Upload
vonga
View
248
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
iii
Daftar Isi
Kata Pengantar………………………………………………………………….. i
Kata Sambutan………………………………………………………………….. ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………. iii
Pendahuluan ……………………………………………………….………….. iv
Latar Belakang ........................................................................................ iv
Tujuan Umum ......................................................................................... iv
Tujuan Khusus ......................................................................................... v
Pengguna Modul dan Peserta Pelatihan ................................................. v
Cara Penggunaan Modul ........................................................................ v
Waktu Pelaksanaan Pelatihan ................................................................. v
Silabus Pelatihan .................................................................................... vi
Keluaran ................................................................................................. vi
Materi 1 Sistem Peringatan Gempa Bumi & Tsunami............................... 1
Materi 2 Budaya Lokal Dalam Sistem Peringatan Dini Gempa Bumi
& Tsunami ............................................................................................... 18
Materi 3 Perencanaan Sistem Peringatan Dini Gempa Bumi & Tsunami.. 22
Simulasi Dalam Ruang (Table Top Simulation) ....................................... 30
Evaluasi dan Penutup ............................................................................. 33
Daftar Pustaka ........................................................................................ 36
iv
Latar Belakang
Bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Aceh dan Sumatera Utara (Nias) pada
tahun 2004 dan tsunami di Mentawai pada tahun 2010 serta yang lainnya telah memberikan
banyak pembelajaran bagi masyarakat Indonesia dan dunia bahwa dampak yang
ditimbulkan seperti banyaknya korban jiwa dan besarnya kerugian harta benda dalam
kejadian tersebut disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan ketidaksiapan
masyarakat dalam mengantisipasi datangnya bencana.
Kejadian-kejadian tersebut juga semakin menyadarkan banyak pihak akan pentingnya
pengetahuan dan akses informasi peringatan dini gempa bumi dan tsunami melalui suatu
sistem untuk mengingatkan / memberi tahu kepada masyarakat agar paham dalam
mengambil sikap serta tindakan untuk menyelamatkan diri ketika gempa bumi dan tsunami
akan terjadi.
Pentingnya pemahaman tentang sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami bagi
masyarakat adalah agar alur informasi dan konsep sistem peringatan dini didapatkan
melalui sumber informasi yang terpercaya dan jelas, sehingga masyarakat dapat
menggagas secara mandiri sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami di wilayahnya.
Tujuan Umum
1. Memberikan pengetahuan dasar tentang sistem peringatan dini gempa bumi dan
tsunami.
2. Memberikan pemahaman dasar tentang konsep sistem peringatan dini gempa bumi dan
tsunami.
PENDAHULUAN
v
Tujuan Khusus
1. Peserta latih mampu mengidentifikasi potensi bencana dan sistem peringatan dini yang
ada di lingkungan sekitar.
2. Peserta latih mampu menerapkan sistim peringatan dini ke dalam lingkungan sekitar.
Pengguna Modul dan Peserta Pelatihan
1. Pengguna modul ini adalah :
Fasilitator yang telah menjalani pelatihan pengantar sistem peringatan dini, dan memiliki
keahlian dasar memfasilitasi pelatihan.
2. Peserta pelatihan Pengantar Sistem Peringatan Dini ini adalah kelompok - kelompok
pada masyarakat dengan kriteria sebagai berikut :
- Kelompok masyarakat
- Kelompok pemuda
- Kelompok pendidikan
- Komunitas media informasi
Cara Penggunaan Modul Ini
Modul ini menggunakan pendekatan Pendidikan Orang Dewasa (POD) yang lebih menekankan pada
upaya penggalian pengalaman, pemahaman dan keterampilan peserta. Dalam hal ini
diimplementasikan dengan mengadopsi metode pembelajaran I CARE (Introduction, Connection,
Application, Reflect dan Extention).
Modul ini memberikan panduan proses dalam pelatihan serta bahan bacaan untuk memandu alur
substansi dalam setiap materi yang diberikan dan beberapa catatan penting bagi fasilitator untuk
melengkapi proses pelatihan.
Waktu Pelaksanaan Pelatihan
Waktu efektif pelaksanaan pelatihan adalah 2 (dua hari) :
1. Total waktu untuk keseluruhan materi : 750 menit
2. Total waktu untuk kegiatan pelatihan : 6 jam / hari
vi
Silabus Pelatihan
Materi Ajar Kompetensi Pokok Bahasan JPL
Sistem Peringatan
Dini Gempa Bumi
dan Tsunami di
Indonesia
Memahami sistem
peringatan dini
gempa bumi dan
tsunami di Indonesia
1. Karakteristik bencana gempa
bumi dan tsunami
2. Elemen kunci
sistemperingatan dini gempa
bumi dan tsunami
3. Alur sistem peringatan dini
gempa bumi dan tsunami di
Indonesia
3 JPL
Budaya Lokal Dalam
Sistem Peringatan
Dini
Memahami potensi
pengetahuan lokal
dalam sistem
peringatan dini
1. Budaya lokal dalam sistem
peringatan dini
2 JPL
Perencanaan Sistem
Peringatan Dini
Gempa Bumi dan
Tsunami
Menyusun
perencanaan sistem
peringatan dini di
wilayah sekitar
1. Sistem peringatan dini dalam
masyarakat
2. Diseminasi informasi
peringatan dini gempa bumi
dan tsunami di wilayah sekitar
3 JPL
Keluaran
1. Peserta memahami sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami di Indonesia.
2. Peserta memahami potensi pengetahuan lokal dalam sistem peringatan dini.
3. Peserta dapat menyusun perencanaan sistem peringatan dini di wilayah sekitar.
vii
Sejarah terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami di berbagai daerah di Indonesia,
membuktikan wilayah Indonesia yang memang berpotensi tinggi terhadap jenis ancaman
ini. Sejak tahun 1991 sampai dengan 2009 tercatat telah terjadi 30 kali gempa merusak dan
14 kali tsunami yang mengahancurkan. Kejadian tsunami di Aceh, Nias, Pangandaran, dan
Mentawai serta gempa bumi di Yogyakarta dan Padang merupakan bukti dari besarnya
potensi bencana gempa bumi dan tsunami yang tersebar di seluruh wilayah indonesia
khususnya bencana alam.
Saat ini Indonesia telah membuat sistem peringatan dini untuk gempa bumi dan tsunami.
Hal ini dilakukan agar masyarakat masih memiliki waktu untuk melakukan penyelamatan diri
ke daerah yang lebih aman.
Hasil yang Diharapkan
1. Peserta latih mampu menjelaskan karakteristik bencana gempa bumi dan tsunami.
2. Peserta latih mampu menjelaskan kembali elemen kunci sistem peringatan dini gempa.
bumi dan tsunami.
3. Peserta latih mampu menjelaskan alur sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami
di Indonesia.
Metode dan Waktu
No Metode Waktu
1. Presentasi materi “Karakteristik bencana gempa bumi dan tsunami” 1 JPL
2. Presentasi materi dan curah pendapat “Elemen kunci sistem peringatan
dini gempa bumi dan tsunami”
1 JPL
3. Presentasi materi “ Alur sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami” 1 JPL
Materi 1 Sistem Peringatan Dini Gempa bumi & Tsunami di
Indonesia
viii
Media dan Bahan
� Slide materi presentasi “Karakteristik bencana gempa bumi dan tsunami”
� Slide materi presentasi ” Elemen kunci sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami”
� Slide materi presentasi “ Alur sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami”
� Slide materi pertanyaan “Identifikasi sistem peringatan dini di lingkungan sekitar ”
� LCD/ infokus
� Kertas plano, metaplan, papan flipchart, ATK kit
� Bahan bacaan Materi 1: “Sistem Peringatan Dini Gempa bumi dan tsunami di Indonesia”
Proses Pembelajaran
1. Fasilitator memberikan presentasi mengenai “Karakteristik bencana gempa bumi dan
tsunami”.
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada maksimal 3 orang peserta untuk
mengajukan pertanyaan.
3. Fasilitator memberikan presentasi mengenai “Elemen kunci sistem peringatan dini
gempa bumi dan tsunami”.
4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada maksimal 2 orang peserta untuk
mengajukan pertanyaan.
5. Fasilitator memberikan presentasi mengenai “Alur sistem peringatan dini gempa bumi
dan tsunami”.
6. Fasilitator memberikan pertanyaan yang telah disiapkan kepada peserta untuk
menjawab pertanyaan kedalam metacard yang telah dibagikan, kemudian hasil jawaban
dari para peserta dirangkum secara umum dan dibacakan kembali.
Soal Pertanyaan:
• Apakah jenis gempa bumi dan tsunami yang ada di lingkungan anda?
• Apa saja yang menyebabkan kerugian harta, benda dan nyawa bila terjadi
gempa bumi dan tsunami di lingkungan anda?
• Apakah lingkungan anda sudah memiliki alat peringatan dini?
• Apakah lingkungan anda sudah memiliki rencana evakuasi dan penyelamatan?
7. Fasilitator mereview materi 1 dengan memberikan pertanyaan kunci kepada perwakilan
peserta.
ix
Pertanyaan kunci:
1. Apa yang dimaksud dengan gempa bumi dan tsunami?
2. Apakah lingkungan sudah memiliki sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami?
3. Tahukah anda bagaimana alur informasi peringatan dini gempa bumi dan tsunami?
BAHAN BACAAN MATERI 1
Karakteristik Bencana Gempa Bumi dan Tsunami
A. Kondisi Kebencanaan Indonesia
Posisi geografis Indonesia yang terletak pada tiga lempeng bumi ( Indo-Australia, Eurasia
dan Pasifik) memberikan dampak yang menguntungkan dari segi sumber daya alam seperti
minyak bumi, batu bara, lautan yang luas, hutan, dan sebagainya. Namun juga
menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan dari segi kerawanan terhadap bencana
alam.
Pergerakan relatif ketiga lempeng tektonik tersebut dan dua lempeng lainnya, yakni laut
Philipina dan Carolina menyebabkan terjadinya gempa-gempa bumi di daerah perbatasan
pertemuan antar lempeng dan juga menimbulkan terjadinya sesar-sesar regional yang
selanjutnya menjadi daerah pusat sumber gempa juga.
1. Proses alam gempa bumi dan tsunami di Indonesia
Fasilitator dapat menggali potensi sistem peringatan dini gempa
bumi dan tsunami yang ada di lingkungan sekitar peserta
berdasarkan pengalaman – pengalaman yang telah dimiliki oleh
peserta.
CATATAN BAGI FASILITATOR
x
Wilayah Indonesia. termasuk daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami. Hal ini
disebabkan oleh karena posisi geografisnya yang terletak pada konfigurasi geologis
pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik di dunia yaitu: Lempeng Australia di selatan,
Lempeng Euro-Asia di bagian barat dan Lempeng Samudra Pasifik di bagian timur, yang
dapat menyebabkan terjadinya sejumlah bencana.
Gambar 1: Posisi Geografis Indonesia
Bumi kita tersusun dari empat lapisan. Lapisan terluar tempat kita berpijak disebut kerak
bumi (Crust). Lapisan di bawah kerak bumi disebut mantel bumi (mantle). Di lapisan
paling dalam terdapat dua lapisan inti bumi, yaitu inti bumi luar dan inti bumi dalam atau
disebut lava yang dapat keluar ke permukaan bumi pada saat gunung meletus. Lapisan
inti bumi adalah lapisan terdalam bumi yang memiliki suhu 6.000 derajat celcius.
Gambar 2: Lapisan-lapisan Bumi
xi
Perbedaan suhu di setiap lapisan bumi menyebabkan terjadinya pergerakan pada
lapisan kerak bumi. Keadaan tersebut mirip saat kita merebus air, dimana akan terjadi
perputaran air saat mendidih. Inti bumi ibarat panas api kompor, air rebus ibarat lapisan
mantel bumi, dan lapisan tipis yang berada di permukaan air ibarat kerak bumi. Hal inilah
yang menyebabkan lempeng-lempeng pada kerak bumi bergerak, bertemu dan
bertabrakan. Akibatnya adalah terjadinya gempa bumi dan tsunami.
Gambar 3:Pergerakan Lapisan Kerak Bumi
2. Pengenalan dasar bencana gempa bumi dan tsunami
Gempa bumi (insert pict) adalah getaran atau guncangan yang terjadi di
permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba sehingga
menciptakan gelombang seismik. Gempa bumi biasanya disebabkan oleh
pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
Jenis gempa bumi:
a. Gempa bumi vulkanik ( Gunung Api ) (insert pict) ; Gempa bumi ini disebabkan oleh
adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila
keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga
akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Getaran atau guncangan gempa bumi ini
hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.
b. Gempa bumi tektonik (insert pict) ; Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas
tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang
mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi
ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi dikarenakangetaran
gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi
tektonik disebabkan oleh pelepasan energy [tenaga] yang terjadi karena pergeseran
lempengan pelat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan
dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal
sebagai kecacatan tektonik.
xii
Tsunami (insert pict) adalah serangkaian gelombang air laut besar hingga
menghantam pesisir dengan kecepatan tinggi. Tsunami terjadi karena adanya aktivitas
di dasar laut yang disebabkan oleh lentingan lempeng di bawah laut, letusan gunung
api di bawah laut, maupun longsor yang terjadi di dasar laut atau jatuhnya meteor ke
laut yang menimbulkan gelombang besar menuju pesisir laut. Getaran sebelum tsunami
dapat dirasakan sebelum tsunami datang, namun juga tidak dapat dirasakan
sebelumnya biasanya disebut tsunami kiriman. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat
merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat
terbang. Ciri-ciri umum tsunami adalah :
a. Waktu datangnya 3 – 30 menit setelah getaran pertama.
b. Ombak akan datang berkali-kali.
c. Sungai dan saluran air akan meluap.
d. Tidak selalu dimulai dengan air laut surut.
e. Ombak pertama tidak selalu yang terbesar.
f. Di dalam teluk dan ujung anjung bisa menjadi tempat tsunami yang tertinggi.
g. Kapan datangnya dan berapa tingginya akan berbeda tergantung dari tempat
terjadinya gempa dan juga kekuatannya.
h. Meskipun ombak hanya setinggi lutut, orang tidak akan bisa berdiri.
i. Gerakan air surut akan kuat, mengalir ke arah pantai.
j. Di mulut pelabuhan (pada titik pemecah ombak), ada kalanya arus air menjadi
sangat deras. Di dalam areal pelabuhan, ada kalanya kapal tidak bisa di operasikan
seperti biasanya.
Akibat dari terjadinya gempa bumi dan tsunami dapat menimbulkan bencana. Undang –
undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan bencana adalah “peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis”.
Definisi bencana seperti dipaparkan di atas mengandung tiga aspek dasar, yaitu:
• Terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard).
• Peristiwa atau gangguan tersebut mengancam kehidupan, penghidupan, dan fungsi dari
masyarakat.
• Ancaman tersebut mengakibatkan korban dan melampaui kemampuan masyarakat
untuk mengatasi dengan sumber daya mereka.
xiii
Untuk itu pentingnya sebuah sistem peringatan dini untuk gempa bumi dan tsunami agar
masyarakat dapat menyelamatkan diri dari bencana tersebut.
Dalam bencana alam yang bersifat geologis, terdapat gejala ikutan yang dapat berpotensi
menimbulkan bencana baru, diantaranya :
Jenis Bencana Alam Gejala Ikutan
Alamiah Akibat bagi manusia
Gempa bumi Tsunami, longsor, amblasan
tanah, banjir bandang, banjir
Bencana lingkungan akibat
terganggunya bahan kimia,
pecahnya pipa-pipa minyak,
gas / bahan beracun
berbahaya, kebakaran,
bendungan jebol
Tsunami Hantaman langsung
gelombang, banjir bandang,
banjir
Pendangkalan dan
tersumbatnya saluran akibat
puing-puing, tercemarnya
sumber air bersih
Tabel 1: Gejala Ikutan Bencana Gempa Bumi & Tsunami
B. Elemen Kunci Dalam Sistem Peringatan Dini Gempa Bumi
danTsunami
Tujuan dari pengembangan sistem peringatan dini yang terpusat ke masyarakat adalah
untuk memberdayakan individu dan masyarakat yang terancam bahaya agar mampu
bertindak dalam waktu yang cukup dan dengan cara-cara yang tepat untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya korban. Suatu sistem peringatan dini yang lengkap dan efektif
terdiri atas empat unsur yang saling terkait, mulai dari pengetahuan tentang bahaya dan
kerentanan, hingga kesiapan dan kemampuan untuk menanggulangi. Pengalaman baik dari
sistem peringatan dini juga memiliki hubungan antar-ikatan yang kuat dan saluran
komunikasi yang efektif di antara semua unsur tersebut.
xiv
Gambar 3: Elemen Kunci Dalam Sistem Peringatan Dini (Sumber: Platform Pengenalan Peringatan Dini dari PBB/ISDR)
1. Pengetahuan tentang risiko
Risiko akan muncul dari kombinasi adanya bahaya dan kerentanan di lokasi tertentu.
Kajian terhadap risiko bencana memerlukan pengumpulan dan analisis data yang
sistematis serta harus mempertimbangkan sifat dinamis dari bahaya dan kerentanan
yang muncul dari berbagai proses seperti perubahan pemanfaatan lahan, penurunan
kualitas lingkungan, dan perubahan iklim.
2. Pemantauan dan layanan
Pemantauan dan Layanan Peringatan Layanan peringatan merupakan inti dari sistem.
Dalam hal ini diperlukan adanya dasar-dasar ilmiah yang kuat untuk dapat
memperkirakan dan meramalkan munculnya bahaya, serta harus ada sistem peramalan
dan peringatan yang andal untuk dioperasikan 24 jam sehari.
xv
3. Penyebarluasan dan komunikasi
Peringatan harus menjangkau semua orang yang terancam bahaya. Pesan yang jelas
dan berisi empat unsur kunci dari sistem peringatan dini yang terpusat pada masyarakat.
Informasi sederhana namun berguna sangatlah penting untuk melakukan tanggapan
yang tepat, dimana akan membantu menyelamatkan jiwa dan kehidupan. Sistem
komunikasi tingkat regional, nasional dan masyarakat harus diidentifikasi dahulu serta
pemegang kewenangan yang sesuai harus terbentuk. Penggunaan berbagai saluran
komunikasi sangat perlu untuk memastikan agar sebanyak mungkin orang yang diberi
peringatan, guna menghindari terjadinya kegagalan di suatu saluran, dan sekaligus
untuk memperkuat pesan peringatan.
4. Kemampuan merespon
Beberapa hal yang dianggap penting bahwa masyarakat harus memahami bahaya yang
mengancam mereka dan mereka harus mamatuhi layanan peringatan serta mengetahui
bagaimana mereka harus bereaksi. Program pendidikan dan kesiapsiagaan juga
memainkan peranan penting disini. Selanjutnya juga penting bahwa rencana
penanganan bencana dapat dilaksanakan secara tepat, serta sudah dilakukan dengan
baik dan sudah teruji. Masyarakat harus mendapat informasi selengkapnya tentang
pilihan-pilihan untuk perilaku yang aman, ketersediaan rute atau jalur penyelamatan diri,
dan cara terbaik untuk menghindari kerusakan dan kehilangan harta benda.
C. Alur Sistem Peringatan Dini Gempa Bumi dan Tsunami
Dalam sistem peringatan dini nasional untuk bencana tsunami, telah di rancang alur
penyebaran sistem peringatan dini tsunami dari tingkat nasional sampai ke tingkat
masyarakat.
Peringatan resmi akan datangnya tsunami dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia, yang
dalam hal ini adalah Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui televisi,
stasiun radio, maupun sirine. Untuk beberapa wilayah pesisir di Indonesia telah dibangun
sirine sebagai tanda peringatan tsunami.
xvi
BMKGSEISMIC
( SMG & ACC )
BAKOSURTANAL
PASUT & GPS
( TIDE GAUGE & GPS)
BPPT
DART - BUOYS
OPERASIONAL
MONITORING
PROCESING
TS
UN
AM
I P
ER
ING
ATA
N D
INI
POLDA
PEMDA TK II
KAB/ KOTA
KOREM KODIM
PEMDA TK I
PROPINSI
POLRES
ALUR PERINGATAN DINI TSUNAMI
DARI BMKG KE INSTITUSI INTERFACE DAN MASYARAKAT
BNPBPUSDALOPS
STA. TV
PROVIDER
TELKOM
RADIO/RRI
RAPI/ORARI
KEMKOMINFO
POLRIPOLRIPOLRIPOLRI
KEMENDAGRIKEMENDAGRIKEMENDAGRIKEMENDAGRI
INST
ITU
SI IN
TE
RFA
CE
/ PE
NG
HU
BU
NG
BASARNAS
TNITNITNITNI ADADADAD
TNI AUTNI AUTNI AUTNI AU
TNI ALTNI ALTNI ALTNI AL
1
M A S Y A R A K A T
BMKG
SEBELUM TSUNAMI
PEMDA - TNI AL - LIPI• PREPAREDNES
AWARENESS
• PELATIHAN
PEMDA – LIPI PETA; JALUR; RAMBU;
SIRINE; SHELTER; PETA TATA
RUANG.
Gambar 4: Alur Peringatan Dini Tsunami Sumber: BMKG
Sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami dilakukan sebelum hingga beberapa saat
setelah terjadinya gempa bumi dan tsunami. Pada tingkat nasional dan daerah, peringatan
dini sebelum terjadi bencana dilakukan dengan membagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Operasional alat peringatan (oleh BMKG, BAKOSURTANAL, dan BPPT).
2. Penyebaran informasi kesiapsiagaan dan pelatihan (oleh PEMDA, TNI AL dan LIPI).
3. Pembuatan peta, jalur, rambu, sirine, shelter dan peta tata ruang (oleh PEMDA dan
LIPI).
Selanjutnya untuk menyebarkan seluruh informasi peringatan dini hingga sampai kepada
masyarakat di daerah, dibutuhkan kerjasama dan dukungan dari institusi lainnya sebagai
penghubung seperti TNI AU, TNI AD, TNI AL, POLRI, KEMENDAGRI, BASARNAS, BNPB
(PUSDALOPS), KEMKOMINFO, STASIUN TV, TELKOM, RADIO RRI, RAPI dan ORARI.
Kemudian institusi penghubung tersebut akan melanjutkan informasi dan peringatan dini ke
daerah melalui jalur koordinasi yang telah ada.
xvii
BMKG memiliki prosedur standar dalam menyampaikan peringatan dini ke berbagai institusi
perantara tersebut di atas, dimana dalam penyampaian peringatan dini di bagi menjadi 4
tahap, yaitu:
Peringatan Dini 1 Memuat informasi parameter gempa, waktu terjadi, posisi episenter (lintang,
bujur), kedalaman, kekuatan, skala intensitas di beberapa lokasi, dan potensi
tidak terjadi/ terjadi tsunami, serta tingkat ancaman tsunami
Peringatan Dini 2 Memuat informasi perkiraan ketinggian landaan tsunami serta prakiraan waktu
dan kawasan yang akan terlanda tsunami
Peringatan Dini 3 Memuat informasi kondisi kejadian tsunami pada daerah-daerah lain yang
terlanda tsunami
Peringatan Dini 4 Memuat informasi bahaya tsunami sudah berakhir
Tabel 2: tahapan Peringatan Dini BMKG
Sedangkan tingkat peringatan dan saran yang dikeluarkan dari BMKG berdasarkan Draft
Pedoman Pelayanan Peringatan Dini Tsunami BMKG 2010 adalah:
No Tingkat Peringatan Tinggi Gelombang Saran
1 AWAS � 3 Meter Melakukan evakuasi massal sesuai dengan
jalur evakuasi yang telah ditentukan menuju
tempat penyelamatan
2 SIAGA 0 ,5 – 3 Meter Melakukan evakuasi masyarakat di sekitar
wilayah pantai menuju tempat yang
diperkiraan aman dari tsunami
3 WASPADA 0 – 0,5 Meter Dilakukan adalah menjauhi pantai
Tabel 3: Tingkat Peringatan Dini Tsunami BMKG
xviii
Kondisi geografis Indonesia kerap kurang menguntungkan bagi masyarakat untuk
menyelamatkan diri pasca gempa berpotensi tsunami. Oleh sebab itu, budaya lokal bisa
sangat membantu masyarakat sebagai strategi untuk menyebarkan peringatan dini secara
sederhana.
Selama ini penggalian budaya asli lokal untuk kepentingan sistem peringatan dini bencana
sering tidak efektif karena tidak adanya dokumentasi mengenai pengetahuan tradisional
tersebut, selain itu juga tidak banyak orang mengetahui akan potensi budaya lokal yang
dapat dimanfaatkan sebagai media untuk menyebarkan informasi kebencanaan, baik
sebelum bencana maupun ketika bencana terjadi.
Sistem peringatan dini harus bisa dipahami oleh masyarakat yang memang tinggal di daerah
rawan bencana, sehingga sistem peringatan dini yang dibangun itu mampu berlaku efektif.
Hasil yang Diharapkan
1. Peserta latih mampu memahami manfaat budaya lokal dalam sistem peringatan dini.
2. Peserta latih mampu menidentifikasi budaya lokal dalam sistem peringatan dini.
Metode dan Waktu
No Metode Waktu
1. Presentasi materi “Budaya lokal dalam sistem peringatan dini” 1 JPL
2. Diskusi kelompok” Identifikasi budaya lokal dalam sistem peringatan
dini”
1 JPL
Materi 2 Budaya Lokal Dalam Sistem Peringatan Dini
Gempa Bumi & Tsunami
xix
Media dan Bahan
� Slide materi presentasi “Budaya lokal dalam sistem peringatan dini ”
� LCD/ infokus
� Kertas plano, metaplan, papan flipchart, ATK Kit
� Bahan bacaan materi 2: “Pengetahuan lokal dalam sistem peringatan dini”
Proses Pembelajaran
1. Fasilitator memberikan presentasi mengenai “Budaya lokal dalam sistem peringatan
dini”.
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada maksimal dua orang peserta untuk
mengajukan pertanyaan.
3. Fasilitator mendampingi peserta melakukan diskusi kelompok: ” Identifikasi budaya lokal
dalam sistem peringatan dini”. Peserta dibagi kedalam 3 kelompok (kesenian, kegiatan
rutin bersama, peran tokoh masyarakat). Masing-masing kelompok melakukan
identifikasi budaya lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai media peringatan dini di
lingkungan sekitar.
Kelompok : ...............
Budaya lokal yang dapat dimanfaatkan Manfaat sebagai media dalam
peringatan dini
..... .....
Tabel 4: Tabel Diskusi Kelompok Identifikasi Budaya Lokal Dalam Sistem Peringatan Dini
4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan kesimpulan pada
sesi ini atau fasilitator memberikan pertanyaan untuk melakukan review materi.
Pertanyaan Kunci:
1. Apakah budaya lokal yang dapat dijadikan aktifitas sebagai media peringatan dini?
2. Apakah yang diketahui tentang budaya lokal untuk dapat dimanfaatkan dalam sistem
peringatan dini?
xx
BAHAN BACAAN 2
Budaya Lokal Dalam Sistem Peringatan Dini
BAHAN BACAAN MATERI 2
Budaya Lokal Dalam Sistem Peringatan Dini
Dalam mengembangan peringatan dini berbasis masyarakat, budaya lokal merupakan salah
satu media peringatan dini yang paling efektif untuk disampaikan kepada masyarakat.
Terdapat pembelajaran dari peringatan dini dengan menggunakan budaya dari beberapa
daerah di Indonesia, diantaranya : Cerita Smong dari Simeuleu tentang tanda-tanda
tsunami, masyarakat yang membaca tanda alam (hewan gelisah dan tanaman kering) di
lereng gunung Merapi, drama Aminorang dari Flores untuk mengenang bencana tsunami,
Kerta Masa dari Bali untuk melihat tanda bencana dari hewan.
Budaya lokal dapat dimanfaatkan pada sebelum bencana dan juga ketika terjadi bencana,
sebagai contoh pemanfaatan budaya lokal pada sistem peringatan dini sebagai berikut :
• Sebelum terjadi bencana:
1. Menyampaikan pesan-pesan kesiapsiagaan ke dalam kegiatan-kegiatan kesenian,
misalnya: drama, tarian, pantun, puisi, dongeng lokal (insert pict)
2. Sosialisasi kesiapsiagaan melalui aktivitas rutin bersama masyarakat, misalnya:
gotong royong, acara keagamaan, pertemuan ibu-ibu PKK, pertemuan karang taruna
(insert pict)
3. Penyampaian informasi mengenai kebencanaan oleh tokoh-tokoh yang menjadi
panutan masyarakat, misalnya: Kepala Desa, Imam Mesjid, Da’i, dan pemangku adat
lainnya. (Insert pict)
Sebaiknya diperhatikan penggalian budaya sebagai
peringatan dini berdasarkan kearifan lokal yang telah ada
CATATAN BAGI FASILITATOR
xxi
• Ketika terjadi bencana:
1. Budaya berinteraksi dengan alam, misalnya memperhatikan perilaku hewan-hewan
yang tidak biasa, memperhatikan gelombang laut dan angin dengan kekencangan
yang tidak biasa.
2. Memakai alat peringatan lokal yang biasa dipakai masyarakat, misalnya: kentongan,
sirine mesjid, pengeras suara pada mesjid, bedug mesjid, lonceng.
xxii
Sistem peringatan dini harus bisa dipahami oleh masyarakat yang memang tinggal di daerah
rawan bencana, sehingga sistem yang dibangun itu mampu berlaku efektif. Masyarakat
yang mendapatkan informasi tersebut dapat segera menyebarluaskan ke seluruh desa atau
gampong dengan peringatan yang sudah dimengerti
Pemerintah bersama masyarakat dan seluruh lembaga yang ada baik pemerintah maupun
non pemerintah harus bekerjasama dalam meningkatkan pemahaman masyarakat akan
bencana alam yang kemungkinan besar akan menimpa mereka. Dengan pemahaman dan
kesadaran itu, masyarakat yang rawan bencana bisa tanggap akan apa yang harus
dilakukan ketika terjadi bencana sehingga masyarakat bisa meminimalkan jumlah korban
yang terjadi.
Hasil yang Diharapkan
1. Peserta latih mampu mengidentifikasi sistem peringatan dini di dalam masyarakat.
2. Peserta latih mampu merancang desiminasi informasi peringatan dini gempa bumi dan
tsunami di wilayah sekitar.
3. Peserta latih mampu menerapkan sistem peringatan dini di lingkungan sekitar.
Metode dan Waktu
No Metode Waktu
1. Presentasi materi “Sistem Peringatan Dini Gempa Bumi & Tsunami Dalam Masyarakat”
1 JPL
2. Diskusi kelompok “Desiminasi informasi peringatan dini gempa bumi
& tsunami di wilayah sekitar”
1 JPL
3. Simulasi dalam ruang (Table Top Simulation) 1 JPL
Materi 3 Perencanaan Sistem Peringatan Dini Gempa Bumi &
Tsunami
xxiii
Media dan bahan
� Slide materi presentasi “Sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami dalam
masyarakat”
� Materi dan peralatan untuk simulasi dalam ruang (Table Top Simulation - TTS)
� LCD/ infokus
� Kertas plano, metaplan, papan flipchart, ATK kit
� Bahan bacaan materi 3: “Perencanaan sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami”
Proses pembelajaran
1. Fasilitator memberikan presentasi mengenai “Sistem peringatan dini gempa bumi dan
tsunami dalam masyarakat”.
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada maksimal dua orang peserta untuk
mengajukan pertanyaan.
3. Fasilitator mendampingi peserta melakukan diskusi kelompok : “Diseminasi informasi
peringatan dini gempa bumi dan tsunami di wilayah sekitar”. Peserta dibagi kedalam 5
kelompok, untuk membahas media dan alat peringatan dini, rencana evakuasi, dan
prosedur penyelamatan diri. Kemudian melakukan presentasi kelompok.
Bahan diskusi kelompok antara lain :
� Kelompok 1 : Media dan alat peringatan.
Media dan Alat Peringatan Pelaku/ Penanggung jawab
..... .....
� Kelompok 2 : Rencana evakuasi dan Membuat denah & jalur evakuasi
Identifikasi Kerentanan Pelaku/ Penanggung jawab
..... .....
� Kelompok 3 : Prosedur penyelamatan diri
Saat terjadi gempa bumi Setelah terjadi gempa
bumi
Ketika gempa bumi
berpotensi tsunami
..... ..... .....
� Kelompok 4 : Mobilisasi Sumber Daya
xxiv
Sumber Daya
Alam
Sumber Daya
Manusia
Dumber Dana Pelaku/ Penanggung jawab
..... ..... ..... .....
� Kelompok 5 : Kebijakan
Bentuk Kebijakan Pelaku/ Penanggung jawab
Tabel 5: Tabel Diskusi Kelompok Desiminasi Informasi Peringatan Dini
di Wilayah Sekitar
4. Fasilitator mendampingi peserta melakukan simulasi dalam ruang/ TTS (bila
memungkinkan).
5. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan kesimpulan pada
sesi ini atau fasilitator memberikan pertanyaan untuk melakukan review materi.
Pertanyaan Kunci:
1. Bagaimana cara merencanakan sistem peringatan dini di wilayah anda?
2. Aspek apa saja yang menjadi acuan dalam merancang sistem peringatan dini?
BAHAN BACAAN 2
Sistem Penanggulangan Bencana Nasional
1. Simulasi dapat dilakukan melalui dua cara: simulasi
dalam ruang (TTS) maupun praktek langsung
2. Melakukan simulasi harus didampingi oleh
fasilitator yang telah memiliki pengalaman
CATATAN BAGI FASILITATOR
xxv
BAHAN BACAAN MATERI 3
Perencanaan Sistem Peringatan Dini Gempa Bumi dan Tsunami
A. Sistem Peringatan Dini Gempa Bumi dan Tsunami Dalam
Masyarakat
Keberhasilan sistem peringatan dini yang terpusat ke masyarakat sangat tergantung kepada
partisipasi masyarakat yang paling terancam bahaya. Tanpa masyarakat yang terancam
bahaya, upaya yang dilakukan pemerintah dan lembaga lain tidaklah memadai.
Pendekatan 'dari-bawah-ke-atas' di tingkat lokal terhadap peringatan dini, dengan partisipasi
aktif masyarakat setempat, akan membangkitkan tanggapan yang multi-dimensi terhadap
masalah dan kebutuhan. Dengan demikian, masyarakat setempat, kelompok sipil, dan
struktur tradisional dapat berperan dalam mengurangi kerentanan dan sekaligus
memperkuat kemampuan lokal.
Sistem peringatan dini berbasis masyarakat diarahkan pada upaya pemberdayaan
masyarakat yang tinggal di daerah rawan bahaya untuk dapat menyampaikan informasi dan
bertindak secara cepat dan tepat untuk mengurangi risiko bencana yang dihadapi.
Sistem peringatan dini berbasis masyarakat juga mengacu kepada elemen-elemen kunci
yang teridiri dari pengetahuan tentang risiko, pemantauan dan pelayanan peringatan,
penyebarluasan dan komunikasi informasi peringatan bencana, hingga kesiapan dan
kemampuan untuk menanggulangi risiko dan dampak bencana yang terjadi.
1. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang risiko dan kerentanan.
Kajian dan peta risiko bencana akan membantu memotivasi seluruh pemangku
kepentingan (stakeholders), sehingga mereka akan memprioritaskan pada kebutuhan
sistem peringatan dini dan penyiapan panduan dan prosedur untuk mencegah dan
menanggulangi bencana. Dalam mengetahui tingkat pengetahuan ini, perlu dilakukan
pengumpulan data yang sistematis dan melaksanakan pengkajian tingkat risiko.
xxvi
Pengkajian risiko ini dilakukan untuk mengetahui :
a. Apakah bahaya dan kerentanan sudah dikenal dengan baik ?
b. Bagaimana pola dan model dari faktor-faktor yang mempengaruhi ?
c. Apakah data-data dan peta risiko tersedia secara luas ?
2. Pemantauan dan layanan peringatan.
Pemantauan yang terus-menerus terhadap parameter bahaya dan gejala-gejala
awalnya sangat penting untuk membuat peringatan yang akurat secara tepat waktu.
Layanan peringatan untuk bahaya yang berbeda-beda sedapat mungkin harus
dikoordinasikan dengan memanfaatkan jaringan kelembagaan, prosedural, dan
komunikasi yang ada di semua tatanan, termasuk kelompok masyarakat yang paling
rentan dan paling terancam terkena risiko / dampak bencana. Dalam peringatan dini
berbasis masyarakat, perlu ditekankan agar masyarakat mempunyai akses informasi
bencana dari sumber yang tepat, contohnya BMKG untuk ancaman bencana tsunami
dan badai.
Pemantauan dan layanan peringatan dapat dilakukan dengan membangun sistem
pemantauan tingkat ancaman bencana dan layanan peringatan dini di masyarakat,
yang didasarkan atas :
a. Apakah parameter/hal-hal yang dipantau sudah benar ?
b. Apakah ada landasan ilmiah/tanda-tanda yang kuat untuk membuat peramalan?
c. Apakah informasi peringatan bencana didapatkan dari sumber yang tepat?
d. Apakah data-data dan peta risiko telah tersedia?
3. Penyebarluasan dan komunikasi peringatan
Penggunaan berbagai saluran komunikasi sangat perlu untuk memastikan agar
sebanyak mungkin orang yang diberi peringatan, guna menghindari terjadinya
kegagalan di suatu saluran, dan sekaligus untuk memperkuat pesan peringatan.
xxvii
Penyebarluasan dan komunikasi Informasi Risiko dan peringatan dini yang didasarkan
atas :
a. Sejauh mana peringatan dini dapat menjangkau semua orang yang terancam
bahaya ?
b. Sejauh mana risiko dan peringatannya dapat dimengerti ?
c. Apakah informasi peringatannya jelas dan berguna ?
Untuk memastikan hal-hal diatas dapat terlaksana, maka diperlukannya sebuah
dokumen prosedur standar (SOP) dalam diseminasi informasi peringatan dini di
berbagai tingkatan tidak terkecuali di tingkat desa atau gampong. Dalam SOP di
tingkat desa, dapat diatur tentang peran dan tanggung jawab elemen yang ada di desa
atau gampong maupun stakeholder lainnya yang terkait seperti pihak Kecamatan,
BPBD, radio komunitas dll.
4. Kesiapan dan kemampuan untuk menanggulangi risiko
Dalam peringatan dini berbasis masyarakat, aspek pendidikan dan kesiapsiagaan
bencana berbasis masyarakat memainkan peranan yang sangat penting. Namun hal ini
akan sangat efektif bila rencana penanganan bencana tersebut dapat dilaksanakan
secara tepat, serta sudah dilakukan dengan baik dan sudah teruji di lapangan.
Masyarakat harus mendapat informasi selengkapnya tentang pilihan- pilihan untuk
perilaku yang aman, ketersediaan rute penyelamatan diri, dan cara terbaik untuk
menghindari kerusakan dan kehilangan harta benda. Kearifan lokal yang sudah
dikembangkan dan dilestarikan secara turun menurun dan sudah teruji secara alamiah
dan ilmiah harus dipadukan dalam pola pendidikan dan pelatihan kesiapsiagaan
bencana berbasis masyarakat.
Melalui model kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat, anggota masyarakat
dapat berbagi peran yang perlu dituangkan kedalam rencana kontijensi masyarakat
yang mengatur kegiatan dan tindakan yang dilakukan apabila terjadi bencana. Secara
garis besar, peran masyarakat dapat dibagi kedalam 4 kelompok, yaitu: Peringatan
Dini, Evakuasi, Pertolongan Pertama dan Logistik. Pembagian peran tersebut dapat
membatu meningkatkan efektifitas upaya merespon peringatan bencana maupun
bencana yang terjadi.
xxviii
Masyarakat harus memahami bahaya yang mengancam mereka; dan mereka harus
mamatuhi layanan peringatan dan mengetahui bagaimana mereka harus bereaksi.
Kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam merespon bencana. Hal ini dapat
dilakukan dengan membangun kapasitas respon nasional dan tingkat lokal
(masyarakat).
Beberapa isue yang terkait dengan hal ini adalah :
a. Apakah rencana respons selalu diperbaharui dan telah teruji ?
b. Apakah kapasitas dan pengetahuan lokal dapat dimanfaatkan ?
c. Apakah warga masyarakat sudah siap untuk merespon peringatan ?
Sedapat mungkin, sistem peringatan dini harus memiliki kaitan dengan semua jenis
bahaya. Nilai ekonomis, keberlanjutan dan efisiensi dapat ditingkatkan jika sistem dan
kegiatan operasional telah terbentuk dan terpelihara dalam kerangka kerja yang
menyeluruh dan mempertimbangkan untuk semua jenis bahaya dan kebutuhan
pengguna akhir sistem peringatan dini.
Sistem peringatan dini multi-bahaya juga akan lebih sering diaktifkan daripada sistem
peringatan dini satu-jenis bahaya, dan oleh karena itu keberfungsian dan keandalan
akan lebih baik terhadap kejadian bencana besar dan berbahaya yang jarang terjadi,
seperti tsunami. Sistem multibahaya juga akan membantu masyarakat umum
memahami secara lebih baik tingkat risiko yang mereka hadapi, sehingga mereka akan
berusaha meningkatkan kesiapsiagaan dan perilaku bahaya sesuai yang diinginkan.
B. Diseminasi Informasi Peringatan Dini Gempa Bumi dan Tsunami
Sistem peringatan dini dibuat untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi bencana. Dalam merancang sistem peringatan dini terdapat 5 (lima) aspek
yang menjadi acuan, yaitu:
1. Media dan alat peringatan.
Media untuk menyampaikan informasi peringatan dini dapat berupa media cetak
maupun melalui kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan sekitar yang dapat disisipkan
informasi-informasi peringatan dini gempa bumi dan tsunami. Sedangkan untuk alat
peringatan dini dapat menggunakan peralatan tradisional maupun peralatan modern.
Perpaduan peralatan tradisional dan modern akan sangat mendukung sistem peringatan
dini. Misalkan: kentongan, tiang lisrik, bedug mesjid, handy talky, radio, sirine. Paling
xxix
penting untuk diperhatikan adalah alat, tanda dan bunyi mesti disepakati dulu oleh
seluruh warga di lingkungan sekitar agar tidak terjadi kesalahpahaman informasi.
2. Rencana evakuasi
Setelah mengetahui potensi bencana yang ada di daerah atau lingkungan tempat tinggal
dan mengetahui tanda-tanda dini terjadinya bencana, maka perlu dibuat suatu
perencanaan untuk melakukan evakuasi atau penyelamatan. Baik di lingkungan
keluarga maupun di lingkungan tempat beraktivitas perlu dibuat rencana evakuasi untuk
mengetahui kemana tempat mengungsi, jalur evakuasi yang akan digunakan serta tata
cara penyelamatan diri yang harus dilakukan.
3. Prosedur penyelamatan diri
Prosedur penyelamatan diri dilakukan secara tiga tahap, yaitu:
� Saat terjadi gempa bumi, dimana hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi gempa
bumi. Misalnya: jangan panik, mencari tempat aman untuk berlindung, lindungi
kepala, dan sebagainya.
� Setelah terjadi gempa bumi, dimana hal-hal yang mesti dilakukan sesaat setelah
terjadi gempa bumi. Misalnya: segera keluar dengan tertib dan teratur, mencari
lapangan/ tempat yang terbuka, segera matikan listrik dan kompor, berikan
pertolongan pertama pada korban yg luka, dan sebagainya.
� Ketika gempa bumi berpotensi tsunami, dimana hal yang harus diperhatikan ketika
mendapatkan informasi bahwa gempa bumi menimbulkan tsunami. Misalnya:
mencari tahu kebenaran informasi, lakukan evakuasi ke daerah aman tsunami, ikuti
jalur evakuasi setempat, hindari jalan yang rentan, dan sebagainya.
4. Mobilisasi sumber daya
Dalam membuat sistem peringatan dini, mobilisasi sumber daya akan menjadi sangat
diperlukan. kondisi yang telah ada di lingkungan / wilayah sekitar dapat dimanfaatkan
secara maksimal bahkan lebih baik lagi bila ditambah. Mobilisasi sumber daya terdiri dari
sumber daya manusia, sumber alam, dan sumber dana.
5. Kebijakan
Setelah semua selesai dipersiapkan mulai dari membuat media dan alat peringatan,
membuat rencana evakuasi, membuat prosedur penyelamatan diri dan melakukan
mobilisasi sumber daya, tentunya harus pula diambil kebijakan-kebijakan untuk
mendukung usaha perencanaan sistem peringatan dini yang ada pada lingkungan
xxx
sekitar. Kebijakan dapat dimulai dari lingkungan yang terkecil dahulu misalnya keluarga,
dan kemudian diperluas ke lingkungan yang lebih tinggi lagi.
xxxi
SIMULASI DALAM RUANG (TTS)
Table top simulation (TTS) atau simulasi dalam ruang adalah sebuah metode yang dapat
digunakan untuk menguji kesiapsiagaan berbagai elemen terkait penanggulangan bencana,
melalui analisis reaksi peserta uji melalui skenario bencana tertentu. Table top simulation
dilakukan dalam sebuah ruangan pleno. Simulasi yang juga dikenal dengan uji dalam ruang
ini dapat dilakukan pula dengan berbagai tingkat atau skala uji, baik nasional hingga di
sekolah/masyarakat. Hasil analisis table top simulation ini dapat digunakan untuk melihat
pemahaman peserta uji mengenai tugas pokok, fungsi, peran, wewenang dan
tanggungjawabnya pada tahap sebelum, saat dan sesudah bencana terjadi.
Table top simulation dapat menjadi alat uji yang efektif untuk melihat ada tidaknya
mekanisme penanggulangan bencana yang sistemik untuk tanggap darurat. Apabila
peserta uji merupakan perwakilan yang tepat dari elemen terkait penanggulangan bencana,
table top simulation ini dapat melihat secara cepat apakah mekanisme tersebut dapat
membantu upaya penanggulangan bencana secara cepat dan tepat, serta apakah
mekanisme tersebut juga dipahami oleh siapapun pihak terkait yang diuji, baik di tingkat
nasional, provinsi, kota/kabupaten, hingga desa bahkan sekolah. Pada akhirnya, peserta uji
dapat memanfaatkan pengalaman dan analisis uji dalam ruang melalui simulasi ini untuk
menentukan tindak lanjut yang diperlukan, seperti peningkatan pemahaman menyeluruh
mengenai mekanisme, peran dan tanggung jawab lembaga terkait, penguatan kapasitas
kelembagaan, penguatan koordinasi lintas lembaga dan elemen terkait, serta dukungan
legal formal dari mekanisme sistemik yang dibutuhkan saat menanggulangi bencana.
Tujuan
1. Menguji rencana penanggulangan bencana yang sistemik untuk tanggap darurat yang
telah dibuat oleh peserta
2. Membantu peserta melihat secara cepat dan tepat apakah mekanisme yang telah dibuat
dapat membentuk rencana penanggulangan bencana dengan memanfaatkan
pengalaman dan analisis dalam ruang untuk menentukan tindak lanjut yang diperlukan
LAMPIRAN
xxxii
Metode
Metode yang digunakan adalah uji peran peserta sesuai dengan tupoksi yang telah
dilakukan dan uji sistem peringatan dini yang telah peserta buat.
Waktu
Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran 1 x 45 Menit = 45 Menit
Media dan bahan
• Skenario bencana
• Peralatan audio visual
• Metaplan, kertas plano, alat tulis dan papan analisis (pinboard/whiteboard)
• Kartu komunikasi/tali komunikasi
• Tagging atau papan nama peran bagi peserta uji
• Perangkat pendokumentasian (video & kamera foto)
• Fasilitator minimal 5 orang, terdiri dari:
- pembaca skenario (1 orang)
- Pendamping peserta (1 orang)
- Penulis proses/ dokumentasi proses (3 orang)
Proses:
1. Fasilitator mengatur posisi duduk peserta berbentuk lingkaran di dalam ruang.
2. Fasilititator lain bersiap – siap pada posisi pendokumentasian proses simulasi.
Pendokumentasian dilakukan dengan menuliskan proses simulasi yang dibagi menjadi 3
(tiga) point penting yaitu: Komando, Koordinasi dan Inisiatif. Tiap – tiap point dipegang
oleh 1 orang.
3. Fasilitator menjelaskan tujuan dan aturan main dari kegiatan ini.
4. Fasilitator memulai simulasi dalam ruang (Table Top Simulation) dengan membacakan
skenario simulasi.
5. Fasilitator melakukan analisis aksi reaksi peserta dari hasil dokumentasi yang telah
dilakukan.
xxxiii
Aturan main Simulasi dalam Ruang (Table Top Simulation)
1. Peserta akan diberikan peran dengan memakai tagging/ papan nama peran.
2. Fasilitator akan membacakan skenario simulasi satu persatu dari waktu ke waktu
dengan jeda dan peserta boleh langsung memberikan aksi reaksi dengan mengangkat
tangan terlebih dahulu dan fasilitator pendamping membantu peserta menegaskan
kembali apa yang disampaikan oleh peserta.
3. Fasilitator lainnya menuliskan proses/ mendokumentasikan proses kedalam kertas pleno
sesuai dengan point penting yaitu: komando, koordinasi dan inisiatif.
4. Fasilitator melakukan review aksi dan reaksi peserta yang telah terdokumentasikan,
kemudian memberikan kesimpulan terhadap uji coba ini.
Skenario Simulasi dalam Ruang (Table Top Simulation)
Skenario adalah kondisi umum yang dimana peserta uji diminta untuk merespons dengan
reaksi sesuai peran, tugas dan tanggung jawabnya. Kondisi dalam skenario ini tidak dapat
dimodifikasi sendiri oleh peserta
.Contoh Skenario:
Gempa kuat merusak, diikuti gelombang tsunami, infrastruktur rusak parah.
WAKTU KEJADIAN
07.00 Aktivitas normal
Tanda-tanda alam - hewan menunjukkan perilaku diluar kebiasaan
07.58 Gempa kuat dirasakan oleh masyarakat. Kepanikan luar biasa. Sulit berdiri selama kira-kira 1
menit
08.03 BMKG – NTWC mengirimkan berita peringatan dini tsunami :
”PERINGATAN TSUNAMI DI ACEH, GEMPA MAG. 8,5 SR, 14 JULI 2009, 07:57:30, LOKASI 3,3
LU-95,8 BT KDLM 30 KM:: BMKG
08.10 Fasilitas kritis rusak/tidak berfungsi, seperti listrik dan jaringan telepon selular
08.25 Dikabarkan oleh masyarakat di pesisir pantai, bahwa air laut terlihat surut jauh
08.29 Dikabarkan oleh masyarakat di pesisir pantai bahwa gelombang air dalam bentuk buih putih
nampak di kejauhan
08.34 Gelombang pertama tsunami menghempas pesisir barat, dan sisi tenggara (teluk)
09.02 Gelombang pertama tsunami reda. Gelombang balik masih berulang terjadi. Bangunan
runtuh. Korban gempa dan tsunami bergelimpangan. Seluruh jaringan komunikasi seluler
dan telepon terputus.
xxxiv
Dua jam berlalu....
11.03 Masyarakat pesisir melihat gelombang balik di pantai tidak lagi terjadi.
11.13 BMKG NTWC mengirimkan informasi ”Kejadian tsunami berakhir”.
Tabel 6: Skenario TTX Sistem Peringatan Dini Gempa Bumi & Tsunami
xxxv
Tahapan yang terakhir adalah evaluasi, dimana pada tahap terakhir ini program pelatihan
yang telah dilaksanakan, dievaluasi untuk mengetahui sampai sejauh mana tujuan telah
dicapai. Dalam aspek evaluasi efektivitas training, terdapat empat level evaluasi pelatihan,
yakni:
a. Reaction (Reaksi)
Bagaimana reaksi peserta pelatihan terhadap program. Senangkah mereka dengan
program itu? Bermanfaatkah program itu menurut mereka?
b. Learning (Belajar)
Menentukan apakah peserta pelatihan benar-benar telah mempelajari prinsip-prinsip
ketrampilan dan faktor-faktor yang harus dipelajari.
c. Behavior (Perilaku)
Meneliti apakah perilaku peserta pelatihan mengalami perubahan dalam pekerjaannya
yang disebabkan oleh program tersebut.
d. Result (Hasil)
Bagaimana hasil akhir yang dapat dicapai setelah diadakannya program pelatihan.
Tujuan
1. Untuk mengetahui kembali kemampuan peserta dalam memahami materi pelatihan.
2. Membangun komitmen bersama pengimplementasian usaha pengurangan risiko
bencana di komunitas masyarakat.
Metode
Metode yang digunakan adalah review materi oleh peserta.
Waktu
Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran 1 x 45 Menit = 45 Menit
Media dan bahan
• Kertas kerja evaluasi materi, proses, pelaksanaan
• Plano, spidol, dan flipcart
EVALUASI
dan
PENUTUPAN
xxxvi
Proses:
1. Fasilitator menjelaskan tujuan dari kegiatan ini.
2. Untuk menyegarkan suasana fasilitator bisa melakukan ice breaking.
3. Kemudian fasilitator memberikan kesempatan untuk tanya jawab.
4. Fasilitator menutup proses pelatihan dengan mengingatkan kembali peserta akan tujuan
dari pelatihan yang dilakukan.
Pre-Test dan Post- Test
Pelatihan Kesiapsiagaan Warga Sekolah
A. Lembar Pre-test & Post-test
Nama : …………………………………………
Asal : ………………………………………..
Topik Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
Sistem Peringatan
Dini Gempa Bumi &
Tsunami
1. Apakah anda tahu apa itu gempa bumi dan
tsunami?
2. Apakah lingkungan anda sudah memiliki sistem
peringatan dini gempa bumi & tsunami?
3. Tahukah anda bagaimana alur informasi
peringtan dini gempa bumi & tsunami?
Budaya Lokal Dalam
Sistem Peringatan
Dini Gempa Bumi &
Tsunami
1. Menurut anda, apakah budaya lokal dapat
dijadikan aktifitas sebagai media peringatan
dini?
2. Apakah yang anda tahu budaya lokal dapat
dimanfaatkan dalam sistem peringatan dini?
Perencanaan Sistem
Peringatan Dini
Gempa Bumi &
Tsunami
1. Apakah anda tahu cara merencanakan sistem
peringatan dini di wilayah anda?
Tabel 7: Post test & Pre test
xxxvii
B. Cara Menghitung Hasil Pre-test dan Pos-test
Cara menghitung pre-test sama dengan post-test adalah:
1. Memberi skor 1 untuk jawaban “Ya”, dan memberi skor 0 untuk jawaban “Tidak” 2. Jumlahkan seluruh skor untuk jawaban “Ya” pada tiap-tiap soal yang dijawab sebanyak
jumlah peserta yang mengisi pre-test. Contoh: Soal no 1: “Ya” = 20, “Tidak” = 10 (asumsi jumlah peserta 30 orang)
3. Kemudian presentasekan hasil setiap soal dengan cara sebagai berikut: Jumlah total “Ya”/ Jumlah total peserta X 100% Contoh: 20/30 x 100% = 66 %
4. Lakukan presentase kepada setiap soal dengan cara yang sama untuk pre-test maupun post-test dan masukkan data untuk dibuatkan grafiknya sebagai hasil akhir dari pelatihan.
xxxviii
Referensi Bacaan dan Daftar Pustaka
Bahan bacaan buku:
Benson, Charlote Dkk. 2007. Perangkat Untuk Mengarusutamakan Risiko Bencana.
Switzerland. Provention Consortium.
Bustami, Del Afriadi. 2011. Modul Pelatihan Dasar Manajemen Penanggulangan Bencana.
Jakarta. UNDP.
Spahn, Harald Dkk. 2007. Pelaksanaan Peringatan Dini Tsunami. Jakarta. GTZ-International
Services.
ECW III, 2006. Membangun Sistem Peringatan Dini: Sebuah Daftar Periksa. Jerman.
International Strategy for Disaster Reduction.
Lassa, Jonatan. 2006. Modul Last miles of DRM & DRM global regime. Sabang
PMI. 209. Draft Petunjuk Pelaksanaan Sistem Peringatan Dini.Jakarta, Palang Merah
Indonesia.
Yasri, Putra Richard, Dkk. Pedoman Menghadapi Bencana Gempa Bumi & Tsunami,
Padang, Kogami-UNESCO.
LIPI, BMKG, BNPB, KOMINFO. 2011. Panduan Informasi Peringatan Dini Tsunami Gabi
Lembaga Penyiaran Indonesia. UNESCO. JakartaPedoman Sistem Pringatan Dini Pada
Daerah Potensi Bencana, Departemen Kesehatan. 2001.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007.
BMKG Kota Banda Aceh. 2011
Qanun Aceh no 6 Tahun 2010 Tentang Pembentukan SOTK Badan Penanggulangan
Bencana Aceh.
Bahan bacaan dari internet:
xxxix
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/06/16/88540/Sistem-Peringatan-Dini-
Berbasis-Kearifan-Lokal
http://www.pikiran-rakyat.com/node/98705
http://www.unisdr.org/2006/ppew/info-resources/ewc3/checklist/Indonesian.pdf
http://kotaperwira.com/sistem-peringatan-dini-bencana-berbasis-kearifan-lokal
http://www.suarapembaruan.com/home/kearifan-lokal-langkah-sederhana-selamatkan-diri-dari-
tsunami/8915
http://piba.tdmrc.org/content/bencana-dan-kearifan-lokal