17
Morfologi Bahasa Madura Dialek Sumenep; oleh Akhmad Sofyan Kajian-kajian terhadap bahasa Madura yang dilakukan selama ini hanya berisi deskripsi umum dan tidak mencakup bagian- bagian yang unik dan problematis, sehingga tidak dapat menyelesaikan sistem gramatika bahasa Madura. Sistem gramatika bahasa Madura yang belum dideskripsikan secara tuntas dan jelas adalah subsistem morfologi. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan sistem kelas kata dan sistem pembentukan kata -yang meliputi: afiksasi, reduplikasi, dan komposisi- dalam bahasa Madura dialek Sumenep. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dilengkapi dengan metode simak. Setelah terkumpul, data diverifikasi, diseleksi, diklasifikasi, dan ditabulasi; kemudian dianalisis dengan metode distribusional. Hasil analisis kelas kata dalam bahasa Madura adalah sebagai berikut. Verba imperatif tidak dapat dituturkan dalam bentuk pasif sehingga dikategorikan sebagai verba anti-pasif, sedangkan verba dwitransitif lebih sering dituturkan dalam bentuk pasif. Penggunaan ajektiva bentuk kompleks adalah: (1) untuk tingkat komparatif: a-+D+-an, (2) untuk tingkat superlatif: R+D+-an, (3) untuk tingkat eksesif:jhâ’+D+-na, dan (4) untuk ketidakwajaran: R+ma-+D. Adverbia di samping berupa kata, juga dapat berupa afiks (- a ‘akan’, a-an ‘lebih...’, jhâ’-na ‘alangkah’, dan ka- an ‘terlalu’) dan reduplikasi yang berkombinasi dengan afiksasi (R+-an ‘paling…’ dan R+ma- ‘berlagak, pura-pura’).

Morfologi Bahasa Madura

  • Upload
    vici85

  • View
    847

  • Download
    25

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Morfologi Bahasa Madura

Morfologi Bahasa Madura Dialek Sumenep; oleh Akhmad Sofyan

Kajian-kajian terhadap bahasa Madura yang dilakukan selama ini hanya berisi deskripsi umum dan tidak mencakup bagian-bagian yang unik dan problematis, sehingga tidak dapat menyelesaikan sistem gramatika bahasa Madura. Sistem gramatika bahasa Madura yang belum dideskripsikan secara tuntas dan jelas adalah subsistem morfologi.

 

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan sistem kelas kata dan sistem pembentukan kata -yang meliputi: afiksasi, reduplikasi, dan komposisi- dalam

bahasa Madura dialek Sumenep. Pengumpulan data dilakukan dengan metode

wawancara dilengkapi dengan metode simak. Setelah terkumpul, data diverifikasi, diseleksi, diklasifikasi, dan ditabulasi; kemudian dianalisis dengan metode distribusional.

 

Hasil analisis kelas kata dalam bahasa Madura adalah sebagai berikut. Verba imperatif tidak dapat dituturkan dalam bentuk pasif sehingga dikategorikan sebagai verba anti-pasif, sedangkan verba dwitransitif lebih sering dituturkan dalam bentuk pasif. Penggunaan ajektiva bentuk kompleks adalah: (1) untuk tingkat komparatif: a-+D+-an, (2) untuk tingkat superlatif: R+D+-an, (3) untuk tingkat eksesif:jhâ’+D+-na, dan (4) untuk ketidakwajaran: R+ma-+D.

 

Adverbia di samping berupa kata, juga dapat berupa afiks (-a ‘akan’, a-an  ‘lebih...’, jhâ’-na ‘alangkah’, dan ka-an ‘terlalu’) dan reduplikasi yang berkombinasi dengan afiksasi (R+-an ‘paling…’ dan R+ma- ‘berlagak, pura-pura’). Nominalisasi dalam bahasa Madura dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yakni: (1) afiksasi, (2) reduplikasi, dan (3) penambahan partikel sè.

 

Pronomina persona tidak dapat dijadikan klitika, sehingga konstruksi pasif dalam bahasa Madura adalah: Aspek+Peran+Agen. Pronomina penanya yang dirangkaikan dengan sufiks –an digunakan untuk menanyakan perbuatan pada ‘satu peristiwa’, sedangkan bila diikuti bhâi digunakan untuk ‘beberapa peristiwa’. Penggunaan pronomina penunjuk untuk benda atau tempat yang jauh dibedakan berdasarkan jaraknya dengan lawan tutur; yakni jârèya ‘itu’ dan jâdiyâ ‘di situ’

Page 2: Morfologi Bahasa Madura

bila yang ditunjuk dekat dengan lawan tutur, sedangkan bila jauh dari lawan tutur (dan penutur) menggunakan rowa ‘itu’ dandissa’ ‘di sana’.

 

Numeralia kolektif atau jumlah benda tidak dapat mendahului nomina yang diterangkan; tidak berkonstruksi *ka-+Numeralia+Nomina, tetapi berkonstruksi Nomina+sè+Numeralia.

 

Preposisi sajjhegghâ walaupun bermakna ‘sejak’, tetapi hanya digunakan untuk menandai hubungan perubahan keadaan. Kata yang paling sering digunakan sebagai konjungsi subordinatif syarat, pengandaian, dan penjelasan adalah mon ‘kalau’. Penanda fatis yang digunakan dalam tuturan dapat berupa: (1) partikel, (2) kata fatis, (3) pengulangan kata atau partikel, (4) penambahan bunyi glotal pada akhir kata, dan (5) penggunaan afiks.

 

Hasil analisis pembentukan kata adalah sebagai berikut. Morfofonemis yang terjadi dalam bahasa Madura dapat dibagi menjadi lima kelompok, yakni: (1) peluluhan fonem awal bentuk dasar, (2) peluluhan fonem awal bentuk dasar yang disertai dengan perubahan vokal, (3) asimilasi progresif, (4) pemunculan bunyi pelancar dan glotal, dan (5) geminasi atau perangkapan konsonan.

 

Prefiks pembentuk verba aktif, yakni: N-, a-, ma-, dan nga-; prefiks pembentuk verba pasif: è-, èka-, danèpa-; prefiks pembentuk verba anti-pasif: padan ka-; prefiks pembentuk verba anti-aktif: ta-. Prefiks yang bernosi kausatif adalah ma-, èpa-, dan èka- (yang bergabung dengan verba asal), sedangkan yang bernosi imperatif adalah ka- dan pa-.

 

Sufiks -a dan -na penggunaannya sangat produktif dan tidak dapat dilesapkan; sufiks -a berfungsi sebagai adverbia penanda aspek dengan nosi ‘akan’, sedangkan sufiks -na berfungsi sebagai nomina dengan nosi posesif dan cara atau keadaan. Sufiks -è dan -aghi berfungsi sebagai pembentuk imperatif.

 

Konfiks pembentuk verba aktif antara lain: N-è, N-ana, N-aghi, a-è, a-ana, a-an, a-aghi, ma-è, ma-ana, ma-an, ma-aghi, nga-è, nga-ana, dan nga-aghi; pembentuk verba pasif: è-è, è-ana, è-aghi, èka-è, èka-ana, èka-aghi, èpa-an,

Page 3: Morfologi Bahasa Madura

èpaè, dan èpa-aghi; pembentuk verba anti-pasif: ka-è, ka-aghi, pa-è, dan pa-aghi; pembentuk verba anti-aktif: ka-an; pembentuk nomina: pa-an, par-an, dan pa-na; serta pembentuk adverbia: jhâ’-na, sa-an, dan sa-na. Dalam bahasa Madura terdapat konfiks pembentuk verba pasif yang merupakan bentuk pasif dari dua buah konfiks pembentuk verba aktif , yakni: è-è, è-ana, dan è-aghi.

 

Bentuk reduplikasi dalam bahasa Madura adalah reduplikasi suku akhir, sehingga konstruksinya: R+D, R+{N-}+D+(sufiks), atau Prefiks+R+D+(sufiks). Reduplikasi dalam bahasa Madura ada yang mempunyai fungsi yang berbeda dengan bentuk dasarnya.

 

Komposisi dapat dibedakan atas: komposisi koordinatif dan komposisi subordinatif. Komposisi koordinatif umumnya bersifat non-idiomatis, sedangkan komposisi subordinatif umumnya bersifat idiomatis. Komposisi koordinatif umumnya mempunyai arti lebih ulas dan eklektif, sedangkan komposisi subordinatif umumnya mempunyai arti lebih khusus.

gambar:http://2.bp.blogspot.com

Page 4: Morfologi Bahasa Madura

VERBA BAHASA MADURA

Iqbal Nurul Azhar

A. Pendahuluan

Bahasa Madura adalah bahasa daerah yang digunakan oleh warga

etnis Madura baik yang tinggal di Pulau Madura maupun yang tinggal

di luar pulau tersebut.  Penutur bahasa ini diperkirakan berjumlah lebih

dari 7% dari keseluruhan populasi bangsa Indonesia. (Wikipedia,

2009). Sekitar tiga hingga empat juta orang penutur bahasa Madura

mendiami pulau Madura, sedang sisanya, sebanyak sembilan hingga

sepuluh juta orang Madura tinggal di Jawa.  Kantong penutur bahasa

Madura juga dapat dijumpai di Jakarta, Kalimantan, dan Sulawesi.

(PJRN: 2006).

Diantara beragam bahasa daerah yang ada di Indonesia, bahasa

Madura merupakan salah satu bahasa daerah yang terhitung besar.

Hal ini disebabkan karena jumlah penuturnya berada dalam posisi

keempat setelah penutur Jawa,  Melayu, dan Sunda (Wikipedia, 2009).

Sebagai bahasa daerah yang besar, bahasa ini perlu dipertahankan,

dibina dan dikembangkan terutama dalam hal perannya sebagai

sarana pengembangan kelestarian kebudayaan daerah sebagai

pendukung kebudayaan nasional (Halim, 1976). Pembinaan bahasa

Madura ini dapat dilakukan dengan banyak strategi seperti: (1)

Revitalisasi bahasa madura sebagai bahasa komunikasi di sehari-hari

(Azhar, 2009) (2) standarisasi Bahasa Madura (Kusnadi, dalam azhar,

2009), (3) promosi bahasa dan budaya melalui seminar, simposium,

dan konferensi yang mendiskusikan bahasa Madura (4) pembudayaan

menulis dengan menggunakan bahasa Madura (Azhar, 2008), (5)

Renaisansi (kebangkitan kembali) buku berbahasa Madura (6)

penyerapan kosakata bahasa Madura ke dalam kosakata bahasa

Page 5: Morfologi Bahasa Madura

nasional (Azhar, 2009) dan (7) konservasi bahasa Madura melalui

penelitian atau pengkajian bahasa dan sastra Madura.

Artikel ini adalah perwujudan dari strategi ketujuh yaitu konservasi

bahasa Madura melalui pengkajian bahasa dan sastra Madura. Tujuan

dari pengkajian bahasa Madura selain digunakan untuk mengetahui

karakteristik bahasa tersebut melalui sudut pandang linguistik dan

untuk membantu masyarakat Madura mempertahankan bahasa

mereka dari kepunahan, kajian bahasa ini dapat digunakan sebagai

panduan bagi masyarakat luar yang ingin belajar bahasa Madura.

B. Pembahasan

B.1.  Beberapa Ciri Khas Morfologis Bahasa Madura

Selain tiga alasan yang telah disebutkan di atas tentang pentingnya

kajian terhadap bahasa Madura, ada satu alasan lain yang membuat

bahasa Madura (selanjutnya disingkat BM) layak untuk dikaji, yaitu

bahwa BM memiliki beberapa ciri yang mudah dikenali dan bahkan

beberapa diantaranya  tidak terdapat pada bahasa-bahasa daerah

lainnya termasuk bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat BI) sendiri.

Sebagai sebuah bahasa, BM mempunyai ciri-ciri khas baik dalam

bidang morfologi, fonologi, maupun sintaknya. Namun, untuk

membatasi kajian akan ciri dan kekhasan BM ini, bagian  ini

memfokuskan kajiannya pada aspek morfologis utamanya aspek Verba

saja.

Sebelum kita masuk pada kajian Verba BM, marilah kita lihat beberapa

ciri khas morfologis yang dimiliki BM. Pemaparan kekhasan BM ini

dimaksudkan agar dapat menyadarkan kita bahwa BM adalah bahasa

Page 6: Morfologi Bahasa Madura

yang tinggi, penuh dengan keunikan dan karenanya layak untuk dikaji.

Beberapa keunikan yang terdapat dalam aspek morfologis adalah:

1. bentuk ulang dalam BM pada umumnya berupa perulangan

sebagian suku akhir, hanya sedikit yang berupa perulangan sebagian

suku awal, dan tidak dijumpai perulangan penuh. Seperti contoh

‘nak-kanak’ (anak-anak), ‘lon-alon’ (alun-alun), ‘ter-penter’ (pandai-

pandai), ‘din-raddin’ (cantik-cantik). (Sofyan, 2008)

2. Konstruksi komparatif atau untuk menyatakan lebih.dari..,

digunakan konstruksi D+an. Sebagai contoh ‘raja’an’ (lebih besar),

‘penterran’ (lebih pintar). Dengan konstruksi seperti itu, BM

meletakkan penanda komparatif di belakang, berbeda dengan BI

yang meletakkan penanda komparatif di depan seperti frasa ‘lebih

besar’ dan ‘lebih pintar’ (D = Kata Dasar). (Sofyan, 2008)

3. Konstruksi superlatif atau menyatakan ‘paling..’, digunakan

konstruksi R+D+-an. Seperi contoh ‘terpenterran’ (paling pintar), dan

‘dinraddinan’ (paling cantik).         (R = Reduplikasi)

4. Untuk menyatakan ‘berlagak seperti orang..’ digunakan

konstruksi R+ma+D, seperti contoh ’Jamaraja’ dalam kalimat ’Jha’

jamaraja’ (jangan berlagak seperti orang besar, ’Jha’ ne’makene’

(jangan berlagak seperti orang kecil. Selain itu prefiks [ma-] yang

melekat pada bentuk ulang dapat berposisi di depan bentuk ulang

atau dengan kata lain berstruktur ma- + R + D, seperti pada kata

’majaraja’ (menjadikan besar-besar) dalam kalimat ’pupuk rowa

majaraja tanemman’ (pupuk itu menjadikan tanaman besar-besar),

B.2.  Pembagian Verba Bahasa Madura Berdasarkan Ilmu Tata

Bahasa

Sesuai dengan judul artikel ini, maka dalam bagian ini akan dijelaskan

secara detail ciri-ciri dan karakter Verba BM. Verba atau kata Verbal

Page 7: Morfologi Bahasa Madura

yang lebih dikenal dengan kata kerja secara tradisional (berdasarkan

ilmu tata bahasa) dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa

kategori yaitu: (a) berdasarkan bentuknya, (b) berdasarkan hubungan

dengan nomina, dan (c) berdasarkan maknanya (Sofyan, dkk, 2008).

B.2.a Bentuk Verba

Berdasarkan bentuknya, verba BM dapat dibedakan menjadi tiga

macam yaitu; (1) verba pangkal atau verba dasar terikat, (2) verba

asal atau verba dasar bebas, (3) verba turunan.

Verba pangkal adalah verba yang dalam konteks sintaksis tidak dapat

berdiri sendiri. Untuk dapat berdiri sendiri terlebih dahulu harus

dilekati oleh afiks. Verba asal adalah verba yang dalam konteks

sintaksis dapat berdiri sendiri tanpa afiks atau satuan gramatik

lainnya. Verba turunan adalah verba yang berbentuk kompleks dan

telah mengalami proses morfologis. Ketiga macam verba berdasarkan

bentuknya dapat diuraikan sebagai berikut:

(1) Verba Pangkal

Bentuk dasar terikat yang sering disebut pangkal kata atau pokok kata

atau prakategorial adalah satuan gramatik yang belum mempunyai

kategori kata tetapi dapat dijadikan sebagai bentuk dasar (Ramlan,

1985; Moeliono dkk, 1988) Contoh-contoh verba pangkal dalam BM

adalah:

eret                seretlah

jhemmor        jemurlah

pele                pilihlah

sangga’        tangkaplah

tompa’          naikilah

(2) Verba asal

Verba asal adalah verba yang berupa bentuk tunggal; tanpa

Page 8: Morfologi Bahasa Madura

digabungkan dengan satuan grammatik lain, terutama afiks, sudah

mempunya makna leksikal. dalam BM, jumlah verba jenis ini relatif

terbatas jika dibandingkan dengan BI

dhaddi       jadi

elang         hilang

lebat          lewat

peggha’    putus

robbhu      rubuh

kalowar     keluar

(3) Verba Turunan

Verba Turunan adalah verba yang dibentuk melalui proses morfologis

sehingga selalu berupa bentuk kompleks atau terdiri atas dua morfem

atau lebih. Proses morfologis dalam pembentukan verba turunan dapat

berupa afiksasi, reduplikasi, komposisi, maupun berproses gabung.

Oleh karena itu verba turunan dapat dikelompokkan menjadi empat

jenis yaitu (1) verba berafiks (2) verba berduplikasi (3) verba komposisi

(4) verba berproses gabung

o    Verba berafiks

Adalah verba yang dibentuk dengan cara menambahkan afiks pada

bentuk dasar. Afiks BM yang berfungsi sbagai pembentuk verba

diantaranya adalah: (a) prefiks N-, a-, ta-, ka-, pa-, e-, eka, epa-. (b)

sufiks; e-, dan aghi, dan konfiks: N-e, N-aghi, N-ana, a-e, a-aghi, ma-e,

ma-an, ma-ana, ma-aghi, e-e, e-na dan e-aghi. Contoh verba jenis ini

adalah:

kala’           ambil          >    ngala’    mengambil

jhalan        jalan            >    ajhalan    berjalan

nanges      menangis    >    mananges    menyebabkan menangis

tedung      tidur            >    tatedung    tertidur

sabbhu’    sabuk         >    kasabbhu’    dijadikan sabuk

robbu        rubuh        >    parobbu    robohkanlah

Page 9: Morfologi Bahasa Madura

bhatek       lempar       >    ebhatek    dilempar

jhamo        jamu           >    ekajamo    dijadikan jamu

jhau           jauh            >    epajhau    dibuat jadi jauh

lambi         baju             >    lambi’i    bajuilah

ghiba        bawa           >    ghibaaghi    bawakanlah

kala’         ambil            >    ngala’e    mengambili

buwang    buang         >    mowangngagi    membuangkan

jhalan       jalan            >    ajhalane    menjalankan

jhalan       jalan            >    ajhalanaghi    menjalankankan

tengghi     tinggi         >    matengghi    menjadikan lebih tinggi

nanges    menangis    >    manangesan    menyebabkan menangis

kemme    kencing        >    ekemme’e    dikecingi

tamen    tanam            >    etamenna    akan ditami

bine’       perempiuan    >    mabine’e    menikahkan

lake’    suami                >    malakenna    akan menikahkan

kemme    kencing         >     ekemme’e    dikencingi

tamen    tanam    >    etamenna    akan ditanami

jhungka’    mendorong    >    ejhungka’aghi    didorong

o    Verba bereduplikasi

Verba bereduplikasi adalah verba yang berupa bentuk ulang.

Contohnya adalah sebagai berikut:

enga’    ingat    >     nga’ enga’    ingat-ingat

ghighir    marah    >    ghir ghigir    marah-marah

bagi    memberi    >    gi bagi    bagi-bagi

pele    pilih    >    le pele    pilih-pilih

o    Verba Komposisi

Adalah verba yang berupa kata majemuk. Contohnya adalah sebagai

berikut:

Tola’ bali        pergi pulang

Onggha toron    naik turun

Page 10: Morfologi Bahasa Madura

o    Verba berproses gabung

Verba berproses gabung adalah verba yang dibentuk melalui

gabungan proses afiksasi dan reduplikasi. Verba jenis ini sangat

produktif dalam BM. Contoh-contoh penggunaanya adalah sbb:

abas    >     ngabas    >     bas ngabas    melihat lihat

ater    >     ngater    >     ter aterre    kirim-kirimlah

panas    >     manase    >     nas manase    memanas manasi

pokol    >     epokol    >     ekolpokol    dipukul pukul

tedung    >     tatedung    >     dung tatedung    sambil tertidur-tidur

labu    >     bu talabu    >     epabutalabu    dibuat terjatuh jauh

B.2.b. Perilaku Sintaksis Verba

Berdasarkan ada tidaknya nomina yang mendampinginya, verba

dibedakan atas 2 macam; (1) verba transitif dan verba intransitif.

Verba transitif adalah verba yang diikuti atau didampingi oleh nomina,

sedang verba intransitif adalah verba yang tidak didampingi oleh

nomina

(1) Verba Transitif

Adalah verba yang didampingi atau memerlukan nomina sebagai objek

dalam kalimat aktif. Nomina yang berfungsi sebagai objek dalam

kalimat aktif dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif

Contoh:

nghiba    membawa

matoron    menurunkan

nyare    mencari

negghu’    memegang

mukka’    membuka

Page 11: Morfologi Bahasa Madura

(2) Verba Intransitif

Adalah verba yang tidak didampingi oleh nomina. Contoh verba jenis

ini adalah:

entar    pergi

maso’    masuk

odi’     hidup

mole    pulang

ongga    naik

B.2.c. Hubungan Verba dengan Nomina

Berdasarkan hubungannya dengan nomina pendampingnya, verba

dibedakan atas (1) verba aktif (2) verba pasif (3) verba antiaktif atau

ergatif (4) verba antipasif.

(1) Verba Aktif

Adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku. Contoh:

ajhalan        berjalan

ngerem        mengirim

abhareng        bersama

aghaluy        mengaduk

(2) Verba Pasif

Adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku, sasaran atau

hasilnya

epatada’        dihabiskan

ependem        dipendam

takae’        tersangkut

takepe’        terjepit

Page 12: Morfologi Bahasa Madura

(3) Verba Antiaktif (ergatif)

Adalah verba pasif yang tidak dapat dijadikan verba aktif. Subjeknya

merupakan penaggap (yang merasakan, mnderita atau mengalami).

Contoh:

ju’ tatoju’    terduduk-duduk

tateddha’     terinjak

(4) Verba Antipasif

Adalah verba aktif yang tidak dapat dijadikan pasif. Seperti contoh:

tedhungan    suka tidur

mellean        suka membeli

matodusan    suka membuat malu

B.2.c. Makna Verba

Berdasarkan maknanya, verba dapat dibedakan atas (1) verba

kausatif, (2) verba benefaktif, (3) verba resiprokal, (4) verba refleksif,

(5) verba lokatif, dan (6) verba repetitif

Verba kausatif adalah verba yang menyatakan perbuatan

menyebabkan menjadi. Contohnya:

majhau        menjauhkan

maabid        membuat jadi lama

malempo        menggemukkan

Verba benefaktif adalah verba yang menyatakan perbuatan dilakukan

untuk orang lain. Contoh:

melleagih    membelikan

ngobuagih    memeliharakan

mabaliagih    mengembalikan

agabayyagih      membuatkan

Page 13: Morfologi Bahasa Madura

Verba resiprokal adalah verba yang menyatakan perbuatan yang

saling berbalasan. Contohnya:

kolpokolan    salingpukul

patang bales    saling balas

lonkellonan    saling peluk

Verba refleksif adalah verba yang menyatakan perbuatan yang

objeknya diri sendiri atau dilakukan untuk pelakunya sendiri. Contoh:

akaca

bercermin

asoroy        bersisir

ajemmor        berjemur

acokor        bercukur

Verba lokatif adalah verba yang menyatakan perbuatan yang objeknya

berupa tempat. Contohnya:

adatenge        mendatangi

namene        menanami

abherse’e    membersihkan

Verba repetitif adalah verba yang menyatakan perbuatan dilakukan

secara berulang-ulang. Contoh:

nangesan    sering menangis

bu talabu    terjatuh jatuh

nges tatanges    menagis nangis

kolmokol        memukul-mukul

C. Sistem Morfologis Verba Berdasarkan Prefiks-prefiks

Pembangunnya.

Salah satu keunikan BM yang belum terdeskripsikan dengan jelas

Page 14: Morfologi Bahasa Madura

adalah afiks-afiks yang membentuk verba. Ada beberapa afiks yang

membentuk verba antara lain: (a) prefiks N-, a-, ta-, ka-, pa-, e-, eka,

epa-. (b) sufiks; e-, dan aghi, dan konfiks: N-e, N-aghi, N-ana, a-e, a-

aghi, ma-e, ma-an, ma-ana, ma-aghi, e-e, e-na dan e-aghi. Afiks-afiks

tersebut adalah afiks yang biasa digunakan dalam membentuk verba

BM

C.1. Kategori Morfologis Verba BM

Berdasarkan afiks yang muncul, maka Verba BM dapat dikategorikan

sebagai berikut:

a.   Kategori D (monomorfemis) baik transitif maupun intransitif seperti

contoh:

dhaddi (jadi) elang (hilang) lebat  (lewat) peggha’ (putus) robbhu

(rubuh) kalowar (keluar). Verba kategori ini adalah verba yang mampu

berdiri sendiri tanpa bantuan afiks-afiks tertentu

b.  Kategori N-D, a-D, N-D-e, N-D-aghi, a-D-aghi seperti contoh ngeret

(menyeret), nyokor (mencukur), adente’ (menunggu), agabay

(membuat), naneme (menanami), ngeretaghi (menyeretkan),

nyokoraghi (mencukurkan), adente’aghi (menunggui untuk seseorang),

agabayaghi (membuatkan). Afik-afiks yang membangun verba jenis ini

memiliki fungsi untuk membentuk verba transitif dan intransitif

c.  Kategori e-D, e-D-e, e-D-aghi,  seperti contoh: etoles (ditulis),

etanem  (ditanam), etolese (ditulisi), etaneme (ditanami), etolesaghi

(dituliskan), etanemmaghi (disiramkan). Afiks yang bergabung dengan

pokok kata yang tersebut di atas memiliki perananan membentuk

verba pasif

d.  Kategori  ta-D seperti contoh: tatoles (tidak sengaja tertulis),

tatanem (tidak sengaja tertanam). Afiks yang bergabung dengan

pokok kata yang tersebut di atas memiliki perananan membentuk

verba pasif dengan makna semantis ketidaksengajaan melakukan

sesuatu.

Page 15: Morfologi Bahasa Madura

e.   Kategori ka-D, eka-D, epa-D, seperti contoh  kajamo (dibuat jadi

jamu), ekajamo (dijadikan jamu), epalebar (dibuat jadi lebar). Afiks

yang bergabung dengan pokok kata yang tersebut di atas memiliki

perananan membentuk verba pasif dengan makna semantis membuat

sesuatu menjadi.

f.   Kategori pa-D, pa-D-aghi, D-e seperti contoh : parobbu (robohkan),

parobbuaghi (robohkanlah), kalambi’i (bajuilah), tanemme

(tanamilah).  Afiks yang bergabung dengan pokok kata yang tersebut

di atas memiliki perananan membentuk verba imperatif dengan makna

semantis perintah melakukan sesuatu.

g.  Kategori N-an seperti contoh: menangesan  (membuat menangis),

matodusan  (membuat malu).   Afiks yang bergabung dengan pokok

kata yang tersebut di atas memiliki perananan membentuk verba

kausatif dengan makna semantis menyebabkan sesuatu menjadi.

h.  Kategori Ma-D-e, seperti contoh: malake’e (menikahkan perempuan

dengan laki-laki, Afiks yang bergabung dengan pokok kata yang

tersebut di atas memiliki perananan membentuk verba aktif benefaktif

dengan makna semantis melakukan pekerjaan untuk orang lain

i.  Kategori N-an seperti contoh: nangesan (suka menangis), kalaan

(suka kalah) mellean (suka membeli). Fungsi afiks yang bergabung

dengan pokok kata yang tersebut di atas memiliki perananan

membentuk verba aktif

j.   Kategori D-D-an seperti contoh tem-anteman (saling hantam), kol-

pokolan (saling pukul), lon-kellonan (saling peluk). Fungsi afiks yang

bergabung dengan pokok kata yang tersebut di atas memiliki

perananan membentuk verba aktif resiprokal dengan makna semantis

saling.