36
SAMPAH DI SEKITAR KITA Stop Global Warming, Save Our Earth, atau banyak lagi ungkapan lainnya bertujuan untuk memicu kepedulian masyarakat terhadap kondisi lingkungan hidup yang makin memprihatinkan. Ungkapan-ungkapan itu bagus, namun ternyata tidak cukup dengan hanya ungkapan. Masih banyak upaya yang dapat dilakukan secara nyata untuk menyelamatkan nasib bumi. Kita dapat melakukannya dengan aksi-aksi sederhana diantaranya upaya untuk mengelola sampah dengan baik, seperti: pemilihan dan pemilahan sampah, pemanfaatan sampah yang dapat didaur ulang, dan mengurangi pemakaian kebutuhan yang berpotensi menambah kuantitas maupun kualitas sampah yang tidak dapat didaur ulang. Masalah sampah merupakan masalah yang tidak pernah selesai. Selama manuia ada, maka di situ pasti ada sampah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memerangi sampah ini. Setiap hari manusia menghasilkan sampah yang jenisnya tergantung dari aktivitasnya. Sampah selalu ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Berbagai masalah timbul akibat sampah di lingkungan kita. Mulai dari sampah yang dibuang sembarangan, sampai bencana di tempat pembuangan akhir sampah yang merenggut nyawa manusia. Setiap orang perlu ikut berperan dalam menangani sampah. Jika dilakukan bersama oleh semua orang dan segenap lapisan masyarakat, upaya menangani sampah dapat memberi manfaat yang besar bagi kebersihan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Tumpukan sampah bukan hanya mengganggu kesehatan, namun juga mengancam nyawa manusia! Seperti yang terjadi di Bandung tahun 2005 lalu – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Bandung – yang menyebabkan meninggalnya lebih dari 140 nyawa tertimbun longsor sampah sejumlah jutaan meter kubik dalam semalam. Tahun 2006 yang lalu kejadian serupa pun terjadi di TPA Bantargebang, Bekasi yang menewaskan sejumlah pemulung. Kejadian menyedihkan ini tentunya dapat dicegah jika sampah dapat kita kurangi dan diolah semaksimal mungkin mulai dari sumbernya, yang salah satunya adalah lingkungan rumah tangga kita sendiri. Masalah sampah adalah masalah yang sulit dan harus segera dipecahkan, karena dikhawatirkan akan menjadi persoalan lingkungan yang serius, juga dapat memicu Sampah di Sekitar Kita ([email protected] ) 1

Modul Sampah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mengenai sampah dimana sampah dapat di recycle (didaur ulang) menjadi barang yang dapat digunakan lagi.

Citation preview

Page 1: Modul  Sampah

SAMPAH DI SEKITAR KITA

Stop Global Warming, Save Our Earth, atau banyak lagi ungkapan lainnya bertujuan untuk memicu kepedulian masyarakat terhadap kondisi lingkungan hidup yang makin memprihatinkan. Ungkapan-ungkapan itu bagus, namun ternyata tidak cukup dengan hanya ungkapan. Masih banyak upaya yang dapat dilakukan secara nyata untuk menyelamatkan nasib bumi. Kita dapat melakukannya dengan aksi-aksi sederhana diantaranya upaya untuk mengelola sampah dengan baik, seperti: pemilihan dan pemilahan sampah, pemanfaatan sampah yang dapat didaur ulang, dan mengurangi pemakaian kebutuhan yang berpotensi menambah kuantitas maupun kualitas sampah yang tidak dapat didaur ulang. Masalah sampah merupakan masalah yang tidak pernah selesai. Selama manuia ada, maka di situ pasti ada sampah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memerangi sampah ini.

Setiap hari manusia menghasilkan sampah yang jenisnya tergantung dari aktivitasnya. Sampah selalu ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Berbagai masalah timbul akibat sampah di lingkungan kita. Mulai dari sampah yang dibuang sembarangan, sampai bencana di tempat pembuangan akhir sampah yang merenggut nyawa manusia. Setiap orang perlu ikut berperan dalam menangani sampah. Jika dilakukan bersama oleh semua orang dan segenap lapisan masyarakat, upaya menangani sampah dapat memberi manfaat yang besar bagi kebersihan lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Tumpukan sampah bukan hanya mengganggu kesehatan, namun juga mengancam nyawa manusia! Seperti yang terjadi di Bandung tahun 2005 lalu – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Bandung – yang menyebabkan meninggalnya lebih dari 140 nyawa tertimbun longsor sampah sejumlah jutaan meter kubik dalam semalam. Tahun 2006 yang lalu kejadian serupa pun terjadi di TPA Bantargebang, Bekasi yang menewaskan sejumlah pemulung. Kejadian menyedihkan ini tentunya dapat dicegah jika sampah dapat kita kurangi dan diolah semaksimal mungkin mulai dari sumbernya, yang salah satunya adalah lingkungan rumah tangga kita sendiri. Masalah sampah adalah masalah yang sulit dan harus segera dipecahkan, karena dikhawatirkan akan menjadi persoalan lingkungan yang serius, juga dapat memicu permasalahan yang mengganggu stabilitas baik dibidang ekonomi, tenaga kerja, keamanan, kesehatan dan keindahan tata ruang kota.

1. TUJUAN PENYUSUNAN MODUL

Modul ini disusun untuk memenuhi salah satu tanggung jawab kita dalam upaya memerangi sampah. Paling tidak kita dapat melakukan sesuatu yang bermanfaat dengan cara memberikan beberapa solusi alternatif penanggulangan sampah di negeri ini. Khususnya bagi para pendidik dan tenaga kependidikan lainnya diharapkan dapat memberikan jawaban kepada anak didik kita bahwa mulai saat ini kita harus concern terhadap permasalahan sampah ini. Pada modul ini secara khusus dibahas mengenai pengenalan jenis-jenis sampah, pentingnya pengelolaan dan pengolahan sampah, beberapa contoh pengelolaan sampah, dan upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam menangani permasalahan sampah.

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 1

Page 2: Modul  Sampah

2. JENIS-JENIS SAMPAH

Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun proses alam. Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi tiga jenis yaitu sampah organik/basah yaitu sampah yang dapat mengalami pembusukan secara alami (contoh: sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah atau sisa buah, dan sebagainya), sampah anorganik/kering yaitu sampah yang tidak dapat mengalami pembusukan secara alami (contoh logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol dan sebagainya), sampah berbahaya yaitu sampah yang mengandung bahan berbahaya (contoh: baterai, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas, dan sebagainya).

Setiap jenis sampah memiliki metoda pengolahan yang berbeda. Sampah yang tercampur menyebabkan biaya pengolahan menjadi mahal. Oleh karena itu, kunci dari pengelolaan sampah adalah pemilahan, atau pemisahan antara jenis sampah yang satu dengan jenis sampah yang lain. Marilah kita memahami lebih lanjut apa saja jenis sampah dan bagaimana pengolahan masing-masing.

2.1 Sampah Organik

Sampah organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis sampah yang berasal dari jasad hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara alami. Contohnya adalah sayuran, daging, ikan, nasi, dan potongan rumput/ daun/ ranting dari kebun. Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari sampah organik setiap harinya. Pembusukan sampah organik terjadi karena proses biokimia akibat penguraian materi organik sampah itu sendiri oleh mikroorganime (makhluk hidup yang sangat kecil) dengan dukungan faktor lain yang terdapat di lingkungan. Metoda pengolahan sampah organik yang paling

tepat tentunya adalah melalui pembusukan yang dikendalikan, yang dikenal dengan pengomposan atau komposting.

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 2

GambarTumpukan sampah

GambarSampah organik

Page 3: Modul  Sampah

2.2 Sampah Non-Organik

Sampah non-organik atau sampah kering atau sampah yang tidak mudah busuk adalah sampah yang tersusun dari senyawa non-organik yang berasal dari sumber daya alam tidak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Contohnya adalah botol gelas, plastik, tas plastik, kaleng, dan logam. Sebagian sampah non-organik tidak dapat diuraikan oleh alam sama sekali, dan sebagian lain dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Mengolah sampah non-organik erat hubungannya dengan penghematan sumber daya alam yang digunakan untuk membuat bahan-bahan tersebut dan pengurangan polusi akibat proses produksinya di dalam pabrik.

Perbandingan lamanya sampah organik dan non-organik hancur dapat dilihat pada tabel berikut:

Jenis Sampah Lama Hancur

Kertas Kulit Jeruk Dus Karton Filter Rokok Kantong Plastik Kulit Sepatu Pakaian/Nylon Plastik Alumunium Styrofoam

2-5 bulan 6 bulan 5 bulan 10-12 tahun 10-20 tahun 25-40 tahun 30-40 tahun 50-80 tahun 80-100 tahun tidak hancur

a. Sampah Kertas

Menghemat penggunaan kertas adalah cara terbaik. Selain mengurangi jumlah sampah, kita sekaligus menghemat jumlah pohon yang ditebang. Daur ulang kertas dapat dilakukan dengan menghancurkan dan membuat bubur kertas sebagai bahan dasar produk baru. Hal ini dapat juga dilakukan oleh rumah tangga, namun tidak dianjurkan untuk kertas koran karena banyak mengandung logam berat.

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 3

GambarSampah kertas

GambarSampah non-organik

Page 4: Modul  Sampah

b. Sampah Gelas/Kaca

Sampah gelas dapat didaur ulang dengan menghancurkan, melelehkan, dan memproses kembali sebagai bahan baku dengan temperatur tinggi sampai menjadi cairan gelas dan kemudian dicetak. Jika dibuang, sampah gelas membutuhkan ratusan bahkan ribuan tahun untuk bisa hancur dan menyatu dengan tanah.

c. Sampah Kaleng

Sebagian besar kaleng dibuat dari aluminium melalui proses yang membutuhkan banyak energi. Sampah kaleng dapat didaur ulang dengan melelehkan dan menjadikan batang aluminium sebagai bahan dasar produk baru. Dengan demikian, sumber energi dapat dihemat, polusi dapat dikurangi, dan sumber daya bauksit, kapur dan soda abu sebagai bahan dasar aluminium dapat dihemat.

d. Plastik

Sampah plastik termasuk sampah yang tidak dapat hancur dan menyatu dengan tanah. Plastik – yang bahan dasarnya minyak bumi – sudah menjadi gaya hidup sehari-hari manusia, sebagai bahan pembungkus maupun pengganti alat dan perabotan seperti gelas/ sendok / piring plastik, dan kemasan makanan dan minuman. Daur ulang plastik dapat dilakukan dengan melelehkan dan menjadikan bijih plastik sebagai bahan dasar produk baru. Hal ini

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 4

GambarSampah kaleng

GambarSampah plastik

GambarSampah Botol/kaca

Page 5: Modul  Sampah

e. Styrofoam

Penduduk perkotaan saat ini cukup akrab dengan styrofoam yang sering digunakan sebagai pembungkus barang. Bahan ini dibuat dari zat kimia yang berbahaya, yang apabila dibakar akan menimbulkan gas beracun. Pemakaian styrofoam sebisa mungkin perlu dihindari, karena selain berbahaya bagi kesehatan, sampahnya tidak dapat hancur secara alami.

Styrofoam umumnya berwarna putih dan terlihat bersih. Bentuknya juga simpel dan ringan. Dengan segala kelebihannya itulah maka styrofoam selalu menjadi pilihan bagi para pedagang untuk membungkus makanan. “Kalau pakai styrofoam kelihatan lebih praktis dan bersih. Sekali pakai langsung buang.

Di balik kelebihan styrofoam menahan panas inilah masalah utamanya. Styrofoam ini sesungguhnya masih tergolong keluarga plastik. Menurut penelitian para ahli, bahan pembentuk styrofoam yang disebut juga gabus, bersifat racun dan bisa mencemari makanan serta minuman. Terutama makanan yang masih panas dan berlemak ketika dimasukkan ke dalam wadah putih ini tak lama kemudian akan meleleh

2.3 Sampah yang Mengandung Zat Berbahaya/Beracun (B3)

Sampah B3 adalah sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun. Sampah B3 yang sering terdapat di rumah tangga misalnya adalah baterei,

pestisida (obat serangga), botol aerosol, cairan pembersih (karbol), dan lampu neon. Jika dibuang ke lingkungan atau dibakar, sampah-sampah ini dapat mencemari tanah dan membahaya-kan kesehatan. Pengolahan sampah B3 ini dilakukan secara khusus di lokasi khusus yang membutuhkan pengawasan ketat dari pemerintah. Pemerintah Indonesia telah menen-tukan lokasi khusus di Cileungsi, Jawa Barat sebagai instalasi pengolahan limbah B3.

Sampah B3, lebih tepah disebut limbah, merupakan bahan-bahan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun karena konsentrasinya atau jumlahnya, baik secara langsung atau tidak langsung dapat mencemari dan atu merusak lingkungan hidup, dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan dan kelangsungan manusia dan hidup makhluk lainnya.

Sampah B3 adalah limbah yang memenuhi salah satu dari kriteria berikut:

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 5

GambarSampah Styrofoam

GambarSampah B3

Page 6: Modul  Sampah

- Mudah meledak,- Mudah terbakah,- Bersifat reaktif,- Beracun,- Menyebabkan infeksi,- Bersifat korosif,- Limbah lain yang jika diuji dengan metode toksilogi diketahui termasuk limbah

B3.

Sampah B3 atau bahan berbahaya dan beracun tidak saja dihasilkan/digunakan oleh industri, tetapi juga dapat dari berbagai aktifitas manusia lainnya, misalnya dari sektor pertanian, rumah sakit, dan bahkan dari rumah tangga. Limbah B3 perlo dokelola secara tepat sehingga tidak mencemari dan mengganggu kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya. Limbah B3 berbahaya biasanya dikategorikan atas bahan-bahan radioaktif, bahan-bahan kimia, limbah biologis yang berasal dari rumah sakit dan laboratorium, limbah yang mudah terbakar, dan bahan yang mudah meledak.

3. SUMBER SAMPAH

Berdasarkan sumbernya sampah bisa dikelompokkan menjadi sampah domestik dan sampah non domestik. Sampah domestik adalah sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga/pemukiman, perkantoran, perdagangan, dan rumah sakit yang dihasilkan langsung oleh manusia sebagai pelaku kegiatan tersebut. Sedangkan sampah non domestik adalah sampah yang berasal dari kegiatan pertanian dan perkebunan serta berbagai industri.

3.1 Sampah Domestik

Sampah domestik adalah sampah yang dihasilkan langsung oleh manusia melalui berbagai aktifitasnya. Sampah rumah tangga terdiri atas sampah organik dan non organik. Sampah rumah tangga merupakan sampah yang paling banyak diproduksi, yaitu hampir 70% dari total sampah yang ada. Dari jumlah tersebut 80% diantaranya adalah sampah organik. Pada umumnya sampah pemukiman merupakan sampah sisa-sisa pengolahan makanan, sisa-sisa makanan, dan kemasan makanan. Selain itu juga berupaa barang-barang sisa dari kemasan produk perlengkapan rumah tangga, seperti dus, kertas, plastik, dan lain-lain. Sebagian besar sampah rumah tangga dapat didaur ulang.

Sampah yang berasal perkantoran, toko, pasar swalayan, dan sebagainya biasanya berupa kertas pembungkus, dus, toner, dan bekas alat tulis menulis. Lain halnya sampah yang berasal dari pasar tradisional tradisional terdiri atas sampah organik berupa sisa-sisa bahan sayuran, buah-buahan yang membusuk, daun-daunan, jerami, dan sebagainya.

Sampah yang berasal dari laboratorium biasanya beracun dan berbahaya. Sampah ini berupa sisa-sisa bahan kimia yang berbahaya dan mungkin beracun. Seperti sampah yang dihasilkan dari rumah sakit merupakan sampah hasil proses biomedia adalah sangat berbahaya. Sampah tersebut dapat berupa jarum suntuk, botol obat, pisau bedah, botol infus dan sejenisnya, serta obat-obat yang kadaluarsa. Semua sampah dari rumah sakit ini perlu penangan yang lebih

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 6

Page 7: Modul  Sampah

GambarTPA model Open Dumping

serius karena dapat menimbulkan efek yang berbahaya kepada siapa saja yang berusaha untuk menggunakannya kembali.

Juga termasuk yang berbahaya adalah sampah baterai, bangkai-bangkai peralatan elektronik, seperti komputer, PCB, lampu neon, dan sebagainya.

3.2 Sampah Non Domestik

Seperti yang disebut di atas, sampah non domestik adalah sampah yang berasal dari proses yang bukan disebabkan oleh manusia secara langsung. Yang termasuk ke dalam kelompok sampah non domestik antara lain sampah-sampah yang dihasilkan dari pertanian/perkebunan dan sampah yang dihasilkan dari berbagai jenis industri. Sampah-sampah tersebut dapat mencemari lingkungan sekitarnya. Contoh sampah dari pertanian di antaranya jerami, pestisida, dan pupuk sintesis. Contoh-contoh tersebut dapat membahayakan dan mencemari lingkungan sekitarnya.

Sampah yang dihasilkan dari industri tergantung pada jenis industrinya. Pada industri konstruksi, sampah yang dihasilkan dapat berupa potongan kayu, potongan besi dan baja, plastik, kaca, kaleng, dan berbagai jenis sisa-sia logam lainnya.

4. PENGELOLAAN SAMPAH

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir. Keberadaan sampah dari tahun ke tahun menimbulkan masalah berupa pencemaran serta meningkatkan kebutuhan pengadaan TPA. Menurut data BPS pada tahun 2001 timbulan sampah yang diangkut hanya mencapai 18,3 %, ditimbun 10,46 %, dibuat kompos 3,51 %, dibakar 43,76 % dan lainnya dibuang di pekarangan pinggir sungai atau tanah kosong sebesar 24,24 %.

Berdasar perhitungan Bappenas dalam buku infrastruktur Indonesia pada tahun 1995 perkiraan timbulan sampah di Indonesia sebesar 22.5 juta ton dan akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2020 menjadi 53,7 juta ton. Sementara di kota besar produk sampah perkapita berkisar antara 600-830 gram per hari. Berdasarkan data tersebut maka kebutuhan TPA pada tahun 1995 seluas 675 ha dan meningkat menjadi 1610 ha di tahun 2020. Kondisi ini akan menjadi masalah besar

dengan terbatasnya lahan kosong di kota besar. Oleh karena itu jika produksi

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 7

Page 8: Modul  Sampah

sampah itu tidak dikelola dengan baik, maka negeri ini akan berubah menjadi lautan sampah.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengelolaan sampah terpadu adalah: penanganan sampah pada sumbernya yaitu semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan. Penanganan sampah di sumbernya dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap selanjutnya. Karena penanganan sampah pada tahap ini dapat mengendalikan timbulan sampah. Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliputi pemilahan (sorting), yaitu memilah mana sampah organik, anorganik dan sampah berbahaya. Sampah anorganik dapat dimanfaatkan kembali (reuse) contoh: menggunakan kembali botol dan wadah kemasan produk untuk penyimpanan daripada membeli baru dan tidak membuang barang yang masih layak digunakan namun memberikannya kepada yang membutuhkan. Selain itu dapat di daur ulang misalnya kaleng bekas susu untuk membuat mainan atau mempersilahkan pemulung mengambilnya untuk didaur ulang. Sampah organik dapat memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu dijadikan kompos atau pakan ternak. Sedangkan sampah berbahaya harus ditangani secara khusus untuk menetralisir dari pencemaran. Sampah ini harus dipisahkan dari yang lainnya sehingga proses daur ulang lebih cepat dan menghasilkan produk yang bebas dari bahan berbahaya. Tujuan utama dan kegiatan di tahap ini adalah untuk mereduksi besarnya timbulan sampah (reduce).

Pengelolaan sampah di masyarakat sulit berjalan dengan efektif karena kebanyakan masyarakat tidak mampu untuk membayar ongkos tarik sampah dari rumah ke TPS. Sebagian besar sampah rumah tangga ditumpuk begitu saja di lahan kosong, sehingga merusak pemandangan dan menimbulkan risiko pada kesehatan masyarakat. Kebanyakan sampah rumah tinggal dibakar, dibuang ke sungai atau dikubur. Praktek ini dilakukan karena kurangnya pengertian bahwa tidak semua sampah dapat dikubur atau dibakar. Infrastruktur yang disediakan oleh masyarakat setempat untuk pengumpulan sampah juga tidak tersedia, kalau pun ada sangat mahal. Pada umumnya masyarakat dibebani biaya ekstra yang cukup besar untuk pengelolaan sampah. Padahal bagi kebanyakan keluarga yang masih harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, ketimbang mengeluarkan biaya untuk pengelolaan sampah.

Kebiasaan buruk masyarakat dalam penanganan sampah adalah membuang sampah ke sungai atau selokan. Terutama sering dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di tepi (bantaran) sungai. Kebiasaan buruk lainnya lainnya adalah membuang sampah di tanah lapang yang ada di sekitar mereka. Hal ini menyebabkan lahan menjadi kotor dan kadang-kadang sampah-sampah tersebut mengeluarkan bau yang tidak sedap. Jumlah ini termasuk sampah yang dibuang langsung ke sungai, selokan, tercecer di jalan, dibakar, atau ditimbun di lahan kosong yang sering disebut TPA/TPS (Tempat Pembuangan Sementara) liar.

Kunci keberhasilan program kebersihan dan pengelolaan sampah terletak pada pemilahan. Tanpa pemilahan, pengolahan sampah menjadi sulit, mahal dan beresiko tinggi mencemari lingkungan dan membayahakan kesehatan. Pemilahan adalah memisahkan antara jenis sampah yang satu dengan jenis yang lainnya. Minimal pemilahan menjadi dua jenis: sampah organik dan non organik. Sebab sampah organik yang menginap satu hari saja sudah dapat menimbulkan bau, namun tidak demikian halnya dengan sampah non organik.

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 8

Page 9: Modul  Sampah

Prinsip pengelolaan sampah sebaiknya dimulai dari sumbernya. Bila pada sumbernya sudah tidak bersih, maka tidak akan ada sampah. Namun sepanjang ada kehidupan selama itu pula akan ada sampah. Seperti tadi, yang paling baik adalah mengelola sampah mulai dari sumbernya. Dengan demikian, sampah tidak cepat bertambah banyak, bahkan sebaliknya dapat segera dikurangi.

4.1 Pengumpulan

Pengumpulan, adalah kegiatan pengumpulan sampah dari sumbernya menuju ke lokasi TPS. Sumber-sumber sampah tersebut antara lain rumahan (rumah tangga), sekolah, pasar, terminal dan sebagainya. Proses pengumpulan sampan umumnya dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong dari rumah-rumah menuju ke lokasi TPS atau diantar sendiri oleh mayarakat ke TPS. TPS biasanya terdapat di sekitar perumahan atau bagian sudut tertentu di sekitar pasar. Proses pengumpulan sampah dari sumbernya ke TPS pada umumnya menjadi tanggung jawab penghasil sampah. Artinya setiap rumah atau penghasil sampah lainnya harus membuang sampah ke TPS terdekat. Pada pelaksanaannya ada yang menggunakan jasa orang lain dengan mengeluarkan upah tertentu atau dengan membuangnya sendiri secara langsung ke TPS. Meski pada kenyataan di lapangan sering kali dijumpai sebagian anggota masyarakat yang membuang sampah di lahan-lahan terbuka. Sehingga kita seringkali menjumpai tumpukkan-tumpukan sampah di TPS.

4.2 Pemilahan Sampah

Pemilahan sebaiknya dilakukan sejak dari sumbernya. Setiap rumah tangga dapat memilah sampah berdasarkan jenisnya. Setiap pilihan memiliki kelebihan dan kekurangan. Prinsipnya disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kemampuan masyarakat yang akan memilah. Pemilahan sampah non organik yang dapat didaur ulang kemudian di tindak lanjuti untuk dijual agar dapat mendatangkan keuntungan ekonomi.

Setiap anggota keluarga baik suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya memiliki tanggung jawab yang sama dalam pemilahan di rumah tangga. Pemilahan sampah secara sederhana dapat dilakukan dengan menyediakan tong/wadah sampah minimal dua buah. Namun akan lebih baik jika kita menyediakan tiga buah tong sampah. Pemilahan sampah dapat dilakukan dengan memilah sampah organik dan sampah non organik. Jika kita memiliki tiga tong sampah, maka sampah dipilah menjadi sampah organik, sampah non organik, dan sampah gelas atau kaca. Untuk membedakannya setiap tong sampah dicat dengan warna cat berbeda. Misalnya tong sampah organik dicat warna hijau, tong sampah non organik dicat warna kuning, dan tong sampah gelas atau kaca dicat dengan warna merah.

Sampah non organik akan lebih baik lagi kalau kita membaginya menjadi lebih khusus. Hanya saja memerlukan wadah yang labih banyak, misalnya tong untuk

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 9

GambarTong sampah

Page 10: Modul  Sampah

GambarTPA model Sanitary Landfill

di Kualalumpur

sampah botol gelas atau kaca, tong untuk sampah kertas, karton, dan dus, tong sampah plastik, botol plastik, styrofoam, dan sebagainya.

4.3 Pengangkutan

Pengangkutan, adalah kegiatan pemindahan sampah dari TPS menuju lokasi pembuangan dan pengolahan sampah atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Proses pengangkutan sampah merupakan kontributor terbesar dalam biaya pengelolaan sampah. Rute pengumpulan sampah adalah faktor penentu biaya pengelolaan sampah. Rute pengumpulan sampah dapat dibuat dengan memperhatikan keterbatasan yang ada seperti: jumlah kendaraan, waktu angkut dan sistem pengangkutan yang dilakukan. Sebagian besar TPA yang berada di negeri ini berjenis masih menerapkan sistem pembuangan terbuka (open dumping). Berbeda dengan model TPA di negara yang sudah maju, yaitu dengan menggunakan model Lahan Urug Saniter (Sanitary Landfill). Hal ini disebabkan karena model TPA Sanitary Landfill memerlukan biaya tinggi dalam pengoperasian-nya.

Sanitary Landfill ialah pengelo-laan sampah dengan cara menimbunnya di dalam tanah. Di dalam lahan landfill, limbah organik akan didekomposisi oleh mikroba dalam tanah menjadi senyawa-senyawa gas dan cair. Senyawa-senyawa ini berinteraksi dengan air yang dikandung oleh limbah dan air hujan yang masuk ke dalam tanah dan membentuk bahan cair yang disebut lindi (leachate).

TPA jenis ini menerapkan sistem pengendalian pence-maran akibat sampah yang sangat ketat. Setiap hari, sampah yang ditimbun harus

dipadatkan dan ditutup kembali dengan lapisan tanah menggunakan alat berat seperti buldozer. Lapisan dasar TPA menggunakan bahan tertentu sehingga lindi tidak meresap ke air tanah, melainkan dialirkan ke instalasi pengolahan lindi yang telah disiapkan. Sanitary Landfill juga dilengkapi dengan jaringan pipa gas untuk mengendalikan gas metana (gas berbahaya yang dapat menyebabkan kebakaran) yang timbul akibat proses biokimia yang terjadi pada sampah di TPA.

5. PENGOLAHAN SAMPAH

Dalam strategi jangka panjang peran aktif masyarakat menjadi tumpuan bagi suksesnya pengelolaan sampah kota, dan dalam program jangka panjang setiap rumah tangga disarankan mengelola sendiri sampahnya melalui program 3 R (Reduce, Reuse dan Recycle). Dengan demikian kalimat himbauan “Buanglah sampah pada tempatnya” harus diganti dengan “Kumpulkan sampah dan

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 10

Page 11: Modul  Sampah

pilahlah untuk di daur ulang dan dijadikan kompos/pakan ternak”.Guna memasyarakatkan paradigma baru ini diperlukan keberanian dan dukungan dari seluruh aktor pengelola sampah (management waste) yaitu pemerintah, masyarakat, pengusaha daur ulang dan peran serta akademisi dan lain-lain. Prinsip utama 3R adalah mengelola sampah mulai dari sumbernya, melalui berbagai langkah yang mampu mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA. Langkah utama adalah pemilahan sejak dari sumber.

Reduce berarti mengurangi aktivitas atau menggunakan bahan-bahan yang sekiranya akan menghasilkan sampah. Mengurangi berarti menghemat atau tidak boros. Misalnya dalam penggunaan air dan penggunaan listrik. Ruduce juga bisa berarti mengurangi belanja barang-barang yang anda tidak “terlalu” butuhkan seperti baju baru, aksesoris tambahan atau apa pun yang intinya adalah pengurangan kebutuhan. Kurangi juga penggunaan kertas tissue dengan sapu tangan, kurangi penggunaan kertas di kantor dengan print preview sebelum mencetak agar tidak salah, dan lainnya. Kurangilah jumlah sampah dan hematlah dalam pemakaian barang. Misalnya dengan membawa tas belanja saat ke pasar sehingga dapat mengurangi sampah plastik dan mencegah pemakaian styrofoam. Reduce berarti kita mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa merusak lingkungan.

Reuse artinya pakai ulang. Reuse berarti pemakaian kembali seperti contohnya memberikan baju-baju yang sudah tidak dipakai karena kekecilan kepada yatim piatu. Atau memberikan baju yang kekecilan pada adik atau saudara anda, selain itu baju-baju bayi yang hanya beberapa bulan dipakai masih bagus dan bisa diberikan pada saudara yang membutuhkan. Barang yang masih dapat digunakan jangan langsung dibuang, tetapi sebisa mungkin gunakanlah kembali berulang-ulang. Misalnya menulis pada kedua sisi kertas dan menggunakan botol isi ulang. Repair menjadikan 3R menjadi 4R.

Recycle artinya mendaur ulang barang bekas atau sampah. Sampah kertas dapat dibuat hasta karya, demikian pula dengan sampah kemasan plastik mie instan, sabun, minyak, dll. Sampah organik dapat dibuat kompos dan digunakan sebagai penyubur tanaman maupun penghijauan. Paling mudah adalah mendaur ulang sampah organik di rumah anda, menggunakan bekas botol plastik air minum atau apapun sebagai pot tanaman. Daur ulang secara besar-besaran belum menjadi kebiasaan di Indonesia. Namun, kita banyak melihat para pemulung yang rajin mengambil, memilah, dan mendaur ulang sampah di sekitar kita. Namun, sebenarnya ada dua R lagi yang penting, khususnya di negara berkembang, yaitu Repair dan Refuse (memperbaiki dan menolak).

Repair memang banyak dilupakan meskipun sebenarnya adalah hal yang terpenting. Repair adalah usaha memperbaiki agar bisa digunakan kembali (Reuse) yang pada akhirnya adalah untuk menjaga kebersihan lingkungan dari sampah. Contoh memperbaiki barang-barang yang rusak agar bisa kita gunakan kembali seperti sepatu jebol yang kita perbaiki karena dengan begitu kita tidak perlu membeli sepatu baru. Vulkanisir ban juga merupakan upaya Repair agar kita dapat menggunakan kembali (Reuse) ban tersebut. Hal lain yang lebih besar adalah reboisasi atau perbaikan lahan kritis karena dengan ini kita bisa memiliki daerah resapan yang lebih besar dan menahan limpahan air yang bisa menyebabkan longsor. Penanaman bakau juga merupakan perbaikan lingkungan.

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 11

Page 12: Modul  Sampah

Refuse berarti menolak atau pemakaian bahan yang berpotensi menjadi sampah, misalnya menolak untuk menggunakan plastik dan lebih memilih bahan yang lebih alami. Karena seperti kita ketahui bahwa bahan plastik yang terbuang tidak terurai seperti pada bahan alami. Sebagai contoh, pada saat kita berbelanja di pasar atau di supermarket, sebaiknya kita menolak staff yang menawarkan pemakaian tas plastik yang berlebihan pada belanjaan kita. Dengan demikian berarti kita sudah berusaha dari menolak (refuses) dari awal sekaligus kita telah mengurangi (reduces) sampah-sampah yang perlu didaur ulang (recycles). Intinya adalah kita harus menolak dan mengurangi bahan-bahan, terutama yang beresiko menimbulkan sampah, yang sulit terurai secara maksimal. Sehingga dengan sendirinya kita tlah berupaya untuk mengurangi beban alam untuk menguraikan sampah yang kita buang.

Pengolahan sampah adalah upaya yang sangat penting untuk mengurangi volume sampah dan mengubah sampah menjadi material yang tidak berbahaya. Pengolahan dapat dilakukan di sumber (Rumah tangga atau Sekolah), di TPS, maupun di TPA. Prinsipnya adalah dilakukan setelah pemilahan sampah dan sebelum penimbunan akhir, sehingga sering juga disebut pengolahan antara. Tujuan suatu pengelolaan sampah ialah mengkonversi sampah tersebut menjadi bahan yang berguna secara efisien dan ekonomis dengan dampak lingkungan yang minimal.

Dalam penangan sampah, Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada pertengahan tahun 2009 menggulirkan program penanganan sampah organik tuntas di tempat dalam rangka menuntaskan masalah persampahan di provinsi itu. Pengolahan sampah di tempat dilakukan mulai dari pemilahan sampah, penggolangan sampah organik menjadi kompos serta pengelolaan sampah anorganik yang diharapkan selanjutnya dapat didaur ulang dengan melalui program "recycle bank" atau bank daur ulang. Pengolahan sampah organik tuntas di tempat bila digulirkan secara terpadu bisa menuntaskan permasalahan sampah dari sumber yang pada akhirnya mendapat mendukung tercapainya kondisi lingkungan yang sehat, bersih dan nyaman. Untuk melaksanakan program ini masyarakat diharuskan menyediakan tiga buah tong sampah yang diperuntukkan bagi sampah organik, sampah non organik, dan sampah berbahaya (B3).

Berbagai alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya adalah: pemisahan komponen sampah dan pemadatan, yang tujuannya adalah mempermudah penyimpanan dan pengangkutan. Pembuatan kompos, yaitu merubah sampah melalui proses mikrobiologi menjadi produk lain yang dapat dipergunakan. Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat berkurang. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena teknik tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.

5.1 Pengomposan

Sampah terdiri dari dua kelompok besar, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Rata-rata persentase sampah organik mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Pengomposan dapat dikatakan sebagai pengolahan sampah organik melalui pembusukan (proses biologis) yang terkendali. Hasil yang diperoleh disebut kompos.

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 12

Page 13: Modul  Sampah

Pengomposan atau komposting adalah proses sampah organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Pengomposan adalah upaya mengolah sampah organik melalui proses pembusukan yang terkontrol atau terkendali. Produk utama komposting adalah kebersihan lingkungan, karena jumlah sampah organik yang dibuang ke TPA menjadi berkurang. Adapun kompos sebagai produk komposting adalah hasil tambahan atau bonus yang dapat kita gunakan untuk tanaman sendiri ataupun untuk dijual.

Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organic yang terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organic, seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik industry, serta limbah pertanian dan perkebunan.

Sampah organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis sampah yang berasal dari jasad hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara alami. Contohnya adalah sayuran, daging, ikan, nasi, ampas perasan kelapa, dan potongan rumput /daun/ ranting dari kebun. Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari sampah organik setiap harinya. Pembusukan sampah organik terjadi karena proses biokimia akibat penguraian materi organik sampah itu sendiri oleh mikroorganime dengan dukungan faktor lain yang terdapat di lingkungan. Metoda pengolahan sampah organik yang paling tepat tentunya adalah melalui pembusukan yang dikendalikan, yang dikenal dengan pengomposan atau komposting.

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 13

Page 14: Modul  Sampah

GambarBarbagai jenis sampah organik yang dapat dikomposkan

Sampah non-organik atau sampah kering adalah sampah yang terususun dari senyawa non-organik yang berasal dari sumber daya alam tidak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Contohnya adalah botol gelas, plastik, tas plastik, kaleng, dan logam. Sebagian sampah non-organik tidak dapat diuraikan oleh alam sama sekali, dan sebagian lain dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Mengolah sampah non-organik erat hubungannya dengan penghematan sumber daya alam yang digunakan untuk membuat bahan-bahan tersebut dan pengurangan polusi akibat proses produksinya di dalam pabrik.

Selama ini tidak sedikit masyarakat yang melakukan penghijauan dan budidaya tanaman obat di lingkungan rumah masing-masing. Untuk menunjang kegiatan tersebut, sangatlah membantu jika pupuk yang digunakan tidak perlu dibeli dari luar tetapi dihasilkan sendiri melalui proses pengomposan.

a. Prinsip dasar pengomposan

Prinsip dasar pembuatan kompos adalah memanfaatkan proses pembusukan bahan-bahan (sampah) organik secara alami dengan bantuan mikroorganisme. Seperti yang kita ketahui bahwa pembusukan sampah organik terjadi karena proses biokimia akibat penguraian materi organik sampah itu sendiri oleh mikroorganime dengan dukungan faktor lain yang terdapat di lingkungan. Proses pengomposan atau komposting merupakan proses pengolahan sampah organik melalui pembusukan alami yang dikendalikan.

Proses perubahan sampah organik menjadi kompos merupakan proses metabolisme alami dengan bantuan makhluk hidup. Untuk itu, ada beberapa faktor yang wajib dipenuhi, antara lain:

1) Mikroorganisme atau mikroba Yaitu makhluk hidup berukuran mikro (sangat kecil) yang hanya dapat dilihat melalui mikroskop, misalnya bakteri dan jamur. Mikroba inilah yang ’memakan’ sampah dan hasil pencernaannya adalah kompos. Semakin banyak jumlah mikroba maka semakin baik proses komposting. Mikroba ini dapat diperoleh dari kompos yang sudah jadi ataupun dari lapisan atas tanah yang gembur (humus).

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 14

Page 15: Modul  Sampah

GambarPrinsip dasar pengomposan

2) UdaraKomposting adalah proses yang bersifat aerob (membutuh-kan udara). Aliran udara yang kurang baik selama kom-posting akan me-nyebabkan mikroba jenis lain (yang tidak baik untuk kompos-ting) yang lebih ba-nyak hidup, sehing-ga timbul bau me-nyengat dan pem-bentukan kompos tidak terjadi. Oleh karena itu, wadah yang berlubang ataupun, pembalikan dan pengadukan secara teratur sangat penting dalam komposting.

3) KelembabanKomposting berlangsung optimal dalam kelembaban antara 50 – 70%. Jika terlalu lembab maka udara akan terhambat masuk ke dalam materi organik sehingga bakteri mati karena kekurangan udara. Maka simpanlah di tempat yang cukup kering. Namun juga jangan terlalu kering karena mikroba membutuhkan air sebagai media hidupnya. Maka siram atau percikkan lah air jika terlalu kering.

4) SuhuProses penguraian materi organik oleh mikroba menyebabkan suhu yang cukup tinggi (fase aktif). Suhu akan turun secara bertahap yang menandakan fase pematangan kompos. Kisaran suhu yang ideal untuk komposting adalah 45 – 70 derajat celcius.

5) NutrisiSeperti manusia, mikroba juga membutuhkan makanan atau nutrisi. Kandungan karbon dan nitrogen yang ada dalam sampah organik merupakan sumber makanan mikroba. Perbandingan kedua unsur ini akan berubah saat komposting berakhir.

6) Faktor lainnyaFaktor lainnya seperti waktu, pH (derajat keasaman), dan ukuran partikel sampah organik. Rata-rata proses komposting membutuhkan waktu sekitar 6 – 8 minggu. Variasi waktu tergantung pada jenis sampah organik dan ada tidaknya unsur tambahan yang mempercepat proses komposting seperti EM4. Ukuran partikel sampah juga perlu diperhatikan dalam pengomposan rumah tangga. Kulit pisang dan sayuran misalnya, perlu dicacah terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam komposter.

b. Tatacara pengomposan

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 15

Page 16: Modul  Sampah

Pengomposan dapat dilakukan dalam berbagai cara tergantung pada tempat dan jumlah kompos yang akan dibuat. Langkah-langkah umum pengomposan yang dilakukan di rumah tangga (rumahan) dapat menggunakan metode takakura, yaitu dengan cara-cara berikut:

1) Siapkan keranjang takakura

Keranjang takakura adalah keranjang berpori atau berlubang yang banyak dijual di pasar-pasar. Seandainya sulit mendapatkan keranjang takakura, dapat diganti dengan bahan lain, misalnya kardus, tong, atau jerigen. Hanya saja semua bahan itu harus dibuat berpori (belubang-lubang). Keranjang ini juga harus dilengkapi bahan-bahan lain, antara lain bantal sekam, kain hitam berpori, kardus bekas, kompos yang sudah jadi, dan tentu saja tutup keranjang. Susun bahan-bahan tersebut sesuai gambar berikut.

2) Pengumpulan dan pemilahan

Sampah dikumpulkan dan pisahkan antara sampah non-organik dengan sampah organik.

3) Pencacahan

Sampah organik yang sudah terpisah dengan sampah non organik selanjutnya dicacah. Tujuan dari pencacahan ini adalah untuk memperkecil dan menyeragamkan ukuran sampah.

4) Melaksanakan pengomposan

Masukkan bantal sekam pertama di dasar keranjang, tutup tepi keranjang dengan menggunakan dus sehingga menutup seluruh bagian dinding keranjang, masuk-kan kompos yang sudah jadi sebanyak sepertiga dari volume keranjang, masukkan sampah organik yang sudah dicacah sehingga penuh, aduk dengan hingga rata, tutup dengan bantal sekam yang kedua, tutup lagi dengan kain hitam, pasangkan penutup keranjang, simpan di tempat kering dan jangan sampai kena air hujan.

Sampah di Sekitar Kita ([email protected])

GambarKeranjang Takakura dan bagian-bagiannya

16

INCLUDEPICTURE "http://3.bp.blogspot.com/_oaGqK4xB7t0/SaPKAW3M4TI/AAAAAAAAAHo/Nk12TplOTkw/s320/pencacahan2.jpg" \* MERGEFORMATINET

GambarMencacah sampah pada

produksi kompos komunal

Page 17: Modul  Sampah

Setelah 14 hari sampah akan berubah warna menjadi kehitaman dan menjadi lebih lunak. Jika produksi kompos dibuat dalam jumlah besar, maka kompos yang dihasilkan selanjutnya dipanen dan dibawa ke tempat penjemuran. Di tempat ini kompos dicacah lagi dan dikemas ke dalam kantung-kantung plastik ditimbang dan selanjutnya dijual. Proses penjemuran dilakukan untuk mengurangi kadar air di dalam kompos.

Untuk menjaga kualitas kompos perlu diperhatikan pada saat pemilahan sebelum proses maupun pengecekan setelah proses komposting sangat penting untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi produk kompos dengan materi anorganik dan logam berat. Adapun kemungkinan kontaminasi bakteri patogen dapat pula terjadi, jika selama proses kurang dilakukan pemantauan suhu dan kelembab-an yang baik.

Pada pembuatan kompos dalam skala besar, biasanya digunakan aktivator. Aktivator ini dapat diperolah di toko-toko yang menjual bahan dan alat-alat pertanian. Aktivator ini fungsinya sama dengan kompos yang sudah jadi pada proses pembuatan kompos dengan metode takahura. Setelah lebih kurang dua minggu, keranjang takakura dapat dibuka dan kompos sudah jadi. Pembuatan kompos dengan metode keranjang takakura ini merupakan metode yang cocok digunakan di rumah tangga, atau dikenal dengan metode rumahan.

c. Manfaat kompos

Salah satu manfaat kompos adalah diperlukan dalam pemupukan untuk penghijauan dan budidaya tanaman obat. Selain untuk penghijauan di rumah tangga, kompos dapat digunakan untuk rehabilitasi lahan bekas tambang, dijual kepada petani atau tukang tanaman, atau dibeli untuk program pertamanan. Beberapa tambak udang juga menggunakan kompos untuk tanah tambak, agar plankton tumbuh lebih baik.

Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.

Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 17

INCLUDEPICTURE "http://4.bp.blogspot.com/_oaGqK4xB7t0/SaPPBp3Q1kI/AAAAAAAAAIQ/dMniOtCim7Q/s320/komposmatang2.jpg" \* MERGEFORMATINET

GambarKompos yang matang setelah 14 hari

Page 18: Modul  Sampah

panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak. Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:

1) Aspek Ekonomi- Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah - Mengurangi volume/ukuran limbah - Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya

2) Aspek Lingkungan- Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah - Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

3) Aspek bagi tanah/tanaman- Meningkatkan kesuburan tanah - Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah - Meningkatkan kapasitas jerap air tanah - Meningkatkan aktivitas mikroba tanah - Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) - Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman - Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman - Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

Manfaat kompos organik diantaranya adalah 1) memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan; 2) memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai; 3) menambah daya ikat tanah terhadap air dan unsureunsur hara tanah; 4) memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah; 5) mengandung unsur hara yang lengkap, walaupun jumlahnya sedikit (jumlah hara ini tergantung dari bahan pembuat pupuk organik); 6) membantu proses pelapukan bahan mineral; 7) memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia; serta 8) menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan (Yovita, 2001).

Harga jual kompos dengan bahan baku sampah rumah tangga akan sulit bersaing dengan kompos dari sampah yang lebih homogen, seperti kotoran hewan atau sampah pertanian. Hal ini disebabkan biaya produksi yang lebih tinggi untuk pemilahannya.

5.2 Daur ulang (Recycle)

Daur ulang adalah proses memanfaatkan bahan bekas atau sampah untuk menghasilkan produk yang dapat digunakan kembali. Daur ulang adalah proses utuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah atau mengurangi adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Sampah yang bisa didaur ulang terdiri dari sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, dan barang elektronik. Daur ulang lebih difokuskan kepada

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 18

GambarLogo daur ulang

Page 19: Modul  Sampah

sampah yang tidak bisa didegradasi oleh alam secara alami demi pengurangan kerusakan lahan. Secara garis besar, daur ulang adalah proses pengumpulan sampah, penyortiran, pembersihan, dan pemrosesan material baru untuk proses produksi. Oleh karenaitu, proses pembuatan kompos yang umumnya menggunakan sampah biomassa yang bisa didegradasi oleh alam, tidak dikategorikan sebagai proses daur ulang.

Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendis-tribusian dan pembuatan produk/ material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle) seperti yang telah dibahas di muka.

Pada pemahaman yang terbatas, proses daur ulang harus menghasil-kan barang yang mirip dengan barang aslinya dengan material yang sama, contohnya kertas bekas harus menjadi kertas dengan kualitas yang sama, atau busa polistirena bekas harus menjadi polistirena dengan kualitas yang sama. Seringkali, hal ini sulit dilakukan karena lebih mahal dibandingkan dengan proses pembuatan dengan bahan yang baru. Jadi, daur ulang adalah proses penggunaan kembali material menjadi produk yang berbeda. Bentuk lain dari daur ulang adalah ekstraksi material berharga dari sampah, seperti emas dari prosessor komputer, timah hitam dari baterai, atau ekstraksi material yang berbahaya bagi lingkungan, seperti merkuri.

Besi dan baja adalah jenis logam yang paling banyak didaur ulang di dunia. Termasuk salah satu yang termudah karena mereka dapat dipisahkan dari sampah lainnya dengan magnet. Daur ulang meliputi proses logam pada

umumnya; peleburan dan pencetakan kembali. Hasil yang didapat tidak mengurangi kualitas logam tersebut. Contoh lainnya adalah alumunium, yang merupakan bahan daur ulang paling efisien di dunia. Namun pada umumnya, semua jenis logam dapat didaur ulang tanpa mengurangi kualitas logam tersebut, menjadikan logam sebagai bahan yang dapat didaur ulang dengan tidak terbatas.

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 19

GambarKontainer pengumpul sampah yang

dapat di daur ulang di China

GambarKesadaran untuk membuah sampah sesuai

dengan jenisnya di London

Page 20: Modul  Sampah

Kaca dapat juga didaur ulang. Kaca yang didapat dari botol dan lain sebagainya dibersih-kan dair bahan kontaminan, lalu dilelehkan bersama-sama dengan material kaca baru. Dapat juga dipakai sebagai bahan bangunan dan jalan. Sudah ada Glassphalt, yaitu bahan pelapis jalan dengan menggunakan 30% material kaca daur ulang.

Kertas juga dapat didaur ulang dengan mencampurkan kertas bekas yang telah dijadikan pulp dengan material kertas baru. Namun kertas akan selalu mengalami penurunan kualitas jika terus didaur ulang. Hal ini menjadikan kertas harus didaur ulang dengan mencampurkannya dengan material baru, atau mendaur ulangnya menjadi bahan yang berkualitas lebih rendah.

Plastik dapat didaur ulang sama halnya seperti mendaur ulang logam. Hanya saja, terdapat berbagai jenis plastik di dunia ini. Saat ini di berbagai produk plastik terdapat kode mengenai jenis plastik yang membentuk material tersebut sehingga mempermudah untuk mendaur ulang. Suatu kode di kemasan yang berbentuk segitiga 3R dengan kode angka di tengah-tengahnya adalah contohnya. Suatu angka tertentu menunjukkan jenis plastik tertentu, dan terkadang diikuti dengan singkatan, misalnya LDPE untuk Low Density Poly Etilene, PS untuk Polistirena, dan lain-lain, sehingga mempermudah proses daur ulang.

Daur ulang adalah sesuatu yang luar biasa yang bisa didapatkan dari sampah. Proses daur ulang alumunium dapat menghemat 95% energi dan mengurangi polusi udara sebanyak 95% jika dibandingkan dengan ekstraksi alumunium dari tambang hingga prosesnya di pabrik. Penghematan yang cukup besar pada energi juga didapat dengan mendaur ulang kertas, logam, kaca, dan plastik.

Daur ulang memiliki banyak manfaat, diantaranya: a. Mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan

Akhir) b. Mengurangi dampak lingkungan yang terjadi akibat menumpuknya sampah di

lingkungan c. Dapat menambah penghasilan melalui penjualan produk daur ulang yang

dihasilkan d. Mengurangi penggunaan bahan alam untuk kebutuhan industri plastik,

kertas, logam, dan lain-lain

Pengolahan fisik dan kimia untuk mengubah sampah non organik menjadi material baru yang dapat dimanfaatkan kembali. Contoh: melelehkan plastik dan mencacahnya menjadi bijih plastik, membuat bubur kertas untuk menjadikan kertas daur ulang, dan membuat kerajinan atau hasta karya. Proses daur ulang plastik digambarkan sebagai berikut.

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 20

GambarTas hasil daur ulang

Page 21: Modul  Sampah

GambarProses daur ulang plastik

Keterangan: 1. Produksi barang baru; 2. Pemilahan sampah plastik; 3. Pembersihan dan pengepakan; 4. Pencacahan; 5. Peleburan (pembuatan pelet); 6. Pelet (bijih plastik).

5.3 Pembakaran

Pembakaran sampah merupakan salah satu upaya untuk menanggulangi besarnya produksi sampah. Pembakaran sampah sebenarnya tidak disarankan sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi masalah sampah. Sebagian masyarakat melakukan pembakaran untuk mempercepat penyelesaian masalah. Seperti halnya yang dilakukan oleh petani seusai panen padi. Jerami sebagai produk sampingan dari padi, jika tidak ada yang memerlukan maka saat itu juga jerama itu dibakar. Masalah langsung terselesaikan. Namun, untuk penanganan jenis sampah lainnya seperti sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah rumah sakit dibakar, tidak dapat dibayangkan kualitas udara di sekitar pembakaran sampah, pasti menjadi tidak sehat.

Oleh karena itu pembakaran sampah tidak disarankan dalam proses penanggulangan masalah sampah. Mengapa? Karena sampah bisa terdiri dari berbagai bahan yang belum tentu aman. Bahan seperti kaleng aerosol dapat meledak bila kena panas, sedangkan bahan dari plastik dan karet dapat menghasilkan gas yang menimbulkan kanker bila dibakar! Bila pembakaran sampah tidak bisa dihindari, pastikan bahwa hanya sampah organik yang dibakar, tidak terlalu banyak sampah basah, dan lakukan jauh dari pemukiman.

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 21

Page 22: Modul  Sampah

Sebelum proses pembakaran sebaiknya dipilah dulu benda-benda yang berpotensi memperburuk pembakaran dan menghindari terjadinya ledakan.

Gambar Insinerator sampah di

Senoko, Singapura

Kecuali dengan menggu-nakan alat pembakaran (Insinerator) yang mengg-unakan teknologi tinggi, sehigga kualitas udara di sekitar bisa dipertahankan. Penggunaan insinerator di masyarakat tingkatan RT atau RW sulit diwujudkan karena mahal dan tidak akan efektif karena pro-duksi sampah di tingkat RT atau RW tidak sebanding dengan harga insineratornya. Insinerator adalah perangkat pemba-karan sampah yang efisien dan bisa mengurangi po-lusi udara. Insinerator

yang baik memiliki sistem penangkal pencemar udara di cerobongnya (walau-pun tetap menyebabkan pencemaran udara), dan sanggup mengurangi volume sampah sampai 80%nya seusai dibakar.

Pernah mendengar PLTSa? Ya, PLTSa adalah Pembangkit Listrik Tenaga Sampah. Beberapa waktu yang lalu isu tentang PLTSa hangat dibicarakan di Kota Bandung. Pada waktu itu Bandung menjadi sangat terkenal bukan karena julukan sebagai Kota Kembang (Bunga). Tapi karena keberadaan sampah yang luar biasa banyaknya dan tidak dapat dikelola dengan baik. Sehingga banyak tumpukkan sampah yang menggunung di beberapa ruas jalan. Bandung lautan sampah menjadi plesetan dari sebuah lagu heroik Bandung Lautan Api. Plesetan itu sering terdengar dari para pendatang dan pemirsa media televisi di seluruh negeri ini.

Sebuah PLTSa merupakan teknologi yang dibuat untuk meng-konversi sampah menjadi energi. Pada dasarnya ada dua alternatif proses pengolahan sampah

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 22

GambarSalah satu model insinerator

Page 23: Modul  Sampah

menjadi energi, yaitu proses biologis yang menghasilkan gas-bio dan proses thermal yang menghasilkan panas. PLTSa yang sedang diperdebat-kan untuk dibangun di Bandung mengguna-kan proses thermal sebagai proses kon-versinya. Pada kedua proses tersebut, hasil proses dapat langsung dimanfaatkan untuk menggerakkan generator listrik. Perbedaan mendasar di antara keduanya ialah proses biologis menghasilkan gas-bio yang kemudian dibarak untuk menghasilkan tenaga yang akan menggerakkan motor yang dihubungkan dengan generator listrik sedangkan proses thermal menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk membangkitkan steam yang kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang dihubungkan dengan generator listrik.

GambarBagian-bagian dari insinerator

Insinerator adalah tempat untuk pembakaran sampah. Insinerator modern memiliki fasilitas mitigasi polusi seperti pembersihan gas. Terdapat beberapa tipe insinerator: piringan bergerak, piringan tidak bergerak, rotary kiln, dan fluidised bed Insinerator mengurangi volume sampah hingga 95-96%, tergantung komposisi dan derajat recovery sampah. Ini berarti insinerasi tidak sepenuhnya mengganti penggunaan lahan sebagai area pembuangan akhir, tetapi insinerasi

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 23

Page 24: Modul  Sampah

mengurangi volume sampah yang dibuang dalam jumlah yang signifikan. Insinerasi memiliki banyak manfaat untuk mengolah berbagai jenis sampah seperti sampah medis dan beberapa jenis sampah berbahaya di mana patogen dan racun kimia bisa hancur dengan temperatur tinggi.

Insinerasi sangat populer di beberapa negara seperti Jepang di mana lahan merupakan sumber daya yang sangat langka. Denmark dan Swedia telah menjadi pionir dalam menggunakan panas dari insinerasi untuk menghasilkan energi. Di tahun 2005, insinerasi sampah menghasilkan 4,8% energi listrik dan 13,7% panas yang dikonsumsi negara itu. Beberapa negara lain di Eropa yang mengandalkan insinerasi sebagai pengolahan sampah adalah Luksemburg, Belanda, Jerman, dan Prancis.

6. SAMPAH DAN LINGKUNGAN

Pada umumnya semua warga masyarakat tidak menginginkan di sekitar wilayahnya terdapat area penimbunan sampah. Hal ini wajar, karena timbunan sampah dapat menyebabkan polusi udara, tanah, dan air. Selain itu, timbunan sampah dapat menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zat mercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah lain seperti oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak pada permukaan tanah menjadi racun.

6.1 Dampak Penimbunan Sampah

Dampak penimbunan sampah yang dilakukan sembarangan adalah menimbulkan estetika lingkungan terganggu. Dampak lain akibat penimbunan sampah adalah mengundang datangnya berbagai penyakit yang serius.

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 24

Dampak terhadap lingkungan

Mengganggu estetika

Menimbulkan bau busuk

Menyebabkan banjir

Mencemari Perairan

Menjadi sarang penyakit

Mencemari tanah dan air

GambarDampat penimbunan sampah

Page 25: Modul  Sampah

Timbunan sampah dapat menyebabkan perubahan ekosistem tanah. Sampah yang menumpuk dalam waktu yang lama, misalnya di TPS, akan menimbulkan bau yang tidak sedap yang disebabkan adanya proses pembusukan atau dekomposisi dari sampah-sampah organik. Proses dekomposisi menghasilkan cairan kental yang disebut lindi dan dapat merembes ke dalam pori-pori tanah. Sehingga akan menimbulkan pencemaran tanah dan air di dalam tanah. Pada akhirnya akan mencemari sumber air dan menurunkan kualitas air di sekitarnya.

Lahan pertanian yang ditimbun oleh sampah menyebabkan tumbuhan di sekitar lahan tersebut mati. Hal ini disebabkan karena suhu panas yang timbul sebagai akibat proses dekomposisi sampah. Selain itu, terjadi persaingan pemanfaatan oksigen antara mikroorganisme pengurai sampah dengan tumbuhan di sekitar lahan tersebut.

Penimbunan sampah berpotensi besar mengganggu kesehatan manusia. Hal ini disebabkan pada timbunan sampah merupakan tempat yang sesuai bagi perkembangbiakan berbagai vektor penyakit. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh timbunan sampah antara lain: penyakit cacing (cacingan), infeksi, keracunan, dan berbagai penyakit kulit dan pernafasan. Penyakit cacingan merupakan penyakit yang menyebar melalui rantai makanan. Khususnya disebabkan karena banyaknya lalat sebagai media yang menularkan berbagai penyakit ke dalam tubuh manusia. Gangguan pernafasan terjadi karena adanya bau menyegat dari sampah busuk.

Timbunan sampah juga dapat menimbulkan berbagai gas yang bau dan berbahaya. Gas methane (CH4) merupakan salah satu gas yang dihasilkandari proses pembusukan sampah. Oleh karena itu sering terjadi di lokasi penimbunan sampah terjadi ledakan. Seperti yang terjadi di TPA Leuwigajah, Cimahi Jawa Barat pada tahun 2005. Selain dapat menimbulkan ledakan, juga sering kali menimbulkan kebakaran. Biasanya kebakaran ini dipicul oleh para pemulung yang membuang puntung rokok yang kebetulan mengenai tempat keluarnya gas

methane.

Lindi lebih dikenal sebagai air sampah yang baunya sangat menyengat. Lindi adalah substansi cairan yang dihasilkan dalam proses pembusukan sampah. Seringkali lindi bercampur dengan air hujan sehingga jumlahnya menjadi sangat banyak, seperti sering kita lihat menetes dari truk yang mengangkut sampah di jalan raya. Lindi mengandung zat berbahaya apalagi jika berasal dari sampah yang tercampur. Jika tidak diolah secara khusus, lindi dapat mencemari sumur air tanah, air sungai, hingga air laut dan menyebabkan kematian biota (makhluk hidup) sungai dan biota laut.

Dunia industri senantiasa menghasilkan limbah (sampah industri). Limbah ini dapat berupa limbah padat dan cair. Limbah padat merupakan hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 25

GambarLimbah cair dari industri

Page 26: Modul  Sampah

berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dll. Hal yang sama pada limbah cair, limbah cair merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industri pelapisan logam.

6.2 Kebiasaan Hidup Ramah Lingkungan

Setiap individu dalam masyarakat dapat menghasilkan sampah, oleh karena itu setiap anggota masyarakat baik secara individu maupun secara kelompok memiliki tanggung jawab yang sama terhadap penanganan sampah. Demikian juga di dala keluarga, setiap rumah tangga dan anggota keluarga dapat melakukan banyak hal kecil tetapi berarti bagi lingkungan. Diantaranya adalah:

1. Membuang sampah pada tempat yang disediakan dan tidak membuangnya di tempat sembarangan,

2. Disiplin dalam meminimasi sampah dengan cara menggunakan kembali barang atau bahan yang masih bisa digunakan,

3. Melakukan pemisahan dan pemilahan sampah. Paling tidak memilah sampah kering dan sampah basah. Dicampurkannya sampah basah (organik) dengan sampah kering (non organik) dalam satu wadah (tong sampah) menyulitkan untuk pemilahan. Seandainya sudah dipilah sejak dari rumah kita maka pemilahan akan lebih mudah, dan tentu saja lebih cepat. Contoh menyatukan sisa makanan dengan kertas bekas. Kertas bekas tersebut akan sulit didaur ulang makala sudah dikotori sisa makanan.

4. Membuang sampah yang masih bisa digunakan di tempat yang mudah diambil oleh orang mungkin yang memerlukan. Misalnya botol bekas minuman, botol bekas obat, kertas bekas, dan lain sebagainya.

5. Saat berbelanja, biasakan membawa tas belanja sendiri agar tidak memerlukan tas plastik lagi.

6. Membantu memeriksa saluran air atau got di sekitar kita. Jangan sampah sampah menghalangi laju air di saluran air tersebut sehingga menimbulkan genangan air yang selanjutnya akan digunakan oleh nyamuk untuk bersarang, bertelur, dan berkembang biak.

7. Jika memungkinkan kita bisa mempelopori untuk menggiatkan upaya pengemposan sampah.

8. Saat hajatan, arisan, jamuan atau kumpul keluarga usahakan untuk tidak menggunakan plastik/styrofoam untuk menempatkan makanan dan minuman. Gunakanlah gelas, piring atau cangkir yang dapat dipakai berulangkali, dan jika mungkin gunakan daun untuk membungkus kue. Makan dengan cara prasmanan lebih cocok dibandingkan dengan nasi di box untuk menghindari pemakaian kertas/kardus. Atau pakailah piring dari anyaman lidi daun lontar yang diberi alas kertas atau daun, sehinga dapat dipakai berulang kali.

9. Kurangi penggunaan tisue dan gunakan sapu tangan. Dengan mengurangi penggunaan tisue berarti kita telah menghemat sumber daya, khususnya tanaman atau pohon-pohon di hutan kita.

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 26

Page 27: Modul  Sampah

10. Saat di kantor, hematlah kertas, dengan membiasakan memakai kertas atau fotokopi secara bolak balik. Dengan menghemat kertas, berarti kita membantu mengurangi jumlah pohon yang harus ditebang.

11. Saat kenaikan kelas anak, buku-buku lama yang tidak diminati dapat diserahkan ke perpustakaan, barangkali masih dapat dipakai. Buku petunjuk telepon lama dapat diberikan kepada tukang sayur untuk membungkus dagangannya. Kumpulkan sisa halaman dari buku tulis yang masih bersih, beri lubang, ikat dan beri sampul sehingga menjadi buku tulis yang baru.

Sampah di Sekitar Kita ([email protected]) 27