8
VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009 Kurnianingsih, dkk. 23 PENGARUH PEMBERIAN BAP (6-Benzyl Amino Purine) PADA MEDIA MULTIPLIKASI TUNAS Anthurium hookerii Kunth. Enum. SECARA IN VITRO Rahayu Kurnianingsih 1 , Marfuah 2 , Ikhsan Matondang 1 1 Fakultas Biologi Universitas Nasional ; 2 Dinas Pertamanan DKI Jakarta Raya ABSTRACT Anthurium hookerii Kunth. Enum. is a species of Anthurium which attract high interest from many people, because of its unique shape of leaves. Tissue culture or in vitro culture is an alternative propagation method for Anthurium and it has high potential to be developed. In this experiment the axillary buds from in vitro plants of Anthurium hookerii Kunth. Enum. was used as explant. The experiment was conduted according to Completely Randomized Design with five replication each and five treatments of MS media added with varying concentrations of BAP (6- Benzyl Amino Purine) (0; 0.2; 0.4; 0.6 and 0.8 ppm). The result showed that addition of BAP in the MS media increased shoot formation and multiplication of Anthurium hookerii Kunth. Enum. compared to MS media without BAP. Addition of 0.2 ppm BAP in the MS media was the best media for increased shoot formation and multiplication of Anthurium hookerii Kunth. Enum. with the most optimum number of shoot and leaves. Key words : Anthurium hookerii, in vitro culture PENDAHULUAN Anthurium merupakan tanaman hias komersial di Indonesia. Tanaman ini disukai oleh masyarakat karena keindahan warna, bentuk bunga dan daunnya yang beragam, diantaranya adalah bentuk jantung, lanset dan bulat telur. Anthurium dibedakan menjadi dua golongan yaitu Anthurium daun dan Anthurium bunga. Anthurium daun terkenal karena keindahan daunnya sehingga disebut sebagai tanaman hias berdaun indah, sedangkan Anthurium bunga terkenal dengan kesegaran bunganya yang dapat bertahan lama sehingga sering dimanfaatkan sebagai bunga potong (cutting flower) (Budhiprawira dan Saraswati, 2006). Anthurium daun merupakan tanaman hias yang sangat populer dan diminati oleh masyarakat karena mempunyai daun dengan bentuk yang unik dan bervariasi (Kadir, 2007). Henny dkk. (2007) menyebutkan Anthurium hookerii adalah salah satu jenis Anthurium daun yang diminati oleh masyarakat. Tanaman ini terkenal dengan nama Anthurium sarang burung atau Bird’s Nest Anthurium. Daunnya yang berukuran besar dan berbentuk lanset dengan tepi daun bergelombang merupakan daya tarik tersendiri dari Anthurium hookerii (Budhiprawira dan Saraswati, 2006). Anthurium merupakan tanaman hias yang berpotensi untuk diekspor selain anggrek (Rukmana, 1997). Perkembangan ekspor tanaman Anthurium Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 ekspor tanaman Anthurium Indonesia mencapai 1.112.724 ton, tahun 2005 meningkat menjadi 2.615.999 ton (Departemen Pertanian, ISSN 1978-9513

Multiplikasi Tunas Sec in Vitro

Embed Size (px)

DESCRIPTION

in vitro

Citation preview

Page 1: Multiplikasi Tunas Sec in Vitro

VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

Kurnianingsih, dkk. 23

PENGARUH PEMBERIAN BAP (6-Benzyl Amino Purine)PADA MEDIA MULTIPLIKASI TUNAS Anthurium hookerii Kunth. Enum.

SECARA IN VITRO

Rahayu Kurnianingsih1, Marfuah2, Ikhsan Matondang1

1 Fakultas Biologi Universitas Nasional ; 2 Dinas Pertamanan DKI Jakarta Raya

ABSTRACT

Anthurium hookerii Kunth. Enum. is a species of Anthurium which attract highinterest from many people, because of its unique shape of leaves. Tissue culture orin vitro culture is an alternative propagation method for Anthurium and it has highpotential to be developed. In this experiment the axillary buds from in vitro plants ofAnthurium hookerii Kunth. Enum. was used as explant. The experiment wasconduted according to Completely Randomized Design with five replication eachand five treatments of MS media added with varying concentrations of BAP (6-Benzyl Amino Purine) (0; 0.2; 0.4; 0.6 and 0.8 ppm). The result showed thataddition of BAP in the MS media increased shoot formation and multiplication ofAnthurium hookerii Kunth. Enum. compared to MS media without BAP. Addition of0.2 ppm BAP in the MS media was the best media for increased shoot formationand multiplication of Anthurium hookerii Kunth. Enum. with the most optimumnumber of shoot and leaves.

Key words : Anthurium hookerii, in vitro culture

PENDAHULUAN

Anthurium merupakan tanaman hiaskomersial di Indonesia. Tanaman inidisukai oleh masyarakat karena keindahanwarna, bentuk bunga dan daunnya yangberagam, diantaranya adalah bentukjantung, lanset dan bulat telur. Anthuriumdibedakan menjadi dua golongan yaituAnthurium daun dan Anthurium bunga.Anthurium daun terkenal karena keindahandaunnya sehingga disebut sebagai tanamanhias berdaun indah, sedangkan Anthuriumbunga terkenal dengan kesegaran bunganyayang dapat bertahan lama sehingga seringdimanfaatkan sebagai bunga potong(cutting flower) (Budhiprawira danSaraswati, 2006).

Anthurium daun merupakantanaman hias yang sangat populer dandiminati oleh masyarakat karena

mempunyai daun dengan bentuk yang unikdan bervariasi (Kadir, 2007). Henny dkk.(2007) menyebutkan Anthurium hookeriiadalah salah satu jenis Anthurium daunyang diminati oleh masyarakat. Tanamanini terkenal dengan nama Anthurium sarangburung atau Bird’s Nest Anthurium.Daunnya yang berukuran besar danberbentuk lanset dengan tepi daunbergelombang merupakan daya tariktersendiri dari Anthurium hookerii(Budhiprawira dan Saraswati, 2006).

Anthurium merupakan tanaman hiasyang berpotensi untuk diekspor selainanggrek (Rukmana, 1997). Perkembanganekspor tanaman Anthurium Indonesiamengalami peningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2004 ekspor tanamanAnthurium Indonesia mencapai 1.112.724ton, tahun 2005 meningkat menjadi2.615.999 ton (Departemen Pertanian,

ISSN 1978-9513

Page 2: Multiplikasi Tunas Sec in Vitro

VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

Kurnianingsih, dkk. 24

2005; Dinas Pertanian dan KehutananPropinsi DKI Jakarta, 2006).

Permintaan konsumen yangsemakin meningkat terhadap tanaman hiasAnthurium menyebabkan produsentanaman hias berusaha untukmeningkatkan produksi tanaman tersebutdengan melakukan berbagai caraperbanyakan. Marlina (2004) menjelaskanbahwa secara konvensional, perbanyakanAnthurium dilakukan melalui biji danpemisahan anakan, tetapi teknik ini tidakdapat diharapkan untuk memenuhipermintaan konsumen dalam skala besarkarena memerlukan waktu yang lamauntuk mendapatkan biji atau memisahkananakan. Melalui biji diperlukan waktukurang lebih 3 tahun, sejak penyerbukan,biji masak, hingga tanaman menjadidewasa, sedangkan melalui pemisahananakan memerlukan waktu antara 6 - 12bulan untuk siap dipisahkan dan untukpendewasaan hingga tanaman siap dijualmemerlukan waktu sekitar 6 - 8 bulan.

Peningkatan produksi tanaman hiasAnthurium hanya dapat dicapai denganusaha perbanyakan tanaman yang efisien.Metode kultur jaringan atau kultur in vitromerupakan salah satu metode perbanyakanalternatif pada tanaman Anthurium (Lee-Espinosa dkk., 2003). Kultur in vitromerupakan teknik menumbuhkembangkanbagian tanaman, baik berupa sel, jaringanmaupun organ dalam kondisi aseptik secarain vitro. Teknik ini mampu memperbanyaktanaman dalam jumlah banyak dan dalamwaktu yang relatif singkat. Oleh karena ituperbanyakan Anthurium dengan teknikkultur in vitro memiliki potensi untukdikembangkan (Marlina dan Rusnandi,2007).

BAP (6-Benzyl Amino Purine)merupakan golongan sitokinin sintetikyang paling sering digunakan dalamperbanyakan tanaman secara kultur invitro. Hal ini karena BAP mempunyaiefektifitas yang cukup tinggi untuk

perbanyakan tunas, mudah didapat danrelatif lebih murah dibandingkan dengankinetin (Krikorian, 1995; Yusnita, 2003).

Penggunaan BAP dalamperbanyakan tanaman Anthurium secarakultur in vitro dilakukan oleh Puchooa danSookun (2003) yang menggunakan 0,5mg/L BAP dalam media Nitsch untukmenginduksi multiplikasi tunas Anthuriumandreanum. Penggunaan BAP 1 mg/Ldalam media ½ MS dilakukan oleh Marlina(2004) untuk menginduksi pembentukankalus dan bakal tunas pada Anthurium hasilsilangan Merah Filipina x Merah Belanda.Oleh karena itu penggunaan BAP denganberagam konsentrasi diharapkan dapatmeningkatkan multiplikasi tunas tanamanAnthurium hookerii Kunth. Enum. secarain vitro.

Tujuan penelitian ini adalahmendapatkan konsentrasi BAP yangterbaik untuk multiplikasi tunas tanamanAnthurium hookerii Kunth. Enum. secarain vitro.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Laborato-rium Kultur Jaringan Kebun Bibit CiganjurSeksi Pembibitan Tanaman, Sub DinasBudidaya Tanaman, Dinas PertamananDKI Jakarta pada bulan Maret - Agustus2007.

Bahan tanaman yang digunakansebagai sumber eksplan adalah tunassamping (tunas aksiler) dari biakanAnthurium hookerii Kunth. Enum. secarain vitro. Media dasar yang digunakanadalah media Murashige-Skoog (MS)dalam bentuk padat dengan penambahanagar swallow sebanyak 7 g/L.

Rancangan percobaan yangdigunakan adalah Rancangan AcakLengkap (RAL) dengan 5 ulangan dan 5perlakuan yaitu media MS padat denganpenambahan zat pengatur tumbuh sitokinin

Page 3: Multiplikasi Tunas Sec in Vitro

VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

Kurnianingsih, dkk. 25

berupa BAP (6-Benzyl Amino Purine)dengan beberapa konsentrasi yaitu 0 (tanpaBAP); 0,2; 0,4; 0,6 dan 0,8 ppm.

Botol-botol kultur yang telahditanam dengan eksplan diletakkan di atasrak-rak kultur secara acak. Kondisiruangan kultur diatur pada suhu 21ºC,kelembaban 50 - 60% dengan lamapenyinaran 11 jam terang dan 13 jamgelap. Pengamatan dilakukan pada mingguke-8 setelah tanam dengan variabel-variabel pengamatan yaitu jumlah tunas,jumlah daun dan tinggi tunas (cm).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan secara visualselama 8 minggu menunjukkan bahwasecara umum eksplan yang ditanam padamedia MS tanpa penambahan zat pengaturtumbuh BAP maupun pada media MSdengan penambahan zat pengatur tumbuhBAP memperlihatkan pertumbuhan yangbaik. Masing-masing perlakuan menunjuk-

kan pengaruh yang berbeda-beda terhadappertumbuhan dari eksplan. Pertumbuhaneksplan ditandai dengan eksplan terlihatmembesar dan adanya nodul-nodul bakaltunas.

Eksplan yang ditanam pada mediaMS tanpa penambahan BAP menunjukkanadanya pertumbuhan yang ditandai denganterjadinya pemanjangan sel, tetapi tidakterjadi perbanyakan atau multiplikasi tunassehingga eksplan yang ditanam hanyaterlihat bertambah tinggi. Selain itu, padaperlakuan ini juga terlihat adanyapembentukan akar (Gambar 1). Hal inimungkin disebabkan eksplan tunassamping yang ditanam pada media kulturmenghasilkan auksin endogen dengankonsentrasi yang cukup tinggi sehinggapertumbuhan eksplan lebih diarahkan padapemanjangan sel dan pembentukan akar.Pendapat tersebut didukung olehWidyastuti (2004) bahwa akar yangtumbuh pada media tanpa zat pengaturtumbuh kemungkinan diinduksi olehauksin endogen.

Gambar 1. Pembentukan akar pada media MS tanpa penambahan BAP

Rahardja (1989) dan Cleland(1995) menyebutkan bahwa dalam kulturjaringan auksin merupakan zat pengaturtumbuh yang dapat menyebabkanterjadinya pemanjangan sel pada jaringantunas muda dan merangsang pembentukanakar. Jika konsentrasi auksin dalam media

kultur tinggi maka akan menghambatpertumbuhan tunas (Jacobs, 1979).

Pada komposisi media perlakuanyaitu media MS yang ditambah zatpengatur tumbuh BAP dengan beragamkonsentrasi (0,2; 0,4; 0,6 dan 0,8 ppm)menunjukkan terjadinya pembentukan danmultiplikasi tunas melalui organogenesis

Akar

Page 4: Multiplikasi Tunas Sec in Vitro

VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

Kurnianingsih, dkk. 26

secara langsung dari eksplan tunas samping(tunas aksiler) Anthurium hookerii Kunth.Enum. Komposisi media MS denganpenambahan BAP 0,2 ppm merupakankomposisi media perlakuan yang palingbanyak merangsang pembentukan danmultiplikasi tunas dibandingkan dengankonsentrasi BAP yang lainnya.

Terjadinya pembentukan danmultiplikasi tunas pada media perlakuandiduga karena konsentrasi sitokinineksogen yang ditambahkan ke dalam mediakultur lebih tinggi dibandingkan dengankonsentrasi auksin endogen yangdihasilkan oleh eksplan. Hal ini diperkuatoleh pernyataan Gunawan (1992) bahwainteraksi antara zat pengatur tumbuheksogen dan endogen menentukan arahperkembangan suatu kultur. Jika dalammedia kultur konsentrasi sitokinin lebihtinggi dibandingkan dengan auksin maka

akan merangsang pembentukan danmultiplikasi tunas (Hartmann dan Kester,1959; Widiastoety dkk., 1997).

A. Jumlah Tunas

Hasil sidik ragam menunjukkanadanya pengaruh yang berbeda nyata(signifikan) antara beberapa perlakuanyang diberikan terhadap nilai rata-ratajumlah tunas (p = 0,000). Pemberian zatpengatur tumbuh BAP beragamkonsentrasi dalam media MS mampumeningkatkan terjadinya pembentukan danmultiplikasi tunas Anthurium hookeriiKunth. Enum. bila dibandingkan denganmedia MS tanpa penambahan BAP. Hal initerlihat dari nilai rata-rata jumlah tunasyang lebih banyak terdapat pada perlakuanpemberian BAP (Tabel 1).

Tabel 1. Ringkasan Statistik Deskriptif Jumlah Tunas.

KonsentrasiBAP N Mean

Std.Deviation Std. Error

95% ConfidenceInterval for Mean

Min MaxLowerBound

UpperBound

0 ppm 5 3.4 .894427 .400000 2.28942 4.51058 2 4

0,2 ppm 5 18.4 .894427 .400000 17.28942 19.51058 18 20

0,4 ppm 5 17.8 .447214 .200000 17.24471 18.35529 17 18

0,6 ppm 5 15.6 1.516575 .678233 13.71692 17.48308 14 17

0,8 ppm 5 15.2 1.303840 .583095 13.58107 16.81893 14 17

Total 25 14.08 5.678321 1.135664 11.73610 16.42390 2 20

Widiastoety dkk. (1991) melapor-kan bahwa pemberian BAP dalam mediakultur dapat merangsang terjadinyapembentukan dan multiplikasi tunas darieksplan (potongan jaringan). Hal initerlihat dari nilai rata-rata jumlah tunasyang dihasilkan pada media denganpenambahan BAP lebih banyak dibanding-kan dengan media tanpa penambahan BAP.

Menurut Utami (1998) sitokinindalam hal ini BAP berperan memacu

terjadinya sintesis RNA dan protein padaberbagai jaringan yang selanjutnya dapatmendorong terjadinya pembelahan sel.Selain itu, BAP juga dapat memacujaringan untuk menyerap air dari sekitarnyasehingga proses sintesis protein danpembelahan sel dapat berjalan dengan baik.Chaerudin dkk. (1996) menambahkan BAPmerupakan suatu zat pengatur tumbuhsintetik yang tidak mudah dirombak oleh

Page 5: Multiplikasi Tunas Sec in Vitro

VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

Kurnianingsih, dkk. 27

sistem enzim dari tanaman sehingga dapatmemacu induksi dan multiplikasi tunas.

Pemberian BAP dengan konsentrasi0,2 ppm ke dalam media dasar MSmerupakan media yang paling baik untukmerangsang terjadinya pembentukan danmultiplikasi tunas melalui organogenesissecara langsung (Gambar 2). Kenyataan inisesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Lee-Espinosa dkk. (2003),yang dengan menggunakan BAP 0,2 mg/Ldalam media MS padat dapat menginduksitunas-tunas adventif dan meningkatkankemampuan regenerasi yang tinggi melaluiorganogenesis secara langsung dari eksplantunas aksiler pada tanaman Anthuriumandreanum kultivar Midori dan Kalapana.

Gambar 2. Jumlah tunas dan daun terbanyak pada media MS denganpenambahan BAP 0,2 ppm.

B. Jumlah Daun

Hasil sidik ragam menunjukkanadanya pengaruh yang berbeda nyata(signifikan) antara beberapa perlakuanyang diberikan terhadap nilai rata-ratajumlah daun (p = 0,000). Pemberian BAPdengan beragam konsentrasi dalam media

MS mempunyai pengaruh merangsangpembentukan daun yang lebih baik biladibandingkan dengan media MS tanpapenambahan BAP. Hal ini terlihat dari nilairata-rata jumlah daun yang lebih banyakterdapat pada perlakuan pemberian BAP(Tabel 2).

Tabel 2. Ringkasan Statistik Deskriptif Jumlah Daun

KonsentrasiBAP N Mean

Std.Deviation

Std.Error

95% ConfidenceInterval for Mean

Min MaxLowerBound

UpperBound

0 ppm 5 4.6 .547723 .244949 3.91991 5.28009 4 5

0,2 ppm 5 16.8 1.303840 .583095 15.18107 18.41893 15 18

0,4 ppm 5 15.6 .547723 .244949 14.91991 16.28009 15 16

0,6 ppm 5 13.6 1.341641 .600000 11.93413 15.26587 12 15

0,8 ppm 5 13.2 .836660 .374166 12.16115 14.23885 12 14

Total 25 12.76 4.465423 .893085 10.91676 14.60324 4 18

Page 6: Multiplikasi Tunas Sec in Vitro

VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

Kurnianingsih, dkk. 28

Menurut Hess (1975) sitokininmempunyai kemampuan mendorongterjadinya pembelahan sel dan diferensiasijaringan terutama dalam pembentukanpucuk. Senyawa nitrogen yang terkandungdalam sitokinin berperan untuk prosessintesis asam-asam amino dan proteinsecara optimal yang selanjutnya digunakanuntuk proses pertumbuhan danperkembangan eksplan dalam hal inipembentukan daun (Gardner dkk., 1991).

C. Tinggi Tunas

Hasil sidik ragam yang dilakukanmenunjukkan adanya pengaruh yangberbeda nyata (signifikan) antara beberapaperlakuan yang diberikan terhadap nilairata-rata tinggi tunas (p = 0,000).Pemberian BAP dengan beragam

konsentrasi (0,2; 0,4; 0,6 dan 0,8 ppm)ternyata tidak berpengaruh terhadap tinggitunas karena nilai rata-rata tinggi tunasyang dihasilkan terlihat lebih rendah biladibandingkan dengan perlakuan tanpapenambahan BAP (Tabel 3). Hal ini didugapada perlakuan tanpa BAP eksplan yangditanam menghasilkan auksin endogendengan konsentrasi yang cukup tinggisehingga menyebabkan terjadinya prosespemanjangan sel dan eksplan yang ditanambertambah tinggi lebih cepat, sedangkanpada perlakuan dengan BAP, aktivitas dariauksin endogen terhambat karena adanyasitokinin eksogen (dalam hal ini BAP).Menurut Klerk (2006) zat pengatur tumbuhsitokinin dapat menghambat terjadinyapemanjangan sel sehingga eksplan yangditanam tidak bertambah tinggi.

Tabel 3. Ringkasan Statistik Deskriptif Tinggi Tunas (cm)

KonsentrasiBAP N Mean

Std.Deviation

Std.Error

95% ConfidenceInterval for Mean

Min MaxLowerBound

UpperBound

0 ppm 5 1.0634 .087022 .038917 .95535 1.17145 1.000 1.167

0,2 ppm 5 .6786 .002608 .001166 .67536 .68184 .676 .683

0,4 ppm 5 .6708 .008526 .003813 .66021 .68139 .662 .683

0,6 ppm 5 .5690 .006671 .002983 .56072 .57728 .562 .579

0,8 ppm 5 .5556 .012033 .005381 .54066 .57054 .535 .565

Total 25 .70748 .192233 .038447 .62813 .78683 .535 1.167

Gambar 3. Tunas yang tertinggi pada media MS tanpa penambahan BAP

Page 7: Multiplikasi Tunas Sec in Vitro

VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

Kurnianingsih, dkk. 29

Menurut Gunawan (1992) bahwalevel zat pengatur tumbuh endogenmerupakan salah satu faktor yangmendorong proses pertumbuhan danmorfogenesis. Auksin yang terkandungdalam eksplan berperan dalam sintesisnukleotida DNA dan RNA serta sintesisprotein dan enzim yang selanjutnyadigunakan dalam proses pertumbuhan danperkembangan pada eksplan. Pemanjangansel terjadi karena adanya prosespembelahan, pemanjangan dan pembesaransel-sel baru yang terjadi pada meristemujung sehingga eksplan yang ditanambertambah tinggi (Gardner dkk., 1991).

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapatdisimpulkan sebagai berikut :1. Pemberian zat pengatur tumbuh BAP

dalam media MS dapat meningkatkanpembentukan dan multiplikasi tunasAnthurium hookerii Kunth. Enum. biladibandingkan dengan media MS tanpapenambahan BAP.

2. Perlakuan penambahan BAP 0,2 ppmdalam media MS merupakan mediayang terbaik untuk pembentukan danmultiplikasi tunas Anthurium hookeriiKunth. Enum terlihat dari nilai rata-ratajumlah tunas dan daun yang terbanyak.

3. Perlakuan MS tanpa penambahan BAPberbeda nyata dengan perlakuan yanglainnya yaitu penambahan BAPberagam konsentrasi (0,2; 0,4; 0,6 dan0,8 ppm) dalam media MS, terlihat darinilai rata-rata tunas yang tertinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Budhiprawira S dan D Saraswati.Anthurium. Penebar Swadaya,Jakarta, 2006.

Chaerudin TS, T Supriatun dan A Bavadal.Multiplikasi Tunas Tanaman Menthaarvensis Melalui Kultur Jaringan.Fakultas MIPA UniversitasPadjajaran, 1996.

Cleland RE. Auxin And Cell Elongation.In Davies PJ. Plant Hormones“Physiology, Biochemistry AndMolecular Biology”. KluwerAcademic Publishers, London, 1995:214-227.

Departemen Pertanian. Peluang PasarTanaman Hias Ekspor KeMancanegara. Ditjen Pengolahan DanPemasaran Hasil Pertanian,Departemen Pertanian, Jakarta, 2005.

Dinas Pertanian dan Kehutanan PropinsiDKI Jakarta. Signifikan PeningkatanPDB Dari Tanaman Hias. Jakarta,2006.

Gardner FP, RB Pearce and RL Mitchell.Fisiologi Tanaman Budidaya. UIPress, Jakarta, 1991.

Gunawan LW. Teknik Kultur JaringanTumbuhan. Pusat Antar UniversitasBioteknologi Institut PertanianBogor, Bogor, 1992.

Hartmann HT dan DE Kester. PlantPropagation Principles And Practices.Second Edition. Prentice-Hall Inc.,New Jersey, 1959.

Henny RJ, AR Chase dan LS Osborne.Anthurium. CFREC-Apopka FoliagePlant Research Note RH-91-3,University Of Florida.http://mrec.ifas.ufl.edu/foliage/folnotes/anthurium.htm, 2007; 26November.

Page 8: Multiplikasi Tunas Sec in Vitro

VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009

Kurnianingsih, dkk. 30

Hess D. Plant Physiology. Springer-VerlagNew York Inc., New York, 1975.

Jacobs WP. Plant Hormones And PlantDevelopment. Cambridge UniversityPress, USA, 1979.

Kadir A. Anthurium Daun. PenebarSwadaya, Jakarta, 2007.

Klerk GJ de. Plant Hormones In TissueCulture. In Duchefa Biochemie.Biochemicals Plant Cell And TissueCulture Phytopathology. DuchefaBiochemie BV, Haarlem,Netherlands, 2006.

Krikorian AD. Hormones In Tissue CultureAnd Micropropagation. In Davies PJ.Plant Hormones “Physiology,Biochemistry And MolecularBiology”. Kluwer AcademicPublishers, London, 1995: 774-796.

Lee-Espinosa HE, JG Cruz-Castillo dan BGarcia-Rosas. Multiple ShootProliferation And Acclimation Of‘Midori’ And ‘Kalapana’ Anthurium(Anthurium andreanum L.) CulturedIn Vitro. Revista Fitotecnia Mexicana2003; 26 (4): 301-307.

Marlina N. Teknik PerbanyakanAnthurium Dengan Kultur Jaringan.Buletin Teknik Pertanian 2004; 9 (2):73-75.

Marlina N dan D Rusnandi. TeknikAklimatisasi Plantlet Anthurium PadaBeberapa Media Tanam. BuletinTeknik Pertanian 2007; 12 (1): 38-40.

Puchooa D dan D Sookun. InducedMutation And In Vitro Culture OfAnthurium andreanum. Faculty Of

Agriculture, University Of Mauritius,Mauritius, 2003.

Rahardja PC. Kultur Jaringan TeknikPerbanyakan Tanaman SecaraModern. Penebar Swadaya, Jakarta,1989.

Rukmana R. Anthurium. Kanisius,Yogyakarta, 1997.

Utami ESW. Pengaruh Penambahan RagiRoti Sebagai Alternatif Pengganti ZatPengatur Tumbuh BA UntukDiferensiasi Pada Kultur Jahe Merah(Zingiber officinale var. sunti val).Fakultas MIPA UniversitasAirlangga, 1998.

Widiastoety D, Syafril dan B Haryanto.Kultur In Vitro Anggrek DendrobiumDalam Medium Cair. JurnalHortikultura 1991; 1 (3): 6-10.

Widiastoety D, S Kusumo dan Syafni.Pengaruh Tingkat Ketuaan AirKelapa Dan Jenis Kelapa TerhadapPertumbuhan Plantlet AnggrekDendrobium. Jurnal Hortikultura1997; 7 (3): 768-772.

Widyastuti N. Abnormalitas Pertumbuhandan Morfogenesis Pada PlantletKrisan (Chrysanthemum morifolium)Dan Kalalili (Zantedeschiarehmannii) Dalam Kultur In Vitro.Pusat Pengkajian Dan PenerapanTeknologi Bioindustri, BadanPengkajian Dan PenerapanTeknologi, Jakarta, 2004.

Yusnita. Kultur Jaringan CaraMemperbanyak Tanaman SecaraEfisien. Agromedia Pustaka, Jakarta,2003.