Upload
hoangdung
View
234
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN
PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA
YANG BEKERJA
Oleh:
ARIA GUSTINA
04320132
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2009
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN
PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA
YANG BEKERJA
Telah Disetujui Pada Tanggal
________________________
Dosen Pembimbing Utama
(Sus Budiharto, S.Psi, M.Si, Psikolog)
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN
PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA
YANG BEKERJA
Aria Gustina
Sus Budiharto
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik hubungan antara manajemen diri dengan prokrastinasi akademik mahasiswa yang bekerja. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara manajemen diri dengan prokrastinasi akademik mahasiswa yang bekerja.
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang bekerja dan sedang menempuh pendidikan S1, berusia antara 18-23 tahun, serta berdomisili di Yogyakarta. Subjek penelitian berjumlah 50 orang. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala prokrastinasi akademik yang merupakan modifikasi dari skala yang dibuat oleh Lestari (2005) berdasarkan aspek-aspek prokrastinasi akademik yang dikemukakan oleh Schouwenburg (Syafi’i, 2001) dan skala manajemen diri yang disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Robbins dan Coulter (2007).
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi product moment dari Pearson untuk menguji apakah terdapat hubungan negatif antara manajemen diri dengan prokrastinasi akademik mahasiswa yang bekerja, dengan menggunakan fasilitas program SPSS versi 12,00 sebagai alat bantu analisis secara statistik. Hasil analisis data menunjukkan korelasi sebesar r = -0,710 dan p = 0,000 (p < 0,01) yang artinya terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara manajemen diri dengan prokrastinasi akademik mahasiswa yang bekerja.
Kata Kunci : Manajemen Diri, Prokrastinasi Akademik Mahasiswa yang Bekerja
PENGANTAR
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
menuntut mahasiswa untuk mengembangkan dirinya agar tidak tertinggal.
Harapan yang muncul adalah mahasiswa akan mampu merespon secara positif
pengetahuan yang ia terima dengan melakukan penyesuaian berbagai tuntutan dari
luar tanpa mengesampingkan tuntutan dari dalam diri mereka sendiri. Untuk
memenuhi tuntutan tersebut bukanlah hal yang mudah, sehingga mahasiswa
dihadapkan pada berbagai permasalahan yang menyangkut kehidupan akademis
maupun non akademis (Hidayat, 2008).
Mahasiswa adalah ujung tombak peradaban yang dituntut untuk senantiasa
bersikap dan bertindak cerdas guna mempersiapkan masa depan diri dan
bangsanya. Mahasiswa adalah sosok terpilih yang memiliki kecerdasan untuk
mampu mengubah tantangan menjadi peluang, (Lestari (2005). Salah satu dari
peluang tersebut adalah dengan bekerja yang dapat dilakukan sesuai dengan minat
dan hobi mereka.
Kuliah dan kerja pada dasarnya merupakan dua hal yang berbeda. Bangku
kuliah mengajarkan pada mahasiswa untuk dapat memperkaya kapabilitas mereka
melalui ilmu pengetahuan. Sedangkan dunia kerja merupakan pilihan praktis
untuk memenuhi kebutuhan ekonomis. Namun tidak sedikit mahasiswa yang
mulai menjajaki dunia kerja di sela-sela waktu kuliahnya. Bukan semata-mata
untuk mencari uang karena kiriman dari orang tua masih cukup atau untuk makan
dan membayar uang kos, tapi juga untuk mencari pengalaman sebelum memasuki
dunia kerja selepas kuliah nanti (www.regoljogja.com, 2007).
Hasil wawancara peneliti dengan salah seorang mahasiswa di salah satu
cafe di Yogyakarta, mengatakan bahwa ia mencoba untuk bekerja sebagai barista
(waiter) di cafe tersebut dengan alasan untuk mengisi waktu luang karena mata
kuliah yang diambilnya di semester akhir sudah tidak banyak.
“Yaa.. aku kerja ini untuk ngisi waktu luang aja, kan kuliahku di semester terakhir ni udah nggak banyak, jadi ya lumayan kerja buat seneng-senengan ama nambah-nambah uang saku..” Green (Lestari, 2005) mengatakan bahwa salah satu kecenderungan yang
umum terjadi pada mahasiswa adalah penundaan mengerjakan pekerjaan
akademik yang sering disebut dalam istilah psikologi sebagai prokrastinasi
akademik (academic procrastination).
Prokrastinasi akademik sering terjadi karena mahasiswa merasa jenuh
terhadap tugas-tugas kuliah yang monoton dan membutuhkan konsentrasi yang
tinggi dalam penyelesaiannya, sehingga sebagai pengganti dari kejenuhannya
mahasiswa melakukan aktivitas lain yang menurutnya menyenangkan dan
membawa kepuasan tersendiri seperti jalan-jalan, menonton film, mendengarkan
musik, dan lain sebagainya (Hidayat, 2008).
Ellis dan Knaus (dalam Nurpitasari, 2001) mengatakan bahwa
prokrastinasi akademik adalah penundaan pengerjaan tugas dan aktivitas
akademik yang harus diselesaikan dalam suatu waktu dengan ditandai oleh
pengalihan kapasitas pikiran, perasaan dan tindakan individu kepada hal lain yang
mengakibatkan gagalnya perampungan tugas tersebut hingga menit terakhir.
Selain itu, Ferrari (dalam Rizvi dkk, 1998) berpendapat bahwa
prokrastinasi akademik banyak berakibat negatif. Dengan melakukan penundaan,
banyak waktu yang akan terbuang sia-sia. Tugas-tugas menjadi terbengkalai,
bahkan bila diselesaikan hasilnya menjadi tidak maksimal. Penundaan juga bisa
mengakibatkan individu kehilangan kesempatan dan peluang yang datang.
Individu yang melakukan prokrastinasi tidak bermaksud untuk
menghindari atau bahkan tidak mau tahu dengan tugas yang dihadapinya. Akan
tetapi mereka hanya menunda-nunda untuk mengerjakannya, sehingga menyita
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Penundaan yang
dilakukan menyebabkan ia gagal menyelesaikan tugasnya tepat waktu.
Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Solomon dan Rothbulm
(Haycock, McCarthy & Skay, 1998) bahwa prokrastinator sadar bahwa dirinya
menghadapi tugas-tugas yang penting dan bermanfaat bagi dirinya (sebagai tugas
yang primer), akan tetapi ia dengan sengaja menunda-nunda secara berulang-
ulang (kompulsif) hingga muncul perasaan tidak nyaman, cemas dan merasa
bersalah, yang secara subyektif dirasakan oleh seorang prokrastinator tersebut.
Seperti yang telah diungkap sebelumnya, bekerja juga merupakan suatu
usaha untuk mengisi waktu luang yang menyenangkan bagi mahasiswa yang
melakukannya. Dengan bekerja, mahasiswa dapat sekaligus mencari pengalaman
dan tambahan uang saku untuk biaya hidup dan sebagainya. Akan tetapi, yang
menjadi masalah adalah kondisi di mana kuliah sebagai prioritas utama bergeser
posisinya menjadi prioritas kedua setelah pekerjaan, sehingga banyak dijumpai
pada kasus-kasus tertentu, kuliah menjadi keteteran atau terlantar karena
mahasiswa keasyikan bekerja dan kehilangan waktu untuk mengerjakan tugasnya
serta menyelesaikan kuliahnya sebagai tujuan utama. Banyak waktu yang
sebenarnya bermanfaat menjadi terbuang percuma karena kurang disiplinnya
mahasiswa dalam menggunakan waktu dan mengelola diri dengan baik
(www.id.answers.yahoo.com, 2008)
Suatu fakta yang dapat dilihat adalah pernyataan seorang mahasiswi dalam
www.experd.com (2008) yang mengatakan bahwa kuliah Sastra Inggrisnya
terbengkalai akibat ia harus bekerja.
“Aq udah lulus SMU sekitar 4 th yang lalu. Kuliah sastra inggrisku terbengkalai gara-gara aku harus kerja dan tak bisa melanjutkan kuliah gara-gara faktor ekonomi. aku udah berusaha memasukkan CV (curriculum vitae) ke tempat-tempat yang membuka lowongan. Sayangnya sampai sekarang belum ada panggilan atau test wawancara kuterima, aku hanya mempunyai surat keterangan pernah kursus bahasa asing di sebuah company biasa. terkadang rasa kecewa menyelimutiku” Selain itu berdasarkan wawancara peneliti dengan salah seorang
mahasiswa teknik kimia yang bekerja di sebuah warnet, mengatakan bahwa ia
tidak bisa mengerjakan skripsinya karena harus bekerja di warnet tersebut.
“Aku mau keluar ah, skripsiku nggak jalan-jalan nih gara-gara kerja ini. Walaupun aku kerja di shift malam, tetap aja paginya nggak bisa ke kampus, ngantuk banget. Nggak bisa diterusin nih, biarin deh potong gaji, nggak papa, yang penting skripsiku bisa jalan lagi”.
Dari beberapa fakta tersebut, dapat dilihat bahwa kuliah sambil bekerja
bagi beberapa orang tertentu mungkin akan lancar, tetapi bagi individu yang
kurang mampu mengelola dirinya dengan baik, justru dapat menghancurkannya.
Dampak yang ada cukup besar, seperti; susah membagi waktu, tidak dapat
mengerjakan skripsi dengan baik, sering terlambat datang kuliah, sering bolos
kuliah, tidak lulus dalam ujian, lama lulus kuliah, atau bahkan mungkin sampai
DO (drop out) (www.yohang.web.id, 2007).
Berdasarkan pengamatan, tidak sedikit mahasiswa yang bekerja di luar
ataupun di dalam jam kuliah mereka. Selama bekerja tersebut, mereka
memperoleh pengalaman, mulai dari mendapatkan teman baru (rekan kerja), ilmu,
dan tanggung jawab dalam pekerjaan, akibatnya mahasiswa yang bekerja
mengalami pengurangan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan dan
menyelesaikan tugas-tugas akademiknya dari pada mahasiswa lain pada
umumnya, sehingga mereka harus memiliki kemampuan dalam mengatur waktu
dan mengelola diri dengan baik antara kuliah, pekerjaan dan lain sebagainya
karena hal ini akan dapat menentukan kualitas visi dan misi individu dalam
kehidupannya.
Ungkapan tersebut berkaitan dengan pernyataan Douglas dan Douglas
(Juriana, 2000) yang mengatakan bahwa kehidupan setiap individu tidak dapat
dilepaskan oleh waktu. Setiap individu akan melakukan pengaturan waktu sejalan
dengan kebutuhannya untuk mengatur pekerjaannya. Karena itu individu yang
mampu mengelola keduanya dengan benar dapat dikatakan ia mampu mengelola
dirinya dengan baik.
Sejalan dengan itu, Covey (1997) mengatakan bahwa terdapat empat
generasi dalam manajemen waktu. Dan pada generasi ke empat tersebut,
dikatakan bahwa ungkapan manajemen waktu sesungguhnya merupakan istilah
yang tidak cocok, karena tujuannya bukanlah untuk mengatur waktu, akan tetapi
mengatur diri sendiri, yang disebut juga dengan manajemen diri.
Menurut Lakein (Juriana, 2000), deskripsi manajemen diri pertama kali
dimulai dengan menentukan apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan dan
keinginan individu berdasarkan tingkat kepentingannya. Kemudian membuat
prioritas aktivitas yang spesifik meliputi tujuan dari kebutuhan atau keinginan
tersebut agar dapat dicapai dengan baik. Lebih lanjut, Covey (1997) menjelaskan
bahwa setiap orang dapat melakukan segala sesuatu yang ia inginkan, tetapi tidak
semuanya akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu diperlukan urutan-urutan
tujuan dengan beberapa langkah yang harus ia lakukan.
Suatu fakta yang dapat dilihat adalah dalam kerja setiap individu tidak
mampu sepenuhnya memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan harapan yang
dimiliki. Hal ini terjadi mengingat bahwa setiap individu memiliki keterbatasan
yang menyangkut waktu, kemampuan, tenaga dan pikiran (Hartanti dan Rahaju,
2003). Keterbatasan tersebut, menyebabkan individu memerlukan tindakan efektif
dalam hidup seperti pembuatan skala prioritas aktivitas, dan mengorganisasikan
diri dan lingkungannya untuk mendukung pelaksanaan aktivitas tersebut dengan
baik. Aktivitas ini nantinya akan menghasilkan visi atau perspektif,
keseimbangan, disiplin, kontrol dan beberapa krisis yang dapat dikendalikan oleh
individu dengan mudah sehingga ia mampu mengoptimalkan potensi diri dan
mewujudkan cita-citanya. Hal ini merupakan inti dari manajemen diri yang efektif
(Covey, 1997).
Apabila individu memiliki manajemen diri yang kurang baik, maka akan
ada kecenderungan bahwa individu tersebut tidak mampu mengarahkan dan
mengatur dorongan-dorongan yang ada dalam dirinya. Seorang mahasiswa yang
melakukan prokrastinasi pada umumnya mengalami perkembangan kepribadian
yang kurang matang serta memiliki manajemen diri yang rendah. Manajemen diri
sangat diperlukan oleh mahasiswa karena ia cenderung tertarik melakukan hal-hal
yang dianggap menyenangkan dan menimbulkan kepuasan bagi dirinya sendiri.
Agar mahasiswa mengingat kewajibannya untuk menyelesaikan studi, dibutuhkan
manajemen diri yang baik. Perilaku menunda pekerjaan ini mengganggu kinerja
seseorang apabila dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus, untuk itu
dibutuhkan manajemen diri yang baik untuk mengatasinya (Prijosaksono dan
Sembel, 2002).
Berdasarkan hal-hal yang telah diungkapkan di atas, penulis tertarik
mengadakan penelitian ini untuk mengetahui hubungan manajemen diri
mahasiswa yang bekerja dengan prokrastinasi akademiknya.
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Pengambilan subjek penelitian ini berdasarkan kriteria subjek, yaitu
mahasiswa yang bekerja dan sedang menempuh pendidikan S1, berusia antara 18-
23 tahun, serta berdomisili di Yogyakarta.
B. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat
ukur yang berbentuk skala. Skala merupakan suatu metode penelitian dengan
menggunakan daftar pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari
responden (Azwar, 2002). Ada dua jenis skala yang digunakan pada penelitian ini,
yaitu skala prokrastinasi akademik dan skala manajemen diri.
1. Skala Prokrastinasi Akademik
Skala prokrastinasi akademik ini terdiri atas sejumlah pertanyaan yang
bertujuan untuk mengungkap tinggi rendahnya prokrastinasi yang dilakukan oleh
subjek. Skala yang digunakan merupakan skala yang dimodifikasi dari skala yang
dibuat oleh Lestari (2005) berdasarkan aspek-aspek prokrastinasi akademik yang
dikemukakan oleh Schouwenburg (Syafi’i, 2001) yaitu adanya penundaan untuk
memulai mengerjakan tugas, adanya kelambanan dalam menyelesaikan tugas,
adanya kesenjangan waktu antara rencana dengan pelaksanaan tugas dan
melakukan aktivitas lain yang dirasa lebih menyenangkan daripada mengerjakan
tugas. Modifikasi yang dilakukan yaitu dengan mengubah beberapa butir aitem
yang disesuaikan dengan subjek penelitian ini, yaitu mahasiswa yang bekerja.
Skala ini terdiri atas 28 aitem favourable dan unfavourable yang akan
diujicobakan. Subjek ujicoba direncanakan berjumlah 48 orang. Reliabilitas akan
dihitung dengan menggunakan koefisien Alpha (α), yang diharapkan nilai Alpha
mendekati 0,900 dan koefisien validitas diharapkan mencapai angka 0,300.
2. Skala Manajemen Diri
Skala ini dugunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya manajemen diri
subjek. Skala yang digunakan merupakan skala yang disusun sendiri oleh peneliti
dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Robbins dan Coulter
(2007), yaitu merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan.
Skala ini terdiri atas 30 favourable dan unfavourable yang akan
diujicobakan terlebih dahulu. Subjek ujicoba direncanakan berjumlah 48 orang.
Reliabilitas akan dihitung dengan menggunakan koefisien Alpha (α), yang
diharapkan nilai Alpha mendekati 0,900 dan koefisien validitas diharapkan
mencapai angka 0,300.
C. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh adalah berupa data kuantitatif. Untuk menguji
hipotesis penelitian ini digunakan teknik statistik korelasi product moment dari
Pearson dengan alasan bahwa teknik statistik ini digunakan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel di mana kedua datanya adalah internal. Asumsi
yang harus dipenuhi untuk menggunakan teknik korelasi product moment adalah
(1) hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung bersifat linier atau
garis lurus, (2) bentuk distribusi kedua variabel adalah normal atau mendekati
normal.
Untuk menjaga dan keakuratan dan kemudahan pengolahan data
digunakan teknik pengolahan data dari program SPSS 12.0 for Windows.
HASIL PENELITIAN
1. Uji Asumsi
Untuk analisis data penelitian maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
analisis yaitu berupa uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Uji
asumsi ini dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical
Programme for Social Science) 12.0 for Windows.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan terhadap distribusi skor prokrastinasi akademik
dan manajemen diri pada mahasiswa yang bekerja, dengan menggunakan teknik
one sample kolmogorov-smirnov test pada program komputer SPSS (Statistical
Programme for Social Science) 12.0 for windows. Berdasarkan hasil pengolahan
data prokrastinasi akademik diperoleh nilai K-SZ = 0,626 dengan p = 0,829 (p >
0,05). Selain itu, berdasarkan pengolahan data manajemen diri diperoleh nilai K-
SZ = 0,595 dengan p = 0,870 (p > 0,05). Hasil uji normalitas ini menunjukkan
bahwa data prokrastinasi akademik dan manajemen diri pada mahasiswa yang
bekerja ini terdistribusi atau tersebar dengan normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan antara
variabel manajemen diri dan prokrastinasi akademik mahasiswa yang bekerja
mengikuti garis linear atau tidak. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan
program SPSS (Statistical Programme for Social Science) 12.0 for Windows
dengan teknik Compare Means. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh
nilai F = 51,624 dengan p = 0.000 (p < 0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
hubungan antara manajemen diri dan prokrastinasi akademik mahasiswa yang
bekerja bersifat linear.
2. Uji Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang
negatif antara manajemen diri dengan prokrastinasi akademik mahasiswa yang
bekerja, artinya semakin tinggi manajemen diri maka semakin rendah
prokrastinasi akademik yang dilakukan dan sebaliknya, semakin rendah
manajemen diri yang dimiliki maka semakin tinggi pula prokrastinasi
akademiknya. Pengujian terhadap hipotesis tersebut dilakukan dengan
menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson pada program
komputer SPSS (Statistical Programme for Social Science) 12.0 for windows.
Hasil pengolahan data dari prokrastinasi akademik dan manajemen diri ini
diperoleh koefisien korelasi r = -0,710 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Analisis
koefisien determinasi pada korelasi antara manajemen diri dengan prokrastinasi
akademik mahasiswa yang bekerja menunjukkan angka sebesar 0,504 yang berarti
manajemen diri memberikan sumbangan sebesar 50,4% terhadap prokrastinasi
akademik mahasiswa yang bekerja. Sebanyak 50,4% prokrastinasi akademik
mahasiswa yang bekerja dipengaruhi oleh manajemen dirinya, sedangkan sisanya
sebanyak 49,6% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel tersebut.
Berdasarkan analisis data tersebut diketahui bahwa terdapat hubungan negatif
yang sangat signifikan antara manajemen diri dengan prokrastinasi akademik
mahasiswa yang bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang
dikemukakan oleh peneliti dapat diterima.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, diketahui bahwa hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Hasil analisis korelasi dengan
menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menunjukkan
koefisien korelasi (r) sebesar -0,710 dengan p = 0,000 (p < 0,01), di mana hasil ini
menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara manajemen diri
dengan prokrastinasi akademik mahasiswa yang bekerja. Semakin tinggi
manajemen diri maka semakin rendah prokrastinasi akademik yang dilakukan dan
sebaliknya, semakin rendah manajemen diri yang dimiliki maka semakin tinggi
prokrastinasi akademiknya.
Hasil pengkategorian skor variabel prokrastinasi akademik dan
manajemen diri, menunjukkan bahwa subjek yang melakukan prokrastinasi
akademik dalam kategori sangat rendah sebesar 2% memiliki manajemen diri
sebesar 4%, subjek yang melakukan prokrastinasi akademik dalam kategori
rendah sebesar 24% memiliki manajemen diri sebesar 24%, subjek yang
melakukan prokrastinasi akademik dalam kategori sedang sebesar 40% memiliki
manajemen diri sebesar 38% subjek yang melakukan prokrastinasi akademik
dalam kategori tinggi sebesar 34% memiliki manajemen diri sebesar 30% dan
subjek yang melakukan prokrastinasi akademik dalam kategori sangat tinggi
sebesar 0% memiliki manajemen diri sebesar 4%. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar subjek penelitian ini memiliki prokrastinasi akademik yang sedang
dan manajemen diri yang sedang pula.
Diterimanya hipotesis penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen diri
berhubungan dengan prokrastinasi akademik mahasiswa yang bekerja.
Manajemen diri terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap prokrastinasi
akademik mahasiswa yang bekerja. Sumbangan efektif manajemen diri terhadap
prokrastinasi akademik mahasiswa yang bekerja adalah sebesar 50,4% (r2=
0,504). Sebanyak 50,4% prokrastinasi akademik mahasiswa yang bekerja
dipengaruhi oleh manajemen dirinya, sedangkan sisanya sebanyak 49,6 %
dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel tersebut.
Manajemen diri dapat dikatakan juga sebagai manajemen waktu. Di mana
manajemen diri didefinisikan sebagai segenap langkah yang dilakukan oleh
mahasiswa untuk mengelola diri dengan sebaik-baiknya yang dikaitkan dengan
pengelolaan waktu bagi aktivitas yang sedang dijalani sehingga tercapai tujuan
hidup (Covey dalam Juriana, 2000). Manajemen diri ini secara singkat diartikan
sebagai cara mahasiswa mengorganisasikan kehidupannya dengan prinsip
mendahulukan apa-apa yang harus dilakukan dalam skala prioritas.
Manajemen diri ini sangat diperlukan bagi mahasiswa yang bekerja untuk
membantu mereka dalam mengelola diri dan aktivitasnya dengan baik. karena
salah satu permasalahan terpenting bagi mahasiswa adalah berkaitan dengan
pengelolaan waktu, dan kecenderungan yang umum terjadi pada mahasiswa
tersebut adalah penundaan mengerjakan pekerjaan akademik yang sering disebut
dalam istilah psikologi sebagai prokrastinasi akademik (Green dalam Lestari,
2005).
Permasalahan pokok yang berhubungan dengan perilaku prokrastinasi
akademik mahasiswa yang bekerja yaitu rendahnya pengelolaan diri yang
dimiliki. Sebagaimana yang telah dikatakan sebelumnya, berdasarkan konsep
Robbins dan Coulter (2007) mengenai aspek-aspek manajemen, mahasiswa yang
bekerja harus memiliki empat kemampuan dalam melakukan manajemen diri
yang baik, yaitu menentukan aktivitas yang akan dijalani, menentukan prioritas
yang tepat untuk menyelesaikan tugas-tugas akademiknya, memilih tindakan
dalam mengambil keputusan yang tepat untuk menyelesaikan konflik yang terjadi
di luar dan di dalam diri mahasiswa tersebut agar tugas-tugas akademiknya dapat
tetap terselesaikan, dan mengendalikan tindakan dalam mencocokkan kembali
tugas-tugas akademik yang telah dikerjakan agar sesuai dengan tugas yang
ditentukan dalam jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga mahasiswa
yang bekerja dapat menghindari terjadinya prokrastinasi akademik.
Ungkapan di atas bersesuaian dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Ackerman dan Gross (2005), di mana diperoleh hasil bahwa prokrastinasi
akademik dapat terjadi ketika mahasiswa memiliki rasa pecaya diri yang rendah,
pesimis, kurang memiliki minat atau kemauan untuk segera menyelesaikan tugas
yang ada, serta kurang mampu mengelola dirinya dengan baik, sehingga waktu
yang ia milikipun tidak dapat dikelola secara optimal. Maka dapat disimpulkan
bahwa prokrastinasi akademik dapat diatasi dengan manajemen diri yang baik.
Peneliti mengakui bahwa masih terdapat beberapa kelemahan dalam
penelitian ini. Kelemahan dari penelitian ini yaitu masih terdapatnya kekurangan
dalam mengungkap aspek yang ingin dijadikan alat ukur sebuah penelitian,
sehingga tidak semua aitem dalam alat ukur manajemen diri dan prokrastinasi
akademik dapat diikutsertakan. Kelemahan lain dari penelitian ini yaitu pada
penulisan aitem yang dirasa masih sulit dipahami oleh subjek penelitian, sehingga
mempengaruhi dalam proses pengisian skala.
Kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya yang hendak mengadakan penelitian
dengan topik serupa agar dapat lebih menyempurnakan penelitiannya.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang sangat
signifikan antara manajemen diri dengan prokrastinasi akademik mahasiswa yang
bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat manajemen diri
mahasiswa yang bekerja maka prokrastinasi akademiknya akan semakin rendah.
Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat manajemen diri mahasiswa yang
bekerja maka prokrastinasi akademiknya akan semakin tinggi. Jadi, hipotesis
penelitian diterima. Sumbangan efektif manajemen diri terhadap prokrastinasi
akademik mahasiswa yang bekerja sebesar 50,4 % (r2 = 0,504), artinya sebanyak
50,4% prokrastinasi akademik mahasiswa yang bekerja dipengaruhi oleh
manajemen dirinya.
SARAN
Berdasarkan hasil yang telah dicapai, maka peneliti mengajukan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Bagi Subjek Penelitian
Bagi para mahasiswa yang bekerja hendaknya dapat lebih meningkatkan
manajemen diri yang baik dalam kehidupannya. Hal ini dimaksudkan agar dapat
mengelola diri dan aktivitas hidup dengan baik dalam menjalani pekerjaannya
sebagai seorang pekerja dan tetap mengerjakan tugas kuliahnya dengan baik
sebagai seorang mahasiswa, dengan begitu diharapkan dapat menghindari
terjadinya prokrastinasi akademik.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang nantinya ingin menjadikan mahasiswa yang
bekerja sebagai subjek penelitian, hendaknya penyempurnaan alat ukur yang juga
harus terus dilakukan sebagai suatu usaha untuk memperoleh hasil ukur yang
lebih akurat. Angket hendaknya dibuat dengan lebih teliti dan tidak menimbulkan
kebingungan bagi subjek penelitian serta tidak bersifat subjektif.
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik pada penelitian yang berorientasi
pada prokrastinasi akademik mahasiswa yang bekerja ini, disarankan untuk
menggunakan metode eksperimen dalam meningkatkan efektivitas manajemen
diri mahasiswa yang bekerja tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ackerman, D. S. dan Gross, B. L. 2005. My Instructor Made Me Do It: Task Characteristics of Procrastination. Journal of Marketing Education, 27, 5-13.
Azwar, S. 2002. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Covey, S. R. 1997. The Seven Habits Og Highly Effective People. Terjemahan.
Jakarta: Binapura Aksara.
Hartanti. dan Rahaju, S. 2003. Peran Sense Of Humor Pada Dampak Negatif Stress Kerja. Anima, 18, 393-408.
Hanggara, Y. 2007. Kuliah dan Kerja. http://yohang.web.id/kuliah-dan-kerja/, 5/11/2007.
Haycock, L. A. McCarthy, P. & Skay, C. L. 1998. Procrastination in College Students: The Role of Self-Efficacy and Anxiety. Journal of Counseling and Development, 76, 317-324.
Hidayat, E. A. 2008. Hubungan Antara Manajemen Waktu Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Aktivis Band. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Juriana. 2000. Kesesuaian Antara Konsep Diri Nyata dan Ideal Dengan Kemampuan Manajemen Diri Pada Mahasiswa Pelaku Organisasi. Psikologika, 9, 65-76.
Lestari, N. L. 2005. Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Islam Indonesia. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Nurpitasari, E. 2001. Prokrastinasi Akademik Ditinjau Dari Perfeksionisme Pada Mahasiswa. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Olivia, R. 2008. Tanpa Judul. http://www.experd.com/special-features/hr-consultant/253, 24/04/08.
Prijosaksono, A. dan Sembel, R. 2002. Self Management Series - Control Your Life (Aplikasi Praktis Manajemen Diri Dalam kehidupan Sehari-hari). Jakarta: PT. Gramedia.
Rizvi, A. Prawitasari, J. E. & Soetjipto, H. P. 1997. Pusat Kendali Efikasi Diri sebagai Prediktor Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Psikologika, 3, 51-64.
The Voice. 2008. Pendapat kalian tentang kerja sambil kuliah?.
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081225001731AAxrNVG, 25/12/2008.
Yuri. 2007. Antara Kuliah dan Kerja. http://regoljogja.com/?p=31, 25/07/2007.