20
MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Oleh : ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Oleh :

ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI

D300140043

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

i

Page 3: MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

ii

Page 4: MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

iii

Page 5: MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

1

MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTA

Abstrak

Surakarta merupakan kota yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta

memiliki kekayaan budaya yang beragam dan menarik di dalamnya, dari segi

seni, budaya, industri kreatif hingga peninggalan sejarah dari jaman

penjajahan Belanda. Salah satunya adalah Keraton Kasunanan Surakarta.

Keraton Kasunanan Surakarta pada tahun 1963 dibuka pertama kalinya untuk

menerima Tourist PATA 1 sebagai Museum Suaka Budaya Kasunanan

Surakarta nama tersebut diberikan oleh Presiden Soekarno, dengan maksud

agar museum tersebut menjadi tempat perlindungan benda – benda budaya

yang bernilai tinggi. Museum ini menempati bekas kantor kadipaten

sehingga bentuknya memanjang karena kantor kadipaten sesuai fungsinya

pada waktu itu menjadi tempat pengelolaan administrasi keraton. Museum

ini memiliki beragam koleksi milik Keraton Kasunanan Surakarta berupa

benda – benda bernilai arkeologis (arca batu dan perunggu dari masa Hindu-

Budha), sejarah (kursi dan almari yang pernah dipakai Paku Buwono X,

senjata – senjata, dandang berukuran seuper besar untuk menanak nasi pada

waktu perang), etnografi, dan seni tradisional. Selain itu, terdapat juga foto

raja – raja serta kereta – kereta raja yang kebanyakan buatan negeri belanda.

Maka dari itu dalam penelitian ini bertujuan untuk Membangun Museum

Suaka Budaya Kasunanan Surakarta dengan pendekatan gerakan Arsitektur

Regionalisme. Untuk meningkatkan daya tarik wisatawan terhadap Museum

Suaka Budaya Kasunanan Surakarta ini. Dan juga tidak lupa untuk dapat

memberi edukasi terhadap pengunjung dan sarana rekreasi.

Kata Kunci : Museum Suaka Budaya Kasunanan Surakarta, Arsitektur

Regionalisme,Edukasi & Rekreasi, Sejarah.

Abstract

Surakarta is a city that holds a lot of history and has a diverse and

interesting cultural wealth in it, from the aspects of art, culture, creative

industries to historical heritage from the Dutch colonial era. One of them is

the Surakarta Kasunanan Palace. The Surakarta Kasunanan Palace in 1963

opened the first time to receive the PATA 1 Tourist as the Surakarta

Kasunanan Cultural Asylum Museum. The name was given by President

Soekarno, with the intention that the museum became a sanctuary for high-

value cultural objects. This museum occupies the former duchy office so

its shape is elongated because the kadipaten office according to its

function at that time became the place of management of the palace

administration. This museum has a variety of collections belonging to the

Surakarta Kasunanan Palace in the form of archaeological objects (stone

Page 6: MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

2

statues and bronze from the Hindu-Buddhist period), history (chairs and

cupboards that have been used by Paku Buwono X, weapons, and large

seupers for cooking rice) at war time), ethnography, and traditional art. In

addition, there are also photos of kings and chariots - the king's trains

which are mostly made in the Netherlands. Therefore in this study the aim

was to Build the Surakarta Sunanate Cultural Reserve Museum with the

approach of the Regionalism Architecture movement. To increase the

tourist attraction of the Surakarta Sunan Culture Reserve Museum. And

also do not forget to be able to educate visitors and recreational facilities.

Keywords : Surakarta Kasunanan Cultural Asylum Museum, Regionalism

Architecture, Education & Recreation, History.

1. PENDAHULUAN

Museum merupakan lembaga yang bertugas untuk mengumpulkan, merawat,

meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi

kebudayaan dan ilmu pengetahuan sebagai hasil karya manusia dan alam.

Dengan demikian, fungsi museum tidak lain adalah menyelamatkan dan

memelihara warisan sejarah budaya maupun sejarah alam untuk kepentingan

masyarakat. Dalam penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk membangun

Museum Suaka Budaya Kasunanan Surakarta yang memang bertujuan untuk

pembangunan Museum, dikarenakan masalah sebelumnya Museum Suaka

Budaya yang diresmikan Presiden Soekarno merupakan bangunan peralihan

dari bangunan administrasi keraton yang dialih fungsikan menjadi Museum

Suaka Budaya Kasunanan Surakarta, dalam bangunan yang terdahulu masalah

timbul bukan hanya dari peralihan fungsi, melainkan dari segi fasilitas,

kenyamanan visual, sirkulasi, dll. Yang membuat perlunya untuk

membangunan bangunan khusus Museum untuk memindahkan benda pamer

peninggalan Keraton Surakarta ke bangunan yang dikhususkan untuk

pembangunan Museum.

2. METODE

Dalam pembuatan karya ilmiah ini memerlukan banyak faktor untuk

memberikan alasan mengapa Museum terdahulu ini harus di perbarui atau

Page 7: MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

3

dalam artian pembangunan bangunan yang dikhususkan untuk Museum.

Maka dari itu metode yang dipakai di karya ilmiah ini antara lain :

A. Metode Observasi

Mengamati langsung ke lokasi yang mempunyai potensi didirikannya

sebuah Museum Suaka Budaya Kasunanan Surakarta untuk mendapatkan

data primer berupa kondisi site serta mengunjungi museum-museum serupa

untuk menambah informasi.

B. Metode Wawancara

Memperoleh data dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak

terkait.

C. Metode Studi Literatur

Pengumpulan data sekunder dilakukan menggunakan metode studi

literature yaitu metode yang dilakukan dengan mencari dan memahami

studi pustaka, baik data dari berbagai sumber buku-buku jurnal, karya

ilmiah yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari metode yang dilakukan untuk mendapatkan hasil salah satu penyebab

kenapa Museum Suaka Budaya Kasunanan Surakarta yang terdahulu harus

diberikan bangunan khusus Museum salah satunya adalah hasil pengukuran

intensitas cahaya dan penempatan objek pameran yang digabungkan kuesioner

respon pengguna ruangan didapatkan hasil rata-rata sebagai berikut :

No Daftar

Zona

Hasil Pengukuran

Iluminasi

Hasil Kuesioner

Rata-

rata

(lux)

Standar

SNI 500

lux

Persenta

se

(%)

Kategori

K M L BS B C N SN

1 2 1 140.75 √ 55.33% √

Tabel 1. Perbandingan hasil pengukuran dengan hasil kuesioner intensitas

cahaya

Page 8: MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

4

2 2 85.43 √ 60.17% √

3 3 44.65 √ 51.33% √

4

3

1 50.44 √ 63.33% √

5 2 45.85 √ 70.50% √

6 3 55.84 √ 65.17% √

Dari hasil rata-rata pengukuran Iluminasi dan persentase hasil Kuesioner di

dapatkan hasil bahwa, dari segi visual Museum Suaka Budaya Kasunanan

Surakarta belum sesuai dengan standar yang ada, yaitu standar SNI 03 – 6197 –

2000 tentang intensitas cahaya bahkan tergolong kurang (K) dan menurut hasil

kuesioner didapatkan rata-rata lebih dari 50% koresponden mengucapkan

bahwa kualitas visual pada ruang pamer Museum Suaka Budaya Kasunanan

Surakarta tergolong biasa (B) dan biasa saja (BS).

Sebagai contoh pada ruang pamer Zona 2 section 1 yang terdapat pada denah

(gambar 8) yang merupakan tempat dipamerkannya foto-foto yang berisi

silsilah Keraton (gambar 9) mendapatkan rata-rata intensitas cahaya tertinggi

diantara yang lainnya yaitu 140.75 (lux) namun menurut standar SNI 03 – 6197

– 2000 masih kurang memumpuni. Begitu juga dengan hasil kuesionernya

yang mendapatkan 55.33% mengatakan bahwa intensitas cahaya di ruang

pamer biasa (B).

Berikut ini merupakan data site :

Gambar 1. Denah Museum Suaka Budaya Kasunanan Surakarta

Page 9: MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

5

3.1 Lokasi Site

Dari hasil pengamatan tersebut maka kita dapat menyimpulkan bahwa

memang perlu untuk membangun museum yang dibangun khusus difungsikan

sebagai museum bukan melainkan bangunan peralihan. Maka dari itu

pembangunan museum ini direncanakan dibangun tidak jauh dari area lokasi

keraton surakarta, dengan data sebagai berikut :

Gambar Diatas merupakan peta wilayah Kawasa Keraton Kasunanan Surakarta

wilayah tersebut merupakan acuan lokasi untuk membangun museum,

dikarnekan lahan yang terbatas maka penulis bertujuan untuk memilih tempat

yang akses dari kawasan tidak terlalu jauh dari kawasan keraton untuk menjaga

atmosfer keraton maka dari itu peneliti memilih area dengan lokasi terdekat

yaitu berada di selatan gerbang alun alun kidul.

Gambar 2. Lokasi Site & Kawasan Keraton

Sumber : google maps

Gambar 3. Lokasi Site

Sumber : google maps

Page 10: MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

6

Dalam pemilihan lokasi tentunya harus memperhatikan Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Kota Surakarta tahun 2011-2031. Lokasi site sendiri terletak

di Kec Pasar Kliwon yang berdasarkan Sub Pelayanan Kota (SPK) maka dari

itu Kec Pasang Kliwon berada di Kawasan I yang berfungsi salah satunya

adalah fungsi pelayanan yaitu pariwisata.

3.2 Kebutuhan Ruang

Dalam merancang suatu bangunan Museum harus memiliki kebutuhan ruang

yang sesuai fungsi bangunan itu sendiri. Dimana dapat digolongkan menjadi 3

zona, yaitu zona penunjang, zona utama dan zona servis. Berikut ini

merupakan tabel-tabel besaran ruang yang diteliti penulis, antara lain:

Nama Ruang Kapasitas Standar

DA (m²) Flow

Luas

(m²)

Jumlah (L x

Flow)

Luas Total

(L+ Jumlah)

ZONA PENUNJANG

Main Entrance 45 orang 2 m²/orang 40% 90 36 126

Parkir Bus 3 bus 25 m²/bus 30% 75 22,5 97,5

Parkir Mobil 100 mobil 12,5

m²/mobil 30% 1.250 375 1.625

Parkir Motor 200 motor 2 m²/motor 30% 400 120 520

Foodcourt 50 orang 1,5

m²/orang 30% 75 22,5 97,5

R.Informasi 4 orang 1 m²/orang 30% 4 1,2 5,2

Total = 3.048,4 m² (Jumlah+Luas total) + 15% (Sirkulasi) (457,26)

Total = 3.505,66 m²

Site Kawasan I

Gambar 4. Kawasan Lokasi Pilihan

Sumber : Perpustakaan Bappenas

Tabel 2 Besaran Ruang Zona Penunjang

Page 11: MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

7

Nama Ruang Kapasitas Standar

DA (m²) Flow

Luas

(m²)

Jumlah (L x

Flow)

Luas Total

(L+ Jumlah)

ZONA UTAMA

Loket Tiket 4 orang 1,5

m²/orang 30% 6 1,8 7,8

R. Pentipian

Barang

200 loker

= 40

lemari

0,8

m²/lemari 10% 32 3,2 35,2

R. Pertunjukan

(Hall) 650 orang

1,5

m²/orang 100% 975 975 1.950

R. Audiovisual 50 orang 2,5m²/orang 30% 125 37,5 162,5

R. Pamer 650 orang 1,5

m²/orang 100% 975 975 1.950

Perpustakaan 50 orang 1,5

m²/orang 30% 75 22,5 97,5

R. Cinderamata 50 orang 1,5

m²/orang 50% 75 37,5 112,5

Musholla 50 orang 0,85

m²/orang 40% 75 15 90

Toilet 24 unit 1,2

m²/orang 40% 28,8 11,52 40.32

Total = 6.524,84 m² (Jumlah+Luas total) + 15% (Sirkulasi) (978,726)

Total = 7.503,566 m²

Nama Ruang Kapasitas Standar

DA (m²) Flow

Luas

(m²)

Jumlah (L x

Flow)

Luas Total

(L+ Jumlah)

ZONA SERVIS

R. Kantor 15 orang 1,5

m²/orang 30% 22,5 6,75 29,25

Meja kerja 15 unit 5,824

m²/unit 10% 87,36 8,736 96,096

Lemari 7 unit 0,9

m²/orang 10% 6,3 0,63 6,93

Tamu 5 unit 1,5

m²/orang 10% 7,5 0,75 8,25

R. Restorasi &

Gudang 2 orang 1 m²/orang 30% 2 0,6 2,6

R. CCTV 4 orang 2 m²/orang 30% 8 2,4 10,4

Tabel 3 Besaran Ruang Zona Utama

Tabel 4 Besaran Ruang Zona Servis

Page 12: MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

8

R. Pompa 3 orang 10

m²/orang 10% 30 3 33

R. Genset 3 orang 10

m²/orang 10% 30 3 33

R. Water Tank 4 orang 10

m²/orang 10% 40 4 44

R. MEE 3 orang 10

m²/orang 10% 30 3 33

R. AHU 2 orang 1,8

m²/orang 10% 3,6 0,36 3,96

Toilet 12 unit 1,2

m²/orang 40% 14,4 5,75 20,15

Total = 359,342 m² (Jumlah+Luas total) + 15% (Sirkulasi) (53,9013)

Total = 413,2433 m²

Menurut isi tabel-tabel berikut luas bangunan yang akan dibangun adalah

sebagai berikut:

1. Zona Penunjang = 3.505,66 m²

2. Zona Utama = 7.503,566 m²

3. Zona Penunjang = 413,2433 m²

Total Luas = 11.422,4693 m²

Dari total berikut menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta

Nomor 1 Tahun 2012 dan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2016, maka dapat

diketahui :

A. KDB Maksimal = 60%

B. Total luas lahan = 12.189 m²

C. Luas lahan yang dapat dibangun = 12.189 m² x 60%

= 7.313 m²

D. Jumlah Lantai = 11.422,4693 m² / 7.313 m²

= 1.56 = Lebih dari 1 Lantai

Page 13: MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

9

3.3 Hubungan Ruang

Dalam menganalisa organisasi dan hubungan ruang itu bertujuan untuk

mentukan pola perletakan ruang yang berdasarkan jenis dan aktivitas kegiatan

dalam ruang sehingga memudahkan dalam perancangan bangunan.

3.4 Pemilihan Tapak

Dalam pemilihan tapak sangat memperhatikan hasil dari analisa tapak

dikarenakan dalam pemilihan tapak fungsi harus sesuai dengan kondisi tapak.

Maka dari itu pemilihan lokasi tapak berada di Jalan Veteran Pasar Kliwon.

Gambar 5. Pola Hubungan Ruang

Gambar 6. Lokasi Site Museum

Page 14: MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

10

Kondisi Eksisting tapak, yaitu :

1) Tapak berada di pusat kota dan tidak jauh dari lokasi Keraton

2) Luas lahan ± 12.189 m² atau sekitar 1,21 ha

3) Kontur tanah relative datar

4) Dilalui oleh transportasi umum (BST Solo)

5) Lebar Jalan utama sekitar 16 m dengan 2 jalur tanpa batas tengah

6) Tersedianya jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan air bersih dan kotor

7) Berikut ini merupakan batas tapak site,

a. Utara : Jl veteran

b. Selatan : Jl Citarum (area pemukiman penduduk)

c. Barat :Jl Brigjen Sudiarto

d. Timur : Jl Citarum I (area pemukiman penduduk)

Berikut ini merupakan tabel Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun

2016 yang mengatur tentang bangunan gedung daerah lokasi site, sengan

ketentuan sebagai berikut:

Nama

Jalan

Luas

Kapling (m²)

Tinggi Bangunan

(Lapis Ketinggian)

KDB

Maks

%

KLB Maks

%

KDH

Min

%

ARP

Min

%

Jl

Veteran

<500 4 lapis

(20m) 90 360 >/5 >/5

500-<1000 5-9 lapis

(20-40m) 85 425-750 >10 >10

1000-<2000 10-16 lapis

(44-70m) 70 700-1120 15 15

2000-<3000 17-25 lapis

(72-104m) 65 1100-1625 15 15

3000-<5000 26-30 lapis

(108-124m) 60 1560-1800 20 20

Tabel 5. Ketinggian dan Koefisien bangunan

Page 15: MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

11

>5000 Maks 30 Lapis

(124m) 60 Maks 1800 20 20

3.5 Pencapaian Site

Dalam memenuhi kadar pencapian site yang sempurna yang fleksibel menyesuaikan

dengan fungsi bangunan dengan mempertimbangkan jalannya sirkulasi di sekitar site,

kondisi bentuk site, kemudahan pencapaian dari jalur utama dan terutama bangunan

dapat mudah dikenali.

a) Main Entrance (ME)

1) Mudah dilihat dan dicapai oleh pengunjung yaitu dengan

dimudahkannya dijangkau dari jalan utama

2) Dalam ME tidak menyebabkan terjadi kemacetan apabila terjadinya

pengunjung yang membludak

b) Side Entrance (SE)

1) SE disarankan terletak dijalan yang arus lalu lintas relatif tidak begitu

ramai dan beda dari arah datangnya pengunjung.

2) Tidak menyebabkan adanya kemacetan sirkulasi di dalam site.

3) Mendukung kegiatan yang berfungsi untuk kegiatan pengelola dan

karyawan maupun service.

4) Kegiatan diharapkan tidak mengganggu pengunjung.

Sumber :Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2016

Gambar 7. Pencapaian Site

Page 16: MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

12

3.6 Orientasi dan View

Dalam memenuhi kadar view yang maksimal analisi dari site mempengaruhi

orientasi dan konsep view, dikarenakan letak site berada pada persimpangan

untuk memaksimalkan konsep view dengan orientasi dari arah luar ke dalam

site begitupun dengan sebaliknya maka bangunan ini menghadap langsung ke

persimpangan (miring).

3.7 Penerapan Cahaya Matahari

Analisi dari site yang dominan bagian depan mengadap utara dapat

menguntungkan perencanaan bangunan dikarenakan pameran di dalam

Museum sebagian besar akan rusak apabila terlalu banyak terpapar sinar

matahari maka dari itu penggunaan sun shading dengan pola Batik Kawuh juga

berpengaruh untuk mengurangi intensitas cahaya. Berikut ini merupakan hasil

analisa dari pertimbangan penerapan cahaya matahari :

1) Mengurangi sinar matahari untuk memasuki area pamer karena dapat

merusak koleksi pada museum, maka dari itu harus meminimalisir

bukaan pada sisi timur dan barat bangunan.

2) Penggunaan kantilever pada bangunan untuk menimalisir cahaya

terutama pada sisi timur.

Gambar 8. Orientasi View

Page 17: MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

13

3) Membuat efek rindang pada site dengan memberi vegetasi di siteplan.

4) Memanfaatkan panas matahari untuk energi terbarukan untuk lampu

taman dll

5) Membuat bukaan cenderung kearah barat laut dan tenggara.

3.8 Penerapan Konsep Arsitektur

Ide konsep bentuk massa terinspirasi dari bentuk blangkon SOLO yang

berbentuk oval penerapan tersebut biasa disebut dengan metafora. Penerapan

konsep Metafore yaitu kiasan atau ungkapan bentuk yang kemudian

diwujudkan dengan bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan

dari penikmat atau yang menggunakan karyanya.

Gambar 9. Penerapan Cahaya Matahari

Gambar 10. Blangkon Solo

Page 18: MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

14

Sebagai acuan pertimbangan fasad bangunan

Bangunan ini harus memperhatikan fasad bangunan dikarenakan berfungsi

sebagai Museum Suaka Budaya Kasunanan Surakarta, antara lain:

1) Kesesuaian fungsi ruang/bangunan

2) Karakteristik pemakai

3) Karakteristik lingkungan/kondisi site

4) Mempunyai nilai historis

5) Bangunan menggunakan pendekatan kontemporer

6) Dapat menjadi icon bangunan

4. PENUTUP

Dalam penulisan karya ilmiah ini pembangunan Museum Suaka Budaya

sangatlah penting untuk memajukan sarana edukasi sejarah mengenai Keraton

Surakarta, selain edukasi sector industry pariwisata untuk Kota Solo itu sendiri

pun dapat meningkat dengan adanya bangunan ikonik baru untuk menunjukan

identitas kota Surakarta. Dalam pembangunan ini diperlukan teknologi

teknologi terkini untuk penyajian benda pamer, kemudian dalam hal perawatan

yang membutuhkan ekstra dan tidak lupa juga dari segi keamanan yang

merupakan factor penunjang penting untuk museum. Maka dari itu dalam

Gambar 11. Sketsa Tampak Bangunan

Gambar 11. Tampak Bangunan

Page 19: MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

15

pembangunan ini peran pemerintah setempat sangat berpengaruh dalam

perencanaan terwujudnya museum ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arbi, Y., Yulianto, K., Tjahjopurnomo, R., & dkk. (2011). Konsep Penyajian

Museum. Jakarta: Direktorat Permuseuman, Direktorat Jenderal Sejarah

dan Purbakala, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Aulia, Nanditiya Aryani (2018) Museum Gempa Di Yogyakarta Dengan

Pendekatan Pada Arsitektur Monumental, Surakarta. UMS

Direktorat Museum. (2007). Pengelolaan Koleksi Museum. Jakarta: Direktorat

Museum.

Devi Arum Sari; Septiana Dwiputri M, S.S., M. Hum (2014). Kajian Nilai Max

Scheler Dalam Upacara Grebeg Maulud Keraton Surakarta Yogyakarta,

Universitas Gajah Mada

Fuad, Zubaidi. Telaah Konsep Frank O Gehry Dalam Perancangan Arsitektur,

Palu. Universitas Tadulako.

Frampton (1981) Frampton Critical Regionalisme, Diakses 13 Maret 2019, dari

designtheory.fiu.edu/readings/frampton_regionalism.pdf

Gunawan, E (2011). Reaktualisasi Ragam Art Deco Dalam Arsitektur

Kontemporer. Manado. Universitas Sam Ratulangi

International Council Of Museums. (2007, Agustus 24). Development of the

Museum Definition according to ICOM Statutes (2007-1946). Diakses 2

Maret, 2019, from http://archives.icom.museum/hist_def_eng.html

Noveria, I. (2015). Persyaratan Perancangan Interior pada Museum.

Jakarta: Fakultas Seni Rupa dan desain Universitas Tarumanegara.

Page 20: MUSEUM SUAKA BUDAYA KASUNANAN SURAKARTAeprints.ums.ac.id/76080/18/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ELVIAN YUDHISTIRA JUNAEDI D300140043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Nugroho, Sri Cahyadi (2017) Pusat Studi Gempa Bumi Di Kabupaten Bantul, D.I

Yogyakarta, UAJY

Presty Larasati (2009) Regionalisme dalam Arsitektur. Diakses 12 Maret 2019,

dari https://prestylarasati.wordpress.com/

R.Ay. Sri Winarti P. (2004). Sekilas Sejarah Karaton Surakarta, Surakarta :

Cendrawasih.

Rahmawati, Nur Ardita (2017) Persepsi Masyarakat terhadap keberadaan

Museum Misi Mutilan sebagai sarana Pendidikan Karakter. D.I

Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma

Sumalyo, Y. (1997) Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX.

Yogyakarta. UGM

Widyastuti, Tri (2011) Aspek Pendidikan Nilai Religius Dalam Upacara Adat

Kirab Pusaka Malam 1 Sura ( Studi Kasus di Kraton Surakarta

Hadiningrat ), Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta