24
Mutia Mandallassari 31101200266 Manajemen Pencabutan I. Penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi perdarahan pasca pencabutan 1. Penyakit kardiovaskuler Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan. 2. Hipertensi Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi. Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat tertentu seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obatobatan lain karena juga dapat menyebabkan perdarahan. 3. Hemofilli Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von Willebrand’s disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang ditemukan. 4. Diabetes Mellitus Bila DM tidak terkontrol, akan terjadi gangguan sirkulasi perifer, sehingga penyembuhan luka akan berjalan lambat, fagositosis terganggu, PMN akan menurun, diapedesis dan kemotaksis juga terganggu karena hiperglikemia sehingga terjadi infeksi yang memudahkan terjadinya perdarahan 5. Malfungsi Adrenal Ditandai dengan pembentukan glukokortikoid berlebihan (Sindroma Cushing) sehingga menyebabkan diabetes dan hipertensi.

Mutia Mandallassari, LBM 4 Blok 17.Doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

FKG

Citation preview

Page 1: Mutia Mandallassari, LBM 4 Blok 17.Doc

Mutia Mandallassari

31101200266

Manajemen Pencabutan

I. Penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi perdarahan pasca pencabutan1. Penyakit kardiovaskuler

Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan.

2. HipertensiBila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi. Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat tertentu seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obatobatan lain karena juga dapat menyebabkan perdarahan.

3. HemofilliPada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von Willebrand’s disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang ditemukan.

4. Diabetes MellitusBila DM tidak terkontrol, akan terjadi gangguan sirkulasi perifer, sehingga penyembuhan luka akan berjalan lambat, fagositosis terganggu, PMN akan menurun, diapedesis dan kemotaksis juga terganggu karena hiperglikemia sehingga terjadi infeksi yang memudahkan terjadinya perdarahan

5. Malfungsi AdrenalDitandai dengan pembentukan glukokortikoid berlebihan (Sindroma Cushing) sehingga menyebabkan diabetes dan hipertensi.

6. Pemakaian obat antikoagulanPada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan (heparin dan walfarin) menyebabkan PT dan APTT memanjang. Perlu dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan internist untuk mengatur penghentian obat-obatan sebelum pencabutan gigi.

II. Teknik pencabutan gigi sederhana : Posisi

Untuk mendapatkan tekanan terrkontrol pasien dan operator harus enempati posisi tertentu yang etrkadang harus merelakan posisi kenyamanan pasien.

Pencabutan gigi atas sebaiknya dilakukan pada posisi pasien relative lebih tinggi (di atas dataran siku) dan duduk pada kursi setengah menyandar.

Pada pencabutan gigi rahang bawah posisi pasien sebaiknya relative lebih rendah dari pasien (di bawah adataran siku) dan posisi tegak. Untuk mencabut gigi gigi rahang bawah anterior, rahang bawah kiri, posisi operator ada di kanan depan pasien. Rahang bawah kanan, dibelakang kanan pasien.

Page 2: Mutia Mandallassari, LBM 4 Blok 17.Doc

Penggunaan Tang1. Posisi telapak tangan

Tang dipegang dengan posisi telapak tangan menghadap kebawah untuk pencabutan gigi bawah dan menghadap ketas utntuk gigi pada rahang atas. Tindakan ini memungkinkan terjadinya posisi pergelangan lurus dan dan siku mendekati badan.

2. Pinch GraspTeknik penggunaan elevator atau tang yang efektif tergantung pula pada retraksi

pipi atau bibir dan stabilitas prosesus alveolaris. Pinch grasp dugunakan saat pencabutan gigi rahang atas. Pinch drasp dilakukan dengan cara memegang prosesus alveolaris di antara ibu jari dan telunjuk dengan tangan yang bebas. Ini akan memebantu retraksi pipi, stabilitas kepala, mendukung prosesus alveolaris dan meraba tulang bukal. Perluasa dataran bukal alveolar (labial) mudah teraba, sehingga dapat dinilai apakah tekanan perlu ditambah atau dikurangi.

3. Sling graspSling grasp mandibula memungkinkan retraksi pipi/lidah, memberikan dukungan

mandibula. Dukungan diperoleh dari memegang mandibula diantara ibu jari dan jari telunjuk.

4. Pegangan dua tanganDiindikasikan untuk pencabutan yang mempunyai tingkat kesulitan tertentu

sehingga memerlukan control tekanan yang besar atau memang untuk operator dengan kekuatan fisik yang kurang. Memegang dengan kedua tangan sesuai hadap telapak tangan.

Gigi rahang atas1. Gigi incisivus Rahang Atas

Gigi incisivue RA diekstraksi menggunakan upper universal forceps (no. 150) walau pun forceps lain bisa diunakan. Gerakan awal pada ekstraksi ini harus pelan, konstan dan tegas pada arah labial yang akan memperluas crestal buccal bone. Setelah itu dilakukan gerakan memutar yang lebih pelan. Gerakan memutar tersebut harus diminimalisasi pada ekstraksi gigi insisif lateral terutama jika ada lekukan pada gigi.

Page 3: Mutia Mandallassari, LBM 4 Blok 17.Doc

2. Gigi kaninus rahang atas Untuk ekstraksi gigi caninus rahang atas, dianjurkan untuk menggunakan upper

universal forceps (no. 150). Gerakan awal ekstraksi gigi caninus dilakukan pada aspek buccal dengan tekanan ke arah palatal. Sedikit gaya berputar pada forceps mungkin berguna untuk memperluas socket gigi,terutama jika gigi sebelahnya tidak atau telah di ekstraksi. Setelah gigi terluksasi dengan baik, gigi bisa di cabut dari socket ke arah labial-incisal dengan labial tractional forceps

3. Gigi premolar 1 Rahang Atas Ekstraksi gigi ini dilakukan dengan upper universal forceps (no. 150). Sebagai

alternatif, bisa juga digunakan forceps no. 150A. gigi harus diluksasi sebanyak mungkin dengan menggunakan elevator lurus. Gaya berputar harus dihindari pada gigi ini agar tidak terjadi fraktur akar.

4. Gigi premolar 2 Rahang Atas Forceps yang direkomendasikan untuk ekstraksi gigi ini adalah forceps no. 150 atau

150 A. gigi ini memiliki akar yang kuat, sehingga pergerakan yang kuat bisa diberikan pada ekstraksi gigi ini.

Page 4: Mutia Mandallassari, LBM 4 Blok 17.Doc

5. Gigi molar Rahang Atas Forceps no. 53 R dan 53 L biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi molar rahang

atas. Paruh pada forceps ini memiliki bentuk yang pas pada bifurkasi buccal. Beberapa dokter gigi memilih untuk menggunakan forceps no. 89 dan 90 atau yang biasa disebut upper cowhorn forceps. Kedua forceps tersebit biasa digunakan untuk gigi molar yang memiliki karies yang besar atau restorasi yang besar. Untuk mengekstraksi gigi molar ketiga yang sudah erupsi, biasanya menggunakan forceps 210 S yang bisa dgunakan untuk sebelah kiri atau kanan. Pergerakan dasar ekstraksi gigi molar biasanya menggunakan tekanan yang kuat buccal dan palatal, akan tetapi gaya yang diberikan pada buccal lebih besar dibandingkan yang ke arah palatal. Gaya rotational tidak digunakan pada ekstraksi gigi ini karena gigi molar rahang atas memiliki 3 akar.

Teknik ekstraksi gigi Rahang Bawah ekstraksi Rahang bawah dianjurkan untuk menggunakan bite block. Selain itu,

tangan operator juga harus selalu menyokong rahang bawah 1. Gigi anterior rahang bawah

Lower universal forceps (no. 151) biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi rahang bawah anterior. Pergerakan ekstraksi biasanya dilakukan ke arah labial dan lingual, dengan menggunakan tekanan yang sama besar. Gigi dicabut menggunakan tractional forceps pada arah labial-incisal.

Page 5: Mutia Mandallassari, LBM 4 Blok 17.Doc

2. Gigi premolar rahang bawah Pada ekstraksi gigi premolar rahang bawah, biasanya digunakan juga

forceps no. 151. Akan tetapi forceps no. 151A bisa dijadikan alternatif. Pergerakan awal diarahkan ke aspek buccal lalu kembali ke aspek lingual dan akhirmya berotasi. Pergerakan rotasi sangat diperlukan pada ekstraksi gigi ini.

3. Gigi molar Rahang Bawah Forceps no. 17 biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi ini. Pergerakan kuat

pada arah buccolingual digunakan unutuk memperluas socket gigi dan memberikan kemudahan gigi untuk di ekstraksi pada arah buccoocclusal. Untuk mengekstraksi gigi molar ketiga yang telah erupsi, biasanya digunakan forceps no. 222

Page 6: Mutia Mandallassari, LBM 4 Blok 17.Doc

Gerakan Pencabutan- Luxasi

Gerakan arah lingual-labial atau lingo-bucal atau palato-labial atau palato bucal - Rotasi

Gerakan memutar yang diputar sejajar sumbu gigi yang bersangkutan - Gerakan kombinasi

Gerakan yang digabung antara luxasi dan rotasi - Gerakan extraksi

Gerakan mencabut sejajar sumbu gigi

(source: Pedersen, Gordon W. 1996. Alih Bahasa Purwanto, Basoeseno. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Penerbit Buku EGC : Jakarta. Peterson, LJ. 2004. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 3rd ed St. Louis. Livingstone.)

III. Indikasi dan kontraidikasi pencabutan gigi Indikasi

Menurut Starshak (1984) dan Kruger (1974) indikasi pencabutan adalah sebagai berikut:1. Gigi dengan patologis pulpa baik akut maupun kronis yang tidak dapat dilakukan

perawatan endodontic sehingga harus dilakukan pencabutan.2. Gigi dengna karies yang esay mau dengan maupun tidak penyakit pulpa maupun

penyakit periodontal yang jika dilakukan perawatan atu restorasi boayanya memberatkan pasien maupun keluarganya.

3. Penyakit periodontal yang terlalu parah jika dilakukan perawatan merupan indikasi pencabutan. Pertimbangan ini juga meliputi keinginian pasien untuk kooperatif dalam melaksanakn perawatan total meliputi peningkatan oral hygine pasien sehingga perawatan dapat behasil dan bermanfaat.

4. Gigi malposisi dan overeruption5. Gigi impaksi dengan denture bearing area harus dicabut sebelum dilakukan pencabutan

sebelum dilakukan pembuatan protesa.

Page 7: Mutia Mandallassari, LBM 4 Blok 17.Doc

6. Gigi yang mengalami trauma harus dilakukan pencabutan agar tidak mengalami kehilangan tulang yang lebih besar lagi.

7. Gigi yang berada pada garis fraktur harus dilakukan pencabutan agar tidak mengalami infeksi dan menghalangi proses penyembuhan atau penyatuan tulang.

8. Dalam kebutuhan untuk pembuatan protesa9. Ekstraksi profilaksis10. Persistensi gigi sulung dan supernumerary teeth/crowding teeth

KontraindikasiMenurut Laskin (1985)1. Pada penderita NUG atau herpetic gingivostimatitis2. Gigi pada area radiasi karena ditakutkan akan mengalami osteonecrosis3. Pasien dengan penyakit sistemik tidak terkontrol atau blood dyscrasisStarshak (1980) mebagi kontraindikasi pencabutan menjadi kontraindikasi pencabutan local dan sistemik:Kontraindikasi local:1. Infeksoi dental akut harus dievaluasi sesuai kondisi pasien. Pasien dengan infeksi dental

yang desartai demam berbeda penanganannya pada pasien yang tidak disertai demam.2. Perawatan infeksi perikoronal berbeda dengan perawatan abses apical. Pada kasus

abses apical drainase fapat dilakukan melalui pencabutan gigi. Berbeda dengan kasus infeksi perikoronal, pencabutan pada fase akut dapat menyebabkan penyebaran infeksi yang menyebar.untuk kasus ini lebih sering dilakukan insisi abses kemudian diirigasi, diberi antibiotuk selama 24-72 jam sebelum dilakukan ekstraksi gigi.

Kontraindikasi sitemik:1. Penyakit medis yang tidak terkontrol seperti hipertensi, coronary artery diseases,

kelainan jantung, anemia, leukemia, blood dyscriasis seperti hemophilia membutuhkan menejemen medis sebelum dilakukan pencabutan.

2. Pasien yang terlalu muda maupun terlalu tua. Pasien yang terlalu muda biasanya memiliki masalah dalam pemberian sedasi sedangkan pada pasien yang terlalu tua memiliki masalah dalam nitrisi dan penyembuhan.

3. Neurosis dan pshycoses merupaka kontraindikasi yang cenderung menyulitkan perawatan dental.

4. Kehamilan merupakan kontra indikasi fisologis. 5.Kelainan darah. Pasien yang mengidap kelainan darah seperti leukemia, haemoragic

purpura, hemophilia dan anemia 6. Diabetes melitus tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka. 7. Pasien dengan penyakit ginjal (nephritis) pada kasus ini bila dilakukan ekstraksi gigi

akan menyebabkan keadaan akut 8. Penyakit hepar (hepatitis). 9. Pasien dengan penyakit syphilis, karena pada saat itu daya tahan terutama tubuh sangat

rendah sehingga mudah terjadi infeksi dan penyembuhan akan memakan waktu yang lama.

10. Alergi pada anastesi lokal

Page 8: Mutia Mandallassari, LBM 4 Blok 17.Doc

(source: UI, USU)

IV. Komplikasi pencabutan dan pasca pencabutanPederson (1996) komplikasi adalah suatu respon pasien tertentu yang di anggap seagai kelanjutan normal suatu tindakan pembedahan, yaitu rasa sakit, edema dan perdarahan. Namun apabila terjadi secara berlebih patut dicurigai apakah hal itu merupakan morbiditas (kedaaan terkena sakit, atau penyakit yang merubah kulaitas hidup) atau kompliasi penyakit. Sedangkan menurut KBBI kompliakasi adalah sutu penyakit yang terjadi setelah setelah terkena suatu penyakit. Komplikasi saat pencabutan:1. Gagalnya anastesi2. Fraktur mahkota gigi yang dicabut3. Fraktur akar gigi yang dicabut4. Rusaknya gigi tetangganya atau gigi antagonisnya5. Fraktur tulang alveolar6. Fraktur tuberositas maksila7. Dislokasi sendi temporomandibular8. Perpindahan akar ke jaringan lunak9. Perpundahan akar ke sinus maksilaris10. Kerusakan bibir, gusi 11. Kerusakan pada nervus alveolaris, lingualis dan mentalisPederson mebagi suatu komplikasi pasca pencabutan menjadi tiga : 1. Komplikasi intraoperatif fraktur, pergeseran tu;ang, cedera jaringan keras

maupun jaringan lunak.2. Komplikasi pasca bedah perdarahan, rasa sakit, edema, reaksi erhadap obat3. Komplikasi beberapa saat setelah operasi dry socket, infeksi

(source: UI)

Page 9: Mutia Mandallassari, LBM 4 Blok 17.Doc

V. Kondisi Penyulit Pencabutan1. Adanya gigi yang secara abnormal menghambat pencabutan gigi dengan tang2. Adanya gigi atau akar gigi yang berdekatan dengan antrum maksilaris , saraf

alveolaris inferior , dan saraf mentalis3. Semua gigi molar ketiga bawah, gigi premolar dan kaninus yang malposisi. Bentuk

akar gigi tersebut biasanya abnormal. 4. Gigi dengan restorasi besar atau tidak berpulpa lagi. Gigi ini secara normal sangat

rapuh. 5. Gigi yang terkena penyakit periodontal disertai sklerosis tulang pendukung. Gigi

seperti ini terkadang mengalami hipersementosis dan rapuh. 6. Gigi dengan riwayat trauma 7. Gigi dengan erupsi sebagian atau gigi tidak erupsi atau akar gigi yang tersisa. 8. Gigi dengan mahkota abnormal atau erupsi terlambat, mungkin menunjukkan

adanya geminasi atau odontoma yang besar. 9. Setiap keadaan yang memicu abnormalitas gigi atau tulang alveolar seperti osteitis,

disostosis kleido-kranial, yang sedang menerima terapi radiasi, dan osteoporosi

(source: Teknik dan Trik Pencabutan Gigi dengan Penyulit. UNPAD)

1. Kelainan jumlah akar gigi2. Kelainan bentuk akar gigi3. Pola akar yang tidakk menguntungkan4. Karies yang luas ke akar 5. Fraktur dan resorpso akar6. Kipersementosis akar gigi7. Ankilosis8. Gigi impaksi9. Sklerosis tulang dan lesi patologis10. Germinasi

VI. Teknik Ekstrasi dengan KomplikasiPENCABUTAN GIGI DENGAN TEKNIK OPEN METHOD EXTRACTION Pencabutan gigi teknik open method extraction adalah teknik mengeluarkan gigi dengan cara pembedahan dengan melakukan pemotongan gigi atau tulang . Prinsip pada teknik ini adalah pembuatan flap, membuang sebagian tulang, pemotongan gigi, pengangkatan gigi, penghalusan tulang, kuretase, dan penjahitan (Dimitroulis, 1997). Pencabutan gigi dengan teknik open method extraction diindikasikan untuk kasus sebagai berikut (Howe, 1993 Peterson, 2003): 1. Adanya gigi yang menahan usaha pencabutan intra-alveolar bila diaplikasikan

tekanan yang sedang besarnya. 2. Sisa akar yang tidak bisa dipegang dengan tang atau dikeluarkan dengan elevator,

khususnya yang berdekatan dengan sinus maksilaris.

Page 10: Mutia Mandallassari, LBM 4 Blok 17.Doc

3. Adanya riwayat kesulitan atau kegagalan pencabutan gigi sebelumnya4. Gigi dengan restorasi yang luas, khususnya bila saluran akar telah dirawat atau

pulpa telah nonvital.5. Gigi hipersementosis dan ankilosis6. Gigi dilaserasi atau geminasi. 7. Gigi dengan gambaran radiografi bentuk akar yang rumit, atau akar yang kurang

menguntungkan atau berlawanan dengan arah pencabutan.8. Bila ingin dipasangkan geligi tiruan imediat atau beberapa saat setelah pencabutan.

Metode ini memungkinkan dilakukannya penghalusan tulang alveolar agar protesa dapat dipasang

Flap Mukoperiostal Untuk memperoleh akses yang jelas terhadap gigi yang akan dicabut atau daerah

pembedahan maka dibuat flap mukoperiostal. Flap yang dibuat harus cukup suplai darah, memberikan lapang pandang / jalan masuk yang cukup, dan tepian flap harus berada diatas tulang.. Dasar flap harus lebih lebar dibanding bagian yang bebas. Sebagian besar flap yang dibuat untuk tujuan bedah mulut adalah dibagian bukal, karena rute ini merupakan rute yang paling langsung dan tidak rumit untuk mencapai gigi yang terpendam atau fragmen ujung akar. Desain flap yang biasa digunakan untuk mencabut gigi adalah flap envelope dengan atau tanpa perluasan ke bukal/ labial (Dym, 2001, Howe, 1993, Pedersen, 1996, Pedlar,2001).

Teknik Pencabutan Gigi Akar Tunggal (Dym, 2001, Gans, 1972 ,Peterson, 2003)Teknik pencabutan open method extraction dilakukan pada gigi akar tunggal jika

pencabutan secara intra alveolar/ pencabutan tertutup mengalami kegagalan, atau fraktur akar dibawah garis servikal. Tahap pertama teknik ini adalah membuat flap mukoperiostal dengan desain flap envelope yang diperluas ke dua gigi anterior dan satu gigi posterior atau dengan perluasan ke bukal/labial.

Setelah flap mukoperiostal terbuka secara bebas selanjutnya dilakukan pengambilan tulang pada daerah bukal/labial dari gigi yang akan dicabut, atau bisa juga diperluas kebagian posterior dari gigi yang akan dicabut. Jika tang akar/ elevator memungkinkan masuk ke ruang ligamen periodontal, maka pengambilan dapat digunakan tang sisa akar atau bisa juga menggunakan elevator dari bagian mesial atau bukal gigi yang akan dicabut. Jika akar gigi terletak di bawah tulang alveolar dan tang akar/ elevator tidak dapat masuk ke ruang ligamen periodontal maka diperlukan pengambilan sebagian tulang alveolar. Pengambilan tulang diusahakan seminimal mungkin untuk menghindari luka bedah yang besar.

Page 11: Mutia Mandallassari, LBM 4 Blok 17.Doc

Gambar 2: Pencabutan gigi teknik open method extraction tanpa pengambilan tulang dan pemotongan tulang dengan tang (Peterson, 2003)

Pengambilan tulang alveolar dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, pengambilan tulang dilakukan dengan ujung tang akar bagian bukal menjepit tulang alveolar. Kedua, pembuangan tulang bagian bukal dengan bur atau chisel selebar ukuran mesio-distal akar dan panjangnya setengah sampai dua pertiga panjang akar. Pengambilan akar gigi bisa dilakukan dengan elevator atau tang akar. Jika dengan cara ini tidak berhasil maka pembuangan tulang bagian bukal diperdalam mendekati ujung akar dan dibuat takikan dengan bur untuk penempatan elevator. Setelah akar gigi terangkat, selanjutnya menghaluskan tepian tulang, kuretase debris atau soket gigi, mengirigasi dan melakukan penjahitan tepian flap pada tempatnya.

Page 12: Mutia Mandallassari, LBM 4 Blok 17.Doc

Gambar 3 : Pencabutan gigi teknik open method extraction dengan pengambilan sebagian tulang bukal (Peterson, 2003)

Teknik Pencabutan Gigi Akar Multipel Atau Akar Divergen (Dym, 2001, Gans, 1972 ,Peterson, 2003)

Pencabutan gigi akar multipel dan akar divergen perlu pengambilan satu persatu setelah dilakukan pemisahan pada bifurkasinya. Pertama pembuatan flap mukoperiostal dengan desain flap envelop yang diperluas. Selanjutnya melakukan pemotongan mahkota arah linguo-bukal dengan bur sampai akar terpisahkan. Pengangkatan akar gigi beserta potongan mahkotanya satu-persatu dengan tang.

Gambar 4 : Teknik open method extraction dengan pemotongan mahkota gigi arah linguo-bukal ( Peterson, 2003)

Cara lain adalah dengan pengambilan sebagian tulang alveolar sebelah bukal sampai dibawah servikal gigi. Bagian mahkota dipotong dengan bur arah horizontal dibawah servikal. Kemudian akar gigi dipisahkan dengan bur atau elevator, dan satu persatu akar gigi diangkat. Tepian tulang atau septum interdental yang tajam dihaluskan. Selanjutnya socket atau debris dikuret dan diirigasi serta penjahitan tepian flap pada tempatnya.

Page 13: Mutia Mandallassari, LBM 4 Blok 17.Doc

Gambar 5 : Pencabutan gigi molar bawah dengan teknik open methodextraction, dimana dilakukan pemotongan mahkota dan akar gigi (Peterson,2003)

Page 14: Mutia Mandallassari, LBM 4 Blok 17.Doc

Gambar 6 : Pencabutan gigi molar atas dengan pemotongan mahkota dan pengambilan akar satu persatu ( Peterson, 2003)

Teknik Pencabutan Gigi Hipersementosis Teknik pencabutan gigi ini pada prinsipnya sama dengan cara pencabutan yang

telah dijelaskan diatas. Gigi dengan akar hipersementosis biasanya ujung akar membulat dan diameter lebih besar pada ujungnya sehingga menyulitkan pada saat diangkat dan sering terjadi fraktur. Pengambilan tulang sebelah bukal perlu dilakukan sampai ujung akar mengikuti bentuk akar gigi. Pengangkatan akar bisa dengan tang akar atau elevator. Flap mukoperiostal yang dibuat berbentuk flap envelope yang diperluas ke arah bukal/ labial (Gans, 1972)

Page 15: Mutia Mandallassari, LBM 4 Blok 17.Doc

Gambar 7 : Teknik pencabutan gigi hipersementosis (Gans, 1972)

VII. Obat yang diberikan kepada penderita hipertensi dan DM pasca pencabutan gigi

Obat Antihipertensi Dikenal lima kelompok obat lini pertama (first line drug) yang

digunakan untuk pengobatan awal hipertensi yaitu : diuretik, penyekat reseptor beta

adrenergik ( -blockerβ ), penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor),

penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin-receptor blocker, ARB), dan antagonis

kalsium.19

1. Diuretik Mekanisme kerja : Diuretik menurunkan tekanan darah dengan

menghancurkan garam yang tersimpan di alam tubuh. Pengaruhnya ada dua tahap yaitu :

(1) Pengurangan dari volume darah total dan curah jantung; yang menyebabkan

meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer; (2) Ketika curah jantung kembali ke

ambang normal, resistensi pembuluh darah perifer juga berkurang. Contoh antihipertensi

dari golongan ini adalah Bumetanide, Furosemide, Hydrochlorothiazide, Triamterene,

Amiloride, Chlorothiazide, Chlorthaldion.

2. Penyekat Reseptor Beta Adrenergik ( -Blockerβ ) Berbagai mekanisme penurunan

tekanan darah akibat pemberian -blockerβ dapat dikaitkan dengan hambatan reseptor 1, β

antara lain : (1) penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga

Page 16: Mutia Mandallassari, LBM 4 Blok 17.Doc

menurunkan curah jantung; (2) hambatan sekresi renin di sel jukstaglomeruler ginjal

dengan akibat penurunan Angiotensin II; (3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas

saraf simpatis, perubahan pada sensitivitas baroresptor, perubahan neuron adrenergik

perifer dan peningkatan biosentesis prostasiklin. Contoh antihipertensi dari golongan ini

adalah Propanolol, Metoprolol, Atenolol, Betaxolol, Bisoprolol, Pindolol, Acebutolol,

Penbutolol, Labetalol.

3. Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE-Inhibitor) Kaptopril merupakan

ACE-inhibitor yang pertama banyak digunakan di klinik untuk pengobatan hipertensi dan

gagal jantung.19 Mekanisme kerja : secara langsung menghambat pembentukan

Angiotensin II dan pada saat yang bersamaan meningkatkan jumlah bradikinin. Hasilnya

berupa vasokonstriksi yang berkurang, berkurangnya natrium dan retensi air, dan

meningkatkan vasodilatasi (melalui bradikinin).20 Contoh antihipertensi dari golongan ini

adalah Kaptopril, Enalapril, Benazepril, Fosinopril, Moexipril, Quianapril, Lisinopril.

4. Penghambat Reseptor Angiotensin Mekanisme kerja : inhibitor kompetitif dari resptor

Angiotensin II (tipe 1). Pengaruhnya lebih spesifik pada Angiotensin II dan mengurangi atau

sama sekali tidak ada produksi ataupun metabolisme bradikinin. 20 Contoh antihipertensi

dari golongan ini adalah Losartan, Valsartan, Candesartan, Irbesartan, Telmisartan,

Eprosartan, Zolosartan.

5. Antagonis Kalsium Mekanisme kerja : antagonis kalsium menghambat influks kalsium

pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium

terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan

resistensi perifer ini sering diikuti efek takikardia dan vasokonstriksi, terutama bila

menggunakan golongan obat dihidropirin (Nifedipine). Sedangkan Diltiazem dan Veparamil

tidak menimbulkan takikardia karena efek kronotropik negatif langsung pada jantung.19

Page 17: Mutia Mandallassari, LBM 4 Blok 17.Doc

Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Amlodipine, Diltiazem, Verapamil,

Nifedipine.

Obat Antidiabetes

Sulfonilurea

Obat ini merangsang sel beta pankreas untuk memproduksi insulin. terbagi menjadi berapa

golongan, antara lain :

1. Kelas A: hipoglikemik kuat glibenklamid, nama merk dagangnya euglukon,

daonil dengan sediaan 5mg pertablet. diberikan maksimal 3tablet diberikan pagi dan

siang klorpropamid, nama merk dagangnya diabinase  dengan sediaan 100 dan 250 mg

per tablet, dosis maksimal 2 tablet diberikan pagi hari

2. Kelas B: untuk diabetes melitus disertai kelainan ginjal dan hepar.glikuidon, nama merk

dagangnya glerenorm, glidiab, lodem, fordab,  dengan sediaan 30 mg  per

tablet. maksimal 4 tablet/hari diberikan pagi dan siang.

3. Kelas C: anti angiopati gliklazid, digunakan untuk komplikasidiabetesmelitus

mikroangiopati. nama merk dagangnya diamicron, glukolos,glucodex,glidiabet, sediaan

80 mg per tablet maksimal 4tablet/hari diberikan pagi dan siang. glimipirid, digunakan

untuk komplikasi diabetes melitus makroangiopati. nama merk

dagangnya amaryl,amadiab,metrix,solosa. sediaannya 1 mg, 2 mg dan 4 mg. diberikan

pagi dan siang dengan maksimal dosis 8 mg/hari

4. Kelas D: hipoglikemik lemah tapi bekerja pada gangguan post reseptor insulin

glipizid dosis rendah misalnya minidiab dosis 2,5-20 mg diberikan pagi dan siang.

 Biguanid 

obat ini berefek pada reseptor insulin (uptake glukosa di perifer),

menurunkan fibrinogen plasma,  tidak punya efek sentral pada pancreas, antara

lain metformin, nama merk dagangnya glucophage, buformin, diabex, neodipar. sediaannya

500 mg per tablet. dosis 500-3000 mg perhari.  obat ini dapat menyebabkan perut tidak

nyaman.  sehingga pemberiannya sebaiknya sesudah makan. hati-hati pada pasien dengan

kelainan hepar dan ginjal.

Golongan spesifik

 Acarbose (alfa-glukosidase inhibitor), obat ini menghambat absorbsi glukosa di usus. nama

merk dagangnya glucobay, eclid sediaannya 50 mg dan 100 mg. diberikan setelah suapan

pertama saat makan. efek samping yang sering : perut terasa kembung dan sering buang

angin (flatus) sitagliptin (suatu DPP-4 inhibitor), obat ini bekerja meningkatkan dan

memperpanjang hormon incretin, dengan mengnonaktifkan enzim DPP-4. hormon incretin

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin pada sel beta pankreas dan menurunkan sekresi

Page 18: Mutia Mandallassari, LBM 4 Blok 17.Doc

glukagon pada sel alfa pankreas. nama merk dagangnya januvia. sediaan 25 mg, 50 mg dan

100 mg. dosis yang diberikan maksimal 400 mg/hari. dosis disesuaikan juga terdapat

gangguan ginjal.

Repaglinide, obat ini bekerja meningkatkan sekresi insulin dengan menghambat ATP-

potassium-channel pada sel beta pankreas sehingga meningkatkan kalsium intrasel dan

merangsang pelepasan insulin dari sel beta pankreas. nama merk dagangnya prandin,

sediaan 0,5 mg, 1 mg dan 2 mg. dosis awal 0,5 mg diberikan 15 menit sebelum makan.

dititrasi maksimal 4 mg. dosis maksimal tidak melebihi 16 mg /hari.

Obat pasca pencabutan gigi

1. Anastesi local :- Lidocain spray- Etil clorid spray

2. Hemostatik:- Asam traneksamad diberi sesudah operasi

3. Analgetik- Asam mefenamat (drug of choice)- Paracetamol- Antalgin- Ponstan

4. Antibiotic- Amoksisilin- Clyndamicyin- Sefalosporin- Erytromicyin- Tetrasiklin- Chloramfenicol

5. Antiinflamasi- Nonflamin kataflam

6. Antihistamin- CTM

7. Kortikosteroid- Dexamethasone

(source: USU)