9
TUGAS TERSTRUKTUR TANAH-TANAH UTAMA PERTANIAN DI INDONESIA “MOLLISOL” DISUSUN OLEH: M. REZA BAIHAQI 105040200111052 ARMAN FIRMANSYAH 105040207111023 NAELY ROHMAH 115040200111038 RUNGU YOGA P 115040200111047 KELAS D MINAT SUMBERDAYA LAHAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

Mollisol Kuliah Fix.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • TUGAS TERSTRUKTUR

    TANAH-TANAH UTAMA PERTANIAN DI INDONESIA

    MOLLISOL

    DISUSUN OLEH:

    M. REZA BAIHAQI 105040200111052

    ARMAN FIRMANSYAH 105040207111023

    NAELY ROHMAH 115040200111038

    RUNGU YOGA P 115040200111047

    KELAS D

    MINAT SUMBERDAYA LAHAN

    PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2015

  • Proses Pembentukan Mollisols

    Proses terbentuknya molisol didominasi oleh proses melanisasi, dekomposisi,

    humifikasi dan pedoturbasi. terbentuk karena adanya melanisasi. Melanisasi didefinisikan

    sebagai proses terjadinya warna gelap tanah karena penambahan bahan organik dan ini

    merupakan proses dominan pada Mollisols. Melanisasi yg terjadi pada Mollisols didukung

    oleh masuknya bahan organik langsung ke tanah mineral (Munir,1996).

    Proses ini sebenarnya merupakan kumpulan beberapa proses yaitu:

    1. Prolifirasi akar-akar rumput, yaitu penyebaran akar-akar ke dalam profil tanah.

    2. Pelapukan bahan organik di dalam tanah membentuk senyawa-senyawa yang stabil

    dan berwarna gelap (polisakharida dan liat).

    3. Pencampuran bahan organik dan bahan mineral tanah karena kegiatan

    organisme seperti cacing, semut rodent dan lain-lain sehingga terbentuk kompleks

    mineral organik yang berwarna kelam, krotovinas atau gundukan-gundukan (mound).

    4. Eluviasi dan iluviasi koloid organik dan beberapa koloid mineral melalui ringga-

    rongga tanah sehingga terdapat selaput bahan organic yang berwarne hitam di

    sekeliling struktur tanah.

    5. Pembentukan senyawa lingo protein yang resisten sehingga warna tanah menjadi

    hitam meskipun telah lama diusahakan untuk pertanian.

    Aktivitas biologis pada Mollisols lebih besar dibandingkan dengan tanah-tanah hutan,

    terutama aktivitas cacing tanah, sangat banyak pada Mollisols. Pada Mollisols ada beberapa

    macam pedoturbation, dimana pedoturbasi yang intensif dapat menghasilkan diferensiasi

    horison. Pedoturbasi tersebut diantaranya sebagai berikut:

    1. Faunal pedoturbation : Pencampuran material tanah oleh binatang, seperti rayap,

    cacing-tanah, moluska, dan rodent.

    2. Human pedoturbation : Pengolahan tanah.

    3. Congelli pedoturbation (cryoturbation) : pencampuran material tanah oleh siklus

    bekucair seperti dilanskap tundra dan alpine

    4. Argilli pedoturbation : pencampuran bahan dalam solum dengan menyusut dan

    membengkak oleh gerakan tanah liat berekspansi karena mereka basah dan

    kering dalam siklus air di dalam tanah.

    Dalam beberapa Mollisols ada bukti-bukti proses eluviasi dan iluviasi koloid organik

    dan koloid mineral (liat, oksida besi dan mangan) di sepanjang rongga di antara agregat, dan

  • permukaan agregat menjadi terselimuti oleh kutan yang berwarna gelap (organo

    argillans). Pada Mollisols yang teksturnya medium dan drainasenya bagus, adanya horison A

    dan B yang kandungan liatnya hampir sama dapat dijelaskan oleh proses-proses berikut:

    1. Di daerah iklim dimana evapotranspirasi melebihi presipitasi (curah hujan) mineral

    liat dapat ditranslokasikan ke arah atas dari horison B ke horison A ,

    2. Pembentukan liat yg cepat di horison A pada kondisi lengas tanah yg

    drainagenya bagus dan vegetasi padang-rumput,

    3. Eluviasi sangat lambat dalam tanah-tanah padang rumput, karena terjadinya

    pembentukan kompleks mineral dan koloid organik , dan penyerapan yg cepat air oleh

    akar tumbuhan,

    4. pedoturbation by prairie ants (Formica cinerea), which builds mounds where

    clay, organic material, phosphorus, and potassium is accumulated.

    Erosi oleh air dapat menyebabkan akumulasi dan penebalan epipedon molik. Tanahtanah

    ini biasanya berada di lereng-bawah atau dataran-banjir. Biasanya disebut dengan istilah

    cumulic ( Anonymous,2015)

    Klasifikasi Mollisol

    Sistem Klasifikasi tanah di temukan oleh ilmuwan Rusia yang bernama ay Dokuchaev

    pada 1870-an (Kravchenko et al, 2010). Dokuchaev menyusun sebuah klasifikasi genetik,

    yang lebih lanjut diperhalus oleh Rusia, Eropa dan Ilmuwan Amerika. Dia mengidentifikasi

    lima faktor utama yang mengontrol pembentukan tanah, yaitu: sifat bahan induk (komposisi

    kimia dan mineralogi), iklim (khususnya suhu dan curah hujan), pengaruh Flora, fauna dan

    manusia, topografi daerah (batuan), dan waktu (Whalen dan Sampedro, 2009).

    Klasifikasi menurut sistem taxonomy adalah sistem terbaru yang merupakan

    penyempurnaan dari sistem sistem klasifikasi yang terdahulu. Tanah yang termasuk dalam

    order mollisol terdiri dari 7 suborder, dan 20 great group ( Soil Staff Survey, 2014). Selain

    itu, menurut Duran (2010) Mollisols juga dikenal dalam sistem klasifikasi tanah lain, yaitu

    Chernozems (Rusia, FAO), Kastanozems dan Phaeozems (FAO) dan Isohumosols atau tanah

    hitam (Cina). Dalam sistem klasifikasi tanah Uruguay, mereka termasuk dalam kelompok

    besar Brunosols dan Argisols (Duran, 2010). Sementara itu di Kanada,sistem taksonomi

    tanah tidak secara spesifik mengidentifikasi Mollisols, tetapi Chernozemic, Solonetzic dan

    Vertisolic.

  • Gambar 1. Sebaran Suborder Mollisol ( USDA, 2015)

    Adapun penjabaran dari masing masing suborder menurut Soil Survey Staff ( 2014)

    yaitu

    a. Albolls

    Merupakan mollisol yang memiliki horison argilik atau natric serta memiliki rezim

    suhu tanah cryic.

    b. Aquolls

    Merupakan mollisol yang memiliki densic, litic atau paralitic pada kedalaman 40

    50 cm dari tanah mineral serta berada dalam kondisi aquic selama beberapa waktu

    secara normal atau drainase buatan

    c. Rendolls

    Merupakan mollisol yang memiliki epipedon molik dengan tebal < 50 cm

    d. Gellols

    Merupakan mollisol yang memiliki rezim kelembaban gelic.

    e. Cryolls

    Merupakan mollisol yang terbentuk pada daerah dingin serta memiliki rezim suhu

    cryik

    f. Xerolls

    Merupakan mollisol yang memiliki rezim kelembaban xeric atau aridic

    g. Ustolls

  • Merupakan mollisol yang memiki rezim kelembaban tanah ustic atau rezim

    kelembaban tanah aridic.

    h. Udolls

    Merupakan mollisol yang lain.

    Sifat dan Ciri Mollisol

    Karakteristik utama dari Mollisols adalah akumulasi tinggi dan dekomposisi bahan

    organik tanah (SOM). SOM mencakup berbagai bahan mulai bentuk materi baru

    ditambahkan ke masalah residual secara menyeluruh membusuk dan dipolimerisasi (humus).

    Padang rumput atau vegetasi padang rumput menghasilkan jumlah tinggi SOM, di mana

    sebanyak 80% dari total biomassa di akar. Sebagai contoh, produksi di atas tanah dari tinggi

    rumput prairie berkisar 1.700-3.500 kg / ha, sedangkan berat kering akar adalah sekitar 3 kali

    lebih tinggi. Di bawah vegetasi padang rumput lebih dari 50% dari biomassa tersebut

    akan ditambahkan ke tanah setiap tahunnya, hampir semua bagian di atas tanah dan

    setidaknya 30% dari bagian bawah tanah. Akibatnya, sebagian besar OM disimpan

    dalam profil itu sendiri, jumlah tertinggi dalam epipedon mollic. Karena dekomposisi

    dan humificationhumus yang stabil terbentuk, yang terdiri dari senyawa organik

    kompleks disintesis oleh organisme tanah dan polimer tahan fenolik dan kelompok

    fungsional aromatik. Rata-rata C : N ratio untuk tanah padang rumput hampir konstan, mulai

    dari 10 : 12.

    Mollisols menunjukkan epipedon mollic, yang berwarna gelap, relatif subur, dan

    menunjukkan ketebalan sekitar 40 hingga 75 cm yang kaya humus. Jika aktivitas

    cacing tanah adalah lubang cacing tinggi atau pori makro terbentuk yang jalur untuk

    aliran preferensial. kapasitas tukar kation yang tinggi, dan kapasitas memegang air yang

    tinggi. Eluviation dan illuviasi dari tanah liat bisa membentuk argilik atau horizon diagnostik

    kambic. Karena pembentukan horison argilik relatif lambat, kehadirannya di Mollisols

    menunjukkan tanah yang terbentuk pada yang lebih tua, permukaan geografis yang lebih

    stabil.

    Tanah ini mempunyai horison (lapisan) permukaan berwarna gelap yang

    mengandung bahan organik yang tinggi. Selain itu, juga kaya akan kation-kation basa,

    sehingga tanah ini juga tergolong sangat subur. Mollisol secara karakter terbentuk di bawah

    rumput dalam iklim yang sedang. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila

    kering.

  • Sifat Fisik

    1. Memiliki warna gelap, value chroma 3 (lembab) dan kurang dari 5,5 (kering).

    2. Memiliki Struktur sedang sampai kuat

    3. Tekstur halus sampai sedang.

    Sifat Kimia

    1. pH sedang sampai alkali,

    2. memiliki kejenuhan basa lebih dari 60%.

    3. Memiliki epipedon molik dengan saturasi 50% oleh amonium asetat dengan

    kedalaman 1,8 m ( Soil Survey Staff, 2010).

    Gambar 2. Penampang Mollisol

    Pengelolaan Tanah

    Mollisol merupakan tanah yang paling subur dan paling produktif di dunia ( Duran et al,

    2011 ). Mollisol dapat terbentuk dari berbagai macam sedimen, baik bertekstur halus ataupun

    sedang tetapi selalu berasal dari basalt.

    a. Penggunaan Lahan

    Menurut Soil Staff Survey (2010) bahwa penggunaan mollisol digunakan sebagai

    pertanian serealia atau peternakan yang intensif. Padgitt et al ( 2000) menambahkan bahwa

    pada daerah yang memiliki curah hujan > 1000 mm, secara rutin digunakan untuk tanaman

    jagung dan kedelai. Dalam keadaan lembab dan gersang, mollisol lebih umum digunakan

    untuk budidaya gandum (Triticum aestivum) dan lainnya.

  • b. Permasalahan

    Dalam beberapa kasus, seperti di Amerika Utara, Uruguay, Kanada Rusia Ukraina,

    Argentina, permasalahan yang muncul pada mollisol adalah penggunaan mollisol secara

    intensif sebagai lahan pertanian menyebabkan berkurangnya kandungan bahan organik

    tanah, sehingga tidak mengherankan apabila nutrisi yang ada dalam tanah berkurang karena

    adanya pencucian (Burras and McLaughlin, 2002). Veenstra (2010) dalam penelitiannya

    menambahkan bahwa di bagian barat laut lowo di temukan epipedon molik yang memiliki

    ketebalan < 15 cm ( sangat tipis). Rendahnya intensitas curah hujan pada daerah semi arid di

    kanada, menyebabkan terjadinya erosi angin yang mengakibatkan pada sebagian tempat

    menjadi peka terhadap salinitas, serta Pengolahan tanah secara monokultur mengakibatkan

    berkurangnya tingkat kesuburan tanah ( Liu, X.B, 2011).

    c. Rekomendasi pengelolaan

    Dengan adanya berbagai macam permasalahan yang di timbulkan dari penggunaan

    molisol yang sangat intensif yang berkaitan dengan berkurangnya kandungan bahan organik,

    pengelolaan yang dapat di lakukan yaitu dengan melakukan pemupukan atau pemberian

    mulsa, rotasi tanaman dengan tanaman hijauan, serta menjadikan lahan yang pada daerah

    berlereng sebagai padang rumput alami. Liu, X.B (2011) menambahkan bahwa pada daerah

    yang peka terhadap salinitas dapat di lakukan pengelolaan dengan menambahkan air drainase

    serta menanam tanaman yang toleran terhadap salinitas.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonymous, 2015. Proses Pembentukan Mollisol.

    http://soils.ifas.ufl.edu/faculty/grunwald/teaching/eSoilScience/mollisols.shtml?_e_p

    i_=7%2COAGE_ID10%2C739805522 diakses 4 April 2015

    Burras, C. L. and McLaughlin, J. 2002.Soil organic carbon in fields of switchgrass and row

    crops as well as woodlots and pastures across the Chariton Valley, Iowa. Final

    Report.Chariton Valley RC&D. 29 pp.

    Durn Artigas, Morrs Hctor, Studdert Guillermo, Liu Xiaobing, 2011. Distribution,

    properties, land use and management of Mollisols in South America. Chinese

    Geographical Science, 21(5): 511530. doi: 10.1007/ s11769-011-0491-z

    Kravchenko, Y. 2010a.Russian Chernozems: Distribution and management. Pages 51 59 in

    X. B. Liu, C. Y. Song, R. M. Richard, and T. Huffman, eds. New advances in

    research and management of world Mollisols. Northeast Forestry University Press,

    Harbin, Chin

    Liu, X.B, 2011. Overview of Mollisols in the world: Distribution, land use and management.

    Key Laboratory of Mollisols Agroecology, Northeast Institute of Geography and

    Agroecology, Chinese Academy of Sciences, Harbin, 150081, China

    Munir, 1996. Tanah Tanah Utama Indonesia : Karakteristik, Klasifikasi, dan

    Pemanfaatannya. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang

    Padgitt, M., Newton, D., Penn, R. and Sandretto, C. 2000.Production practices for major

    corps in U.S. Agriculture, 1990 - 1997. Resource Economics Division, Economic

    Research Service, USDA Stat. Bull. No. 969. [Online] Available:

    http://www.ers.usda.gov/publications/sb969 [2010 Jun. 27]. Palmieri, F., dos Santos,

    H., Gomex, I., Lumbrera

    Soil Survey Staff. 2014. Keys to soil taxonomy. Twelfth Edition.United States Department of

    Agriculture Natural Resources Conservation Service, Washington, DC.

  • USDA, 2015. Mollisol Map. Natural Resources Conservation Service Soil.

    http://www.nrcs.usda.gov/wps/portal/nrcs/detail/soils/survey/class/maps/?cid=nrcs1

    42p2_053604 Diakses 14 Mei 2015

    Veenstra, J. J. 2010.Fifty years of agricultural soil change in Iowa. PhD dissertation, Iowa

    State University Library,Ames, IA. 80 pp.

    Whalen, J. K. and Sampedro, L. 2009.Soil ecology and management. CABI International,

    Cambridge, MA

    TUGAS TERSTRUKTURDISUSUN OLEH:ARMAN FIRMANSYAH 105040207111023NAELY ROHMAH 115040200111038RUNGU YOGA P 115040200111047KELAS DMINAT SUMBERDAYA LAHANProses Pembentukan MollisolsKlasifikasi MollisolSifat dan Ciri Mollisol

    Sifat FisikPengelolaan TanahDAFTAR PUSTAKA