18
LAPORAN KASUS A. IDENTITAS PASIEN Nama : An. P No. Register RS : 368808 Tanggal Lahir : 26-5-2011 Umur : 3 tahun 1 bulan Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Pelita Lambeugi Tanggal MRS : 9-7-2014 Ruangan : Perawatan II kelas III C B. ANAMNESIS Tipe Anamnesis : alloanamnesis Keluhan utama : Demam Riwayat penyakit sekarang : Demam dirasakan sejak 2 hari yang lalu terus menerus, kejang (-), menggigil (-). Pasien juga mengeluh batuk (+), lendir (+), sesak (-), flu (+), muntah (-). BAB encer (+) ampas (+) frek. 2kali. BAK dalam batas normal C. PEMERIKSAAN FISIK 1

morbili

Embed Size (px)

DESCRIPTION

morbili

Citation preview

Page 1: morbili

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. P

No. Register RS : 368808

Tanggal Lahir : 26-5-2011

Umur : 3 tahun 1 bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Pelita Lambeugi

Tanggal MRS : 9-7-2014

Ruangan : Perawatan II kelas III C

B. ANAMNESIS

Tipe Anamnesis : alloanamnesis

Keluhan utama : Demam

Riwayat penyakit sekarang :

Demam dirasakan sejak 2 hari yang lalu terus menerus, kejang (-),

menggigil (-). Pasien juga mengeluh batuk (+), lendir (+), sesak (-), flu

(+), muntah (-). BAB encer (+) ampas (+) frek. 2kali. BAK dalam batas

normal

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Sakit sedang/Composmentis/Gizi Kurang

Status Gizi :

Berat Badan : 10 kg

Umur : 3 tahun 1 bulan

Tinggi Badan : 85 cm

1

Page 2: morbili

BB = 10 x 100 % = 83,33 % (Gizi Kurang)

TB 12

Tanda Vital

Nadi : 104 x/mnt

Pernafasan : 28 x/mnt

Suhu : 39,9 oC

Kepala Leher

Rambut : hitam, lurus, tidak mudah di cabut

Sklera ikterus (-) Konjunctivitis (+) Bengkak pada wajah (-) Udem palpebra (-) Sianosis (-) Lidah kotor (-)

Deviasi trachea (-) Pembesaran KGB (-) Pembesaran kelenjar

thyroid (-)

Thorax JantungInspeksi :

Simetris kiri – kanan Deformitas thoraks (-)

Palpasi : Massa (-) Sela iga kiri = kanan

Perkusi : Sonor kiri - kanan

Auskultasi : Bunyi pernapasan: vesikuler Bunyi tambahan : Ronkhi

nyaring, Wh -/-

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas jantung kiri, line

midclavicularis kiri Batas jantung kanan,

linea parasternalis kanan

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II

murni reguler Bising (-)

Abdomen Ekstremitas

2

Page 3: morbili

Inspeksi : Datar, mengikuti gerakan

napas Acites (-)

Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba Massa Tumor (-) Nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal

Tidak ada kelainan

Diagnosis sementara Diagnosis banding ISPA Tonsilofaringitis

DBD

Penatalaksanaan Pemeriksaan penunjang IVFD RL Paracetamol syr 3x1 Ambroxol syr 3x1 cth Vit. A Vit. B comp 2x1 Vit C 2x1 Zinc 1x1

Pemeriksaan lab.: -

D. HASIL FOLLOW UP :

Tanggal / jam Perjalanan penyakit Instruksi Dokter10/07/2014KU : sakit sedangN : 100x/mntP : 30x/mntS : 37 C

Demam (+) Batuk (+) lendir (+) Flu (+) Sesak (-) Muntah (-) Nafsu makan: anak

malas makan dan minum.

BAB encer (+), lendir

IVFD RL Ambroxol,

alerfed 1/2, CTM 1/3 tab (mf pulv 3x1)

Vit. B comp 2x1

Vit. C 2x1

3

Page 4: morbili

(+), ampas (+) frek. 3 kali

BAK : lancar Timbul bercak merah

pada bagian muka, belakang telinga, dan sekitar leher belakang

Konjunctivitis (+)

Vit. A Zinc 1x1 Paramol Oralit.

11/07/2014Ku : sakit sedangN : 98x/mntP : 30x/mntS : 37,2 C

Demam (-) Batuk(+) lendir (+) Flu (+) Muntah (-) Nafsu makan : anak

malas makan BAB : Belum pagi ini,

tadi mala 1x lendir (+) BAK : Lancar Bercak merah mulai

menyebar ke bagian badan

Bercak koplik (-)

IVFD RL Ambroxol,

alerfed 1/2, CTM 1/3 tab (mf pulv 3x1)

Vit. B comp 2x1

Vit. C 2x1 Zinc 1x1 Paramol Oralit.

12/07/2014Ku : sakit sedangN : 100x/mntP : 32x/mntS : 37,1 C

Demam (-) Batuk (+) lendir (+) Flu (+) Muntah (-) Nafsu makan : anak

malas makan BAB :Pagi ini belum

BAB . Tadi malam encer (+) lendir (+)

BAK : Lancar Bercak merah (+) Ronkhi (+/+)

IVFD RL Ampicilin syr

1x1 cth Ambroxol,

alerfed 1/2, CTM 1/3 tab (mf pulv 3x1)

Vit. B comp 2x1

Vit. C 2x1 Zinc 1x1 Paramol Oralit.

13/07/2014KU : sakit sedangN : 98x/mntP : 30x/mntS : 36,5 C

Demam (-) Batuk (+) Lendir (+) Flu (-) Muntah (-) Nafsu makan : anak

malas makan

Ampicilin syr 1x1 cth

Vit. B comp 2x1

Vit. C 2x1 Zinc 1x1

4

Page 5: morbili

BAB : Pagi ini belum. Tadi malam encer+ dan ampas +

BAK : lancar Bercak merah mulai

menghilang Ronkhi (+/+)

Ambroxol, alerfed ½ tab, CTM 1/3 tab (m.f pulv 3x1)

14/07/2014KU : BaikN : 104x/mntP : 32x/mntS : 36,4 C

Demam (-) Batuk (+) lendir (-) Flu (-) Muntah (-) Nafsu makan : anak

mau makan dan minum

BAB : konsistensi tidak terlalu encer

BAK : lancar Bercak merah mulai

menghilang Ronkhi (-)

Cefadroxil syr 2x1 cth

Obat lain lanjut

Bisa pulang dan kontrol poli

E. RESUME

Seorang anak perempuan masuk RSUD Syekh Yusuf pada tanggal

9 Juli 2014 dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu. Demam

dirasakan terus menerus. Pasien juga mengeluh batuk berlendir yang

diserta flu. Tidak ada keluhan muntah dan sesak. BAB pasien encer dan

berlendir. BAK dalam batas normal. Riwayat belum pernah imunisasi

campak.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran composmentis, nadi:

104x/menit, pernapasan: 28x/menit, suhu: 39,9oC. Bunyi jantung: BJ I/II

murni regular, ditemukan ronki nyaring dan tidak ada wheezing. Pada

abdomen, tidak ditemukan asites, hati dan limpa tidak teraba. Pada

ekstremitas tidak ditemukan kelainan.

5

Page 6: morbili

Berdasarkan data klinik di atas, diagnosa kerja pada pasien ini

yaitu morbili dan bronkhopnemonia.

F. PEMBAHASAN

1. Definisi

Campak (Rubeola) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang

ditandai dengan demam, batuk, konjunctvitis (Peradangan selaput ikat

mata/konjunctiva) dan ruam kulit. Campak merupakan penyebab kematian

bayi umur kurang 12 bulan dan anak usia 1-4 tahun. Diperkiran 30.000/tahun

anak indonesia meninggal akibat komplikasi campak. Campak berpotensi

menyebabkan kejadian luar biasa atau pandemik.1

2. Penyebaran dan Cara Penularan

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh paramiksovirus, genus

morbili. Virus campak dapat hidup dan berkembang biak pada selaput lendir

tenggorok, hidung, dan saluran pernapasan. Penularan penyakit campak

berlangsung sangat cepat melalui udara atau semburan ludah (droplet) yang

terisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase kedua

hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul.1,2

Virus campak sangat sensitif terhadap panas, sangat mudah rusak pada

suhu 37°C. Bersifat sensitif terhadap eter, cahaya, trysine. Virus mempunyai

jangka waktu hidup yang pendek (short survival time) yaitu kurang dari dua

jam.3

3. Gejala Dan Tanda

6

Page 7: morbili

Penampilan klinis campak dapat dibagi menjadi 3 tahap, sebagai

berikut : 1,2

I. Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari,

pada tahap ini anak yang sakit belum memperlihatkan gejala dan tanda

sakit.

II. Pada fase kedua (fase prodromal) barulah timbul gejala yang mirip

penyakit flu, seperti batuk, pilek, dan demam tinggi dapat mencapai 38-

40◦C, mata merah berair, mulut muncul bintik putih (bercak koplik) dan

kadang diesrtai mencret. Bercak koplik terdapat di mukosa pipi (bukal).

Bercak koplik adalah titik putih yang dikelilingi oleh cincin kemerahan.

III. Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan

demam tinggi yang terjadi. Bercak merah berbentuk makulopapular

disertai eritema pada sekitar hari ke 3 atau 4. Namun, bercak tak langsung

muncul di seluruh tubuh, melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari

belakang telinga, leher, dada, muka, tangan, dan kaki. Warnanya pun khas;

merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.

Biasanya, bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu

minggu dan jika bercak merahnya sudah keluar, demam akan turun dengan

sendirinya.

4. Patogenesis

Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah

dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara

droplet melalui udara, sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4

7

Page 8: morbili

hari setelah timbul ruam . Di tempat awal infeksi, penggandaan virus sangat

minimal dan jarang ditemukan virusnya. Virus masuk ke dalam limfatik lokal,

bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear, kemudian mencapai

kelenjar getah bening regional. Di sini virus memperbanyak dengan sangat

perlahan dan dimulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti

limpa. Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel

raksasa berinti banyak (sel warthin), sedangkan limfosit T (termasuk T-

supressor dan T-helper) yang rentan terhadap infeksi, turut aktif membelah.4

Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara

lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, terbentuklah fokus infeksi yaitu

ketika virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan

epitel orofaring, konjunctiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih, usus.4

Pada hari ke 9-10, fokus infeksi berada di epitel saluran nafas dan

konjunctiva, akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua

lapis sel. Pada saat itu, virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke

pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas

diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjunctiva yang tampak

merah. Respons imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada sistem

saluran pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi,

anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulserasi kecil pada mukosa pipi

yang disebut bercak koplil, yang dapat tanda pasti untuk menegakkan

diagnosis.4

8

Page 9: morbili

Selanjutnya data tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respons delayed

hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari

ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi

pada kulit. Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel

T.4

Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak

secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit.

Penelitian dengan imunofluoresens dan histologik menunjukkan adanya

antigen campak dan diduga terjadi suatu reaksi arthus. Daerah epitel yang

nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan infeksi

bakteri sekunder berupa bronkhopnemonia, otitis media dan lain-lain. Dalam

keadaan tertentu pnemonia juga dapat terjadi, selain itu campak dapat

menyebabkan gizi kurang. 4

5. Komplikasi

Biasanya, komplikasi sering terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun

dan anak-anak dengan gizi buruk.

Komplikasi dapat terjadi berupa :

1. Radang telinga tengah (otitis media), seringkali disebabkan oleh

karena infeksi sekunder sehingga perlu diberikan antibiotik

kotrimoksazol-sulfametokzasol (TMP 4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2

dosis

2. Bronkhopnemonia, diberikan antibiotik ampicilin 100 mg/kgBB/hari

dalam dosis intravena dikombnasikan dengan kloramfenikol 75

9

Page 10: morbili

mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang

dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik diberikan sampai tiga

hari demam redah. Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji

tuberkulin dilakukan setelah anak sehat kembali (3-4 minggu

kemudian) oleh karena uji tuberkulin biasanya negatif pada anak yang

menderita campak.

3. Radang otak (ensefalitis).

Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga ¾ kebutuhan untuk

mengurangi edema otak, di samping pemberian kortikosteroid. Perlu

dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah. 4

6. Diagnosis

Bagi dokter yang sudah berpengalaman, penyakit campak dapat diketahui

melalui tanya jawab dan pemeriksaan terhadap tanda-tanda yang muncul pada

pasien. Namun bila diperlukan kepastian terhadap penyakit campak, maka

perlu dilakukan pemeriksaan khusus yaitu pembiakan virus atau serologi

campak. 2

7. Pengobatan

Tidak ada obat spesifik untuk mengobati penyakit campak. Obat yang

diberikan hanya untuk mengurangi keluhan pasien (demam, batuk, diare,

kejang). Pada hakikatnya penyakit campak akan sembuh dengan sendirinya.

Vitamin A dengan dosis tertentu sesuai dengan usia anak dapat diberikan

untuk meringankan perjalanan penyakit campak (agar tidak terlalu parah). Jika

10

Page 11: morbili

anak menderita radang paru dan otak sebagai komplikasi dari campak, maka

anak harus segera dirawat di rumah sakit.2

8. Pencegahan

Upaya pencegahan penyakit campak dilakukan dengan cara menghindari

kontak dengan penderita, meningkatkan daya tahan tubuh dan vaksinasi

campak.2

Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak.

Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan

campak jerman (vaksin MMR/Mumps, measles, rubella), disuntikkan pada

otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan

pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada umur

9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan,

dosis kedua diberikan pada usia 4-6 bulan.2

Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif, dan

kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal

(berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak

adalah bayi berumur lebih dari 1 tahun, bayi yang tidak mendapatkan

imunisasi dan remaja serta dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi

kedua sehingga merekalah yang menjadi target utama pemberian imunisasi

campak. 2

Kontraindikasi pemberian imunisasi campak yaitu pada anak dengan

imunodefisiensi primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker atau

transplantasi organ, mereka yang mendapat pengobatan imunosupresif jangka

11

Page 12: morbili

panjang atau anak immunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak yang

terinfeksi HIV tanpa immunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap

campak, bisa mendapat imunisasi campak seperti biasa . 3

Vaksinasi campak di indonesia termasuk dalam imunisasi rutin, diberikan

pada bayi umur 9 bulan. Kadar antibodi campak tidak dapat diperthankan

sampai anak menjadi dewasa. Pada usia 5-7 tahun, sebanyak 29,3% anak

pernah menderita campak walaupun pernah diimunisasi. Sedangkan kelompok

10-12 tahun hanya 50% diantaranya yang mempunyai titer antibosi di atas

ambang pencegahan. Berarti, anak usia sekolah separuhnya rentan terhadap

campak dan imunisasi campak satu kali saat bayi berumur 9 bulan tidak dapat

memberi perlindungan jangka panjang, efek samping/KIPI(kejadian Ikutan

Pasca Imunisasi) MMR berupa :

1. Demam lebih dari 39,5 C yang terjadi pada 5%-15% kasus, demam

dijumpai pada hari ke 5 sampai ke 6 sesudah imunisasi dan berlangsung

selama 2 hari

2. Kejang demam

3. Ruam timbul pada hari ke-7 sampai ke-10 sesudah imunisasi dan

berlangsung selama 2-4 hari

4. Memar karena berkurangnya trombosit

5. Infeksi virus campak pada imunodefisiensi (penyakit dengan daya tahan

tubuh yang sangat rendah, seperti penderita HIV)

6. Reaksi KIPI berat dapat menyerang sistem saraf, yang reaksinya

diperkirakan muncul pada hari ke-30 sesudah imunisasi.

12