motivasi belajar psikologi

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    1/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    1

    I. Pendahuluan

    a. Latar Belakang

    Dari waktu ke waktu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

    semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat. Akibat dari fenomena ini

    antara lain munculnya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan

    diantaranya bidang pendidikan. Untuk menghadapinya dibutuhkan sumber

    daya manusia yang berkualitas, salah satu cara yang ditempuh adalah melalui

    peningkatan mutu pendidikan. Berbicara mengenai mutu pendidikan tidak akan

    lepas dari kegiatan belajar dimana aktivitas belajar siswa menunjukkan

    indikator lebih baik. Untuk mencapai pokok materi belajar siswa yang optimal

    tidak lepas dari kondisi dimana kemungkinan siswa dapat belajar denganefektif dan dapat mengembangkan daya eksplorasinya baik fisik maupun

    psikis. Dengan motivasi belajar pada siswa disaat pemberian layanan

    pembelajaran yang baik tidaklah mudah, banyak faktor yang

    mempengaruhinya antara lain pendidik, orang tua, dan siswa. Sehingga siswa

    memegang peranan dalam mencapai disiplin belajar.

    UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I,

    Pasal 1, ayat 4, disebutkan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat

    yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran

    yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Lebih lanjut,

    Bab IV, Bagian Kesatu, Pasal 5 menyebutkan bahwa (1) Setiap warga negara

    mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu; (2)

    Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,

    dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus; (3) Warga negara di

    daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak

    memperoleh pendidikan layanan khusus; (4) Warga negara yang memiliki

    potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan

    khusus; (5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan

    pendidikan sepanjang hayat. Pasal 6, menyebutkan bahwa (1) Setiap warga

    negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    2/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    2

    pendidikan dasar; (2) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap

    keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan

    Wlodkowski (dalam Suciati) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi

    yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, serta yang memberi

    arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Sementara

    Ames dan Acter (dalam Suciati) menjelaskan motivasi sebagai perspektif yang

    dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya. Menurut

    definisi ini, konsep diri yang positif akan menjadi motor penggerak bagi

    kemauan seseorang. Dalam proses belajar, motivasi seseorang tercermin

    melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun

    dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas unjukkerja dalam melakukan suatu tugas. McClelland menunjukkan bahwa motivasi

    berprestasi (achievement motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 %

    terhadap prestasi belajar (Triluqman H. 2007;6). Jurnal Belajar dan

    Motivasinya.http://www.heritl.blogspot.comaksess Nopember 2010

    Peningkatan kemampuan belajar mandiri dapat dilakukan melalui

    berbagai cara. Dalam bidang Psikologi Pendidikan, peningkatan keterampilan

    belajar dapat dilakukan melalui konsep self-regulated learning (Bandura,1986). Namun, berbagai model untuk meningkatkan kemampuan belajar

    mandiri pada umumnya dikembangkan para ahli dari negara di luar Indonesia.

    Model pengembangan kemampuan belajar tersebut belum tentu sesuai

    dengan budaya Indonesia. Selain memperhatikan budaya, program intervensi

    juga perlu mempertimbangkan adanya faktor keteladanan karena seseorang

    yang diberi intervensi diharapkan akan meniru figur keteladanan. Keteladanan

    dalam budaya Indonesia tercermin pada budaya paternalistik, sehingga

    muncul konsep panutan. Pada umumnya, figur keteladanan dianggap lebih

    tua, lebih tinggi derajatnya atau figur yang dianggap lebih dari yang

    menganggap figur tersebut sebagai figur teladan. Berdasarkan berbagai

    pendapat dan hasil penelitian para ahli, maka tampak bahwa intervensi

    http://www.heritl.blogspot.com/http://www.heritl.blogspot.com/http://www.heritl.blogspot.com/
  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    3/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    3

    diperlukan dalam pengembangan kemampuan belajar mandiri. Intervensi

    dapat dilakukan melalui berbagai cara yang dapat disesuaikan dengan

    kebudayaan Indonesia. (Darmayanti, 2008;69).

    Pendidikan Karakter berkembang karena para pakar pendidikan di

    Indonesia mengakui bahwa sistem pendidikan yang telah ada, khususnya

    dalam bidang kepribadian (karakter) telah gagal dilakukan. Gagalnya

    pendidikan di Indonesia menghasilkan manusia yang kurang berkarakter

    masih bisa diperdebatkan. Tetapi kegagalan ini setidaknya diperkuat oleh

    pendapat I Ketut Sumarta, seorang yang telah lama bergelut dalam dunia

    pendidikan. Dalam bukunya yang berjudul Pendidikan yang Memekarkan

    Rasa, ia mengatakan: Pendidikan nasional kita cenderung hanyamenonjolkan pembentukan kecerdasan berpikir dan menepikan penempatan

    kecerdasan rasa, kecerdasan budi, bahkan kecerdasan batin. Dari sini lahirlah

    manusia manusia yang berotak pintar, manusia berprestasi secara kuantitatif

    akademik, namun tiada berkecerdasan budi sekaligus sangat berkegantungan,

    tidak merdeka mandiri. Kutipan di atas menunjukkan bahwa telah terjadi

    ketidakpuasan atau cenderung terjadinya kegagalan dalam dunia pendidikan

    dalam rangka membentuk manusia dewasa dan berwatak mandiri. Kegagalan

    membentuk manusia dewasa dan berwatak mandiri ini kemudian diatasi atau

    diperkecil dengan melakukan program pendidikan karakter. Kurang

    berhasilnya system pendidikan membentuk sumber daya manusia dengan

    karakter yang tangguh, berbudi pekerti luhur, bertanggung jawab, berdisiplin,

    dan mandiri, terjadi hampir di semua lembaga pendidikan baik negeri maupun

    swasta. (Supriadi D Djaenudin, 2009)

    Dari latar belakang yang ada maka penulis mencoba melakukan suatu

    kajian ilmiah dengan Judul Peran motivasi dalam mengembangkan regulasi

    diri dan karakteristik dalam pembelajaran.

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    4/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    4

    b. Permasalahan

    Berdasarkan latarbelakang yang dikemukakan diatas maka dapat di

    merumuskan masalah sebagai berikut:

    Bagaimana peran motivasi dalam mengembangkan regulasi diri dan

    karakteristik dalam pembelajaran.

    c. Tujuan

    Adapun tujuan penulisan ini adalah:

    1). Untuk mengetahui peranan motivasi dalam mengembangkan regulasi diri

    dan karakteristik dalam pembelajaran

    2). Untuk memenuhi Tugas akhir matakuliah Psikologi Pendidikan

    d. Manfaat Penulisan

    Sebagaimana yang penulis harapkan, setelah penelitian ini akan diperoleh

    manfaat antara lain :

    1).Manfaat Teoritis Untuk menambah referensi, bahan literature atau

    pustaka, khususnya tentang disiplin belajar dan motivasi belajar.

    2).Manfaat Praktis Memberikan informasi pada guru pembimbing atau guru

    bidang studi serta orang tua siswa tentang disiplin belajar yang baik yang

    akan diterapkan, supaya dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar.

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    5/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    5

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    a. Pengertian Motivasi

    Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara

    sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan

    tertentu atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau

    kelompok orang tergerak melakukan sesuatu kegiatan karena ingin mencapai

    tujuan tertentu dalam hidup dan kehidupannya. Motivasi berasal dari kata

    Latin movereyang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi ini hanya

    diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut

    (Hasibuan, 2005: 92).

    Motivasi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :1. Motivasi Intrinsik Motivasi Intrinsik adalah dorongan untuk melakukan

    sesuatu yang berasal dari diri individu itu sendiri. Dikatakan motivasi

    intrinsik apabila seorang siswa termotivasi untuk belajar semata-mata

    untuk menguasai ilmu pengetahuan bukan karena motif lain seperti

    pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah. Motivasi itu muncul karena ia

    merasa membutuhkan sesuatu dari apa yang ia pelajari.Kesadaran

    pentingnya terhadap apa yang dipelajari adalah sangat penting untuk

    memunculkan motivasi intrinsik. Bila seseorang telah memiliki motivasi

    intrinsik maka selalu ingin maju dalam belajar sserta haus ilmu

    pengetahuan.

    2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan untuk

    melakukan sesuatu karena adanya perangsang dari luar diri individu.

    Peserta didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar

    hal yang dipelajarinya, seperti nilai yang tinggi, kelulusan, ijazah, gelar,

    kehormatan dan lain-lain. Motivasi ekstrinsik meskipun kurang baik akan

    tetapi sangat diperlukan dalam proses pendidikan agar anak didik mau

    belajar. Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk. Ia sering digunakan karena

    bahan pelajaran kurang menarik perhatian anak didik. ( Brown Douglas.

    2008)

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    6/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    6

    b. Faktor faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

    Berhasil atau tidaknya seseorang dalam pencapaian hasil belajar disebabkan

    oleh banyak faktor, baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun yang

    berasal dari luar dirinya. Untuk memudahkan pembahasan dapat

    diklasifikasikan sebagaimana bagan berikut :

    Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

    FAKTOR-FAKTOR YANG

    PEMPENGARUHI MOTIVASI SISWA

    FAKTOR INTERNAL

    UNSUR DALAM DIRI SISWA

    FAKTOR EXTERNAL

    LUAR SISWA

    Aspek

    Fisiologi*Kesehatan

    *Fungsi2

    Jasmani

    Penglihatan

    Pendenganara

    Aspek

    PsikologiIntelegensi

    Bakat

    Minat

    Motivasi

    Faktor

    LingkunganSiswa

    Metode

    MetodeMengajar

    Metode Belajar

    Lingkungan Sosial Siswa

    Keluargga, Orang tua, SaudaraSekolah, Guru, Teman

    Masyarakat, Tetangga, Teman

    Bermain dll

    Lingkungan Non Sosial

    SuhuCuaca

    Iklim

    Tempat belajar

    Sarana Belajar

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    7/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    7

    Faktor-faktor di atas saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu

    sama yang lain. Bila aspek fisiologis siswa tidak baik maka akan

    mempengaruhi aspek psikologis. Begitu juga bila lingkungan ( baik sosial

    maupun non social ) di sekitar siswa tidak baik, maka akan berdampak pada

    proses dan hasil belajar. Oleh karena itu guru dan orang tua agar menciptakan

    situasi dan kondisi belajar yang bisa mendukung keberhasilan belajar siswa,

    baik di sekolah maupun di rumah. Hukum dari motivasi mengatakan kepada

    kita bahwa pastisipan/peserta harus punya keinginan untuk belajar, dia harus

    siap untuk belajar, dan harus punya alasan untuk belajar

    http://www.ugmc.bizland.com/ak-ertimotivasi.htm

    c. Upaya Membangkitkan Motivasi

    1. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan

    mengarahkan perilaku manusia, termasuk siswa. Dalam motivasi

    terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,

    menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku siswa. Ada tiga

    komponen dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan.

    2. Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa menyadarkan

    kedudukannya pada awal, proses dan hasil belajar, menginformasikan

    kekuatan usaha belajar, mengarahkan kegiatan belajar, membesarkan

    semangat belajar, menyadarkan proses belajar kemudian bekerja. Bagi

    pengajar, membangkitkan, meningkatkan,memelihara semangat belajar

    siswa sampai berhasil, mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di

    kelas bermacam ragam : acuh, tak memusatkan perhatian, bermain di

    samping yang bersemangat belajar, meningkatkan dan menyadarkan

    pengajar untuk memilih satu diantara beberapa peran : penasihat, fasilitator,

    instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah atau pendidik,

    unjukkerja rekayasa pedagogis : semua siswa berhasil, mengubahsiswa

    tak minat menjadi bersemangat belajar, siswa cerdas tak berminat menjadi

    bersemangat belajar (Dalyono M. 2007).

    http://www.ugmc.bizland.com/ak-ertimotivasi.htmhttp://www.ugmc.bizland.com/ak-ertimotivasi.htmhttp://www.ugmc.bizland.com/ak-ertimotivasi.htm
  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    8/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    8

    Fungsi guru dalam pendekatan terpadu adalah untuk lebih membebaskan

    murid dari ketergantungan kepada guru, dengan tujuan akhir mengembangkan

    responsibilitas murid untuk belajar sendiri. Guru hanya membantu mereka

    dengan memberikan pilihan-pilihan yang masuk akal bagi pikiran mereka, dan

    jika perlu guru bisa menolak memberikan bantuan untuk hal- hal yang bisa

    ditangani oleh murid sendiri.

    Lebih jauh, David Mills dan Stanley Scher dalam ( Rachmahana,R. Syifa 2008)

    memaparkan tujuan pendidikan terpadu ini secara detail sebagai berikut :

    a. Membantu murid untuk mengalami proses ilmu pengetahuan, termasuk

    penemuan ide-ide baru, baik proses intelektual maupun afektif.

    b. Membantu murid dalam mencapai kemampuan untuk menggali dan mengertidiri mereka sendiri dan lingkungan sekitarnya dengan cara yang ilmiah.

    c. Meningkatkan pengertian dan ingatan terhadap konsep-konsep dan ide-ide

    dalam ilmu pengetahuan.

    d. Menggali bersama-sama murid, implikasi-implikasi dari aplikasi yang mungkin

    dari ilmu pengetahuan.

    e. Memungkinkan murid untuk menerapkan baik proses maupun pengetahuan

    ilmiah untuk diri mereka, serta meningkatkan kesadaran murid terhadap dunia

    mereka dan setiap pilihan yang mereka ambil.

    Penerapan metode gabungan antara kognitif dan afektif ini menunjukkan hasil

    yang lebih efektif dibanding pengajaran yang hanya menekankan aspek

    kognitif. Para siswa merasa lebih cepat menangkap pelajaran dengan

    menggunakan fantasi, role playing dan game , misalnya mengajarkan teori

    Newton dengan murid berperan sebagai astronot.

    Menurut Mulyasa (2004 : 105) terdapat berbagai upaya yang dapat

    dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran antara lain : peningkatan

    aktivitas dan kreatifitas peserta didik, peningkatan disiplin belajar, dan

    peningkatan motivasi belajar. Pendekatan yang sangat membantu meningkatkan

    kemampuan berfikir kritis dan kreatif adalah pendekatan yang merupakan

    metode untuk mengembangkan motivasi dan minat peserta didik dalam diskusi

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    9/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    9

    kelompok kecil. Peningkatan motivasi dapat menjadi pendorong peserta didik

    untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Dalam kaitan ini guru dituntut memiliki

    kemampuan membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga dapat mencapai

    hasil belajar yang diharapkan.

    Mohamad Nur (2001: 2) mengemukakan bahwa banyak faktor yang

    mempengaruhi kemauan untuk melakukan upaya dalam pembelajaran, terentang

    dari kepribadian, kemampuan siswa sampai tugas-tugas pembelajaran,

    perangsang untuk belajar, tatanan pelajaran, dan perilaku guru. Tugas pendidik

    menemukan, menggugah, dan mempertahankan motivasi siswa untuk belajar,

    dan terlibat dalam aktivitas yang menuju pada pembelajaran, sehingga motivasi

    siswa dalam pembelajaran akan meningkat. Meningkatnya motivasi belajarsiswa, dan meningkatnya perbuatan untuk tuntas belajar, dapat meningkatkan

    hasil belajar

    d. Belajar Mandiri (Self-Directed Learning)

    Fenomena kemandirian dalam belajar (self-direction in learning) pada

    pendidikan jarak jauh dijelaskan pada berbagai literatur dengan menggunakan

    label atau istilah dari konsep belajar mandiri atau self-directed learning (Candy,

    1991; Hiemstra, 1998; Knowles, 1975; Moore, 1983, 1986; Moore & Kearsley,

    1996; Simpson, 2000). Pada penelitian ini, kemampuan belajar mandiri yang

    dimiliki oleh pebelajar didefinisikan sebagai kemampuan untuk berinisiatif dalam

    mengatur (regulate), mengelola dan mengontrol proses belajarnya untuk

    mengatasi berbagai masalah dalam belajar dengan mempergunakan berbagai

    alternatif atau strategi belajar (Jarvis, 1990). Dalam (Darmayanti, 1993)

    Kata kunci dari belajar mandiri adalah adanya inisiatif atau sikap

    proaktif dari seseorang untuk mengelola belajarnya (Hiemstra, 1998; Knowles,

    1975). Definisi tersebut menjelaskan bahwa belajar mandiri adalah tipe belajar

    yang dibedakan dengan belajar yang diarahkan oleh orang lain atau teacher-

    directed learning. Pada teacher-directed learning, siswa lebih bersikap reaktif

    dalam proses belajar yang diarahkan oleh guru (Darmayanti, 1993). Pada

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    10/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    10

    konteks pendidikan jarak jauh, pebelajar yangmandiri memiliki kemampuan untuk

    belajar pada kondisi yang menuntut dirinya untuk belajar tanpa tergantung

    sepenuhnya dengan pengajar. Menurut Candy (1991), dimensi belajar mandiri

    ada empat, yaitu a) otonomi diri;b) pengelolaan diri; c) kebutuhan belajar yang

    mandiri; d) kontrol pebelajar terhadap pembelajaran. . (Darmayanti, 2008;70)

    e. Self-Regulated Learning

    Teori-teori self-regulation memfokuskan pada bagaimana pebelajar

    menggerakkan, mengubah, dan mempertahankan kegiatan belajar baik secara

    sendiri maupun pada lingkungan sosialnya, dalam konteks instruksional informal

    maupun formal (Zimmerman & Schunk, 1989). Ajisuksmo (1996) memperjelasbahwa self-regulated learning terjadi bila siswa secara sistematis mengarahkan

    perilaku dan kognisi mereka ke arah pencapaian tujuan belajar. Pebelajar yang

    memiliki kemampuan self-regulated learning akan menunjukkan karakteristik

    memiliki tujuan, bersifat strategis dan persisten dalam belajar (Purdie, Hattie, &

    Douglas (1996).

    Self-regulated learning merupakan aspek penting dari prestasi akademik

    mahasiswa (Hofer, Yu, & Pintrich, 1998; Pintrich & De Groot, 1990). Hasil

    berbagai studi terdahulu yang dilakukan oleh Pintrich dan De Groot (1990),

    Schunk dan Zimmerman (1994), Zimmerman dan Martinez-Pons (dalam Wolters,

    1998), mengungkapkan bahwa pebelajar yang lebih sadar dan menerapkan

    kontrol yang lebih besar terhadap proses kognitif cenderung lebih sukses hasil

    belajarnya. Zimmerman (1998) menjelaskan lebih lanjut bahwa siklus self-

    regulated learning dapat dikelompokkan menjadi tiga tahapan, yaitu tahap: (1)

    pemikiran awal; (2) kontrol terhadap pelaksanaan atau kemauan; (3) Tahap

    refleksi diri. Vermunt (1998) mengemukakan bahwa komponen belajar pada self-

    regulated learningterdiri dari empat yaitu: (1) keterampilan memproses,

    disebut juga cognitive skills; (2) keterampilan regulasi diri; (3) konsep

    belajar;(4) orientasi belajar. Topik-topik self-regulationsangat erat dihubungkan

    dengan motivasi (Pintrich & Schunk; 1996). Siswa yang termotivasi untuk meraih

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    11/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    11

    tujuan akan melibatkan kegiatan self-regulation yang mereka percaya dapat

    membantu mereka (misalnya menghafal materi yang dipelajari, memperjelas

    informasi yang tidak jelas). Sebagai gantinya, self-regulation meningkatkan

    belajar, dan persepsi kompetensi yang lebih besar untuk melanjutkan motivasi

    dan self-regulation untuk meraih tujuan baru (Schunk, 1991 dalam Pintrich &

    Schunk, 1996). Secara teoritis, pebelajar yang memiliki kemampuan

    self-regulation secara aktif mengelola aspek motivasi yang melibatkan

    kemauan belajarnya. Menurut Corno (dalam Wolters, 1998), kemauan atau

    volitionmenjelaskan tentang proses yang terlibat untuk memelihara agar maksud

    (intention) atau tujuan terpenuhi, dan dibedakan dari motivasi yang hanya

    menyinggung proses awal yang diciptakan dari maksud atau tujuan. Peningkatanmotivasi diasumsikan dapat meningkatkan kemauan untuk belajar yang akan

    mengarahkan kemampuan belajar mandiri seseorang dan kemudian membantu

    orang tersebut untuk berprestasi. Pada penelitian ini, peningkatan keterampilan

    self-regulated learning diharapkan dapat memunculkan motivasi belajar yang

    kemudian akan mengarahkan kemauanseseorang untuk menjadi self- regulated

    learneryang mampu mandiri dalam belajarnya. . (Darmayanti, 2008;71)

    f. Pendidikan Karakter

    Pendidikan karakter akan memberikan bantuan sosial agar individu dapat

    tumbuh dalam menghayati kebebasannya dalam hidup bersama dengan orang

    lain di dunia. Pendidikan karakter sumber daya manusia bidang teknologi nuklir

    harus ditujukan untuk memenuhi 2 tujuan, yaitu pemenuhan kebutuhan

    internasional tanpa melupakan kebutuhan nasional. Pendidikan karakter bagi

    sumber daya manusia bidang teknologi nuklir harus berorientasi kepada

    penciptaan keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif. Keunggulan

    kompetitif dicapai dengan pendidikan karakter berbudaya keselamatan.

    Sedangkan keunggulan komparatif dicapai dengan penanaman wawasan

    kebangsaan. Dua hal tersebut diperlukan untuk menjawab dan memenuhi

    persyaratan kompetensi internasional serta meningkatkan daya saing bangsa

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    12/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    12

    dalam era globalisasi. Penanaman karakter tersebut dapat dilakukan dengan

    tepat mempergunakan metode Student Centered Learning (SCL). (Putero H.

    Susetyo, et all. 2008)

    Pemahaman bahwa hidup dalam masa ini seringkali membingungkan baik

    bagi orang tua maupun anak-anak. Ada banyak hal yang berubah di sekeliling

    kita dalam politik, sosial ekonomi, moral, dan spiritual. Di tengah perubahan itu

    tampak melemahnya penegakan disiplin dan peraturan, sehingga apa yang benar

    dan apa yang salah tidak jelas. Dengan kata lain, batas-batas moral menjadi

    kabur. Kekaburan ini menyebabkan memilih sesuatu yang benar dan tepat

    menjadi jauh lebih sukar, dan akibatnya salah pilih menjadi jauh lebih serius.

    Penegakan disiplin, peraturan dan batas-batas moral menjadi jelas dalam

    kehidupan seorang siswa dapat dikembalikan dengan melakukan pembinaan

    secara sengaja dan terarah. Pembinaan tersebut dilakukan dengan pelaksanaan

    dan pengembangan karakter dengan adanya banyak keluhan ketika terjadi

    interaksi antara orang tua dan guru tentang siswa. Banyak orang tua melaporkan

    anaknya enggan pergi ke sekolah, anak takut maju ke depan kelas ketika

    mendapat giliran atau anak tidak ada kemauan untuk belajar.

    Guru menyatakan bahwa banyak siswa kurang menunjukkan kesungguhandalam belajar dan kurang berusaha, terlambat datang, sering tidak membuat

    tugas, menyontek, kurang ramah, angkuh, meremehkan, bersikap kurang ajar,

    menentang dan berkecenderungan balas dendam, kurang tegar dan tangguh

    dalam menghadapi tekanan. ( Supriyadi J. Jaenudin, 2009)

    g. Peran Guru dalam Mewujudkan SDM yang Profesional

    Menurut Makagiansar (1996), memasuki abad 21 pendidikan akan

    mengalami pergeseran dan perubahan paradigma yang meliputi pergeseran

    paradigma: (1) dari belajar terminal ke belajar sepanjang hayat, (2) dari belajar

    berfokus penguasaan pengetahuan ke belajar holistik, (3) dari citra hubungan

    guru-murid yang bersifat konfrontatif ke citra hubungan kemitraan, (4) dari

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    13/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    13

    pengajar yang menekankan pengetahuan skolastik (akademik) ke penekanan

    keseimbangan fokus pendidikan nilai, (5) dari kampanye melawan buta aksara

    ke kampanye melawan buta teknologi, budaya, dan komputer, (6) dari

    penampilan guru yang terisolasi ke penampilan dalam tim kerja, dan (7) dari

    konsentrasi eksklusif pada kompetisi kerja sama. Pergeseran paradigma tersebut

    menuntut adanya upaya peningkatan kualitas di bidang pendidikan, yang bukan

    sekedar mengejar target output semata- mata, tetapi yang lebih penting adalah

    outcome, yaitu bagaimana kualitas lulusan (output) dalam menghadapi tantangan

    global di masa mendatang. Paradigma ini juga berimplikasi perlunya guru yang

    berkompeten dan professional untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan

    yang berkualitas, yang diharapkan dapat menghasilkan output dan outcome yangbaik sacara kuantitatif maupun kualitatif.

    Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

    mengajar, membimbing, mengarahakn, melatih, menilai, dan mengevaluasi

    peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

    dasar, dan pendidikan menengah (UU No. 14 tahun 2005 : 2) Dengan demikian,

    dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban : 1)

    merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang

    bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; 2) meningkatkan

    dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan

    sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; 3)

    bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,

    agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan

    status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; 4) menjunjung tinggi

    peraturan perundang-undangan, hokum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai

    agama dan etika; dan 5) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan

    bangsa.

    Berdasarkan undang-undang tersebut sangat jelas bahwa guru merupakan

    key person in classroom, sehingga guru memiliki peran yang sangat vital dan

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    14/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    14

    fundamental dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik siswa dalam

    proses pembelajaran. (UU No. 14 Tahun 2005, pasal 8 dan 10).

    www.unimed.ac.id/@/unimed/pegawaidoc/01.pdf aksess Nopember 2010

    (Davies dan Ellison, 1992). Karena peran mereka yang sangat penting itu,

    keberadaan guru bahkan tak tergantikan oleh siapapun atau apapun sekalipun

    dengan teknologi canggih. Alat dan media pendidikan, sarana prasarana,

    multimedia dan teknologi hanyalah media atau alat yang hanya digunakan

    sebagai teachers` companion(sahabatmitra guru).

    Guru memiliki peran yang amat penting, terutama sebagai agent of change

    melalui proses pembelajaran. Oleh karena itu, agar dapat berperan dengan

    efektif dan professional, guru harus memiliki beberapa persyaratan, antara lainketrampilan mengajar (teaching skills), berpengetahuan (knowledgeable),

    memiliki sikap profesionalisme (good professional attitude), memilih, menciptakan

    dan menggunakan media (utilizing learning media), memilih metode mengajar

    yang sesuai, memanfaatkan teknologi (utilizing technology), mengembangkan

    dynamic curriculum, dan bisa memberikan contoh dan teladan yang baik (good

    practices) (Hartoyo dan Baedhowi, 2005) dalam (Baedhowi, 2008)

    a. Teachin g Skil ls

    Guru yang prfesional dapat dilihat dari keterampilan mengajar ( teaching skills)

    yang mereka miliki. Keterampilan mengajar yang dimiliki oleh guru dapat dilihat

    dari beberapa indikator antara lain : 1) Guru sebagai pembimbing dan

    fasilitator yang mampu menumbuhkan belajar mandiri (self learning)pada diri

    siswa; 2) Memiliki interaksi yang tinggi dengan seluruh siswa di kelas; 3)

    Memberikan contoh, pekerjaan yang menantang (challenging work) dengan

    tujuan yang jelas (clear objectives); 4) Mengembangkan pembelajaran

    berbasis kegiatan dan tujuan; 5) Melatih siswa untuk bertanggung jawab

    terhadap pekerjaan mereka dan memiliki sense of ownership dan mandiri

    dalam pembelajaran; 6) Mengembangkan pembelajaran individu; 7)

    Melibatkan siswa dalam pembelajaran maupun penyelesaian tugas-tugas

    http://www.unimed.ac.id/@/unimed/pegawaidoc/01.pdfhttp://www.unimed.ac.id/@/unimed/pegawaidoc/01.pdfhttp://www.unimed.ac.id/@/unimed/pegawaidoc/01.pdf
  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    15/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    15

    melalui enquiry based learning, misalnya dengan memberikan pertanyaan

    yang baik dan analitis; 8) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif

    dan kondusif; 9) Memberikan motivasi dan kebangsaan yang tinggi; dan 10)

    Pengelolaan waktu yang baik.

    b. Know ledgeable

    Pengetahuan merupakan faktor utama dalam membentuk profesionalisme

    seseorang. Pengetahuan dapat diperoleh melalui : (1) academic proses

    pendidikan formal, (2)practical sessionpelatihan praktis, dan (3) life skills

    kecakapan hidup yang diperoleh melalui berbagai cara dan kegiatan.

    c. Professional Att i tude

    Sikap sangat berpengaruh terhadap profesionalisme seseorang guru. Sikaptersebut antara lain : (1) independencemandiri dan tidak selalu tergantung

    pada orang lain, dan (2) continous self-improvementselalu siap memperbaiki

    diri sendiri secara terus-menerus.

    d. Learning Equipment / Media

    Perlengkapan dan media pendidikan sangat perlu untuk mendukung

    profesionalisme guru. Guru dituntut mampu memilih, menggunakan dan

    bahkan menciptakan media pembelajaran. Media sedapat mungkin disediakan

    secara memadai dan lengkap (sufficient and complete) dan modern. Tanpa

    perlengkapan dan media yang lengkap dan modern, sekolah tak mampu

    memberikan hasil yang bagus.

    e. Techn ology

    Peran teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi (ITC) dalam

    pendidikan sangat penting, karena dapat membuat pembelajaran lebih

    bervariasi dan hidup (teaching more colourfull), apalagi jika diintegrasikan

    dengan multimedia.

    f . Curr iculum

    Kurikulum yang responsive, mampu menjawab tantangan dan kebutuhan

    masyarakat, dynamic (berkembang sejalan dengan perkembangan jaman),

    dan flexible yang dapat diadaptasikan dalam berbagai situasi dan kondisi,

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    16/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    16

    serta sesuai dengan kebutuhan siswa (students needs) merupakan suatu

    kebutuhan. Kurikulum yang dinamis memiliki cirri (1) disusun dengan baik

    (well-organized), (2) memiliki nilai tambah(added value), bukan hanya berisi

    materi yang harus dipelajari siswa, dan (3) terintegrasi ( integrated) dan bukan

    terkotakkotak. Dengan kurikulum yang demikian ini, guru akan lebih mudah

    dan terarah dalam mengembangkan dirinya menjadi guru yang professional

    tanpa harus terbebani karena kurikulum yang kaku, kurang fleksibel, dan

    mengambang tidak jelas.

    g. Goo d Examp les / Pract ices

    Pendidikan akan efektif apabila dibarengi dengan contoh atau teladan yang

    baik pula. Pemberian teladan yang baik oleh guru menuntut guru untuksenantiasa melakukan yang terbaik dan bertindak secara professional. Contoh

    atau teladan yang baik dapat membangun karakter (character building) seperti

    kepemimpinan, sikap menghormati, membantu orang lain, menjadi pendengar

    yang baik, bersikap demokratis, dan lain-lain. (Badhowi, 2008)

    Ilustrasi tersebut mempertegas keyakinan bahwa profesi guru merupakan

    bidang pekerjaan khusus dan significant yang dilaksanakan berdasarkan prinsip

    sebagaimana tertuang dalam UU Nomor 14 tahun 2005 sebagai berikut: a. memiliki

    bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; b. memiliki komitmen untuk

    meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia; c. memiliki

    kualifikasi akademik, dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; d.

    memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. memiliki

    tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; f. memperoleh penghasilan

    yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; g. memiliki kesempatan untuk

    mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang

    hayat; h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

    keprofesionalan ; dan memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan

    mengatur halhal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Dengan kata

    lain, guru yang professional wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

    sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    17/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    17

    mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi dasar yang harus dimiliki guru

    meliputi kompetensipaedagogik, kompetensi

    personal atau kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang

    diperoleh melalui pendidikan profesi (UU No. 14 Tahun 2005, pasal 8 dan 10).

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    18/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    18

    h. Pembahasan

    a. Strategi Peningkatan Profesionalisme Guru

    Menyikapi tuntutan profesionalisme guru yang sarat dengan tuntutan

    akademis dan non akademis, membuat kita semakin prihatin apabila

    tuntutan tersebut tak dapat dipenuhi; dan apabila persyaratan sudah

    dipenuhi apakah kesejahteraan mereka juga terpenuhi. Dua hal inilah

    yang seringkali menjadi sebuah dikotomi yang berkepanjangan, sehingga

    tidak mengherankan apabila ada guru yang terpaksa mengajar ala

    kadarnya karena capai dan ngantuk setelah semalaman dia terpaksa

    harus ngojek atau menjadi pengemudi pocokan atau bahkan menjualjasa sebagai penjaga malam dab sebagainya untuk memenuhi kebutuhan

    hidup keluarganya karena penghasilan mereka sebagai guru masih dapat

    memenuhi kebutuhannya (Hartoyo, 2007). Dalam ( Baedhowi, 2008)

    Contoh contoh lain tentang guru yang harus melakukan kerja

    sambilan banting tulang banyak kita jumpai di sekitar kita, yang tentu

    saja berpengaruh terhadap profesionalisme dan kualitas mengajar mereka.

    Memang serba salah, jika tidak mencari sambilan kebutuhan mereka tak

    terpenuhi, tetapi jika mengerjakan kerja sambilan kualitas mengajar

    mereka cenderung berkurang. Di samping itu, guru juga seringkali

    dijadikan kambing hitam apabila hasil belajar siswa kurang

    menggembirakan, misalnya banyak siswa yang nilai UN-nya jelek, banyak

    yang tidak lulus, banyak yang tidak naik kelas dan sebagainya. Menyikapi

    hal ini, pemerintah tidak tinggal diam. Upaya-upaya untuk meningkatkan

    kesejahteraan guru telah dan terus dilakukan sejalan dengan UU No. 14

    Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Dalam Undang Undang tersebut

    ( Baedhowi, 2008)

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    19/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    19

    b. Motivasi dari segi Teori Psikologi Belajar

    Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan maka bersamaan

    dengan itu bermunculan pula berbagai teori tentang belajar. Dalam masa

    perkembangan psikologi pendidikan ini muncullah secara beruntun

    beberapa aliran psikologi pendidikan masing-masing

    1. Psikologi Behivioristik

    2. Psikologi Kognitif

    3. Psikologi Humanistik

    1. Prespektif Behivioristik, motivasi dipandang dalam pengertian yang

    sangat pasti. Ia sekedar pengharapan imbalan. Terdorong untukmemdapatkan imbalan positif, dan terdorong oleh imbalan-imbalan yang

    diterima karena prilaku-perilaku tertentu. ( Brown Douglas. 2008)

    Menurut Skinner Palvov dan Thorndike menempatkan motivasi di pusat

    teori tentang prilaku manusia. Dalam pandangannya behivioristik

    performa dalam kegiatan dan motivasi untuk melakukan itu tampaknya

    bergantung pada faktor-faktor eksternal: orang tua, guru, teman

    sebaya, persyaratan pendidikan, spesifikasi kerja dan seterusnya.

    Teori ini memandang manusia sebagai produk lingkungan. Artinya,

    segala perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di

    dalam lingkungan sekitarnya. Di mana lingkungan tempat manusia

    tinggal, di sanalah seluruh kepribadiannya akan terbentuk. Lingkungan

    yang baik akan membentuk manusia menjadi baik. Juga sebaliknya,

    lingkungan yang jelek akan menghasilkan manusia-manusia yang

    bermental jelek sesuai dengan kondisi lingkungan tadi. Selain itu,

    konsep belajar behavioristik juga menjelaskan bahwa belajar itu adalah

    perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara

    konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang

    menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-

    hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak,

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    20/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    20

    baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar.

    Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik

    terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan

    kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon) (Dalyono. M. 2007)

    Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya

    asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S)

    dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan

    eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk

    beraksi atau berbuat, sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku

    yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dalam hal ini, akan

    menjadi lebih kuat atau lebih lemah dalam terbentuknya atau hilangnyakebiasaan-kebiasaan. Oleh karena itu, teori belajar yang dikemukakan

    oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme

    atau teori asosiasi. ( http://www.psikomedia.com article pdf.) Aksess

    November 2010

    Objek penelitian dihadapkan kepada situasi baru yang belum

    dikenal dan dibiarkan objek melakukan berbagai pola aktivitas untuk

    merespon situasi itu. Dalam hal ini objek mencoba berbagai cara

    bereaksi sehingga menemukan keberhasilan dalam membuat koneksi

    sesuatu reaksi dengan stimulasinya. Cirri-ciri belajar dengan trial and

    error yaitu:

    1 Ada motif pendorong aktivitas

    2 Ada berbagai respon terhadap situasi

    3 Ada eliminasi respon-respon yang gagal/salah

    4 Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan

    Dalam pengajaran, operants conditioning menjamin respon-respon

    stimulus, apabila murid tidak menunjukan reaksi-reaksi terhadap

    stimulus, guru tidak mungkin dapat membimbing tingka lakunya kearah

    tujuan behavior. Guru berperan penting di dalam kelas untuk

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    21/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    21

    mengkontrol dan mengarahkan kegiatan belajar kea rah tercapainya

    tujuanyang telah dirumuskan

    Jenis-jenis stimulus.

    1) Positive reinforsment; penyajian stimulus yang meningkatkan

    probabilitas suatu respon

    2) Negative reinforsment; pembatasan stimulus yang tidak

    menyenangkan, yang jika dihentikan akan mengakibatkan

    probabilitas respon

    3) Hukuman; pemberian stimulus yang tidak menyenangkan, misalnya

    consideration or reprimand bentuk hukuman. (Dalyono, M. 2007)

    2. Prespektif Kognitif. motivasi lebih menekankan pada keputusan

    keputusan individual, pilihan-pilihan yang dibuat orang demi

    pengalaman atau tujuan tertentu yang hendak mereka dekati atau

    hindari

    Keller, 1983 seorang psokolog kognitif melihat kebutuhan atau

    dorongan dasar sebagai kekuatan pendesak dibalik keputusan-

    keputusan kita.

    sementara Ausubel 1968. Mengidentifikasi enam kebutuhan yang

    menopang konsep motivasi yaitu:

    a) Kebutuhan eksplorasi, melihat sisi lainpegunungan menyelidiki yang

    tidak diketahui

    b) Kebutuhan manipulasi, mempengaruhi dalam Skinner lingkungan

    yang menyebabkan perubahan.

    c) Kebutuhan aktivitas, gerakan dan latihan baik fisik maupun mental

    d) Kebutuhan Stimulasi, kebutuhan untuk dirangsang oleh lingkungan,

    oleh orang lain, atau ide-ide pikiran dan perasaan.

    e) Kebutuhan pengetahuan, kebutuhan untuk memproses dan

    menanamkan hasil-hasil eksplorasi, manipulasi aktivitas, dan

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    22/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    22

    stimulasi, untuk menyelesaikan pertentangan, mencari penyelesaian

    bagi berbagai masalah dan mencari system pengetahuan yang stabil

    f) Kebutuhan peningkatan ego, kebutuhan agar diri dikenal dan diterima

    dan disetujui oleh orang lain. Sebagaimana yang disebutkan oleh

    Dornyei 2005 sebagai system diri.

    Teori Belajar Cognetive- Developmental dari Piaget memandang

    bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari

    kongkrit menuju abstrak.

    Menurut piaget tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur

    yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Kemudian dalam teori

    komprehens i f tentang perkembangan intelegensi atau proses berpikir.

    Menurut piaget,pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-

    kemampuan mental baru yang sebelumnya belum ada. Pertumbuhan

    intelektual adalah tidak kuantitatif melainkan kualitatif.

    Para ahli biologi menekankan penjelasan tentang pertumbuhan

    struktur yang memungkinkan individu mengalami penyesuaian diri dengan

    lingkungan. Hal ini membuat piaget melakukan penelitian menyelidiki

    masalah yang sama dari segi penyesuaian / adaptasi manusia serta

    meneliti perkembangan intelektual atau kognisi. Berdasarkan dalil bahwa

    struktur intelektual terbentuk di dalam individu akibat interaksinya dengan

    lingkungan.

    Piaget mengunakan istila scheme secara interchangeably

    dengan istilah struktur scheme adalah pola tingka laku yang dapat

    diulang Scheme berhubungan dengan:

    1. Refleks-refleks pembawaan; misalnya bernafas, makan, minum.

    2. Scheme mental; misalnya Scheme of classification, scheme of

    operation (pola tingkah laku yang masihsulit diamati seperti sikap, ) dan

    scheme of operation (pola tingkah laku yang dapat diamati )

    Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu:

    1. Struktur yang disebut juga scheme, seperti yang dikemukakan diatas.

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    23/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    23

    2. Isi, disebut juga conten, yaitu pola tingkah laku spesifik tetkala

    individu menghadapi sesuatu masalah.

    3. Fungsi, disebut juga function yang berhubungan dengan cara

    seseorang mencapai tujuan intelektual.

    Organisasi : berupa kecakapan seseorang / organism dalam menyusun

    proses-proses fisis dan phisis dalam bentuk system-sistem yang koheren.

    Adaptasi : yaitu adaptasi individu terhadap lingkungan. Adaptasi ini terdiri

    dari dua macam proses komplementer yaitu asimilasi da akomodasi.

    Asimi lasi : proses pengunaan struktur atau kemampuan individu untuk

    menghadapi masalah dalam lingkungannya, sedangkan Akomodasi,

    proses perubahan respon individu terhadap stimulasi lingkungan.Secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan intelektual anak

    mengandung tiga aspek yaitu: struktur, konten, function. Anak yang

    sedang meng alami perkembangan. Fungsi dan adaptasi akan tersusun

    sehingga melahirkan sesuatu rangkaian perkembangan, masing-masing

    mempunyai struktur psikologis khusus yang menentukan kecakapan pikiran

    anak.

    Menurut piaget intelegensi adalah sejumlah struktur psikologis yang ada

    pada tingkat perkembangan khusus.

    Tahap-tahap perkembangan menurut Piaget yaitu:

    1. Kematangan

    2. Pengalaman fisik/ lingkungan

    3. Transmisi social

    4. Equilibrium atau self regulation.

    Selanjtnya piaget membagi tingkat-tingkat perkembangan yaitu:

    1. Tingkat sensoris motoris : umur 0 - 2 Tahun

    2. Tingkat preoperasional : umur 2 - 7 tahun

    3. Tingkat operasi konkret : umur 7 - 11 tahun

    4. Tingkat operasi formal : umur 11 thn keatas.

    tingkat-tingkat perkembangan tersebut tiap anak berbeda (Dalyono, 2007)

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    24/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    24

    3.Prespektif Humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi manusia

    dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan

    menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan

    pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal,

    otonomi, tujuan dan pemaknaan.

    James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari

    psikologi humanistik, yaitu:

    (1) keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-

    komponen;

    (2) manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan denganmanusia lainnya;

    (3) manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan

    hubungan dengan orang lain;

    (4) manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas

    pilihan-pilihanya; dan

    (5) manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai

    dan kreativitas.

    namun beberapa ahli psikologi yang telah memberikan sumbangan

    pemikirannya terhadap perkembangan psikologi humanistik.

    Snyggs dan Combs (1949) dari kelompok fenomenologi yang mengkaji

    tentang persepsi.Dia percaya bahwa seseorang akan berperilaku sejalan

    dengan apa yang dipersepsinya. Menurutnya, bahwa realitas bukanlah

    sesuatu yang melekat dari kejadian itu sendiri, melainkan dari persepsinya

    terhadap suatu kejadian.

    Dari pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada

    kebutuhan psikologis tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil

    pemikirannya telah membantu guna memahami tentang motivasi dan

    aktualisasi diri seseorang, yang merupakan salah satu tujuan dalam

    pendidikan humanistik.

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    25/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    25

    Morris (1954) meyakini bahwa manusia dapat memikirkan tentang proses

    berfikirnya sendiri dan kemudian mempertanyakan dan mengoreksinya. Dia

    menyebutkan pula bahwa setiap manusia dapat memikirkan tentang

    perasaan-persaannya dan juga memiliki kesadaran akan dirinya. Dengan

    kesadaran dirinya, manusia dapat berusaha menjadi lebih baik.

    Carl Rogers berjasa besar dalam mengantarkan psikologi humanistik

    untuk dapat diaplikasian dalam pendidikan. Dia mengembangkan satu

    filosofi pendidikan yang menekankan pentingnya pembentukan pemaknaan

    personal selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan melalui

    upaya menciptakan iklim emosional yang kondusif agar dapat membentuk

    pemaknaan personal tersebut. Dia memfokuskan pada hubunganemosional antara guru dengan siswa.

    http://en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_education aksess November 2010

    Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting.

    Dalam proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinya memperhatikan

    teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa

    anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak

    tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak

    memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru tidak bisa

    menyalahkan anak atas kejadian ini secara langsung, sebelum memahami

    barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di

    bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut

    belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup, semalam tidak tidur

    dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi / keluarga yang membuatnya

    cemas dan takut, dan lain-lain. (Rachmahana,R. Syifa 2008)

    c. Peran Motivasi Dalam Regulasi Diri Dan Karakter Guru

    1 Motivasi dan Regulasi Diri dalam Pembelajaran

    Saljo (1979) dalam Maharani Anita,2009 melakukan suatu penelitian

    dengan bertanya pada beberapa siswa yang telah dewasa (adult students)

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    26/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    26

    tentang apakah yang mereka pahami tentang belajar. Respon dari

    responden tersebut diklasifikasi oleh Saljo menjadi lima kategori, yakni:

    (1) belajar adalah peningkatan pengetahuan secara kuantitatif, karena

    belajar memerlukan informasi atau mengetahui lebih banyak.

    (2) Belajar seperti mengingat. Belajar adalah menyimpan informasi yang

    dapat direproduksi.

    (3) Belajar seperti memperoleh fakta, keahlian, dan metode yang dapat

    bertahan dan digunakan saat diperlukan.

    (4) Belajar seperti sesuatu yang masuk akal atau membuat abstraksi dari

    sebuah arti. Belajar melibatkan hubungan antara materi de- ngan

    dunia nyata.(5) Belajar sebagai menginterpreta- si sesuatu dan memahami realita

    dalam pandangan berbeda.

    Komponen motivasi yang menpunyai hubungan dengan komponen regulasi

    diri untuk belajar (self-regulated learning), yakni:

    (1) komponen ekspetasi seperti keyakinan mahasiswa terhadap

    kemampuan mereka untuk melakukan suatu tugas, dalam hal ini

    keyakinan diri (self efficacy),

    (2) komponen nilai seperti tujuan mahasiswa dan keyakinannya tentang

    pentingnya dan ketertarikan atas sesuatu, dalam hal ini nilai intrinsik

    (intrinsic value), dan

    (3) komponen afektif seperti reaksi emosional mahasiswa terhadap tugas,

    dalam hal ini kegelisahan atas tes (test anxiety).

    Self-regulated learning menganggap bahwa responden relatif

    mencerminkan diri mereka. Menurut Zimmerman (2001, 2002), dalam

    (Maharani Anita,2009) karakteristik siswa yang memiliki regulasi diri adalah

    berpartisipasi aktif dalam belajar baik dilihat dari sudut pandang

    metakognitif, motivasi, maupun perilaku- nya. Atribut karakteristik tersebut

    berhubungan juga dengan kinerja tinggi siswa dengan kapasitas tinggi

    sebagaimana pada mereka yang memiliki kendala dalam belajar.

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    27/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    27

    Menjelang akhir tahun 1980an, Zimmerman dan Martinez Pons

    mengembangkan sebuah pendekatan pembelajaran yang disebut regulasi

    diri dalam belajar atau Self-Regulated Learning (SRL) (Smith, 2001). SRL

    adalah sebuah strategi regulasi diri dalam belajar yang didasari oleh asumsi

    triadik resiprokalitas. Asumsi ini menyatakan bahwa pengelolaan diri dalam

    belajar dipengaruhi oleh interaksi antara faktor individu, perilaku, dan

    lingkungan (Bandura, 1997). Setiap faktor menjadi kausalitas bagi faktor

    yang lain, oleh karena itu disebut Triadic Reciprocality Theory(Zimmerman,

    1989; Kuiper, 2002; Schunk & Ertmer, 1999). dalam (Sucipto et all 2007 )

    Seorang siswa dianggap melakukan regulasi diri jika secara metakognisi,

    motivasional, dan bahavioral berpartisipasi aktif selama dalam situasipembelajaan (Nisbet & Shucksmith, 1986; Zimmerman, 1989, 1990) Ada

    tiga komponen teoritis yang menggambarkan proses regulasi diri dalam

    bidang pendidikan, yaitu

    1) strategi belajar (learning strategi),

    2) strategi pengelolaan (management strategi),

    3) pengetahuan tentang belajar atau knowledge of learning (Kermarrec,

    dkk. 2004).

    Strategi belajar merupakan strategi utama yang mengindikasikan tentang

    cara siswa memilih dan memproses informasi yang disajikan dalam

    pelajaran.

    Strategi pengelolaan adalah strategi pendukung yang merepresentasikan

    tentang bagaimana siswa secara mental mengorganisasi lingkungan belajar

    dan memfasilitasi pemrosesaninformasi.

    Adapun pengetahuan tentang belajar berkenaan dengan informasi

    umum yang digunakan oleh siswa untuk menjelaskan cara-cara strategik

    dalam belajar (Kermarrec, dkk., 2004).

    Komponen strategi belajar terdiri atas 6 subkomponen, yaitu (1)

    mendengarkan instruksi; (2) berfikir dan menemukan pemahaman; (3)

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    28/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    28

    melihat dan meniru; (4) memvisualisasikan dan membayangkan; (5)

    memfokuskan perhatian; (6) mengulang dan melatih.

    Kom ponen st rategi pengelo laan mencakup 7 su bkomp onen, yaitu: (1)

    mengelola perhatian; (2) mencari bantuan; (3) mengelola tugas dan menye-

    suaikan tingkat kesulitan; (4) mengelola waktu; (5) mengurangi interaksi

    teman sebaya; (6) mengelola motivasi; (7) melakukan evaluasi diri.

    Adapu n komponen strategi pengetahuan tentang belajar memil ik i 4

    subkomponenyaitu adalah (1) pengetahuan tentang diri; (2) pengetahuan

    tentang strategi; (3) pengetahuan tentang situasi; (4) pengetahuan tentang

    orang lain.

    Semua kategori komponen tersebut diasosiasi dalam tiga bentukmodel regulasi diri dalam pendidikan yaitu model latihan atau pengulangan,

    penggunaan informasi verbal,dan informasi nonverbal (Sucipto et all, 2007)

    Namun demikian, seiring dengan perkembangan psikologi kognitif, maka

    berkembang pula cara guru dalam mengevaluasi pencapaian hasil belajar,

    terutama untuk domain kognitif. Saat ini, guru dalam mengevaluasi

    pencapaian hasil belajar hanya memberikan penekanan pada tujuan kognitif

    tanpa memperhatikan dimensi proses kognitif, khususnya pengetahuan

    metakognitif dan keterampilan metakognitif. Akibatnya upaya-upaya untuk

    memperkenalkan metakognisi dalam menyelesaikan masalah kepada

    siswa sangat kurang atau bahkan cenderung diabaikan.

    Schoenfeld (1992) mengemukakan secara lebih spesifik bahwa

    terdapat tiga cara untuk menjelaskan metakognisi dalam pembelajaran

    yaitu: (a) keyakinan dan intuisi, (b) pengetahuan tentang proses berpikir,

    dan (c) kesadaran-diri (regulasi-diri). Keyakinan dan intuisi menyangkut ide-

    ide yang disiapkan untuk menyelesaikan masalah. ide-ide tersebut

    membentuk jalan/cara untuk menyelesaikan masalah. Pengetahuan tentang

    proses berpikir menyangkut seberapa akurat seseorang dalam menyatakan

    proses berpikirnya. Sedangkan kesadaran-diri atau regulasi-diri menyangkut

    keakuratan seseorang dalam menjaga dan mengatur apa yang harus

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    29/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    29

    dilakukannya ketika menyelesaikan masalah , dan seberapa akurat

    seseorang menggunakan input dari pengamatannya untuk mengarahkan

    aktivitas-aktivitas menyelesaikan masalah.

    ONeil & Brown (1997) menyatakan bahwa metakognisi sebagai

    proses di mana seseorang berpikir tentang berpikir dalam rangka

    membangun strategi untuk memecahkan masalah. Sedang Anderson &

    Kathwohl (2001) menyatakan bahwa pengetahuan metakognisi adalah

    pengetahuan tentang kognisi, secara umum sama dengan kesadaran dan

    pengetahuan tentang kognisi-diri seseorang. Karena itu dapat dikatakan

    bahwa metakognisi merupakan kesadaran tentang apa yang diketahui dan

    apa yang tidak diketahui. Sedang strategi metakognisi merujuk kepada cara

    untuk meningkatkan kesadaran mengenai proses berpikir dan pembelajaran

    yang berlaku sehingga bila kesadaran ini terwujud, maka seseorang dapat

    mengawal pikirannya dengan merancang, memantau dan menilai apa yang

    dipelajarinya.

    Metakognisi merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell

    pada tahun 1976 dan menimbulkan banyak perdebatan pada

    pendefinisiannya. Hal ini berakibat bahwa metakognisi tidak selalu samadidalam berbagai macam bidang penelitian psikologi, dan juga tidak dapat

    diterapkan pada satu bidang psikologi saja. Namun demikian, pengertian

    metakognisi yang dikemukakan oleh para peneliti bidang psikologi, pada

    umumnya memberikan penekanan pada kesadaran berpikir seseorang

    tentang proses berpikirnya sendiri.

    Wellman (1985) menyatakan bahwa:

    Metacognition is a form of cognition, a second or higher order thinking

    process which involves active control over cognitive processes. It can be

    simply defined as thinking about thinking or as a persons cognition

    about cognition

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    30/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    30

    Metakognisi sebagai suatu bentuk kognisi, atau proses berpikir dua

    tingkat atau lebih yang melibatkan pengendalian terhadap aktivitas kognitif.

    Karena itu, metakognisi dapat dikatakan sebagai berpikir seseorang tentang

    berpikirnya sendiri atau kognisi seseorang tentang kognisinya sendiri. Selain

    itu, metakognisi melibatkan pengetahuan dan kesadaran seseorang tentang

    aktivitas kognitifnya sendiri atau segala sesuatu yang berhubungan dengan

    aktivitas kognitifnya (Livingston, 1997; Schoenfeld, 1992; dan Sukarnan,

    2005). Dengan demikian, aktivitas kognitif seseorang seperti perencanaan,

    monitoring, dan mengevaluasi penyelesaian suatu tugas tertentu

    merupakan metakognisi secara alami (Livingston, 1997).

    Metakognisi mengacu pada pemahaman seseorang tentang

    pengetahuannya, sehingga pemahaman yang mendalam tentang

    pengetahuannya akan mencerminkan penggunaannya yang efektif atau

    uraian yang jelas tentang pengetahuan yang dipermasalahkan. Hal ini

    menunjukkan bahwa pengetahuan-kognisi adalah kesadaran seseorang

    tentang apa yang sesungguhnya diketahuinya dan regulasi-kognisi adalah

    bagaimana seseorang mengatur aktivitas kognisifnya secara efektif. Karena

    itu, pengetahuan-kognisi memuat pengetahuan deklaratif, prosedural, dan

    kondisional, sedang regulasi-kognisi mencakup kegiatan perencanaan,

    prediksi, monitoring (pemantauan), pengujian, perbaikan (revisi),

    pengecekan (pemeriksaan), dan evaluasi.

    Baker & Brown, Gagne (Mohamad Nur, 2000) mengemukakan bahwa

    metakognisi memiliki dua komponen, yaitu (a) pengetahuan tentang kognisi,

    dan (b) mekanisme pengendalian diri dan monitoring kognitif.

    b. Motivasi Dalam Pembentukan Karakter Guru

    Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.

    Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup serta

    mengembangkan karakter individu. Mengajar berarti meneruskan dan

    mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    31/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    31

    berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada individu yang

    menjadi peserta didik. Adapun tugas guru dalam bidang kemanusiaan di

    sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus

    mampu menarik simpati sehingga menjadi idola para peserta didiknya.

    Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, berdasarkan UU No

    14 tahun 2005 pasal 20, maka guru berkewajiban untuk: a. Merencanakan

    pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta

    menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran b. Meningkatkan dan

    mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan

    sejalan dengan perkembangan ilmu pengetauan, teknologi dan seni c.

    Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jeniskelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang

    keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran d.

    Menjungjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik

    guru serta nilai-nilai agama dan etika e. Memelihara dan memupuk

    persatuan dan kesatuan bangsa.

    Sedangkan peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar-

    mengajar Usman (2001:9-11) sebagai berikut.

    1. Guru Sebagai Demonstrator

    Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru

    hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan

    diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti

    meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilkinya karena hal

    ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Salah

    satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini

    berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia

    akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai

    bekal dalam melaksanakan tugasnnya sebagai pengajar dan demonstrator

    sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis.

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    32/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    32

    Maksudnya apa yang disampaiknnya itu betul-betul dimiliki oleh anak

    didik.

    Seorang guru juga hendaknya mampu memahami kurikulum, dan dia

    sendiri sebagai sumber belajar terampil dalam memberikan informasi

    kepada kelas. Sebagai pengajar ia pun harus membantu perkembangan

    anak didik untuk dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu

    pengetahuan. Untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk

    senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan.

    2. Guru Sebagai Pengelola Kelas

    Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager),

    guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar sertamerupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.

    Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah

    kepada tujuan pendidikan. Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam

    kelas tergantung pada banyak faktor, antara lain adalah guru, hubungan

    pribadi antara siswa di dalam kelas serta kondisi umum dan suasana di

    dalam kelas.

    Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan

    menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar

    dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khusunya

    ialah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat

    belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja

    dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang

    diharapkan. Sebagai manager guru bertanggung jawab memelihara

    lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar

    dan mengarahkan proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya.

    Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi

    juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif di

    kalangan siswa.Tanggung jawab yang lain sebagai manager yang penting

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    33/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    33

    bagi guru ialah membimbing pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari

    ke arah Self Directerd Behavior.

    3 Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator

    Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman

    yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan

    merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar-

    mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang

    sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian

    integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

    Sebagai mediator guru pun menjadi perantara dalam hubungan antar

    manusia. Untuk keperluan itu guru harus terampil mempergunakanpengetahuan tentang bagaimana yang berinteraksi dan berkomunikasi.

    Tujuannya agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas

    lingkungan yang interaktif.

    Dalam hal ini ada tiga macam kjegiatan yang dapat dilakukan oleh

    guru, yaitu mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik,

    mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan

    yang positif dengan para siswa. Sebagai fasilitator, guru hendaknya

    mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat

    menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang

    berupa narasumber, buku teks, majalah, internet, atau pun surat kabar.

    4. Guru Sebagai Evaluator

    Dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan, guru hendaknya menjadi

    seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui

    apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah

    materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut

    akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan

    penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan,

    penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan

    metode belajar.

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    34/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    34

    Tujuan lain dari penilaian diantaranya ialah untuk mengetahui

    kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian

    guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk kelompok

    siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya, jika

    dibandingkan dengan teman-temannya. Dengan menelaah pencapaian

    tujuan pelajaran, guru dapat mengetahui apakah proses belajar yang

    dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan, atau

    sebaliknya. Jadi, jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil

    melaksanakan penilaian karena dengan penilaian guru dapat mengetahui

    prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar.

    Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guruhendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh

    siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini

    merupakan umpan balik (feedback) terhadap proses belajar- mengajar.

    Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan

    meningkatkan proses belajar-mengajar selanjutnya. Dengan demikian

    proses belajar mengajar akan terus- menerus ditingkatkan untuk

    memperoleh hasil yang optimal.

    5. Peran Guru dalam Pengadministrasian

    Dalam hubungannya dengan pengadministrasian, seorang guru dapat

    berperan sebagai berikut. a. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilaian

    kegiatan-kegiatan pendidikan. Hal ini berarti guru turut serta memikirkan

    kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan serta nilainya. b. Wakil

    masyarakat yang berarti dalam lingkungan sekolah, guru menjadi anggota

    suatu masyarakat. Guru harus mencerminkan suasana dan kemauan

    masyarakat dalam arti yang baik. c. Orang yang ahli dalam mata

    pelajaran.

    Guru bertanggung jawab untuk mewariskan kebudayaan kepada

    generasi muda yang berupa pengetahuan. d. Penegak disiplin, guru harus

    menjaga agar tercapai suatu disiplin. e. Pelaksana administrasi

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    35/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    35

    pendidikan, di samping menjadi pengajar, guru pun bertanggung jawab

    akan kelancaran jalannya pendidikan dan ia harus mampu melaksanakan

    kegiatan-kegiatan administrasi. f. Pemimpin generasi muda, masa depan

    generasi muda terletak di tangan guru. Guru berperan sebagai pemimpin

    mereka dalam mempersiapkan diri untuk anggota masyarakat yang

    dewasa. g. Penerjemah kepada masyarakat, artinya guru berperan untuk

    menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada

    masyarakat, khususnya masalah- masalah pendidikan.

    6. Peran Guru Secara Pribadi

    Dilihat dari segi dirinya sendiri (self oriental), seorang guru harus berperan

    sebagai berikut. a. Petugas sosial, yaitu seorang yang harus membantuuntuk kepentingan masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru

    senantiasa merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk

    berpartisipasi di dalamnya. b. Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus

    menerus menuntut ilmu pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap saat

    guru senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu

    pengetahuan. c. Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah

    dalam pendidikan anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan

    sesudah keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah merupakan keluarga,

    guru berperan sebagai orang tua bagi siswa- siswanya. d. Teladan, yaitu

    senantiasa menjadi teladan yang baik untuk siswa. Guru menjadi ukuran

    norma-norma tingkah laku dimata siswa. e. Pencari keamanan, yaitu yang

    senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswa. Guru menjadi tempat

    berlindung bagi siswa-siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di

    dalamnya.

    7. Peran Guru Secara Psikologis

    Peran guru secara psikologis, guru dipandang sebagai berikut : a. Ahli

    psikologi pendidikan, yaitu petugas psikologi pendidikan, yang

    melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi. b. Seniman

    dalam hubungan antarmanusia (artist in human relation), yaitu orang yang

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    36/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    36

    mampu membuat hubungan antarmanusia untuk tujuan tertentu, dengan

    menggunakan teknik tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan. c.

    Pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan. d.

    Catalytic agent, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam

    menimbulkan pembaharuan. Sering pula peranan ini disebut sebagai

    inovator (pembaharu). e. Petugas kesehatan mental (mental hygiene

    worker) yang bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan mental

    khususnya kesehatan mental siswa.

    Pendidikan nilai merupakan proses penanaman dan pengembangan

    nilai- nilai pada diri seseorang. Dalam pengertian yang hampir sama,

    Mardiatmadja dalam Mulyana (2004:119) mendefinisikan pendidikan nilaisebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-

    nilai serta menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya.

    Pendidikan nilai tidak hanya merupakan program khusus yang diajarkan

    melalui sejumlah mata pelajaran, akan tetapi mencakup keseluruhan program

    pendidikan.

    Sasaran yang hendak dituju dalam pendidikan nilai adalah penanaman

    nilai-nilai luhur ke dalam diri peserta didik. Berbagai metoda pendidikan dan

    pengajaran yang digunakan dalam berbagai pendekatan lain dapat digunakan

    juga dalam proses pendidikan dan pengajaran pendidikan nilai. Hal tersebut

    penting untuk memberi variasi kepada proses pendidikan dan pengajarannya,

    sehingga lebih menarik dan tidak membosankan.

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    37/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    37

    C. KESIMPULAN

    1) Motivasi adalah daya pendorong dari keinginan kita agar terwujud. Energi

    pendorong dari dalam agar apapun yang kita inginkan dapat terwujud. Motivasi

    Belajar adalah dorongan untuk melakukan sesuatu proses dimana suatu

    organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman, dorongan ini bisa

    berasal dari diri individu itu sendiri maupun dorongan karena adanya

    perangsang dari luar diri individu.

    2) Motivasi erat sekali hubungannya dengan keinginan dan ambisi, bila salah

    satunya tidak ada, motivasi pun tidak akan timbul. Banyak dari kita yang

    mempunyai keinginan dan ambisi besar, tapi kurang mempunyai inisiatif dan

    kemauan untuk mengambil langkah untuk mencapainya. Ini menunjukkankurangnya enrgi pendorong dari dalam diri kita sendiri atau kurang motivasi.

    3) Motivasi akan menguatkan ambisi, meningkatkan inisiatif dan akan membantu

    dalam mengarahkan energi kita untuk mencapai apa yang kita inginkan.

    Dengan motivasi yang benar kita akan semakin mendekati keinginan kita.

    4) Guru memiliki peran strategis untuk menjadi bagian penting dalam upaya

    membangun karakter peserta didik. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui

    peran serta guru secara optimal dalam proses penyiapan peserta didik yang

    memiliki karakter sebagaimana disebutkan dalam UU No 20 Tahun 2003 Bab

    II Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Karakter dan

    mentalitas sumber daya manusia suatu bangsa akan menjadi pondasi dari tata

    nilai bangsa tersebut. Dalam tataran operasional, upaya-upaya nyata dalam

    membentuk dan memelihara karakter dan mentalitas tersebut bisa dilakukan

    oleh sosok guru professional. terfokus kepada empat kompetensi utama yakni

    kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan

    kompetensi professional harus dilandasi oleh konsepsi dan pendekatan-

    pendekatan dalam pendidikan nilai. Sehingga guru mampu menjadi model

    terbaik, dan tampil sebagai pribadi yang utuh/kaffah ditengah-tengah upayanya

    dalam melaksanakn tugas-tugas formal keguruan.

  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    38/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    38

    IV Daftar Pustaka

    Baedhowi, 2008. KHAZANAH PENDIDIKAN: Ju rnal I lmiah K ependidikan, Vol.

    I, No. 1 http://www.jurnal.ump.ac.id/.berkas /jurnal.pdf aksess

    Nopember 2010.

    Brown Douglas H, 2008 Terjemahan Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran

    Bahasaedisi kelima. Kedutaan Besar Amerika serikat Jakarta.

    Dalyono M. 2007,. Psikologi Pendidikan. Rineka cipta Jakarta

    Damayant Tri, 2008, Efektivitas Intervensi Keterampilan Self-Regulated Learning

    Dan Keteladanan Dalam Meningkatkan Kemampuan Belajar

    Mandiri Dan Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Jarak Jauh

    Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume 9, Nomor 2,September 2008, 68-82

    Triluqman H., 2007. Jurnal Belajar dan Motivasinya.http://www.heritl.blogspot.com

    aksess Nopember 2010

    http://www.psikomedia.com/ article pdf. Teori Psikologi Belajar dan Aplikasinya

    Dalam Pendidikan aksess November 2010

    http://www.ugmc.bizland.com/ak-ertimotivasi.htm aksess November 2010

    http://en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_education aksess November 2010

    http://en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_psychologyaksess November 2010

    Maharani Anita,2009. Inventarisasi Keyakinan Motivasi Dan Self-Regulated

    Learning Sebagai Petunjuk Metode Pengajaran Dan Perlakuan

    Lainnya . Jurnal Pendidikan Inovatif, Jilid 4, Nomor 2, http://

    www.find-docs.com motivasi-regulasi-diri-dan-karakteristik~1.html

    akses November 2010

    Mohamad Nur. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya: Universitas

    Negeri Surabaya.

    Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan

    Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

    Mulyana, Rohmat, 2004, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung, Alfabeta.

    http://www.heritl.blogspot.com/http://www.heritl.blogspot.com/http://www.ugmc.bizland.com/ak-ertimotivasi.htmhttp://www.ugmc.bizland.com/ak-ertimotivasi.htmhttp://en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_educationhttp://en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_educationhttp://en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_psychologyhttp://en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_psychologyhttp://en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_psychologyhttp://en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_educationhttp://www.ugmc.bizland.com/ak-ertimotivasi.htmhttp://www.heritl.blogspot.com/
  • 7/27/2019 motivasi belajar psikologi

    39/39

    Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Kependidikan 2010

    Putero H. Susetyo, Agung A, . Santosa B Haryono, 2008 Pendidikan Karakter

    Bagi Sumber Daya Manusia Dalam Bidang Teknologi Nuklir

    Seminar Nasional Iv Sdm Teknologi Nuklir Yogyakarta, 25-26

    agustus 2008 issn 1978-0176. Http:// www.pdfchaser.com

    /program pendidikan-karakter.html aksess nopember 2010

    Ratna Syifaa Rachmahana, 2008, Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam

    Pendidikan Jurnal Psikolohi Humanistik NO. 1. VOL. I. 2008.

    http://www.journal.uii.ac.id/ index.php/ JPI/ article. akses

    November 2010.

    Sobry Sutikno,2007, Peran Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa,

    Kamis, 11 September 2007.http:// www.depdiknas.go.id aksessNopember 2010

    Supriyadi J Jaenuddin, 2009 .Program Pendidikan Karakter, Tabloid No. 25 Thn

    VII edisi maret 2009 Jakarta. http://www.pdfchaser.com./ Program-

    Pendidikan/-Karakter.htmlaksess Nopember 2010

    Sucipto, Hidayat Y.,Budiman D.,Rahmat A., 2007. Implementasi Pendekatan Self-

    Regulated Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani.

    Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Hibah Kompetitif http://www.find-

    docs.com/ psikologi-regulasi-diri~7.htmlaksess November 2010

    Usman Moh Uzer.2001, Menjadi Guru Profesional, Bandung; Rosda Karya Kock

    UndangUndang Repoblik Indonesia no 14 tahun 2005. Tentang. Guru dan

    dosen http://www.unimed.ac.id/@/unimed/pegawaidoc/01.pdf

    Aksess Nopember 2010

    http://www.unimed.ac.id/@/unimed/pegawaidoc/01.pdfhttp://www.unimed.ac.id/@/unimed/pegawaidoc/01.pdf