25
makalah bahasa arab muftadah wal khabar DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB II PEMBAHASAN Mubtada ( دأ ت مب لأ) dan Khabar ( ر ب خ) A. Mubtada ( دأ ت مب لأ) Macam-macam Mubtada B. Khabar ( ر ب خ لأ) BAB III PENUTUP Kesimpulan dan Perhatian DAFTAR PUSTAKA

Muftadah Wal Khabar 22

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rerty

Citation preview

Page 1: Muftadah Wal Khabar 22

makalah bahasa arab muftadah wal khabar

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUANLatar BelakangBAB II PEMBAHASAN Mubtada (المبتدأ) dan Khabar (خبر)A. Mubtada (المبتدأ)Macam-macam MubtadaB. Khabar (الخبر)BAB III PENUTUPKesimpulan dan PerhatianDAFTAR PUSTAKA

 

Page 2: Muftadah Wal Khabar 22

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hubungan antara hukum Islam dengan pengetahuan bahasa Arab merupakan

hubungan yang sangat erat dan tidak bisa dipisahkan. Alasannya sangat jelas,

karena sumber pokok dari hukum Islam itu adalah Al-Qur’an dan Hadits yang

memakai atau menggunakan bahasa Arab standar sesuai dengan kaidah-kaidah

bahasa Arab .

Bahasa Arab adalah Bahasa Al-Qur’an. Setiap orang muslim yang

bermaksud menyelami ajaran Islam yang sebenarnya dan lebih mendalam, tiada

jalan lain kecuali harus mampu menggali dari sumber asalnya, yaitu Qur’an dan

sunnah Rasulullah saw.

Di dalam bahasa Arab , keberadaan nominal menjadi sangat mutlak karena

keberadaan bahasa arab, kita senantiasa menggunakannya. Adapun contoh dari

nominal yang seringkali di gunakan adalah mubtada dan khabar. Akan tetapi

dalam perjalanan dewasa ini, kita senantiasa di buat bingung oleh pengertian-

pengertian dari bahasa arab , apa itu mubtada’ dan bagaimanakah khabar itu.

Sebelum berbicara mengenai Mubtada dan Khabar , sebaiknya mengetahui

terlebih dahulu bahwa kalimat , baik kalimat sempurna maupun tidak dalam

bahasa arab terbagi menjadi dua, yaitu Jumlah Ismiyah adalah kalimat yang di

dahului oleh isim yang berada di awal kalimat tersebut dinamakan Mubtada dan

bagian yang melengkapinya di namakan Khabar yang mana hukum nya dalam

I’rab harus mengikuti kepada Mubtada. Dan Jumlah Fi’liyah, yaitu kalimat yang

di dahului oleh fi’il.

Page 3: Muftadah Wal Khabar 22

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mubtada (المبتدأ)

Mubtada adalah setiap isim yang dimulai pada awal kalimat baik didahului

oleh nafyu maupun istifham, contoh ( مبتسم Muhammad= محمد tersenyum),

contoh didahului oleh nafyu ( الضيف قادم tamu itu tidak datang) dan contoh= ما

isim yang didahului oleh kata Tanya ( علُّي� ناجح .(apakah yang lulus adalah Ali= أ

Dan hukum isim yang dimulai pada awal kalimat tersebut (المبتدأ) adalah Marfu’

(dibaca akhir katanya dengan harakah dhamma), kecuali apabila isim tersebut

didahului oleh huruf Jarr tambahan atau yang menyerupainya maka hukumnya

secara Lafadznya adalah Majrur namun kedudukannya dalam kalimat tetaplah

Marfu’. Contohnya firman Allah SWT : الله إال إله من kata Ilah pada ayat وما

tersebut secara lafadznya adalah majrur namun kedudukannya tetaplah Rafa’. Dan

Mubtada terbagi menjadi dua, yaitu Mubtada Sharih ( صريح yang mencakup (مبتدأ

semua isim dhahir seperti pada contoh di atas, dan juga terdiri dari Dhamir,

contohnya ( مجتهد ) dia bersungguh-sungguh) atau= هو مخلص ,(kamu ikhlas= أنت

yang Kedua adalah Mubtada Muawwal (مؤول) dari An (أن) dan fi’ilnya,

contohnya firman Allah SWT ( لكم خير تصوموا (وأن dan ( أرهب تتحدوا أن

mubtada pada contoh ini adalah An dan Fi’ilnya dita’wilkan menjadi isim (لعدوكم

mashdar sebagai mubtada, atau dengan kata lain An dan fi’ilnya dijadikan

mashdar sebagai mubtada sehingga An Tashumu menjadi Shiyamukum dan An

Tattahidu menjadi itthidadukum karena mashdar dari kata Shama-

Yashumu=berpuasa adalah Shiyam dan Ittahada-yattahidu=bersatu mashdarnya

adalah ittihad,( = لكم خير وصيامكم تصوموا ,(وأن ( = أرهب اتحادكم تتحدوا أن

Mubtada boleh terdiri dari banyak kata sedangkan khabarnya hanyalah .(لعدوكم

satu, contohnya ( ابنه يشفى أن تحقيقها أمنيته والده .(صديقك

Page 4: Muftadah Wal Khabar 22

Macam-macam Mubtada

Apabila dilihat dari Khabarnya maka Mubtada terbagi menjadi dua, yaitu

Mubtada yang mempunyai khabar, contohnya ( مبتسم dan Mubtada yang (محمد

tidak memiliki Khabar, akan tetapi mempunyai isim marfu’yang menempati posisi

dari pada khabar, contohnya ( الطفل apakah bayi telah tidur) Naim adalah= أنائم

mubtada sedangkan Thifl adalah Fa’il yang menempati posisi khabar, contoh lain

( البخل محمود tidaklah terpuji orang kikir), mahmud=terpuji adalah mubtada= ما

dan bukhli adalah Naib Fa’il yang menempati tempatnya khabar. Mubtada yang

memiliki khabar haruslah terdiri dari isim sharih atau dhahir ataupun yang telah

dita’wilkan menjadi mashdar yang sharih, sedangkan mubtada yang tidak

memiliki khabar tidak boleh menta’wilkannya dan penggunaanya haruslah selalu

disertai dengan Nafyu atau istifham.

Adapun Isim marfu’yang terletak setelah mubtada yang tidak memiliki

khabar yang dibarengi oleh Nafyu atau istifham maka kedudukannya dalam I’rab

kalimat adalah sebagai berikut:

1. Apabila menunjukkan kepada sifat yang tunggal dan setelahnya adalah isim

yang tunggal contohnya ( الرجل مسافر ) atau (أ الكسول محبوب maka I’rabnya (ما

ada dua kemungkinan, Pertama: sifat yang pertama setelah istifham (musafir)

adalah mubtada dan setelahnya adalah Fa’il karena letaknya setelah Isim Fa’il,

atau Naib Fa’il apabila terletak setelah isim maf’ul, keduanya marfu’menempati

kedudukan khabar. Kedua: Sifat yang pertama (musafir) adalah khabar yang

didahulukan (khabar muqaddam) sedangkan kata (rajul) adalah mubtada yang

diakhirkan (mubtada muakkhar).

2. Apabila sifat yang pertama menunjukkan pada isim tunggal kemudian

setelahnya adalah Mutsanna (yang menunjukkan bentuk dua) atau Jamak, maka

sifat yang pertama adalah mubtada dan isim setelahnya tersebut adalah Fa’il atau

naib fa’il yang menempati posisi khabar, contoh ( الطالبان مهمل (ما dan ما)

Page 5: Muftadah Wal Khabar 22

المقصرون kata Muhmil adalah mubtada sedangkan thalibani adalah Fa’il (محبوب

karena terletak setelah isim Fa’il, dan kata Mahbub adalah mubtada sedangkan

Muqshirun adalah Naíb Fa’il karena terletak setelah Isim Maf’ul.

3. Apabila sifat yang pertama berbentu dua (mutsanna) atau Jamak dan setelahnya

adalah mutsanna atau jamak maka isim yang pertama adalah khabar yang

didahulukan (khabar muqaddam) dan isim yang setelahnya adalah mubtada yang

diakhirkan (mubtada muakkhar), contohnya ( الضيفان مسافران (أ dan ما)

المجتهدون kata musafirani dan muqshirun adalah khabar muqaddam ,(مقصرون

sedangkan dhaifani dan mujtahidun adalah Mubtada muakkhar.

Asal dari Mubtada adalah Ma’rifah atau mubtada haruslah isim yang ma’rifah

sebagaimana pada contoh-contoh di atas, kecuali apabila didahului oleh nafyu

atau istifham maka boleh mubtada itu nakirah dengan catatan kenakirahannya

tidaklah mengurangi dan mempengaruhi makna yang dapat diperincikan sebagai

berikut:

a. Nakirah tersebut menunjukkan kekhususan baik dengan menyebutkan sifat atau

tidak, ataupun nakirah tersebut secara lafadznya bersandar pada ma’rifat,

contohnya ( عندنا ) dan contoh yang idhaf (رجيل على الله كتبهن صلوات خمس

.(العباد

b. Nakirah yang menunjukkan pada sesuatu yang umum, baik mubtadanya adalah

bentuk yang umum, contohnya ( معه أقم يقم kata man di sini adalah bentuk ,(من

nakirah yang umum. Maupun mubtada yang nakirah tersebut terletak dalam

kalimat yang didahului oleh nafyu atau istifham, contohnya ( الدار فُّي رجل dan (ما

( قادم أحد .(هل

c. Mubtada yang nakirah haruslah didahului oleh kalimat yang terdiri dari jar

majrurr atau dharf, contohnya ( زائرون المدرسة ,(فُّي mubtada di sini adalah

nakirah karena di dahului oleh jar majrur, dan ( أشجار البئر ,(حول kata asyjar

adalah nakirah karena didahului oleh dzharf.

Page 6: Muftadah Wal Khabar 22

d. Nakirah harus Athaf (mengikuti) pada ma’rifah atau diikutkan pada ma’rifah,

contohnya ( عندنا ورجل (محمد kata rajul di sini nakirah karena ikut pada

Muhammad. dan ( المنزل فُّي ويوسف .kata rajul diikutkan pada yusuf (رجل

e. Mubtada yang nakirah merupakan jawaban atas pertanyaan, contohnya, ada

yang bertanya ( عندك (من maka jawabannya (صديق) dengan menggunakan

nakirah, takdirnya adalah ( عندي .(صديق

f. Terletak setelah Laula (لوال), contoh ( أخوك لهلك رجل .(لوال

g. Jika khabarnya adalah sesuatu yang aneh yang keluar dari kebiasaan, contohnya

( سجدت .(pohon bersujud= شجرة

Apabila kita melihat dari contoh-contoh di atas dapat dilihat perbedaan kedudukan

mubtada yang kadang didahulukan (mubtada muqaddam) dan kadang diakhirkan

(mubtada muakkhar), kesemuanya itu mempunyai aturan yang wajib didahulukan

maupun boleh didahulukan.

Wajib Mendahulukan Mubtada

Mubtada itu wajib didahulukan apabila:

1. Isim yang mempunyai kedudukan sebagai pendahuluan di dalam kalimat,

seperti isim syarat, atau istifham atau Ma yang menunjukkan ketakjuban,

contohnya ( اللغوية ثروته ينم الشعر يقرأ barangsiapa yang membaca syair= من

maka akan bertambah kekayaannya dengan bahasa), kata Man di sini adalah

mubtada yang harus di dahulukan karena posisinya dalam kalimat sebagai

pembukaan dan pendahuluan, contoh lain ( غدا مسافر siapakah yang akan= من

bepergian besok), kata man di sini adalah kata Tanya yang harus selalu

didahulukan dan ia adalah mubtada, contoh lain ( الربيع أجمل alangkah= ما

indahnya musim semi) Kata Ma disini adalah Ma takjub yang mana harus dan

wajib didahulukan.

2. Mubtada yang menyerupai isim syarat, contohnya ( جائزة فله Rيفوز yang= الذي

menang maka baginya piala), kata allazi dalam kalimat ini menyerupai isim

syarat.

Page 7: Muftadah Wal Khabar 22

3. Isim tersebut haruslah disandarkan kepada isim yang menempati posisi dan

kedudukan kata pendahuluan, contohnya ( أعجبك من (عمل kata ‘amal

disandarkan pada Man yang kedudukannya sebagai pendahuluan.

4. Apabila khabarnya adalah jumlah fi’liyah dan fa’ilnya adalah dhamir yang

tersembunyi yang kembali kepada mubtada, contohnya ( الكرة يلعب محمد

=Muhammad bermain bola) kata yal’ab adalah khabar jumlah fi’liyah dan fa’ilnya

dhamir tersembunyi kembali ke Muhammad.

5. Isim tersebut haruslah disertai dengan huruf Lam untuk memulai atau Lam

tauwkid, contoh ( يتقون للذين خير اآلخرة kata addar dimasuki oleh lam (وللدار

ibtida, dan ( أكبر الله .dimasuki lam tawkid (ولذكر

6. Mubtada dan khabarnya adalah Ma’rifat atau kedua-duanya nakirah dan tidak

adanya kata yang menjelaskannya, contohnya ( محمد (أبوك jika ingin

memberitahukan tentang bapaknya maka wajib didahulukannya, dan ( أبوك (محمد

jika ingin memberitahukan tentang Muhammad.

7. Mubtada teringkas khabarnya oleh Illa atau Innama, contohnya ( إال الصدق ما

) dan (فضيلة مهذب أنت .(إنما

Selain dari tujuh masalah di atas, maka boleh mendahulukan atau mengakhirkan

mubtada.

Wajib Menghilangkan Mubtada

Mubtada wajib dihilangkan dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Apabila mubtada ikut kepada Sifat yang marfu’ dengan tujuan memuji atau

menghina atau sebagai rasa iba dan saying, contohnya ( Rالكريم Vبزيد (مررت

mubtadanya dihilangkan karena disifati oleh sifat yang rafa’, asalnya adalah (هو

) Contoh lain .(الكريم الخبيث اللئيم عن jauhilah dari orang jahat yang jelek= ابتعد

sifatnya), asalnya adalah ( الخبيث (هو mubtada nya wajib dihilangkan karena

disifati oleh sifat yang marfu”.

Page 8: Muftadah Wal Khabar 22

2. Jika menunjukkan jawaban terhadap sumpah, contohnya ( ألقولن ذمتُّي فُّي

) asalnya adalah (الصدق عهد ذمتُّي dengan menghilangkan mubtadanya yaitu (فُّي

‘ahd.

3. Jika khabarnya adalah mashdar yang mengganti fi’ilnya, contohnya صبر)

) asalnya adalah (جميل جمل صبر .maka wajib menghilangkan mubtadanya (صبري

4. Jika khabarnya dikhususkan pada pujian atau cercaan setelah kata Ni’ma (نعم)

dan Bi’sa (بئس) dan terletak diakhir, contohnya ( محمد الطالب alangkah= نعم

baiknya pelajar yaitu Muhammad) dan ( الكسول الطالب alangkah= بئس

buruknya pelajar yang pemalas), muhammad dan kusul pada contoh di atas adalah

khabar dari mubtada yang dihilangkan, asalny adalah ( محمد (هو dan هو)

.(الكسول

Selain dari empat masalah ini, mubtada juga kebanyakan dihilangkan jika terletak

setelah kata qaul (berkata), contohnya ( طاعة ,mubtadanya dihilangkan (ويقولون

asalnya adalah ( طاعة ) ,contoh lain ,(أمرنا أحالم أضغات ) dan (قالوا عجوز وقالت

(عقيم asalnya adalah ( أضغات (هُّي dan ( عجوز .(أنا Atau mubtadanya terletak

setelah Fa sebagai jawban dari syarat, contohnya ( فإخوانكم يخالطوهم (وإن

asalnya adalah ( إخوانكم .(فهم

Boleh Menghilangkan Mubtada

Mubtada boleh dihilangkan dan dihapus sebagai jawaban atas pertanyaan orang

yang bertanya ( محمد ) aslinya adalah (بخير) dan jawabnya ,?(كيف بخير atau ,(هو

Mubtada itu boleh dihilangkan apabila ada kalimat atau kata yang menunjukkan

tentangnya, contohnya firman Allah SWT ( أساء ومن فلنفسه صالحا عمل من

(فعليها kata Falinafsihi kedudukannya rafa’ khabar dan dhamir Ha majrur bil

idhafah sedangkan mubtadanya mahzuf (dihilangkan) begitu juga pada wa man

asaa fa’alaiha, asalnya adalah ( لنفسه فعمله صالحا عمل (من dan ( أساء ومن

عليها .(فإساءته

Dan boleh juga menghilangkan Mubtada dan khabarnya apabila ada dalil yang

menunjukkan kepadanya, contohnya ( ، جوائز لهم اإللقاء مسابقة فُّي فازوا الذين

أيضا ساهموا (والذين yang dihapus dari kalimat tersebut adalah mubtada dan

Page 9: Muftadah Wal Khabar 22

khabarnya yaitu ( جوائز (لهم aslinya haruslah ( جوائز لهم أيضا ساهموا (والذين

dihapus karena telah dijelaskan pada kalimat sebelumnya.

2.2 Khabar (الخبر)

Sebagaimana telah dijelaskan di atas mengenai Jumlah Ismiah الجملة)

(االسمية yang terdiri dari dua bagian yang memberikan petunjuk serta

pemahaman kepada pendengar agar diterima. Para pakar Nahwu menyebut bagian

pertama dari jumlah ismiah ini dengan Mubtada karena ia adalah bagian yang

dimulai dalam pembicaraan, sedangkan bagian keduanya dinamakan Khabar

karena ia memberitahukan keadaan yang ada pada mubtada, dan bisa saja terdiri

dari segala bentuk sifat baik ia isim fa’il, atau maf’ul ataupun tafdhil, contohnya, (

فاضل ) dan (محمد محبوب .(علُّي

Hukum Khabar

Para ahli nahwu menyebutkan hukum dari pada khabar adalah sebagai berikut:

1. Wajib merafa’ (memberi harakah dhamma) khabar, penyebab khabar itu

marfu’adalah mubtada , contohnya ( كريم (أنت Karim adalah khabar

marfu’disebabkan oleh mubtada. Contoh lain ( خير Khair khabar mubtada (والصلح

marfu’.

2. Khabar pada dasarnya haruslah nakirah, contohnya ( فاضل fadhil adalah (محمد

nakirah dan ia khabar mubtada.

3. Khabar haruslah disesuaikan atau ikut kepada mubtada dari segi tunggalnya

atau tasniyah (bentuk duanya) ataupun jamak, contoh ( متفوق الطالبان) ,(الطالب

) dan ,(متفوقان متفوقون .(الطالب

4. Boleh menghilangkan khabarnya apabila ada dalil yang menunjukkan

kepadanya, dan masalah ini nanti akan dibahas pada pembahasannya.

Page 10: Muftadah Wal Khabar 22

5. Wajib menghilangkan khabarnya, masalh ini pun akan dibahas nanti pada

pembahasannya.

6. Khabar boleh banyak dan beragam sedangkan mubtadanya hanya satu,

contohnya ( فطن ذكُّي zakiyun dan fithn adalah khabar mubtada, contoh (محمد

lain ( كاتب خطيب شاعر .(أحمد

7. Boleh dan wajib didahulukan khabar dari pada mubtada, dan pembahasan ini

pun akan di bahas pada pembahasannya.

Macam-macam Khabar

Khabar terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Khabar Mufrad (المفرد) yaitu khabar yang bukan berbentuk kalimat atau yang

menyerupai kalimat, akan tetapi terdiri dari satu kata baik menunjukkan pada

tunggal atau mutsanna (bentuk dua) ataupun jamak, dan harus disesuaikan dengan

Mubtada dalam pentazkiran (berbentuk muzakkarf=lk) atau ta’nis juga dalam

bentuk tunggal, mutsanna dan jamak. Contoh ( منير bulan= القمر bersinar), (

مؤدبة .(pelajar pr itu sopan= الطالبة

2. Khabar Jumlah ,(جملة) yaitu khabar yang berbentuk kalimat baik jumlah

ismiah (اسمية) maupun fi’liyah (فعليه). Contoh khabar jumlah ismiah (الحديقة

خضراء ) taman itu pepohonannya berwarna hijau) atau= أشجارها ناصع لونه الثوب

=pakaian itu warnanya bersih), Atsaub =adalah mubtada pertama, Lawn=Mubtada

kedua dan mudhaf, dhamir Hu=mudhaf ilaih, Nashi’=khabar mubtada kedua,

Jumlah dari mubtada kedua dan khabarnya menempati posisi rafa’ yaitu khabar

dari mubtada pertama. Adapaun contoh khabar mubtada dari jumlah fi’liyah, (

الحديقة فُّي يلعبون anak-anak bermain di taman) yal’abun adalah fi’il= األطفال

mudhari’marfu’karena khabar mubtada yang berbentuk jumlah fi’liyah. Khabar

jumlah baik ismiah maupun fi’liyah haruslah berhubungan dengan mubtada.

3. Khabar syibhu jumlah ( الجملة (شبه yaitu khabar yang bukan mufrad atau

jumlah akan tetapi menyerupai jumlah, terdiri dari Jarr wal majrur ( ومجرور (جار

dan dharf =kata keterangan,(ظرف). Contoh khabar dari jar wal majrur (الكتاب

Page 11: Muftadah Wal Khabar 22

الحقيبة ) ,(buku di dalam tas= فُّي اإلبريق فُّي air di dalam teko). Contoh= الماء

khabar dari dharf makan (keterangan tempat), ( األمهات أقدام تحت surga= الجنة

dibawah telapak kaki ibu), ( الشجرة فوق burung di atas pohon), contoh= الطائر

dharf zaman (keterangan waktu), ( الخميس dيوم bepergian= الرحلة pada hari

kamis), ( أسبوع بعد akan= السفر bepergian setelah seminggu).

Wajib mendahulukan Khabar

Khabar wajib di dahulukan dari mubtada dalam keadaan sebagai berikut:

1. Apabila mubtada nya adalah isim nakirah yang semata-mata tidak untuk

memberitahukan dan khabarnya adalah jar wal majrur atau dharf, contohnya (فُّي

معلمون di= المدرسة sekolah ada para guru), ( ضيف ada= عندنا tamu). Jika

mubtadanya nakirah dengan maksud untuk memberitahukan maka hukumnya

boleh didahulukan atau pada tempatnya semula, contohnya ( عندنا قديم .(صديق

2. Jika khabarnya adalah istifham (kata Tanya) atau disandarkan pada kata Tanya,

contohnya ( حالك ) ,(bagaimana kabarmu= كيف هذا من ) anak siapa ini) atau= ابن

السفر ساعة .(jam berapa perginya= أي

3. Apabila ada dhamir yang berhubungan atau bergandengan dengan mubtada

sedangkan kembalinya dhamir tersebut kepada khabarnya atau sebagian dari

khabarnya, contohnya, ( طالبها المدرسة ) ,(di sekolah ada murid-murid-nya= فُّي

أطفالها الحديقة di= فُّي tama nada anak-anak-nya), dhamir yang ada pada

mubtada kembali kepada khabarnya.

4. Meringkas khabar mubtada dengan Illa (إال) atau Innama (إنما), contohnya, (ما

محمد إال ) ,(tiada yang menang kecuali Muhammad= فائز محمد فائز yang= إنما

menang adalah Muhammad), dalam contoh ini kata faiz diringkas atau

dipendekkan sebagai sifat dari Muhammad.

Boleh mendahulukan atau mengakhirkan khabar apabila khabarnya sebagai

pengkhususan setelah kata Ni’ (نعم) ma dan Bi’sa (بئس), contohnya ( الرجل نعم

) ,(alangkah baiknya lelaki itu muhammad= محمد الخيانة العمل alangkah= بئس

buruknya perbuatan khianat), Muhammad di sini bisa saja mubtada muakkhar dan

Page 12: Muftadah Wal Khabar 22

jumlah fi’liyah sebelumnya adalah khabar muqaddam, dan bisa saja mubtadanya

dihilangkan dan Muhammad di sini adalah khabarnya, karena apabila

pengkhususan setelah ni’ ma dan bi’ sa didahulukan atas fi’ilnya maka ia adalah

mubtada dan jumlah fi’liyahnya adalah khabar muakhhar oleh sebab itu boleh

didahulukan atau diakhirkan.

Boleh menghilangkan Khabar

Khabar boleh dihilangkan apabila terletak setelah Iza al fajaiyah (tiba-tiba),

contohnya ( األسد فإذا ) ,(saya keluar tiba tiba ada harimau= خرجت فإذا وصلت

saya sampai= المطر tiba-tiba hujan), khabarnya dihilangkan, asli dari kalimat

tersebut adalah ( حاضر األسد ) dan (إذا منهمر المطر Apabila ada dalil yang .(فإذا

menjelaskannya maka khabar pun boleh dihilangkan, yang dapat ditemukan pada

jawaban dari pertanyaan, misalanya ada yang bertanya ( غائب siapa yang= من

alpa?), jawabannya ( fعلُّي) dengan menghapus khabarnya yaitu ( غائب fعلُّي) karena

telah dijelaskan pada pertanyaannya. Dan apabila jumlah ismiah mengikuti (athf)

pada jumlah ismiah yang tidak dihilangkan khabarnya, maka boleh

menghilangkan khabar pada jumlah ismiah yang ma’thuf, contohnya محمد)

وأحمد وأحمد) muhammad rajin dan ahmad juga), asal dari kalimat di atas= مجتهد

,(مجتهد dihilangkan khabar jumlah ismiah yang ma’tuf karena telah

dijelaskanpadasebelumnya.

Wajib menghilangkan Khabar

Adapun tempat-tempat dimana khabar itu wajib dihilangkan adalah sebagai

berikut:

1. apabila mubtadanya adalah isim yang sharih yang menunjukkan pada sumpah,

contohnya ( الحق ألشهدن demi= لعمرك hidupmu saya bersaksi dengan

kebenaran), khabarnya wajib dihilangkan, asalnya adalah ( قسمُّي .(لعمرك

2. Khabarnya menunjukkan pada sifat yang mutlak artinya sifat tersebut

menunjukkan akan keberadaan dari sesuatu, dan hal itu terdapat pada kata yang

bergandengan dengan jar majrur atau dharf, contohnya ( اإلبريق فُّي air= الماء

Page 13: Muftadah Wal Khabar 22

berada di dalam teko), ( المكتب فوق buku berada di atas meja), yang= الكتاب

menunjukkan khabarnya telah dihilangkan yaitu .(موجود) Dan apabila

mubtadanya terletak setelah Lau la (لوال) maka khabarnya yang berarti keberadaan

pun wajib dihilangkan, contohnya ( الطفل السيارة لصدمت الله jika tidak= لوال

ada Allah, maka mobil akan menabrak anak itu), khabar yang dihilangkan adalah

kata (موجود) pada contoh ini.

3. Jika mubtadanya adalah mashdar atau isim tafdhil yang disandarkan pada

mashdar dan setelahnya bukanlah khabar melainkan hal yang menduduki

tempatnya khabar, contohnya ( متفوقا الطالب saya mendukung pelajar= تشجيعُّي

yang berprestasi), (: خاشعا العبد صالة sebaik-baik shalatnya sorang hamba= أفضل

dalam keadaan khusu’) asalnya adalah ( خشوعه عند العبد صالة .(أفضل

4. Khabarnya terletak setelah huruf Wau (واو) yang berarti dengan/bersama (مع),

contohnya, ( وزميله طالب semua= كل pelajar bersama kawanya), wau di sini

berarti bersama sehingga khabarnya dihilangkan, dan khabar yang dihilangkan

adalah kata .(مقرونان)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan dan Perhatian

1. Asal dari pada mubtada adalah ma’rifah sedangkan khabar adalah Nakirah,

contohnya ( متفوقون namun kadang ada mubtada datang dalam bentuk ,(الطالب

ma’rifat dan khabarnya pun ma’rifat, contohnya ( ربنا (الله dan ( نبينا (محمد

mubtadanya ma’rifah dan khabarnya pun ma’rifah karena idhafah. Contoh lain (

السابقون assabiqun yang pertama adalah mubtada dan yang kedua (والسابقون

Page 14: Muftadah Wal Khabar 22

adalah khabarnya, sama dengan ( أنت terdiri dari mubtada dan khabar, tapi ,(أنت

bisa juga assabiqun dan anta yang kedua adalah taukid (menegaskan) pada yang

pertama.

2. Jika mubtadanya adalah mashdar marfu’, maka mubtadanya boleh didahulukan,

contohnya ( عليكم .(سالم

3. Asal dari khabar mubtada adalah satu, namun boleh saja khabar terhadap

mubtada menjadi banyak, contohnya ( قاص كاتب شاعر (محمد kata penyair,

penulis dan penulis kisah semuanya adalah khabar dari mubtada yang

menunjukkan bolehnya ta’addud khabar terhadap mubtada.

4. Haruslah memperhatikan pnyesuaian antara khabar dan mubtada, sebagaimana

yang telah disebutkan pada hukum-hukum khabar di atas, akan tetapi ada sebagian

ayat-ayat Al Quran yang membingungkan dan menimbulkan kesan bertentangan

dengan hukum penyesuaian tersebut, padahal jika dilihat dengan seksama ternyata

semua itu ada kesesuaian antar keduanya.

5. Khabar yang terdiri dari jarr dan majrur atau dharf pada dasarnya bukanlah

khabar, melainkan ia berhubungan dengan kata yang dihilangkan, dan kata yang

dihilangkan tersebutlah yang marfu’ yang menunjukkan ia adalah khabar,

contohnya, ( اإلبريق فُّي jarr majrur di sini hanyalah berhubungan dengan (الماء

kata yang dihilangkan yaitu khabar mubtada, takdirnya adalah (كائن) atau (

.(موجود

6. Khabar mufrad boleh diikutkan (athaf) kepada khabar jarr majrur, contohnya (

قسوة اشد أو كالحجارة aysaddu qaswah khabar yang diathafkan pada jar (فهُّي

majrur yaitu kal hijarah.

7. Boleh memisahkan antara mubtada dan khabar, contohnya ( هم باآلخرة وهم

,(يوقنون kata hum adalah mubtada, dan yuqinun adalah khabarnya, dipisahkan

oleh jar majrur yang berkaitan dengan khabarnya yaitu yuqinun.

Page 15: Muftadah Wal Khabar 22

DAFTAR PUSTAKA

Anwar , K . H . Moch. Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Ajrumiyah dan

‘Imrithy. Bandung: Sinar Baru Algesindo , 2007.

Djuha , Drs. Djawahir . Tata Bahasa Arab (Ilmu Nahwu) Terjemahan Matan Al-

Ajrumiyah. Bandung : Sinar Baru Algesindo , 2007

Djupri , Drs Ghaziadin . Ilmu Nahwu Praktis. Surabaya : Apollo.