Upload
hoangthien
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH PELATIHAN KOGNITIF PERILAKU
DAN PENYULUHAN TENTANG PERILAKU MEROKOK
UNTUK MENGENDALIKAN PERILAKU MEROKOK
Oleh:
RAHMAH FAHRUDIENA
RETNO KUMOLOHADI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2007
i
NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH PELATIHAN KOGNITIF PERILAKU
DAN PENYULUHAN TENTANG PERILAKU MEROKOK
UNTUK MENGENDALIKAN PERILAKU MEROKOK
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing Utama
(RA Retno Kumolohadi, S.Psi., M.Si., Psikolog)
i
PENGARUH PELATIHAN KOGNITIF PERILAKU
DAN PENYULUHAN TENTANG PERILAKU MEROKOK
UNTUK MENGENDALIKAN PERILAKU MEROKOK
Rahmah Fahrudiena
Retno Kumolohadi
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik pengaruh pelatihan kognitif perilaku dan penyuluhan tentang perilaku merokok untuk mengendalikan perilaku merokok. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan perilaku merokok antara kelompok penyuluhan dan kelompok pelatihan setelah perlakuan. Perilaku merokok kelompok pelatihan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok penyuluhan. Perlakuan terdiri dari pelatihan kognitif perilaku dan penyuluhan tentang perilaku merokok. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMU Universitas Islam Indonesia, perokok ringan, berusia 15-18 tahun, kelas X dan XI. Subjek penelitian berjumlah 10 orang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pelatihan dan kelompok penyuluhan. Skala perilaku merokok yang digunakan untuk penelitian ini adalah modifikasi skala perilaku merokok dari Aritonang (1997) dan Komarasari (2000). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS versi 12 for windows. Analisis data yang digunakan menggunakan non parametrik U-Mann Whitney test. Hipotesis diuji dengan analisis u-test gain score, hasil analisis menunjukkan skor z sebesar -1.366 dan skor p sebesar 0.222 (1-tailed), sehingga skor p > 0.05. Hal ini menunjukkan tidak adanya perbedaan perilaku merokok antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah perlakuan, jadi hipotesis penelitian tidak diterima (ditolak). Kata Kunci: Pelatihan Kognitif Perilaku, Penyuluhan tentang Perilaku Merokok,
Perilaku Merokok
i
Pengantar
Indonesia menduduki peringkat keempat jumlah perokok terbanyak di
dunia dengan jumlah sekitar 141 juta orang dengan korban 57 ribu perokok
meninggal setiap tahun dan sekitar 500 ribu menderita berbagai penyakit.
Diperkirakan, konsumsi rokok Indonesia setiap tahun mencapai 199 miliar batang
rokok atau berada di urutan ke-4 setelah RRC (1.679 miliar batang), AS (480 miliar),
Jepang (230 miliar), serta Rusia (230 miliar) (www.republika.co.id).
Aditama (1997) menjelaskan bahwa rokok pada dasarnya merupakan pabrik
bahan kimia. Sekali satu batang dibakar maka ia akan mengeluarkan sekitar 4000
bahan kimia. Secara umum bahan-bahan ini dapat dibagi menjadi dua golongan besar
yaitu komponen gas dan komponen padat atau partikel, komponen padat dibagi
menjadi nikotin dan tar.
Aritonang (Eliza, 2003) mengatakan bahwa merokok adalah perilaku yang
kompleks, karena merupakan hasil interaksi dari aspek kognitif, lingkungan sosial,
kondisi psikologis, conditioning dan keadaan fisiologis. Secara kognitif, para perokok
tidak memperlihatkan keyakinan yang tinggi terhadap bahaya yang di dapat dari
merokok. Bila di tinjau dari aspek sosial, sebagian besar perokok menyatakan bahwa
mereka terpengaruh oleh orang-orang di sekitarnya. Secara psikologis, perilaku
merokok dilakukan untuk relaksasi, mengurangi ketegangan dan melupakan sejenak
masalah yang sedang dihadapi.
Iklan-iklan menggambarkan bahwa rokok, khususnya bagi kaum pria,
melambangkan kejantanan dan sportivitas. Rokok menjadi gaya hidup dari citra diri
i
seseorang yang sehat, sukses dan dinamis. Dalam usahanya memperluas pasar bagi
produknya, perusahaan rokok, bahkan menjadikan remaja sebagai target utama
mereka. Mengingat kebiasaan merokok dimasa remaja akan terbawa terus sampai kita
dewasa. (Hidayati dan Mangoenprasodjo, 2005).
Lasmono dkk (2001) menyebutkan kondisi minimnya informasi mengenai
dampak negatif rokok dibandingkan gencarnya iklan rokok serta kemudahan
memperoleh rokok semakin meningkatkan perilaku merokok di kalangan remaja.
Selain itu, adanya pengaruh tekanan dari kelompok teman sebayanya dengan
mempercayai begitu saja apa yang dikatakan teman-temannya tanpa menguji
kebenarannya, menambah daftar panjang perokok remaja. Keinginan yang kuat untuk
selalu dapat diterima oleh kelompok seringkali justru menjadi tujuan utama yang
mendorong remaja untuk tetap merokok. Untuk itu diperlukan informasi tentang
gangguan atau resiko yang dapat dialami perokok sehingga dapat mengubah persepsi
mereka tentang perilaku merokok dan segala akibatnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 70% perokok di Indonesia mulai
merokok sebelum mereka berusia 19 tahun. Banyaknya perokok pemula di kalangan
anak-anak dan remaja mungkin karena mereka belum memahami bahaya merokok
bagi kesehatan dan dampak adiktif yang ditimbulkan oleh nikotin.
(www.info-sehat.com).
Giordano dan Dusek (Lasmono, 2001) menjelaskan bahwa motivasi seorang
perokok untuk berhenti dari perilaku merokok dapat ditempuh dengan beberapa
i
strategi yaitu memberikan pengetahuan tentang bahaya merokok, memberi
pengetahuan pola psikologis perokok.
Setelah ada motivasi berhenti merokok maka akan memudahkan untuk
memberikan perlakuan untuk mengubah perilaku merokok. Terapi kognitif perilaku
dipilih untuk tritmen penelitian ini, pelaksanaan terapi ini dilingkungan pendidikan
yaitu SMU. Radmacher (1992) menjelaskan bahwa pendekatan terapi kognitif
perilaku fleksibel terhadap penyelesaian masalah, fokusnya pada hal-hal yang terjadi
pada situasi praktis.
Rumusan masalah di atas mendorong keinginan penulis untuk mengetahui
pengaruh terapi kognitif perilaku untuk mengendalikan perilaku merokok pada
remaja serta implementasinya di lingkungan Sekolah Menengah Umum (SMU).
Penelitian Efendi (2004). Penggunaan Cognitive Behavior Therapy untuk
Mengendalikan Kebiasaan Merokok Di kalangan Siswa Melalui Peningkatan
Perceived Self Efficacy berhenti merokok. Hasil penelitian adalah ada pengaruh CBT
pada sumber, indicator self efficacy berhenti merokok pada siswa SLTP. Penelitian
yang kedua berjudul Pengaruh Rational Bibliotherapy terhadap Penurunan Perilaku
Merokok dengan The Transtheoritical Model of Behavior Change sebagai acuan
pengukuran. Penelitian ini dilakukan oleh Lasmono, dkk (2001), penelitian ini
Penelitian menunjukkan ada pengaruh rational bibliotherapy terhadap penurunan
perilaku merokok. Penelitian yang dilakukan oleh Aliza, dkk (2003) berjudul Empati
dan Perilaku Merokok di Tempat Umum. Hasil penelitian menunjukkan ada
i
hubungan negatif antara empati dengan perilaku merokok di tempat umum,
khususnya pada remaja madya dan remaja akhir yang merokok di tempat umum.
Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh pelatihan kognitif perilaku dan penyuluhan tentang
perilaku merokok untuk mengendalikan perilaku merokok di kalangan siswa SMU.
Memberikan pelatihan kognitif perilaku dan penyuluhan tentang perilaku
merokok kepada perokok di kalangan siswa SMU sehingga dapat mengendalikan
perilaku merokok.
Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis yaitu menambah wacana mengenai pelatihan kognitif
perilaku dan penyuluhan tentang perilaku merokok dalam perkembangan ilmu
Psikologi khususnya Psikologi Klinis dan Psikologi Perkembangan.
Manfaat praktis pelatihan kognitif perilaku dan penyuluhan tentang perilaku
merokok diharapkan dapat membantu perokok ringan di kalangan siswa SMU untuk
mengendalikan perilaku meroko dan menambah wawasan khalayak mengenai
manfaat pelatihan kognitif perilaku dan penyuluhan tentang perilaku merokok bagi
perokok.
i
Perilaku Merokok
Perilaku menurut Chaplin (2005) adalah sebarang respon (reaksi, tanggapan,
jawaban, balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme, secara khusus bagian dari
satu kesatuan pola reaksi, satu perbuatan/aktivitas, satu gerak atau kompleks gerak-
gerak. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rngsangan atau
lingkungan (KBBI, 1994).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) Rokok adalah gulungan
tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yang dibungkus (daun ripah, kertas dan
sebagainya). Merokok adalah menghisap rokok. Lasmono dkk (2001) mengartikan
merokok adalah perilaku menghisap ranjangan tembakau yang dibungkus kertas.
Perilaku merokok adalah respon individu yang berupa keinginan, sikap dan
tindakan langsung individu untuk mengkonsumsi rokok.
Pelatihan Kognitif Perilaku
Pelatihan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) berarti proses, cara,
perbuatan melatih; kegiatan atau pekerjaan melatih.
Kognitif adalah berhubungan dengan atau melibatkan kognisi, berdasar
kepada pengetahuan faktual yang empiris. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi
individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2002).
Pada penelitian ini materi yang terdapat dalam pelatihan kognitif perilaku
mengacu pada elemen-elemen terapi kognitif perilaku dari Radmacher (1992).
i
Penyuluhan Tentang Perilaku Merokok
Penyuluhan menurut kamus besar bahasa indonesia (2002) merupakan proses,
cara, perbuatan menyuluh.
Penyuluhan tentang perilaku merokok diberikan pada siswa dengan muatan
materi yaitu : pengenalan bahaya rokok, faktor-faktor penyebab merokok, tipe-tipe
perokok, mitos tentang rokok, keuntungan berhenti merokok, cara-cara berhenti
merokok. Penyuluhan tentang perilaku merokok diberikan pada siswa dengan muatan
materi yaitu : pengenalan bahaya rokok, faktor-faktor penyebab merokok, tipe-tipe
perokok, mitos tentang rokok, keuntungan berhenti merokok, cara-cara berhenti
merokok. Penyuluhan ini bertujuan agar siswa mampu memetakan masalah perilaku
merokok secara terperinci, memberikan informasi yang benar terkait dengan rokok
dari sisi kesehatan, menyanggah keyakinan umum yang salah tentang perilaku
merokok, dan terakhir memberikan saran-saran praktis untuk berhenti merokok.
Hipotesis
Ada perbedaan perilaku merokok antara kelompok penyuluhan dan kelompok
pelatihan setelah perlakuan. Perilaku merokok kelompok pelatihan lebih rendah
dibandingkan kelompok penyuluhan.
i
Metode Penelitian
Identifikasi Variabel
- Variabel tergantung : Terapi Kognitif Perilaku
- Variabel bebas : a. Pelatihan Kognitif Perilaku
b. Penyuluhan Tentang Perilaku Merokok
- Variabel kontrol : Tahap perubahan perilaku
Subjek Penelitian
Kriteria subjek dipilih dengan matching subject design untuk menegaskan
pengaruh terapi kognitif perilaku terhadap penurunan perilaku merokok, artinya
penurunan perilaku merokok memang didasari oleh perlakuan bukan perbedaan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Subjek berjumlah 10 orang terdiri dari
lima siswa di kelompok eksperimen dan lima siswa di kelompok kontol. Kriteria
subjek sebagai berikut :
1. Perokok ringan
2. Remaja berusia 16-18 tahun.
3. Siswa SMU di jogjakarta
4. Bersedia menandatangani surat pernyataan berpartisipasi.
i
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu
kuantitatif dan kualitatif .
1. Skala Perilaku Merokok
2. Skala Tahap Perubahan Perilaku
3. Wawancara
4. Questionnaire Peserta Pelatihan
Rancangan Eksperimen
Rancangan eksperimen menggunakan treatment by subject designs, Hadi
(2004) menjelaskan bahwa dalam treatment by subject design beberapa jenis atau
variasi treatment diberikan kepada sekelompok subjek yang sama, jadi satu grup yang
sama pada suatu ketika dijadikan grup eksperimen, pada saat lain dijadikan grup
kontrol.
Hasil penelitian
Subjek penelitian berjumlah 10 orang yang memiliki klasifikasi siswa SMU UII
Yogyakarta yang mencakup kelas XA, XB, XI IA dan XI IS. Keseluruhan subyek
berjenis kelamin laki-laki, perokok ringan yang mengkonsumsi rata-rata rokok 1-10
batang/hari, yang memiliki keinginan untuk merubah perilaku merokoknya
ditentukan oleh modifikasi skala tahap perubahan perilaku dari Karyani (2000)
minimal pada tahap ke dua. Pemilihan subjek berdasarkan rekomendasi guru yang
i
lebih mengetahui perilaku merokok yang ada dilingkungan sekolah serta siswa yang
sering terlihat mengkonsumsi rokok sehingga lebih mudah melakukan pendekatan
secara personal.
Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian Deskripsi Subjek Penelitian No. Faktor Kategori frekuensi Persentase (%) 1. Usia a. 15 tahun
b.16 tahun c. 18 tahun
4 4 2
40 40 20
2. Kelas a. X A b. X B c. XI IA d. XI IS
2 4 1 3
20 40 10 30
Gambaran data hasil penelitian secara umum dapat dilihat pada tabel deskripsi
hasil penelitian dibawah ini
Tabel 2 Deskripsi Data Gain score Kelompok Kontrol-Kelompok Eksperimen
Skor yang diperoleh Skor yang dimungkinkan
(Empirik) (Hipotetik)
Variabel
Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Perilaku Merokok 45 105 70.6 19.642 32 128 80 16
Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti menggolongkan subjek kedalam
lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Berikut
ini kategori pre test dan post test.
i
Tabel 3 Kriteria kategorisasi Skala Perilaku Merokok Pre test Kelompok Penyuluhan dan Kelompok Pelatihan
Kategori Skor Jml KK
(%) Jml KE (%)
Sangat rendah X < 51.2 1 20% 2 40% rendah 51.2 = X = 70.4 1 20% - - Sedang 70.4 < X = 89.6 2 40% 3 60% tinggi 89.6 < X = 108.8 1 20% - - Sangat tinggi 108.8 < X - - - -
Tabel 4 Kriteria Kategorisasi Skala Perilaku Merokok Post test Kelompok Penyuluhan dan Kelompok Pelatihan
Kategori Skor Jml KK (%) Jml KE (%) Sangat rendah X < 51.2 1 20% 1 20% rendah 51.2 = X = 70.4 1 20% 1 20% Sedang 70.4 < X = 89.6 2 40% 3 60% tinggi 89.6 < X = 108.8 1 20% - - Sangat tinggi 108.8 < X - - - -
Dari kedua kategorisasi ini diperoleh hasil subyek penelitian mempunyai
tingkat perilaku merokok sedang.
Peneliti juga menggunakan metode kuesioner setelah terapi dan wawancara sebagai
pelengkap data. Hasil analisisnya sebagai berikut :
1. Hasil Kuesioner Terkait Pelatihan
Kuesioner dengan format isian digunakan peneliti sebagai pelengkap data
penelitian, untuk mngetahui feed back keseluruhan terkait pada terapi kognitif
perilaku. Berikut hasil kuesioner masing-masing subyek yang berjumlah 5 orang
(kelompok eksperimen). Subjek mengatakan bahwa kurang adanya kontrol dalam
penelitian ini. Namun subyek merasa perlu dilakuakan terapi kognitif perilaku
dimasa mendatang dengan cara yang lebih baik. Subyek memberikan skor 8-9
(baik) pada terapi ini.
i
Secara keseluruhan dari lima subjek pada kelompok eksperimen menyatakan
tidak ada perbedaan yang berarti sebelum dan sesudah terapi. Dari segi materi
terapi ini sedikit memberikan gambaran dan pengetahuan tentang perilaku
merokok dari beberapa aspek, dapat menenagkan pikiran. Kekurangan dari terapi
ini diungkapkan subyek yaitu dari segi materi yang membuat bosan, kurang
adanya kontrol, tempat yang kurang memadai, konsumsi, dam pemberian reward
pada siswa. Saran bagi terapi kognitif perilaku antara lain : materi lebih singkat,
lebih sering dilakukan agar dapat berhenti merokok, lebih luas ke masyarakat.
2. Hasil Wawancara Terkait Faktor-Faktor Perilaku Merokok
Secara garis besar perilaku merokok dipengaruhi oleh 2 faktor yakni internal dan
eksternal. Dari faktor internal mengindikasikan bahwa merokok bermula dari
rasa ingin tahu, rasa malu pada lingkungan jika subyek tidak merokok, kemudian
subyek memilih merokok sebagai bagian dari aktivitasnya. Para subyek memulai
aktivitas merokok pada masa SMP dan SMU.
Kesan yang diperoleh subyek tentang perokok seolah berbanding terbalik dengan
informasi yang mereka ketahui tentang peilaku merokok ini. Sebagian besar
subyek beranggapan bahwa merokok membuat diri terlihat lebih gentle, percaya
diri, dewasa, gaul sehingga dengan kesan seperti diatas subyek akan lebih
diterima secara sosial. Dari kesan yang mereka ungkapakan, terdapat kontradiksi
dengan pengetahuannya akan rokok, Keseluruhan subyek tahu bahwa merokok
dapat mengakibatkan pada gangguan kesehatan tetapi hal-itu seolah dinafikkan
i
karena alas an pergaulan, maupun kesulitan merubah perilaku baik terutama
berhenti merokok.
Faktor lingkungan yakni keluarga, teman sebaya sangat mempengaruhi keinginan
subyek untuk merokok. Pada dasarnya subyek penelitian termasuk dalam kategori
perokok ringan, menurut jumlah rokok yang dihisap berkisar 1-10 batang. Subyek
penelitian sudah mengetahui hal-hal yang harus dimiliki jika ingin mengendalikan
perilaku merokok. Keseluruhan subyek juga sudah mempunyai keinginan untuk
mengendalikan perilakunya, namun pada kenyataannya hal ini tidak mudah
dilakukan karena pengaruh teman
Uji Hipotesis
Hipotesis berbunyi ada perbedaan perilaku merokok antara kelompok
penyuluhan dan kelompok pelatihan setelah perlakuan. Perilaku merokok kelompok
pelatihan lebih rendah dibandingkan kelompok penyuluhan.
Hipotesis diuji dengan menggunkan analisis U Mann Whitney-test gain score.
Dari hasil analisis diperoleh skor Z = -1.366 dan skor p sebesar 0.222 (1-tailed).
Sehingga skor p > 0.05. Hal ini menunjukkan tidak adanya pengaruh perlakuan
terhadap perilaku merokok. Maka hipotesis yang berbunyi Ada perbedaan perilaku
merokok antara kelompok penyuluhan dan kelompok pelatihan setelah perlakuan.
Perilaku merokok kelompok pelatihan lebih rendah dibandingkan kelompok
penyuluhan tidak diterima (ditolak).
i
Pembahasan
Hasil analisis diatas menjelaskan bahwa pelatihan kognitif perilaku
memberikan hasil yang tidak signifikan terhadap pengendalian perilaku merokok
dikalangan siswa SMU kelompok pelatihan dibandingkan dengan kelompok
penyuluhan. Tidak adanya pengaruh seperti diuraikan dalam hipotesis yang berbunyi
Ada perbedaan perilaku merokok antara kelompok penyuluhan dan kelompok
pelatihan setelah perlakuan. Perilaku merokok kelompok pelatihan lebih rendah
dibandingkan kelompok penyuluhan tidak diterima (ditolak).
Faktor-faktor internal dan eksternal subjek yang mempengaruhi perilaku
merokoknya. Hal ini banyak dikemukan melalui wawancara, keseluruhan subjek
mempunyai keinginan untuk merubah perilaku merokoknya, dan sudah mengetahui
pilihan langkah konkret yang diambil untuk mencapai tujuan tersebut, namun subjek
mengungkapkan bahwa hal itu dalam konteks pribadi, ketika subjek sudah
berhadapan dengan lingkungan sosial keinginan itu menjadi minimal dan kembali
pada perilaku merokoknya.
Hill (Agustiani, 2006) Remaja memasuki transisi kognitif, perubahan dalam
kemampuan berpikir, remaja telah memiliki kemampuan yang lebih baik dari anak
dalam berpikir mengenai situasi seacara hipotesis, memikirkan sesuatu yang belum
terjadi tapi akan terjadi. Ia pun telah mampu berpikir tentang konsep-konsep yang
abstrak seperti pertemanan, demokrasi, moral. Remaja pun telah mampu berpikir
secara logis tentang kehidupannya seperti : kehidupan apa yang akan ia tempuh
i
dikemudian hari, tentang hubungannya dengan teman dan keluarga, tentang politik
kepercayaan dan filsafat.
Hasil wawancara menjelaskan bahwa seluruh subjek eksperimen
mengungkapkan bahwa pemikiran-pemikiran positif yang diarahkan telah mampu
mengendalikan subjek untuk mengurangi atau berhenti merokok untuk beberapa
waktu/beberapa kesempatan. Subjek bisa mengurangi atau berhenti merokok pada
keadaan sendiri, tidak bersama teman sebayanya. Pada materi perilaku merokok
terhadap kesehatan beberapa subjek baru mengetahui zat-zat berbahaya yang ada
dalam rokok, selama ini informasi kesehatan yang diketahui hanya dari tulisan di
bungkus rokok.
Terapi yang sudah dilaksanakan di SMU UII telah memenuhi syarat-syarat
yang diperlukan, seperti materi terdiri dari bebapa sesi; belajar pengalaman berhenti
merokok dari orang lain, penjelasan perilaku merokok terhadap kesehatan, distorsi
kognitif, praktek relaksasi. Namun beberapa kendala menjadi faktor kegagalan terapi
antara lain : waktu yang sangat singkat yaitu 3 x 45 menit (3 jam pelajaran) dan
berlangsung hanya satu kali, idealnya terapi kongitif perilaku dilaksanakan secara
berkala pada periode tertentu agar proses internalisasi nilai, pemikiran-pemikiran
yang keliru tentang merokok lebih bisa dihayati oleh subyek. Dan secara perlahan
perbedaan perilaku merokok subyek bisa terlihat. Subyek juga sulit untuk
dikondisikan untuk menerima materi sehingga setiap pemateri harus mengkondisikan
ulang agar siap menerima materi, beberapa siswa berperilaku seenaknya dengan
memberikan komentar langsung pada saat berjalannya materi. Pada dasarnya subyek
i
penelitian menyimak dengan serius materi yang disampaikan namun pengaruh teman-
teman yang bukan kelompok eksperimen. Sehingga subyek tidak dapat menerima
materi secra maksimal.
Terapi kognitif perilaku tidak memberikan kontribusi pada perubahan perilaku
merokok di kalangan siswa SMU. Walaupun terdapat fleksibilitas metode sesuai
dengan karakteristik siswa, latar belakang perilaku untuk mencapai tujuan. Pada
pelaksanaannya, penulis menemui banyak kendala yakni permasalahan teknis.
Bermula dari masalah subjek penelitian, subyek penelitian sudah sesuai dengan
kriteria yang mencakup perokok ringan, berusia 15-18 tahun, mempunyai keinginan
merubah perilaku merokok yang termasuk tahap 2 (contemplation) pada The
Transtheoritical Model of Behavior Change dikembangkan oleh Prochaska and
Diclemente (Ogden, 1996), namun pengaruh teman sebaya sangat kuat dalam
memotivasi, untuk kembali, atau tetap pada perilaku merokoknya.
Penelitian ini tentu masih banyak kekurangan yang bisa terus menjadi bahan
evaluasi dimasa yang akan datang. Terapi ini dilakukan dalam satu waktu selama
3x45 menit = 3 jam pelajaran. Kelemahan dari segi trainer yang minim pengalaman.
Serta perilaku negative sangat kental akan tetapi materi tritmen masih didominasi
ranah kognitif saja sehiongga pengendalian perilaku merokok tidak optimal. Penulis
juga tidak memberikan TFT kepada guru sebagai upaya tindak lanjut guru BK dan
sekolah untuk bersinergi dalam rangka mengendalikan perilaku merokok di kalangan
siswa SMU. Alhamdulillah,atas pertolongan Allah SWT pelatihan kognitif perilaku
dan penyuluhan tentang perilaku merokok telah terlaksana dengan lancar.
i
Kesimpulan
Hipotesis berbunyi ada perbedaan perilaku merokok antara kelompok
penyuluhan dan kelompok pelatihan setelah perlakuan. Perilaku merokok kelompok
pelatihan lebih rendah dibandingkan kelompok penyuluhan tidak diterima (ditolak).
Hasil kualitatif dapat disimpulkan bahwa subyek tidak merasakan perubahan
perilaku merokoknya pasca terapi. Hal ini dikarenakan banyak kendala teknis seperti
waktu yang diberikan hanya satu kali terapi selama 135 menit untuk melaksanakan
seluruh rangkaian terapi. Hasil wawancara menjelaskan bahwa subyek sudah ada
keinginan untuk mengubah perilaku merokoknya, baik mengurangi intensitas maupun
berhenti merokok, namun keinginan itu belum bisa terpenuhi karena pengaruh teman
sebaya (peer group) sehingga subyek kembali pada perilaku merokoknya.
Saran
1. Bagi subyek penelitian
Penelitian ini memperoleh hasil bahwa terapi kognitif perilaku tidak dapat
mengendalikan perilaku merokok dikalangan siswa SMU. Walaupun demikian,
siswa SMU yang sudah menjadi subyek penelitian diharapkan dapat terus
menerapkan materi yang sudah dipelajari berkaitan dengan perilaku merokok, dan
mengasah kemampuan yang sudah didapatkan sehingga mampu secara mandiri
mengendalikan perilaku merokoknya.
i
2. Bagi pihak sekolah
Diharapkan sekolah bisa mengimplementasikan materi terapi kognitif
perilaku melalui pelajaran Bimbingan Konseling sehingga perubahan perilaku
merokok lebih bisa disosialisasikan dan bermanfaat bagi siswa.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya handaknya dapat memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut :
a. Waktu penelitian harus lebih diperhatikan, dalam konteks terapi sebaiknya
dilakukan secara berkala dalam periode tertentu supaya terapi bisa memberikan
feed back bagi subyek secara optimal. Waktu perpertemuan/sesi juga sebaiknya
lebih lama supaya materi lebih bisa didiskusikan secara mendalam.
b. Peneliti selanjutnya lebih memperhatikan masalah antisipasi, dan persiapan
karena dalam mengkondisikan siswa butuh perhatian, keterlibatan banyak pihak
dari peneliti dan pihak sekolah.
c. Dalam pembuatan modul terutama apabila subyek adalah siswa maka perlu
dibuat contoh-contoh praktis agar bisa langsung diterapkan dalam keseharian
siswa.
d. Pengujian terapi, pelatihan dengan materi yang berbeda dan diujicobkan pada
konteks merokok yang lebih spesifik mislnya persepsi merokok, intensitas
merokok, dan sebagainya.
i
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T.Y. 1992. Rokok dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Agustiani, H. 2006. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: Refika Aditama.
Aliza, M., Ramdhani, N., Sari A.T.O. 2003. Empati dan Perilaku Merokok di Tempat
Umum. Jurnal Psikologi No.2, 81-90.
Aritonang, M.E.R. 1997. Fenomena Wanita Merokok. skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Atamimi R. N., Hadjam, M.N.R., Hasanat, N.U., Prawitasari, J.E., Ramdhani, N.,
Retnowati, S., Subandi, M.A. 2003. Psikoterapi: Pendekatan Konvensional dan Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Atkinson, R.L. 1999. Pengantar Psikologi, Edisi Kesebelas, Jilid 1. Batam Centre: Interaksara.
Azwar, S. 1995. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. 2004. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bonollo, D.S., Emmons, K.M., Mermelstein, R.J., Ockene, J.K., Perkins, K.A., Voorhees, C.C. 2000. Relapse and Maintenance Issues for Smoking Cessation. Health Psychology, Vol. 19, No.1(suppl.), 17-31.
Chaplin, J.P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Djarwanto, Ps. 1996. Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
i
Effendi, M. 2004. Penggunaan Cognitive Behavior Therapy untuk Mengendalikan Kebiasaan Merokok Dikalangan Siswa melalui Peningkatan Perceived Self Efficacy Berhenti Merokok. Jurnal, http://www.depdiknas.go.id/jurnal/56/ penggunaan.htm.15 /03 /06
Evans, B., Marks, D.F., Murray, M., Willig, C. 2000. Health Psychology: Theory, Research & Practice. London: Sage Publication Ltd.
Fajrianthi, Handoyo,S., Muhamad, B.S., Septarini, B.G., Suhariadi, F., Yuwono, I. 2005. Psikologi Industri dan Organisasi. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.
Fradsen J.K., Hafen B.Q., Karren K.J., Smith N.L. 1996. Mind/Body Health: The Effect of Attitudes, Emotions, and Relationships. Massachusets: A Simon & Schuster Company.
Gaie & O’Brien, M. 2000. Integrative Therapy A Practitioner’s Guide. London: SAGE Publications.
Hartati. 2000. Efektivitas Terapi Kognitif dan Stimulasi Humor untuk Penurunan Gangguan Depresi Penderita Pasca Stoke. Tesis (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Hidayati, S.D. & Mangoenprasodjo, A.S. 2005. Hidup Sehat Tanpa Rokok. Yogyakarta: Pradipta Publishing.
Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Karyani, U. 2000. Perubahan Perilaku Merokok Melalui Buku Bantu Diri. Tesis (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Komarasari, D. 2000. Hubungan Lingkungan Keluarga, Lingkungan Teman Sebaya dan Kepuasaan Psikologis dengan Perilaku Merokok pada Remaja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Tidak diterbitkan. Universitas Islam Indonesia.
i
Kristyawati, D. 2001. Pemberian Intervensi Relaksasi dan Terapi Kognitif untuk Mengurangi Tingkat Depresi pada Pasien Cedera Medula Spinalis. Tesis (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Lasmono, K.H., Novitawati, M., Rahayu, S. 2001. Pengaruh Rational Bibliotherapy terhadap Penurunan Perilaku Merokok dengan The Transtheoritical Model of Behavior Change Sebagai Acuan Pengukuran. Anima Indonesian Psychological Journal, Vol.16, No.3, 252-271.
Latipun. 2004. Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press.
Oemarjoedi, K. 2004. Cognitive Behavior dalam Psikoterapi. Jakarta: Creative Media.
Ogden, Jane. 2000. Health Psychology A text book 2nd edition. Buckingham: Open University Press.
Padesky, C.A dan Greenberger, D. 2004. Manajemen Pikiran: Metode Ampuh Menata Pikiran untuk Mengatasi Depresi, Kemarahan, Kecemasan dan Perasaan Merusak Lainnya. Bandung: Mizan Media Utama
Poppen, R. 1998. Behavioral Relaxation Training and Assesment 2nd edition. California: Sage Publications.
Sarafino, E.P. 1998. Health Psychology: Biopsychososial Interaction 3 rd edition. New York: John Wiley adn Sons, Inc.
Sarwono, S. 2004. Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Siegel, S. 1985. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT Gramedia Jakarta.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo.
i
Radmacher, A. & Sheridan, L.C. 1992. Health Psychology: Challenging The Biomedical Model. Canada: John Wiley & Sons, Inc.
Taylor, S.E. 1995. Health Psychology 3rd edition. Singapore: Mc Graw-Hill International Editions.
Wilson, G.T. 1999. Rapid response to Cognitive Behavior Therapy. American Psychological Association D 12.
---------. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
---------. 2002. Modul Training for Counselor of Smoking Cessation Program. IBIS
Hotel.
---------. 2005. Bahaya Akibat Tembakau. http://www.republika.co.id.13/03/06
---------. 2006. Nirmala: Hidup Sehat Alami.
---------. http://www.info-sehat.com.9/01/07.
i