Upload
arviandia
View
103
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
Review: Chapter 9. Monitoring dan Evaluasi Kebijaka
Bab ini penulis menerangkan tahapan-tahapan untuk melakukan evaluasi dengan
metode cepat. Analisis dengan metode cepat ini dikenal dengan evaluasi ex-ante dan
evaluasi ex-post. Untuk bisa melakukan analisis tesebut, terlebih dahulu memahami
prinsip-prinsip dasar metode cepat yang digunakan. Hal tersebut dapat membantu para
analis untuk mengerjakan evaluasi ex-ante dan evaluasi ex-post dengan metode yang akurat
dan andal dalam proses evaluasi. Di samping itu analis dapat menyusun rancangan evaluasi
menjadi analisis yang bisa direkomendasikan. Ditambah lagi informasi yang didapat dalam
analisis ex-post dapat membantu unuk menambahkan informasi di dalam analisis ex-ante
yang dikerjakan sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan sebab evaluasi ex-ante dan ex-post
merupakan suatu rangkaian proses evaluasi suatu kebijakan.
Suatu rencana kebijakan sebaiknya ditinjau dan dievaluasi terlebih dahulu, baik
sebelum diimplementasikan maupun sudah diimplementasikan. Hal ini sangat penting
mengingat suatu kebijakan dalam implementasinya memungkinkan terjadinya perubahan-
perubahan dalam kenyataannya sehingga ada ketidaksesuaian antara rencana dengan
implementasinya. Perhatian-perhatian tersebut perlu dilakukan monitoring dan evaluasi
kebijakan dan program-program untuk meninjau bahwa alternatif yang benar telah
diimplementasikan, untuk menjamin bahwa tidak terjadi perubahan yang tidak beraturan,
dan untuk memastikan apakah kebijakan tersebut telah memberikan dampak yang sesuai
dengan rancangan yang telah dibuat. Kegiatan monitoring dapat memperlihatkan kita
apakah suatu program dapat berjalan atau tidak.
Suatu kebijakan ada kalanya mengalami suatu kegagalan dalam implementasinya.
Dalam bab ini juga menerangkan jenis-jenis kegagalan suatu kebijakan dan langkah-langkah
untuk menyusun kebijakan yang lebih baik agar memberikan wawasan sebelum melangkah
dalam tahap-tahap untuk melakukan evaluasi ex-post dengan metode cepat. Jenis-jenis
kegagalan tersebut diterangkan penulis antara lain disebabkan oleh tidak sesuainya
implementasi kebijakan dengan rencana yang telah dibuat (kegagalan program), ataupun
kebijakan telah diimplementasikan sesuai dengan rencana namun dampak yang dihasilkan
tidak sesuai yang diharapkan (kegagalan teori). Langkah-langkah dalam penyususnan
kebijakan dijelaskan penulis menurut pandangan Bardach antara lain :
ARVIANDI ANTARIKSA
09/284439/TK/35316
1. Pastikan bahwa teori-teori yang melandasi kebijakan tersebut beralasan dan canggih.
2. Pilih strategi administratif dengan mengandalkan data aktual dan permintaan pasar
dibanding alasan-alasan birokratis
3. Identifikasi elemen-elemen program dan siapa saja yang dapat menetapkannya.
4. Identifikasi aktor-aktor yang berperan serta perananya.
5. Identifikasi mekanisme fasilitsasi dan penarikan kembali.
6. Tentukan tahapan-tahapan suatu program hingga sesuai yang diharapkan.
Proses evaluasi kebijakan merupakan suatu rangkaian yang utuh dan bukanlah suatu
kegiatan yang sederhana yang hanya dilakukan pada siklus akhir dalam implementasi
kebijakan. Maka dari itu penulis juga menerangkan rangkaian tahapan analisis evaluasi
yang dilakukan antara lain :
1. Analisis kebijakan atau evaluasi ex-ante, merupakan suatu proses evaluasi yang
dilakukan dalam tahap perencanaan. Analisis ini berguna untuk memberikan
alternatif-alternatif yang dibutuhkan bilamana terjadi kegagalan dalam implementasi
kebijakan yang akan dilakukan.
2. Policy maintenance, merupakan suatu kegiatan untuk menjamin tidak terjadi
perubahan-perubahan kebijakan dengan sembarangan, serta mencatat perubahan-
perubahan untuk diidentifikasi dan dipertimbangkan selama program.
3. Monitoring Kebijakan, merupakan proses identifikasi vaiabel-variabel kunci yang
didapat setelah implementasi program.
4. Evaluasi ex-post, merupakan suatu proses yang mengukur tingkat keberhasilan suatu
program dengan informasi data kuantitatif dan kualitatif. Hal ini berguna untuk
menentukan apakah suatu kebijakan ini dapat diteuskan atau dihentikan.
Evaluasi ex-post merupakan evaluasi yang paling menentukan kelanjutan kebijakan
dan pogram yang telah diimplementasikan. Dalam bab ini, penulis juga menjelaskan
berbagai pendekatan dasar untuk melakukan evaluasi kebijakan dalan tahap evaluasi ex-
post. Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain :
1. Pendekatan perbandingan sebelum dan sesudah (before and after comparisons),
pendekatan dengan perbandingan sebelum dan sesudah ini merupakan metode yang
umum digunakan. Pendekatan ini dilakukan dengan membandingkan kondisi
sebelum diimplementasikannya suatu kebijakan dengan sesudah diimplemen-
tasikannya suatu kebijakan.
2. Pendekatan perbandingan dengan dan tanpa (with and without comparisons),
merupakan pendekatan yang dilakukan dengan cara membandingkan suatu lokasi
yang direncanakan (dengan program) dengan lokasi tersebut jika tidak
direncanakan (tanpa program), dan keduanya juga dibandingkan sebelum dan
sesudah diimplementasikan.
3. Pendekatan perbandingan kinerja aktual versus rencana, merupakan pendekatan
yang dilakukan dengan cara membandingkan data-data aktual dengan sasaran-
sasaran yang ingin dicapai pada periode sebelumnya, biasanya ini dilakukan
sebelum implementasi dilakukan. Dengan begitu analis dapat menyusun target-
target secara lebih terperinci.
4. Pendekatan model eksperimental, merupakan metode yang dilakukan dengan cara
menguji individu-individu atau kelompok yang menjadi target dari suatu kebijakan
dan dibuat suatu perbandingan. Metode ini merupakan suatu tindak lanjut dari
pendekatan before and after yang sederhana.
5. Model quasi-eksperimental, pendekatan ini berguna untuk evaluasi langsung jika
dalam kenyataanya suatu pengalaman tidak dijalankan, yaitu bila tidak bisa
mengendalikan pelaku kebijakan, atau kebijakan tersebut tidak tepat sasaran.
6. Pendekatan evaluasi cost-oriented, pendekatan ini dapat dilakukan dengan
mengasumsikan bahwa pemerintah dan instansi terkait memiliki anggaran yang
terbatas untuk melaksanakan program atau kebijakan. Ada dua tipe model adalam
cost-oriented antara lain :
1. Analisis cost-benefit
2. Analisis efektifitas biaya
Berbagai pendekatan dijeaskan oleh penulis dengan cukup baik, kini pertanyaanya adalah
metode pendekatan mana yang baik untuk digunakan? Untuk menjawab itu penulis
menjelaskan bahwa semua pendekatan itu baik dilakukan, asalkan dapat tepat sasaran dan
dapat menjadi masukan untuk membangun kebijakan yang lebih baik.
Penulis juga menjelaskan prinsip-prinsip analisis cepat dan untuk memaksimalkan
hasil evaluasi, antara lain :
1. Tentukan fokus evaluasi
2. Tentukan data apa saja yang diproduksi
3. Tentukan perubahan apa saja yang akan diukur
4. Identifikasi tindakan kebijakan atau intervensi apa yang akan dievaluasi
5. Gunakan berbagai metode pengukuran
6. Rancanglah evaluasi yang mampu merespon perubahan-perubahan program
7. Rancanglah evaluasi yang sedang berjalan hingga akhir
8. Libatkan staf program dalam evaluasi
9. Kenali politik dalam evaluasi
10. Buatlah temuan-temuan preliminary
11. Lakukan presentasi hasil evaluasi dengan baik
Dengan memahami prinsip-prinsip dasar di atas untuk melakukan evaluasi program maka
kita dapat berharap terjadi perubahan yang lebih baik dari kebijakan-kebijakan yang kurang
atau tidak tepat sasaran.
Evaluasi Program dengan Menggunakan Pendekatan Perbandingan Before and After
Program : Urban Development of Leipzig City 2020
A. Gambaran Umum Program
Program pembangunan Kota Leipzig diawali oleh krisis besar-besaran pada era
perang dingin, di mana pada saat itu Kota Leipzig masuk dalam regional Jerman Timur.
Kemerosotan jumlah penduduk berawal dari tragedi Monday Demonstration yang menuntut
penanganan kemiskinan dan pekerjaan. Setelah itu kondisi Kota Leipzig terus merosot,
kondisi sektor industri yang menjadi sektor basis mengalami colapse karena tidak ada
pekerja dan kondisi perukiman merosot drastis. Dan pada tahun 1998 merupakan titik
terendah dari jumlah penduduk yang tinggal di kota.
Untuk membangun kembali Kota Leipzig, pemerintah jerman merencanakan Urban
Development dengan sasaran menumbuhkan kembali jumlah penduduk serta menghidupkan
kembali Kota Leipzig. Rencana yang mulai dilaksanakan pada tahun 2000 dan berakhir
tahun 2020 telah mengalami perkembangan. Sasaran rencana tersebut adalah pekerja pabrik
yang meninggalkan kota.
Komponen yang terkandung dalam program ini antara lain :
1. Pembangunan kawasan industri untuk meningkatkan perekonomian
2. Pembangunan infrastruktur dan permukiman
3. Pembangunan kawasan hijau
Saat ini Kota Leipzig dalam tahap madya, namun sudah tampak perubahan yang
signifikan. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi untuk meninjau tingkat keberhasilan
program-program yang telah dijalankan.
B. Pertanyaan Evaluasi
Dalam proses evaluasi ini muncul bebeapa pertanyaan terkait program pembangunan
Kota Leipzig, antara lain :
1. Bagaimanakah kondisi kawasan Kota Leipzig setelah dilaksanakanya program
pembangunan kawasan perkotaan ?
2. Sejauh mana perubahan yang terjadi dalam Kota Leipzig setelah dijalankanya
program pembangunan?
3. Apakah program-program yang dijalankan sesuai dengan rencana yang telah dibuat?
C. Tujuan Evaluasi
Evaluasi ini memiliki tujuan antara lain :
1. Untuk membandingkan kondisi kawasan sebelum dan sesudah dijalankannya
program
2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari suatu program
3. Untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan
program
4. Untuk memberikan suatu rekomendasi yang bermanfaat untuk kelangsungan
program
D. Metodologi Evaluasi
Metode evaluasi yang digunakan adalah pendekatan before and after comparisons.
Metode tersebut dilakukan dengan cara membandingkan kondisi-kondisi sebelum
dilaksanakanya program tersebut dengan kondisi setelah dijalankanya program tersebut.
Dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah program dapat dicapai tingkat
keberhasilan dan kesuaian program dengan rencana.
E. Prosedur Evaluasi
Evaluasi kebijakan merupakan suatu proses yang tidak mudah, oleh sebab itu dalam
mengevaluasi kebijakan sebaiknya mengikuti prosedur-prosedur yang sesuai dengan
metode/pendekatan yang kita gunakan.
1. Tentukan fokus evaluasi
2. Tentukan data apa saja yang diproduksi
3. Tentukan perubahan apa saja yang akan diukur
4. Identifikasi tindakan kebijakan atau intervensi apa yang akan dievaluasi
5. Gunakan berbagai metode pengukuran
6. Rancanglah evaluasi yang mampu merespon perubahan-perubahan program
7. Rancanglah evaluasi yang sedang berjalan hingga akhir
8. Libatkan staf program dalam evaluasi
9. Kenali politik dalam evaluasi
F. Langkah-langkah Evaluasi
Dalam mengevaluasi suatu kebijakan ada baiknya kita mengikuti langkah-langkah
dalam evaluasi, agar evaluasi yang dilakukan sesuai dengan yang diharapkan. Adapun
langkah-langkah tersebut antara lain :
1. Menentukan fokus evaluasi
2. Menentukan data apa saja yang diproduksi
3. Menentukan perubahan apa saja yang akan diukur
4. Mengidentifikasi tindakan kebijakan atau intervensi apa yang akan dievaluasi
5. Mengukur dengan menggunakan berbagai metode pengukuran
6. Merancang evaluasi yang mampu merespon perubahan-perubahan program
7. Merancang evaluasi yang sedang berjalan hingga akhir
G. Evaluasi Secara Umum
Berikut evaluasi secara umum untuk program-program yang telah dijalankan di Kota
Leipzig, Jerman. Pembahasan evaluasi ini akan dijabarkan sesuai dengan komponen-
komponen pembangunan (poin A).
1. Pembangunan kawasan industri untuk meningkatkan perekonomian
Pembangunan kawasan industri ini bertujuan untuk meningkatkan kembali
kehidupan masyarakat di Kota Leipzig, yang sebelum ini meninggalkan kota akibat merasa
tidak sejahtera. Dengan begitu pemerintah Jerman membangun kawasan industri baru yang
sesuai dengan sektor basis dari ekonomi kota tersebut.
Pada mulanya, Leipzig memang diperuntukan sebagai kawasan industri. Namun
setelah masa Perang Dunia II dan terbaginya Jerman menjadi dua bagian, Kota Leipzig
mengalami kemrosotan drastis. Kesejahteraan pekerja menurun sehingga banyak
masyarakat atau pekerja yang mogok kerja. Dengan begitu banyak pabrik-pabrik besar di
kota itu mengalami kebangkrutan. Pada tahun 1989 merupakan awal dari titik balik kondisi
Kota Leipzig yang berupa demonstrasi besar-beasaran, Monday Demonstration, oleh warga
kota.
Setelah kejadian itu jumlah penduduk Kota Leipzig mengalami penurunan drastis
dan tenaga kerja pun ikut merosot hingga tahun 1998 jumlah penduduk kota kurang lebih
550.000 jiwa. Namun setelah dibangunya kawasan industri baru menstimulasi pertumbuhan
penduduk karena telah menyerap tenaga kerja sedikit demi sedikit. Pembangunan kawasan
industri baru terus berkembang, dengan konsep yang matang dan lokasinya jauh dari pusat
kota menjadikan para investor tertarik untuk membangun usaha di kota trsebut.
Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Tenaga Kerja
2. Pembangunan infrastruktur dan permukiman
Pembangunan kawasan permukiman merupakan tindak lanjut untuk mengentaskan
masalah-masalah yang terjadi di lingkungan permukiman. Kondisi permukiman pada masa-
masa kemerosotan penduduk cukup parah. Banyak bangunan-bangunan yang rusak dan
infrastruktur pendukung juga mengalami kerusakan.
Namun setelah dilakukan pembangunan, kini kondisi permukiman di Kota Leipzig
kian membaik. Mereka menggunakan konsep konservasi dengan membangun kembali
bangunan dengan bentuk yang sama dengan dulu untuk mempertahakan citra kota.
Infrastruktur yang dibangun merupakan infrastruktur hijau yang ramah lingkungan, sebab
tujuan pembangunan utama adalah sektor industri sebagai basis ekonomi, oleh sebab itu
perlu adanya pembangunan yang bersifat ramah lingkungan untuk mengurangi dampak dari
industri tersebut.
Dengan dibangunnya sarana permukiman yang layak kini masyarakat di Kota
Leipzig dapat tinggal dengan layak pula. Ditambah lagi kini jumlah penduduk kota kian
bertambah seiring dilaksaakannya pembangunan kota tersebut.
Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Penduduk Kota Leipzig
3. Pembangunan kawasan hijau
Pembangunan kawasan hijau merupakan gagasan yang berguna untuk mengurangi
dampak yang ditimbulkan oleh kawasan industri di Kota Leipzig. Sebelum ini belum ada
konsep kawasan hijau, sehingga terjadilah degradasi lingkungan. Menanggapi hal tersebut
pemerintah Jerman mencanangkan pembangunan kawasan hijau untuk mengatasi masalah
tersebut.
Pembangunan kawasan hijau ini berkonsepkan sebagai sabuk yang mengitari
kawasan industri dan seolah melindungi pusat kota. Pembangunan ini sedikit mengalami
kendala pada proses pembebasan lahan, namun kini sedikit demi sedikit mulai terbangun.
Gambar 3. Konsep Kawasan Hijau Kota Leipzig
Surat Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam proses pengerjaan tugas ini, saya tidak
bekerja sama dengan rekan satu kelas saya. Dengan begitu saya bisa memastikan bahwa
tugas saya adalah asli karya saya sendiri.
Sleman, 19 Oktober 2012
Arviandi Antariksa
NIM. 09/284439/TK/35316