Upload
muhamadrakifp
View
54
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
i
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
KONDISI TRANSPLANTASI KARANG TAMAN NASIONAL
WILAYAH II (KALEDUPA)
WAKATOBI
Oleh :
MUHAMAD RAKIF PANGUALE C54100004
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : KONDISI TRANSPLANTASI KARANG TAMAN
NASIONAL WILAYAH II (KELEDUPA) WAKATOBI
Nama : Muhamad Rakif Panguale
NRP : C51000004
Program Studi : Ilmu dan Teknologi Kelautan
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Tri Partono, M.Sc.
NIP.19600727 198603 1 005
Mengetahui,
Ketua Departemen
Ilmu dan Teknologi Kelautan
Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc.
NIP. 19640801 198903 1 001
iii
© Hak Cipta milik Muhamad Rakif Panguale, tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi
Diizinkan untuk memanfaatkan karya ini dengan ketentuan
tidak menghapus nota hak cipta ini.
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. vii
1. PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................................... 1
2. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN ........................................................................ 2
2. 1 Waktu dan Tempat .......................................................................................................... 2
2.2 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan ....................................................................................... 2
3. KONDISI UMUM T.N. WILAYAH II WAKATOBI .......................................................... 4
4. HASIL KEGIATAN PKL ....................................................................................................... 6
4.1 Kegiatan Praktek Kerja lapang di Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II
(SPTNW II), Wakatobi ........................................................................................................... 6
4.2 Metode Transplantasi Yang Digunakan Oleh SPTNW II, Wakatobi ............................... 6
4.3 Jenis Karang yang diTransplantasi .................................................................................. 9
4.4 Faktor Lingkungan Transplantasi Karang ....................................................................... 9
4.5 Identifikasi Masalah .................................................................................................................. 10
5. PENUTUP ............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 12
LAMPIRAN ................................................................................................................................ 13
v
DAFTAR GAMBAR
1. Peta titik pengambilan data di area transplantasi karang ........................................................... 2
DAFTAR TABEL
1. Keunggulan dan Kelemahan Beberapa Metode Transplantasi Karang. ......................................7
2. Hasil pengukuran kualitas air di area transplantasi karang .......................................................10
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan petunjuk-NYA
kegiatan Praktek Kerja Lapang di Seksi Pengolahan Taman Nasional Wilayah II Wakatobi
dan penulisan laporan yang berjudul “Kondisi Transplantasi Karang Taman Nasional
Wilayah II Wakatobi” dapat terselesaikan. Laporan ini di susun berdasarkan kegiatan
Praktek Kerja Lapang yang bertempat di Taman Nasional Wilayah II, Wakatobi selama 28
hari, terhitung mulai tanggal 1 Juli sampai 28 Juli 2012. Kami menyadari bahwa tanpa
bantuan pihak lain maka kami tidak akan dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis bermaksud untuk menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
laporan ini.
Begitu banyak kekurangan disadari atas penulisan laporan ini, sehingga wajar jika
masih jauh dari kesempurnaan, olehnya itu penulis sangat mengharapkan sumbangsih berupa
saran maupun kritik yang berisifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan laporan
ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan Rahmat-Nya bagi kita semua.
Bogor, Oktober 2013
ttd
Muhamad Rakif Panguale
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Taman Nasional Wakatobi merupakan satu dari beberapa kawasan konservasi
laut yang mempunyai wilayah cukup luas, yaitu sekitar 1.390.00 Ha. Kawasan Taman
Nasional Wakatobi ini terletak di daerah segitiga karang dunia. Salah satu sumber daya
penting di Wakatobi adalah terumbu karang, yang dalam kawasan Taman Nasioal
Wakatobi terdapat 396 spesies karang scleractina hermatipic yang terbagi dalam 68
genus dan 15 famili (Kepala Balai TNW, 2010) .
Pulau Kaledupa diketegrikan sebagai wilayah yang unik karena memiliki tiga
komponen utama wilayah pesisir yaitu mangrove, lamun dan terumbu karang. Dari
ketiganya ternyata ekosistem terumbu karang yang mendapat tekanan degradasi yang
sangat besar karena sering dimanfaatkan dalam aktivitas masyarakat di pulau tersebut
(Alim, 2012)
Adanya kegiatan pengambilan karang untuk bahan bangunan, penggunaan
teknologi penangkapan ikan tradisional yang menggunakan bahan peledak dan racun
sianida, aktifitas pengambilan hasil laut (mencungkil, menginjak dan mematahkan
karang) dan aktifitas penangkapan ikan dengan menggunakan jala dan bubu yang dapat
merusak terumbu karang, pengambilan ikan hias dengan cara mengangkat terumbu
karang dari tempatnya, pengambilan terumbu karang yang khas untuk asessoris rumah
serta berbagai kegiatan lainnya (Alim, 2012).
Oleh karena itu, Pengelola Taman Nasional Wilayah II (Kaledupa), Wakatobi
melakukan rehablitasi dengan mengadakan transplantasi karang. Kegiatan ini baru
pertama kali di daerah kaledupa yang dilakukan pada tanggal 30 Juni 2013.
Pengamatan dilakukan setiap minggu pada area transplantasi. Salah satu yang diamati
yaitu kualitas air sebagai faktor lingkungan transplantasi karang. Pengamatan kualitas
air dilakukan untuk mengetahui kondisi area transplantasi karang. Sehingga penulis
ingin menentukan kondisi area transplantasi hasil pengamatan dengan membandingkan
data lapang dan literature yang ada.
1.2 Tujuan
Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) bertujuan menentukan kondisi
transplantasi karang saat pengamatan yang dilakukan oleh pengelola Taman Nasional
Wilayah II Wakatobi.
2
2. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN LAPANG
3.1 Waktu dan Tempat
Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan pada tanggal 1 Juli Sampai 28 Juli
2013 bertempat di Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II, Wakatobi.
Pengambilan data dilakukan di sekitar pulau Kaledupa.
Gambar 1. Peta titik pengambilan data di area transplantasi karang.
3.2 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan
3.2.1 Pengambilan Data
Prosedur pelaksanaan pengambilan data dalam Praktek Kerja Lapang
ini yaitu dengan pengamatan langsung (in situ) di area transplantasi karang
Taman Nasional Wilayah II Wakatobi. Data yang diambil meliputi salinitas,
suhu, pH dan arus. Sampel air yang digunakan untuk pengukuran salinitas, suhu
dan pH diambil disekitas area transplantasi karang pada kedalaman 3.3 meter
mengunakan botol dengan menyelam. Salinitas diukur menggunakan refrakto
meter dan pH diukur menggunakan pH meter. Pengukuran suhu menggunakan
divecom yang dipakai oleh penyelam. Sedangkan pengukuran arus
menggunakan instrumen drifter.
3
3.2.2 Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui jenis karang yang
ditransplantasikan oleh SPTNW II Taman Nasional Wakatobi. Selain itu, untuk
mengetahui metode transplantasi karang yang digunakan dan tujuan
transplantasi karang yang dilakukan oleh SPTNW II Taman Nasinal Wakatobi.
3.2.3 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mempermudah pengolahan data.
Pengumpulan data dilakukan di Kantor SPTNW II Taman Nasional Wakatobi.
Data yang diperoleh, diolah dengan menggunkan MS. Exel.
3.2.4 Studi Literatur
Studi literatur merupakan dasar dalam menentukan kondisi umum
transplantasi karang. Pencarian literatur terutama pada kondisi optimal karang
yang berkaitan dengan salinitas, suhu, pH, dan arus. Kegiatan yang dilakukan
selama studi literature adalah :
a. Mengunduh artikel ilmiah via internet.
b. Buku – buku yang berkaitan dengan kualitas perairan karang dan
transplantasi karang.
4
3. KONDISI UMUM T.N. WILAYAH II WAKATOBI
Wakatobi adalah salah satu kawasan tanam nasional yang berada di bagian timur
kepulauan Indonesia. Wakatobi ini merupakan singkatan dari empat pulau besar yang terdiri
dari Wangi-Wangi (Wanci), Kaledupa, Tomia dan Binongko. Kabupaten Wakatobi terletak
di bagian Tenggara pulau Sulawesi. ecara geografis Wakatobi terletak di antara 05⁰12ʹ00ʺ -
06⁰10ʹ00ʺ lintang selatan (sepanjang kurang lebih 160 km) dan membentang dari barat ke
timur diantara 123⁰20ʹ00ʺ - 124⁰39ʹ00ʺ Bujur Timur (sepanjang kurang lebih 120 km) atau
pada bagian tenggara pulau Sulawesi dan diapit oleh dua lautan yaitu Laut Banda dan laut
Flores (Alim, 2012).
Kepala Balai TNW. 2010 Secara keseluruhan kepulauan ini terdiri dari 39 pulau, 3
gosong dan 5 atol. Wakatobi memiliki beragam jenis terumbu karang yang masih dapat
dilihat hingga sekarang. Terumbu karang di kepulauan ini terdiri dari karang tepi (fringing
reef), gosong karang (patch reef) dan atol. Di daerah tubir karang cukup bervariasi jenisnya
seperti Acropora spp, Montipora spp, Porites spp, dan Stylophora pistillata. Lereng terumbu
mempunyai kemiringan antara 60-70⁰ dengan pertumbuhan karang hidup yang tidak begitu
rapat (patches) sampai kedalaman 40 meter sehingga karang yang tumbuh hanya didominasi
oleh Acropora hyacinthus Echinopora mammiformis, Porites cylindrica dan beberapa Favia
spp.
Pada tahun 1995 pemerintah RI melalui Menteri Kehutanan menetapkan Wakatobi
sebagai Taman Wisata Alam Laut (SK Menteri Kehutanan RI Nomor 462/KPTS-II/1995).
Hal ini ditetapkan mengingat Kepulauan Wakatobi merupakan salah satu wilyah yang
memilki keanekaragaman hayati laut yang terlengkap di Dunia dan terletak pada pusat
segitiga karang dunia (Coral Triangle Center). Selanjutnya pada tahun 1996 ditingkatkan
statusnya menjadi wilayah Koservasi dengan status Taman Nasional (SK Menteri Kehutanan
RI Nomor 393/KPTS-VI/1996, Tanggal 30 Juni 1996 dan ditetapkan berdasarkan SK Menhut
Nomor 7651/KPTS-II/2002 tanggal 19 Agustus 2002).
5
Taman Nasional Wakatobi terbagi dalam tiga wilayah pengelolaan. Salah satunya
adalah pulau Kaledupa yang dikelola oleh Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah
(SPTNW) II. Pulau Kaledupa merupakan salah satu gugusan pulau terbesar kedua setelah
kecamatan Wangi-wangi. Pulau Kaledupa memiliki garis pantai terpanjang diantara pulau
terbesar yang ada di Kepulauan Wakatobi dengan panjang garis pnatainya 64, 8 km2. Dengan
kondisi ini Kecamatan Kaledupa memiliki potensi dan sumber daya alam yang cukup
signifikan mulai dari pesisir pantai, sebaran mangrove, padang lamun, dan terumbu karang
(Alim, 2012).
6
4. HASIL KEGIATAN PKL
4.1 Kegiatan Praktek Kerja lapang di Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II
(SPTNW II), Wakatobi
Kegiatan Praktek kerja Lapang (PKL) lebih difokuskan untuk pengambilan
data oseanografi . Pengambilan data dilakuakan dalam jangka waktu sehari.
Pengambilan data oseanografi meliputi, suhu, salinitas, pH, dan kecepatan arus serta
arah arus di area transplantasi karang. Setelah pengambilan data, dilanjutkan dengan
pengolahan data di kantor Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II (Kaledupa),
Wakatobi.
4.2 Metode Transplantasi Yang Digunakan Oleh SPTNW II, Wakatobi
Transplantasi karang adalah suatu metode penanaman dan penumbuhan suatu
koloni karang dengan metode fragmentasi dimana koloni tersebut diambil dari suatu
induk koloni tertentu. Transplantasi karang bertujuan untuk mempercepat regenerasi
dari terumbu karang yang telah mengalami kerusakan, atau sebagai cara untuk
memperbaiki daerah terumbu karang (Harriot & Fisk, 1988). Transplantasi karang telah
dipelajari dan dikembangkan sebagai suatu teknologi dalam pengelolaan terumbu
karang terutama pada daerah-daerah bernilai ekonomi tinggi (Harriot & Fisk, 1988).
Transplantasi karang yang dilakukan Seksi Pengelolaan Taman Nasional
Wilayah II (SPTNW II) Wakatobi bertujuan untuk mengrehabilitasi kerusakan karang
yang terjadi di perairan sekitar pulau Kaledupa. Transplantasi yang dilakukan
merupakan kegiatan ujicoba karena baru pertama kalinya dilakukan oleh SPTNW II.
Pada masa mendatang, transplantasi karang bertujuan memiliki banyak kegunaan
diantaranya untuk melapisi bangunan-bangunan bawah laut agar kokoh untuk
menambah jumlah spesies karang yang langka atau terancam punah untuk pengganti
kebutuhan pengambilan karang hidup untuk akuarium (Sadarun, 1999).
Hal-hal yang harus diperhartikan dalam transplantasi karang adalah proses
pemotongan, pengambilan dan pengangkutan karang donor yang akan di
tranplantasikan. Pemotongan karang hendaknya mengikuti arah arus untuk menghindari
penutupan koloni akibat pelendiran karang. Pengambilan karang donor hendaknya
disesuaikan dengan lokasi transplantasi untuk menghindari stress pada karang. Stres
pada karang adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh perubahan ekosistem atau
faktor eksternal maupun internal yang menyebabkan produktivitas karang menurun.
7
Stres pada karang menyebabkan perubahan pada metabolisme, pertumbuhan, warna
(memucat), tingkah laku (mengeluarkan lender berlebih) dan reproduksinya akibat
faktor-faktor yang membatasi aktivitas organisme tersebut (Saenger & Holmes 1992 in
Zulfikar, 2003). Secara biologis transplantasi karang dinyatakan sukses dengan tingkat
ketahanan hidup berkisar 50-100% ketika karang ditransplantasikan pada habitat yang
serupa dengan habitat dimana mereka dikoleksi (Harriot & Fisk, 1988). Tingkat
ketahanan hidup karang yang ditransplantasi dapat tinggi walaupun tidak dilekatkan
pada substrat asal saja pelaksanaannya dilakukan di daerah terlindung terutama dari
aksi gelombang. Metode yang digunakan oleh SPTNW II yaitu metode dengan
menggunakan beton yang dilubangi. Kemudian karang yang ditransplantasi diletakkan
di atas beton tersebut. Keunggulan dan Kelemahan dari beberapa metode transplantasi
karang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Keunggulan dan Kelemahan Beberapa Metode Transplantasi Karang
Metode
Transplantasi
Bahan dan Cara
Kerja
Keunggulan Kelemahan
Metode Patok Patok kayu tahan
air atau besi yang
dicat anti karat
ditancapkan di
perairan
Biaya yang
dibutuhkan sangat
sedikit, pemasangan
relative mudah.
Gangguan sampah
hamper tidak ada.
Cocok untuk karang
lunak, waktu/lamaa
pekerjaan relative
singkat
Tata letak metode
patok didasar
perairan tidak
teratur,
karenasangat
tergantung dari
kondisi dasar
perairan. Karang
besi dapat
menyebkan
pencemaran
Metode Jaring Jarring atau waring
bekas dan tali ris
dengan ukuran
disesuaikan
dengan kebutuhan
Bahan muda
didapatkan, dapat
menggunakan bahan
bekas,biaya lebih
murah, baik untuk tiap
karang massif (bukan
bercabang)
Sulit untuk
dibersikan, sukar
dalam
pengukurang
terutama untuk
mengukur tinggi,
pertumbuhan
karang tidak rata,
kedudukan media
didasar perairan
kurang stabil
Metode Jaring
dan substrat
Jarring yang
dilengkapi dengan
substrat yang
terbuat dari semen,
keramik atau
gerabah dengan
ukuran 10 x 10 cm
Pengukuran relative
lebih murah, lebih
rapid dan teratur, baik
untuk karang yang
bercabang.
Biaya lebih mahal,
proses pemasangan
lebih rumit,
membutuhkan
tenaga yang lebih
banyak,
membutuhkan
waktu yang lebih
lama
8
Metode
jarring dan
rangka
Rangka besi yang
dicat anti karat dan
diatasnya ditutupi
dengan jaring yang
diikat secara kuat
dan rapih. Rangka
yang ideal
berukuran 100 x
80 cm berbentuk
bujur sangkar dan
pada bagian ujung-
ujung bujur
sangkar, terdapat
kaki-kaki tegak
lurus masing-
masing sepanjang
10 cm, di bagian
bujur sangkarnya
ditutupi dengan
jaring tempat
mengikat bibit
bibit transplantasi
Konstruksinya lebih
kokoh daripada
metode 1,2 dan 3
dapat ditata sesuai
dengan keinginan,
monitoring dan
evaluasi lebih mudah,
baik bagi karang
massif bercabang,
memiliki nilai
estetika.
Berbagai karang
yang berbentuk
bercabang tidak
dapat tumbuh
dengan tegak,
biaya sedikit lebih
mahal. Rangka
besi dapat
menyebabkan
pencemaran
Metode
jarring
Rangka dan
Substrat
Metode ini
merupakan
perpaduan antara
metode 3 dan 4.
Ukuran diameter
substrat + 10 cm
dengan tebal 2 cm,
panjang patok 5-
10cm, bahan patok
terbuat dari
peralatan kecil
yang diisi semen
dan diberi cat agar
tidak
mengakibatkan
pencemaran,
rangka sebaiknya
berbentuk siku
berukuran 100 x
80 cm dan diberi
cat agar tidak
mengakibatkan
pencemaran
Lebih koko dan kuat,
cocok untuk obyek
penelitian, cocok
untuk karang lunak
dan karang bercabang,
memiliki nilai
estetika, bernilai
ekonomis
Biaya yang
dibutuhkan relative
mahal, rangka besi
dapat
menyebabkan
pencemaran
Sumber ; Anonim 2010. Pelatihan Ekologi Terumbu Karang; Laporan Akhir, Yayasan
Lanra Link Makassar
9
4.3 Jenis Karang yang Ditransplantasi
Karang yang ditransplantasi di Taman Nasional Wilayah II (Kaledupa) merupakan
karang bergenus Acropora. Menurut Wells (1954) in Suharsono (2008) klasifikasi
hewan karang pembentuk terumbu yang ditransplantasikan adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Cnidaria/Madreporaria
Kelas : Anthozoa
Sub kelas : Zoantharia
Ordo : Scleractinia
Famili : Acroporidae
Genus : Acropora
Jenis karang acropora sangat baik untuk di transplantasi. Acropora memiliki bentuk
percabangan sangat bervariasi, mulai dari korimbosa, arboresen, kapitosa dan lain-
lainya. Ciri khas dari marga ini adalah mempunyai axial koralit dan radial koralit.
Bentuk radial koralit juga bervariasi dari bentuk tubular nariform, dan tenggelam.
Marga ini mempunyai sekitar 113 jenis, tersebar di seluruh perairan Indonesia
(Suharsono, 2008).
4.4 Faktor Lingkungan Transplantasi Karang
Kelangsungan hidup ekosistem terumbu karang ditentukan oleh beberapa
factor lingkungan yaitu: cahaya matahari, suhu, salinitas, kejernihan air, pergerakan air
(arus/gelombang), pengendapan serta jenis substrat (Gross, 1990 dan Nybakken, 1988
dalam Alim, 2012). Suhu optimal untuk pertumbuhan karang berkisar antara 250C -
280C, namun demikian beberapa jenis karang batu masih dapat hidup pada suhu 18
0C
(Davis, 1986 dalam Alim, 2012). Toleransi karang batu terhadap salinitas cukup tinggi
yakni berkisar 27 – 40 0/00 (Nybakken, 1988 dan Evans, 1984 dalam Alim, 2012).
Kemudian Nontji, (2002) menyatakan bahwa arus merupakan gerakan mengalir suatu
masa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angin, atau karena perbedaan densitas air
laut atau pula dapat di sebabkan oleh gerakan gelombang panjang.
Karang Acropora Menurut Bengen (1995) tergolong sensitive karena
membutuhkan kecerahan perairan yang tinggi dan perairan terbuka dengan sirkulasi air
yang bebas. Karakteristik lingkungan seperti ini diperlukan karena tipe karang ini tidak
dapat membersikan diri sendiri sebab memiliki polib yang relative kecil sehingga
memerlukan ombak dan arus yang sesuai. Smith dalam Lalamentik, (1991)
10
menambahkan bahwa semakin cepat arus dapat membantu karang dalam menghalau
sedimen yang terjadi dalam proses pembeersihan diri. Namun arus juga merupakan
salah satu peyebab kerusakan karang. Hal ini disebabkan perubahan arus yang besar
karena adanya siklon disertai air pasang yang tinggi serta arus yang sangat kuat
sehingga beberapa karang yang besar dapat berpindah tempat dari area yang satu ke
tempat yang lain. Perpindahan ini dapat menghancurkan apa saja yang dilaluinya dan
akhirnya menghasilkan suatu penimbunan terumbu karang yang lain (Alim, 2012).
Pada wilyah transplantasi cuaca cerah pada saat pengambiln data.
Pengambilan data dilakukan pada jam 11.00 WITA. Pengambilan beberapa parameter
tersebut dilakukan sebagai bentuk monitoring serta data pendukung untuk melakukan
transplatasi karang. Berikut merupakan data yang telah didapatkan.
Tabel 2. Hasil pengukuran kualitas air di area transplantasi.
Lintang -5.4791
Bujur 123.7668
Suhu (°C) 28
pH 8.18
Salinitas 31.3
Kecepatan Arus (cm/s) 49.71
Arah Arus(°) 358.98
Tabel diatas menunjukan bahwa suhu pada area transplantasi karang
merupakan suhu optimal untuk pertumbuhan karang sehingga karang dapat tumbuh
optimal. Suhu diarea tersebut masih dipengaruhi oleh cahaya matahari/suhu permukaan
karena kedalam pembuatan transplantasi karang berkisar antara 3-5 meter. Salinitas
pada area transplantasi karang juga tergolong baik karena masih dalam range/batas
tolerasi karang. Sedangkan kecepatan arus yang terdapat di area transplantasi karang
tidak begitu besar yaitu 49.71 cm/s ke arah utara sehingga kerusakan karang pada area
tersebut dapat dikurangi.
4.5 Identifikasi Masalah
Permasalahan yang terjadi pada transplantasi karang adalah kurang
pemantauan yang rutin untuk melihat perkembangan karang. selain itu, penggunaan alat
yang masih konvensional menyebabkan pengamatan karang yang ditransplantasi
membutuhkan waktu yang cukup lama.
11
5. PENUTUP
Hasil dari praktek kerja lapang menunjukan kondisi di area transplantasi karang cukup
optimal untuk pertumbuhan karang. Hal ini ditunjukan oleh beberapa parameter oseanografi
yang diambil cukup optimum setelah dibandingkan dengan literature. Suhu pada area
transplantasi adalah 28 °C. Suhu tersebut masih dapat ditoleransi oleh karang untuk tumbuh
berkembang. pH pada area transplantasi karang rata-rata 8.18. Rata-rata salinitas/kadar
garam yang terukur pada area transplantasi karang 31.3. Kecepatan Arus 49.71 cm/s dan
arah arus kea rah utara. Jenis karang yang ditransplantasi merupakan karang yang umum
digunakan untuk kegiatan transplantasi yaitu Acropora. Metode yang digunakan dengan
menggunakan beton yang ditancapkan karang.
12
DAFTAR PUSTAKA
Alim, S. 2012. Kajian Distribusi Dan Kondisikarakteristik Dasar Perairan Pada Ekosistem
Terumbu Karang Dengan Menggunakan Citra Satelit Di Pulau
Kaledupa Kabupaten Wakatobi. Proposal penelitian Tesis program studi
mgister manajemen perairan dan teknolgi kelautan, Universitas Muslim
Indonesia, Makassar.
Bengen, D.G. 1995. Sebaran Spasial Karang (Scleratinia) dan Asosiasinya Dengan
Karakteristik Habitat di Pantai Blebu dan Pulau Sekapal Lampung
Selatan. Prosindings Seminar Nasional Pengelolaan Terumbu Karang.
LIPI
Kepala Balai TNW. 2010. Seri Pengenalan Jenis Karang (Jilid 1) Di Taman Nasional
Wakatobi. Balai Taman Nasional Wakatobi.Bau-Bau, Sultra.
Lalamentik, L.T.X. 1991. Karang dan Terumbu Karang. Fakultas Perikanan Universitas Sam
Ratulangi. Manado.
Nybaken, J.W,. 1988. Biologi Laut; Suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia. Jakarta
Suharsono. 1996. Jenis-jenis Karang yang Umum dijumpai di Perairan Indonesia. Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi, Proyek Penelitian dan Pengembangan Daerah Pantai,
Jakarta
13
LAMPIRAN
Setting Drifter untuk pengambilan
data arus
Pengukuran pH dan Salinitas
sampel air menggunakan pH
Meter dan refraktometer
Pengambilan sampel air dengan menyelam di area transplantasi pada
kedalam 3.3 meter