20
NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN STATUS EMOSI SISWA SD PENDERITA GONDOK DAN BUKAN PENDERITA GONDOK DI DAERAH ENDEMIK GAKI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA (Suatu Studi Awal) Disusun Oleh : DIDIK HARIYADI 04/182948/EKU/00137 PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2006

NASKAH PUBLIKASI

  • Upload
    didik

  • View
    773

  • Download
    8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skripsi S1 gizi kesehatan UGM 2006

Citation preview

Page 1: NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN STATUS EMOSI SISWA SDPENDERITA GONDOK DAN BUKAN PENDERITA

GONDOKDI DAERAH ENDEMIK GAKI

KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATENSLEMAN

YOGYAKARTA

(Suatu Studi Awal)

Disusun Oleh :

DIDIK HARIYADI04/182948/EKU/00137

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA2006

Page 2: NASKAH PUBLIKASI

LEMBAR PENGESAHAN

NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH

Perbedaan Status Emosi Siswa SD Penderita Gondok dan Bukan PenderitaGondok di Daerah Endemik GAKI Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman

Yogyakarta(Suatu Studi Awal)

Disusun Oleh :DIDIK HARIYADI

04/182948/EKU/00137

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 18 Januari 2006

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua

Toto Sudargo, SKM, M.Kes tanggal Januari 2006NIP. 140 175 155

Anggota

Dra. Indria L. Gamayanti, M.Si tanggal Januari 2006NIP. 140 236 085

Anggota

Dhuto Widagdo, SKM, M.Kes tanggal Januari 2006NIP. 140 211 476

MengetahuiWakil Dekan Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,

dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc, Ph.DNIP : 131 860 994

Page 3: NASKAH PUBLIKASI

1

INTISARI

Perbedaan Status Emosi Siswa SD Penderita Gondok dengan BukanPenderita Gondok di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman

Yogyakarta(Suatu Studi Awal)

Didik Hariyadi1), Toto Sudargo2), Indria L. Gamayanti2)

Latar Belakang : Kecamatan Cangkringan merupakan daerah endemik beratGAKI dengan angka TGR mencapai 39,5 %. Dampak yang ditimbulkan akibatGAKI diantaranya adalah defisiensi mental, defek psikomotorik, tingkatkecerdasan, penurunan IQ point, dan kretin neurologik termasuk ”minimal braindamage”

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui perbedaan status emosi siswa SDpenderita gondok dan bukan penderita gondok di wilayah kecamatanCangkringan kabupaten Sleman Yogyakarta.

Metode Penelitian : Jenis penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional. Lokasi penelitian diambil di kecamatan Cangkringan kabupatenSleman Yogyakarta. Sampel penelitian adalah siswa SD yang belum diintervensiprogram GAKI dengan kriteria inklusi siswa tidak menderita penyakit kronis,siswa SD kelas III, IV, V dan VI. Sampel dikelompokkan menjadi 2, yaitukelompok studi adalah siswa penderita gondok dan kelompok kontrol adalahsiswa bukan penderita gondok. Analisis statistik menggunakan uji chi-square.

Hasil : Status emosi positif pada kelompok studi mencapai 67,9 % dan statusemosi negatif 7,5 %, sedangkan pada kelompok kontrol status emosi positifsebesar 94,5 dan status emosi negatif 6,8 %. Hasil analisis statistik dengan ujichi-square diketahui tidak terdapat perbedaan status emosi yang signifikan (p >0,05) antara siswa penderita gondok dan bukan penderita gondok.

Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan status emosi antara siswa penderitagondok dan bukan penderita gondok. Perlu penelitian lebih lanjut berkaitandengan status emosi dan gondok.

Katakunci : GAKI, Status emosi, Siswa SD.

1) Mahasiswa Program Studi Gizi Kesehatan FK-UGM Yogyakarta2) Dosen Program Studi Gizi Kesehatan FK-UGM Yogyakarta

Page 4: NASKAH PUBLIKASI

1

A. Pendahuluan

Defisiensi iodium adalah penyebab paling mendasar pada pelemahan

mental dan mempunyai efek serius pada perkembangan fisik anak-anak, angka

kematian anak dan ganguan pada reproduksi wanita yang ditandai oleh

meningkatnya angka aborsi, kematian bayi lahir serta kelainan sejak lahir

(Hetzel, 1983), beberapa gejala klinis hipotiroid pada neonatal dengan kerusakan

sistem saraf adalah lamban (mental dan fisik), retardasi mental, disfungsi

serebelum (pada bayi) dan tuli (kretin endemik dan Penred’s syndrom) (Igo RP,

1990 dalam Rustama, 2001).

Salah satu aspek penting dari kekurangan iodium adalah pengaruhnya

terhadap perkembangan otak yang berakibat defisiensi mental dan defek

psikomotor (Widodo, 2004) dan yang sangat mengkhawatirkan adalah akibat

negatif terhadap susunan syaraf pusat yang berdampak pada kecerdasan dan

perkembangan sosial (Standbury, 1993) serta penurunan IQ point, dimana setiap

penderita gondok mengalami defisit 50 IQ point dan pada penderita kretin defisit

mencapai 50 IQ point sedangkan pada penderita GAKI (Gangguan Akibat

Kekurangan Iodium) yang tidak menderita gondok dan kretin defisit mencapai 10

IQ point (Delong, dkk., 1993; Querido, 1993 dalam Thaha, 2003) dan pada

kejadian kretin neurologik termasuk ”Minimal Brain Damage” tidak dapat

dikoreksi lagi (irreversibel) sedangkan pada spektrum luas GAKI dengan

pemberian iodium yang adekuat dan kontinyu dapat dikoreksi (reversibel)

(Djokomoeljanto, 2000).

Dalam suatu penelitian observasional diketahui bahwa anak usia sekolah

yang tinggal didaerah defisiensi iodium mengalami penurunan tingkat IQ,

penurunan kognitif dan fungsi motorik dibandingkan dengan anak usia sekolah

yang tinggal di daerah yang cukup iodium ( Azizi dkk., 1993 dan 1995; Bleichrodt

dkk., 1987; Boyages dkk., 1989; Fenzi dkk., 1990; Querido dkk., 1979; Tiwari

dkk., 1996, Vermiglio dkk., 1990 dalam Thaha, 2003).

Hipotiroid pada anak-anak ditandai dengan adanya retardasi

pertumbuhan dan retardasi mental. Pasien dengan hipotiroid menunjukkan

gambaran klinis depresi berat yang terus berlanjut menjadi kestabilan emosional

atau bahkan jelas-jelas psikosa paranoid. Pada kasus seperti ini, pemeriksaan

diagnostik akan memastikan atau menyingkirkan hipotiroid sebagai faktor

penunjang. (Greenspan dan Baxter, 2000)

Page 5: NASKAH PUBLIKASI

2

Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku

individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang positif, seperti

perasaan senang, begairah, bersemangat atau rasa ingin tahu akan

mempengaruhi individu untuk mengkonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas

belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif dalam

berdiskusi, mengerjakan tugas, dan disiplin dalam belajar. Sebaliknya apabila

yang menyertai proses itu emosi negatif, seperti perasaan tidak senang, kecewa,

tidak bergairah, maka proses belajar akan mengelami hambatan, dalam arti

individu tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar sehingga

kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam belajar ( Yusuf LN,

2004).

Dari data survey gondok di kabupaten Sleman pada tahun 2003 terdapat

informasi bahwa TGR tertinggi terdapat di kecamatan Cangkringan yang

merupakan daerah endemik berat yaitu 39,5 %. Tingkat konsumsi goitrogenik di

kabupaten Sleman 67,5 %, sedangkan tingkat konsumsi zat goitrogenik di

kecamatan Cangkringan sebesar 41%.

Berdasarkan latar belakang diatas ada satu permasalahan : Apakah ada

perbedaan status emosi siswa SD penderita gondok dengan bukan penderita

gondok di daerah endemik GAKI kecamatan Cangkringan kabupaten Sleman

Yogyakarta ?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan status emosi

siswa SD penderita gondok dan bukan penderita gondok di daerah endemik

GAKI kecamatan Cangkringan kabupaten Sleman Yogyakarta.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan

cross-sectional (Aswin, 1997). Penelitian ini adalah bagian dari penelitian payung

yang berjudul Pengaruh Suplementasi Kapsul Yodium Dan Zinc Terhadap

Ekskresi Yodium Urin, Status Emosi, Kebugaran Kardiorespirasi Dan Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Anak Sekolah Dasar Daerah Endemik

Berat Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Kecamatan Cangkringan

Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Page 6: NASKAH PUBLIKASI

3

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri kecamatan Cangkringan

kabupaten Sleman Yogyakarta dengan kriteria SD Negeri yang belum pernah di

intervensi program penaggulangan GAKI oleh Puskesmas setempat.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD di daerah endemik GAKI

kecamatan Cangkringan kabupaten Sleman Yogyakarta. Sedangkan pemilihan

sampel dan estimasi jumlah sampel adalah sebagai berikut :

Sampel pada kelompok penderita gondok dan kelompok bukan penderita

gondok diambil dengan kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Siswa tidak sedang menderita penyakit kronis.

2. Siswa bertempat tinggal di wilayah endemik GAKI.

3. Siswa duduk di kelas III, IV, kelas V, dan kelas VI.

4. SD penelitian dilaksanakan, belum pernah diintervensi program

penanggulangan GAKI dalam 2 tahun terakhir.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara multistage stratified

purposive random sampling.

Setelah melakukan tahapan pengambilan sampel sebagaimana diatas,

maka diketahui jumlah kelompok penderita gondok sebesar 80 siswa dan

kelompok bukan penderita gondok sebesar 38 siswa.

Peneliti melakukan penjajagan dengan mengadakan studi pendahuluan

sebagai langkah awal untuk mengetahui kelayakan wilayah penelitian.

Sedangkan peijinan akan dibuat setelah pada studi pendahuluan memungkinkan

dan layak untuk dijadikan wilayah penelitian.

Beberapa persiapan alat ukur penelitian dilakukan yaitu kuesioner dan

pedoman observasi dalam bentuk cheklist. Pedoman observasi terdiri dari 9

(sembilan) item, masing-masing 4 item untuk menyatakan status emosi positif

dan 5 item untuk menyatakan status emosi negatif.

Alat ukur yang telah dipersiapkan akan diuji layak tidaknya digunakan

sebagai penelitian, terutama pedoman observasi. Pedoman observasi yang akan

digunakan di uji coba dengan melakukan pengukuran awal pada sampel oleh 4

observer dan 1 observer sebagai gold standard , dalam hal ini yang menjadi gold

standard adalah peneliti. Hasil uji coba diketahui bahwa dari 9 item yang

dipersiapkan tidak semua item dapat diisi oleh observer, sehingga tersisa 8 item,

terdiri dari 3 item untuk pengukuran status emosi positif dan 5 item untuk

pengukuran status emosi negatif. Sedangkan kelayakan observer dalam

Page 7: NASKAH PUBLIKASI

4

penelitian ini ditentukan oleh validitas dengan melihat sensitivitas dan spesifisitas

masing-masing observer. Hasil pengukuran sensitivitas dan spesifisitas terlampir

Sebelum pengambilan data dilakukan peneliti melaksanakan registrasi

populasi dan pendataan sebagai dasar dalam penentuan jumlah sampel. Data ini

adalah data sekunder yang diambil dari instansi terkait di wilayah penelitian.

Seleksi dilakukan sesuai dengan kriteria sampel yang ditetapkan dalam

penelitian melalui palpasi, pemeriksaan klinis dan data-data sekunder yang ada

di sekolah, dimana sampel akan diambil.

Tingkat pembesaran akan diukur oleh palpator, sedangkan status emosi

siswa dilaksanakan oleh observer yang telah dilatih sebelumnya.

Pengumpulan data penderita gondok dan bukan penderita gondok diambil

dari hasil seleksi oleh palpator yang dilakukan sebelum pengambilan data

selanjutnya. Data yang telah diambil dibedakan antara kelompok siswa penderita

gondok selanjutnya menjadi kelompok studi dan kelompok siswa bukan penderita

gondok selanjutnya menjadi kelompok kontrol. Dalam penelitian ini terdapat 80

siswa sebagai kelompok studi dan 37 siswa menjadi kelompok kontrol.

Status emosi siswa diambil dari hasil observasi. Sampel penelitian yang

berjumlah 117 siswa diberikan intervensi berupa cerita dan permainan di tempat

yang lapang di luar kelas agar dapat memungkinkan untuk mengadakan interaksi

terhadap cerita dan permainan yang diberikan. Cerita dan permainan yang

diberikan berupa cerita dan permainan anak-anak sebagaimana cerita dan

permaiann yang biasa diberikan pada saat pramuka dan disampaikan oleh

pembina pramuka siswa SD di wilayah kecamatan Cangkringan. Skenario cerita

dan permainan sebagaimana pada lampiran 2. Kegiatan tersebut diabadikan

dalam satu video untuk kemudian dijadikan dokumen data yang diobservasi oleh

observer. Hasil observasi dituangkan dalam lembar cheklist untuk kemudian

dinilai hasilnya sebagai status emosi positif dan status emosi negatif.

Data dianalisis dan diolah dengan komputerisasi yang akan dilakukan

oleh tenaga terlatih dalam mengolah dan menganalisis data untuk menghindari

adanya missing error, baik pada petugas entry data maupun pengolah dan

analisis data.

Analisis statistik yang digunakan adalah dengan mengadakan uji chi-

square pada variabel yang diteliti. Analisis ini dilakukan mengingat skala pada

Page 8: NASKAH PUBLIKASI

5

data adalah skala nominal. Untuk data penunjang akan dianalisis secara

deskriptif untuk mengetahui gambaran secara keseluruhan dari data-data

penelitian yang digunakan.

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah :

1. Belum ada standard baku dalam mengukur status emosi anak. Beberapa alat

ukur untuk emosi anak telah banyak dikembangkan, akan tetapi tidak berlaku

secara universal, seperti PANAS-C (Positive Affect Negative Affect for

Children) yang dikembangkan oleh Laurent et al. (1999), CDI (Children’s

Depression Inventory) dikembangkan oleh Kovacs (1980/1981), ADIS-IV C/P

(Anxiety Disorders Interview Schedule for DSM-IV, Child and Parent

Versions) yang dikembangkan oleh Silverman dan Albano (1996), dan masih

banyak alat-alat ukur lain yang dikembangkan oleh para psikolog,

diantaranya adalah dengan cara observasi.

2. Pengukuran status emosi dilaksanakan oleh observer, sebaiknya pengukuran

secara interrater dengan gold standard seseorang yang telah menguasai

bidang pengamatan terhadap status emosi..

3. Observasi yang dilaksanakan terbatas pada saat dan situasi yang terbatas,

yaitu ketika siswa diberi intervensi cerita dan permainan yang disampaikan

oleh petugas khusus, sehingga pengamatan tidak secara menyeluruh saat

siswa di sekolah di rumah dan di tempat mereka bermain. Beberapa

kelemahan dalam observasi ( Hadi, 1985) adalah :

a. Banyak kejadian-kejadian yang tidak dapat dicapai dengan observasi

langsung, seperti kehidupan pribadi seseorang yang sangat rahasia.

b. Mengetahui jika diselidiki, sampel yang diobservasi mungkin juga untuk

maksud-maksud tertentu dengan sengaja menimbulkan kesan yang

menyenangkan atau sebaliknya.

c. Timbulnya suatu kejadian tidak selalu dapat diramalkan sehingga

observer dapat hadir untuk mengobservasi kejadian itu. Jika penyelidikan

dilakukan terhadap typical behavior, menunggu timbulnya behavior yang

diharapkan secara spontan kerap kali memakan waktu yang panjang

sekali dan sangat membosankan.

d. Tugas observasi menjadi terganggu pada waktu-waktu ada peristiwa-

peristiwa yang tidak terduga-duga.

e. Dibatasi oleh lamanya kelangsungan kejadian yang bersangkutan.

Page 9: NASKAH PUBLIKASI

6

C. Hasil dan Pembahasan

Hasil

Jumlah siswa yang mengikuti skrining awal mencapai 218 siswa, terdiri

dari kelas III, IV, V dan kelas VI di 2 SDN yaitu SDN Pangukrejo dan SDN Petung

sesuai dengan kriteria inklusi. Sebanyak 80 siswa dinyatakan penderita gondok

dengan metode palpasi dan selebihnya sebanyak 38 siswa tidak menderita

gondok.

Pada saat penelitian berlangsung, 1 siswa dari kelompok bukan

penderita gondok tidak dapat mengikuti jalannya penelitian, sehingga jumlahnya

berkurang menjadi 37 siswa. Jumlah sample sampai akhir penelitian sebanyak

117 siswa, terdiri dari 80 kelompok penderita gondok dan 37 kelompok bukan

penderita gondok.

Analisis Univariat

Sampel pada penelitian ini adalah siswa SD kelas III, IV, V dan kelas VI

yang tersebar di 2 SD, masing-masing adalah SD Pangukrejo sebanyak 49 (41,9

%) siswa dan SD Petung sebanyak 68 (58,1 %) siswa. Perbedaaan sebaran

jumlah siswa yang diambil sebagai sampel terjadi karena adanya jumlah siswa

kelas III, IV, V dan kelas VI di kedua SD berbeda, yaitu 58 siswa di SD

Pangukrejo dan 75 siswa di SD Petung. Sebaran jumlah siswa yang diambil

sebagai sampel dapat dilihat pada diagram berikut :

Gambar 1. Distribusi frekuensi jumlah sampel

58,1%

41,9%

Pangukrejo

Petung

Kelompok umur sampel terbagi menjadi 2 kelompok, masing-masing

dibawah atau sama dengan 9 tahun sebanyak 37 siswa atau 31,6 % dari total

sampel dan diatas 9 tahun sebanyak 80 siswa atau 68,4 % dari total sampel

penelitian. Pengelompokan ini dilakukan, mengingat sampel adalah siswa SD

kelas III sampai kelas VI dengan range umur berkisar antara 8 tahun sampai 12

tahun.

Page 10: NASKAH PUBLIKASI

7

Jenis kelamin laki-laki sampel penelitian lebih besar daripada jenis

kelamin perempuan, yaitu laki-laki mencapai 55,6 % dan perempuan 44,4 % atau

selisih 13 siswa, dimana laki-laki 65 siswa dan perempuan 52 siswa yang

tersebar di kedua SD tempat penelitian dilakukan.

Lama pendidikan yang ditempuh oleh orang tua sampel rata-rata 6 –9

tahun dan perbandingan antara bapak dan ibu sampel yang tidak sekolah, ibu

sampel lebih banyak, mencapai 17 orang sedangkan bapak sampel hanya 4

orang. Jika digambarkan dalam sebuah grafik, maka akan terlihat perbedaan

lama pendidikan antara bapak dan ibu seperti pada gambar 2 dibawah ini :

16

78

19

412

74

14 17

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Jum

lah

Bapak Ibu

Gambar 2. Distribusi frekuensi lama pendidikan orang tuasampel

< 6 tahun

6 - 9 tahun

> 9 tahun

Tidak Sekolah

Rata-rata pekerjaan orang tua sampel adalah petani/tukang dan sedikit

sekali yang bekerja sebagai pegawai yaitu 17,1 % untuk bapak dan ibu mencapai

10,3 % dan secara jelas dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi frekuensi pekerjaan orang tua sampel

No. Variabel n %

1. Pekerjaan Bapak

Petani / tukang

Pegawai

97

20

82,9

17,1

2. Pekerjaan Ibu

Petani

Pegawai / usaha

Ibu RT

87

12

18

74,4

10,3

15,4

Page 11: NASKAH PUBLIKASI

8

Analisis Bivariat

Hasil analisis bivariat masing-masing variabel penelitian pada kelompok

penderita gondok dan kelompok bukan penderita gondok dengan menggunakan

uji chi square dapat dilihat pada tabel 2.

Jumlah sampel penelitian laki-laki adalah 65 siswa (55,60 %), 51 siswa

(78,50 %) termasuk kelompok penderita gondok dan 14 siswa (21,50 %)

kelompok bukan penderita gondok. Perempuan sebanyak 52 siswa (44,40 %), 29

siswa (55,80 %) menjadi kelompok penderita gondok dan 23 siswa (44,20 %)

kelompok bukan penderita gondok. Hasil uji statistik Chi square menunjukkan

bahwa ada perbedaan yang bermakna jenis kelamin antara kelompok penderita

gondok dan kelompok bukan penderita gondok pada penelitian ini (p < 0,05).

Rata-rata umur sampel penelitian 9 tahun pada kisaran umur antara 6 –

12 tahun. Kelompok umur ≤ 9 tahun sebanyak 37 siswa (31,6 %), 24 siswa (64,9

%) diantaranya masuk dalam kelompok penderita gondok dan 13 siswa (35,1 %)

kelompk bukan penderita gondok. Sampel penelitian yang berumur antara > 9

tahun mencapai 80 siswa (68,4 %), 56 siswa (70,0 %) termasuk dalam kelompok

penderita gondok dan 24 siswa (30,0 %) kelompok bukan penderita gondok.

Hasil uji statistik Chi square menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang bermakna umur sampel penelitian antar kelompok penelitian (p > 0,05).

Tingkat pendidikan orang tua sampel, baik pada kelompok penderita

gondok maupun kelompok bukan penderita gondok sebagian besar menempuh

pendidikan selama 6 –9 tahun (antara lulus SD sampai SMP), yaitu untuk bapak

66,70 % dan ibu 63,20 %. Berdasarkan hasil uji Chi square tidak ada perbedaan

yang bermakna tingkat pendidikan bapak maupun ibu sampel antara kelompok

penderita gondok dan kelompok bukan penderita gondok (p > 0,05).

Sebagian besar orang tua sampel penelitian, baik kelompok penderita

gondok maupun kelompok bukan penderita gondok bekerja di bidang

pertanian/pertukangan, yaitu 82,90 % untuk bapak dan 74,40 % untuk ibu.

Berdasarkan hasil uji Chi square tidak ada perbedaan yang bermakna perkerjaan

bapak maupun ibu antar kelompok penelitian (p > 0,05).

Page 12: NASKAH PUBLIKASI

9

Tabel 2. Hasil analisis bivariat variabel penelitian*)

Kelompok PenelitianVariabel Penderita gondok Bukan penderita

gondokX2 P

Asal Sekolah

SD Petung

SD Panguk Rejo

Jenis Kelamin

Laki–laki

Perempuan

Umur

Mean

SD

Pendidikan Bapak

Tidak sekolah

< 6 tahun

6–9 tahun

> 9 tahun

Pendidikan Ibu

Tidak sekolah

< 6 tahun

6–9 tahun

> 9 tahun

Pekerjaan Bapak

Petani / tukang

Pegawai

Pekerjaan Ibu

Petani

Pegawai / usaha

Ibu RT

44 (55,0 %)

36 (45,0 %)

51 (63,8 %)

29 (36,3 %)

9,79

1,37

4 (5,0 %)

11 (13,8 %)

55 (68,8 %)

10 (12,5 %)

8 (10,0 %)

11 (13,8 %)

52 (65,0 %)

9 (11,3 %)

67 (83,8 %)

13 (16,3 %)

58 (72,5 %)

9 (11,3 %)

13 (16,3)

24 (64,9 %)

13 (35,1 %)

14 (37,8 %)

23 (62,2 %)

9,76

1,36

5 (13,5 %)

23 (62,2 %)

9 (24,3 %)

9 (24,3 %)

1 (2,7 %)

22 (59,5 %)

5 (13,5 %)

30 (81,1 %)

7 (18,9 %)

29 (78,4 %)

3 (8,1 %)

5 (13,5 %)

1,011

6,880

0,00

4,194

6,814

0,127

0,484

0,315

0,009

0,989

0,241

0,078

0,721

0,785

*) Signifikansi 0,05

Page 13: NASKAH PUBLIKASI

10

Tabel 3. Hasil analisis bivariat variabel penelitian yang diteliti*)

Kelompok PenelitianVariabel Penderita gondok Bukan penderita

gondokX2 p

Status Emosi

Positif

Negatif

74 (67,9 %)

6 (75 %)

35 (32,1 %)

2 (25 %) 0,174 0,6761,000**)

*) Signifikansi 0,05**) Fisher’s exact test

Hasil analisis bivariat antara kelompok penderita gondok dan kelompok

bukan penderita gondok untuk variabel status emosi siswa secara statistik tidak

ada perbedaan yang bermakna (p > 0,05) dan jumlah kelompok penderita

gondok dengan status emosi positif mencapai 74 siswa atau 67,9 % dari jumlah

siswa dengan status emosi positif, sedangkan jumlah kelompok penderita

gondok dengan status emosi negatif mencapai 6 siswa atau 75 % dari jumlah

siswa dengan status emosi negatif.

Pembahasan

Dalam penentuan kelompok penderita gondok dan bukan penderita

gondok pada sampel penelitian hasil dari seleksi dengan menggunakan metode

palpasi masih dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, mengingat bahwa

metode palpasi masih mempunyai kepekaan yang sama dengan metode

ultrasonografi yang dianjurkan oleh WHO sebagaimana hasil kesimpulan studi

ThyroMobil di Indonesia (Djokomoeljanto, 2002)

Dari hasil penelitian diatas diketahui bahwa pada semua variabel

karakteristik sampel antara kelompok penderita gondok dengan kelompok bukan

penderita gondok tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p > 0,05), kecuali

pada variabel jenis kelamin (p < 0,05). Hal ini memberikan makna bahwa secara

statistik karakteristik sampel adalah homogen, sehingga dapat mengontrol uji

beda antara kelompok penderita gondok dan kelompok bukan penderita gondok

pada variabel status emosi. Homogenitas karakteristik sampel sangat diperlukan

untuk menghindari faktor perancu. Disamping itu pada penelitian ini hanya

menguji perbedaan 2 variabel status emosi antara penderita gondok dan bukan

penderita gondok.

Page 14: NASKAH PUBLIKASI

11

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna ( p > 0,05 ) status

emosi antara penderita gondok dan bukan penderita gondok siswa SD di

kecamatan Cangkringan kabupaten Sleman Yogyakarta. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang diajukan yaitu ada perbedaan

status emosi siswa SD penderita gondok dan bukan penderita gondok di wilayah

kecamatan Cangkringan kabupaten Sleman Yogyakarta tidak terbukti atau

ditolak. Hal ini memungkinkan mengingat belum ada penelitian yang serupa

sebelumnya berkaitan dengan status emosi dan penderita gondok yang dapat

dijadikan dasar perbandingan penelitian, kecuali penelitian yang berkaitan

dengan spektrum Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) berupa tingginya

kasus apatis, penurunan inisiatif pengamatan, refleks lambat, masalah

koordinasi, susah berbicara, kelelahan, depresi dan kerusakan pada memori

(Hetzel dan Dunn, 1989), defisiensi mental dan defek psikomotor (Widodo,

2004), akibat negatif pada susunan saraf pusat (Standbury, 1993) serta

penurunan IQ point dan kretin neurologik termasuk ”Minimal brain damage”

(Delong dkk., 1993; Querido, 1993 dalam Thaha, 2003; Djokomoeljanto, 2000)

Pada seleksi sampel untuk menentukan kelompok penderita gondok

dan kelompok bukan penderita gondok hanya membedakan penderita gondok

dan bukan penderita gondok dengan palpasi, sedangkan palpasi tidak dapat

mendeteksi apakah sampel hipotyroid atau hypertyroid, karena pada kedua

keadaan ini bisa terjadi pembesaran kelenjar tyroid yang dapat teraba pada

metode palpasi. Sedangkan pada hipotyroid dan hipertyroid adalah 2 keadaan

yang berbeda terhadap dampak yang ditimbulkan, dimana pada hipotyroid terjadi

efek kelambanan dan pada hipertyroid berdampak pada hiperaktif (Greenspan

dan Baster, 2000) yang merupakan 2 keadaan yang menyebabkan perbedaan

pula pada status emosi. Anak-anak dengan hipotiroid akan menunjukkan

kelambatan dibandingkan dengan usia kronologisnya, baik usia mental maupun

usia biologis dan tidak akan menjadi dewasa dalam arti yang sebenarnya.

(Rustama, 2002)

Hormon tyroid yang mempunyai fungsi merangsang pertumbuhan dan

perkembangan normal serta mengatur sejumlah fungsi homeostasis, ternasuk

produksi energi dan panas (Greenspan dan Baster, 2000) pada penderita gondok

terjadi gangguan sehingga ketidakseimbangan homeostasis akan berdampak

pada perubahan emosi dan sistem saraf otonomik memiliki peranan penting

Page 15: NASKAH PUBLIKASI

12

dalam emosi sebagaimna teori James-Lange yang mengatakan bahwa karena

persepsi rangsangan otonomik (dan mungkin perubahan tubuh lain) membentuk

pengalaman suatu emosi, dan karena pengalaman emosi yang berbeda terasa

berbeda, pastilah terdapat pola tersendiri aktivitas otonomik untuk tiap emosi

(Atkinson, dkk., 2004), meskipun teori ini masih menjadi polemik di kalangan ahli

psikologi, terutama kritik yang disampaikan oleh Walter Cannon (1927) terhadap

organ internal yang tidak sensitif dan lambat, perubahan tubuh dan pola

rangsangan otonomik.

Pada penelitian ini tidak diteliti faktor socioemotional processes yang

mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan pola emosi pada

masa anak-anak. Beberapa faktor yang mempengaruhi pola emosi adalah

kecerdasan, jenis kelamin, besarnya keluarga, lingkungan sosial dan metode

latihan atau jenis disiplin, sehingga status emosi hanya dinilai dari satu aspek

yaitu biological processes. Pola emosi pada umumnya berbeda dalam 2 hal,

yaitu jenis situasi yang membangkitkan emosi dan bentuk ungkapannya. Dari

pengalaman anak mengetahui bagaimana anggapan orang lain tentang berbagai

bentuk ungkapan emosional dan sebagaimana perbedaan dalam cara anak

mengungkapkan emosi, jenis situasi yang membangkitkan emosi juga berbeda,

dimana anak yang lebih besar lebih cepat marah kalau dihina daripada anak

yang lebih muda yang tidak sepenuhnya mengerti apa arti komentar yang

sifatnya merendahkan (Hurlock, 1950).

Dalam penelitian ini diketahui bahwa ada perbedaan bermakna jenis

kelamin antara kelompok penderita gondok dan kelompok bukan penderita

gondok (p < 0,05) akan tetapi tidak ada perbedaan bermakna jenis kelamin

dengan status emosi sampel (p > 0,05), sedangkan Hurlock (1950)

mengemukakan bahwa anak laki-laki pada setiap umur mengungkapkan

emosinya dipandang lebih sesuai dengan jenis kelaminnya daripada anak

perempuan, sementara anak perempuan lebih banyak mengalami rasa takut,

khawatir dan perasaan kasih sayang, yaitu emosi yang dipandang sesuai dengan

jenis kelaminnya. Tidak diketahui apakah tidak adanya perbedaan karena faktor

status penderita gondok dan bukan penderita gondok atau faktor lain, seperti

kecerdasan, jenis kelamin, besarnya keluarga, lingkungan sosial dan metode

latihan atau jenis disiplin.

Page 16: NASKAH PUBLIKASI

13

Pada penelitian ini dapat menggunakan pendekatan teoritis, khususnya

yang berkaitan dengan status emosi. Sebagaimana dikemukakan oleh Walgito

(2004), bahwa teori mengenai emosi mempunyai titik pijak yang berbeda,

sehingga berkaitan dengan teori emosi dapat dikemukakan 4 hal, yaitu :

1. Teori yang berpijak pada hubungan emosi dengan gejala kejasmanian.

Ada 3 teori terkenal pada kelompok ini, yaitu :

a. Teori James-Lange yang menyatakan bahwa emosi merupakan akibat

atau hasil persepsi dari keadaan jasmani.

b. Teori Cannon-Bard yang mengemukakan bahwa emosi tergantung dari

otak bagian bahwa.

c. Teori Schachter-Singer yang mendasarkan pendapat bahwa emosi

merupakan the interpretation of bodily arousal.

2. Teori yang hanya mencoba mengklasifikasikan dan mendeskripsikan

pengalaman emosional (emotional experiences)

Teori ini hanya mendeskripsikan emosi yang berkaitan dengan emosi

primer (primary emotion) dan hubungannya dengan yang lain.

3. Melihat emosi dalam kaitannya dengan perilaku, dalam hal ini ialah

bagaimana hubungannya dengan motivasi.

4. Teori yang mengaitkan emosi dengan aspek kognitif (Morgan, dkk., 1984)

Perbedaan status emosi pada penderita gondok dan bukan penderita

gondok tidak cukup hanya dilihat dari satu aspek saja. Dari teori-teori yang

dikemukakan diatas diketahui bahwa sesungguhnya emosi mempunyai banyak

dimensi yang harus diteliti. Beberapa diantaranya menganggap bahwa terdapat

sekelompok kecil emosi primer dan tiap emosi tersebut berhubungan dengan

situasi hidup fundamental. Dan pendekatan lain menentukan emosi yang

menekankan pada proses kognitif dan mengkaitkan berbagai kombinasi dimensi

emosi dengan emosi yang spesifik. (Atkinson, 2004)

Pendekatan ini dapat menjelaskan bahwa pada penderita gondok

mempunyai dampak pada spektrum klinis seperti defisiensi mental dan defek

psikomotor (Widodo, 2004), akibat negatif pada susunan saraf pusat (Standbury,

1993) serta penurunan IQ point dan kretin neurologik termasuk ”Minimal brain

damage” (Delong dkk., 1993; Querido, 1993 dalam Thaha, 2003;

Djokomoeljanto, 2000) yang tentunya akan mempengaruhi aktifitas otak bagian

bawah dan berhubungan dengan emosi (Teori Cannon-Bard). Namun demikian

penelitian ini tidak menjelaskan aspek klinis dari penderita gondok, tetapi hanya

Page 17: NASKAH PUBLIKASI

14

membedakan secara kategorikal siswa penderita gondok dan bukan penderita

gondok.

Secara metodologi, penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan

dan kelemahan sebagaimana dijelaskan pada Bab III, yaitu:

1. Metode pengambilan data dilakukan dengan observasi.

2. Proses pengambilan data dilakukan hanya pada saat tertentu atau

temporer.

3. Dalam memilih stimulus yang digunakan untuk mengetahui status emosi

sampel kurang tepat.

4. Beberapa kelemahan yang lain adalah observer yang dijadikan gold

standard bukan seorang ahli dalam pengamatan status emosi.

Sedangkan emosi dan ungkapan emosi yang dikeluarkan oleh anak

yang lebih besar dapat mengendalikan ungkapan-ungkapan emosi secara

terbuka dan menggunakan katarsis emosi untuk meredakan diri dari emosi-emosi

yang terkekang sebagai akibat dari tekanan sosial untuk mengendalikan

emosinya (Hurlock, 1950).

Crocker dan Angina (1986) dalam Azwar (2004) mengemukakan bahwa

dalam pengukuran psikologi akan dijumpai berbagai permasalahan sebagai

berikut :

1. Tidak ada pendekatan tunggal dalam pengukuran konstrak apapun yang

diterima secara universal.

2. Pengukuran psikologi pada umumnya didasarkan pada sampel perilaku yang

jumlahnya terbatas.

3. Pengukuran selalu mungkin mengandung eror.

4. Satuan dalam skala pengukuran tidak dap[at didefinisikan dengan baik.

5. Konstrak psikologi tidak dapat didefinisikan secara operasional

semata, tapi harus pula menampakkan hubungan dengan konstrak

atau fenomena lain yang dapat diamati.

Kesimpulan

1. Status emosi pada saat pengambilan data siswa SD penderita gondok di

kecamatan Cangkringan kabupaten Sleman Yogyakarta terdiri dari status

emosi positif sebanyak 67,9 % dan siswa dengan status emosi negatif

sebesar 7,5 %.

Page 18: NASKAH PUBLIKASI

15

2. Status emosi pada saat pengambilan data siswa SD bukan penderita

gondok di kecamatan Cangkringan kabupaten Sleman Yogyakarta terdiri

dari status emosi positif sebanyak 94,5 % dan siswa dengan status emosi

negatif 6,8 %.

3. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square menunjukkan

tidak ada perbedaan status emosi antara siswa SD penderita gondok dan

bukan penderita gondok.

Saran

1. Perlu penelitian lebih lanjut berkaitan dengan gondok dan status emosi,

terutama berkaitan dengan metodologi penelitian, tinjauan teori maupun

kajian pembahasan yang mendalam.

2. Pengambilan data status emosi tidak dilakukan sesaat, tetapi diambil dari

beberapa situasi dan kondisi yang berbeda.

3. Beberapa faktor yang mempengaruhi status emosi, baik secara biologis

maupun sosial perlu kajian lebih lanjut.

4. Mengingat besarnya spektruk gondok terhadap aspek klinis dan sosial

serta besarnya angka prevalensi gondok di kecamatan Cangkringan,

maka perlu kajian dari berbagai disiplin ilmu untuk menyelesaikan

masalah tersebut.

5. Program komprehensif penanganan masalah gondok perlu ditingkatkan.

Daftar Pustaka

Asmika, (2000). Pola Konsumsi Makanan dan Defisiensi Zinc (Zn) : Kaitannyadengan Tinggi Badan pada Anak Sekolah Dasar di Desa GondokEndemik dan Non Endemik Kabupaten Malang. Program PascasarjanaUniversitas Airlangga.

Atkinson, dkk, (2004), Pengantar Psikologi, Judul asli : Introduction toPsychology, alih bahasa : Widjaja Kusuma, editor : Lyndon Saputra, ed.11, Interaksara, Batam Centre.

Almatsier, S. (2001) Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT. Gramedia , Pustaka Utama,Jakarta

Aswin, Soejono (1997), Metodologi Penelitian Kesehatan, FK-UGM, Yogyakarta.

Burrow, G.N., Jack H.O and Robert.V ,(1989). Thyroid Function and Disease.Philadelphia: WB. Saunders company

Budiarto, Eko (2003), Metodologi Penelitian Kedokteran, Sebuah Pengantar,EGC, Jakarta.

Page 19: NASKAH PUBLIKASI

16

Chaplin, J.P., (1972), Dictionary of Psychology, Dell Publishing Co. Inc : NewYork.

Cornelius, R.R. (1996), The Science of Emotion, Upper Sadlle River, NJ: PrenticeHall.

Djokomoeljanto R., (2000), Gambaran Spektrum Klinik Gangguan AkibatKekurangan Yodium (GAKY), Buku Naskah Lengkap Kongres NasionalPERKENI, Bandung.

Djokomoeljanto R., (2002), Evaluasi Masalah Gangguan Akibat Kurang Yodium(GAKY) di Indonesia, Jurnal GAKY Indonesia (Indonesian Journal ofIDD), Vol. 3 No. 1., Desember 2002.

Guyton, C.Arthur and Hall, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997.

Griffiths, M, (1974), Introduction to Human Physiology, Macmillan Publishing Co.,Inc., New York; Collier Macmillan Publishers, London.

Greenspan, Francis S. dan Baxter, John D. (2000), Basic and ClinicalEndocrinology, alih bahasa, ed. IV, EGC,Jakarta Huda, Syed N, dkk(1999), Biochemical Hypothyroidism Secondary to Iodine Deficiency IsAssociated wit Poor School Achievement and Cognition in BangladeshiChildren, American Society for Nutritional Sciences, Revision accepted,20 January 1999

Hadi, Sutrisno, (1985), Metodologi Research, Yayasan Penerbitan FakultasPsikologi UGM, Yogyakarta.

Hetzel,B.S. (1983), Iodine Deficiency Disorder and Their Eradication, Lacet 12 :1126–1129

Hetzel, B.S. and J.T.Dunn, (1989), The Iodine-deficiency Disorders : Their Natureand Prevention, Annual Review Nutrition 9:21-38.

Hartono, Bambang (2002), Perkembangan Fetus dalam Kondisi DefisiensiIodium dan Cukup Iodium, Jurnal GAKY Indonesia, Vol. 1 No. 1, April2002.

Hurlock, Elizabeth (1950), Child Development, New York. Mc Graw Hill BookCompany. Inc.

Ismadi,S.D dan Wiryatun Lestariana. 1982. Kandungan Senyawa Goitrogenik(Thiocyanat dan Senyawa yang Dapat Dijadikan Thiocyanat) dalamBerbagai Makanan. Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.

Kanarek, Robin B dan Kaufman, Robin Mark, (1991), Nutrition and Behavior NewPerspectives, Published by Van Nostrand Reinhold, New York.

Lemeshow, Stanley, dkk, (1997), Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan,Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Laurent, J., Catanzaro. S. J., dkk, (1999), A Measure of Positive and NegativeAffect for Children : Scale Development and Preliminary Validation,Psychological Assesment.

Page 20: NASKAH PUBLIKASI

17

Mayes, A.P., Daryl K.G., Victor W.R., dkk, dalam terjemahan Iyan.D,(1987).Harper’s Review of Biochemistry. Ed.20. Jakarta: EGC..

Ruz,dkk (1999). Single and Multiple Selenium-Zn-iodine Deficiencies Affect RatThyroid Metabolism and Ultrastructure. J Nutr.129 174-180

Rustama, DS, (2001), Neonatal Hypothyroidism, Disajikan dalam TemuNasional GAKY, Semarang 4-5 Nopember 2001.

Rustama, DS, (2002), Hipotiroid Neonatal : Deteksi Dini dan Dampak terhadapKualitas Tumbuh Kembang, Disajikan dalam Simposium EndokrinologiKlinik PERKENI, Bandung 2002.

Sarwono, Sarlito Wirawan, Prof. (2003), Konsultasi : Test EQ?, Sarlito.NET.ms

Sunaryo, Drs., M.Kes, (2004), Psikologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.

Sullivan, Kevin M., dkk (1997), Use of Thyroid Stimulating Hormone Testing inNewborns to Identify Iodine Deficiency, The Journal of Nutrition, Vol.127 , 1January 1997, page 55–58.

Susiati Tridajat (1997), Tahap Perkembangan Emosi Anak dan Periode Anak,Materi PHM di PPLH Seloliman

Seri Ayahbunda. (1997).Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak. YayasanAspirasi Pemuda. Jakarta.

Santrock, John W. (1999), Life-Span Development, ed. VII, University of Texas-Dallas, McGraw-Hill College, USA.

Walgito, Bimo (2004), Pengantar Psikologi Umum, Penerbit ANDI, Yogyakarta

Widodo, Untung S. (2004) Kelainan Kongenital dan Hambatan Tumbuh KembangAnak di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang, Badan LitbangKesehatan, Jakarta.

WHO,(1996). Trace Elements in Human Nutrition and Health. Geneva p.49-62.

Xue-Yi Cao, dkk (1994), Original article : Timing of Vulnerability of the Brain toIodine Deficiency in Endemic Cretinism, The New England Journal ofMedicine, Volume 331 : 1739-1744

Yusuf LN, Syamsu, H., DR., M.Pd, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,PT. Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.