19
NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN KARYA TULIS Oleh : ROBIN PRATAMA NIM (A1A108030) UNIVERSITAS JAMBI JAMBI

NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKANKARYA TULISOleh : ROBIN PRATAMA NIM (A1A108030)UNIVERSITAS JAMBI JAMBI 2010LEMBAR PENGESAHANKarya Tulis Mahasiswa Tahun 2010 dengan judul : NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN Oleh : ROBIN PRATAMA NIM (A1A108030)Jambi,Mei 2010Disahkan Oleh : Mengetahui Ketua Jurusan PIPS FKIP Universitas Jambi, Dosen Pendamping,Dr. Farida Kohar, M.P. NIP. 19550717 198403 2 003Drs. Fachruddin Saudagar. M.Pd NIP. 19560206 198503 1 003ii

Citation preview

Page 1: NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN

NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN

KARYA TULIS

Oleh :

ROBIN PRATAMA

NIM (A1A108030)

UNIVERSITAS JAMBI

JAMBI

2010

Page 2: NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Mahasiswa Tahun 2010 dengan judul :

NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN

Oleh :

ROBIN PRATAMA

NIM (A1A108030)

Jambi, Mei 2010

Disahkan Oleh :

Mengetahui

Ketua Jurusan PIPS

FKIP Universitas Jambi, Dosen Pendamping,

Dr. Farida Kohar, M.P. Drs. Fachruddin Saudagar. M.Pd

NIP. 19550717 198403 2 003 NIP. 19560206 198503 1 003

ii

Page 3: NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Penulisan........................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 3

2.1 Sejarah cita-cita Nasionalisme Indonesia................................ 3

2.1.1 Sumpah Palapa............................................................ 3

2.1.2 Sumpah Pemuda.......................................................... 4

2.2 Nasionalisme dan Kebangsaan Dalam Keberagaman............. 5

BAB III PENUTUP................................................................................. 8

4.1 Kesimpulan.............................................................................. 8

4.2 Saran........................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 9

BIODATA................................................................................................. 10

iii

Page 4: NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan

Bangsa indonesia terbentuk dari berbagai suku bangsa dan sub etnis,

agama yang beragam sehingga dikatakan sebagai Negara dengan masyarakat

majemuk (kaelan,2007:188). Masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai

kebudayaan daerah yang bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari

berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan

dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa tersebut.

Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana tersebar di pulau-pulau

Indonesia, mereka mendiami dan tinggal di 17.508 pulau dengan kondisi

geografis yang berbeda-beda. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir,

dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Setiap pulau memiliki budaya-

budaya yang berbeda sehingga Indonesia dikatakan sebagai bangsa yang

majemuk. Selain itu pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga

mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga

menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia.

Menurut Kaelan dan Achmad Zubaidi: 2007:166, keragaman dan

kemajemukan bangsa Indonesia dapat menimbulkan potensi perpecahan, jikalau

di antara unsur-unsur bangsa tidak memiliki wawasan kebersamaan sebagaimana

terkandung dalam ideologi pancasila. Oleh karena itu jikalau unsur bangsa

memiliki wawasan yang sempit maka bukannya tidak mungkin, akan terjadi

perpecahan bangsa atau disintegrasi bangsa.

Sementara itu catatan sejarah yang memperjuangkan cita-cita persatuan

dan kesatuan seperti Sumpah palapa dan sumpah pemuda sudah memberi

pelajaran kepada bangsa Indonesia, karena dengan kemauan dan kesungguhan

hatilah kesatuan wilayah Nusantara dapat terwujud. Sumpah Pemuda telah

mengantarkan kita ke alam kemerdekaan yang pada intinya didorong oleh

kekuatan persatuan Indonesia yang bulat dan bersatu (Tjahjopurnomo S.J:2004).

Namun kondisi krisis yang melanda bangsa Indonesia dewasa ini dengan

contoh yang telah mencuat kepermukaan antara lain Konflik Ambon, Sampit

Page 5: NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN

antara suku Madura dengan Dayak, Sambas, Kalimantan Barat, Poso, Konflik

daerah di berbagai wilayah, Konflik antar pemeluk agama, misalnya kasus

achmadiyah, kasus salafiyah serta kasus konflik antar pemeluk agama lainnya.

Selain itu juga konflik politik baik dalam tubuh partai politik, proses pilkada

bahkan ironisnya juga terjadi di dunia kehidupan kampus (Prof. kaelan,2007:48).

Hal ini dikarenakan rasa nasionalisme dan kebangsaan telah lemah dan

kabur. Oleh karena itu untuk membangun kembali rasa nasionalisme bangsa yang

besar harus disertai dengan “Bhinneka Tunggal Ika” yang kuat dan memadai

sebagai persatuan dan kesatuan bangsa.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat

karya tulis yang berjudul : “ Nasionalisme dan Kebangsaan Dalam

Kemajemukan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dikaji

dalam karya tulis ini adalah :

1. Bagaimana sejarah cita-cita nasionalisme bangsa Indonesia ?

2. Bagaimana pentingnya Nasionalisme dan rasa kebangsaan dalam

keberagaman/majemuk?

1.3 Tujun Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejarah-sejarah yang mencatat cita-cita untuk

mempersatukan bangsa dalam kemajemukan dan keberagaman.

2. Untuk mengetahui pentingnya nasionalisme dan rasa kebangsaan dalam

sebuah bangsa yang majemuk.

3. Untuk mengetahui bagaimana menghargai keberagaman bangsa

Indonesia?

Page 6: NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Cita-cita Nasionalisme Indonesia

Dewasa ini bangsa Indonesia dihadapkan pada masalah yang sangat

penting demi kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yakni masalah

persatuan (Tjahjopurnom0:2004:1). Secara arif dan jujur, jawaban yang paling

sederhana untuk mengatasi masalah ini adalah “belajarlah dari sejarah”. Beberapa

peristiwa sejarah tentang persatuan yang amat penting bagi bangsa Indonesia,

yakni Sumpah Palapa dan Sumpah Pemuda yang intinya adalah memperjuangkan

persatuan Indonesia.

2.1.1 Sumpah Palapa

Sumpah palapa diucapkan oleh Patih Gajah Mada di istana Majapahit pada

1331 M. serat pararaton memuat Sumpah Palapa sebagai berikut :

“Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring

gurun, ring seram, tanjungpura, ringharu, Pahang, dompo, ring bali, sunda,

Palembang, tumasik, samana isun amukti palapa”.

Terjemahannya lebih kurang sebagai berikut :

“apabila sudah kalah Nusantara, saya akan beristirahat, apabila Gurun

telah dikalahkan, begitupula Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo,

bali, Sunda, Palembang, Tumasik, pada waktu itu saya akan menikmati

istirahat” (Munandar, 2004: 24).

Sumpah Palapa secara esensial, isinya mengandung makna tentang upaya

untuk mempersatukan Nusantara. Sumpah Palapa Gajah Mada hingga kini tetap

menjadi acuan, sebab Sumpah Palapa itu bukan hanya berkenaan dengan diri

seseorang, namun berkenaan dengan kejayaan eksistensi suatu kerajaan

(Munandar: 2004: 24). Kajian baru yang cemerlang dilakukan oleh Pradipta,

Page 7: NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN

yakni kajian dari sisi nilai, ideology dan energy yang terkandung dalam Sumpah

Palapa Gajah Mada.

Sisi ideologi, sumpah palapa yang juga dikenal seabgai sumpah gajah

mada atau sumpah nusantara, sumpah palapa memiliki ideology kebhinekaan

tunggal ikaan, artinya menuju pada ketunggalan keyakinan, ketunggalan ide,

ketunggalan senasib dan sepenanggungan, dan ketunggalan ideology akan tetapi

tetap ruang gerak budaya bagi wilayah-wilayah negeri se-Nusantara dalam

mengembangkan kebahagiaan dan kesejahteraan masing-masing

(Pradipta,2004:6).

Keberhasilan Gajah Mada dalam mempersatuakan wilayah Nusantara pada

waktu itu, melalui Sumpah Palapanya, membuktikan bahwa Gajah Mada dengan

penuh kesungguhan hati dapat mewujudkan sumpahnya (Munandar, 2004:32).

2.1.2 Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 secara

historis merupakan rangkaian kesinambungan dari Sumpah Palapa yang terkenal

sebelumnya. Inti dari sumpah palapa dan sumpah pemuda adalah persatuan

bangsa. Hal ini disadari oleh para pemuda yang mengucapkan ikrar tersebut, yakni

terdapatnya kata sejarah dalam isi putusan kongres pemuda yang kedua (Museum

sumpah pemuda, 2003:88-89).

Sumpah pemuda merupakan peristiwa yang maha penting bagi bangsa

Indonesia, setelah Sumpah Palapa. Para pemuda pada waktu itu dengan tidak

memperhatikan latar kesukuannya dan budaya sukunya berkemauan dan

berkesungguhan hati merasa memiliki bangsa yang satu, bangsa Indonesia. Patut

kita syukuri, bahwa isi sumpah pemuda :

1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,

tanah Indonesia.

2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa

Indonesia.

3. Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa

Indonesia.

Page 8: NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN

Isi sumpah pemuda di atas menandakan bukti tentang kearifan para

pemuda pada waktu itu, yakni memilih bahasa yang sebenarnya menjadi milik

suku bangsa yang “Minoritas” ditinjau dari jumlah penduduk. Mereka tidak

memilih bahasa Jawa yang dipergunakan oleh mayoritas penduduk Hindia-

Belanda pada masa itu (Darmono, 2004:2).

Dengan dikumandangkannya Sumpah pemuda, maka sudah tidak ada lagi

ide kesukuan, ide kepulauan, ide propinsianisme atau ide federalism. Daerah-

daerah-daerah adalah bagian yang tidak bisa dipisah-pisahkan dari satu tubuh,

yaitu tanah air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia. Sumpah

Pemuda adalah ide kebangsaan Indonesia yang bulat dan bersatu

(Soekarno,2004:65-66).

Dalam konteks sejarah pergerakan nasional, Sumpah Pemuda yang

merupakan sumbangan pemuda yang sangat besar terhadap bangsanya, yang

sekaligus juga adalah hasil perjuangan nasional. Karena sejarah sumpah pemuda

pada hakekatnya adalah sejarah nasionalisme. Nasionalisme melahirkan sumpah

pemuda, dan sumpah pemuda member isi dan tujuan kepada nasionalisme yang

mendorong dan sekaligus mengarahkan perjalanan perjuangan bangsa Indonesia

dalam mencapai Indonesia merdeka. Dalam dimensi waktu, sejarah pemuda

merupakan mata rantai yang menghubungkan masa lampau dan harapan-harapan

masa depan (Suryomiharjo, 1974:300-301).

Sumpah Palapa Gajah Mada sudah member pelajaran kepada bangsa

Indonesia karena dengan kemauan dan kesungguhan hatilah kesatuan wilayah

Nusantara dapat terwujud. Selanjutnya Sumpah Pemuda telah mengantarkan kita

kea lam kemerdekaan yang pada intinya disorong oleh kekuatan persatuan

Indonesia yang bulat dan bersatu.

2.2 Nasionalisme dan Kebangsaan Dalam Keberagaman

Nasionalisme menurut Kohn (1961:11) adalah suatu paham yang

berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada Negara

kebangsaan. Secara etimologis, kata nation berasal dari bahasa Latin nation, yang

berakar pada kata nascor “saya lahir”. Pada masa kekaisaran Romawi, kata nation

dipakai untuk mengolok-olok orang asing. Kemudian pada abad pertengahan, kata

Page 9: NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN

nation digunakan sebagai nama kelompok pelajar asing di universitas-universitas.

Selanjutnya, pada masa Revolusi Perancis, Parlemen Revolusi Perancis menyebut

diri mereka sebagai assemble nationale (dewan nasional) yang menunjuk kepada

semua kelas yang memiliki hak sama dalam berpolitik. Akhirnya, kata nation

menjadi seperti sekarang yang merujuk pada bangsa atau kelompok manusia yang

menjadi penduduk resmi suatu Negara (Amir, 2004).

Keragaman atau kemajemukan bangsa Indonesia merupakan fakta yang

harus diakui dan dihormati keberadaannya, oleh karena itu bukanlah atas

kehendak manusia, melainkan terjadi dan lahir atas kehendak Tuhan. “Bhinneeka

Tunggal Ika” dijadikan semboyan bangsa Indonesia yang bermakna

mengutamakan pengakuan dan penghormatan terhadap keberagaman yang ada

dan menyatu sebagai bangsa Indonesia tanpa perlu kehilangan suku dan budaya.

Kebhinneekaan bukan untuk dipertentangkan, apalagi permusuhan, melainkan

agar bersatu dalam kebhinneekaan sebagaimana terwujud dalam keputusan

kongres Pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928. Berbeda dalam

persatuan, satu dalam perbedaan. Perbedaan bukan alasan untuk tidak bersatu,

persatuan tidak berarti menghilangkan perbedaan, selama memiliki kesadaran

untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada.

Menurut Prof. Dr. H.M Ahman Sya, sebagai bangsa besar dan beradab kita

harus selalu optimis untuk menjadi bermutu super (superkualitas) yang dihargai

dan disegani bangsa sain di dunia, superefisien, marketable, dan visioner sehingga

dapat berperan serata aktif dalam perdamaian abadi dunia selaras dengan ideology

Negara Pancasila. Optimasi peran pemuda dan mahasiswa dalam memelihara,

menumbuhkan dan meningkatkan tradisi nasionalisme sangatlah penting.

Nasionalisme merupakan suatu ide yang mengisi otak dan hati manusia

dengan pikiran baru, serta mendorongnya untuk menerjemahkan kesadarannya ke

dalam tindakan berupa aksi yang terorganisasi. Namun, nasionalitas bisa berubah-

ubah sesuai dengan perkembangan kehidupan yang ada. Bahkan, faktor-faktor

tertentu seperti asal-usul keturunan, bahasa, wilayah, satuan politik, adat istiadat

dan agama dapat mempengaruhi nasionalitas.

(Prof. kaelan dan Achmad Zubaidi,2007:48) Pada era Reformasi saat ini

hanya mementingkan kebersamaan tanpa memandang berbagai perbedaan.

Page 10: NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN

Akibatnya dalam kehidupan bangsa Indonesia saat ini muncullah berbagai konflik

perbedaan yang bahkan ditandai dengan konflik fisik di antara elemen-elemen

masyarakat sebagai pembentuk bangsa Indonesia. Masih segar dalam ingatan

Konflik Ambon, Sampit antara suku Madura dengan Dayak, Sambas, Kalimantan

Barat, Poso, Konflik daerah di berbagai wilayah, Konflik antar pemeluk agama,

misalnya kasus achmadiyah, kasus salafiyah serta kasus konflik antar pemeluk

agama lainnya. Selain itu juga konflik politik baik dalam tubuh partai politik,

proses pilkada bahkan ironisnya juga terjadi di dunia kehidupan Kampus.

Konflik di atas bila meluas dapat terjadi perpecahan internal bangsa

Indonesia untuk itu diperlukan sikap yang dapat menyatukan berbagai keragaman

untuk kesejahteraan bersama antara lain :

1. Menerima dan menghargai suku, agama, budaya dan adat istiadat orang

lain.

2. Ikut memelihara, melestarikan, dan mengembangkan tradisi dan budaya

yang ada dalam masyarakat.

3. Melakukan dialog antar suku, agama dan golongan. Dialog ini dapat

mengurangi rasa saling curiga dan permusuhan.

4. Tidak menganggap suku sendiri yang paling baik.

5. Tidak meremehkan dan menghina adat istiadat, kebiasaan, dan hasil

kesenian suku bangsa lain.

6. Mengutamakan gotong-royong dan musyawarah mufakat yang merupakan

ciri bangsa indonesia

Selain itu Nasionalisme yang harus dibangkitkan kembali adalah

Nasionalisme yang diarahkan untuk mengatasi semua permasalahan di atas,

bagaimana bisa bersikap jujur, adil, disiplin, berani melawan kesewenang-

wenangan, tidak bermental korup, toleran dan lain-lain. Bila hal tersebut dapat

diwujudkan maka eksistensi bangsa dan Negara menuju kesejahteraan yang lebih

baik (Nina Herlina Lubis).

Page 11: NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Sumpah Palapa dan Sumpah Pemuda Merupakan catatan sejarah penting

bagi bangsa Indonesia karena kajian dari sisi nilai, ideologi dan energi

yang terkandung dalam Sumpah Palapa dan Sumpah Pemuda adalah

persatuan bangsa.

2. Keragaman dan pluralitas masyarakat Indonesia merupakan fakta yang

harus diakui dan dihormati keberadaannya dan mengutamakan pengakuan

dan penghormatan terhadap keragaman yang ada.

3. Nasionalisme harus dibangkitkan untuk mewujudkan eksistensi bangsa

dan Negara Indonesia menuju kesejahteraan yang lebih baik.

3.2 Saran

Dari kesimpulan di atas dapat disarankan berupa :

1. Masalah persatuan dan kesatuan Indonesia harus disadari bersama dan

diikhtiarkan bersama untuk menjaga dan melestarikan persatuan Indonesia

dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Menurunnya rasa Nasionalisme memungkinkan runtuhnya NKRI di masa

depan apabila antisipasinya tidak rasional, sistematis, dan empiris. Oleh

karena itu, seluruh elemen yang ada dalam NKRI perlu secara sungguh-

sungguh menangani gejala ini agar eksistensi bangsa dan Negara tetap

terjaga.

3. Gotong royong sangat penting untuk disosialisasikan dan ditingkatkan

kembali.

4. Pelopor tentunya diharapkan kepada pemuda dan mahasiswa yang

senantiasa memiliki jiwa dan pemikiran yang jernih, semata-mata untuk

kepentingan rakyat. Mereka diharapkan terus mengenali perkembangan

zaman melalui perkembangan sejarah perjuangan bangsa. Dengan begitu

pemuda dan mahasiswa dapat melaksanakan Darmanya dengan tepat.

Page 12: NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN

DAFTAR PUSTAKA

Hisnu, Tantya. Menghargai Keragaman Suku bangsa dan Budaya (Online),

(http://www.crayonpedia.org/mw/ diakses 2 Mei 2010).

Irmawati, Kartika, dkk.2009. Revitalisasi Kanal Untuk Menarik Minat

Pengunjung Ke Situs Sejarah Candi Muaro Jambi. Karya Tulis. Program

Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Jambi.

J. Tjahjopurnomo S. 2004. “ Sumpah Palapa dan Sumpah Pemuda: Beberapa

Catatan Tentang Persatuan”. Makalah disampaikan pada seminar buku

langka sebagai sumber kajian kebudayaan Indonesia di auditorium

perpustakaan Nasional RI, Jl. Salemba raya No. 28 A, Jakarta 28 Oktober

2004.

Kaelan, M.S. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan tinggi.

Yogyakarta: Paradigma.

Lubis, Nina Herlina. Potret nasionalisme bangsa Indonesia masa lalu dan masa

kini(Online),(http://www.setneg.go.id/index.php?

Itemid=219&id=2257&option m_content&task=view /diakses 1 Mei

2010.

Maemunah, Siti Annijat. 2007. Buku Pintar bahasa Indonesia. Jakarta: Prestasi

Pustaka Publisher.

Murdiyatmoko, Janu. 2004. Sosiologi Buku Pelajaran untuk SMA kelas I.

Bandung: Grafindo Media Pratama.

Sya, M.Ahman. Kemoderatan dan Kemajemukan(Online),

(http://www.cmm.or.id/cmmind_more.php?id=A4989_0_3_0_M/ diakses

28 April 2010.

Thambun Anyang, YC. Gambaran kenyataan keragaman hukum di Kalimantan

Barat (Online),( http://www.huma.or.id diakses 28 April 2010).

Page 13: NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN

BIODATA

Nama : Robin Pratama

NIM : A1A08030

TTL : Jambi, 29 September 1990

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Program Studi : Pendidikan Ekonomi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

Universitas : Universitas Jambi

Alamat : Jln. Lindung Indah No. 21 RT. 25 Kelurahan Lingkar

Selatan Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi.

Telepon/ Email : 0852 660 75700/ [email protected]

Riwayat Pendidikan : SD Negeri No. 15/IX Air Hitam Kab. Muaro Jambi

SMP Negeri 4 Kota Jambi

SMA Attaufiq Kota Jambi

Pengalaman Organisasi :

1. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan 2009/2010.

2. Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan PIPS FKIP Universitas Jambi –

sekarang.

3. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) – sekarang.

Page 14: NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN