Upload
ghifarry-rizqy
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Nama : Ghifarry Rizqy Rokhmananda
NRP : 123.13.0018
Tugas UTS
Perbandingan Tiga Teori Perencanaan
Teori Pusat Pertumbuhan
Teori pusat pertumbuhan dikemukakan oleh Boudeville. Menurut Boudeville (ahli ekonomi
Prancis), pusat pertumbuhan adalah sekumpulan fenomena geografis dari semua kegiatan yang
ada di permukaan Bumi. Suatu kota atau wilayah kota yang mempunyai industri populasi yang
kompleks, dapat dikatakan sebagai pusat pertumbuhan. Industri populasi merupakan industri
yang mempunyai pengaruh yang besar (baik langsung maupun tidak langsung) terhadap kegiatan
lainnya.
Ciri kota sebagai pusat pertumbuhan
Adanya hubungan intern dari berbagai macam kegiatan
Adanya keterkaitan satu sektor dengan sektor lainnya sehingga apabila ada satu sektor yang
tumbuh akan mendorong sektor lain karena saling terkait.
Ada efek penggandaan (multiplier effect)
Permintaan pada satu sektor akan menciptakan produksi pada sektor tersebut maupun sektor
lain yang terkait, dan pada akhirnya akan terjadi akumulasi modal.
Adanya konsentrasi geografis
Konsentrasi geografis dari berbagai sektor dapat menciptakan efisiensi diantara sektor yang
saling membutuhkan. Selain itu juga meningkatkan daya tarik dari kota tersebut.
Bersifat mendorong daerah belakangnya
Hal ini dapat terjadi apabila hubungan antara kota dan wilayah harmonis
Teori Bioregion
Bioregion adalah wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim, tanah, flora, fauna asli
dan pola interaksi manusia dengan alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan
lingkungan serta kondisi kesadaran untuk hidup di wilayah tersebut. Bioregion memadukan
ekosistem darat, pesisir dan laut, termasuk ekosistem pulau kecil, dengan masyarakat dan
kebudayaannya dalam konteks ruang. (WALHI, 2006)
Pendekatan bioregionalism bertumpu pada:
Komitmen untuk sehatnya sistem-sistem alam;
Hubungan spritual dan budaya antara masyarakat, tanah dan proses-proses ekologi; serta
Tujuan akhir desentralisasi politik, penentuan nasib oleh rakyat serta keadilan sosial
(WALHI, 2006)
AGRIBISNIS BUNGA KRISAN
Krisan atau Chrysanthenum merupakan salah satu jenis tanaman hias yang telah lama
dikenal dan banyak disukai masyarakat serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Disamping
memiliki keindahan karena keragaman bentuk dan warnanya. bunga krisan juga memiliki
kesegaran yang relatif lama dan mudah dirangkai. Keunggulan lain yang dimiliki adalah bahwa
pembungaan dan panennya dapat diatur menurut kebutuhan pasar.
Sebagai bunga potong, krisan digunakan sebagai bahan dekorasi ruangan, jambangan (vas)
bunga dan rangkaian bunga. Sebagai tanaman pot krisan dapat digunakan untuk menghias meja
kantor, ruangan hotel, restaurant dan rumah tempat tinggal. Selain digunakan sebagai tanaman
hias, krisan juga berpotensi untuk digunakan sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil
racun serangga (hama).
Krisan atau dikenal juga dengan seruni bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Menurut
Rukmana dan Mulyana (1997), terdapat 1000 varietas krisan yang tumbuh di dunia. Beberapa
varietas krisan yang dikenal antara lain adalah C. daisy, C. indicum, C. coccineum, C.
frustescens, C. maximum, C. hornorum, dan C. parthenium. Varietes krisan yang banyak itanam
di Indonesia umumnya diintroduksi dari luar negeri, terutama dari Belanda, Amerika Serikat dan
Jepang. Bunga krisan sangat populer di masyarakat karena banyaknya jenis, bentuk dan warna
bunga. Selain bentuk mahkota dan jumlah bunga dalam tangkai, warna bunga juga menjadi
pilihan konsumen. Pada umumnya konsumen lebih menyukai warna merah, putih dan kuning,
sebagai warna dasar krisan. Namun sekarang terdapat berbagai macam warna yang merupakan
Bunga krisan digolongkan dalam dua jenis yaitu jenis spray dan standard. Krisan jenis spray
dalam satu tangkai bunga terdapat 10 — 20 kuntum bunga berukuran kecil.Sedangkan jenis
standard pada satu tangkai bunga hanya terdapat satu kuntum bunga berukuran besar. Bentuk
bunga krisan yang biasa dibudidayakan sebagai bunga berukuran besar. Bentuk bunga krisan
yang bisa dibudidayakan sebagai bunga potong adalah Tunggal, Anemone, Pompon Dekoratif,
Bunga besar (Hasyim dan Reza dalam Wisudiastuti, 1999).
Kabupaten Cianjur sebagai daerah agraris yang bertumpu pada sektor pertanian memiliki
kondisi lahan dan agroklimat yang sangat sesuai bagi pertumbuahan tanaman pertanian,
khususnya tanaman hias di wilayah Cianjur Utara. Berbagai macam tanaman hias banyak
dihasilkan dari wilayah ini. Sektor pertanian memberikan sumbangan sebesar 42,93% terhadap
PDRB. Disamping itu, terdapat 63,52% tenaga kerja di sektor pertanian. Dengan memperhatikan
pada keunggulan yang dimiliki serta jarak lokasi yang relatif dekat dengan pasar (Jakarta), maka
pengembangan usaha bunga potong krisan memberikan prospek yang menjanjikan. yang sehat
dan segar serta mempunyai tangkai batang yang tegar dan kekar, sehingga bunga potong menjadi
awet dan tahan lama. Krisan merupakan salah satu jenis bunga potong penting di dunia. Pada
perdagangan tanaman hias dunia, bunga krisan merupakan salah satu bunga yang banyak
diminati oleh beberapa negara Asia seperti Jepang, Singapore dan Hongkong, serta Eropa seperti
Jerman, Perancis dan Inggris (Wisudiastuti, 1999).
PELUANG PASAR
Bunga potong krisan mempunyai peluang pasar yang sangat luas. Pasar potensial yang dapat
diharapkan adalah pasar-pasar yang ada di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Malang dan
Denpasar. Permintaan untuk kebutuhan bahan dekorasi restorant, kantor, hotel maupun rumah
tempat tinggal. Perilaku masyarakat di kota besar dalam menyambut hari-hari spesial maupun
hari-hari besar Natal, Tahun Baru dan Lebaran membuat permintaan terhadap bunga krisan dan
bunga potong lainnya semakin bertambah. Sebagai gambaran dapat dijelaskan bahwa untuk
wilayah Jakarta permintaan bunga potong meningkat rata-rata 10% (Rukhmana dan Mulyana,
1997). Disebutkan pula bahwa pada tahun 1991 nilai perdagangan bunga potong di DKI Jakarta
mencapai RP. 1 Milyar per bulan. Indonesia mengekspor bunga potong krisan sebanyak 198,3
ton senilai US$ 243,7 ribu ke negara Hongkong, Jepang, Malaysia dan Singapura (Rhukmana
dan Mulyana, 1997). Hal ini menunjukan
bahwa usaha bunga krisan dan bunga potong lainnya semakin mengalami peningkatan sejalan
dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya taraf hidup masyarakat sebagai
akibat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin tingginya budaya masyarakat. Merujuk pada
data-data tersebut diatas dapat dikatakan bahwa usaha pengembangan bunga potong krisan
memiliki prospek yang cerah.
SKALA USAHA
Mengingat sumberdaya lahan yang terbentang luas dan semakin meningkatnya ketrampilan dan
pengalaman petani bunga potong, maka usaha bunga krisan dapat dikembangkan dalam skala kecil dan
menengah. Untuk keperluan kamar domestik, pengembangan usaha krisan dapat dicampur dengan jenis
bunga potong lainnya. Pada skala ini pengadaan bahan sarana produksi terlebih lagi ketersediaan lahan
sebagai media tumbuh masih dapat diupayakan, dengan menggunakan manajemen yan relatif
sederhana. Untuk keperluan ekspor pengembangan usaha bunga krisan dapat dikembangkan dalam
skala menengah sampai besar. Namun, pada skala ini yang perlu mendapat perhatian khusus adalah
masalah status lahan yang digunakan. Jenis bunga potong yang akan ditanam tergantung pada besarnya
permintaan untuk setiap jenis bunga potong.
VI. ALTERNATIF LOKASI
Tanaman krisan pada umumnya banyak dijumpai pada daerah yang mempunyai ketinggian 700 — 1.200
m. suhu udara antara 18 °C — 22 °C dengan kondisi kelembaban udara tinggi. Selain dari itu untuk
memperoleh bunga yang berkualitas baik, tanaman krisan membutuhkan cahaya yang Iebih lama untuk
merangsang proses pembungaan. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka daerah-daerah yang sesuai
bagi pengembangan usaha bunga potong krisan adalah daerah yang terletak di wilayah Cianjur bagian
Utara. Daerah yang dimaksud antara lain adalah kecamatan Cugenang, Warungkondang, pacet dan
Sukaresmi. Saat ini wilayah ini merupkan sentra sayu