Upload
lenhan
View
220
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP
DUKUNGAN SOSIAL DOSEN DENGAN REGULASI DIRI
DALAM BELAJAR
Oleh :
DEWI KAPLIANI
RATNA SYIFA`A R.
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2008
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP
DUKUNGAN SOSIAL DOSEN DENGAN REGULASI DIRI DALAM
BELAJAR
Telah Disetujui Pada Tanggal
_______________________
Dosen Pembimbing Utama
(Ratna Syifa`a R, S.Psi., M.Si)
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL DOSEN DENGAN REGULASI DIRI DALAM
BELAJAR
Dewi Kapliani Ratna Syifa`a R.
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen dengan regulasi diri dalam belajar. Semakin positif persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen, semakin tinggi regulasi diri dalam belajar pada mahasiswa. Sebaliknya, jika semakin negatif persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen, semakin rendah regulasi diri dalam belajar pada mahasiswa.
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, jurusan Psikologi yang mengambil mata kuliah Statistik, berusia 17 sampai 20 tahun, dan berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Adapun skala yang digunakan adalah skala persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen yang mengacu pada teori Cohen dan Syme (Cohen&Syme, 1985) dan skala regulasi diri dalam belajar yang mengacu pada teori Zimmerman (Zimmerman, 1989).
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 16,0 for windows untuk menguji hubungan antara antara persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen dengan regulasi diri dalam belajar. Korelasi product moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r₌0,554 dengan P₌0,000 (P < 0,05) berarti ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen dengan regulasi diri dalam belajar. Jadi hipotesis penelitian ini diterima. Kata kunci: Persepsi Mahasiswa Terhadap Dukungan Sosial Dosen, Regulasi Diri Dalam Belajar.
PENGANTAR
Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan suatu proses yang harus ada dan dituntut selalu ada
dalam diri setiap manusia. Dalam Islam belajar itu ibadah atau sebagai bentuk
pengabdian kepada Allah SWT, sehingga belajar harus dilakukan sepanjang hidup
manusia (Rachman, 2005). Setiap manusia akan menjadi lebih baik, tidak terjebak
pada kesalahan ataupun kegagalan yang sama, manusia akan lebih cerdas,
bijaksana, adil, taat kepada Allah SWT juga akan mendapat sejuta kebaikan
lainnya dengan melakukan proses belajar dalam hidupnya (Rachman, 2005).
Pada Perguruan Tinggi, mahasiswalah yang melakukan kegiatan belajar.
Mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di
suatu universitas atau perguruan tinggi. Dapat juga dikatakan bahwa mahasiswa
adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang
mempunyai identitas diri. Mahasiswa melakukan kegiatan belajar di dalam
kampus maupun di luar kampus. Proses belajar di Perguruan Tinggi disebut kuliah
yaitu proses belajar mengajar yang dapat meliputi komunikasi langsung dan tidak
langsung, praktikum, eksperimen dan pemberian tugas akademik lainnya seperti
membaca bacaan wajib yang menjadi bahan kuliah dan membuat uraian atau
tanggapan atau bacaan yang menjadi bahan kuliah (Hardjana, 1994). Selain
kegiatan tersebut, mahasiswa juga harus mengerjakan tugas yang diberikan oleh
dosen.
Kasus yang terjadi pada mahasiswa adalah menyontek ketika ujian karena
mereka tidak mau belajar bahkan ketika menjelang kuliah dimulai sekelompok
mahasiswa duduk diam di kelas kosong ternyata bukan untuk belajar tetapi
menyalin pekerjaan mahasiswa lainnya (Nugroho, 2003). Menurut Supardi dan
Sadarjoen mengatakan ada beberapa masalah yang tengah dihadapi oleh para
pelajar termasuk mahasiswa di Indonesia yaitu jenuh dan malas, jatuh cinta dan
patah hati, tidak mampu mengelola waktu, serta rendahnya minat dalam belajar.
Hal itu mengakibatkan rendahnya motivasi belajar (Supardi & Sadarjoen. 2002).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di kampus Prodi
Psikologi, terlihat bahwa beberapa mahasiswa datang ke kampus dan masuk ruang
kuliah tapi pada saat perkuliahan dimulai mahasiswa tidak memperhatikan dosen
saat menerangkan materi kuliah. Ada mahasiswa yang hanya berbicara dengan
temannya, sibuk bermain handphone, membaca buku yang tidak berkaitan dengan
materi kuliah bahkan tidur di dalam ruang kuliah.
Berdasarkan kasus-kasus tersebut, terlihat bahwa mahasiswa belum bisa
fokus pada kuliahnya dan mahasiswa tidak mampu mendorong dirinya untuk
belajar dan mengerjakan tugas. Idealnya seorang mahasiswa memiliki regulasi diri
dalam belajar. Menurut Pintrich, regulasi diri dalam belajar terutama dimiliki oleh
mahasiswa karena mereka sudah mampu mengontrol kegiatan-kegiatannya dan
mengetahui bagaimana melakukan kegiatan belajar yang tepat (Chen, 2002).
Regulasi diri dalam belajar atau Self-Regulated Learning, menurut
Zimmerman adalah suatu proses yang digunakan untuk mengaktifkan dan
mempertahankan pikiran, perilaku dan perasaan untuk mencapai tujuan belajar
(Woolfolk, 2004). Sehingga mahasiswa mampu mengatur dirinya sendiri sehingga
dia tahu kapan waktu untuk belajar dan membuat belajar menjadi lebih mudah
maupun melakukan hal yang lain sehingga kuliahnya tidak terganggu dan tetap
bisa berprestasi di kampus. Dengan kata lain mereka harus mampu menjadi Self-
Regulated Learners yaitu seseorang yang mampu menggabungkan antara
kemampuan akademik dan self control agar membuat belajar menjadi mudah
sehingga mereka lebih termotivasi dengan kata lain mereka memiliki kemampuan
(skill) dan keinginan untuk belajar (Woolfolk, 2004).
Regulasi diri dalam belajar merupakan teori yang berasal dari budaya barat
dimana mahasiswanya cenderung individualis sehingga interaksi antara
mahasiswa dengan dosen jarang terjadi. Dalam penelitian ini, regulasi diri dalam
belajar dikaitkan dengan budaya timur yang tidak individualis sehingga interaksi
antara mahasiswa dengan dosen akan sering terjadi dan dosen memiliki peran
yang cukup penting bagi mahasiswa. Dosen bukan hanya fasilitator pengetahuan
tapi juga sebagai seseorang yang dapat memberikan semangat agar mahasiswa
melakukan kegiatan belajar dengan baik. Para dosen juga dapat memberikan
masukan dan penilaian mengenai usaha yang telah dilakukan mahasiswa serta
memperkuat dan meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa akan kemampuan
mereka.
Menurut Zimmerman, dalam lingkungan pendidikan (sekolah/ kampus)
interaksi siswa atau mahasiswa dengan para pengajar (guru, dosen) merupakan
pengalaman yang paling utama yang berpengaruh dalam meregulasi diri dalam
belajar (Handoz, 2008). Interaksi tersebut dapat berupa dukungan sosial karena
mahasiswa juga seorang mahluk sosial yang tentunya membutuhkan bantuan atau
pertolongan dari orang lain dalam segala hal.
Dukungan sosial (social support) didefenisikan oleh oleh Gottlieb sebagai
informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkahlaku yang
diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan
sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan
keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkahlaku penerimanya
(Kuntjoro, 2002). Dukungan sosial disini berupa dukungan sosial dari dosen
karena salah satu komponen dari dukungan sosial adalah memberikan bimbingan
yang memungkinkan mahasiswa mendapatkan informasi, saran atau nasihat yang
diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang sedang
dihadapi mahasiswa misalnya mahasiswa yang regulasi diri dalam belajarnya
rendah.
Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Alwisol, faktor eksternal yang
dapat mempengaruhi regulasi diri (self regulation) adalah faktor lingkungan yaitu
melalui orang tua dan guru/ dosen, anak-anak dapat belajar yang baik-buruk,
tingkah laku yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, melalui pengalaman
berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas seorang anak kemudian
mengembangkan standard yang dapat dipakai untuk menilai prestasi diri (Alwisol,
2004).
Semua aktivitas belajar yang terjadi di kampus seperti proses mengajar
yang dilakukan dosen akan mendatangkan suatu persepsi dari para mahasiswa,
proses persepsi tersebut akan menimbulkan suatu evaluasi yang berbentuk positif
maupun negatif. Apabila persepsi mahasiswa itu positif mengenai dukungan sosial
dosen akan bertambah regulasi diri dalam belajar dan sebaliknya jika persepsi itu
negatif akan menurunkan regulasi diri dalam belajar mahasiswa. Persepsi
mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen merupakan penilaian dari mahasiswa
mengenai dukungan sosial dosen. Sehingga peneliti mengajukan pertanyaan
penelitian yaitu: ”Apakah ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap
dukungan sosial dosen dengan regulasi diri dalam belajar?”
REGULASI DIRI DALAM BELAJAR
Menurut Zimmerman, regulasi diri dalam belajar atau Self-Regulated
Learning adalah proses yang digunakan untuk mengaktifkan dan
mempertahankan pikiran, perilaku dan perasaan untuk mencapai tujuan belajar
(Woolfolk, 2004). Dari sumber lain, Zimmerman mendefinisikan bahwa regulasi
diri dalam belajar merupakan strategi, tindakan dan proses yang diarahkan untuk
mendapatkan informasi atau kemampuan yang melibatkan perantara, tujuan, dan
persepsi strategi, tindakan dan proses yang diarahkan untuk mendapatkan
informasi atau kemampuan yang melibatkan perantara, tujuan, dan persepsi siswa/
mahasiswa (Handoz, 2008).
Regulasi diri dalam belajar adalah kemampuan untuk mengembangkan
pengetahuan, kemampuan dan perilaku yang diarahkan untuk menambah dan
memudahkan belajar pada tiap situasi belajar yang berbeda (Baumert, 2000).
Sedangkan menurut Pintrich, regulasi diri dalam belajar sebagai suatu proses
konstruktif karena pelajar dapat membentuk tujuan dalam belajar dan setelah itu
berusaha memonitor, mengatur dan mengontrol kognitif, motivasi dan perilaku
untuk mencapai tujuan belajar maupun yang berhubungan dengan lingkungan
belajar (Gundogdu, 2006).
Sedangkan aspek-aspek regulasi diri dalam belajar menurut Zimmerman
(Zimmerman, 1989), adalah metakognitif (planning, monitoring dan regulating),
motivasi (self-efficacy, outcome expectation, intrinsic interest dan goal
orientation) dan perilaku (self observation, self judgment dan self reaction).
PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL DOSEN
Davidoff (Walgito, 2002), mengatakan bahwa persepsi adalah bagaimana
stimulus diterima oleh alat indera, yaitu yang dimaksud dengan penginderaan dan
melalui proses penginderaan tersebut stimulus itu menjadi sesuatu yang berarti
setelah diorganisasikan dan diinterpretasikan.
Sedangkan menurut Thoha (1999), persepsi pada hakekatnya adalah
proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami setiap informasi
tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,
perasaan dan penciuman.
Penulis mengambil kesimpulan bahwa persepsi mahasiswa adalah suatu
proses yang dilakukan oleh mahasiswa untuk memberikan suatu interpretasi/
penilaian terhadap objek dengan menggunakan penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan dan penciuman.
Dukungan sosial (social support) menurut Gottlieb didefenisikan sebagai
informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkahlaku yang
diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan
sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan
keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkahlaku penerimanya
(Kuntjoro, 2002).
Gibson mendefinisikan dukungan sosial diartikan sebagai kesenangan,
bantuan, yang diterima seseorang melalui hubungan formal dan informal dengan
yang lai atau kelompok (Anadarika, 2004). Pendapat lain dari Chaplin, dukungan
sosial adalah pengadaan atau penyediaan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
orang lain berupa dorongan, semangat dan nasihat pada orang lain (Chaplin,
1989). Sedangkan menurut Leavy, dukungan sosial sebagai tersedianya hubungan
yang didalamnya terkandung isi pemberian bantuan dimana hubungan itu
merupakan ikatan sosial yang erat antara individu dengan orang yang memberi
dukungan (Ganster dkk, 1986).
Dukungan sosial dapat diberikan oleh orang-orang yang ada di lingkungan
sosial seseorang seperti sekolah/ kampus yaitu teman dan guru/ dosen. Penelitian
ini mengkhususkan dukungan sosial yang berasal dari lingkungan kampus yaitu
dukungan sosial dosen. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli mengenai
dukungan sosial, ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial dosen adalah bantuan
yang diberikan oleh dosen berupa pemberian informasi yang dapat berbentuk
dorongan, semangat, nasihat, kenyamanan, penilaian dan perhatian sehingga
membuat mahasiswa merasa dicintai, dihargai dan diperhatikan. Sedangkan
persepsi mahasiswa tentang dukungan sosial dosen adalah suatu proses yang
dilakukan oleh mahasiswa untuk mengorganisasikan, menginterpretasikan dan
mengevaluasi dukungan sosial dosen. Aspek-aspek dari dukungan sosial dosen
menurut Cohen dan Syme yaitu emosi, informasi, instrumental, dan penilaian
(Cohen&Syme, 1985).
METODE PENELITIAN
Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian
Variabel bebas: persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen.
Variabel tergantung: regulasi diri dalam belajar.
Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i program
studi psikologi Universitas Islam Indonesia yang yang mengambil mata kuliah
Statistik, berusia 17 sampai 20 tahun, dan berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan.
Metode Pengumpulan Data
Untuk mengukur hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap dukungan
sosial dosen dengan regulasi diri dalam belajar, peneliti menggunakan angket
yang terdiri atas dua skala yang dibuat sendiri oleh peneliti yaitu skala regulasi
diri dalam belajar dan skala persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen.
Skala regulasi diri dalam belajar dan skala persepsi mahasiswa terhadap dukungan
sosial dosen yang terdiri dari dua kelompok aitem yaitu kelompok aitem
favourable dan kelompok aitem unfavourable. Kelompok aitem favourable
artinya pernyataan tersebut mendukung terwujudnya tingkah laku sedangkan
kelompok aitem unfavourable artinya pertanyaan tersebut tidak mendukung
terwujudnya tingkah laku. Skala model yang digunakan sebagai pola dasar
pengukuran ini adalah model Likert. Skala Likert mempunyai lima alternatif
respon yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), ragu-ragu (E), tidak sesuai (TS), dan
sangat tidak sesuai (STS). Untuk lebih memperjelas jawaban subjek dan
menghindari kecenderungan subjek memilih ragu-ragu maka penelitian ini
menggunakan empat alternatif respon jawaban saja yaitu sangat sesuai (SS),
sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
product moment dari Pearson karena karena penelitian ini bersifat korelasional
yaitu untuk menguji hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap dukungan
sosial dosen dengan regulasi diri dalam belajar. Sedangkan analisanya dilakukan
dengan menggunakan program SPSS (Statistic Program For Social Science) versi
16.00 for Windows.
HASIL PENELITIAN
Uji Asumsi
Analisa data dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya
dilakukan terlebih dahulu uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji
linieritas.
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Z. Variabel persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial
dosen menunjukkan KSZ=1,258; P=0,084 (P>0,05) dan variabel regulasi diri
dalam belajar menunjukkan KSZ=0,744; P=0,637 (P>0,05). Hasil uji normalitas
ini menunjukkan bahwa skor subjek pada kedua variabel tersebut memiliki
sebaran normal.
Uji Linearitas
Berdasarkan hasil pengujian linearitas diperoleh F=27,304 dan P=0,000
(P<0,05). Hasil uji linearitas ini menunjukkan bahwa antara skala persepsi
mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen dengan regulasi diri dalam belajar
bersifat linear.
Uji Hipotesis
Metode yang digunakan untuk pengujian hipotesis yaitu menggunakan
Pearson Correlation (parametrik) pada program SPSS 16.0 for windows, karena
hasil uji asumsi menunjukkan bahwa syarat terpenuhi untuk melakukan pengujian
dengan uji parametrik (data linear). Hasil analisis data menunjukkan nilai r=0,554
dengan P=0,000 (P < 0,05). Hal ini berarti ada hubungan antara persepsi
mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen dengan regulasi diri dalam belajar
pada mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam
Indonesia. Sehingga kesimpulannya hipotesis diterima.
Kontribusi variabel persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen
dengan regulasi diri dalam belajar pada penelitian ini yaitu 0,307. Hal ini
menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen
memberi sumbangan efektif sebesar 30,7% pada regulasi diri dalam belajar.
Sisanya sebesar 69,3% merupakan sumbangan dari faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi regulasi diri dalam belajar.
Analisis Tambahan
Ditemukan bahwa ada 3 aspek dari persepsi mahasiswa terhadap
dukungan sosial dosen yang mempengaruhi regulasi diri dalam belajar yaitu
emosi, penghargaan dan instrumental. Dengan menggunakan analisis regresi
dengan metode Stepwise aspek emosi memiliki nilai R² change=0,141 dan aspek
penghargaan memiliki R² change=0,173 serta aspek instrumental memiliki R²
change=0,051. Besarnya sumbangan ketiga aspek tersebut dalam mempengaruhi
regulasi diri dalam belajar yaitu untuk aspek emosi menyumbang 14,1%, aspek
penghargaan menyumbang 17,3% dan aspek instrumental menyumbang sebesar
5,1%. Sehingga dari ketiga aspek tersebut, aspek penghargaan yang menyumbang
lebih besar daripada aspek emosi dan instrumental.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis parametrik Pearson Correlation diperoleh hasil
penelitian bahwa ada hubungan positif antara persepsi mahasiswa terhadap
dukungan sosial dosen dengan regulasi diri dalam belajar. Hal ini ditunjukkan
dengan r sebesar 0,554 dan P sebesar 0,000 (P < 0,05). Artinya semakin positif
persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen, maka semakin tinggi
regulasi diri dalam belajar pada mahasiswa. Sebaliknya, jika semakin negatif
persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen, maka semakin rendah
regulasi diri dalam belajar pada mahasiswa. Jadi hipotesis penelitian “Hubungan
antara persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen dengan regulasi diri
dalam belajar” diterima.
Diterimanya hipotesis menunjukkan bahwa dukungan sosial dosen
berpengaruh terhadap regulasi diri dalam belajar mahasiswa. Menurut Gottlieb
(1983) dukungan sosial (social support) didefenisikan sebagai informasi verbal
atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkahlaku yang diberikan oleh
orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang
berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau
berpengaruh pada tingkahlaku penerimanya (Kuntjoro, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian Gundogdu (Gundogdu, 2006) bahwa regulasi
diri dalam belajar dapat terjadi jika seorang pengajar/dosen berperan sebagai
fasilitator pengetahuan sehingga mahasiswa banyak mendapat ilmu dari para
dosen, dosen juga dapat memberikan semangat pada mahasiswa sehingga
mahasiswa dapat mengembangkan self-responsibility, self-confidence dan self-
direction, dan membentuk kelas yang berpusat pada mahasiswa (child-centered
classroom) yang dapat membuat mahasiswa menjadi lebih mandiri dan selalu ikut
berpartisipasi dalam kegiatan belajar. Dari hasil penelitian Gundogdu tersebut,
terlihat bahwa dukungan seorang pengajar/ dosen dapat mempengaruhi
terbentuknya regulasi diri dalam belajar.
Tidak semua aspek dalam dukungan sosial dosen mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap regulasi diri dalam belajar. Berdasarkan hasil anareg
dengan metode Stepwise maka diperoleh 3 aspek dukungan sosial yang mampu
menjadi predictor yang signifikan terhadap regulasi diri dalam belajar yaitu aspek
emosi, penghargaan dan instrumental. Besarnya sumbangan ketiga aspek tersebut
dalam mempengaruhi regulasi diri dalam belajar yaitu untuk aspek emosi
menyumbang 14,1%, aspek penghargaan menyumbang 17,3% dan aspek
instrumental menyumbang sebesar 5,1%. Sehingga dari ketiga aspek tersebut,
aspek penghargaan yang menyumbang lebih besar daripada aspek emosi dan
instrumental. Aspek penghargaan ini, dapat berupa memberikan penilaian atas
usaha yang dilakukan untuk memberikan umpan balik mengenai hasil atau
prestasi serta memperkuat dan meningkatkan kepercayaan diri akan kemampuan
individu tersebut misalnya saja seperti memberikan penilaian yang baik ketika
mahasiswa mampu menjawab pertanyaan dosen dengan benar atau memuji
mahasiswa ketika mereka mendapat nilai yang baik.
Dalam lingkungan kampus orang yang merasa memperoleh dukungan
sosial seperti mahasiswa, mereka akan merasa lega karena diperhatikan, mendapat
saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Keadaan tersebut akan
membuat mahasiswa menjadi merasa nyaman berada di kampus sehingga
mahasiswa dapat mengerjakan tugas-tugas kuliahnya sebagai seorang mahasiswa
dan meregulasi dirinya selama mengikuti proses pendidikan tanpa adanya tekanan
yang membuat mereka menjadi malas untuk belajar ataupun bolos kuliah.
Kemampuan meregulasi diri tersebut meliputi kemampuan untuk mulai mencoba
menentukan nilai yang ingin diperolehnya, merencanakan dan membuat jadwal
pelajaran, membagi waktu antara belajar dan bermain, dan mempersiapkan diri
dalam menghadapi ujian sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasinya.
Kemampuan ini tidak dapat berkembang dengan sendirinya sehingga dibutuhkan
lingkungan yang kondusif salah satunya seperti hubungan yang baik antara
guru/dosen dengan siswa/mahasiswa karena dengan adanya hubungan kondusif
akan tercipta suatu keterbukaan yang diperlukan untuk melakukan proses diskusi
dan evaluasi.
Salah satu dukungan sosial adalah memberikan bimbingan yang
memungkinkan mahasiswa mendapatkan informasi, saran atau nasihat yang
diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang sedang
dihadapi mahasiswa misalnya mahasiswa yang regulasi diri dalam belajarnya
rendah (Kuntjoro, 2002). Berdasarkan hasil penelitian bahwa dukungan sosial
dosen dapat mengembangkan regulasi diri dalam belajar, dengan cara membantu
mahasiswa dengan memberikan akses seluas-luasnya agar mahasiswa dapat
mendapatkan informasi dan membantu mahasiswa untuk mencapai tujuan
(Sungur&Tekkaya, 2006). Sejalan dengan pendapat tersebut, pendapat lain dari
Coppola dan McCombs menyebutkan bahwa seorang dosen juga dapat membantu
mahasiswa agar mahasiswa dapat menjadi seorang self-regulating learners (Chen,
2002).
Menurut Zimmerman, dalam lingkungan pendidikan (sekolah/ kampus)
interaksi mahasiswa dengan dosen merupakan pengalaman yang paling utama
yang berpengaruh dalam meregulasi diri dalam belajar (Handoz, 2008).
Lingkungan pendidikan (sekolah/ kampus) merupakan faktor eksternal. Hal itu
sesuai dengan pendapat Alwisol, faktor eksternal yang dapat mempengaruhi self
regulation adalah faktor lingkungan yaitu melalui orang tua dan guru/ dosen,
anak-anak dapat belajar yang baik-buruk, tingkah laku yang dikehendaki dan
tidak dikehendaki, melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih
luas seorang anak kemudian mengembangkan standard yang dapat dipakai untuk
menilai prestasi diri (Alwisol, 2004).
Menurut Boekaerts, ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan
seorang siswa/mahasiswa untuk mencapai prestasi yang optimal. Diantaranya
adalah intelegensi, kepribadian, lingkungan sekolah/kampus, dan lingkungan
rumah. Namun selain faktor-faktor tersebut ternyata self regulation turut
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi yang optimal.
Meskipun seorang siswa/mahasiswa memiliki tingkat intelegensi yang baik,
kepribadian, lingkungan rumah, dan lingkungan sekolah/kampus yang
mendukungnya, namun tanpa ditunjang oleh kemampuan self regulation maka
siswa tersebut tetap tidak akan mampu mencapai prestasi yang optimal (Susanto,
2006).
Dari berbagai penjelasan tersebut terlihat bahwa adanya hubungan antara
duukungan sosial dosen dengan regulasi diri dalam belajar. Karena seorang dosen
dapat membantu mahasiswa agar menjadi Self-Regulated Learners dan
membimbing mahasiswa dengan memberi nasihat, saran ataupun informasi yang
dibutuhkan mahasiswa dan lain-lain.
KESIMPULAN
Hasil dari penelitian ini yang berjudul “Hubungan Antara Persepsi
Mahasiswa Terhadap Dukungan Sosial Dosen Dengan Regulasi Diri Dalam
Belajar” menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap
dukungan sosial dosen dengan regulasi diri dalam belajar, sehingga kesimpulan
dari penelitian ini adalah bahwa hipotesis diterima.
Kontribusi variabel persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen
pada regulasi diri dalam belajar pada penelitian ini yaitu 30,7%. Hal ini
menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen
memberi sumbangan efektif sebesar 30,7% pada regulasi diri dalam belajar.
Sisanya sebesar 69,3% merupakan sumbangan dari faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi regulasi diri dalam belajar.
SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Para mahasiswa diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan
regulasi diri dalam belajar yaitu kemampuan untuk mulai mencoba menentukan
nilai yang ingin diperoleh, merencanakan dan membuat jadwal untuk belajar,
membagi waktu antara belajar dan bermain, dan mempersiapkan diri dalam
menghadapi ujian sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi.
2. Bagi Dosen
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa adanya hubungan antara
persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen dengan regulasi diri dalam
belajar. Sehingga diharapkan para dosen dapat meningkatkan pemberian
dukungan sosial dengan cara memberi perhatian, motivasi dan kepercayaan pada
mahasiswa, dosen dapat berperan sebagai fasilitator pengetahuan, memberikan
sarana-sarana belajar bagi mahasiswa dan memberikan respon atau penilaian
positif pada mahasiswa.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih mendalami mengenai
regulasi diri dalam belajar dilihat dari konteks budaya timur dikarenakan teori
regulasi diri dalam belajar ini berasal dari budaya barat serta lebih melakukan
pengujian konstruk regulasi diri dalam belajar yang lebih mendalam. Selain itu,
peneliti selanjutnya disarankan untuk memperhatikan adanya kemungkinan
faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi regulasi diri dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press
Andarika, R. 2004. Burnout Pada Perawat Puteri RS St. Elizabeth Semarang Ditinjau Dari Dukungan Sosial. Jurnal PSYCHE, Vol. 1 No. 1
Awondatu, D. N. 2008. Not Just An Ordinary Activist! www.mayapala.com
Baumert, J. Klieme, E. Neubrand, M. Prenzel, M. Schiefele, U. Schneider, W. Tillman, K-J. Weib, M. 2000. Self-Regulated Learning as a Cross-Curricular Competence. www.oecd_pisa.com
Brewster, A. B, & Bowen, G. L. 2004. Teacher Support and the School Engagement of Latino Middle and High School Students at Risk of School Failure. Child and Adolescent Social Work Journal, Vol. 21, No. 1
Chaplin, J. P. 2000. Kamus Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Chen, C. S. 2002. Self-regulated Learning Strategies and Achievement in an Introduction to Information Systems Course. Information Technology, Learning, and Performance Journal, Vol. 20, No. 1
Cohen, S & Syme, S. L. 1985. Social Support and Health. Academic Press Inc: London
Djamarah, S. B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Ganster, D. C, Fusilier, M. R & Mayes, B. T. 1986. Role of Social Support in The Experimence of Stress at Work. Journal of Applied Psychology, 102-110
Gundogdu. 2006. A Case Study: Promoting Self-Regulated Learning In Early Elementary Grade. Kastamonu Education Journal Vol:14 No:1
Handoz. 2008. Self-Regulated Learning. www.handoz.blogspot.com
Hardjana, A.M.1994. Kiat atas Sukses Studi di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Kanisius
Kuntjoro, Z. S. 2002. Dukungan Sosial Pada Lansia. www.e-psikologi.com
Lee, V. E. Smith, J. B. Perry, T. E & Smylie, M. A. 1999. Social Support, Academic Press, and Student Achievement: A View from the middle Grades in Chicago.
Nugroho, E. 2003. Menyontek Pintu Gerbang Korupsi?.
www.banjarmasinpost.com
Ormrod, J. E. 2003. Educational psychology:developing learners. new jersey:Merrill Prentice hall
Pintrich, P.R & De Groot, E. V. Motivational and Self-Regulated Learning
Components of Classroom Academic Performance. Journal of Educational Psychology 1990, Vol. 82 No.1
Rachman, A. 2005. Belajar tiada henti. www.edu-articles.com
Sahrah, A. 2004. Persepsi Terhadap Kepemimpinan Perempuan. Anima, Psychological Journal Vol 19 No 3
Sardiman, A. M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sungur, S & Tekkaya, C. 2006. Effects of Problem-Based Learning and Traditional Instruction on Self-Regulated Learning. The Journal of Educational Research Vol. 99 No. 5
Susanto, H. 2006. Mengembangkan Kemampuan Self Regulation untuk Meningkatkan Keberhasilan Akademik Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur No.07
Supardi, S & Sadarjoen. 2002. Konsultasi Psikologi . www.kompas.com
Thoha, M. 2005. Perilaku Organisasi; Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Walgito, B. 2002. Pengantar psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset.
Woolfolk, A. 2004. Educational Psychology. 9th ed. United States of America: A Pearson Education, Inc
Zimmerman, B. J. 1989. A Social Cognitive View of Self-Regulated Academic Learning. Journal of Educational Psychology Vol. 81, Issue 3
IDENTITAS PENULIS
Nama : Dewi Kapliani
Alamat : Jln Dharma Bakti VF No. 89 Rt. 21 Banjarmasin 70249
Nomor Telepon : 085878369939
E-mail : [email protected]