
4. Dit PA akan melakukan revisi DIPA untuk mengurangi alokasi pagu satker pada
kanwil yang bersangkutan dengan kemudian menambahkan kepada satker
yang membutuhkan dana pada Kanwil DJPN lainya. (perubahan pagu antar
kanwil hanya bisa dilakuka oleh Kantor Pusat DJPBN cq Dit PA)
5. Setelah pagu berubah maka kanwil masing-masing yang terlibat dalan revisi
tersebut melakukan penerbitan revisi DIPA sesuai kewenagan masing-masing
dan mengirimkan ke satker yang bersangkutan.
d. Updating Pagu DIPA BLU (Ambang Batas)
Updating ambang batas DIPA BLU (Badan Layanan Umum) merupakan perubahan
pagu dalam batas kewenangan Ditjen PBN. Revisi ini dibagi menjadi dua yaitu
dalam ambang batas dan diatas ambang batas.
1. Updating Dalam Ambang Batas
Untuk revisi didalam ambang batas pada dasarnya BLU sudah menggunakan
dananya namun untuk mempertanggung jawabnkan BLU menggunakan SPM
pengesahan. Sebelum mengajukan SPM pengesahan BLU wajib melakukan
penyesuaian POK dan DIPA terlebih dahulu, baru kemudian mengajukan SPM
pengesahan ke KPPN. Namun perubahan yang akan dilakukan hanya sekedar
mengupdate pagu DIPA karena pengeluaran yang masih dalam ambang batas
dapat dilaksanakan sebelum pagu direvisi.
Persoalan yang terkait dengan pagu DIPA BLU yaitu bahwa DIPA secara umum
merupakan batas maksimal pencairan dana. Sehubungan dengan hal tersebut
maka mekanisme revisi ambang batas BLU disesuaikan yaitu pada saat satker
mengajukan SPM Pengesahan maka KPPN akan meneruskan kepada Kanwil DJPB
melalui aplikasi SPAN agar dilakukan approval updating pagu DIPA sejumlah yang
diajukan SPM Pengesahannya oleh satker. Dengan demikian maka proses
penggunaan dana dan revisi pagu tidak menyalahi ketentuan umum tentang fungsi
DIPA sebagai alokasi maksimal.
123
Proses approval pagu BLU sampai ambang batas tidak akan memakan waktu
karena dilaksanakan secara langsung dalam sistem aplikasi SPAN dimana pada saat
KPPN memasukkan data satker BLU yang akan melakukan updating pagu maka
saat itu juga Kanwil DJPB akan melakukan approval pagu satker bersangkutan.
Secara alur proses, revisi DIPA Satker BLU yang masih dalam ambang batas dapat
dijelaskan sebangai berikut :
Proses Pengesahan DIPA BLU (updating)
KP
PN
Sa
tke
rK
an
wil D
JP
B
SPM Pengesahan
Database
SPAN
Updating Pagu
DIPA BLUApproval
Pencocokan pagu
DIPA BLU
Hasil updatingDIPA BLU Pagu
Revisi
Input DIPA BLU Revisi
SP2D
Pengesahan
Pengajuan Pengesahan PNBP
Memasukkan data updating pagu
DJA
Input SP2D Pengesahan
Konsep Revisi
DIPA BLU
(triwulan)Input perubahan pagu
Pengajuan Revisi DIPA
a. Pada saat satker mengajukan SPM Pengesahan kepada KPPN maka data SPM
Pengesahan yang melebihi alokasi pagu DIPA BLU akan dimasukkan ke dalam
database sistem SPAN;
b. KPPN akan melakukan penelitian atas PNBP dari kegiatan BLU yang telah
diterima sebagai bahan untuk disampaikan approval kepada Kanwil DJPB;
c. Berdasarkan input data dari KPPN maka Kanwil DJPB akan melakukan approval
atas perubahan/revisi pagu namun hanya bersifat updating tidak ada proses
pemberian pertimbangan sehingga akan langsung melakukan approaval oleh
Kanwil DJPB;
d. Setelah approval dilakukan oleh DJPB maka otomatis pagu DIPA BLU
berkenaan sudah disesuaikan dengan input data dari KPPN dalam database
SPAN;
124
e. Atas perubahan pagu tersebut maka KPPN menggunakannya sebagai dasar
penerbitan SP2D Pengesahan dan disampaikan kepada Satker;
f. Satker mengajukan konsep “revisi” pagu DIPA BLU kepada Kanwil tiap
triwulanan untuk dilakukan pengesahan revisi pagu DIPA BLU dalam ambang
batas;
g. Kanwil akan mengesahkan revisi pagu DIPA BLU berdasarkan data dari sistem
SPAN tanpa melakukan penelaahan sepanjang tidak merubah kegiatan di luar
BLU;
h. DIPA yang sudah disahkan akan disampaikan kepada DJA sebagai bahan untuk
perubahan pagu APBN (APBN-P) namun jika tidak ada proses APBN-P akan
digunakan untuk bahan LKPP.
Alternatif proses :
Setelah satker mengajukan SPM pengesahan dan diteliti oleh petugas KPPN maka tidak
dilanjutkan proses updating ke Kanwil DJPB. KPPN diberikan kewenangan langsung
untuk melakukan updating sehingga proses akan lebih sederhana dan cepat.
Penyesuaian pagu oleh KPPN akan diteruskan dengan memberikan notifikasi kepada
Kanwil DJPB bahwa pagu DIPA BLU tertentu telah disesuaikan.
Proses Pengesahan DIPA BLU (updating)
KP
PN
Sa
tke
rK
an
wil D
JP
B
SPM Pengesahan
Database
SPAN
Updating Pagu
DIPA BLU
Approval
Pencocokan pagu
DIPA BLU
Hasil updating
DIPA BLU Pagu
Revisi
Input DIPA BLU Revisi
SP2D
Pengesahan
Pengajuan Pengesahan PNBP
Memasukkan data updating pagu
DJA
Input SP2D Pengesahan
Konsep Revisi
DIPA BLU
(triwulan)Input perubahan pagu
Pengajuan Revisi DIPA
Updating
pagu
125
2. Revisi di atas ambang batas
Revisi kedua untuk penggunaan dana BLU diatas ambang batas/fleksibilitas, maka
satker tidak dapat membelanjakan dananya terlebih dahulu, BLU harus melakukan
revisi untuk menyesuaikan pagunya baru dapat melakukan belanja. Hal ini karena
BLU untuk melakukan belanja diatas ambang batas membutuhkan ijin Dirjen PBN
untuk menilai kelayakan penggunaan dananya. Alur Proses Revisi pagu DIPA BLU
yang melebihi ambang batas fleksibilitas adalah sebagai berikut :
Proses Pengesahan DIPA BLU (updating) Melewati Ambang Batas
Sa
tke
rK
PP
NK
an
wil D
JP
B
Input perubahan pagu
Konsep Revisi
DIPA BLU
Revisi RBA
Definitif
Pencocokan RBA
Revisi & DIPA
BLU Revisi
Dit PA
Database
SPAN
DIPA BLU Pagu
RevisiInput DIPA Revisi
DJA
a. Berdasarkan RBA definitif yang direvisi, satker BLU mengajukan konsep DIPA
BLU revisi kepada Kanwil DJPB;
b. Kemudian kanwil DJPBN melakukan penelaahan/penyesuaian dengan pagu
dan kaidah akuntansi. Penelaahan akan dilakukan untuk meneliti apakah
penerimaan PNBP BLU telah melewati rencana penerimaan dalam DIPA
sehingga pagu belanja melebihi ambang batas fleksibilitas;
c. Setelah proses penelaahan dilakukan dan disetujui oleh Kanwil DJPB maka
dilakukan pengesahan DIPA revisi BLU dan menyampaikan kepada Dit PA
DJPB.
d. Kemudian Direktorat Pelaksanaan Anggaran mengirimkan revisi DIPA BLU ke
DJA untuk penyesuaian data appropriation dan allotment untuk dimasukkan
pada APBN-P atau dilakukan pada akhir tahun dengan (LKPP).
126
e. Update Komponen Input
Sesuai dengan Permenkeu No. 69/PMK.02/2010 tentang Tata Cara Revisi
Anggaran TA 2010 dinyatakan bahwa salah satu revisi anggaran yang menjadi
kewenangan satker adalah perubahan komponen input. Pergeseran komponen
input dimaksud untuk kebutuhan biaya operasional, digunakan pada satu keluaran
(output) sepanjang tidak menambah komponen honorarium dan dalam jenis
belanja yang sama dan pergeseran antar keluaran (output) dalam satu kegiatan
sepanjang dalam jenis belanja yang sama. Karena ke depannya diusulkan bahwa
komponen input dimasukkan dalam DIPA maka setiap perubahan kewenangan
satker namun mempunyai akibat perubahan DIPA harus dilakukan updating pada
database SPAN.
Penjelasan bisnis proses di atas adalah sebagai berikut :
1) Setiap akhir bulan satker merekap perubahan komponen input yang berakibat
perubahan DIPA.
127
2) Perubahan data komponen input (softcopy) disampaikan kepada Kanwil DJPB
beserta hardcopy perubahan DIPA satker.
3) Kanwil DJPA akan memasukkan data komponen input dari satker ke dalam
database SPAN.
4) Proses updating akan dilaksanakan satu bulan sekali untuk menyesuaikan database
SPAN dan DIPA dengan perubahan yang dilakukan oleh satker sehingga tidak akan
dilakukan proses pencocokan data.
f. Revisi halaman III DIPA (Rencana Penarikan Dana) Secara Manual
1) Mekanisme revisi AFP apabila realisasi pencairan dana melebihi rencana pada
suatu periode
a) Satker melakukan analisis kebutuhan dana yang akan digunakan untuk
pelaksanaan kegiatan yang melebihi rencana penarikan dana pada bulan
tertentu. Dana yang akan digunakan sebagai tambahan untuk melaksanakan
kegiatan tertentu diambil dari data rencana bulan-bulan berikutnya.
128
b) Hal ini mengakibatkan AFP pada bulan-bulan berikutnya akan berubah dan
disesuaikan untuk direalokasi sehingga perlu ditentukan pada bulan apa
sajakah AFP akan dikurangi untuk menambah kebutuhan tersebut. Proses
tersebut akan merubah POK satker bersangkutan dan setelah diteliti
kebutuhan dana yang diambil dari bulan berikutnya maka satker mengajukan
permintaan pembayaran kepada KPPN terhadap pelaksanaan kegiatan
tersebut termasuk menyampaikan perubahan data POK sebagai bahan
updating AFP.
c) Berdasarkan perubahan POK tersebut maka satker mengajukan update AFP
bulan bersangkutan dan bulan berikutnya yang berubah sesuai dengan jumlah
perubahan pencairan dana tersebut. Perubahan AFP yang diajukan oleh satker
kepada KPPN dilakukan setelah pengajuan permintaan pembayaran dan
bukan merupakan syarat dilakukannya pembayaran oleh KPPN karena AFP
bukan merupakan batas tertinggi bagi satker dalam melakukan pencairan
dana.
d) Updating AFP yang dilakukan oleh satker disampaikan kepada KPPN untuk
selanjutnya digunakan sebagai input perubahan pada DIPA Halaman III
bersangkutan yang selanjutnya diteruskan ke Kanwil DJPB.
e) Perubahan AFP akan menjadi bahan informasi bagi Dit PKN untuk
perencanaan kas pada bulan-bulan berikutnya sebagai informasi minimum
yang harus disediakan.
2) Mekanisme revisi AFP untuk kegiatan yang terkait dengan komitmen yang sudah
dibuat :
a) Satker melakukan analisis terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan
dengan pihak ketiga atau dilaksanakan dengan kontrak. Setelah diteliti
terhadap prestasi yang diberikan oleh pihak ketiga maka satker mengajukan
permintaan pembayaran atas prestasi tersebut. Karena dalam POK yang
sudah disusun berbeda dengan realisasi (prestasi dapat dilakukan lebih
cepat/besar) maka setelah bulan berkenaan satker mengajukan permintaan
129
pembayaran yang lebih besar dari rencana. Sebagai batas pencairan dalam
satu bulan maka pada AFP perlu dilakukan perubahan rencana penarikan dana
bulan berkenaan khusus untuk pengeluaran yang terkait dengan ikatan atau
komitmen dengan pihak ketiga.
b) Satker mengajukan revisi penyesuaian AFP berdasarkan perubahan hasil
prestasi dari pihak ketiga pada suatu termin tertentu bulan berkenaan khusus
terkait komitmen kepada Kanwil DJPB melalui KPPN.
c) KPPN akan meneliti berkas-berkas pendukung yang menjadi dasar satker
mengajukan revisi AFP. Setelah data disesuaikan dengan usulan revisi satker
maka dalam database SPAN sudah ada informasi AFP yang baru. KPPN
kemudian memberikan notifikasi kepada Kanwil bahwa ada perubahan AFP
dalam database SPAN dari satker tertentu.
d) Setelah dilakukan penelitian (harus dilihat urgensinya) oleh Kanwil DJPB dan
sesuai dengan tujuan permintaan perubahan AFP (sesuai dengan komitmen
yang telah dibuat dan dana bulan bersangkutan sudah tidak cukup dan harus
segera dibayarkan) maka rencana penarikan dana bulan berkenaan
disesuaikan sebesar permintaan dari satker.
e) Berdasarkan perubahan rencana penarikan dana tersebut maka satker
mengajukan permintaan pembayaran kepada KPPN.
f) Atas dasar perubahan/revisi rencana penarikan dana dari Kanwil DJPB maka
KPPN melakukan pembayaran kepada satker sesuai dengan perubahan yang
disampaikan dari Kanwil DJPB. Proses pada modul MoSA sebagaimana gambar
di bawah.
3. Cash Limits
Apabila pemerintah pada suatu saat mengalami kekurangan kas/likuiditas (cash
shortage) maka diperlukan mekanisme untuk mengatur jumlah pencairan dana
yang dilakukan oleh satker. Setiap satker diberi batas prosentase tertentu dari
rencana penarikan dana yang dapat dicairkan. Terdapat dua alternatif dalam
mekanisme cash limits yaitu DJPB menentukan jenis pengeluaran yang akan
130
dibatasi jumlahnya dan alternatif lain satker diberikan kebebasan dalam
menentukan suatu alokasi tertentu pada kegiatan yang akan dikurangi sesuai
dengan kebutuhan satker bersangkutan. Menurut hemat kami penerapan cash
limits tidak dilakukan sepanjang tahun anggaran namun hanya diterapkan jika
pemerintah kesulitan kas (karena realisasi penerimaan kecil). Apabila kondisi
sudah memungkinkan maka cash limits akan ditiadakan dan dimungkinkan alokasi
yang semula dikurangi dapat dikembalikan.
a. Cash limits yang ditentukan DJPB
Penerapan cash limits tanpa usulan satker pada dasarnya memiliki tujuan yang
sama dengan cash limits lainya namun, penerapan cash limits metode ini dapat
dilakukan apabila kebutuhan untuk pembatasan kas diperlukan segera. Berikut ini
adalah gambar B.3.b workflow penetapan cash limit tanpa usulan satker
Langkah-langkah dalam penerapan cash limits ini dimulai dari:
1) Direktorat PKN menyampaikan informasi kekurangan kas kepada Direktorat
Pelaksanaan Anggaran, kondisi ini berdasarkan perhitungan realisasi
penerimaan bulan ini dan perkiraan pencairan dana bulan depan.
131
2) Dit PA kemudian akan menyampaikan kepada KPPN jumlah alokasi yang dapat
digunakan oleh masing-masing satker.
3) KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan sebagai dasar
perubahan Halaman III DIPA dan menyampaikannya kepada satker.
4) Satker akan melakukan perubahan POK sesuai dengan keputusan DJPB
kegiatan dan belanja yang harus dikurangi untuk bulan tertentu. Setelah POK
disesuaikan maka disampaikan kepada KPPN untuk dilakukan penyesuaian
pagu rencana penarikan dana (budget).
5) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan untuk
digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup.
Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki
dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana
DIPA masing-masing satker.
b. Cash limits dengan usulan satker
Mekanisme Cash Limits yang diserahkan kepada satker untuk menentukan sendiri
jumlah dana yang dikurangi pada kegiatan tertentu dapat digambarkan sebagai
berikut :
1) Dit PKN (Pengelolaan Kas Negara ) akan menyampaikan ke Dit PA kondisi kas
yang tidak mencukupi bagi satker bulan depan berdasarkan perhitungan
realisasi penerimaan bulan ini dan perkiraan pencairan dana bulan depan.
Kekurangan tersebut tidak dapat ditutupi dengan penerimaan pembiayaan
karena berbagai faktor.
2) Dari data PKN maka Dit PA akan menyampaikan kepada KPPN jumlah alokasi
yang dapat digunakan oleh masing-masing satker.
3) KPPN menyampaikan kepada masing-masing satker agar pengeluaran pada
bulan tersebut dikurangi sebesar jumlah tertentu sekaligus agar
menyesuaikan jumlah kegiatan yang akan dikurangi dananya.
4) Satker kemudian menyampaikan update pengeluaran yang telah disesuaikan
dengan dana yang dikurangi tersebut sekaligus menyesuaikan rencana
penarikan dana kepada KPPN.
132
5) Updating tersebut didasarkan pada perubahan POK untuk digunakan sebagai
batas pagu maksimum yang dapat dicairkan sesuai dengan kebutuhan satker.
6) KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan sebagai dasar
perubahan Halaman III DIPA. Cash limit dilakukan dengan membatasi budget
bulan tertentu sehingga tidak dapat digunakan melebihi batas yang
ditentukan.
7) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan untuk
digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup.
Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki
dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana
DIPA masing-masing satker.
Berikut ini adalah gambar B.3.a workflow penetapan cash limit dengan usulan
satker
4. Carry Forward
Mekanisme penganggaran setiap tahunnya disesuaikan dengan prioritas dalam
program pemerintah. Program yang menjadi perhatian pemerintah menjadi hal
133
yang penting pada saat pembahasan anggaran sebagai usulan pemerintah dalam
RUU APBN. Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa program/kegiatan yang
dapat di carry forward ke tahun anggaran berikutnya. Penerapan Carry Forward
pada dasarnya dibagi tiga yaitu Fund Only, Carry Forward Encumbrance only dan
Encumbrance and Fund Availability.
a. Carry Forward dengan Fund Only
Carryforward yang dilakukan dengan menggeser alokasi yang belum habis pada
tahun anggaran tertentu akan dilanjutkan pelaksanaan kegiatannya pada tahun
anggaran berikutnya. Carryforward untuk fund available pada TA 2010 terkait
dengan kegiatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) pada DIPA PNPM TA 2009
namun sampai akhir tahun belum diselesaikan seluruhnya. Alokasi kegiatan
digunakan pada tahun anggaran berikutnya menggunakan DIPA Luncuran sesuai
dengan UU No. 47 Tahun 2009 tentang APBN 2010.
Kegiatan BLM adalah kegiatan yang langsung dilaksanakan oleh masyarakat sesuai
dengan Pedoman Umum PNPM Mandiri, sehingga pelaksanaan kegiatan BLM
melalui mekanisme swakelola dan tidak melibatkan pihak ketiga walaupun dapat
juga dilaksanakan oleh pihak lain jika masyarakat tidak mampu. Alokasi kegiatan
yang diluncurkan dengan demikian tidak menggunakan kontrak sehingga yang
diluncurkan hanyalah pagu dananya (fund available), dengan demikian alokasi
pagu yang diluncurkan menjadi tambahan dana satker bersangkutan sehingga
bersifat on top.
b. Carry Forward dengan Encumbrance dan Fund Availability
Terkait dengan carryforward fund avaiable dan encumbrance sebagai contoh
adalah rekening escrow yaitu suatu jumlah alokasi yang sudah disediakan namun
belum dapat digunakan karena tagihan dari pihak lain belum ada. Hal ini dapat
diambil contoh berbagai pembayaran subsidi antara lain pupuk, listrik dan lainnya
pada akhir tahun yang sudah dialokasikan namun besarannya belum diketahui
karena belum ada penagihan dari pihak terkait. Jumlah yang harus dibayarkan
oleh pemerintah untuk biaya subsidi paling cepat diterima pada awal bulan tahun
anggaran baru sehingga komitmen dan fund available digeser pelaksanaannya
pada tahun anggaran berikutnya.
134
Penerapan metode ini dilakukan dengan membawa kegiatan yang telah
dikontrakan kepada pihak ketiga beserta alokasi dananya ke tahun yang akan
datang. Bisnis proses Carry Forward dengan Encumbrance dan Fund Availibility
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry
Forward, mengingat proses ini dapat juga dilakukan pada akhir tahun (ketika
menebitkan DIPA Biasa/DIPA Tahunan) maka proses dapat dilakukan
bersamaan dengan penyusunan DIPA Tahunan namun untuk
program/kegiatan yang di Carry Forward-kan tidak melalui proses penelaahan
hanya penyesuaian kode administratif bila diperlukan.
2) Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward diterima Dit
PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan Carry Forward.
3) Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan penggabungan data Carry
Forward kedalam DIPA Tahunan/Biasa Satker yang bersangkutan.
135
4) Terakhir Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA yang didalamnya
juga terdapat program/kegiatan yang di Carry Forward dan mengirimkan
kepada Satker.
c. Carry Forward dengan Encumbrance only
Disamping proyek-proyek tahun jamak, maka kegiatan yang dicarryforward
ecumbrance only adalah kegiatan dalam rangka pembangunan infrastruktur serta
rehabilitasi dan rekonstruksi bencana alam yang dilakukan dalam tahun 2009,
tetapi belum dapat diselesaikan sampai dengan akhir Desember 2009, dapat
dilanjutkan penyelesaiannya ke tahun 2010. Pendanaan untuk kegiatan-kegiatan
tersebut bersumber dari pagu kementerian negara/lembaga masing-masing
dan/atau belanja lain-lain dalam Tahun Anggaran 2010.
Penerapan metode ini Encumbrance only pada dasarnya memiliki langkah yang
sama dengan Encumbrance dan Fund Availability. Perbedan mendasar adalah
pada Encumbrance only sisa alokasi dana tahun lalu tidak dibawa untuk
menambahkan pagu DIPA tahun yang akan datang. Bisnis proses Carry Forward
dengan Encumbrance Only dapat dijelaskan sebagai berikut :
136
1) Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry
Forward, mengingat proses ini dapat juga dilakukan pada akhir tahun (ketika
menebitkan DIPA Biasa/DIPA Tahunan) maka proses dapat dilakukan
bersamaan dengan penyusunan DIPA Tahunan namun untuk
program/kegiatan yang di Carry Forward-kan tidak melalui proses penelaahan
hanya penyesuaian kode administratif bila diperlukan.
2) Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward diterima Dit
PA/kanwil DJPB melakukan Pengesahan Carry Forward.
3) Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan penggabungan data Carry
Forward kedalam DIPA Tahunan/Biasa Satker yang bersangkutan.
4) Terakhir Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA yang didalamnya
juga terdapat program/kegiatan yang di Carry Forward dan mengirimkan
kepada Satker.
5. Mekanisme DIPA Pengesahan untuk Hibah LN/DN :
Terdapat kemungkinan bahwa anggaran untuk keperluan tertentu (antara lain
hibah, BLU) diterbitkan dokumen DIPA/Revisi DIPAnya pada waktu yang tidak
dapat dipastikan. Apabila dokumen pelaksanaan yang akan digunakan harus
menunggu Perpres Rincian APBN dalam pembahasan dengan DPR (APBN
Perubahan) hal tersebut sulit untuk dilaksanakan/tidak memungkinkan karena
kegiatan bersifat mendesak. Oleh karena itu perlu disusun mekanisme penerbitan
DIPA-Pengesahan untuk kepentingan tersebut.
Bagi penerimaan hibah baik Hibah LN/DN termasuk yang diterushibahkan setelah
APBN atau APBN-P disahkan yang dilaksanakan secara langsung oleh pemberi
hibah atau Hibah LN/DN yang diterima langsung oleh K/L dapat diterbitkan DIPA
Pengesahan. Kegiatan yang dibiayai dengan sumber dana hibah yang akan
dimasukkan alokasinya dalam DIPA adalah berbentuk uang sedangkan apabila
hibah dalam bentuk barang tidak dimasukkan dalam DIPA hanya dicatat dalam
catatan aset. Usulan ini disebabkan karena DIPA merupakan dokumen alokasi
untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang menghasilkan barang dan jasa
137
sehingga apabila hibah sudah berbentuk barang maka tidak perlu dimasukkan
dalam DIPA.
Apabila pengesahan DIPA Hibah dilaksanakan setelah APBN berjalan akan
diperhitungkan dalam APBN-Perubahan namun jika penerbitan DIPA setelah
APBN-Perubahan maka akan disesuaikan dalam LKPP. Hal ini karena kewenangan
dalam penerbitan dokumen pelaksanaan anggaran (revisi) dimaksud dilaksanakan
oleh DJPB sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 69/PMK.02/2010.
Pemberian dana hibah dapat dilaksanakan di luar periode penyusunan APBN
(APBN sudah disahkan) dan dapat dilaksanakan langsung oleh pemberi hibah
sehingga perlu dilaksanakan penatausahaan untuk mengupdate/revisi penerimaan
hibah pada DIPA. Updating/revisi dimaksud terdiri dari :
a. Updating/revisi hibah luar negeri dan dalam negeri bagi hibah yang diterima
melalui Kementerian Keuangan dilakukan pada saat nota perjanjian hibah
ditandatangani oleh pemerintah dan donor. Penggunaan nota perjanjian
hibah sebagai dokumen sumber penerimaan menyebabkan updating
penerimaan hibah tidak dapat diperkirakan waktunya karena dimungkinkan
dilaksanakan setelah UU APBN disahkan.
Apabila hibah diteruskan kepada pihak yang bukan sebagai satker (BUMN)
maka penatausahaannya dilakukan oleh Kementerian Keuangan termasuk
menyampaikan updating perkiraan penerimaan menggunakan DIPA BUN
setelah register diterima.
Revisi/updating disampaikan kepada DJPB untuk dilakukan penyesuaian data
beserta data pendukung dari penggunaan dana hibah disesuaikan dengan
kegiatan pada DIPA BUN berkenaan. DIPA BUN dimaksud dapat disusun oleh
beberapa unit eselon I di lingkup Kementerian Keuangan antara lain DJPK,
DJPU dan DJKN.
b. Updating/revisi penerimaan hibah yang diterima oleh K/L atau dilaksanakan
langsung oleh pemberi hibah dilakukan satker yang menerima hibah. Setelah
register diterima maka satker mengajukan revisi DIPA kepada DJPB beserta
138
rencana penggunaan dana atau apabila hibah berupa barang disertakan
keterangan tentang barang dimaksud beserta jumlahnya (satuan).
Terkait dengan konsep kinerja maka hibah yang diterima akan berpengaruh
kepada kegiatan yang dilaksanakan sehingga perlu disesuaikan dengan alokasi
hibah yang diterima. Pelaksanaan revisi DIPA yang menggunakan sumber
dana hibah dilaksanakan oleh Kanwil DJPB dan setelah disahkan diteruskan
kepada Dit PA. Dana hibah ini akan menambah pagu DIPA berkenaan (on top)
sehingga harus disampaikan perubahannya kepada DJA untuk bahan
penyusunan APBN-P.
Proses bisnis DIPA Pengesahan untuk Hibah LN/DN dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Setelah nomor register Hibah LN/DN (dokumen pendukung) diterima maka
sakter mengajukan permohonan pengesahan DIPA Hibah kepada Kanwil DJPB;
139
b. Pengajuan konsep DIPA dimaksud dilampiri dengan rencana penggunaan dana
hibah (RKAKL) sesuai dengan pagu hibah;
c. Kanwil DJPB menelaah kesesuaian pagu dana dari register yang telah diterima
dengan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Setelah selesai akan
diterbitkan DIPA Pengesahan sebagai persetujuan revisi penambahan pagu
DIPA.
6. Mekanisme Penerbitan DIPA DAU
Ke depannya DAU pada masing-masing kabupaten/kota maupun provinsi
diterbitkan DIPAnya dengan mekanisme penerbitan DIPA DAU sama dengan DIPA
BUN sebagai berikut :
a) Setelah Peraturan Presiden tentang Penetapan Alokasi Anggaran Belanja
maka Menteri Keuangan dalam hal ini unit organisasi yang mengelola dana
perimbangan menyusun dokumen pelaksanaan anggaran untuk BA-BUN yang
dikelolanya;
140
b) Penyusunan konsep dokumen DIPA menggunakan RKA-KL BA-BUN sesuai
dengan alokasi anggaran yang tercantum dalam Perpres dan disampaikan
kepada Dit PA;
c) Penelaahan dilakukan untuk mengetahui kebenaran dalam konsep DIPA
sesuai kaidah akuntansi termasuk klasifikasi belanja dan kode-kode lainnya;
d) Setelah proses penelaahan selesai maka dilakukan pengesahan DIPA dengan
menerbitkan SP-DIPA.
E. USULAN FORMAT BARU DIPA
1. Format Baru DIPA
Dengan terintegrasinya sistem perencanaan dan pelaksanaan anggaran akan
semakin memudahkan dalam proses penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran
sehingga diharapkan terjadi ‘penyatuan’ alur penyusunan dokumen anggaran.
Agar tujuan dimaksud dapat dicapai maka direncanakan format dokumen DIPA
menampung item-item dalam RKAKL sehingga akan memudahkan dalam
pembuatan aplikasi. Disamping itu dengan adanya usaha untuk meningkatkan
peranan halaman III DIPA sebagai perencanaan penarikan dana maka item
halaman III DIPA ditambah dengan pencantuman kegiatan yang termasuk
kontraktual maupun non kontraktual.
Salah satu tugas menteri/pimpinan lembaga dalam rangka penyusunan dan
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yaitu menyusun Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Kementerian Negara/Lembaga yang
dipimpinnya. Dasar penyusunan DIPA adalah Peraturan Presiden tentang Rincian
Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (Perpres RABPP). Dalam rangka penyusunan
DIPA, akan diwujudkan dalam suatu desain berupa rancang bangun format DIPA
dalam rangka memfasilitasi penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja dan
Kerangka Pembangunan Jangka Menengah yang memuat informasi terkait dengan
perencanaan dan pelaksanaan penganggaran. DIPA yang akan disusun formatnya
memberikan fleksibilitas kepada satuan kerja yaitu penggunaan pagu dana hanya
141
dua digit (jenis belanja) dan menampung beberapa item terkait dengan PBK dan
KPJM.
DIPA merupakan dokumen yang menjadi dasar pelaksanaan anggaran yang telah
disahkan dalam UU APBN. Tugas pemerintah adalah melaksanakan amanat UU
APBN dalam hal ini oleh Kementerian Keuangan sebagai BUN dan Kementerian
Negara/Lembaga sebagai pelaksana kegiatan. Menteri Keuangan sebagai BUN
mempunyai kewajiban antara lain mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran
yang disusun oleh K/L. Dalam kaitannya dengan DIPA maka Menteri Keuangan
sebagai BUN mengesahkan DIPA dalam Surat Pengesahan (SP-DIPA) dan K/L
menyusun isi/bagian DIPA yaitu Halaman I sampai IV. Yang harus diperhatikan
bahwa DIPA harus mencantumkan uraian seperti yang diamanatkan dalam UU No.
1 Tahun 2004 Pasal 14 ayat (3). Berikut ini akan dijelaskan fungsi bagian-bagian
DIPA :
a. SP-DIPA
SP-DIPA pada prinsipnya adalah persetujuan Menteri Keuangan sebagai BUN
terhadap sejumlah alokasi dana yang dapat digunakan oleh K/L. SP-DIPA juga
merupakan kewajiban bagi BUN untuk menyediakan sejumlah dana bagi satker
dalam melaksanakan kegiatan dengan jumlah anggaran tertentu yang sebaliknya
menjadi hak bagi satker untuk memperoleh dana dimaksud.
Informasi lain yang terdapat dalam SP-DIPA yaitu dasar penggunaan alokasi serta
ringkasan dari halaman DIPA yaitu informasi kinerja yang akan dicapai, fungsi, sub
fungsi, program, alokasi pagu untuk menghasilkan output, kantor bayar dan
periode waktu berlakunya DIPA serta tanggung jawab bagi K/L terhadap
pelaksanannya.
b. Halaman I
Halaman I DIPA memberikan informasi umum yang lebih rinci terkait dengan
satker bersangkutan antara lain pejabat perbendaharaan termasuk target kinerja
yang akan dicapai beserta rinciannya, dana yang diperlukan dalam mencapai
kinerja, sumber dana pelaksanaan kegiatan dan penjelasan terhadap sumber dana
yang berasal dari pembiayaan dan hibah. Pada halaman I DIPA juga disediakan
142
informasi kerangka pengeluaran jangka menengah sebagai bahan pertimbangan
bahwa kegiatan yang ada dalam DIPA akan dilaksanakan pada tahun berikutnya
termasuk perkiraan pendanaannya.
c. Halaman II
Halaman II berisi informasi rincian jumlah pagu untuk pelaksanaan kegiatan satker
untuk mencapai output yang telah ditentukan pada jenis belanja tertentu. Jumlah
pagu tersebut merupakan hak dari satker yang menjadi dasar permintaan
pembayaran. Terkait dengan diberlakukannya otonomi daerah dimana
pelaksanaan kegiatan pemerintah dibagi antara pusat dan daerah, maka informasi
kewenangan pelaksanaan kegiatan menjadi penting untuk membedakan
pelaksanaan di daerah dan pusat, sehingga pengklasifikasian kewenangan (KP, KD,
DK, TP dan UB) perlu dicantumkan dalam DIPA Halaman II. Perlakuan kegiatan
yang bersumber dari masing-masing sumber dana berbeda sehingga informasi
sumber dana dari masing-masing pengeluaran harus dicantumkan Halaman II.
d. Halaman III
Alokasi dana bagi satker pada Halaman II harus dijabarkan pelaksanaannya dalam
periode waktu tertentu baik dari sisi rencana penarikan dan perkiraan
penerimaan. Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan inilah yang dicantumkan dalam
halaman III DIPA dengan periode waktu bulanan sebagai acuan bagi sakter dalam
melaksanakan kegiatan maupun DJPB baik KPPN dalam penerbitan SP2D maupun
Dit PKN dalam manajemen kas. Yang perlu diperhatikan bahwa Halaman III harus
dibuat mekanisme updating baik rencana penarikan dana maupun perkiraan
penerimaan sehingga fungsi Halaman III menjadi efektif sebagai alat manajemen
kas (by product).
e. Halaman IV
Walaupun prinsip let the managers manage diterapkan dalam pelaksanaan
kegiatan namun untuk menjaga agar kebutuhan minimum yang penting bagi
kegiatan sehari-hari perkantoran tetap dapat dilaksanakan maka harus dijamin
pendanaannya dan tidak digunakan untuk keperluan lainnya. Disamping itu
143
Halaman IV juga mencantumkan hal-hal tertentu (catatan) sebagai acuan
pelaksanaan kegiatan bagi satker (dana yang masih diblokir, penggunaan dana
yang masih harus mendapat penjelasan).
Halaman IV DIPA ke depannya masih diperlukan untuk menampung hal-hal yang
harus dipenuhi dalam pelaksanaan kegiatan. Halaman Catatan dalam DIPA
mencakup antara lain pengeluaran yang alokasi dananya tidak boleh digunakan
sebelum diajukan perubahan kepada DJPB atau sudah dipenuhi persyaratan yang
sebelumnya tidak lengkap. Disamping itu halaman Catatan dalam DIPA juga
memberikan informasi alokasi dana yang belum dapat digunakan baik seluruhnya
maupun sebagian karena kurangnya kelengkapan data yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan. Halaman Catatan juga menampung informasi apakah suatu
kegiatan dilaksanakan oleh satker bersangkutan atau dilaksanakan oleh instansi
lainnya misalnya dana bantuan bagi satker lain.
1. Catatan DIPA :
b. Kegiatan yang masih diblokir dananya
Pada saat alokasi pada APBN disahkan maka kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh satker (K/L) dibahas dengan data pendukung untuk penentuan rincian
biaya di DJA. Blokir tidak terbatas dilakukan oleh DJA namun dapat dilakukan
mulai dari DPR dan juga dapat dilaksanakan oleh DJPB sesuai dengan
kewenangannya. Blokir dapat diperoleh dari alokasi anggaran yang belum
ditetapkan penggunaannya (berasal dari efisiensi dan/atau komponen input
yang tidak relevan dengan output). Apabila data dukung yang dipersyaratkan
belum lengkap maka DJA akan melakukan blokir baik seluruhnya maupun
sebagian atas dokumen pendukung yang belum lengkap sebagai syarat untuk
penggunaan dana. Sebagai contoh dalam belanja modal untuk membangun
gedung salah satu persyaratannya misalnya adalah TOR dan RAB, namun
karena satker (K/L) belum menyampaikan maka alokasi dana pembangunan
gedung diblokir sebagian atau keseluruhan.
c. Akun yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan operasional (pemenuhan
kebutuhan minimum kantor)
144
Pagu dana untuk pelaksanaan kegiatan sehari-hari perkantoran diusahakan
tetap menggunakan jumlah pagu dana yang telah dialokasikan pada akun
bersangkutan. Apabila diberikan keleluasaan untuk melakukan pergeseran
untuk mengurangi alokasi dikhawatirkan akan menyebabkan kegiatan kantor
tidak berjalan dengan semestinya.
Daftar akun untuk belanja sehari-hari perkantoran (kondisi saat ini) namun
dapat disesuaikan baik jenis maupun jumlah akun dapat dikurangi atau
ditambah :
521111 : Belanja Keperluan Perkantoran 521112 : Belanja Barang Operasional Lainnya 521113 : Belanja untuk Menambah Daya Tahan Tubuh 521114 : Belanja Pengiriman Surat Dinas Pos Pusat 521115 : Honor Terkait dengan Operasional Satuan Kerja 521119 : Belanja Barang Operasional Lainnya 522111 : Belanja Langganan Daya dan Jasa 522114 : Belanja Sewa 523111 : Belanja Biaya Pemeliharaan Gedung dan Bangunan 523121 : Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin
Apabila dibutuhkan satker dapat mengajukan pergeseran antar belanja
operasional namun harus disampaikan perubahannya melalui KPPN untuk
seterusnya disampaikan kepada Kanwil DJPB untuk proses approval dalam
database SPAN. Pengajuan perubahan belanja operasional dapat dilakukan
bersamaan dengan pengajuan SPM sehingga satker tidak perlu
menyampaikan langsung kepada Kanwil DJPB karena perubahan 6 (enam)
digit sebenarnya merupakan kewenangan satker namun karena alokasi
belanja tersebut dicantumkan dalam Halaman Catatan DIPA yang harus
disesuaikan jika akan dirubah besaran alokasi masing-masing belanja.
2) Khusus untuk belanja pegawai alokasi yang telah disahkan tidak boleh
dikurangi namun dapat dilakukan penambahan terkait dengan penambahan
jumlah pegawai. Hal ini termauk untuk belanja honor, uang makan dan
tunjangan yang melekat pada gaji termasuk uang duka wafat, karena pada
suatu saat satker dapat menerima tambahan pegawai sehingga belanja yang
terkait dengan pegawai juga akan bertambah atau terjadi pegawai yang
145
meningggal dunia. Sedangkan untuk uang lembur sudah ditentukan tidak
boleh melebihi alokasi tahun 2010 sehingga harus dikunci tidak boleh
melewati pagu 2010.
Daftar akun untuk belanja pegawai : 511111 : Belanja Gaji Pokok PNS 511119 : Belanja Pembulatan Gaji PNS 511121 : Belanja Tunjangan Suami/Istri PNS 511122 : Belanja Tunjangan Anak PNS 511123 : Belanja Tunjangan Struktural PNS 511124 : Belanja Tunjangan Fungsional PNS 511125 : Belanja Tunjangan PPh PNS 511126 : Belanja Tunjangan Beras PNS 511129 : Belanja Uang Makan PNS 511147 : Belanja Tunjangan Lain lain Termasuk Uang Duka PN Dalam dan
Luar Negeri 511151 : Belanja Tunjangan Umum PNS 512211 : Belanja Uang Lembur
2. Catatan lainnya yang diperlukan
a. Catatan ini tidak terkait dengan jumlah alokasi pagu yang boleh digunakan
namun hanya untuk menjelaskan keperluan dalam pelaksanaan kegiatan.
Misalnya ada belanja modal yang dihibahkan untuk satker vertikal atau ada
belanja barang yang diterima oleh masyarakat. Sehingga catatan ini disesuaikan
dengan kebutuhan dan tidak menggunakan suatu konsep atau dasar
pertimbangan yang sudah ditentukan. Termasuk catatan untuk kegiatan yang
dilaksanakan dengan sumber dana PNBP terdapat catatan bahwa pencairan
dana yang bersumber PNBP dapat dibayarkan setelah dana disetorkan ke kas
negara.
b. Catatan untuk kegiatan (0003) Pelayanan Publik atau Birokrasi yang diikat
jumlah pagunya namun akun yang digunakan tidak dapat ditentukan seperti
pada kegiatan operasional perkantoran. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam
menentukan jumlah pagu pada akun untuk kegiatan (0003).
Penyesuaian Format Dokumen DIPA :
Halaman Surat Pengesahan (SP-DIPA) diusulkan sedikit penyesuaian antara lain
pencantuman kinerja kegiatan sesuai dengan konsep penganggaran yang baru
146
(PBK). Pencantuman kinerja menjadi komitmen bagi satker agar dalam
menggunakan alokasi dana yang diterima lebih terfokus pada pencapaian
target yang telah ditetapkan. Kepentingan DJPB dalam melakukan tugas
sebagai Bendahara Umum Negara tercantum dalam halaman SP-DIPA sesuai
dengan UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 7 yaitu antara lain melakukan pembayaran
berdasarkan permintaan pejabat PA dapat dipenuhi.
Konsep format dokumen DIPA halaman IA diusulkan dibagi menjadi dua bagian
yaitu formulir 1 yang berisi informasi sasaran dan kinerja dari satker sedangkan
formulir 2 berisi informasi rincian sumber pendanaan. Usulan perubahan antara
lain penyesuaian item yang terkait dengan aspek penganggaran berbasis kinerja
147
dan penambahan indikator-indikator, prioritas nasional dan fokus prioritas
termasuk visi serta misi. Format DIPA yang diusulkan dapat dilihat pada di
bawah ini :
148
Usulan perubahan Halaman II DIPA yang saat ini menjadi formulir 3 yaitu
penambahan satu tabel yang berisi informasi target pendapatan/penerimaan
dalam satu tahun. Dasar pertimbangan terhadap usulan tersebut yaitu DIPA
diharapkan tidak hanya dititikberatkan sebagai dokumen yang memuat belanja
dari satker tetapi ke depannya juga memuat informasi rencana pendapatan
yang terdokumentasi dengan baik. Gambar usulan dapat dilihat di bawah :
Halaman III DIPA diusulkan untuk dirubah menjadi formulir 4 dengan
memisahkan rencana penarikan dana dan perkiraan pendapatan/penerimaan.
Perubahan tersebut dimaksudkan agar satker lebih terinci dalam
menyampaikan informasi terkait waktu pelaksanaan kegiatan. Data yang
dicantumkan dalam formulir 4 ini berasal dari formulir 3 yang dibagi dalam
periode waktu yang direncanakan. Gambar dapat dilihat dibawah :
149
Halaman IV DIPA diusulkan menjadi formulir 5, masih diperlukan disesuaikan
fungsinya antara lain untuk mencatat akun yang tidak boleh dikurangi
(mengikat/jika diperlukan) serta dana yang masih diblokir. Walaupun
fleksibilitas yang diberikan kepada satuan kerja/KPA dalam pelaksanaan
kegiatan namun perlu kepastian bahwa dana yang digunakan untuk kegiatan
tertentu terjamin kecukupannya. Apabila terjadi kelebihan dapat digunakan
namun dengan melakukan revisi. Gambar dapat dilihat di bawah :
150
BAB V
KONEKSITAS PENGEMBANGAN PROSES BISNIS DAN STRATEGI IMPLEMENTASI
MANAJEMEN DIPA KE DEPAN
Penyusunan sistem penganggaran yang terpadu berbasis teknologi informasi
(SPAN) membutuhkan kesiapan dari berbagai pihak. Persiapan perumusan kebijakan
dan strategi, perancangan, dan penyusunan proses bisnis yang terkait dengan
mekanisme penerimaan, pengeluaran, manajemen kas, pelaporan yang berbasis pada
akuntansi yang sehat membutuhkan dukungan penuh dari pihak-pihak terkait. Tanpa
adanya kerjasama baik dari internal Direktorat Transformasi Perbendaharaan sebagai
pelaksana kegiatan utama maupun dari pihak lain dalam memberikan masukan dan
saran maka rencana program yang telah disusun akan sulit dicapai.
A. Koneksitas Pengembangan Proses Bisnis MoSA
Manajemen DIPA tidak terlepas dari sisi proses bisnis perencanaan anggaran
(budget preparation) yang disusun oleh DJA seperti yang tercantum dalam dokumen
bidding SPAN. Proses penganganggaran merupakan serangkaian kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan oleh dua institusi Departemen Keuangan yang memiliki kewenangan
dan tanggung jawab yang berbeda. Di mulai dengan proses pembahasan rencana kerja
kementerian/lembaga disesuaikan dengan pagu dana dilaksanakan oleh DJA.
Selanjutnya dokumen yang dihasilkan (Perpres) dari proses perencanaan menjadi
bahan yang akan digunakan oleh DJPB sebagai dasar pengesahan DIPA yang
disampaikan oleh kementerian/lembaga. Secara alur pengembangan proses bisnis
MoSA dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Proses perencanaan yang telah dilaksanakan oleh DJA menghasilkan dokumen
Perpres tentang Rincian APBN yang selanjutnya disampaikan kepada Direktorat
Jenderal Perbendaharaan sebagai bahan pengesahan DIPA. Mekanisme
151
perencanaan anggaran saat ini dan konsep yang akan datang sebagai bahan
masukan bagi penyusunan proses bisnis MoSA.
2. Masukan dari the owner DIPA yaitu Direktorat Pelaksanaan Anggaran akan
digunakan sebagai acuan dalam mengkaji manajemen DIPA (MoSA). Berdasarkan
masukan baik DIPA saat ini maupun konsep DIPA yang akan datang dari Direktorat
PA serta mekanisme perencanaan anggaran dari DJA selanjutnya disusun kajian
MoSA oleh Bagian Transformasi Bisnis Internal Direktorat Transformasi
Perbendaharaan.
3. Setelah konsep penyempurnaan MoSA di susun maka dilakukan lagi pengayaan
yang diperoleh dari internal direktorat lingkup Direktorat Jenderal
Perbendaharaan maupun dari pihak eksternal yang pada saatnya akan terlibat
dalam pelaksanaan DIPA serta dari narasumber yang kompeten. Masukan dan
updating DIPA existing dari berbagai pihak akan diteliti kelebihan dan
kekurangannya serta kaitannya dengan landasan hukum yang berlaku. Penelitian
ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan dalam pelaksanaan dengan
peraturan khususnya paket Undang-undang Keuangan Negara.
4. Setelah dilakukan penelitian kemudian finalisasi dan kajian penerapan MoSA
dengan menerima berbagai usulan perubahan dari konsep semula. Setelah
pengkajian selesai maka Diretorat Transformasi Perbendaharaan menyusun
rekomendasi terhadap strategi dan implementasi DIPA yang akan datang.
5. Rekomendasi proses bisnis pelaksanaan DIPA yang akan datang disampaikan
kepada Direktorat PA untuk penyusunan aturan dan implementasi proses bisnis
yang baru.
B. Strategi Implementasi
Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai suatu organisasi harus menerapkan
strategi pelaksanaan yang efektif. Faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan strategi
tersebut antara lain Birnbaum, B, (2009) :
1. Action Planning
2. Organization Structure
3. Human Resources
152
4. The Annual Business Plan
5. Monitoring and Control
6. Linkage
Terkait dengan penyempurnaan proses bisnis MoSA di masa mendatang perlu
langkah-langkah yang dilakukan sebagai strategi pelaksanaan yaitu :
1. Action Planning
Penyusunan proses bisnis MoSA yang baru tidak terlepas dari pertimbangan
rencana kegiatan yang rinci termasuk tahapan-tahapan pelaksanaan yang disusun
secara kronologis dengan membuat penambahan-penambahan yang mendetil
apabila diperlukan. Pada tahap sekarang yaitu penyusunan future state vision,
langkah-langkah yang dilakukan termasuk menyusun jadwal kegiatan. Dalam
penyusunan future state vision diperlukan sumber-sumber baik dari naskah
akademik maupun para pejabat/ahli yang berkompeten untuk dimintakan
masukan dalam penyusunan proses bisnis MoSA. Selajutnya adalah
menterjemahkan masukan-masukan tersebut dalam bentuk tertulis yaitu draft
naskah akademik MoSA.
Jadwal Pengembangan Proses Bisnis MoSA :
Perlu penyesuaian pelaksanaan SPAN terkait dengan ruang lingkup inti proses
bisnis/modul MoSA. Pengkajian MoSA sampai dengan penyusunan peraturan dan
implementasi proses bisnis baru dengan berbagai bahan/sumber yang diperoleh
dari berbagai pihak perlu dilakukan penyesuaian antara time line dan road map di
LINKAGE
STRATEG
Y
1 2 3 4 5
153
dalam lingkup pengembangan SPAN. Sesuai dengan rencana pelaksanaan SPAN
maka dibuat jadwal pengembangan proses bisnis MoSA pada tahun 2010 sebagai
berikut :
Dalam rencana penyusunan proses bisnis MoSA yang baru kegiatan yang akan
dilaksanakan antara lain berupa workshop, site visit, konsinyering serta apabila
naskah rekomendasi proses bisnis MoSA sudah disusun dan disetujui akan
dilakukan sosialisasi. Kegiatan yang penting dalam penyempurnaan proses bisnis
MoSA diperkirakan berlangsung pada bulan September sampai akhir tahun 2010.
Dengan rencana yang akan dilaksanakan tersebut diharapkan dapat sesuai dengan
target penyelesaian yang terdapat pada time line dan mendukung road map SPAN
secara menyeluruh. Tahapan-tahapan dalam jadwal kegiatan proses bisnis MoSA
direncakan antara lain:
a. Bulan Januari sampai dengan Maret 2010 akan dilakukan perumusan future
vision MoSA dan penjelasan secara mendetail bisnis proses dengan output
diharapkan adalah draft future definition MoSA.
154
b. Bulan April sampai dengan Juni 2010 akan dilaksanakan revisi dan
penyempurnaan future definition MoSA dengan output penyusunan
perbaikan draft proses bisnis
c. Bulan Juli sampai September 2010 akan dilakukan uji coba aplikasi
d. Bulan Oktober sampai Desember 2010 direncanakan melakukan piloting di
Direktorat Pelaksanaan Anggaran dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan serta
review untuk penyempurnaan.
2. Organization Structure
Setelah draft MoSA di masa mendatang disusun akan dimungkinkan terjadinya
perubahan dalam struktur organisasi khususnya tugas dan fungsi unit Direktorat
Jenderal Perbendaharaan yang saat ini dilaksanakan oleh Direktorat Pelaksanaan
Anggaran. Dengan SPAN maka proses penyusunan dokumen DIPA menjadi
semakin sederhana dengan data base yang sama sehingga akan merubah pola
penelaahan konsep DIPA dari satuan kerja. Semakin ringkasnya proses penelaahan
konsep DIPA dapat diantisipasi dengan fokus pada monitoring dan bimbingan
pelaksanaan kegiatan satker demikian juga dalam pencairan dana.
3. Human Resources
Penerapan suatu ide baru harus mempertimbangkan faktor sumber daya manusia
termasuk MoSA di masa mendatang agar penerapannya dapat berjalan sesuai
rencana. Hal pertama yang perlu dipertimbangkan adalah gagasan yang baru
membutuhkan analisis manajemen komunikasi yang dibutuhkan. Sumber daya
manusia harus memahami langkah-langkah strategi dalam pengembangan
kegiatan yang akan diterapkan. Terkait dengan hal ini setiap SDM yang terlibat
harus diberikan penjelasan mulai dari ide/konsep sampai rencana implementasi.
Cara yang efektif adalah dilakukannya rapat, workshop dan site visit untuk
mengenalkan dan menerima masukan terhadap ide-ide baru.
Faktor terkait SDM kedua adalah kebutuhan SDM bagi pelaksanaan MoSA baru
harus dipertimbangkan karena penerapan SPAN dapat berdampak jumlah pegawai
yang terlibat dalam pelaksanaannya. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah
155
bagaimana para pegawai yang terlibat dapat mengembangkan ide-ide awal
dengan memberikan waktu untuk menambah pengalaman, melakukan pelatihan-
pelatihan maupun menggunakan pegawai baru yang dapat melaksanakannya.
4. The Annual Business Plan
Terkait dengan pelaksanaan MoSA perlu dipertimbangkan penyediaan dana yang
diperlukan untuk operasionalisasi sistem yang terintegrasi. Dukungan sarana dan
prasarana yang memadai memerlukan pendanaan yang cukup besar. Apabila dana
yang disediakan tidak mencukupi maka sebaik apapun strategi yang diterapkan
dalam pengembangan MoSA di masa mendatang tidak akan berjalan dengan baik
dan bahkan mungkin akan berhenti di tengah jalan.
5. Monitoring and Control
Monitoring dan kontrol perencanaan yang dilaksanakan tersebut menggunakan
penilaian yang periodik untuk melihat apakah strategi yang digunakan telah
berjalan sesuai rencana. Hal tersebut juga termasuk pertimbangan pilihan-pilihan
untuk mendapatkan suatu strategi agar pelaksanaan yang tidak sesuai dapat
dikembalikan pada jalurnya. Pilihan-pilihan ini termasuk perubahan jadwal,
perubahan taktik dalam langkah-langkah pelaksanaan, perubahan strategi atau
perubahan dalam tujuan (hal terakhir).
6. Linkage
Banyak organisasi yang sukses membangun kelima faktor pendukung di atas.
Mereka membangun rencana tindak, mempertimbangkan struktur organisasi,
mendekatkan dengan kebutuhan yang diperlukan SDM, pendanaan rencana
strategis melalui rencana bisnis tahunan dan mengembangkan rencana untuk
memonitor dan kontrol strategi dan taktik mereka. Namun dapat juga terjadi
kegagalan dengan alasan yang paling sering terjadi adalah kesenjangan
keterkaitan dari masing-masing faktor pendukung untuk meyakinkan bahwa
semua sumber-sumber organisasi adalah “rowing in the same direction”. Tidak
cukup untuk mengatur satu, dua, atau beberapa faktor pendukung strategi. Agar
156
penerapan strategi tersebut sukses, organisasi harus mengatur semuanya. Dan
harus diyakinkan bahwa kita telah mengaitkan/menghubungkan mereka bersama.
Strategi yang diperlukan untuk “linkage/hubungan” baik vertikal dan horisontal.
Hubungan vertikal dalam pengembangan MoSA adalah membangun koordinasi
dan dukungan antara rencana yang disusun dengan pelaksanaan dibawahnya.
Dalam hal ini penyusunan proses bisnis MoSA yang baru harus merupakan
aktivitas yang torkoordinir antara Kantor Pusat DJPB sebagai perencana dengan
unit eselon dibawahnya yang akan melaksanakan. Tanpa koordinasi maka tanpa
pengendalian terhadap tujuan yang akan dicapai akan mengalami kesulitan.
Hubungan horisontal antar unit yang terkait dengan manajemen DIPA akan
berpengaruh terhadap hasil pelaksanaan proses bisnis MoSA yang baru. Kerjasama
dan koordinasi antar unit antara lain karena dalam satu hal terkait dengan
beberapa tugas yang saling terkait dilaksanakan oleh unit-unit yang berbeda.
Sebagai contoh dalam rencana penggunaan dana halaman III DIPA akan terlibat
Direktorat Pelaksanaan Anggaran dan Direktorat Pengelolaan Kas Negara. Tanpa
koordinasi dan kerjasama yang harmonis maka masing-masing unit akan
mengedepankan tugas masing-masing tanpa melihat keterkaitan dengan tugas
dari unit lainnya.
157
BAB VI
PENUTUP
Manajemen pelaksanaan anggaran merupakan bagian dari sistem dalam SPAN
yang memberikan pedoman bagi pelaksanaan kegiatan oleh Pengguna/Kuasa
Pengguna Anggaran agar alokasi dana yang tertuang dalam DIPA dapat digunakan
sebaik mungkin. Tujuan dari penyusunan draft modul manajemen DIPA salah
satunya yaitu semakin fleksibel pelaksanaan kegiatan dari sisi satuan kerja dan dari
sisi Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah dapat menyediakan kebutuhan
dana yang diperlukan satuan kerja dengan sebaik-baiknya. Salah satu tujuan
pengembangan sistem SPAN adalah semakin mempermudah proses penganggaran
yang dimulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan. Dalam sistem SPAN
proses penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran akan semakin terintegrasi
sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan negara.
Draft modul Manajemen DIPA/MoSA masih merupakan usulan yang harus
diberikan masukan dari berbagai pihak untuk memperbaiki dan menyempurnakan
materi dalam modul dimaksud sehingga diharapkan dapat menjadi bahan
pembahasan di tingkat yang lebih tinggi serta dapat memenuhi keinginan bersama
untuk memperbaiki pelaksanaan pengelolaan keuangan negara.
158
DAFTAR PUSTAKA
Allen, Richard dan Tommasi, Daniel, 2001, Managing Public Expenditure: A Reference
Book for Transition Countries, OECD
Allen, Richard, Schiavo-Campo, Salvatore dan Columkill Garity, Thomas, 2004,
Assessing and Reforming Public Financial Management “A New Approach”, IBRD,
The World Bank
Birnbaum, Bill, 2009, Strategy Implementation: Six Supporting Factors (Bimbaum
Associates, http://www.birnbaumassociates.com/strategy-implementation.htm
Edgardo Campos, Jose and Pradhan, Sanjay, 1997, Evaluating Public Expenditure
Management Systems ‘An Experimental Methodology with an Application to the
Australia and New Zealand Reforms’, Journal of Policy Analysis and Management
European Commission, 2008, European Union Public Finance, 4th Edition
Hashim, Ali dan Allan, Bill, 2001, Treasury Reference Model, The World Bank
HM Treasury, 2010, Public Expenditure Planning and Control in the UK : Spending
Review, www.hm-treasury.gov.uk
Lienert, Ian, 2003, A Comparison Between Two Public Expenditure Management
Systems in Africa, IMF Working Paper
M. Kim, John, 2009, Budget Execution ‘Performance Budgeting and Fiscal
Transparency’, Korea Institute of Public Finance
Moulin, Laurent, 2004, Expenditure Rules à la franҫ aise : An Assessment after Five
Years, ECFIN Country Focus, Volume 1, Issue 5, European Commission
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 119/PMK.02/2009 tentang
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 192/PMK.05/2009 tentang
Perencanaan Kas
159
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 27/PMK.05/2010 tentang
Penyusunan dan Pelaksanaan DIPA Luncuran PNPM Mandiri TA 2009 sebagai ABT
Tahun 2010
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 28/PMK.05/2010 tentang
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Penerusan Pinjaman
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 56/PMK.02/2010 tentang Tata
Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak Tahun Jamak
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 69/PMK.02/2010 tentang Tata
Cara Revisi Anggaran
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 104/PMK.02/2010 tentang
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKAKL Tahun Anggaran 2011
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 126/PMK.07/2010 tentang
Pertanggungjawaban Transfer ke Daerah
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 180/PMK.02/2010 tentang
Perubahan atas PMK No. 69 tentang Tata Cara Revisi Anggaran TA 2010
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 187/PMK.02/2010 tentang
Pengalihan Bagian Anggaran BUN ke Bagian Anggaran K/L
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 192/PMK.05/2010 tentang
Petunjuk Penyusunan dan Pengesahan DIPA Tahun Anggaran 2011
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 193/PMK.02/2010 tentang
Perubahan atas PMK No. 104 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan
RKAKL Tahun Anggaran 2011
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 194/PMK.05/2010 tentang
Penyusunan dan Pelaksanaan DIPA Luncuran Penerusan Pinjaman Tahun Anggaran
2010 sebagai Tambahan Anggaran Tahuan Anggaran 2011
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum
160
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan
Uang Negara/Daerah
Premchand, A, 1993, Public Expenditure Management, International Monetary Fund
Probst, Alan, 2010, Performance Measurement & Performance Based Budgeting (PBB),
Financial Management Series No.8, University of Wisconsin-Extension
Shah, Anwar, 2007, Budgeting and Budgetary Institutions’ Public Sector Governance
and Accountability Series’, IBRD, The World Bank
Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-02/PB/2006 tentang
Penyampaian Rencana Penerimaan dan Pengeluaran Kas (Cash Forecasting)
Instansi / Satuan Kerja Pemerintah Pusat / Daerah
The International Banking for Reconstruction and Development, 1998, Public
Expenditure Management Handbook, The World Bank
Thompson, Fred dan Zumeta William, 1981, Control and Controls: A Reexamination of
Control Patterns in Budget Execution, Policy Science 13, 25-50, Elsevier Scientific
Publishing Company, Amsterdam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
KPMK, Departemen Keuangan RI
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara
Wildawsky, Aaron, 1975, Budgeting: A Comparative Theory of Budgetary Processes,
Little-Brown, Boston
161
LAMPIRAN
PENJELASAN PROSES BISNIS FUTURE MANAJEMEN DIPA
RINCIAN PENJELASAN PROSES BISNIS FUTURE MANAJEMEN DIPA
PENERBITAN DIPA
Process ID B.1.a
Process Name Penerbitan SP DIPA Biasa
Objective Proses penelahan dan pengesahan DIPA
Input Process Konsep Mekanisme Pengesahaan dan Penelaahan DIPA,
Output Process Penelaahan dan Pengesahan DIPA pada kantor Pusat DJPB dan
Kantor Wilayah DJPB
Major Data
Input
UU APBN, Perpres Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
(RABPP)/Alokasi APBN, Konsep DIPA K/L
Major Data
Output
DIPA biasa/ DIPA Tahunan K/L
Department/Key
User
DJA, Dit PA DJPB, Kanwil DJPB, KPPN dan Satker.
Controls Deadlines :
1 hari setelah seluruh dokumen kelengkapan diterima dan benar
Legal Basis :
1 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2 UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3 UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
4 UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010
5 PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum
6 PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah
7 Perpres Nomor 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2010
162
8 PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010
9 PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan
Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan
Kemiskinan
10 PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2010
11 PMK Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan
dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian
Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011
12 Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang Tata
Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009
Frekuensi Tahunan
SOP Reference SOP Direktorat Pelaksanaan Anggaran
SOP Bidang Pelaksanaan Anggaran Kanwil DJPB
Process
Description and
Special Rules
1. Setelah proses penganggaran dari Budget Preparation (BP)
selesai maka DJA mengirimkan Perpres Rincian Alokasi APBN
ke MoSA (Manajemen of Spending Authority)/Manajemen
DIPA pada DJPB.
2. Pada DIPA Kantor Pusat (KP) yang berlokasi di Jakarta akan
dilakukan penelaahan di Direktorat PA, sedangkan untuk DIPA
yang lainnya akan dilakukan penelaahan pada Kantor Wilayah
DJPB.
3. Satker menyampaikan Konsep DIPA (kepada Direktorat PA
untuk DIPA Pusat dan ke Kanwil DJPB untuk DIPA lainnya)
maka dilakukan Penelaahan “konsep” DIPA satker. Penelaahan
163
tersebut untuk memeriksa kesesuaian konsep DIPA satker
dengan Perpres RABPP dan Peraturan terkait penyusunan,
penelaahan, pengesahan dan revisi DIPA. Setelah semua sesuai
maka Dirjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA Pusat dan
Kanwil DJPB a.n Menkeu mengesahkan DIPA selain Kantor
Pusat K/L yang berlokasi di Jakarta.
4. Apabila dalam pelaksanaan penelaahan DIPA ada yang tidak
sesuai dengan berbagai kriteria diatas maka Direktorat
Pelaksanaan Anggaran (PA)/ Kanwil DJPB akan menerbitkan
surat pengembalian konsep DIPA untuk segera diperbaiki oleh
satker untuk ditelaah kembali. Namun Ditjen Perbendaharaan
juga dapat melakukan berbagai penyesuaian sesuai dengan
kewenangan yang diberikan seperti dalam hal koreksi
administratif antara lain kode kantor bayar, kode kewenangan
penyesuaian dengan kaidah akuntansi.
Rincian Proses :
a. (ASUMSI PERPRES DI DJA) Setelah DJA menetapkan Perpres
dan diinput dalam hyperion kemudian data tersebut disampaikan
ke ERP (Oracle) sebagai database dari DJPB. Data di ERP
(Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi Perekaman Subdit
Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal appropriation.
Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman Subdit Dabantek
dilakukan approval dan diteruskan kepada Kepala Subdit
Dabantek untuk approval (berjenjang). DJA juga mengirimkan
hardcopy Perpres sebagai dokumen formal untuk dasar
penerbitan SP DIPA.
b. Setelah itu data secara otomatis diterima oleh pelaksana Subdit
Teknis/Bidang PA Kanwil DJPB masing-masing serta dilakukan
persiapan penelaahan dengan membuat dan menyampaikan
pemberitahuan jadwal penelaahan bersama dengan petugas dari
K/L. Sedangkan untuk penelaahan di Kanwil DJPB, setelah
dilakukan posting untuk jurnal appropriation maka Direktur PA
164
membuat cover letter Perpres Rincian Alokasi APBN sebagai
dasar formal penelaahan DIPA.
c. Hardcopy Perpres diterima Subdit Dabantek PA untuk dilakukan
pemilahan masing-masing BA dan K/L. Pelaksana Subdit
Dabantek (Bagian Perekaman Data) juga melakukan pencocokan
data antara hardcopy dan database untuk memastikan bahwa
kedua data tidak berbeda (diusulkan alternative lain yaitu tidak
diperlukan pencocokan antara hardcopy dan database dengan
asumsi hardcopy hasil cetakan dari database). Apabila terjadi
data yang berbeda maka akan disampaikan pemberitahuan
kepada DJA untuk mendapatkan kepastian data yang benar.
Setelah data antara hardcopy dan softcopy dinyatakan sama akan
disampaikan kepada Kepala Seksi dan Kasubdit Dabantek untuk
dilakukan disposisi dan diteruskan kepada Subdit Teknis Dit PA
jika pembahasan di kantor pusat dan diteruskan kepada Kanwil
DJPB untuk DIPA selain kantor pusat K/L di Jakarta melalui
Subdit Teknis Dit PA.
d. Setelah terbentuk jurnal appropriation maka data sudah dapat
digunakan sebagai dasar penelaahan. Surat pemberitahuan
jadwal penelaahan diparaf oleh Kepala Seksi dari Subdit
Teknis/Bidang PA Kanwil dengan terlebih dahulu melakukan
pengecekan pagu per satker dan selanjutnya disampaikan kepada
Kepala Subdit/Bidang PA untuk diteruskan kepada Direktur
PA/Kepala Kanwil DJPB untuk diparaf/ditandatangani.
e. Setelah surat pemberitahuan penelaahan diterima berikut dengan
jadwal penelaahan maka satker yang diwakili oleh pejabat
eselon III beserta staf melaksanakan penelaahan. Dokumen
sumber yang digunakan berdasarkan data Perpres dengan
menggunakan peraturan yang berlaku (Permenkeu) untuk
menerbitkan Surat Pengesahan DIPA.
f. Pelaksanaan penelaahan bersama pejabat eselon III dan IV serta
staf Dit PA. Pejabat eselon III baik dari K/L maupun DJPB pada
165
umumnya hadir untuk acara pendahuluan yaitu pemaparan
sekilas kemudian untuk penelaahan yang bersifat teknis akan
dilakukan oleh pejabat eselon IV beserta masing-masing staf.
g. Satker memberikan data dan hardcopy konsep DIPA yang
dicetak dari aplikasi satker. Data tersebut diupload dalam
database ERP. Dari data yang disampaikan oleh satker maka
akan diketahui dalam database ERP komponen apa saja yang
tidak sesuai (validasi). Apabila terjadi perbedaan maka data
konsep DIPA yang digunakan diambil dari ERP oleh pelaksana
Subdit Teknis Dit PA. Setelah proses upload selesai maka data
tersebut diteruskan kepada Kepala Seksi dan Kepala Subdit
Teknis untuk dilakukan approval. (Dokumen konsep DIPA
dikembalikan untuk diperbaiki oleh Satker).
h. Dokumen DIPA hasil penelaahan diterbitkan Surat
Pengesahannya untuk diparaf oleh Kepala Seksi Dit
Teknis/Bidang PA Kanwil DJPB dan diteruskan kepada
Kasubdit/Kabid PA untuk diparaf dan selanjutnya
ditandatangani oleh Dirjen Perbendaharaan/Kepala Kanwil
DJPB.
i. Hasil penelaahan dalam database ERP dibuat posting untuk
jurnal allotment oleh pelaksana Subdit Teknis Dit PA/Bidang
PA Kanwil DJPB dan diapprove oleh Kepala Seksi dan Kasubdit
Teknis / Kabid PA Kanwil DJPB.
Proses aplikasi jika ada blokir (alternatif selain menggunakan
budget code) :
Blokir dari DJA
1. Pada saat data hyperion diinterface ke database ERP maka
sudah ada pemisahan antara alokasi yang dapat digunakan
dan yang masih diblokir. Alokasi yang diblokir akan
menggunakan data tersendiri namun bukan menggunakan
budget code yang berbeda.
166
2. Pelaksana Seksi Perekaman Data Subdit Dabantek membuat
posting jurnal appropriation atas data alokasi yang langsung
dapat digunakan dan jurnal blocking untuk alokasi yang
masih diblokir.
3. Proses berikutnya pengesahan DIPA (hardcopy).
Blokir oleh DJPB
1. Pelaksana Seksi Teknis Subdit PA/Kanwil DJPB menerima
notifikasi dari Dabantek bahwa alokasi untuk satker tertentu
sudah dibuat jurnal appropriation sehingga sudah dapat
dilakukan proses penelaahan.
2. Berdasarkan hasil penelaahan bersama dengan satker maka
apabila terdapat alokasi yang diblokir oleh DJPB akan dibuat
jurnal blocking.
3. Setelah selesai penelaahan pelaksana subdit Dabantek/Bagian
Umum Kanwil DJPB melakukan posting jurnal allotment
untuk alokasi yang dapat digunakan dan jurnal blocking
untuk alokasi yang diblokir.
4. Jurnal blocking mempunyai fungsi yang mirip dengan
encumbrance untuk alokasi yang kegiatannya dilaksanakan
secara kontraktual.
5. Proses selanjutnya pengesahan DIPA (hardcopy).
Process ID B.1.b
Process Name Penerbitan DIPA Sementara
Objective Pengesahan DIPA Sementara
Input Process Konsep Mekanisme Pengesahaan DIPA
Output Process Pengesahan DIPA pada kantor Pusat DJPB dan Kantor Wilayah
167
DJPB
Major Data
Input
UU APBN, Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP)
Major Data
Output
DIPA biasa/ DIPA Tahunan K/L
Department/Key
User
DJA, Dit PA DJPBN, Kanwil DJPBN, dan KPPN
Controls Deadlines :
1 hari setelah seluruh dokumen kelengkapan diterima dan benar
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010
5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum
6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah
7. Perpres Nomor 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2010
8. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010
9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2010
10. PMK Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan
dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian
Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011
168
11. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan
Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan
Kemiskinan
Frequency Tahunan
SOP Reference SOP Direktorat Pelaksanaan Anggaran
SOP Bidang Pelaksanaan Anggaran Kanwil DJPB
Process
Description and
Special Rules
1. DJA mengirimkan Perpres RABPP Kepada Dit PA/Kanwil
Ditjen PB (hard copy) termasuk database yang langsung
diterima DJPB sehingga mendahului hardcopynya.
2. Proses penerbitan SP DIPA Sementara tidak dilakukan melalui
proses penelaahan karena satker K/L belum menyampaikan
“konsep” DIPA sampai batas waktu yang telah ditentukan
sehingga DJPB mengambil langkah antisipasi agar pelaksanaan
kegiatan khususnya operasional dan pembayaran belanja
pegawai tidak terlambat.
3. Pada DIPA Kantor Pusat (KP) yang berlokasi di Jakarta akan
dilakukan penerbitan SP DIPA di Direktorat PA, sedangkan
untuk DIPA lainnya akan dilakukan pengesahan pada Kantor
Wilayah Ditjen Perbendaharaan (Kanwil DJPB).
4. Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi
Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal
appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman Subdit
Dabantek dilakukan approval dan diteruskan kepada Kepala
Subdit Dabantek untuk approval (berjenjang).
5. Dengan terbentuknya jurnal appropriation maka data sudah
dapat digunakan sebagai dasar penerbitan SP DIPA Sementara.
Setelah itu data dikirim kepada pelaksana Subdit Teknis masing-
masing untuk dilakukan persiapan penerbitan SP DIPA dengan
membuat DIPA secara langsung yang ditandatangani oleh
Direktur PA untuk DIPA Kantor Pusat dan Kabid PA di Kanwil
169
DJPB.
6. Pelaksana Subdit Teknis Dit PA/Bidang PA Kanwil DJPB
terlebih dahulu melakukan pengecekan pagu per satker.
Kemudian dilakukan pemblokiran alokasi belanja terkecuali
untuk belanja pegawai dan operasional sehari-hari perkantoran.
Selanjutnya disampaikan kepada Kepala Seksi dan Kepala
Subdit untuk dilakukan approval serta diteruskan kepada
Direktur PA untuk ditandatangani pada hardcopy DIPA
Sementara.
7. Langkah berikutnya Direktur PA akan melihat alokasi pagu
masing-masing satker dan apabila telah sesuai maka
disampaikan konsep SP DIPA satker yang telah ditandatangani
tersebut atas nama Dirjen Perbendaharaan. Konsep SP DIPA
Sementara yang telah ditandatangani diteruskan kepada Dirjen
Perbendaharaan untuk dilakukan penandatanganan SP DIPA.
8. Kemudian pelaksana subdit Teknis Dit PA / Bidang PA Kanwil
DJPB akan melakukan posting jurnal allotment dan diapprove
oleh Kepala Seksi dan Kepala Subdit Teknis Dit PA / Bidang
PA Kanwil DJPB.
9. Selanjutnya oleh Subdit Dabantek DIPA yang sudah
ditandatangani oleh Direktur PA disampaikan ke Dirjen
Perbendaharaan untuk penandatanganan SP DIPA Sementara.
10. SP DIPA Sementara yang telah diterbitkan tersebut menjadi
dasar pencairan dana pada kegiatan yang sudah dapat
direncanakan namun hanya belanja pegawai dan kebutuhan
sehari-hari perkantoran (kegiatan lain diblokir).
11. Langkah selanjutnya DIPA sementara tersebut dikirim ke KPPN
dan satker sebagai dasar pelaksanaan pembayaran.
Process ID B.1.c
170
Process Name Penerbitan SP DIPAVote An Account
Objective Pengesahan DIPAVote An Account
Input Process Konsep Mekanisme Penelaahan dan Pengesahaan DIPA
Output Process Pengesahan DIPA
Major Data
Input
RKA-KL
Major Data
Output
DIPA VoA
Department/Key
User
DJA, Dit PA DJPB, Kanwil DJPB, dan KPPN
Controls Deadlines :
1 hari setelah seluruh dokumen kelengkapan diterima dan benar
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
4. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum
5. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah
6. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan
Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan
Kemiskinan
7. PMK Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan
dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian
Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011
Frequency Apabila DPR/legislatif tidak mengesahkan APBN sampai batas
waktu yang ditentukan
SOP Reference SOP Direktorat Pelaksanaan Anggaran
Process
Description and
Special Rules
1. Penyampaian data kertas kerja RKA-KL menggunakan pagu
sementara dari modul Budget Preparation di hyperion
171
kemudian ditransfer ke Manajemen DIPA di ERP. Bahan
pertimbangan dalam penyusunan kertas kerja RKA-KL adalah
alokasi yang digunakan maksimal sebesar alokasi tahun
sebelumnya.
2. Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi
Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal
appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman
Subdit Dabantek dilakukan approval dan diteruskan kepada
Kepala Subdit Dabantek untuk approval (berjenjang).
3. Setelah itu data dikirim kepada pelaksana Subdit Teknis
masing-masing untuk dilakukan persiapan pencetakan DIPA
VoA. Sedangkan untuk proses di Kanwil DJPB setelah
dilakukan posting untuk jurnal appropriation oleh Subdit
Dabantek Dit PA, maka Direktur PA menandatangani cover
letter untuk dikirimkan ke masing-masing Kanwil sehingga
data yang diterima dapat diproses.
4. Penerbitan DIPA VoA menggunakan mekanisme yang hampir
sama dengan penerbitan SP DIPA Sementara yaitu satker tidak
perlu melakukan penelaahan dengan DJPB karena pagu yang
digunakan masih belum final. Apabila pagu final sudah
ditetapkan dengan Perpres Rincian Alokais APBN maka akan
dilakukan revisi DIPA VoA yang dilaksanakan dengan
penelaahan bersama antara satker dan DJPB.
5. Hardcopy Perpres Rincian Alokasi APBN tahun sebelumnya
dikumpulkan oleh Pelaksana Subdit Teknis PA untuk dilakukan
pemilahan masing-masing BA dan K/L. Pelaksana Subdit
Teknis Dit PA melakukan pencocokan alokasi pagu per satker
antara hardcopy Perpres Rincian Alokasi APBN tahun
sebelumnya dan hasil cetakan kertas kerja RKA-KL dari
database yang sudah dalam bentuk konsep DIPA untuk
memastikan bahwa alokasi pada konsep DIPA tidak melebihi
alokasi yang tercantum dalam Perpres Rincian APBN. Apabila
172
terjadi data yang berbeda maka akan disampaikan
pemberitahuan kepada DJA untuk dilakukan penyesuaian data
sesuai dengan Perpes Rincian Alokasi APBN tahun
sebelumnya.
6. Setelah data antara kertas kerja RKA-KL disesuaikan dengan
Perpres oleh DJA maka akan disampaikan kembali ke DJPB
dan ditransfer ke dalam database ERP.
7. Demikian data kertas kerja RKA-KL sudah didalam ERP maka
oleh pelaksana Subdit Teknis Dit PA akan dilakukan
pemblokiran terhadap belanja pada kegiatan di luar keperluan
belanja pegawai dan operasional. Data yang sudah diinput oleh
pelaksana akan diteruskan kepada Kepala Seksi dan Kasubdit
Teknis Dit PA untuk dilakukan approval.
8. Setelah dilakukan approval oleh Kepala Seksi dan Kasubdit
Teknis maka konsep DIPA dicetak dan diparaf untuk diteruskan
kepada Direktur PA. Direktur PA melakukan pengecekan pagu
per satker pada database, apabila tidak sesuai dikembalikan
kepada Subdit masing-masing untuk diperbaiki. Apabila sudah
sesuai maka DIPA akan ditandatangani oleh Direktur PA dan
disampaikan kepada Subdit Dabantek untuk dibuat jurnal
allotment oleh pelaksana yang diapprove Kepala Seksi dan
Kepala Subdit Teknis PA / Bidang PA Kanwil DJPB.
9. Subdit Dabantek / Bidang Umum Kanwil DJPB kemudian
mengirimkan DIPA VoA untuk penandatanganan SP oleh
Dirjen Perbendaharaan / Kepala Kanwil DJPB.
10. Kemudian Dit PA/Kanwil DJPB mengirimkan DIPA tersebut
kepada satker dan KPPN setempat.
Process ID B.1.d
Process Name Penerbitan DIPA BUN yang Dikelola Kementerian Keuangan
Objective Proses penelahan dan pengesahan DIPA
173
Input Process Konsep Mekanisme Pengesahaan dan Penelaahan DIPA,
Output Process Penelaahan dan Pengesahan DIPA pada kantor Pusat DJPB
Major Data
Input
UU APBN, Perpres Rincian Alokasi APBN, Konsep DIPA BUN
Major Data
Output
DIPA BUN
Department/Key
User
DJA, Dit PA DJPB, KPPN dan Satker.
Controls Deadlines :
1 hari setelah seluruh dokumen kelengkapan diterima dan benar
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010
5. PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah
7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010
8. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2010
Frekuensi Tahunan
SOP Reference SOP Direktorat Pelaksanaan Anggaran
SOP Bidang Pelaksanaan Anggaran Kanwil DJPB
Process
Description and
1. Setelah proses penganggaran dari Budget Preparation (BP)
174
Special Rules selesai maka DJA mengirimkan Perpres Rincian Alokasi APBN
di hyperion ke database MoSA (Manajemen of Spending
Authority)/Manajemen DIPA dalam sistem ERP pada Ditjen
Perbendaharaan. Apabila belum memungkinkan diterbitkannya
Perpres maka dalam proses pengesahan dokumen DIPA BUN
khususnya untuk dana transfer dapat menggunakan Permenkeu
yang saat ini diterbitkan oleh DJPK.
2. Berdasarkan perpres tersebut akan dilakukan penelaahan sesuai
dengan peraturan yang berlaku untuk menerbitkan DIPA BUN.
Karena dalam menyusun konsep DIPA BUN sudah
menggunakan aplikasi dan data dari ERP maka penelaahan yang
dilakukan sedikit berbeda dari yang dilaksanakan untuk DIPA
K/L biasa yang menggunakan aplikasi satker. Hal ini disebabkan
karena dalam aplikasi ERP data yang digunakan adalah sama
sehingga kemungkinan perubahan data sangat kecil.
3. Khusus untuk penyusunan dokumen DIPA BA BUN lingkup
Kementerian Keuangan, tiap PA/KPA diberikan akses untuk
menggunakan aplikasi ERP sehingga mulai dari penyusunan
konsep DIPA sampai perbaikan data dilakukan di ERP bukan
menggunakan aplikasi satker.
4. Terdapat dua perbedaan mendasar dalam penerbitan SP DIPA
BUN yaitu DIPA BUN yang disusun dengan mekanisme yang
sama pada DIPA K/L biasa dan DIPA BUN yang karena sifat
alokasi dananya masih belum memiliki rincian sehingga proses
penerbitan SP DIPAnya menunggu rincian tersebut.
5. DIPA BUN (selain DIPA Dana Transfer) yang memiliki
mekanisme sama dengan DIPA K/L biasa sebagai berikut :
a. (ASUMSI PERPRES DI DJA) Setelah DJA menetapkan
Perpres dan diinput dalam hyperion kemudian data tersebut
disampaikan ke ERP (Oracle) sebagai database dari DJPB.
Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi
Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal
175
appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman
Subdit Dabantek dilakukan approval dan diteruskan kepada
Kepala Subdit Dabantek untuk approval (berjenjang). DJA
juga mengirimkan hardcopy Perpres sebagai dokumen formal
untuk dasar penerbitan SP DIPA.
b. Setelah itu data dikirim kepada pelaksana Subdit Teknis
masing-masing untuk dilakukan persiapan penelaahan dengan
membuat dan menyampaikan pemberitahuan jadwal
penelaahan bersama dengan pejabat/petugas dari unit
pengelola DIPA BUN.
c. Hardcopy Perpres diterima Subdit Dabantek PA untuk
dilakukan pemilahan masing-masing unit eselon I pengelola
BUN. Pelaksana Subdit Dabantek (Bagian Perekaman Data)
juga melakukan pencocokan data antara hardcopy dan
database untuk memastikan bahwa kedua data tidak berbeda.
Apabila terjadi data yang berbeda maka akan disampaikan
pemberitahuan kepada DJA untuk mendapatkan kepastian
data yang benar. Setelah data antara hardcopy dan softcopy
dinyatakan sama akan disampaikan kepada Kepala Seksi dan
Kasubdit Dabantek untuk dilakukan disposisi dan diteruskan
kepada Subdit Teknis Dit PA.
d. Setelah terbentuk jurnal appropriation maka data sudah dapat
digunakan sebagai dasar penelaahan. Surat pemberitahuan
jadwal penelaahan diparaf oleh Kepala Seksi dari Subdit
Teknis dengan terlebih dahulu melakukan pengecekan pagu
per satker dan selanjutnya disampaikan kepada Kepala Subdit
untuk diteruskan kepada Direktur PA untuk ditandatangani.
e. Setelah surat pemberitahuan penelaahan diterima berikut
dengan jadwal penelaahan maka unit pengelola BUN yang
diwakili oleh pejabat eselon III beserta staf melaksanakan
penelaahan. Dokumen sumber yang digunakan berdasarkan
data Perpres dengan menggunakan peraturan yang berlaku
176
(Permenkeu) untuk menerbitkan Surat Pengesahan DIPA.
f. Pelaksanaan penelaahan dilakukan oleh staf dan pejabat
eselon III dan IV unit pengelola BUN serta pejabat dan staf
Dit PA. Pejabat eselon III baik dari unit pengelola BUN
maupun DJPB pada umumnya hadir untuk acara pendahuluan
yaitu pemaparan sekilas, kemudian pada saat proses
penelaahan yang bersifat teknis akan dilakukan oleh pejabat
eselon IV beserta masing-masing staf.
g. Pada saat penelaahan unit pengelola BUN/Satker
menyampaikan Konsep DIPA kepada Direktorat PA maka
dilakukan Penelaahan “konsep” DIPA satker (lebih bersifat
konfirmasi). Penelaahan tersebut untuk melihat kesesuaian
konsep DIPA dengan tugas DJPB sebagai Kuasa BUN antara
lain penentuan kode KPPN. Setelah semua sesuai maka
Dirjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA BUN a.n
Menkeu.
h. Proses yang dilakukan unit pengelola BUN yaitu
menggunakan data di ERP untuk dilakukan penyesuaian dan
kemudian dicetak konsep DIPA BUN.
- Setelah data Kertas Kerja RKA-KL BA-BUN ditelaah di
DJA dan mendapat persetujuan dari DPR ditetapkan
dalam Perpres Rincian APBN maka pelaksana Teknis di
satker BUN mentransfer data Kertas Kerja dari aplikasi
satker ke dalam format DIPA dalam aplikasi ERP
(asumsi satker BUN tidak mendapat aplikasi hyperion).
- Kertas kerja tersebut akan dilakukan approval oleh
Kepala Seksi dan Kepala Subdit dan dicetak hardcopy
“konsep” DIPA.
- Hardcopy „konsep” DIPA disampaikan kepada Direktur
untuk diparaf dan ditandatangani an PA/KPA BUN
bersangkutan.
177
- Setelah jadwal penelaahan diterima dari Dit PA DJPB
maka staf dan pejabat eselon IV dan III satker BUN
menyampaikan hardcopy “konsep” DIPA untuk proses
“penelaahan” bersama staf dan pejabat Dit PA (eselon III
dan IV).
6. DIPA BUN khusus Dana Transfer Dana Bagi Hasil penetapan
SP DIPAnya sebagai berikut :
a. ASUMSI PERPRES OLEH DJA. Setelah UU APBN
disahkan maka alokasi masih belum dirinci sehingga perlu
ditetapkan dalam dokumen sebagai penjabaran APBN yaitu
Perpres Rincian Alokasi APBN atau Permenkeu.
b. Asumsi bahwa semua rincian alokasi APBN menggunakan
Perpres yang ditetapkan melalui DJA maka setelah data
rincian diperoleh (dilakukan dalam mekanisme budget
preparation) akan dimasukkan ke database hyperion dan
selanjutnya akan terhubung dengan database ERP di DJPB
dan DJPK karena unit pengelola BUN di Kemenkeu
diberikan akses terhadap ERP.
c. Data rincian baru alokasi DBH per daerah penerima
diperoleh setelah tahun anggaran baru berjalan sehingga
DIPA DBH disahkan paling cepat bulan Februari. Hal ini
merupakan salah satu perbedaan mendasar dalam proses
pengesahan DIPA DBH dengan DIPA lainnya.
d. Proses selanjutnya dalam penelaahan sama dengan DIPA K/L
lainnya yang dilakukan di Kantor Pusat DJPB (Dit PA).
e. Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi
Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal
appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman
Subdit Dabantek dilakukan approval dan diteruskan kepada
Kepala Subdit Dabantek untuk approval (berjenjang). DJA
juga mengirimkan hardcopy Perpres sebagai dokumen formal
178
untuk dasar penerbitan SP DIPA.
f. Proses yang dilakukan DJPK yaitu menggunakan data di ERP
untuk dilakukan penyesuaian dan kemudian dicetak konsep
DIPA DBH.
g. Setelah itu data dikirim kepada pelaksana Subdit Teknis
masing-masing untuk dilakukan persiapan penelaahan dengan
membuat dan menyampaikan pemberitahuan jadwal
penelaahan bersama dengan pejabat/petugas dari unit
pengelola DIPA BUN.
h. Hardcopy Perpres/Permenkeu diterima Subdit Dabantek PA
untuk dilakukan pemilahan masing-masing unit eselon I
pengelola BUN. Pelaksana Subdit Dabantek (Bagian
Perekaman Data) juga melakukan pencocokan data antara
hardcopy dan database untuk memastikan bahwa kedua data
tidak berbeda. Apabila terjadi data yang berbeda maka akan
disampaikan pemberitahuan kepada DJA untuk mendapatkan
kepastian data yang benar. Setelah data antara hardcopy dan
softcopy dinyatakan sama akan disampaikan kepada Kepala
Seksi dan Kasubdit Dabantek untuk dilakukan disposisi dan
diteruskan kepada Subdit Teknis Dit PA.
i. Setelah terbentuk jurnal appropriation maka data sudah dapat
digunakan sebagai dasar penelaahan. Surat pemberitahuan
jadwal penelaahan diparaf oleh Kepala Seksi dari Subdit
Teknis dengan terlebih dahulu melakukan pengecekan pagu
per satker dan selanjutnya disampaikan kepada Kepala Subdit
untuk diteruskan kepada Direktur PA untuk ditandatangani.
j. Setelah surat pemberitahuan penelaahan diterima berikut
dengan jadwal penelaahan maka unit pengelola BUN yang
diwakili oleh pejabat eselon III beserta staf melaksanakan
penelaahan. Dokumen sumber yang digunakan berdasarkan
data Perpres dengan menggunakan peraturan yang berlaku
(Permenkeu) untuk menerbitkan Surat Pengesahan DIPA.
179
k. Pelaksanaan penelaahan dilakukan oleh pejabat eselon III dan
IV unit pengelola BUN serta pejabat dan staf Dit PA. Pejabat
eselon III baik dari unit pengelola BUN maupun DJPB pada
umumnya hadir untuk acara pendahuluan yaitu pemaparan
sekilas, kemudian pada saat proses penelaahan yang bersifat
teknis akan dilakukan oleh pejabat eselon IV beserta masing-
masing staf.
i. Pada saat penelaahan unit pengelola BUN/Satker
menyampaikan Konsep DIPA kepada Direktorat PA maka
dilakukan Penelaahan “konsep” DIPA satker (lebih bersifat
konfirmasi). Penelaahan tersebut untuk melihat kesesuaian
konsep DIPA dengan tugas DJPB sebagai Kuasa BUN antara
lain penentuan kode KPPN. Setelah semua sesuai maka
Dirjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA BUN a.n
Menkeu.
j. Proses yang dilakukan unit pengelola BUN yaitu
menggunakan data di ERP untuk dilakukan penyesuaian dan
kemudian dicetak konsep DIPA BUN.
- Setelah data Kertas Kerja RKA-KL BA-BUN ditelaah di
DJA dan mendapat persetujuan dari DPR ditetapkan
dalam Perpres Rincian APBN maka pelaksana Teknis di
satker BUN mentransfer data Kertas Kerja dari aplikasi
satker ke dalam format DIPA dalam aplikasi ERP
(asumsi satker BUN tidak mendapat aplikasi hyperion).
- Kertas kerja tersebut akan dilakukan approval oleh
Kepala Seksi dan Kepala Subdit dan dicetak hardcopy
“konsep” DIPA.
- Hardcopy „konsep” DIPA disampaikan kepada Direktur
untuk diparaf dan ditandatangani an PA/KPA BUN
bersangkutan.
180
PENJELASAN DETAIL FUTURE BISNIS PROSES MANAJEMEN DIPA
REVISI DIPA
Process ID B.2.a
Process Name Revisi Karena Perubahan Rincian Alokasi APBN
Objective Proses Penjelasan Revisi DIPA karena Perubahan Rincian Alokasi
APBN
Input Process Pada masing-masing submodul,
Konsep Mekanisme Penelaahan dan Pengesahan DIPA,
Output Process Pengesahan Revisi DIPA Kewenangan DJA, Pengesahan Revisi
DIPA Kewenangan DJPB,
Major Data
Input
UU APBN, Perpres Rincian Alokasi APBN
Major Data
Output
DIPA, Revisi DIPA,
Department/Key
User
DJA, Dit PA DJPB, Kanwil DJPB, KPPN, Satker.
Controls Deadlines :
1 hari kerja
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010
5. UU Nomor 2 Tahun 2010 tentang Perubahan atas UU No. 47
Tahun 2009 tentang APBN TA 2010
6. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum
7. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah
181
8. Perpres Nomor 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2010
9. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010
10. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan
Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan
Kemiskinan
11. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2010
12. PMK Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan
dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian
Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011
13. PMK Nomor 180/PMK.02/2010 tentang Perubahan atas PMK
Nomor 69/PMK.02/2010 tentang Tata Cara Revisi Anggaran
TA 2010
Frequency Sesuai kebutuhan satker dan berdasarkan kebijakan pemerintah
untuk perubahan Perpres Rincian APBN atau perubahan pagu
berdasarkan APBN-P
SOP Reference SOP Direktorat PA
SOP Subdit PA Kanwil DJPB
Process
Description and
Special Rules
1. Revisi DIPA yang merubah Rincian Alokasi APBN
merupakan usulan satker, kemudian satker mengusulkan
revisi Rincian Alokasi APBN ke sekjen kementerian masing-
masing. Namun perubahan tersebut dapat juga disebabkan
panambahan pagu APBN berdasarkan kebijakan pemerintah
dan DPR untuk tujuan tertentu antara lain memacu
pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan.
182
2. Apabila perubahan disebabkan oleh satker (K/L) maka
Sekjen masing-masing K/L mengusulkan revisi kertas kerja
RKA-KL yang dihimpun menjadi RKA-KL ke DJA dan di
DJA diproses sesuai peraturan penyusunan, penelaahan,
pengesahan dan revisi Rincian Alokasi APBN.
3. Namun apabila perubahan karena inisiatif pemerintah dan
DPR alur mekanismenya bersifat top down yaitu K/L akan
menerima sejumlah alokasi baru bagi masing-masing
satkernya untuk melaksanakan suatu program tertentu.
4. Berikutnya setelah proses pada Budget Preparation selesai
maka dimulailah proses pada Manajemen DIPA. Proses
Revisi DIPA yang disebabkan karena perubahan Rincian
Alokasi APBN dimulai setelah DJA mengirimkan Perpres ke
DJPB melalui Manajemen DIPA. Setelah Satker
mengirimkan konsep DIPA maka kanwil DJPB melakukan
penelaahan konsep DIPA.
5. Penerapan konsep let the manager manages menyebabkan
fleksibilitas bagi satker untuk melakukan penyesuaian
rincian kegiatan sepanjang tidak merubah jenis belanja dan
alokasi kegiatan pada Perpres Rincian Alokasi APBN.
6. Penelaahan dilakukan untuk menilai kesesuaian konsep
DIPA satker dengan Perpres Rincian Alokasi APBN atau
peraturan lainnya. Ketika semua sudah sesuai maka Kanwil
DJPB melakukan pengesahan DIPA dan mengirimkan DIPA
revisi ke satker.
7. Mekanisme selanjutnya sama dengan penelaahan dan
pengesahan DIPA yaitu :
- Penyampaian data kertas kerja RKA-KL menggunakan
pagu sementara dari modul Budget Preparation di
hyperion kemudian ditransfer ke Manajemen DIPA di
ERP. Bahan pertimbangan dalam penyusunan kertas
183
kerja RKA-KL adalah alokasi yang digunakan maksimal
sebesar alokasi tahun sebelumnya.
- Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi
Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting
jurnal appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi
Perekaman Subdit Dabantek dilakukan approval dan
diteruskan kepada Kepala Subdit Dabantek untuk
approval (berjenjang).
- Setelah itu data dikirim kepada pelaksana Subdit Teknis
masing-masing untuk dilakukan persiapan pencetakan
DIPA VoA sedangkan untuk proses di Kanwil DJPB
setelah dilakukan posting untuk jurnal appropriation
maka Direktur PA melakukan approval dan data siap
diterima oleh masing-masing Kanwil DJPB.
- Penerbitan DIPA VoA menggunakan mekanisme yang
hampir sama dengan penerbitan SP DIPA Sementara
yaitu satker tidak perlu melakukan penelaahan dengan
DJPB karena pagu yang digunakan masih belum final.
Apabila pagu final sudah ditetapkan dengan Perpres
Rincian Alokais APBN maka akan dilakukan revisi
DIPA VoA yang dilaksanakan dengan penelaahan
bersama antara satker dan DJPB.
- Hardcopy Perpres Rincian Alokasi APBN tahun
sebelumnya dikumpulkan oleh Pelaksana Subdit Teknis
PA untuk dilakukan pemilahan masing-masing BA dan
K/L. Pelaksana Subdit Teknis Dit PA melakukan
pencocokan alokasi pagu per satker antara hardcopy
Perpres Rincian Alokasi APBN tahun sebelumnya dan
hasil cetakan kertas kerja RKA-KL dari database yang
sudah dalam bentuk konsep DIPA untuk memastikan
bahwa alokasi pada konsep DIPA tidak melebihi alokasi
yang tercantum dalam Perpres Rincian APBN. Apabila
184
terjadi data yang berbeda maka akan disampaikan
pemberitahuan kepada DJA untuk dilakukan penyesuaian
data sesuai dengan Perpes Rincian Alokasi APBN tahun
sebelumnya.
- Setelah data antara kertas kerja RKA-KL disesuaikan
dengan Perpres oleh DJA maka akan disampaikan
kembali ke DJPB dan ditransfer ke dalam database ERP.
- Demikian data kertas kerja RKA-KL sudah didalam ERP
maka oleh pelaksana Subdit Teknis Dit PA akan
dilakukan pemblokiran terhadap belanja pada kegiatan di
luar keperluan belanja pegawai dan operasional. Data
yang sudah diinput oleh pelaksana akan diteruskan
kepada Kepala Seksi dan Kasubdit Teknis Dit PA untuk
dilakukan approval.
- Setelah dilakukan approval oleh Kepala Seksi dan
Kasubdit Teknis maka konsep DIPA dicetak dan diparaf
untuk diteruskan kepada Direktur PA. Direktur PA
melakukan pengecekan pagu per satker pada database,
apabila tidak sesuai dikembalikan kepada Subdit masing-
masing untuk diperbaiki. Apabila sudah sesuai maka
DIPA akan ditandatangani oleh Direktur PA dan
disampaikan kepada Subdit Dabantek untuk dibuat jurnal
allotment oleh pelaksana yang diapprove Kepala Seksi
Perekaman dan Kasubdit Dabantek PA.
- Subdit Dabantek kemudian mengirimkan DIPA VoA
untuk penandatanganan SP oleh Dirjen Perbendaharaan.
- Kemudian Dit PA/kanwil DJPBN mengirimkan DIPA
tersebut kepada satker dan KPPN setempat.
Process ID B.2.b
Process Name Virement Tanpa Perubahan Rincian Alokasi APBN
185
Objective Proses Penjelasan Virement DIPA Kewenangan DJPB
Input Process Pada masing-masing submodul,
Konsep Mekanisme Pengesahaan dan Penelaahan DIPA,
Output Process Pengesahan DIPA R tanpa perubahan Rincian Alokasi APBN
Major Data
Input
UU APBN, Perpres Rincian Alokasi APBN, Konsep DIPA.
Major Data
Output
DIPA Revisi
Department/Key
User
Dit PA DJPB, Kanwil DJPB, KPPN, Satker.
Controls Deadlines :
1 hari kerja
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010
5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum
6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah
7. Perpres Nomor 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2010
8. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010
9. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan
Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan
186
Kemiskinan
10. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2010
Frequency Sesuai kebutuhan satker
SOP Reference SOP Kanwil DJPB
Process
Description and
Special Rules
1) Proses dilakukan berdasarkan kewenangan DJPB untuk
pengesahan perubahan/virement DIPA
2) Konsep fleksibilitas dari satker yang ditandai dengan penerapan
dua digit DIPA menyebabkan virement menjadi lebih sedikit,
namun demikian DJPB diberi kewenangan yang lebih besar
terkait dengan pergeseran belanja operasional baik dalam satu
DIPA maupun antar DIPA (satker) yang tercantum dalam PMK
No. 69 Tahun 2010
3) Satker mengirimkan Permohonan Revisi DIPA kepada Kanwil
DJPB beserta dokumen pendukung dan ADK nya.
4) Kanwil DJPB melakukan penelaahan/penilaian kesesuaian
permohonan dengan peraturan yang ada.
5) Apabila ada yang tidak sesuai dengan peraturan maka Kanwil
DJPB akan mengirimkan surat penolakan atau pengembalian
konsep DIPA kepada satker untuk segera memperbaikinya.
6) Namun apabila ketidak sesuainnya masih dalam wewenang
Kanwil DJPB maka Kanwil dapat melakukan penyesuaian
sesuai kewenanganya misalnya koreksi administratif atas usulan
dimaksud.
7) Setelah semua sesuai dengan peraturan maka Kanwil DJPB
melakukan pengesahan DIPA dan mengirimkan kepada Satker.
Rincian Proses :
a. Satker mengajukan permohonan perubahan DIPA yang
suratnya dikirim ke Kanwil DJPB/Dit PA. ADK dari kertas
187
kerja RKA-KL satker dimasukkan dalam database hyperion oleh
pelaksana subdit teknis Dit PA/Bidang PA Kanwil DJPB.
b. Pelaksana Subdit Teknis/Bidang PA menerima surat dari satker
tersebut untuk dilakukan penelitian apakah permohonan tersebut
merupakan kewenangan DJPB untuk melakukan perubahan.
Apabila ternyata kewenangan berada di DJA maka surat
diteruskan kepada DJA dan memberitahukan kepada satker agar
menindaklanjuti permohonan kepada eselon yang lebih tinggi
dari satker bersangkutan.
c. Apabila usulan perubahan tersebut merupakan kewenangan DJA
maka dibuat konsep surat penerusan revisi oleh pelaksana untuk
diteliti oleh Kepala Seksinya. Setelah selesai diteliti maka
konsep surat diteruskan kepada Kepala Subdit/Bidang untuk
disetujui dan ditandatangani oleh Kepala Kanwil/Direktur PA.
d. Sedangkan apabila perubahan menjadi kewenangan DJPB maka
dibuat disposisi untuk segera melakukan penelaahan konsep
DIPA. Berdasarkan disposisi dari kasubdit/Kepala Bidang PA
bahwa perubahan DIPA merupakan wewenang DJPB maka
segera dilakukan penelaahan bersama dengan pejabat dari satker
dengan jadwal yang fleksibel yaitu tidak harus dibuat jadwal
tertulis seperti penelaahan DIPA awal.
e. Pada saat penelaahan pelaksana Bidang PA/Subdit Teknis akan
mengupload data dari satker untuk dilihat perubahan-perubahan
yang diusulkan oleh satker dan kemudian hasilnya digunakan
sebagai bahan penelaahan. Proses akan dilakukan dengan
berpedoman bahwa pergeseran dititikberatkan untuk belanja
operasional baik antar satker maupun antar jenis belanja
(Permenkeu No. 69 Tahun 2010).
f. Kepala Seksi akan menilai apakah permohonan pergeseran
belanja dapat disetujui dan selanjutnya perubahan tersebut akan
dimasukkan dalam database untuk dilakukan penyesuaian oleh
Pelaksana Bidang PA.
188
g. Kemudian dilakukan approval oleh Kepala Seksi dan Kepala
Bidang di aplikasi hyperion. Data akan dibuat jurnal
appropriation dan diposting oleh pelaksana Seksi Perekaman
Data Subdit Dabantek/Perlengkapan Bidang Umum Kanwil
DJPB. Data tersebut selanjutnya diapprove oleh Kasubdit
Dabantek/Kabag Umum.
h. Setelah proses di hyperion selesai data akan ditransfer secara
“otomatis” ke aplikasi ERP. Pelaksana Bidang PA/Subdit
Teknis Dit. PA menyampaikan kepada Kepala Seksi dan Kepala
Bidang PA/Subdit Teknis untuk dibuat jurnal allotment.
i. Posting jurnal allotement dilakukan oleh pelaksana dan
diapprove oleh Kepala Seksi dan Kabid PA/Kasubdit Teknis Dit
PA.
j. Proses selanjutnya DIPA yang telah direvisi dicetak Surat
Pengesahannya untuk disampaikan kepada Kepala Kanwil
DJPB/Direktur PA untuk disahkan.
k. DIPA yang telah dilakukan perubahan virement disampaikan
kepada KPPN dan Dit PA serta pihak lainnya sesuai dengan
Permenkeu No. 119 Tahun 2009.
Process ID B.2.c
Process Name Revisi Update Pagu DIPA BLU (DIPA Pengesahan)
Objective Proses penjelasan updating yang merupakan kewengan satker
Input Process Pada masing-masing submodul,
Konsep Mekanisme Update/Pengesahaan DIPA
Output Process Updating pagu DIPA Kewenangan satker
Major Data
Input
UU APBN, Perpres Rincian Alokasi APBN, Konsep DIPA Revisi
DIPA R dan ADK
Major Data
Output
DIPA, Revisi DIPA,
Department/Key Dit PA, Kanwil DJPB, KPPN, Satker.
189
User
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010
5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum
6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah
7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010
8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman
Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan
9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2010
10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-43/PB/2010 tentang
Tata Cara Revisi Rencana Bisnis dan Anggaran dan Revisi
DIPA BLU
Frequency Sesuai kebutuhan satker
SOP Reference SOP Kanwil DJPB
Process
Description and
a. Update pagu DIPA BLU dalam ambang batas mekanismenya
sebagai berikut :
190
Special Rules - Pada saat satker mengajukan SPM ke KPPN maka data akan
diupload oleh pelaksana bagian FO ke database ERP. Karena
dalam database sudah dilock bahwa penggunaan alokasi pagu
belanja tidak boleh melebihi appropiration maka sistem akan
menolak sebesar selisih pagu yang ada di database.
- Pelaksana FO akan meneliti apakah satker BLU yang
mengajukan SPM melampirkan data pendukung yaitu
penerimaan PNBP BLU yang melebihi target.
- Setelah dilakukan penelitian oleh pelaksana FO bahwa satker
BLU memiliki bukti penerimaan PNBP BLU yang lebih
besar dari target maka data tersebut akan diteruskan kepada
Kepala Seksi untuk diteruskan kepada Kanwil DJPB.
- Karena realisasi tidak boleh melewati appropriation maka
data penolakan yang berasal dari KPPN tersebut diterima
secara sistem oleh Pelaksana Bagian Umum Kanwil DJPB.
Data tersebut diteruskan kepada pelaksana Bidang PA
Kanwil untuk dilakukan perubahan sesuai dengan ambang
batas dari pagu satker BLU bersangkutan dan diteruskan
kepada Kepala Seksi serta Kepala Bidang PA untuk
dilakukan approval. Proses ini dilakukan pada saat data
diterima sehingga tidak diperlukan waktu yang lama karena
tidak ada proses penelitian.
- Data akan dibuat jurnal allotment baru oleh pelaksana Bidang
PA dan diapprove oleh Kepala Seksi.
- Data akan diteruskan kepada Dit PA untuk dilakukan jurnal
appropriation oleh pelaksana Subdit Dabantek dan diapprove
oleh Kepala Seksi Perekaman Data.
- Database yang berubah tidak harus dibuat hardcopy yang
baru pada saat itu karena satker memiliki kewenangan untuk
melakukan pengeluaran sampai ambang batas. Diusulkan
agar tiap tiga bulan disampaikan updating hardcopy DIPA
kepada Kanwil untuk dibuat pengesahan DIPA.
Alternatif updating jika dilaksanakan oleh KPPN :
191
- Setelah satker menyampaikan SPM pengesahan dan diterima
oleh pelaksana FO KPPN akan diteliti apakah realisasi
penerimaan melebihi besaran alokasi belanja yang
menggunakan sumber dana BLU.
- Kepala Seksi FO KPPN melakukan validasi atas hasil penelitian
dari pelaksana dan meneruskan kepada Seksi MO untuk
dilakukan updating.
- Pelaksana MO KPPN menganalisis antara bukti penerimaan
PNBP BLU dengan pagu dan jika bukti-bukti telah cukup maka
pagu DIPA BLU akan diupdate sesuai dengan realisasi
penerimaan PNBP tersebut.
- Proses tersebut dilanjutkan dengan menyampaikan kepada
Kepala Seksi FO bahwa pagu DIPA BLU satker tertentu telah
dirubah.
- Kepala Seksi akan melakukan validasi dan apabila telah sesuai
akan dilakukan approval.
- Setelah dilakukan approval oleh Kepala Seksi FO data akan
diteuskan kepada Kepala Kantor untuk konfirmasi dan
disampaikan kepada Bidang PA Kanwil DJPB sebagai
notifikasi.
- Apabila proses sudah selesai akan diterbitkan SP2D pengesahan
oleh pelaksana BO KPPN dan diapprove Kepala Seksi.
b. Pengesahan Revisi DIPA BLU Sumber Dana PNBP dalam
Ambang Batas Fleksibilitas (pagu melewati ambang batas dan
terjadi penambahan kegiatan)
- Penggunaan dana yang bersumber dari PNBP BLU sampai
dengan ambang batas fleksibilitas dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan satker.
- Apabila dalam pengajuan SPM Pengesahan terdapat
penambahan kegiatan atau jenis belanja yang berbeda maka
sistem akan memberitahukan bahwa terdapat input data yang
tidak sama dengan database.
192
- Pada saat satker mengajukan SPM ke KPPN maka data akan
diupload oleh pelaksana bagian FO ke database ERP. Karena
dalam database sudah dilock bahwa kegiatan dan jenis
belanja harus sesuai dengan appropiration maka sistem akan
menolak data yang berbeda dari database.
- Pelaksana FO akan meneliti apakah satker BLU yang
mengajukan SPM melampirkan data pendukung yaitu
penerimaan PNBP BLU yang melebihi target.
- Setelah dilakukan penelitian oleh pelaksana FO bahwa satker
BLU memiliki bukti penerimaan PNBP BLU yang lebih
besar dari target maka data tersebut akan diteruskan kepada
Kepala Seksi untuk diteruskan kepada Kanwil DJPB.
- Adanya data penolakan yang berasal dari KPPN tersebut
diterima secara sistem oleh Pelaksana Bagian Umum Kanwil
DJPB. Data tersebut diteruskan kepada pelaksana Bidang PA
Kanwil untuk dilakukan perubahan sesuai dengan ambang
batas dari pagu satker BLU bersangkutan dan diteruskan
kepada Kepala Seksi serta Kepala Bidang PA untuk
dilakukan approval. Proses ini dilakukan pada saat data
diterima sehingga tidak diperlukan waktu yang lama karena
tidak ada proses penelitian.
- Data akan dibuat jurnal allotment baru oleh pelaksana Bagian
Umum Kanwil DJPB dan diapprove oleh Kepala Seksi.
- Data akan diteruskan kepada Dit PA untuk dilakukan jurnal
appropriation oleh pelaksana Subdit Dabantek dan diapprove
oleh Kepala Seksi Perekaman Data. Selanjutnya data akan
ditransfer ke hyperion sebagai bahan penyesuaian data
Perpres Rincian Alokasi dan APBN-P
- Database yang berubah tidak harus dibuat hardcopy pada
saat pengajuan SPM Pengesahan karena satker memiliki
kewenangan untuk melakukan pengeluaran dan perubahan
kegiatan sampai ambang batas.
- Namun untuk menjaga agar data yang ada di sistem sama
193
dengan hardcopy maka satker BLU setiap tiga bulan
mengajukan revisi hardcopy DIPA ke Kanwil DJPB dan akan
diterbitkan DIPA Pengesahan oleh Kanwil DJPB.
c. Revisi pagu DIPA BLU yang melewati ambang batas
mekanismenya sebagai berikut (Sumber Dana PNBP) :
- Satker mengajukan permohonan penggunaan dana DIPA
bersumber dari PNBP BLU yang melewati ambang batas ke
Kanwil DJPB.
- Prosesnya sama dengan revisi DIPA kewenangan DJPB
dengan penambahan proses yaitu satker dapat menggunakan
kegiatan yang baru namun tetap dalam program yang sama
Mekanisme :
- Satker mengajukan permohonan perubahan DIPA yang
suratnya dikirim ke Kanwil DJPB dengan mengajukan konsep
revisi DIPA BLU kepada kanwil DJPB berdasarkan RBA yang
telah direvisi dan ditandatangani oleh K/L
- Kemudian kanwil DJPBN melakukan penelaahan/penyesuaian
dengan pagu dan kaidah akuntansi
- Setelah disetujui kanwil melakukan pengesahan DIPA revisi
BLU dan melaporkan kepada Dit PA DJPB.
- Direktorat Pelaksanaan Anggaran mengirimkan revisi DIPA
BLU ke DJA untuk penyesuaian data appropriasi dengan
memasukkan pada APBN-P atau pelaporan dilakukan pada akhir
tahun dan melakukan rekonsiliasi (LKPP).
Rincian Proses :
- Pelaksana Subdit Teknis menerima surat dari satker tersebut
untuk dilakukan penelitian apakah permohonan tersebut
merupakan kewenangan DJPB untuk melakukan perubahan.
Apabila ternyata kewenangan berada di DJA maka akan dibuat
konsep surat penerusan kepada DJA dan pemberitahuan kepada
satker agar menindaklanjuti permohonan kepada eselon yang
194
lebih tinggi dari satker bersangkutan. Apabila merupakan
kewenangan DJPB untuk melakukan perubahan maka dibuat
konsep surat revisi ke Kepala Seksinya dan menghubungi satker
untuk dilakukan penelaahan secara lisan. Setelah selesai dibuat
konsep surat maka disampaikan kepada Kepala Seksi Subdit
Teknis untuk dilakukan penelitian yang akan diteruskan kepada
Kepala Subdit untuk dibuat surat jawaban jika permohonan
menjadi kewenangan DJA. Sedangkan apabila perubahan
menjadi kewenangan DJPB maka dibuat disposisi untuk segera
melakukan penelaahan konsep DIPA.
- Berdasarkan disposisi dari kasubdit bahwa perubahan DIPA
merupakan wewenang DJPB maka segera dilakukan penelaahan
bersama dengan pejabat dari satker dengan jadwal yang
fleksibel yaitu tidak harus dibuat jadwal tertulis seperti
penelaahan DIPA awal.
- Pelaksana Bidang PA akan mengupload data dari staker untuk
dilihat perubahan-perubahan yang diusulkan oleh satker dan
kemudian hasilnya digunakan sebagai bahan penelaahan. Proses
akan dilakukan dengan berpedoman bahwa pergeseran
dititikberatkan untuk belanja operasional baik antar satker
maupun antar jenis belanja (Permenkeu No. 69 Tahun 2010).
- Kepala Seksi akan menilai apakah permohonan pergeseran
belanja dapat disetujui dan selanjutnya perubahan tersebut akan
dimasukkan dalam database untuk dilakukan penyesuaian oleh
Pelaksana Bidang PA kemudian dilakukan approval oleh Kepala
Seksi dan Kepala Bidang.
- Setelah dilakukan approval oleh Kasubdit maka DIPA yang
telah direvisi dicetak untuk disampaikan kepada Kepala Kanwil
DJPB untuk disahkan.
- DIPA yang telah dilakukan perubahan virement disampaikan
kepada KPPN dan Dit PA serta pihak lainnya sesuai dengan
195
Permenkeu No. 119 Tahun 2009.
- Data DIPA virement baru disampaikan kepada Bagian Umum
untuk dilakukan penyesuaian jurnal allotment oleh Pelaksana
Bidang PA Kanwil DJPB dan diapprove oleh Kepala Seksinya.
- Jurnal allotment yang telah diapprove oleh Kepala Seksi Bidang
PA Kanwil DJPB diteruskan kepada Subdit Dabantek PA untuk
dibuat jurnal appropriation yang baru oleh Pelaksana
Perekaman Data dan diapprove oleh Kepala Seksi Subdit
Dabantek Dit PA pada database hyperion.
Process ID B.2.d
Process Name Rekon Data Akun
Objective Proses mengatasi perbedaan data akun antara satker dan KPPN
Process ID B.2.d
Process Name Update Komponen Input
Objective Proses penjelasan penyesuaian komponen input yang merupakan
kewengan satker
Input Process Pada masing-masing submodul,
Konsep Mekanisme Pengesahaan DIPA
Output Process pengesahan revisi DIPA untuk komponen input
Major Data
Input
Konsep DIPA Revisi DIPA R dan ADK
Major Data
Output
DIPA, Revisi DIPA,
Department/Key
User
Kanwil DJPBN, KPPN, Satker.
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
196
4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010
5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum
6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah
7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010
8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman
Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan
9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2010
Frequency Sesuai kebutuhan satker
SOP Reference SOP Kanwil DJPBN
Process
Description and
Special Rules
1) Satuan kerja yang mengirimkan konsep DIPA kepada Kanwil
DJPB, kemudian kanwil akan melakukan pengecekan
kesesuaian komponen input pada konsep DIPA satker tersebut
2) Kemuadian Kanwil DJPB akan melakukan penyesuaian
komponen input yangtelah di revisi satker kedalam database
SPAN.
3) Setelah dilakukan penyesuaian komponen input Kanwil DJPB
akan mengirimkan hasil penyesuaian komponen input ke
Satker.
Process ID B.2.e
Process Name Revisi DIPA/Pengesahan Hibah Dalam dan Luar Negeri
197
(DM/LN)
Objective Proses penjelasan revisi penambahan pagu akibat hibah yang
diterima langsung oleh K/L atau yang langsung dilakukan oleh
pemberi hibah
Input Process Pada masing-masing submodul,
Konsep Mekanisme Pengesahaan DIPA
Output Process Revisi DIPA Pengesahan untuk Hibah Dalam dan Luar Negeri
(DN/LN)
Major Data
Input
Konsep Pengesahan DIPA Hibah Dalam dan Luar Negeri (DN/LN)
Major Data
Output
Revisi DIPA,
Department/Key
User
Kanwil DJPB, KPPN, Satker.
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010
5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum
6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah
7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010
198
8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman
Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan
9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2010
10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang
Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Tahun 2009
Frequency Sesuai kebutuhan satker
SOP Reference SOP Kanwil DJPBN
Process
Description and
Special Rules
a. Setelah dokumen perjanjian Hibah LN/DN diterima oleh
satker maka diajukan konsep DIPA pengesahan untuk
menampung alokasi hibah LN/DN
b. Surat permohonan pengesahan DIPA Hibah dan ADK akan
diterima oleh Kanwil DJPB dan oleh pelaksana Bagian
Umum menyampaikan informasi ke Kepala Seksi TU dan
melakukan upload pagu tambahan dana hibah dan diapprove
oleh Kepala Seksi Perekaman Data.
c. Data pagu tambahan dalam ERP akan digunakan oleh
pelaksana Bidang PA Kanwil sebagai bahan pengesahan
DIPA. Data akan diteruskan dan diapprove oleh Kepala
Seksi Bidang PA dan Kepala Bidang PA.
d. Satker mengajukan konsep DIPA Pengesahan dan bersamaan
dengan proses approval dalam sistem ERP diteruskan
kepada Kepala Kanwil untuk mengesahkan hardcopy DIPA
Pengesahan.
e. Pada saat approval oleh Bidang PA maka KPPN sudah dapat
melakukan penerbitan SP2D pengesahan karena pagu sudah
disesuaikan.
Hibah yang diterushibahkan oleh DJPU dan DJPK
199
Process
Description and
Special Rules
a. Setelah nomor register Hibah LN/DN diterima dari DJPU maka
sakter mengajukan permohonan revisi Kertas Kerja RKA-KL
dan setelah disetujui oleh DJA diajukan pengesahan DIPA
Hibah kepada Kanwil DJPB;
b. Pengajuan konsep DIPA dimaksud dilampiri dengan nomor
register sesuai dengan pagu hibah;
c. Kanwil DJPB menelaah kesesuaian kantor bayar (KPPN) dan
dokumen register yang telah diterima. Setelah selesai akan
diterbitkan DIPA Pengesahan sebagai persetujuan revisi
penambahan pagu DIPA karena tambahan dana hibah.
Proses Rincian :
- Sama dengan revisi RKA-KL dari DJA
Process ID B.2.f
Process Name Updating Rencana Penarikan Dana
Objective Proses penjelasan yang berkaitan dengan perubahan pada
rencana penarikan dana
Input Process Pada masing-masing submodul,
Konsep Mekanisme Pengesahaan DIPA
Output Process Perubahan DIPA halaman III
Major Data
Input
Pengajuan updating halaman III
Major Data
Output
Rencana penarikan dana updated
Department/Key
User
Kanwil DJPB, KPPN, Satker.
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
200
4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010
5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum
6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah
7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010
8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan
Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan
Kemiskinan
9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2010
10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang
Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Tahun 2009
Frequency Sesuai kebutuhan satker
SOP Reference SOP Kanwil DJPBN
Updating otomatis
Process
Description and
Special Rules
- Dengan penerapan sistem yang baru diharapkan satker tidak
akan terlalu banyak berinteraksi untuk melakukan updating RPD
- Updating jika realisasi lebih kecil dari RPD :
1. Database dalam modul MoSA akan melakukan pemisahan
data otomatis terhadap fund available yaitu dana yang belum
dilakukan kontrak dan aktual. Data diperoleh setelah budget
dikurangi encumbrance dan actual
2. Hari kerja terakhir bulan berkenaan sistem akan memberi
201
notifikasi kepada pelaksana di MO KPPN dan pelaksana
menginformasikan kepada Kepala Seksi PB untuk melakukan
approval carryover atas fund available masing-masing satker
3. Data carryover atas fund available diterima oleh pelaksana
Bidang PA Kanwil DJPB dan diteruskan kepada Kepala
Seksi sebagai pemberitahuan bahwa rencana penarikan dana
suatu satker telah terupdate
4. Agar data hardcopy dan softcopy di database sama diusulkan
setiap tiga bulan satker menyampaikan updating RPD yang
telah ditandatangani KPA kepada Kanwil DJPB setiap tiga
bulan
- Updating jika rencana pencairan lebih besar dari RPD :
1. Jika satker mengajukan permintaan pencairan yang lebih
besar dari RPD maka sistem akan otomatis mengambil
alokasi AFP bulan Desember namun jika masih kurang akan
mengambil bulan November dan seterusnya.
2. Walaupun budget checking adalah year to date namun untuk
memberikan informasi perencanaan kas maka hal ini harus
dilakukan dalam rangka revitalisasi RPD
3. Pada saat satker melakukan input data RFC atau SPP maka
sistem akan melihat pada AFP bulan berkenaan, jika alokasi
tidak mencukupi maka sistem otomatis memberikan
notifikasi kepada pelaksana MO dan menggeser AFP bulan
Desember dan bulan sebelumnya jika belum mencukupi.
4. Pergeseran alokasi ini akan menjadi RPD yang baru karena
sistem tidak dapat merubah AFP secara otomatis dalam
standar Oracle (bersifat statis) kecuali dilakukan perubahan
secara manual. Pelaksana akan memberitahukan kepada
Kepala Seksi MO bahwa alokasi sudah digeser dari bulan
Desember ke bulan berkenaan dan dilakukan approval
carryover.
202
5. Proses penarikan dana yang lebih besar dari AFP membuat
otoritas perencanaan kas harus menyediakan tambahan dana
untuk memebuhi kebutuhan yang meningkat. Sehingga
diperlukan jangka waktu antara pengajuan SPP dengan
penerbitan SP2D agar Dit PKN dapat menyediakan dana
sesuai kebutuhan.
6. Perlu dibuat suatu standar waktu minimal yang dapat
digunakan oleh Dit PKN untuk menyediakan sejumlah dana
tambahan yang diperlukan oleh satker. Diusulkan bahwa
waktu yang dapat digunakan untuk mempersiapkan tambahan
dana oleh Dit PKN adalah minimal lima hari kerja yang
dilakukan dengan menggeser alokasi satker lainnya. Namun
jika cadangan dana secara keseluruhan tidak mencukupi
maka Dit PKN dapat menyediakan tambahan dana dengan
waktu yang lebih panjang.
Updating Manual
Process
Description and
Special Rules
a) Atas kebijakan unit eselon yang lebih tinggi maka KPA
diwajibkan untuk merubah jadwal pelaksanaan kegiatan baik
dalam satu jenis belanja atau antar jenis belanja. Perubahan
dilakukan misal untuk bulan tertentu dilakukan
perubahan/pergeseran belanja modal dan dialihkan untuk
perjalanan. Dengan demikian maka POK yang sudah disusun
harus disesuaikan dan diajukan kembali kepada KPPN.
b) Akibat perubahan POK tersebut maka AFP dalam database
harus disesuaikan untuk mengakomodasi perubahan rencana
pelaksanaan kegiatan satker.
c) Satker mengajukan perubahan POK kepada KPPN untuk
dimasukkan dalam database ERP dan akan mengupdate
perubahan-perubahan jadwal pelaksanaan kegiatan pada
periode tertentu sehingga mempengaruhi perubahan rencana
penarikan dana.
203
d) Pengajuan perubahan POK secara manual dapat dilakukan pada
saat pengajuan SPM dan akan diterima oleh pelaksana FO
kemudian data dimasukan dalam database untuk diapprove oleh
Kepala Seksi dan diteruskan kepada Kanwil DJPB.
e) Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB akan menerima notifikasi
perubahan rencana penarikan dana dan disampaikan kepada
kepala Seksi untuk dilakukan konfirmasi perubahan tersebut.
f) Berdasarkan perubahan rencana penarikan dana tersebut maka
satker dapat mengajukan permintaan pembayaran kepada KPPN
sesuai dengan perubahan rencana penarikan dana pada Halaman
III DIPA.
g) Perubahan rencana penarikan dana menjadi informasi bagi Dit
PKN dalam perencanaan kas.
PENJELASAN DETAIL FUTURE BISNIS PROSES MANAJEMEN DIPA
CASH LIMIT
Process ID B.3.a
Process Name Cash Limit dengan Usulan Satker
Objective Penetapan cash limit atas pagu DIPA satker dengan usulan
satker
Input Process Informasi kekurangan kas dari Dit Pengelolaan Kas Negara
Output Process Penerapan penetapan cash limit oleh KPPN
Major Data
Input
Informasi kekurangan kas dari Dit Pengelolaan Kas Negara
Major Data
Output
Perubahan AFP sebagai akibat penerapan cash limit
Department/Key
User
Dit PKN, Dit PA, Kanwil PBN KPPN dan Satker
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
204
3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010
5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum
6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah
7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010
8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman
Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan
9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2010
10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang
Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Tahun 2009
Frequency Sesuai kebutuhan BUN
SOP Reference SOP Dit PA
SOP Kanwil DJPB
Process
Description and
Special Rules
1) Dit PKN (Pengelolaan Kas Negara ) akan menyampaikan ke
Dit PA kondisi kas yang tidak mencukupi bagi satker bulan
depan berdasarkan perhitungan realisasi penerimaan bulan
ini dan perkiraan pencairan dana bulan depan. Kekurangan
tersebut tidak dapat ditutupi dengan penerimaan pembiayaan
karena berbagai faktor.
205
2) Dari data PKN dimasukkan dalam ERP dan surat
pemberitahuan diterima pelaksana dan diteruskan Kepala
Seksi Subdit Dabantek Dit PA dan disampaikan kepada
KPPN jumlah alokasi yang dapat digunakan oleh masing-
masing satker.
3) KPPN menyampaikan kepada masing-masing satker agar
pengeluaran pada bulan tersebut dikurangi sebesar jumlah
tertentu sekaligus agar menyesuaikan jumlah kegiatan yang
akan dikurangi dananya.
4) Satker kemudian menyampaikan update pengeluaran yang
telah disesuaikan dengan dana yang dikurangi tersebut
sekaligus menyesuaikan rencana penarikan dana kepada
KPPN.
5) KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan
digunakan sebagai dasar perubahan Halaman III DIPA.
6) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih
dimungkinkan untuk digunakan kembali jika pemerintah
sudah memiliki dana kas yang cukup. Namun jika sampai
periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki
dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk
mengurangi pagu dana DIPA masing-masing satker.
Proses detil :
a. Dit PKN menyampaikan kondisi kekurangan kas melalui
informasi kepada Dit PA dan Kanwil DJPB. Informasi akan
diterima oleh setiap subdit teknis dan bidang PA Kanwil
DJPB.
b. Pelaksana pada subdit teknis dan bidang PA Kanwil akan
melakukan analisis persentase atau jumlah alokasi yang akan
dikurangi untuk masing-masing satker yang menjadi
tanggung jawabnya. Datanya akan disampaikan kepada
Kepala Seksi dan Kasubdit/Kepala Bidang PA untuk
206
disetujui dan disampaikan melalui surat Direktur PA/Kepala
Kanwil kepada KPPN dan masing-masing satker untuk
melakukan penyesuaian.
c. Berdasarkan surat pemberitahuan tersebut maka masing-
masing satker akan melakukan perubahan POK sesuai
dengan kebutuhan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan
terlebih dahulu.
d. Perubahan POK akan disampaikan kepada KPPN dan
diterima oleh pelaksana FO dan diteruskan kepada Kepala
Seksi untuk dilakukan approval dan diteruskan kepada
Kanwil DJPB.
e. Berdasarkan notifikasi yang diterima dari KPPN maka
pelaksana subdit teknis/bidang PA melakukan penelitian
persentase atau jumlah alokasi yang dikurangi apakah sudah
sesuai. Apabila belum sesuai maka disampaikan kepada
satker untuk melakukan perubahan. Jika sudah selesai maka
pelaksana subdit teknis/bidang PA menyampaikan kepada
Kepala Seksi untuk dilakukan approval perubahan rencana
penarikan dana yang dapat dicairkan pada periode tertentu.
Dengan demikian akan terjadi perubahan mekanisme AFP
yang semula tidak dilakukan penguncian pencairan dana
yaitu pagu dihitung dalam satu tahun (year-to-date),
disesuaikan dengan jumlah kas tertentu yang diperkirakan
dapat disediakan oleh Dit PKN pada periode tertentu
(period-to-date).
f. Data tersebut akan diterima Dit PKN dalam penyediaan kas
pada periode tertentu dan untuk keperluan perencanaan kas
bulan berikutnya.
Process ID B.3.b
Process Name Cash Limits Tanpa Usulan Satker
207
Objective Penetapan cash limit atas pagu DIPA satker tanpa usulan satker
Input Process Informasi kekurangan kas dari Dit Pengelolaan Kas Negara
Output Process Penerapan penetapan cash limit oleh KPPN
Major Data
Input
Informasi kekurangan kas dari Dit Pengelolaan Kas Negara
Major Data
Output
Perubahan AFP sebagai penerapan penetapan cash limit
Department/Key
User
Dit PKN, Dit PA, Kanwil PBN KPPN dan Satker
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010
5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum
6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah
7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010
8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman
Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan
9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2010
208
10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang
Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Tahun 2009
Frequency Sesuai Informasi Kekurangan Kas PKN
SOP Reference SOP Dit PA
SOP Kanwil DJPB
Process
Description and
Special Rules
1) Direktorat PKN menyampaikan informasi kekurangan kas
kepada Dit PA dan Kanwil DJPB, kondisi ini berdasarkan
perhitungan realisasi penerimaan bulan ini dan perkiraan
pencairan dana bulan depan.
2) Dit PA dan Kanwil DJPB kemudian menyesuaikan pagu
yang dapat dicairkan pada periode tertentu kemudian
disampaikan kepada KPPN dan satker
3) KPPN memberitahukan bahwa jumlah alokasi yang dapat
digunakan oleh masing-masing satker dikurangi untuk
kegiatan/belanja tertentu.
4) Satker menyesuaikan POK berdasarkan pemberitahuan dari
KPPN dan surat dari Dit PA/Kanwil DJPB dan
menyampaikan kembali perubahannya kepada KPPN untuk
perubahan rencana penarikan dana di database ERP.
5) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih
dimungkinkan untuk digunakan kembali jika pemerintah
sudah memiliki dana kas yang cukup. Namun jika sampai
periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki
dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk
mengurangi pagu dana DIPA masing-masing satker.
Proses Rincian :
a. Dit PKN menyampaikan kondisi kekurangan kas melalui
informasi kepada Dit PA dan Kanwil DJPB. Informasi akan
diterima oleh setiap subdit teknis dan bidang PA Kanwil
DJPB.
209
b. Pelaksana pada subdit teknis dan bidang PA Kanwil akan
melakukan analisis persentase atau jumlah alokasi yang akan
dikurangi untuk masing-masing satker yang menjadi
tanggung jawabnya. Datanya akan disampaikan kepada
Kepala Seksi dan Kasubdit/Kepala Bidang PA untuk
disetujui dan disampaikan melalui surat Direktur PA/Kepala
Kanwil kepada KPPN dan masing-masing satker untuk
melakukan penyesuaian.
c. Berdasarkan surat pemberitahuan tersebut maka masing-
masing satker akan melakukan perubahan POK sesuai
dengan kebutuhan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan
terlebih dahulu.
d. Perubahan POK akan disampaikan kepada KPPN dan
diterima oleh pelaksana FO dan diteruskan kepada Kepala
Seksi untuk dilakukan approval dan diteruskan kepada
Kanwil DJPB.
e. Berdasarkan notifikasi yang diterima dari KPPN maka
pelaksana subdit teknis/bidang PA melakukan penelitian
persentase atau jumlah alokasi yang dikurangi apakah sudah
sesuai. Apabila belum sesuai maka disampaikan kepada
satker untuk melakukan perubahan. Jika sudah selesai maka
pelaksana subdit teknis/bidang PA menyampaikan kepada
Kepala Seksi untuk dilakukan approval perubahan rencana
penarikan dana yang dapat dicairkan pada periode tertentu.
Dengan demikian akan terjadi perubahan mekanisme AFP
yang semula tidak dilakukan penguncian pencairan dana
yaitu pagu dihitung dalam satu tahun (year-to-date),
disesuaikan dengan jumlah kas tertentu yang diperkirakan
dapat disediakan oleh Dit PKN pada periode tertentu
(period-to-date).
210
PENJELASAN DETAIL PROSES BISNIS FUTURE MANAJEMEN DIPA
CARRY FORWARD
Process ID B.4.a
Process Name Carry Forward Encumbrance Only
Objective Melakukan Carry Forward hanya untuk encumbrance saja
Input Process Dari masing-masing sub modul
Output Process Proses Carry Forward untuk encumbrance saja
Major Data
Input
Konsep Revisi DIPA
Major Data
Output
DIPA
Department/Key
User
DJA, Dit PA, Kanwil DJPB dan satker
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. PMK Nomor 105/PMK.02/2008 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2009
4. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010
5. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2010
6. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-07/PB/2005 tentang
211
Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran Melalui Mekanisme
Pemberian Kuasa Antar Kuasa Pengguna Anggaran
7. PMK 06/PMK.02/2009 tentang Tata Cara Perubahan Rincian
Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Perubahan Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009
8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman
Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan
9. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010
10. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah
11. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum
12. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang
Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Tahun 2009
13. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
14. 192/PMK.05/2010 tentang perencanaan kas
Frequency Sesuai kebutuhan satker
SOP Reference SOP Dit PA
SOP Kanwil DJPB
Process
Description and
Special Rules
1) Pada akhir bulan Desember, berdasarkan data encumbrance
dalam database ERP maka KPPN menyampaikan kepada satker
bahwa kegiatan tertentu tidak dapat dilanjutkan pembayarannya.
Kontrak tahunan tidak dapat diperpanjang namun hambatan
pelaksanaan pekerjaan karena faktor alam yang tidak dapat
diatasi dapat dipertimbangkan untuk dilakukan carryforward
setelah mendapat persetujuan Menkeu.
212
2) Pelaksana di MO KPPN akan mendapat notifikasi dari sistem
bahwa masih ada encumbrance yang belum direalisasikan dan
pelaksana akan melakukan penundaan proses yang dalam sistem
Oracle disebut hold.
3) Sistem tidak secara langsung memisahkan antara kontrak
tahunan dan tahun jamak karena tidak ada setting untuk jangka
waktu pelaksanaan kegiatan.
4) KPPN memberitahukan kepada Kanwil tentang kontrak yang
belum direalisasikan dan menyampaikan informasi
encumbrance yang sama ke DJA sebagai bahan untuk revisi
RKA-KL yang menjadi kewenangan DJA (pembangunan
infrastruktur, rekonstruksi dan rehabilitasi bencana alam).
5) Kanwil akan meneliti encumbrance yang dapat dicarryforward
berdasarkan kewenangan DJPB (penyelesaian tunggakan dalam
kegiatan yang sama).
6) Berdasarkan informasi encumbrance tersebut maka DJA/Kanwil
akan melakukan revisi dokumen anggaran sebagai dasar
pencairan dana bagi KPPN.
7) Paling lambat minggu kedua bulan Januari satker mengajukan
permohonan revisi kepada Kanwil DJPB dan akan dilakukan
penelaahan paling lambat minggu ketiga bulan Januari.
Detil proses :
a. Data encumbrance dalam database ERP yang masih belum
direalisasikan sampai akhir Desember diteliti oleh pelaksana
Seksi MO di KPPN. Pelaksana MO di KPPN menyampaikan
kepada satker bahwa ada encumbrance yang belum
direalisasikan. Pemberitahuan juga dimaksudkan agar satker
yang ingin mengajukan perpanjangan (carryforward) segera
membuat permohonan kepada Kanwil DJPB.
b. Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB meneliti apakah
encumbrance yang belum direalisasikan dapat dicarryforward
213
atau tidak. Seandainya dapat dicarryforward akan dinilai
kewenangan untuk melaksanakan hal tersebut. Apabila
kewenangan berada di DJA maka akan diteruskan sebagai bahan
revisi RKA-KL.
c. Kepala Seksi Bidang PA Kanwil memberitahukan kepada KPPN
bahwa encumbrance dapat dilakukan carryforward pada tahun
berikutnya oleh Kanwil DJPB.
d. Berdasarkan informasi tersebut Kepala Seksi KPPN akan
meneruskan kepada satker pada minggu pertama bulan Januari
dan memberikan batasan waktu bagi satker untuk
menyampaikan konfirmasi perubahan/revisi DIPA paling lambat
minggu kedua. Satker juga diminta untuk melakukan penelaahan
carryforward bersama Kanwil pada minggu ketiga bulan
Januari.
e. Apabila satker tidak memberikan konfirmasi sampai batas waktu
yang telah ditetapkan maka satker dianggap tidak akan
melakukan carryforward atas encumbrance tersebut.
f. Apabila satker memberikan konfirmasi maka akan diteruskan
kepada Kanwil untuk mempersiapkan penelaahan virement
encumbrance pada DIPA yang baru.
g. Penelaahan dilakukan bersama antara pelaksana dan Kepala
Seksi/Kabid PA Kanwil bersama pejabat dan pelaksana dari
satker untuk melakukan revisi DIPA.
h. Revisi dilakukan dengan melihat kegiatan yang sama dan tidak
merubah output yang telah ditetapkan dalam RKA-KL.
i. Perubahan DIPA karena adanya encumbrance hanya terlihat
dalam rincian database sedangkan untuk alokasi dua digit dan
pagu keseluruhan dapat berubah namun dapat juga sama dengan
DIPA yang ada.
j. Setelah dilakukan penelaahan maka pelaksana akan menginput
data yang baru dari semula encumbrance dirubah menjadi
214
budget yang ada dalam database ERP.
k. Kepala Seksi akan melakukan approval terhadap perubahan
tersebut dan diteruskan kepada Kepala Bidang PA.
l. Apabila terdapat perubahan pada hardcopy DIPA maka akan
dilakukan pengesahan oleh Kepala Kanwil DJPB.
Process ID B.4.b
Process Name Carry Forward Encumbrance dan Fund Available
Objective Melakukan Carry Forward untuk encumbrance dan Fund
available
Input Process Dari masing-masing sub modul
Output Process Proses Carry Forward untuk encumbrance dan Fund available
Major Data
Input
Perpres RABPP, konsep DIPA
Major Data
Output
DIPA
Department/Key
User
DJA, Dit PA, Kanwil DJPB dan satker
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010
5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum
6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah
215
7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010
8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman
Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan
9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2010
10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang
Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Tahun 2009
Frequency Sesuai kebutuhan satker
SOP Reference SOP Dit PA
SOP Kanwil DJPB
Process
Description and
Special Rules
1. Pada akhir bulan Desember, berdasarkan data encumbrance dan
fund available dalam database ERP maka KPPN menyampaikan
kepada satker bahwa kegiatan tertentu tidak dapat dilanjutkan
pembayarannya.
2. Kanwil menyampaikan informasi encumbrance dan fund
available yang sama ke DJA sebagai bahan untuk revisi RKA-
KL yang menjadi kewenangan DJA (luncuran PHLN).
3. Mekanisme sama dengan revisi yang menjadi kewenangan DJA.
4. Berdasarkan informasi encumbrance dan fund available tersebut
maka DJA/Kanwil akan melakukan revisi dokumen anggaran
sebagai dasar pencairan dana bagi KPPN.
5. Paling lambat minggu kedua bulan Januari satker mengajukan
permohonan revisi kepada DJA dan akan dilakukan penelaahan
paling lambat minggu ketiga bulan Januari (tergantung pihak
DJA).
216
Detil proses :
a. Data encumbrance dan fund available dalam database ERP
yang masih belum direalisasikan sampai akhir Desember diteliti
oleh pelaksana Bidang PA Kanwil. Pelaksana MO di KPPN
menyampaikan kepada satker bahwa ada encumbrance dan fund
available yang belum direalisasikan.
b. Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB meneliti apakah
encumbrance dan fund available yang belum direalisasikan
dapat dicarryforward atau tidak. Seandainya dapat
dicarryforward akan dinilai kewenangan untuk melaksanakan
hal tersebut. Apabila kewenangan berada di DJA maka akan
diteruskan sebagai bahan revisi RKA-KL.
c. Berdasarkan informasi tersebut Kepala Seksi KPPN akan
meneruskan kepada satker pada minggu pertama bulan Januari
dan memberikan batasan waktu bagi satker untuk
menyampaikan konfirmasi perubahan/revisi DIPA paling lambat
minggu kedua. Satker juga diminta untuk melakukan penelaahan
carryforward bersama Kanwil pada minggu ketiga bulan
Januari.
d. Apabila satker tidak memberikan konfirmasi sampai batas waktu
yang telah ditetapkan maka satker dianggap tidak akan
melakukan carryforward atas encumbrance dan fund available
tersebut.
e. Apabila satker memberikan konfirmasi maka akan diteruskan
kepada Kanwil dan disampaikan ke DJA bahwa satker akan
melakukan penelaahan carryforward.
f. Setelah hasil penelaahan antara K/L dan DJA selesai dan data
RKA-KL sudah direvisi akan digunakan sebagai bahan revisi
DIPA oleh Kanwil DJPB.
g. Data perubahan RKA-KL di hyperion akan digunakan sebagai
bahan revisi DIPA dan dimasukkan dalam database ERP.
217
h. Pelaksana Dabantek Dit PA akan melakukan jurnal
appropriation dan meneruskan kepada Kepala Seksi Perekaman
Data untuk dilakukan approval.
i. Setelah dilakukan approval data diteruskan kepada Kanwil
DJPB untuk bahan penelaahan.
j. Penelaahan dilakukan bersama antara pelaksana dan Kepala
Seksi/Kabid PA Kanwil bersama pejabat dan pelaksana dari
satker untuk melakukan revisi DIPA.
k. Penelaahan dititikberatkan antara data encumbrance dari satker
yang dituangkan dalam konsep DIPA dengan database ERP.
l. Setelah dilakukan penelaahan maka pelaksana Bidang PA akan
menginput data yang baru sesuai dengan kewenangan DJPB.
Kepala Seksi melakukan approval dan diteruskan kepada
Kepala Bidang PA Kanwil DJPB untuk approval.
m. Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB akan melakukan posting
jurnal allotment dalam database ERP.
Process ID B.4.c
Process Name Carry Forward Fund Available
Objective Melakukan Carry Forward untuk Fund available
Input Process Dari masing-masing sub modul
Output Process Proses Carry Forward untuk Fund available
Major Data
Input
Konsep DIPA
Major Data
Output
DIPA
Department/Key
User
DJA, Dit PA, Kanwil DJPB dan satker
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
218
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010
5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum
6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah
7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010
8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman
Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan
9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2010
10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang
Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Tahun 2009
Frequency Sesuai kebutuhan satker
SOP Reference SOP Dit PA
SOP Kanwil DJPB
Process
Description and
Special Rules
1. Berdasarkan kebijakan pemerintah maka beberapa program
khususnya untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan lapangan pekerjaan dapat dilakukan
219
perpanjangan waktu kegiatan apabila sampai akhir tahun
tidak dapat diselesaikan. Sebagai contoh program
penanggulangan kemiskinan (PNPM) merupakan kegiatan
yang dapat diluncurkan yang ditetapkan dengan UU APBN.
2. Pada akhir bulan Desember, berdasarkan data fund available
dalam database ERP maka KPPN menyampaikan kepada
satker dana yang belum dicairkan.
3. Berdasarkan informasi data dari KPPN maka satker
menyampaikan konsep DIPA Luncuran sebesar sisa dana
yang belum dicairkan (fund available) kepada Kanwil DJPB.
4. Setelah penelaahan di Kanwil DJPB dilanjutkan dengan
pengesahan DIPA dan diteruskan kepada Dit PA dan
diteruskan ke DJA sebagai bahan perubahan APBN.
Rincian Proses :
a. Pelaksana MO di KPPN melakukan penelitian terhadap
jumlah dana (fund available) yang belum dicairkan oleh
satker yang melaksanakan program tertentu di akhir bulan
Desember.
b. Data diteruskan kepada Kepala Seksi untuk diteruskan
kepada satker setelah terlebih dahulu dibuat surat
pemberitahuan atau sarana lain dengan persetujuan Kepala
KPPN pada minggu pertama bulan Januari.
c. Pelaksana MO KPPN akan menyampaikan notifikasi kepada
Kanwil DJPB bahwa terdapat sejumlah fund available yang
akan dibuat DIPA Luncuran.
d. Berdasarkan informasi dari KPPN pelaksana Bidang PA
Kanwil DJPB mempersiapkan bahan untuk penelaahan
DIPA paling lambat minggu kedua bulan Januari.
e. Setelah data diterima maka satker membuat konsep DIPA
Luncuran dengan pagu sebesar fund available yang diperoleh
dari KPPN.
220
f. Konsep DIPA Luncuran ditelaah bersama antara pelaksana
dan Kepala Seksi/Kepala Bidang PA Kanwil DJPB bersama
pelaksana dan pejabat dari satker bersangkutan.
g. Pada penelaahan akan diteliti apakah data pagu dan kegiatan
yang disampaikan oleh satker dalam Konsep DIPA Luncuran
sama dengan database ERP.
h. Apabila belum sama akan dikembalikan untuk disesuaikan
dan setelah sesuai akan dicetak surat pengesahan DIPA.
i. Pelaksana bidang PA Kanwil akan melakukan jurnal
allotment terhadap hasil penelaahan tersebut dan
disampaikan kepada Kepala Seksi dan Kepala Bidang PA
Kanwil DJPB untuk dilakukan approval.
j. Pada tahap ini belum dapat dilakukan posting jurnal
appropriation oleh Subdit Dabantek PA karena data
appropriation belum disesuaikan.
k. Setelah DIPA Luncuran disahkan, Subdit Teknis PA
mendapat notifikasi bahwa satker tertentu telah mendapat
pengesahan DIPA Luncuran.
l. Pelaksana Subdit Teknis akan melakukan konfirmasi data
dan setelah sesuai diteruskan kepada Kepala Seksi dan
Kepala Subdit Teknis untuk dilakukan approval.
m. Setelah Subdit Teknsi melakukan approval, maka pelaksana
Subdit Dabantek akan meneruskan kepada Kepala Seksi
untuk approval dan diteruskan kepada DJA sebagai bahan
perubahan APBN (APBN-P) paling lambat minggu ketiga
bulan Januari.
Process ID C.1.
221
Process Name Penyusunan Data Output
Objective Rekonsiliasi data untuk menyusun laporan realisasi output
Input Process Dari masing-masing sub modul
Output Process Proses penyusunan output
Major Data
Input
Perpres RABPP, DIPA
Major Data
Output
DIPA
Department/Key
User
DJA, Dit PA, Kanwil DJPB dan satker
Controls Deadlines :
1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima
Legal Basis :
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. PMK Nomor 105/PMK.02/2008 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2009
4. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,
Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2010
5. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2010
6. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-07/PB/2005 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran Melalui Mekanisme
Pemberian Kuasa Antar Kuasa Pengguna Anggaran
7. PMK 06/PMK.02/2009 tentang Tata Cara Perubahan Rincian
Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Perubahan Daftar
222
Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009
8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman
Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan
9. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2010
10. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah
11. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum
12. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang
Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Tahun 2009
13. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
14. PMK Nomor 192/PMK.05/2010 tentang perencanaan kas
Frequency Setiap bulan
SOP Reference -
-
Process
Description and
Special Rules
1. Pada tiap akhir bulan satker menyampaikan data realisasi output
atas kegiatan yang telah dilakukan pencairan dananya.
2. KPPN bersama dengan satker akan melakukan rekon namun
hanya satu pihak yaitu data dari satker sedangkan KPPN hanya
menerima laporan yang disusun oleh satker.
3. Setelah dilakukan rekon data output maka KPPN akan
melakukan input data tersebut dengan aplikasi statistik dalam
Oracle.
4. Kanwil DJPB menerima notifikasi data output dalam database
Oracle dan disampaikan ke Dit PA
223
5. Berdasarkan notifikasi tersebut Dit PA meneruskan data
realisasi output ke hyperion di DJA
Detil proses :
a. Pada akhir bulan pelaksana dan kepala seksi dari satker
melakukan rekon data realisasi output dengan pelaksana dan
kepala seksi Back Office di KPPN.
b. Rekon dilakukan dengan mencocokkan data output yang ada di
DIPA dengan data realisasi yaitu volume dan satuan harus
sesuai dengan DIPA.
c. Setelah selesai rekon maka pelaksana BO KPPN melakukan
input data output tiap satker menggunakan aplikasi statistik dan
diajukan kepada Kepala Seksi untuk approval.
d. Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB menerima notifikasi dari
KPPN atas output yang sudah direkon dan menyampaikan
kepada Kepala Seksi Bidang PA untuk diteruskan kepada DJA.
e. Pelaksana Bidang PA menginput data output ke hyperion dan
membuat notifikasi bagi proses selanjutnya di DJA. (lihat di sub
modul)
224
B.1.a Pengesahan (Endorsement) DIPA
Dit P
AK
an
wil
DJP
BS
atk
er
DJA Hardcopy Perpres
Hyper
ion
ERP
2
Jurnal
Appropriation3a
Penelaahan DIPA
4a
“Konsep” DIPA
4b
5
1b
Data
Perpres
1a
DIPA7
Jurnal
Allotment
3b
6 8
Rincian Proses
Sa
tke
rB
ida
ng
PA
Su
bd
it T
ekn
isS
ub
dit
Da
ba
nte
k
Hyperion
ERP
Jurnal
Appropriation
Posting
Approval
Interface (Automatically)
Hardcopy Perpres
Hardcopy Perpres
Hardcopy Perpres
Penyampaian dokumen
Cover Letter
Aplikasi Satker
Penelaahan
“Konsep” DIPAADK DIPA Cetak KonsepCopy data
Upload data DIPA & validation
Penyampaian dokumen
Proses penelaahan
Dokumen sumber
DIPA
Pengesahan
Jurnal
AllotmentPostingApproval
Dokumen sumber
B.1.b Penerbitan DIPA Sementara
Bid
an
g P
AS
ub
dit T
ekn
isS
ub
dit
Da
ba
nte
k
Posting
Approval
Interface (Automatically)
Penyampaian dokumen
Cover Letter
Dokumen sumber
Posting
Approval
HyperionJurnal
Appropriation
Hardcopy Perpres
Hardcopy Perpres
ERPJurnal
Allotment
Hardcopy Perpres
DIPA-SValidasi (Blokir
non operasional)
Download dataCetak SP
Dokumen sumber
225
B.1.c. Pengesahan DIPA VoAS
atk
er
Bid
an
g P
AS
ub
dit T
ekn
isS
ub
dit
Da
ba
nte
k
Posting
Approval
Interface (Automatically)
Cetak KonsepCopy data
Upload data DIPA & validation
Penyampaian dokumen
DIPA VoAERP
Aplikasi
Satker
“Konsep” DIPA
VoA
Jurnal
Appropriation
ADK DIPA
VoA
Penelaahan
Hyperion
Jurnal
Allotment
Download data
Pengesahan
Posting
Approval
Data pagu
tahun lalu
Data pagu maksimal
B.1.d Penerbitan DIPA BUN
Sa
tke
r B
UN
Su
bd
it T
ekn
isS
ub
dit
Da
ba
nte
k
ApprovalInterface (Automatically)
Penyampaian dokumen
Cetak Konsep Penyampaian dokumen
Dokumen sumber
Posting
Jurnal
AppropriationHyperion
Hardcopy Perpres/
Permenkeu
DIPAJurnal
Allotment
“Konsep” DIPA
ERP
Hardcopy Perpres/
PermenkeuPenelaahan
Posting
Aplikasi Satker
Pengesahan
Approval
226
B.2.a Revisi DIPA karena Perubahan Rincian Alokasi APBN Inisiatif K/L dan Karena Perubahan APBN-P
Ka
nw
il D
JP
B
Su
bd
it
Da
ba
nte
k D
it
PA
Su
bd
it T
ekn
is
Dit P
AK
/LD
JA
HyperionPenelaahan RKA-
KL
Revisi PerpresDownload Pengesahan
ERP
Interface (Automatically)
Hardcopy Perpres
Hardcopy Perpres
Pengiriman
Cover Letter
Hardcopy Perpres
Distribusi
Jurnal
Appropriation
Posting
Approval
Penelaahan
Download data
Dokumen Sumber
Dokumen Sumber
Aplikasi SatkerRevisi RKA-KL Konsep Revisi
DIPA
Transfer Data
DataADK Revisi
DIPA
Download Data
Upload data
Input Data
Pencetakan
SP DIPAPosting
Jurnal
Allotment
Pengesahan
Approval
B.2.b Virement Tanpa Perubahan Rincian Alokasi APBN
Su
bd
it T
ekn
is
Dit P
A
Bid
an
g P
A
Ka
nw
il D
JP
BS
atk
er
Su
bd
it
Da
ba
nte
k D
it
PA
Aplikasi Satker
Perubahan Kertas
Kerja RKA-KL
Konsep DIPA
Virement
ERPHyperion
Revisi KK Revisi DIPA
Upload Data
Penelaahan CetakSP DIPA
PostingJurnal
AllotmentUpload/Download
Bahan Virement
Jurnal
AppropriationPosting
Approval
Approval
Upload
227
B.2.c Revisi Kegiatan pada DIPA BLU
KP
PN
Bid
an
g P
A K
an
wil
DJP
BS
atk
er
Su
bd
it
Da
ba
nte
k D
it
PA
E
R
P
Penelitian
Kegiatan
Input
Kegiatan
beda/
bertambah
Output
Proses updating
pagu
Jurnal
Allotment
Hyperion
Upload
Jurnal
Appropriation
Posting
Approval
DIPA updated
Tiap tiga bulan
DIPA UpdatedAplikasi Satker
Upload
SPM Revisi KegiatanInput
Konfirmasi data
Input data
Pengiriman
Notifikasi Posting
Approval
Pengesahan
SP2DPersetujuan
SP2D
PengesahanPencetakan
Update pagu DIPA BLU
Sa
tke
rK
PP
NB
ida
ng
PA
Ka
nw
il D
JP
B
Su
bd
it
Da
ba
nte
k D
it
PA
Input
Output
Upload
Posting
Approval
Tiap tiga bulan
Pengiriman
Penelitian
Realisasi PNBP
dan Belanja
Realisasi
lebih besar
dan
kegaiatan
beda
DIPA updated
DIPA UpdatedSPM
Jurnal
Appropriation
Proses updating
pagu
Hyperion
Realisasi PNBP
E
R
P
Aplikasi Satker
Upload
Input
Input data realisasi
Notifikasi PostingJurnal
Allotment
Approval
Pengesahan
SP2D
Cetak
SP2D
Pengesahan
Pengiriman
228
Update pagu oleh KPPN
Sa
tke
r
SPM
KP
PN
Bid
an
g P
A
Ka
nw
il D
JP
B
Su
bd
it
Da
ba
nte
k D
it
PA
Input
Output
Upload
Posting
Approval
Tiap tiga bulan
Pengiriman
Upload
Input
Input data realisasi
Notifikasi Posting
Approval
Cetak
Pengiriman
DIPA updated
E
R
P
Proses updating
pagu
Jurnal
AppropriationHyperion
SP2D
Pengesahan
Jurnal
Allotment
DIPA UpdatedRealisasi PNBP
Pengesahan
SP2D
Penelitian
Realisasi PNBP
dan Belanja
Realisasi
lebih besar
dan
kegaiatan
beda
Aplikasi Satker
B.2.e Pengesahan DIPA Hibah
Bid
an
g P
A
Ka
nw
il D
JP
BS
atk
er
Da
ba
nte
k D
it
PA
Naskah Perjanjian
HibahAplikasi Satker
ERP
Upload
Input
Pengesahan DIPA
Download data
Konsep DIPA
Pengesahan
Hibah
Cetak
Pengiriman
PostingJurnal
Allotment
Approval
DIPA Pengesahan
Hibah
Pengiriman
Hyperion
Update
Jurnal
AppropriationPosting
Approval
B.2.f.Updating Rencana Penarikan Dana Realisasi Lebih Kecil (Otomatis)
Bid
an
g P
A
Ka
nw
il D
JP
BK
PP
NS
atk
er
FA Akhir
bulan
ERP
Notifikasi Carryover
Approval
Aplikasi Satker
RPD Updated
Triwulanan
229
Updating Rencana Penarikan Dana Realisasi Lebih Besar (Otomatis)S
atk
er
KP
PN
Bid
an
g P
A
Ka
nw
il D
JP
B
Notifikasi
ApprovalERP
Mengurangi
RPD
Desember
dst
Aplikasi Satker
RPD tidak
cukup
RPD Updated
Resume Tagihan/
SPP
Triwulanan
Updating Rencana Penarikan Dana (Manual)
Sa
tke
rK
PP
NB
ida
ng
PA
Ka
nw
il D
JP
B
Notifikasi
Approval
RPD Updated
ERP
Data
Perubahan
RPD
Aplikasi Satker
Penyesuaian
RPD
POK
Triwulanan
Data
konfirmasi
230
B.3.b Cash Limits
Bid
an
g P
A
Ka
nw
il D
JP
BK
PP
ND
ab
an
tek D
it
PA
Su
bd
it T
ekn
is
Dit P
AS
atk
er
Dit P
KN
Cash
Shortage
E
R
P
Alokasi yang bisa
digunakan
Cash Shortage
Aplikasi KPPN Revisi POK
Data alokasi yang
dapat
direalisasikan
Perubahan data
alokasi yang dapat
dicairkan
Analisis
persentase pagu
yang dapat
dicairkan
RPD baru
231
B.4. a Carryforward
Sa
tke
rB
ida
ng
PA
Ka
nw
il D
JP
BK
PP
N
Su
bd
it
Da
ba
nte
k D
it
PA
Encumbrance
/FA
ERP
NotifikasiPenelitian
carryforward
Data yang
dicarryforward
Penelitian
kewenangan
carryforward
Aplikasi satker
Kertas Kerja RKA-
KL
Perubahan rincian
kegiatan
Konfirmasi/validasi
DIPA
Virement DIPA
Virement DIPA
Jurnal
allotment
PostingApproval
HyperionJurnal
appropriation
Posting
Approval
Penyusunan Data Output
Bid
an
g P
A
Ka
nw
il D
JP
BK
PP
NS
atk
er
Da
ba
nte
k D
it
PA
Data output
Rekon data output
ERP
Data output hasil
rekon
HyperionDJA
233
Proses Penyempurnaan Manajemen DIPA secara garis besar terdiri beberapa bisnis domain yang terdiri dari Penerbitan DIPA, Revisi DIPA , Cash
Limit dan Carry Forward. Setiap bisnis domain akan dijelaskan kedalam beberapa bisnis proses kemudian akan diuraikan kembali kedalam
sebuah workflow. Setiap work flow akan kami jelaskan sebagai berikut.
246
HIGH LEVEL GAP MANAJEMEN DIPA (MOSA)
No Bahasan Existing Proposal Oracle/Gap Arahan Proses ke Depan
1 Halaman III DIPA (Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan)
Belum optimal sebagai digunakan sebagai rencana penarikan dana. Prosentase antara rencana dan realisasi penarikan dana baru 29 %
Perannya lebih ditingkatkan dengan menggunakan Halaman III DIPA sebagai batas pencairan dana dalam satu bulan
Belum bisa membuat informasi terkait kegiatan kontraktual dan non kontraktual
Diusulkan agar dibuat suatu kode yang merefer pengeluaran untuk kegiatan kontraktual dan non kontraktual (dalam COA) atau data dari POK yang sudah dirinci baik kontraktual maupun non kontraktual dituangkan dalam Halaman III DIPA
2 Kaitan RKAKL dan DIPA
Saat ini informasi yang ada di RKAKL dapat digunakan sebagai bahan penyusunan DIPA dengan jelas karena informasi yang tercantum dalam RKAKL per satker tidak merinci keluaran di bawah akun
DJA mengajukan konsep RKAKL sampai unit eselon I dan menyusun Kertas Kerja RKAKL bagi penyusunan perencanaan bagi satker. Secara dokumentasi ada link yang terputus bagi DJPB karena format RKAKL hanya sampai eselon I. Masalah lainnya yaitu dengan tambahan informasi kinerja yang disampaikan apakah sampai dengan satker atau satker sebagai unit eselon II
Masih mengalami kesulitan dalam menghubungkan aplikasi RKAKL dengan Oracle di dalam SPAN.
Diusulkan agar informasi dari RKAKL dapat dimasukkan seluruhnya dalam database SPAN walaupun informasi yang akan ditampilkan dalam dokumen DIPA tidak serinci pada RKAKL.
3 DIPA BA BUN disamakan dengan K/L
Beberapa DIPA BUN saat ini menggunakan dokumen sumber, mekanisme penyusunan dan format yang berbeda dibandingkan dengan
Ke depannya diharapkan semua DIPA bersumber pada Perpres Rincian APBN dan mekanisme penyusunannya menggunakan aplikasi dari database SPAN serta formatnya disesuaikan dengan DIPA
Pada DIPA BUN Dana Transfer yang merupakan dokumen gabungan dari seluruh daerah yang menerima dana tersebut belum
Apabila informasi yang diperoleh dari Oracle tidak dapat mengakomodasi pembagian alokasi pagu daerah penerima, diusulkan DIPA Dana Transfer ke Daerah dipecah sesuai dengan wilayah
247
DIPA K/L biasa K/L biasa dapat diuji apakah dapat memilah pagu masing-masing penerima
4 Posting rule Saat ini akuntansi dalam entry data pada budget journal menggunakan double entry yang menghubungkan dari perencanaan anggaran sampai ke pelaporan sehingga semua proses terhubung
Ke depannya usulan dari Oracle akan menggunakan single entry pada budget journal (MoSA)
Pada Oracle pada budget journal pada MoSA menggunakan single entry sehingga akan menyulitkan karena modul lainnya juga memerlukan data dari MoSA baik budget, encumbrance dan actual yang merupakan rangkaian proses yang tidak berdiri sendiri.
Perlu penyesuaian alur proses sehingga model yang akan diterapkan dapat dilaksanakan. Usulannya ke depan terkait dengan posting rule pada MoSA tetap menggunakan double entry agar apabila ada data yang berbeda dengan mudah dapat segera dilakukan pembalikan jurnal
5 Encumbrance dalam hubungannya dengan MoSA
Saat ini ikatan dengan pihak ketiga terkait dengan encumbrance tidak terlalu bermasalah karena tidak ada pembatasan pengeluaran bagi satker
Dengan peningkatan peran Halaman III DIPA pada rencana penarikan dana maka pengeluaran satu bulan tidak boleh dilewati. Hal ini akan menyulitkan kegiatan yang menggunakan kontrak.
Masih belum dapat membuat pengelompokan rencana penarikan dana untuk kegiatan kontraktual dan nonkontraktual
Usulan ke depannya dibuat suatu kode yang mengacu pada kegiatan yang dilaksanakan kontraktual maupun non kontraktual
248
Perbandingan antara Eksisting, Future dan Oracle dalam pelaksanaan CRP I
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
1. Allotment
4) Allotment dari DJPBN ke satker dan dari Kanwil ke satker
Alotmen dilakukan dengan mentransfer data anggaran dari Budget Preparation(DJA) ke DJPBN
1. Penelaahan dilakukan secara manual karena belum ada integrasi database DJA dan DJPBN.
2. Apabila sampai batas waktu yang ditentukan Satker blum dapat membuat konsep DIPA maka Ditjen PBN akan menerbitkan DIPA Sementara
3. Nomor DIPA merupakan nomor identik yang berfungsi sebagai singe indentity number dalam berbagai proses berikutnya dalam pelaksanaan anggaran
4. Selesai penelaahan approval dilakuakan secara manual berjenjang melalui persuratan
5. Untuk kanwil hanya berbeda approvalnya saja
Ketika DJA mengirim data Perpres RABPP ke MoSA dan meng-approve nya (approproation) maka Dit PA akan mendapat sinyal dan menerimanya pada modul MoSA. Satker akan mendapat data dari DJA dan mencetak konsep DIPA secara offline (terpisah dengan system SPAN).
1. Ketika Dit PA mendapatkan konsep DIPA dari Satker, maka akan dilakukan review oleh system untuk mencocokan data dari konsep DIPA dan database pepres RABPP pada SPAN.
2. Ketika tercapai kesesuaian maka akan dilakukan registrasi budget allotment pada SPAN dan dapat di cetak DIPA.
3. Data allotment pada Sistem SPAN akan detai sampai 6 digit.
4. Data allotmen akan di buat berdasarkan bulanan (PTD), sehingga AFP sudah tersedia.
5. Bila dalam review terdapat sesuatu/dokumen yang belum dilengkapi maka Dit PA akan memblokir akun tertentu dan satker tidak dapat mencairkan dananya kecuali melakukan revisi pembukaan dana blokir.
6. Approval dilakukan secara berjenjang melalui sistem dalam SPAN
7. Untuk kanwil hanya berbeda hanya kewenangan approvalnya saja
Oracle dapat melakukan transfer data dari DJA (stage Appropriation) ke DJPBN (stage)
1. Detail data anggaran 6 digit dapat diperoleh melalui fasilitas dossier oracle
2. Oracle akan menahan data allotmen yang belum dapat dilengkapi oleh Satker pada tahap appropriasi
3. Oracle dapat melakukan approval secara berjenjang
1. Oracle tidak dapat menunjukan/data-data non financial
2. Apabila oracle menahan data anggaran di stage 1 (appropriation)maka tidak dapat diterbitkan DIPA, karena data hanya dapat diterbitkan DIPA pada stage 2 (allotmen). Sedangkan bila di kirimkan ke stage allotmen maka data anggaran dapat langsung digunakan satuan kerja padahal dokumen pndukung belum lengkap(konsep DIPA satker)
3. Approval oracle dapat dilakukan oleh otoritas yang lebih rendah (missal pelaksana), namun tidak otomatis ter Approve tapi statusnya “hang” karena level yang lebih tinggi (missal kepala seksi juga tidak bisa malakukan approval)
4. Oracle tidak bisa menempatkan sebuah fitur yang memiliki keunikan
1. Selain data pagu oracle harus mampu menampilkan data non financial seperti output, outcome, volume, dll
2. Oracle dapat menfasilitasi penerbitan DIPA sementara, dengan cara mengirimkan data dari appropriation ke allotment namun tidak dapat digunakan oleh satuan kerja tanpa persetujuan Ditjen PBN.
3. Nomor DIPA seharusnya dapat dihasilkan setiap proses pengiriman akun dari allotment
249
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
seperti nomor DIPA
5) Alotmen untuk DIPA BUN(kecuali transfer pusat ke daeran dan investasi)
6) Alotment untuk DIPA transfer
1. Untuk DIPA BUN proses allotmen dilakukan sesuai dengan karakteristik DIPA BUN itu sendiri dan sistemnya terpisah2
2. DIPA transfer di kelola oleh DJPK dengan menggunakan excel dan tidak terintegrasi
3. DIPA transfer dilakukan dengan menggunakan satu DIPA dan didalamnya ada beberapa kabupaten penerima di halaman IV DIPA
1. DIPA BUN akan menggunakan mekanisme yang sama namun proses dari allotmen akan menggunakan akun tampungan dari appropriation ke allotment
2. Akun tampungan digunakan agar tidak secara otomatis membuat satuan kerja dapat menggunakan dananya karena ada beberapa DIPA BUN yang membutuhkan dokumen pendukung.
3. DIPA Transfer dilakukan dengan 2 skenario:
a. Dalam satu DIPA transfer ada beberapa kabupaten penerima dana di halaman IV DIPA
b. Setiap kabupaten penerima memiliki satu DIPA
1. Oracle dapat melakukan transfer dengan fasilitas dossier dari appropriation BA BUN ke allotmen
2. Oracle dapat membuat akun penampungan untuk BA BUN pada saat allotmen.
3. Untuk transfer belum dilakukan
1. Untuk DIPA BUN transfer yang belum dapat dilakukan karena untuk dana perimbangan didalamya ada beberapa kabupaten penerima sehingga belum bisa dilaksanakan
1. Seluruh DIPA BUN dapat menggunakan mekanisme yang sama dengan DIPA regular
2. DIPA transfer harus bisa memenuhi 2 skenario:
a. Dalam satu DIPA transfer ada beberapa kabupaten penerima dana di halaman IV DIPA
b. Setiap kabupaten penerima memiliki satu DIPA
7) Allotemen DIPA BLU
DIPA BLU pada dasarnya menggunakan mekanisme DIPA Umumnya namun dengan beberapa pengecualian
1. Adanya saldo awal san saldo akhir
2. Adanya fleksibilitas dalam penggunaan dana(prosebtase)
3. Penggunaan SPM pengesahan setiap tiga bulan
DIPA BLU kedepan masih menggunakan mekanisme yang sesuai dengan peraturan mengenai BLu yaitu:
1. Adanya penempatan saldo awal dan saldo ahkir
2. Setiap terjadi perubahan dalam batas ambang batas maka BLU wajib melakukan revisi DIPA otomatis pada KPPN untu menyesuaikan pagu pada DIPA BLU dengan permintaan pada SPM yg melebihi pagu
3. BLU dapat menggunakan selama masih dalam ambang batas dan harus merevisi diakhir tahun
4. Toleransi diberikan berdasarkan satker blu bukan berdasarkan user
1. Allotmen DIPA BLU pada oracle dilakukan sama dengan DIPA umumnya namun diberikan “budgetary control” pada user yang melakukan input data.
1. Oracle belum dapat menyajikan saldo awal dan saldo akhir
2. Oracle belum dapat membuat fleksibilitas sesuai permintaan scenario
3. Fleksibilitas terutama dalam penambahan ambang batas belum dapat dilakukan
1. Saldo awal dan akhir sebaiknya dimasukan ketika revisi DIPA awal
2. Seharusnya dalam menentukan budgetary contol dapat dilakukan berdasarkan indentifikasi satker BLU bukan berdasarkan user yang meninput.
3. Solusi yang diberikan oleh LG berkaitan dengan meniadakan “budgetary control” untuk mengatasi pembatasa pada user sangat fatal akibatnya
250
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
karena user dapat menambahkan pagu tanpa ada control.
8) Allotment budget Reserve
Dalam proses eksisting Reverse budget dapat dilakukan pada saat allotmen sehingga penerbitan DIPA dapat dilakukan segera ketika terjadi kejadian luar biasa
1. Allotmen untuk reverse budget kedepan akan sama perlakuannya namun lebih ditekankan pada isntansi mana yang seharusnya sebagai penerima outcome.
2. Proses allotment pada DIPAnya akan dilakukan ketika terjadi kejadian luar biasa.
3. Sebelum allotmen, budget terlebih dahulu dari Appropriation di kirimkan kea kun tampungan seperti bagian BA BUN lainya.
Oracle dapat melakukan transfer kepada akun tampungan sehingga Bunget tidak langsung terkirim ke Stage Allotment
Untuk melakukan transfer ke akun tampungan sementara, kemudian mengeluarkan ke Allotment (fase Penerbitan DIPA) tidak terdapat Gap
Sebaiknya oracle dapat melakukan budget reserve tanpa menambah stage.
2. AFP 1. AFP disusun pada awal tahun
2. Revisi AFP bisa dilakukan kapan saja
3. AFP tidak bersifat mengikat
1. AFP disusun pada awal tahun
2. Revisi AFP tidak bisa dilakukan pada bulan berjalan
3. AFP menjadi batas penarikan dana perbulan
4. AFP akan terintegrasi dengan manajemen komitmen, manajemen kas dan manajemen pembayaran
5. AFP digunakan sebagai alat bantu perencanaan kas
1. Oracle dapat mengeset AFP sebagai batasan penarikan dana per bulan (diset menjadi period to date)
2. Jumlah angsuran kontrak yang akan dibayarkan pada setiap bulan akan langsung masuk ke dalam AFP (melalui purchase order line)
1. Masih terdapat permasalahan dalam integrasi antara AFP dengan manajemen komitmen terkait dengan batasan dana untuk pembayaran angsuran kontrak
2. AFP belum bisa memberikan informasi cash forecasting yang akurat bagi manajemen kas
AFP sebaiknya disusun dengan mempertimbangkan berbagai hubungan antar modul namun juga simple dan dapat memberikan informasi yang akurat.
3. Cash Limit Cash limit secara baku belum diatur namun sudah digunakan secara otomatis apabila terjadi perubahan APBN-P ketika pengurangan APBN
Cash Limit akan dilakukan ketika pemerintah menilai diperlukanya pembatasan kas karena kejadian luar biasa.
1. Cash limit dilakukan dengan memindakan pagu anggaran ke bulan berikutnya bukan mengurangi
2. Cash limit dilakukan dengan menggunakan formula(prosentase pengurangan bulan tertentu dan memindahkan ke bulan lain) dilakukan oleh Menteri Keuangan
Oracle dapat mendukung pelaksanaan cash limit
1. Oracle dapat melakukan pemindahan pagu kebulan berikutnya
2. Oracle dapat menggunakan formula pengurangan sesuai kebijakan menteri Keuangan
Untuk melakukan transfer bulan beikutnya dari alokasi bulan bersangkutan maka tidak di temukan adanya gap
Prose pelaksanaan cash limit sebaiknya dapat dilakukan secara cepat Dan tidak terlalu membebani sitem karena cash limit akan dilakukan secara serentak kepada seluruh satker bila keadaan mendesak.
251
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
3. Menggunakan AFP sebagai batasan cash limit, yaitu Satker mengupdate AFPnya sesuai arahan Menteri Keuangan dan Menteri Keuangan mengguankan sebagai cash limit
4 Virement
a. Revisi dengan perubahan RABPP
1. Dit PA/Kanwil menerima hardcopy dan ADK revisi RABPP dari DJA
2. Hardcopy dan ADK tersebut kemudian direview untuk memastikan kesesuaian diantara keduanya
3. Dit PA/Kanwil menerima Konsep DIPA R dari Satker
4. Konsep DIPA R dari Satker ditelaah untuk memastikan kesesuiannya dengan data revisi RABPP
5. Apabila Konsep DIPA R sudah sesuai dengan ketentuan maka Dit PA/Kanwil akan mengesahkan konsep DIPA tersebut dan mengupdate database sesuai dengan data DIPA revisi
6. DIPA R yang sudah disahkan dikirimkan ke Satker
7. Data ADK DIPA revisi dikirimkan ke payment management, cash management dan accounting/reporting management
1. Setelah DJA melakukan input data revisi RABPP pada database SPAN, Kanwil DJPB langsung menerima notifikasi tentang adanya revisi RABPP. Data perubahan RABPP tersebut langsung bisa diakses oleh Kanwil DJPB melalui database SPAN
2. Satker mengirimkan konsep DIPA R beserta ADKnya. Konsep DIPA R Satker akan direview secara manual sedangkan ADKnya akan direview melalui aplikasi SPAN
3. Apabila Konsep DIPA R sudah sesuai dengan ketentuan maka Kanwil DJPB akan mengesahkan konsep DIPA tersebut dan mengupdate database SPAN sesuai dengan data DIPA revisi
4. Diperlukan approval dari Kepala Kanwil agar data yang diupdate bisa masuk ke database SPAN
5. Mdoul lain yang terkait MOSA secara langsung dapat mengakses data DIPA revisi dalam database SPAN sehingga tidak perlu ada pengiriman ADK dari Kanwil ke modul-modul tersebut
6. DIPA R yang sudah disahkan dikirimkan ke Satker
Oracle dapat mendukung proses revisi dengan melakukan transfer dari satu akun ke akun lain, dari satu bulan ke bulan lain, dari satu stage ke stage lainnya
Dalam melakukan proses revisi oracle dapat melakukan dan tidak ada gap karena secara prinsip revisi adalah melakukan transfer dari satu akun ke akun lain, dari satu bulan ke bulan lain dan dari satu stage ke stage lain.
Proses revisi sebaiknya dilakukan dengan langkah-langkah yang sederhana, tidak terlalu kompleks hanya untuk metransfer dari datu elemen ke elemen lain.
b. Revisi tanpa perubahan
1. Dit PA/Kanwil memperoleh surat permohonan revisi DIPA
1. Kanwil DJPB memperoleh surat permohonan revisi DIPA dari Satker
Oracle dapat mendukung proses revisi dengan melakukan
Dalam melakukan proses revisi oracle dapat
Proses revisi sebaiknya dilakukan dengan
252
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
RABPP dari Satker
2. Permohonan revisi tersebut diteliti oleh Dit PA/Kanwil DJPB dengan memperhatikan data DIPA dan realisasi anggarannya
3. Apabila permohonan revisi tersebut disetujui maka Dit PA/Kanwil akan mengirimkan surat pengesahan revisi dan melakukan update data di database
4. Dit PA/Kanwil mengirimkan surat persetujuan revisi DIPA ke Satker
5. Data ADK DIPA revisi dikirimkan ke payment management, cash management dan accounting/reporting
2. Permohonan revisi tersebut diteliti kanwil DJPB
3. Apabila permohonan tersebut sudah sesuai ketentuan maka akan dilakukan inpu data ke database SPAN
4. Kepala Kanwil DJPB akan meng approve data tersebut untuk bisa masuk ke Database SPAN.
5. Surat persetujuan revisi DIPA ke Satker
6. Modul lain yang berkaitan dengan mosa bisa langsung mengakses data DIPA revisi tersebut
transfer dari satu akun ke akun lain, dari satu bulan ke bulan lain, dari satu stage ke stage lainnya
melakukan dan tidak ada gap karena secara prinsip revisi adalah melakukan transfer dari satu akun ke akun lain, dari satu bulan ke bulan lain dan dari satu stage ke stage lain.
langkah-langkah yang sederhana, tidak terlalu kompleks hanya untuk metransfer dari satu elemen ke elemen lain.
c. SKPA
1. KPA Asal mengirimkan dokumen SKPA ke KPPN Asal.
2. KPPN Asal meneliti permohonan SKPA dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan peraturan dan ketersediaan pagu
3. SKPA yang telah disahkan oleh KPPN Asal dikirimkan ke KPA Asal, Kanwil Asal , Kanwil Penerima, KPPN dan APK (1 buah).
Mekanisme SKPA ditiadakan dan diganti dengan mekanisme revisi DIPA
Oracle dapat mendukung proses SKPA dengan melakukan transfer dari satu akun ke akun lain secara prinsip dama dengan revisi
Dalam melakukan proses SKPA sama dengan revisi dan oracle dapat melakukan dan tidak ada gap karena secara prinsip revisi adalah melakukan transfer dari satu akun ke akun lain, dari satu bulan ke bulan lain dan dari satu stage ke stage lain.
Proses SKPA sebaiknya dilakukan dengan langkah-langkah yang sederhana, tidak terlalu kompleks hanya untuk metransfer dari datu elemen ke elemen lain.
d. Revisi yang menjadi kewenangan Satker
Untuk eksisting proses revisi kewenangan satker dilakukan dalam akun dibawah 4 digit yaitu 2 digit terakhir. Proses revisi kewenangan satker dilakukan
1. Satker mengirimkan data revisi DIPA yang menjadi kewenangannya ke KPPN
2. Pengiriman data revisi DIPA ini bisa diajukan saat Satker mengajukan SPM ke KPPN
Oracle belum dicoba untuk melakukan ini
Gap belum dapat di tentukan Sebaiknya oracle dalam melakukan proses ini dan mempertimbangkan untuk dilakukan pada modul payment namun
253
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
hanya denga mengupdate dengan akun 2 digit yang diajukan satker
3. KPPN kemudian akan mengupdate database SPAN berdasarkan revisi yang diajukan Satker
secara prinsip data yang dirubah adalah data dari MoSA
5. Vote on Account Vote on account dilakukan bila hingga batas yang ditentukan APBN belum disetujui oleh DPR maka:
1. Pemerintah menggunakan pagu anggaran tahun lalu, untuk belanja adalah batasan tertinggi
2. Proses sama dengan proses penerbitan DIPA eksisiting namun yang digunakan belanja tahun lalu
Proses ini dilakukan untuk mengatasi permasalah apabila sampai batas yang ditentukan APBN belum disahkan oleh DPR sedangkan tahun anggaran akan segera berlangsung
Dit PA or Kanwil akan melakukan penerbitan DIPA vote on account :
1. Data perpres yang digunakan merupakan data tahun lalu.
2. DIPA yang dibuat hanya dapat dicairkan untuk belanja tertentu yaitu belanja gaji dan keperluan sehari-hari perkantoran.
3. Untuk proses Appropriasi DJA akan melakukan interface dengan SPAN untuk mengirim data perpres RABPP kepada Dit PA dan Kanwil
4. Dalam data yang dikirimkan ke DJPB sudah termasuk didalamnya terdapat AFP.
5. Prose Approval akan dilakukan pada DIT PA dan kanwil DJPB.
6. Proses yang dilakukan berikutnya adalah satker membuat konsep DIPA dan mengirimkan ke DJPB dan dilakukan penelaahan . proses lain sama dengan penerbitan DIPA biasa.
7. DIPA yang dicetak nomornya harus berbeda dengan penomoran DIPA biasa.
Oracle dapat melakukan vote on account namun ada beberapa catatan :
1. karena belum dapat menentukan fitur mana yang memiliki karakter sama dengan Nomor DIPA eksisiting sehingga ketika DIPA tahunan di lakukan pengesahan maka DIPA vote on account akan bercampur dengan DIPA tahunan tersebut dan tidak dapat dipisahkan mana realisasi untuk DIPA tahunan dan Vote on account
gap nya adalah
1. memisahkan realisasi belanja DIPA vote on account dengan belanja DIPA biasa(tahunan ) karena ketika DIPA Tahunan Disahkan maka dana belanjanya bercampur
2.
6. Review MTEF Budget
MTEF dapat dilihat dengan mengambil data dari Budget Preparation detail informasi yang disajikan
Oracle dapat menyediakan data MTEF berdasarkan koneksi
Tidak ada gap Usulan telah dipenuhi oracle
254
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
MTEF secara tahunan
dengan Budget preparation
7. Carry Forward
Budget balances
Akan dilakukan dengan tiga (3) skenario: 1. Encumbrance saja yang di carryforward 2. Fund Availibility saja yang di carryforward 3. Encumbrance dan fund availibility
Belum bisa dilakukan karena menunggu proses modul General Ledger (GL) yang sampai saai ini belum dapat dittutup buku angaran tahun yang bersangkutan.
Belum dapat dilihat gapnya Usulan harus sesuai dengan tiga (3) skenario: 1. Encumbrance saja yang
di carryforward 2. Fund Availibility saja
yang di carryforward 3. Encumbrance dan fund
availibility
8. Supplementary
Budget
Sistem dapat memproses perubahan pagu anggaran tahun berjalan/ APBN-P karena tambahan atau pengurangan anggaran.
Data APBN-P harus dapat di perlakukan seperti APBN sebelumnya dan memenuhi kriteria
1. Data APBN-P harus dapat dibuat laporan terpisah dengan APBN
2. Data APBN yang masuk kedalam allotment harus terlebih dahulu memiliki AFP (rencana penarikan dirinci perbulan)
Oracle dapat melakukan perubahan pagu anggaran tahun berjalan.
Oracle tidak dapat menyediakan informasi berkaitan dengan realisasi APBN-P karena ketika masuk kedalam sistem APBN dan APBN-P bercampur pagunya
Oracle harus dapat menyediakan data realisasi APBN-P karena hal itu penting sebagai dasar pertanggung jawaban pemerintah kepada seluruh stakeholder
9 Berkaitan teknis Aplikasi RKA-KL dan DIPA dapat melakukan transfer berdasarkan Satker atau transfer berdasarkan akun
Proses Transfer data keuangan dan non keuangan pada setiap transaksi diatas dilakukan dapat berdasarkan BA, Eselon 1, satker hingga antar akun
Oracle dapat melakukan transfer antar akun
1. Oracle tidak dapat mengumpulkan data keseluruhan akun dalam satu satker
2. Oracle tidak dapat mengirim data selain berdasarkan akun
Seharusnya dapat dilakukan transfer antar stage berdasarkan BA, Eselon 1, satker hingga antar akun agar proses pelimpahan dari appropriation ke allotmenjadi lebih cepat
Approval dilakukan menggunakan surat menyurat
Approval dilakukan juga menggunakan sistem sebelum proses selanjutnta dapat berlangsung agar validitas data dapat terjamin
Oracle dapat melakukan hierarki approval
masih belum dapat memisahkan kewenangan yang melakukan penginputan data dan yang melakukan approval
Approval merupakan bentuk pemisahan kewenangan yang sangat penting dalam sebuah proses bisnis sehingga Seharusnya setiap
255
No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan
approval disesuaikan dengan kewenangan yang dimiliki oleh pengguna.
Approval dapat dilakukan dengan berdasarkan pada sekumpulan akun
Approval dapat dilakukan dengan berdasarkan pada sekumpulan akun
Approval dilakukan berdasarkan akun
Oracle tidak dapat melakukan approval berdasarkan satker atau kumpulan akun semua approval dilakukan secara akun, bila dilakukan secara bersamaan, apabila ada satu akun yang salah maka harus mengulang dari awal
Oracle harus dapat melakukan approval berdasarkan satker karena hal itu akan sangat memudahkan user dalam pelaksanan tugas dilapangan.
256
Skenario dalam Pelaksanaan CRP I
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
Define Budget
SA001
C_0000
Define Budget
Setup Budget
(N)OPSF(I) Dossier > GL >
Budgets > Define > Budget
DGB 24-
Mar-2010
24-Mar-2010
1
Step Description : Enter Budget 1. Enter Budget "APBN2010" , "FUNDING2010" and "APBN2011" 2. Enter Description for each budget book 3. Enter Status : Open 4. Enter First and Last Budget Period " Jan-10" and "Adj-10" for APBN2011 --> Jan-11 and Adj-11 5. Click Open Next Year button 6. Save your work
SA006
Budget Book will be created
Pass N/A N/A BP010
C_00002
Define Organization
Setup Account range than will be budgeted
(N)OPSF(I) Dossier > GL >
Budgets > Define >
Organization
DGB 24-
Mar-2010
24-Mar-2010
1
Step Description : Define Budget Organization 1. Enter Organization name " DGB Org, Central Org and Kanwil Org 2. Enter Description 3. Click Ranges button 4. Enter range account code combination ( Low - High ) and budgetary control options. BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func-SubFunc/Prog-Prio-Focus/Activ-ActivPrio/ Location /BudgetStage/Account(6)/Future DGB Org : 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.511141.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.523119.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.523120.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.0152.1.423213.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.0152.1.712122.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.0152.1.711112.0000 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.0601.1.119119.0000018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.1.551313.0000 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.1.551316.0000 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.1.551318.0000022.E0015.412801.133.01000001.01.0408.02205.0220501.0152.1.532111.0000 022.E0015.412801.140.01000001.01.0408.02205.0220501.0152.1.536111.0000 Above code combination will be set Boundary: Period and Amount type :YTD, Fund Check : Advisory, Budget : APBN2010
N/A
Account combin
ation for each Budget Organiz
ation will be assigne
d
Pass N/A N/A BP010
257
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
Central Org : 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.511141.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.523119.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.523121.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.0152.2.423213.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.0152.2.712122.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.0152.2.711112.0000 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.0601.2.6111211.0000 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.0601.2.6111212.0000 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.0602.2.6111211.0000 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.0602.2.6111212.0000 022.E0015.412801.133.01000001.01.0408.02205.0220501.0152.2.532111.0000 022.02204.412801.140.01000001.01.0408.02205.0220501.0152.2.536111.0000 Above code combination will be set Boundary: Year and Amount type :YTD, Fund Check : Advisory, Budget : FUNDING2010 Kanwil Org : 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.2.551313.0000 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.2.551316.0000 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.2.551318.0000
Above code combination will be set Boundary: Period and Amount type:YTD, Fund Check : Advisory, Budget : FUNDING2010 5. Print report Budget - Organization Listing
Budget Appropri
ation (Annual Budget)
SA002 C_00001
Interface annual budget appropriation from PSB
Once annual budget is approved by parliament, it will be interfaced to general ledger by DGB with Presidential decree of RABPP (central goverment detail budget). It will be lowest level(6 digits economic classification) and PTD balance BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func
(N)OPSF(I) Dossier > GL >
Journals > Enter DGT 24-
Mar-2010
24-Mar-2010
1
Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Find the the budget journal "Source = Budget Journal, Status = Unposted"
SA001 SA002 SA004
Find journal from PSB
Pass
015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.511
141.0000(DB) 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.523
119.0000(DB) 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.523
121.0000(DB) 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.0152.1.711
SA_I_00010 SA_I_00015
N/A Fit
258
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
-SubFunc/Prog-Prio-Focus/Activ-ActivPrio/ Location/BudgetStage/Account(6)/Future
112.0000(DB) 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.0152.1.712
122.0000(DB) 015.00000.000000.000.00000000.00.0000.00000.0000000.0000.1.311
214.0000(CR) 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.0152.1.423
213.0000(CR)
Post Budget Journal
Post Budget Journal
(N) Change Responsibility to
Public Sector General Ledger
(N) OPSF(I)> Dossier
>GL>Post
DGT 24-
Mar-2010
24-Mar-2010
1
Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Change responsibility to Public Sector General Ledger 2. Select the budget journal 3. Review Batch and click Post 4. Print report Trial Balance Budget
Budget Journal will be POSTED
Pass
C_00002
Create new Budget and copy Budget as a backup to maintain history of this budget
Create new Budget and copy Budget as a backup to maintain history of this budget
(N)OPSF(I) Dossier > GL >
Budgets > Define > Budget
DGT 24-
Mar-2010
24-Mar-2010
1
Step Description : Enter Budget 1. Enter Budget "APBN2010COPY" 2. Enter Description "APBN 2010 BACKUP BUDGET" 3. Enter Status : Open 4. Enter First and Last Budget Period "Jan-10" and "Adj-10" 5. Click Autocopy button and choose "APBN2010" budget to be copied 6. Save your work
Budget balances will be copied
Pass N/A Fit
Budget Apportio
nment SA003
Annual Budget Apportionment from DGB Org to Line Ministry Org ( YTD Balances will be inputted in Jan-09 and this demo without Approval hierarchy )
Not Required in CRP1 ( There is no process annual budget apportionment from DGB to Line Ministry
-
N/A N/A N/A N/A N/A N/A
259
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
Annual Financial
Plan SA005
C_00001
Annual FP Review
In Concept DIPA, there is Annual Financial Plan which is PTD balance. 1. After annual budget alloment registration, AFP information will be reviewed in SPAN system based on Concept DIPA. - Annual Financial Plan in database will be at lowest level (6 digits economic classification) and PTD balance but for reporting can be printed at 2 digits. BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func-SubFunc/Prog-Prio-Focus/Activ-ActivPrio/ Location/BudgetStage/Account/Future 2. Head of Kanwil/Dit PA will approve it.
(N)OPSF(I) Dossier > GL >
Budgets > Enter > Journals
24-
Mar-2010
24-Mar-2010
DGT
Because from PSB already break down into PTD balance process allotment and AFP will be done in the next process (Allotment process ) Step Description : Review AFP Information 1. Enter Budget "FUNDING2010" 2. Enter Budget Organization : "Central Org " or "Kanwil Org" 3. Enter Period : From and To Period
SA018 SA019
View AFP Information by month
Pass N/A
SA_I_00006
BC002 BC003 PM00
1
C_00002
Update Annual Financial Plan
Every month Spending Units will provide update AFP Revision information(Offine) 1. Spending Unit will send AFP Revision document to KPPN for updating AFP. - AFP Revision document will be 2 digits. but SU will provide detail information 6 digits economic classification by monthly but for reporting can be printed at 2 digits. BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func-SubFunc/Prog-Prio-
(N)OPSF(I) Dossier > Dossier
Maintenance
DGT 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
1
Step Description : 1. Login as : KPPN USER 2. Select Dossier Type : AFP-Rev-295213 3. Enter Dossier Name : AFP Revision for SU 119091 and Description : Annual Financial Plan Revision for SU code 119091
Find the Dossier Type that want to be used
Pass
AFPR1-2010-2 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5838092: B 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.2.551316.0000 (DB ) - Feb 2010- 25.000.000 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.2.551316.0000 (CR) - Jan 2010 - 25.000.000
Fit
DGT 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
2
Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.2.551313.0000 3. Enter Period Name : Jan-10
Range account can be selected
Pass
260
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
Focus/Activ-ActivPrio/Location/BudgetStage/Account/Future - Based on AFP Revision, Head of KPPN will register AFP Revision in SPAN System. 2. Head of KPPN will approve it and send AFP Revision to Spending Unit.
DGT 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
3
Enter Destination Budget Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.2.551313.0000 3. Enter Period Name : Feb-10
Range account can be selected
Pass
DGT 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
4
Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button
Fund will be reserved and Dossier transaction will be saved with status "Creating"
Pass N/A
Approve Dossier Transaction
Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined
(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor
>Administrator Workflow
>Notifications
DGT 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
5
Step Description : Approval 1. Login as : KPPN HEAD 1. Select the Dossier transaction " AFP-Rev-295213" 2. Click Approve
Find the Dossier transaction and after Approved the status will be changed to "Complete"
Pass N/A
Print Report
Check report
(N) OPSF(I) > Dossier > GL >
Request > Standard
DGT 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
6
Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Print reports : - Trial Balance Budget - Budget - Funds Available Analysis
The transaction show in the report
Pass N/A
261
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
Budget Allotmen
t SA004
C_00001
Budget Allotment from DGT to LM HO
Once DGB interface approved budget, they will inform to Dit PA and SU will use DIPA system to print concept DIPA and send it to Dit PA. (Offline) 1. Once Dit PA get concept DIPA from SU, they will review with SPAN system and it is matched, they will register budget allotment information in SPAN system. - Annual allotment process will be at lowest level (6 digits economic classification) and PTD balance BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func-SubFunc/Prog-Prio- Focus/Activ-ActivPrio/Location/BudgetStage/Account(6)/Future - DIPA with authority code Central Office, Assistance Task and Co-Administration will be approved and printed by Dit PA - If during process Review DIPA, Head of Dit PA find the documents from Spending Unit is not complete yet, Dit PA will block certain economic classification, so spending unit cannot use it until Spending Unit complete all the documents,( This blockade fund still in budget stage 1 ) - Need to protect certain expenditure so this expenditure cannot be switched/used with others expenditure ( During setup Dossier type, make sure that this certain expenditure not include in source account )
(N)OPSF(I) Dossier > Dossier
Maintenance
24-
Mar-2010
24-Mar-2010
1
Step Description : Creating Budget Transfers to allocate budget funds 1. Login as user : PA USER 2. Select Dossier Type : 3. Enter Dossier Name : Central-119091 Description : Allotment & AFP in Central for SU 119091
SA010 SA011 SA012 SA013 SA014 SA015 SA017
Find the Dossier Type that want to be used
Pass
ALLC1-2010-2 Batch Name : CJE: Transfer 5836852: B Journal : 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.511141.0000 (DB) - Jan 2010 - 166,666,666.67 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.511141.0000 (CR ) - Jan 2010- 166,666,666.67 ALLC1-2010-6 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5838467: B 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.523119.0000 (DB) - Jan 2010 - 83,333,333.33 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.523119.0000 (CR ) - Jan 2010- 83,333,333.33
SA_I_00008 SA_I_00011 SA_I_00012 SA_I_00013 SA_I_00014 SA_I_00017
BC002 BC003 PM00
1
2
Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : APBN 2010 2. Enter Account : 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.511141.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.523119.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.523120.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10 Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account and amount : 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.511141.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.523119.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.523120.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10
Range account can be
selected
Pass
3
Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button
Fund will be reserved and Dossier transaction will be saved with status "Creating"
Pass
262
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
Approve Dossier Transaction
Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined
(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor
>Administrator Workflow
>Notifications
DGT 24-
Mar-2010
24-Mar-2010
4
Step Description : Approval 1. Login as : PA HEAD 1. Select the Dossier transaction "Central-119091" 2. Click Approve
Find the Dossier transaction and after Approved the status will be changed to "Complete"
Pass
Print Report
Check report
(N) OPSF(I) > Dossier > GL >
Request > Standard
DGT 24-
Mar-2010
24-Mar-2010
5
Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Print reports : - Trial Balance Budget - Budget - Funds Available Analysis - FSG APBN - ALLOTMENT
The transaction show in the report
Pass
C_00002
Budget Allotment from Kanwil to SU
Once DGB interface approved budget, Dit PA will inform Kanwil that approved budget is uploaded. SU will use DIPA system to print concept DIPA and send it to related Kanwil. (Offline)
(N)OPSF(I) Dossier > Dossier
Maintenance
DGT 25-
Mar-2010
25-Mar-2010
1
Step Description : Creating Budget Transfers to allocate budget funds 1. Login as user : KANWIL USER 2. Select Dossier Type : Kanwil-SU295213 3. Enter Dossier Name : Kanwil-SU295213 Description : Allotment & AFP in Kanwil for SU 295213
SA010 SA011 SA012 SA013 SA014 SA015 SA017
Find the Dossier Type that want to be used
Pass
ALLK1-2010-1 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5837149: B 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.2.551316.0000 (DB) - Jan 2010 - 100,000,000.00
263
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
1. Once Kanwil get concept DIPA from SU, they will review with SPAN system and it is matched, they will register budget allotment information in SPAN system. - Annual allotment process will be at lowest level (6 digits economic classification) and PTD balance BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func-SubFunc/Prog-Prio- Focus/Activ-ActivPrio/Location/BudgetStage/Account(6)/Future - DIPA with authority code Region Office and Deconcentration will be approved and printed by Head of Kanwil - If during process Review DIPA, Head of Kanwil find the documents from Spending Unit is not complete yet, Dit PA will block certain economic classification, so spending unit cannot use it until Spending Unit complete all the documents, ( This blockade fund still in budget stage 1 ) - Need to protect certain expenditure so this expenditure cannot be switched/used with others expenditure ( During setup Dossier type, make sure that this certain expenditure not include in source account )
2
Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : APBN 2010 2. Enter Account : 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.1.551313.0000 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.1.551316.0000 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.1.551318.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account and amount : 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.2.551313.0000 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.2.551316.0000 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.2.551318.0000 3. Enter Period Name : Jan-10
Range account can be selected
Pass
018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.1.551316.0000 (CR ) - Jan 2010- 100,000,000.00
3
Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button
Fund will be reserved and Dossier transaction will be saved with status "Creating"
Pass
Approve Dossier Transaction
Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined
(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor
>Administrator Workflow
>Notifications
DGT 25-
Mar-2010
25-Mar-2010
4
Step Description : Approval 1. Login as : KANWIL HEAD 1. Select the Dossier transaction "Kanwil-SU295213" 2. Click Approve
Find the Dossier transaction and after Approved the status will be changed to
Pass
264
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
"Complete"
Print Report
Check report
(N) OPSF(I) > Dossier > GL >
Request > Standard
DGT 25-
Mar-2010
25-Mar-2010
5
Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Print reports : - Trial Balance Budget - Budget - Funds Available Analysis - FSG APBN - ALLOTMENT
Report run successfully
Pass
C_00003
Budget Allotment for DIPA BUN
Once DGB interface approved budget, the DIPA BUN will not be created yet by each directorate who manage DIPA BUN until the supporting documents for each particular transactions is ready. 1. Once Dit PA get concept DIPA from each Directorate, they will review with SPAN system and it is matched, they will register budget allotment information in SPAN system. - Annual allotment process will be at lowest level (6 digits economic classification) level, from summary account into detail account and PTD Balance BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func-SubFunc/Prog-Prio-Focus/Activ-ActivPrio/ Location/BudgetStage/Account/Future - DIPA BUN will use authority code Central Office and approve by Head
(N)OPSF(I) Dossier > Dossier
Maintenance
DGT 25-
Mar-2010
25-Mar-2010
1
Step Description : Creating Budget Transfers to allocate budget funds 1. Login as user : PA USER 2. Select Dossier Type : Central-SU999204 3. Enter Dossier Name : Central-SU999204 Description : Allotment & AFP in Central for SU 999204
SA010 SA011 SA012 SA013 SA014 SA015 SA017
Find the Dossier Type that want to be used
Pass
ALLC3-2010-4 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5837149: B 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.0601.2.611121.0000 (DB) - Jan 2010 - 3,333,333.33 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.0601.2.611121.0000 (DB) - Jan 2010 - 50,000,000.00 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.0601.1.119119.0000 (CR) - Jan 2010 - 53,333,333.33
SA_I_00003 SA_I_00008 SA_I_00011 SA_I_00012 SA_I_00013 SA_I_00014 SA_I_00016 SA_I_00017
BC002 BC003 PM00
1
2
Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : APBN 2010 2. Enter Account : 999.99905.999204.999.01000000.05.0106.01006.0100601.0601.1.119119.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10 Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account and amount : 999.99905.999204.999.01000000.05.0106.01006.0100601.0601.2.6111211.0000 999.99905.999204.999.01000000.05.0106.01006.0100601.0601.2.6111212.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10
Range account can be selected
Pass
265
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
of Dit PA.
3
Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button
Fund will be reserved and Dossier transaction will be saved with status "Creating"
Approve Dossier Transaction
Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined
(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor
>Administrator Workflow
>Notifications
DGT 25-
Mar-2010
25-Mar-2010
4
Step Description : Approval 1. Login as : PA HEAD 1. Select the Dossier transaction "Central-SU999204" 2. Click Approve
Find the Dossier transaction and after Approved the status will be changed to "Complete"
Print Report
Check report
(N) OPSF(I) > Dossier > GL >
Request > Standard
DGT 25-
Mar-2010
25-Mar-2010
5
Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Print reports : - Trial Balance Budget - Budget - Funds Available Analysis - FSG APBN - ALLOTMENT
Report run successfully
C_00004
Budget Allotment for DIPA BLU
Once DGB interface approved budget, they will inform to Dit PA and SU will use DIPA system to print concept DIPA and send it to Dit PA. (Offline) 1. Once Dit PA get concept DIPA from SU, they will review with SPAN system and it is matched, they will register budget allotment information in SPAN system. - Annual allotment process will be at lowest
(N) OPSF(I) > Dossier > GL >
Setup> Summary
1 Input additional Budget balances using control account 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.0152.2.999999.0000
(N)OPSF(I) Dossier > Dossier
Maintenance
DGT 2
Step Description : 1. Choose Budget name : FUND2010 2. Input Batch Name : Revise end of Year SU 537721 3. From : Budget Organization Central Org Account : 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.0152.2.999999.0000 4. To : Budget Organization : Central Org Account :
SA010 SA011 SA012 SA013 SA014 SA015 SA017
Pass N/A SA_I_00018
BC002 BC003 PM00
1
266
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
level (6 digits economic classification) and PTD balance BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func- SubFunc/Prog-Prio-Focus/Activ-ActivPrio/Location/BudgetStage/Account(6)/Future - DIPA with authority code Central Office, Assistance Task and Co-Administration will be approved by Dit PA. 2. Head of Dit PA will approve it. For DIPA BLU because they have their own revenue, BC and PM transactions can exceed YTD balance based on certain percentage rules 5%,10% etc . There are two scenarios need to consider : a. Tolerance apply to total Spending Unit and end of year Spending Unit must make revision of its DIPA. b. Every 3 months, Spending Unit will send SPM Pengesahan to KPPN but before that SPM Pengesahan is inputted into system , Spending Unit must make revision of its DIPA. Solutions : Scenario a, create Summary Account template based on total SU with total account values D.D.SU537721.D.T.D.T.T.T.T.DIPA.T.D Create additional budget using Control Account. (999999) Scenario b, because this revision no need approval process, can use Budget Transfer function to do this process
015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.0152.2.423213.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.0152.2.712122.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.0152.2.711112.0000 5. Input Transfer Amount :
267
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
C_00005
Budget Allotment for Reserve Fund DIPA
Once DGB interface approved budget, this DIPA will not be created yet until the Goverment need to use it for special circumtances ( example Natural Disaster ). 1. The president will ask Ministry of Finance to prepare DIPA 2. Ministry of Finance will ask Dit PA team to create this DIPA and allocate it to Line Ministry that needed this fund. - Annual allotment process will be at lowest level (6 digits economic classification) level, from summary account ( miscellenaous expenditure ) into detail account and PTD Balance BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func-SubFunc/Prog-Prio-Focus/Activ-ActivPrio/ Location/BudgetStage/Account/Future There are two scenarios need to be consider : a. The outcome of the fund is belongs to MOF ( BUN ), example Contingency Fund for Bank Restructuring b. The outcome of the fund is belongs to Line Ministry , allot from BA 999 to BA LM
(N)OPSF(I) Dossier > Dossier
Maintenance
DGT
30-Mar-2010
30-Mar-2010
30-Mar-2010
30-Mar-2010
1
(Scenario A) Step Description : Creating Budget Transfers to allocate budget funds 1. Login as user : PA USER 2. Select Dossier Type : Central-986829 3. Enter Dossier Name : Allotment for reserve fund from SU 986829 Description : Transfer Reserve fund because of Natural Disaster (Scenario B) Step Description : Creating Budget Transfers to allocate budget funds 1. Login as user : PA USER 2. Select Dossier Type : Central-986829 3. Enter Dossier Name : Allotment for reserve fund from SU 986829 Description : Transfer Reserve fund because of Natural Disaster
Scenario A) Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : APBN 2010 2. Enter Account : 999.E0002.986829.140.01000001.01.0103.10304.1030105.0151.1.581149.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10 Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account and amount : 015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.0855.2.534111.0000 015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.0855.2.523111.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 (Scenario B) Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : APBN 2010 2. Enter Account : 999.E0002.986829.140.01000001.01.0103.10304.1030105.0151.1.581149.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10 Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account and amount : 015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.0855.2.534111.0000 015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.0855.2.523111.0000 3. Enter Period Name : Jan-10
SA010 SA011 SA012 SA013 SA014 SA015 SA017
Find the Dossier Type that want to be used
Range account can be selected
Pass
Pass
ALLC4-2010-1 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5838467: B 015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.0855.2.534111.0000 (DB) - Jan 2010 - 700,000.00 015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.0855.2.523111.0000 (DB) - Jan 2010 - 300,000.00 999.E0002.986829.140.01000001.01.0103.10304.1030105.0151.1.581149.0000 (CR) - Jan 2010 - 1,000,000.00
SA_I_00008 SA_I_00011 SA_I_00012 SA_I_00013 SA_I_00014 SA_I_00016 SA_I_00017
BC002 BC003 PM00
1
268
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
30-Mar-2010
30-Mar-2010
3
(Scenario A) Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button (Scenario B) Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button
Fund will be reserved and Dossier transaction will be saved with status "Creating"
Pass
Approve Dossier Transaction
Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined
(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor
>Administrator Workflow
>Notifications
DGT 30-
Mar-2010
30-Mar-2010
4
(Scenario A) Step Description : Approval 1. Login as : PA HEAD 1. Select the Dossier transaction "Central-986829" 2. Click Approve (Scenario B) Step Description : Approval 1. Login as : PA HEAD 1. Select the Dossier transaction "Central-986829" 2. Click Approve
Find the Dossier transaction and after Approved the status will be changed to "Complete"
Pass
Print Report
Check report
(N) OPSF(I) > Dossier > GL >
Request > Standard
DGT 30-
Mar-2010
30-Mar-2010
5
Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Print reports : - Trial Balance Budget - Budget - Funds Available Analysis - FSG APBN – ALLOTMENT
Report run successfully
Pass
269
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
Cash Limit
SA014 C_00001
Make sure that transaction for each SU cannot exceed monthly budget balance
When Ministry of Finance announce that some expenditure need to be reduced without changing budget ceiling, then cash limit process will be applied. Ministry of Finance will make guide. For example, reduce employee salary up to 85%. As per guide, SU will prepare their updated AFP plan, and submit to KPPN. 1. KPPN will register their updated AFP plan which total ceiling for AFP is different with budget ceiling - Cash limit process in the system will be the same machanism with AFP. - Cash Limit will use monthly AFP information for blocking Commitment and Payment Management transaction - Blocking process is 4 digits account blocking and 2 digits account blocking for and PTD balances 2. Head of Kanwil/Dit PA will approve it. When reduce rate and specific account is decided byMOF, PA can reduce AFP information in the system automatically, for example reduce 10% for SU 295213 and for economic classification 551313 When Cash Limit is imposed, commitment and payment will be blocked by Cash Limit(Cash limit = Updated AFP)
(N)OPSF(I) Dossier > GL > Budget > Define > Mass Budget
DGT 25-Mar-2010
25-Mar-2010
1
Step Description : 1. Define Mass Budget formula depends on the requirement 2. Click Formulas 3. Input Formula Name " Reduce 10% for SU 295213 and acct 551313 "and Description " Reduce 10% for SU 295213 and acct 551313 " 4. Create formula : A: 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.2.551313.0000 B : 10 C : 100 O : 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.2.551313.0000 T : 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.9.551313.0000 Formula : A * B/C = T SU 295213 - acct 551313 - budget code 1 will be reduced 10% and SU 295213-acct 551313 - budget code 9 will be increased 10%.
SA020 SA021 SA022 SA023 SA024
Journal generated
Pass
Journal Name : Reduce 10% for all SU MOF
Accrual Ledger Source : MassAllocation
SA_I_00007
BC002 BC003 PM00
1
Fit
270
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
Generate Mass Budget
Generate program to calculate budget reduction based on certain percentage
(N) OPSF(I) > Dossier > GL >
Budget > Generate >
Mass Budget
DGT 25-
Mar-2010
25-Mar-2010
2
Step Description :Choose Mass Budget Formula 1. Selet Mass Budget Formula " Reduce 10% for SU 295213 and acct 551313" 1. Select which period the budget will be reduced.
Virement SA006 C_00001
Virement process will change Presidential Decree RABPP
Because of the virement will change Presidential Decree RABPP, Spending Unit need to ask approval to DGB for its virement. Once the virement is approved, DGB will prepare notification then Spending Unit will send Concept DIPA-R to Dit PA or Kanwil. 1. Register Budget Virement by DGB : - Based on Virement request from Spending Unit, DGB will register Virement in SPAN System 2. DGB will approve it. - After DGB approve, DGT will get notification through SPAN system 3. DGT will review notification and approve it - DGT will review notification from DGB with DIPA-R from Spending Unit - DGT will approve this notification. 4. Dit PA or Kanwil will print DIPA Revision through SPAN System. -Below changes need to be approved by DGB : BA,Echelon,SU,Func-SubFunc,Prog-Prio-Focus,Activ-ActivPrio
(N)OPSF(I) Dossier > Dossier
Maintenance
DGB 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
1
Step Description : Creating Budget Transfers to allocate budget funds 1. Login as : DGB USER 2. Select Dossier Type : Virement Pepres SU537721 3. Enter Dossier Name : Virement process change Perpres for SU537721 and Description : Virement process change Perpres for SU537721 Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.0152.2.711112.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 015.E0009.410656.019.01000001.01.0401.01501.0070128.0152.2.711112.0000
SA013
Find the Dossier Type that want to be used Range account can be selected
Pass
VIRM1-2010-1 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5838467: B 015.E0009.410656.019.01000001.01.0401.01501.0070128.0152.2.711112.0000 (DB) - Jan 2010 - 83,333,333.33 Batch Name : CJE: Transfer 5838092: B 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.0152.2.711112.0000 (CR) - Jan 2010 - 83,333,333.33
SA_I_00002
BC002 BC003 PM00
1
Approve Dossier Transactions
DGB user will input Virement into SPAN System
(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor
>Administrator Workflow
>Notifications
DGB 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
2
Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button
Fund will be reserved and Dossier transaction will be saved with status "Creating"
Pass N/A
271
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
Approve Dossier Transactions
DGB manager will review again and send notification to DGT
(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor
>Administrator Workflow
>Notifications
DGB 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
3
Step Description : Approval 1. Login as : DGB HEAD 1. Select the Dossier transaction "Virement Pepres SU295213" 2. Click Approve
Approved related Dossier transaction, notification will be sent to next hierarchy
Pass N/A
Approve Dossier Transactions
DGT user will review it with Concept DIPA-R from SU
(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor
>Administrator Workflow
>Notifications
DGT 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
4
Step Description : Approval 1. Login as : PA User 1. Select the Dossier transaction "Virement Pepres SU295213" 2. Click Approve
Approved related Dossier transaction, notification will be sent to next hierarchy
Pass N/A
Approve Dossier Transactions
DGB manager will review it again and approve it
(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor
>Administrator Workflow
>Notifications
DGT 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
5
Step Description : Approval 1. Login as : PA Head 1. Select the Dossier transaction "Virement Pepres SU295213" 2. Click Approve
Find the Dossier transaction and after Approved the status will be changed to "Complete"
Pass N/A
Print Report
Check report
(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor
>Administrator Workflow
>Notifications
DGT 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
6
Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Print reports : - Trial Balance Budget - Budget - Funds Available Analysis
Report run successfully
Pass N/A
C_00002
Virement process will not change Presidential Decree RABPP
Spending Unit prepare "Request of DIPA Revision" letter and send it to Dit PA or Kanwil(currently SU prepares this letter manually)
(N)OPSF(I) Dossier > Dossier
Maintenance
DGT 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
1
Step Description : 1. Login as : PA HEAD 2. Select Dossier Type : " Virement DGT SU295213" 3. Enter Dossier Name : Virement process for SU 295213 and Description : Virement Process for SU 295213
Find the Dossier Type that want to be used
Pass
VIRM2-2010-2 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5839281: B 018.E0012.295213.127.01000001.02.0403.018
272
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
1. Dit PA or Kanwil will review this Request of DIPA Revision letter and register in SPAN system. 2. Head of Kanwil/Dit PA will approve it. 3. Dit PA or Kanwil will print DIPA Revision through SPAN System. -Below changes need to be approved by DGT : Central-Kanwil-KPPN/Location/Account( only if first 2 digits change )
2
Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.2.551313.0000 3. Enter Period Name : Jan-09
Range account can be selected
01.0180105.2952.2.551313.0000 (DB) - Jan 2010 - 10,000,000.00 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.2.551313.0000 (CR) - Jan 2010 - 10,000,000.00
3
Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 018.E0012.295213.127.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.2.551313.0000 3. Enter Period Name : Jan-09
Range account can be selected
4
Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button
Fund will be reserved and Dossier transaction will be saved with status "Creating"
Approve Dossier Transactions
Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined
(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor
>Administrator Workflow
>Notifications
DGT 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
1
Step Description : Approval 1. Login as : Head of Dit PA User 1. Select the Dossier transaction "Virement DGT SU295213" 2. Click Approve
Find the Dossier Type that want to be used
Pass N/A
Print Report
Check report
(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor
>Administrator Workflow
>Notifications
DGT 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
1
Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Print reports : - Trial Balance Budget - Budget - Funds Available Analysis
Report run successfully
Pass N/A
273
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
C_00003
SKPA Virement ( Approve by KPPN )
Origin Spending Unit prepare "SKPA Concept" and send it to Origin KPPN : 1. KPPN will review this SKPA Concept letter and based on this document KPPN revise AFP information in SPAN system. 2. Head of Origin KPPN will approve it. 3. Head of Origin KPPN will print DIPA Revision through SPAN System and send it to Receiver KPPN and Origin Spending Unit. 4. Origin Spending Unit send DIPA Revision to Receiver Spending Unit for Budget Execution process.
(N)OPSF(I) Dossier > Dossier
Maintenance
KPPN 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
1
Step Description : 1. Login as : KPPN USER 2. Select Dossier Type : " Virement SKPA SU119091" 3. Enter Dossier Name : Virement SKPA for SU 2119091 and Description : Virement SKPA Process for SU 119091 Step Description : Approval 1. Login as : KPPN User 1. Select the Dossier transaction " Virement SKPA SU2119091" 2. Click Approve
Find the Dossier Type that want to be used
Pass
VIRM3-2010-2 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5838467: B 015.E0010.119106.139.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.523119.0000 (DB) - Jan 2010 - 3,333,333.33 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.523119.0000 (CR) - Jan 2010 - 3,333,333.33
2
Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.523119.0000 3. Enter Period Name : Jan-10
Range account can be selected
Pass
3
Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 015.E0010.119106.139.01000000.01.0690.09102.0550226.0151.2.523119.0000 3. Enter Period Name : Jan-10
Range account can be selected
Pass
4
Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button
Fund will be reserved and Dossier transaction will be saved with status "Creating"
Pass N/A
274
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
Approve Dossier Transaction
Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined
(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor
>Administrator Workflow
>Notifications
KPPN 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
1
Step Description : Approval 1. Login as : Head of KPPN 1. Select the Dossier transaction "Virement SKPA SU119091" 2. Click Approve
Find the Dossier transaction and after Approved the status will be changed to "Complete"
Pass N/A
Print Report
Check report
(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor
>Administrator Workflow
>Notifications
KPPN 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
1
Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Print reports : - Trial Balance Budget - Budget - Funds Available Analysis
Report run successfully
Pass N/A
C_00004
Virement request from SU, in system will be updated by KPPN
When there is virement in Spending Unit itself, it will not be reflected to SPAN System. However, it need to be reflected for reporting purpose(budget realization not showing negative amount) Spending Unit will send their own virement information(softcopy) to KPPN - Whenever SU submit SPM, it will be provided to KPPN and KPPN will update in SPAN System - During monthly closing, SU will submit thier own virement information to KPPN and KPPN will update in SPAN System - During year end closing, SU will submit thier won virement information to APK and APK will update in SPAN System
(N)OPSF(I) Dossier > GL >
Budgets > Enter > Journals
KPPN 1
Step Description : 1. Choose Budget name : 2. Input Batch Name : 3. From : Budget Organization Account : 4. To : Budget Organization Account : 5. Input Transfer Amount :
275
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
Budget Retireme
nt SA007
Transfer back remaining Budget balances to LM Org ( Can use Retirement Relationship )
Not Required in CRP1 N/A N/A N/A N/A N/A
Vote on Account
SA015 C_00001
Vote on Account
<<Assumption based on PIC suggestion>> This process covers scenario if annual Budget has not approved until beginning of Fiscal Year but some transactions at Spending Unit need to be paid. Dit PA or Kanwil will do following process : 1. Dit PA or Kanwill will create DIPA on behalf Spending Unit : - This DIPA will be created only for certain transactions ( salary, electricity, water bill, etc ) - The DIPA amount will use previous year budget with full year budget balance. 2. Appropriation process, DGB will not interface data budget to Dit PA or Kanwil 3. Register Budget Allotment: - Dit PA or Kanwill will register budget allotment in SPAN system. 4. Register Annual Financial
DGT 30-
Mar-2010
30-Mar-2010
1
Step Description : Enter Budget 1. Enter Budget "VoteonAcct2011" 2. Enter Description "Vote on Acctount budget 2011" 3. Enter Status : Open 4. Enter First and Last Budget Period " Jan-11" and "Adj-11" 5. Click Open Next Year button 6. Save your work
SA007
Budget Book will be created
Pass
N/A SA_I_00001
BC002 BC003 PM00
1
Login to Responsibility :
Desktop Integrator ADI
2
Step Description : Copy Data from Spreadsheet to WebADI 1. Create Document 2. Select Integrator General Ledger - Budgets 3. Click Next button 4. Select Excell Version 5. Click Next 6. Select data in mandatory field (field with * sign) 7. Click Next 8. Click Continue 9. Click Create Document, the WebADI Excell will pop up. Wait, till complete. 10. Click Tool on Toolbar then highlight Protect and select Unprotect, to enable you insert as many row as you needed. 11. Save your work
WebADI will be opened
Pass
276
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
Plan process, AFP information will be registered in SPAN System based on AFP information from previous year DIPA. - Head of Dit PA/Kanwil will approve and print this DIPA After Annual budget has been approved, Spending Unit will create Concept DIPA and DGB will interface full year budget amount. Dit PA/Kanwil will perform following processes : 6. Annual Budget data from DGB will replace DIPA that has been created by Dit PA or Kanwil. Register Budget Allotment process: - SU will print Concept DIPA and DGT need to review it with SPAN System. 7. Register Annual Financial Plan process, - AFP information will be registered in SPAN System based on Concept DIPA from Spending Unit. - Head of Kanwil/Dit PA will approve and print it. 8. Vote on Account DIPA ( step no 3 ) and Annual Budget DIPA will have different DIPA number
3
Step Description : Upload data to system. 1. Copy data from your spreadsheet to WebADI excell. 2. Select Oracle from Toolbar then select Upload 3. Fill out parameter as you needed, then click Upload. Data : 015.E0010.119091.133.01000000.01.0402.08803.0880311.0151.1.511111.0000 015.E0010.119091.133.01000000.01.0402.08803.0880311.0151.1.511121.0000 Upload to Jan-11 - Dec-11 period Will use budget code 1
Data will be interfaced to Oracle
Pass
Post Budget Journal
Post Budget Journal
(N) Change Responsibility to Public Sector General Ledger (N) OPSF(I)> Dossier >GL>Post
DGB 30-Mar-2010
30-Mar-2010
1
Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Change responsibility to Public Sector General Ledger 2. Select the budget journal 3. Review Batch and click Post 4. Print report Trial Balance Budget
Journal will be Posted
Pass N/A
277
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
Create new Budget and copy Budget as a backup to maintain history of this budget
Create new Budget and copy Budget as a backup to maintain history of this budget
(N)OPSF(I) Dossier > GL >
Budgets > Define > Budget
DGB 30-
Mar-2010
30-Mar-2010
Step Description : Enter Budget 1. Enter Budget "Vote on Acct 2011 BACKUP" 2. Enter Description "APBN Vote on Acct 2011 BACKUP" 3. Enter Status : Open 4. Enter First and Last Budget Period "Jan-11" and "Adj-11" 5. Click Autocopy button and choose which budget want to be copied 6. Save your work
Budget data will be copied
Pass N/A
C_00002
Replace Budget
After Annual Budget has been approved and transfer to General Ledger module, need to replace budget from budget Vote on Account to Approved Annual Budget
(N)OPSF(I) Dossier > GL > Budgets > Define > Organization
DGT 30-
Mar-2010
30-Mar-2010
1
Step Description : Find the Budget Organization 1. Enter Organization name " DGB Org, Central Org or Kanwil Org 2. Click Ranges button 3. Click Budgetary Account and delete Funding budget Vote on Account to APBN2011
After Budget has been approved, the process will be same like "Budget Allotment and Annual Financial Plan"
Additional Budget interfaced from PSB and do process Allotment and AFP again ( The allotment and AFP process only for difference amount )
DGT 30-
Mar-2010
30-Mar-2010
1 Refer to Budget Allotment and Annual Financial Plan process
N/A Pass N/A
Review MTEF
Budget SA008
C_00001
Review MTEF Budget
Once MTEF budget is reviewed by parliament, DGB will interface its MTEF budget with Supporting Document. If will be 1 proposed year + 2 year estimates and YTD balance. BA/Echelon/000000/000/Fund/00/Func-SubFunc/Prog-Prio-Focus/Activ-ActivPrio/0000/0/000000/0000 1. MTEF budget will be inquiry and printed by SPAN system
(N)OPSF(I) Dossier > GL >
Journals > Enter DGT
30-Mar-2010
30-Mar-2010
1
Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Find the the budget journal "Source = Budget Journal, Status = Unposted"
SA025 SA026 SA027 SA029 SA032
Budget journal will be created with status Unpost
Pass N/A SA_I_00009 N/A Fit
278
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
Post Budget Journal
Post Budget Journal
(N) Change Responsibility to
Public Sector General Ledger
(N) OPSF(I)> Dossier
>GL>Post
DGT 30-
Mar-2010
30-Mar-2010
1
Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Change responsibility to Public Sector General Ledger 2. Select the budget journal 3. Review Batch and click Post 4. Print report Trial Balance Budget FSG MTEF BUDGET
Budget Journal will be POSTED
Pass N/A
Carry Forward Budget
balances
SA009
C_00001
Carry forward Open PO to next year
This process applicable for below condition : 1. If remaining PO decided to be carryforward to next year, SU will prepare report which need to be carryforward. 2. KPPN will receive this list from SU and after year end closing, it will be carryforward to next year.
(N)OPSF(I) Dossier > GL >
Setup >> Open / Close
DGT 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
1
Step Description : Check Period 1. Close Previous year period 2. Open Next Year Period
SA016
Encumbrance will be carried forward to next year
Pass N/A SA_I_00005
BC002 BC003 PM00
1
(N)OPSF(I) Dossier > GL >
Journal > Generate >
Carry foward
DGT 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
2
Step Description : Generate Carryforward 1. Choose Carryforward rule 2. Choose Budget and period 3. Choose account from / to 4. Click Preview 5. View Request to see the result 6. Click Carryforward if want to execute this process
C_00002
Carryforward budget to next year(SU realize its remaining fund in Dec – after Budget preparation phase is over)
After APBN is approved by parliament, there will be some fund which need to be carryforward to next year - Each LM(??) will make request for approval to parliament with supporting document - After the request has been approved by Parliament , Dit PA will carryforward the remaining fund and print DIPA based on Carry Forward amount . -After APBN-P is approved(include carryforward amount from last year), it will be interfaced to DGT. - The carry forward amount from APBN-P will not be allotted to SU. - Carryforward budget and APBN budget should be distinguished.
(N)OPSF(I) Dossier > GL >
Journal > Generate >
Carry foward
DGT 26-
Mar-2010
26-Mar-2010
1
Step Description : Generate Carryforward 1. Choose Carryforward rule 2. Choose Budget and period 3. Choose account from / to 4. Click Preview 5. View Request to see the result 6. Click Carryforward if want to execute this process
279
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
*Waktu carry forward harus dalam budget stage 1 ??? , hasil carry forward dilakukan process allotment dengan menggunakan dossier .?? bisa kah ?
Supplementary Budget
SA010 C_00001
Interface Supplementary budget appropriation from PSB
Once annual budget revision is approved by parliament, DGB will interface its annual budget revision budget with RABPP-R. It will be lowest level(6 digits economic classification) and YTD balance BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func-SubFunc/Prog-Prio-Focus/Activ-ActivPrio/Location/BudgetStage/Account/Future Once DGB interface approved budget, they will inform to Dit PA, and SU will use DIPA system to print concept DIPA-R and send it to Dit PA. (Offline) Based on Annual Budget Revision from DGB, Dit PA /Kanwil will perform following processes : 1. Register Budget Allotment : - Supplementary budget allotment process will be at lowest level (6 digits economic classification) and YTD balance - DIPA with authority code Central Office, Assistance Task and Co-Administration will be approved by Dit PA and DIPA with authority code Region Office and Deconcentration will be approved by Head of Kanwil 2. Update Annual Financial Plan :
(N)OPSF(I) Dossier > GL >
Journals > Enter DGT
30-Mar-2010
30-Mar-2010
1
Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Find the the budget journal "Source = Budget Journal, Status = Unposted" 015.E0010.119091.133.01000000.01.0690.09102.0910202.0151.1.511141.0000 015.E0010.119091.133.01000000.01.0690.09102.0910202.0151.1.523119.0000 022.02204.412801.133.01000000.01.0408.02205.0220501.0152.1.532100.0000 022.02204.412801.140.01000000.01.0408.02205.0220501.0152.1.536100.0000 Will use budget stage 1
SA003
Bugdet Jornal will be created with status Unposted
Pass N/A N/A
BC002 BC003 PM00
1
280
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
- After supplementary budget alloment registration, AFP information will be registered in SPAN system based on DIPA-R. - Head of Dit PA or Kanwil/Dit PA will approve it. - DIPA-R will be printed by DIT PA/Kanwil - In database, AFP information will be by 6 digits but for reporting purpose 2 digit account will be printed.
Post Budget Journal
Post Budget Journal
(N) Change Responsibility to
Public Sector General Ledger
(N) OPSF(I)> Dossier
>GL>Post
DGT 30-Mar-
2010 1
Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Change responsibility to Public Sector General Ledger 2. Select the budget journal 3. Review Batch and click Post 4. Print report Trial Balance Budget
Budget Journal will be POSTED
Pass N/A N/A
C_00002
Create new Budget and copy Budget as a backup to maintain history of this budget
Create new Budget and copy Budget as a backup to maintain history of this budget
(N)OPSF(I) Dossier > GL >
Budgets > Define > Budget
DGT 30-
Mar-2010
30-Mar-2010
1
Step Description : Enter Budget 1. Enter Budget "APBN 2010 Supplement BACKUP" 2. Enter Description "APBN Supplement 2010 BACKUP" 3. Enter Status : Open 4. Enter First and Last Budget Period "Jan-10" and "Adj-10" 5. Click Autocopy button and choose which budget want to be copied 6. Save your work
Budget balances will be copied
Pass N/A N/A
C_00003
Repeat scenarions : Allotment and registering Annual Financial Plan
Repeat scenarions : Allotment and registering Annual Financial Plan
DGT 30-
Mar-2010
30-Mar-2010
1
Allotment process and AFP will move from budget stage 4 to Budget stage 2
Dossier transaction created successfully and print report for checking.
Pass N/A N/A
281
Process Name
Scenario ID Business
Case Business Requirement (Required Information)
Path Owner Test Plan Date
Test Execute
Date Step Test Procedure Ref No.
Expected Result
Execution Result Issue NO
Cross Process
ID
Gap/Fit Process
ID Case
ID Result Detail Execution Result
Journal transfer
from Dossier
SA011 C_00001
Transfer Journal from Dossier
Check Journal Encumbrances from Dossier trasactions - After Budget Appropriation - After Budget Allotment - After Annual Financial Plan - After Cash Limit - After Virement
(N) OPSF(I) > Dossier > GL >
Inquiry > Budget (N) OPSF(I) >
Dossier > GL > Other > Request
DGT 30-
Mar-2010
30-Mar-2010
1
Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Find Request and select Program - Create Journals 4. Click View Output to see the result
N/A
Journal Dossier will be created in GL with status Unposted
Pass N/A N/A
Inquiry Budget Journal
and Fund
SA012 C_00001
Query Budget Balances
Check Budget Journal - After Budget Appropriation - After Budget Allotment - After Annual Financial Plan - After Cash Limit - After Virement
(N) OPSF(I) > Dossier > GL >
Inquiry > Budget DGT
30-Mar-2010
30-Mar-2010
1
Step Description : View Annual Budget Data 1. Enter Ledger 2. Enter Budget 3. Enter Currency 4. Enter Inquiry Type 5. Enter Accounting Periods 6. Select Factor 7. Select Summary Template to limt the query 8. Select summary accounts 7. Click Show Balances button
SA008 SA009 SA015 SA030 SA031
Check budget balance online from system
Pass Check budget balance online from system
N/A
Query Fund
Check Fund Available - After Budget Appropriation - After Budget Allotment - After Annual Financial Plan - After Cash Limit - After Virement
(N) OPSF(I) > Dossier > GL > Inquiry > Fund
DGT 30-
Mar-2010
30-Mar-2010
1
Step Description : View Funds Available 1. Enter Ledger 2. Enter Budget 3. Enter Period 4. Select Range account
SA008 SA009 SA015 SA030 SA031
Check Fund Available online from system
Pass Check Fund Available online from system
N/A
Encumbrance
Checking SA013
C_00001
Check encumbrance from PR, PO, AP and GL
Check budget balances movement - After Budget Commitment - After Payment Management
(N) OPSF(I) > Dossier > GL > Inquiry > Fund
DGT 30-
Mar-2010
30-Mar-2010
1
Step Description : 1. Create PR from Puirchasing Module 2. Check Fund 3. Create PO from Purchasing Module 4. Check Fund 5. Match AP Invoice from AP Module 6. Check Fund 7. Transfer from AP to GL and POST 8. Check Fund
N/A
Check Encumbrance movement from PR until GL
Pass Check Encumbrance movement from PR until GL
N/A
Other SA015 C_00001
Other Reporting
(N) OPSF(I) > Dossier > GL >
Inquiry > Budget (N) OPSF(I) >
Dossier > GL > Other > Request
DGT 30-
Mar-2010
30-Mar-2010
1
- SA008 Viewing and printing out the initial Annual Budget Appropriation - SA009 The system should have the ability to analyze the Annual Budget Appropriations in varied detail - SA030 Viewing and printing out the MTEF - SA031 The system should have the ability to analyze the MTEF in varied detail
SA008 SA009 SA030 SA031
N/A N/A N/A N/A Fit
282
Proses Skenario CRP II dan Penyempurnaannya
Nama Proses
Penjelasan Proses
Appropriasi Anggaran
(Anggaran Tahunan
Penjelasan :
Setelah DPR menyetujui RUU APBN menjadi UU APBN maka
diperlukan Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja
Pemerintah Pusat (RABPP) untuk melaksanakan UU APBN tersebut.
Perpres ini disusun berdasarkan rincian anggaran pemerintah per
satker, lokasi, program, kegiatan, fungsi/subfungsi, unit organisasi
dan jenis belanja (Pasal 26 ayat 1 UU 17/2003). Peraturan Presiden
tersebut menjadi dasar penyusunan dan pengesahan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (PMK 119/PMK.02/2009 pasal 6 ayat 1).
Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja dan Kerangka Pengeluaran
Jangka Menengah mulai diperkenalkan dalam DIPA terutama
dimulai pada tahun anggaran 2012. Antisipasi dalam pelaksanaan
anggaran ke depannya dengan pendekatan kinerja dan kerangka
jangka menengah, menyebabkan format RKAKL 2011 dan unsur-
unsurnya digunakan sebagai bahan penyusunan DIPA.
Pemroses : Pelaksana dan Kepala Seksi pada Ditjen Anggaran
Input : RUU APBN
Output : UU APBN
Rincian Proses
Anggaran tahunan yang disetujui oleh parlemen dimasukkan ke
dalam sistem oleh DJA. Persetujuan pagu anggaran bagi
kementerian untuk belanja diuraikan dalam tingkat yang lebih detil
yaitu ke dalam klasifikasi ekonomi
283
Pengesahan DIPA di Kantor Pusat
Penjelasan :
Berdasarkan Perpres RABPP Menteri/Pimpinan Lembaga
menyusun dokumen pelaksanaan anggaran (Konsep DIPA) yang
diuraikan menurut sasaran yang hendak dicapai, fungsi,
program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk
mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap
satuan kerja, serta pendapatan yang diperkirakan (UU 1/2004
Pasal 14 ayat 2 dan 3). Dalam PMK 119/PMK.02/2009 pasal 6 ayat
2 rincian dalam dokumen DIPA diatur lebih rinci yaitu menjadi
fungsi/sub fungsi, program, sasaran program, rincian
kegiatan/sub kegiatan, jenis belanja, dan rencana penarikan dana
serta perkiraan penerimaan.
Konsep kinerja dan penganggaran jangka menengah yang akan
diterapkan menyebabkan penambahan beberapa unsur yang ada
pada RKAKL 2011 dicantumkan dalam DIPA. Unsur kinerja
tersebut yaitu visi, misi, hasil (outcome), indikator kinerja utama
program, sasaran strategis, prioritas nasional dan fokus prioritas.
Kerangka penganggaran jangka menengah menyebabkan DIPA
menyediakan informasi alokasi pagu untuk tiga tahun ke depan.
Pemroses:
1. Pelaksana/staff pada Dit PA DJPBN
2. Kepala Seksi Dit PA DJPBN
Waktu : Akhir tahun anggaran (Desember tahun n-1)
Tempat : Dit PA DJPBN.
Input : Konsep DIPA + ADK satker dan perpres RABPP dari Budget
Prepraration Modul
284
Output : DIPA
Rincian Proses :
1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN.
(Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun)
sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya
sampai 2 digit (jenis belanja)
2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian merestore data DIPA
ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan
informasi tentang perbedaan antara data konsep DIPA
dengan RABPP.
3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan
penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara Konsep
DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP. Informasi
perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP yang
dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat
bantu dalam proses penelaahan ini.
4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan
mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika
konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan
mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi
perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan hal-
hal yang membutuhkan perbaikan
5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah
dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar
maka kasi akan menekan tombol approval pada sistem
sehingga data DIPA akan langsung masuk ke dalam database
SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data
285
belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval
sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan
perbaikan oleh pelaksana (untuk kesalahan yang
diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau dikembalikan ke
Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki sendiri oleh
Satker)
6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit
PA untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA
DJPBN untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke
Direktur PA untuk direview dan ditandatangani.
7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA
diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada
pihak-pihak terkait.
Catatan :
1. Jika terdapat perbedaan data akun antara SPAN dan ADK satker
maka sistem akan memilih data yang ada diSPAN. Karena sesuai
dengan hasil penelaahan DJA dengan Satker yang disepakati
adalah data yang disimpan pada database SPAN
2. Penekanan proses pada saat penelaahan adalah rencana
penarikan dana khususnya pada triwulan pertama apakah
sudah realistis atau belum
286
Pengesahan Anggaran dari Kantor Wilayah ke Satuan Kerja
Penjelasan:
Petugas dari Kanwil DJPBN dan Petugas dari Satker secara bersama-
sama melakukan penelaahan terhadap Konsep DIPA yang diajukan
Satker. Penelaahan DIPA pada Kanwil DJPBN didasarkan pada cover
letter Perpres Rincian APBN dari Dit PA
Pemroses
1. Pelaksana pada Bidang PA di Kanwil DJPBN
2. Kepala Seksi Kanwil DJPBN
Waktu : Akhir tahun anggaran (Desember tahun n-1)
Tempat : Bidang PA Kanwil DJPBN.
Input : Konsep DIPA + ADK satker dan perpres RABPP dari Budget
Preparation Modul
Output : DIPA
Rincian Proses :
1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Bidang PA
Kanwil DJPBN. Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai
6 digit (akun) sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA
disusun hanya sampai 2 digit (jenis belanja)
2. Pelaksana pada Bidang PA Kanwil DJPBN kemudian menginput
data DIPA ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan
memberikan informasi tentang perbedaan antara data konsep
DIPA dengan RABPP/SAPSK.
3. Pelaksana pada Bidang PA Kanwil DJPBN dan Satker akan
melakukan penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara
Konsep DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK.
287
Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA dengan
RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi
salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.
4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan
mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika
konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan
mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi
perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan hal-
hal yang membutuhkan perbaikan
5. Kasi pada Kanwil DJPB akan mereview data DIPA yang telah
dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka
kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga
data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan
dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar
maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data
akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh
pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki
oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang
harus diperbaiki sendiri oleh Satker)
6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi
Bid PA Kanwil DJPBN untuk diparaf, kemudian diteruskan pada
kasubid PA Kanwil DJPBN untuk direview dan diparaf dan
terakhir diteruskan ke Kepala Kanwil untuk direview dan
ditandatangani.
7. Setelah ditandatangani oleh Kepala Kanwil DJPBN, DIPA
diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada
pihak-pihak terkait.
288
Pengesahan Anggaran untuk DIPA BUN
Penjelasan:
Setelah DJA mengesahkan anggaran, DIPA BUN (999.01
Manajemen Utang, 999.02 Manajemen Hibah, 999.03
Manajemen Investasi, 999.04 Perjanjian Penerusan Pinjaman,
999.07 Subsidi dan 999.08 Belanja lain-lain) tidak akan dilakukan
penelaahan oleh masing-masing Direktorat/Seksi yang mengelola
DIPA BUN sampai dokumen pendukung untuk masing-masing
transaksi khusus selesai. Khusus untuk DIPA BUN 999.05 Transfer
ke daerah, DIPA nya akan dibuat sekitar bulan November-
Desember. DIPA ini menggunakan kode kewenangan Kantor
Pusat (KP) pada sistem yang akan dilakukan oleh Kepala Seksi dan
akan dicetak oleh Pelaksana pada kantor Pusat DJPB.
Pemroses :
1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA,
memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, menelaah
Konsep DIPA dan mencetak DIPA.
2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana,
memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, memberikan
approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan
meneruskannya pada Kasubid PA.
Waktu : Sesuai dengan kebutuhan
Tempat : Dit PA DJPBN.
Input : Konsep DIPA + ADK
Output : DIPA
289
Rincian Proses :
1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN.
Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun)
sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya
sampai 2 digit (jenis belanja)
2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA
ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan
informasi tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan
RABPP/SAPSK.
3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan
penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara Konsep
DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi
perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK
yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat
bantu dalam proses penelaahan ini.
4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan
mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika
konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan
mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi
perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan hal-
hal yang membutuhkan perbaikan
5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah
dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka
kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga
data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan
dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar
maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data
akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh
290
pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki
oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang
harus diperbaiki sendiri oleh Satker)
6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit
PA untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA
DJPBN untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke
Direktur PA untuk direview dan ditandatangani.
7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA
diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada
pihak-pihak terkait.
8. Penelaahan termasuk dari sisi penerimaan sesuai dengan
rencana dari satker bersangkutan.
291
DIPA Sementara Penjelasan :
Penerbitan DIPA sementara dilakukan apabila sampai pada
waktu yang ditentukan Satker belum menyampaikan konsep
DIPA. Sehingga Direktorat PA/ Kanwil DJPBN akan menerbitkan
DIPA namun hanya belanja pegawai dan belanja kegiatan
sehari-hari perkantoran yang dapat dicairkan dananya.
Pelaksana: Pelaksana pada kantor pusat DJPBN dan Kanwil
DJPBN
Proses yang dilakukan:
1. Ditjen Anggaran mengirimkan Perpres RABPP Kepada Dit
PA/kanwil Ditjen PBN
2. Kemudian Direktorat Pelaksanaan Anggaran/ Kanwil Ditjen
PBN akan membuat Konsep DIPA satker yang belum
menyampaikan konsp DIPAnya sampai waktu tertentu.
3. Berdasarkan Perpres RABPP dan Konsep DIPA tersebut maka
Dit PA/Kanwil DJPB akan langsung melakukan pengesahan
DIPA sementara tersebut, namun hanya belanja pegawai dan
kebutuhan sehari-hari perkantoran yang tidak diblokir.
4. Terakhir DIPA sementara tersebut dikirim ke satker sebagai
dasar pelaksanaan anggaran sebelum DIPA Tahunan satker
tersebut disahkan
292
Pengesahan Anggaran untuk DIPA BLU
Penjelasan:
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran BLU, yang selanjutnya
disingkat DIPA BLU adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang
dibuat oleh menteri/pimpinan lembaga serta disahkan oleh
Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan
dan berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran negara dan pencairan dana BLU atas
beban APBN serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi
pemerintah.
Pemroses :
1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA dan
RBA dari satker, memeriksa kelengkapan dokumen pendukung,
menelaah Konsep DIPA dan mencetak DIPA.
2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana, memeriksa
kelengkapan dokumen pendukung, memberikan approval data
pada sistem, memaraf DIPA net dan meneruskannya pada
Kasubdit PA.
Waktu : Awal tahun anggaran.
Tempat : Dit PA DJPBN.
Input : Peraturan Menkeu tentang prosentase ambang batas
fleksibilitas bagi BLU Penuh dan besaran pencairan dana bagi BLU
Bertahap (prosentase) + RBA Definitif + Konsep DIPA + ADK
Output : DIPA BLU
Rincian Proses :
1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN. Data
dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara
293
data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis
belanja)
2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA ke
Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi
tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK.
3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan penelaahan
untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan
Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep
DIPA dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan
menjadi salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.
4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost data
DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA belum
sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA disertai
dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK
dan hal-hal yang membutuhkan perbaikan
5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh
pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan menekan
tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan langsung masuk
ke dalam database SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya
jika data belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval
sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan
oleh pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh
DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus
diperbaiki sendiri oleh Satker)
6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit PA
untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA DJPBN untuk
direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk
direview dan ditandatangani.
7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA diserahkan
kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak
terkait.
294
Pengesahan DIPA Dekonsentrasi
Penjelasan :
DIPA Dekonsenrasi merupakan DIPA yang memuat rincian
penggunaan anggaran kementerian / lembaga dalam rangka
pelaksanaan dana dekonsentrasi, yang dilaksanakan oleh Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi yang ditunjuk Gubernur.
Pemroses
1. Pelaksana pada Bidang PA di Kanwil DJPBN akan menerima konsep
DIPA Dekon dari satker, memeriksa kelengkapan dokumen
pendukung, menelaah Konsep DIPA dan mencetak DIPA.
2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana, memeriksa
kelengkapan dokumen pendukung, memberikan approval data
pada sistem, memparaf DIPA net dan meneruskannya pada
Kasubid PA.
Waktu : Awal tahun anggaran.
Tempat : Bidang PA Kanwil DJPBN.
Input : Konsep DIPA + ADK
Output : DIPA
Rincian Proses :
1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Bidang PA Kanwil
DJPBN. Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit
(akun) sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun
hanya sampai 2 digit (jenis belanja)
2. Pelaksana pada Bidang PA Kanwil DJPBN kemudian menginput
data DIPA ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan
memberikan informasi tentang perbedaan antara data konsep
DIPA dengan RABPP/SAPSK.
3. Pelaksana pada Bidang PA Kanwil DJPBN dan Satker akan
melakukan penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara
295
Konsep DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi
perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK yang
dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat bantu
dalam proses penelaahan ini.
4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost
data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA
belum sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA
disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan
RABPP/SAPSK dan hal-hal yang membutuhkan perbaikan
5. Kasi pada Kanwil DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost
oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan
menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan
langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net
DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan
menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke
pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk
kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau
dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki
sendiri oleh Satker)
6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Bid PA
Kanwil DJPBN untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubid PA
Kanwil DJPBN untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan
ke Kepala Kanwil untuk direview dan ditandatangani.
7. Setelah ditandatangani oleh Kepala Kanwil DJPBN, DIPA
diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada
pihak-pihak terkait.
296
Pengesahan DIPA Tugas Pembantuan
Penjelasan :
DIPA Tugas Pembantuan adalah DIPA yang memuat rincian
penggunaan anggaran kementerian / lembaga dalam rangka
pelaksanaan tugas pembantuan yang pelaksanaanya dilakukan
oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditunjuk oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga. Konsep DIPA Tugas Pembantuan disusun dan
ditetapkan oleh Kepala Satker di tingkat Pusat yang ditunjuk oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga.
Pemroses
1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA
Tugas Pembantuan dari satker, memeriksa kelengkapan
dokumen pendukung, menelaah Konsep DIPA dan mencetak
DIPA.
2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana,
memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, memberikan
approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan
meneruskannya pada Kasubid PA.
Waktu : Awal tahun anggaran.
Tempat : Dit PA DJPBN.
Input : Konsep DIPA + ADK
Output : DIPA
Rincian Proses :
1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN. Data dalam
ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara data dalam
Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis belanja)
2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA ke Sistem
297
SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi tentang
perbedaan antara data konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK.
3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan penelaahan
untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan Satker
dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA
dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi
salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.
4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost data
DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA belum sesuai
maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA disertai dengan
informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan hal-
hal yang membutuhkan perbaikan
5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh
pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan menekan
tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan langsung masuk
ke dalam database SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika
data belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga
data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh
pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB)
atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki
sendiri oleh Satker)
6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit PA untuk
diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA DJPBN untuk direview
dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk direview dan
ditandatangani.
7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA diserahkan kepada
Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak terkait.
8. Pejabat perbendaharaan yang akan melaksanakan kegiatan DIPA TP
ditunjuk oleh Kepala Intansi di daerah. Hal ini dapat berakibat
pengesahan DIPA TP menjadi lebih lama karena harus menunggu
informasi dari daerah.
298
Pengesahan DIPA satu satker banyak DIPA
Penjelasan :
DIPA untuk satu satker yang memiliki banyak DIPA adalah suatu
satker yang karena tugas, pokok dan fungsinya mendapatkan
kewenangan untuk mengelola DIPA Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan selain mengelola DIPA satker yang bersangkutan
(jika dimungkinkan).
Pemroses :
1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA
Tugas Pembantuan dan DIPA Dekonsentrasi dari satker,
meemriksa kelengkapan dokumen pendukung, memeriksa
kelengkapan dokumen pendukung, menelaah Konsep DIPA
dan mencetak DIPA.
2. Kasi Dit PA bertugas mereview data yang diinput pelaksana,
meemriksa kelengkapan dokumen pendukung, memberikan
approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan
meneruskannya pada Kasudit PA.
Waktu : Awal tahun anggaran.
Tempat : Dit PA DJPBN.
Input : Konsep DIPA + ADK
Output : DIPA
299
Rincian Proses :
1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN.
Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun)
sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya
sampai 2 digit (jenis belanja)
2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA
ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan
informasi tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan
RABPP/SAPSK.
3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan
penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara Konsep
DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi
perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK
yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat
bantu dalam proses penelaahan ini.
4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan
mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika
konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan
mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi
perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan hal-
hal yang membutuhkan perbaikan
5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah
dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka
kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga
data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan
dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar
maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data
300
akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh
pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki
oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang
harus diperbaiki sendiri oleh Satker)
6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit
PA untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA
DJPBN untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke
Direktur PA untuk direview dan ditandatangani.
7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA
diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada
pihak-pihak terkait.
8. Satker bisa mendapatkan DIPA Dekonsentrasi ketika
Kementerian / Lembaga lain atau Kementerian / Lembaga
yang sama dibawah satu organisasi ingin melakukan kegiatan
tertentu di lokasi dari satker yang bersangkutan namun
Kementerian / Lembaga tidak mempunyai kantor perwakilan
dan sumber daya. Tujuan dari kegiatan ini hanya untuk
kegiatan non-fisik.
9. Satker bisa mendapatkan DIPA Tugas Pembantuan ketika
Kementerian / Lembaga lain atau Kementerian / Lembaga
yang sama dibawah organisasi ingin melakukan kegiatan
tertentu di lokasi dari satker yang bersangkutan namun
Kementerian / Lembaga tidak mempunyai kantor perwakilan
dan sumber daya. Tujuan dari kegiatan ini hanya untuk
kegiatan fisik.
301
Pengesahan satu DIPA banyak satker
Penjelasan :
Satu DIPA banyak Satuan kerja (Satker) adalah satu DIPA yang
digunakan oleh lebih dari satu Satuan Kerja (Satker). Hal ini
dimungkinkan untuk satker Kementerian Pertahanan dimana
dokumen pelaksanaan anggaranya ada untuk Satker Kementerian
Pertahanan namun (tidak perlu ditulis) digunakan oleh lebih dari
satu satker dibawahnya meskipun data apropriasi telah di
turunkan untuk beberapa satker.
Pemroses :
1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA
dari satker, meemriksa kelengkapan dokumen pendukung,
menelaah Konsep DIPA dan mencetak DIPA.
2. Kasi Dit PA bertugas mereview data yang diinput pelaksana,
memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, memberikan
approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan
meneruskannya pada Kasudit PA.
Waktu : Awal tahun anggaran.
Tempat : Dit PA DJPBN.
Input : Konsep DIPA + ADK
Output : DIPA
Rincian Proses :
1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN. Data
dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara
data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit
(jenis belanja)
2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA ke
Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi
302
tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan
RABPP/SAPSK.
3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan penelaahan
untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan Satker
dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA
dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi
salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.
4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost
data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA
belum sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA
disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan
RABPP/SAPSK dan hal-hal yang membutuhkan perbaikan
5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost
oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan
menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan
langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net
DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan
menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke
pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk
kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau
dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki
sendiri oleh Satker)
6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit PA
untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA DJPBN untuk
direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk
direview dan ditandatangani.
7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA diserahkan
kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak
terkait.
303
Pengesahan DIPA
Reserve Fund (Dana
Cadangan) Kita
tidak ada DIPA
Dana Cadangan
yang ada DIPA
Format
Khusus/Belanja
Lain-lain
Penjelasan :
DIPA Reserved Fund merupakan DIPA yang menggunakan dana
cadangan. DIPA ini diterbitkan sewaktu-waktu saat ada kejadian
tertentu yang membutuhkan pengeluaran pemerintah dan belum
direncanakan sebelumnya, misalnya untuk penanganan bencana.
Sebelum dialokasikan ke dalam DIPA dana cadangan ini akan
terlebih dahulu di tampung pada akun 581149 (belanja lain-lain)
dan kemudian saat disahkan DIPAnya akan dibagi-bagi ke dalam
akun-akun lain sesuai peruntukannya
Pemroses :
1. Pelaksana pada Direktorat PA bertugas menelaah konsep DIPA,
menginput data dan mengeprint DIPA
2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana,
memberikan approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan
meneruskannya pada Kasubdit
3. Kasubdit bertugas mereview DIPA, memaraf DIPA net dan
meneruskannya pada Direktur PA
4. Direktur PA bertugas mereview DIPA dan menandatangani DIPA
Waktu : Temporary/sewaktu-waktu
Tempat : Direktorat PA
Input : Konsep DIPA + ADK
Output : DIPA
Rincian Proses
1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA. Data dalam
ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara data
304
dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis
belanja)
2. Pelaksana pada Dit PA kemudian menginput data Konsep DIPA ke
Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi
tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK
3. Pelaksana pada Dit PA dan Satker akan melakukan penelaahan untuk
memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan Satker
dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA
dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi
salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.
4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost
data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA
belum sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA
disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan
RABPP/SAPSK dan hal-hal yang membutuhkan perbaikan
5. Kasi pada Dit PA akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh
pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan
menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan
langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net
DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan menekan
tombol disapproval sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa
dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk kesalahan yang
diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker
(untuk kesalahan yang harus diperbaiki sendiri oleh Satker)
6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi untuk
diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit untuk direview dan
diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk direview dan
ditandatangani.
7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA, DIPA diserahkan kepada
Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak terkait.
305
Pengesahan DIPA
Format Khusus
Penjelasan :
Kegiatan-kegiatan yang bersifat mendesak dan sangat penting harus
segera dilaksanakan dapat menggunakan DIPA Format Khusus.
Sebagaimana pada saat penyediaan dana untuk korban gempa bumi di
daerah yang menjadi prioritas utama pemerintah. Mekanisme DIPA
Format Khusus tidak memiliki bentuk khusus karena tidak melalui proses
penganggaran dari DJA.
Pemroses : -
Waktu : Sewaktu-waktu.
Tempat : Dit PA DJPBN.
Input : Tidak dapat ditentukan
Output : DIPA
Rincian Proses :
1. Pertimbangan khusus oleh Presiden yang menghasilkan suatu perintah untuk
melakukan suatu kegiatan yang harus segera dilaksanakan karena
pertimbangan bahwa apabila pelaksanaan sampai terlambat akan
menyebabkan kerugian yang besar termasuk korban jiwa. Kegiatan darurat
harus didukung dengan anggaran/dana yang digunakan untuk
melaksanakannya.
2. Presiden memerintahkan Menteri Keuangan sebagai BUN untuk
menyediakan sejumlah dana yang diperlukan dalam rangka
melaksanakan perintah Presiden tersebut.
3. Menteri Keuangan dalam hal ini Ditjen Perbendaharaan (Dit DPA)
menghitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan
darurat tersebut.
4. Hasil perhitungan dituangkan dalam DIPA Format Khusus yang hanya
terdiri satu lembar merupakan pengesahan sekaligus mencantumkan
seluruh elemen DIPA yang lain secara rinci.
5. Setelah DIPA selesai disusun segera disahkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
6. Berdasarkan pengesahan DIPA tersebut maka DJPB (Dit PA) memerintahkan
agar BI melakukan transfer dana di rekening kas negara sejumlah yang
tercantum dalam DIPA kepada KPPN yang akan menjadi kantor bayar.
306
Update AFP
(Rencana Penarikan
Dana dan Perkiraan
Penerimaan)
Penjelasan :
Annual financial Plan ialah rencana penarikan dana dan perkiraan
penerimaan Satker selama satu tahun anggaran yang diuraikan
perbulan. Rencana penarikan dana menjadi batas tertinggi jumlah
dana yang bisa dicairkan Satker dalam satu bulan.
Pemutakhiran/update AFP wajib dilakukan setiap bulan dan harus
disampaikan ke DJPB selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum
bulan perkiraan.
Pemroses
1. Pelaksana pada KPPN mereview dan menginput data AFP
2. Kasi pada Kanwil atasan KPPN mengnyetujuiaprove data yang
diinput pelaksana
Waktu : Setiap bulan
Tempat : KPPN
Input : Konsep AFP
Output : AFP
Rincian Proses
1. Satker menyampaikan update rencana penarikan dana ke KPPN
dalam bentuk dokumen dan ADK. Data dalam hardcopy hanya akan
ditampilkan sampai 2 digit sedangkan data dalam ADK akan berisi
sampai 6 digit
2. Pelaksana di KPPN akan mereview dokumen AFP dan kemudian
menginput data tersebut kedalam Sistem SPAN.
3. Kasi pada Kanwil DJPB akan mereview data yang sudah diinput tadi.
Jika data telah sesuai maka Kasi pada Kanwil akan menyetujui
(menekan tombol approve pada sistem) sehingga data akan
langsung masuk di database SPAN.
307
Cash Limit dengan
usulan Satker
Penjelasan :
Cash limit dengan usulan Satker merupakan mekanisme
pembatasan jumlah kas yang bisa dicairkan Satker dengan
memberikan kesempatan pada Satker untuk mengusulkan
kegiatan apa saja yang akan ditunda terlebih dahulu penggunaan
dananya
.
Pemroses
1. Pelaksana KPPN mereview dan menginput data AFP yang
diajukan Satker
2. Kasi pada Kanwil mengapprove data yang diinput oleh
pegawai KPPN sesuai dengan prosentase jumlah yang
dikurangi
Waktu : Sewaktu-waktu/temporary
Tempat : KPPN
Input : Informasi kekurangan kas /cash limit dari Dit PKN, Konsep
AFP dari Satker
Output : AFP
Rincian Proses
1. Dit PKN (Pengelolaan Kas Negara) akan memberikan informasi ke
Dit PA mengenai terjadinya kekurangan kas beserta nilai
kekurangannya.
2. Berdasarkan data dari Dit PKN maka Dit PA akan menyampaikan
308
kepada KPPN jumlah alokasi/dana yang dapat digunakan oleh
masing-masing satker.
3. KPPN menyampaikan kepada masing-masing Satker agar
pengeluaran pada bulan tersebut dikurangi sebesar jumlah
tertentu sekaligus agar menyesuaikan jumlah kegiatan yang akan
dikurangi dananya.
4. Satker kemudian menyampaikan update pengeluaran yang telah
disesuaikan dengan dana yang dikurangi tersebut sekaligus
menyesuaikan rencana penarikan dana kepada KPPN.
5. KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan
sebagai dasar perubahan Halaman III DIPA.
6. Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan
untuk digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana
kas yang cukup. Namun jika sampai periode tertentu
diperkirakan pemerintah tidak memiliki dana maka akan
dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA
masing-masing satker.
309
Cash Limit tanpa
Usulan Satker
Penjelasan :
Cash limit tanpa usulan Satker ialah mekanisme pembatasan
jumlah kas yang bisa dicairkan Satker yang pelaksanaannya
dilakukan langsung oleh pemerintah (BUN) tanpa terlebih dahulu
meminta masukan dari Satker. Langkah ini ditempuh jika
kebutuhan untuk pembatasan kas diperlukan sesegera mungkin.
Pemroses
1. Pelaksana pada Dit PA
2. Kasi pada Dit PA
3. Kasubdit pad Dit PA
Waktu : Sewaktu-waktu/temporary
Tempat : Dit PA
Input : Informasi kekurangan cash dari Dit PKN
Output : Cash Limit
Rincian Proses
1) Dit PA meneriman informasi kekurangan kas dari Dit PKN
beserta nilai kekurangannya.
2) Dit PA menetapkan jumlah dana yang bisa digunakan oleh
masing-masing Satker kemudian menyampaikannya kepada
KPPN untuk diteruskan kepada seluruh Satker terkait
3) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan
untuk digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana
kas yang cukup. Namun jika sampai periode tertentu
diperkirakan pemerintah tidak memiliki dana maka akan
dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA
masing-masing satker.
310
Revisi Karena
Perubahan RABPP
Penjelasan :
Apabila terjadi revisi RABPP/SAPSK maka Satker yang
bersangkutan harus mengajukan revisi DIPA ke DJPB untuk
menyesuaikan data DIPA dengan data revisi RABPP/SAPSK
Pemroses
1. Pelaksana pada Kanwil DJPB/Dit PA
2. Kasi pada Kanwil DJPB/Dit PA
Waktu : Setelah terjadinya revisi RABPP
Tempat : Direktorat PA/Kanwil DJPB
Input : Surat Permintaan Revisi, Konsep DIPA R, ADK DIPA R
Output : DIPA R
Rincian Proses
1. Satker mengirimkan Surat permohonan revisi, konsep DIPA R
dan ADKnya ke Dit PA/Kanwil DJPB
2. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB kemudian menginput data
konsep DIPA R ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan
memberikan informasi tentang perbedaan antara data konsep
DIPA R dengan RABPP R/SAPSK R
3. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB dan Satker akan
melakukan penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara
Konsep DIPA R dengan RABPP R/SAPSK R. Informasi
perbedaan data antara Konsep DIPA R dengan RABPP R/SAPSK
R yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu
alat bantu dalam proses penelaahan ini.
4. Apabila Konsep DIPA R telah sesuai maka pelaksana akan
311
mempost data DIPA R ke dalam database SPAN. Sebaliknya
jika konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan
mengembalikan konsep DIPA R disertai dengan informasi
perbedaan data Konsep DIPA R dengan RABPP R/SAPSK R dan
hal-hal yang membutuhkan perbaikan
5. Kasi pada Kanwil DJPB akan mereview data DIPA R yang telah
dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka
kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga
data DIPA R akan langsung masuk ke dalam database SPAN
dan dapat diprint. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi
akan menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke
pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk
kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau
dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus
diperbaiki sendiri oleh Satker)
6. DIPA R yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi
untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit untuk
direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Kepala Kanwil
DJPB untuk direview dan ditandatangani.
7. Setelah ditandatangani oleh Kepala Kanwil DJPB, DIPA R
diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada
pihak-pihak terkait
312
Revisi tanpa
Perubahan RABPP
Penjelasan :
Revisi DIPA tanpa perubahan RABPP
Pemroses
1. Pelaksana pada Kanwil DJPB/Dit PA
2. Kasi pada Kanwil DJPB/Dit PA
Waktu : Sewaktu-waktu/temporary
Tempat : Direktorat PA/Kanwil DJPB
Input : Surat Permintaan Revisi dan lampirannya, ADK DIPA R
Output : DIPA R
Rincian Proses
1. Satker mengirimkan Surat permintaan revisi, lampirannya dan
ADKnya ke Dit PA/Kanwil DJPB
2. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB kemudian menginput data
konsep DIPA R ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan
membandingkan data pagu dana dalam ADK DIPA R dengan
data ketersediaan dana (fund available) dalam database SPAN
untuk memastikan tidak terjadinya DIPA minus yang
diakibatkan oleh Revisi DIPA. Sistem juga akan memberikan
informasi tentang perbedaan antara data ADK DIPA R dengan
data RABPP untuk memastikan bahwa revisi yang diajukan
Satker merupakan wewenang DJPB.
3. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB dan Satker akan
melakukan penelaahan untuk memastikan bahwa revisi yang
diajukan Satker sesuai ketentuan. Informasi perbandingan
pagu DIPA R dengan fund available dan informasi perbedaan
313
data antara ADK DIPA R dengan RABPP yang dihasilkan oleh
Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat bantu dalam proses
penelaahan ini.
4. Apabila Konsep DIPA R telah sesuai maka pelaksana akan
mempost data DIPA R ke dalam database SPAN. Sebaliknya
jika konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan
mengembalikan konsep DIPA R disertai dengan informasi
mengenai hal-hal yang membutuhkan perbaikan
5. Kasi pada Dit PA/Kanwil DJPB akan mereview data DIPA R
yang telah dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah
benar maka kasi akan menekan tombol approval pada sistem
sehingga data DIPA R akan langsung masuk ke dalam database
SPAN dan dapat diprint. Sebaliknya jika data belum benar
maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data
akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh
pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki
oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang
harus diperbaiki sendiri oleh Satker)
6. DIPA R yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi
untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit untuk
direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Dirketur
PA/Kepala Kanwil DJPB untuk direview dan ditandatangani.
7. Setelah ditandatangani oleh Kepala Kanwil DJPB, DIPA R
diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada
pihak-pihak terkait
314
Revisi DIPA
Pengesahan pada
BLU dan Hibah
(Alternatif proses
revisi perubahan
pagu)
Penjelasan :
Perlakuan belanja pada DIPA BLU Penuh memiliki karakteristik
yang berbeda dengan belanja pada DIPA umum karena satker
BLU diberikan kewenangan untuk melakukan belanja mendahului
permintaan pembayaran kepada KPPN. Apabila syarat telah
dipenuhi yaitu realisasi penerimaan melebihi suatu target maka
satker dapat menggunakan dana yang telah diterima sampai
ambang batas fleksibilitas yang telah ditentukan mendahului
permintaan pembayaran kepada KPPN. Setiap tiga bulan satker
mengajukan SPM Pengesahan dan disampaikan kepada KPPN
untuk diterbitkan SP2D Pengesahan.
Dana hibah terutama yang diterima langsung oleh K/L (satker)
maupun yang dilaksanakan langsung oleh pemberi hibah selama
ini belum ditatausahakan dengan baik pada DIPA bersangkutan.
Di masa mendatang diupayakan ada mekanisme pelaksanaan
DIPA yang bersumber dari hibah dan diusulkan menggunakan
mekanisme DIPA BLU penuh yaitu kegiatan/belanja dapat
dilakukan mendahului permintaan pembayaran kepada KPPN.
Pemroses
1. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB
2. Seksi pada Dit PA/Kanwil DJPB
Waktu : Setiap saat/temporary
Tempat : Dit PA/Kanwil DJPB
Input :
1. Surat permintaan revisi pembukaan blokir
2. Kelengkapan peryaratan yang dibutuhkan
Output : SP2D Pengesahan, DIPA Pengesahan
315
Rincian Proses
1. Satker mengirimkan surat permintaan pembayaran sesuai
dengan jumlah penerimaan bagi satker BLU dan satker
penerima hibah.
2. Setelah dilakukan penelitian KPPN menerbitkan SP2D
Pengesahan berdasarkan data-data yang diterima dari satker.
3. SP2D Pengesahan disampaikan kepada Kanwil sebagai bahan
penerbitan DIPA Pengesahan.
4. Data DIPA Pengesahan disampaikan kepada DJA sebagai
bahan penerbitan APBN-P atau LKPP pada akhir tahun
anggaran
316
Revisi antar kanwil
Penjelasan :
Revisi DIPA antar kanwil selama ini dapat dilaksanakan untuk
pergeseran dana antar propinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan
operasional (kode kegiatan 0001 dan 0002) yang dilaksanakan oleh
unit organisasi di tingkat pusat maupun unit organisasi vertikalnya.
Revisi DIPA dilakukan melalui pergeseran dana antar satker dalam
satu eselon I yang sama. Kedepannya untuk mengantisipasi
berbagai perubahan dalam kebijakan maka diperlukan adanya
fasilitas revisi lintas kanwil ini.
Pemroses :
a. Pelaksana pada Kanwil DJPB;
b. Kepala Seksi Bidang PA Kanwil DJPB.
Waktu : Sesuai kebutuhan
Tempat : Kantor Pusat DJPBN, Dit PA
Input :
a. Surat permohonan revisi DIPA
b. ADK dan Konsep DIPA-R dari satker.
Output : DIPA-R
Rincian proses :
1. Satker yang membutuhkan alokasi dana akan mengirimkan
permohonannya secara berjenjang hingga ke Setjen K/L
masing masing dan mengirimkan tembusan pemberitahuan
kepada Kanwil DJPBN.
2. Kemudian melalui Setjen K/L tersebut surat pernohonan di
ajukan ke Kantor Pusat DJPBN cq Dit PA.
317
3. Dit PA akan melakukan revisi antar kanwil tersebut (beserta
mengirimkan surat revisi kepada kanwil DJPBN yang terlibat)
4. Dit PA akan melakukan revisi DIPA untuk mengurangi alokasi
pagu satker pada kanwil yang bersangkutan dengan
kemudian menambahkan kepada satker yang membutuhkan
dana pada Kanwil DJPN lainya. (perubahan pagu antar kanwil
hanya bisa dilakuka oleh Kantor Pusat DJPBN cq Dit PA)
5. Setelah pagu berubah maka kanwil masing-masing yang
terlibat dalan revisi tersebut melakukan penerbitan revisi
DIPA sesuai kewenagan masing-masing dan mengirimkan ke
satker yang bersangkutan.
318
Pembukaan tanda
blokir di
Perbendaharaan
Penjelasan :
Pemblokiran adalah suatu tindakan yang diambil oleh petugas
penelaah dengan maksud seluruh atau sebagian alokasi anggaran
dalam DIPA tidak dapat dicairkan, karena pada saat penelaahan
belum memenuhi satu atau lebih persyaratan alokasi anggaran.
Agar alokasi anggaran tersebut bisa digunakan maka Satker harus
terlebih dahulu mengajukan revisi pembukaan tanda bintang
(blokir) ke Dit PA/Kanwil DJPB. Pembukaan blokir terkait dengan
register pinjaman atau hibah maka direncanakan ada interface
antara sistem di DJPU dan SPAN. Pinjaman yang belum efektif
karena belum ada register maupun jika ada ralat kode register
dapat langsung dilakukan perubahan dari database DJPU ke SPAN.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi kesalahan input data manual
dan mempercepat proses pembukaan blokir tersebut.
Pemroses
1. Pelaksana pada Kanwil DJPB
2. Seksi pada Kanwil DJPB
Waktu : Sesuai dengan kebutuhan
Tempat : Kanwil DJPB
Input :
1. Surat permintaan revisi pembukaan blokir
2. Kelengkapan peryaratan yang dibutuhkan
Output : DIPA R
Rincian Proses
1. DJPU menyampaikan data perubahan register ke dalam database
SPAN.
319
2. Berdasarkan data tersebut Dit PA menyampaikan kepada satker
bahwa register sudah efektif serta memberitahukan agar satker
mengajukan permohonan pembukaan blokir terkait dengan register
yang baru dari DJPU. Proses selajutnya sama dengan pembukaan
blokir lainnya.
3. Satker mengirimkan surat permohonan revisi pembukaan tanda
bintang (blokir) dan persyaratan tambahan dibutuhkan untuk
melengkapi syarat pembukaan blokir
4. Pelaksana pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan akan mereview
persyaratan tambahan yang diajukan Satker, jika persyaratan
tersebut telah memenuhi ketentuan maka pelaksana Ditjen
Perbendaharaan akan menginput ADK DIPA R yang diajukan Satker.
Proses ini dilakukan dengan mentransfer data akun yang diblokir
dari stage 9 (blokir) ke stage 2 (allotment). Sistem akan memastikan
bahwa data ADK DIPA R yang diajukan Satker sesuai dengan data
RABPP yang ada pada database SPAN
5. Kepala Seksi memeriksa data yang telah diinput pelaksana, jika data
tersebut telah benar maka Kepala Seksi akan memberikan
persetujuan (menekan tombol approval pada sistem) dan data
otomatis akan masuk ke database SPAN.
6. Setelah data di approve oleh Kepala Seksi, pelaksana bisa langsung
mencetak DIPA R untuk diajukan ke Subdit dan kemudian ke Kepala
Kanwil untuk mendapat persetujuan
7. Dana yang diblokir tidak berarti mengurangi total pagu DIPA selama
satu tahun.
8. Dana yang diblokir akan masuk kedalam perhitungan AFP karena
AFP mengacu pada total pagu DIPA setahun.
9. Dana yang diblokir dapat digunakan sebagai dasar pelaksanaan
kontrak, namun tidak dapat dilakukan pembayaran pada KPPN
sampai tanda blokirnya terbuka.
320
Vote On Account
Penjelasan :
Proses Penerbitan DIPA “Vote On Account” (VOA) dilakukan
apabila APBN untuk tahun depan yang diusulkan oleh
pemerintah tidak disetujui oleh DPR (Dewan Perwakilan
Rakyat/Parlemen) sampai batas waktu yang ditentukan. Proses
“Vote On Account” ini sangat penting karena untuk menunjang
kelanjutan berjalannya proses pemerintahan. Dalam
pelaksanaannya “Vote On Account” akan menggunakan batas
tertinggi Pagu Belanja Tahun sebelumnya namun rincian belanja
menggunakan rincian belanja Satker untuk tahun yang akan
dating/sesuai RKA-KL terbaru.
Pemroses :
Proses akan dilakukan oleh Pelaksana pada Kantor Pusat DJPBN
dan Kanwil DJPBN
Dokumen/data input :
Konsep DIPA/ADK(Arsip Data Komputer) dari satker, ADK Usulan
Perpres rincian APBN dari DJA dan Data Pagu Belanja DIPA Satker
Tahun sebelumnya.
Dokumen/data output :
DIPA Vote On Account
Waktu: (berdasarkan analisa sementara dan best practice dari
India)
1. DIPA VOA ini diterbitkan apabila pada akhir waktu yang
ditentukan APBN belum disetujui DPR (contoh sampai akhir
321
November).
2. Dana yang bisa dicairkan hanya Gaji dan keperluan sehari-hari
perkantoran paling lambat sampai 3 bulan pada tahun anggaran
berjalan APBN masih belum disetujui DPR.
3. Seluruh dana (pagu DIPA) dapat digunakan apabila lebih 3 bulan
tahun anggaran berjalan APBN masih belum disetujui DPR.
Penggunaan dana ini harus didahului dengan revisi DIPA.
Pelaksanaan proses pada Kantor Pusat dan Kanwil DJPBN
sebagai berikut:
A. A. Skenario Pertama (Berlaku sampai paling lambat bulan ke 3 TA
berjalan)
1. Pelaksana (staff) pada Kantor Pusat dan/atau Kanwil akan
melakukan input data dan mencocokan konsep DIPA beserta AFP
dengan ADK dari usulan perpres RABPP dari DJA (interface
Hyperion).
2. Setelah selesai pencocokan kemudian dilakukan “approval” oleh
pelaksana/staff dan mengirim data/Cetakan draft SP DIPA ke
kepala Seksi.
3. Kemudian Kepala Seksi akan memeriksa dan melakukan
“Approval”. Setelah Approval dilakukan sepala seksi maka SP DIPA
dicetak kemudian dikirim ke Subdit dan melanjutkan ke Dirjen
PBN/Kepala Kanwil DJPBN untuk dilakukan pengesahkan DIPA.
4. DIPA yang disahkan hanya dapat digunakan untuk belanja pegawai
dan keperluan sehari-hari perkantoran. Alternatif penyusunan
322
DIPAnya terdiri dari:
1. Alternatif pertama DIPA hanya berisi dana untuk belanja pegawai
dan keperluan sehari-hari perkantoran.
2. Alternatif kedua DIPA berisi seluruh dana satker namun diblokir
kecuali untuk belanja pegawai dan keperluan sehari-hari
perkantoran.
B. B. Skenario Kedua (Bila APBN masih belum disetujui DPR setelah
bulan ke 3 TA berjalan)
1. Pelaksana (staff) pada Kantor Pusat dan/atau Kanwil akan
melakukan revisi DIPA sesuai dengan usulan konsep DIPA beserta
AFP yang diajukan satker dan ADK usulan Perpres RABPP.
2. Revisi DIPA bertujuan agar satker dapat menggunakan seluruh
dana dalam DIPAnya. Setelah selesai pencocokan kemudian
dilakukan “approval” dan mengirim data/Cetakan draft SP DIPA
ke kepala Seksi. Kemudian Kepala Seksi akan memeriksa dan
melakukan “Approval”.
3. Setelah Approval dilakukan oleh kepala seksi maka SP DIPA
dicetak kemudian dikirim ke Dirjen PBN/Kepala Kanwil DJPBN
untuk dilakukan pengesahkan DIPA berdasarkan konsep DIPA
satker dan Adk usulan Perpres dari DJA.
Revisi dapat dilakukan dengan:
1. Menerbitkan DIPA baru mengganti DIPA lama dengan pagu
disesuaikan dengan realisasi dana dari DIPA lama.
2. Membuka blokir dana DIPA Lama dan menerbitkan DIPA baru
323
dengan pagu disesuaikan dengan realisasi dana dari DIPA lama.
3. Revisi juga dilakukan untuk penyesuaian AFP/Rencana Penarikan
Dana.
C. C. Skenario ketiga (Bila APBN telah disetujui DPR)
1. Pelaksana (staff) pada Kantor Pusat dan/atau Kanwil akan
melakukan revisi DIPA (sesuai dengan usulan konsep DIPA beserta
AFP yang diajukan satker dan ADK Perpres RABPP dari DJA).
2. Revisi dilakukan dengan menerbitkan DIPA baru dan harus
diperhitungkan realisasi dana pada DIPA tahun sebelumnya
324
Carry Forward
Penjelasan :
Carryforward dilakukan apabila pelaksanaan anggaran pada
tahun ini akan dilimpahkan ke tahun anggaran berikutnya atau
melampaui tahun anggaran yang bersangkutan.
Waktu:
1. Sebelum tahun anggaran berlangsung (n-1) atau bersamaan
penganggaran tahun anggaran yang datang.
2. Ketika tahun anggaran berlangsung.
Carryforward dilakukan dengan tiga pendekatan:
1. A. Carryforward encumbrance only, dalam proses Carryforward ini
hanya dikirimkan kontraknya(yang sudah dilakukan perikatan dengan
pihak ketiga) saja ketahun anggaran berikutnya. Proses ini
mengakibatkan tidak bertambahnya pagu dana DIPA satker yang
bersangkutan ditahun anggaran berikutnya, namun kegiatan (yang
sudah dikontrakkan) ini akan menjadi prioritas pada perencanaan
anggaran ditahun anggaran berikutnya.
Contoh: pada tahun 2010 DIPA satker nomor 541278 pagunya
sebesar Rp 100 M, Aktual dana yang telah digunakan 90 M dan 10 M
dana yang tersisa dan sudah dikontrakkan/dikomitmenkan. Pada
tahun yang bersangkutan dana yang tersisa tersebut akan diajukan
oleh satker dalam perencanaan anggaran untuk tahun berikutnya.
Sehingga apabila pagu tahun depan satker nomor 541278 adalah
sebesar 120 maka didalamnya sudah termasuk 10 M sisa kontrak
yang tidak terealisasi pada tahun yang lalu.
325
Pelaksana : Proses ini akan dilakukan oleh pelaksana/staff dan
kepala seksi di Kantor pusat dan Kanwil DJPBN.
Prosesnya adalah :
1. Satker akan mengirimkan Encumbrance list/ daftar kegiatan yang
telah di kontrakan dan akan di caryforward-kan ke tahun depan
ke kanwil DJPBN.
2. Berdasarkan informasi ini , staff akan meregister kedalam Sistem
SPAN.
3. Rincian detail yang disampaikan adalah
Satker/KPPN/Dana/Kewenangan/Program/Output/Lokasi/Budget
Code/Akun/Cadangan.
4. Pelaksana pada kantor pusat/Kanwil DJPBN akan mereview data
usulan carryforward kemudian mengirimkan kepada kepala seksi
terkait.
5. Kepala seksi akan mengecek dan meng“approve” kemudian
mengirimkan konsep SP, DIPA ke kasubdit/kabag kemudian ke
Dirjen PBN/Kanwil DJPBN untuk dilakukan pengesahan dan
menerbitkan DIPA bersamaan dengan DIPA tahunan.
B. Carryforward Fund availability saja
Pengertian: Proses pelaksanaan Caryforward ini dilakukan hanya
untuk dananya saja, hal ini dilakukan untuk program yang perlu di
carryforward ke tahun yang akan datang. Pada proses ini pagu DIPA
tahun berikutnya akan bertambah sesuai dengan sisa dana yang
326
belum terealisasi pasa tahun sebelumnya.
Pelaksana : Proses ini akan dilakukan oleh pelaksana/staff dan
kepala seksi di Kantor pusat dan Kanwil DJPBN.
Prosesnya adalah :
a) Satker akan mengirimkan data berkaitan dengan sisa dana atas
kegiatan yang belum selesai pada tahun ini dan akan di
caryforward-kan ke tahun depan ke kanwil DJPBN.
b) Berdasarkan informasi ini , staff akan meregister kedalam Sistem
SPAN
c) Rincian detail yang disampaikan adalah
Satker/KPPN/Dana/Kewenangan/Program/Output/Lokasi/Budget
Code/Akun/Cadangan
d) Pelaksana pada Central/Kanwil akan mereview data usulan
carryforward kemudian mengirimkan kepada kepala seksi terkait.
e) Kepala seksi akan mengecek dan meng “approve” kemudian
mengirimkan konsep SP, DIPA ke kasubdit/kabag kemudian ke
Dirjen PBN/Kanwil DJPBN untuk dilakukan pengesahan kemudian
menerbitkan DIPA pada waktu yang bersamaan dengan DIPA
tahunan.
D. Carry forward untuk Encumbrance dan Fund Availability
Pengertian: Penerapan metode ini dilakukan dengan membawa
kegiatan yang telah dikontrakan beserta alokasi dananya ke
tahun yang akan datang.
Pelaksana : Proses ini akan dilakukan oleh pelaksana/staff dan
kepala seksi di Kantor pusat dan Kanwil DJPBN
327
Langkah-langkah dalam Carry Forward dengan Encumbrance dan
Fund Availability adalah sebagai berikut:
1. Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum pelaksanaan
alokasi Carry Forward, mengingat proses ini dapat juga dilakukan
pada akhir tahun (ketika menebitkan DIPA Biasa/DIPA Tahunan)
maka proses dapat dilakukan bersamaan dengan penyusunan
DIPA Tahunan namun hanya untuk program/kegiatan yang di
Carry Forward-kan tidak melalui proses penelaahan hanya
penyesuaian kode administratif bila diperlukan.
2. Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward
diterima Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan Carry
Forward.
3. Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan penggabungan
data Carry Forward kedalam DIPA Tahunan/Biasa Satker yang
bersangkutan.
4. Terakhir Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA yang
didalamnya juga terdapat program/kegiatan yang di Carry Forward
dan mengirimkan kepada Satker.
5. Untuk DIPA BUN yang di carryforward untuk alokasi dan
kontraknya akan memerlukan scenario khusus lainnya. Contoh
Penerusan Pinjamana (SLA) maka harus dapat dibuat pelaporan
dana penerusan pinjaman untuk masing-masing penerima
dana(pemda atau BUMN ).
328
Suplemaentary Budget (APBN-P)
Penjelasan :
Suplementary budget adalah perubahan/penyesuaian APBN
pada saat tahun anggaran berjalan, penyesuaian ini dapat
menambah, mengurangi atau tetap namun komposisi didalam
APBN tahun berjalan berubah.
pemroses :
1. Proses ini akan dilakukan oleh pelaksana/staff dan
2. kepala seksi di Kantor pusat dan Kanwil DJPBN
Waktu : Setelah APBN tahun berjalan disahkan
Proses:
1. Setelah APBN-P disetujui oleh parlemen, Maka DJA akan
mengirimkan RABPP-R sampai pada tingkat terdetil (klasifikasi
ekonomi 6 digit) dan bersifat tahunan /Year To Date (YTD)
balances. Dengan kode Chart of Account (COA) sebagai
berikut, Satker / KPPN / Dana / Kewenangan / Program /
Output / Subsidiaries / Anggaran Kode / Akun / Cadangan.
2. Langkah berikutnya DJA akan mengirimkan data dan hardcopy
kepada Dit PA dan Satker, kemudian satker dengan Aplikasi
DIPA untuk mencetak konsep DIPA-R dan mengirimkannya ke
pelaksana pada kantor pusat DJPBN / Kanwil DJPBN secara
offline.
3. Kemudian proses revisi DIPA dilakukan sesuai dangan skenario
revisi DIPA dan AFP untuk DIPA yang berubah dan
menyesuaikan denan realisasinya(untuk menghindari pagu
minus).
329
Mengecek Jurnal Anggaran
a) Query Budget Balances
Mengecek Jurnal Anggaran :
Setelah apropriasi anggaran;
Setelah alotmen anggaran;
Setelah Annual Financial Plan (AFP);
Setelah Cash Limit;
Setelah Revisi.
b) Query Fund
Mengecek Ketersediaan Dana
Setelah apropriasi anggaran;
Setelah alotmen anggaran;
Setelah Annual Financial Plan (AFP);
Setelah Cash Limit;
Setelah Revisi.
Mengecek Encumbrance
Mengecek encumbrance dari PR, PO, AP and GL
Mengecek budget balances movement :
- Setelah Budget Commitment
- Setelah Payment Management
Lain-Lain
Reporting :
SA008 Tayang dan cetak initial Annual Budget Appropriation
SA009 Sistem harus bisa menganalisis Annual Budget
Appropriations
SA030 Tayang dan cetak MTEF
SA031 Sistem harus bisa menganalisis MTEF
330
Skenario CRP III Modul Spending Authority
No Process KPA OU
(Responsibility) Module Remark
1 Appropriation Detail Dit PA GL a>DJA will transfer Annual apporved budget from
Hyperion to SPAN and at the same time DJA need to send report data that being transferred to Staff Sub-Dit Dabantek
DJA HP
b> Journal Import Staff Sub- Dit
Dabantek GL
c> If journal import is REJECTED, Staff Sub-Dit
Dabantek will inform DJA to correct the data and re-transfer again to SPAN >
Staff Sub- Dit Dabantek
GL
d> Posting Journal Staff Sub- Dit
Dabantek GL
Auto Posting will be run every 1 hour e> Reconciliation data between Hyperion and
SPAN Staff Sub- Dit
Dabantek GL For this purposes need to create new
custom report 2 Allotment BA999 SU BA999 but under
MOF, eg : DJPU* SA SA * The KPA name is depend on the
business process
a>Download data from Hyperion into DIPA formatted file as DJPU have access to Hyperion.
Staff DJPU HP SU BA999 under MOF will have access to Hyperion
b> Input additional information in SPAN that not yet exist in RKA-KL but required for DIPA. Eg treasurer name, etc
Staff DJPU SA SU BA999 under MOF will have access to SPAN
c>Ask approval to higher hierachy Staff DJPU SA d>First Approval Section Head - DJPU e>Print Concept DIPA ( Unvalidated data ) Staff DJPU SA f> Find Concept DIPA in SPAN that need to be
reviewed based on DIPA number Staff PA - Central SA
331
g> Validate Concept DIPA in SPAN against APBN amount
Staff PA - Central SA
h> If necessary, certain information will be modified
by Dit PA (KPPN, Location, Authority type or last 4 digits account ) else go to step (k)
Staff PA - Central SA System will show warning message if there is changed in KPPN, Location or Authority type because the APBN amount is not changed but the validation result need to be PASSED
i> If necessary, certain budget amount will be blocked by Dit PA else go to step (k)
Staff PA - Central SA
j> Re-validate modified uploaded ADK against
APBN amount Staff PA - Central SA
k>Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central SA l> First Approval Section Head - PA SA m>Second Approval Sub-Directorate
Head - PA SA
n> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA o> Posting Journal Allotment Staff PA - Central GL p> Print DIPA ( Validated data ) Staff PA - Central SA
332
No Process KPA OU
(Responsibility) Module Remark
1 Appropriation Detail Non BA 999 Dit PA GL GL
a>DJA will transfer Annual apporved budget from Hyperion to SPAN and at the same time DJA need to send report data that being transferred to Staff Sub-Dit Dabantek. b> Journal Import c> If journal import is REJECTED, Staff Sub-Dit Dabantek will inform DJA to correct the data and re-transfer again to SPAN > d> Posting Journal e> Reconciliation data between Hyperion and SPAN
Staff Sub- Dit Dabantek
GL Staff Sub- Dit Dabantek GL Auto Posting 2 Allotment Non BA999 SU s SA SA a> Upload formatted file Concept DIPA from SU into
SPAN Staff PA - Central SA
b> Validate Concept DIPA in SPAN against APBN
amount Staff PA - Central SA
c> If necessary, certain information will be modified by
Dit PA (KPPN, Location, Authority type or last 4 digits account ) else go to step (f)
Staff PA - Central SA
d> If necessary, certain budget amount will be blocked
by Dit PA else go to step (f) Staff PA - Central SA
e> Re-validate modified uploaded ADK against APBN
amount Staff PA - Central SA System will show warning message
if there is changed in KPPN, Location or Authority type because the APBN amount is not changed but the validation result need to be PASSED
333
f> Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central SA g> First Approval Section Head - PA SA h> Second Approval Sub-Directorate Head -
PA SA
i> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA j> Posting Journal Allotment Staff PA - Central GL Auto Posting k> Print DIPA ( Validated data ) Staff PA - Central SA l> If uploaded formatted file is modified by Dit PA (
process c and d ) , Dit PA will export modified formatted file from SPAN database to formatted file again for SU
Staff PA - Central SA
334
No Process KPA OU
(Responsibility) Module Remark
1 Release Blockage - All Sus SA SA
a> SU will bring required document to Dit PA in Central/Kanwil
SUs SA
b> Dit PA will find DIPA that need to be released in SPAN
Staff PA - Central SA
c> Release blockage DIPA Staff PA - Central
d> Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central SA e> First Approval Section Head - PA SA f> Second Approval Sub-Directorate Head -
PA SA
g> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA h> Posting Journal Allotment Staff PA - Central GL Auto Posting i> Print DIPA ( Validated data ) Staff PA - Central SA j>If uploaded formatted file is modified by Dit PA
( process c and d ) , Dit PA will export modified formatted file from SPAN database to formatted file again for SU ( Only for Non BA999 )
Staff PA - Central
335
No Process KPA OU
(Responsibility) Module Remark
1 Virement BA999 SU BA999 but under MOF, eg :
DJPU*
SA SA * The KPA name is depend on the business process
a> Find DIPA in SPAN system that need to be re-allocate
Staff DJPU
SA
SU BA999 under MOF will have access to SPAN
b> Input Virement transaction in SPAN system Staff DJPU SA
c> Validate againts Fund Available and make sure that exception accounts cannot be re-allocated to other accounts
Staff DJPU
SA
d> Ask approval to higher hierachy Staff DJPU SA
e> First Approval Section Head - DJPU
SA
f> Print DIPA-R ( Unvalidated data ) Staff DJPU SA
g> Find Virement transaction (DIPA-R) that need to be reviewed in SPAN based on DIPA number
Staff PA - Central
SA
h> First Approval Staff PA - Central SA
i> Second Approval Section Head - PA SA
j> Third Approval Sub-Directorate Head - PA
SA
k> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA
l> Posting Journal Allotment Staff PA - Central GL Auto Posting
m> Print DIPA-R ( Validated data ) Staff PA - Central SA
Exception rules for Virement :
- Below accounts cannot be re-allocated to other accounts
512211, 521111, 521112, 521113, 521114, 521115, 521119, 522111, 522114, 523111, 523121 ,511111, 511119, 511121, 511122, 511123, 511124, 511125, 511126, 511129, 511147, 511151
336
No Process KPA OU
(Responsibility) Module Remark
1 Virement Non BA999 SU s SA SA a> Upload formatted file Concept DIPA-R from SU into
SPAN Staff PA - Central
SA b> Validate againts Fund Available and make sure that
exception accounts cannot be re-allocated to other accounts
Staff PA - Central
SA c> If the validation result is REJECTED, the uploaded
formatted file need to be revised first by Spending Unit and uploaded again step (a) else go to step (d)
Staff PA - Central
SA d> Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central SA e> First Approval Section Head -
PA
SA f> Second Approval Sub-Directorate
Head - PA
SA g> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA h> Posting Journal Allotment Section Head -
PA
GL i> Print DIPA-R ( Validated data ) SA
Exception rules for Virement :
- Below accounts cannot be re-allocated to other accounts
512211, 521111, 521112, 521113, 521114, 521115, 521119, 522111, 522114, 523111, 523121 ,511111, 511119, 511121, 511122, 511123, 511124, 511125, 511126, 511129, 511147, 511151
337
No Process KPA OU
(Responsibility) Module Remark
1 Update AFP Non BA999 SU s SA SA a> Upload formatted file Concept DIPA-R from SU into SPAN Staff PA - Central SA For AFP Update proces, the process is
similar with Virement but re-alocation between period
b> Validate againts Fund Available and make sure that exception accounts cannot be re-allocated to other accounts
Staff PA - Central
SA c> If the validation result is REJECTED, the uploaded
formatted file need to be revised first by Spending Unit and uploaded again step (a) else go to step (d)
Staff PA - Central
SA d> Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central SA e> First Approval Section Head -
PA
SA f> Second Approval Sub-Directorate
Head - PA
SA g> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA h> Posting Journal Allotment Section Head -
PA
GL i> Print DIPA-R ( Validated data ) Staff PA - Central SA
338
No Process KPA OU
(Responsibility) Module Remark
1 AFP Update BA999 SU BA999 but under MOF, eg : DJPU*
SA SA * The KPA name is depend on the business process
a> Find DIPA in SPAN system that need to be re-allocate
Staff DJPU
SA
SU BA999 under MOF will have access to SPAN
b> Input AFP information that need to be updated in to SPAN system
Staff DJPU
SA c> Validatie againts Fund Available and make
sure that exception accounts cannot be re-allocated to other accounts
Staff DJPU
SA d> Ask approval to higher hierachy Staff DJPU SA e> First Approval Section Head - DJPU SA f> Print DIPA-R ( Unvalidated data ) Staff DJPU SA g> Find Virement transaction (DIPA-R) that need
to be reviewed in SPAN based on DIPA number Staff KPPN/Kanwil
SA h> Ask approval to higher hierachy Staff KPPN/Kanwil SA i> First Approval Section Head -
Kanwil/KPPN
SA j> Second Approval Sub-Directorate Head -
Kanwil/KPPN
SA k> Transfer to General Ledger Staff KPPN/Kanwil SA l> Posting Journal Allotment Staff KPPN/Kanwil GL Auto Posting m> Print DIPA-R ( Validated data ) Staff KPPN/Kanwil SA
339
No Process KPA OU
(Responsibility) Module Remark
1 Cash Limit for all Sus ( MOF decides which expenditure type that going to be reduced )
SA SA
a> Decide Cash Limit regulation that going to be applied for all SU
Dit PKN
b> Create Mass Allocation formula based on Cash Limit rules ( which SUs, percentages Cash Limit)
Staff PA - Central
GL c> Print custom report to identify percentages of remaining
Fund Available against total budget amount based on summary 2 digits account
Staff PA - Central
GL
Need to custom report as identification which Fund Available by summary 2 digits account that exceed Cash Limit percentage
d> Run Mass Allocation program to generate Encumbrance journal to reserve Fund Available amount
Staff PA - Central
GL e> Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central GL f> First Approval Section Head - PA GL g> Second Approval Sub-Directorate
Head - PA
l> Posting Journal Cash Limit Sub-Directorate
Head - PA
GL Auto Posting m> Print Cash Limit report Staff PA - Central
GL Need to design report layout for this process
340
No Process KPA OU
(Responsibility) Module Remark
1 Cash Limit ( SU decides which expenditure type that going to be reduced )
SA SA
a> Decide Cash Limit regulation that going to be applied for all SU
Dit PA
b> Based on regulation from Dit PA, each Spending Unit will create Cash Limit report and send it to KPPN
SUs GL
c> Print custom report to identify percentages of remaining
Fund Available against total budget amount based on summary 2 digits account. If the Cash Limit amount is more than Fund Available then Cash Limit data need to be revised first by SU
Staff KPPN
GL
Need to custom report as identification which Fund Available by summary 2 digits account that exceed Cash Limit percentage
c> By using WebADI, Staff KPPN will upload Cash Limit report as Encumbrance journal with category Cash Limit
Staff KPPN
GL e> Ask approval to higher hierachy Staff KPPN GL f> First Approval Section Head -
KPPN
GL g> Second Approval Sub-Directorate
Head - KPPN
l> Posting Journal Cash Limit Sub-Directorate
Head - PA
GL Auto Posting m> Print Cash Limit report Staff KPPN
GL Need to design report layout for this process
341
No Process KPA OU
(Responsibility) Module Remark
1 Carry Forward - Fund Available SA SA * The KPA name is depend on the business process
a> Staff PA - Central SA
SU BA999 under MOF will have access to SPAN
b> Dit PA in Central/Kanwill will create Carry Forward DIPA file based on remaining Fund Available from previous year and will be uploaded in to SPAN with budget type 4
Staff PA - Central
c>There is no validation between uploaded formatted file
and Annual budget ( APBN ) Staff PA - Central
DIPA Luncuran will be created first without any annual budget (APBN) revision therefore this transaction will make Annual budget amount minus because DIPA amount is more than APBN.
d>Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central e>First Approval Section Head - PA f>Second Approval Sub-Directorate Head -
PA
g>Posting Journal Carry Forward Staff PA - Central GL h>Print DIPA-R Staff PA - Central
This DIPA-Luncuran will increase amount of the DIPA and will use same DIPA number with beginning of year DIPA
342
Isu Selama Pelaksanaan CRP II Modul Spending Authority
NO Proses Bisnis
Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Keputusan
Status Usulan Solusi
1
Pengesahan DIPA Biasa
Setelah proses penganggaran di DJA selesai maka modul Budget Preparation (DJA) mengirimkan Perpres Rincian Angaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP) ke Ditjen Perbendaharaan dan diterima oleh modul Manajemen DIPA. Perpres tersebut akan menjadi dasar penelaahan DIPA di DJPB. Kemudian setelah Spending Unit (satuan kerja/satker) mengirimkan Konsep DIPA kepada Direktorat Pelaksanaan Anggaran untuk DIPA pusat atau ke Kanwil Ditjen Perbendaharaan untuk DIPA daerah maka dilakukan Penelaahan konsep DIPA satker. Penelaahan tersebut untuk memeriksa kesesuaian konsep DIPA satker dengan Perpres RABPP dan Peraturan terkait penyusunan, penelaahan, pengesahan dan revisi DIPA. Proses penelaahan DIPA akan menggunakan bantuan aplikasi, aplikasi akan memberikan informasi perbedaan antara ADK Konsep DIPA Satker dan ADK Perpres RABPP. Setelah semua sesuai maka Dirjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA Pusat dan Kanwil DJPB A.n Ditjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA Daerah. Apabila dalam pelaksanaan penelaahan DIPA ada yang tidak sesuai dengan berbagai kriteria diatas maka Direktorat Pelaksanaan Anggaran (PA)/ Kanwil DJPB akan menerbitkan surat pengembalian konsep DIPA untuk segera diperbaiki oleh satker.
1. Masih terdapat jenis DIPA yang tidak menggunakan proses bisnis DIPA pada umumnya, contohnya untuk DIPA Transfer ke daerah.
2. Pemberian nomor DIPA belum dapat dihasilkan oleh sistem oracle
3. Dengan penerapan DIPA 2 digit, bagaimana jenis DIPA transfer dapat dibedakan?(perbedaan antar DIPA transfer selama ini dilihat dari digit ketiganya)
4. Penelaahan DIPA melalui aplikasi ini hanya bisa dilakukan untuk data yang masuk kedalam struktur COA, data lainnya masih manual.
5. Perbedaan blokir yang dilakukan DJA dan DJPB tidak dapat dibedakan oleh oracle
6. Perlunya standardisasi Kode BUMN sebagai dasar dalam penyusunan DIPA Penerusan Pinjaman Pemerintah (DIPA SMI)
Proses Bisnis Sistem Sistem Sistem Sistem Proses Bisnis
High Level Middle Level
Open Open Open Open Open Open
Seluruh Jenis DIPA menggunakan Proses Bisnis yang terstandardisasi Khusus DIPA transfer Dibuat 3 digit TIM Modul telah membuat usulan daftar kode BUMN
343
NO Proses Bisnis
Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Keputusan
Status Usulan Solusi
2 Pengesahan DIPA Sementara
Ditjen Anggaran mengirimkan Perpres RABPP Kepada Dit PA/kanwil Ditjen PBN Kemudian Direktorat Pelaksanaan Anggaran/ Kanwil Ditjen PBN akan membuat Konsep DIPA satker yang belum menyampaikan konsep DIPAnya sampai waktu tertentu. Berdasarkan Perpres RABPP dan Konsep DIPA tersebut maka Dit PA/Kanwil DJPB akan langsung melakukan pengesahan DIPA sementara tersebut, namun hanya belanja pegawai dan kebutuhan sehari-hari perkantoran yang tidak diblokir
Perbedaan Blokir yang dilakukan DJA dan DJPB tidak dapat dibedakan oleh oracle
Sistem
3 Pengesahan DIPA Vote on Account
Penyampaian RABPP dari DJA ke DJPB melalui manajemen DIPA, kemudian pada manajemen DIPA baik di Dit PA maupun Bidang PA Kanwil DJPB menyusun konsep DIPA Vote on Account dan dilakukan penyesuaian untuk pelaksanaan anggaran di tahun yang akan datang. Setelah dilakukan penyesuaian pada konsep DIPA Vote on Account, maka DIPA Vote on Account disahkan oleh Direktur Pelaksanaan Anggaran (PA) / Kepala Kanwil DJPB
Proses bisnis membutuhkan kesepakatan dengan DJA, menginggat pengiriman data rancangan perpres rincian APBN yang menjadi dasar DIPA Vote on Account merupakan kewenangan DJA
Proses Bisnis
High Level Open Seluruh Jenis DIPA menggunakan Proses Bisnis yang terstandardisasi
4 Revisi DIPA dikarenakan Perubahan RABPP
Setelah DJA mengirimkan RABPP R ke Dit PA dan Kanwil DJPB melalui Manajemen DIPA, setelah Satker mengirimkan Konsep DIPA R maka Dit PA / kanwil DJPB melakukan penelaahan terhadap konsep DIPA R tersebut. Penelaahan dilakukan untuk menilai kesesuaian konsep DIPA R satker dengan Perpres RABPP R dan peraturan lainnya; Ketika semua sudah sesuai maka Kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA R dan mengirimkan DIPA revisi ke satker; Apabila terdapat ketidaksesuaian maka Kanwil DJPB akan mengirimkan surat pengembalian konsep DIPA R kepada Satker .
344
NO Proses Bisnis
Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Keputusan
Status Usulan Solusi
5 Revisi DIPA tanpa Perubahan RABPP
Setelah satker mengirimkan Permohonan Revisi DIPA kepada Kanwil DJPB beserta dokumen pendukung dan ADK nya. Kanwil DJPB melakukan penelaahan/penilaian kesesuaian permohonan dengan peraturan yang ada. Apabila ada yang tidak sesuai dengan peraturan maka Kanwil DJPB akan mengirimkan surat penolakan atau pengembalian konsep DIPA kepada satker untuk segera memperbaikinya. Namun apabila ketidak sesuainnya masih dalam wewenang Kanwil DJPB maka Kanwil dapat melakukan penyesuaian sesuai kewenanganya misalnya koreksi administratif atas usulan dimaksud. Setelah semua sesuai dengan peraturan maka Kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA dan mengirimkan kepada Satker.
6 Revisi Ambang Batas BLU
Revisi Ambang batas BLU (Badan Layanan Umum) merupakan revisi dalam batas kewenangan Ditjen PBN. Revisi ini dibagi menjadi dua yaitu dalam ambang batas dan diatas ambang batas. Untuk revisi didalam ambang batas pada dasarnya BLU sudah menggunakan dananya namun untuk mempertanggung jawabkannya BLU menggunakan SPM pengesahan. Sebelum mengajukan SPM pengesahan BLU wajib melakukan revisi DIPAnya terlebih dahulu, baru kemudian mengajukan SPM pengesahan ke KPPN.
Dalam revisi DIPA, satker BLU dapat melakukan belanja terlebih dahulu kemudian melakukan revisi namun apabila berada diatas ambang batas maka harus ijin Menkeu. Permasalahannya karena semua dana PNBP ada pada Satker BLU dan mereka dapat melakukan belanja. perlu dibuat batasan SPM pengesahan diatas ambang batas harus merevisi DIPAnya terlebih dahulu.
Proses bisnis
High Level Open Perlunya dibuat batasan SPM pengesahan diatas ambang batas harus merevisi DIPAnya terlebih dahulu.
345
NO Proses Bisnis
Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Keputusan
Status Usulan Solusi
Revisi kedua untuk penggunaan dana BLU diatas ambang batas/fleksibilitas, maka satker tidak dapat membelanjakan dananya terlebih dahulu, BLU harus melakukan revisi untuk menyesuaikan Pagunya baru dapat melakukan belanja. Hal ini karena BLU untuk melakukan belanja diatas ambang batas membutuhkan Ijin Dirjen PBN untuk menilai kelayakan penggunaan dananya. Secara alur proses revisi yang dilakukan oleh Satker BLU untuk merevisi DIPAnya baik yang dalam ambang batas maupun yang diatas ambang batas adalah sama, prosesnya adalah sebagai berikut: a. Satker BLU mengajukan konsep revisi DIPA BLU kepada kanwil DJPB b. Kanwil DJPBN melakukan penelaahan/penyesuaian dengan pagu dan kaidah akuntansi c. Setelah disetujui kanwil melakukan pengesahan DIPA revisi BLU dan melaporkan kepada Dit PA DJPB. d. kemudian Direktorat Pelaksanaan Anggaran mengirimkan revisi DIPA BLU ke DJA untuk penyesuaian data appropriasi dengan memasukkan pada APBN-P atau pelaporan dilakukan pada akhir tahun dan melakukan rekonsiliasi (LKPP).
Rencana Penarikan Dana
Satker mengajukan Rencana Penarikan dana ketika proses pengajuan konsep DIPA, sehingga Rencana Penarikan Dana hanya digunakan sebagai informasi awalperencanaan kas bukan pembatasan dalam pelaksanaan kontrak atau pencairan dana Rencana Penarikan Dana di ajukan bersama dengan pengajuan konsep DIPA satker ketika melakukan penelaahan DIPA di DJPBN (Dit PA/Kanwil)
Salah satu alat untuk melakukan cash limit adalah melalui pembatasan rencana penarikan dana
Sistem
346
NO Proses Bisnis
Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Keputusan
Status Usulan Solusi
7 Carry Forward
Mekanisme Carry Forward (encumbrance only)
Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward, namun untuk program/kegiatan yang di Carry Forward-kan tidak melalui proses penelaahan hanya penyesuaian kode administratif bila diperlukan. Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward diterima Dit PA/kanwil DJPB melakukan Pengesahan Carry Forward. Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan penggabungan data Carry Forward kedalam DIPA Tahunan/Biasa Satker yang bersangkutan. Selanjutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA yang didalamnya juga terdapat program/kegiatan yang di Carry Forward dan mengirimkan kepada Satker. Carry Forward Encumbrance and fund availability
Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward, namun untuk program/kegiatan yang di Carry Forward-kan tidak melalui proses penelaahan hanya penyesuaian kode administrative bila diperlukan. Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward diterima Dit PA/kanwil DJPB melakukan Pengesahan Carry Forward. Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan penggabungan data Carry Forward kedalam DIPA Tahunan/Biasa Satker yang bersangkutan. Terakhir Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA yang didalamnya juga terdapat program/kegiatan yang di Carry Forward dan mengirimkan kepada Satker.
Pada proses carryforward tidak dapat dihasilkan jurnal dari oracle
Sistem
347
NO Proses Bisnis
Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Keputusan
Status Usulan Solusi
8 Cash Limit a. Cash limit tanpa usulan satker
• Direktorat PKN menyampaikan informasi kekurangan kas kepada Direktorat PA, kondisi ini berdasarkan perhitungan realisasi penerimaan bulan ini dan perkiraan pencairan dana bulan depan; • Dit PA kemudian akan menyampaikan kepada KPPN jumlah alokasi yang dapat digunakan oleh masing-masing satker. • KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan sebagai dasar perubahan Halaman III DIPA dan menyampaikannya kepada satker. • Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan untuk digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup; • Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA masing-masing satker. b. Cash limit dengan usulan satker
• Dit PKN (Pengelolaan Kas Negara ) akan menyampaikan ke Dit PA kondisi kas yang tidak mencukupi bagi satker berdasarkan perhitungan realisasi penerimaan bulan ini dan perkiraan pencairan dana bulan depan. • Dari data PKN maka Dit PA akan menyampaikan kepada KPPN jumlah alokasi yang dapat digunakan oleh masing-masing satker. • KPPN menyampaikan kepada masing-masing satker agar pengeluaran pada bulan tersebut dikurangi sebesar jumlah tertentu sekaligus agar menyesuaikan jumlah kegiatan yang akan dikurangi dananya. • Satker kemudian menyampaikan update pengeluaran yang telah disesuaikan dengan dana yang dikurangi tersebut sekaligus menyesuaikan rencana penarikan
Cash limit pada dasarnya adalah pembatasan kas keluar oleh BUN karena keadaan mendesak, namun dalam pelaksanaany pembatasan hanya dapat dilakukan melalui pagu DIPA satker. Belum ditemukan cara untuk melakukan cash limit
Proses Bisnis Sistem
high level Closed Menggunakan pembatasan pagu, apabila pembatasan kas sulit dilakukan
348
NO Proses Bisnis
Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Keputusan
Status Usulan Solusi
dana kepada KPPN. • KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan sebagai dasar perubahan Halaman III DIPA. • Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan untuk digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup. Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA masing-masing satker.
9 Pemblokiran Dana
Pemblokiran dana DIPA dapat dilakukan oleh DJA dan DJPB, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal sesuai peraturan yang berlaku, contohnya belum adanya no register loan atau dokumen pendukung lain yang belum lengkap.
Oracle tidak dapat membedakan siapa yang melakukan pemblokiran, sehingga akan berdampak pada sulitnya membagi kewenangan pemblokiran dan pembukaan blokir dana.
Sistem
10 Web ADI Selama CRP II proses dilakukan dengan WEB ADI yaitu aplikasi berbasis Microsoft excell yang dapat terhubung dengan oracle.
Web ADI bukanlah sebuah Aplikasi standar yang digunakan dalam transaksi Manajemen DIPA, hanya sebuah alat untuk memasukan data Pagu DIPA agar dapat digunakan oleh Modul lain
Sistem Untuk CRP III sudah ada Aplikasi dari Oracle untuk melakukan transaksi Manajemen DIPA
349
Jurnal dalam Manajemen DIPA
Pada dasarnya jurnal standar anggaran pada oracle menggunakan single jurnal, yaitu jurnal yang hanya menggunakan satu sisi debit atau
kreditnya saja. Jurnal standar anggaran ini tidak seperti jurnal transaksi double entry dimana salah satu akunnya akan menyeimbangkan akun
pasangannya. Struktur chart of account (COA) terdiri Satker-KPPN-Sumber dana-Kewenangan-BA,Esln,Program-Aktivitas-Lokasi-Kode budget-
Akun-Interco. Penentuan perbedaan jurnal dalam manejemen DIPA terletak pada kode budget didalam COA. Untuk sementara kode terdiri
dari:
Kode budget
Penjelasan
1 Appropriasi
2 Allotment
3 Carryforward
4 VOA
5 -
6 -
7 Pengembalian Belanja
8 Blokir DJA
9 Blokir DJPBN
Diusulkan kedepan kode dibuat menggunakan Alfabetis sehingga dapat menampung lebih banyak kemungkinan terjadinya penambahan kode
berkaitan dengan budget code. Berikut adalah contoh Jurnal pada manajemen DIPA.
350
1. Approprisasi
Jurnal appropriation terjadi saat Undang-Undang APBN disahkan. Jurnal appropriation menggunakan single jurnal yaitu hanya menggunakan
sisi debit saja. Contoh jurnalnya dapat kita lihat berikut ini:
Struktur Chart of Account
Bulan Satker KPPN Sumber dana
Kewenangan
BA, Esln, program
kegiatan Lokasi Kode Budget
Akun Interco Debit Kredit
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 1 532111 123546 30.000
2. Allotment
Jurnal Allotment
Alternatif I
Jurnal allotment terjadi saat Konsep DIPA disahkan oleh Dirjen PBN/Kepala Kanwil Ditjen PBN. Jurnal allotment ini tidak dapat melampaui pagu
pada jurnal appropriasi sebagai contoh : dilakukan pengesahan disahkan DIPA Satker 123456 dengan kode akun 123456 sejumlah Rp. 27.000,
maka akunnya adalah sebagai berikut :
Struktur Chart of Account
Bulan Satker KPPN Sumber dana
Kewenangan
BA, Esln, program
kegiatan Lokasi Kode Budget
Akun Interco Debit Kredit
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 2 532111 123546 27.000
Dalam membuat jurnal allotment, sebelumnya didahului dengan pengecekan pagu appropriasi sehingga tidak akan melampaui pagu
appropriasi.
351
3. Carryforward
Jurnal Carryforward merupakan jurnal yang terjadi pada saat transaksi pengiriman appropriasi menjadi allotment sesuai dengan metode
carryforward yang ditentukan:
a. Untuk carryforward Fund only maka akan digunakan kode budget 3 untuk membedakan chart of account dalam DIPA tahun berjalan dengan
DIPA carryforward.
b. Untuk Carryforward encumbrance dan Fund only juga menggunakan kode budget 3 untuk membedakan chart of account dalam DIPA tahun
berjalan dengan carryforward.
c. Untuk Carryforward encumbrance Only maka akan diperlakukan sama dengan penggunaan kode budget 3 agar
Struktur Chart of Account
Bulan Satker KPPN Sumber dana
Kewenangan
BA, Esln, program
kegiatan Lokasi Kode Budget
Akun Interco Debit kredit
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 3 532111 123546 27.000
4. Vote on Acount
Jurnal Vote on Account (VOA) terjadi apabila RUU APBN belum disahkan DPR sampai waktu yang ditentukan, maka DJPBN akan melakukan
Allotment dengan menerbitkan DIPA VOA. Nanti apabila APBN telah disetujui pada tahun berjalan maka akan di jurnal kembali ke kode budget
Allotment (2)
Struktur Chart of Account
Bulan Satker KPPN Sumber dana
Kewenangan
BA, Esln, program
kegiatan Lokasi Kode Budget
Akun Interco Debit kredit
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 4 532111 123546 27.000
352
5. Pengembalian Belanja
Jurnal pengembalian belanja terjadi apabila terdapat pengembalian belanja pada tahun anggaran berjalan. Jurnal ini berfungsi untuk
membedakan antara belanja yang merupakan pengembalian dan bukan.
Struktur Chart of Account
Bulan Satker KPPN Sumber dana
Kewenangan
BA, Esln, program
kegiatan Lokasi Kode Budget
Akun Interco Debit kredit
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 7 532111 123546 27.000
6. Blokir dana dari DJA
Jurnal Blokir DJA terjadi saat appropriasi yang diterima dari DJA telah diblokir dan kewenangan membuka blokirnya ada pada DJA, sebagai
contoh : dilakukan pemblokiran DIPA Satker 123456 dengan kode akun 123456 sejumlah Rp. 15.000, maka akunnya adalah sebagai berikut :
Struktur Chart of Account
Bulan Satker KPPN Sumber dana
Kewenangan
BA, Esln, program
kegiatan Lokasi Kode Budget
Akun Interco Debit kredit
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 8 532111 123546 15.000
353
7. Blokir dana dari DJPBN
Jurnal Blokir dana dari terjadi bila pada saat appropriasi tidak terdapat dana yang diblokir namun dalam membuat allotment, DJPBN diharuskan
melakukan blokir sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jurnal pemblokiran oleh DJPBN ini contohnya terjadi pada saat pengesahan DIPA
sementara. Contoh transaksi Dilakukan pemblikiran DIPA satker 123456 dengan kode akun 123456 sejumlah Rp.25.000, maka junalnya adalah
Struktur Chart of Account
Bulan Satker KPPN Sumber dana
Kewenangan
BA, Esln, program
kegiatan Lokasi Kode Budget
Akun Interco Debit kredit
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 9 532111 123546 25.000
8. Jurnal Revisi DIPA antar akun, satker,KPPN,dll
Jurnal revisi DIPA terjadi apabila terdapat pergeseran akun sesuai dengan peraturan tentang revisi anggaran, Jurnal ini pada dasarnya
bertujuan untuk mencatat perubahan pada struktur COA.
Contoh Revisi Antar Akun.
Dari:
Struktur Chart of Account
Bulan Satker KPPN Sumber dana
Kewenangan
BA, Esln, program
kegiatan Lokasi Kode Budget
Akun Interco Debit kredit
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 2 532111 123546 25.000
354
Menjadi:
Struktur Chart of Account
Bulan Satker KPPN Sumber dana
Kewenangan
BA, Esln, program
kegiatan Lokasi Kode Budget
Akun Interco Debit kredit
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 2 532111 123546 25.000
9. Jurnal AFP (Halaman III DIPA)
Halaman III DIPA pada dasarnya hanya digunakan untuk kepentingan cash forecasting, bukan sebagai salah satu syarat dalam pencairan dana. Contoh pada
DIPA satker 123456 memiliki pagu DIPA Rp. 1.000.000,00 kemudian pada halaman III DIPA disusun rencana penarikan dana.
Contoh Akun pada satker 123456 pada bulan Januari dan februari berdasarkan pembagian dana DIPA satu tahun yang dibagi menjadi 12 bulan.
Struktur Chart of Account
Bulan Satker KPPN Sumber dana
Kewenangan
BA, Esln, program
kegiatan Lokasi Kode Budget
Akun Interco Debit kredit
Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 2 532111 123546 115.000
Struktur Chart of Account
Bulan Satker KPPN Sumber dana
Kewenangan
BA, Esln, program
kegiatan Lokasi Kode Budget
Akun Interco Debit kredit
Februari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 2 532111 123546 150.000