8
1 FUNGSI PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES TRANSFORMASI BUDAYA Oleh : Lastiko Runtuwene, S.Ag, M.Pd PENDAHULUAN Kebudayaan sebagai dinamika kehidupan manusia akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan zaman, percepatan perkembangan ilmu dan teknologi, serta perkembangan proses pemikiran manusia. Perkembangan-perkembangan tersebut tidak dapat disangkal dipengaruhi oleh pendidikan. Kecuali itu pendidikan adalah bagian dari kebudayaan itu sendiri dan mempunyai pengaruh timbal-balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Tampak bahwa pendidikan berperan dalam mengembangkan kebudayaan. Pendidikan adalah medan manusia dibina, ditumbuhkan, dan dikembangkan potensi-potensinya. Semakin potensi seseorang dikembangkan semakin ia mampu menciptakan atau mengembangkan kebudayaan. Sebab pelaku (aktor) kebudayaan adalah manusia. Tulisan ini membahas tentang fungsi pendidikan sebagai proses transformasi budaya, dengan pokok-pokok pembahasan: konsep dasar tentang pendidikan; kebudayaaan; dan selanjutnya fungsi pendidikan sebagai proses transformasi kebudayaan 1. PENDIDIKAN Jean Piaget (1896) menyatakan bahwa pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu peciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain; pendidikan sebagai penghubung dua sisi, di satu sisi individu yang sedang tumbuh dan di sisi lain nilai sosial, intelektual, dan moral yang menjadi tanggung-jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut. Individu berkembang sejak lahir dan terus berkembang, perkembangan ini bersifat kausal. Namun terdapat komponen normatif, juga karena pendidik menuntut nilai. Nilai adalah norma yang berfungsi sebagai penunjuk dalam mengidentifikasi apa yang diwajibkan, diperbolehkan dan dilarang. Jadi, pendidikan adalah hubungan normatif antara individu dan nilai.

Msf a 1363205309

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fdg

Citation preview

Page 1: Msf a 1363205309

1

FUNGSI PENDIDIKAN

SEBAGAI PROSES TRANSFORMASI BUDAYA Oleh : Lastiko Runtuwene, S.Ag, M.Pd

PENDAHULUAN

Kebudayaan sebagai dinamika kehidupan manusia akan terus berkembang

sejalan dengan perkembangan zaman, percepatan perkembangan ilmu dan teknologi,

serta perkembangan proses pemikiran manusia. Perkembangan-perkembangan tersebut

tidak dapat disangkal dipengaruhi oleh pendidikan. Kecuali itu pendidikan adalah

bagian dari kebudayaan itu sendiri dan mempunyai pengaruh timbal-balik. Bila

kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah

akan dapat mengubah kebudayaan. Tampak bahwa pendidikan berperan dalam

mengembangkan kebudayaan. Pendidikan adalah medan manusia dibina, ditumbuhkan,

dan dikembangkan potensi-potensinya. Semakin potensi seseorang dikembangkan

semakin ia mampu menciptakan atau mengembangkan kebudayaan. Sebab pelaku

(aktor) kebudayaan adalah manusia.

Tulisan ini membahas tentang fungsi pendidikan sebagai proses transformasi

budaya, dengan pokok-pokok pembahasan: konsep dasar tentang pendidikan;

kebudayaaan; dan selanjutnya fungsi pendidikan sebagai proses transformasi

kebudayaan

1. PENDIDIKAN

Jean Piaget (1896) menyatakan bahwa pendidikan berarti menghasilkan,

mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu peciptaan dibatasi oleh

pembandingan dengan penciptaan yang lain; pendidikan sebagai penghubung dua sisi,

di satu sisi individu yang sedang tumbuh dan di sisi lain nilai sosial, intelektual, dan

moral yang menjadi tanggung-jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut.

Individu berkembang sejak lahir dan terus berkembang, perkembangan ini bersifat

kausal. Namun terdapat komponen normatif, juga karena pendidik menuntut nilai. Nilai

adalah norma yang berfungsi sebagai penunjuk dalam mengidentifikasi apa yang

diwajibkan, diperbolehkan dan dilarang. Jadi, pendidikan adalah hubungan normatif

antara individu dan nilai.

Page 2: Msf a 1363205309

2

Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi

hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang

berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup (long life education). Dalam

arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umumnya di sekolah

sebagai lembaga pendidikan formal. Sedangkan para ahli psikologi memandang

pendidikan adalah pengaruh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa agar

mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-

hubungan dan tugas-tugas sosialnya dalam bermasyarakat. Seperti yang diungkapkan

oleh Langeveld bahwa pendidikan atau mendidik adalah memberi pertolongan secara

sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya

menuju ke arah kedewasaan dalam arti dapat berdiri sendiri dan bertanggung-jawab

susila atas segala tindakannya menurut pilihannya sendiri.

Menurut John Dewey, pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan

dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun

daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada

sesamanya. Pengertian Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan

(sekolah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam

menguasai pengetahuan, kebiasaaan, sikap dan sebagainya (Dictionary Of Psychology,

1972). Sedangkan UUD Siksdiknas No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan sebagai proses mengubah tingkah-laku

anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai

anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar di mana individu itu bearada.

Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih

ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara menyeluruh sehingga

anak menjadi lebih dewasa dalam konteks hidupnya sebagai pribadi maupun hidup

dalam masyarakat.

Page 3: Msf a 1363205309

3

2. KEBUDAYAAN

Kebudayaan kata dasarnya adalah ‘budaya’. Budaya adalah segala hasil pikiran,

perasaaan, kemauan dan karya manusia secara individual atau kelompok untuk

meningkatkan hidup dan kehidupan manusia atau seara singkat adalah cara hidup yang

telah dikembangkan oleh masyarakat. Budaya dapat dalam bentuk benda-benda konkret

dan bisa juga bersifat abstrak. Benda-benda konkret misalnya, bangunan rumah, mobil,

televisi, barang-barang seni, tindakan-tindakan seni. Tindakan-tindakan seni seperti

cara menerima tamu, cara duduk, cara berpakaian dan sebagainya. Sedangkan contoh

yang abstrak ialah cara berpikir ilmiah, kemampuan menciptakan sesuatu, imajinasi,

cita-cita, kemauan yang kuat untuk mencapai sesuatu, keimanan dan sebagainya (Made

Pidarta, 2000: 2-3).

Dari kata ‘budaya’ terbentuk kata ‘kebudayaan’. Kebudayaan menurut Taylor

adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni,

hokum, moral, dapat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang

diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (HAR Tilaar, 1999: 39). Sedangkan

Hassan (1983) mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan dari hidup

manusia dan bermayarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai

anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral,

hokum, adat-istiadat dan lain-lain kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan bahwa

kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota

masyarakat (Made Pidarta, 2000: 157).

Kebudayaan wujudnya beraneka-ragam menurut klasifikasi-klasifikasi tertentu.

Hassan (1983) mengatakan kebudayaan berisi 1) norma-norma, 2) folkways yang

mencakup kebiasaan, adat dan tradisi, dan 3) mores. Sementara itu Imran Manan (1989)

menunjukkan lima komponen kebudayaan, yakni gagasan, ideologi, norma, teknologi

dan benda. Koentjaraningrat mengemukakan mengenai wujud-wujud kebudayaan

sebagai: 1) Kompleks gagasan, konsep, pikiran manusia di dalam kehidupan bersama,

2) Kompleks aktivitas atau kegiatan manusia di dalam masyarakat, 3) Benda-benda

karya di dalam suatu kebudayaan (HAR Tilaar, 1999: 85-86).

Page 4: Msf a 1363205309

4

Dari pandangan-pandangan di atas dapat disarikan beberapa hal yang menjadi

hakekat kebudayaan, yakni:

1. Hakekat dan inti dari kebudayaan adalah manusia. Dengan kata lain

kebudayaan adalah khas insani. Hanya manusia yang berbudaya dan

membudaya.

2. Kebudayaan merupakan suatu ‘pencapaian’ manusia yang bukan terutama

bersifat material. Bentuk-bentuk ‘pencapaian’ manusia tersebut seperti : ilmu

pengetahuan, kepercayaan, ekonomi, seni dan sebagainya.

3. Kebudayaan dapat pula berbentuk kelakuan-kelakuan yang terarah seperti

hukum, adat-istiadat yang berkesinambungan.

4. Kebudayaan merupakan suatu realitas yang objektif, yang dapat dilihat.

5. Kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia yang solider atau

terasing tetapi yang hidup di dalam suatu masyarakat.

6. Kebudayaan diwariskan melalui proses tranformasi dari satu generasi ke

generasi berikutnya. Proses transformasi kebudayaan antara lain terjadi

melalui pendidikan, karena kebudayaan berkaitan erat dengan pendidikan.

Karena pendidikan itu sendiri adalah bagian dari kebudayaan dan

perkembangan kebudayaan juga dipengaruhi oleh pendidikan.

3 FUNGSI PENDIDIKAN DALAM PROSES TRANSFORMASI

KEBUDAYAAN

Pembentukan dan pewarisan kebudayaan dari satu generasi ke generasi

berikutnya merupakan suatu proses transformasi. Dalam proses transformasi itulah

pendidikan berfungsi. Jadi proses pendidikan adalah proses transformasi kebudayaan.

Salah satu fungsi yang mendasar dari pendidikan adalah untuk pengembangan

kebudayaan.

Fortes sebagaimana dikutip oleh HAR Tilaar (1999:54) mengemukakan tiga

variabel utama dalam transformasi kebudayaan, yaitu : 1) Unsur-unsur yang

ditransformasikan, 2) Proses tranformasi, dan 3) Cara transformasi. Unsur-unsur

transformasi kebudayaan adalah nilai-nilai budaya, adat-istiadat masyarakat, pandangan

mengenai hidup serta berbagai konsep hidup lainnya yang ada di dalam masyarakat;

pelbagai kebiasaan sosial yang digunakan dalam interaksi atau pergaulan para anggota

Page 5: Msf a 1363205309

5

masyarakat tersebut; pelbagai sikap dan peranan yang diperlukan di dalam dunia

pergaulan dan akhirnya pelbagai tingkah-laku lainnya termasuk proses fisiologi, refleks

dan gerak atau reaksi-reaksi tertentu dan penyesuaian fisik termasuk gizi dan tata-

makanan untuk dapat bertahan hidup.

Unsur-unsur itulah yang merupakan ikhtiar kebudayaan yang memungkinkan

berkembangnya peradaban manusia. Dalam konteks ini, maka pendidikan tidak hanya

merupakan pengalihan pengetahuan dan keterampilan (transfer of knowledge and

skliss), tetapi juga meliputi pengalihan nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial

(transmission of cultural values and social norms). Kiranya dapat dikatakan bahwa tiap

masyarakat sebagai pengemban budaya (culture bearer) berkepentingan untuk

memelihara keterjalinan antara pelbagai upaya pendidikan dengan usaha pengembangan

kebudayaan. Kesinambungan hidup bermasyarakat turut dipengaruhi oleh

berlangsungnya pengalihan nilai budaya dan norma sosial dari satu generasi ke generasi

berikutnya. Kesinambungan ini dimungkinkan oleh orientasi pada nilai budaya yang

sama serta konformisme perilaku berdasarkan sosial yang berlaku.

Demikianlah pendidikan bermakna sebagai proses pembudayaan dan seiring

bersama itu berkembanglah sejarah peradaban manusia. Seluruh spektrum kebudayaan :

sistem kepercayaan, bahasa, seni, sejarah, dan ilmu-ilmu dan nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya hanya bisa dialihkan (ditransformasikan) dari satu generasi ke

generasi lain melalui pendidikan dalam arti luas. Maka pendidikan sebagai prakarsa

yang meliputi proses pengalihan pengetahuan dan keterampilan serentak dengan proses

pengalihan nilai-nilai budaya. Proses itu sekaligus menjamin terpeliharanya jalinan

antar generasi dalam suatu masyarakat.

Orientasi pada nilai-nilai budaya pada gilirannya menjelmakan perilaku manusia

sebagai anggota masyarakat dengan peradabannya yang khas. Sejauh mana masyarakat

itu berorientasi pada nilai-nilai budayanya, menentukan tangguh-rapuhnya ketahanan

budaya (cultural resilience) masyarakat yang bersangkutan, yang terutama terukur

melalui apa yang terjadi dalam pelbagai pertemuan antar budaya (cultural encounters).

Hal ini nyata melalui sejarah timbul tenggelamnnya pelbagai ranah budaya dan

peradaban manusia sepanjang zaman. Maka dapat dipahami jika pendidikan juga

ditujukan pada peneguhan ketahanan budaya.

Page 6: Msf a 1363205309

6

Di samping itu juga fungsi pendidikan berkaitan erat dengan proses reliogiositas

(keagamaan) sebagai salah satu unsur budaya. Pendidikan sebagai budaya haruslah

dapat membuat peserta didik mengembangkan kata hati (suara hati) dan perasaannya

untuk taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya. Bukan hanya pemahaman

dan perasaan yang harus dikembangkan, melainkan juga tindakan atas perilaku sehari-

hari yang cocok (etika dan moralitas) dengan ajaran agama perlu dibina. Untuk

mencapai tujuan itulah pengalihan nilai budaya dan norma sosial dilakukan melalui

perkenalan dengan pelbagai sumber belajar yang relevan (Fuad Hasan, 2004, dalam

Tonny Widiastono, 2000: 54-56). Dalam konteks inilah mulai dibicarakan mengenai

proses-proses transformasi kebudayaan.

Proses transformasi meliputi proses-proses imitasi, identifikasi dan sosialisasi.

Imitasi adalah meniru tingkah-laku dari sekitar. Pertama-tama tentunya imitasi di dalam

lingkungan keluarga dan semakin lama semakin meluas terhadap masyarakat lokal.

Yang diimitsi adalah unsur-unsur yang telah dikemukakan di atas. Transmisi unsur-

unsur tidak dapat berjalan dengan sendirinya. Manusia adalah aktor dalam

memanipulasi kebudayaan. Oleh sebab itu, unsur-unsur tersebut harus diidentifikasi.

Proses indentifikasi itu berjalan sepanjang hayat sesuai dengan tingkat kemampuan

manusia itu sendiri. Selanjutnya nilai-nilai unsur-unsur itu disosialisasikan artinya harus

diwujudkan dalam kehidupan nyata di dalam lingkungan yang semakin lama semakin

meluas. Nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang harus mendapatkan pengakuan

lingkungan sekitarnya.

Ketiga proses transformasi tersebut berkaitan erat dengan cara

mentransformasikan. Dalam hal ini ada dua cara, yaitu ‘peran serta’ dan bimbingan.

Cara ‘peran serta’ antara lain melalui perbandingan, ikut serta dalam kegiatan-kegiatan

sehari-hari. Sedangkan bentuk bimbingan dapat berupa instruksi, persuasi, rangsangan

dan hukuman.

Dalam proses transformasi kebudayaan tersebut di atas pendidikan berfungsi

untuk mengembangkan kepribadian yang kreatif dan dapat memilih nilai-nilai budaya

dari pelbagai lingkungan. Sudah dinyatakan bahwa hakekat dan inti sari dari

kebudayaan adalah manusia. Unsur hakiki dari manusia adalah kepribadian. Peranan

pendidikan di dalam kebudayaan dapat dilihat dengan nyata di dalam perkembangan

kepribadian manusia. Tanpa kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, meskipun

Page 7: Msf a 1363205309

7

kebudayaan bukanlah sekadar jumlah dari kepribadian-kepribadian. Di dalam

pengembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan seterusnya kebudayaan akan

dapat berkembang melalui kepribadian-kepribadian tersebut. Hal ini menunjukkan

kepada bahwa pendidikan bukan semata-mata transmisi kebudayan secara pasif tetapi

pelu mengembangkan kepribadian yang kreatif.

Kepribadian berhubungan erat dengan tingkah-laku manusia. Maka Ruth

Benedict menyatakan bahwa kebudayaan sebenarnya adalah istilah sosiologis untuk

tingkah-laku yang bisa dipelajari. Dengan demikian tingkah-laku manusia bukanlah

diditurunkan seperti tingkah-laku binatang tetapi harus dipelajari kembali berulang-

ulang dari orang dewasa dalam suatu genersi. Di sini dapat terlihat dengan jelas

pentingnya peranan dan fungsi pendidikan dalam pembentukan kepribadian manusia.

Jadi proses pendidikan bukan terjadi secara pasif atau culture determined.

Proses tersebut memungkinkan terjadinya perkembangan budaya melalui kemampuan-

kemampuan kreatif yang memungkinkan terjadi inovasi dan penemuan-penemuan

budaya lainnya, serta asimilasi, akulturasi dan seterusnya. tetapi melalui proses

interaktif antara pendidik.

Di samping itu juga peranan lembaga-lembaga pendidikan haruslah

mengkondisikan pengenalan, pemeliharaan dan pengembangan keseluruhan budya.

Dalam hal ini peranan dan fungsi lembaga-lembaga pendidikan. Di dalam lembaga-

lembaga pendidikan (formal, non-formal, informal) terjadi interaksi budaya sekaligus

proses pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan. Di samping itu juga di dalam

lembaga-lembaga pendidikan mesti mengembangkan sikap penghargaan terhadap

budaya nasional dan daerah sekaligus juga daya kristis dan analitis terhadap budaya

luar. Terutama dalam lembaga-lembaga formal (sekolah-sekolah dan perguruan tinggi)

perlu dikembangkan nilai-nilai budaya secara intensif, inovatif dan ekstensif.

PENUTUP

Pendidikan sebagai proses perubahan tingkah laku dari seorang manusia menuju

pada kedewasaan. Salah satu indicator manusia yang dewasa adalah memiliki budaya

yang unggul dan tangguh. Artinya di samping memiliki pengetahuan dan keterampilan,

memiliki juga nilai-nilai dan norma yang unggul pula dalam peri kehidupannya. Dalam

arti ini ia dikatakan sebagai seorang yang berbudaya dan dewasa secara utuh.

Page 8: Msf a 1363205309

8

Pendidikan berperan penting untuk membentuk manusia yang dewasa dan

berbudaya. Sehingga pendidikan dikatakan sebagai enkulturasi, artinya proses membuat

orang berbudaya, membuat orang berperilaku mengikuti budaya yang disepakati

bersama dalam masyarakat. Jadi memang salah satu fungsi pendidikan adalah proses

tranformasi kebudayaan.

KEPUSTAKAAN

Ihsan Fuad, 2003, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Sagala Syaiful, 2003, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.

Widiastono D. Tonny, 2004, Pendidikan Manusia Indonesia, Jakarta: Kompas.

Pidarta Made, Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia,

Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Tilaar, H.A.R., Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, Bandung:

P.T. Remaja Rosda Karya.