Upload
ngotuyen
View
223
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
1
NASKAH PUBLIKASI
KETERLIBATAN ORANGTUA DALAM PENDIDIKAN ANAK
DITINJAU DARI MOTIVATIONAL BELIEF, PERSEPSI PADA
INVITATION FOR INVOLVEMENT DAN LIFE CONTEXT
Oleh:
NUR WIDIASMARA
IRWAN NURYANA KURNIAWAN
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2007
2
NASKAH PUBLIKASI
KETERLIBATAN ORANGTUA DALAM PENDIDIKAN ANAK DITINJAU DARI
MOTIVATIONAL BELIEF, PERSEPSI PADA INVITATION FOR INVOLVEMENT
DAN LIFE CONTEXT
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing
(Irwan Nuryana Kurniawan, S.Psi., M.Si.)
3
KETERLIBATAN ORANGTUA DALAM PENDIDIKAN ANAK DITINJAU DARI MOTIVATIONAL BELIEF, PERSEPSI PADA INVITATION FOR INVOLVEMENT DAN LIFE CONTEXT
Nur Widiasmara
Irwan Nuryana Kurniawan
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh motivational belief, persepsi
pada invitation for involvement dan life context terhadap keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh motivational belief, persepsi pada invitation for involvement dan life context terhadap keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. Lebih lanjut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara motivational belief dengan keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak, apakah ada hubungan positif antara persepsi pada invitation for involvement dengan keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak dan apakah ada hubungan positif antara life context dengan keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak.
Orangtua yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah bapak atau ibu saja dari setiap data siswa yang diperoleh. Sebanyak 112 orangtua, terdiri dari 46 orang ibu maupun 66 orang bapak, memiliki minimal satu orang anak yang masih bersekolah di kelas VI SD, memiliki status sosial ekonomi yang bervariasi, terlibat dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan kuisioner hasil adaptasi dan modifikasi Parent Questionnaire yang dikembangkan oleh Hoover-Dempsey dan Sandler (2005). Kuisioner yang digunakan terdiri atas bagian pernyataan, biodata serta empat buah skala pengukuran, yaitu: Skala Keterlibatan Orangtua dalam Pendidikan Anak, Skala Motivational beliefs, Skala Persepsi pada Invitation for Involvement dan Skala Life Context.
Hasil analisis data penelitian dengan komputer menggunakan program SPSS 12.0 for Windows, menunjukkan koefisien korelasi secara umum (R) sebesar 0.893 dengan koefisien detrminasi (R Square) sebesar 0.704. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis dapat diterima. Lebih lanjut ditemukan korelasi product moment Pearson sebesar 0.711 dengan p = 0.000 (p<0.05) pada uji satu ekor. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Korelasi product moment Pearson menunjukkan koefisien sebesar 0.744 dengan p = 0.000 (p<0.05) pada uji satu ekor. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis dapat diterima. Korelasi product moment Pearson menunjukkan koefisien sebesar 0.801 dengan p = 0.000 (p<0.05) pada uji satu ekor. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis dapat diterima. Kata Kunci: motivational belief, persepsi pada invitation for involvement, life context, keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak.
4
A. Pengantar
Pendidikan bagi anak yang pertama dan utama diperoleh dalam keluarga.
Sekolah sebagai pendidikan formal merupakan pembantu kelanjutan pendidikan
dalam keluarga. Menurut Slameto (2003) peralihan bentuk pendidikan di dalam
keluarga ke pendidikan formal tersebut memerlukan kerjasama antara orangtua dan
sekolah. Keterlibatan semua pihak dan kerjasama yang baik antara guru, siswa,
orangtua, masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan. Sejalan dengan itu,
Epstein (Michigan Department of Education, 2002) menyatakan bahwa semua anak
usia sekolah dasar (SD), menengah (SMP) dan atas (SMA), menginginkan keluarga
(orangtua) lebih memahami perlunya kerjasama dan berperan aktif terkait dengan
proses belajar dan sekolah.
Tinjauan terhadap beberapa penelitian yang penulis lakukan (Henderson
(Wherry, 2004); Cotton dan Wikelund, 2001; Rhoda (Nurkolis, 2003))
mengungkapkan bahwa keterlibatan orangtua akan memberikan pengaruh positif
pada anak. Keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak sangat berkaitan dengan
tingkat prestasi anak, kelulusan dan keputusan melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi. Keikutsertaan dan partisipasi keluarga, khususnya orangtua dan
masyarakat dalam pendidikan anak akan membantu pencapaian yang signifikan
pada akademik dan kognitif anak, orangtua dapat mengetahui perkembangan anak
dalam proses pendidikan di sekolah, orangtua dapat menjadi guru yang baik di
rumah dan menerapkan strategi yang positif bagi pendidikan anak, sehingga dengan
kondisi tersebut, pada akhirnya akan menjadikan orangtua memiliki sikap positif
terhadap sekolah.
5
Sejalan dengan otonomi pendidikan, di Indonesia pemerintah melalui
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) telah menetapkan Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) sebagai salah satu kebijakan dalam peningkatan kualitas
pendidikan. Telaah pustaka yang penulis lakukan (Slamet, 2001) mengungkapkan
bahwa tujuan MBS adalah untuk memberdayakan sekolah, terutama sumber daya
manusia (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orangtua siswa, dan masyarakat
sekitarnya), melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas dan sumber daya lain untuk
memecahkan persoalan yang dihadapi oleh sekolah. Kebijakan MBS menempatkan
keterlibatan orangtua sebagai salah satu dari tiga pilar keberhasilannya.
White (Aslami, 2003) seorang pakar sistem pendidikan Jepang menelaah
pendidikan di Jepang dan Amerika. Hasil telaah menunjukkan bahwa ibu-ibu Jepang
memandang pendidikan anak merupakan tanggung jawab yang paling penting,
selain itu di Amerika dengan kondisi, sarana dan metode pendidikan yang sudah
sedemikian maju pun, masih memiliki pengaruh negatif jika orangtua tidak
melibatkan diri secara langsung pada pendidikan anaknya.
Menurut Satijan (2004), di Indonesia masih banyak orangtua yang belum
dapat berperan aktif dalam membantu keberhasilan pendidikan anak. Menurut
Herlina (2007) orangtua yang menyerahkan anak untuk mengikuti pendidikan di
jenjang sekolah formal, pada umumnya menganggap bahwa tanggung jawab dalam
mendidik anak dapat dilimpahkan sepenuhnya kepada guru. Tugas orangtua cukup
mengetahui masalah biaya sekolah dan keperluan lainnya yang bersifat materi, serta
menerima laporan hasil belajar pada akhir semester.
6
Hoover-Dempsey dan Sandler (2005) menyebutkan bahwa pengalaman
orangtua saat sekolah dahulu, peran dan tanggung jawab orangtua serta keyakinan
orangtua untuk melakukan yang terbaik sehingga anaknya berhasil di sekolah akan
mempengaruhi keputusan orangtua untuk terlibat dalam pendidikan anak. Menurut
Hoover-Dempsey dan Sandler hal ini disebut sebagai faktor motivational belief.
Faktor ini merupakan kondisi pendorong bagi orangtua untuk memutuskan
keterlibatannya dalam pendidikan anak.
Sejalan dengan ditempatkannya keterlibatan orangtua sebagai salah satu
dari tiga pilar keberhasilan MBS, agar orangtua berperan dalam pengelolaan
sekolah, diperlukan adanya informasi yang cukup berkaitan dengan berbagai
kebijakan baik dari pemerintah pusat, daerah maupun sekolah itu sendiri. Dengan
adanya informasi tersebut maka orangtua akan menyadari, mengerti tentang
kebijakan tersebut, sehingga tahu akan peran dan tanggungjawab serta dapat
berpartisipasi aktif dalam membantu keberhasilan pendidikan anak.
Berkaitan dengan penerapan MBS, salah satu hal yang penting untuk
diketahui adalah pengetahuan orangtua atas kebijakan MBS. Hasil survei Citizen’s
Report Card (CRC) (www.antikorupsi.org/docs/crcmpp06.pdf.) terhadap Anggaran
dan Mutu Pelayanan Sekolah di daerah Garut dan Jakarta, diperoleh gambaran
sangat lemahnya pengetahuan orangtua siswa atas kebijakan-kebijakan pendidikan
termasuk yang berkaitan dengan peran dan fungsi orangtua siswa di sekolah.
Lemahnya pengetahuan orangtua siswa dikarenakan masih buruknya sosialisasi
kebijakan dari para penyelenggara seperti Depdiknas maupun pengelola sekolah
seperti kepala sekolah.
7
Menurut Gunaryadi (2004) kebijakan yang diambil oleh Depdiknas dengan
penerapan MBS yang antara lain mensyaratkan adanya Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah seharusnya bisa dipahami tidak saja sebagai strategi untuk
meningkatkan kemandirian sekolah, tetapi juga menciptakan iklim sekolah yang
mendorong agar masyarakat dan orangtua lebih aktif terlibat untuk berperan dalam
usaha peningkatan kualitas pendidikan.
Herlina (2007) mengungkapkan bahwa ada kalanya guru juga terkesan
membatasi tugasnya hanya sekedar mengajar dan menghasilkan anak didik yang
berprestasi serta jarang sekali merasa perlu peduli terhadap latar belakang
kehidupan siswa di rumahnya. Hal ini mengakibatkan siswa acuh tak acuh ketika
belajar di sekolah, karena memikirkan masalah di rumah. Sementara di rumah anak
murung dan uring-uringan karena cemas memikirkan beban belajar di sekolah.
Hal ini tidaklah perlu terjadi apabila ada kesinambungan dan kerjasama
yang baik antara orangtua dan guru dalam melaksanakan proses pendidikan.
Sejalan dengan itu, Hoover-Dempsey dan Sandler (2005) menyebutkan bahwa
orangtua akan terlibat jika orangtua mempunyai persepsi dan menanggapi
permintaan khusus dari anak, guru maupun sekolah agar orangtua dapat terlibat
dalam bermacam-macam aktivitas anak berkaitan dengan proses belajar baik di
rumah maupun di sekolah. Menurut Hoover-Dempsey hal tersebut merupakan
bagian dari persepsi pada invitation for involvement yang memberikan dasar yang
kuat untuk terlibat. Dengan adanya permintaan dari anak, guru dan iklim sekolah
yang memberikan kesempatan terlibat, maka orangtua akan lebih mudah untuk
terlibat dalam pendidikan anak.
8
Menurut Shields (Nurkolis, 2003) ketika orangtua menghendaki adanya
kontrol bagi pendidikan anak, maka orangtua harus menyediakan waktu sebanyak
mungkin untuk berkunjung ke sekolah dan ke kelas. Lareau (Hoover-Dempsey, dkk,
2005) mengungkapkan bahwa ketersediaan waktu dan energi yang dimiliki orangtua
berhubungan dengan tanggung jawab keluarga (orangtua), selain itu juga
berhubungan dengan usaha orangtua untuk memikirkan keterlibatan dalam
pendidikan anak. Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan Kay, dkk (Hoover-
Dempsey, dkk 2005) menujukkan bahwa keterlibatan orangtua akan menurun
sebanding dengan ketidaktersediaannya pengetahuan orangtua untuk dapat
membantu tugas sekolah anak yang semakin komplek, waktu yang tersedia dan
harapan orangtua pada sekolah anak.
Hoover-Dempsey dan Sandler (2005) menyebutkan bahwa orangtua harus
mempunyai kesempatan dilihat dari waktu dan tenaga yang dimiliki berdasarkan
tuntutan aktivitas rutin. Selain itu juga dibutuhkan keterampilan dan pengetahuan
orangtua yang akan membantu dalam setiap aktivitas keterlibatan dalam pendidikan
anak. Menurut Hoover-Dempsey dan Sandler hal tersebut merupakan bagian dari
life context yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keterlibatan
orangtua dalam pendidikan anak.
Islam menekankan begitu pentingnya keterlibatan orangtua dalam
pendidikan anak. Islam mengajarkan bahwa sesungguhnya nikmat yang diberikan
oleh Allah SWT, yang tidak tenilai harganya di antara nikmat-nikmat yang sangat
agung dan mulia adalah diberi keturunan (anak). Selain menjadi nikmat yang
9
diberikan oleh Allah SWT, anak merupakan amanah yang akan
dipertanggungjawabkan oleh kedua orangtua.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada pengaruh motivational belief, persepsi pada invitation for involvement
dan life context terhadap keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. Lebih lanjut,
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara motivational belief dengan
keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. Apakah ada hubungan antara
persepsi pada invitation for involvement dengan keterlibatan orangtua dalam
pendidikan anak. Selain itu untuk mengetahui apakah ada hubungan antara life
context dengan keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak.
B. Tinjauan Pustaka
Sesuai dengan teori dan temuan penelitian sebelumnya (Morrison
(Patmonodewo, 2003); Elman (Children’s Aid Society, 2003); Hoover-Dempsey dan
Sandler (1997)), orangtua terlibat dalam pendidikan anak dengan berpartisipasi dan
berperan aktif dalam berbagai macam aktivitas baik di rumah maupun di sekolah
guna keberhasilan proses belajar dan sekolah anak. Keterlibatan orangtua ini
ditinjau melalui dua hal, yaitu bentuk keterlibatan orangtua (parent’s involvement
forms) dan mekanisme keterlibatan orangtua (parent’s involvement mechanisms).
Menurut teori dan temuan penelitian sebelumnya (Epstein (Michigan
Department of Education, 2002); Cotton dan Wikelund (2001) ;Hoover-Dempsey dan
Sandler (2005)), bentuk keterlibatan orangtua (parent’s involvement forms)
merupakan bentuk aktivitas yang dilakukan orangtua selama proses keterlibatannya
10
dalam pendidikan anak. Aktivitas keterlibatan ini dapat dilakukan di rumah (home-
based involvement activities) maupun di sekolah (school-based involvement
activities). Mekanisme keterlibatan orangtua (parent’s involvement mechanisms)
merupakan mekanisme yang dilakukan orangtua selama selama proses
keterlibatannya dalam pendidikan anak. Mekanisme keterlibatan ini mencakup
encouragement, modeling, instruction dan reinforcement.
Berdasarkan teori dan temuan tersebut, maka orangtua selama proses
keterlibatan dalam pendidikan anak, memilih bentuk keterlibatan orangtua (parent’s
involvement forms) dengan melakukan aktivitas-aktivitas di rumah maupun di
sekolah. Selain itu, orangtua selama proses keterlibatan dalam pendidikan anak,
memilih mekanisme keterlibatan (parent’s involvement mechanisms) dengan
melakukan encouragement, modeling, instruction dan reinforcement.
Teori dan penelitian sebelumnya (American Educational Research
Association, Michigan Department of Education (2002); Hoover-Dempsey dan
Sandler (2005), menunjukkan bahwa orangtua akan terlibat dalam pendidikan anak
dipengarui oleh beberapa faktor. Penelitian yang dilakukan penulis mengemukakan
tiga faktor yang diprediksikan dapat mempengaruhi proses pencapaian keterlibatan
orangtua dalam pendididkan anak yaitu, motvational belief, persepsi pada invitation
for involvement dan life context.
Menurut teori dan temuan penelitian sebelumnya (American Educational
Research Association, Michigan Department of Education (2002); Hoover-Dempsey
dan Sandler (2005), menunjukkan bahwa orangtua akan terlibat ketika ada kondisi
yang mendorong orangtua untuk terlibat dalam proses belajar dan sekolah anak,
11
dalam penelitian ini merupakan motvational belief. Kondisi tersebut terkait dengan
konstruksi peran dan tanggungjawab orangtua (parental role construction) yang
mencakup aktivitas peran orangtua (role activity beliefs) dan pengalaman orangtua
saat sekolah dahulu (valence toward school). Selain itu juga didorong dengan
adanya keyakinan orangtua dapat melakukan sesuatu yang terbaik bagi
keberhasilan pendidikan anak (parental self efficacy for helping the child succeed in
school).
Terkait dengan peran orangtua, penelitian melaporkan bahwa role
construction memberikan sumbangan dukungan yang kuat pada pentingnya
keputusan orangtua untuk terlibat dalam pendidikan anak. Drummond dan Stipek
(Hoover-Dempsey, dkk, 2005) melakukan penelitian tentang orangtua siswa Sekolah
Dasar di African American, Caucasian dan Latino. Hasil penelitian mengemukakan
bahwa konstruksi peran mendorong orangtua untuk terlibat dalam pendidikan anak.
Selain itu diperlukan adanya keyakinan bahwa orangtua mampu untuk
terlibat, hal ini di dukung hasil penelitian yang dilakukan Hoover-Dempsey, dkk
(1992) yang mengungkapkan bahwa adanya hubungan positif antara parent efficacy
dengan keterlibatan orangtua. Penelitian Bandura, dkk (Hoover-Dempsey, dkk,
2005) melaporkan bahwa orangtua yang memiliki efficacy atau keyakian mampu
berbuat sesuatu yang kuat, maka orangtua tersebut dapat mengatur dan
mendukung perkembangan akademik yang terkait dengan prestasi anak.
Menurut teori dan temuan penelitian sebelumnya (Hoover-Dempsey, dkk
(2005)), menunjukkan bahwa orangtua akan terlibat ketika orangtua mempunyai
persepsi dan menanggapi beberapa permintaan, kesempatan serta iklim yang
12
menghendaki keaktifan dan sambutan dari orangtua untuk terlibat dalam pendidikan
anak (invitation for involvement), baik dari sekolah (perceptions of general school
invitations), guru (perceptions of specific teacher invitations) maupun anak itu sendiri
(perceptions of specific child invitations). Seperti apa orangtua mempersepsikan
invitation for involvement, seperti itulah orangtua akan terlibat dalam pendidikan
anak.
Hoover-Dempsey dan Sandler (2005) mengemukakan bahwa persepsi pada
invitation for involvement akan memberikan pengaruh terhadap keterlibatan
orangtua dalam pendidikan anak. Iklim yang mendukung, baik di sekolah maupun di
rumah yang benar-benar memberikan kesempatan bagi setiap orangtua untuk
terlibat dalam pendidikan anak. Secara lebih luas, Abbas Ghozali (2000) melakukan
tinjauan literatur tentang “Effective School Research”. Tinjauan ini didasarkan pada
hasil survei yang dilakukan oleh Mortimore, dkk, pada 50 Sekolah Dasar kawasan
miskin kota di London. Berdasarkan hasil survei tersebut ditemukan 12 faktor kunci
sekolah yang efektif, yaitu perlunya keterlibatan wakil kepala sekolah, guru dan
orangtua terkait dengan kebijakan sekolah. Hal ini semakin didukung dengan
penegasan Epstein, dkk (Hoover-Dempsey, dkk, 2005) yang mengemukakan bahwa
sikap guru tentang orangtua dan permintaan guru untuk terlibat memainkan peran
yang signifikan pada keputusan orangtua untuk terlibat.
Menurut teori dan temuan penelitian sebelumnya (Hoover-Dempsey, dkk
(2005)), menunjukkan bahwa orangtua akan terlibat ketika orangtua mempunyai
kesempatan berdasarkan ketersediaan sumber-sumber yang dimiliki (life context
orangtua). Ketersediaan sumber tersebut memberikan pengaruh bagi keputusan
13
orangtua untuk terlibat dalam pendidikan anak. Ketersediaan sumber tersebut
mencakup ketersediaan pengetahuan dan keterampilan (self perceived knowledge
and skills) dan ketersediaan waktu dan tenaga (self perceived time and energy).
Ketersediaan waktu, energi, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
orangtua menjadikan orangtua mempunyai kesempatan untuk terlibat dalam
pendidikan anak. Menurut Hoover-Dempsey, dkk (2005) life context merupakan
faktor yang terkait dengan kemungkinan orangtua memutuskan untuk terlibat dilihat
dari ketersediaan kesempatan akan waktu, energi, pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki orangtua untuk dapat terlibat dalam pendidikan anak. Hal ini didukung
penelitian yang dilakukan Kay, dkk (Hoover-Dempsey, dkk 2005) menujukkan bahwa
keterlibatan orangtua akan menurun sebanding dengan ketidaktersediaannya
pengetahuan orangtua untuk dapat membantu tugas sekolah anak yang semakin
komplek, waktu yang tersedia dan harapan orangtua pada sekolah anak.
Berdasarkan teori dan temuan tersebut, maka motivational beliefs akan
mempengaruhi proses pencapaian keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak
melalui parental role construction dan parental self efficacy for helping the child
succeed in school. Parental role construction sendiri akan mempengaruhi proses
pencapaian keterlibatan ketika orangtua mempunyai role activity beliefs dan valence
toward school. Dengan demikian, orangtua melalui role activity beliefs, valence
toward school dan parental self efficacy for helping the child succeed in school
diprediksikan akan memberikan pengaruh pada tercapainya proses keterlibatan
orangtua dalam pendidikan anak.
14
Berdasarkan teori dan temuan tersebut, maka persepsi pada invitation for
involvement akan mempengaruhi proses pencapaian keterlibatan orangtua dalam
pendidikan anak melalui perceptions of specific child invitations, perceptions of
general school invitations dan perceptions of specific teacher invitations. Dengan
demikian, orangtua melalui perceptions of specific child invitations, perceptions of
general school invitations dan perceptions of specific teacher invitations
diprediksikan akan memberikan pengaruh pada tercapainya proses keterlibatan
orangtua dalam pendidikan anak.
Berdasarkan teori dan temuan tersebut, maka maka life context akan
mempengaruhi proses pencapaian keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak
melalui ketersediaan pengetahuan dan keterampilan (self perceived knowledge and
skills) serta ketersediaan waktu dan tenaga (self perceived time and energy).
Dengan demikian, orangtua melalui self perceived knowledge and skills serta self
perceived time and energy diprediksikan akan memberikan pengaruh pada
tercapainya proses keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak.
Secara umum, berdasarkan uraian tersebut, seperti terlihat pada Gambar 1,
menunjukkan bahwa motivational belief, persepsi pada invitation for involvement
dan life context diprediksikan sangat mungkin mempengaruhi keterlibatan orangtua
dalam pendidikan anak.
15
Gambar 1. Pengaruh Motivational Beliefs, Persepsi pada Invitation for Involvement dan Life Context terhadap Keterlibatan Orangtua dalam Pendidikan Anak
Berdasarkan tinjauan pustaka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
1. Ada pengaruh motivational belief, persepsi pada invitation for involvement dan
life context terhadap keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak.
2. Ada hubungan positif antara motivational belief dengan keterlibatan orangtua
dalam pendidikan anak. Artinya, semakin tinggi motivational belief, semakin
tinggi pula keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. Sebaliknya, semakin
rendah motivational belief, semakin rendah pula keterlibatan orangtua dalam
pendidikan anak.
3. Ada hubungan positif antara persepsi pada invitation for involvement dengan
keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. Artinya, semakin tinggi persepsi
pada invitation for involvement, semakin tinggi pula keterlibatan orangtua dalam
Life context
Persepsi pada invitation for involvement Motvational belief
Role activity beliefs
Self perceived knowledge and skills
Perceptions of general
school invitations
Perceptions of specific
child invitations
Self perceived time and energy
parental self
efficacy for
helping the child succeed
in school
Keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak
Valence toward school
Perception of specific
teacher invitations
16
pendidikan anak. Sebaliknya, semakin rendah persepsi pada invitation for
involvement, semakin rendah pula keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak.
4. Ada hubungan positif antara life context dengan keterlibatan orangtua dalam
pendidikan anak. Artinya, semakin tinggi life context, semakin tinggi pula
keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. Sebaliknya, semakin rendah life
context , semakin rendah pula keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak.
C. Metode Penelitian
Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keterlibatan orangtua
dalam pendidikan anak sebagai variabel tergantung. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah motivational belief, persepsi pada invitation for involvement dan
life context.
Subjek Penelitian
Penelitian ini telah melibatkan 112 orang subjek penelitian, terdiri dari 46
orang ibu maupun 66 orang bapak, memiliki minimal satu orang anak yang masih
bersekolah di kelas VI SD, di mana sekolah tersebut menerapkan MBS dan ada
Komite Sekolah, memiliki status sosial ekonomi yang bervariasi. Sebagian besar
subjek penelitian memiliki tingkat pendidikan formal Sekolah Dasar (SD), dengan
pekerjaan buruh dan pedagang serta pendapatan per bulan kurang dari Rp.
500.000,00. Sebagian besar subjek penelitian mengetahui SD tempat sekolah anak
menggunakan Manajemen Berbasis Sekolah. Sebagian besar subjek penelitian
mengetahui bahwa SD tempat sekolah anak telah membentuk Komite Sekolah.
17
Hanya sebagian kecil subjek penelitian menjadi anggota Komite Sekolah. Sebagian
besar subjek penelitian mengetahui kebijakan Komite Sekolah.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulan data dalam penelitian ini
adalah dengan metode kuesioner untuk mendapatkan jenis data kuantitatif. Alat
pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah kuesioner yang
terdiri atas bagian pernyataan, biodata serta empat buah skala pengukuran.
Skala Keterlibatan Orangtua dalam Pendidikan Anak ini digunakan untuk
mengetahui tingkat keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak dari subjek
penelitian. Skala ini terdiri dari 64 pernyataan favourable. Koefisien Alpha Cronbach
sebesar 0.978 dan koefisien Corrected Item-Total Correlation dari 64 butir aitem
yang shahih tersebut bergerak dari 0.487 – 0.762.
Skala Motivational Belief ini digunakan untuk mengetahui tingkat
motivational belief dari subjek penelitian. Skala ini terdiri dari 23 pernyataan
favourable. Koefisien Alpha Cronbach sebesar 0.937 dan koefisien Corrected Item-
Total Correlation dari 23 butir aitem yang shahih tersebut bergerak dari 0.525 –
0.729.
Skala Persepsi pada Invitation for Involvement ini digunakan untuk
mengetahui tingkat persepsi pada invitation for involvement dari subjek penelitian.
Skala ini terdiri dari 18 pernyataan favourable. Koefisien Alpha Cronbach sebesar
0.916 dan koefisien Corrected Item-Total Correlation dari 18 butir aitem yang shahih
tersebut bergerak dari 0.453 – 0.688.
18
Skala Life Context ini digunakan untuk mengetahui tingkat life context dari
subjek penelitian. Skala ini terdiri dari 15 pernyataan favourable. Koefisien Alpha
Cronbach sebesar 0.926 dan koefisien Corrected Item-Total Correlation dari 15 butir
aitem yang shahih tersebut bergerak dari 0.518 – 0.728.
Metode Analisis Data
Analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan dengan komputer
menggunakan program SPSS 12.0 for Windows. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan teknik Analisis Regresi. Analisis Regresi memperkirakan koefisien
persamaan linear, yang meliputi satu atau lebih variabel bebas yang digunakan
sebagai prediktor dari variabel tergantung (Wahana Komputer, 2004). Teknik ini
digunakan dengan alasan bahwa penelitian ini terdiri atas tiga variabel bebas dan
satu variabel tergantung. Selain itu juga menggunakan teknik korelasi Pearson,
karena penelitian ini bertujuan mencari hubungan antar variabel penelitian.
D. Hasil Penelitian
Analisis data dengan teknik Analisis Regresi diperoleh hasil perhitungan
statistik sebagai berikut:
Tabel 1 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Mayor
Koefisien Koefisien Koefisien Variabel
Tergantung Korelasi Regresi R Square Variabel Bebas R Square Change
(R) (Sumbangan Efektif) Motivational beliefs
0.050 (5%)
Keterlibatan
orangtua dalam pendidikan anak
0.893
0.704
Persepsi pada invitation for involvement
0.013 (1.3%)
Life context
0.642 (64.2%)
19
Berdasarkan hasil analisis tersebut, menunjukkan bahwa ada pengaruh
motivational belief, persepsi pada invitation for involvement dan life context
terhadap keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. Dengan demikian, hipotesis
yang mengungkapkan ada pengaruh motivational belief , persepsi pada invitation
for involvement dan life context terhadap keterlibatan orangtua dalam pendidikan
anak dapat diterima.
Hasil perhitungan statistik dengan bantuan program SPSS 12.0 for Windows
diperoleh informasi sebagai berikut:
Tabel 2 Rangkuman Hasil Uji Hipetesis Minor
Koefisien Koefisien
Variabel Tergantung Variabel Bebas Korelasi Pearson Signifikansi
(r) (p)
Motivational beliefs
0.711
0.000
Keterlibatan orangtua dalam
pendidikan anak Persepsi pada invitation for
involvement 0.744
0.000
Life context
0.801
0.000
Hasil analisa korelasi Pearson tersebut memperlihatkan bahwa:
a) Ada hubungan positif antara motivational belief dengan keterlibatan orangtua
dalam pendidikan anak dapat diterima. Artinya, semakin tinggi motivational belief
, semakin tinggi pula keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak.
b) Ada hubungan positif antara persepsi pada invitation for involvement dengan
keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. Artinya, semakin tinggi persepsi
pada invitation for involvement, semakin tinggi pula keterlibatan orangtua dalam
pendidikan anak.
20
c) Ada hubungan positif antara life context dengan keterlibatan orangtua dalam
pendidikan anak dapat diterima. Artinya, semakin tinggi life context, semakin
tinggi pula keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak.
Selain uji hipotesis dengan teknik Analisis Regresi, Penulis juga melakukan uji
regresi setiap variabel bebas untuk mengetahui variabel mana yang memiliki
pengaruh paling besar terhadap variabel tergantung. Dengan memperhatikan nilai R
Square Change dari Analisis Regresi, seperti terlihat pada Tabel 1, ditemukan
bahwa:
a) Motivational beliefs memberikan sumbangan efektif sebesar 5% terhadap
keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak.
b) Persepsi pada invitation for involvement memberikan sumbangan efektif sebesar
1.3% terhadap keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak.
c) Life context memberikan sumbangan efektif sebesar 64.2% terhadap keterlibatan
orangtua dalam pendidikan anak.
Selain itu, penulis juga melakukan uji regresi setiap aspek pada variabel bebas
untuk mengetahui aspek mana yang memiliki pengaruh paling besar terhadap
variabel tergantung. Hasil perhitungan statistik dengan bantuan program SPSS 12.0
for Windows diperoleh informasi sebagai berikut:
Tabel 3
Rangkuman Hasil Analisis Regresi Variabel Bebas per Aspek
Variabel Aspek Koefisien
R Square Change
(Sumbangan Efektif)
Motivational beliefs Role activity beliefs
0.548
(54.8%)
Valence toward school
0.045 (4.5%)
21
Persepsi pada invitation for involvement Perceptions of specific child invitations 0.513
(51.3%)
Perceptions of general school invitations 0.058 (5.8%)
Life context Self perceived time and energy
0.590 (59%)
Self perceived knowledge and skills 0.060 (6%)
Hasil uji regresi tersebut menunjukkan bahwa:
a) Pada variabel motivational belief, aspek role activity beliefs memberikan
sumbangan efektif sebesar 54.8% dan aspek valence toward school memberikan
sumbangan efektif sebesar 4.5% terhadap keterlibatan orangtua dalam
pendidikan anak.
b) Pada variabel persepsi pada invitation for involvement, menunjukkan bahwa
aspek perceptions of specific child invitations memberikan sumbangan efektif
sebesar 51.3% dan aspek perceptions of general school invitations memberikan
sumbangan efektif sebesar 5.8% terhadap keterlibatan orangtua dalam
pendidikan anak.
c) Pada variabel life context, menunjukkan bahwa aspek self perceived time and
energy memberikan sumbangan efektif sebesar 59% dan aspek self perceived
knowledge and skills memberikan sumbangan efektif sebesar 6% terhadap
keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak.
Selain itu juga dilakukan analisis uji t pada variabel jenis kelamin, tingkat
pendidikan terakhir, pekerjaan dan pendapatan orangtua. Uji t dilakukan pertama,
untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat keterlibatan orangtua ditinjau dari
jenis kelamin, yaitu laki-laki menunjukkan bapak dan perempuan menunjukkan ibu.
Kedua, untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat keterlibatan orangtua
ditinjau dari tingkat pendidikan terakhir orangtua, yaitu pendidikan dasar, menengah,
22
diploma dan pendidikan tinggi. Ketiga, untuk mengetahui apakah ada perbedaan
tingkat keterlibatan orangtua ditinjau dari pekerjaan orangtua. Keempat, untuk
mengetahui apakah ada perbedaan tingkat keterlibatan orangtua ditinjau dari
pendapatan orangtua.
Hasil perhitungan statistik dengan bantuan program SPSS 12.0 for Windows
diperoleh informasi sebagai berikut:
Tabel 4
Rangkuman Hasil Analisis Uji t Perbedaan Keterlibatan Orangtua dalam Pendidikan Anak Ditinjau dari Jenis Kelamin Orangtua
Koefisien
Variabel Tergantung Hasil Uji
t Signifikansi Jenis
Kelamin Mean Rank
(p) Laki-laki
44.52
Keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak
727.000
0.000
Perempuan
73.70
Tabel 5
Rangkuman Hasil Analisis Uji t Perbedaan Keterlibatan Orangtua dalam Pendidikan Anak Ditinjau dari Tingkat Pendidikan Orangtua
Koefisien
Variabel Tergantung Hasil Uji t Signifikansi Tingkat Pendidikan Mean Rank
(p)
Pendidikan Dasar 53.41
Pendidikan Menengah 56.04 Keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak 2.975 0.395
Pendidikan Diploma 77.5
Pendidikan Tinggi 67.19
23
Tabel 6
Rangkuman Hasil Analisis Uji t Perbedaan Keterlibatan Orangtua dalam Pendidikan Anak Ditinjau dari Pekerjaan Orangtua
Koefisien
Variabel Tergantung Hasil Uji t Signifikansi Pekerjaan Mean Rank
(p)
Tidak bekerja 71.36
Karyawan 37.88
Buruh 49.71
Sopir 43
Pedagang 54.22 Keterlinatan orangtua dalam
pendidikan anak 16.447
0.088
Petani 26
PNS (non Guru atau Dosen) 67
Guru 73.36
Dosen 95
Wiraswasta 62.45
lain-lain 16.5
Tabel 7
Rangkuman Hasil Analisis Uji t Perbedaan Keterlibatan Orangtua dalam Pendidikan Anak Ditinjau dari Pendapatan Orangtua
Koefisien
Variabel Tergantung Hasil Uji t Signifikansi Pendapatan Mean Rank
(p)
kurang dari Rp.500.000 54.52 Rp.500.100-Rp.1.000.000 56.15
Keterlinatan orangtua dalam pendidikan anak 3.933 0.559 Rp.1.000.100-Rp.3.000.000 68.31
Rp.3.000.100-Rp.5.000.000 55.67
Rp.5.000.100-Rp.7.000.000 28.5
lebih dari Rp.7.000.000 65.5
24
Tabel 4, 5, 6, dan 7 menunjukkan bahwa:
a) Ada perbedaan keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak ditinjau dari
jenis kelamin orangtua. Perempuan (ibu) memiliki tingkat keterlibatan paling
tinggi dibandingkan laki-laki (bapak) dengan nilai Mean Rank sebesar 73.70 .
b) Tidak ada perbedaan keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak ditinjau
dari tingkat pendidikan terakhir orangtua.
c) Tidak ada perbedaan keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak ditinjau
dari pekerjaan orangtua.
d) Tidak ada perbedaan keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak ditinjau
dari pendapatan orangtua.
D. Pembahasan
Tujuan penelitian ini yang mencoba menjawab permasalahan penelitian yaitu
apakah ada pengaruh motivational belief, persepsi pada invitation for involvement
dan life context terhadap keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak, mendapat
dukungan empiris sepenuhnya dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa
tinggi rendahnya keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak dapat diprediksikan
dari motivational belief, persepsi pada invitation for involvement dan life context.
Tingginya tingkat keterlibatan orangtua akan dipengaruhi oleh tingginya motivational
belief, persepsi pada invitation for involvement dan life context, sebaliknya
rendahnya tingkat motivational belief, persepsi pada invitation for involvement dan
25
life context akan mempengaruhi rendahnya keterlibatan orangtua dalam pendidikan
anak.
Berkaitan dengan hasil penelitian ini, dapat dipahami bahwa ketersediaan
kesempatan yang dimiliki orangtua untuk dapat terlibat, kondisi yang terkait dengan
peran orangtua dan pengalaman orangtua saat sekolah dahulu akan berimplikasi
terhadap keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. Selain itu, persepsi orangtua
terhadap beberapa permintaan, kesempatan dan kondisi yang menghendaki
keaktifan serta sambutan dari orangtua untuk terlibat dalam pendidikan anak, baik
dari sekolah maupun anak itu sendiri akan berimplikasi juga terhadap keterlibatan
orangtua dalam pendidikan anak.
Kondisi yang mendorong agar orangtua lebih aktif terlibat untuk berperan
dalam usaha peningkatan mutu dan kualitas pendidikan serta keberhasilan
pendidikan anak memerlukan adanya motivational belief. Berdasarkan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara motivational belief
dengan keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. Selain itu, motivational belief
memberikan sumbangan efektif sebesar 5% pada keterlibatan oran tua dalam
pendidikan anak.
Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa subjek penelitian secara umum
memiliki tingkat motivational belief pada interval tinggi hingga sangat tinggi dalam
pendidikan anak. Hal ini didukung dengan tinjauan teori yang dilakukan Hoover-
Dempsey, dkk (2005) menyebutkan bahwa motivational belief merupakan faktor
yang mendorong orangtua untuk terlibat dalam pendidikan anak. Motivational belief
dapat dilihat dari peran orangtua, pengalaman orangtua saat sekolah dahulu dan
26
keyakinan orangtua untuk melakukan yang terbaik sehingga anaknya berhasil di
sekolah. Terkait dengan peran orangtua, penelitian sebelumnya melaporkan bahwa
role construction sebagai role activity beliefs memberikan sumbangan dukungan
yang kuat pada pentingnya keputusan orangtua untuk terlibat dalam pendidikan
anak. Drummond dan Stipek (Hoover-Dempsey, dkk, 2005) melakukan penelitian
tentang orangtua siswa Sekolah Dasar di African American, Caucasian dan Latino.
Hasil penelitian mengemukakan bahwa konstruksi peran mendorong orangtua untuk
terlibat dalam pendidikan anak.
Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan Hoover-Dempsey, dkk
(1992) diperlukan adanya keyakinan bahwa orangtua mampu untuk terlibat. Hasil
penelitian tersebut mengungkapkan bahwa adanya hubungan positif antara parent
efficacy dengan keterlibatan orangtua. Penelitian Bandura, dkk (Hoover-Dempsey,
dkk, 2005) melaporkan bahwa orangtua yang memiliki efficacy atau keyakian
mampu berbuat sesuatu yang kuat, maka orangtua tersebut dapat mengatur dan
mendukung perkembangan akademik yang terkait dengan prestasi anak. Namun,
hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan dengan penelitian tersebut, karena
dalam penelitian ini ternyata hanya aspek role activity beliefs dan valence toward
school saja yang mempunyai pengaruh paling besar dan dapat berfungsi sebagai
prediktor bagi keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak.
Berkaitan dengan iklim atau kondisi, baik di sekolah maupun di rumah yang
benar-benar memberikan kesempatan bagi setiap orangtua untuk terlibat dalam
pendidikan anak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif
antara persepsi pada invitation for involvement dengan keterlibatan orangtua dalam
27
pendidikan anak. Selain itu, persepsi orangtua pada invitation for involvement
memberikan sumbangan efektif sebesar 1.3% pada keterlibatan orangtua dalam
pendidikan anak.
Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa subjek penelitian secara umum
memiliki tingkat persepsi pada invitation for involvement pada interval sedang hingga
tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang dikemukanan oleh Hoover-
Dempsey dan Sandler (2005) bahwa persepsi pada invitation for involvement
merupakan persepsi orangtua terhadap beberapa permintaan, kesempatan serta
kondisi yang menghendaki keaktifan dan sambutan dari orangtua untuk terlibat
dalam pendidikan anak, baik dari sekolah maupun anak itu sendiri akan memberikan
pengaruh terhadap keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak.
Namun, hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan dengan apa yang
dikemukakan Epstein, dkk (Hoover-Dempsey, dkk, 2005) bahwa sikap guru tentang
orangtua dan permintaan guru untuk terlibat memainkan peran yang signifikan pada
keputusan orangtua untuk terlibat, karena dalam penelitian ini ternyata hanya aspek
perceptions of specific child invitations dan perceptions of general school invitations
yang mempunyai pengaruh paling besar dan dapat berfungsi sebagai prediktor bagi
keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. Hal ini berarti permintaan guru belum
dapat menjadi prediktor bagi keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak.
Berkaitan dengan perceptions of general school invitations, Dauber and
Epstein (Hoover-Dempsey, dkk, 2005) melaporkan bahwa permintaan guru pada
orangtua siswa sekolah dasar dan menengah untuk terlibat pada program sekolah
memberikan dorongan pada orangtua untuk terlibat. Dimana prediktor yang kuat
28
terletak pada keterlibatan berbasis rumah dan sekolah. Hal ini juga sejalan dengan
hasil orientasi kancah penelitian yang menunjukkan bahwa dari ketiga sekolah ada
pertemuan antara Komite Sekolah, orangtua siswa dan sekolah yang dilakukan guna
membahas hal-hal terkait dengan siswa, proses belajar serta kegiatan yang
diadakan sekolah. Selain itu, dengan adanya kerjasama antara orangtua dan
sekolah ini, menjadikan siswa dari tiga SD tersebut memperoleh berbagi macam
prestasi baik di tingkat kecamatan, kabupaten maupun daerah.
Selain itu, untuk menjadikan orangtua terlibat dalam pendidikan anak,
diperlukan adanya kesempatan orangtua, dilihat dari ketersediaan waktu, energi,
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki orangtua menjadi terlibat. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara life context dengan
keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. Selain itu, life context orangtua
memberikan sumbangan efektif sebesar 64.2% terhadap keterlibatan orangtua
dalam pendidikan anak. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa subjek
penelitian secara umum memiliki tingkat life context pada interval sedang hingga
tinggi. Menurut Hoover-Dempsey, dkk (2005) life context orangtua merupakan faktor
yang terkait dengan kemungkinan orangtua memutuskan untuk terlibat dilihat dari
ketersediaan kesempatan akan waktu, energi, pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki orangtua untuk dapat terlibat dalam pendidikan anak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua aspek life context, yaitu self
perceived time and energy dan self perceived knowledge and skills mempunyai
pengaruh dan dapat berfungsi sebagai prediktor bagi keterlibatan orangtua dalam
pendidikan anak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kay,
29
dkk (Hoover-Dempsey, dkk 2005) yang menujukkan bahwa keterlibatan orangtua
akan menurun sebanding dengan ketidaktersediaannya pengetahuan orangtua
untuk dapat membantu tugas sekolah anak yang semakin komplek, waktu yang
tersedia dan harapan orangtua pada sekolah anak. Selain itu, Lareau (Hoover-
Dempsey, dkk, 2005) mengungkapkan bahwa persepsi orangtua terhadap
ketersediaan waktu dan energi berhubungan dengan tanggung-jawab keluarga
(orangtua), selain itu juga berhubungan dengan usaha orangtua untuk memikirkan
keterlibatan dalam pendidikan anak.
Berdasarkan uraian tersebut, telah menguatkan dugaan penulis bahwa,
seperti terlihat pada Gambar 2, motivational belief, persepsi pada invitation for
involvement dan life context dapat mempengaruhi keterlibatan orangtua dalam
pendidikan anak. Ditinjau dari motvational belief orangtua, pengaruh tersebut terjadi
melalui pemahaman orangtua akan tanggung jawab terhadap keberhasilan
pendidikan anak dan keharusan untuk mendukung proses belajar dan keberhasilan
di sekolah (role activity beliefs) serta pengalaman orangtua saat sekolah dahulu
yang menjadi harapan orangtua tentang tanggung jawab pendidikan anak (valence
toward school).
Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan dengan teori maupun hasil
temuan penelitian sebelumnya. Aspek parental self efficacy for helping the child
succeed in school dalam penelitian ini, tidak dapat berfungsi sebagai prediktor bagi
keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. Hal ini terjadi karena ternyata 64.2%
keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak dipengaruhi oleh life context orangtua,
sedangkan motivational belief hanya memberikan pengaruh sebesar 5%. Berkaitan
30
dengan efficacy yang dimiliki orangtua, Patmonodewo (2003) mengungkapkan
bahwa tidak mudah bagi orangtua untuk mempertahankan keyakinan dan mampu
merencanakan keterlibatan dalam pendidikan anak. Waktu dan tenaga yang dimiliki
orangtua menjadi faktor penentu keputusan orangtua untuk terlibat. Orangtua pada
umunnya telah tersita waktunya untuk bekerja di luar rumah atau mencari nafkah.
Ketika waktu yang dimiliki orangtua telah tersita banyak untuk bekerja, maka akan
muncul keterbatasan orangtua melakukan aktivitas keterlibatan.
Ditinjau dari persepsi pada invitation for involvement, pengaruh tersebut
terjadi melalui persepsi terhadap permintaan khusus dari anak dan iklim sekolah
yang mendukung orangtua untuk terlibat. Persepsi terhadap permintaan dari anak
berupa keaktifan menanggapi kebutuhan anak serta mendukung keberhasilan
pendidikan anak (perceptions of specific child invitations). Persepsi terhadap iklim
sekolah, prinsip sekolah yang memberikan peran kritis orangtua serta pemeliharaan
keterbukaan iklim sekolah tersebut akan memberikan dasar yang kuat untuk terlibat
(perceptions of general school invitations).
Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan dengan teori maupun hasil
temuan penelitian sebelumnya. Aspek perceptions of specific teacher invitations
dalam penelitian ini, tidak dapat berfungsi sebagai prediktor bagi keterlibatan
orangtua dalam pendidikan anak. Hal ini terjadi karena ternyata 64.2% keterlibatan
orangtua dalam pendidikan anak dipengaruhi oleh life context, sedangkan persepsi
pada invitation for involvement hanya memberikan pengaruh sebesar 1.3%.
Berkaitan dengan persepsi orangtua terhadap permintaan dari guru, Herlina (2007)
mengungkapkan bahwa ada kalanya guru terkesan membatasi tugasnya hanya
31
sekedar mengajar dan menghasilkan anak didik yang berprestasi serta jarang sekali
merasa perlu peduli terhadap latar belakang kehidupan siswa di rumahnya. Hal ini
mengakibatkan kurangnya komunikasi antara guru dan orangtua siswa.
Ditinjau dari life context, pengaruh tersebut terjadi melalui keterampilan,
pengetahuan orangtua yang akan membantu dalam setiap aktivitas keterlibatan (self
perceived knowledge and skills) dan waktu serta tenaga yang dimiliki berdasarkan
tuntutan aktivitas rutin orangtua (self perceived time and energy).
Gambar 2. Proses Pencapaian Keterlibatan Orangtua dalam Pendidikan Anak Ditinjau dari Motivational belief, Persepsi pada invitation for involvement dan Life Context Orangtua
Role activity beliefs
Self perceived knowledge and skills
Perceptions of general
school invitations
Perceptions of specific
child invitations
Self perceived time and energy
Valence toward school
Pemahaman orangtua
akan tanggung
jawab terhadap
keberhasilan pendidikan anak dan
keharusan untuk
mendukung proses
belajar dan keberhasilan di sekolah
Pengalaman orangtua
saat sekolah dahulu yang
menjadi harapan orangtua tentang
tanggung jawab
pendidikan anak
Persepsi terhadap
permintaan khusus dari anak untuk terlibat, aktif menanggapi kebutuhan anak serta mendukung keberhasilan pendidikan
anak
Persepsi terhadap iklim sekolah yang memberikan dasar yang kuat untuk
terlibat, prinsip sekolah yang memberikan peran kritis
orangtua serta pemeliharaan keterbukaan iklim sekolah
tersebut
Keterampilan dan
pengetahuan orangtua yang
akan membantu
dalam setiap aktivitas
keterlibatan
Waktu dan tenaga yang
dimiliki berdasarkan
tuntutan aktivitas
rutin orangtua
Motvational belief
Persepsi pada invitation for involvement
Life context
Keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak
32
Berdasarkan analisis tambahan, menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat
keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak ditinjau dari jenis kelamin subjek
penelitian. Dimana yang paling tinggi tingkat keterlibatannya adalah perempuan
(ibu). Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Matlin (Santrock, 2002) bahwa
sifat keibuan diasosiasikan dengan beberapa citra positif, seperti hangat, tidak
mementingkan diri sendiri, tekun pada tugas dan toleran. Peran sebagai seorang
ibu, menurut Hoffnung (Santrock, 2002) akan membawa keunggulan sekaligus
keterbatasan selain memberikan pengalaman yang bermakna bagi ibu. Oleh karena
itu, menurut Biller (Santrock, 2002) perlu adanya kerjasama, saling menghargai,
saling membantu antara bapak dan ibu dalam menjalankan peran sebagi orangtua.
Dengan demikian ada proses pembagian tanggungjawab dalam keterlibatan
orangtua dalam pendidikan anak.
Ditinjau dari tingkat pendidikan terakhir, ternyata tidak ada perbedaan tingkat
keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak ditinjau dari tingkat pendidikan terakhir.
Ditinjau dari pekerjaan, ternyata tidak ada perbedaan tingkat keterlibatan orangtua
dalam pendidikan anak ditinjau dari pekerjaan orangtua. Demikian pula ketika
ditinjau dari pendapatan, ternyata tidak ada perbedaan tingkat keterlibatan orangtua
dalam pendidikan anak ditinjau dari pendapatan orangtua.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
Griffith, 1998, Grolnick et al., 1997, Lareau 1987, Sheldon, 2002 (Hoover-Dempsey,
dkk 2005). Hasil penelitian tersebut menemukan adanya perbedaan keterlibatan
orangtua yang signifikan ditinjau dari Status Sosial Ekonomi (SSE) yang terdiri atas
pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan
33
tidak adanya perbedaan keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak ditinjau dari
SSE. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Grolnick et al., 1997 dan
Simon, 2004 (Hoover-Dempsey, dkk 2005) yang menunjukkan bahwa SSE tidak
secara konsisten berpengaruh terhadap keterlibatan orangtua dalam pendidikan
anak.
Secara keseluruhan, ada beberapa keterbatasan pada penelitian ini yang patut
dikemukanan di sini agar penelitian yang akan datang mengahasilkan informasi
yang lebih kaya dan akurat. Pertama, adanya beberapa aitem pernyataan dalam
penelitian ini yang masih perlu diperbaiki. Aitem pernyataan tersebut adalah aitem
yang berkaitan dengan aktivitas orangtua dalam membantu pekerjaan rumah anak.
Perbaikan dimaksudkan agar dapat mengukur indikator perilaku lebih akurat sesuai
dengan aspek yang dimaksudkan.
Kedua, penelitian ini telah melibatkan 112 orang subjek penelitian, terdiri dari
46 orang ibu maupun 66 orang bapak, memiliki minimal satu orang anak yang masih
bersekolah di kelas VI SD, di mana sekolah tersebut menerapkan MBS dan ada
Komite Sekolah, memiliki status sosial ekonomi yang bervariasi. Proses
pengambilan subjek pada penelitian mendatang hendaknya dilakukan secara acak
dengan memberikan kesempatan semua orangtua yang memiliki anak usia SD di
seluruh Kabupaten Purbalingga, bahkan kalau dimungkinkan seluruh wilayah
Indonesia, untuk berpartisipasi menjadi subjek penelitian sehingga generalisasi hasil
penelitian lebih luas.
Ketiga, penulis telah berusaha agar pengambilan data dapat dilakukan
langsung. Namun, karena pertimbangan waktu dan kondisi sekolah tidak
34
memungkinkan, maka proses pengambilan data 112 subjek penelitian dari tiga SD,
hanya satu SD yang bisa dilakukan dengan cara bertemu langsung antara penulis
dengan subjek penelitian, dua SD hanya bisa dilakukan dengan menitipkan kepada
anak (siswa) dari subjek penelitian. Proses pengambilan data pada penelitian
mendatang hendaknya dilakukan secara langsung bertemu dengan subjek penelitian
sehingga data akan lebih akurat.
Keempat, adanya perbedaan keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak
antara ibu dan bapak, kemungkinan berkaitan dengan masih dominannya peran dan
tanggungjawab ibu dalam keterlibatan. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan Matlin (Santrock, 2002) bahwa sifat keibuan diasosiasikan dengan
beberapa citra positif, seperti hangat, tidak mementingkan diri sendiri, tekun pada
tugas dan toleran. Menurut Hoffnung (Santrock, 2002) peran sebagai seorang ibu
akan membawa keunggulan sekaligus keterbatasan selain memberikan pengalaman
yang bermakna bagi ibu). Keterbatasan tersebut, menurut Biller (Santrock, 2002)
dapat diatasi dengan adanya kerjasama, saling menghargai, saling membantu
antara bapak dan ibu dalam menjalankan peran dan tanggungjawab sebagi
orangtua. Dengan demikian ada proses pembagian peran dan tanggungjawab dalam
keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. Proses pengambilan subjek pada
penelitian mendatang hendaknya dilakukan dengan memberikan kesempatan satu
pasang orangtua (bapak dan ibu) yang memiliki anak usia SD untuk berpartisipasi
menjadi subjek penelitian.
Kelima, tidak adanya perbedaan keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak
ditinjau dari SSE, kemungkinan karena dalam penelitian ini belum secara jelas
35
menetapkan pendapatan tersebut merupakan pendapatan bapak, pendapatan ibu
atau gabungan dari bapak dan ibu. Penelitian mendatang hendaknya menggunakan
pendekatan yang berbeda dengan penelitian ini yang belum menggunakan patokan
tertentu.
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa:
1. Ada pengaruh yang signifikan dari motivational belief, persepsi pada invitation for
involvement dan life context terhadap keterlibatan orangtua dalam pendidikan
anak.
2. Ada hubungan positif antara motivational belief dengan keterlibatan orangtua
dalam pendidikan anak.
3. Ada hubungan positif antara persepsi pada invitation for involvement dengan
keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak.
4. Ada hubungan positif antara life context dengan keterlibatan orangtua dalam
pendidikan anak.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil, penelitian ini
memberikan pandangan tentang bentuk dan mekanisme keterlibatan orangtua
dalam pendidikan anak. Pemilihan bentuk dan mekanisme keterlibatan tersebut
ditinjau dari motivational belief, dipengaruhi oleh pemahaman orangtua akan
tanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan anak, keharusan untuk
mendukung proses belajar dan keberhasilan di sekolah serta pengalaman orangtua
saat sekolah dahulu yang menjadi harapan orangtua tentang tanggung jawab
pendidikan anak.
36
Ditinjau dari persepsi pada invitation for involvement, pemilihan bentuk dan
mekanisme keterlibatan dipengaruhi oleh persepsi terhadap permintaan khusus dari
anak untuk terlibat, aktif menanggapi kebutuhan anak serta mendukung
keberhasilan pendidikan anak serta persepsi terhadap iklim sekolah yang
memberikan dasar yang kuat untuk terlibat, prinsip sekolah yang memberikan peran
kritis orangtua, pemeliharaan keterbukaan iklim sekolah tersebut. Ditinjau dari life
context, dipengaruhi oleh keterampilan dan pengetahuan orangtua yang akan
membantu dalam setiap aktivitas keterlibatan serta waktu dan tenaga yang dimiliki
berdasarkan tuntutan aktivitas rutin orangtua
Berdasarkan analisis tambahan, menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat
keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak ditinjau dari jenis kelamin subjek
penelitian. Perempuan (ibu) memiliki tingkat keterlibatan yang paling tinggi. Hal ini
berkaitan dengan masih dominannya peran dan tanggungjawab ibu dalam
keterlibatan.
F. Saran
1. Orangtua
Bagi orangtua khususnya bapak disarankan untuk meningkatkan keterlibatan
dalam pendidikana anak. Orangtua harus bekerjasama, saling menghargai, saling
membantu antara bapak dan ibu dalam menjalankan peran sebagi orangtua.
Dengan demikian ada proses pembagian peran dan tanggungjawab akan
keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. Perlunya meningkatan dan
mempertahankan keyakinan serta kemampuan perencanan keterlibatan guna
37
keberhasilan anak di sekolah. Bersinergi dengan guru dan sekolah, akan semakin
meningkatkan keterlibatan orang dalam pendidikan anak. Selain itu perlunya
peningkatan keterampilan, pengetahuan orangtua yang akan membantu dalam
setiap aktivitas keterlibatan serta tersedianya waktu dan tenaga yang dimiliki
berdasarkan tuntutan aktivitas rutin orangtua.
2. Guru dan Sekolah
Untuk guru dan sekolah, penulis menyarankan agar terus membangun
hubungan dan komunikasi dengan orangtua dan masyarakat. Menciptakan iklim dan
kondisi yang memberikan kesempatan bagi orangtua untuk terlibat dalam pendidikan
anak (siswa) guna membahas hal-hal terkait dengan siswa, sekolah, proses belajar
serta kegiatan yang diadakan sekolah.
3. Penelitian Selanjutnya
Proses adaptasi dan modifikasi alat ukur harus diperhatikan sesuai dengan
kontek budaya di Indonsia dan perlunya ketajaman penggunaan kalimat dalam
setiap aitem pernyataan. Pengambilan subjek pada penelitian yang dilakukan secara
acak dengan memberikan kesempatan semua orangtua yang memiliki anak usia SD.
Proses pengambilan subjek pada penelitian mendatang hendaknya dilakukan
dengan memberikan kesempatan satu pasang orangtua (yaitu bapak dan ibu) yang
memiliki anak usia SD untuk berpartisipasi menjadi subjek penelitian. Proses
pengambilan data pada penelitian mendatang hendaknya dilakukan secara langsung
bertemu dengan subjek penelitian sehingga data akan lebih akurat. Penelitian
mendatang hendaknya menggunakan pendekatan pada SSE yang berbeda dengan
penelitian ini yang belum menggunakan patokan tertentu.
38
DAFTAR PUSTAKA Aslami, M. R. 2003. Pilih Ibu Jepang Atau Ibu Amerika?.
http://www.banjarmasinpost.co.id 31/12/05 Children’s Aid Society. 2003. Fact Sheet on Parent Involvement in Children’s
Education. http://www.childrensaidsociety.org/TA. 24/12/05 Cotton, Kathleen & Wikelund, K.R. 2001. Parent Involvement in Education. School
Improvement Research Series. United States: Northwest Regional Educational Laboratory.
Ghozali, Abbas. 2000. Tinjauan Literatur: Effective School Research. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun Ke-5(021). 103-119. Gunaryadi. 2004. Pendidikan Nasional, Globalisasi dan Peranan Keluarga.
http://sekolahindonesia.nl/globalisasi-pendidikan.pdf 15/03/07 Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. Herlina, Lina. 2007 Membangun Komunikasi Orang Tua dan Guru.
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/012007/03/99forumguru.htm 20/02/07
Hoover-Dempsey, K. V., Bassler, O. C., & Brissie, J. S. 1992. Explorations in Parent-School Relations. Journal of Educational Research, 85(5), 287-294. Hoover-Dempsey, K.V., Walker, J.M.T., Sandler, H.M., Wilkins, A.S., Dallaire, J.R.
2005. Parental Involvement: Model Revision through Scale Development. The Elementary School JournaL, 106(2), 85-104.
Hoover-Dempsey, K.V., Walker, J.M.T., Sandler, H.M., Whetsel, D.R., Green, C.L.,
Wilkins, A.S., & Clossen, K. 2005. Why Do Parents Become Involved? Research Findings and Implications. The Elementary School JournaL, 106(2), 105-130.
Hoover-Dempsey, K. V., & Sandler, H. M. 2005. The Social Context of Parental Involvement: A Path to Enhanced Achievement. Final Performance Report for the Office of Educational Research and Improvement (Grant No. R305T010673). Presented to Project Monitor, Institute of Education Sciences. Maret 2005. United States: Department of Education.
39
Michigan Department of Education. 2002. What Recearch Says about parent Involvement in Children’s Education. In Relation to Academic Achievement. http://www.michigan.gov/documents/Final_Parent_Involvement_Fact_Sheet_14732_7.pdf 21/02/07
Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta:
Penerbit Grasindo. Patmonodewo, Soemiarti .2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka
Cipta. Santrock, John W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5, Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga. Satijan. 2004. Peran Aktif Orang Tua Dalam Kegiatan Belajar Anak.
http://tpj.bpkpenabur.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=20&Itemid=27 04/03/07
Slamet P.H. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah.
http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/27/manajemen_berbasis_sekolah.htm. 21/02/07
Wherry, John H..2004. Selected Parent Ivolvement. http://www.parent-institute.com
24/12/05 http://www.antikorupsi.org/docs/crcmpp06.pdf. 09/02/07. Hasil Survey Citizen’s
Report Card Anggaran dan Mutu Pelayanan Sekolah.
40
Identitas Penulis
Nama : Nur Widiasmara
Alamat Rumah : Jl. Gandakusuma No. 17, Gandasuli Rt. 2/2,
Bobotsari, Purbalingga, Jawa Tengah 53353
No. Telepon / HP : (0281) 759023 / 081578877987